BAB IV Pengujian Material Batu Pecah (Fix) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL BATU PECAH 4.1. Pengujian Material Batu Pecah a. Kelembaban Batu Pecah Kelembapan adalah rasio berat air di dalam pori-pori pasir terhadap butiran air. Bisa juga disebut sebagai tingkat kebasahan kerikil Metode pengujian ini juga dapat menentukan persentase kelembaban dan kemempuan agregat dalam penguapan dan pengeringan. Air yang terkandung dalam agregat yang bersifat kimiawi tersebut tidak mempunyai kemampuan dalam penguapan dan tidak termasuk dalam penguapan dan tidak termasuk dalam persentase kelembaban yang ditentukan dalam tes ini. Kandungan air dalam agregat menurut ASTM C556 : 1. Kering mutlak = 0% 2. Kering udara = 0% - 1% 3. Jenuh kering muka (permukaan kering) = 1% – 3% 4. Basah = >3% b. Berat Jenis Batu Pecah Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Ditinjau dari berat jenisnya agregat dibedakan menjadi tiga macam : 1. Agregat Ringan Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya digunakan untuk beton non structural. 2. Agregat Normal Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa.



42



3. Agregat Berat Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X. c. Air Resapan Batu Pecah Kerikil adalah batuan kecil yang dipecahkan. Ukuran kerikil yang digunakan ialah antara 2-75 mm.Kerikil digunakan sebagai agregat kasar dalam campuran beton.Fungsi kerikil sebagai campuran beton adalah untuk memadatkan dan mengeraskan beton bersama-sama dengan semen dan pasir, untuk mengurangi biaya beton, jika dipakai dalam volume yang besar. Jumlah air sama pentingnya untuk menghasilkan produk beton yang baik. Air membantu meratakan semen di seluruh kerikil dan membantu pengadukannya. Air membasahi permukaan kerikil sehingga perlu diuji air resapan kerikil sesuai standar ASTM C 128-88 bertujuan untuk menentukan kadar air resapan kerikil. d. Berat Volume Batu Pecah Volume adalah perhitungan seberapa banyak ruang yang bisa di tempati dalam suatu objek. Berat volume kerikil adalah perbandingan berat kerikil persatuan volume. Agregat kasar adala kerikil sebagai desintrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5mm-40mm (SNI 03-4804-1998). Volume dengan rojok adalah perhitungan seberapa banyak kerikil yang memiliki ukuran 5mm-40mm bisa menempati ruang dengan cara dirojok atau ditusuk untuk meminimalkan rongga udara dalam volume tersebut.



43



e. Kebersihan Batu Pecah Terhadap Lumpur (Pencucian) Menurut SNI 03-2834-2000, agregat kasar adalah kerikil yang berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm (SNI 03-4804-1998). Kerikil banyak digunakan pada pembuatan suatu bangunan. Penggunaan kerikil sebagai campuran beton bertulang maupun tidak bertulang, adapun penggunaan struktur pondasi beton bertulang, sloof, lantai, kolom , plat lantai, cor dak, ring balok dan lain lain. Syarat mutu penggunaan agregat menurut SII 0052-80, syarat mutu agregat kasar ( kerikil) tidak diperbolehkan memiliki kandungan lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,0074mm) melebihi 1%, apabila melebihi dari yang ditentukan maka harus dilakukan pencucian terhadap pasir tersebut. Lumpur adalah bagian-bagian yang berasal dari agregat alam yang dapat melaui ayakan 0,075mm dengan berat jenis kurang dari 2 t/m3 berdasarkan (SK SNI S-041989-F). 4.2. Kelembapan Batu Pecah 4.2.1. Referensi 



ASTM C 556-89 (Percobaan Kelembapan Pasir)







SNI 03-2834 2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Beton Normal)



4.2.2. Dasar Teori Kelembapan adalah rasio berat air di dalam pori-pori pasir terhadap butiran air. Bisa juga disebut sebagai tingkat kebasahan kerikil Metode pengujian ini juga dapat menentukan persentase kelembaban dan kemempuan agregat dalam penguapan dan pengeringan. Air yang terkandung dalam agregat yang bersifat kimiawi tersebut tidak mempunyai kemampuan dalam penguapan dan tidak termasuk dalam penguapan dan tidak termasuk dalam persentase kelembaban yang ditentukan dalam tes ini. Kandungan air dalam agregat menurut ASTM C556.



44



4.2.3. Tujuan a. Menentukan kelembaban batu pecah b. Mengetahui standart dan prosedur pengujian untuk kelembaban batu pecah 4.2.4. Metodologi Pengujian A. Peralatan Yang Diperlukan 1. Loyang Loyang adalah tempat yang terbuat dari logam berbentuk segiempat yang digunakan untuk tempat batu pecah.



Gambar 4.1 Loyang 2. Oven Oven digunakan untuk mengoven batu pecah yang akan digunakan sebagai benda uji.



Gambar 4.2 Oven



45



3. Timbangan Digital Timbangan digunakan untuk menimbang material batu pecah yang akan diuji. Timbangan yang digunakan adalah timbangan jenis digital yang memiliki tingkat ketelitian yang baik sampai 1 gram.



Gambar 4.3 Timbangan Digital B. Benda Uji 



Kerikil/ Batu Pecah dalam keadaan asli



C. Langkah Pelaksanaan 1. Letakkan Loyang ke timbangan dan nolkan timbangan. 2. Menimbang kerikil dalam keadaan asli sebanyak 1000 gram. Lakukan sebanyak 2 kali. 3. Memasukkan kerikil ke oven selama 24 jam dengan temperatur 100oC. 4. Keluarkan dari oven dan timbang masing-masing batu pecah. D. Hasil Perhitungan Hasil pengujian kelembapan pasir tercatat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Form Kelembaban Batu Pecah PERCOBAAN NOMOR 1 Berat kerikil asli (w1)....gram 1000 Berat kerikil oven (w2)....gram 995 Kelembaban kerikil = (w1-w2)/w1 x 100% 0,5% Sumber : data pengujian di Laboratorium Teknologi Beton



2 1000 995 0,5%



46



Rata-rata kelembapan batu pecah = (0,5 + 0,5) 2 = 0,5% 4.2.5. Kesimpulan Dari hasil percobaan kelembaban batu pecah diperoleh kelembaban kadar air dari batu pecah rata-rata sebesar 0,5 %. Menurut ASTM C556 kelembaban lebih dari 3% berarti kerikil masih kategori basah. Jadi, batu hasil pengujian kelembaban batu pecah adalah kategori kering dan dapat disimpulkan kerikil tersebut memenuhi syarat untuk campuran bahan beton.



4.3. Berat Jenis Batu Pecah 4.3.1. Referensi 



ASTM C 127 – 88 Reapp 99







SNI – 1969 – 2008 (Cara uji berat jenis penyerapan air agregat kasar)







SNI BS 812 ACI



4.3.2. Dasar Teori Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Ditinjau dari berat jenisnya agregat dibedakan menjadi tiga macam. Agregat ringan, agregat normal, agregat kasar. 4.3.3. Tujuan Menentukan berat jenis kerikil dalam keadaan SSD 4.3.4. Metodologi Pengujian A. Peralatan Yang Diperlukan 1. Loyang Loyang adalah tempat yang terbuat dari logam berbentuk segiempat yang digunakan untuk tempat batu pecah.



47



Gambar 4.4 Loyang 2. Oven Oven digunakan untuk mengoven batu pecah yang akan digunakan sebagai benda uji.



Gambar 4.5 Oven 3. Timbangan Digital Timbangan digunakan untuk menimbang material batu pecah yang akan diuji. Timbangan yang digunakan adalah timbangan jenis digital yang memiliki tingkat ketelitian yang baik sampai 1 gram.



Gambar 4.6 Timbangan Digital



48



B. Benda Uji 



Kerikil/ Batu Pecah dalam kondisi SSD



C. Langkah Pelaksanaan Menyiapkan Batu Pecah dalam kondisi SSD : 1. Rendam Batu Pecah selama 24 jam. 2. Kerikil yang telah direndam selama 24 jam diangkat kemudian dilap satu – persatu. 3. Timbang batu pecah SSD sebanyak 2000 gram. Lakukan 2 kali untuk 2 percobaan 4. Memasukkan keranjang yang berisi kerikil SSD dalam air. 5. Menimbang berat dalam air (keranjang dan kerikil). D. Hasil Perhitungan Hasil pengujian kelembapan pasir tercatat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Form Berat Jenis Batu Pecah PERCOBAAN NOMOR 1 Berat kerikil di udara (w1)…..gram 2000 Berat kerikil di air (w2)….gram 1027 Berat jenis kerikil = w1/(w1-w2) 2,05 Sumber : data pengujian di Laboratorium Teknologi Beton



2 2000 1027 2,05



Rata-rata berat jenis batu pecah adalah = (2,05 + 2,05) 2 = 2,05 gr/cm3 4.3.5. Kesimpulan Dari hasil percobaan berat jenis kerikil diperoleh berat jenis kerikil atau batu pecah rata-rata sebesar 2,05 gr/cm3. Berat jenis kerikil tersebut tidak masuk kedalamberat jenis kerikil yang disyaratkan untuk bahan campuran beton yaitu 2,30 – 2,75 gr/cm3. Maka dapat disimpulkan kerikil tersebut tidak memenuhi syarat baik untuk campuran bahan beton yang disyaratkan yaitu 2,30-2,75 (SNI BS 812 ACI).



49



4.4. Air Resapan Batu Pecah 4.4.1. Referensi 



ASTM C 128 – 93







SNI 03 – 1759 – 1990







SNI – 1969 – 2008 (Cara uji berat jenis penyerapan air agregat kasar)



4.4.2. Dasar Teori Kerikil adalah batuan kecil yang dipecahkan. Ukuran kerikil yang digunakan ialah antara 2-75 mm. Kerikil digunakan sebagai agregat kasar dalam campuran beton. Fungsi kerikil sebagai campuran beton adalah untuk memadatkan dan mengeraskan beton bersama-sama dengan semen dan pasir, untuk mengurangi biaya beton, jika dipakai dalam volume yang besar. 4.4.3. Tujuan Menentukan kadar air resapan kerikil 4.4.4. Metodologi Pengujian A. Peralatan Yang Diperlukan 1. Loyang Loyang adalah tempat yang terbuat dari logam berbentuk segiempat yang digunakan untuk tempat batu pecah.



Gambar 4.7 Loyang 2. Oven Oven digunakan untuk mengoven batu pecah yang akan digunakan sebagai benda uji.



50



Gambar 4.8 Oven 3. Timbangan Digital Timbangan digunakan untuk menimbang material batu pecah yang akan diuji. Timbangan yang digunakan adalah timbangan jenis digital yang memiliki tingkat ketelitian yang baik sampai 1 gram.



Gambar 4.9 Timbangan Digital B. Benda Uji 



Kerikil/Batu Pecah dalam keadaan SSD



C. Langkah Pelaksanaan 1. Letakkan loyang diatas timbangan, kemudian nol kan timbangan 2. Timbang Batu Pecah kondisi SSD sebanyak 1000 gram. 3. Lakukan sebanyak 2 kali 4. Memasukkan Oven selama 24 jam dengan temperatur 100oC. 5. Keluarkan kerikil / batu pecah dari oven kemudian setelah dingin ditimbang beratnya.



51



D. Hasil Perhitungan Hasil pengujian kelembapan pasir tercatat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Form Air Resapan Batu Pecah PERCOBAAN NOMOR 1 Berat kerikil SSD..gram 1000 Berat kerikil Oven (w)...gram 966 Kadar air resapan = {(1000 – w)/w x 100% 3,52% Sumber : data pengujian di Laboratorium Teknologi Beton



2 1000 963 3,8%



Kadar air resapan rata – rata = (3,52 + 3,8) 2 = 3,68 % 4.4.5. Kesimpulan Dari hasil percobaan air resapan batu pecah diperoleh kadar air resapan kerikil rata-rata sebesar 3,68 %. Nilai tersebut tidak memenuhi syarat SNI 03 – 1759 – 1990 yaitu antara 0,01% - 0,05%. Maka dapat disimpulkan kerikil tersebut memenuhi syarat untuk campuran bahan beton.



4.5. Berat Volume Batu Pecah 4.5.1. Referensi 



ASTM C 29 / C 29 M – 91a







SNI 03-4804-1998 (Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Dalam Agregat)



4.5.2. Dasar Teori Berat volume kerikil adalah perbandingan berat kerikil persatuan volume. Agregat kasar adala kerikil sebagai desintrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5mm-40mm (SNI 03-4804-1998). Volume dengan rojok adalah perhitungan seberapa banyak kerikil yang memiliki ukuran 5mm-40mm bisa menempati ruang dengan cara dirojok atau ditusuk untuk meminimalkan rongga udara dalam volume tersebut.



52



4.5.3. Tujuan Menentukan berat volume batu pecah baik dalam keadaan lepas maupun padat. 4.5.4. Metodologi Pengujian A. Peralatan Yang Diperlukan 1. Silinder Besi Diameter 23 cm Silinder besi digunakan untuk tempat material batu pecah dan tempat merojok batu pecah. Silinder besi yang digunakan berdiameter 23 cm.



Gambar 4.10 Silinder Besi Diameter 23 cm 2. Timbangan Timbangan digunakan untuk menimbang silinder besi beserta material batu pecah.



Gambar 4.11 Timbangan 3. Alat perojok Alat perojok digunakan merojok pasir dengan menggunakan alat perojok dari besi diameter 16 mm, panjang 60 cm ujung bulat.



53



Gambar 4.12 Alat Perojok B. Benda Uji 



Batu Pecah dalam keadaan kering.



C. Langkah Pelaksanaan 1. Tanpa rojokan / lepas 



Silinder dalam keadaan kosong ditimbang







Mengisi silinder dengan batu pecah sampai penuh dan diangkat setinggi 1 cm kemudian jatuhkan sebanyak 3 kali, ratakan permukaannya.







Menimbang silinder yang sudah terisi batu pecah penuh.



2. Dengan rojokan 



Silinder dalam keadaan kosong ditimbang







Mengisi silinder dengan batu pecah 1/3 bagian, kemudian dirojok 25 kali, demikian hingga penuh dan tiap bagian dirojok 25 kali.







Meratakan permukaannya.







Menimbang silinder yang sudah terisi batu pecah penuh.



54



D. Hasil Perhitungan Hasil pengujian kelembapan pasir tercatat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Form Berat Volume Batu Pecah JENIS PERCOBAAN Berat silinder (w1)….kg Berat silinder + batu pecah (w2)…..kg



TANPA ROJOKAN 6,835 6,9 20,635 20,89



DENGAN ROJOKAN 6,835 6,9 22,4 21,9



Berat batu pecah (w2-w1)….kg



13,8



13,9



15,56



14,9



Volume silinder(v)…liter (dm )



10,21



10,21



10,21



10,21



1,52



1,46



3



Berat volume (w2-w1)/v......kg/dm3 1,35 1,37 Sumber : data pengujian di Laboratorium Teknologi Beton



Rata-rata berat volume batu pecah (tanpa rojokan) = (1,35 + 1,37) 2 = 1,36 kg/dm3 Rata-rata berat volume batu pecah (dengan rojokan) = (1,52 + 1,46) 2 = 1,49 kg/dm3 4.5.5. Kesimpulan Dari percobaan berat volume batu pecah (tanpa rojokan) diperoleh berat volume kerikil rata-rata sebesar 1,36 kg/dm3 untuk percobaan berat volume batu pecah (dengan rojokan) rata-rata sebesar 1,49 kg/dm3. Dari kedua percobaan tersebut masuk dalam ketentuan yang disyaratkan yaitu 1,30-1,80 kg/dm3. Maka dapat disimpulkan kerikil tersebut memenuhi syarat untuk campuran bahan beton. 4.6. Kebersihan Batu Pecah Terhadap Lumpur (Pencucian) 4.6.1. Referensi  ASTM C 29 / C 29 M – 91a  SNI 03-4804-1998



55



4.6.2. Dasar Teori Menurut SNI 03-4804-1998 Agregat kasar adalah kerikil yang berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm (SNI 03-4804-1998). Kerikil banyak digunakan pada pembuatan suatu bangunan. Penggunaan kerikil sebagai campuran beton bertulang maupun tidak bertulang, adapun penggunaan struktur pondasi beton bertulang, sloof, lantai, kolom , plat lantai, cor dak, ring balok dan lain lain. 4.6.3. Tujuan Mengetahui kadar lumpur batu pecah 4.6.4. Metodologi Pengujian A. Peralatan yang diperlukan 1. Timbangan Digital Timbangan digunakan untuk menimbang material batu pecah yang akan diuji. Timbangan yang digunakan adalah timbangan jenis digital yang memiliki tingkat ketelitian yang baik sampai 1 gram.



Gambar 4.13 Timbangan Digital



2. Saringan No. 200 Saringan No.200 digunakan untuk menyaring batu pecah agar mengetahui batu pecah yang tertinggal dan yang lolos.



56



Gambar 4.14 Saringan No.200 3. Oven Oven digunakan untuk mengoven batu pecah yang akan digunakan sebagai benda uji.



Gambar 4.15 Oven 4. Loyang Loyang adalah tempat yang terbuat dari logam berbentuk segiempat yang digunakan untuk tempat material batu pecah.



Gambar 4.16 Loyang B. Benda Uji 



Batu pecah kering setelah di oven







Air



57



C. Langkah Pelaksanaan 



Menimbang pasir kering oven sebanyak 1000 gram







Mencuci batu pecah hingga bersih, yaitu dengan mengaduk batu pecah dengan air berkali- kali tampak bening.







Menuangkan air cucian kedalam saringan No. 200 berkali – kali hingga airnya bersih.







Batu pecah yang ikut tertuang dan tertinggal diatas saringan dikembalikan ke pan.







Mengoven batu pecah dengan suhu 110oC selama 24 jam.







Keluarkan batu pecah yang sudah dioven kemudian timbang.



D. Hasil Perhitungan Hasil pengujian kelembapan pasir tercatat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Kebersihan Batu Pecah Terhadap Lumpur (Pencucian) NOMOR PERCOBAAN 1 Berat kering sebelum dicuci (w1)...gram 1000 Berat kering sesudah dicuci (w2)..gram 999 Kadar lumpur = (w1-w2)/w1 x 100% 0,1% Sumber : data pengujian di Laboratorium Teknologi Beton



2 1000 995 0,5%



Rata-rata kadar lumpur = (0,1 + 0,5) 2 = 0,3% 4.6.5. Kesimpulan Dari percobaan kebersihan kerikil terhadap lumpur diperoleh kadar lumpur rata-rata sebesar 0,3 %. Dalam hal ini kadar Lumpur memenuhi syarat karena tidak boleh lebih dari 1% maka kerikil ini baik untuk bahan campuran beton menurut SNI 03-4804-1998.



58