Bab Vi Pra-Eksperimental [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB VI PRA-EKSPERIMENTAL



Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu menjelaskan tentang desain penelitian pra-eksperimental. Kemampuan Akhir yang diharapkan Menjelaskan tentang desain penelitian pra-eksperimental.



Desain yang dibicarakan pada saat ini berkaitan dengan desain penelitian yang tidak memerlukan persyaratan tertentu yang harus diikuti oleh peneliti. Persyaratan tertentu yang dimaksud misalnya prosedur penentuan subjek atau partisipan penelitian, penetapan homogenitas varian, dan persyaratan lain. Desain penelitian banyak mengandung kelemahan-kelemahan. Desain pra-eksperimental atau non-desain ini tidak memerlukan desain yang cermat, dan bahkan setiap orang bisa melakukan dengan mudah. Dikatakan desain pra-eksperimental, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat (dependen) itu bukan sematamata dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Ada dua alasan, mengapa kita menggunakan rancangan non-desain. Pertama, walaupun desain ini memiliki berbagai kelemahan, desain ini bukan berarti tidak memiliki kebaikan. Hal yang mungkin (tetapi sulit diwujudkan), yaitu memberikan gambaran kesimpulan yang valid dari beberapa penelitian dengan non-desain ini. Biasanya sesuatu yang mengandung banyak kelemahan tidak banyak dilakukan oleh peneliti. Kedua, desain ini memberikan suatu landasan yang baik bagi alasan penggunaan pendekatan desain kuasi-eksperimen. Dengan mengetahui banyak segi kelemahannya, maka kita tidak ingin membuat keputusan dan kesimpulan yang keliru dalam penelitian yang kita lakukan.



6.1. Post test Only Design 1. Pengertian Post test Only Design Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara acak (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Randomisasi dan perbandingan kedua kelompok kontrol dan kelompok eksperimen digunakan dalam jenis desain ini. Setiap kelompok yang dipilih dan ditempatkan secara acak diberi perlakuan atau beberapa jenis kontrol. Post test kemudian diberikan pada setiap subjek untuk menentukan jika ada perbedaan antara kedua kelompok.



Dalam



penelitian,



pengaruh



perlakuan



dianalisis



dengan



menggunakan statistik t-tes. Jika ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.



Desain ini cocok digunakan bila pre test tidak mungkin dilaksanakan atau pre test mempunyai kemungkinan untuk berpengaruh pada perlakauan eksperimen. Karena kasus-kasus telah dirandomisasi baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan. Bentuk desain ini sebagai berikut: Table 1.8 Bentuk Post test Only Design Kelompok



Perlakuan



Post test



(R)



Eksperimen



X



O2



(R)



Kontrol



-



O2



Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, yaitu untuk mempelajari suatu fenomena dalam korelasi sebab-akibat, dengan cara



memberikan suatu perlakuan pada subjek penelitian kemudian melihat dan mempelajari efek dari perlakuan tersebut (Notoatmodjo, 2012). 2. Kelebihan dan Kekurangan Post test Only Design a. Kelebihan : 1) Desain ini cocok digunakan apabila pre test tidak mungkin dilaksanakan atau pre test mempunyai kemungkinan berpengaruh pada perlakuan eksperiman. 2) Populasi cukup besar. 3) Pemilihan dua kelompok secara acak lebih mudah. b. Kekurangan : 1) Desain ini memiliki sedikit kelemahan pada pengukuran pre test. 2) Sulit menentukan jika perbedaan pada akhir studi merupakan perbedaan aktual dari kemungkinan perbedaan pada permulaan studi. 3) Randomisasi baik untuk mencampur subjek, tetapi tidak dapat menjamin pencampuran ini benar-benar menciptakan kesamaan antara kedua kelompok. Desain ini akan lebih cocok dalam eksperimen yang berkaitan dengan pembentukan sikap karena dalam eksperimen yang demikian akan berpengaruh terhadap perilaku. 4) Desain ini mampu mengendalikan faktor histori, maturasi, dan pre tes, tetapi tidak mampu mengukur besarnya efek dari faktor-faktor tersebut. 5) Tidak ada pre-test sehingga perbedaan post test antar kelompok dapat didistribusikan kepada efek perlakuan atau perbedaan karena proses seleksi antar kelompok itu.



6.2 One Group Pre test Post test 1. Pengertian One Group Pre test Post test Menurut Arikunto (2010:124) control group pre test post test design yaitu desain yang merupakan gabungan dari pre test and post test group dan static group comparison yaitu observasi yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen dan terdapat kelompok pembanding atau kelompok



kontrol yang tidak mendapat perlakuan. Setelah melihat pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan. Penggunaan desain ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, contoh untuk



mengetahui



kemampuan



membaca



siswa



pada



pembelajaran,



mengidentifikasi unsur kalimat efektif pada teks eksposisi sebelum dan sesudah dan sesudah diberikan perlakuan. Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian quasi experimental. Penelitian ini tidak menggunakan kelas pembanding namun sudah menggunakan tes awal sehingga besarnya efek atau pengaruh penggunaan peta konsep dapat diketahui secara pasti. Secara sederhana, desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut: O1------- X ------- O2 Keterangan: O1 : tes awal (pre test) O2 : tes akhir (post test) X : Perlakuan Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak kemudian diberi pre test untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pre test yang baik adalah jika nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. 2. Prosedur One Group Pre test Post test Dalam desain ini, Sugiyono menyatakan “bahwa terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian sebelumnya diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol” (Sugiyono, 2012:112). Selanjutnya setelah diketahui hasil dari pre test dua kelompok tersebut, maka pada kelas eksperimen diberikan perlakuan (X), sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (X). Setelah diberikan perlakuan atau treatment pada salah satu kelompok sampel (kelompok



eksperimen) dilanjutkan dengan pemberian post test pada kedua kelas atau kedua kelompok sampel yang digunakan. Pengaruh perlakuan disimbolkan dengan (O2-O1)-(O4-O3) dan selanjutnya untuk melihat pengaruh perlakuan berdasarkan signifikasinya adalah dengan menggunakan uji statistik parametrik ataupun uji statistik non-parametrik. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. Untuk lebih jelasnya tentang desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :



Keterangan : R = kelompok dipilih secara acak. X = perlakuan atau sesuatu yang diujikan. O1 = hasil pre test kelas eksperimen. O3 = hasil pre test kelas control. O2 = hasil post test kelas eksperimen. O4 = hasil post test kelas control. Pengaruh perlakuan adalah: (O2 - O1) - (O4 -O3). Sumber : (Sugiyono, 2012:112). 3. Ciri-Ciri One Group Pre test Post test Dalam penelitian ini, subjek penelitian terlebih dahulu diberikan tes awal (pre test) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal subjek sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan peta konsep. Setelah diberikan pre test, selanjutnya kepada subjek tersebut diberikan perlakuan, dengan menggunakan peta konsep. Setelah selesai perlakuan dengan peta konsep, selanjutnya kepada seluruh subjek diberikan tes akhir (post test) untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan dengan menggunakan peta konsep



terhadap hasil. 4. Tujuan One Group Pre test Post test Tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui dan menyelidiki ada tidaknya pengaruh dan hubungan sebab-akibat suatu model atau metode mengajar yang dilakukan atau yang diujikan oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok yang diujikan, yaitu pada kelompok eksperimen dan kelompok pada kontrol yang telah ditentukan. 5. Kelebihan dan Kekurangan One Group Pre test Post test Kelebihan dan kekurangan desain eksperimen (One Group Pre Test-Post Test design) menurut Nazir (2003: 232), yaitu: Kelebihan: karena ada pre test sebelum dikenakan perlakuan, dan adanya post test sesudah perlakuan dikenakan, maka dapat dibuat perbandingan terhadap variabel terikat dari kelompok percobaan yang sama. Sedang bias pemilihan variabel mortalitas (hilang atau mati) dapat dihilangkan dengan menjamin bahwa kedua tes tersebut adalah semua unit percobaan. Kelemahan: validasi internal dirasakan kurang, hal ini dikarenakan tidak ada jaminan yang menyatakan bahwa perbedaan antara O1 dan O2 selalu disebabkan oleh perlakuan X (keterampilan kolase dengan kemampuan motorik halus). Desain ini juga menghasilkan error, antara lain: 1. Efek testing: error yang disebabkan oleh karena berubahnya mood seseorang dengan adanya pemberian pre test, sehingga akan mengubah sikap atau minat dalam bermain serta dapat mempengaruhi pada post test. Jadi, perubahan ukuran pada hasil (nilai) bukan saja disebabkan oleh X tetapi juga dipengaruhi oleh O1. 2. Pengaruh maturasi: perubahan yang terjadi atas murid karena gerakan waktu, seperti lebih dewasa, menjadi lebih berminat dan lain-lain. 3. Error regresi: error statistik yang dapat dihindarkan jika kelompok-kelompok ekstrem dibandingkan dalam pre test dan post test. Subjek dengan skor tinggi pada uji awal cenderung akan turun skornya pada uji akhir, sebaliknya subjek dengan skor rendah pada uji awal akan cenderung naik pada uji akhir. Skor



tinggi atau rendah pada uji awal (pre test) dapat terjadi karena faktor kebetulan saja sehingga jika terjadi prubahan skor hasil tes pada uji kedua bukan karena perubahan yang sesungguhnya, tetapi adanya efek regresi statistik ini. 6.3. Perbandingan Kelompok Statis 1. Definisi Perbandingan Kelompok Statis Penelitian jenis ini menggunakan satu kelompok yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah menyangkut risiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, kelompok tersebut harus dipilih secara acak. Adapun bagian desain penelitian ini adalah sebagai berikut: X



O1 O2



O1



: Hasil pengukuran satu kelompok yang diberi perlakuan.



O2



: Hasil pengukuran satu kelompok yang tidak diberi perlakuan Ketiga bentuk desain eksperimen itu jika diterapkan untuk penelitian



akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah. Menurut Syamsudin



dan Damaianti



(2011:158), perbandingan



kelompok statis (the static group comparison) adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menyeleksi dua kelas untuk penelitian. Dua kelas tersebut antara lain adalah satu kelompok kelas eksperimen dan satu kelas kontrol yang berjumlah sama. Oleh karena itu pada desain penelitian ini terdapat dua tes, yaitu O1 adalah pre test dan O2 adalah post test. Menurut Emzir, desain ini berupaya untuk melengkapi kekurangan kelompok konrol, tetapi gagal dalam hubungan memperlihatkan bahwa



suatu perubahan telah muncul. Dalam studi perbandingan kelompok statis, dua kelompok dipilih, satu diantaranya menerima perlakuan dan satu yang lain tidak menerima perlakuan. Suatu skor post test ditentukan untuk mengukur perbedaan, setelah perlakuan, antara kedua kelompok (Emzir, 2007:97). Dalam desain ini, sekelompok subjek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan desain ini, beberapa faktor pengganggu seperti sejarah, kematangan, prosedur tes dan instrumen, dapat dikontrol walaupun tidak diperhitungkan efeknya. a. Sejarah



Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu kadang-kadang dapat berpengaruh terhadap variable terikat. Oleh karena itu terjadi perubahan variabel terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan karena perlakuan atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah atau pengalaman subjek penelitian terhadap masalah yang dicobakan, atau masalah-masalah lain yang berhubungan dengan eksperimen tersebut. b. Kematangan ( Maturitas )



Manusia, binatang atau makhluk hidup lainnya sebagai subjek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. Dengan bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen. c. Prosedur Tes ( Testing )



Pengalaman pada Pre test dapat mempengaruhi hasil Post test, karena kemungkinan pada subjek penelitian dapat mengingat kembali jawabanjawaban yang salah pada waktu pre test, dan kemudian pada waktu post



test subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. Oleh sebab itu, perubahan variabel terikat tersebut bukan karena hasil eksperimen saja, melainkan juga karena pengaruh dari pre test. d. Instrumen (Instrumentation)



Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pre test biasanya digunakan lagi pada post test. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil post test tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi pada variabel terikat, tidak disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh instrumen. 2. Kelemahan Perbandingan Kelompok Statis Desain ini mempunyai kelemahan dasar. Karena desain ini tidak menggunakan pengacak (randomization) ataupun pemadanan (matching) dalam menempatkan subjek ke dalam kelompok coba dan kelompok pengendali, kita tidak dapat berasumsi bahwa kedua kelompok tersebut sama sebelum perlakuan eksperimental diberikan. Kedua kelompok tersebut mungkin berbeda dalam beberapa variabel relevan tertentu, dan mungkin perbedaan inilah yang menyebabkan perubahan yang diamati itu, bukan X. Karena tidak bisa merasa yakin bahwa kedua kelompok tersebut sama dalam semua faktor yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat, maka desain ini dianggap tidak cukup memiliki pengendalian yang diperlukan dan harus digolongkan sebagai desain pra- eksperimen. Dengan kata lain, desain ini seperti desain pertama, hanya bedanya menambahkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi (O2). Hasil observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok kontrol, yang tidak menerima program atau intervensi. Dengan faktor ini, beberapa faktor pengganggu seperti sejarah, kematangan, prosedur tes dan instrumen dapat dikontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya. 3. Metode Tes Menurut Arikunto (2010:193) tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan



inteligensi. Kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sedangkan menurut Muliawan (2014:70) metode tes merupakan metode penilitian yang digunakan untuk tujuan evaluasi atau penelitian dan paling tepat dan akurat digunakan pada penilitian pendidikan yang memusatkan perhatian pada aspek kognitif atau intelektual. Metode tes pada penilitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif, tes yang diberikan pada saat tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Pre test diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang pengetahuan sosial sebelum melakukan pembelajaran. Sedangkan post test diberikan untuk mengetahui tingkat kemajuan atau pengaruh metode pembelajaran dalam pembelajaran. Tes dilakukan menggunakan soal yang sama untuk di kelas kontrol dan eksperimen. Menurut Syamsuddin dan Damaianti (2011:158), Perbandingan Kelompok Statis (The Static group comparison) adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menyeleksi dua kelas untuk penelitian. Dua kelas tersebut antara lain adalah satu kelompok kelas eksperimen dan satu kelas kontrol yang berjumlah sama. 4. Langkah – Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian ini adalah: a. Tahap Persiapan



1) Melakukan penelitian pendahuluan, 2) Peneliti menyiapkan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Menurut Huda (2013:234) contoh bukan contoh merupakan metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran, 3) Peneliti membagi menjadi dua kelompok kelas, yaitu kelas dengan kelompok eksperimen dan kelas dengan kelompok kontrol. b. Tahap Pelaksanaan



a. Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen, b. Peneliti memberikan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran untuk membantu menulis berita, c. Mengadakan tes (post test). d. Dilakukan Observasi



a. Melaksanakan post test di kelas kontrol kemudian dilakukan observasi pada kelompok tersebut, b. Hasil observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok kontrol, yang tidak menerima program atau intervensi. d. Tahap Pengolahan Data a. Mengumpulkan data penelitian, b. Mengolah dan menganalisis data penelitian, c. Menyusun laporan hasil penelitian. 5. Uji Hipotesis dan Hasil Berdasarkan perhitungan hasil analisis uji hipotesis = 9.929 >= 2,005 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Data tersebut menunjukkan adanya pengaruh metode contoh bukan contoh terhadap kemahiran menulis teks berita siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Bintan tahun pelajaran 2014/2015.



6.4. Rangkuman Rancangan yang dibicarakan pada saat ini berkaitan dengan rancangan penelitian yang tidak memerlukan persyaratan tertentu yang harus diikuti oleh peneliti. Persyaratan tertentu yang dimaksud misalnya prosedur penentuan subjek atau partisipan penelitian, penetaapan homogenitas varian, dan persyaratan lain. Rancangan pra-eksperimen belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas. Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Rancangan penelitian banyak mengandung kelemahan. Rancangan pra-eksperimen atau non-rancangan ini tidak memerlukan rancangan yang cermat, dan bahkan setiap orang bisa melakukan dengan mudah. Macamnya adalah Posttest Only Design, One Group Pretest Postest, dan Perbandingan Kelompok Statis.



6.5. Bahan Diskusi Diskusikan bagaimana membuat desain penelitian pra-eksperimental lalu bandingkan desain pra-eksperimental dengan desain penelitian lain.



6.6. Bacaan/ Rujukan Pengayaan Ada cukup banyak referensi yang dapat dibaca untuk lebih memahami materi pada bab ini. Beberapa referensi dalam Bahasa Indonesia diantaranya Nazir (2003), Emzir (2007), Arikunto (2010), Syamsudin dan Damaianti (2011), Notoatmodjo (2012), Sugiyono (2012), Huda (2013), dan Muliawan (2014).



6.7. Latihan Soal-Soal 1. Latihan Soal Post test Only Design a. Buatlah contoh desain penelitian epidemiologi post test only design.



Jawab: Pengaruh ruang kelas ber-AC (X) terhadap daya tahan belajar murid (0). Terdapat kelompok murid yang menggunakan ruang ber- AC kemudian diukur daya tahan belajarnya. Pengaruh ruang kelas ber-AC terhadap daya tahan belajar diukur dengan membandingkan daya tahan sebelum menggunakan AC dengan daya tahan belajar setelah menggunakan ruangan kelas ber-AC (misalnya sebelum menggunakan kelas ber-AC daya tahan belajarnya 4 jam, setelah menggunakan kelas ber-AC daya tahan belajarnya menjadi 6 jam. Jadi pengaruh ruang kelas AC terhadap daya tahan belajar murid 6-4 = 2 jam. b. Buatlah contoh desain penelitian epidemiologi post test only design.



Jawab: Pengaruh Model Pembelajaran Langsung terhadap Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli. Metode: Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah eksperimen One-Group Pre test-Post tes Design. Hasil : Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: Terdapat pengaruh model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar passing bawah bola voli, hal ini dapat di lihat dari hasil t hitung = 21, 152 t tablel= 2,042 sedangkan untuk peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli dalam



penelitian ini adalah 11,57% dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa menunjukan bahwa model pembelajaran langsung baik digunakan dalam bidang pendidikan jasmani. 2. Latihan Soal One Group Pre test Post test. a. Buatlah contoh desain penelitian epidemiologi pre test post test.



Jawab: Desain Bahan Ajar Materi Gelombang dan Bunyi Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Metode: Desain penelitian menggunakan One group pre test-post test design. Desain penelitian ini melibatkan satu kelompok yang diobservasi pada tahap pre test (O1) yang kemudian dilanjutkan dengan perlakuan tertentu (X) dan post test (O2) (Sugiyono, 2014). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: dokumentasi, pengamatan, tes, dan angket. Analisis data peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini mendeskripsikan validitas, efektivitas, dan kepraktisan Prototipe Buku Guru dan Buku Siswa. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014). Perangkat pembelajaran dinyatakan layak digunakan jika minimal tingkat validitas mencapai kategori valid dengan skor minimal 2.60 (Ratumanan & Laurens, 2006). Hasil: Dihasilkan desain Bahan Ajar (Silabus, RPP, Buku Guru, Buku Siswa, LKS, dan LP) materi gelombang, dan bunyi yang telah memenuhi syarat validitas baik konstruk maupun validitas konten. Desain Bahan Ajar telah memenuhi syarat kepraktisan ditinjau dari indikator keterbacaan oleh siswa, dukungan pelaksanaan pembelajaran, pengkondisian siswa belajar aktif, dan hambatan pembelajaran. Desain Bahan Ajar telah memenuhi syarat keefektifan ditinjau dari indikator hasil belajar dan respon siswa. b. Buatlah contoh desain penelitian epidemiologi pre test post test.



Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan menggunakan one group pre test post test design yang dapat divisualisasikan pada Tabel 1.9.



Tabel 1.9 Desain Penelitian (One Group Pre test-Post test Design) Kelompok



Pre



Perlakuan



test Kelas eksperimen



V



Post test



V



V



(Arikunto, 2010) Penelitian ini menggunakan satu kelas sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini hanya ada satu kelompok yang berfungsi sebagai kelompok kontrol (sebelum dikenalkan perlakuan ujinya) maupun kelompok eksperimen (setelah dikenalkan perlakuan ujinya). Jenis penelitian ini dipilih karena kelompok kontrolnya tak mungkin diperoleh. Data yang diperoleh sebelum perlakuan baik berupa hasil tes maupun data lain digolongkan sebagai data dari kelompok kontrol, sedangkan data yang dikumpulkan setelah adanya perlakuan digolongkan sebagai data dari kelompok eksperimen. Data dari kelompok kontrol sering disebut juga tes awal (pre test) dan data kelompok eksperimen disebut tes akhir (post test). Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru. Setelah selesai pembelajarannya, selanjutnya diberikan post test di akhir pembelajaran dengan maksud untuk mengetahui perkembangan siswa. 3. Latihan Soal Perbandingan Kelompok Statis a. Buatlah contoh desain penelitian epidemiologi kelompok statis



Jawab: Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode demostrasi terhadap prestasi belajar murid muncul dalam pelajaran praktek mengelas pada SMK. Terdapat dua kelas yang praktek las. Dari dua tersebut, satu kelas diberi pelajaran dengan praktek las dengan metode demonstrasi (X) dan di lakukan observasi atau pengamatan kemudian dilakukan Post Test (O2). Dari Kelompok Kelas yang lain tidak diberikan pelajaran dengan praktek Las, kemudian dilakukan Post Test (O2). b. Buatlah contoh desain penelitian epidemiologi kelompok statis



Jawab: Pengaruh Metode Contoh Bukan Contoh (Examples Non examples) terhadap Kemahiran Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII Sekolah



Menengah Pertama Negari 17 Bintan Tahun Pelajaran 2014/2015. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh metode contoh bukan contoh terhadap kemahiran menulis teks berita siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Bintan tahun pelajaran 2014/2015. Metode Penelitian: metode eksperimen yaitu jenis pra-eksperimen dengan menggunakan desain perbandingan kelompok statis. Populasi penelitian: siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Bintan yang berjumlah 183 siswa Penentuan sampel: Menggunakan cluster sampling yaitu diperoleh kelas VIII C. Kelompok kontrol: 29 siswa dari kelas VIII D. Kelompok eksperimen: berjumlah 27 siswa kelas VIII D. Metode eksperimen: jenis pra-eksperimen dengan menggunakan desain perbandingan kelompok statis. Teknik pengumpulan data: Test yang berbentuk uraian bebas.



6.8. Daftar Istilah/ Glosarium Uji t-test



: uji komparatif atau ujibeda untuk mengetahui adakah perbedaan



mean atau rerata yang bermakna antara 2 kelompok bebas yang berskala data interval/rasio. Uji Parametrik



: ilmu statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran atau



distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara normal atau tidak. Uji Non Parametrik :



metode



statistik



yang



dapat



digunakan



dengan



mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan metode statistic parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal.