BAB 2 Tinjauan Pustaka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS INDONESIA



TINGKAT PENGETAHUAN TAX AMNESTY DI KALANGAN ASOSIASI PROFESI



LAPORAN PENELITIAN



AYU HAPSARI PRABANTO ( DZUL MEINA HUSSANA 1406649364 SARASWATI AISYA 1406559162 SUMARDIYANTO BARESI 1406621115 TASYA ARMANI PUTRI 1406559181



FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM SARJANA REGULER DAN PARALEL PROGRAM ILMU ADMINISTRASI FISKAL DEPOK SEPTEMBER 2016



BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian mengenai “TINGKAT PENGETAHUAN TAX AMNESTY DI LINGKUNGAN ASOSIASI PROFESI”, penulis mengambil tiga penelitian terdahulu untuk dijadikan sebagai tinjauan pustaka yaitu penelitian yang memiliki keterkaitan variabel dan objek dengan penelitian penulis. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk membandingkan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Robby Pratomo Putra pada tahun 2011 dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kecamatan Bayah Provinsi Banten Mengenai Gejala Klinis Malaria”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa : 1) Tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Bayah mengenai gejala klinis malaria tergolong kurang (95,3%). Tingkat pengetahuan yang cukup hanya dimiliki oleh 4,7% responden dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya baik, 2) Responden paling banyak berusia 18-34 tahun (75,5%), tidak bekerja (62,3%), memperoleh informasi dari satu sumber (79,2%), dan media elektronik merupakan sumber informasi paling berkesan (52,8%), 3) Tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Bayah mengenai gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi. Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Yuspinah pada tahun 2012 yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi Di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor”. Adapun hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa karakteristik keluarga yang merawat pasien halusinasi sebagian besar keluarga berjenis kelamin perempuan, dengan ratarata usia 47,2 tahun. Sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan SD, tidak bekerja dan mendapatkan informasi terbanyak dari petugas kesehatan serta



memiliki hubungan dengan pasien sebagai ibu dari pasien. Tingkat pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi tinggi, dimana keluarga mengetahui tentang halusinasi dan cara merawat pasien halusinasi di rumah. Pendidikan kesehatan penting untuk dilakukan oleh petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Ralph C Bayer pada tahun 2014 dalam jurnalnya yang berjudul “The Occurrence of Tax Amnesties: Theory and Evidence”. Tujuan dari penelitian yaitu untuk menjelaskan terjadinya Tax Amnesty melalui model teoritis dan bukti empiris. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif dengan tujuan deskriptif. Peneliti menggunakan existing statistic/document yang sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dan Observasi. Untuk pengujian empiris, peneliti menggunakan informasi Panel Data of US State Tax Amnesties between 1918 and 2011. Hasil penelitian tersebut menyatakan, temuan empiris dari peneliti menunjukan bahwa kemungkinan terjadinya amnesti adalah karena adanya dorongan dari kebutuhan fiskal dalam pemerintahan dan juga harapan dari para taxpayer untuk diadakannya amnesti dimasa yang akan datang.



1 Universitas Indonesia



Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Pustaka



Keterangan



Judul



Pokok Permasalahan



Pendekatan Penelitian Jenis Penelitian a. Tujuan Penelitian b. Manfaat Penelitian c. Dimensi Waktu Teknik Pengumpulan Data Kesimpulan



Robby Pratomo Putra, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - 2011 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kecamatan Bayah Provinsi Banten Mengenai Gejala Klinis Malaria 1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Bayah mengenai gejala klinis malaria? 2. Apakah tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Bayah mengenai gejala klinis malaria berhubungan dengan karakteristik demografi mereka? Kuantitatif a. b. c.



Deskriptif Murni Cross sectional



Yuyun Yuspinah, Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia - 2012



Ralph-C Bayer, Jurnal, University of Adelaide 2014



Tingkat Pengetahuan Tax Amnesty di Kalangan Asosiasi Profesi



Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor



The Occurrence of Tax Amnesties: Theory and Evidence



Tingkat Pengetahuan Tax Amnesty di kalangan asosiasi profesi



Bagaiamana tingkat pengetahuan keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami halusinasi di Poliklinik Psikiatri RS Marzoeki Mahdi Bogor ?



Apakah penyebab terjadinya Tax Amnesty baik secara teoritis maupun bukti empiris?



Bagaimana Tingkat Pengetahuan Tax Amnesty di kalangan asosiasi profesi ?



Kuantitatif



Kuantitatif



Kuantitatif



a. b. c.



Deskriptif Murni Cross sectional



Wawancara



Survei



1. Tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan



1. Karakteristik keluarga yang merawat pasien



a. b. c.



Deskriptif Murni Cross sectional



Existing Statistic/Document 1. Model sederhana dikembangkan dari



a. b. c.



Deskriptif Murni Cross sectional



Survei



2 Universitas Indonesia



Bayah mengenai gejala klinis malaria tergolong kurang (95,3%). Tingkat pengetahuan yang cukup hanya dimiliki oleh 4,7% responden dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya baik. 2. Responden paling banyak berusia 18-34 tahun (75,5%), tidak bekerja (62,3%), memperoleh informasi dari satu sumber (79,2%), dan media elektronik merupakan sumber informasi paling berkesan (52,8%). 3. Tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Bayah mengenai gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi.



halusinasi adalah sebagai berikut. sebagian besar keluarga berjenis kelamin perempuan, dengan rata-rata usia 47,2 tahun. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan SD. Mayoritas responden tidak bekerja dan mendapatkan informasi terbanyak dari petugas kesehatan serta memiliki hubungan dengan pasien sebagai ibu dari pasien. 2. Tingkat pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi tinggi. Keluarga mengetahui tentang halusinasi dan cara merawat pasien halusinasi di rumah. 3. Pendidikan kesehatan penting dilakukan oleh petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi.



perilaku Taxpayer yang berasumsi bahwa Tax Amnesty adalah eksogen yaitu peristiwa acak. Namun Pemerintahlah yang mengarahkan kepada keputusan Tax Amnesty yang menjadi endogen dimana secara strategis pemerintah dapat berinteraksi dengan Taxpayer. 2. Faktor penting kemungkinan terjadinya Tax Amnesty di pengaruhi oleh kebutuhan fiskal pemerintah dan juga harapan dari para Taxpayer untuk adanya peristiwa Tax Amnesty di masa yang akan datang 3. Tingkat kepatuhan Taxpayer akan semakin rendah jika Taxpayer yakin pada suatu saat akan ada Tax Amnesty di negaranya. Sehingga hal ini mengurangi pendapatan fiskal di awal dan memperkuat keinginan pemerintah untuk mengadakan Tax Amnesty.



3 Universitas Indonesia



Penelitian yang penulis lakukan akan berfokus pada tingkat pengetahuan mengenai Tax Amnesty di kalangan asosiasi profesi. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan kuantitatif. Kesamaan yang dimiliki antara penelitian penulis dengan dua penelitian pertama adalah sama-sama meneliti mengenai tingkat pengetahuan terhadap suatu hal. Oleh karena itu, atas kesamaan tersebut penulis menggunakan kedua penelitian tersebut untuk memberikan gambaran bagi peneliti terkait teori tentang tingkat pengetahuan yang akan digunakan untuk melakukan pembahasan pada bab analisis. Sementara itu, penelitian ketiga akan digunakan oleh penulis untuk mengetahui sudah sejauh mana kajian teori tentang Tax Amnesty telah dilakukan. Perbedaan dari keempat penelitian tersebut adalah dua penelitian sebelumnya meneliti tentang tingkat pengetahuan dalam bidang kesehatan, sedangkan dalam penelitian ini penulis meneliti tentang tingkat pengetahuan dalam bidang fiskal khususnya fenomena Tax Amnesty. Perbedaan selanjutnya terletak pada tahun penelitian dan lingkup penelitian. Penelitian sebelumnya di lakukan pada tahun 2011, 2012 dan 2014 dengan lingkup masyarakat dan juga keluarga. Lain hal dengan penelitian ini, yang dilakukan pada tahun 2016 sehingga kebaruan datanya berbeda dengan lingkup yang lebih sempit yaitu dalam lingkup Asosiasi Profesi di Indonesia.



2.2 Kerangka Teori 4 Universitas Indonesia



2.2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah sebuah hasil yang kita peroleh dari mengetahui sesuatu yang didapatkan melalui kelima panca indera manusia. Lima panca indera yaitu pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoadmodjo, 2010). Penggunaan pancaindra dilakukan terhadap suatu objek tertentu dan pada akhirnya akan menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007). Pengalaman juga merupakan asal usul lain dari pengetahuan (Prasetyo, 2007). Menurut Notoadmodjo (2010), terdapat dua cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu dengan cara tradisional atau nonilmiah dan cara modern atau ilmiah. Cara tradisional adalah cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara-cara tradisional adalah sebagai berikut: 1) Trial and error Trial and error merupakan cara memperoleh pengetahuan di mana manusia mencoba-coba melakukan suatu hal. Perolehan pengetahuan pada cara ini adalah dari pengalaman mereka apakah hal yang mereka coba berhasil atau tidak. Manusia mengalami keberhasilan secara langsung dan mengetahui baik buruknya suatu hal karena melakukan eksperimen terhadap suatu hal. Metode ini merupakan metode yang telah dilakukan sejak lama. 2) Secara kebetulan Pengetahuan yang didapatkan oleh manusia tidak diduga. Manusia memperoleh pengetahuan tidak dengan sengaja dan tidak bertujuan untuk memperoleh pengetahuan apa-apa. Contohnya, pengetahuan mengenai gravitasi yang terjadi kepada Isaac Newton. Apel jatuh secara tiba-tiba dan Isaac Newton tidak sedang mencari pengetahuan tentang gravitasi tersebut. 3) Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan diperoleh dari tokoh-tokoh yang memiliki kekuasaan dalam suatu masyarakat. Pengetahuan yang diberikan oleh para pemegang otoritas tidak dikritisi terlebih dahulu kebenarannya. Karena bersumber dari orang berkuasa, masyarakat berasumsi bahwa kebenarannya terjamin dan langsung dipercaya oleh pengikutnya. 5 Universitas Indonesia



4) Berdasarkan pengalaman pribadi Perbedaan



berdasarkan



pengalaman



pribadi



dengan



perolehan



pengetahuan secara kebetulan adalah pengalaman pribadi dilakukan secara sengaja. Cara ini dilakukan dengan menerapkan kembali apa yang mereka telah alami di masa lalu ketika mereka dihadapi dengan peristiwa yang sama. Misal, ketika seseorang sedang ingin pulang, perjalanan yang ia harus lalui merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman pribadi di masa lalu yang digunakan terus menerus. 5) Akal sehat Terdapat pengetahuan yang bersumber dari akal sehat yaitu dari manusia sendiri. Contohnya adalah sistem penerapan disiplin pada anak yang dilakukan oleh orangtua jaman dulu. Hukuman fisik muncul dari akal sehat para orangtua karena mereka merasa bahwa hukuman fisik memunculkan rasa takut dan akan mendorong disiplin. 6) Kebenaran melalui wahyu Agama merupakan peran besar bagi orang-orang yang beragama. Kehidupan mereka didasarkan pada ajaran-ajaran agama. Maka dari itu, ajaran agama dapat menjadi sumber pengetahuan karena manusia menerimanya dan menjadikannya dasar kehidupannya. 7) Kebenaran secara intuitif Ituitif adalah suara hati yang dibenak manusia yang muncul secara otomatis dan tidak melalui proses berpikir terlebih dahulu. Pengetahuan ini bersumber dari pribadi manusia. 8) Melalui jalan pikiran Berbeda dengan akal sehat dan intuitif, jalan pikiran manusia melalui proses berpikir dan penalaran terlebih dahulu. Pengetahuan yang diperoleh melalui jalan pikiran tidak diterima secara mentah-mentah. 9) Induksi



6 Universitas Indonesia



Induksi adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus yang dialami oleh manusia melalui pancaindra nya. Sumber pengetahuan ini adalah pengambilan hal secara umum dan besar menjadi hal khusus dan rinci. 10) Deduksi Deduksi adalah kebalikan dari induksi yaitu penarikan kesimpulan dari hal umum untuk hal-hal khusus. Misalnya, fenomena yang terjadi dalam tingkat jurusan merupakan fenomena juga dalam tingkat fakultas atau universitas. Cara modern atau ilmiah memperoleh pengetahuan adalah metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon pada saat ia melakukan pengamatan langsung terhadap suatu gejala. Setelah melakukan pengamatan, ia menarik kesimpulan yang menjadi hasil dari penelitian tersebut. Hasil penelitian tersebut berupa pengetahuan baru yang nyata dan langsung dari apa yang ada di dunia nyata, bukan penarikan kesimpulan secara asumtif. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan. Berikut adalah faktor internal menurut Azwar (2007): 1) Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi dan pengetahuan baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin terbuka untuk menerima informasi baru dan memperoleh pengetahuan dan dapat mempertimbangkan pengetahuan tersebut dengan bijak. 2) Minat Dengan adanya minat manusia terhadap suatu hal, semakin terbuka manusia untuk menerima pengetahuan. Bahkan, manusia sendiri yang akan memperoleh informasi baru mengenai minat tersebut tanpa diberikan kepadanya. 3) Intelegensi Tingkat intelegensi seseorang menentukan juga tingkat kemampuan seseorang untuk menerima informasi dan pengetahuan baru. Semakin 7 Universitas Indonesia



intelegen, semakin tepat, cepat, dan mudah dalam pengambilan keputusan. Maka dari itu, proses penerimaan informasi juga akan lebih cepat. Berikut adalah faktor eksternal menurut Azwar (2007): 1) Media massa Semakin majunya media massa, semakin besar perannya dalam kehidupan manusia. Media massa menjadi salah satu sumber informasi yang paling mudah untuk diakses oleh manusia. Informasi yang dipaparkan dalam media massa juga terkadang tidak dikritisi kembali apakah informasi tersebut dapat diterima atau tidak. Akses terhadap media massa juga tidak merata di masyarakat. 2) Pengalaman Pengalaman, baik pengalaman diri sendiri maupun orang lain, akan berkesan bagi seseorang karena sudah terbukti bahwa pengetahuan dari pengalaman tersebut nyata karena sudah secara langsung dialami. 3) Sosial budaya Terdapat ajaran-ajaran budaya yang berguna dan bahkan menjadi sumber dari pengetahuan itu sendiri. Semakin rendah seseorang mengetahui tentang sosial budaya, semakin rendah juga pengetahuannya. Sosial budaya juga membentuk sikap seseorang. Sikap tersebut dapat mendorong untuk memperoleh pengetahuan, dapat juga menghambat perolehan pengetahuan. 4) Lingkungan Lingkungan sekitar dalam kehidupan manusia mempengaruhi perolehan pengetahuan seseorang. Lingkungan dapat mendukung dan juga menghambat pengetahuan. Jika seseorang berada pada lingkungan yang kental akan agama, maka sumber pengetahuan orang tersebut akan didominasi oleh ajaran-ajaran agama. Jika seseorang berada pada lingkungan yang tidak berpendidikan tinggi, maka orang tersebut tidak terdorong untuk memperoleh pengetahuan dan dapat terhambat dalam menerima pengetahuan. 5) Penyuluhan



8 Universitas Indonesia



Melalui penyuluhan, pengetahuan dapat disampaikan dan biasanya penyuluhan



menyampaikan



pengetahuan-pengetahuan



non



formal.



Pengetahuan yang diperoleh dari penyuluhan juga dapat mengubah perilaku seseorang. 6) Informasi Informasi dapat mempengaruhi pengetahuan dengan cara pemberitahuan secara kognitif baru. 2.2.2. Tingkatan pengetahuan Dalam pengetahuan, terdapat kategori tingkatannya. Berikut adalah 6 tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo yang tertera dalam Wawan & Dewi: 1) Tahu (know) Tahu merupakan tingkatan paling rendah dari pengetahuan. Pada tingkat tahu, seseorang sekedar mengingat pengetahuan yang ia peroleh. Seseorang hanya mampu untuk mengingat kembali apa yang telah ia pelajari. Dalam tahap



ini,



seseorang



hanya



mampu



menyebutkan,



menguraikan,



mendefinisikan, dan menyatakan pengetahuan. 2) Memahami (comprehension) Pada tingkat kedua ini, seseorang mampu untuk menjelaskan pengetahuan yang ia telah peroleh. Seseorang dapat melakukan penarikan kesimpulan dari pengetahuan yang ia telah peroleh. Penjelasan pada tingkat ini lebih mendalam daripada di tingkat tahu di mana seseorang hanya dapat menyebutkan dan menguraikan sesuatu, bukan menjelaskannya. 3) Aplikasi (application) Ketika seseorang sudah dapat menjelaskan suatu pengetahuan, tingkat selnjutnya adalah untuk menerapkannya dalam kehidupan nyatanya. Pengetahuan yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya untuk melakukan sesuatu, tetapi dapat juga untuk memprediksi masa depan atau mencari pola dari suatu hal. Aplikasi yang baik adalah dengan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam konteks lain. 9 Universitas Indonesia



4) Analisa (analysis) Analisis merupakan tingkatan yang lebih dalam lagi daripada memahami. Ketika pada tingkat memahami, seseorang dapat menjelaskan suatu konsep. Pada tahap analisa, seseorang mampu menjabarkan hingga tiap komponen. Seseorang dapat menggambarkan, mengelompokkan, membedakan, dan mengkategorian suatu hal. 5) Sintesis (synthesis) Tingkat sintesis sudah mencapai tingkat di mana seseorang mampu menggabungkan pengetahuan-pengetahuan berbeda yang ia peroleh menjadi satu. Pada tahap ini, seseorang dapat memunculkan formulasi baru dari gabungan formuliasi-formulasi. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan tingkatan tertinggi pada pengetahuan karena pada tingkat ini seseorang dapat menilai dan melakukan justifikasi terhadap suatu hal. Ketika seseorang sudah mampu menilai suatu hal, maka seseorang sudah memiliki pemahaman yang mendalam mengenai hal tersebut. Penilaian objektif melihat sisi positif dan negatif dari suatu hal. Maka dari itu, penilaian membutuhkan 5 tingkatan dibawah tingkat evaluasi. Terdapat kriteria khusus yang dapat menilai tingkat pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pengetahuan seseorang dapat dilakukan melalui wawancara atau angket. Dari hasil angket tersebut, dikategorikan kembali kepada tingkat pengetahuan. Dari situ, dapat diketahui pada tingkat mana kah pengetahuan seseorang. Arikunto (2006) memunculkan suatu skala untuk mengukur pengetahuan. Sama dengan Notoatmodjo, Arikunto juga mengugnakan angket untuk penilaian tingkat pengetahuan. Namun, terdapat skala kualitatif yang mengkategorikan hasil dari angket tersebut. Kategorinya adalah sebagai berikut: 1) Baik: hasil presentase 76%-100% 2) Cukup: hasil presentasi 56%-75% 3) Kurang: hasil presentasi < 56% 10 Universitas Indonesia



Rumus untuk menghitung hasil presentasi dari angket adalah berikut: P = f/N x 100% P: persentase f: frekuensi item soal benar N: jumlah soal Masing-masing pertanyaan benar diberikan nilai 1, dan pertanyaan yang salah diberikan nilai 0. 2.2.3 Pengampuan Pajak (Tax Amnesty)



Dalam rangka meningkatkan penerimaan dan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dalam perpajakan maka pemerintah mengeluarkan kebijakan Tax Amnesty atau pengampunan pajak agar hal tersebut dapat terwujud. Pengertian dari Tax Amensty menurut Eric Le Borgne (2006) mengatakan bahwa, “Tax amnesty can be defines as a program that provides for a reduction in real terms of tax payers’ declared and undeclared tax abilities as established by law.” Pengertian tersebut menjelaskan bahwa pengampunan pajak adalah sebuah program yang memberikan pengurangan pada nilai asli yang dimiliki Wajib Pajak sebagai dasar mengukur pajak terutang, baik yang dilaporkan maupun yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak berdasarkan hukum. Nilai asli yang dimaksud adalah nilai penghasilan, harta, dan apapun yang berpotensi sebagai dasar untuk mengukur pajak terutang yang dimiliki oleh wajib pajak sebelum terkena pengaruh inflasi atau dampak perekonomian. Sedangkan menurut International Monetary Fund (IMF) , pengampunan pajak adalah penawaran terbatas yang diberikan oleh pemerintah untuk sekelompok wajib pajak dengan spesifikasi tertentu untuk membayar uang dengan jumlah tertentu, sebagai pertukaran untuk mengampuni utang pajak ( di dalamnya bunga dan penalti), berhubugan dengan masa pajak sebelumnya, beserta pula kebebasan dari penuntutan hukum. Penjelasan mengenai jenis pengampunan dapat dijelaskan menggunakan beberapa term



menurut W.T Pepper dalam buku Kelly dan Oldman , yaitu (i)



Penghindar pajak diberikan kebebasan dari penuntutan hukum tetapi harus membayar 11 Universitas Indonesia



pajak dan full monetary penalty ; (ii) ada kebebasan dari penuntutan hukum dan pengurangan atau pembebasan monetary penalty ; (iii) Perhitungan pajak berdasarkan pengabungan tarif



hingga modal yang tersembnyi sekarang saat pengungkapan



dibuat, tarif dimaksudkan untuk menutupi pajak dan pinalti. Istilah yang digunakan sebelumnya dapat berkembang menjadi tipe-tipe pengampunan pajak.



Tipe-tpie



pengampunan pajak memiliki fitur-fitur tertentu dapat digambarkan seperti tabel di bawah ini. Tabel 2.2.3 Possible Design Features of Tax Amnesties



Siapa yang di-



Apa Jenis



Apa yang



Disertai



targetkan ?



Pajaknya



diberikan



dengan



?



pengampunan ?



 Wajib yang



Pajak  Pajak tidak



terdafar  Wajib yang



Pribadi Pajak  Pajak tidak



melaporkan  Wajib



Pajak



Nakal:  Tidak membayar pajak terhutang  Penghindar Pajak:



Orang



Badan  Pajak



 Bunga  Penalti Pajak  Penuntutan Pidana: 



sipil



Properti  Pajak



Penaliti







Hukuman Penjara



Lainnya



 Pajak Terhutang: 



 Peningkatan Pelaksanaan Tata



Cara



Perpajakan  Peningkatan Audit  Reformasi perpajakan :  Umum



Lain-lainya



 Durasi :  Satu waktu  Permanen  Basis :  Legislatif  Surat Keputusan Administratif



 Desain, di dalamnya,



Jumlah



untuk



yang



mengatasi



sedikit



kepatuhan



12 Universitas Indonesia



- Pajak







Terhutang yang



Jumlah



pajak



lainnya



tidak



dilaporkan - Pajak terhutang yang kurang belum dilaporkan Sumber: Pellechio (1993) Jenis yang paling umum dalam pengampunan pajak memiliki perbedaan yang besar,



masing-masing



dan



mengambil



beberapa



pilihan-pilihan



kebijakan.



Pengampunan pajak pada umumnya menargetkan semua jenis Wajib Pajak, meskipun ada beberapa kebijakan pengampunan pajak yang hanya ditargetkan ke jenis Wajib Pajak tertentu. Selain itu fokus dalam progran pengampunan pajak bisa jadi adalah Wajib pajak yang sudah mengisi formulir pajak penghasilan tetapi belum melaporkan penghasilan – penghasilan yang kurang , atau wajib pajak yang melaporkan penghasilannya secara benar tetapi tidak bisa membayarnya. Keberhasilan kebijakan pengampunan pajak dapat tercapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat keberhasilan pengampunan pajak dapat terpenuhi , yakni : (Kelly & Oldman,1973:546) 1. The Evader must feel in imminent danger of discovery if he does not come forward 2. The Evader must be satisfied that he will receive confidential treatment and that his disclosers will not make him a “marked” man for future harassment



13 Universitas Indonesia



3. The terms offered must be a comparative “bargain” so that there is a financial inducement to come forward rather than lie low and gamble on escaping detection 4. The offer should be open for a definite and limited period, long enough for publicity about the amnesty to reach all evaders but short enough for there to be certain amount of urgency about making a decision 5. The amnesty should be once-for-all offer and there should be no suggestion that it might be repeated at a future date 6. Above all, the pictures should not be that of an administration which, having tried everything else without sucess, is now hoping to “bribe” the evaders whom it cannot trace to come forward of their own volition, but rahter of merciful but determined goverment giving evaders a last chance to square accounts Dari pernyataan sebelumnya hal pertama yang harus dipastikan untuk mencapai kesuksesan dalam kebijakan pengampunan pajak adalah memastikan bahwa kebijakan tersebut memberikan efek jera bagi penghindar pajak sehingga ke depannya dia akan menjadi wajib pajak yang patuh. Selain itu penghindar pajak harus puas dengan perlakuan yang diberikan dan memastikan kerahasian mereka agar mereka tidak terlecehkan di masa depan. Selanjutnya penggunaan istilah pengampunan pajak harus komparatif dengan cara memberikan penawaran sehingga kedepannya penghindar pajak akan terbujuk untuk melaporkan daripada berbohong dan melarikan diri. Setelah itu jangka waktu kebijakan pengampunan pajak dilakukan pada waktu tertentu dan terbatas, sehingga cukup panjang waktunya untuk melakukan publikasi tentang kebijakan pengampunan pajak ke seluruh penghindar pajak tetapi juga cukup pendek untuk menentukan sejumlah urgensi tentang membuat keputusan bagi penghindar pajak. Alasan pembatasan jangka waktu berlakunya kebijakan perlu dilakukan agar kedepannya tidak ada lagi kebijakan yang sama. Dari semua hal yang penting dalam mencapai kesuksesaan Tax Amnesty sudah dilakukan dan gagal, maka



14 Universitas Indonesia



pemerintah harus menyogok penghindar pajak yang tidak terlacak untuk datang atas kemauan mereka sendiri. Terkahir pemerintah dapat memberikan kesempatan terakhir kepada penghindar pajak agar mau mengakui kesalahannya. Kesuksesan kebijakan penghindaran pajak dapat dilihat dari seberapa efektif kebijakan tersebut. Menurut Jensen & Wohlbier (2012) efektifitas kebijakan pengampunan pajak dapat terwujud apabila kebijakan tersebut dipastikan hanya dilakuakan satu kali saja dan selesai pada suatu periode tertentu. Sehingga kedepannya tidak perlu diberlakukannya lagi kebijakan yang sama. Selain itu pemerintah harus memberikan ancaman yang nyata dan kerdible untuk mendeteksi dan memberikan hukuman kepada penghindar pajak.



15 Universitas Indonesia



DAFTAR PUSTAKA BUKU Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta,2010. Azwar S, 2007. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. Baer, Borgne L. Eric. Tax Amneties: Theory, Trends, and Some Alternatives. International Monetary Fund, 2008. Hidayat, A. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba medika, 2009. Kelley, Oldman Oliver. Readings On Income Tax Administration. Harvard Law School Interntaional Tax Program Foundation Press, 1973. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Prasetyo, Miftahuljannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2007. Wawan, A dan Dewi, M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika,2010. SERIAL Borgne, Eric. “Economic and Political Determinants of Tax Amnesties in the U.S States.” Internastional Monetary Fund (2006): 3



16 Universitas Indonesia



Jensen, Jonas. “Improving Tax Governance in EU Member States: Criteria for Successful Polices.” European Commission Directorate-General for Economic adn Financial Affairs Publication (2012) Bayer, Ralph-C. “The Occurrence of Tax Amnesties: Theory and Evidence.”University of Adelaide (2014) Putra, Robby P. “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kecamatan Bayah Provinsi Banten Mengenai Gejala Klinis Malaria.” Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2010) Yuspinah, Yuyun.” Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.” Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2012)



17 Universitas Indonesia