Bab Iv Daftar Pustaka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Besaran Ruang Kawasan Pusat Kebudayaan Talaud Di Melonguane terdiri dari ruang-ruang yang berbeda masing-masingnya yang terjadi karena kegiatan pelaku dan fungsi yang berbeda-beda satu sama lain. Berikut akan dipaparkan kebutuhan ukuran-ukuran masing-masing ruang di Pusat Kebudayaan Talaud Di Melonguane : a.



Ruang Luar Ruang



Jumlah



Luas



Parkir sepeda



3



36 m²



Parkir sepeda motor



5



1200 m²



Parkir mobil



8



3200 m²



Parkir bus



2



1152 m²



Keamanan Pos parkir



2 2



12,5 m² 12,5 m²



Duduk



15



270 m²



1



544 m²



Area parkir



Pembagian



penonton Panggung outdoor Sub-total Sirkulasi 30% total



6427 m² 1928,1 m² 8355,1 m²



Tabel 4.1. Besaran Ruang Luar Sumber: Analisis Penulis – Ananta 2018



b. Ruang Dalam Ruang



Pembagian



Jumlah



Luas



1



120 m²



Ruang informasi



2



24 m²



Lavatory



1



24 m²



Kantor



Ruang tunggu



1



24 m²



pengelola



R. Manajer utama



1



12 m²



R. Assisten



1



12 m²



Lobby



[124]



manajer R. Sekretaris



1



12 m²



1 R. Keuangan



12 m²



R. Manajer



1



12 m²



1



12 m²



1



12 m²



R. Personalia



1



12 m²



R. Arsip



2



12 m²



Ruang Rapat



1



60 m²



KM / WC



2



24 m²



4



560 m²



Kelas umum



6



240 m²



Ruang peralatan



2



60 m²



Ruang ganti



10



60 m²



Ruang kostum



4



48 m²



KM / WC



4



24 m²



10



120 m²



Galeri Pameran



2 2



400 m² 400 m²



Perpustakaan



1



160 m²



Cafetaria Foodcourd



4 2



200 m² 260 m²



Kecil



2



800 m²



Besar



1



600 m²



Pantry



1



24 m²



Plumbing



1



12 m²



HUMAS R. Manajer Pengadaan Barang R. Manajer operasional & teknis



Studio Sanggar



/ S. Musik dan Tari



Souvenir Shop



R. Seminar



R. Servis



[125]



Gudang



2



32 m²



Lavatory



4



90 m²



R. Peralatan



2



32 m²



R. Tata lampu



1



12 m²



1 R. Sound System



12 m²



Sub-total Sirkulasi30% Total



4530 m² 1359 m² 5889 m²



Tabel 4.2. Besaran Ruang Dalam Sumber: Analisis Penulis- Ananta 2018



Ruang Luar Dalam Total



Luas 8355,1 m² 5889 m² 14.244,1 m²



Tabel 4.3. Total Besaran Ruang Sumber: Analisis Penulis-Ananta 2019



4.2 Konsep Zoning



Gambar 4.1 Konsep Zoning Sumber: Analisis Penulis-Ananta 2019



Konsep zoning di ambil dari hasil keseluruhan zoning mulai dari analisis zoning view, topografi, klimatologi, dan Kebisingan. Dalam pengambilan zoning ini di ambil juga petimbangan tentang peletakan terbaik dari semua analisis yang ada dengan memanfaatkan [126]



setiap keunggulan di setiap analisis dan menutupi segala kekurangan.



4.3 Konsep Bentuk Bentuk akan di ambil menurut tema yang ada yaitu metafora, pengambilan bentuk ini tidak lain yaitu mengambil dari keadaan masyarakat Talaud seperti pengertia metafora sendiri yaitu Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Pada dasarnya mengambil bentuk di ambil dari bentuk dasar ikan pada umumnya namun terdapat pemetaforaan bentuk dari sesuatu yang dapat menjadi iconic di daerah Talaud. Bisa di ambil contoh dalam budaya Talaud tedapat budaya yang sangat terkenal yaitu budaya Festival Mane’e. Mane’e berasal dari kata se’e adalah simbol kesepakatan dalam bahasa Talaud. Mane’e yang merupakan rangkaian akhir dari satu proses hokum adat, yang disebut Eha, yang memiliki arti teguran, agar jangan berbuat sesuatu atau mengambil sesuatu yang ada di daratan maupun di laut. Di mana kita dapat memetaforakan bentuk ikan dalam bentuk gubahan massa , namun bukan hanya dari bentuk bangunan kita juga dapat memetaforkan dalam selubung dan interior bangunan.



Gambar 4.2 Proses pemetaforaan bentuk ikan dalam sebuah bentuk bangunan Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019



1. Pusat kebudayaan mengambil bentuk massa persegi panjang dari dasar bangunan.



[127]



Gambar 4.3 Proses pertama pemetaforaan bentuk ikan dalam sebuah bentuk bangunan Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019 2. Dalam bentuk ke 2 terdapat pengurangan untuk mempeejelas bagian depan bangunan sebagai bentuk badan dan kepala ikan.



Gambar 4.4 Proses ke dua pemetaforaan bentuk ikan dalam sebuah bentuk bangunan Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019



3. Dalam bentuk yang ke tiga terdapat penambahan bentuk persegi panjang untuk memperlihatkan bentuk dasar badan ikan.



Gambar 4.5 Proses ke tiga pemetaforaan bentuk ikan dalam sebuah bentuk bangunan Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019



[128]



4. Dalam bentuk ke 4 terdapat penambahan massa bangunan berbentuk persegi panjang untuk bagian ekor dari pemetaforaan bentuk.



Gambar 4.6 Proses ke empat pemetaforaan bentuk ikan dalam sebuah bentuk bangunan Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019



5. Dalam tahap ke 5 terdapat proses pengurangan pada bagian ekor sehingga memperjelas bentuk dari ekor ikan.



Gambar 4.7 Proses ke lima pemetaforaan bentuk ikan dalam sebuah bentuk bangunan Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019



Dalam proses memperjelas bentuk ikan ini di pakai konsep tema metafora yang lebih jelas yaitu memakai tema Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba) di mana Metafora ini berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud rumah menyerupai istana. Dalam massa ini di lengkapi dengan selubung yang memperjelas bentuk ikan yang akan di [129]



hadirkan.



Gambar 4.8 penambahan selubung sebagai penjelasan dari bentuk ikan Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019



4.4 Konsep Sirkulasi



Gambar 4.9 Konsep Sirkulasi Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2018



Gambar 4.10 pola- pola sirkulasi Sumber : www.google.com [130]



1. Jalur masuk berada pada arah barat laut site di maksudkan sehingga pengunjeng dapat meniknmati pusat kebudayaan ini terlebih dahulu. 2. Terdapat jalur drop off 3. Jalur keluar objek perancangan berada di tenggara site menyesuaikan dengan jalur masuk,terdapat 2 jalur keluar yang pertama sebagai jalur keluar kendaraan yang hanya mengantar pengunjung yang di letakan di di depan jalur drop off sehingga kedaraan tidak harus memutari site, jalur keluar yang kedua berada di tenggara site di maksudkan sehingga kendaraan yang masuk dalam site dan parkir dalam site tidak harus memutari kembali ke drof off site. 4. Area parkir untuk kendaraan sepeda motor. 5. Sirkulasi yang berada di utara site di fungsikan sebagai sirkulasi untuk tempat parkir mobil. Keterangan : 1. Dapat di simpulkan bahwa pola sirkulasi yang di pakai yaitu pola fasilitas terpusat dengan sirkulasi di pheripery yaitu membuat jalan mengikuti pinggiran site dengan objek sebagai pusat sirkulasi. 2. Luas sirkulasi 6 meter di sepajang area pusat kebudayaan Talaud.



4.5 Konsep Struktur dan Konstruksi struktur yang akan di pakai dalam Pusat Kebudayaan Talaud ini adalah pondasi tiang pancang untuk struktur bagian bawah, untuk struktur bagian tengah menggunakan gabungan struktur kolom dan balok serta dinding pemikul. Sedangkan untuk struktur bagian atas menggunakan struktur atap dak atau beton. 



Pondasi tiang pancang Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer. Sistem kerja diesel Hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat menimbulkan [131]



suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan sekitar.



Gambar 4.11 Pondasi Tiang pancang Sumber : Deri Prahman, Jenis-jenis Pondasi Tiang Pancang dan Cara Pemasangannya,2018



Gambar 4.12 Pondasi Tiang pancang Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019







Struktur kolom dan balok serta dinding pemikul Struktur kolom dan balok



Memiliki kekakuan yang cukup, struktur



sederhana dan ringan namun semakin lebar bentangan, dimensi struktur semakin besar juga.sedangkan dinding pemikul,Kekakuan tinggi dan memiliki waktu pemasangan yang cepat tapi biaya pengerjaan cukup mahal. Dalam pengaturan modular kolom memakai modular 8x8 meter, dengan besar kolom 70x70 cm.



[132]



Gambar 4.13 Modular kolom Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019



Gambar 4.14 Struktur Kolom Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019







Alumunium Composite Panel (ACP), Struktur space frame Lembaran Alumunium Composite Panel (ACP) adalah lembaran yang kaku, kuat, tetapi memiliki berat yang relatif ringan. Rangka ini sangat cocok pada bangunan dengan bentangan lebar.



Gambar 4.15 Struktur space frame Sumber : Sumber: www.google.com [133]



4.6 Konsep Utilitas bangunan Seperti yang sudah di analisa pada bab sebelumnya bahwa pemakaian sistem utilitas di bahagi sebagai berikut : -



Sistem Jaringan Air Bersih Sumber kebutuhan air bersih berasal dari PDAM dan sumur bor. Cadangan air



ditampung dari bawah kemudian dipompa ke atas dan ditampung lagi pada tangka penampungan yang berada di atas bangunan. Kemudian air kembali didistribusikan ke tiap ruang yang memerlukan air bersih. -



Sistem Pembuangan Air Kotor Air kotor yang berasal dari sisa pembuangan kamar mandi, dapur, dan wastafel disalurkan ke pipa melalui shaft saluran pembuangan, kemudian dialirkan menuju sumur resapan dan diolah kembali hingga layak buang ke roil kota. Sedangkan untuk air kotor padat (feses) disalurkan melalui pembuangan tertutup pada shaft pembuangan ke septic tank kemudian ke sumur resapan. -



Sistem Penghawaan Gedung Pusat Kebudayaan sebagian akan menggunakan sistem penghawaan



alamiah, terutama pada bagian penunjang seperti cafeteria atau lobby yang bersifat terbuka. Untuk ruangan tertutup seperti ruang pameran dan ruang pengelola akan menggunakan pendingin buatan berupa AC central dan AC split, dikarenakan suhu termal berperang penting dalam menentukan kenyamanan dalam ruangan tersebut. -



Sistem Pencahayaan Pencahayaan pada bangunan Pusat Kebudayaan biasa dibagi menjadi dua yakni



pencahayaan alamiah dari cahaya matahari yang dipantulkan ke dalam massa bangunan melalui bukaan dan buatan, berupa cahaya yang berasal dari lampu atau dekorasi lainnya yang menghasilkan penerangan memadai. -



Sistem Keamanan Dalam rangka keaamanan dan kenyamanan pengguna dan pengunjug maka pada



system keamanan akan di adakan pos penjaga dan CCTV di setiap ruang. -



Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran haruslah lengkap, antisipasi kebakaran dilakukan



dengan menggunakan smoke detector dan heat detector, sistem alarm, adanya tangga darurat dan jalur evakuasi, sprinkler dan hydrant. [134]



-



Sistem Penangkal Petir Untuk melindungi Gedung Pusat Kebudayaan Talaud dan orang-orang didalamnya



dari bahaya kebakaran akibat sambaran petir maka akan dipakai sistem penangkal petir berupa instalasi tongkat franklin, mengingat ketinggian massa bangunan Pusat kebudayaan nantinya menjadi titik tertinggi di area sekitar lingkungan dan berpotensi terkena sambaran petir lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya.



4.7 Konsep Selubung Konsep selubung yang di pakai bersifat sementara sejalanan proses desain akan berlangsung tidak menutup kemungkinan ada pengurangan atau penambahan material selubung. Berikut konsep selubung yang akan di pakai :



Gambar 4.16 Selubung bangunan Sumber : Analisis Penulis – Ananta 2019







Alumunium Composite Panel (ACP) Merupakan



bahan



perpaduan



antara



plat



alumunium



dan



bahan composite. Alumunium Composite Panel (ACP) dapat digambarkan sebagai panel datar yang terdiri dari bahan non-alumunium berupa bahan polytthylene yang disatukan di antara dua lembaran alumunium. Lembaran Alumunium Composite Panel (ACP) adalah lembaran yang kaku, kuat, tetapi memiliki berat yang relatif ringan. [135]



Lembarannya tersedia dalam warna metalik dan warna non logam. Untuk pemesanan khusus, permukaannya dapat dibuat dalam berbagai pola dengan meniru bahan-bahan material lainnya seperti pola kayu, keramik, dan pola lainnya. Lembaran Alumunium Composite Panel biasanya diproduksi dengan ukuran ketebalan 1-10 mm, dan lebar 1.200-1.600 mm.



Gambar 4.17 Alumunium Composite Panel Sumber : www.google.com 



Kaca atau Curtainwall Material ini sering dikombinasikan dengan material alumunium composite panel dan biasa digunakan pada bangunan perkantoran. Jenis kaca yang sering digunakan adalah kaca panasap dan kaca stopsol atau kaca reflektif.



Gambar 4.18 Kaca atau Curtainwall Sumber : www.google.com [136]



DAFTAR PUSTAKA  https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya  M. M. Supartono Widyosiswoyo.2004, Ilmu Budaya Dasar Edisi Revisi 2004. Ghalia Indonesia, Jakarta.  Setiadi Kriswanto.2011. Laporan Tugas Akhir : Yogyakarta Cultural Park.. UAJY. Yogyakarta  USAT STUDI PARIWISATA UNIVERSITAS GADJAH MADA-Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPARDA) Kabupaten Kepulauan 2016  https://ibnudin.net/pengertian-ciri-unsur-kebudayaan/  arch daily Beigang Cultural Center / MAYU architects+ di akses pada https://www.archdaily.com/806058/beigang-cultural-center-mayu-architects-plus  https://twitter.com/MuseumTsunami  Arsitektur metafora, di akses pada http://arsitekturmetafora.blogspot.com/  AD Classics: Sydney Opera House di akses pada https://www.archdaily.com  Chiara, Joseph De dan Michael J. Crosbie. 2001. Time-Saver Standars For Building Types – Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill  Ching, DK 1996, Bentuk Ruang dan Susunannya, Erlangga, Jakarta  FRANCISD.K.CHING, Arsitektur bentuk,ruang,dan tatanan (edisi ke 3), terj. Hanggan Situmolang ( jakarta : Penerbit Erlangga, 2008)



[137]