BAB 3 Masuknya Agama Dan Kebudayaan Hindu-Budha Ke Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 3 Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia A. Mengenal Agama Hindu dan Budha 1. Agama Hindu Agama Hindu lahir diperkirakan 1.500 SM di tanah india. Agama ini merupakan agama tertua yang memiliki konsep ketuhanan yang kompleks. Namun, agama Hindu sering dianggap sebagai agama yang polytheisme yang menyembah banyak dewa. Tiga dewa utama atau trimurti yang mereka percayai, yaitu Dewa Siwa (Dewa Penghancur), Dewa Brahma (Dewa Pencipta) dan Dewa Wisnu (Dewa Pemelihara). Agama Hindu yang dibawa Bangsa Arya membagi masyarakat dalam kelas-kelas sosial. Kasta tertinggi, yaitu brahmana atau golongan pendeta. Kasta berikutnya, yaitu ksatria atau golongan raja, bangsawan, prajurit. Kasta berikutnya, waisya atau golongan pedagang. Lalu, kasta sudra, yaitu petani.



Empat fase perkembangan agama Hindu di India 1. Zaman Weda (1500 SM) Zaman ini di mulai ketika bangsa Arya berada di Punjab di lembah sungai Shindu, sekitar 2500 – 1500 SM, setelah mendesak bangsa Dravida ke sebelah selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. Bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi. Mereka menyembah dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa, dan sebaginya. Dewa



tertinggi



yang



mereka



anggap



sebagai



penguasa



alam



semesta



mereka



sebut Trimurti, yang terdiri dari: Brahma (pencipta alam), Wisnu (pemelihara alam), dan Siwa (dewa perusak alam dan kematian). Walaupun banyak, semua merupakan manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Esa (disebut Brahman). Jadi agama Hindu adalah agama monoteistis, bukan politeistis. Kitab suci Weda, kitab suci agama hindu, muncul pada zaman ini. Weda termasuk dalam golongan Sruti, secara harfiah berarti “yang didengar”, karena umat hindu meyakini isi Weda sebagai kumpulan wahyu dari Brahman (Tuhan). Pada zaman ini pula masyarakat dibagi menjadi empat kasta yaitu Brahmana (pendeta dan ulama), satria (raja, bangsawan, panglima, dan tentara), Vaisya (pedagang, petani, dan nelayan), Sudra (para pelayan dari semua golongan diatasnya). Ada pula orang-orang yang dianggap berada di luar kasta, yaitu golongan Paria (pengemis dan gelandangan).



2. Zaman Brahmana (1000 – 750 SM) Pada zaman ini, kekuasaan kaum Brahmana amat besar dalam kehidupan keagamaan. Merekalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para dewa. Pada zaman ini pula



mulai disusun tata cara upacara beragama yang teratur dalam apa yang kemudian disebut Kitab Brahmana. Weda menjadi pedoman penyusun tat cara upacara agama ini.



3. Zaman Upanisad (750 – 500 SM) Pada zaman ini, yang dipentingkan tidak hanya upacara dan sesaji saja, tetapi lebih dari itu   pengetahuan batin yang lebih tinggi. Zaman ini adalah zaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu zaman orang berfilsafat atas dasar Weda.



4. Zaman Buddha (500 – 300 SM) Zaman ini dimulai ketika putra raja Sudhodana yang bernama Sidharta menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem Yoga dan Semadhi, sebagai jalan utuk mendekatkan diri kepada Tuhan.



2. Agama Budha Sekitar abad ke-6, Agama Hindu di India mengalami penurunan. Disaat itulah kemudian muncul agama Budha yang disiarkan oleh Siddharta Gautama. Agama ini memiliki satu kitab suci yang dinamakan sebagai kitab Tripitaka yang berarti tiga keranjang atau tiga himpunan nikmat.



Dalam tripitaka terdapat 3 isi pokok ajaran yakni: a. Suttapitaka berisi himpunan ajaran dan khotbah Buddha. Bagian terbesarnya adalah percakapan antara Buddha dan beberapa orang muridnya yang di dalamnya pula terdapat pembahasan terkait meditasi dan peribadatan. b. Winayapitaka berisi tata hidup setiap anggota biara (sangha). c. Abhidharmapitaka ditujukan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha sebab merupakan pelajaran lanjutan. Dalam ajaran Budha terdapat 4 kota suci, yakni: a. Taman Lumbini di Kapilawastu merupakan tempat lahirnya Siddharta (563 SM). b. Bodhgaya merupakan tempat Siddharta menerima wahyu Buddha. c. Kusinagara merupakan tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM. d. Benares merupakan tempat Siddharta berkhotbah pertama kali. Siddharta Gautama pernah melakukan penyebaran agama di Taman Menjangan, Benares yang berisi antara lain: a. Aryastyani, yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida). 1) hidup adalah derita (duka) atau samsara, 2) samsara disebabkan oleh hasrat keinginan (tresna) atau tanha,



3) keinginan tresna harus dihilangkan 4) cara menghilangkan tresna yaitu dengan delapan jalan tengah. Delapan jalan tengah, yaitu 1) pengertian yang benar, 2) maksud yang benar, 3) bicara yang benar, 4) laku yang benar 5) kerja yang benar, 6) ikhtiar yang benar, 7) ingatan yang benar, 8) renungan yang benar. b. Pratityasamudpada artinya rantai sebab akibat yang terdiri atas dua belas rantai dan masing-masing merupakan sebab dari hal berikutnya. Agama Buddha berkembang pesat di India pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja Ashoka. Kemudian untuk menghormati sang Budha, Raja Ashoka membuat monumen sebeagai berikut: a. Bunga saroja sebagai perlambang kelahiran Siddharta, b. Pohon bodhi (pipala) sebagai perlambang penerangan agung, c. Jantera sebagai perlambang memulai pengajaran, d. Stupa sebagai perlambang kematian. Menurut para ahli sejarah, cara masuk dan proses penyebaran agama Hindu-Budha di Indonesia terbagi menjadi 2, yaitu: 



Masyarakat Nusantara berperan pasif



Maksudnya adalah masyarakat Nusantara mempelajari agama Hindu dan Buddha melalui masyarakat India dan China yang datang ke Nusantara. 



Masyarakat Nusantara berperan aktif



Masyarakat Nusantara belajar langsung ke India dan China untuk mempelajari agama tersebut secara mendalam kemudian kembali ke Nusantara sebagai penyebar agama tersebut. Dari 2 cara tersebut Squad, muncul 5 teori tentang masuknya agama Hindu-Buddha.  3 untuk yang berperan pasif dan 2 untuk yang berperan aktif. Berikut ini adalah teoriteorinya:



Teori masuknya Hindu-Buddha Banyak teori dan opini yang diberikan para ahli sejarah tentang masuknya agama Hindu- Buddha ke Nusantara. Berikut beberapa teori masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara:



1. Teori Brahmana Teori Brahmana diungkap oleh J.C Van Leur. Dia menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Buddha yang datang ke Nusantara dibawa oleh golongan Brahmana. Golongan Brahmana adalah golongan agama. Mereka sengaja diundang oleh penguasa waktu itu. Ini didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Di India bahasa Sansakerta hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.



2. Teori Kesatria Dalam teori kesatria menyatakan jika masuk agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Nusantara dibawa oleh kasta ksatri. Karena sekitar abad ke-4 hingga abad ke-6 di India sering terjadi peperangan. Sehingga kasta ksatria yang terdiri dari kaum bangsawan ada yang mengalami kekalahan, kemudian melarikan diri mencari daerah baru hingga ke Nusantara. Teori Kesatrian ini dikemukan oleh sejarawan C.C Berg.



3. Teori Waisya Teori Waisya dikemukakan oleh Prof. Dr. N. J. Krom. Dia mengatakan jika proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha melalui hubungan dagang antara India dan Nusantara. Kaum Waisya yang berdagang ke Nusantara mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak memungkinkan akan kembali. Saat tiba di Nusantara biasanya mereka menetap sementara waktu, sekitar enam bulan.



Selama menetap, mereka memanfaatkan untuk menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha. Baca juga: Biografi Siddharta Gautama, Pendiri dan Penyebar Agama Buddha



4. Teori Arus Balik Dalam teori arus balik ini menyatakan banyak orang Nusantara yang sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Setelah kembali ke Nusantara mereka menyebarkan ajaran Hindu-Buddha ke masyarakat. Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Teori arus balik di dukung dengan pendapat Van Leur. Menurutnya orang-orang Nusantara memiliki peran dalam proses masuknya kebudayaan India. Mereka penasaran dengan kebudayaan tersebut. Di sana, mereka menetap selama beberapa waktu dan kemudian kembali pulang ke Nusantara



B. Kehidupan Politik, Ekonomi, social-Budaya Masyarakat Indonesia Pada Masa Hindu- Budha Bentuk pengaruh Hindu-Budha 1. Bahasa dan Tulisan Pengaruh Hindu-Budha mengantarkan masyarakat Indonesia kepada budaya tulis atau zaman sejarah. Budaya tulis itu menggunakan Bahasa sansekerta dengan huruf Pallawa atau jenis tulisan yang digunakan di bagian selatan India. Dalam perkembangannya, huruf Pallawa menjadi dasar dari huruf-huruf lain di Indonesia seperti huruf Kawi, Jawa Kuno, Bali Kuno, Lampung, Batak, dan Bugis-Makasar. Sementara, bahasan sansakerta mengalami stagnasi karena digunakan hanya dilingkungan terbatas yaitu di istana dan khusus digunakan oleh kalangan Brahmana. Budaya tulisan atau aksara dari masa-Hindu-Budha di Nusantara dikuatkan oleh bukti-bukti berupa prasasti dan kitab.



2. Seni Bangunan Pengaruh Hindu-Budha secara fisik paling jelas tampak pada bangunan candi. Dimana, candi merupakan bangunan yang paling banyak didirikan pada masa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Candi memiliki arti atau bentuk bangunan beragam misalnya candi yang berfungsi sebagai tempat peribadatan dan makam, candi pemandian suci (parthirtan). Candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki bandi (bhurloka, alam dunia fana), tubuh candi (bhurwaloka, alam pembersihan jiwa), dan puncak candi (swarloka, alam jiwa suci). Namun, karena ciri akulturasi adalah dengan mempertahankan kekhasan budaya asalnya, maka terdapat perbedaan arsitektur yang cukup mencolok, salah satunya candi yang berada di kawasan Jawa Tengah dengan yang ada ada di Jawa Timur. Adapun perbedaan dari candi-candi tersebut antara lain :











Candi di Jawa Tengah, berbentuk tambun dengan hiasan kalamakara (wajah raksasa) di atas gerbang pintu masuk. Puncak candi berbentuk stupa, dengan bahan utama batu andesit. Pada umumnya, candi ini akan menghadap kea rah timur. Candi di Jawa Timur, berbentuk lebih ramping, dengan hiasan kala di atas gerbang lebih sederhana daripada kalamakara. Puncak candi berbentuk kubus, dengan bahan utama batu bata. Umumnya, candi yang berada di Jawa Timur ini menghadap kearah barat.



3. Kesusasteraan Dalam perkembangannya, budaya tulisan melahirkan karya-karya sastra berupa kitab buah karya para pujangga Nusantara. Kitab ini berupa kumpulan kisah, catatan, atau laporan tentang suatu peristiwa, kadang di dalamnya juga terdapat mitos. Pengaruh akulturasi budaya ini paling jelas tampak pada upaya adaptasi yang dilakukan oleh sejumlah pujangga seperti Mpu Kanwa, Mpu Sedah, Mpu Dharmaja, dan Mpu Panuluh. Mereka melakukan adaptasi terhadap epic Mahabharata dan Ramayana disesuaikan dengan kondisi pada masa itu. 4. Kepercayaan dan Filsafat Kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum dikenalnya agama Hindu-Budha adalah kepercayaan yang bercorak animism dan dinamisme. Seiring masuknya pengaruh Hindu-Budha maka masyarakat Indonesia pun mulai menganut kedua agama tersebut. 5. Sistem Pemerintahan Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia mengubah sistem pemerintahan yang ada di nusantara. Awalnya, sistem pemerintahan bercorak kesukuan dan kerakyatan menjadi monarki dengan hirarki (tingkatan) yang jelas. Struktur pemerintahan monarki berlaku umum disemua kerajaan Hindu-Budha yang pernah muncul di Indonesia mulai dari Kutai sampai Majapahit, artinya pemimpin tertinggi pemerintahan adalah raja. Dimana, raja dipilih berdasarkan faktor keturunan dari dinasti yang berkuasa dan dikukuhkan oleh kasta Brahmana atau kasta yang paling disegani dalam masyarakat Hindu.