Bab Trend Isu Keperawatan Gerontik [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Dewa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TREND ISU KEPERAWATAN GERONTIK



OLEH KELOMPOK 4 1. Komang Aeny Suryati



(183222977)



2. Lili Fredelika



(183222978)



3. Luh Putu Widiapsari



(183222979)



4. Ni Gusti Ayu Putu Lestariani



(183222980)



5. Ni Kadek Ayu Diana Pratiwi



(183222981)



6. Ni Kadek Putri Adi Wiryani



(183222982)



7. Ni Kadek Sinta Purnama Febriasari



(183222983)



8. Ni Ketut Rai Adriani



(183222984)



PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALI DENPASAR 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) atau usia harapan hidup.Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu: 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga, 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga, hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu. DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut: kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS, kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM, kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM.



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses penuaan ? 2. Bagaimana karakteristik penyakit pada lansia ? 3. Bagaimana trend dan issue keperawatan lansia ?



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui proses penuaan. 2. Untuk mengetahui karakteristik penyakit pada lansia. 3. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan lansia.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Penuaan Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan



kemampuan



jaringan



untuk



memperbaiki



diri/mengganti



dan



mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenararif (Constantinides, 1994 dalamR. Siti Maryam, dkk: 2012). Penuaan dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi. 2. Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya. 2.2 Karakteristik Penyakit Pada Lansia 1. Saling berhubungan satu sama lainnya Penyakit sering multiple 2. Penyakit bersifat degenerative berkembang secara perlahan gejala sering tidak jelas 3. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial 4. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut 5. Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis) Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar), sebagai berikut: Fungsi tubuh dirasakan menurun: Penglihatan (76,24 %), Daya ingat (69,39 %), Sexual (58,04 %), Kelenturan (53,23 %), Gilut (51,12 %). Masalah kesehatan yang sering muncul yaitu :



Sakit tulang (69,39 %), Sakit kepala (51,15 %), Daya ingat menurun (38,51 %), Selera makan menurun (30,08 %), Mual/perut perih (26,66 %), Sulit tidur (24,88 %) dan sesak nafas (21,28 %). 2.3 Trend Dan Issue Keperawatan Lansia 1.



Fenomena Demografi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu : 1. AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun 2. AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun



Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980. Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993). Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu: 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga, 53% lansia masih menanggung bebean kehidupan keluarga, Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu. 2. Fenomena Permasalahan Pada Lansia A.



Permasalahan Umum 1)   Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan. 2)   Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati. 3)   Lahirnya kelompok masyarakat industry. 4)   Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. 5)   Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.



B. Permasalahan Khusus



1)  Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun sosial. 2)   Berkurangnya integrasi sosial usila. 3)   Rendahnya produktifitas kerja lansia. 4)   Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat. 5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistic. 6)  Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia. DI usia yang sudah lanjut, banyak yang mengalami stres dan tekanan darah yang tidak menentu. Akibatnya, para lansia cenderung mengalami kesepian dan susah tidur/insomnia. Insomnia adalah keluhan terkait rendahnya kuantitas dan atau kualitas tidur tiga hari dalam seminggu selama satu bulan. Menurut penelitian, penderita insomnia kebanyakan merupakan golongan lansia,dimana hampir 40-50% lansia mengalami insomnia. Persentase dari jumlah tersebut, penderita wanita berjumlah 54% dan pria sebanyak 36%. Ciri-ciri yang dapat diamati pada lansia yang menderita insomnia antara lain kesulitan tidur, merasa lelah dan tidak segar saat bangun tidur, mudah marah, sering terbangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi, dan sakit kepala di pagi hari. Selain itu, ada juga ciri yang mudah diamati pada wajah penderita, seperti wajah memerah, tampak garis hitam pada kelopak mata bagian bawah, dan wajah tampak pucat. Insomnia pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain proses penuaan, kurangnya paparan cahaya matahari, penurunan aktivitas fisik, kebiaasaan buruk saat tidur misalnya terlalu sering berganti posisi tidur dan factor psikologis misalnya perubahan dalam rutinitas, dan masalah ekonomi. Selain itu, konsumsi alcohol atau kafein, serta konsumsi obatobatan juga dapat menyebabkan insomnia. Untuk mengatasinya, salah satu hal yang dapat dilakukan ialah dengan light therapy atau terapi lampu.Dengan metode light therapy, terbukti ampuh membuat lansia lebih stabil dan dapat beristirahat cukup tanpa harus menggunakan cara medis. Alat sederhana ini diberi nama light box. Alat inilah yang digunakan untuk melakukan terapi yang diberi nama terapi lampu.



Alat ini hanya terdiri dari lampu khusus berwarna biru yang diletakkan di dalam kotak, dan diberi penyetel waktu saat menyala. Light therapy hanya dilakukan pada lansia yang berumur rata-rata 45 tahun hingga 90 tahun, memiliki insomnia, stres, dan depresi, serta memiliki tekanan darah tinggi. Sebaiknya, terapi dilakukan mulai pagi hari. Sebelum dilakukan terapi, para lansia diperiksa tekanan darahnya, dan diukur suhu tubuh. Selanjutnya, penderita dilakukan terapi awal. Penderita dibawa ke dalam ruangan dengan kondisi gelap tanpa ada sinar matahari. Terapi awal dilakukan untuk merangsang hormon melatonim. Hormon hanya dapat dihasilkan oleh kelenjar pineal di dalam otak dan pembentukannya akan dipicu oleh gelap. Lalu, penderita diminta untuk memandang light box yang dinyalakan dan hanya berintensitas 200-2500 lux atau 2,5 watt selama kurang lebih 10 menit. Usai terapi awal, lansia dapat beraktivitas seperti biasanya. Selanjutnya menjelang malam hari, kembali dilakukan pemeriksaan darah, dan pengukuran suhu tubuh. Selama istirahat malam ruangan dipasang lampu berwarna biru dengan kondisi tertutup selama 9 jam. Selama dilakukan terapi, penderita dilarang meminum obat-obatan. Terapi lampu secara efektif dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Meski tampak sederhana, namun hanya dalam tiga hari sudah cukup membuahkan hasil. Beberapa hal menjadi isu mengenai lansia di Indonesia sebagai berikut 1. Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksi sebesar 7,28% dan pada tahun 2002 meningkat



menjadi 11,34 %. 2. Data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia bakala mengalami pertumbuhan warga lanjut usia terbesar diseluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. 3. Data dari Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999) , jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan diproyeksi menjadi 2 milyar pada tahun 2050. 4. Diperkirakan pula lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). 5. Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan antara tahun 2005-2010 jumlah lansia sama dengan jumlah anak balita yaitu sekita 19 juta jiwa atau 8,5 % dari seluruh jumlah penduduk. 6. Kesejahteraan penduduk usia lanjut perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat 7. Berbagai upaya dilaksanakan oleh pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, social, ketenagakerjaan, pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), sarana pelayanan kesehatan primer, sekunder, tersier, untuk mengatasi permasalahan lansia. 8. Perancangan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) tgl 29 Mei 1996 di Semarang. 9. Adapun asas yang diberlakukan kepada lansia, yakni sebagai berikut : a. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1991 adalah to add life to the years that have been added to life, dengan prinsip-prinsip antara lain : kemerdekaan (independent), partisipasi (partitipation), prawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment ), dan kehormatan (dignity). b. Kemudian asas yang dianut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Add life o the years, Add Health to Life, and Add Years to Life yaitu untuk meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan lanjut usia, serta memperpanjang usia. ( Ratnawati, Emmelia, 2017)



DAFTAR PUSTAKA



https://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/.../trend-dan-issue-keperawatan-lansia... http://lifestyle.okezone.com/read/2011/03/11/195/433781/terapi-lampu-obati-stres-susah-tidurpada-lansia http://ardianumam.web.ugm.ac.id/?p=79 http://medicastore.com/penyakit/317/Insomnia_%28kesulitan_tidur%29.html Ratnawati, Emmelia. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press.