Bab I-3-Purnawati Baru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EFEKTIFITAS METODE BOM MASSAGE TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS MULTIGRAVIDA DI RSUD KARANGANYAR PROPOSAL SKRIPSI



Untuk Memenuhi Persayaratan Mencapai Sarjana Kebidanan



OLEH : PURNAWATI NIM AB212125



PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2022



2



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Nifas adalah masa sesudah persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya post partum kurang lebih 6 minggu. Setelah melahirkan atau sering disebut masa nifas, ibu akan mengalami beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada payudara. Payudara pada ibu nifas akan menjadi lebih besar, keras dan menghitam di sekitar puting, beberapa hal tersebut merupakan tanda dimulainya proses menyusui (Departemen Kesehatan RI, 2014). Hal utama yang paling penting setelah melahirkan adalah menyusui sang buah hati secara optimal karena ASI mempunyai banyak nutrisi yang berguna untuk kecerdasan bayi dan tumbuh kembang yang optimal baik secara fisik maupun mental. Pemberian ASI eksklusif perlu mendapat perhatian para ibu, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya (Kemenkes RI, 2013). ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi yang bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa



3



memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif proses menyusui berhenti, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun (World Health Organization, 2011). Sesuai dengan data badan kesehatan dunia (WHO) di tahun 2016 menunjukkan bahwa angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru berkisar 38%. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif pada usia nol sampai kurang dari enam bulan, secara nasional di Indonesia sebanyak 54,0% (Kemenkes RI, 2016). Sedangkan capaian ASI eksklusif di Kota Yogyakarta pada tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu 70,9% (Kemenkes RI, 2017). Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, frekuensi pemberian ASI, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat bayi lahir, usia ibu dan paritas, stress dan penyakit akut, inisiasi menyusui dini (IMD), perokok, konsumsi alkohol, perawatan payudara, penggunaan alat kontrasepsi dan status gizi. Selain beberapa faktor tersebut, hormon oksitosin juga mempengaruhi terhadap produksi ASI. Salah satu cara untuk merangsang hormon oksitosin adalah dengan melakukan Metode “BOM” (Breastcare, Oxytocin Massage, and Marmet Technique). BOM (Breastcare, Oxytocin Massage, and Marmet Technique) merupakan salah satu cara efektif untuk membantu meningkatkan produksi dan pengeluaran ASI



melalui breastcare (pemijatan payudara), oxytocin massage (pijatan atau



rangsangan pada tulang belakang) dan marmet technique (kombinasi antara memerah ASI dan memijat payudara). Kombinasi breastcare, oxytocin massage, dan marmet technique merupakan penggabungan tiga metode yaitu pemijatan



4



pada payudara lewat pemberian rangsang pada otot buah dada, punggung untuk memberi rangsangan pada kelenjar payudara agar memproduksi ASI dan memicu peningkatan hormon oksitosin untuk pengeluaranASI, selain itu dengan teknik memerah ASI yang bertujuan untuk mengosongkan ASI sehingga akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin untuk memproduksi ASI (Roesli, 2005; Soraya, 2006; Mardiyaningsih, 2010; Muliani,2014) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah cakupan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tahun 2019 sebesar 66,0 %, bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif adalah 34,0% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2019 : 17), sedangkan cakupan ASI eksklusif bayi usia kurang dari 6 bulan di Kabupaten tahun 2018 sebesar 56,9% bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif 43,1%, kemudian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tambah Subur Lampung Timur tahun 2020 sebesar 72,15% (Puskesmas Tambah Subuh, 2020 : 61-63). Hasil studi pada bulan September Tahun 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar didapatkan hasil…………...



B. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah Efektifitas Metode BOM Massage Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar tahun 2022?



5



C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas Metode BOM massage terhadap kelancaran ASI pada Ibu Nifas Multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar tahun 2022. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pelaksanaan metode BOM massage pada ibu Nifas di RSUD Karanganyar tahun 2022 b. Untuk mengetahui kelancaran ASI pada ibu nifas multigravida di RSUD Karanganyar tahun 2022 c. Untuk mengetahui efektivitas Metode BOM massage terhadap kelancaran ASI pada Ibu Nifas Multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar tahun 2022



D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi RS / Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk untuk RS melakukan edukasi kepada pasien ibu nifas bahwa dengan Metode BOM massage dapat membantu memperlancar ASI. 2. Manfaat bagi Institusi Hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi bagi Institusi pendidikan dalam menyampaikan pembelajaran.



6



3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya 4. Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti sehingga dapat menerapkan dalam masyarakat



7



BAB II Tinjauan Pustaka



2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Nifas 1. Pengertian Nifas merupakan masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pascapersalinan, meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi sebelum hamil. Masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil (Astuti, 2015). Masa nifas adalah sebuah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologis dan psikologis karena proses persalinan (Pitriyani & Andriyani, 2014). Masa nifas (post partum) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Sari, 2014).



8



2. Perubahan-Perubahan Masa Nifas a. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Menurut Sari (2014), pada masa nifas terjadi perubahanperubahan fisiologis dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut: 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. b) Lochea Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : Lochea rubra (2 hari), sangulenta (hari ke-3 s/d 7), Serosa (hari ke-7 s/d 14) dan alba (hari ke-14). c) Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.



9



d) Vagina dan Perineum Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. 2) Perubahan Sistem Pencernaan Selama



kehamilan



tingginya



kadar



progesteron



dapat



mengganggu keseimbangan cairan tubuh. Pasca melahirkan, kadar progesteron mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan 3-4 hari untuk kembali normal. 3) Perubahan Sistem Perkemihan Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu post partum. 4) Perubahan Sistem Musculoskletal Otot-otot



uterus



berkontraksi



segera



setelah



partus.



Pembuluhpembuluh yang berada di antara anyaman-anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.



10



5) Perubahan Sistem Endokrin Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu. 6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. 7) Perubahan Sistem Hematologi Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas meningkatkan faktor pembekuan darah Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa jumlah sel darah putih pertama di masa post partum. 8) Perubahan Tanda-tanda Vital Dua puluh empat jam post partum suhu badan akan naik sedikit (370C380C). Setelah melahirkan biasanya denyut nadi



11



itu akan lebih cepat. Kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. 9) Perubahan pada Sistem Intergumen Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Penurunan pigmentasi ini juga disebabkan karena hormon MSH (Melanophore Stimulating Hormone) yang berkurang setelah perasalinan akibatnya pigmentasi pada kulit pun secara perlahan menghilang. b. Perubahan Emosi dan Adaptasi Psikologis Perubahan emosi dan psikologis ibu pada masa nifas terjadi karena perubahan peran, tugas dan tanggung jawab menjadi orangtua. Suami istri mengalami perubahan peran menjadi orangtua sejak masa kehamilan Dalam periode masa nifas, muncul tugas orangtua dan tanggung jawab baru yang disertai dengan perubahan-perubahan perilaku (Astuti, 2015). Adapun tahapan dalam adaptasi psikologis ibu yaitu: 1) Fase taking in (fase ketergantungan) Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan. Fokus pada diri ibu sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu untuk tidur dan istirahat. Pasif, ibu mempunyai ketergantungan dan



12



tidak bisa membuat keputusan. Ibu memerlukan bimbingan dalam merawat bayi dan mempunyai perasaan takjub ketika melihat bayinya yang baru lahir. 2) Fase taking hold (fase independen) Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10. Aktif, mandiri dan bisa membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, fokus pada perut dan kandung kemih. Fokus pada bayi dan menyusui. Merespons instruksi tentang perawatan bayi dan perawatan diri, dapat mengungkapkan kurangnya kepercayaan diri dalam merawat bayi. 3) Fase letting go (fase interpenden) Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu post partum. Ibu sudah mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan bagian dari dirinya. Ibu sudah dapat menjalankan perannya. c. Respon Terhadap Bayi Baru Lahir Menurut Astuti (2015) adapun respon terhadap bayi baru lahir adalah sebagai berikut. 1) Ibu Satu jam pertama merupakan saat yang peka bagi ibu. Kontak yang erat dengan bayinya selama waktu ini akan mempermudah



jalinan



batin.



Bidan



membantu



untuk



mendorong ibu segera menyusui (IMD) karena selain meningkatkan hubungan yang baik antara ibu dan bayi, juga untuk proses laktasi.



13



2) Ayah Ayah bayi merasakan kepuasan serta bangga yang mendalam,



sangat



gembira



dan



ingin



menyentuh,



menggendong bayi dan istrinya. Kemesraan di antara ayah dan ibu pada saat seperti itu dapat berkembang meluas dan mencakup bayi baru mereka di dalam keluarga yang eksklusif, yang sering melupakan keadaan sekelilingnya. 3) Bayi Setelah menyesuaikan diri secara fisiologis dengan melakukan pernafasan dan sirkulasi darahnya, bayi akan memperlihatkan perhatiannya terhadap bunyi, cahaya dan makanan. Bidan menciptakank kondisi yang optimum untuk terjadinya interaksi orangtua dan bayi, yaitu dengan cara menganjurkan rawat gabung untuk mendukung pemberian ASI dan peraturan kunjungan yang fleksibel untuk ayah. 2.1.2 ASI 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan tunggal dan terbaik yang memenuhi semua kebutuhan tumbuh kembang bayi sampai usia 6 bulan. ASI yang pertama keluar berwarna kuning, mengandung zat-zat penting yang tidak dapat diperoleh dari sumber lain yang disebut sebagai kolostrum. ASI merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan yang utama bagi bayi (Astuti, 2015).



14



Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). Air Susu Ibu merupakan cairan ciptaan Allah yang tiada tandingnya untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya terhadap infeksi. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bai yang baru lahir (Wiji, 2014). 2. Manfaat ASI Menurut Wiji (2014), berikut merupakan berbagai manfaat ASI selain bagi ibu dan bayi, ASI juga bermanfaat bagi keluarga, Negara dan Bumi. a. Bagi Bayi 1) Dapat memulai kehidupannya dengan baik Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas. 2) Mengandung Antibodi Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat 15 mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh



15



bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya akan dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI. 3) ASI mengandung komposisi yang tepat ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai mendapatkan makanan pendamping ASI seperti buah-buahan ataupun makanan lunak dan lembek karena pada usia ini kebutuhan bayi



akan



zat



gizi



menjadi



semakin



bertambah



dengan



pertumbuhan dan perkembangan bayi sedangkan produksi ASI semakin menurun. Tetapi walaupun demikian pemberian ASI juga jangan dihentikan, ASI dapat terus diberikan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. 4) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik. Hormon yang terdapat dalam ASI juga dapat memberikan rasa kantuk dan rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan bayi dan membuat bayi tertidur dengan pulas. Secara psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu.



16



5) Terhindar dari alergi Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberikan protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi. 6) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan selsel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI 16 Eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf. b. Bagi Ibu 1) Aspek kontrasepsi Hisapan mulut bayi pada puting susu ibu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekang produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali. 2) Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca



17



persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah disbanding yang tidak menyusui. 3) Aspek penurunan berat badan Pada saat hamil, badan bertambah besar, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebenarnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Dan jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil. 4) Ungkapan kasih sayang Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan antar kulit. Bayi juga bisa mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu. 5) Ibu sehat, cantik dan ceria. Ibu yang menyusui bisa menguras kalori lebih banyak, maka akan lebih cepat pulih ke berat tubuh sebelum hamil. Ketika menyusui, pengeluaran hormon muda bertambah, menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak ada kerepotan terhadap masalah menstruasi, pada masa ini juga mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan diluar rencana. Menyusui setelah melahirkan dapat mempercepat pemulihan



18



kepadatan



tulang,



mengurangi



kemungkinan



menderita



osteoporosis (keropos tulang) setelah masa menopause. Menurut statistik, menyusui juga mengurangi kemungkinan terkena kanker indung telur dan kanker payudara dalam masa menopause. Ibu juga tidak perlu bangun tengah malam untuk mengaduk susu bubuk, ketika pergi bertamasya juga tidak perlu membawa setumpuk botol dan kaleng susu. c. Bagi Keluarga Memberikan ASI kepada bayi, dapat mengurangi pengeluaran keluarga. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat dipergunakan untuk keperluan lain. Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. d. Bagi Negara Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Menghemat devisa Negara, ASI dapat dianggap sebagai kekayaan Nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit, subsidi untuk rumah sakit



19



berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin. Anak yang diberi ASI juga memiliki IQ, EQ dan SQ yang baik merupakan kualitas yang baik sebagai penerus bangsa. e. Bagi Bumi Menyukseskan perlindungan alam, melepaskan susu bubuk dan menggunakan ASI, bisa menghemat berapa banyak sampah botol dan kaleng susu yang dibuang. 2.1.3 BOM (Breastcare, Oxytocin Massage, and Marmet Technique) 1. Pengertian Metode “BOM” (Breastcare, Oxytocin Massage, and Marmet Technique) yaitu stimulasiuntuk membantu produksi dan pengeluaran ASI melalui breastcare (pemijatan payudara), oxytocin massage (pijatan atau rangsangan pada tulang belakang) dan marmet technique (kombinasi antara memerah ASI dan memijat payudara). Kombinasi breastcare, oxytocin massage, dan marmet technique merupakan penggabungan tiga metode yaitu pemijatan pada payudara lewat pemberian rangsang pada otot buah dada, punggung untuk memberi rangsangan pada kelenjar payudara agar memproduksi ASI dan memicu peningkatan hormon oksitosin untuk pengeluaran ASI,



20



selain itu dengan teknik memerah ASI yang bertujuan untuk mengosongkan ASI sehingga akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin untuk memproduksi ASI (Roesli, 2005; Soraya, 2006; Mardiyaningsih, 2010; Muliani, 2014). Tiga metode dalam BOM Massage dapat di uraikan menjadi seperti yang dibawah ini, yaitu: a. Breastcare (Perawatan Payudara) 1) Pengertian Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan kebersihan personal hygiene (Rustam, 2009). Payudara adalah pelengkap organ reproduksi wanita dan pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu. Payudara mungkin akan sedikit berubah warna sebelum kehamilan, areola (area yang mengelilingi puting susu) biasanya berwarna kemerahan, tetapi akan menjadi coklat dan mungkin akan mengalami pembesaran selama masa kehamilan dan masa menyusui(Manuaba, 2011).



21



2) Tujuan Breast Care Breast Care sangat penting untuk dilakukan, terutama pada ibu postpartum. Tujuan breast Care antara lain: a) Menjaga kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi b) Menguatkan dan juga melenturkan puting susu ibu c) ASI akan dapat diproduksi cukup banyak untuk kebutuhan bayi apabila payudara terawat d) Payudara tidak akan cepat berubah apabila dilakukan perawatan payudara dengan baik sehingga tidak akan menyebabkan kurang menarik e) Dapat melancarkan aliran ASI f) Dapat mengatasi putting susu yang datar atau bahkan terbenam agar dapat dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya g) Mencegah terjadinya bendungan ASI h) Memperbaiki sirkulasi darah (Pohan, 2022). 3) Waktu Breast Care Waktu yang tepat dilaksanakan breast care yaitu pada hari pertama sampai hari ketiga setelah melahirkan. Breast care dapat dilakukan minimal 2 kali dalam sehari dengan durasi waktu 30 menit yang dapat dilakukan sebelum mandi pada pagi hari dan sore hari. Breast care dapat mempengaruhi produksi ASI. Ibu



22



yang teratur melakukan breast care produksi ASInya lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak melakukan (Wahyuningnsih, 2019). 4) Penatalaksanaan Breast Care Penatalaksanaan Perawatan Payudara antara lain (Mochtar, 2012): a) Cara Mengatasi Bila Puting Tenggelam Lakukan gerakan menggunakan kedua ibu jari dengan menekan kedua sisi puting dan setelah puting tampak menonjol keluar lakukan tarikan pada puting menggunakan ibu jari dan telunjuk lalulanjutkan dengan gerakan memutar puting ke satu arah Ulangi sampai beberapa kali dan dilakukan secara rutin. b) Jika Asi Belum Keluar Walaupun ASI belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah segera menyusui sejak bayi baru lahir, yakni dengan inisiasi menyusui dini. Dengan teratur menyusui bayi maka hisapan bayipada saat menyusu ke ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin dan prolaktin yang akan membantu pengeluaran ASI. Jadi biarkan bayi terus menghisap maka akan keluar ASI. Jangan berpikir sebalikny a yakni menunggu ASI keluar baru menyusui. c) Penanganan puting susu lecet Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lecet dan



23



memerah ASI secara manual dan ditampung pada botol steril lalu di suapkan menggunakan sendok kecil. Olesi dengan krim untuk payudara yang lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet. d) Penanganan Pada Payudara Yang Terasa Keras Sekali Dan Nyeri ASI Menetes Pelan Dan Badan Terasa Demam Pada hari ke empat masa nifas kadang payudara terasa penuh dan keras, juga sedikit nyeri. Justru ini pertanda baik. Berarti kelenjar air susu ibu mulai berproduksi. Tak jarang diikuti pembesaran kelenjar di ketiak, jangan cemas ini bukan penyakit dan masih dalam batas wajar. Dengan adanya reaksi alamiah tubuh seorang ibu dalam masa menyusui untuk meningkatkan produksi ASI, maka tubuh memerlukan cairan lebihbanyak. Inilah pentingnya minum air putih 8 sampai dengan 10 gelas sehari. 5) Teknik dan Cara Pemijatan Dalam Breast Care Tehnik Pengurutan Payudara Tehnik Dan Cara pengurutan payudara antara lain (Fadhila, 2016) a) Massase Pijat sel-sel pembuat ASI dan saluran ASI tekan 2-4 jari ke dinding dada, buat gerakan melingkar pada satu titik di area payudara. Setelah beberapa detik pindah ke area lain dari



24



payudara, dapat mengikuti gerakan spiral. Mengelilingi payudara ke arah puting susu atau gerakan lurus dari pangkal payudara ke arah puting susu. b) Stroke Mengurut dari pangkal payudara sampai ke puting susu dengan jari - jari atau telapak tangan. Lanjutkan mengurut dari dinding dada kearah payudara diseluruh bagian payudara. Ini akan membuat ibu lebih rileks dan merangsang pengaliran ASI (hormon oksitosin). c) Shake (goyang) Dengan posisi condong kedepan, goyangkan payudara dengan lembut, biarkan gaya tarik bumi meningkatkan stimulasi pengaliran. d) Persiapaan alat yang digunakan untuk breast care, antara lain: (1) Handuk 2 buah (2) Washlap 2 buah (3) Kapas (4) Baskom berisi air dingin 1 buah (5) Baskom berisi air hangat 1 buah (6) Baby oil (7) Baki, alas dan penutup (8) Baskom berisi kapas atau kasa secukupnya



25



e) Langkah-langkah pelaksanaan breast care, yaitu: (1) Mengatur lingkungan dengan aman dan nyaman (2) Mengatur posisi ibu dan peralatan agar lebih mudah untuk dijangkau (3) Mencuci tangan terlebih dahulu sebelum perawatan payudara (4) Lalu mengompres putting susu dengan kapas yang sudah dibasahi minyak hangat selama 2-3 menit (5) Setelah itu angkat kapas sambil membersihkan putting susu dengan gerakan memutar dari dalam keluar (6) Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak/baby oil (7) Melakukan pemijatan, dengan beberapa gerakan antara lain: (a) Gerakan I Gerakan pemijatan dengan telapak tangan berada di tengah antara kedua payudara, kemudian dilakukan gerakan melingkar dari atas, samping, bawah sambal dihentakkan. Setelah itu kembali ke tengah dan lakukan secara berulangulang sampai 20-30 kali. (b) Gerakan II Gerakan ini posisi tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan dengan sisi telapak tangan melakukan pengurutan dari pangkal payudara kearah



26



putting. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang dan bergantian dengan tangan kanan sebanyak 20-30 kali. (c) Gerakan III Gerakan ini sama dengan gerakan sebelumnya, namun tangan tidak mengurut tetapi membuat lingkaranlingkaran kecil dari pangkal payudara kea rah putting. Gerakan tersebut dilakukan secara bergantian dengan tangan kanan. (d) Gerakan IV Pada gerakan ini tangan memegang kedua payudara, kemudian digoyang-goyangkan secara bersama-sama sebanyak 5 kali. (8) Setelah semua gerakan dilakukan, maka berikan air dingin dan hangat secara bergantin pada payudara dengan menggunakan waslap sebanyak 5 kali. (9) Mengeringkan



payudara



dengan



handuk



sambil



menggosok-gosok putting (10) Memakai BH kembali yang dapat menyangga buah dan tidat ketat (Riyanti, 2020).



27



Gambar 1.1 teknik breast care b.



Oxytocin Massage ( Pijat Oksitosin) 1) Pengertian Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Selain memberi kenyamanan pada ibu dan merangsang refleks oksitosin, pijat oksitosin juga memiliki manfaat lain, yaitu mengurangi pembengkakan payudara (engorgement), mengurangi sumbatan ASI



(plugged/milk,duct),



dan



membantu



mempertahankan



produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Armini NW, Marhaeni GA, Sriasih GK, 2020). Pijat Oksitosin merupakan pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis merangsang hipofise posterior. Pijat oksitosin



28



dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau refleks let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah pungung sepanjang kedua sisi tulang belakang, sehingga diharapkan dengan dilakukannya pemijatan tulang belakang ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan segera hilang. Jika ibu rileks dan tidak kelelahan dapat membantu pengeluaran hormon oksitosin. Pijatan atau pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pijat oksitosin efektif dilakukan pada hari pertama dan kedua post partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup banyak. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi ± 15 menit, lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI. Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik, sebaiknya pijat oksitosin dilakukan setiap hari dengan durasi ±15 menit. 2) Manfaat Pijat Oksitosin Pijat oksitosin memberikan banyak manfaat dalam proses menyusui, karena kinerjanya yang merangsang kinerja hormon oksitosin seperti meningkatkan kenyaman pada ibu setelah melahirkan, mengurangi stres pada ibu setelah melahirkan,



29



mengurangi nyeri pada tulang belakang sehabis melahirkan, mengurangi sumbatan ASI , merangsang pelepasan hormon oksitosin dan memperlancar produksi ASI, dan mempercepat proses involusi uterus sehingga mengurangi pendarahan pasca melahirkan. 3) Langkah - langkah Pemberian Pijat Oksitosin Pijat oksitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan dengan dilakukan pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang, jika ibu rileks dan tidak kelelahan setelah melahirkan dapat membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Depkes RI, 2018). Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya dengan durasi ±15 menit, frekuensi pemberian pijatan 1 2 kali sehari. Pijatan ini tidak harus dilakukan langsung oleh petugas kesehatan dengan menggunakan protokol kesehatan tetapi dapat juga dilakukan oleh suami atau anggota keluarga. Pemberian pijat oksitosin bisa kapan saja diberikan bahkan saat ASI ibu sudah lancar karena selain memperlancar ASI, pijatan bisa memberikan kenyamanan pada ibu. Berikut merupakan langkah-langkah pijat oksitosin (Armini NW, Marhaeni GA, Sriasih GK, 2020) :



30



a) Memberitahukan kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan, tujuan maupun cara kejanya untuk menyiapkan kondisi psikologis ibu. b) Menyiapkan peralatan dan ibu dianjurkan membuka pakaian atas dan memasang handuk, agar dapat melakukan tindakan lebih efisien. c) Mengatur ibu dalam posisi duduk dengan kepala bersandarkan tangan yang dilipat ke depan dan meletakan tangan yang dilipat di meja yang ada didepannya, dengan posisi tersebut diharapkan bagian tulang belakang menjadi lebih mudah dilakukan pemijatan d) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil. e) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk kedepan f) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya. g) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah dari leher kearah tulang belikat. h) Mengulangi pemijataan hingga 3 kali. i) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.



31



Gambar 1.2 Oxytocin Massage c.



Marmet Technique 1) Pengertian Pijat Marmet merupakan kombinasi antara cara memerah ASI dan memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara marmet ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di bawah areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinus laktiferus ini akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin ini selanjutnya akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI.



32



2) Manfaat Teknik Marmet 1. Lebih efektif mengkosongkan payudara. 2. Lebih nyaman dan alami (saat mengeluarkan ASI)32 3.Lebih



mudah



menstimulasi



reflek



keluarnya



air



susu



dibandingkan dengan penggunaan pompa yang terbuat dari plastik. 4. Nyaman 5. Aman dari segi lingkungan. 3) Prosedur a) Massage (1) Pergunakan 2 jari, yaitu telunjuk dan jari tengah. Tangan kanan mengurut payudara kiri dan tangan kiri mengurut payudara kanan. (2) Bila payudara besar, gunakan keempat jari. (3) Dengan tekanan ringan, lakukan gerakan melingkar dari dasar payudara dengan gerakan spiral ke arah puting susu. b) Stroke (1) Dengan menggunakan jari-jari tangan, tekan-tekanlah payudara secara lembut. Dari dasar payudara ke arah puting susu dengan garis lurus, kemudian dilanjutkan secara bertahap ke seluruh bagian payudara.



33



(2) Dengan menggunakan sisir yang bergigi lebar, “sisirlah” payudara secara lembut, dari dasar payudara ke arah puting susu. (3) Dengan ujung jari, lakukan stroke dari dasar payudara ke arah puting susu. c) Shake (1) Dengan posisi tubuh condong ke depan, kocok/goyangkan payudara dengan lembut, biarkan daya tarik bumi meningkatkan stimulasi pengeluaran ASI. (2) Teknik memerah ASI dengan tangan metode massage, troking, dan shaking yang disebut metode Marmet dikembangkan oleh Chele Marmet, seorang Lactation Consultant yang menjadi Direktur Lactation Institute di California



Gambar 1.3 Marmet Technique



34



d.



Kerangka Teori Faktor Yang Mempengaruhi Oksitosin



Faktor Yang Mempengarui Keluarnya ASI Esterogen Dan Prgesteron Prolaktin Oksitosin



Isapan Bayi Dukungan Keluarga Keadaan Psikologis



HPL (Human Placenta Lactogen)



Pijat Dan Perawatan Payudara



Metode BOM



Pengeluaran ASI



Gambar 1.3 kerangka teori e.



Kerangka Konsep Ibu nifas multigravida ASI lancar



Metode BOM Massage



Kelancaran ASI



ASI tidak lancar



Gambar 1.3 kerangka konsep f.



Hipotesis Ha



: Terdapat Efektifitas Metode BOM Massage Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar tahun 2022



H0



: Tidak terdapat Efektifitas Metode BOM Massage Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar tahun 2022



35



g.



Keaslian Penelitian



No.



Peneliti 1 Umarianti 1 . 1 1 1 2



Judul Penelitian Efektivitas Metode Bom Terhadap Produksi ASI



Tahun 2018



Persamaan Meneliti Efektivitas Metode Bom Terhadap Produksi ASI



Perbedaan Pada penelitian oleh Dayaningsih meneliti tentang Metode Bom Terhadap Produksi ASI secara umum sedangkan pada penelitian ini fokus pada ibu nifas multigravida



Naziroh



Efektivitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI



2017



Meneliti kelancaran ASI pada ibu nifas



Pada penelitan Naziroh variable independen yang diteliti adala Pijat Oksitosin, sedangkan pada penelitian ini Metode BOM



36



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Penelitian eksperimen atau percobaan (experiment research) adalah kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu (Sugiyono, 2013). Rancangan penelitian akan menggunakan dua grup, satu untuk group kontrol dan yang lain untuk group perlakuan atau disebut Intact-Group Comparison (Dahlan, 2008). Analisa yang digunakan yaitu MannWhitney U test (Sugiyono, 2008). Statistik yang digunakan adalah statistik non parametris dengan data BOM skala nominal, data produksi ASI dengan skala ordinal.



3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar pada Bulan Desember 2022. 3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi



Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,



37



2017). Populasi penelitian ini yaitu ibu nifas multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.



3.3.2 Sampel



Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel penelitian ini ibu nifas multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar Bulan Desember Tahun 2022. 3.3.3 Sampel dan Teknik Sampling



Cara pengambilan sampel dengan cara “Non probability Sampling” dengan teknik sampel “Total Sampling". Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar Bulan Desember Tahun 2022. 1. Kriteria Inklusi a. Ibu nifas multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten



Karanganyar Bulan Desember Tahun 2022. b. Bersedia menjadi responden. 2. Kriteria Eksklusi



Ibu nifas multigravida yang menolak untuk menjadi responden. 3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan data 3.4.1 Instrumen



38



Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah checklist



yang



digunakan untuk pelaksanaan BOM massage serta untuk mengetahui kelancaran ASI. Checklist akan diisi oleh peneliti dengan pilihan jawaban 0 = untuk tidak dilaksanakan dan 1 = untuk dilaksanakan, checklist terlampir.



39



3.4.2 Prosedur Pengumpulan data 1. Observasi



Penelitian ini menggunakan jenis observasi terus terang, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. 2. Wawancara



Wawancara adalah teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi secara langsung dari responden melalui proses interaksi antara



pewancara



dengan



responden.



Proses



wawancara



berdasarkan pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan atau mungkin muncul pertanyaan lainnya pada saat wawancara sedang dilakukan. Cara Pengumpulan Data dalam penelitian ini sebagai berikut:



Ibu nifas multigravida di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar Bulan Desember Tahun 2022



Peneliti mengobservasi BOM dan mewawancara Kelancaran ASI responden Peneliti Mengisi chceklist penelitan Dilakukan olah data Gambar 3. Kerangka Kerja Penelitian



40



Alur penelitian :



a. Melakukan peninjauan atau survey tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar b. Menghitung populasi. c. Menetapkan sampel sesuai dengan kriteria. d. Peneliti melakukan observasi dan wawancara. e. Peneliti mengisi checklist penelitian. f. Data terkumpul dan dilakukan pengolahan data. 3.5 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Pengolahan data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data, proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Editing Proses editing dilakukan pada saat penelitian di di Rumah Sakit Umum



Daerah Kabupaten Karanganyar untuk memeriksa data yang sudah terkumpul dan jika ada kekurangan langsung dilengkapi. b. Coding Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode pada semua variabel agar mempermudah dalam pengolahan data. Dengan kode : 1) Dilakukan



: kode 1



2) Tidak dilakukan



: kode 0



c. Tabulating



41



Melakukan tabulating yaitu membuat tabulasi untuk pengorganisasian data yang sudah terkumpul agar mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan serta dianalisa. d. Entry data Data dipindahkan ke dalam file komputer dengan bantuan program komputer. Kemudian peneliti memakai SPSS (Statistical Package for Social Science) For Windows versi 17.0. untuk mengolah data yang sudah tersedia. 3.5.2 Analisi Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan: a. Analisis Univariat Analisis univariat merupakan analisis terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi frekunsi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018). Variabel yang dianalisis secara univariat pada penelitian ini adalah karakteristik responden, Pelaksanaan BOM massage dan lama kelancaran ASI. Persentase hitung diperoleh dengan menggunakan rumus:



Keterangan: P : persentase x : jumlah yang dihasilkan n : jumlah / total skor b. Analisis bivariat



42



Analisis bivariat yaitu menganalisis variabel-variabel penelitian guna menguji hipotesis penelitian serta untuk melihat gambaran hubungan antara variabel penelitian (Notoatmodjo, 2018). Analisis ini untuk membandingkan data yang dikumpulkan dari satu sampel yang akan mempunyai dua yaitu pelaksanaan BOM massage dan lama kelancaran ASIsehingga digunakan uji analisis korelasi MannWhitney U test. Dalam penelitian ini dalam untuk memudahkan menguji data peneliti menggunakan program SPSS 17.0 for windows Dasar pengambilan keputusan hipotesis sebagai berikut: 1) Jika nilai p value < batas kritis 0,05 maka terdapat perbedaan bermakna antara dua kelompok atau yang berarti Ha diterima dan (H0) ditolak. 2) Jika nilai p value ≥ batas kritis 0,05 maka tidak terdapat perbedaan bermakna antara dua kelompok atau yang berarti Ha ditolak dan (H0) diterima. 3.6 Keabsahan Data



Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Sugiyono, 20 18). Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji



43



keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 20 18). 3.7 Etika Penelitian Menurut Hidayat, (2015) masalah etika penelitian yang diperhatikan adalah sebagai berikut: 3.7.1 Tanpa nama (Anonimity) Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. 3.7.2 Kerahasiaan (confidentiality) Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalahmasalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. 3.7.3 Bermanfaat (Beneficience) Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksiamal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi. 3.7.4 Tidak membahayakan (Non Maleficience) Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stress tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress, maupun kematian subyek penelitian.



44



3.7.5 Keadilan (Justice) Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian. 3.8 Kesulitan atau Keterbetasan Penelitian Dalam penelitian ini kesulitan yang mungkin akan timbul adalah peneliti harus melaksanakan penelitian selama sebulan penuh oleh karena pasien tidak dapat dikumpulkan dalam satu hari di rumah sakit.



45



Daftar pustaka Usman.A, 2017. Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi Asi Di RSU Sawiringading, Kota Palopo,Jurnal Skripsi Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448 Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri World Health Organization. 2011. Global strategy for infant and young child feeding Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016