Bab 4 Pembahasan New2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rahabilitasi medik dan pelayanan perawatan. Dalam perkembangannya, pelayanan Rumah Sakit tidak terlepas dari pembangunan ekonomi masyarakat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan) tetapi juga bersifat rehabilitatif (pemulihan). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan Rumah Sakit bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu, pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komprehensif dan holistik). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit (Depkes RI, 2009, http://depkes.go.id, diakses tanggal 16 Mei 2018). Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Menurut Nursalam (2015), keperawatan sebagai pelayanan yang 1



professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standard professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan datang perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dengan memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia secara profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen



pelayanan



perawatan.



Manajemen



pelayanan



keperawatan



merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2015), merupakan suatu pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan



empat



fungsi



manajemen



antara



lain



perencanaan,



pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Berdasarkan uraian di atas pelayanan keperawatan sebagai inti pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan kontribusi perawatannya dapat 2



membentuk praktek keperawatan yang optimal. Perkembangan praktek keperawatan ditentukan oleh teknik manajemen dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan. Manajemen keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan pendekatan fungsi-fungsi manajemen mulai planning, organizing, aktuating dan controlling. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran di lahan praktek. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi terdepan yang kontak langsung dengan pasien, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Ini terbukti pelayanan keperawatan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro dengan jumlah karyawan ±600 dan jumlah perawat mencapai ±200-an. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen (Dahulu RSUD Sragen) merupakan Rumah Sakit negeri yang berlokasi di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Didirakan pada tahun 1958 dengan klasifikasi Tipe D kemudian pada tahun 1995 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen berkembang menjadi Tipe C yang tertuang dalam SK Bupati Sragen No : 445/461/011/1995 dan pada tahun 1999 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro menjadi C Swadana yang tertuang dalam Perda Nomor 7 tahun 1999 dan kini RSUD dr. Soehadi Prijonegoro telah menjadi Rumah Sakit Tipe B. Hingga kini RSUD dr. Soehadi Prijonegoro menjadi Rumah Sakit pilihan dan telah memiliki pasien dari berbagai daerah disekitar Kabupaten Sragen seperti Kabupaten Ngawi Jawa Timur, Grobogan, Karanganyar dan masyarakat Sragen sendiri pada umumnya. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro 3



selain memberikan pelayanan pasien secara individu juga melayani pasien karyawan perusahaan dan klien perusahaan asuransi. Guna memenuhi kebutuhan dan harapan pasien, RSUD dr. Soehadi Prijonegoro terus mengembangkan pusat layanan unggulan/Center of Excellent dan Diagnostic Center yang lengkap dengan peralatan kedokteran terkini guna mendukung diagnose penyakit secara paripurna dan akurat. Pada RSUD dr. Soehadi Prijonegoro terdapat beberapa fasilitas pelayanan diantaranya terdapat IGD, Rawat Jalan, Rawat Inap, Farmasi, ICU/ICCU, Hemodialisa. Dari beberapa fasilitas yang tersedia terdapat layanan ruang rawat inap yang terdiri dari ruang penyakit dalam,bedah, bersalin dan nifas, perinatalogi dan ruang anak. Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro merupakan salah satu ruang perawatan inap yang merawat kasus anak, dan



sudah



semestinya membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi tercapainya mutu pelayanan yang baik bagi masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu dilakukan sebuah studi tentang proses manajeman keperawatan di Ruang Anggrek dimana salah satu bentuknya adalah praktek manajemen keperawatan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan praktek manajemen selama 4 minggu diharapkan mahasiswa



mampu



memahami



dan



mengaplikasikan



manajemen



keperawatan di Ruang Rawat Inap Anggrek dr. RSUD dr Soehadi Prijonegoro. 2. Tujuan Khusus Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro mahasiswa mampu : a. Melakukan pengkajian tentang gambaran umum Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. 4



b. Melakukan analisa dari aspek manajemen di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. d. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di Ruang Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro. e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang telah disusun sesuai prioritas di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. C. Waktu dan Tempat Waktu Praktek Stase Manajemen dilaksanakan selama 4 minggu, dimulai dari tanggal 14 Mei 2018 sampai tanggal 9 Juni 2018. Tempat praktek Stase Manajemen di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijinegoro. D. Cara Pengambilan Data 1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Kasus 4. Survey E. Praktek Praktekan adalah mahasiswa Program Studi Profesi Ners Poltekkes Surakarta



BAB II PENGKAJIAN A. PROFIL RUANGAN Ruang Anggrek terletak di gedung baru lantai 3 paling selatan berbatasan disebelah barat terdapat Ruang Wiajaya Kusuma, sebelah timur Ruang Perinatologi dan sebelah utara berbatasan dengan Ruang CempakaNifas. 5



Ruang Anggrek merupakan salah satu ruang perawatan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro yang memberikan perawatan bagi pasien laki-laki dan perempuan yang berumur 29 hari sampai dengan 18 tahun kurang 1 hari. Ruang Anggrek merupakan



ruang rawat inap di RSUD dr. Soehadi



Prijonegoro Sragen yang memberikan pelayanan untuk pasien umum dan pasien BPJS yang terdiri dari HCU, kelas I, kelas II, kelas III dan ruang titipan anak khusus bedah. HCU sebanyak 1 kamar, berisi 2 tempat tidur. Kelas I sebanyak 2 kamar masing-masing berisi 2 tempat tidur. Kelas II sebanyak 2 kamar berisi 3 tempat tidur. Kelas III sebanyak 3 kamar berisi 5 tempat tidur dan terdapat 1 ruang khusus untuk kamar infeksius. Ruang Anggrek juga terdapat ruang khusus titipan untuk bedah anak sebanyak 1 kamar berisi 3 tempat tidur. Terdapat beberapa ruangan, seperti : Nurse Station yang digunakan sebagai pusat pelayanan pasien, 1 ruang yang digunakan untuk penyimpanan obat dan alat. Ruang Anggrek memiliki ruang untuk Kepala Ruangan dan Dokter serta memiliki ruang tindakan yang digunakan sebagai penyimpanan linen. Ruang bermain yang digunakan sebagai sarana dan prasarana bermain anak serta pengggunaan sebagai praktikkan untuk melakukkan Satuan Acara Bermain (SAB) dan terdapat 1 ruang kosong pada ruang Anggrek.



B. INPUT 1. Man a. Tenaga Kesehatan Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan



melalui



pendidikan



di



bidang



kesehatan



yang



memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.



6



Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya keseahtan. Dalam undangundang tersebut tenaga kesehatan salah satunya adalah tenaga keperawatan yaitu perawat. Berikut ini adalah tabel nama, jabatan, pendidikan, masa kerja, dan pelatihan mengenai tenaga perawat dan tenaga administrasi Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.



Tabel 2.1 Ketenagaan Perawat dan Administrasi Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tahun 2017 No



Nama Perawat



Jabatan



Pendidikan Terakhir



1



Kushariati, S.Kep. Ns.



Kepala Ruang



S-1 Keperawatan



Ketua Tim



S-1 Keperawatan



Perawat Pelaksana



S-1 Keperawatan



Perawat Pelaksana



S-1 Keperawatan



Perawat Pelaksana



D-III Keperawatan



2 3 4 5



Indah Kartikowati, S.Kep. Ns Pentana Wahyu W, S.Kep. Ns Tri Supraptini S.Kep. Ns Yetiningsih Amd.Kep



Masa kerja (Tahun) 1990 (28thn) 2006 (12thn) 2003 (15thn) 2008 (10thn) 2006 (12thn)



Status Kepegawaian PNS PNS PNS PNS PNS 7



6 7 8 9



Eny Susilowati, Amd.Kep Sulistyaningsih, Amd.Kep Lilis Sumarti S.Kep, Ns Lina Indriyanti, Amd.Kep



10



Mardiyem



11



Marisa, S.Kep. Ns Harti Prihatin, Amd.Kep



12



Perawat Pelaksana



D-III Keperawatan



2010 (8thn)



PNS



Perawat Pelaksana



D-III Keperawatan



2007 (11thn)



PNS



Perawat Pelaksana



S-1 Keperawatan



Perawat Pelaksana



D-III Keperawatan



Pelaksana Administrasi Ruang Perawat Pelaksana



Sekolah Menengah Atas (SMA) S-1 Keperawatan



Perawat Pelaksana



D-III Keperawatan



13



Dewi Eko, Amd. Kep



Perawat Pelaksana



D-III Keperawatan



14



Suyatmi , Amd. Kep



Perawat Pelaksana



D-III Keperawatan



2011 (7thn) 2010 (8th) 1985 (33th) 2018 (April) 2010 (8thn) 2010 (8thn) 2009 (9thn)



PNS PNS PNS BLUD BLUD BLUD BLUD



Sumber: Daftar Dinas Ruang Anggrek Berdasarkan data atau table 2.1 diatas jumlah ketenagaan perawat sebanyak 13 perawat yang terbagi menjadi 1 karu, 1 Ketua Tim dan 11 perawat pelaksana. Jenjang pendidikan perawat ruang Anggrek sejumlah 7 perawat (53,84%) D-III Keperawatan , 6 orang (46,15%) pendidikan profesi Ners. Standar pendidikan untuk perawatan profesional adalah S-1 Keperawatan dan harus Ners. Dalam hubunganya dengan penerapan pelayanan keperawatan serta meningkatan pendidikan formal setara S1 dan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kasus-kasus yang dirawat di Ruang Anggrek yaitu kasus anak. Kualifikasi tenaga perawat di Ruang Anggrek menurut kualifikasi pendidikan formal adalah sudah memenuhi pola ketenagaan yang ditetapkan oleh rumah sakit yakni dengan pendidikan minimal DIII Keperawatan.



8



Sedangkan untuk tenaga administrasi, berdasarkan data diatas, pendidikan tenaga administrasi di Ruang Anggrek berjumlah 1 karyawan, yang berpendidikan SMA. Petugas administrasi bertugas bertanggung jawab mengatur, mengurus administrasi yang berada di Ruang Anggrek yaitu pasien masuk, pasien keluar, billing system computer, bon kebutuhan ruangan dan segala administrasi di Ruang Anggrek. b. Program pengembangan kinerja staf Tenaga keperawatan yang berkualitas mempunyai sikap profesional dan dapat menunjang pembangunan kesehatan, hal tersebut memberi dampak langsung pada mutu pelayanan di rumah sakit sehingga pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat memberikan kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan maupun perawat sebagai pemberi pelayanan. Pemberdayaan sumber daya manusia mulai dari proses rekruitmen, seleksi dan penenpatan, pembinaan serta pengembangan karir harus dikelola dengan baik, agar dapat



memaksimalkan



pendayagunaan



tenaga



memberikan kepuasan kerja bagi perawat. Untuk dapat mewujudkan tercapainya



perawat pelayanan



dan yang



berkualitas diperlukan adanya tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan intelektual, tehnikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan kaidah etik dan moral (Hamid, 2009). Pada kenyataannya saat ini tenaga perawat yang ada dilapangan masih belum memenuhi standar. Pelayanan keperawatan yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat sesuai dengan keahliannya, berat ringannya pekerjaan dan sifat pekerjaan yang monoton, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang, serta sikap pimpinan atau supervisor dalam memberikan bimbingan dan pembinaan.



9



Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan memilih karir yang lebih baik sehingga ia terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis &Huston, 2009). Sehubungan dengan hal tersebut manajemen rumah sakit harus berusaha mencitakan kepuasan kerja sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan dan disiplin perawat meningkat serta mendukung terwujudnya rumah sakit (Hasibuan, 2009). Program pengembangan kinerja staf dilakukan di ruang Anggrek dilakukan dengan cara memberikan usulan mengenai pelatihan yang diajukkan setiap tahunnya ke Diklat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro salah satu contoh usulan untuk program pelatihan meliputi komunikasi terapeutik, service excellent dan pelatihan mengenai tumbuh kembang anak. Pelatihan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia (Perawat) dan pelayanan kepda pasien.



c. Kasus yang sering ditemukan Lima besar penyakit yang terdapat diruang Anggrek dalam 1 tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.2 Lima Besar Penyakit Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tahun 2017 No



Jenis Penyakit



Jumlah Pasien



Presentase



1



Gastroenteritis and colitis unsoecified origin



130



29.5 10



2 3 4 5



Acute bronchitis, unspecified Acute upper respiratory infection, unspecified Febrile convulsions Chronic tonsilitis Jumlah



110



24.9



106



24.0



52



11.8



43 441



9.8 100%



Sumber : Rekam Medik RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Analisa : Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengkajian ditemukan bahwa selama tahun 2017 ada 5 kasus terbanyak. Kasuskasus penyakit yang menempati 5 besar penyakit yang sering muncul di Ruang Anggrek adalah Gastroenteritis and colitis of unspecified orign sebanyak 130 pasien (29.5%), Acute bronchitis, unspecified sebanyak 110 pasien (24.9%), Acute upper respiratory infection, unspecified sebanyak 106 pasien (24.0%), Febrile convulsions sebanyak 52 pasien (11.8%), Chronic tonsilitis sebanyak 43 pasien (9,8%). Berdasarkan data lima besar penyakit yang terdapat di Ruang Anggrek tahun 2017, diketahui kasus penyakit terbanyak adalah pasien dengan Gastroenteritis and colitis of unspecified orign sebanyak 130 pasien (29,5%). Penentuan lima besar penyakit yang telah kami lakukan ini tidak mutlak menjadi tolak ukur untuk membuat standar asuhan keperawatan, karena data yang kami gunakan hanya dalam jangka waktu perawatan 1 tahun terakhir. Dengan adanya lima besar penyakit yang banyak terjadi di Ruang Anggrek yang kami analisa dari data rekam medik selama 1 tahun terakhir, perawat perlu mengetahui dan memahami konsep 5 besar penyakit melalui pembuatan Satuan Asuhan Keperawatan (SAK) dari masing-masing penyakit tersebut. SAK yang ada di ruang 11



Anggrek sudah lengkap dan baru saja diterbitkan tahun 2015 yang lalu.



d. Jumlah pasien Distribusi Jumlah Pasien Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.3 Jumlah Pasien Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tahun 2017



No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah



Hidup 56 56 65 66 60 51 67 49 54 70 88 87 769



Jumlah Pasien Meninggal 48 Jam Jam 1 1 2 0 1 0 4 1 3 1 0 1 0 0 0 0 2 0 1 1 3 1 2 0 19 6



Rujuk



Jumlah Pasien



Jumlah Lama Rawat



Jumlah TT



Hasil BOR (%)



2 0 0 0 10 2 0 1 0 1 0 2 18



222 222 237 204 275 191 238 173 198 238 354 360 2912



3.70 3.83 3.59 2.87 3.72 3.54 3.55 3.46 3.54 3.26 3.85 3.96 3.59



2.73 2.64 3.00 3.23 3.36 2.16 2.68 2.00 2.24 2.92 3.68 3.64 34.19



32.55 36.04 34.75 30.91 40.32 25.47 30.71 22.32 26.40 30.71 42.70 46.45 33.59 12



Sumber : Rekam Medik RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Analisa : Berdasarkan tabel 2.3 menunjukkan bahwa pasien Anggrek, presentase BOR terbesar yaitu pada bulan Desember 2017 sebesar 46.45% dengan jumlah pasien sebanyak 360 pasien. Sedangkan untuk presentase BOR terkecil yaitu pada bulan Agustus 2017 sebesar 22.32% dengan jumlah pasien sebanyak 173 pasien. Rata-rata BOR di Ruang Anggrek selama bulan Januari - Desember 2017 adalah 33.59%.



e. Tingkat ketergantungan pasien Tingkat ketergantungan pasien selama pengkajian yaitu : Tabel 2.4 Tingkat Ketergantungan Pasien Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tahun 2017



Klasifikasi pasien Waktu Klasifikasi



Pagi



Siang



Malam



Minimal



0 x 0,17 = 0



0 x 0,14 = 0



0 x 0,10 = 0



Parsial



4 x 0,27 = 1,8



4 x 0,15 = 0,6



4 x 0,07 = 0,28



Total



10 x 0,36 = 3,6



10 x 0,30 = 3



10 x 0,20 = 2



Jumlah



5,4/2 = 2,7



3,6/2 = 1,8



2,28/2 = 1,14



f. Kebutuhan perawat Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan perencanaan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga



yang dibutuhkan dalam



suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai untuk suatu ruangan tiap shiftnya. 13



Berikut ini adalah cara perhitungan tenaga perawat: 1) Menurut Douglas Penghitungan jumlah tenaga keperawatan dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan untuk untuk setiap shift pasien dan hasil keseluruhan ditambah sepertiga (1/3). Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi tingkat tergantung untuk tiap shift jaga seperti pada tabel berikut:



Tabel 2.5 Klasifikasi Ketergantungan Pasien RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tahun 2017 KLASIFIKASI PASIEN MINIMAL Pagi Siang 0,17 0,34 0,51



0,14 0,28 0,42



PARTIAL



Mala m 0,10 0,20 0,30



Pagi Siang 0,27 0,54 0,81



0,15 0,30 0,45



TOTAL



Mala m 0,07 0,14 0,21



Pagi Siang Malam 0,36 0,72 1,08



0,30 0,60 0,90



0,20 0,40 0,60



Perhitungan Kebutuhan menurut Douglas (1997) jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Anggrek adalah seperti tergambar pada tabel berikut : Tabel 2.6 Jumlah Kebutuhan Perawat Per Sift RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tahun 2017 Apabila kapasitas bed terisi penuh (22 kamar) Klasifikasi Minimal



15 MEI 2018 P S 0,14 x 0 = 0,17 x 0 = 0 0



M



P



0,07 x 0 = 0



0,17 x 0 = 0



16 MEI 2018 S 0,14 x 0 = 0



M 0,07 x 0 = 0 14



Intermediet 0,27 x 2 = 0,54 Maksimal



0,36 x 5 = 1,8



Total



2,34



0,15 x 2 = 0,3 0,30 x 5 = 1,5 1,8



0,10 x 2 = 0,2



0,27 x 2 = 0,54



0,15 x 2 = 0,3



0,10 x 2 = 0,2



0,20 x 5 = 1



0,36 x 5 = 1,8



0,30 x 5 = 1,5



0,20 x 5 = 1



1,2



2,34



1,8



1,2



Menurut perhitungan Douglas, jumlah perawat yang dibutuhkan adalah di Ruang Anggrek adalah:  Tanggal 15 Mei 2018 = Pagi : 2,34=2, Siang : 1,8=2, Malam : 1,2=1  Tanggal 16 Mei 2018 = Pagi : 2,34=2, Siang : 1,8=2, Malam : 1,2=1 Jumlah rerata perawat yang dibutuhkan = 2 + 2 + 1 = 5 orang/ perawat. Perawat yang libur atau cuti 1/3 x 5 = 1,6 = 2 perawat. Perhitungan ini belum termasuk kepala ruang dan 2 katim. Bila dihitung secara keseluruhan, maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 5+2+1+2 = 10 perawat. 2)



Menurut Gillies Jumlah ketenagakerjaan yang dibutuhkan (x) di ruang rawat dapat dilihat dari aspek kapasitas ruangan, BOR, jumlah jam efektif perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun dengan rumus: Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawatan secara ( X ) = ( BOR x TT ) x jam efektif x hari dalam 1 tahun ( hari dalam 1 tahun – hari libur ) x 7 khusus dapat dikategorikan sebagai berikut : (1) Minimal care membutuhkan waktu 1-2 jam/24 jam (2) Parsial care membutuhkan waktu 3-4 jam/ 24 jam (3) Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/ 24 jam. 15



Berikut ini adalah persentase BOR ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro periode bulan Desember 2017-Februari 2018 :



Menurut Gillis (2002) jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Anggrek sebagai berikut : Tenaga perawat =



A x B x 365 C x Jumlah Jam Kerja/hari



Keterangan: Apabila BOR : 33,59 % tahun 2017 (3 bulan) Jam kerja efektif = 6,5 jam A



: Jam perawatan efektif per 24 jam = 3,5 jam



B



: BOR x jumlah tempat tidur (22) = 33,59% x 22=7,38



C



: jumlah hari kerja efektif 365-71 (jumlah libur dalam 1 tahun) – 12 (Cuti dalam 1 tahun)= 282 hari Jadi jumlah tenaga perawat: =



A x B x 365 C x jumlah jam kerja/hari 3,5x7,38 x365



= 282x6,5 jam 9427,95 16



1833 = 6 perawat Dari perhitungan di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 6 orang ditambah 1 kepala ruang dan 2 Katim jadi jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 9 perawat.



3)



Depkes Menurut Depkes (2002), jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang Anggrek adalah sebagai berikut : Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan



=



Jumlah jam perawatan di ruangan/hari Jam kerja efektif perawat



Klasifikasi pasien : a. Perawatan minimal



: 0 x 2 = 0 jam



b. Perawatan intermediet



: 2x 3 = 6 jam



c. Perawatan agak berat



: 4 x 4 = 16 jam



d. Perawatan berat



: 1 x 6 = 6 jam 28 jam



Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas : A = jumlah jam perawatan di ruangan perhari Jam kerja perawat per shift = 28 : 7 = 4 17



Jumlah tenaga keperawatan yang libur (loss day) B = ∑ hari minggu/tahun+hari cuti+ ∑ hari libur x A ∑ hari kerja efektif B = (52 + 12 +18) x 4) 365 - (52 + 12 +18 ) B=



328 28



B = 1,15 Tugas non keperawatan C = (A+B) x 25% C = (4 + 1,15) x 25 % C = 1,31 Jadi, jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan menurut Depkes (2002) adalah =A+B+C = 4 + 1,15 + 1,31 = 6,46 = 7 perawat 18



Dari perhitungan di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 7 orang ditambah 1 kepala ruang, dan 2 Katim jadi jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 10 perawat.



4) Perhitungan Metode Thailand Dan Filipina. Menurut Metode Thailand Filipina, jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang Anggrek adalah sebagai berikut:



(jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah TT x BOR) + koreksi 25% (41 jumlah minggu efektif x 40 jam)



Analisa: Perhitungan tenaga perawat berdasarkan teori, mendapatkan hasil yang berbeda yaitu



(4 x 52 x 7 x 22x33.59%) + koreksi 25% (41 x 40) 10570,56



= 6,44 + 1,16 = 8,05 (8) (1640)



Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga perawat di ruang Anggrek masih kurang. Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro menggunakan metode Thailand dan Fhilipina untuk perhitungan tenaga perawat belum termasuk kepala ruangan dan katim total tenaga 19



perawat 8+1+2 = 11 orang.



Tabel 2.7 Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tahun 2017



No 1 2 3 4



Metode Douglas Gillies Depkes Thailand dan Filipina



Hasil 10 9 10



Jumlah Perawat 13 13 13



11



13



Keterangan Lebih 3 Lebih 4 Lebih 3 Lebih 2



g. Organizing 1) Struktur Organisasi Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tahun 2018



Kepala Ruang Kushariati, S.Kep. Ns Administrasi Mardiyem



20



Ka Tim I Indah Kartikowati, S.Kep. Ns



Perawat Anggota Tim II Perawat Anggota Tim I 1. Tri Supraptini S.Kep. Ns 1. Eny Susilowati,Amd.Kep 2. Pentana Wahyu W, S.Kep. Ns 2. Suyatmi , Amd. Kep 3. Lina Indriyanti, Amd.Kep 3. Yetiningsih Amd.Kep 4. Dewi Eko, Amd. Kep 4. Sulistyaningsih, Amd.Kep 5. Harti Prihatin, Amd.Kep 5. Lilis Sumarti S.Kep, Ns 2) Sistem dan job description 6. Marisa, S.Kep.organisasi Ns



Sistem organisasi dan job description di ruang Anggrek dilakukan dengan pembagian Team. Dengan job description sebagai berikut : a) Kepala Ruang Perencanaan :  Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-masing.  Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.  Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.  Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien.  Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.  Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.  Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan kelolaan  Melakukan pelaporan dan pendokumentasian Pengorganisasian dan ketenagaan:  Merumuskan metode penugasan keperawatan.  Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan.  Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.  Membuat rentang kendali diruang rawat.



21



 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal: membuat roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari sesuai dengan jumlah dan kondisi pasien.  Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keparawatan dalam bentuk diskusi, bimbingan dan penyampaian informasi.  Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas ruangan.  Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.  Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.  Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.  Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.  Pre dan post comperen.  Baside teaching. Pengarahan:  Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.  Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi manajemen.  Menginformasikan



hal-hal



yang



dianggap



penting



dan



berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.  Memberikan



motivasi



dalam



meningkatkan



pengetahuan,



keterampilan dan sikap.  Melalui supervisi:  Supervisi



langsung



terhadap



pelaksanaan



asuhan



keperawatan melalui pengamatan sendiri atau laporan langsung secara lisan dari ketua tim.  Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat



selama



dan



sesudah



proses



keperawatan



dilaksanakan.



22



 Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada saat itu juga.  Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.  Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan tugas dengan baik.  Memberi teguran kepada bawahan yang membuat kesalahan.  Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.  Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.



Pengawasan:  Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun anggota tim/ pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien.  Melalui evaluasi : mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim dan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah disusun.  Memberi umpan balik kepada ketua tim.  Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.  Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.  Memperhatikan



aspek



etik



dan legal



dalam



pelayanan



keperawatan.  Melakukan pelaporan dan pendokumentasian. Hasil observasi tugas penanggung jawab ruangan terhadap sistem asuhan keperawatan dengan model tim Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro pada tanggal 15-16 Mei 2018. 23



Tabel 2.8 Hasil Observasi Kepala Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal 13-15 Mei 2018 No



Daftar Pertanyaan



Y



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.



Mengumpulkan data tentang kondisi ruang (personil dan alat) Merancang tujuan pelayanan keperawatan tingkat ruang rawat Menyusun rencana kerja kegiatan tahunan ruang rawat Koordinasi seluruh kegiatan pelayanan Mendesain struktur organisasi ruang rawat Merancang tugas pokok dan fungsi perawat primer dan asosiet Mengembangkan instrumen penilaian kinerja perawat Menetapkan kebutuhan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan Merancang dan membuat kriteria kebutuhan jumlah tenaga perawat Membuat program orientasi perawat baru, membimbing, dan supervise Membuat jadwal dinas jaga perawat Menilai tingkat kedisiplinan, etika dan kejujuran perawat Mendesain rencana pengembangan karir perawat Mengadakan pertemuan berkala dalam rangka komunikasi, informasi, dan edukasi Memberikan motivasi dan dorongan agar perawat memiliki semangat kerja Menyelesaikan konflik internal dengan prinsip win-win solution Memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat



√ √ √ √ √ √



14. 15. 16. 17.



T



√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24



18. 19. 20. 21. 22. 23.



Membangun komunikasi inter/antar perawat dan profesi kesehatan Menetapkan punishment yang sesuai dan reward yang logis Membangun gugus kendali mutu asuhan keperawatan Melakukan audit pasien mingguan dan bulanan Melakukan monitoring pendokumentasian asuhan keperawatan Menilai kinerja perawat primer dan asosiet Jumlah Persentase Keterangan Kriteria



√ √ √ √ √ √ 20 86,9%



:



 Sangat Baik



: Bila jawaban Ya 76 – 100%



 Baik



: Bila jawaban Ya 60– 75 %



 Cukup



: Bila jawaban Ya 40 – 59 %



 Kurang



: Bila jawaban Ya < 40 %



Analisa : Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 15-16 Mei 2018, menunjukkan bahwa 86,9%, kepala ruangan sudah menjalankan tugas dengan sangat baik dan beberapa tugas yang belum dilakukan atau terpenuhi sekitar 13,1% yaitu pada poin yang menjelaskan tentang pengembangan instrument penilaian kerja perawat, pembuatan program orientasi perawat baru, membimbing dan supervise membangun gugus kendali mutu asuhan keperawatan. Dibutuhkan adanya modifikasi untuk mencapai kinerja yang maksimal seperti diadakannya pre dan post conference setiap hari. Pada sistem penyusunan shift/ dinas disusun langsung oleh kepala ruang, dimana kepala ruang bertanggung jawab terhadap kinerja ketua tim dan perawat pelaksana. Kepala ruang berlatar belakang pendidikan Ners yang memiliki kompetensi dan dihitung dari banyaknya pengalaman kerja serta dihitung dari lamanya perawat bekerja.



25



3



b) Katim Gaya kepemimpinan untuk ruang Anggrek adalah demokratis, dimana saat ruangan membahas tentang sesuatu semua perawat dapat mengungkapakan pendapat, setelah itu diambil suara terbanyak lalu keputusan tetap ada di tangan kepala ruang. 1) Ketua Tim 



Perencanaan. -



Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama kepala ruangan.



-



Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk anggota tim/pelaksana.



-



Menyusun rencana asuhan keperawatan.



-



Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan.



-



Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah kedaruratan.







-



Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan



-



Mengorientasikan pasien baru.



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



Pengorganisasian dan ketenagaan. -



Merumuskan



tujuan



dari



metode



penugasan



keperawatan tim. -



Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk anggota tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan.



-



Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.



-



Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain. 26



-



Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana.



-



Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan kepada anggota tim/pelaksana.







Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.



Pengarahan -



Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.



-



Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.



-



Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.



-



Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.



-



Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan tugas atau membuat kesalahan.



-



Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.



-



Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir kegiatan.







Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.



Pengawasan . -



Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan anggota tim/ pelaksana



asuhan



keperawatan kepada pasien. -



Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/ pelaksana serta menerima/ mendengar



laporan



secara



lisan



dari



anggota



tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan. 27



-



Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada saat itu juga.







Melalui evaluasi:



Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah disusun.







Penampilan



kerja



anggota



tim/



pelaksana



dalam



melaksanakan tugas. 



Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap.







Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.







Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.







Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.







Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.



Berikut ini adalah tabel hasil observasi pelaksanaan tugas Ketua TIM dengan model tim Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro pada tanggal 15-16 Mei 2018 : Tabel 2.9 Hasil Observasi Ketua TIM Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal 15-16 Mei 2018 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Daftar Pertanyaan (N=2) Mengkaji secara menyeluruh kondisi pasien yang menjadi tanggungjawabnya



Ketua TIM Y T √



Menganalisis data yang telah dikaji dan merumuskan diagnosa keperawatan secara tepat Membuat rencana tindakan keperawatan keperawatan secara rasional Melakukan tindakan keperawatan sesuai lingkup kewenangannya







Melakukan kolaborasi dengan dokter penanggungjawab pasien Mengkoordinasikan rencana tindakan keperawatan dengan perawat asosiet Mengevaluasi perkembangan pasien secara terus menerus dan seksama Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan dengan benar



√ √



√ √



√ √ 28



9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



Mendelegasikan beberapa tindakan keperawatan kepada perawat asosiet Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan membuat dischart planning



√ √



Melakukan supervisi dan mentoring kepada PA Merancang kegiatan case conference Merancang kegiatan ronde keperawatan Merancang kegiatan peer review Memimpin pre dan post conference Memimpin overan jaga Menjadi agen pembaharu bagi dirinya dan PA Jumlah Persentase



√ √ √ √ √ √ √ 14 82, 3%



Keterangan Kriteria :  Sangat Baik



: Bila jawaban ya 76-100%



 Baik



: Bila jawaban ya 60-75 %



 Cukup



: Bila jawaban ya 40-59 %



 Kurang



: Bila jawaban ya < 40 %



Analisa : Ruang Anggrek memiliki memiliki 1 tenaga Katim dan yang masuk ke dalam penilaian. Hasil dari observasi dan wawancara penilaian penugasan Katim didapatkan hasil 82,3% pada kategori baik dan 17,7 % pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Katim di Ruang Anggrek dianggap baik, hal ini diharapkan menjadi acuan



untuk terus meningkatkan professional dalam



kinerjanya. Salah satunya seperti terus belajar dan mengikuti kegiatan pelatihan atau seminar kesehatan dalam meningkatkan kerja yang lebih baik lagi, serta melakukan menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter atau tim kesehatan lain. Kekuatan yang didapatkan ialah setiap perawat Katim menguasai setiap tindakan maupun tugas yang ada dalam ruangan dan perawat-perawat yang ada di ruang Anggrek memiliki pendidikan terendah Diploma Keperawatan sesuai Undang-Undang. Beberapa hal yang perlu 29



3



ditingkatkan berdasarkan hasil observasi yaitu dalam merancang kegiatan



case conference, ronde keperawatan dan



pre-post



conference dalam hal ini dikarenakan tidak adanya kegiatan tersebut di Ruang Anggrek. Menurut Nursalam (2015), syarat dari ketua Tim adalah Lulusan S1 keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 6 bulan, Lulusan DIII keperawatan dengan pengalaman kerja minimal



2



tahun, mempunyai kemampuan untuk mengelola pasien, peralatan dan sistem pelayanan, Mempunyai sertifikat khusus manajemen dasar ruangan, mampu melakukan koordinasi dengan kepala shiff, CI ruangan dan perawat pelaksana, Tidak bekerja di instansi lain, serta berakhalak baik berwibawa sehat dan amanah. Sementara ketua Tim masih perlu meningkatkan kemampuan untuk mengelola pasien, peralatan dan sistem pelayanan, mempunyai sertifikat khusus manajemen sehingga dapat meningkatkan kinerja dari Ketua Tim. Model keperawatan yang digunakan di ruang Anggrek adalah adalah model keperawatan tim, tetapi dalam pelaksanaannya di Ruang Anggrek hanya memiliki 1 Ketua Tim yang membawahi 2 Tim. c) Perawat Pelaksana 



Perencanaan -



Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah terima tugas.



-



Menerima pembagian tugas dari ketua tim.



-



Bersama



ketua



tim



menyiapkan



keperluan



untuk



pelaksanaan asuhan keperawatan.







-



Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan.



-



Menerima pasien baru.



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



Pengorganisasian dan ketenagaan. 30



-



Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim.



-



Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan.



-



Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim.



-



Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain.



-



Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/ pelaksana lainnya.



-



Melaksanakan asuhan keperawatan.



-



Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan.







Pengarahan. -



Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.



-



Menerima informasi dari ketua tim berhubungan dengan asuhan keperawatan.



-



Menerima pujian dari ketua tim.



-



Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila melalaikan tugas atau membuat kesalahan.







-



Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan.



-



Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan.



-



Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.



Pengawasan. -



Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses evaluasi serta terlibat aktif dalam mengevaluasi kondisi pasien.



-



Menunjang pelaporan dan pendokumentasian. 31



32



Berikut adalah hasil observasi pelaksanaan perawat asosiate di Ruang Anggrek pada tanggal 15-16 Mei 2018 Tabel 2.10 Observasi Pelaksanaan Tugas Perawat Assosiate Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal 15-16 Mei 2018 No



Daftar Pertanyaan (N=10)



PP1



PP2



1



Mengerjakan pengkajian data dan pendokumentasian asuhan keperawatan (ketika menerima delegasi tugas)



Y



Y



2



Koordinasi dan kolaborasi dengan perawat primer untuk melaporkan kondisi pasien



Y



Y



3



Membaca rencana tindakan keperawatan yang disusun perawat primer



Y



Y



4



Mengerjakan tindakan keperawatan sesuai kewenangannya



Y



Y



5



Memantau respon pasien atas tindakan keperawatan yang diberikan



Y



Y



6



Mencatat tindakan keperawatan pada lembar catatan NCP



Y



Y



7



Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya(selama pengkajian belum dilakukan penyuluhan kesehatan)



Y



Y



8



Patuh dan mengikuti arahan dan bimbingan perawat primer



Y



Y



9



Menyiapkan pasien tertentu yang akan dibahas dalam ronde keperawatan (selama pengkajian belum pernah dilakuakan ronde keperawatan)



T



T



10



Menjaga lingkungan kerja tetap aman, nyaman, dan kondusif



Y



Y



11



Mengikuti pre dan post-conference



Y



T



12



Mengikuti serah terima jaga



Y



Y



PP3



PP4



PP5



PP6



PP7



PP8



PP9



PP10



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



T



T



T



T



T



T



T



T



Y



T=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=`11



T



T



Y



T



T



T



T



T



T



Y=2, T=9



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11



PP11



JUMLAH



13



Mengikuti ronde keperawatan (tidak pernah dilakuakn ronde keperawatan)



T



T



14



Mengikuti case conference



Y



Y



15



Mengikuti peer review (selama pengkajian tidak ada perawat yang melakukan peer review)



T



T



16



Menjadi agen pembaharu bagi dirinya dan perawat lain



Y



Y



Jumlah Persentase Keterangan Kriteria : 



Ya



: Ya







Tidak



: Tidak







Sangat Baik



: 76 – 100%







Baik



: 60 – 75 %







Cukup



: 40 – 59 %







Kurang



: < 40 %



N=11 perawat pelaksana



T



T



T



T



T



T



T



T



Y



T=11



T



Y



T



T



Y



Y



Y



T



T



Y=4, T=7



T



T



T



T



T



T



T



T



T



T=11



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y



Y=11 Y=121



T=49



75,6%



30,6%



Analisa : Distribusi hasil kajian tugas PA memilih Ya sebesar 75,6% sehingga masuk kategori baik. Sedangkan 30,6% memilih Tidak. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja PA diruang Anggrek sudah baik. Namun ada beberapa point yang belum optimal, yaitu keikutsertaan perawat pelaksana pre dan post conference, mengikuti case conference, ronde keperawatan, dan peer review. Beberapa hal tersebut menjadi masalah dikarenakan di ruang anggrek memang tidak ada kegiatan pre dan post conference, ronde keperawatan, case conference, dan peer review. Hal ini diharapkan menjadi acuan untuk terus meningkatkan professional dalam kinerjanya. Salah satunya seperti terus belajar dan mengikuti



kegiatan



pelatihan



atau



seminar



kesehatan



dalam



meningkatkan kerja yang lebih baik lagi, serta menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter atau tim kesehatan lain. Kekuatan yang terdapat dalam PA yaitu perawat associate terdiri dari 7 perawat yang berpendidikan terakhir DIII keperawatan yang merupakan level minimal pendidikan yang harus dilampaui bagi seorang perawat asosiate dan 6 perawat yang berpendidikan terakhir Ners, setiap perawat menguasai tugas dan tindakan yang ada diruangan. 3) Pergantian Staff Sistem pergantian staff perawat di ruang Anggrek menjadi kewenangan bagian Keperawatan dan Kepegawaian RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, jika ada ruang lain kekurangan jumlah perawat, maka perawat tersebut dapat dipindahkan sesuai kebutuhan.



4) Cara Meminimalkan Ketidakhadiran Pegawai Cara



Kepala



Ruang



Anggrek



untuk



meminimalkan



ketidakhadiran pegawai yaitu dengan cara pembuatan jadwal jaga perawat yang teratur P-P-S-S-M-M-TP-L, sehingga meminimalkan kelalaian jaga perawat dan pembuatan jadwal dibuat seminggu sebelum pergantian bulan. Identifikasi ketidakhadiran perawat ruang Anggrek selama pengkajian tidak ada, ketidakhadiran perawat dilakukan dengan bukti surat cuti resmi dari yang ditandatangani oleh bagian Wadir Umum, dan sepengetahuan Kepala Ruang Anggrek. Keterlambatan perawat ruang Anggrek selama pengkajian terdapat beberapa perawat yang datang terlambat saat dilakukannya operan jaga.



2. Materials Denah Ruangan



Ruang Bermain



a.



BALKON Ruang Tititpan Bedah



Anggrek (6) 1-6



Anggrek (5) 1-6



HCU



Ruang Tindakan



Anggrek (4) 1-3



Anggrek (3) 1-3



Anggrek (7) 1-6



Gudang



Hidran WC Pria



Ruang Obat



Nurse Station



Anggrek (1) 1-2



Anggrek (2) 1-2



Ruang Karu dan dokter



Ruang Kosong



Pantry



Ruang Perinatologi



WC wanita



Ruang Wijaya Kusuma Gambar 2.2 Denah Ruang Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro



Linen Kotor



Tangga



b. Komposisi Ruangan Ruang Anggrek merupakan salah satu ruang rawat inap di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang memberikan pelayanan terdiri dari HCU, kelas I, kelas II, kelas III, dan ruang titipan anak khusus bedah. HCU sebanyak 1 kamar, berisi 2 tempat tidur. Kelas I sebanyak 2 kamar masing-masing berisi 2 tempat tidur. Kelas II sebanyak 2 kamar berisi 3 tempat tidur. Kelas III sebanyak 3 kamar berisi 5 tempat tidur dan terdapat 1 ruang khusus untuk kamar infeksius. Ruang Anggrek juga terdapat ruang khusus titipan untuk bedah anak sebanyak 1 kamar berisi 3 tempat tidur. Ruang Anggrek merupakan salah satu ruang perawatan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro yang memberikan perawatan bagi pasien lakilaki dan perempuan yang umurnya kurang dari 29 hari sampai 17 tahun 11 bulan 29 hari. Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap dengan kasus anak yang memberikan pelayanan untuk pasien umum dan pasien BPJS. Terdapat beberapa ruangan yang terdapat di bangsal Anggrek, seperti : Nurse Station yang digunakan sebagai pusat pelayanan pasien, 1 ruang Kepala Ruangan dan 1 ruang dokter, 1 ruang yang digunakan untuk penyimpanan obat dan alat. Ruang bermain yang digunakan sebagai sarana dan prasarana bermain anak serta pengggunaan sebagai praktikkan untuk melakukkan Satuan Acara Bermain (SAB) dan terdapat 1 ruang kosong pada ruang Anggrek.



38



c. Inventaris Ruangan Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan hasil observasi langsung inventaris Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro : 1) Inventaris Alat Medis di Ruang Anggrek Tabel 2.11 Inventaris Alat Medis di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Bulan Januari-April 2018 No



Nama



Jumlah



Kondisi Baik



Rusak



Observasi



Standar



Keterangan



1



Monitor



2



2



0



2



2/ruangan



Baik



2



Infus Pump



2



2



0



2



2/ruangan



Baik



3



Syring Pump



2



2



0



2



2/ruangan



Baik



4



ECG



1



1



0



1



1/ruangan



Baik



5



Nebulizer



2



2



0



2



1/ruangan



Baik



6



Glucotes/Tes Gula Darah



1



1



0



1



1/ruangan



Baik



7



Set medikasi



1



1



0



1



1/ruangan



Baik



8



Lamp Emergency



1



0



1



1



1/ruangan



Baik



10



Stetoskop Anak



3



3



0



3



2/ruangan



Baik



11



Stetoskop dewasa



3



3



0



3



2/ruangan



Baik



12



Suction



1



1



0



1



1/ruangan



Baik



Pulse Oksimetri



2



2



0



2



2/ruangan



Baik



13



Timbangan



2



2



0



2



1/ ruangan



Kurang



14



Timbangan Bayi



1



1



0



1



1/ruangan



Baik



15



Oksigen Kecil



2



2



0



2



2/ruangan



Baik



16



Regulator



6



6



0



6



4/ruangan



Baik



17



Tensimeter raksa



2



2



0



2



3/ruangan



Baik



18



Almari Linen



2



2



0



2



2/ruangan



Baik



19



Bed Pasien



22



22



0



22



1/pasien



Baik



20



Kursi Roda



1



1



0



1



2/ruangan



Baik



21



Lemari Obat



1



1



0



1



1/ruangan



Baik



22



Senter



2



2



0



2



2/ ruang pasien



Kurang



23



Termometer Air Raksa



2



2



0



2



1/ pasien



Kurang



24



Termometer Elektrik



2



0



2



2



1/pasien



Kurang



25



Tromol



1



1



0



1



1/ ruangan



Baik



26



Pispot



8



8



0



8



1/ruangan



Baik



27



Urinal



8



8



0



8



1/ruangan



Baik



28



Tiang Infus mobile



5



5



0



5



1/ruangan



Baik



39



29



Tiang Infus



22



22



30



Ambubag



3



3



31



Troli injeksi



2



2



22



1/ruangan



Baik



0



3



2/ruangan



Baik



0



2



1/ tim



Baik



Sumber : Buku inventaris alat medis dan observasi di Ruang Anggrek Bulan Januari- Maret 2018 Analisa : Berdasarkan dari data pengkajian inventaris alat medis didapatkan total inventaris alat medis sebanyak 31 jenis, alat medis yang kurang memenuhi standar adalah termometer elektrik. 2) Inventaris Alat Tenun di Ruang Anggrek Tabel 2.12 Inventaris Alat Tenun di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Bulan Januari-April 2018 No 1 2 3 4 5 6 7



Nama



Jumlah



Bantal Guling Sarung Bantal Sarung Guling Selimut Sprei Perlak



22 12 50 20 50 50 44



Kondisi Baik 22 12 50 20 50 50 44



Rusak 0 0 0 0 0 0 0



Observasi



Standar



Keterangan



22 12 50 20 50 50 44



1/pasien 1/pasien kelas 1 dan 2 3/ bantal 3/ guling 3/ bed pasien 3/ bed pasien 3/ bed pasien



Baik Baik Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang



Sumber : Buku inventaris alat tenun dan observasi di Ruang Anggrek Bulan Januari- Februari 2018 Analisa : Berdasarkan dari data pengkajian diatas alat perlengkapan tenun total inventaris diruang Anggrek sebanyak 7 jenis, alat tenun belum memenuhi standar. Berdasarkan jumlah tempat tidur di anggrek, perbandingan alat tenun dan jumlah bed adalah 2 : 1. Sedangkan standart untuk alat tenun adalah 3 alat tenun : 1 tempat tidur pasien. Sehingga dapat diketahui bahwa alat tenun di ruang anggrek masih kurang dan belum standart. 3) Inventaris Alat Non Medis di Ruang Anggrek 40



Tabel 2.13 Inventaris Alat Non Medis di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Bulan Januari- April 2018 No



Nama



Jumlah



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



APAR Jam Dinding Kipas Angin Kulkas Lemari Kaca Lemari Loker Lemari Pakaian Meja Tulis White Board Wastafel



2 2 14 2 2 1 1 5 1 20



Kondisi Baik 2 2 14 2 2 1 1 5 1 20



Rusak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -



Observasi



Standar



Keterangan



2 2 14 2 2 1 1 5 1 20



1/ruangan 1/ ruang perawat dan obat 2/ ruang pasien 1/ ruang perawat dan obat 2/ruang tenun 1/ruang perawat 1/ruang perawat 1/ ruang perawat 1/ ruang perawat 1/kamar



Baik Baik Baik Baik baik Baik Baik Baik Baik Baik



Sumber : Buku inventaris alat non medis dan observasi di Ruang Anggrek bulan Januari- Februari 2018



Analisa : Berdasarkan dari data pengkajian diatas alat non medis diruang Anggrek sebanyak 10 jenis, alat non medis di Ruang Anggrek selama observasi dalam kategori baik tidak ada yang rusak.



4) Inventaris Administrasi Penunjang Tabel 2.14 Inventaris Administrasi Penunjang di Ruang Anggrek RSUD 41



dr.Soehadi Prijonegoro Bulan Januari- April 2018



42



No



Nama barang



1 Assesment Medis Rawat Inap pasien terminal 2 Buku Laporan DHF 3 Buku Rekam Medis Anggrek 4 Buku Inventaris Bahan Habis Pakai 5 Buku Cuci Korden 6 Buku Bon Obat Habis Pakai 7 Form Surat Istirahat 8 Form Rekonsiliasi Obat 9 Form Keterangan Pulang 10 Daftar Kontrol Paien 11 Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik 12 Buku Register 12 Buku Pinjam Alat 14 Buku Laporan Pasien Tim 15 Form Edukasi 16 Buku Laporan Kerusakan 18 Buku Pindah Ruang Anggrek 19 Buku Jadwal Ruang Anggrek 20 Buku Bon Barang 21 Buku Kejadian Luar Biasa 22 Form Catatan Pemberian Obat Parenteral 23 Form Persetujuan Transfusi Darah 24 Form Penolakan Transfusi Darah 25 Form Tindakan Keperawatan Harian 28 Form Asessment Ulang Nyeri 29 Form Penolakan Tindakan 30 Lembar Operasi 31 Form Lembar Transfer Pasien Eksternal 32 Form Permintaan Pelayanan Rohani/Spiritual 33 Form Asuhan Keperawatan 34 Form Resiko Jatuh 37 Form Resiko Nyeri 38 Form Grafik Tanda Vital 40 Form Catatan Pemberian Obat 44 Form Transfer Pasien Interns Rumah Sakit 45 Form Assasment Rawat Inap 46 Form Discharge Planning 47 Form Pernyataan APS 48 Form Pernyataan Operasi 49 Form Edukasi Pasien 50 Form Surat Keterangan Pulang 51 Form Lembar Pengantar Radiologi 52 Form Lembar Pengantar Laborat 53 Form Perintah Pindah Ruangan 54 Form Penunjukan Kewenangan Penerima Informasi Medis 55 Form ECG 56 Form Kematian 57 Form Sensus harian 58 Buku Laundry 59 Form Identifikasi Pasien Baru 60 Form Permintaan Diit Pasien 61 Resep 62 Buku Registrasi Edukasi 63 Buku Vital Sign 64 Buku Monitoring Mutu Jumlah = 64



Jumlah 67 lembar 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 25 lembar 23 lembar 18 lembar 57 lembar 65 lembar 1 buah 1 buah 3 buah 57 lembar 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 57 lembar 46 lembar 7 lembar 58 lembar 3 lembar 29 lembar 47 lembar 21 lembar 26 lembar 68 lembar 56 lembar 45 lembar 50 lembar 58 lembar 57 lembar 45 lembar 20 lembar 17 lembar 14 lembar 45 lembar 47 lembar 37 lembar 43 lembar 24 lembar 17 lembar 15 lembar 23 lembar 1 buah 1 buah 43 45 lembar 64 lembar 3 buah 1 buah 3 buah 3 buah



Sumber : Buku inventaris Januari- Februari 2018 ruang Anggrek Bulan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Analisis : Berdasarkan diatas inventaris alat tulis kantor yang dimiliki ruang Anggrek yang ada sebanyak 64 inventaris alat tulis kantor sudah banyak yang sesuai dan mencukupi, akan tetapi pada buku laporan Tim Kurang sesuai. Dikarenakan buku laporan Tim tidak terbagi menjadi 2 tim, namun terbagi sesuai dokter spesialis anak yang ada menjadi 3 buku laporan Tim. Assement Ulang Nyeri perlu ditambahkan formatnya dikarenakan jumlahnya hanya 3 lembar.



5) Inventaris Ruang Bermain Tabel 2.15 Inventaris Ruang Bermain di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Bulan April 2018 No



Nama



Jumlah



1 2 3 4 5 6 7



Kuda-kudaan Persegi Lingkaran Kecil Bola Plastik Bebek Bola Kayu Robot Kayu (bagiannya adu)



3 8 8 1 1 1 16



Kondisi Baik Rusak 3 0 8 0 8 0 1 0 1 0 1 0 16 0



Observasi



Standar



Keterangan



3 8 8 1 1 1 16



1/ ruangan 1/ ruang pasien 1/ ruang pasien



Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 44



8 9 10 11 12 13 14



Kubus Alfabet Kubus Piramida Bolling Papan Alfabet Papan Angka 1 Set Bangunan (balok, persegi, segi 3) 1 Set Ular Tangga Kayu



15 15 6 26 10



15 15 6 26 10



0 0 0 0 0



15 15 6 26 10



Baik Baik Baik Baik



43



43



0



43



Baik



8



8



0



8



Baik



Sumber : Buku inventaris Ruang Bermain di Ruang Anggrek bulan April 2018 Analisa : Berdasarkan dari data pengkajian diatas ruang bermain di ruang Anggrek sebanyak 14 jenis permainan di ruang bermain di Ruang Anggrek selama observasi dalam kategori baik tidak ada yang rusak dikarenakan ruang bermain baru dioperasikan sejak bulan April 2018. d. Sterilisasi Alat Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro pelaksanaan sterilisasi alat dilakukan di CSSD. Kemudian setelah alat selesai ruangan mengambil alat yang sudah steril di CSSD dan kemudian setelah selesai digunakan diantar kembali ke CSSD dengan box container unuk di sterilisasi kembali. e. Fasilitas Kamar Pasien (1) Fasilitas ruang kelas 1 : Tiap kamar berisi : 2 bed pasien, terdapat 2 buah kipas angin, kursi penunggu, 1 buah televisi 2 buah wastafel dan kamar mandi. (2) Fasilitas ruang kelas 2 : tiap kamar berisi : 3 bed pasien, terdapat 2 buah kipas angin, kursi penunggu, 2 buah wastafel dan kamar mandi. (3) Fasilitas ruang kelas 3 : tiap kamar berisi : 5 bed pasien, terdapat 2 buah kipas angin, kursi penunggu, 1 wastafel dan kamar mandi 45



(4) Fasilitas HCU : tiap ruangan berisi : 2 bed pasien, terdapat AC, 2 wastafel, monitor dan kamar mandi f. Fasilitas Staff Fasilitas staf di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro yaitu ruang perawat/nurse station, ruang tindakan yang dipergunakan untuk menaruh linen, lemari loker, kamar mandi perawat, dan ruang obat. 3. Methods a. Metode penugasan Keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode. Pemberian metode asuhan keperawatan profesional dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. Metode pemberian asuhan keperawatan MAKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi MAKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada MAKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya. Metode yang digunakan di ruang Anggrek adalah metode TIM. Metode Tim merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. 46



Metode tim terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Dimana enam-tujuh perawat professional dan perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim yang disupervisi oleh ketua tim. Penerapan metode tim yang terdapat di ruang anggrek terdiri dari kepala ruang, 1 orang katim, dan perawat pelaksana. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Tim di ruang anggrek masih belum sesuai dengan definisi metode Tim yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu seharusnya dalam penerapan metode Tim terdapat 2 – 3 tim, namun di ruang Anggrek hanya terdapat 1 orang katim. Selama penerapan metode tim dengan hanya 1 ketua tim di ruang anggrek belum ada perawat yang mempertanyakan tentang kesenjangan tersebut, hal tersebut dikarenakan perawat di ruang anggrek masih belum terlalu mengetahui tentang Metode Tim yang selama ini di terapkan di ruangan.



b. Pelaksanaan timbang terima Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung 47



jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2014). Bagan 2.1 Alur Timbang Terima PASIEN DIAGNOSA MEDIS MASALAH KOLABORATIF



DIAGNOSA KEPERAWATAN



RENCANA TINDAKAN



YANG TELAH DILAKUKAN



YANG AKAN DILAKUKAN



PERKEMBANGAN KEADAAN PASIEN



MASALAH : TERATASI BELUM TERATASI TERATASI SEBAGIAN BARU



Pelaksanaan



timbang



terima



pasien



di



ruang



Anggrek



dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Tabel 2.16 Pelaksanaan Overan jaga Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal 15 – 16 Mei 2018 TAHAP Persiapan



KEGIATAN 1. Timbang terima pergantian shift/ operan



dilaksanakan



Ceklist setiap √ √ 48



2.



3.



Pelaksanan



1. 2. 3. 4.



5. 6. 7.



8.



9.



Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/ dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut PP menyampaikan timbang terima pada PP berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima:  Jumlah pasien  Identitas klien dan diagnosa medis  Data (keluhan/ subjektif dan objektif)  Masalah keperawatan yang masih muncul  Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum)  Intervensi kolaboratif dan dependen  Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau untuk prosedur yang tidak rutin dilaksanakan. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan Kepala ruang membuka acara timbang terima Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas. Kepala ruangan / PP menanyakan kebutuhan dasar pasien Penyampaian yang jelas, singkat dan padat Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah atau belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan Hal-hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada petugas berikutnya Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak



√ √ √ √ √ √ √



√ √



√ √











49



Penutup



lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit 1 Diskusi √ 2 Pelaporan untuk timbang terima dituliskan √ secara langsung pada format timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala ruang 3 Ditutup oleh kepala ruang Prosentase: 14/18



77%



Keterangan Kriteria : 



Sangat Baik



: 76 – 100%







Baik



: 60 – 75 %







Cukup



: 40 – 59 %







Kurang



: < 40 %



Analisa : Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang Anggrek dilaksanakan setiap pergantian shift. Dari data penilaian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan operan jaga di ruang anggrek berjalan dengan baik dengan nilai penilaian 77%. Namun, masih terdapat 23% kegiatan yang belum terpenuhi, diantaranya



ada



perawat yang belum hadir atau terlambat hadir saat pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan/ PP tidak menanyakan kebutuhan dasar pasien, kepala ruang tidak membuka dan menutup operan hal tersebut dikarenan karu dan katim hanya hadir di pagi hari, sedangkan untuk shif siang dan malam karu dan katim tidak ada jadwal shif. Diharapkan dalam pelaksanaan timbang terima di shift pagi karu dapat memimpin jalannya timbang terima sehingga perawat lain akan lebih tertib baik untuk waktu kedatangan maupun 50



pelaksanaan timbang terima. Diharapkan pula dalam pelaksanaan timbang terima tersebut kebutuhan dasar pasien benar-benar dibahas dan menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama. c. Alur penerimaan pasien Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan.



51



Tujuan penerimaan pasien baru : 1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik 2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien 3) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum 4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk Rumah Sakit. Pelaksaan alur penerimaan pasien di ruang Anggrek yaitu : 1) Tahap pra penerimaan pasien baru a) Menyiapkan kelengkapan administrasi b) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan c) Menyiapkan format penerimaan pasien baru d) Menyiapkan format pengkajian e) Menyiapkan informed consent sentralisasi/pengelolaan obat. f) Menyiapkan nursing kit g) Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan h) Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien i) Menyiapkan kartu penunggu 2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru a) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ KaTim / perawat yang diberi delegasi. 52



b) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya. c) Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar ke tempat yang telah ditetapkan. d) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchard/ kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman e) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format. f) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar. g) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi



ruangan,



perawatan



(termasuk



perawat



yang



bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan. h) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan i) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani informed concent sentralisasi obat. j) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien. Pelaksanaan orientasi alur pasien baru di ruang Anggrek yaitu : 1) Pelaksanaan secara efektif dan efisien 2) Dilakukan oleh kepala ruangan atau Katim atau perawat assosiate yang telah diberi wewenang / delegasi. 3) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien 4) Ajak pasien dan keluarga komunikasi yang baik dan berikan sentuhan terapeutik



53



Adapun peran perawat dalam penerimaan pasien baru di ruang Anggrek yaitu : 1) Kepala ruangan Menerima pasien baru 2) Ketua Tim a) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru b) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru c) Melakukan pengkajian pada pasien baru d) Mengorientasikan klien pada ruangan e) Memberi



penjelasan



tentang



perawat



dan



dokter



yang



bertanggung jawab f) Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien g) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru 3) Perawat Pelaksana Membantu KaTim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru Tabel 2.17 Pelaksanaan Penerimaan pasien baru Ruang Anggrek Tanggal 15-16 Mei 2018



No



Kegiatan



Ceklist



1



Menyiapkan kelengkapan adminsitrasi (form penerimaan pasien baru, lembar tata tertib, format pengkajian, informed concent, centralisasi obat)







2



Menyiapkan fungsi kamar sesuai pesanan







3



Menyiapkan nursing kit







4



Karu, PP yang diberi delegasi dan PA menyambut kedatangan pasien







5



Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga



54



6



Perawat mengantar pasien ke tempat tidur yang telah ditetapkan







7



Memindahkan pasien dari brankard ke tempat tidur







8



Mengatur posisi pasien dan peralatan pasien, infus dll







9



Mengecek kelengkapan administrasi dari perawat pengantar







10



Memperkenalkan pasien baru kepada pasien sekamar



-



11



Mengkaji keadaan umum pasien







12



Melengkapi atau mengkaji pasien







13



Menginventarisasi barang-barang yang dibawa pasien dan menyimpan di almari pasien, barang yang tidak diperlukan dibawa pulang keluarga pasien



-



14



Melakukan orientasi ruangan (peralatan yang bisa digunakan), perawatan (perawat yang bertanggung jawab, sentralisasi obat), medis (dokter, jadwal visit), tata tertib



-



15



Perawat menanyakan kejelasan informasi yang telah disampaikan



-



16



Perawat berpamitan dan mengucapkan salam







Prosentase 11/16 x 100%



Keterangan Kriteria



68,75 %



:







Sangat Baik



: 76 – 100%







Baik



: 60 – 75 %







Cukup



: 40 – 59 %







Kurang



: < 40 %



Analisa : Alur penerimaan pasien di ruang anggrek cukup baik yaitu bernilai 68,75 % namun masih perlu diperbaiki kembali karena masih ada 31,25% yang kurang terutama terkait penjelasan ruangan dan tata tertib ruangan. Selain itu perawat juga perlu memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga sehingga keluarga pasien tidak bingung 55



untuk meminta bantuan kepada siapa jika ada yang dibutuhkan. Dan diharapkan perawat memperkenalkan pasien yang ada disamping pasien baru.



d. Pendokumentasian asuhan keperawatan. Di Indonesia, standar keperawatan disusun oleh Depkes yaitu : 1) Standar I pengkajian keperawatan Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesis, observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terusmenerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan masalah. 2) Standar II diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan berdasakan



data



status



kesehatan



pasien,



dianalisis



dan



dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala (PES) bersifat aktual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat. 3) Standar III perencanaan keperawatan Perencanaan



keperawatan



disusun



berdasarkan



diagnosa



keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan. 4) Standar IV Intervensi keperawatan Intervensi



keperawatan



adalah



pelaksanaan



tindakan



yang



ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara 56



maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga. 5) Standar V Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, terencana untuk menilai perkembangan pasien. 6) Standar VI Dokumentasi keperawatan Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan disimpan sesuai peraturan yang berlaku. Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi : 1) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK) 2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Saat ini sedang dikembangkan persamaan penggunakan bahasa standar dalam penentuan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosa), penetapan



tujuan



dengan



NOC



(Nursing



Outcome



Clasification), dan rencana intervensi dengan NIC (Nursing Intervention Clasification). Ruang perawatan mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal 5 kasus terbanyak penyakit yang ada di ruangan, diperlukan menentukan mutu, kegiatankegiatan dan untuk menilai mutu, seberapa baik kegiatan dikerjakan. Di ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro pendokumentasian dilakukan di status pasien,dan di lengkapi dengan buku bantu. Tabel 2.18 57



Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Diruang Rawat Inap Anggrek RSUD Dr.Soehadi Prijonegoro Sragen.



No



Standar Asuhan Keperawatan



Jumlah



1 2 3 4



Standar asuhan keperawatan GEA Standar asuhan keperawatan Bronchitis akut Standar asuhan keperawatan ISPA Standar asuhan keperawatan Kejang demam



1 1 1 1



5 6 7 8



Standar asauhan keperawatan Tonsilitis Kronik Standar asuhan keperawatan DHF Standar asuhan keperawatan Epilepsi Standar asuhan keperawatan Demam Thypoid



1 1 1 1



Analisa : Di ruang rawat inap Anggrek sudah memiliki SAK, SAK yang telah dibuat telah menggunkan standar asuhan keperawatan NANDA NIC-NOC yang lama sehingga perlu adanya penambahan atau pembuatan SAK dengan menggunakan standar asuhan keperawatan NANDA 2015 -2017 NIC-NOC. Dari 5 besar kasus, 5 besar yang muncul selama 3 bulan terakhir ini terdapat SAK (Standar Asuhan Keperawatan) sudah di miliki oleh ruang rawat inap Anggrek. Selain 5 penyakit terbanyak, ruang Anggrek juga dilengkapi SAK penyakit lainnya. Berikut ini hasil dari penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan terhadap 7 rekam medis dari pasien di Ruang Anggrek. Hasil di dapatkan dari lembar observasi yang berisikan 22 pertanyaan. Jawaban pada pertanyaan berupa pilihan jawaban “ya” bernilai



1



dan



jawaban



“tidak”



bernilai



0.



Pendokumentasian dilakukan pada tanggal 15 – 16 Mei 2018.



58



Tabel 2.19 Hasil Penilaian Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ruang Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro tanggal 15 – 16 Mei 2018



No



Daftar Pertanyaan N=7



1 2



Hasil pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian Data yang dicatat dikelompokkan (bio-psikososio- spiritual)



3



Pengkajian data mulai pasien masuk RS sampai pulang



4 5 6 7 8



Y



T



5



2



5



2 6



Presentase:



76%



Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan Diagnosa keperawatan bersifat aktual atau potensial Rumusan diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES tindakan disusun berdasarkan diagnosa Rencana perawatankeperawatan disusun menurut urutan prioritas Diagnosa Presentase:



7



1



0



5 5 6 7 85%



2 2 1 0



9



Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas.



7



0



10



Penetapan rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien dan keluarganya Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain Presentase:



7



0



7



0



11



12



Semua tindakan keperawatan mengacu pada rencana perawatan



100% 7



0 59



13



Respon pasien atas tindakan keperawatan dicatat pada lembar evaluasi



14



Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dengan ringkas dan jelas



6



1 7



0



Presentase: 15 16 17 18 19 20



Evaluasi tindakan mengacu pada tujuan yang ditetapkan Semua hasil evaluasi kepada pasien dicatat dengan jelas Pesentase Catatan askep ditulis pada format yang baku Pencatatan ditulis dengan jelas dan ringkas Perawat mencatat nama dan tanggal/jam tindakan Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Persentase 54/80x100=



3 6 64% 7 7 7



4 1



7



0



0 0 0



80%



Keterangan Kriteria : 



Sangat Baik



: 76 – 100%







Baik



: 60 – 75 %







Cukup



: 40 – 59 %







Kurang



: < 40 %



Analisa : Dari data penilaian dokumentasi ruang anggrek diatas menunjukkan sangat baik yaitu 80 % , namun ada 20 % yang perlu diperbaiki terkait masalah dokumentasi, yaitu pada pengkajian kadang-kadang masih kosong dan belum terisi lengkap, kemudian masalah kelengkapan rumusan diagnosa yang terkadang tidak di ceklist. Serta terdapat evaluasi yang masih tidak sesuai dengan tujuan yang telah dibuat, contohnya pada rekam medis ada 2 diagnosa namun hanya 1 yang dievaluasi. e. Discharge planning



60



Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi ketika perawat professional, pasien dan keluarga berkolaborasi



untuk



memberikan



dan



mengatur



kontinuitas



keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh pasien dan harus berpusat pada masalh pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2014). Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun, sampai saat ini perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi tentang jadwal kontrol ulang.(Nursalam, 2014). Perencanaan pulang bertujuan : 1) Menyiapkan pasien dengan keluarga secara fisik, psikologis dan social. 2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga 3) Meningkatkan perawtan yang berkelanjutan pada pasien 4) Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain 5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien 6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat. 61



Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi risiko kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit (Nursalam, 2014). Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain: 1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan di evaluasi 2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi 3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama. 4) Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat. 5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan pelayanan kesehatan. Komponen perencanaan pulang terdiri atas : 1) Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education) mengenai diet, mobilisasi, waktu control dan tempat control pemberian pelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan keluaraga mengenai perawatan selama pasien di rumah nanti 2) Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat minum obat



62



3) Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obatan tersebut sudah tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawah pulang pasien 4) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat pulang 5) Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol. Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang adalah : 1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan yang diperlukan 2) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga 3) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka member asuhan 4) Bantuan yang diperlukan pasien 5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri, keamanan dari bahaya, komunikasi, keagamaan, rekreasi dan sekolah 6) Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat 7) Sumber finansial dan pekerjaan 8) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat 9) Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan pulang adalah sebagai berikut. 1) Pendidikan kesehatan: diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang perawatan pasca rawat. 2) Program pulang bertahan: bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Program ini 63



meliputi apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga. 3) Rujukan: integritas pelayan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah



 Pengetahuan tentang perawatan penyakitnya: Jumlah pasien yang kurang pengetahuan



x 100%



Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu  Perencanaan pasien pulang (discharge planning): Jumlah pasien yang tidak dibuat pada periode tertentu



x 100%



Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu Berdasarkan hasil observasi di ruang Anggrek perawat menjelaskan tentang obat pasien dan menjelaskan surat kontrol yang harus dibawah setiap kali periksa pada pasien yang sudah dizinkan pulang, pada pasien yang pulang atas permintaan sendiri tidak berikan obat dan surat kontrol. Sehingga pelaksanaan discharge planning di ruang Anggrek belum berjalan secara optimal karena belum ada format khusus untuk discharge planning untuk setiap diagnosa medis, yang tersedia discharge planning secara umum yang dibawakan pasien pulang. Saat ini pasien hanya diberi surat keterangan pulang dan surat kontrol saja.



64



Tabel 2.20 Hasil Penilaian Discharge Planning Ruang Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro tanggal 15 – 16 Mei 2018 (dari 1 kegiatan discharge planning yang diamati) No



Kegiatan



Ceklist



1



PP mengidentifikasi pasien yang direncanakan untuk pulang







2



PP menyiapkan lembar discoharge palnning dan kelengkapan yang lain







3



Mengucapkan salam







4



PP melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga



-



5



PP dibantu dengan PA melakukan pemerikasaan fisik sesuai kondisi pasien







6



PP memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan untuk pasien dan √ keluarga untuk perawatan di rumah tentang: aturan diet, obat yang harus diminum, rencana control, yang dibawa saat control



7



PP memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mencoba mendemonstrasikan penkes yang telah diajarkan



8



PP memberikan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya bila belum √ paham



9



PP mengajak pasien dan keluarga berdo’a atas diberikannya kesembuhan



-



10



PA mengantar pasien sampai lobi RS







11



Mengucapkan salam







Prosentase



72,7 %



Keterangan Kriteria : 



Sangat Baik



: 76 – 100%







Baik



: 60 – 75 %







Cukup



: 40 – 59 %







Kurang



: < 40 %



Analisa : Dari hasil penilaian discharge planning di ruang anggrek diatas didapatkan prosentase 72,7%, hasil tersebut menunjukkan 65



pelaksanaan discharge planning di ruang anggrek sudah baik. Namun masih terdapat 27,3% kegiatan dalam discharge planning belum dilaksanakan diantaranya yaitu, PP tidak melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga, keluarga tidak diberi kesempatan



untuk



mendemonstrasikan



penkes



yang



telah



diajarkan, serta keluarga tidak diajak berdo’a sebelum mengakhiri kegiatan discharge planning.



f. Ronde keperawatan. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh Primary Nurse dan atau Konselor, Kepala Ruangan, Associate Nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan. Karakteristik : 



Pasien dilibatkan secara langsung.







Pasien merupakan fokus kegiatan.







AN, PN, dan konselor melakukan diskusi bersama.







Konselor memfasilitasi kreativitas.







Konselor membantu mengembangkan kemampuan AN dan PN dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. Di ruang Anggrek tidak dilakukan



ronde keperawatan



dikarenakan kurangnya pengetahuan dari perawat ruang anggrek terkait ronde keperawatan dan saat ini belum ada kasus yang urgent untuk dilakukan ronde keperawatan oleh perawat serta sampai saat ini tidak ada masalah dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. 66



g. Komunikasi efektif dan terapeutik Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki



kebutuhan



interpribadi



akan



penerimaan,



keterlibatan,



identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009). 1) Perawat dengan pasien Perawat penting



menggunakan



komunikasi



terapeutik



berguna dalam pelaksanaan keperawatan, sehingga dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan oleh pasien. Dan dengan komunikasi terapeutik yang ditunjukkan dengan sikap yang hangat,



tulus,



dan



penuh



perhatian



dapat



menimbulkan



salingpercaya, saling menghargai dan saling menghormati sehingga pasien dapat menerima tingkat mutu pelayanan kesehatandengan penuh pengertian dan kekecewaan pasien tidak timbul atau dapat dihindarkan. 67



Hasil wawancara terhadap 7 orang pasien di ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro pada tanggal 15 Mei sampai dengan 16 Mei 2018, 4 orang mengatakan komunikasi perawat baik, 2 orang mengatakan komunikasi perawat biasa saja dan 1 orang mengatakan komunikasi perawat kurang, hal ini dilihat dari segi kualitasnya. Dan pasien mengatakan bahwa mereka lebih tenang dan merasa lebih dekat pada perawat yang menggunakan komunikasi baik, ramah. dan pasien mengatakan masih adanya perawat yang judes, kurang ramah, kurang perhatian, tidak cepat tanggap terhadap keluhan pasien, tidak mengajak komunikasi saat tindakan (tidak komunikatif), pasien mengharapkan agar perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien, agar pasien lebih nyaman, aman dan tenang. Diharapkan perawat ruang anggrek mendapatkan serta mengikuti pelatihan, seperti pelatihan service excellent, komunikasi efektif, dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan khususnya di bangsal keperawatan anak. 2) Perawat dengan perawat Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan. Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam 68



menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Hubungan komunikasi antara perawat dengan perawat di ruang Anggrek, yaitu telah adanya kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. 3) Perawat dengan tenaga medis lainnya Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa kejang demam pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama



mengajarkan



klien



dan



keluarga



begaimana



pertolongan pertama pada anak yang mengalami kejang di rumah.



69



Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dengan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter. Pelaksanaan komunikasi efektif diruang Anggrek terutama pelaksanaan SBAR pada saat laporan dengan dengan dokter belum berjalan maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan beberapa perawat dalam mendokumentasikan SBAR di catatan terintegrasi berbedabeda antara perawat satu dengan yang lain. Belum ada format bakunya.



70



Tabel 2.21 Hasil Penilaian Kolaborasi Ruang Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro tanggal 15 – 16 Mei 2018



No



Kegiatan



Checlist



1



Dokter-Perawat Primer telah siap







2



Mengucapkan salam







3



Saling menghargai dan kerjasama







4



Menetukan/menyeleksi bersama klien yang akan didiskusikan







5



Dokter meminta informasi tentang pasien







6



Perawat memberikan informasi tentang kondisi pasien







7



Dokter meminta pendapat tentang penyelesaian masalah pasien







8



Perawat memberi usulan terkait penyelesaian masalah pasien Saling memberi penghargaan terkait topik penyelesaian masalah pasien Kepala ruang atau katim memimpin ronde ke kamar pasien







Katim memberi salam kepada pasien







Katim menanyakan keluhan kepada pasien untuk klarifikasi



-



Membuat keputusan bersama







Dokter- perawat primer saling memberikan pendidikan kepada pasien







Saling memberikan dukungan/persetujuan







Berpamitan kepada pasien dan mengucapakan salam







Mendokumentasikan hasil kolaborasi







Menutup kolaborasi dan mengucapkan salam







9 10 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8



√ -



89 %



Prosentase 71



Keterangan Kriteria : 



Sangat Baik



: 76 – 100%







Baik



: 60 – 75 %







Cukup



: 40 – 59 %







Kurang



: < 40 %



Analisa : Pelaksanaan kegiatan kolaborasi di ruang Anggrek dapat dikatakan sangat baik, karena berdasarkan penilaian yang telah dilakukan didapatkan hasil prosentase 94%, yang artinya setiap langkah dalam kegiatan kolaborasi sebagian besar telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur operasional yang ada. Namun masih terdapat 11% yang perlu diperbaiki, diantaranya yaitu sebaiknya kepala ruang atau katim memimpin ronde ke kamar pasien, serta katim menanyakan keluhan kepada pasien untuk klarifikasi.



72



Tabel 2.22 Hasil Penilaian SBAR RSUD Soehadi Prijonegoro tanggal 15 – 16 Mei 2018 No



Kegiatan



Ceklist



SITUATION 1



Ucapkan salam







2



Sebutkan nama perawat dan unit/ruangan







3



Sebutkan nama pasien dan no ruang







4



Menjelaskan kondisi klien saat ini







BACKGROUND 5



Sebutkan diagnose medis pasien







6



Sebutkan riwayat medis pasien







7



Penjelasan singkat dari pengobatan sampai saat ini



-



ASSESEMENT 8



Sebutkan vital sign, TD, N, S, P







9



Jelaskan apakah ada perubahan hasil pengkajian, seperti: status mental, status pernapasan, warna kulit, perubahan neurologis, irama jantung, nyeri, drainage luka muskuluskeletal (kelemahan, deformitas), gangguan pencernaan (mual, muntah,diare)







10



Menjelaskan tindakan yang sudah dilakukan



-



RECOMMENDATION 11



Menanyakan apa yang harus dilakukan







12



Menanyakan apakah ada pemeriksaan yang dibutuhkan seperti EKG, BNP, USG dan lain-lain







13



Menanyakan kepada dokter apakah ada terapi tambahan







14



Mengucapkan salam



√ Prosentase: 12/14



85,7%



73



Keterangan Kriteria : 



Sangat Baik



: 76 – 100%







Baik



: 60 – 75 %







Cukup



: 40 – 59 %







Kurang



: < 40 %



Pelaksanaan SBAR di ruang Anggrek sangat baik, karena berdasarkan penilaian yang telah dilakukan didapatkan hasil prosentase 85,71%, yang artinya setiap langkah dalam pelaksanaan SBAR sebagian besar telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur operasional yang ada. Namun masih ada 14,29 % yang kurang dikarenkan perawat Ruang Anggrek perawat belum menjelaskan tindakan yang sudah dilakukan. Oleh karena itu sebaiknya tindakan SBAR dilengkapi dengan menjelaskan kepada dokter terkait tindakan yang telah dilakukan oleh perawat, kemudian menanyakan apa yang harus dilakukan serta mengklarifikasi tindakan apa yang akan dilakukan. h. Penjamin mutu. Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS. Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA) (Nursalam, 2014). 1) Aspek struktur (input) Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah RS yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran), dan lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur sistem RS tertata 74



dengan baik akan lebih menjamin mutu pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing komponen struktur. 2) Proses Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang mengadakan interaksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan. 3) Outcome Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain terhadap pasien. Hasil Analisa mutu di ruang anggrek pada tahun 2017, yaitu : (1) BOR (pemakaian tempat tidur) Menurut Depkes RI (2005), Jumlah BOR di ruang Anggrek pada tahun 2017 adalah sebagai berikut: Jumlah hari perawatan rumah sakit BOR =



X 100% Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam periode 2912



BOR =



X 100% 22 x 365



Dari perhitungan di atas didapatkan jumlah BOR ruang anggrek pada tahun 2017 adalah sebesar 33,59%. Dengan demikian



BOR =



33,59 %



pemakaian tempat kurang dari normal menurut standar nasional



menurut Baber Johnson (75-85%). (2) LOS (lama rata-rata hari perawatan) Menurut Depkes RI (2005), Jumlah BOR di ruang Anggrek pada tahun 2017 adalah sebagai berikut: 75



Jumlah lama dirawat (dalam periode) LOS = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) 2912 LOS = 794



Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan lama rata-rata hari



LOS =



3,59 hari



perawatan (LOS) pasien di Ruang Anggrek adalah 3,59 hari. Hal ini menunjukan bahwa lama rata-rata hari perawatan di Ruang Anggrek sudah memenuhi standar nasional menurut Barber Johnson (3-4 hari).



(3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) Jumlah TOI di ruang Anggrek pada tahun 2017 dengan perhitungan menurut Depkes RI (2015) adalah sebagai berikut: (Jumlah TT x periode) – hari perawatan TOI = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) (22 x 365) - 2912 TOI = 794



Berdasarakan hasil perhitungan di atas, didapatkan hasil waktu rata-rata tempat tidur ruang Anggrek kosong adalah 7,09 hari.



TOI =



7,09 Hari



76



Hal ini menunjukan bahwa waktu sudah memenuhi standar nasional menurut Depkes dan Barber Johnson yaitu (1-3 hari). Semakin kecil angka TOI dapat memungkinkan meningkatnya kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk itu Departemen Kesehatan RI memberikan standar ideal TOI adalah 1-3 hari (Sudra, 2010).



(4) BTO (frekuensi pemakaian tempat tidur) Berdasarkan perhitungan BTO menurut Depkes RI (2015), frekuensi pemakaian tempat tidur di ruang anggrek sebagai berikut: Jumlah pasien di rawat (hidup + mati) BTO = Jumlah TT 794 BTO = 22



Berdasarkan perhitungan BTO diatas, didapatkan hasil frekuensi pemakaian tempat tidur di ruang Anggrek adalah 34,19 kali. Hal BTO =



34,19 kali



ini menunjukan BTO sudah memenuhi standart menurut Depkes (5-45 pasien).



Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro sistem penjaminan mutu dilakukan oleh Pokja PMKP, pelaporan mutu pelayanan telah dilakukan secara billing system dan dievaluasi setiap enam bulan sekali. 77



Standar Operasional Prosedur (SPO) Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, terdapat beberapa SPO yang ada di ruang Anggrek, antara lain adalah sebagai berikut. Tabel 2.23 SPO yang ada di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro NO



SPO



1



Pemasangan dan pelepasan gelang identifikasi pasien rawat inap



2



Identifikasi pasien rawat inap dalam pemberian darah atau produk darah



3



Identifikasi pasien sebelum pengambilan darah atau spesimen lain



4



Identifikasi pasien rawat inap dalam pemberian obat



5



Pemberian stempel alergi pada rekam medis pasien rawat inap



6



Identifikasi pasien rawat inap dalam melakukan tindakan medis/ keperawatan (tindakan invasif, pemeriksaan penunjang)



7



Penggunaan kancing gelang identifikasi pasien DNR (Do Not Resusitation)



8



Pemasangan kancing gelang identifikasi risiko jatuh pada 78



pasien rawat inap 9



Pemberian penanda nama sama pada tempat tidur pasien rawat inap



10



Menerima telepon dari luar RS



11



Pemakaian telepon



12



Komunikasi petugas dengan pasien



13



komunikasi efektif antara petugas penunjang dengan dokter/ perawat/bidan



14



Komunikasi efektif antara perawat dengan dokter untuk konsultasi pasien



15



Pelabelan obat



16



Kebersihan tangan dengan cairan antiseptik (Handsrub) dan air mengalir (handwash)



17



Lima saat cuci tangan



18



Pencegahan risiko jatuh



19



Pertolongan pada pasien jatuh



20



Pencegahan risiko jatuh pada anak



21



Assesmen pasien risiko jatuh



22



Pemberian penanda risiko jatuh (pencegahan jatuh) pada tempat tidur pasien rawat inap



23



Pemberian stempel risiko jatuh pada rekam medis pasien rawat inap



24



Edukasi pasien atau keluarga pasien risiko jatuh



25



Pemasangan kancing gelang identifikasi risiko jatuh pada pasien rawat inap



26



Pencegahan dan pengendalian ISK, VAP, IDO, Plebitis, Dekubitus



27



Penggunaan alat pelindung diri (APD) 79



28



Etika batuk



29



Praktik menyuntik yang aman



30



Komunikasi efektif antar petugas dengan staf medis



31



Pengelolaan reaksi tranfusi



32



Pengelolaan sampah benda tajam



33



Pelaksanaan transfusi darah



34



Pengelolaan sampah infeksius



35



Pemberian nutrisi parenteral



36



Pemberian nutrisi enteral melalui NGT



37



Pemberian Oksigen



38



Kompres dingin



39



Menerima pasien baru



40



Bilas lambung



41



Fisioterapi dada



42



Penghisapan sekresi trakea (Suctioning)



43



Penggunaan nebulizer



44



Instruksi kerja syringe pump



45



Persiapan pasien pulang



46



Cuti perawat/bidan



Sumber : Buku Protap Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro 2016 Analisa : Berdasarkan uraian diatas, ruang Anggrek memiliki 46 SPO tentang



tindakan



keperawatan,



tentang



pemeliharaan



alat,



pengoperasian alat-alat kesehatan, tentang farmasi, tentang rekam medik. SPO yang ada sudah maksimal karena SPO yang ada di Ruang 80



Anggrek diterbitkan tahun 2016. Untuk sosialisasi SPO dilakukan sebelum SPO diberlakukan. Sosialisasi SPO dilakukan oleh masingmasing bagian yang terkait.



4. Money a. Sumber Pemasukan Di Ruang Anggrek input pengelolan keuangan di kelola 1 pintu yaitu keuangan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, yang mengelola penerimaan dan pengeluaran. Sedangkan untuk kebutuhan sarana prasarana dengan sistem mengajukan bon/droping. b. Jenis Pembayaran Di Ruang Anggrek, terdapat 2 jenis pembayaran pasien, yaitu BPJS/KIS dan Umum. Keduanya, sesuai dengan hak kelas pasien, yaitu pasien kelas 1,2,dan 3. Bila pasien ingin naik kelas perawatan, maka harus menmbah biaya lagi. Biaya kamar pasien dengan hak kelas 1 adalah 130.000 rupiah, kelas 2 adalah 81.000 rupiah, dan kelas 3 adalah 40.000 rupiah/hari. c. Tarif tindakan di yang dilakukan di Ruang Anggrek Terdapat beberapa klasifikasi dalam tarif asuhan keperawatan harian pada pasien, yaitu askep total sebanyak 55.000 rupiah /hari, askep medium sebanyak 45.000 rupiah/hari, dan askep parsial sebanyak 30.000 rupiah/hari. d. Pengeluaran Menyesuaikan kebutuhan dari kondisi di Ruang Anggrek. e. Sistem Evaluasi Anggaran 81



Karena tidak ada pengelolaan keuangan di ruangan, maka tidak ada evaluasi anggaran.



f. Kendala Anggaran Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah unit kerja atau SKPD pemerintah daerah yang paling banyak diubah statusnya menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Karakter RSUD memang sangat cocok dengan status BLUD, misalnya (1) memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat; (2) menarik bayaran atas jasa yang diberikannya; (3) memiliki “lingkungan persaingan” yang berbeda dengan SKPD biasa; (4) pendapatan yang diperoleh dari jasa yang diberikannya cukup signifikan; dan (5) adanya “spesialisasi” dalam hal keahlian karyawannya. Pengelolaan keuangan di Ruang Anggrek diatur oleh petugas administrasi Ruangan Anggrek. Tidak ada dana tambahan atau dana sosial dari luar ruangan ataupun dalam ruangan. Pengelolaan keuangan di Ruang Anggrek diatur sepenuhnya secara sentral oleh Bidang keuangan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.



82



83



C. PROSES 1. Planning a. Visi, misi, tujuan dan moto 1) Visi 2) “Menjadi Pilihan Utama Masyarakat dalam Pelayanan dan Pendidikan Kesehatan”. 3) Misi a) Menyelenggarakan



pelayanan



yang



bermutu



dan



mengutamakan keselamatan pelanggan; b) Menerapkan



pelayanan



kesehatan



sesuai



dengan



perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, didukung sumber daya manusia yang profesional serta ramah lingkungan; c) Menyelenggarakan



pendidikan



dan



pelatihan



serta



penelitian yang berkualitas, didukung sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai; d) Meningkatkan kemitraan dengan institusi pendidikan dan pihak terkait. 4) Motto “Baktiku Untukmu” b. Pre Conference Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 15-16 Mei 2018, Pre conference tidak dilaksanakan di Ruang Anggrek ketika shift pagi. Hal ini disebabkan karena perawat berpersepsi bahwa operan jaga yang biasa dilakukan selama ini sudah termasuk dalam kegiatan pre conference. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa perlunya peningkatan terhadap pengetahuan perawat ruangan terkait kegiatan pre comprence, sehingga perawat di ruang anggrek 84



mampu memahami perbedaan operan yang biasa dilakukan dan juga perawat dapat mengetahui pentingnya dilakukan kegiatan pre conference di ruang Anggrek, agar segala informasi tentang pasien tersampaikan dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh perawat. c. Post Conference Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 15-16 Mei 2018, didapatkan bahwa Post conference tidak dilaksanakan di Ruang Anggrek. Hal tersebut disebabkan pengetahuan dan pengalaman perawat tentang post conference masih kurang. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa perlunya dilakukan penjelasan tentang post conference, termasuk tujuan dan tata caranya serta dilaksanakan kegiatan post conference di ruang Anggrek, sehingga perawat akan terbiasa. Agar semua perawat dan segala informasi tentang pasien tersampaikan dan dapat dilaksanakan dengan baik. d. Bimbingan Mahasiswa Sebelum melakukan bimbingan klinik, mahasiswa membuat kontrak belajar dengan pembimbing klinik / preceptor di ruang Anggrek. Adapun bimbingan yang dilakukan oleh preceptor adalah : 1) Bimbingan observasi a) Observasi lapangan b) Field trip c) Ronde keperawatan d) Metode demonstrasi 2) Bimbingan bedside teaching Bimbingan yang dilakukan disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. 85



3) Bimbingan nursing clinic Nursing



clinic



adalah



metode



penyajian



pasien



dengan



menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip- prinsip dan prosedur perawatan dari pasien. 4) Bimbingan penugasan membuat catatan dan laporan tertulis (eksperensial) Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik. 5) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing care study) Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. 6) Konferensi a) Konferensi awal (Pre-conference) Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah klien,



rencana



tindakan



keperawatan,



pelaksanaan tindakan b) Konferensi akhir (Post-conference) Diskusi tentang penyelesaian



cara



masalah



dan



klien,



strategi



evaluasi



perkembangan klien, pengalaman praktik langsung. 7) Penugasan klinik Penempatan peserta didik pada lahan praktik



86



8) Diskusi kelompok Modifikasi dari metode pengajaran diskusi, diskusi kasus dan brainstorming 9) Metode mentoring Membagi pengetahuan tentang perawatan pasien dan berlaku sebagai positif role model Hasil observasi diruang Anggrek, waktu bimbingan dilakukan sesuai kontrak belajar dengan pembimbing klinik/ preceptor, bimbingan dilakukan setiap hari setiap melakukan tindakan dan setiap saat / fleksibel jika ada kasus urgent dapat dilakukan bimbingan.



e. Jadwal Shif Penjadwalan shift dilakukan setiap 1 bulan sekali, untuk rolling patner 2 bulan sekali. Dengan jadwal ship : Tabel 2.24 Jadwal Shif di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Jabatan/Hari



Senin



Selasa



Rabu



Kamis



Jumat



Sabtu



Minggu



Karu



P



P



P



P



P



P



L



Katim 1



P



P



P



P



P



P



L



Pelaksana



P



S



S



M



M



TP



L



Pelaksana



S



M



M



TP



L



P



P



Pelaksana



M



TP



L



S



S



M



M



Pelaksana



L



P



P



P



P



L



S



Sumber : Data Primer Di Ruang Rawat Inap Anggrek



87



f. Rapat Rapat di ruang Anggrek tidak rutin terjadwal, namun kalau ada event seperti persiapan akreditasi akan diadakan rapat. g. Rotasi Pegawai Rotasi



pegawai



perawat



merupakan



kewenangan



dari



bagian



keperawatan dan kepegawaian RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, sehingga rotasi pegawai dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan jumlah pegawai, jika ada kekurangan jumlah tenaga perawat di ruang lain, maka perawat dapat dilakukan rotasi. D. OUTPUT 1.



Pasien safety Tabel 2.24 Evaluasi Pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal 15-16 Mei 2018



No 1.



Sasaran Ketepatan identifikasi pasien



Elemen Penilaian Ya 1. Pasien diidentifikasi menggunakan 6 dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien 2. Pasien diidentifikasi sebelum 7 pemberian obat, darah, atau produk darah. 3. Pasien diidentifikasi sebelum 7 mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis 4. Pasien diidentifikasi sebelum 5 pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur 5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan 6 pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi Presentase 88,6%



Tidak 1



0 0 2 1



11,4% 88



2



3.



4.



Peningkatan komunikasi efektif



yang



Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (highalert)



Kepastian tepatlokasi, tepatprosedur, tepatpasien operasi



1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah 2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah. 3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan 4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten. Presentase 1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat. 2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan. 3. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan. 4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restrict access). Presentase 1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan. 2. Rumah sakit menggunakan suatu



7



0



7



0



7



0



7



0



100% 7



0% 0



5



2



7



0



7



0



93% 7



7% 0



7



0 89



No 5.



6.



checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional. 3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur "sebelum insisi / time-out" tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan. 4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi. Presentase Sasaran Elemen Penilaian Pengurangan risiko 1. Rumah sakit mengadopsi atau infeksi terkait mengadaptasi pedoman hand hygiene pelayanan terbaru yang diterbitkan dan sudah kesehatan diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety). 2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif. 3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Presentase Pengurangan risiko pasien jatuh



1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. 2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap



7



0



7



0



100% Ya 7



0% Tidak 0



6



1



7



0



95%



5%



7



0



5



2



90



berisiko 3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, 4 3 baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja. 4. Kebijakan dan/atau prosedur 5 2 dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit. Presentase 75% 25% Sumber : Data Primer di Ruang Anggrek RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Keterangan Kriteria :  Sangat Baik  Baik  Cukup  Kurang



: 76-100 : 60-75 : 40-59% : < 40%



Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kementrian, 2011) dan JCI Acreditation, makan sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut.  Sasaran I : ketepatan identifikasi pasien  Sasaran II :peningkatan komunikasi yang efektif  Sasaran III :peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (HighAlert Medication)  Sasaran IV : kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi  Sasaran V : pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan  Sasaran VI: pengurangan risiko jatuh. Sasaran I : Ketepatan identfkasi pasien, meliputi standar berikut : 1. Pasien diidentifkasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. 91



2. Pasien diidentifkasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah. 3. Pasien diidentifkasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga). 4. Pasien diidentifkasi sebelum pemberian tindakan/prosedur. 5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik



pengobatan



dan



identifkasi yang



konsisten padasemua situasi dan lokasi. Analisa : Berdasarkan kajian di atas dalam ketepatan identifikasi pasien, prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat baik yaitu 88,6% dan belum dilakukan sebanyak 11,4% (n=7).



Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektf (SBAR) 1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut. 2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut. 3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfrmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut. 4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam melakukanverifkasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon. Analisa : Berdasarkan kajian di atas dalam peningkatan komunikasi efektif, prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat baik adalah 100% (n=7). 92



Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-Alert Medication) 1. Kebijakan



dan/atau



prosedur



dikembangkan



untuk



mengatur



identifkasi, lokasi,pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai. 2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan. 3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengajadi area tersebut, bila diperkenankan kebijakan. 4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict access). Analisa : Berdasarkan kajian di atas dalam peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert), prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat baik adalah 93% dan belum dilakukan sebanyak 7% (n=7). Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi 1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifkasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda. 2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk melakukan verifkasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepatpasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.



93



3. Tim



operasi



yang



lengkap



menerapkan



dan



mencatat/



mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi); “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi). 4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasukprosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi. Analisa : Berdasarkan kajian di atas dalam kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat baik adalah 100% (n=7). Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru



ini diterbitkan dan sudah diterima secara



umum (antara lain dari WHO Patient Safety). 2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif. 3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. Analisa : Berdasarkan kajian di atas dalam pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat baik adalah 95% dan belum dilakukan sebanyak 5% (n=7). Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh



94



1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. 2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko. 3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja. 4. Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari risiko cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit. Analisa : Berdasarkan kajian di atas dalam pengurangan resiko pasien jatuh, prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat baik adalah 75% dan belum dilakukan sebnayk 25%(n=7). 2. Perawatan Diri (Personal Hygine) a. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, dan eliminasi yang disebabkan oleh keterbatasan diri. b. Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan parsial dan total). Tabel 2.25 Evaluasi Perawatan Diri (Personal Hygine) Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal 15-16 Mei 2018 Pasien Jumlah pasien tidak terpenuhi kebutuhan diri Pasien parsial dan total



15-05-2018



16-05-2018



Jumlah



0



1



1



7



7



14 95



Persentase kebutuhan perawatan diri pasien : Jumlah pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri



x 100 %



Jumlah pasien dirawat dengan tingkat ketergantungan parsial dan total



1 x 100 % = 7,14% 14 Analisa : Dari data yang telah dilakukan selama 2 hari, dapat dilihat bahwa perawatan diri 7,14%, hal ini dikarenakan kelurga sangat berperan serta dalam perawatan diri pasien, jika keluarga tidak dapat melakukan perawatan diri terhadap pasien, perawat akan membantu melakukan perawatan diri terhadap pasien. 3.



Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Imbalo, 2006). Sedangkan Irawan (2003) mengatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan kinerja dengan harapan-harapannya. Sejalan dengan Oliver (1997, dalam Irawan, 2003) mengungkapkan kepuasan sebagai respon pemenuhan harapan dan kebutuhan pasien. Respon ini sebagai hasil dari penilaian pasien bahwa produk/pelayanan sudah memberikan tingkat pemenuhan kenikmatan.Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih atau kurang (Paparaya. 2009).



96



Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai berikut : a. Responsiveness



(ketanggapan),



yaitu



kemampuan



petugas



memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga kesehatan. b. Assurance



(jaminan),



yaitu



kemampuan



petugas



memberikan



pelayanan kepada pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan tenaga kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien. c. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara,



keikutsertaan



pasien



dalam



mengambil



keputusan



pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan keluarga/temannya. d. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kebersihan ruangan pengobatan dan toilet e. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan.



97



Tabel 2.26 Evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Anggrek RSUD dr Soehadi Prijonegoro Tanggal 15 – 16 Mei 2018 NO 1 2 3 4 5 6 7



8



KRITERIA (n=7) Perawat memberi informasi tentang administrasi yang berlaku bagi pasien rawat inap di RS Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapian ruangan yang anda tempati Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat – alat kesehatan yang digunakan Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas kamar mandi dan toilet Perawat selalu menjaga kerapian dan penampilannya Perawat mampu menangani masalah perawatan anda dengan tepat dan profesional Perawat memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia, cara penggunaan dan tata tertib yang berlalu di RS Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal – hal



1



2



3



4



0



0



5



2



0



0



4



3



0



0



4



3



0



0



6



1



0



0



4



3



0



0



6



1



0



1



5



1



0



0



5



2



98



9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23



24 25



yang harus dipatui dalam perawatan anda Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal – hal yang dilarang dalam perawatan anda Ketepatan waktu perawat tiba di ruangan ketika anda membutuhkan Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada anda ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta Perawat segera menangani anda ketika sampai di ruangan rawat inap Perawat menyediakan wakt khusus untuk membantu anda berjalan, BAB, BAK, ganti posisi tidur, dll Perawat membantu anda untuk memperoleh obat Perawat membantu anda untuk pelaksanaan pelayanan foto dan laboratorium di RS ini Perawat memberikan perhatian terhadap keluhan yang anda rasakan Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang tindakan perawatan yang diberikan kepada anda Perawat jujur dalam memberikan informasi tentang keadaan anda Perawat selalu memberikan salam dan senyum ketika bertemu dengan anda Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan kepada anda Perawat memberikan informasi kepada anda tentang segala tindakan perawatan yang akan dilaksanakan Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila anda membutuhkan Perawat sering menengok dan memeriksa keadaan anda seperti mengukur tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, dan cairan infus Pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang pangkat/status tapi berdasarkan kondisi anda Perawat perhatian dan memberi dukungan moril terhadap keadaan anda (menanyakan dan berbincang – bincang tentang keadaan anda) Jumlah



0



0



5



2



0



0



5



2



0



1



4



2



0



0



5



2



0



1



5



1



0



0



5



2



0



0



5



2



0



0



4



3



0



0



5



2



0



0



4



3



0



0



5



2



0



0



5



2



0



0



4



3



0



0



5



2



0



0



5



2



0



0



4



3



0



0



4



3



0 0%



3 1,7%



119 67,6%



54



99



30,68%



Sumber : Data Primer Kuesioner di Ruang Anggrek Keterangan Kriteria : 1 = Sangat Tidak Puas 2 = Tidak Puas 3 = Puas 4 = Sangat Puas



Analisa : Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai dari data primer angket kepuasan pasien yang diberikan kepada pasien yang minimal dirawat selama 3 hari didapatkan nilai 67,6% (n = 6) yang berarti masuk dalam kategori puas, nilai 30,68% kategori sangat puas, dan nilai 1,7% kategori tidak puas. Dari hasil instrumen yang telah diisi oleh pasien dan atau keluarga di Ruang Anggrek didapatkan hasil bahwa perawat kurang memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia, cara penggunaan dan tata tertib yang berlaku di RS serta perawat kurang bersedia menawarkan bantuan kepada klien/keluarga ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta. Jika mutu pelayanan perawat baik maka akan terjadi peningkatan kepuasan keluarga dalam tindakan keperawatan yang diberikan. 4. Kecemasan Kecemasan merupakan reaksi yang pertama muncul atau dirasakan oleh pasien dan keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan pada anak dapat dijelaskan dengan hospitalisasi anak. Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di 100



RS, menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres ketika anak menjalani hospitalisasi seperti: (a) Lingkungan Rumah sakit, (b) Berpisah dengan orangorang yang berarti, (c) ,Kehilangan kendali, (d) Cedera tubuh dan nyeri. Respon anak ketika menjalani hospitalisasi: (a) merasa cemas, marah sedih, takut dan rasa bersalah, (b) memiliki keterbatasan koping terhadap stres dan sakit yang dirasakan yang dipengaruhi oleh tingkat perkembangan,



pengalaman



sebelumnya,



support



system



dalam



keluarga,ketrampilan koping dan berat ringannya penyakit. Hospitalisasi merupakan proses yang menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Jika tidak di tangani secara serius, tepat dan terencana akan mengarah kepada disfungsi perkembangan yang dapat mengancam kehidupan anak. Terdapat pengukuran skala kecemasan anak yang berisi 25 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1. Skala peringkat kecemasan digambarkan pada tabel di bawah ini : Tabel 2.27 Evaluasi Kecemasan Di Ruang Anggrek RSUD dr Soehadi Prijonegoro Tanggal 15-16 Mei 2018 No.



Pernyataan



Tidak Pernah (1) 2



KadangKadang (2) 1



Sering



Selalu



(3) 1



(4) 3



1



Anak menginginkan ditunggui oleh orang tua



2



Anak menangis jika ditinggal orang tua dalam waktu yang tidak lama.



3



2



1



1



3



Anak menangis jika didekati perawat



1



2



3



1



4



Anak meminta perawat atau dokter untuk keluar dari ruang rawat



4



1



1



1



101



5



Anak memukul perawat atau dokter yang sedang memberikan perawatan



4



0



2



1



6



Anak tidak menolak perawat saat akan melakukan prosedur perawatan



2



3



0



2



7



Anak menangis saat akan dilakukan tindakan keperawatan



1



1



3



2



8



Anak marah saat dilakukan tindakan keperawatan



1



1



4



1



9



Anak meminta peralatan yang akan dipakai untuk tindakan perawatan agar tidak dipakai perawat.



5



0



2



0



10



Anak berusaha turun dari tempat tidur saat akan dilakukan tindakan keperawatan



5



2



0



0



11



Anak meminta pulang



7



2



1



1



12



Anak menangis dan sulit ditenangkan jika keinginannya tidak dipenuhi



2



1



4



0



13



Anak meminta digendong orang tua untuk keluar dari ruangan saat dirawat



2



2



1



2



14



Anak marah saat diminta untuk tidur di atas tempat tidurnya



3



3



1



0



15



Anak mulai mengompol yang sebelumnya tidak pernah terjadi



5



1



0



1



16



Anak tidak mau dibesuk oleh temannya atau saudara yang lain.



5



1



1



0



17



Anak mengungkapkan rasa bersalah karena sakitnya



7



0



0



0



18



Anak bertanya mengapa anak bisa sakit.



7



0



0



0



19 20



Anak tidak mau makan Anak tidak berminat untuk bermain



3 4



4 3



0 0



0 0



21



Anak berkenalan dengan teman satu ruangan



2



2



2



1



22



Anak bermain dengan anak lain yang sedang



3



4



0



0



102



dirawat



23



Anak meminta perawat untuk bermain dengan anak



2



3



2



0



24



Anak diam dan mengikuti perintah saat dilakukan prosedur tindakan



2



3



0



2



25



Anak tetap tenang meskipun ditinggalkan orang tua



2



0



3



2



42 23,8%



32 18,18%



22 12,5%



Total



80 45,4% Sumber : Data Primer Kuesioner di Ruang Anggrek



Keterangan Kriteria: 1. Skor 80 : normal/tidak cemas 2. Skor 42 : kecemasan ringan 3. Skor 32 : kecemasan sedang 4. Skor 22: kecemasan berat Analisa : Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai dari data primer angket kecemasan pasien yang diberikan kepada pasien didapatkan nilai 45,4% yang berarti masuk dalam kategori normal/tidak cemas, 23,8% kategori cemas ringan, 18,18% kategori cemas sedang, dan 12,5% kategori cemas berat. Kecemasan ringan yang terjadi pada pasien yang di rawat di ruang Anggrek disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya umur, pengalaman yang terdahulu, kedekatan anak pada orang tua, lamanya sakit dan seringnya anak di rawat. 5. Pengetahuan 103



Menurut Notoadmodjo (2012) Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas pancaindra yaitu penglihatan, penciuman, peraba dan indra perasa, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Nursalam, 2014). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) dalam buku pendidikan dan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003 dan Nursalam, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : 1. Awareness (kesadaran) ketika seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2. Interst (tertarik), ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut baginya 4. Trial (mencoba), ketika seseorang telah mencoba perilaku baru 5. Adoption (adaptasi), ketika seseorang telah berprilaku baru yang sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun,



berdasarkan



penelitian



selanjutnya,



Rogers



menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan di atas. Jika penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yaitu dengan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, perilaku itu tidak akan berlangsung lama (Nursalam, 2014). 104



Berdasarkan wawancara dengan 7 orang pasien/keluarga di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, 5 orang pasien/keluarga belum begitu jelas mengetahui penyakit yang meliputi pengertian, etiologi, tanda gejala dan diet yang diterapkan, sedangkan 2 orang pasien/keluarga sudah mengetahui penyakitnya. Analisa : Berdasarkan data diatas diketahui bahwa penyakit yang diderita pasien diataranya Kejang Demam, CKB, ISPA, Diare, Epilepsi berdasarkan wawancara dengan 7 orang pasien/keluarga sebagian besar belum mengetahui secara jelas penyakit yang diderita, sehingga perlu dilakukan intervensi edukasi mengenai penyakit dan leflet penyakit yang ada di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.



105



BAB III ANALISA MASALAH A. Identifikasi Masalah 1. Analisis SWOT PENGKAJIAN SUB SISTEM INPUT Man Kurang pengetahuan Perawat



Strenght 1. Terdapat 13 perawat di Anggrek 2. BOR: 33, 59%



SWOT Weakness orang Perawat kurang mengikuti ruang pelatihan dalam hal keperawatan anak



Opportunity Threatened 1. Adanya 4 perawat baru Observasi penilaian BLUD yang sedang perawat 72,5% orientasi di ruang Anggrek 2. Adanya 2 perawat magang 3. Adanya mahasiswa profesi ners yang sedang prektek stase manajemen keperawatan 4. Adanya hubungan baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik



kinerja



Money Strenght Weakness Kendala dalam Adanya anggaran di bidang Usulan kebutuhan disesuaikan anggaran keperawatan dengan BLUD, DAL, dst Opportunity Threatened Adanya rencana usulan Kebutuhan yang bersifat urgent kebutuhan ruangan harsus segera daijukan dan dipenuhi 106



Methods 1. Discharge planning



Strenght Weakness Sudah tersedia lembar 1. Kurang sederhanya bahasa dischrarge planning untuk dalam penyampaian discharge pasien akan pulang planning pada pasien yang memiliki pendidikan yang berbeda-beda saat akan pulang, dan dipengaruhi keragaman bahasa Opportunity Threatened 1. Adanya mahasiswa profesi 1. Pasien tidak melakukan ners yang sedang prektek prosedur penatalaksanaan dan stase manajemen pengobatan yang sesuai anjura keperawatan 2. Pemahaman pasien kurang 2. Adanya hubungan baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik 2. Ronde Strenght Weakness Keperawatan Terdapat 13 orang perawat di Ketidakpahaman fungsi dari ronde ruang Anggrekh untuk keperawatan dan kekurangan melakukan ronde tenaga menyebabkan tidak dapat keperawatan melakukan ronde keperawatan Opportunity Threatened 1. Adanya mahasiswa Selama ini tidak ada agen profesi ners yang sedang pembaharu dalam memecahkan prektek stase manajemen kasus pasien serta belum ada keperawatan kasus pasien yang sulit 2. Adanya hubungan baik dipecahkan permasalahannya antara mahasiswa untuk dilakukan ronde praktek dengan perawat keperawatan. klinik 3. Orientasi Strenght Weakness pasien baru 1. Sudah tersedia papan 1 Bahasa yang kurang sederhana informasi tentang hak dan dalam penyampaian orientasi kewajiban pasien ruangan pada pasien baru. 2. Masing-masing PP 2 Kurang optimalnya mengetahui seluruh pelaksanaan tugas PP untuk fasilitas masing-masing memberikan informasi tentang kamar di ruang rawat inap pelayanan dan fasilitas ruangan terhadap pasien baru. 3 64% orientasi pasien baru belum terlaksana belum sesuai standar. 107



4. S-BAR



Materials Inventaris ruangan



Opportunity 1. Adanya mahasiswa profesi ners yang sedang praktik stase manajemen keperawatan. 2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik. Strenght 1. Sudah terdapat SPO SBAR 2. Semua perawat di ruang Anggrek mengetahui SPO S-BAR Opportunity 1. Terjalinnya hubungan sejawat yang baik 2. Adanya mahasiswa profesi ners yang sedang praktik stase manajemen keperawatan. 3. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik. Strenght 1. Jenis peralatan sudah tersedia sesuai standar. 2. Terdapat administrasi penunjang yang memadai



Threatened 1. Banyaknya pertanyaan dari pasien terkait pelayanan dan fasilitas yang ada 2. Ketidakpatuhan pasien dan keluarga terkait tata tertib yang berlaku Weakness Kurang optimalnya komunikasi yang efektif atau pelaksanaan SBAR pada seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan oleh NAKES khususnya perawat Threatened Operan jaga dengan S-BAR tidak dilakukan karena memakan waktu cukup lama



Weakness 1. Jumlah peralatan kurang memadai terhadap kebutuhan di ruangan.



Opportunity Threatened 1. Adanya prosedur 1. Kurangnya peralatan atau pengajuan pengadaan alat sarana prasarana dalam ruangan. pelayanan ke pasien.



108



PROSES



Planning 1. Pre conference



2. Post conference



Strenght 1. Terdapat dukungan seluruh perawat untuk dilakukan pre conference. 2. Terdapat komitmen seluruh perawat melakukan pre conference Opportunity 1. Adanya mahasiswa profesi ners yang sedang praktik stase manajemen keperawatan. 2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik Strenght 1. Terdapat dukungan seluruh perawat saat dilakukan post conference. 2. Terdapat komitmen seluruh perawat melakukan post conference Opportunity 1. Adanya mahasiswa profesi ners yang sedang praktik stase manajemen keperawatan. 2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik



Weakness 1. Tidak dilakukan 2. Persepsi perawat di Ruang Anggrek yang menganggap operan jaga yang biasa dilakukan sama pre conference Threatened 1. Masih terdapat sebagian perawat yang datang tidak tepat waktu.



Weakness 1. Tidak dilakukan 2. Persepsi perawat di Ruang Anggrek yang menganggap operan jaga yang biasa dilakukan sama post conference Threatened 1. Masih terdapat sebagian perawat yang pulang lebih awal.



Organizing Strenght Weakness Sistem Katim ruang anggrek sudah Terdapat pembagian Team 1 dan organisasi dan berpendidikan ners Team 2 dengan 1 orang Kepala job description Tim



109



Actuacting Reward



Controling Supervisi



OUTPUT



Pasien safety 1. Ketepatan identifikasi pasien



Opportunity 1. Adanya mahasiswa profesi ners yang sedang praktik stase manajemen keperawatan. 2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik Strenght Adanya jasa pelayanan medis BPJS dan Umum Opportunity Adanya reward penambahan point jasa pada kreativitas Strenght Adanya petugas supervisi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Opportunity Supervisi bertugas sebagai wakil case manager keperawatan



Threatened Pelaksanaan pembagian Team ini saling membantu dengan Team yang lain



Weakness Pembayaran jasa tiap bulan tidak dapat ditetapkan pasti tanggalnya Threatened Reward selain penambahan point jasa tidak ada Weakness Kurang optimal pelaksanaan supervise di ruangan



Threatened Penyelesaian masalah jika tidak dapat diselesaikan dapat disampaikan pada meeting morning Strenght Weakness Adanya SPO ketepatan Kurang optimal pelaksanaan identifikasi pasien identifikasi pasien sebelum Fasilitas gelang identifikasi dilakukannya tindakan sudah tersedia keperawatan



110



2. Kecemasan/ stres hospitalisasi



Opportunity 1. Adanya mahasiswa profesi ners yang sedang prektek stase manajemen keperawatan 2. Adanya hubungan baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik 3. Terdapat gelang identitas pada seluruh pasien yang terlampir nama, tempat tanggal lahir, nomor rekam medis Strenght Adanya ruang bermain anak yang setiap saat bisa diakses



Threatened Perlunya ketelitian identifikasi pasien



dalam



Weakness 1. Tidak terdapatnya SPO kecemasan atau penatalaksanaan stres hospitalisasi 2. Kurangnya hiasan dinding yang bertemakan tentang anakanak Opportunity Threatened 1. Adanya mahasiswa profesi Beberapa pasien dan keluarga ners yang sedang prektek tiudak mengalami stres stase manajemen hospitalisasi keperawatan 2. Adanya hubungan baik antara mahasiswa praktek dengan perawat klinik



111



3. Pencegahan resiko jatuh



4. Hand hygiene/ cuci tangan



Pengetahuan



Strenght 1. Adanya SPO pencegahan resiko jatuh 2. KIE mengenai risiko jatuhg selalu diberikan saat label hendak dipasang dan selama label masih terpasang. 3. Pengkajian resiko jatuh dilaksanakan setiap pergantian shif Opportunity Adanya label resiko jatuh pada tempat tidur pasien



Weakness Ketidak patuhan penunggu pasien dalam pencegahan resiko pasien jatuh



Threatened Kurang pengetahuan penunggu pasien tentang tanda pencegahan resiko jatuh Strenght Weakness 1. Adanya SPO hand 1. Ketidakpatuhan tenaga hygiene kesehatan dalam mencuci 2. Tersedianya hand rub tangan (five moment) disetiap sudut ruangan 2. Ketidakpatuhan penunggu dan wastafel untuk pasien dalam cuci tangan melakukan hand wash Opportunity Threatened Tersedianya hand rub disetiap Pemakaian hund rub kurang sudut ruangan, tiap bed familiar di kalangan penunggu, pasien dan wastafel untuk penunggu lebih senang cuci melakukan hand wash tangan tanpa sabun disetiap kamar Strenght Weakness Adanya SPO pendidikan / Kurangnya pengetahuan pasien edukasi pasien tentang penyakit yang sering terjadi pada anak Opportunity Threatened 1. Adanya leaflet penyakit Pemahaman pasien kurang anak 2. Peran perawat yaitu educator



2. Analisa Data Data Fokus



Problem



Etiologi



112



Data Subjektif : Kurangnya antusias dan motivasi beberapa perawat untuk melaksanakan MPKP. Data Objektif : 1. Persepsi yang salah mengenai pre conference dan post conference yang disama artikan dengan operan jaga yang biasa di lakukan di Ruang Anggrek 2. Kedatangan beberapa perawat yang shift selanjutnya tidak tepat waktu sehingga operan jaga dilakukan tidak tepat pada waktunya. 3. Kurangnya penyampaian discharge planning pada pasien akan pulang. 4. Kurangnya penyampaian orientasi ruangan pada pasien baru. 5. Kurang optimal pelaksanaan SBAR saat operan jaga.



Kurang efektif MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)



Pelaksanaan pre conference, post conference, discharge planning, orientasi pasien baru, S-BAR, ronde keperawatan kurang optimal



113



Data Subjektif : Kurang 1. Kurangnya antusias dan pelaksanaan motivasi beberapa penunggu safety dan pengunjung pasien melaksanakan pasien safety yaitu : a. Kurang optimal pelaksanaan identifikasi pasien, Kecemasan atau stres hospitalisasi yang sering terjadi, beberapa penunggu dan pengunjung pasien mengatakan lebih senang Ketidak patuhan penunggu pasien dalam pencegahan resiko pasien jatuh, b. Ketidakpatuhan tenaga kesehatan dalam mencuci tangan (five moment) dan penunggu pasien dalam cuci tangan. Data Objektif : 1. Perlunya ketelitian dalam identifikasi pasien, Beberapa penunggu dan pengunjung pasien kurang patuh dalam etika batuk, Penunggu dan pengunjung pasien tidak patuh untuk tetap memakai alas kaki, 2. Kurang pengetahuan penunggu pasien tentang tanda pencegahan resiko jatuh 3. Pemakaian hund rub kurang familiar di kalangan penunggu, penunggu lebih senang cuci tangan dengan sabun 4. Ketidakpatuhan tenaga kesehatan dalam mencuci tangan (five moment) sesuai dengan SOP yang berlaku



efektif Pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien pasien, stres hospitalisasi, pemakaian alas kaki, pembuangan sampah infeksius dan non infeksius, pencegahan resiko jatuh, hand hygiene/ cuci tangan kurang optimal



114



Data Subjektif : Kurangnya pendidikan kesehatan kepada Kurangnya pengetahuan pasien pengetahuan tentang keluarga pasien kurang optimal tentang penyakit pada anak penyakit pada anak Data Objektif : 1. Pemahaman pasien kurang 2. Ketersediaan leaflet terkait jenis penyakit di ruangan masih kurang 3. Prioritas Masalah Penetapan prioritas masalah sebagai berikut :



1



Masalah Kurang efektif MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) berhubungan dengan pelaksanaan pre conference, post conference, discharge planning, orientasi pasien baru, S-BAR kurang optimal



2



Kurang efektif pelaksanaan pasien safety berhubungan dengan pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien, stres hospitalisasi, pencegahan resiko jatuh, hand hygiene/ cuci tangan kurang optimal



3



Kurangnya pengetahuan tentang penyakit pada anak berhubungan dengan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien kurang optimal



Aspek Yang Dinilai M S Mn Nc Af



Total Skor



4



4



4



4



4



1024



3



4



4



4



3



576



3



3



3



4



4



432



115



Rencana Kegiatan Rencana kegiatan penyelesaian masalah dibuat dalam bentuk Plan Of Action (POA) yang disusun: Masalah Kurang efektif MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) berhubungan dengan pelaksanaan pre conference dan post conference



Tujuan Mengoptimalkan pelaksanaan Pre Conference diruang rawat inap Anggrek



Strategi Role play dan bimbingan



Sasaran KARU, Katim dan Perawat Pelaksana



Kegiatan 1. Persiapan  Melakukan koordinasi dengan KaRu, KaTim dan perawat pelaksana dalam penerapan MPKP  Melakukan pengkajian pelaksanaan Pre Conference 2. Pelaksanaan  Melakukan role play dalam pelaksanaan Pre Conference. 3. Bimbingan dan



PJ Arizqu



Waktu 19 Mei 2018



Kriteria evaluasi Evaluasi struktur : a. Seluruh   perawat di



 



Ruang



Anggrek   ikut aktif



 



dalam



kegiatan. b. Penyelenggaraan dilaksanakan   di Ruang Anggrek. c. Pengorganisasian 21 mei – 2 juni 2018



penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelumnya.  Evaluasi proses :



116



Pendampingan  Melakukan bimbingan dan pendampingan dalam pelaksanaan Pre Conference. 4. Evaluasi - Evaluasi pelaksanaan Pre Conference



21 mei – 2 juni 2018



a. Perawat di Ruang Anggrek aktif dalam kegiatan dan ada respon positif. b. Perawat di Ruang Anggrek   aktif



4 Juni 2018



dan



 



mampu



menyampaikan gagasan/   saran untuk keberhasilan program Evaluasi hasil : Perawat di Ruang Anggrek memahami pentingnya peningkatan pelayanan.



117



- Mengoptimalkan Role play pelaksanaan Pos dan Conference bimbingan diruang rawat inap Anggrek



KARU, Katim dan Perawat Pelaksana



1. Persiapan - Melakukan koordinasi dengan KaRu, KaTim dan perawat pelaksana dalam penerapan MPKP - Melakukan pengkajian pelaksanaan Post Conference



Andhy Ardat P.



19 Mei 2018



2. Pelaksanaan - Melakukan role play dalam pelaksanaan Pos Conference



21 mei – 2 juni 2018



3. Bimbingan dan Pendampingan - Melakukan bimbingan dan pendampingan



21 mei – 2 juni 2018



118



dalam pelaksanaan Pos Conference. 4. Evaluasi - Evaluasi pelaksanaan Pos Conference Kurang efektif - Mengoptimalkan Role play Karu, Katim pelaksanaan pasien pelaksanaan dan dan Perawat pasien safety safety berhubungan bimbingan pelaksana secara optimal dengan pelaksanaan ketepatan ketepatan identifikasi identifikasi pasien/ gelang identitas, pasien/ gelang stres hospitalisasi, identitas pencegahan resiko jatuh, hand hygiene/ cuci tangan kurang optimal



1. Persiapan 1) Melakukan koordinasi dengan KaRu, KaTim dan perawat pelaksana dalam penerapan ketepatan identifikasi pasien/ gelang identitas 2.Pelaksanaan - Melakukan bimbingan ketepatan identifikasi pasien/ gelang identitas 3.Bimbingan dan Pendampingan - Melakukan bimbingan dan pendampingan dalam



Hanesia Priska



4 Juni 2018 19 Mei Evaluasi struktur : 2018 a. Seluruh   perawat di



 



Ruang



Anggrek   ikut aktif



 



dalam



kegiatan. b. Penyelenggaraan



21 mei dilaksanakan   di – 26 Ruang Anggrek. juni c. Pengorganisasian 2018 penyelenggaraan kegiatan dilakukan 27 mei sebelumnya.  – 2 Evaluasi proses : Juni



119



pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien/ gelang identitas 4.Evaluasi - Evaluasi pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien/ gelang identitas



2018



a. Perawat di Ruang Anggrek aktif dalam kegiatan dan ada respon 4 Mei positif. 2018 b. Perawat di Ruang Anggrek   aktif dan



 



mampu



menyampaikan gagasan/   saran untuk keberhasilan



- Mengoptimalkan Role play Karu, Katim pelaksanaan dan dan Perawat pasien safety bimbingan pelaksana secara optimal



1.Persiapan - Melakukan koordinasi dengan KaRu, KaTim dan



Fatah Amrulla h



program Evaluasi hasil : Perawat di Ruang Anggrek memahami pentingnya peningkatan pelayanan. 19 Mei Evaluasi struktur : 2018 a. Seluruh perawat   di Ruang



120



pencegahan resiko jatuh



perawat pelaksana dalam penerapan pencegahan resiko jatuh 2.Pelaksanaan - Melakukan bimbinagn pelaksanaan pencegahan resiko jatuh 3.Bimbingan dan Pendampingan - Melakukan bimbingan dan pendampingan dalam pelaksanaan pencegahan resiko jatuh 4.Evaluasi Evaluasi pelaksanaan pencegahan resiko jatuh



Anggrek   ikut aktif   dalam kegiatan. 21 mei – 26 juni 2018



b. Menyelenggar aan dilaksanakan di



 



Ruang



Anggrek. c. Pengorganisasi 27 mei – 2 Juni 2018



an penyelenggara an   kegiatan dilakukan



sebelumnya.  Evaluasi proses : 4 Mei a. Perawat di Ruang Anggrek aktif 2018 dalam kegiatan dan ada respon positif. b. Perawat di Ruang



121



Anggrek   aktif dan



 



mampu



menyampaikan gagasan/   saran untuk keberhasilan



- Mengoptimalkan Role play Karu, Katim pelaksanaan dan dan Perawat pasien safety bimbingan pelaksana secara optimal hand hygiene/ cuci tangan kurang optimal



1.Persiapan - Melakukan koordinasi dengan KaRu, KaTim dan perawat pelaksana dalam penerapan hand hygiene/ cuci tangan 2.Pelaksanaan - Melakukan



Ahmad Taisir



program Evaluasi hasil : Perawat di Ruang Anggrek memahami pentingnya peningkatan pelayanan. 19 Mei Evaluasi struktur : 2018 a. Seluruh   perawat di



 



Ruang



Anggrek   ikut aktif



 



dalam



kegiatan. b. Penyelenggaraan 21 mei



dilaksanakan   di Ruang Anggrek.



122



bimbingan dalam pelaksanaan hand hygiene/ cuci tangan 3.Bimbingan dan Pendampingan - Melakukan bimbingan dan pendampingan dalam pelaksanaan hand hygiene/ cuci tangan 4.Evaluasi Evaluasi pelaksanaan hand hygiene/ cuci tangan



– 26 c. Pengorganisasian juni penyelenggaraan 2018 kegiatan dilakukan sebelumnya.  27 mei Evaluasi proses : – 2 a. Perawat di Ruang Anggrek aktif Juni dalam kegiatan 2018 dan ada respon positif. b. Perawat di Ruang 4 Mei 2018



Anggrek   aktif dan



 



mampu



menyampaikan gagasan/   saran untuk keberhasilan program Evaluasi hasil : Perawat di Ruang Anggrek memahami



123



pentingnya peningkatan pelayanan.



124



Kurangnya pengetahuan tentang penyakit pada anak berhubungan dengan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien kurang optimal



- Mengoptimalkan Bimbingan pelaksanaan pendidikan kesehatan tentang penyakit pada anak - Pembuatan leaflet penyakit pada anak



Karu, Katim 1. Persiapan - Melakukan dan Perawat koordinasi dengan KaRu pelsana dan Kabid Keperawatan - Pembuatan materi pendidikan kesehatan tetang penyakit fraktur dan pembuatan leaflet penyakit pada anak 2. Pelaksanaan - Mengajukan SAK pendidikan kesehatan penyakit pada anak 3. Bimbingan - Melakukan bimbingan dan pendidikan kesehatan penyakit pada anak 4.Evaluasi Evaluasi hasil pendidikan kesehatan penyakit pada anak



Fuji Rahma H.



19 mei Evaluasi struktur : 2018 a. Seluruh   perawat di



 



Ruang



Anggrek   ikut aktif



 



dalam



kegiatan. b. Penyelenggaraan dilaksanakan   di Ruang Anggrek. 21 mei c. Pengorganisasian April penyelenggaraan 2018 kegiatan dilakukan 27 mei sebelumnya.  – 2 juni Evaluasi proses : 2018 a. Perawat di Ruang Anggrek aktif dalam kegiatan 4 juni dan ada respon 2018 positif. b. Perawat di Ruang Anggrek   aktif dan 125



 



mampu



79