BAB II Metode Pembelajaran Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang Salah satu aspek penting dalam pendidikan saa tini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan bagi usia lanjut. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidika nmurid sekolah yang relative berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit usia lanjut yang harus mendapat pendidikan baikpendidikan informal maupun nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursuskursus, penataran dan sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan usialanjut yang notaben etidak menduduki bangku sekolah. Pendidikan bagi usia lanjut jelas berbeda dengan pendidikan bagi anak-anak. Hal tersebut terlihat dari materi pendidikan yang berbeda, kurikulum yang digunakan, karakteristik dari warga belajarnya (orang dewasa dan usia lanjut), dan tujuan dari pemberian pendidikan baik bagi usia lanjut. Perlu dipahami apa pendorong bagi usia lanjut untuk belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar dengan baik dan sebagainya. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku. Orang sering menyebutnya lanjut usia ( lansia), ada yang menyebut golongan lanjut umur( glamur), usial anjut (usila), bahkan di Inggris menyebutny adengan istilah dengan warga negar asenior. Namun dalam Islam masa ini disebut syaikh. Masa Lansia sering dimaknai sebagaima kemunduran, terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik danp sikologis. Selain itu penyebab



1



kemunduran fisik ini merupakan suatu perubahan padasel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana metode pembelajaran dalam kebutuhan informasi pada Lansia? 2. Bagaimana Gangguan kebutuhan pembelajaran pada lansia? C. Tujuan Dalam penulisan makalah ini, Kami mempunyai 2 tujuan yaitu : 1. Tujuan Umum Agar Mahasiswa semester 6A dapat memahami dan menjelaskan tentang Metode Pembelajaran dalam Kebutuhan Informasi pada Lansia dan Gagguan Kebutuhan pembelajaran pada Lansia. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang : a. Bagaimana metode pembelajaran dalam kebutuhani nformasi pada Lansia? b. Bagaimana Gangguan kebutuhan pembelajaran pada lansia?



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian



2



Pendidikan



usia



lanjut



merupakan



sebuah



rangkaian



proses



pembelajaran, latihan, dan bimbingan bagi warga belajar usia lanjut yang meliputi: a. Pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki warga belajar (usia lanjut) Pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki oleh usia lanjut sangat berpengaruh dalam proses belajar pada masa usia lanjut. Kelemahan yang dihadapi pada usia lanjut yaitu sulitnya menghubungkan pelajaran yang telah diterima pada masa lalu dengan pelajaran yang baru diterimanya. Hal tersebut disebabkan menurunnya daya nalar (daya ingat) warga belajar usia lanjut yang semakin menurun. Sehingga waktu belajar bagi usia lanjut memerlukan waktu yang lama dalam menghafal. b. Penguasaan varian-varian pengalaman belajar yang telah dimiliki Warga belajar usia lanjut dalam hal mengingat dan menguasai kembali pengalaman belajarnya memerlukan waktu yang lama dan perlu adanya perhatian dari pendidik agar proses mengingat pengalaman belajar menjadi mudah, yaitu sebagai berikut: 1) Membantu warga belajar dalam



menerapkan



pengorganisasian bahan belajar 2) Membantu warga belajar dalam



penentuan



prinsip-prinsip model



kegiatan



pembelajaran yang akan mereka jalani. c. Landasan belajar bagi usia lanjut Landasan belajar bagi usia lanjut menggunakan konsep pendidikan sepanjang hayat (life long education). Dimana pendidikan sepanjang hayat adalah suatu pendidikan yang tidak terbatas usia dan berakhirnya pendidikan tersebut mencakup keseluruhan waktu hidup seseorang atau sekelompok orang (warga belajar). Pendidikan sepanjang hayat ini dapat dijabarkan ke dalam programprogram pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan motivasi dalam diri warga belajar untuk membiasakan belajar secara continue (terus menerus) sepanjang hayatnya. d. Gaya belajar dan usia lanjut 3



Gaya belajar didefinisikan sebagai karakteristik cara seseorang dalam memproses informasi, merasa, dan menyikapi terhadap dan atau dalam situasi belajar. Dengan kata lain, preferensi-preferensi watak dan kecenderungan mempengaruhi belajar seseorang. Usia lanjut memiliki perbedaan dalam hal berpikir dan menyelesaikan masalah mereka. e. Materi yang cocok dipelajari oleh usia lanjut Materi belajar yang cocok bagi warga belajar usia lanjut adalah sebagai berikut: 1) Perkembangan individu a) Kesehatan, meliputi: a. Kesehatan fisik b. Kesehatan emosional c. Cara mencegah penyakit b) Perkembangan intelektual a. Mengemukakan buah pikiran b. Memahami pikiran orang lain c. Bekerja efektif c) Pilihan moral a. Kebebasan individu b. Tanggung jawab atas diri sendiri c. Tanggung jawab atas orang lain 2) Perkembangan partisipasi sosial a) Hubungan antarpribadi (1) Mengusahakan hubungan sosial dengan orang lain (2) Mengusahakan hubungan kerja yang baik dengan orang lain b) Keanggotaan kelompok (1) Memasuki kelompok (2) Partisipasi dalam kelompok (3) Partisipasi kepemimpinan dalam kelompok c) Hubungan antarkelompok (1) Kerja sama dengan kelompok rasional (2) Kerja sama dengan kelompok agama (3) Kerja sama dengan kelompok nasional (persatuan organisasi) (4) Kerja sama dalam kelompok sosial ekonomi 3) Perkembangan menghadapi faktor-faktor dan daya-daya lingkungan a) Alamiah (1) Mempelajari gejala fisik (kekeringan, debu, dsb) (2) Mempelajari tanaman 4



(3) (4)



Mempelajari hewan Mempelajari pengaruh



kimiawi



(sabun,



bumbu



masakan, gas, minyak tanah, dsb) b) Teknologi (1) Pemberian alat-alat rumah tangga (2) Pemberian alat transportasi c) Daya sosial ekonomi (1) Mencari nafkah (2) Mencari barang dan jasa (3) Kesejahteraan umum B. Metode dan strategi pembelajaran bagi usia lanjut Metode pembelajaran bagi usia lanjut yaitu: 1) Metode pembelajaran yang menggali minat, bakat dan kreativitas para orang tua/manula dengan cara persuasive dan menyenangkan. 2) Metode yang dipilih harus menyeimbangkan kemampuan intelektualitas dengan kemampuan fisik serta kecerdasan spritual dan emosional warga belajar. 3) Tekhnik pembelajarannya adalah dengan tidak membantah, memotong, meragukan



kemampuan



individual,



dan



hal-hal



lain



yang



mengakibatkan ketidaknyamanan para orang tua/manula. 4) Tekhnik lainnya yaitu, dengan memuji, memberikan aplaus/jempol atas pernyataan maupun pertanyaan, memberikan kesimpulan yang baik dan benar, mengarahkan apabila diperlukan dll. Adapun strategi pembelajaran bagi usia lanjut adalah sebagai berikut: 1. Strateginya adalah dengan memilah kondisi individual sesuai dengan



kemampuannya,



baik



secara



intelektualitas



serta



kemampuan fisik. 2. Para orang tua/manula harus merasa dibutuhkan dari sisi kompetensinya. 3. Melakukan pembelajaran konstektual. 4. Menerima dan memediasi serta memfasilitasi kebutuhan, ide, pemikiran, gagasan serta kreativitas yang mereka miliki.



C. Konsep Pembelajaran bagi usia lanjut 5



Berikut ini akan dibahas mengenai konsep pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik warga belajar usia lanjut. Belajar berarti penambahan pengetahuan. Dalam hal ini belajar sering dikaitkan dengan menghafal. Belajar bisa pula diartikan sebagai perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Berikut ini adalah teori dan konsep belajar yang dianggap relevan dengan masyarakat lanjut usia. a. Teori Belajar Teori belajar yang berperan dalam pendidikan usia lanjut adalah sebagai berikut: a) Teori-teori belajar menurut aliran behavioristik Para penganut aliran teori belajar behavioristik mulai terkenal pada paruh abab 20-an, dan berkembang dengan pandanganpandangan belajar seperti disiplin mental, developing inind matter, pelatihan, dan lain-lain. Para penganut aliran behavioristik mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku, perubahan di dalam hal kemampuan dan kecakapan untuk berperilaku dalam cara-cara yang baru pada diri pelajar, tidak menyertakan perubahan yang diakibatkan oleh kematangan, kedewasaan, dan pertumbuhan. Perubahan tingkah laku tersebut diakibatkan oleh pengaruh lingkungan. Tokoh teori belajar aliran behavioristik meliputi: Thorndike, Pavlov, Watson, dan Skinner. Adapun teori-teori belajar menurut aliran behavioristik antara lain sebagai berikut: (1) Teori Classical Conditioning Telah kita ketahui sebelumnya teori classical conditioning yang terkenal oleh Ivav Pavlov, yang memuat prinsip dasar. Prinsip dasar tersebut adalah sebuah unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), dan conditioned stimulus (CS). (Drs. Alex Sobur, 2009:224). Prinsip-prinsip tersebut mengungkapkan bahwa pembentukan tingkah laku dapat dilakukan melalui proses atau latihan. Ivav Pavlov menerapkan prinsip tersebut sebagai berikut anjing (US) dapat keluar air liurnya (UR) ketika hanya 6



mendengar bunyi lonceng dan pada percobaan berikutnya air liur tidak keluar lagi meskipun lonceng dibunyikan (CS) berulang-ulang. Terbukti bahwa pengulangan hubungan dari stimulus terlihat dalam pemindahan sifat-sifat reaksi yang dihasilkan dari rangsangan atau stimulus yang satu (US) ke stimulus yang lain (CS) dalam arti bahwa proses atau latihan terus menerus akan membentuk perubahan tingkah laku. Peran dalam kegiatan belajar orang dewasa dan usia lanjut adalah ketika seseorang tidak mengalami kepuasan maka akan berhenti berlatih atau belajar, tatkala mengalami ketidakpuasan, ketakutan atau merasa berat dengan apa yang dihadapinya. Terlihat adanya hubungan pembentukan antara “emotional” dan “attitudional”. Contoh : pada orang dewasa banyak yang tidak suka pada pelajaran Bahasa Inggris disebabkan oleh sulitnya mencerna kata-kata Bahasa Inggris. Namun mulai saat ini banyak orang dewasa dan usia lanjut suka belajar Bahasa Inggris karena tutor yang menarik dan menyenangkan. (2) Teori Operant Conditioning Teori operant conditioning adalah teori yang terkenal dengan hubungan antara stimulus dengan respon. Skinner berpendapat bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan, rangsangan, atau stimulus) juga pada penguatan yang diberikan. Bila penguatan yang diberikan positif, suatu perilaku dapat dikembangkan. Namun jika penguatan negatif, maka perilaku akan dihambat. Skinner mengujicobakan eksperimennya



dengan



memasukan hewan pada ke dalam kotak, yang tidak berisi apaapa kecuali pengungkit dan baki makanan. Dari percobaan tersebut, mengahsilkan perbedaan perubahan tingkah laku antara hewan-hewan yang dimasukkan yang menunjukkan 7



adanya hubungan antara stimulus dengan respon juga adanya penguatan yang diberikan. Peran teori operant conditioning pada orang dewasa dan usia lanjut adalah bagi guru atau fasilitator maupun bukubuku pelajaran hendaknya memiliki peran dan fungsi sebagai programmer yang berusaha membentuk perilaku warga belajar dengan memberikan urutan stimulus dan respon, sehingga perilaku



akhir



pembelajaran.



sebagaimana Jadi



jika



ditetapkan



menginginkan



dalam



tujuan



perilaku



yang



berkembang maka harus ada penguatan berupa penghargaan atau



penguatan



positif.



Ini



menurut



teori



Operant



Conditioning. b. Prinsip-Prinsip Belajar Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu : a) Hal apapun yang dipelajari murid, mempelajarinya



sendiri.



Tidak



maka



seorangpun



ia



harus



yang



dapat



melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. b) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. c) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement). d) Penguasaan secara penuh dari setiap



langkah-langkah



pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. e) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar



dan



mengingat



lebih



baik.



(http://edukasi.kompasiana.com) D. Karakteristik lansia Berdasarkan usianya,



organisasi



kesehtan



dunis



mengelompokkan usia lanjut menjadi empat macam, meliputi : 8



(



WHO



)



a. b. c. d.



Usia pertengahan ( middle age), kelompok usia 45 sampai 59 tahun. Usia lanjut ( elderly ), kelompok antara 60 sampai 70 tahun Usia lanjut usia ( old ), kelompok usia antara 75-90 tahun Usia tua ( veryold ), kelompok usia diatas 90 tahun



E. Gangguan kebutuhan belajar informasi pada lansia Pikun dan usia senja Pikun terjadi karena gangguan dan kelainan pd jaringan saraf otak karena berkurangnya sel –sel otak pd usia senja Gejala: 1. Terjadi penurunan kemampuan terhadap lingkungan sekitar 2. Menurunnya proses belajar 3. Kurang mampu mengambil keputusan  Kategori pikun 1) Menurunkan kemampuan intelektual 2) Menurunya kemampuan kerja 3) Daya ingat turun Kurang mampu berfikir abstrak Cara untuk mengatasi gangguan kebutuhan belajar informasi pada lansia pikun antara lain; 1. Jangan berbicara bersamaan dengan suara yang lain Berbicara dengan orang tua yang pikun tentu harus menggunakan cara yang berbeda sehingga orang tua tersebut bisa memahami apa yang kita ucapkan atau katakan kepada meraka. Disarankan untuk berbicara didalam ruangan yang tenang dan tidak ada suara lain yang mengganggu pembicaraan dengan orang tua tersebut, karena suara lain atau suara bising yang bearda didalam ruangan tersebut dapat mengganggu pendengaran orang tua tersebut. 2. Dekati dengan pelan dari depan dan bicaralah Cara menghadapi orang tua yang pikun selanjutnya adalah dengan mendekati orang tua dari depan dan bicara dengan pelan sehingga orang tua tersebut mengerti apa yang kita ucapkan. Terkadang jika kita mendekati orang tua tersebut secara tiba-tiba dari sisi lain, maka akan membuat orang tua tersebut kaget dan dapat merusak konsentrasi orang tua tersebut. 3. Menggunakan kalimat pendek dengan tempo yang pelan Berbicara dengan orang tua yang pikun tentu butuh kesabaran yang kuat, karena jika berbicara terlalu cepat dengan kalimat yang panjang maka 9



orang tua pun akan kurang memahami apa yang kita bicarakan bersamanya. Maka dari itu, gunakan kalimat pendek dengan tempo yang pelan supaya orang tua tersebut mengerti dengan setiap kalimat yang kita ucapkan kepada orang tua tersebut. 4. Beri pertanyaan yang mudah untuk dijawab Jangan memberikan pertanyaan yang sulit untuk orang tua lansia pikun karena orang tua tersebut akan merasa sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut. Beri pertanyaan yang simple dengan jawaban iya atau tidak, Misalnya “ suka dengan baju ini?” maka orang tua tersebut akan menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban iya atau tidak. 5. Ulangi pertanyaan yang anda berikan Mengulangi beberapa pertanyaan yang diberikan kepada orang tua pikun merupakan salah satu hal yang paling penting ketika orang tua tersebut sulit mengerti dengan pertanyaan yang kita berikan, supaya orang tua tersebut mengerti dengan pertanyaan yang diberikan, maka anda pun harus mengulangi pertanyaan tersebut secara pelan-pelan dan dengan suara yang jelas supaya orang tua tersebut bisa memahami pertanyaan yang diberiakan. F. Tekhnik komunikasi pada lansia a. Asertif Sikap yang dapat menerima memahami pasangan bicara dengan menunjukkan



sikap



peduli,



sabar



untuk



mendengarkan



dan



memperhatikan ketika pasangan berbicara agar maksut komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti. b. Responsif



Reaksi petugaskesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien ketika pearwat mengetahui adanya perubahan sikap, atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segara menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut c. Fokus Sikap ini merupakan upaya perawagt untuk tetap konsisten terhadap materi komuknikasi yang di inginkan. d. Suportif 10



Perubahan yang terjadi pada lansiia, baik fisik maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil. Perubahan ini perlu di sikapi dalam menjaga ,kesetabilan emosi klien lansia. e. Klarifikasi



Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangasung dengan lancar. Klarifikasi dengan menunjukkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan uluang atau kata-kata ulang dan member penjelasan lebih dari satu kali. f. Sabar dan ikhlas Seperti diketahui sebelumya bahwa klien lansia umumnyamengalami perubhan-perubahan



terkadang



merepotkan



dan



kekanak-kankan.



Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel G. Hambatan dalam komunikasi pada lansia a. Internal ( dari dalam : keadaan fisik maupun psikologis) Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan psikologis, kemunduran ini dapat berdampak pada psikologis pada lansia, motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia, kemunduran lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, dan sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadinya.  Sikap non asertif Tanda-tanda dari sikap non asertif adalah : 1. Menarik diri bila di ajak bicara 2. Merasa tidak sebaik orang lain ( rendah diri ) 3. Merasa tidak berdaya 4. Tidak berani mengungkapkan keyakinan 5. Membiarkan orang lainmembuat keputusan untuk dirinya 6. Tampil diam ( pasif ) 7. Megikuti kehendsk orang lain 8. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubunga baik dengan orang lain b. Eksternal ( dari luar : lingkungan ) Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, karena sebagian akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap 11



orang lansia dan diperkuat oleh pendapat- pendapat yang jelek terhadap lansia, contohnya lansia lebih senang mempertahankan pendaptnya daripda mendengarkan atau menerima pendapat orang lain. Penyesuaian yang buruk pada lansia dan perlakuan yang buruk terhadap



lansia



akan



membuat



lansia



tersebut



cenderung



mengembangkan konsep diri yang buruk dan lansia akan lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.  Agresif Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku dibawah ini : 1. Berusaha mengintrol dan mendominasi orang lain ( lawan 2. 3. 4. 5.



bicara ) Meremehkan orang lain Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain Menonjolkan diri sendiri Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan



H. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi penolakan 1. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi a. Pendekatan fisik Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. b. Pendekatan psikologis Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung c.



masalah pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien. Pendekatan sosial Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan 12



berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan, d. Pendekatan Spiritual Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan usia lanjut merupakan sebuah rangkaian proses pembelajaran, latihan, dan bimbingan bagi warga belajar usia lanjut yang meliputi: a. Pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki warga belajar (usia b. c. d. e. f. g.



lanjut) Penguasaan varian-varian pengalaman belajar yang telah dimiliki Landasan belajar bagi usia lanjut Gaya belajar dan usia lanjut Materi yang cocok bagi usia lanjut Metode dan dtrategi pendidikan usia lanjut Evaluasi bagi pendidikan usia lanjut



B. Saran Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya. 13



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L. 2000. Diagnosa keperawtan aplikasi pada praktek klinis. Edisi ke-6. Jakarta: EGC Nugroho, wahjudi. 2000. Keperawatan gerontik, edisi ke-2. Jakarta: EGC Brurner and Suddarth. 2001. Keperawan medikal bedah Volume 1. Jakarta: EGC Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta. www. Komunikasi lansia.com http://www.scribd.com/doc/210737555/makalah-komunikasi-keperawatanpada-lansia#scribd diakses pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 13.10 WIB. http://sehat.co/257/cara-menghadapi-orang-tua-yang-pikun.html. diakses pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 10.30 WIB.



14