Bab 4 Dasar Pemrograman PLC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV DASAR PEMROGRAMAN PLC



Karena PLC bersifat softwire, di mana fungsi kontrol dapat secara mudah diubah dengan mengganti programnya menggunakan suatu software, sehingga pemrograman merupakan hal yang sangat penting dalam pembahasan tentang PLC. Bahasa pemrograman PLC mudah dipahami sebab sebagian besar berkaitan dengan operasi-operasi logika dan penyambungan. Pada bagian ini akan dibahas model pemrograman PLC (difokuskan pada ladder diagram dan kode mnemonik) dan contoh-contoh sederhana pada beberapa jenis PLC. Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat membuat program-program sederhana dalam bentuk ladder diagram dan kode mnemonik dengan fungsi-fungsi dasar logika pada beberapa jenis PLC. 4.1 Model Pemrograman Menurut Setiawan (2006:9), berkaitan dengan pemrograman PLC, ada lima model atau metode yang distandarnisasi penggunaannya oleh IEC (International Electrical Commission) 61131-3, yaitu: 1. Instruction List (Daftar Instruksi) – Pemrograman dengan menggunakan instruksi-instruksi bahasa level rendah (mnemonic), seperti LD/STR, NOT, AND, dan sebagainya. 2. Ladder Digram (Diagram Tangga) - Pemrograman berbasis logika relai, cocok digunakan untuk persolan-persoalan kontrol diskrit yang kondisi input outputnya hanya memiliki dua kondisi yaitu ON dan OFF, seperti pada sistem kontrol konveyor, lift, dan motor-motor industri. 3. Function Block Diagram (Diagram Blok Fungsional) – Pemrograman berbasis aliran data secara grafis. Banyak digunakan untuk tujuan kontrol proses yang melibatkan perhitungan-perhitungan kompleks dan akuisisi data analog.



52



4. Sequential Function Charts (Diagram Fungsi Sekuensial) – Metode grafis untuk pemrograman terstruktur yang banyak melibatkan langkah-langkah rumit, seperti pada bidang robotika, perakitan kendaraan, batch control, dan sebagainya. 5. Structured Text (Teks Terstruktur) – Pemrograman ini menggunakan statemen-statemen yang umum dijumpai pada bahasa level tinggi (high level programming) seperti If/Then, Do/While, Case, For/Next, dan sebagainya. Dalam aplikasinya, model ini cocok digunakan untuk perhitungan-perhitungan matematis yang kompleks, pemrosesan tabel dan data, serta fungsi-fungsi kontrol yang memerlukan algoritma khusus. Walaupun hampir semua vendor PLC telah mendukung kelima model pemrograman tersebut, tetapi secara de facto sampai saat ini yang sangat luas penggunaannya terutama di industri adalah Ladder Diagram. Alasan utamanya adalah karena diagram ini mirip dengan diagram kontrol elektromekanis yang sebelumnya sudah banyak digunakan di industri. Berikut bahasa pemrograman yang digunakan oleh beberapa merek PLC. Tabel 4.1. Penggunaan Bahasa Pemrograman PLC Merek PLC



Bahasa Pemrograman yang Digunakan



Allen Bradley PLC-5 & SLC-500



Ladder Diagram (LD)



Allen Bradley Logix 5000 family



Ladder Diagram (LD), Function Block Diagram (FBD), Sequential Function Chart (SFC), Structure Text (ST)



Omron CX-Programmer V8.1



Ladder Diagram (LD), Function Block Diagram (FBD), Sequential Function Chart (SFC)



Schneider



Ladder Diagram (LD), Function Block Diagram (FBD), Sequential Function Chart (SFC)



Siemens



Ladder Diagram (LD), Function Block Diagram (FBD), Sequential Function Chart (SFC), Instruction List (IL)



53



Dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan metode pemrograman diagram tangga (ladder diagram programming) dan metode daftar instruksi. Metode pemrograman tangga menyediakan suatu cara untuk menuliskan program, yang kemudian dapat dikonversikan menjadi kode mesin oleh suatu software, sehingga dapat digunakan oleh mikroprosesor PLC. Dengan metode daftar instruksi,



kode-kode mnemonik dipergunakan,



di mana tiap-tiap kode



diasosiasikan dengan sebuah elemen diagram tangga. Diagram tangga adalah suatu diagram mirip anak tangga yang menggambarkan urutan kerja dari sistem kontrol. Ladder diagram menggunakan simbol standar untuk merepresentasikan elemen rangkaian dan fungsi dalam sistem kontrol. Ladder diagram terdiri dari dua garis vertikal. Antara kedua garis vertikal tersebut terdapat simbol-simbol switch contact normally open (NO), switch contact normally closed (NC), timer, counter, fungsi, dan output (coil). Menurut Bolton (2004: 63), dalam menggambarkan diagram tangga, diterapkan konvensi-konvensi tertentu: -



Garis-garis vertikal diagram merepresentasikan rel-rel daya, di mana di antara keduanya komponen-komponen rangkaian tersambung.



-



Tiap-tiap anak tangga mendefenisikan sebuah operasi di dalam proses kontrol.



-



Sebuah diagram tangga dibaca dari kiri ke kanan, dan dari atas ke bawah.



-



Tiap-tiap anak tangga harus dimulai dengan sebuah input atau sejumlah input, dan harus berakhir dengan setidaknya sebuah output.



-



Perangkat-perangkat listrik ditampilkan dalam kondisi normalnya.



-



Sebuah perangkat tertentu dapat digambarkan pada lebih dari satu anak tangga. Sebagai contoh, sebuah relai dapat menyalakan satu atau lebih perangkat listrik.



-



Seluruh input dan ouput diidentifikasikan melalui alamat-alamatnya, notasi yang digunakan bergantung pada pabrik PLC yang bersangkutan. Alamat ini mengindikasikan lokasi input atau output di dalam memori PLC. Sebagai contoh: Mitsubishi mengawali alamat untuk input dengan sebuah huruf X dan untuk output dengan huruf Y, misalnya alamat input X400, dan alamat output Y430.



54



Toshiba juga menggunakan sebuah huruf X dan huruf Y, misalnya alamat input X000, dan alamat output Y000. Siemens mengawali alamat-alamat input dengan huruf I dan output dengan huruf Q, misalnya: I0.1, dan Q2.0. Allen Bradley menggunakan huruf I dan O, misalnya: I:21/01, dan O:22/01. Telemechanique menggunakan huruf I dan O, misalnya: I0.0, dan O0.0. OMRON mengawali alamat input dengan 000. dan output dengan 010. Misalnya: input 000.00, dan output 010.00. Dalam PLC-PLC yang berukuran lebih besar, yang memiliki sejumlah rak untuk kanal-kanal input dan output, rak-rak tersebut diberi nomor. Misalnya Allen Bradley PLC-5, rak yang memuat prosesor diberi nomor 0 dan alamat rak-rak lainnya diberi nomor 1, 2, 3, dan seterusnya sesuai dengan posisi yang ditetapkan untuk saklar-saklar yang bersangkutan. Masing-masing rak dapat dapat memuat beberapa buah modul dan tiap-tiap modul menangani sejumlah input dan atau output. Sistem pengalamatan Allen Bradley PLC-5 diperlihatkan pada Gambar 4.1. I = input O = output



Nomor modul



x: x x x / x x Nomor rak



Nomor terminal



Gambar 4.1. Sistem pengalamatan Allen Bradley PLC-5 Dengan Siemens SIMATIC, input-input dan output-output ditata dengan kelompok-kelompok yang terdiri dari 8 unit. Tiap-tiap kelompok disebut sebagai byte dan tiap-tiap terminal input atau output di dalam sebuah kelompok disebut sebagai bit. Dengan demikian, masing-masing input atau output memiliki alamat yang disusun dalam konteks nomor byte dan nomor bit, secara efektif mengindikasikan nomor sebuah modul yang diikuti oleh nomor sebuah terminal, dengan tanda titik (.) yang memisahkan antara kedua nomor tersebut. Sistem pengalamatan Siemens SIMATIC diperlihatkan pada Gambar 4.2.



55



Gambar 4.2. Sistem pengalamatan Siemens SIMATIC Selain menggunakan sistem pengalamatan untuk mengidentifikasikan input dan output, PLC-PLC juga menggunakannya untuk mengidentifikasikan pirantipiranti internal yang dibuat oleh software, seperti relay (saklar), timer (pewaktu), dan counter (pencacah). 4.2 Fungsi-Fungsi Logika 4.2.1 Ladder Diagram Fungsi-Fungsi Logika Banyak kontrol yang mengharuskan dilakukannya tindakan-tindakan pengontrolan ketika suatu kombinasi dari kondisi-kondisi tertentu terpenuhi. Hal tersebut dapat digambarkan dengan sebuah persamaan atau gerbang-gerbang logika. Gerbang-gerbang logika yang biasa digunakan, antara lain: 1. AND Gerbang AND pada sebuah diagram tangga diperlihatkan pada Gambar 4.3. Untuk menghasilkan Output ON (logika 1) maka Input A dan Input B harus dalam keadaan ON.



Gambar 4.3. Diagram tangga untuk sebuah sistem gerbang AND 2. OR Sistem gerbang OR pada sebuah diagram tangga diperlihatkan pada Gambar 4.4. Untuk menghasilkan Output ON (logika 1) maka Input A atau Input B (atau keduanya) dalam keadaan ON. 56



Gambar 4.4. Diagram tangga untuk sebuah sistem gerbang OR 3. NOT Sistem gerbang NOT pada sebuah diagram tangga diperlihatkan pada gambar 4.5.



Gambar 4.5. Diagram tangga untuk sebuah sistem gerbang NOT



4. NAND Gambar



4.6



memperlihatkan



sebuah



diagram



tangga



yang



mengimplementasikan sebuah gerbang NAND.



(a)



(b) Gambar 4.6. a. Gerbang NAND,



b. Diagram tangga untuk sebuah sistem gerbang NAND



57



5. NOR Gambar 4.7 memperlihatkan sebuah diagram tangga untuk sebuah sistem berbasis gerbang NOR. A A B



OR



NOT



atau



NOT



AND B



NOT



(a)



(b) Gambar 4.7. a. Gerbang NOR, b. Diagram tangga untuk sebuah sistem gerbang NOR 6. EXOR Sebuah gerbang OR menghasilkan output ketika salah satu atau kedua inputnya berada dalam kondisi 1. Akan tetapi, pada situasi-situasi tertentu, dibutuhkan sebuah gerbang yang dapat menghasilkan output ketika salah satu di antara kedua inputnya, tidak keduanya sekaligus, bernilai 1. Gerbang seperti ini disebut gerbang OR Eksklusif atau EXOR. Salah satu cara untuk mendapatkan gerbang semacam ini adalah dengan menggabungkan gerbang-gerbang NOT, AND, dan OR seperti Gambar 4.8. A



NOT AND



B



OR AND NOT



(a)



(b)



Gambar 4.8. a. Gerbang XOR. b. Diagram tangga untuk sebuah sistem gerbang EXOR.



58



4.2.2 STL (Statement List) atau Kode Mnemonik Kode-kode yang digunakan berbeda-beda antara satu pabrik PLC dengan pabrik PLC lainnya, meskipun sebuah standar IEC 1131-3 telah diajukan (Bolton, 2004: 74). Walaupun kode mnemonik setiap pabrik PLC berbeda, tetapi diagram tangganya hampir semua sama. Tabel 4.2 memperlihatkan mnemonik beberapa jenis PLC untuk berbagai kode instruksi. Tabel 4.2. Mnemonik untuk berbagai kode instruksi pada beberapa PLC OMRON LD LD NOT AND AND NOT OR OR NOT OUT



IEC 1131-3



Mitsubishi



LD LDN AND ANDN O ORN ST



LD LDI AND ANI OR ORI OUT



Siemens A AN A AN O. ON =



Telemecanique L LN A AN O ON =



Contoh: 1. Diagram tangga untuk sebuah sistem gerbang AND seperti pada Gambar 5.3, dapat



dibuat



kode mnemoniknya seperti pada Tabel 4.3



(dengan



memperhatikan sistem pengalamatan setiap tipe PLC). Tabel 4.3. Kode mnemonik dari diagram tangga sistem gerbang AND pada Gambar 4.3. Instruksi Langkah



Mitsubishi



Siemens



Telemecanique



OMRON



0



LD



X400



A



I0.1



L



I0.1



LD



000.00



1



AND



X401



A



I0.2



A



I0.2



AND



000.01



2



OUT



Y430



=



Q2.0



=



Q0.0



OUT



010.00



2. Diagram tangga untuk sebuah sistem gerbang EXOR seperti pada gambar 4.8(b), dapat dibuatkan diagram tangganya dengan notasi Mitsubhisi,



59



Siemens, dan OMRON seperti pada Gambar 4.9. Kode mnemoniknya seperti pada Tabel 4.4.



Gambar 4.9. Diagram tangga sistem gerbang EXOR Tabel 4.4. Kode mnemonik dari diagram tangga sistem gerbang EXOR pada Gambar 4.9 Instruksi Langkah 0 1 2 3 4 5



Mitsubishi LD ANI LDI AND ORB OUT



X400 X401 X400 X401 Y430



Siemens (Simatic Manager) A I0.0 AN I0.1 O AN I0.0 A I0.1 = Q0.0



OMRON LD AND NOT LD NOT AND OR LD OUT



000.00 000.01 000.00 000.01 010.00



3. Diagram tangga pada Gambar 4.10 dapat dipandang sebagai dua blok rangkaian yang di-AND-kan dengan menggunakan notasi Mitsubhisi, Siemens, dan OMRON. Daftar instruksi/kode mnemoniknya seperti pada Tabel 4.5.



Gambar 4.10. Diagram tangga dua blok yang di-AND-kan



60



Tabel 4.5. Kode mnemonik untuk diagram tangga pada Gambar 4.10. Langkah 0 1 2 3 4 5 6 7 8



Mitsubishi LD X400 OR X402 LD X401 OR X403 ANB OUT Y430



Instruksi Siemens A( O O. ) A( O O. ) =



I0.0 I0.2



I0.1 I0.3



OMRON LD 000.00 OR 000.02 LD 000.01 OR 010.03 AND LD OUT 010.00



Q2.0



4.3 Pengunci (Latching) dan Relai Internal 4.3.1 Pengunci (Latching) Seringkali terdapat situasi-situasi di mana output harus tetap berada dalam keadaan hidup meskipun input telah terputus. Istilah rangkaian latching (pengunci)



dipergunakan



untuk



rangkaian-rangkaian



yang



mampu



mempertahankan dirinya sendiri (self-maintaining), dalam artian bahwa setelah dihidupkan, rangkaian akan mempertahankan kondisi ini hingga input lainnya diterima. Contoh sebuah rangkaian latching diperlihatkan pada gambar 4.11.



Gambar 4.11. Rangkaian latching. Ketika saklar input A menutup, dihasilkan sebuah output. Akan tetapi, ketika terdapat sebuah output, saklar lain yang diasosiasikan dengan output juga menutup. Saklar ini bersama dengan saklar input A membentuk suatu sistem gerbang logika OR. Sehingga, walaupun input A membuka, rangkaian akan tetap mempertahankan output dalam keadaan menyala. Satu-satunya cara untuk melepaskan kontak-kontak saklar output adalah dengan mengaktifkan kontak B yang normal-menutup.



61



4.3.2 Relai Internal Di dalam PLC terdapat elemen-elemen yang digunakan untuk menyimpan data, yaitu bit-bit, dan menjalankan fungsi-fungsi relai, yaitu dapat disambungkan dan diputuskan, dan dapat menyambungkan dan memuuskan perangkat-perangkat lain. Oleh karena itu, dipergunakanlah sebutan relai internal (internal relay/IR). Relai internal sebenarnya bukanlah sebuah perangkat relai dalam pengertian sebenarnya, namun hanya merupakan bit-bit di dalam memori penyimpanan data yang “berperilaku” sebagaimana layaknya sebuah relai. Di dalam pemrograman, relai-relai internal dapat diperlakukan sebagaimana layaknya relai-relai input dan output eksternal. Untuk membedakan output dari relai internal dengan output dari perangkat relai eksternal, pada kedua jenis output diberikan alamat yang berbeda. Sebagai contoh, Mitsubishi mempergunakan istilah relai sekunder (auxiliary relay) atau marker dengan notasi alamat M100, M101, dan seterusnya. Siemens mempergunakan istilah memory dan notasi pengalamatan M0.0, M0.1, dan seterusnya. Telemechanique menggunakan istilah bit dan notasi B0, B1, dan seterusnya. Toshiba menggunakan istilah relai internal dan notasi R000, R001, dan seterusnya. Allen-Bradley menggunakan istilah penyimpanan bit (bit storage) dan notasi pada produk PLC-5-nya, B3/001, B3/002, dan seterusnya. OMRON menggunakan pengalamatan 20000, 20001, dan seterusnya. Contoh penggunaan relai internal dalam program dengan notasi Siemens dan OMRON, diperlihatkan pada Gambar 4.12.



Gambar 4.12. Contoh penggunaan relai internal. a. Dengan notasi Siemens, b. Dengan notasi OMRON. 62



4.4 Pembuatan Program Fungsi Logika Prosedur



pembuatan program kendali



menggunakan PLC,



dapat



digambarkan dalam bentuk diagram alir seperti pada gambar 4.13. Start



Deskripsi Kontrol



Merencanakan alamat I/O Penulisan Program ke Diagram Tangga



Pemrograman



Simulasi Program



Program Benar?



Tidak



Koreksi Kembali



Ya I/O disambung dengan Peralatan Luar



Uji Kerja



Bekerja Benar?



Tidak



Koreksi Sambungan



Ya Simpan Program



Kontrol Siap Kerja



END



Gambar 4.13. Diagram alir pengoperasian PLC



63



Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh dengan menggunakan PLC OMRON CPM1A-20CDR-A dan PLC Siemens. Pengenalan terhadap struktur



memori



suatu



PLC



sangat



diperlukan,



agar



supaya



dapat



menggunakannya dengan tepat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pada PLC Omron CPM1, terdapat beberapa memori yang memiliki fungsifungsi khusus. Masing-masing lokasi memori memiliki ukuran 16-bit atau 1 word. Tabel 4.6 memperlihatkan Data Area PLC Omron CPM1. Tabel 4.6. Data Area PLC Omron CPM1.



Daerah IR merupakan daerah yang paling sering digunakan. Bagian memori ini digunakan untuk menyimpan status keluaran dan masukan PLC. Beberapa bit berhubungan langsung dengan terminal masukan (input) dan keluaran (output). Daerah memori IR terbagi atas tiga macam area, yaitu area masukan (input area), area keluaran (output area), dan area kerja (work area). Untuk mengakses memori ini, cukup dengan menuliskan angkanya saja, 000 untuk masukan, 010 untuk keluaran, dan 200 untuk memori kerja.



64



PLC OMRON Model CPM1A-20CDR-A, membutuhkan catu daya/power suplly AC, output method: relay output, mempunyai jumlah point input dan output = 20 (input points = 12, alamat 000.00 s.d. 000.11 atau 0.00 s.d. 0.11, dan output points = 8, alamat 010.00 s.d. 010.07 atau 10.00 sd. 10.07). Terminal input-output PLC OMRON Model CPM1A-20CDR-A diperlihatkan pada gambar 4.14.



Alamat Input: 00000 s/d 00011



Alamat Output: 01000 s/d 01007 Gambar 4.14. Alamat terminal input-output PLC OMRON CPM1A-20CDR-A Tabel 2. Operand Ranges for the S7-200 CPU224 Area Identifier I



Data Area



SIEMENS S7-200 CPU224



Input



I0.0 to I15.7



Q



Output



Q0.0 to Q15.7



M



Internal Memory Bit



M0.0 to M31.7



SM



Special Memory Bit



SM0.0 to SM549.7



V



Variable Memory



V0.0 to V8191.7



T



Timer



T0 to T255



C



Counter



C0 to C255



65



PLC Siemens S7-200 CPU 224, memiliki total 24 Input/Output yaitu 14 Digital Input dan 10 Digital Output, dengan alamat sebagai berikut. Alamat Input : I0.0 – I0.7 dan I1.0 – I0.5. Alat Output



: Q0.0 – Q0.7 dan Q1.0 – Q1.1.



Contoh 1. Buat program kendali sebuah lampu yang dapat di ON-OFF dari dua tempat (dengan dua saklar). Sistem tersebut merupakan salah satu aplikasi dari logika EXOR. a. Dengan menggunakan PLC OMRON (CX-Programmer 9.0) Sistem tersebut mempunyai 2 input (saklar1 dan saklar2), dan 1 output (lampu), dengan pengaturan alamat input-output sebagai berikut: Saklar1



: 000.00 atau 0.00



Saklar2



: 000.01 atau 0.01



Lampu



: 010.00 atau 10.00



Program dalam bentuk Ladder Diagram



Program dalam bentuk kode mnemonik atau STL



b. Dengan menggunakan PLC Siemens S7-200 (STEP 7-Micro/WIN SP1) Pengaturan alamat input-output sebagai berikut: Saklar1



: I0.0



Saklar2



: I0.1



Lampu



: Q0.0



66



Program dalam bentuk Ladder Diagram



Program dalam bentuk kode mnemonik atau STL



c. Dengan menggunakan PLC Siemens S7-300 (SIMATIC Manager) Pengalamatan sama dengan program pada PLC Siemens S7-200. Program dalam bentuk Ladder Diagram



Program dalam bentuk kode mnemonik atau STL



67



Contoh 2. Pengontrolan Putaran Motor dalam Dua Arah Putaran Cara Kerja Sistem: Sistem di-ON dan di-OFF dengan 4 push button (PB). Jika PB 1 ditekan, maka motor berputar ke kanan (cw) ditandai dengan bekerjanya kontaktor 1 dan akan tetap berputar meskipun PB 1 dilepas. Motor akan OFF jika PB 2 ditekan. Jika PB 3 ditekan, maka motor berputar ke kiri (ccw) ditandai dengan bekerjanya kontaktor 2 dan akan tetap berputar meskipun PB 3 dilepas. Motor akan OFF jika PB 4 ditekan. Kontaktor 1 dan 2 tidak boleh bekerja bersamaan. Rangkaian daya dan rangkaian kontrol konvensional (kontrol relai) sistem tersebut diperlihatkan pada gambar 4.15.



Gambar 4.15. Rangkaian daya dan kontrol pengoperasian motor dengan 2 arah putaran a. Dengan menggunakan PLC OMRON Penentuan alamat Input-Output:



PB1 PB2 PB3 PB4 K1 K2



= 0.00 = 0.01 = 0.02 = 0.03 = 10.00 = 10.01



68



Dalam bentuk Ladder Diagram



Dalam bentuk kode mnemonik (STL)



b. Dengan menggunakan PLC Siemens S7-200. Penentuan alamat Input-Output:



PB1



= I0.0



PB2



= I0.1



PB3



= I0.2



PB4



= I0.3



K1



= Q0.0



K2



= Q0.1



69



Dalam bentuk Ladder Diagram



Dalam bentuk kode mnemonik (STL)



70



c. Dengan menggunakan PLC Siemens S7-300. Penentuan alamat input-output sama dengan pada PLC Siemens S7-200. Dalam bentuk Ladder Diagram



Dalam bentuk kode mnemonik (STL)



71



4.5 Penutup A. Kesimpulan 1. Ada lima model atau metode pemrograman PLC yang distandarnisasi penggunaannya oleh IEC 61131-3, yang dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: a. Representasi gambar/simbol dapat berupa : Diagram Tangga (Ladder Digram / LAD), Diagram Blok Fungsi (Function Block Diagram / FBD), Urutan Chart Fungsi (Sequential Function Charts / SFC). b. Bentuk



tabel



perintah,



dapat



berupa:



Daftar



Instruksi



(Instruction/Statement List / STL), dan Teks Terstruktu (Structured Text / ST). 2. Model pemrograman PLC yang sangat luas penggunaannya terutama di industri adalah Ladder Diagram karena diagram ini mirip dengan diagram kontrol elektromekanis yang sebelumnya sudah banyak digunakan di industri. 3. Pengenalan terhadap struktur memori suatu PLC sangat diperlukan, agar supaya dapat menggunakannya dengan tepat sesuai dengan fungsinya masingmasing. B. Soal-soal Latihan 1. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S). Gambar 4.16 memperlihatkan sebuah anak tangga, yang:



(i) Ketika hanya kontak input 1 diaktifkan, terdapat sebuah output. (ii) Ketika hanya kontak input 2 diaktifkan, terdapat sebuah output. A. (i) B, (ii) B B. (i) B, (ii) S C. (i) S, (ii) B D. (i) S, (ii) S



72



2. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S). Gambar 4.17 memperlihatkan sebuah anak tangga, yang menghasilkan sebuah output ketika:



(i). Input 1 dan input 2 keduanya diaktifkan. (ii). Salah satu di antara input 1 dan input 2 tidak diaktifkan. A. (i) B, (ii) B B. (i) B, (ii) S C. (i) S, (ii) B D. (i) S, (ii) S 3. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S). Gambar 4.18 memperlihatkan sebuah anak tangga, yang menghasilkan sebuah output ketika:



(i). Input 1 dan input 2 keduanya diaktifkan. (ii). Input 1 atau input 2 diaktifkan. A. B. C. D.



(i) B, (i) B, (i) S, (i) S,



(ii) B (ii) S (ii) B (ii) S



Pilihan jawaban untuk soal 4 sampai 7 diberikan oleh sistem-sistem gerbang logika: A. AND B. OR C. NOR D. NAND



73



4. Bentuk sistem gerbang logika manakah yang direpresentasikan oleh sebuah diagram tangga dengan dua saklar normal-terbuka (NO) yang tersambung secara paralel? 5. Bentuk sistem gerbang logika manakah yang direpresentasikan oleh sebuah diagram tangga dengan sebuah anak tangga yang memiliki dua saklar normaltertutup (NC) yang tersambung secara paralel? 6. Bentuk sistem gerbang logika manakah yang direpresentasikan oleh sebuah diagram tangga dengan sebuah anak tangga yang memiliki dua saklar normaltertutup (NC) yang tersambung secara seri? 7. Bentuk sistem gerbang logika manakah yang direpresentasikan oleh sebuah diagram tangga dengan sebuah anak tangga yang memiliki dua saklar normalterbuka (NO) yang tersambung secara seri? Gambar 4.19 untuk soal No. 8 sampai 10.



8. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S). Relai internal IR 1 diaktifkan ketika: (i). Terdapat sebuah input ke In 1. (ii). Terdapat sebuah input ke In 3. A. B. C. D.



(i) B, (i) B, (i) S, (i) S,



(ii) B (ii) S (ii) B (ii) S



74



9. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S). Relai internal IR 2 diaktifkan ketika: (i). Relai internal IR 1 telah diaktifkan. (ii). Input 4 diaktifkan. A. (i) B, (ii) B B. (i) B, (ii) S C. (i) S, (ii) B D. (i) S, (ii) S 10. Tentukan apakah masing-masing pernyataan di bawah ini benar (B) atau salah (S). Terdapat sebuah output dari Out 1 ketika: (i). Hanya terdapat input ke In 1, In 2, dan In 4. (ii). Hanya terdapat input ke In 3, dan In 4. A. (i) B, (ii) B B. (i) B, (ii) S C. (i) S, (ii) B D. (i) S, (ii) S 11. Buatlah diagram tangga, dan kode mnemonik sistem di bawah ini, dengan cara yang digunakan pada PLC Siemens dan Omron. a. Dua buah saklar normal-terbuka (NO) yang salah satunya harus menutup agar sebuah kumparan/relai dapat dialiri listrik dan mengoperasikan sebuah aktuator. b. Sebuah motor yang dijalankan dengan menekan sebuah tombol mulai (Start) yang akan dikembalikan ke posisi awalnya oleh mekanisme pegas, dan motor akan tetap bekerja hingga sebuah tombol berhenti (Stop), yang juga didukung oleh mekanisme pegas, ditekan. c. Sebuah lampu yang akan menyala apabila terdapat sebuah input dari sensor A atau sensor B. e. Sebuah lampu yang akan menyala apabila tidak terdapat input ke sensor.



75