Bab Ii-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. GUNTNER INDONESIA SUPPLY PASURUAN



BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Guntner Indonesia Supply PT Swadaya Graha merupakan perusahaan jasa yang didirikan oleh PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Pada tanggal 11 November 1985 sesuai dengan akte pendirian yaitu akte notaris Suyati Subadi, S.H. momor 20 tahun 1985 yang telah diubah terakhir dengan akte notaris Slamet Wahyudi, S.H., M.Kn. No. 155 tanggal 30 Juni 2010. Tujuannya adalah untuk menunjang program pemerintah dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang Developer dan Property, jasa konstruksi sipil, mekanikal, elektrikal, Workshop dan Manufaktur, persewaan alat – alat berat, jasa maintenance atau pemeliharaan berbagai pabrik industri, engineering, dan konsultan. Pada awal berdiri PT. Swadaya Graha hanya bergerak dalam bidang developer dan kontraktor sipil. Dalam rangka menyesuaikan dengan dinamika dunia usaha khususnya disektor konstruksi dan sesuai dengan tuntutan pasar agar dapat merespon dengan cepat perubahan – perubahan tersebut, maka PT. Swadaya Graha juga melakukan perubahan dalam anggaran dasar dan aktivitas bisnisnya untuk tujuan-tujuan dengan kronologi dari tahun ke tahun sebagai berikut.  Pada bulan Agustus 1988, bidang usahanya ditambah dengan jasa persewaan alat-alat berat dan konstruksi, setelah sebagian peralatan konstruksi milik PT. Semen Gresik (Persero) diserahkan pengelolaannya kepada PT. Swadaya Graha.  Pada bulan Maret 1991, bidang usahanya ditambah lagi dengan fabrikasi baja yaitu usaha fabrikasi peralatan dan komponen industri. 



Dan pada pertengahan tahun 1992, perusahaan ini mengembangkan



usaha baru di bidang kontraktor mekanikal khususnya dalam pemasangan mesin – mesin pabrik atau instrument. Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



5



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. GUNTNER INDONESIA SUPPLY PASURUAN



 Kemudian pada tahun 1995, perusahaan ini mengambil alih usaha dibidang fabrikasi peralatan conveyor dari PT. Varia Usaha (Semen Gresik Group), yang mana produk-produknya sudah banyak dipakai di sektor industri, pertambangan dan pembangkit tenaga listrik. Sampai dengan saat ini PT. Swadaya Graha telah tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan jasa di bidang konstruksi dan fabrikasi. Selain itu, juga telah memiliki kemampuan yang dapat diandalkan dalam melaksanakan proyek terutama pembangunan pabrik. PT. Swadaya Graha telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari perusahaan – perusahaan asing dengan diberikannya order-order pekerjaan dari mereka kepada PT. Swadaya Graha sehingga PT. Swadaya Graha telah mengekspor produk-produknya pada banyak bagian dunia seperti Electrostatic Presipitator, Fan Casing, Filter for Project Bechtel Australia, Fabric Filter for Project Theis Australia, Fabrication dan Assembly C - Frame Module for Port of Washington Project, Supply Gas Distribution Screen Myanmar, Gypsum & Wet Ash Conveyor for Maizuru Project, Japan dan lain-lain. Usaha ini telah didukung tidak hanya oleh empat divisi produksi yang terintegrasi sebagai fungsi-fungsi dalam mengakomodasi aktivitas-aktivitas perusahaan sebagai bisnis intinya yaitu : 1. Divisi Kontraktor Sipil 2. Divisi Fabrikasi Baja 3. Divisi Kontraktor Mekanikal dan Elektrikal 4. Divisi Alat – Alat Berat Akan tetapi juga oleh sumber daya manusia yang professional dan berkompeten sesuai bidangnya masing-masing serta manajemen yang efektif. Keempat divisi ini telah meghasilkan kemampuan yang baik dalam



melaksanakan



proyek-proyek



yang



rumit



dan



membawa



perusahaan ini menjadi Reliable Partner in Construction sesuai dengan visi PT. Swadaya Graha untuk menjadi perusahaan konstruksi nasional terkemuka yang menjadi mitra terpercaya bagi industri-industri teknologi tinggi dan perusahaan yang bergerak dalam bidang engineering, procurement, dan construction (EPC).



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



6



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



PT. Swadaya Graha adalah badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi dan merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dengan komposisi pemegang saham sebagaimana dalam tabel berikut : Tabel 2.1 Share’s Holder PT. Swadaya Graha No.



Share’s Holders



Percentage (%)



Yayasan Dana Pensiun Karyawan



1.



(YDPK) PT. Semen Gresik



63,00%



2.



PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.



25,00%



3.



PT. Varia Usaha (Semen Gresik Group)



8,00%



4.



Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG)



4,00%



Dalam rangka mempermudah akses untuk para pelanggan, maka PT. Swadaya Graha memiliki lokasi yang berdekatan antara kantor pusat dan bengkel-bengkelnya disamping proyek-proyeknya yang hampir menyebar dipulau Jawa dan diluar pulau Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dll. 2.1.2 Visi dan Misi PT. Swadaya Graha 1. Visi Menjadi perusahaan nasional terkemuka yang dapat menjadi mitra handal di bidang konstruksi bagi perusahaan industri yang bernilai tinggi dan perusahaan-perusahaan EPC. To be a top nationwide reliable partner in construction for high value Industrials and EPC companies. 2. Misi a. Memberikan nilai tambah yang berkesinambungan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders). To provide added value continuously for stakeholders. b. Menghasilkan produk terbaik sesuai dengan persyaratan pelanggan. To deliver the best products as according to customer requirement. Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



7



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. GUNTNER INDONESIA SUPPLY PASURUAN



c.



Memiliki



kompetensi



organisasi dalam



bidang



konstruksi yang



berdaya saing tinggi. To have highly competitive organizational competence in the field of construction. SEMBOYAN Mitra Terpercaya Anda di Bidang Konstruksi Your Reliable Partner in Construction 2.1.3 Struktur Manajemen PT. Swadaya Graha a. Kantor Pusat



Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pusat



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



8



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



b. Divisi Fabrikasi Baja



Gambar 2.2 Struktur Organisasi Divisi Fabrikasi Baja 2.2 Proses Produksi dan Mesin yang Digunakan PT. Swadaya Graha 2.2.1 Proses Produksi PT. Swadaya Graha memiliki fungsi-fungsi sebagai pusat aktivitas dalam merencanakan, melaksanakan, mengarahkan dan mengendalikan bisnisnya dalam fungsi masing-masing baik sebagai fungsi struktural maupun fungsional sebagai pusat aktivitas antara lain sebagai berikut.  Pekerjaan pelat (plate work)  Konstruksi baja (fabrication)  Peralatan Conveyor (conveying equipment) Tahap-tahap dalam proses pekerjaan di divisi ini dimulai perencanaan, produksi dan penyerahan. Perencanaan yang dibuat meliputi perencanaan teknis dan mutu. Perencanaan pengadaan, perencanaan tenaga kerja, perencanaan alat, perencanaan produksi dan perencanaan biaya. Dalam



perencanaan



teknis



dan



mutu,



dibuat



sistem



dokumentasinya dan dapat direview oleh pelanggan apabila diminta. Sedangkan pada tahap proses produksi memiliki 5 tahapan pokok yaitu : Marking, Cutting, Fit-up (setting), Welding, Machining, Painting dan Packing and delivery. 2.2.2 Mesin yang Digunakan di PT. Swadaya Graha Jurusan Teknik Mesin - Produksi 9 Politeknik Negeri Malang



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Divisi fabrikasi baja PT. Swadaya Graha merupakan divisi yang bergerak dibidang kontruksi dengan bahan baja, maka dari itu alat dan mesin didalamnya termasuk kedalam kategori mesin perkakas antara lain: Tabel 2.2 Tabel Daftar Mesin NO



1



NAMA INVENTARIS



Compresor Angin



/



TYPE / MERK



QTY.



ARUS



TEGANGAN



DAYA



(AMPER)



( VOLT)



(KVA)



G-200 Puma 1PK-Honda



2



2,1



380



0,9



AB-1000-Fiac



1



20



380



9,5



Compresor Angin



Kaeser / ASD37 / SN. 2443



1



33,8



380



16



Flame CuttingCNC



WASP2500



System



Griesheim



1



0,5



380



0,2



5



Mesin Bending Pipa



CR-B75 - Ying Lin



1



15



380



7,1



6



Mesin Bending Plate



WC-67Y / Ying Lin



1



20



380



9,5



7



Mesin Bending Plate



20HP / CMU. SRL



1



36



380



17



8



Mesin Roll Plate



VRM / BR Deutschlan



1



20



380



9,5



9



Mesin Roll Plate



MCO-2536 / Davi



1



22



380



10,5



10



Mesin Roll Plate



LM-3C / Leman



1



20



380



9,5



11



Mesin Roll Plate



AKYAPAK



1



100



380



47,5



12



Mesin Roll Profile



307-HV / Comac



1



15



380



7,1



13



Mesin Potong Plate



Q11-3x1200 / Changjiang



1



10



380



4,7



Q11-13x2500 / Hai An



2



46



380



21,8



2 3 4



14



Mekanik Compresor Angin / Kol E



Mesin Potong Plate / kol E & kol A



/



Messer



15



Mesin Bubut (konv 4)



AMC 36-1000 / Ma An Shan



1



3,5



380



1,6



16



Mesin Bubut (kol A1)



CZ 6280S / Zhen Jiang



1



3,5



380



1,6



17



Mesin Bubut (konv 2)



C 6236 B / Baicheng



1



4,5



380



2,1



18



Mesin Bubut (kol A2)



SN63C-71C / Tos Trencin



1



6



380



2,8



19



Mesin Bubut (konv 3)



C 6236 B / Baicheng



1



4,5



380



2,1



20



Mesin Bubut (konv 1)



L 3450-150 / China



1



7,2



380



3,4



21



Mesin Bubut (konv 6)



BJ 1660A / Baoji



1



6,5



380



3,1



22



Mesin Bubut (konv 5)



CD 6250 B / Santex



1



6



380



2,8



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



10



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



23



Mesin Bubut CNC



V turn 26 / Victor



1



5



380



2,3



24



Mesin Bubut CNC



V turn 20 / Victor



1



5



380



2,3



25



Mesin Milling



SM - 5 / Standart



1



7,5



380



3,5



X 6328 B / Krisbow



1



7,5



380



3,5



26



Universal



Milling



Machine



27



Mesin Gergaji CN



BS-760M / Mega



1



10



380



4,7



28



Mesin press



RGF 150 - 300 / BMI



1



8



380



3,8



29



Mesin press



RGF 200 - 300 / BMI



1



15



380



7,1



30



Mesin Skrap



BC 6063 / China



1



20



380



9,5



Ridgid 1224



1



10



380



4,7



2



8,5



380



4



31



Mesin Snay - RIDGID 1224



Z3050 x 16 /



Shenyang



/



32



Mesin Bor Radial



33



Hack Saw



G-7025 / Wushing



1



4,5



380



2,1



34



Mesin Punch CNC



LP - P803.2N / Ficep



1



15,6



380



7,4



GEKA



2



7,5



380



3,5



35



Mesin



China



Cutting



Profile/MPP



36



M.Las SMAW



Cemont SV-400



118



12



380



5,7



37



M.Las Mig FCAW



XD-500 / OTC



3



23



380



10,9



38



M.Las Mig FCAW



XD-350 / OTC



31



20



380



9,5



39



M.Las Mig FCAW



Weico – 500A



51



23



380



10,9



40



M. Las Argon – GTAW



Star 250 AC DC - Cebora



1



10



380



4,7



M. Las Argon – GTAW



300A



/ Weld King



2008010743



3



8



380



3,8



42



Mesin Cutting Plasma



525 / SAF



1



5



380



2,3



43



Mesin Cutting Plasma



Prof 152 / Cebora



1



15



380



7,1



44



Mesin Cutting Plasma



PCM - 1000 I / Esab



2



5



380



2,3



45



Mesin Cutting Plasma



D12000 / OTC



1



20



380



9,5



46



Mesin Cutting Plasma



4.0 w/acc ~ Saf



3



10



380



4,7



SAW / MKR300-ESAB



1



10



380



4,7



41



47



M. Las



Column &



Boom



AC/DC



- Kobewel



48



M. Las SAW



SCR 2x5 – 630 / Antech



4



13



380



6,1



49



M. Stud Welding



600A - Gold Arc / Kaeser



1



40



380



19



50



M. Las Gaujing DC-600



DC-600 - Lincoln



1



35



380



16,6



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



11



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



51



M. Las Gaujing



TRW N4000HD - Nelson



1



35



380



16,6



52



M. Las Gaujing TS600



400 600T-00376 / Gold Arc



1



35



380



16,6



53



Over Head Crane / 7.5 t



7.5 ton / Hitachi



1



35



380



16,6



54



Over Head Crane / 5 t



5 ton / Hitachi



3



25



380



11,8



55



Over Head Crane / 15 t



15 ton / Hitachi



1



75



380



35,6



56



Over Head Crane / 5 t



5 ton / Demag



1



25



380



11,8



57



Over Head Crane / 10t



10 ton / Demag



1



50



380



23,7



58



Mesin Punch Manual



SP60S-Per204SE-Enerpac



7



7,5



220



3,5



59



Mesin Punch Manual



HPD 05 / HS11-1624 / Nitto



8



5



220



2,3



60



M. Gerinda 4''



124



2



220



0,5



61



M. Gerinda 6''



144



4



220



1



62



M. Bor magnit



43



11



220



3



63



M. Cutting robot



34



4



220



1



64



M. Cutting whell



24



9,2



220



2,5



65



M. Gerinda Rotary



52



2



220



0,5



2.3 Sistem Pemeliharaan PT. Swadaya Graha Sistem pemeliharaan di PT. Swadaya Graha menggunakan cara mendata kerusakan-kerusakan mesin menggunakan kartu pemeliharaan yang ditulis oleh setiap mekanik untuk disetorkan ke kepala mekanik untuk direkap untuk data riwayat kerusakan alat tersebut. Setiap mekanik harus memeriksa kondisi mesin dengan rentan waktu sebulan sekali dan juga harus mengisi kartu preventive maintenance check list. Berikut contoh kartu pemeliharaan dan riwayat alat:



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



12



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Kartu Pemeliharaan dan Riwayat Alat Jenis Mesin



: Over head Crane 5 ton / HITACHI – Kol A



No. Register



: 2.4.05.0001/A.05/1995



Tanggal Perbaikan



No



Nomer Bon Servis



Inspeksi 101/IPA/MJ/10.2007



perawatan Alat



26



Ganti Spare



Selesai



Okt



2007



26



Part



Okt



2007



Permintaan 14/PSB.A/11.2007



service Barang/Alat



Nov



2007



13



inspeksi



pecah,



Nov EA,



2007



( jam )



perawatan alat



BR 630922 1 13



Uraian Service



Sesuai



-



Roda



2



Man Hours



Kerusakan



Mulai



1



Jenis Service / Perbaikan



BK



631022 1 EA, sil 2240 8,5 =



Setel



rem ong



travel



pasang



roda



2 set



Inspeksi 3



104/IPA/MJ/11.2007



perawatan Alat Inspeksi



4



02/IPA/MJ/12.2007



perawatan Alat



26



Nov



2007



14



26



Nov



2007



Des



14



Des



2007



2007



26 Jan 2008



26 Jan 2008



-



-



Inspeksi 5



70/IPA/MJ/01.2008



perawatan Alat



-



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



13



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Inspeksi 6



69/IPA/MJ/02.2008



perawatan Alat Inspeksi



7



68/IPA/MJ/03.2008



perawatan Alat Inspeksi



8



70/IPA/MJ/04.2008



perawatan Alat Inspeksi



9



70/IPA/MJ/05.2008



perawatan Alat



25



Feb 25



2008



25



Mar 25



2008



25



-



Mar



-



2008



Apr 25



2008



27



Feb



2008



Apr



-



2008



Mei 27



2008



Mei



-



2008



Inspeksi 10



68/IPA/MJ/06.2008



perawatan



24 Jun 2008



24 Jun 2008



-



Alat Inspeksi 11



70/IPA/MJ/07.2008



perawatan



26 Jul 2008



26 Jul 2008



-



Alat



Permintaan 12



12/PSB.A/08.2008



service Barang/Alat



12 2008



Agt 12



Agt



-



2008



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Tidak



bisa



berjalan,



line



dari trafo 220 v untuk



remot



control putus Inspeksi 13



15/IPA/MF/08.2008



perawatan Alat



Permintaan 14



20/PSB.A/08.2008



service Barang/Alat



Inspeksi 15



72/IPA/MF/10.2008



perawatan Alat



14 2008



18 2008



06 2008



Agt 14



Agt



-



2008



Agt 18



Agt



2008



Okt 06 2008



roda 1 EA, gear pinion 1 EA



Okt



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Kalau



angkat



berat



turun



sendiri,



break



setting ulang



-



Sesuai



inspeksi



perawatan alat



Gambar 2.3 Tabel Kartu Pemeliharaan dan Kartu Riwayat Alat



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



14



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Gambar 2.4 Kartu Preventive Maintenance Check List 2.4 Sistem Kendali Mutu PT. Swadaya Graha 2.4.1 Sasaran Mutu Memberikan produk dan layanan kepada pelanggan dan stakeholder lainnya, minimal sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi yang diperjanjikan serta mencapai sasaran perusahaan tanpa kecelakaan / zero fatality accident dan mencegah pencemaran. 2.4.2 Kebijakan Mutu PT. Swadaya Graha secara berkelanjutan selalu : 1. Meningkatkan mutu cara dan hasil kerja, serta mencegah ketidaksesuaian pada semua tahapan.



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



15



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



2. Melaksanakan norma-norma perlindungan kerja dan lingkungan (K3L) dengan menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas risiko kecelakaan, bebas risiko penyakit akibat kerja dan pencemaran. 3. Mengutamakan penggunaan produk ramah lingkungan dan menghemat sumber daya energi. 4. Untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan stakeholder lainnya. 2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan PT. Swadaya Graha PT. Swadaya Graha selalu menekankan perihal keselamatan dan kesehatan kerja guna menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas risiko kecelakaan serta meningkatkan produktivitas kerja. 2.5.1 5R (Kebersihan) -



Bahan/material yang berserakan harus dirapihkan baik sebelum, selama dan setelah jam kerja .



-



Alat kerja/perkakas yang digunakan tidak boleh merintangi dan membahayakan akses kerja.



-



Tempat sampah sesuai jenis sampah, selalu dibersihkan dan dikumpulkan.



-



Bersihkan area kerja yang licin karena air, minyak, atau zat lainnya.



-



Semua orang wajib menyingkirkan paku yang berserakan, kawat/besi menonjol, potongan logam yang tajam, semuanya yang dapat membahayakan .



2.5.2 Tool Box Meeting Tujuannya adalah untuk mengingatkan karyawan/pekerja akan potensi-potensi bahaya di tempat kerja dan membantu karyawan/ pekerja untuk mengenali dan mengendalikan bahaya di area kerja. 2.5.3 PPD (Peralatan Pelindung Diri) -



Safety Helmet Berfungsi sebagai pelindung kepala dari kejatuhan benda, benturan/ pukulan benda, terpaan panas/hujan.



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



16



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Gambar 2.5 Safety Helmet -



Safety Googles dan Face Shield Berfungsi melindungi muka dan wajah dari lemparan benda kecil, sinar las, silau, partikel berterbangan serta cipratan cairan berbahaya.



Gambar 2.6 Safety Google & Face Shield -



Ear Plug Berfungsi melindungi dari kebisingan yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas).



Gambar 2.7 Ear Plug



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



17



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



-



Masker Berfungsi untuk melindungi pekerja dari partikel udara, debu, asap, uap dan gas berbahaya.



Gambar 2.8 Masker -



Glooves Berfungsi sebagai alat pelindung dari bahan kimia yang korosif, benda tajam/kasar, sengatan listrik serta untuk menjaga kebersihan bahan.



Gambar 2.9 Glooves -



Safety Shoes Berfungsi melindungi kaki pekerja dari kejatuhan benda tajam dan keras, tekanan dan pukulan, lantai yang licin serta kondisi tanah berair dan berlumpur.



Gambar 2.10 Sepatu Safety



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



18



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



-



Body Harness APD yang wajib digunakan untuk pekerjaan di ketinggian lebih dari 2 meter. Fungsinya melindungi kemungkinan terjatuh dari ketinggian.



Gambar 2.11 Body Harness -



Apron Melindungi dada dari sinar ultraviolet, infrared, percikan bunga api dan panas pengelasan.



Gambar 2.12 Apron -



Topeng Las Melindungi muka dari sinar las, radiasi panas las serta percikan bunga api las.



Gambar 2.13 Topeng Las Jurusan Teknik Mesin - Produksi 19 Politeknik Negeri Malang



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



2.6 Tata Letak Pabrik Pada PT. Swadaya Graha Divisi Fabrikasi Baja terdapat dua workshop, berikut ini merupakan tata letaknya.



Gambar 2.14 Lay out Workshop 1



Gambar 2.15 Lay out Workshop 2 Jurusan Teknik Mesin - Produksi 20 Politeknik Negeri Malang



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



2.7 Pengertian Prosedur Pengelasan, Las, dan Pemilihan Material 2.7.1 Prosedur Pengelasan Sebuah Welding Procedure (prosedur pengelasan) merinci tahap-tahap pengelasan atau penyambungan. Menentukan nilai-nilai atau batasan nilai untuk semua variabel yang dapat dikontrol selama proses pengelasan dan bahan



yang



digunakan.



Welding



Procedure



Specification



adalah



mendefinisikan dan membuat dokumen rincian dalam pengelasan dan bahan yang digunakan antara lain tipe pengelasan, bahan, pengaturan, spesifikasi, base metal and apllicable specification, logam induk, proses pengelasan yang digunakan. WPS bertujuan untuk menentukan rakitan las yang di usulkan untuk suatu konstruksi yang memenuhi persyaratan dalam suatu pemakaian yang sudah ditetapkan WPS yang dibuat oleh kontraktor harus diuji terlebih dahulu untuk membuktikan kebenarannya yaitu dikenal dengan prosedur las. pengujian atau kualifikasi meliputi: 



Pembuatan spesiemen uji oleh welder







Pengetesan benda uji yang dibuat dari spesiemen uji yang bersangkutan







Hasil uji didumentasikan dalam bentuk rekaman kualifikasi prosedur (PQR)







PQR harus diperiksa oleh welding inspector



1. ASME (American Society of Mechanical Engineers) 2. API (American Petroleum Engineers) 3. AWS (American Welding Society) 4. ISO a. WPS (Welding Procedure Specification) WPS adalah dokemen tertulis prosedur las yang berisi variabel parameter las yang dibuat untuk menentukan welder/welding operator dalam membuat sambungan las konstruksi sesuai dengan yang diisyaratkan oleh standart kode. b. PQR (Procudure Qualification Record) Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



21



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Dokumen hasil rekaman/laporan pelaksaan kualifikasi prosedur las dari data-data las aktual dan hasil uji test coupon sesuai yang diisyaratkan dalam STD Code. c. WPQ (Welder Performance Qualification) Kualifikiasi performasi juru las untuk menentukan kemampuan juru las dalam menghasilkan sambungan las yang mulus. d. WPQT (Welding Procedure Qualification Test) Proposal dokumen rencana pelaksanaan kualifikasi pada WPS untuk mendapatkan properti hasil las-lasan yang sesuai dalam aplikasi di konstruksi. e. Essensial Variable Variabel parameter las yang perubahannya akan mempengaruhi sifatsifat mekanis sambungan las yang sudah diatur dalam kualifikasi WPS. d. Supplement Essensial Variable Pengaruh sambungan las karena adanya impact test (variabel akan menjadi essensial jika impact diisyaratkan dalam produk). e. Non Essensial Varibel parameter las yang perubahannya tidak akan mempengaruhi sifat-sifat mekanis sambungan las yang sudah diatur dalam kualifikasi WPS. 2.7.2 Pengertian Las Pengelasan adalah proses penyambungan secara metalurgi dengan mengaplikasikan beberapa jenis sumber panas. Pengelasan juga diartikan proses penyambungan yang menghasilkan penggabungan dari material-material dengan memanaskan hingga temperatur pengelasan dengan atau tanpa tekanan atau hanya dengan tekanan dan dengan atau tanpa logam pengisi. Pengelasan juga dibagi menjadi pengelasan fusi (fusion welding) yang melibatkan proses penggabungan dan pembekuan dari benda kerjanya (logam dasar), pengelasan tekan (pressure welding) yang menggunakan proses penggabungan pada fasa padata dan brazing dan soldering yang melibatkan reaksi padat-cair dari sisi metalurgi.



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



22



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Las Fusi memiliki keuntungan dan keterbatasan sebagai berikut: a. Keuntungan Las Fusi 



Efisien sambungan (rasio σlas/σlogam induk) tinggi.







Kekedapan udara dan air sangat baik.







Struktur sambungan dapat lebih sederhana.







Tebal sambungan dapat bervariasi.







Reduksin penggunaan material dan penghematan tenaga kerja yang digunakan membuat las fusi (fusion welding) menjadi ekonomis.



b. Keterbatasan Las Fusi 



Logam hasil lasan (weld metal) bersifat heterogen (beda dari logam dasar).







Kualitas dari logam dasar (HAZ) menurun karena pemanasan las.







Terjadi renggang las dan deformasi akibat pemanasan dan pendinginan local pada benda kerja.







Tegangan sisa terbentuk dan menurunkan kekuatan sambungan.







Sulit untuk menentukan secara tepat kualitas dari sambungan.



2.7.2.1 Jenis Las Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada electric current (arus listrik), dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik kestabilan api las (arc) akan tetap terjaga. Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis mesin yaitu : 



Mesin dengan arus searah Pada mesin las arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu, generator, karena arus listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterai, melainkan daru generator listrik. Mesin las arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator, tetapi cukup dengan transformator. Karakteristik elektrik efisiensinya 80-85%.



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



23



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan rectifier, dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus. Keuntungan mesin las AC: 



Arus listrik tidak berpengaruh panjang kabel.







Tidak ada Arc Blow.







Biaya terjangkau.







Pemakaian tak berbeban kecil.







Arus listrik tidak bisa diganti (tidak ada polarity).







Tidak semua kawat / elektroda bisa dilas dengan poses AC.







Arus listrik kasar.







Tidak bisa digunakan pada ampere kecil.







Arus listrik lebih stabil.







Polarity dapat diubah.







Bisa digunakan ampere rendah.







Variasi electrode lebih banyak.



Kerugian mesin las DC: 



Harga dan perawatan mahal.







Arc Blow.







Ampere drop bila kabel panjang.



2.7.2.2 SMAW (Shilded Metal Arc Welding) Las SMAW adalah proses pengelasan dengan busur listrik, dimana panas didapat dari busur nyala yang memancar antara elektroda dengan flux dan base metal. Las SMAW merupakan las fusi yang dimana memakai logam tambah dengan memakai electric arc. Electric arc (busur nyala listrik) adalah elektron yang secara berkelanjutan mengalir melalui media yang pendek antara dua elektroda (- dan +) yang diketahui dengan terjadinya energi panas dan radiasi udara atau gas antara elektroda akan diionisir oleh elektron yang terpancar oleh elektroda. Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



24



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Untuk menimbulkan busur nyala listrik, kedua kutub elektroda dihubungkan singkat dengan cara disentuhkan lebih dulu (arc starting) dan pada bagianyang bersentuhan ini akan terjadi pemanasan (temperatur naik), hal ini akan mendorong terjadinya busur. Pada electric arc (busur nyala listrik) terdapat flux (solutan) yang berfungsi untuk: 



Menstabilkan busur nyala listrik,







Membentuk gas pelindung arc & weld pool dari udara,







Membentuk slag (- kontaminasi udara dan – kecepatan pendinginan).







Untuk memperbaiki sifat-sifat mekanis, tahan korosi, dll.







Menambah elemen-elemen kimia lain.



Gambar 2.16 Pengaruh Flux Terhadap Elektroda 2.7.2.3 FCAW (Flux Core Arc Welding) Las busur listrik yang kawat lasnya terdapat flux (pelindung inti tangah). Las FCAW adalah kombinasi antara proses pengelasan GMAW, SMAW dan SMAW. Dalam pengelasan FCAW ini sumber energi menggunakan arus listrik DC atau AC yang diambil dari



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



25



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



pembangkit listrik atau melalui trafo dan atau rectifier. Pengelasan FCAW merupakan salah satu jenis las listrik yang proses kerjanya memasok filter elektroda atau kawat las secara mekanis terus menerus ke dalam busr listrik. Kawat las atau elektroda yang digunakan untuk pengelasan FCAW terbuat dari logam tipis yang digulung silinder kemudian dalamnya diisi dengan flux yang sesuai dengan kebutuhannya. Proses pengelasan FCAW ini sebenarnya sama dengan pengelasan GMAW, namun yang membedakan adalah kawat las atau elektrodanya yang berbentuk solid. Berdasarkan metode pelindung, pengelasan FCAW dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Self Shielding FCAW (pelindungan sendiri), yaitu merupakan proses melindungi logam las yang mencair dengan menggunakan gas dari hasil penguapan atau reaksi dari inti flux. b. Gas Shielding FCAW (perlindungan gas) adalah



perlindungan



dengan dual gas, yaitu melindungi logam las yang mencair dengan menggunakan gas sendiri juga ditambah gas pelindung yang berasal dari luar sistem. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelasan FCAW 



Panjang busur diusahakan sependek mungkin untuk menjaga agar cairan logam terlindungi.







Long stickout bertujuan untuk preheat pada flux di elektroda.







Mengatur mulainya busur untuk mencegah terjadinya cacat pada daerah lain.







Asap yang dihasilkan terlalu banyak.







Menurunnya sifat mekanis dan terbentuknya blowhole karena pengaturan atau pengontrolan panjang busur yang tidak tepat.







Penetrasi dangkal.







Tidak dibutuhkan preparasi untuk gas pelindung.







Mudah mengoprasikan tang las karena beratnya yang ringan.







Lebih tahan terhadap gangguan angin (wind). Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



26



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Kelebihan tersebut membuat FCAW digunakan untuk pengelasan konstruksi baja dilapagan seperti tower, marine structure, dan pipa pancang.



Gambar 2.17 Proses Pengelasan FCAW 2.7.3 Pemilihan Material Pemilihan material atau bahan (material selection) pada berbagai peralatan di industri kimia adalah salah satu aspek yang penting, karena dengan pemilihan material tepat akan dapat meningkatkan penggunaan (long service) dari peralatan yang bersangkutan, disamping itu juga berpengaruh terhadap cost (biaya) konstruksi peralatan proses tersebut serta biaya maintanance. Beberapa aspek atau kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan material peralatan adalah : 1. Material tersebut harus tahan (resistance) terhadap kondisi operasi, seperti korosi, erosi , stress dan temperature. 2. Biaya atau cost dari material tersebut.



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



27



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



3. Kontaminasi yang berhubungan dengan interaksi antara material dengan fluida proses dan akibatnya terhadap proses itu sendiri, misalnya deaktivasi katalis. 4. Sifat mekanikal. Sebelum melakukan pemilihan material ada baiknya kita mengetahui beberapa sifat mekanik umum bahan , adapun beberapa sifat mekanik material yang patut diketahui antara lain: 1. Strength (kekuatan) adalah ukuran besar gaya yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak material. 2. Creep digunakan untuk menggambarkan laju deformasi plastik metal terhadap waktu dengan stress beban yang diberikan. 3. Ductility (keuletan) dikaitkan dengan besar regangan permanen sebelum patah. 4. Toughness (ketangguhan) dikaitkan dengan jumlah energi yang diserap bahan sampai terjadinya patahan pada material. 5. Fatigure adalah patahan yang terjadi akibat pembebanan siklus dalam waktu yang cukup lama. 6. Hardness adalah kebalikan dari ductility, ketahanan terhadap deformasi plastik oleh bending, penetration atau straching. 7. Malleability adalah ductility khusus yaitu dimana regangan permanen sebelum patahan yang disebabkan oleh rolling, forging atau extruding. Derajat malleability berbanding lurus dengan temperatur. Aluminium, Copper (tembaga), magnesium, perak adalah contoh dari bahan malleability. 8. Brittleness adalah kecenderungan suatu bahan untuk patah atau retak (fracture), biasanya dibawah stress yang rendah. Brittleness adalah kebalikan dari toughness. Pada saat melakukan pemilihan material, korosi menjadi salah satu aspek pertimbangan yang penting. Hal ini disebabkan oleh banyak kerugian yang ditimbulkan oleh korosi. Hal yang dapat mempengaruhi korosi adalah : 1. Material itu sendiri. Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



28



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



2. Lingkungan (enviroment) yang kontak dengan material. 3. Desain mekanikal dari komponen material. Disamping korosi , temperatur menjadi aspek lain yang juga patut dipertimbangkan. Tidak jarang suatu peralatan dioperasikan pada temperatur yang cukup tinggi misalkan pada boiler, furnace. Peralatan yang dioperasikan pada suhu di atas 600º C memerlukan material khusus (high temperature steel). Mechanical strength steel akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan temperatur. Hal yang sama juga berlaku untuk kondisi cryogenic dimana dipilih material yang memiliki tingkat toughness yang bagus pada temperatur yang rendah. Terdapat banyak jenis material atau bahan yang digunakan untuk mengkonstruksi peralatan (equipment) proses. Pemilihan material tersebut tergantung pada kesesuaianya terhadap proses maupun terhadap biaya (cost). Secara umum material atau bahan tersebut dapat dibagi menjadi: 1. Metal 2. Polymetric material 3. Ceramic 4. Glasses 1. Ferrous metals and alloy steels. 2. Nonferrous metals and alloys. 3. Inorganic nonmetallic, as glass and glassed steel, porcelain and stone. 4. Plastic and thermoplastic materials.



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



29



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



Gambar 2.18 Klasifikasi Material 2.7.3.1 Metal Secara umum bahan metal yang digunakan pada industri dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Ferrous dan Non Ferrous. Ferrous metal didefinisikan sebagai bahan yang mengandung sedikitnya 50 % besi (iron) ferrous alloy. Alasan mengapa bahan ini sering digunakan adalah karena biayanya bahan ini relatif lebih murah, dan memiliki kemampuan kerja yang baik. Ferrous alloy dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu : cast iron, carbon steels, low-alloy steels dan stainless steels. 1. Cast iron adalah alloy yang memiliki kadar karbon lebih dari 1.5 %. Terdapat 4 jenis dari cast iron yaitu : gray, white, ductile iron dan wrought iron. 2. Gray cast iron merupakan cast iron yang umum digunakan dan paling murah diantara yang lainnnya. Mudah dibentuk, memiliki tensile streght yang rendah yaitu 400 N/mm2. Digunakan untuk peralatan yang memerlukan vibration dampening dan wear resistance. Warna keabu-abuan disebabkan oleh kandungan graphite yang tersebar pada massanya. Material ini tidak digunakan untuk proses yang beroperasi pada tekanan tinggi.



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



30



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



3. White Cast Iron, memiliki kandungan silikon yang lebih rendah dari gray cast iron. Tidak terdapat partikel graphite pada mikrosturkturnya, apabila karbon dalam cast iron tersebut dikombinasikan dengan iron akan membentuk iron carbide (Fe3C). Metal ini sangat abbrasive dan brittle, karena sifat ini bahan ini tidak disarankan penggunaannya untuk aplikasi pressure vessel, namun begitu dapat digunakan untuk grinding balls, casing pompa slurry dan roda mobil. 4. Ductile cast iron memiliki unsur yang sama dengan gray cast iron, tetapi beda dalam pembuatannya. Digunakan untuk high strenght pipe, bodi valve, casing pompa, casing kompressor , crankshaft (poros mesin). 5. Wrought iron, pada dasarnya merupakan besi murni (pure iron) dengan kandungan karbon yang rendah serta sedikit kandungan slag dalam bentuk iron silicate. Slag yang terkandung memberikan daya shock yang baik, vibrasi serta tahan terhadap korosi. Umumnya digunakan untuk pipa air, dan engine bolt. 6. Silicon iron. Memilik kandungan silikon yang tinggi, kira-kira sekitar 15 % yang disebut juga dengan silicon iron. 7. Carbon Steel, Perbedaan antara carbon steel dengan cast iron adalah persentase kandungan karbon. Pada carbon steel kandungan karbon kurang dari 1.5 %. Material ini mudah difabrikasi dan memiliki streght yang lebih baik dari pada cast iron. Tergantung dari jenis treatment panas serta alloy yang digunakan, bahan ini bisa dibuat dengan berbagai derajat atau tingkatan hardness dan ductility, dan dengan beberapa tambahan membuat bahan ini lebih mudah disambung (weld) dari pada cast iron. Dengan sifat seperti ini ditambah lagi dengan ketersediaannya dalam jumlah banyak, membuat carbon steel menjadi pilihan pertama untuk konstruksi peralatan. Salah satu kelemahan utamanya adalah ketahanan terhadap korosi . 8. Low alloy steel, bahan ini memiliki kandungan chromium dalam jumlah yang kecil. Bahan ini menggantikan penggunaan carbon steel Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



31



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



pada industri perminyakan karena beberapa peralatan mengalami proses korosi ketika mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur yang tinggi. Diketahui bahwa dengan adanya chromium dapat menghambat pembentukan iron sulfide Penambahan chromium juga diketahui dapat meningkatkan kekuatan material pada temperatur tinggi. Perbedaan mendasar antara carbon steel dengan low alloy steel adalah



jumlah



kandungan



chromium.



Carbon



steel



memilik



kandungan chromium kurang dari 4 % sedangkan low alloy steel kandungan chromium antara 4-9 %. Stainless steel dengan kandungan chromium sekitar 12 % atau lebih disebut sebagai stainless steel. terdapat 3 jenis bahan ini yaitu : ferritic, austenic dan martensitic stainless steel. a. Ferritic stainless steel, memiliki kadar karbon sebesar 0.2 % atau kurang dan kadar chromium antara 11-18 %. Material ini tahan terhadap korosi dari pada martensistic steel serta cocok digunakan untuk fluida dengan tingkat oksidasi keasaman tinggi seperti asam nitrat. Bahan ini memiliki tensile serta impact strenght yang rendah. b. Martensitic steel, memiliki kadar chromium antara 12-18% dan kadar carbon hingga mencapai 1.2 %. Dari sisi strenght dan hardnability lebih baik dari pada ferritic stainless steel. Dengan kadar chromium yang rendah bahan ini tahan terhadap air, steam dan bahan yang bersifat korosi tingkat menengah (moderate) lainnya. c. Austenitic stainless steel bahan ini lebih komplek dari yang lainnya karena terdapat tambahan nickel sebesar 3.2 hingga 22 % . Material ini memiliki tingkat tensile strenght yang tinggi, ductility dan lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan material stainless steel lainnya pada range temperature yang sangat lebar . Daya tahan korosinya terhadap bahan sulfur serta asam organik lebih baik dari pada carbon steel, low alloy steel bahkan terhadap ferritic dan martensitic stainless steel. Walaupun tahan terhadap korosi yang sangat baik hingga pada temperatur 650F ke atas, pengalaman memperlihatkan bahwa material ini memiliki permasalahan terhadap



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



32



Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) PT. SWADAYA GRAHA GRESIK



stress corrosion cracking pada temperatur yang sangat tinggi dan dengan pH yang tinggi (8 atau ke atas) seperti pada proses high pressure boiler feedwater system (sistem umpan boiler bertekanan tinggi) dan nuclear steam generator (pembangkit steam tenanga nuklir). Non ferrous alloy. Pemilihan bahan jenis ini dimungkinkan apabila material ferrous alloy tidak cocok dengan aplikasi yang dikehendaki. Bahan nonferrous alloy ini secara umum lebih mahal serta sulit untuk di sambung (weld). Non ferrous alloy biasanya digunakan karena memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi bila dibandingkan dengan ferrous alloy.



Jurusan Teknik Mesin - Produksi Politeknik Negeri Malang



33