Bab III Metode Penelitian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

31



BAB III METODE PENELITIAN



3.1



Gambaran Umum Wilayah Penelitian 3.1.1 Profil Perusahaan PT. KTC Coal Mining & Energy Site Lemo, Muara Teweh berdiri pada tanggal 9 November 2007, yang berada di bawah KTC group dengan Head Office berada di Singapura, sedangkan Head Office Indonesia berada di Samarinda, Kalimantan Timur. PT. KTC Coal Mining & Energy bergerak di bidang usaha pertambangan yang mulai memproduksi batubara sejak bulan Agustus 2008. Status PT. KTC Coal Mining & Energy adalah sebagai Join Operation (JO) atau mitra kerja dengan 2 (dua) owner yaitu PT. Harfa Taruna Mandiri dan PT. Berkat Bumi Persada. Daerah Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang dimiliki PT. Berkat Bumi Persada.



3.1.2 Lokasi Dan Kesampaian Daerah PT. KTC beroperasi di Ijin Usaha Pertambangan (IUP) PT.Berkat Bumi Persada, PT.Berkat Bumi Persada secara administratif terletak di Desa Lemo I, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten BaritoUtara, Provinsi Kalimantan Tengah, dengan luas wilayah Ijin Usaha Pertambangan 4763 Ha. 31



32



Secara Geografis letak Ijin Usaha Pertambangan PT.BBP terletak pada koordinat sebagai berikut :



Tabel 3.1 Koordinat Ijin Usaha Pertambangan PT. BBP



o 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0



LS BT ' '' o ' 3 23 114 45 3 25 114 44 1 28 114 44 1 30 114 44 1 24 114 44 1 24 114 38 58 43 114 38 58 43 114 41 57 52 114 41 57 52 114 42 58 59 114 42 58 58 114 41 0 54 114 41 0 54 114 43 1 0 114 43 1 0 114 44 1 24 114 44 1 24 114 44 1 29 114 44 1 29 114 44 1 32 114 44 1 32 114 45 3 1 114 45 3 1 114 45 58 43 114 38 58 43 114 41 ( Sumber : PT. KTC Mining & Energy , 2017 )



'' 26 33 33 30 30 3 3 14 14 17 18 50 51 49 49 7 7 31 31 36 36 11 11 26 3 14



Lokasi penambangan dapat ditempuh dari Palangka Raya melalui jalur darat ke Muara Teweh dengan jarak  380 km selama 8 jam.



33



Dari Muara Teweh perjalanan dilanjutkan melalui jalan darat dengan jarak tempuh ± 20 km, kemudian menyeberangi sungai dengan menggunakan speedboat ± 15 menit melalui port / log pond PT. Harfa Taruna Mandiri akan dilanjutkan sekitar ± 11 km menuju mess kantor melalui jalan darat.



3.1.3 Keadaan, Iklim, dan Curah Hujan Lokasi daerah penelitian berada pada iklim tropis basah, seperti umumnya yang terjadi di wilayah Indonesia. Lokasi yang relatif dekat dengan garis khatulistiwa menyebabkan fluktasi yang terjadi sepanjang tahun relatif kecil.



3.2



Kondisi Geologi 3.2.1



Kondisi Geologi Regional 3.2.1.1 Geologi Regional Lembar Muara Teweh a. Fisiografi Geologi Regional Lembar Muara Teweh Di dalam kerangka tektonik daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Barito. Secara fisiografi cekungan ini mempunyai batas-batas yaitu sebelah utara dibatasi oleh Kuching High dan Pasternoster Cross High, di timur oleh Meratus High, di selatan oleh Laut Jawa dan di barat oleh Paparan Sunda. Batuan tertua yang tersingkap adalah batuan Pra Tersier yang merupakan batuan dasar cekungan. Di atas batuan Pra Tersier diendapkan tak selaras



34



runtunan sedimen Tersier hingga Kuarter. Di beberapa tempat khususnya pada Tersier Awal terjadi kegiatan vulkanisme yang menghasilkan batuan terobosan. Sedimentasi Tersier diawali denganfase transgresi pada Kala Eosen yang mencapai puncaknya pada Miosen Awal dan diakhiri oleh fase regresi pada Kala Pliosen. b. Stratigrafi Regional Lembar Secara regional, daerah penelitian termasuk kedalam Peta Geologi Lembar Buntok dengan nomor lembar peta 1715 dengan batas–batas sebagai berikut:



Gambar 3.1. Batas-batas Lembar Muara Teweh (Sumber: Peta Geologi Lembar Muara Teweh, Kalimantan, Tahun 1995)



1) Sebelah Utara berbatasan dengan Lembar Long Pahangai. 2) Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Lembar Muara Ancalong. 3)



Sebelah Timur berbatasan dengan Lembar Longiram.



4)



Sebelah Tenggara berbatasan dengan Lembar Balikpapan.



35



5)



Sebelah Selatan berbatasan dengan Lembar Buntok.



6)



Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Lembar Tewah.



7) Sebelah Barat berbatasan dengan Lembar Tumbang Hiram. 8) Sebelah Barat Daya berbatasan dengan Lembar Putus Sibau. Berdasarkan Peta Geologi Regional yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Direktorat Jendral dan Sumberdaya Mineral, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, pada lembar Muara Teweh, Kalimantan Tengah, 1994, urutan stratigrafi dari batuan yang berumur tua sampai yang muda adalah sebagai berikut :



36



Gambar 3.2 Stratigrafi Regional Muara Teweh (Sumber: Peta Geologi Lembar Muara Teweh, Kalimantan, Tahun 1995) 1)



Kvh (Batuan Gunungapi Kasale) Basal piroksen, kelabu hijau, porfitik sampai pilotaksitik, sebagian besar terubah menjadi lempung, klorit dan kalsit, retas, sumbat. Dikorelasikan dengan Batuan Gunungapi Haruyan berumur Kapur Akhir dan Kelompok Selangkai.



37



2)



Tet (Formasi Tanjung) Perselingan batupasir kuarsa, batulempung dan batulanau, bersisipan batugamping dan konglomerat. Batupasir bersisipan serpih dan grewak. Batupasir halus-kasar, terpilah baik, kuarsa, mika, mineral hitam, lapisan tipis batubara, sedikit pirit, berlapis baik, tebal tiap lapisan 2-100 cm. Serpih, sedikit gampingan, tebal 7-25 cm. Grewak, butir menengah-kasar, umumnya berlapis baik, satuan ditindih selaras oleh Formasi Tuyu. Umur diduga Eosen Akhir. Lingkungan pengendapan litoral-rawa. Tebal satuan 1000 m. c. Struktur Geologi Regional Lembar Muara Teweh Struktur geologi yang dijumpai di daerah ini berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang secara umum baratdaya-timurlaut dan baratlaut-tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen yang berumur Tersier dan Pra-Tersier. Kelurusan-kelurusan ini diduga merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya sesar dan kelurusan, juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya. Mengingat litologi di daerah ini didominasi oleh batuan yang berumur Tersier, diduga kehadiran sesar, kelurusan dan lipatan



38



berhubungan erat dengan kegiatan tektonik yang terjadi pada zaman itu (Tersier). Kegiatan tektonik di daerah ini dimulai sejak Mesozoikum dengan munculnya batuan granit, granodiorit, diorite dan gabbro dalam Kompleks Busang. Kemudian diikuti oleh munculnya batuan



gunungapi



Kasale



dan



pengendapan



Kelompok



Selangkai pada Kapur Akhir. Pada Awal Eosen Tengah, terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan gunung api Nyaan. Pada Kala Eosem Akhir di Cekungan Barito dan Hulu Mahakam, terbentuk Formasi Haloq, Formasi Haloq dan Batu Kelau yang tak terpisahkan, Formasi Batuayau dan Tanjung. Formasi ini ditutupi secara selaras oleh Formasi Ujohbilang sejak Oligosen dan waktu yang sama juga terbentuk Formasi Berai, Montalat, Jangkan, Keramuan, Purukcahu yang diikuti oleh kegiatan gunungapi Malsan, yang semuanya menindih tidak selaras Formasi Ujohbilang. Pada Kala yang sama terjadi terobosan Sintang. Pada Cekungan Kutai, terbentuk Formasi Pamaluan yang menindih tidak selaras Formasi Toyu. Pada Kala Miosen Tengah di Cekungan Barito terbentuk Formasi Wahau dan Formasi Kelinjau yang menindih tidak selaras Formasi Berai, Montalat, Jangkan, Keramuan dan Purukcahu sedangkan di Cekungan Kutai terjadi pengendapan Formasi Pulubalang yang disertai oleh kegiatan gunungapi Meragoh. Pada Miosen



39



Akhir di Cekungan Kutai terbentuk Formasi Balikpapan. Pada Miosen Akhir sampai Kuarter terjadi kegiatan gunungapi Mentulang dan Bandang di Cekungan Barito sedangkan di Cekungan Kutai terbentuk Formasi Kampung Baru. 3.2.1.2 Geologi Regional Lembar Buntok a. Fisiografi Geologi Regional Lembar Buntok Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G ), Bandung 1994, daerah penelitian menempati Cekungan Barito bagian utara, yang mana Cekungan Barito merupakan salah satu Cekungan Tersier yang terletak di wilayah Kalimantan bagian selatan dan tengah yang berarah Timur Laut-Barat -Daya. Secara umum struktur geologi pada batuan Tersier di Lembar Buntok, Kalimantan Tengah berarah Timur Laut-Barat Daya. Struktur utama yang berkembang adalah Timur Laut-Barat Daya dan Struktur geologi lain yang berkembang pada daerah ini diantaranya struktur lipatan yang tidak kuat dan kelurusan-kelurusan yang memotong struktur utama. Struktur lipatan dan struktur yang memotong arah struktur utama diperkirakan berkembang dari adanya deformasi kedua, yang terjadi setelah batuan Tersier terlipat dan termampatkan. Fisiografi Cekungan Barito bagian utara dibatasi oleh Kucing High dan Patermoster Cross High, bagian timur dibatasi oleh Meratus High, sebelah selatan berhubungan



40



dengan Cekungan Laut Jawa, dan sebelah barat dibatasi oleh Paparan Sunda. b. Stratigrafi Regional Lembar Buntok Secara regional, daerah penelitian termasuk kedalam Peta Geologi Lembar Buntok dengan nomor lembar peta 1714 dengan batas-batas sebagai berikut :



Gambar 3.3 Batas-batas Lembar Buntok (Sumber: Peta Geologi Lembar Buntok, Kalimantan, Tahun 1994)



1) Sebelah Utara berbatasan dengan Lembar Muara Teweh. 2) Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Lembar Longiram. 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Lembar Balikpapan. 4) Sebelah Tenggara berbatasan dengan Lembar Sampanahan. 5) Sebelah Selatan berbatasan dengan Lembar Amuntai.



41



6) Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Lembar Palangkaraya. 7) Sebelah Barat berbatasan dengan Lembar Tewah. 8) Sebelah Barat Daya berbatasan dengan Lembar Tumbanghiram. Berdasarkan Peta Geologi Regional yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Direktorat Jendral dan Sumberdaya Mineral, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, pada lembar Buntok, Kalimantan Tengah, 1995, urutan stratigrafi dari batuan yang berumur tua sampai yang muda adalah sebagai berikut:



a) Struktur Geologi



Gambar 3.4 Stratigrafi Lembar Buntok (Sumber: Peta Geologi Lembar Buntok, Kalimantan, Tahun (1994)



42



1.



Kvh (Batuan Gunungapi Kasale) Basal piroksen, kelabu hijau, porfitik sampai pilotaksitik, sebagian besar terubah menjadi lempung, klorit dan kalsit, retas, sumbat. Dikorelasikan dengan Batuan Gunungapi Haruyan berumur Kapur Akhir dan Kelompok Selangkai



2.



Formasi Tanjung (Tet) Bagian atas perselingan antara batupasir kuarsa bermika, batu lanau, batugamping dan batubara. Bagian bawah perselingan



antara



batupasir,



serpih,



batulanau,



dan



konglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Mempunyai tebal sekitar 1300 meter serta tersebar di daerah perbukitan. Formasi Tanjung berumur Eosen (Eocene). . 3.



Formasi Montalat (Tomm): Terdiri dari batupasir kuarsa putih berstruktur silang siur, sebagian gampingan, bersisipan batulanau / serpih dan batubara. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras dengan formasi Tanjung. Jenis perlipatan mirip dengan Formasi tanjung tetapi sedikit lebih terbuka. Terendapkan di laut dangkal terbuka dengan tebal mencapai 1400 meter serta tersebar menempati morfologi perbukitan. Formasi Montalat berumur Oligosen (Oligocene).



43



4.



Formasi Berai (Tomb) : Terdiri dari batugamping berlapis dengan batulempung, napal dan batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung limolit. Formasi Berai terendapkan di laut dangkal dengan tebal mencapai 1250 meter serta menempati morfologi perbukitan kars yang terjal. Formasi Berai berumur Oligosen (Oligocene). c. Struktur Geologi Regional Lembar Buntok Untuk daerah perbukitan dibagian timur lembar buntok dijumpai beberapa unsur struktur pada batuan Mesozoikum antara lain; struktur terbreksikan, kelurusan yang berarah hamper utara – selatan, bongkah dan blok dll. Maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini telah mengalami deformasi. Sedangkan pada batuan tersier menunjukkan struktur lipatan yang tidak ketat berarah hamper utara – selatan, maka diduga lipatan ini berkaitan erat dengan struktur batuan Mesozoikum. Adapun kelurusan yang memotong struktur utama diduga terbentuk pada deformasi kedua, dimana batuan Tersier telah terlipat dan termampatkan. Demikian pula hampir sejalan untuk struktur yang berkembang di peta bagian utara dan baratlaut.



44



3.2.2



Kondisi Geologi Daerah Penelitian 3.2.2.1 Morfologi Daerah Penelitian Berdasarkan kenampakan di lapangan daerah Lemo dibentuk oleh dua satuan morfologi, yaitu satuan morfologi pedataran dan satuan morfologi perbukitan.Satuan morfologi perbukitan menempati kurang lebih 80% wilayah penelitian. Satuan morfologi perbukitan penyebarannya meliputi sebelah Selatan Lemo, sebelah Barat disekitar sungai Lemo dan di sebelah Utara disekitar Sungai Nango.Sementara satuan morfologi pedataran terletak disebelah Timur di sepanjang aliran sungai Barito, satuan ini membentuk daratan rendah yang umumnya rawa basah yang terbentuk oleh proses endapan sungai Barito. Daerah penelitian dan sekitarnya menempati wilayah yang cukup landai hingga berbukit dengan ketinggian antara 80-145 m di atas permukaan laut (dpl), dan menunjukan keadaan morfologi yang bergelombang lemah hingga perbukitan, yakni dengan kemiringan



lereng



antara



25-30



%.



Sungai-sungai



yang



berkembang dilokasi penelitian berdasarkan tahapan geomorfik merupakan sungai periode muda yang dicirikan dengan adanya tebing terjal dan gradian sungai yang tidak teratur. Pola aliran yang berkembang sampai saat ini menunjukkan pola aliran Rectangular yang mencirikan pola aliran yang terbentuk oleh percabangan sungai-sungai yang membentuk sudut siku-siku.



45



3.2.2.2 Litologi Daerah Penelitian Berdasarkan Peta Geologi Lembar Buntok dengan nomor lembar peta 1714 dan Peta Geologi Lembar Muara Teweh dengan nomor lembar 1715, stratigrafi di daerah penelitian termasuk ke Formasi Montalat (Tomm),Formasi Montalat (Tomm) Terdiri dari batupasir



kuarsa



putih



berstruktur



silang



siur,



sebagian



gampingan, bersisipan batulanau / serpih dan batubara. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras dengan formasi Tanjung. Jenis perlipatan mirip dengan Formasi tanjung tetapi sedikit lebih terbuka. Terendapkan di laut dangkal terbuka dengan tebal mencapai 1400 meter serta tersebar menempati morfologi perbukitan. Formasi Montalat berumur Oligosen (Oligocene). 3.2.2.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian Secara umum perlapisan batuan di daerah Lemo berarah o



Baratdaya – Timur laut dengan arah jurus berkisar antara N355 E – o



o



o



o



N30 E dan N215 E – 240 E, kemiringannya berkisar antara 15 – 60o.



46



3.3



Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian :



3.4







Total Station Nikon Nivo 2.C







Gps Geodetik Sokkia GRX 01







Stik dan Prisma







Meteran Saku







Pita







Helm







Safety vest







Safety boots







Alat Tulis







Kamera



Tata Laksana Penelitian 3.4.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan kuantitatif.



Penelitian deskriptif



merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi obyek sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini juga sering disebut non eksperimen, karena pada penelitian ini tidak melakukan kontrol



47



dan manipulasi variabel penelitian.Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek dan subyek yang diteliti secara tepat. metode deskriftif digunakan pada data survey berupa koordiat x, y dan elevasi, dan pada data truck count Sedangkan metode penelitian



kuantitatif adalah



metode yang



digunakan dalam pengukuran secara obyektif terhadap suatu fenomena tertentu. Hasil pengukuran bisa berupa simbol dan angka yang dipakai untuk melakukan perhitungan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan. Tujuan penelitian kuantitatif adalah menjelaskan suatu masalah untuk menghasilkan kenyataan kebenaran tentang suatu masalah yang terjadi, metode kuantitatif digunakan pada hasil dari deviasi dan untuk mencari faktor yang mempengaruhi deviasi. 3.4.2 Metode Pengumpulan data Metode pengampulan data yang akan digunakan sebagai referensi dalam penyusunan laporan penelitian antara lain : 1. Metode Pustaka Metode ini dilakukan dengan studi literatur yang terkait dengan Perhitungan deviasi volume overburden antara metode survey dan metode truck count, serta faktor faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan volume antara metode survey dan truck count



48



2. Metode Observasi Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan mengambil data yang diperlukan langsung dari lapangan untuk data primer dan meminta data dari perusahaan sebagai data sekunder. a.



Data primer yang akan diambil antara lain : 1. Data survey berupa data progress koordinat X Y dan Elevasi 2. Data ritase alat angkut berupa data Truck Count 3. Dokumentasi kegiatan berupa file-file foto pada saat penelitian.



b.



Data Sekunder 1. Peta Geologi Regional 2. Peta Kesampaian Daerah 3. Spesifikasi Vessel Alat Angkut



3.4.3 Metode Analisis Data Metode analisis data ini dilakukan dengan cara mengolah data yang diperoleh dari sumber informasi sehingga kita dapat menarik kesimpulan. Data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan pengolahan analisis data untuk menghitung deviasi volume overburden antara metode survey dan truck count. Untuk pengolahan data survey pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Terramodel, agar didapatkan hasil



49



perhitungan volume dari data survey progress, dan untuk pengolahan data truck count pengolahan data menggunakan software microsoft office excel 2007 agar didapatkan total volume hasil dari truck count, kemudian hasil dari kedua data tersebut di analisis deviasinya.



50



3.5



Bagan Alir Penelitian Analisis Deviasi Volume Overburden antara metode Survey dan Truck Count Rumusan Masalah : 1. 2. 3.



Bagaimana perhitungan volume Overburden dengan menggunakan metode Survey dan Truck Count di PT.KTC Mining & Energy ? Bagaiman deviasi volume antara metode survey dan truck count di PT. KTC Mining & Energy ? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi deviasi volume overburden antara metode survey dan metode truck count di PT.KTC Mining & Energy?



Studi Pustaka Pengambilan dan Pengumpulan Data



Data Primer :



Data Sekunder :



1. Data survey berupa data progress (koordinat x,y dan elevasi) 2. Data Ritase Alat angkut



1. Peta Kesampaian daerah 2. Spesifikasi alat survey 3. Peta Lokasi IUP



Pengolahan data : 1. 2. 3.



Menghitung Volume Overburden dengan menggunakan Metode Survey dan Truck Count Menghitung Deviasi antara hasil kedua metode Survey dan Trouck Count Menganalisis Faktor Penyebab terjadinya Deviasi.



Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran



Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian



51



3.6



Waktu Penelitian Pada pelaksanaan kegiatan penelitian tugas akhir ini, kegiatan akan



berlangsung selama ±60 hari (2 bulan) yang dimulai dari tanggal 16 Oktober 2017 sampai dengan tanggal 23 Desember 2017 dengan rincian kegiatan seperti pada tabel dibawah ini.



Tabel 3.2 Waktu Penelitian September



Jenis Kegiatan I



II



III



Oktober IV



I



II



III



November IV



I



II



III



Desember IV



I



II



III



Januari IV



I



II



III



IV



Proposal Seminar Studi Literatur Observasi Lapangan Pengambilan Data Pengolahan dan Analisa Penyusunan Laporan Seminar Hasil Sidang Akhir Jenis Kegiatan Proposal Seminar Studi Literatur Observasi Lapangan Pengambilan Data Pengolahan dan Analisa Penyusunan Laporan Seminar Hasil Sidang Akhir



Februari



Jnuari III



IV



I



II



III



Maret IV



I



II



III



April IV



I



II



III



Mei IV



I



II



52