Bab 3 Perkembangan Teknologi Produksi Kapal-Buku Ajar Tekpro [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

34



Wahyuddin



3



PENDAHULUAN Salah satu tahapan pembangunan kapal adalah pengkonstruksian material menjadi ril sebuah kapal. Seiring penemuan teknologi las (welding technology) menggantikan teknologi keling (riveting technology), maka teknologi perakitan kapalpun mengalami evolusi teknologi. Teknologi untuk merakit kapal mengalami perkembangan mulai dari sistem komponen atau metode tradisional/konvensional sampai dengan sistem blok atau metode moderen. Mempelajari sejarah perkembangan teknologi produksi kapal memberikan suatu pemahaman secara menyeluruh kelebihan dan kekurangan suatu metode, serta pengaplikasiannya di galangan-galangan.



URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAPAL Sebelum teknologi las ditemukan, tiap kapal dibangun dengan cara/urutan yang sama yaitu setelah lunas diletakkan gading-gading diletakkan baru kemudian memasang pelat setahap demi setahap, layaknya pembangunan kapal kayu. Proses ini diistilahkan berorientasi sistem (system oriented) artinya lunas dirakit sebagai sebuah sistem, kemudian sistem ganding-gading di rakit, tahap berikutnya sistem kulit dan seterusnya sampai utuh menjadi kapal.



35



Wahyuddin



Sekarang ini, setelah teknologi las menggantikan sistem keling (riveting) pengembangan



metode/teknologi



pembangunan



kapal



memungkinkan



dapat



dilakukan. Menurut Eyres (2007), berkat teknologi las bagian-bagian seperti gadinggading dapat langsung disatukan dengan pelat kulit, lunas dapat dilas dengan bagian geladak dan sekat sekaligus membentuk panel, sub-blok atau bahkan blok. Teknologi las juga membuat banyak pekerjaan perakitan dapat dilakukan dengan baik dengan tingkat akurasi, efesiensi dan keamanan yang tinggi dilandasan peluncuran maupun di bengkel-bengkel kerja. Blok telah dikerjakan dengan menggunakan teknologi las dapat ditegakkan (erected) antara blok dengan blok lain membentuk sebuah kapal. Proses ini diistilahkan berorientasi zone (zone oriented).



Gambar 3.1. Tahapan Perkembangan Teknologi Produksi (Sumber: Chirillo, 1983, halaman 3)



Menurut Chirillo (1983), perkembangan teknologi produksi kapal menjadi empat tahapan, berdasarkan teknologi yang digunakan dalam proses pengerjaan lambung



dan



outfitting.



Evolusi



perkembangan



teknologi



produksi



kapal,



sebagaimana terlihat pada gambar 3.1. PENDEKATAN KONVENSIONAL/TRADISIONAL Conventional Hull Construction dan Outfitting (Pendekatan Sistem) Tahapan pertama ini, diberi nama tahapan sistem/tradisional karena pekerjaan dipusatkan pada masing-masing sitem fungsional yang ada dikapal. Kapal direncanakan dan dibangun sebagai suatu sistem.



36



Wahyuddin



Pertama lunas diletakkan, kemudian gading-gadingnya dipasang dikulitnnya. Bila badan kapal hampir selesai dirakit pekerjaan outfitting dimulai. Pekerjaan outfitting direncanakan dan dikerjakan sistem demi sistem, seperti pemasangan ventilasi, sistem pipa, listrik dan mesin. Metode ini merupakan metode yang paling konvesional dengan tingkat produktifitas masih sangat rendah, karena semua lingkup pekerjaan dilakukan secara berurutan dan saling ketergantungan satu sama lain sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama. Mutu hasil pekerjaan sangat rendah karena hampir seluruh pekerjaan dilakukan secara manual di building berth, kondisi tempat kerja kurang mendukung dari segi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan/posisi kerja. Pengorganisasian pekerjaan sistem demi sistem seperti ini merupakan halangan untuk mencapai produktifitas yang tinggi. Mengatur dan mengawasi pekerjaan pembuatan kapal menggunakan ratusan pekerja adalah sukar. Kegagalan seorang pekerja menyelesaikan suatu pekerjaan yang diperlukan oleh pekerja lain sering mengakibatkan”overtime” untuk pekerja tersebut, dan idleness bagi pekerja yang lain. Selain itu, hampir semua aktivitas produksi dikerjakan di-building berth pada posisi yang relative sulit. Semua keadaan di atas pada prisipnya sangat menghalangi usaha-usaha untuk menaikkan produktifitas. Pada gambar 3.2 s/d gambar 3.8 memperlihatkan kapal dibangun dengan pendekatan konvensiona/tradisional.



Gambar 3.2. Peletakan lunas dengan pendekatan sistem/tradisional (Sumber: Carmichael A.W,1919, halaman 196)



37



Wahyuddin



Gambar 3.3. Perakitan wrang dengan pendekatan sistem/tradisional (Sumber: Carmichael A.W, 1919, halaman 198)



Gambar 3.4. Perakitan struktur dasar ganda dengan pendekatan sistem/tradisional (Sumber: Carmichael A.W, 1919, halaman 198)



38



Wahyuddin



Gambar 3.5. Perakitan struktur dasar ganda telah selesai (Sumber: Carmichael A.W, 1919, halaman 198)



Gambar 3.6. Perakitan gading-gading dengan pendekatan sistem/tradisional (Sumber: The National Shipbuilding Research Program,di akses Juni 2011)



39



Wahyuddin



Gambar 3.7. Penegakan sekat dengan pendekatan sistem/tradisional (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



Gambar 3.8. Penggunaan perancah pada perakitan kapal dengan pendekatan sistem/tradisional (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



40



Wahyuddin



Hull Block Construction Method dan Pre Outfitting (Sistem Seksi atau Blok Konvesional) Tahapan ini, dimulai dengan digunakannya teknologi pengelasan pada pembuatan kapal. Proses



pembuatan badan kapal kemudian menjadi proses



pembuatan blok-blok atau seksi-seksi di las, seperti seksi geladak dan kulit dan lainlain, yang kemudian dirakit menjadi badan kapal. Perubahan ini diikuti dengan perubahan pekerjaaan outfitting, dimana pekerjaan ini dapat dikerjakan pada blok dan pada badan kapal yang sudah jadi. Perubahan ini dikenal dengan pre-outfitiing. Tahapan kedua ini masih dipertimbangkan tradisional, karena design, material defenition dan procurement masih dikerjakan sistem demi sistem. Sedang proses produksinya diorganisasi berdasarkan zone atau block, sehingga tahapan ini juga dikenal sebagai ”sistem/stage”. Karena adanya dua aspek yang bertentangan antara perencanaan dan pengerjaannya, banyak kesempatan untuk perbaikan produktifitas masih tidak dapat dilakukan.



Gambar 3.9. Pembuatan kapal menggunakan teknologi keling (riveting) (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



Pada gambar 3.9 memperlihatkan pembuatan kapal menggunakan teknologi keling dan pada gambar 3.10 memperlihatkan pembuatan kapal menggunakan teknologi las serta gambar 3.11 memperlihatkan pembuatan kapal menggunakan pendekatan sistem seksi.



41



Wahyuddin



Gambar 3.10. Pembuatan kapal menggunakan teknologi pengelasan (welding) (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



Gambar 3.11. Pembuatan kapal menggunakan sistem seksi (pre-fabrication) (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



42



Wahyuddin



PENDEKATAN MODEREN Proses Lane Construction dan Zone Outfitting atau Full Outfitting Block System (FOBS) Tahapan berikutnya diberi nama zone/area/stage. Kebanyakan galangan di Jepang dan Eropa menggunakan sistem ini. Evolusi dari teknologi pembangunan kapal moderen dari metode tradisional dimulai pada tahapan ini. Tahapan ini ditandai dengan process lane construction dan zone outfitting, yang merupakan aplikasi group teknologi (GT) pada hull construction dan outfitting work. GT adalah suatu metode analitis untuk secara sistematik menghasilkan produk dalam kelompok-kelompok yang mempuyai kesamaan dalam perencanaan maupun proses produksinya. Pada gambar 3.12 s/d gambar 3.17 memperlihatkan aplikasi GT pada pekerjaan fabrikasi komponen terbuat dari pelat, profil dan pipa.



Gambar 3.12. Fabrikasi komponen pelat berbentuk datar tidak beraturan dengan pendekatan grup teknologi (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



Process lane dari segi praktis adalah suatu seri work station (bengkel) yang dilengkapi dengan fasilitas produksi (mesin, peralatan dan tenaga kerja dengan keahlian tertentu) untuk membuat satu kelompok produk yang mempuyai kesamaan dalam proses produksinya. Suatu contoh pengelompokkan adalah sebagai berikut: pertama adalah process lane untuk subassembly bentuk datar, kurva dan bentuk kompleks. Dengan pengelompokan seperti ini, berarti galangan mengelompokkan proses produksi berdasarkan kesamaan proses produksi, yang memungkinkan



43



Wahyuddin



pekerja berpengelaman mengerjakan-pekerjaan di bengkel kerja. Ini adalah suatu faktor yang penting untuk mencapai produkstifitas tinggi.



Gambar 3.13. Fabrikasi komponen pelat berbentuk datar beraturan dengan pendekatan grup teknologi (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



Gambar 3.14. Fabrikasi komponen pelat menjadi bentuk profil gading-gading dengan pendekatan grup teknologi (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



44



Wahyuddin



Gambar 3.15. Fabrikasi komponen pelat menjadi bentuk pipa dengan pendekatan grup teknologi (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



Gambar 3.16. Fabrikasi komponen pelat menjadi bentuk kurva menggunakan mesin bending (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



Zone outfitting adalah teknologi kedua yang membedakan tahapan ini dengan metode tradisional. Istilah zone outfitting berarti membagi pekerjaan ini menjadi region/zone, tidak berdasarkan sistem fungsionalnya. Karakteristik berikutnya dari



45



Wahyuddin



metode ini adalah dibaginya pekerjaan outfitting menjadi tiga stage atau tahap, ialah on-unit, on-block, dan on-board (Lamb.T,1985) dan (Storch,dkk,1995). Galangan moderen secara sistematik berusaha meminimalkan pekerjaan outfitting on-board.



Gambar 3.17. Fabrikasi komponen out fitting (Sumber: The National Shipbuilding Research Program, di akses Juni 2011)



Integrated Hull Construction, Outfitting and Painting (IHOP) Tahapan



keempat



ditandai



dengan



suatu



kondisi



dimana



pekerjaan



pembuatan badan kapal, outfitting dan pengecatan sudah diintegrasikan. Keadaan ini digunakan untuk menggambarkan teknologi yang paling maju di industri perkapalan, yang telah dicapai IHI Jepang. Pada tahapan ini proses pengecatan dilakukan sebagai bagian dari proses pembuatan kapal yang terjadi dalam setiap stage. Selain itu karakteristik utama dari tahapan ini adalah digunakannya teknik-teknik manajemen yang bersifat analitis, khususnya analisa statistik untuk mengontrol proses produksi atau yang dikenal sebagai accuracy control system. Pada gambar 3.18 diperlihatkan sebuah sub-blok pekerjaan teritegrasi dengan outfitting dengan pengecatan (IHOP). Serta gambar 3.19 memperlihatkan on-unit outfitting (salah satu modul dikamar mesin).



46



Wahyuddin



Gambar 3.18. Pembuatan kapal mengaplikasikan integrasi antara pekerjaan lambung, instalasi dan pengecatan (Sumber: Chirillo,1983,halaman 3)



Gambar 3.19. Modul kamar mesin yang dikerjakan secara on-unit outfitting dengan integrasi pekerjaan pengecatan (Sumber: Chirillo,1983,halaman 3)



PENUTUP SOAL-SOAL LATIHAN MANDIRI 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknologi produksi kapal tradisional atau berorientasi sistem?.



47



Wahyuddin



2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknologi produksi kapal moderen atau berorientasi produk?. 3. Jelaskan dan berikan contoh perbedaan antara teknologi produksi tradisional dengan moderen. 4. Apa pengertian process lane? 5. Mengapa teknologi produksi kapal secara tradisional sulit mencapai tingkat produktifitas tinggi?



TUGAS MAHASISWA BERKELOMPOK 1.



TUJUAN TUGAS II



2.



URAIAN TUGAS a. Objek Garapan b. Yang Harus dikerjakan dan batasan-batasan



c. Metode/Cara pengerjaan dan Acuan yang digunakan



3.



Kriteria Penilaian



Menjelaskan karakteristik teknik-teknik produksi kapal. Literatur / Kajian Pustaka Membuat makalah dengan isi: 1. Menjelaskan sejarah teknik produksi kapal. 2. Membedakan karakter tiap teknik produksi kapal. 3. Menarik simpulan  Studi literatur .  Teori-teori desain produksi kapal.  Mengidentifkasi ciri-ciri tiap teknologi produksi kapal mencakup sejarah, klasifikasi dan teknologi yang digunakan.  Ketepatan waktu penyelesain  Sistematika sajian  Kemutahiran literatur.  Kejelasan argumentasi pengambilan keputusan



DAFTAR BACAAN Carmichael A.W, 1919, Practical Ship Production First Edition, McGraw-Hill Book Company Inc, New York, diakses Juli 2011, http://www.archive.org/details /practicalshippro00carmich. Chirillo,L.D.,R.D.Chirillo.,Y.Okayama.,1983, Integrated Hull Outfitting and Painting, NSRP, Maritime Administration in cooperation with Todd Facific Shipyard Corp, USA. Eyres D. J.,2007, Ship Construction Sixth edition, Butterworth-Heinemann is an imprint of Elsevier,Linacre House, Jordan Hill, Oxford. Jonson.C.S., L.D.Chirillo, 1979, Outfit Planning, NSRP with U. S. Department Of Transportation Maritime Administration. Lamb Thomas, 1986, Engineering for Ship Production (SP-9), SNAME, U. S. Department Of Commerce Maritime Administration, Washington,D.C.



Wahyuddin



48



Storch,R.L., Hammon,C.P., and Bunch,H-M., 1995, Ship Production Second Revision, Cornell Maritime Press, Centreville. Okayama,Y, L.D.Chirillo, 1982, Product Work Breakdown Structure, NSRP, Maritime Administration in cooperation with Todd Facific Shipyard Corp, USA. http://www.nsrp.org, The National Shipbuilding Research Program (NSRP), diakses Juli 2011.