Topik Dan Pembatasannya Kerangka Karangan - Kelompok 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TOPIK DAN PEMBATASANNYA SERTA KERANGKA KARANGAN



Disusun Oleh : KELOMPOK 5 Dwi Gustiyani (06081182025010) Hawa Kurnia (06081282025016) Zahra Hana Fadhilah (06081282025030)



Dosen Pengampu : Drs. Nandang Heryana, M.Pd. NIP : 195901041985031003



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2021 i



KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Topik dan Pembatasannya serta Kerangka Karangan”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Indralaya, 3 Maret 2021



Kelompok 5



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4 1.3 Tujuan .............................................................................................. 5 1.4 Manfaat ............................................................................................ 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Topik dan Pembatasannya 2.1.1 Pengertian Topik ...................................................................... 6 2.1.2 Kriteria Pemilihan Topik.......................................................... 6 2.1.3 Cara Membatasi Topik ............................................................. 8 2.1.4 Hubungan Topik dan Judul .................................................... 11 2.2 Kerangka dan Pembatasannya 2.2.1 Pengertian Kerangka Karangan.............................................. 13 2.2.2 Syarat Kerangka Karangan .................................................... 14 2.2.3 Bentuk Kerangka Karangan ................................................... 16 2.2.4 Penilaian Kemampuan Karangan ........................................... 19 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 22 3.2 Saran ................................................................................................ 22 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali berbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis (Soeseno, 1997: 1). Dalam melakukan aktivitas menulis, baik menulis makalah, karya ilmiah, kertas kerja, skripsi serta disertasi pastilah membutuhkan topik. Selama mengerjakan tulisannya, penulis mencari ide dan fakta yang relevan dari berbagai referensi. Kemudian ide tersebut diseleksi, dikombinasikan, diorganisasikan, dan baru kemudian diungkapkan secara tertulis dengan sistematika ataupun metode penulisan tertentu agar hasil menulis tersebut dapat dipahami secara jelas serta mampu memenuhi tujuan penulis. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan dan menjadi sangat penting dalam proses menulis. Adanya topik dan pembatasannya ini berguna untuk mencegah sebuah tulisan yang dibuat, melenceng dari apa yang diinginkan serta dapat menghasilkan tulisan yang sesuai dengan apa yang penulis inginkan. Pemilihan topik haruslah bersifat spesifik agar lebih mendalam pembahasannya. Untuk mempelajari lebih lanjut dan mendalam tentang hal tersebut, maka dalam tulisan ini akan dibahas mengenai topik dan pembatasannya dalam suatu proses penulisan karya ilmiah.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya anatara lain : 1. Apa pengertian topik? 2. Bagaimana kriteria pemilihan topik dan cara membatasi topik? 3. Apa hubungan topik dan judul? 4



4. Apa pengertian kerangka karangan? 5. Apa saja syarat kerangka karangan dan bentuk kerangka karangan?



1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu : 1. Mengetahui pengertian topik. 2. Mengetahui kriteria pemilihan topik dan cara membatasi topik. 3. Mengetahui hubungan topik dan judul. 4. Mengetahui pengertian kerangka karangan. 5. Mengetahui syarat dan bentuk kerangka karangan.



1.4 Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini adalah : 1. Sebagai



bahan



referensi



untuk



memahami



topik



dan



pembatasannya. 2. Sebagai ringkasan singkat dalam membuat topik yang baik dan benar sesuai aturan. 3. Sebagai ringkasan dalam membatasi sebuah topik dalam tulisan. 4. Sebagai ringkasan mengenai cara membuat kerangka karangan sesuai dengan aturan.



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Topik dan Pembatasannya 2.2.1



Pengertian Topik Tulisan ilmiah, seperti makalah tidak dapat dilakukan sekali jadi, tetapi melalui beberapa tahap, yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Dalam kegiatan prapenulisan terdiri atas menentukan topik, menentukan tujuan, dan memilih bahan. Topik berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat. Dalam tulis menulis, topik berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel. Secara sempit topik dapat disebut sebagai hal pokok yang dibicarakan sedangkan secara luas dapat dinyatakan sebagai hal pokok yang dituliskan atau diungkapkan dalam karangan. Topik biasanya dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang sebelumnya harus diidentifikasi terlebih dahulu, agar maksud yang ingin disampaikan dibalik topik yang dipilih dapat tersampaikan dengan baik. Penulis harus memilih salah satu pokok pembicaraan agar bisa mengontrol dan membatasi topik sehingga tidak keluar dari jalur diskusi yang sedang diperbincangkan dalam suatu paragraf. Kalimat topik dibagi menjadi dua bagian yaitu topik tunggal dan topik ganda. Apabila topik yang di bicarakan hanya mencakup satu masalah saja, disebut topik tunggal. Sedangkan topik yang membahas suatu masalah yang kemudian dikembangkan lagi sehingga mengacu kepada masalah lainnya disebut multitopik atau topik ganda.



2.2.2



Kriteria Pemilihan Topik Ada enam hal yang harus diperhatikan sebelum menentukan topik tulisan. Keenam hal tersebut antara lain: 1. Kemanfaatan dan kelayakan Dalam



menentukan



topik



karangan,



penulis



harus



mempertimbangkan manfaat tulisannya bagi pembaca.Dalam hal ini, penulis tentu saja harus melekukan analisis kebutuhan 6



pembaca. Sebuah topikakan bermanfaat bagi pembaca apabila topik itu berkaitan dengan kebutuhan pembacanya. Selain itu, kemanfaatan dapat pula dilihat dari sumbangan topik itu bagi pengembangan ilmu atau propesi yang ditekuni. Selain itu, topik yang dipilih harus layak dibahas. Kelayakan ini baik dipandang dari sudut penulis maupun sudut pembacanya. Kelayakan dapat pula dikaitkan dengan kenyataan bahwa topik itu memang memerlukan pembahasan dan sesuai dengan bidang yang ditekuni. Contohnya:



“Kerja



Bakti



untuk



Membersihkan



Lingkungan“, bukan topik yang layak dibahas mahasiswa sedangkan “Pelestarian Sumber Daya Perairan“ lebih layak dibahas. 2. Kemenarikan Selain bermanfaat, topik yang dipilih juga harus menarik. Diharapkan topik yang dipilih tidak saja menarik bagi penulis, tetapi lebih penting lagi adalah bahwa topik itu menarik bagi pembaca.Kemenarikan ini beraitan erat dengan kemanfaatan. Pembaca akan tertarik pada sebuah tulisan jika tulisan itu dirasakan oleh pembaca dan bermanfaat bagi dirinya. Contoh: Hal yang bermanfaat bagi para petani d ipedesaan adalah cara meningkatkan produksi pertanian. 3. Keaktualan Selain bermanfaat dan menarik, topik yang dipilih juga harus bersifat aktual.Artinya, topik itu merupakan hal yang hangat dibicarakan.Oleh sebab itu, topik terkini merupakan topik pilihan utama. Minat pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan penulis walaupun yang menarik minat itu amat tergantung pada situasi dan latar belakang pembaca itu sendiri, tetapi hal-hal berikut merupakan sesuatu yang diminati masyarakat secara umum:yang aktual, penting, penuh konflik, rahasia, humor, atau hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca. 7



4. Dikenal dengan baik Topik yang dipilih hendaklah merupakan topik yang tidak asing bagi penulis. Hal ini menyangkut penguasaan terhadap topik yang akan ditulisnya. Dengan dikenalnya topik itu oleh penulis, diharapkan penulis mengetahui segala sesuatu tentang topik itu. 5. Ketersediaan bahan Ketersediaan bahan ini harus diperhatikan mengingat bahan merupakan hal yang penting dalam menulis. Ketersediaan bahan memungkinkan penulis mengembangkan topik itu kedalam tulisan secara luas dan dalam. Sebaliknya, jika topik didukung oleh ketersediaan bahan, penulis akan mengalami kesulitan dalam pengembangan. 6. Tidak terlalu luas atau terlalu sempit Topik yang terlalu luas akan menyulitkan penulis. Konsekuensinya penulis harus memiliki pengetahuan yang sebanyak-banyaknya tentang topik itu. Jika tidak, tulisannya menjadi tidak dalam dan luas sehingga membosankan pembaca. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit juga harus dihindari karena penulis akan membahas topik itu secara berulang-ulang sehingga pembaca juga akan mengalami kebosanan.



2.2.3



Membatasi Topik Topik harus terbatas. Pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep, variabel, data, lokasi (lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data. Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, tetapi tidak Sebaliknya,



topik



yang



terlalu



terlalu



sempit



berisi.



menghasilkan



menghasilkan tulisan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, 8



hubungan variabel kurang jelas, tidak menarik untuk dibahas atau dibaca. Oleh karena itu, pembahasan topik harus dilakukan secara cermat, sesuai dengan kemampuan dana, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat diterima oleh pembacanya. Cara Membatasi Topik 1) Menggunakan diagram jarum jam Diagram ini disebut diagram jarum karena bentuk pembatasannya menyerupai jarum jam. Cara ini dilakukan dengan menempatkan topik yang menyerupai jarum jam. Cara ini dilakukan dengan menempatkan topic yang masih luas sebagai pusatnya. Di sekelilingnya ditempatkan topik-topik yang merupakan pembatasan topik itu ditinjau dari berbagai sudut.



Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram jarum jam itu, anda dapat melihat melihat delapan delapan topik yang lebih terbatas terbatas tentang tentang laut. Bila anda merasa subtopiknya masih terlalu luas. Anda pun dapat membatasinya lagi. Dengan demikian, topik terasa lebih spesifik dan mudah dibahas secara luas dan mendalam. 2) Menggunakan diagram pohon Membatasi topik dengan diagram pohon dapat dilakukan dengan meggambarkan sebagai cabang-cabang dan rantingranting pohon yang terbalik seperti contoh berikut:



9



Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram pohon itu, anda memperoleh memperoleh topik yang lebih spesifik spesifik dari topik “lautan”, yaitu: 1) “pembudidayaan kerang mutiara” 2) “pemasaran kerang mutiara”. Yang lebih mudah dikembangkan dalam bentuk tulisan yang luas dan dalam kajiannya. 3) Menggunakan Diagram Piramida Terbalik Cara membatasi topik dengan cara ini hamper sama dengan menggunakan diagram pohon karena topik dapat dibatasi tahap demi tahap sehingga terbentuk topik yang lebih spesifik.



10



Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram pohon piramida terbalik di pohon piramida terbalik di atas, anda memperoleh atas, anda memperoleh sebuah topik yang lebih sebuah topik yang lebih kecil dan lebih spesifik,yaitu “pembudidayaan kerang mutiara di Maluku Selatan”. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk dibahas ataupun dibaca. Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan secara cermat, sesuai dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat terima oleh pembacanya. Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel, data, lokasi atau lembaga dan waktu pengumpulan data. 2.2.4



Hubungan Topik dan Judul Judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau jabaran dari topik atau



judul merupakan merupakan nama yang diberikan



diberikan untuk bahasan bahasan atau karangan,judul karangan,judul berfungsi berfungsi sebagai sebagai slogan promosi promosi untuk menarik menarik minat pembaca pembaca dan sebagai sebagai gambaran isi karangan.Judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Pada tulisan atau karangan nonfiksi boleh saja judulnya sama dengan topik, seperti topik “pembudayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan”. Pada karangankarangan/tulisan fiksi, judul tidak harus sama dengan topiknya. Misalnya, novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli, topiknya tidak hanya tentang kehidupan seorang gadis bernama Siti Nurbaya, 11



tetapi tentang cinta yang tidak sampai karena pengaruh adat. Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Relevan, ada hubungan dengan isi karanagan (topik) b) Provokatif, dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca c) Singkat, mudah dipahami dan enteng diingat d) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa (banda) bukan



dalam bentuk kalimat. Contoh : “Pembudidayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan”. (frasa) “Kerang Mutiara di Maluku Selatan Perlu dibudidayakan” (kalimat) e) Judul harus diusahakan sesingkat mungkin f) Judul harus dinyatakan secara jelas, dalam arti judul itu tidak



dinyatakan dalam bahasa kias dan tidak menggunakan kata-kata yang mempunyai tafisiran ganda. g) Judul dapat dibuat setelah tulisan selesai.



Perbedaan Topik dan Judul Dalam Membuat Kerangka Karangan: 1. Tema → tithenai (Yunani): menempatkan/meletakkan, suatu amanat utama yang disampaikan penulis melalui karangannya. Topik→ topoi (Yunani) : tempat, pokok pembicaraan. 2. Topik



: Umum, Belum menggambarkan sudut



pandang penulis. 3. Judul



: Spesifik dan mengandung permasalahan



yang lebih jelas dan terarah. Pembuatan judul berawal dari topik. Persamaan Topik dan Judul Topik dan judul dapat dijadikan judul karangan. Syarat judul karangan: a. Singkat dan padat b. Menarik perhatian c. Menggambarkan inti pembahsan 12



d. Antraktif, bombastis, dan menarik perhatian (berita dan iklan)



2.2 Kerangka Karangan dan Pembatasannya 2.2.1 Pengertian Kerangka Karangan Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garisgaris besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,



dan



teratur.



Kerangka



karangan



dibuat



untuk



mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, pemula, agar tulisan tulisan tidak kaku dan penulis penulis tidak bingung bingung dalam melanjutkan tulisannya. Mengapa metode ini sangat dianjurkan kepada para penulis, terutama kepada mereka yang baru mulai menulis? Karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan- kesalahan yang tidak perlu dilakukan atau secara terperinci dapat dikatakan bahwa outline atau kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut: 1. Untuk menyusun karangan secara teratur. 2. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbedabeda. 3. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih. 4. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu. Kerangka karangan merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas. Dengan demikian: tesis / pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan = ringkasan.



13



2.2.2 Syarat-Syarat Kerangka Karangan Terlepas dari besar kecilnya kerangka karangan yang dibuat, tiap kerangka karangan yang baik harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut: 1. Tesis atau Pengungkapan Maksud Harus Jelas Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari kerangka karangan yang akan digarap. Sebab itu perumusan



tesis



atau



pengungkapan



pengungkapan



maksud harus dirumuskan rumuskan dengan jelas dalam struktur struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topik kalimat yang baik, jelas menampilkan topik mana yan mana yang dijadikan landasan uraian dan tujuan mana yang akan dicapai oleh landasan tadi. Tesis atau pengungkapan maksu pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu. 2.



Tiap Unit Kerangka Karangan Hanya Mengandung Satu Gagasan Karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada unit yang di yang dirumuskan dalam rumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk



bertingkat,



bertingkat,



atau



dalam



frasa



koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok dimasukkan bersama-sama dalam satu simbol yang sama, maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus segera direvisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masing-masingnya harus ditempatkan dalam urutan simbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan-gagasan yang tidak setara, maka ide-ide yang berbeda tingkatnya itu harus ditempatkan



dalam



simbol-simbol



yang



berlainan 14



derajatnya. Kerangka karangan yang disusun secara logis dan teratur mempersoalkan tiga hal, yaitu: 1) apakah tiap unit yang lebih tinggi telah di perinci secara maksimal 2) apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan langsungnya 3) apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur. 3.



Harus Mempergunakan Pasangan Simbol Yang Konsisten Penggunaan pasangan



simbol



yang konsisten



mencakup dua hal, yaitu pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unitnya, tipografi yaitu penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka karangan. Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit – unit kerangka karangan biasanya mengikuti konvensi berikut: 1) Angka Romawi : I, II, III, IV, dsb. Dipakai untuk Tingkatan pertama. 2) Huruf Kapital : A, B, C, D, dsb. Dipakai untuk Tingkat ke dua. 3) Angka Arab : 1, 2, 3, 4, dsb. Dipakai untuk menandai Tingkat ketiga. 4) Huruf Kecil : a, b, c, d, e, dsb. Dipakai untuk menandai tingkat ke empat. 5) Angka Arab dalam kurung: (1), (2), (3), (4), dsb. Dipakai untuk menandai tingkat ke lima. 6) Huruf kecil dalam kurung : (a), (b), (c), (d), dsb. Dipakai untuk menandai tingkatan ke enam. Sebaliknya konvensi yang menyangkut tipografi adalah semakin penting atau tinggi sebuah unit, semakin semakin ke kiri tempatnya. Semakin berkurang kepentingan unitnya, semakin ke kanan tempatnya.



15



Namun, ada satu hal yang tidak boleh dilakukan lakukan yaitu merubah merubah nilai simbol-simbol itu di tengah-tengah kerangka karangan. Pokok-pokok yang memiliki memiliki kepentingan kepentingan atau tingkatan tingkatan yang sama harus mempergunakan simbol yang sama,



sedangkan



pokok-pokok



yang



berbeda



kepentingannya tidak boleh mempergunakan simbol tadi. 2.2.3 Bentuk – Bentuk Kerangka Karangan a) Berdasarkan Perincian Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan sementara ( informal ) dan kerangka karangan formal. Kerangka Karangan Sementara Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk



penelitian kembali guna



mengadakan perombakan – perombakan yang di anggap perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan



sebuah



kerangka



karangan,



maka



ia



harus



memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat – kalimat, alinea – alinea atau bagian bagian



tanpa



mempersoalkan



lagi



bagaimana



susunan



karangannya, atau bagaimana susunan bagian – bagiannya. Kerangka karangan informal ( sementara ) biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokok – pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka 16



karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu. Kerangka Karangan Formal Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya. Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian di pecah – pecah menjadi bagian – bagian bawahan ( sub – ordinasi ) yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub bagian dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian -bagian yang lebih kecil. Sejauh di perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas – jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal. Supaya tingkatan – tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama lain, maka di pergunakan pula simbol simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkatan yang sederajat. Pokok – pokok utama yang merupakan perincian langsung dari tesis di tandai dengan angka – angka Romawi : I, II, III, IV, dst. Tiap topik utama ( Tingkat I ) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang dalam hal ini di tandai dengan huruf – huruf capital : A, B, C, D, dst. Topik tingkat II dapat di perinci masing – masingnya menjadi topik tingkat III yang di tandai dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst. Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan : a, b, c, d, dst., pokok tingkat lima di tandai dengan ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dst. Sedangkan pokok bawahan tingkat VI, kalau ada, akan di tandai dengan huruf kecil dalam kurung ( a ), ( b ), ( c ), ( d ), dst. 17



b) Berdasarkan Perumusan teksnya Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit dalam sebuah kerangka karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan atas kerangka karangan kalimat dan kerangka karangan topik. Kerangka Kalimat Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan unit – unit utama dan unit – unit bawahannya. Perumusan tesis dapat mempergunakan kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap unit hanya boleh mempergunakan kalimat tunggal. Penggunaan kerangka kalimat mempunyai beberapa manfaat antara lain : 1. Memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topic yang akan di uraikan. 2. Perumusan topic – topic dalam unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-tahun. 3. Kalimat yang di rumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapa pun, seperti bagi pengarangnya sendiri.



Kerangka Topik



Kerangka topic di mulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok –pokok utama maupun pokok –



pokok bawahan, di



rumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topic di rumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangka topic tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topic manfaatnya kurang bila di bandingkan 18



dengan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama. Kerangka topik mengikuti persyaratan yang sama seperti sebuah



kerangka



kalimat,



misalnya



dalam



pembagiannya,



penggunaan simbol, sub – ordinasinya, dan sebagainya. Tasai (2000:135), mengemukakan bahwa secara garis besar teknik pengembangan kerangka karangan menjadi karangan ada dua macam. Pertama, dengan ilustrasi. Apa yang menjadi topik dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga dalam karangan itu tergambar dengan nyata apa maksud penulis. Kedua, dengan analisis. Apa yang dinyatakan dalam kalimat topik dianalisis secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang meyakinkan. Untuk karangan deskripsi lebih jelasnya dapat dirinci : 1) Menentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan 2) Menentukan tujuan 3) Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan 4) Susunlah aspek-aspek tersebut kedalam urutan yang baik apakah urutan lokasi, urutan waktu atau urutan menurut kepentingan. 5) Kembangkan kerangka karangan menjadi karangan deskripsi



2.2.4 Penilaian Kemampuan Mengarang Penilaian kemampuan mengarang adalah penilaian hasil kegiatan mengarang menurut pengamatan pengamat atau penyimak berdasarkan kriteria-kriteria penilaian tertentu. Adapun aspek penilaian yang digunakan adalah: (1) aspek penilaian kesatuan, (2) aspek penilaian kepaduan, (3) aspek penilaian ketepatan diksi, 19



(4) aspek penilaian urutan isi karangan, (5) aspek penilaian ketepatan Ejaan Yang Disempurnakan. Setiap butir penilaian memiliki skor yang berbeda sebagaimana yang tercantum dalam tabel aspek penilaian kesatuan, aspek penilaian kepaduan, aspek penilaian ketepatan diksi, aspek penilaian urutan isi karangan dan aspek penilaian ketepatan Ejaan Yang Disempurnakan yang menjadi prioritas dalam butir penilaian karena kelima butir penilaian ini menjadi kunci utama dalam menilai keberhasilan suatu karangan.



Aspek penilaian kesatuan Karangan atau paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf selalu relevan dengan judul. Semua kalimat terfokus pada judul dan mencegah masuknya halhal yang tidak relevan. Kesatuan menitikberatkan pada hubungan antara kerangka karangan dalam setiap paragraf dengan kalimat kalimat yang membangun paragraf itu.



Aspek penilaian kepaduan Kepaduan merupakan kekompakkan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain dalam membentuk suatu paragraf. Setiap kalimat mempunyai hubungan timbal balik dengan kalimat lainnya, saling kait mengait sehingga menghasilkan urutan pikiran yang teratur dan menghasilkan kepaduan.



Aspek penilaian ketepatan diksi Pilihan kata yang tepat menjadi hal yang penting dengan alasan bahwa seseorang yang mengarang harus memperhatikan setiap kata yang digunakan untuk keberhasilan suatu karangan. Perbendaharaan kata yang luas juga harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pembaca. Biasanya siswa lebih banyak menggunakan diksi yang masih dipengaruhi oleh bahasa 20



daerah setempat dan ada pula yang menggunakan diksi yang berlebihan.



Aspek penilaian urutan isi karangan Urutan isi karangan yang dimaksud adalah urutan-urutan isi karangan yang dibuat tersusun secara wajar, yakni dimulai dari pendahuluan, isi, dan penutup.



Aspek penilaian ketepatan Ejaan Yang Disempurnakan Sistem penulisan yang dimaksud adalah bagaimana ejaan-ejaan yang digunakan dalam membuat karangan harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan, sehingga karangan tersebut mudah dimengerti.



21



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Topik berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel. Secara sempit topik dapat disebut sebagai hal pokok yang dibicarakan sedangkan secara luas dapat dinyatakan sebagai hal pokok yang dituliskan atau diungkapkan dalam karangan. Kalimat topik dibagi menjadi dua bagian yaitu topik tunggal dan topik ganda. Apabila topik yang di bicarakan hanya mencakup satu masalah saja, disebut topik tunggal. Sedangkan topik yang membahas suatu masalah yang kemudian dikembangkan lagi sehingga mengacu kepada masalah lainnya disebut multitopik atau topik ganda. Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, pemula, agar tulisan tulisan tidak kaku dan penulis penulis tidak bingung bingung dalam melanjutkan tulisannya.



3.2 Saran Dengan memahami dan menguasai berbagai kaidah penulisan topik, dan kerangka karangan. Diharapkan pembaca dapat membuat topik, dan kerangka karangan yang baik dan benar. Setidaknya dengan memahami pembahasan makalah penulis kali ini, pembaca menjadi paham bagaimana cara membuat topik dengan baik dan sisitematis dan mengerti apa saja syarat-syarat penyusunan topik, dan kerangka karangan agar didapat suatu karya yang baik dan benar, serta menghindari kekeliruan penentuan.



22



DAFTAR PUSTAKA Siddik, M. (2016). Dasar-dasar Menulis dengan Penerapannya. Tunggal Mandiri Publishing. Dalman, H. (2021). Keterampilan menulis. PT. RajaGrafindo Persada. Utami, T. S. D., Triwidayati, K. R., & Priyanti, M. A. (2020). Kemampuan Menspesifikasi Topik Sebagai Bentuk Perwujudan Keterampilan Menulis Esai. PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran, 4(2), 75-81. Indriati, E. (2002). Menulis Karya Ilmiah. Gramedia Pustaka Utama.



23