Bab 7 Pemilihan Topik Dan Kerangka Karangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Topik dan Judul Topik ialah pokok bahasan, ide, gagasan, persoalan, atau pokok pikiran yang akan ditelaah, dikembangkan, dikupas, dan dibicarakan dalam karangan/ tulisan. Pada tahap penentuan/pemilihan topic ini biasanya ditemukan bahwa suatu topik masih bersifat umum/general/luas, belum dibatasi, belum diarahkan, dan belum diberi tujuan. Oleh karena itu diperlukan beberapa rambu-rambu untuk menentukan/menetapkan topic. Topik berasal dari bahasa Yunani “Topoi” yang berarti tempat. Ini dapat diartikan bahwa topik merupakan sesuatu hal yang sudah ditentukan dan dibatasi. Topik berarti pokok pembicaraan ataupun pokok permasalahan. Topik karangan adalah  suatu hal yang digarap menjadi karangan. Topik merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? Atau hendak menulis tentang apa? Atau topik merupakan suatu contoh dari pembicaraan atau apapun yang akan menjadi landasan dalam penulisan sebuah artikel. Adapun syarat sebuah topik adalah harus menarik perhatian dan tentunya bermanfaat unutk penulis dan pembaca dan topik yang dipilih harus mempunyai sumber acuan yang jelas atau real, dll. Jika kita akan membuat sebuah karangan, maka sebaiknya terlebih dahulu memilih dan menetapkan topik dan judulnya. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai, adapun judul karangan pada umumnya adalah rincian dan penjabaran dari topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Bertumpu dari penjelasan diatas, maka dapat kita ketahui persamaan juga perbedaan antara topik dengan judul. Topik dapat menjadi judul karangan, topik juga dapat menjadi payung besar yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang penulisnya. Sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah. Contoh jika dalam menggarap karya ilmiah seperti skripsi, judul memang ditetapkan pada awal proses penulisannya, yaitu pada waktu pengajuan outline. Akan tetapi kita perlu tahu bahwa proses pembuatan judul itu  sebenarnya tetap berawal dari pemilihan topik.  Pada jenis karangan lain sesudah karangan selesai, serta dapat diganti-ganti sepanjang hal itu relevan dengan isi karangan dan sesuai dengan topik yang ditentukan. 2.1.2 Sumber Topik             Ada banyak sekali penulis yang bingung saat mau menentukan hendak menulis apa, rasanya semua yang ada itu menarik dan kebanyakan sudah ditulis oleh orang lain, namun sebenarnya masih banyak hal yang dapat dijadika topik tulisan. Untuk membantu menentukan topik, menurut Wayne N. Thompson dalam Rakhmat (1999:20), seorang penulis dapat menentukan sumber topik dengan cara sebagai berikut: 1.      Pengalaman pribadi a.       Perjalanan b.      Tempat yang pernah dikunjungi c.       Kelompok anda d.      Wawancara dengan tokoh



e.       Kejadian luar biasa f.        Peristiwa lucu 2.      Hobi dan keterampilan a.       Cara melakukan sesuatu b.      Cara kerja sesuatu 3.      Pengalaman pekerjaan atau profesi a.       Pekerjaan tambahan b.      Profesi keluarga 4.      Pelajaran sekolah atau kuliah a.       Hasil-hasil penelitian b.      Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut 5.      Pendapat pribadi a.       Kritik terhadap buku, film, puisi, pidato, iklan, siaran radio atau televisi, dll. b.      Hasil pengamatan pribadi 6.      Peristiwa hangat atau pembicaraan publik a.       Berita halaman muka surat kabar b.      Topik tajuk rencana c.       Artikel d.      Materi kuliah e.       Penemuan mutakhir 7.      Masalah abadi a.       Agama b.      Pendidikan c.       Sosial dan masyarakat d.      Problem pribadi 8.      Kilasan biografi a.       Orang-orang terkenal b.      Orang-oarang berjasa 9.      Kejadian khusus a.       Perayaan atau peringatan b.      Peristiwa yang erat kaitannya dengan perayaan 10.  Minat khalayak a.       Pekerjaan



b.      Hobi c.       Rumah tangga d.      Pengembangan diri e.       Kesehatan dan penampilan f.        Tambahan ilmu g.      Minat khusus 2.1.3 Pembatasan Topik Topik adalah segala yang ingin dibahas. Ini dapat berarti bahwa penulis sudah memilih apa yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam tulisan tersebut. Menurut Sabarti Akhadiah (1994:211), ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik: 1.      Ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu dan profesi, 2.      Cukup menarik untuk dibahas, 3.      Dikenal dengan baik, 4.      Bahannya mudah diperoleh dan 5.      Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Menurut Keraf (1979:113) merumuskan kiat pembatasan topik adalah langkahnya sebagai berikut: 1.      Tetapkan topik yang ingin dibahas dalam suatu kedudukan sentral. 2.      Ajukanlah pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih bisa diperinci lebih lanjut atau tidak. Demikian dilakukan berulang sampai di peroleh topik yang sangat khusus. 3.      Tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih. 4.      Ajukanlah pertanyaan, apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut atau tidak demikian dilakukan berulang sampai diperoleh topik yang sangat khusus. 2.1.4 Kriteria Topik yang Baik Pada tahap ini tentu saja kita sudah menentukan topik yang akan dikembangkan menjadi satu karangan. Maka selanjutnya, pertimbangkanlah apakah topik tersebut menarik untuk dijadikan suatu tulisan dan apakah mampu untuk menuliskannya sebagai sebuah karangan? Untuk menentukan topik yang baik, hal-hal berikut ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur: 1.      Topik harus sesuai dengan latar belakang penulisnya. Pastikan bahwa topik yang hendak dibahas benar-benar sudah dikuasai materinya. 2.      Topik harus sesuai dengan minat anda.



Topik yang menarik minat anda akan membuat anda lancar menuliskannya. Selain itu, jika anda menarik menuliskannya tentu akan membuat anda semangat untuk mencari referensinya. 3.      Topik harus menarik minat pembaca. Percuma saja menulis sesuatu yanag kira-kira tidak membuat orang tertarik untuk membacanya. Meskipun minat membaca seseorang tentulah berkaitan dengan latar belakang pengetahuannya, akan tetapi jika anda menulis sesuaut yang baru, eksotis, menyodorkan alternatif lain, menimbulkan rasa ingin tahu, membuat seseorang terlibat emosional, dan hal eksotis ini akan  menarik orang untuk membacanya. 4.      Topik harus dapat di tunjang dengan referensi lain. Suatu topik yang belum ada sama sekali referensi akan sangat merepotkan anda sendiri, untuk itu, sedapat mungkin hindarilah topik yang seperti itu. 5.      Topik harus dibatasi ruang lingkupnya. Topik yang terlalu luas akan menyulitkan anda sendiri dan akan menyita banyak waktu anda. Lagi pula pembicaraan anda tidak akan terfokus. Hal ini akan membuat tulisan anda akan bertele-tele. 2.1.5 Cara Membuat Topik Sebelum mengangkat sesuatu menjadi topik dalam tulisan, pengarang harus benar-benar mengetahui pokok permasalahannya. Agar pembicaraan pengarang tidak melantur, hendaknya topik dipersempit sesuai dengan rencana. Dengan itu, akan diperoleh salah satu aspek untuk diangkat menjadi pokok pembahasan karangan. Contoh berikut adalah cara untuk mempersempit topik supaya lebih spesifik dari topik sebelumnya: a.       Menurut tempat: negara tertentu lebih khusus dari pada dunia: Jakarta lebih terbatas dari pulau Jawa. Topik “pulau Jawa sebelum Indonesia merdeka” lebih sempit menjadi “Jakarta sebelum Indonesia merdeka”. b.      Menurut waktu/periode/zaman: “kebudayaan Indonesia” dipersempit menjadi “seni patung pada zaman kerajaan Hindu”. c.       Menurut hubungan sebab-akibat: “Dekadensi moral di kalangan Muda-mudi” dapat  dipersempit menjadi “pokok pangkal timbulnya krisis moral di kalangan muda-mudi”. d.      Munurut pembagian bidang kehidupan manusia: politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, kesenian, dll. Karangan tentang “usaha pemerintah dalam bidang ekonomi” di perkhusus menjadi “kebijaksanaan diregulasi di bidang ekonomi selama ganti”. e.       Menurut aspek khusus umum: individual kolektif: “pengaruh siaran televisi terhadap kaum tani di Jawa Timur” dapat dipersempit menjadi “pengaruh siaran televisi di Boyolali”. f.        Menurut objek material dan objek formal. Objek material ialah bahan yang dibicarakan; objek formal ialah sudut darimana bahan itu kita tinjau, misalnya: “kesussastraan Indonesian (objek material) di tinjau dari sudut gaya bahasanya (objek formal). Kepemimpinan di tinjau dari sudut pembentukan kader-kader baru; keluarga berencana di tinjau dari segi Agama.



Kriteria Pemilihan Topik (1) Topik itu harus bersifat problematik. (2) Topik itu harus ada manfaatnya dan layak dibahas (3) Topik itu dikenal dengan baik. (4) Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai. (5) Topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. (6) Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis. (7) Membuktikan hipotesis (8) Membuat suatu rancang 2. Kerangka (Outline) Karangan Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah untuk mengatur hubungan antara gagasan-gagasan. Melalui kerangka karangan, pengarang dapat melihat kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan karangannya. Kerangka karangan mengandung rencana kerja menyusun kerangka. Kerangka akan mengarahkan akan penulisan menggarap karangan secara teratur. Kerangka juga akan membantu penulis membedakan antara ide utama dan ide tambahan.             Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus-menerus untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline  final atau kerangka mantap. Dalam proses penyusunan karangan ada tahapan yang harus dijalani, yaitu memilih topik dan merumuskan tema, mengumpulkan data/informasi, mengatur strategi penempatan gagasan, dan menulis karangan itu sendiri.             Secara Terinci kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam hal-hal sebagai berikut (keraf, 1988:195-196). 1. Kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan karangannya dan dapat mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai dua kali, serta mencegah pengarang keluar dari sasaran yang sudah ditetapkan. 2. Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya. 3. Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karang sudah “selesai” karena semua ide sudah dikumpul, dirinci dan diruntun dengan teratur. Pengarang tinggal menyusun kalimat-kalimatnya saja untuk “menyembunyikan” ide dan gagasannya. 4. Kerangka karangan merupakan miniatur dan keseluruhan karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur karangan secara menyeluruh. 2.1 Bentuk Kerangka Karangan Bentuk Kerangka karangan ada dua macam: (1) kerangka topik, (2) kerangka kalimat. Dalam praktik pemakaian, yang banyak dipakai adalah kerangka topik. Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang ditandai dengan kode yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (titik) tidak diperlukan karena kalimat lengkap tidak dipakai dalam kerangka topik.



Kerangka dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka dinyatakan dengan serangkaian kode huruf dan angka. Kode-kode itu akan lebih kompleks dalam karangan atau artikel seperti skripsi, tesis, disertasi, dan buku. Perhatikan pemakaian kode dalam kerangka karangan berikut ini. Angka Arap (digit) Gabungan Angka dan Huruf I………………………………………… …… A………………………………………… …



1………………………………………… ….. 1.1……………………………………… ……



1…………………………………………



1.1.1…………………………………… ……



a……………………………………… 1)……………………………………



1.1.1.1…………………………………… …



 



1.1.1.1.1………………………………… …



I………………………………………… ……



 



A………………………………………… …



1………………………………………… …..



B………………………………………… …



1.1……………………………………… ……



1…………………………………………



1.2……………………………………… ……



2………………………………………… II………………………………………… …… A………………………………………… …



1.2.1…………………………………… …… 1.2.2…………………………………… …… 2………………………………………… …..



2.1……………………………………… ……



1………………………………………… 2………………………………………… a….……………………………………



2.1.1…………………………………… …… 2.1.2…………………………………… …… 2.1.2.1…. ……………………………………



b………………………………………. B………………………………………… …  



2.1.2.2…………………………………… ….. 2.2……………………………………… ……



2.2 Pola Penyusunan Kerangka Karangan Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka karangan, yaitu (1) pola alamiah, dan (2) pola logis. Pola pertama disebut alamiah karena penyusunan unit-unit bab dan subbab-nya memakai pendekatan alamiah yang esensial, yaitu ruang (tempat) dan waktu. Pola kedua dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika (masuk akal atau tidak). 2.2.1 Pola Alamiah Penyusunan kerangka karangan yang berpola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu. Maka urutan bab dan subbab dalam pola ini terbagi dua yaitu (1) urutan ruang (spasial), dan (2) urutan waktu (temporal). Urutan ruang adalah pola penguraian yang menggambarkan keadaan suatu ruang dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dan seterusnya. Sedangkan urutan waktu adalah penguraian atau rangkaian peristiwa secara kronologis. 2.2.1.1 Urutan Ruang Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang, umpamanya kantor, gedung stadion, lokasi/wilayah tertentu. Berikut contoh kerangka karangan dengan urutan ruang. Topik : Laporan lokasi banjir di Indonesia I. Banjir di Pulau Jawa      A. Banjir di Jawa Barat            1. Daerah Ciamis



2. Daerah Garut B. Banjir di Jawa Tengah 1. Daerah Pekalongan 2. Daerah Semarang II. Banjir di… 2.2.1.2 Urutan Waktu Urutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) kronologi peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa. Kerangka karangan tentang sejarah dan otobiografi pastilah memakai urutan waktu. Berikut contoh kerangka karangan dengan urutan waktu. Topik : Riwayat Hidup Rabindranath Tagore 1. Jatidiri Rabindranath Tagore 2. Pendidikan Rabindranath Tagore 3. Karier Rabindranath Tagore 4. Akhir Hidup Rabindranath Tagore 2.2.2 Pola Logis       b.      Pola logis Diatas telah disebutkan bahwa pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia. Cara dalam berpikir bermacam-macam yaitu bergantung pada sudut  pandangnya. Adapun macam-macam urutan logis adalah masalah-antiklimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah dan umum-khusus. 1.      Contoh urutan klimaks Topik : Kejatuhan Soeharto i.                    Praktik KKN Merajalela ii.                  Keresahan di Dalam Masyarakat iii.                Kerusuhsn Sosial di Mana-mana iv.                Tuntutan Reformasi Menggema v.                  Kejatuhan yang Tragis



2.      Contoh urutan sebab-akibat Topik : Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar 1.      Kebakaran di tanah tinggi 2.      Penyebab kebakaran 3.      Kerugian yang di derita masyarakat dan pemerintah 4.      Rencana rehabilitasi fisik 3.      Contoh urutan pemecahan masalah Topik : Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya 1.      Apakah Ecstasy 2.      Bahaya Ecstasy 2.1. Pengaruh Ecstasy terhadap syaraf pemakainya 2.2.Pengaruh Ecstasy terhadap masyarakat 2.2.1.      Gangguan kesehatan masyarakat 2.2.2.      Gangguan kriminalitas 3.      Upaya Mengatasi Bahaya Ecstasy 4.      Kesimpulan dan Saran 4. Contoh urutan umum-khusus Topik : Komunikasi Lisan 1.      Komunikasi dan bahasa a.       Bahasa lisan b.      Bahasa tuis 2.      Komunikasi lisan dan perangkatnya a.       Kemampuan kebahasaan 1.      Olah vokal 2.      Volume dan nada suara b.      Kemampuan akting 1.      Mimik muka 2.      Gerakan anggota tubuh 3.      Praktik komunikasi lisan