Bab 3 Geologi Regional [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA



3.1



Geologi Regional



3.1.1 Fisiografi Cekungan Aceh Barat berada pada bagian barat dari Pulau Sumatera. Cekungan ini merupakan fore arc basin yang dibatasi oleh Bukit Barisan di sebelah utara, Cekungan Sibolga di sebelah tenggara dan Paparan Sunda Pra Tersier di sebelah selatan (de Coster, 1974). Tatanan tektonik regional ditunjukkan pada Gambar 3.1. Pulau Sumatera dapat diklasifikasikan menjadi lima unit tektono-struktural (dimodifikasi dari Darman dan Sidi, 2000), yaitu: 1. Sunda Outer-arc Ridge, terletak di sepanjang tepi Sunda Fore-arc Basin, merupakan punggungan non-vulkanik yang memanjang dari Laut Andaman hingga tenggara Jawa. 2. Sunda Fore-arc Basin, terletak di antara Sunda Outer-arc Ridge nonvulkanik dengan pegunungan Barisan. Secara umum, ada 3 cekungan depan busur Sunda, yaitu: Cekungan Aceh Barat di barat Sumatera, Cekungan Sibolga di barat laut Sumatera dan Cekungan Bengkulu di barat daya Sumatera. 3. Sumatera



Back-arc



Basin,



merupakan



unit



yang



terbentuk



dari



cekungancekungan, seperti Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah, dan Cekungan Sumatera Selatan. 4. Barisan Mountain-ridge, merupakan busur vulkanik yang umumnya berkomposisi batuan berumur Permian-Karbon hingga Mesozoikum. 5. Sumatera Intra-arc atau Intramontine Basin dipisahkan oleh pangangkatan subsekuen dan erosi dari bekas pengendapan sebelumnya. Unit ini meliputi Cekungan Ombilin yang memanjang dari selatan Solok ke arah barat daya melewati Payakumbuh dengan jarak berkisar 120 km. Cekungan ini sangat dalam, terisi oleh endapan sedimen Tersier dengan umur Eosen hingga awal Miosen Tengah.



28



Gambar 3.1 Tatanan tektonik regional dari Pulau Sumatera (dimodifikasi dari Darman dan Sidi, 2000).



Pulau Sumatera merupakan bagian lempeng kontinental Sundaland dan termasuk dalam bagian Asia Tenggara (Cameron, dkk (1980), Lantai kerak samudera dari samudera India bergerak menuju Lempeng Australia-India dan membentuk suatu penunjaman yang disebut sebagai zona Benioff disepanjang tepi bagian barat dari lempeng Sundaland. Peristiwa ini ditandai dengan adanya palung Sunda pada sepanjang pantai barat Sumatera. Terjadinya penunjaman ini juga diketahui dari kaitan generasi magma yang terbentuk dari Zaman Tersier sampai resent yang menghasilkan gunung api Sumatera. Dorongan tersebut menghasilkan suatu pergerakan yang terjadi secara periodik dan mengakibatkan adanya sesar dextral 29



yang sejajar dengan pinggiran lempengan (Fitch, 1972 dalam Cameron 1983). Sesar yang dihasilkan dikenal dengan Sistem Sesar Sumatera (Sumatera Fault System), suatu rangkaian sesar yang merupakan suatu seri dengan sesar yang terdapat di laut Andaman. Pembentukan Pegunungan Bukit Barisan di sepanjang Pulau Sumatera juga di ikuti dengan pembentukan cekungan. Salah satu cekungan yang terdapat di pantai barat adalah cekungan Aceh Barat. Van Bemmelen membagi pulau Sumatra menjadi 6 zona Fisiografi, yaitu : 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Zona Pegunungan Tiga Puluh 4. Zona Kepulauan Busur Luar 5. Zona Paparan Sunda 6. Zona Dataran Rendah dan Berbukit Berdasarkan posisi geografisnya, cekungan Aceh Barat termasuk kedalam Zona Jajaran Barisan, dimana zona ini memanjang sepanjang sesar Semangko. 3.1.2 Stratigrafi Secara umum stratigrafi daerah Sumatera bagian utara dibagi menjadi 3 (tiga) cekungan sedimentasi tersier yaitu : Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Aceh Barat laut dan Cekungan Aceh Barat (Cameron,dkk.., 1980). Pada daerah Aceh Barat khususnya daerah penyelidikan termasuk dalam cekungan Aceh Barat yang merupakan fore arc basin. Batuan dasar cekungan adalah Kelompok Woyla yang berumur Pra Tersier. Urutan umur geologi secara regional yang ada pada daerah penyelidikan dimulai dari umur tertua hingga termuda (Gambar 3.2) yaitu : 1. Formasi Gume Formasi Gume merupakan formasi yang paling tua dan termasuk kedalam Kelompok Woyla yang berumur Pra-Tersier antara Jura Akhir sampai Kapur Bawah. Formasi ini dicirikan dengan litologi yang terdiri dari metasedimen, metavulkanik, breksi dan basaltik. Lingkungan pengendapan Formasi Gume ini adalah lingkungan pengendapan darat.



30



2. Formasi Brueh Formasi Brueh diendapkan diatas Formasi Gume. Formasi Brueh dicirikan dengan litologi berupa lava basalt yang berumur Eosen Tengah sampai Oligosen Awal. Lingkungan pengendapan Formasi Brueh adalah lingkungan darat.



3. Formasi Tangla Formasi Tangla secara tidak selaras diatasnya diendapkan diatas Formasi Brueh. Formasi Tangla dicirikan dengan litologi yang terdiri dari konglomerat, basalt, breksi, batulempung, batulanau, batupasir dan vulkanik andesitik yang berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Lingkungan pengendapan Formasi Tangla adalah lingkungan fluviatil sampai paralik.



4. Formasi Kueh Formasi Kueh secara selaras diendapkan diatas Formasi Tangla. Formasi Kueh dicirikan dengan litologi yang terdiri dari batupasir karbonatan, batupasir, batulanau, serpih, breksi, dan juga konglomerat yang berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan pada Formasi Kueh ini yaitu lingkungan pengendapan laut – sublitoral.



5. Formasi Calang Formasi Calang diendapkan di atas Formasi Kueh secara tidak selaras. Formasi Calang ini dicirikan dengan litologi yang terdiri dari batuan vulkanik andesitik-basaltik dan juga piroklastik yang berumur Miosen Akhir. Formasi Calang ini diendapkan pada lingkungan pengendapan darat.



6. Formasi Tutut Formasi Tutut diendapkan diatas Formasi Calang secara tidak selaras. Formasi Tutut ini dicirikan dengan litologi batupasir, batulanau, batulempung, serpih, konglomerat serta merupakan formasi pembawa lapisan batubara. Ketebalan dari formasi ini adalah lebih kurang 500 meter yang memberikan indikasi lingkungan pengendapan Fluviatil sampai Delta lakustrin yang berumur Pliosen sampai Plistosen (N.R.Cameron, 1983). 31



7. Formasi Meulaboh Formasi Meulaboh secara selaras diendapkan diatas Formasi Tutut. Formasi Meulaboh ini dicirikan dengan litologi Batupasir. Batupasir pada formasi ini ukuran butirnya dari kerikil-kerakal dan tidak kompak. Formasi ini termasuk kedalam lingkungan pengendapan Fluviatil. Dengan melihat posisi stratigrafi terhadap Formasi Tutut, maka umur dari Formasi Meulaboh ini lebih muda dari Pliosen-Plistosen, yang menurut N.R. Cameron (1983) berumur PlistosenHolosen. Dari hasil penelitian terdahulu formasi ini tidak mengandung batubara.



8. Endapan Aluvial Endapan Aluvial merupakan endapan termuda yang dicirikan dengan material lepas yang terdiri atas kerakal, kerikil, pasir dan lumpur. Endapan ini masih terus berlangsung sebagai hasil dari pengikisan sungai saat ini.



32



Gambar 3.2 Stratigrafi Regional Cekungan Aceh Barat (dimodifikasi dari Cameron,dkk., 1980).



33



3.1.3 Geomorfologi Secara umum geomorfologi Pulau Sumatera yang merupakan bagian dari proses geologi berupa tektonik, magmatik dan erosi sepanjang sejarah geologinya. Gambar garis khayal yang memotong pulau sumatera yang berpola tidak simetri dari bukit barisan ke arah barat morfologi secara drastis berubah menjadi landai, sehingga lembah kaki pegunungan umumnya menjadi tidak lebar. Sebaliknya dari bukit barisan ke timur, morfologi agak halus dengan topografi berangsur landai, sehingga lembah menjadi lebar. Dari bukit barisan ke arah barat bertopografi kasar dengan tingkat erosi yang kuat terhadap batuan yang dilalui aliran sungai. Pembentukan jalur sedimen klastik di lembah bagian barat tidak menerus antara lain adanya aktivitas magma (vulkanik dan intrusi) pada zaman Tersier dan Kwarter. Menurut penelitian terdahulu oleh N.R Cameron,dkk (1983) Morfologi pada formasi Tutut yang merupakan lokasi penelitian berupa daratan berbukit-bukit landai dibagian utara dan bagian selatan dibatasi oleh laut. Kemiringan lereng perbukitan berkisar antara 10o hingga 20o, akan tetapi pada beberapa tempat dapat mencapai lebih dari 20o. Morfologi ini ditempati oleh batupasir, lempung dan konglomerat yang membentuk perbukitan bergelombang. Daerah penyelidikan mempunyai ketinggian rata-rata antara 50 meter hingga 100 meter, namun juga di beberapa tempat dapat mencapai ketinggian >100 meter di atas permukaan laut. Pola aliran sungai yang berkembang di Formasi Tutut umumnya membentuk pola aliran radial dan subdendritik, dimana pola aliran ini dikontrol oleh litologi dan struktur geologi yang terjadi. Stadium erosi yang umum dijumpai merupakan stadium tua dengan lembah-lembah landai dan lebar.



3.1.4 Struktur Geologi Pulau Sumatera merupakan bagian lempeng kontinental Sundaland dan termasuk dalam bagian Asia Tenggara (Cameron, dkk., 1980). Lantai kerak samudera dari samudera India bergerak menuju lempeng Australia-India dan membentuk suatu penunjaman yang disebut sebagai zona Benioff disepanjang tepi bagian barat dari lempeng Sundaland. Peristiwa ini ditandai dengan adanya palung Sunda pada sepanjang pantai barat Sumatera. Terjadinya penunjaman ini juga 34



diketahui dari kaitan generasi magma yang terbentuk dari Zaman Tersier sampai resent yang menghasilkan gunung api Sumatera. Dorongan tersebut menghasilkan suatu pergerakan yang terjadi secara periodik dan mengakibatkan adanya sesar dextral yang sejajar dengan pinggiran lempengan (Fitch., 1972 dalam Cameron 1983). Sesar yang dihasilkan dikenal dengan Sumatera Fault System, suatu rangkaian sesar yang merupakan suatu seri dengan sesar yang terdapat di laut Andaman.



35