Referat Sidik Jari [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Oca
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT IDENTIFIKASI SIDIK JARI



Oleh: Ruth Katrin Goldina



170070201011097



Belladikna Brillianty S. 170070201011008 Peny Nurmaraya M.



160070201011077



Pembimbing: dr. Wening Prastowo, SpF



LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG 2019



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI..................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5 2.1 Pengertian Sidik Jari...........................................................................5 2.2 Klasifikasi Sidik Jari............................................................................5 2.2.1 Arch..............................................................................................6 2.2.2 Loop..............................................................................................6 2.2.3 Whorls...........................................................................................6 2.3 Metode Pengambilan Sidik Jari..........................................................6 2.4 Metode Identifikasi Sidik Jari............................................................10 BAB III KESIMPULAN................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13



2



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Masalah Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Penentuan identitas korban seperti halnya penentuan identitas tersangka pelaku kejahatan merupakan bagian terpenting dalam penyidikan Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat berdasarkan ciri khas yang terdapat pada manusia tersebut amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.(Gani, 2002) Identifikasi akan menjadi lebih sulit jika mayat sudah tidak dapat dikenali lagi, misalnya pada, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, pada kecelakaan massal dan bencana alam yang mengakibatkan banyak korban mati. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti pada kasus mutilasi, dimana potongan-potongan yang ditemukan mungkin tidak lengkap. Pada kasus seperti ini, dokter diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada penyidik dalam hal perkiraan saat kematian, usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan ras, serta asal sisa-sisa potongan tubuh (RSBO, 2013). Dactyloscopy merupakan ilmu tentang sidik jari, sudah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Disiplin ilmu ini telah dipakai luas seperti pada instansi militer, instansi kepolisian, dan hingga sistem presensi kehadiran pegawai pun telah memakai sistem sidik jari. Sidik jari merupakan identitas diri seseorang yang bersifat alamiah, tidak berubah, dan tidak sama pada setiap orang. Sidik jari juga merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang. Terutama pada instansi Kepolisian (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System/INAFIS), terutama pada saat di tempat kejadian perkara (TKP), pemeriksaan sidik jari merupakan suatu hal yang pasti dicari dan dilakukan. Sidik jari adalah teknik analisis mengidentifikasi pada pola-pola garis sidik jari seseorang yang secara genetik permanen melekat pada seseorang. Sidik jari, dalam bahasa inggris biasanya disebut fingerprint biasanya berbentuk garis-garis horizontal dan vertikal atau gabungan keduanya dan juga ada bentuk lengkungan-lengkungan. Sifat sidik jari yang permanen, tidak berubah sepanjang hidup, garis papilernya tidak akan berubah kecuali besarnya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas lebih dalam mengenai identifikasi sidik jari, metode yang digunakan, dan cara interpretasinya 3



dalam lingkup kedokteran forensik.



1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut. 1. Apakah definisi dari sidik jari? 2. Bagaimanakah klasifikasi dan jenis sidik jari? 3. Bagaimanakah variasi sidik jari pada ras dan etnik yang berbeda? 4. Bagaimana cara dan metode untuk mengidentifikasi menggunakan sidik jari?



1.3



Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut. 1. Mengetahui definisi dari sidik jari 2. Mengetahui klasifikasi dan jenis sidik jari 3. Mengetahui variasi sidik jari pada ras dan etnik yang berbeda 4. Mengetahui cara dan metode untuk mengidentifikasi menggunakan sidik jari



1.4 Manfaat Penulisan 1. Makalah ini dapat menjadi dasar pengetahuan mengenai identifikasi sidik jari, khususnya bagi dokter dalam proses pembuatan visum et repertum. 2. Makalah ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan makalah berikutnya dan/atau penelitian dalam konteks identifikasi sidik jari.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pengertian Sidik Jari Sidik jari merupakan pola unik yang dibentuk oleh ridges (tonjolan) dan furrows/grooves (cekungan) yang tampak pada jari tangan dan kaki. Pola unik ini berbeda pada setiap individu, bahkan kembar identic memiliki pola sidik jari yang berbeda. Oleh karena itu, sidik jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi seorang individu dengan akurat. Ilmu mengenai sidik jari dipelajari dalam dactylography, yaitu studi keilmuan yang mempelajari sidik jari sebagai metode identifikasi. Pemeriksaan sidik jari merupakan bagian dari teknologi biometric yang dapat diandalkan. Teknologi biometric adalah teknologi identifikasi otomatis dari seorang individu berdasarkan karakteristik perilaku atau fisiologis.



2.2 Klasifikasi Sidik Jari Klasifikasi sidik jari merupakan metode yang mengelompokkan sidik jari menjadi kategori tertentu yang spesifik untuk mempermudah identifikasi sidik jari. Terdapat dua fitur yang berguna dalam identifikasi sidik jari (1) ridge local dan detail furrow, dan (2) global pattern configuration. Fitur yang pertama membawa informasi individualitas mengenai sidik jari, sedangkan fitur yang kedua membawa informasi mengenai kelas sidik jari. Berdasarkan fitur yang telah disebutkan di atas, algoritma klasifikasi sidik jari dibagi menjadi kategori: arch, loop, dan whorl.



5



2.2.1 Arch Arch merupakan bentuk seperti gelombang, terdiri atas plain arch dan tented arch. Tented arch memiliki bentuk gelombang yang lebih tajam dibandingkan dengan plain arch. Bentuk ini didapatkan pada 5% dari tipe pola.



2.2.2 Loop Termasuk pada kategori ini adalah sidik jari yang muncul dan melengkung kembali ke sisi yang sama membentuk seperti simpul. Bentuk ini dibagi menjadi radial loops, di mana arah lengkungan mengarah pada tulang radius atau pada jempol, dan ulnar loops, di mana arah lengkungan mengarah pada tulang ulna atau pada jari kelingking. Bentuk ini merupakan pola yang paling banyak didapatkan, yaitu sekitar 60% dari tipe pola.



6



2.2.3 Whorls Whorls merupakan bentuk sidik jari yang membentuk pola sirkuler atau spiral, menyerupai pusaran. Terdapat empat kelompok pada bentuk ini: plain, yaitu bentuk menyerupai lingkaran konsentrik, central pocket loop, yaitu bentuk loop dengan whorl pada bagian akhirnya, double loop, yaitu dua bentuk loop yang berbentuk seperti pola menyerupai huruf S, dan accidental loop, atau bentuk irreguler. Bentuk ini didapatkan sejumlah 35% dari tipe pola.



Berdasarkan tipe dari permukaan tempat sidik jari ditemukan dan berdasarkan dari tampak/tidak tampak, sidik jari dibagi menjadi beberapa kategori:



7



1. Sidik jari pada permukaan lunak: sidik jari yang ditemukan pada benda lunak seperti lempung, tanah liat, sabun, dan lain sebagainya. Sidik jari ini tampak seperti cetakan sidik jari tiga dimensi. 2. Sidik jari pada permukaan keras: sidik jari ini dapat berbentuk terlihat (patent/visible) atau tidak terlihat (latent/invisible). a. Sidik jari patent: sidik jari patent terlihat apabila jari terkena cat, darah, tinta, dan lain sebagainya, dan tercetak pada permukaan keras. b. Sidik jari latent terbentuk ketika jaringan lemak dan keringat tubuh terdeposit di permukaan jari sehingga gambar sidik jari tertransfer ke permukaan keras. Untuk melihat sidik jari ini, dibutuhkan bubuk sidik jari, reagen, atau sumber cahaya tertentu. Sidik jari latent akan lebih mudah terlihat pada permukaan yang licin dan tidak berpori, seperti besi, gelas, dan lain sebagainya. 2.3 Metode Pengambilan Sidik Jari 2.3.1 Pengambilan Sidik Jari Patent Pengambilan sidik jari patent dapat dilakukan dengan fotografi menggunakan resolusi tinggi disertai dengan alat ukur untuk mengetahui ukuran dari sidik jari.



2.3.2 Pengambilan Sidik Jari Latent Pengambilan sidik jari latent dapat dilakukan dengan menggunakan bubuk sidik jari: black granular hitam, alumunium flake, black magnetic, dan lain sebagainya. Apabila tampak sidik jari, sidik jari difoto dengan resolusi tinggi disertai dengan alat ukur, kemudian sidik jari diambil dari permukaan menggunakan selotipe bening. Selain menggunakan bubuk hitam, sebelumnya pencarian adanya sidik jari latent dapat dilakukan menggunakan lampu laser/LED dengan spectrum tertentu untuk mencari adanya sidik jari pada permukaan benda, khususnya pada benda yang halus, tidak berpori, dan/atau kemungkinan telah disentuh olehkorban/pelaku. Selain itu, pencarian sidik jari juga dapat dilakukan menggunakan cyanoacrylate (superglue), di mana cyanoacrylate akan menempel pada cetakan sidik jari pada permukaan benda yang tidak berpori, menyebabkan sidik jari dapat terlihat dengan cahaya putih. (NFSTC, 2009)



2.3.3 Pengambilan Sidik Jari pada Jenazah 8



Teknik pengambilan sidik jari pada jenazah disesuaikan dengan kondisi jenazah ketika akan diperiksa, pada tempat kejadian perkara tidak semua jenazah memiliki keadaan yang sesuai dengan harapan kita, hal ini merupakan hal yang dapat mempersulit pemeriksa dalam mengambil sidik jari. Masing-masing keadaan memiliki cara dan teknik penangan yang berbeda, antara lain : 2.3.3.1 Pada jenazah yang baru Jenazah yang ditemukan pada tempat kejadian perkara tidak lama dari waktu kematiannya akan lebih mudah dibandingkan dengan jenazah yang sudah lama ditemukan. Proses kerusakan belum berlangsung pada pasien tersebut, sehingga pemeriksa masih bisa memposisikan jari-jari pasien sesuai dengan posisi ideal yang dibutuhkan. a. Pada jenazah dengan jari yang bisa digerakkan Jenazah yang masih baru biasanya kita masih bisa menggerakkan jarinya, maka kita bisa langsung mengambil sidik jari dengan memegang jadi dan memberikan tinta untuk kemudian ditempelkan pada kertas periksa, jika posisi pasien terlentang dan sulit untuk menggerakkan tangan pasien maka pasien bisa diposisikan pada keadaan telungkup baru kemudian pengambilan sidik jari. b. Pada jenazah dengan jari yang tidak bisa digerakkan Jenazah yang sulit digerakkan jari-jemarinya dapat diperiksa dengan teknik menggunting kertas pemeriksaan sidik jari lalu kertas tersebut ditempelkan pada jari jenazah yang telah diteteskan tinta. Rekatkan kertas tersebut secara keseluruhan sidik jadi, setelah pengambilan sidik jari tersebut, kertas pemeriksaan ditempelkan pada formulir untuk dilakukan pemeriksaan. 2.3.3.2 Pada jenazah yang telah kaku dan mulai pembusukan a. Pada jenazah dengan jari yang menggenggam Tarik jari jenazah sehingga menjadi lurus, apabila tidak dapat diluruskan maka dapat dilakukan sayatan pada ruas jari kedua sehingga dapat diluruskan. Untuk ibu jari maka sayatan dapat dilakukan pada jaringan kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian ambil sidik jari jenazah dengan teknik yang tidak jauh berbeda dengan diatas. b. Pada jenazah dengan jari yang sudah lembek (belum rusak namun sudah mengkerut) 9



Suntikkan pada jari tersebut cairan pengembang jaringan atau air panas sehingga kulit jari mengembang. Jarum disuntikkan dari ujung jari atau garis antara ruas pertama dan ruas kedua jari. Kemudian sidik jari diambil. c. Pada jenazah dengan jari yang sudah membusuk/awal dekomposisi (kulit ari mulai lepas) Periksa terlebih dahulu jari-jemari jenazah tersebuh masih dalam keadaan baik atau tedapat bagian yang sudah rusak. Kemudian bersihkan jari tersebut secara berhati-hati. Lalu lakukan sayatan untuk melepas kulit ari pada telapak tangan jenazah secara perlahan-lahan, kemudian setelah lepas semua, akan berbentuk seperti sarung tangan, kemudian dipasang pada jari petugas yang memeriksa untuk dilakukan pemeriksaan. Setelah selesai pengambilan sidik jari, maka jaringan kulit ari dikembalikan lagi pada tangan jenazah. Jika keadaan kulit jari sudah lepas maka pada kulit ari dapat diolesi dengan tinta lalu, kulit jari tersebut dijepit diantara d2 lembar kaca yang kemudian dipotret. Hasil potret tersebut ditempel pada lembar pemeriksaan sidik jari.



d. Pada jenazah dengan kulit ari jari yang sudah menghilang Pengambilan sidik jari pada pasien ini masih dapat dilakukan walau tidak begitu jelas, oleskan tinta periksa pada kulit jari kemudian ditempelkan pada kertas periksa. 2.3.3.3 Pada jenazah yang telah membusuk (dekomposisi), mengering (mumifikasi), terendam air panas. Lakukan pemeriksaan sidik jari pada jenazah, nilai apakah jari masih lengkap, jika tidak lengkap maka catat keterangan alasan sidik jari tersebuh tidak lengkap, hilang pada saat sebelum kematian, atau karena proses pembusukan atau hilang dimakan oleh hewan. Kemudian bersihkan jari dari kotoran yang ada, lakukan penyayatan pada kulit jari tangan dengan menyertakan sedikit daging dibawah kulit agar nanti sidik jari dapat dibentangkan. Lalu oleskan jari dengan tinta kemudian dijepit pada 2 lembar kaca lalu dipotret dan ditempelkan hasil pada kertas pemeriksaan. 2.4 Identifikasi Sidik Jari Identifikasi sidik jari dilakukan dengan mencari fitur khas pada sidik jari: singular points dan ridges pada sidik jari. 10



2.4.1 Singular Point Singular point dibagi menjadi core point dan delta point, sesuai dengan posisi dan lokasinya. Core point merupakan suatu point yang terletak di antara ridges berbentuk semisirkuler. Delta point merupakan suatu point yang terletak di antara tiga sektoryang berbentuk hiperbolik.



2.4.2 Membandingkan Poin Identifikasi (Galton Details) Identifikasi sidik jari dilakukan dengan membandingkan poin-poin identifikasi yang ada pada sidik jari (Glaister, 1962). Poin identifikasi yang dapat ditemukan di sidik jari antara lain ending ridge, pencabangan dua atau bifurcation, titik, enclosure, dan island. Beberapa poin identifikasi lain yang dapat ditemui namun lebih jarang adalah T junction, crossover, dan pencabangan tiga (NSTC, 2018).



11



BAB III KESIMPULAN



Sidik jari merupakan pola unik yang dibentuk oleh ridges (tonjolan) dan furrows/grooves (cekungan) yang tampak pada jari tangan dan kaki. Pola unik ini berbeda pada setiap individu, bahkan kembar identik pun. Sidik jari terbukti relatif akurat, aman, mudah, dan nyaman untuk dipakai sebagai identifikasi bila dibandingkan dengan sistem biometri yang lainnya. Identifikasi sidik jari diperlukan untuk mengidentifikasi pelaku dalam suatu perkara pidana, terutama pada tempat kejadian perkara (TKP). Identifikasi akan menjadi lebih sulit jika mayat sudah tidak dapat dikenali lagi, misalnya pada, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, pada kecelakaan massal dan bencana alam yang mengakibatkan banyak korban mati. Klasifikasi sidik jari diperlukan agar memudahkan proses pencocokan sidik jari yang ditemukan dengan sidik jari yang berada pada rekaman data. Pemeriksaan sidik jari adalah salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap jenazah. Metode identifikasi dengan menggunakan sidik jari adalah Dactyloscopy. Metode identifikasi dengan menggunakan sidik jari mengandalkan keunikan sidik jari masing – masing individu.



12



DAFTAR PUSTAKA Gani,



M.Husni, dr. DSF. Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Indonesia 2002



Saliyah, Kusuma Soekry, Pengambilan Sidik Jari Pada Jenazah Guna Idntifikasi. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Indonesia 2017



13