Laporan Praktikum Bab VI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS ENZIM “Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Reaksi Enzim”



Disusun Oleh:



Khaiva Pratiwi A.



11161020000079



Alifia Fauziyyah H.



11161020000082



Rahmah Shiamiati



11161020000083



Ahmad Baharudin



11161020000086



Aanisah



11161020000090



Ulvi Anawati



11161020000091



Esa Fathiya Mumtaz



11161020000096



Kelompok 1 KELAS D



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA OKTOBER /2018



1



DAFTAR ISI DAFTAR ISI……………………………………………………………….



i



BAB I



PENDAHULUAN…………………………………………….



2



BAB II



LANDASAN TEORI…………………………………………



3-4



BAB III



ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA………………..



5-8



BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….



9-19



BAB V



KESIMPULAN……………………………………………….



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



i



20



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Enzim merupakan sekelompok protein yang mengatur dan menjalankan perubahanperubahan kimia dalam sistem biologi. Enzim dihasilkan oleh organ-organ pada hewan dan tanaman yang secara katalitik menjalankan berbagai reaksi, seperti hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi, transfer radikal, pemutusan rantai karbon. Secara umum, enzim menghasilkan kecepatan, spesifikasi, dan kendali pengaturan terhadap reaksi dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai katalisator, yaitu senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan ketika reaksi tersebut tidak menggunakan katalis. Seperti katalis lainnya, enzim juga menurunkan atau memeprkecil energi aktivasi suatu reaksi kimia. Dalam reaksi tersebut enzim mengubah senyawa yang selanjutnya disebut substrat menjadi suatu senyawa yang baru yaitu produk, namun enzim tidak ikut berubah dalam reaksi tersebut. Setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada suhu tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya suhu hingga suhu optimum tercapai. Setelah itu kenaikan suhu lebih lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim menurun. (Supriyatna, 2015) Dari latar belakang tersebut, maka praktikum kali ini membahas faktor faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim.



1.2



Tujuan a. Memperlihatkan kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum. b. Membuktikan bahwa keasaman (pH) mempengaruhi kecepatan reaksi enzim c. Membuktikan bahwa konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi enzim.



2



BAB II LANDASAN TEORI Makanan didalam mulut dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Makin lama mengunyah makin baik sebab penghancuran lebih efektif. Apabila makanan menjadi kecil ukurannya maka luas permukaan akan bertambah. Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah (Podjiadi, 2007:234). Enzim amilase dalam saliva berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis. Enzim amilase bekerja secara optimal pada pH 6,. Di samping karena musin adalah suatu zat yang kental dan licin, maka saliva mempunyai dungsi membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan. Enzim amilase mulai tidak aktif pada pH 4,0 karena setelah makanan ditelan dan masuk kedalam labung, proses hidrolisis oleh amilase tidak berjalan lebih lama lagi. Dalam lambung, cairan ini hanya dapat bertahan selama 15-30 menit, karena cairan dalam lambung bersifat sangat asam yaitu mempunyai pH antara 1,6-2,6. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera (Poedjiadi, 2007:235-236) Amilase adalah enzim yang mengkatalisis hidrolisis dari alpha-1,4- glikosidik polisakarida untuk menghasilkan dekstrin, oligosakarida, maltosa, dan D-glukosa. Amilase bisa berasal dari hewan, jamur, dan sumber tanaman. Pancreatin dan pancrelipase mengandung amilase yang berasal dari pankreas hewan, pankreas biasanya babi. Amilase juga berasal dari malt barley dan jamur Aspergillus oryzae (Wang, 2009). Ada beberapa tipe amilase yang berbeda Enzim ini diklasifikasikan sesuai dengan cara memotong ikatan glysosidic. Alpha-amilase menghidrolisis alpha 1,4-glikosidik, secara acak menghasilkan dekstrin, ligosakarida dan monosakarida. Alphaamilase adalah endo-amilase. Exoamylases menghidrolisis alpha 1,4- glikosidik linkage hanya dari nonpereduksi ujung rantai polisakarida luar. Exoamylases termasuk beta-amilase dan glucoamylases (gamma-amilase, amyloglu-cosidases) (Aiyer, 2005).



3



Mekanisme kerja enzim α-amilase terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap pertama degadasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degadasi ini terjadi sangat cepat dan diikuti dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua terjadi pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir dan tidak acak. Keduanya merupakan kerja enzim αamilase pada molekul amilosa. Pada molekul amilopektin kerja α-amilase akan menghasilkan glukosa, maltosa dan satu seri α-limit dekstrin, serta oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih glukosa yang mengandung ikatan α-1,6-glikosidik (Winarno, 2010). Menurut Reed (1991), temperatur optimum untuk enzim α-amilase berkisar 70-90ᵒC. Dan enzim α-amilase aktif pada kisaran pH 5,2-5,6 (Novozyme,2010).



4



BAB III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA 1. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi Enzim a) Alat -



Termos



-



Es batu



-



Oven



-



Hot plate



-



Gelas beker



-



Tabung reaksi



b) Bahan -



Amilase liur, diencerkan 100x



-



Larutan pati 0,4 mg/mL



-



Larutan Hubl



c) Cara Kerja Buatlah bahan seperti pada tabel berikut: BAHAN



SUHU 4⁰



Larutan pati(mL)



28⁰



37⁰



60⁰



100⁰



B



U



B



U



B



U



B



U



B



U



1



1



1



1



1



1



1



1



1



1



-



200



Inkubasi pasangan tabung tiap suhu minimal 5 menit Liur (diencerka 200x)



-



200 𝜇𝑙



-



200 𝜇𝑙



-



200 𝜇𝑙



-



200 𝜇𝑙



Campurkan baik-baik (pati kedalam liur), kemudian inkubasi 5 menit



5



𝜇𝑙



Larutan



iodium



1



1



1



1



1



1



1



1



1



1



8



8



8



8



8



8



8



8



8



8



(untuk suhu 60⁰dan 100⁰



dilakukan



diluar



penangas)



(mL) Aquadest (mL)



Baca serapan (A) tiap tabung pada panjang gelombang 680 nm Keterangan: B = Blanko, U = Uji



2. Pengaruh pH terhadap Kecepatan Reaksi Enzim a) Bahan: - Sampel: amylase liur pengenceran 100 kali - Larutan pati 0.4 mg/mL pada pH 1 (HCl 0.4%); pH 3 (HCl 0.01%); pH 5 (asam laktat 0.1%); pH 7 (aquades); pH 9 (Na2CO3 1%); - Pereaksi Hubl b) Cara Kerja: Buatlah komposisi bahan sebagai berikut: BAHAN



pH 1



Larutan



3



5



7



9



11



B



U



B



U



B



U



B



U



B



U



B



U



1



1



1



1



1



1



1



1



1



1



1



1



pati dengan berbagai pH Inkubasi pasangan tabung pada suhu 37⁰ C, minimal 5 menit



6



Liur



-



200



-



𝜇𝑙



(diencerkan



200



-



𝜇𝑙



200



-



200



𝜇𝑙



-



𝜇𝑙



200



-



𝜇𝑙



200 𝜇𝑙



200x) Campurkan baik-baik (pati kedalam liur), kemudian inkubasi 1 menit Larutan



1



1



1



1



1



1



1



1



1



1



8



8



8



8



8



8



8



8



8



8



1



1



iodium (mL) Aquadest



8



(mL) Baca serapan (A) tiap tabung pada panjang gelombang 680 nm Keterangan: B = Blanko, U = Uji



3. Pengaruh Konsentrasi terhadap Kecepatan Reaksi Enzim a) Alat -



Spektrometri UV



-



Penangas air



-



Tabung reaksi



b) Bahan -



Amilase liur, diencerkan 100x, 200x, 400x, dan 600x



-



Larutan pati 0,4 mg/mL



-



Larutan iodium



-



Aquades



7



8



c) Cara Kerja BAHAN



Pengenceran liur 100x



Larutan



200x



400x



600x



B



U



B



U



B



U



B



U



1



1



1



1



1



1



1



1



0,2



-



0,2



pati (0,4 mg/mL) (mL) Inkubasi selama 5 menit Liur



-



0,2



-



0,2



mL



-



mL



mL



mL



Campurkan baik-baik pati kedalam liur, inkubasi 1 menit Larutan



1



1



1



1



1



1



1



1



8



8



8



8



8



8



8



8



iodium aquades



Baca serapan (A) tiap tabung pada λ= 680 nm Keterangan : B = Blanko, U= Uji



8



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel Hasil Pengamatan. 1. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi Enzim Suhu ( ℃ )



AB



Au



∆ A/menit ( V )



4



0,805



0,802



0,003



28 ( suhu ruang )



0, 870



0,836



0,034



37



0,739



0,605



0,134



60



0,740



0,460



0,280



100



0,737



0,665



0,072



Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Reaksi Enzim 0.3 0.25 0.2 0.15



y



0.1



0.05 0 0



20



40



60



80



9



100



120



2. Pengaruh pH terhadap Kecepatan Reaksi Enzim PH



AB



Au



∆ A/menit ( V )



1



0,002



0,016



-0,014



3



0,016



0,006



0,01



7



0,013



0,007



0,006



9



0,009



0,022



-0,013



11



0,019



0,006



0,013



5



Pengaruh PH Terhadap Kecepatan Reaksi Enzim 0.015 0.01 0.005 0 -0.005



0



2



4



6



8



-0.01 -0.015 -0.02



10



10



12



y



3. Pengaruh Konsentrasi terhadap Kecepatan Reaksi Enzim Pengenceran Liur



AB



Au



∆ A/menit ( V )



100x



0,682



0,370



0,312



200x



0,674



0,683



-0,009



400x



0,685



0,674



0,011



600x



0,652



0,661



-0,009



Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kecepatan Reaksi Enzim 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0



5



10



15



20



25



11



30



35



40



4.2 Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian aktivitas enzim pada beberapa perlakuan yang dapat mempengaruhi kerja enzim. Enzim adalah biokatalisator yang merupakan molekul biopolymer dan tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai reaksi kimia yang terjadi dalam sel yang mungkin sangat sulit dilakukan oleh reaksi kimia biasa (Darmajana dkk, 2008) Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya adalah konsentrasi enzim, konsentrasi ion hydrogen (pH), suhu dan konsentrasi substrat (Soewoto,2000). A. Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi enzim. Pengujian pengaruh suhu dilakukan umtuk mengetahui kecepatam reaksi enzimatik yang terjadi. Pada pengujian dilakukan beberapa perbedaan perlakuan yaitu enzim diuji aktivitasnya pada suhu 4 O, 28 O, 37 O, 60 O, dan 100 O. Setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada suhu tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya suhu hingga suhu optimum tercapai. Setelah itu kenaikan suhu lebih lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim menurun (Megiadari, 2009) Amilase dapat diperoleh dari berbagai sumber mikroorganisme, tanaman, dan hewan (Aiyer, 2005). Molekul amilum dakan dipercah oleh amilase pada ikatan α-1,4glikosida dan α-1,6-glikosida (Richana, 2000). Amilase dibedakan menjadi endoamilase dan eksoamilase. Endoamilase umumnya dikenal seagai α-amilase, sedangkan eksoamilase dikenal sebagai β-amilase (Sumardjo, 2009). Pada pengujian, digunakan amylase yang didapatkan dari saliva yang kemudian diencerkan 100x. Sebelumnya, disiapkan pati didalam masing-masing dua tabung reaksi dalam suhu yang telah ditentukan. Tiap tabung memiliki fungsi yang erbeda, satu tabung untuk uji dan tabung yang lain digunakan sebagai blanko atau pembanding. Kedua tabung yang telah diisi pati tersebut di inkubasi dalam suhu yang telah ditentukan kemudian pada 12



tabung uji dimasukan saliva yang telah diencerkan. Ketika tabung sudah mencapai suhu yang diinginkan, dimasukkan larutan iodium untuk menguji kadar glukosa yang terdapat di tabung tersebut. Semakin pekat warna biru yang dihasilkan maka semakin tinggi kadar glukosa dalam larutan. Setelah pengujian dengan larutan iod, ditambahkan air ke dalam tabung untuk menurunkan kekentalan dari larutan uji yang kemudian akan dilakukan pengujian dengan spektrofotometer UV-Vis. Pada uji spektrofotometer, pengujian dilakukan pada panjang gelombang 680 nm.



Dari kurva yang dihasilkan dari data pengujian, pengaruh suhu terhadap enzim menunjukan suhu optimum dari hasil pengujian yang dilakukan adalah pada suhu 60



O



C.



hal ini ditunjukkan dengan tingginya angka ∆A yang mencapai angka 0.28 . Akan tetapi, hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literature. Suhu optimum yang didapatkan dari pengujian berbeda dengan yang seharusnya. Menurut (Sumardjo,2009), setiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja dengan baik. Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi enzim masih baik disebut daerah suhu optimum. Semakin jauh dari suhu optimum, kerja enzim semakin tidak baik. Suhu optimum untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh adalah 36-40 °C. Sehubungan dengan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, maka semakin meningkat suhu aktivitas enzim akan semakin meningkat. Pada pemanasan tinggi, enzim yang merupakan suatu protein akan mengalami denaturasi sehingga aktivitas kerjanya menjadi nol . Penurunan aktivitas enzim setelah suhu optimum terjadi karena pada suhu yang paling tinggi dari suhu optimum, protein dapat terdenaturasi, selain itu substrat juga dapat mengalami perubahan konformasi sehingga dalam memasuki sisi aktif tidak seleluasa seperti



13



pada keadaan suhu optimumnya dan menyebabkan aktivitas enzim berkurang (Lehninger, 1982). B. Pengaruh pH terhadap kecepatan reaksi enzim Pengujian kedua dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap pati pada pH yang berbeda, pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh pH. Pada pengujian kali ini, pati dibuat dalam beberapa tingkat keasaman. Pati adalah polimer glukosa dengan rumus molekul (C6H10O5) n. Pembentukan polimer pati diawali dengan terbentuknya ikatan glukosida yaitu ikatan antara molekul glukosa melalui oksigen pada atom karbon pertama. (Maarel,2002). Kemudian pati diberikan saliva yang telah diencerkan dan kemudian diuji dengan penambahan iodin. Setelah itu, diencerkan dengan 8 ml aquades yang ertujuan untuk menurunkan kepekatan larutan yang akan diuji pada spektrofotometer Uv-Vis dengan panjang gelombang 680 nm.



Dari hasil yang didapatkan, menunjukan bahwa hasil pengujian mendapatkan pH optimum di angka 11. Menurut Vihinen & Manstala (1989) bahwa pH optimum amylase bervariasi dari 2-10.5, namun sebagian besar aktif dengan baik pada pH 5-8. Aktivitas enzim amilase yang optimal berada pada pH 6.8. pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim dengan mengubah struktur enzim tersebut (Murray,2012). pH berpengaruh terhadap kecepatan aktivitas enzim dalam mengkatalis suatu reaksi. Hal ini disebabkan konsentrasi ion hidrogen mempengaruhi struktur dimensi enzim dan aktivitasnya. Setiap enzim memiliki pH optimum di mana pada pH tersebut struktur tiga dimensinya paling 14



kondusif dalam mengikat substrat. Bila konsentrasi ion hidrogen berubah dari konsentrasi optimal, aktivitas enzim secara progresif hilang sampai pada akhirnya enzim menjadi tidak fungsional. (Nelson dkk,2004) Dari hasil yang didapatkan, terdapat perbedaan hasil dengan literature yang didapatkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak hal yaitu diantaranya terdapat kesalahan minor dalam penyiapan sampel pati yang terbagi menjadi beberapa pH yang berbeda dan juga dapat disebabkan oleh factor-faktor lain yang disebabkan oleh praktikan. pengaruh konsentrasi terhadap aktivitasenzim, bertujuan untuk membuktikan pengaruh konsentrasi terhadap aktivitaskerja enzim, khususnya pada enzim amylase pada saliva (air liur). Salah satutujuan enzim amylase adalah untuk mendegadrasi karbohidrat polisakaridamenjadi karbohidrat monoksida, yaitu dari amilum menjadi glukosa. Secara teori, pada konsentrasi subtract tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi bertingkat akan meningkatkan jumlah kompleks ES, sehingga jumlah produk yangterbentuk juga meningkat. Pada percobaan ini menggunakan lima variasikonsentrasi pada air liur, variasi konsentrasi dilakukan dengan cara pengenceran, yaitu pengenceran 100 kali, 200 kali, 300 kali, 400 kali, dan 600 kali. Subtract yang dipakai dalam percobaan ini adalah larutan pati. Hal pertama yang dilakukan di dalam percobaan ini adalah melakukan preparasi larutan enzim, yaitu dengan mengambil air liur sebanyak 0.2 mL, yang berupa larutan seperti lendir yang tidak berwarna, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan selanjutnya ditambahkan akuades, yang berupa larutan tidak berwarna, sebanyak 8 mL, ini merupakan proses pengenceran 100 kali, untuk pengenceran 200 kali, 300 kali, 400 kali, dan 600 kali dilakukan dengan hal yang sama. Hasil pengenceran yang dilakukan, menghasilkan perubahan larutan yang tidak signifikan, yaitu semuanya berupa larutan tidak berwarna. Setelah itu dilakukan preparasi alat yang digunakan, yaitu dengan menyiapkan delapan tabung reaksi, empat tabung reaksi untuk larutan blanko dan empat tabung reaksi untuk larutan uji, yang selanjutnya dibersihkan dan dikeringkan. Larutan Blanko Untuk membuat suatu larutan blanko di dalam percobaan ini adalah denganmemasukkan larutan pati 1%, yang merupakan larutan tak berwarna, ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya dibiarkan selama ± 5 menit, hal ini bertujuan agar larutan pati terdegradasi secara sempurna. Setelah itu ditambahkan 1 mL larutan iodine 0.01N, yang merupakan larutan kuning kecoklatan, menghasilkan perubahan yang signifikan yaitu berupa larutan ungu kehitaman. Secara kasat mata, hal ini menunjukkan bahwa pada larutan blanko memiliki kadar amilum yang tinggi, dibuktikan dengan hasil perubahan warna yang terbentuk. Namun, pengamatan secara kasat mata ini akan dibuktikan lagi dengan menggunakan spektofotometer UV dengan panjang gelombang 680 nm, sebagai penghitungan kadar amilum 15



yang terkadung di dalam larutan blanko. Berbeda dengan proses pembuatan larutan blanko pada percoboaan satu, di mana pada percobaan kedua yaitu 0 dilakukan pemanasan sampai mencapai suhu 60 C. Hal ini bertujuan agar larutan pati semakin terdegadrasi sempurna. Pada larutan ungu kehitaman yang terbentuk dari larutan blanko belum bisa diinjekkan ke spektofometer UV, karena larutan masih berwarna sangat pekat, sehingga tidak bisa membaca nilai absorbansi yang diinginkan. Sehingga ditambahkan lagi 8 mL larutan akuades, yang merupakan larutan tidak berwarna, menghasilkan larutan ungu. Penambahan akuades adalah tanda sebagai pengenceran. Larutan Uji Pada penyiapan larutan uji, disiapkan terlebih dahulu empat tabung reaksi yang bersih dan kering, selanjutnya masing-masing tabung diberi label sesuai proses pengenceran pada air liur yang digunakan. Subtract yang digunakan adalah larutan pati 1%, yang merupakan larutan tidak berwarna. 1 mL larutan pati 1% dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah disiapkan. Selanjutnya dibiarkan selama ± 5 menit, hal ini bertujuan agar larutan pati terdegradasi secara sempurna. Setelah itu ditambahkan 0.2 mL larutan enzim dengan pengenceran yang telah dilakukan, yang merupakan larutan tidak berwarna. Proses penambahan larutan enzim disesuaikan dengan label yang telah ditempelkan, hal ini dilakukan agar tidak tertukar. Penambahan larutan enzim pada masing-masing tabung tidak menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu tetap berupa larutan tidak berwarna. Selanjutnya dibiarkan selama ± 1 menit, hal ini bertujuan agar larutan pati terdegradasi secara sempurna. Setelah itu ditambahkan1 mL larutan iodine 0.01N, yang merupakan larutan kuning kecoklatan, menghasilkan perubahan yang signifikan dari masingmasing tabung, yaitu Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan larutan ungu (+) Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan larutan ungu (++) Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan larutan ungu (+++) Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan larutan ungu (++++) Perubahan warna yang terbentuk begitu signifikan dari warna sebelumnya. Secara kasat mata, hal ini menunjukkan bahwa kadar amilum yang terdapat pada masing-masing tabung berbeda. Namun, pengamatan secara kasat mata ini akan di buktikan lagi dengan menggunakan spektofotometer UV dengan panjang gelombang 680 nm, sebagai penghitungan kadar amilum yang terkadung di dalam masing-masing larutan uji. Berbeda dengan proses pembuatan larutan uji pada perceboaan satu, di mana pada percobaan kedua yaitu dilakukan pemanasan sampai 0 mencapai suhu 60 C. Hal ini bertujuan agar larutan pati semakin terdegadrasi sempurna. Warna larutan pada masing-masing tabung uji yang terbentuk belum bisa diinjekkan ke spektofometer 16



UV, karena larutan masih berwarna sangat pekat, sehingga tidak bisa membaca nilai absorbansi yangdiinginkan. Sehingga ditambahkan lagi 8 mL larutan akuades, yang merupakan larutan tidak berwarna, menghasilkan perubahan warna sebagai berikut: Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan larutan ungu (-) Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan larutan ungu (+) Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan larutan ungu (++) Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan larutan ungu (+++) Penambahan akuades adalah tanda sebagai pengenceran. Nilai absorbansi yangdidapatkan dari analisis spektofotometer UV adalah: Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan nilai absorbansi 0.682 Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan nilai absorbansi 0.074 Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan nilai absorbansi 0.685 Tabung uji pengenceran 100 kali menghasilkan nilai absorbansi 0.652 Secara teori, semakan kecil konsentrasi enzim, maka kadar amilum yang terkandung semakin meningkat. Pengaruh konsentrasi enzim : Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, maka reaksiakan semakin cepat. (Hafiz Soewoto, 2000) Bagaimana akibat dari perubahan konsentrasi enzim terhadap reaksi enzimztik itu sendiri? Jawaban dari pertanyaan ini harus dicari dari pengamatan yang dilakukan atas satu seri campuran yang terdiri atas substrat dalam konsentrasi yang tetap dan enzim dalam konsentrasi yang berbedabeda, dengan volume akhir larutan yang sama. Pengamatan dapat dilakukan terhadap dua hal, yaitu : 1. Terhadap hubungan antara selang waktu pengamatan dan konsentrasi produk yang terbentuk pada tiap konsentrasi enzim. 2. Terhadap hubungan antara konsentrasi enzim dan kecepatan reaksi enzimatik yang dikatalisis oleh enzim tersebut.



17



Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata berbanding lurus. Jadi, semakin besar konsentrasi enzim, maka semakin cepat juga laju reaksinya. Kadang-kadang terjadi penyimpangan dari persamaan ini, sehingga diperoleh garis agak melengkung. Biasanya, penyimpangan ini terjadi jika enzim yang dipelajari tidak dalam keadaan murni, sehingga mungkin terdapat senyawa-senyawa penghambat reaksi dalam jumlah yang sangat kecil. Sebaliknya, penyimpangan juga terdapat dalam sediaan enzim dengan kemurniaan yang tinggi. Dalam keadaan ini, penyimpangan disebabkan oleh senyawa pengaktif (aktivator), misalnya tidak adanya ion tertentu, meskipun ph yang diperlukan sudah dipastikan dengan menggunakan larutan dapar dan tidak hanya sekedar larutan dengan ph yang diperlukan tersebut. (Mohamad Sadikin, 2002) Pengaruh konsentrasi substrat : Pada suatu reaksi enzimatik, bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V). Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat. Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat membentuk kompleks enzimsubstrat [ES], kemudian kompleks ini akan terurai menjadi [E] dan produk [P]. Makin banyak kompleks [ES] terbentuk, maka semakin cepat juga reaksi berlangsung, sampai batas kejenuhan [ES]. Pada konsentrasi substrat [S] melampaui batas kejenuhan kecepatan reaksi akan konstan. Dalam keadaan itu seluruh enzim sudah berada dalam bentuk kompleks E-S. Penambahan jumlah substrat tidak menambah jumlah kompleks E-S. Fungsi dari enzim dalam kepentingan medis. Enzim terdistribusi di tempat-tempat tertentu di dalam sel, kurang lebih sesuai dengan golongan dan fungsinya. Sebagai contoh, enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dan reparasi DNA terletak di dalam inti sel. Enzim yang mengkatalisasi berbagai reaksi yang menghasilkan energi secara aerob terletak di dalam mitokondria. Enzim yang berhubungan dengan berbagai biosintesis protein berada bersama ribosom. Dengan demikian reaksi kimia dalam sel berjalan sangat terarah dan efisien. Ada penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas sintesis enzim tertentu, misalnya pada defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PDH/ G6PD). Sel darah merah penderita defisiensi G6PDH ini sangta rentan terhadap pembebanan oksidatif, misalnya pada pemakaian obat analgetik tertentu dan obat anti malaria. Pada pemakaian obat-obat tersebut dapat terjadi hemolisis intravaskuler. Analisis enzim dalam serum, pada dasarnya dapat dipakai untuk diagnosis berbagai penyakit. Dasar penggunaan enzim sebagai penunjang diagnosis ialah bahwa (1) pada hakikatnya, sebagian besar enzim terdapat dan bekerja dalam sel dan (2) bahwa enzim tertentu dibuat dalam jumlah besar oleh jaringan tertentu. Karena itu enzim intrasel seharusnya tidak ditemukan dalam serum dan bila ditemukan, berarti sel yang membuatnya mengalami disintegrasi. Bila enzim yang 18



diukur dalam serum terutama dibuat oleh jaringan atau organ tertentu, maka peningkatan aktivitas dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan atau organ tersebut. ( Hafiz Soewoto,2000)



19



BAB V KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pH, suhu dan konsentrasi 2. Air liur mengandung enzim amylase 3. Terdapat perbedaan hasil aktivitas yang dipengaruhi factor-faktor tertentu 4. Suhu optimum pada enzim amylase adalah 60 o C 5. pH optimum aktivitas enzim amylase adalah pada angka 11 6. Selain itu dapat kami simpulkan bahwa enzim amylase bekerja menghidrolis secara parsial larutan pati yang merupakan karbohidrat. Enzim amylase bekerja maksimum pada pH 7 dan pada suhu 37 0C. sehingga dapat dikatakan pH 7 merupakan pH optimum dalam kerja enzim amylase. Sedangakan suhu 37 0C merupakan suhu optimum bagi enzim amylase dalam melaksanakan kerjanya. 7. Dikperlukan ketelitian saat pengenceran air liur, sebagai larutan enzim. Sehingga terbentuk kadar amilum kecil yang seharusnya dimiliki oleh enzim yang berkonsentrasi tinggi. Karena proses pengenceran air liur sangat berperan penting dalam penentuan konsentrasi larutan enzim yang terbentuk.



20



DAFTAR PUSTAKA Aiyer, Prasanna V. 2005. Review: Amylases and Their Applications. African Journal of Biotechnology Vol. 4 (13), pp. 1525-1529. Darmajana. Doddy A, Wawan Agustina dan Wartika. 2008. Pengaruh Konsentrasi Enzim ΑAmilase Terhadap Sifat Fisik Dan Organoleptik Filtrat Bubur Buah Pisang (Bahan Pembuatan Tepung Pisang Instan). Di dalam: Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Lampung. Universitas lampung, 17-18 November 2008. Subang: Balai Besar Teknologi Tepat Guna – LIPI Lehninger, A.L., 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga: Jakarta Maarel, M.J.E.C., Veen, B., Uitdehaag, J.C.M., Leemhuis, H., and Dijkhuizen, L. 2002. Properties and Applications of Starch-converting Enzymes of the α-amylase Family. Journal of Biotechnology 94: 137-155. Megiandari, A. 2009. Isolasi Dan Pencirian Enzim Protease Keratinolitik Dari Usus Biawak Air [Tesis] Jurusan Kimia FMIPA. IPB. Bogor. Murray, R.K. Biokimia harper, 27th ed. Jakarta : EGC. 2012 Nelson., David L, Cox, Michael M. Lehninger principles of biochemistry 4th edision. USA : W. H. Freeman. 2004 Novita, W.K., Arif, F.C., Nisa, Dan Murdiyatmo, U., 2006. Karakteristik Parsial Ekstrak Kasar Enzim Protease Dari Bacillus Amyliquefaciens. NRRL B-14396. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 7(2) 96-105. Poedjiadi, A. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Edisi Revisi. UI Press, Jakarta. Reed, G. 1991. Principles Biochemistry. 7th edition. Blackie Academic and Professional. Glasgow. Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.



21



Supriyatna, Ateng dkk. 2015. Aktivitas Enzim Amilase, Lipase, Dan Protease Dari Larva Hermetia Illucens Yang Diberi Pakan Jerami Padi. Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN 1979-8911



Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika. Wang, Nam Sun. 2009. Experiment no. 5: Starch Hydrolysis by Amylase. Department of Chemical & Biomolecular Engineering. University of Maryland



22



LAMPIRAN



23



24



25



26