5 0 2 MB
PRINSIP METODE KEKAKUAN q
2
L , EI
1
M1
Contoh problem : Balok 12 (jepit-sendi) : panjang L, modulus elastis E, inersia tampang I, beban-luar q ke bawah. Akan dihitung : perpindahan (pada joint), gayadalam elemen, dan reaksi tumpuan (R1, M1, R2) LANGKAH 1
θ2
R1
Prediksi ‘deformed shape’ (bentuk batang setelah deformasi) akibat beban-luar
R2
Y Node 1
Node 2
elemen
Z
θ2
X
Diskretisasi struktur → pemodelan sebagai sebuah elemen, dengan dua buah node (node-1 dan node-2).
Kinematic indeterminacy (d.o.f) → orde 1 , berupa rotasi lentur mengelilingi sumbu Z di node 2 (diberi notasi θ2). Besaran θ2 merupakan komponen perpindahan-bebas sbg. primary unknown yang akan dihitung dari sistem persamaan struktur.
Prinsip metode kekakuan (lanjutan) Langkah 2 : Struktur diubah menjadi struktur kinematistertentu (restrained structure, kedua node dijepit) dan dikerjakan gaya-luar kepadanya → disebut “struktur primer”
q (ke bawah)
M1,q
M2,q R1,q
R2,q
Akibat gaya-luar (q), pada kedua “tumpuan jepit” timbul reaksi : M1,q = 1/12 . q . L2 : berlawanan arah jarum jam M2,q = - 1/12 . q . L2 : searah jarum jam R1,q = ½ . q . L : ke atas R2,q = ½ . q . L : ke atas Perhatikan arah gaya reaksi yang timbul (why ?) Asumsi penggunaan tanda POSITIF : Untuk gaya → bila searah sumbu utama Untuk momen → bila berlawanan arah jarum jam
Prinsip metode kekakuan (lanjutan) Langkah 3 : M2, θ
M1,θ
θ2 R1, θ
R2, θ
Dibentuk “struktur sekunder” → yaitu masing2 komponen perpindahan (dalam kasus ini hanya θ2 saja) dikerjakan pada restrained structure tanpa gaya-luar Artinya → pada node 2 dipaksa berotasi (kekangan rotasi dilepas) sebesar θ2 dengan arah positif, tentunya dengan “gaya” (aksi) M2,θ sebesar : M2,θ = (4.E.I.θ2) / L
Akibat “aksi” M2,θ , maka akan timbul “reaksi2” : R1,θ = 6.E.I.θ2 / L2
(arah ke atas)
R2,θ = - 6.E.I.θ2 / L2 (arah ke bawah) M1,θ = 2.E.I.θ2 / L
(berlawanan arah jarum jam)
Prinsip metode kekakuan (lanjutan)
Langkah 4 → Superposisi struktur primer dan sekunder :
Prinsip keseimbangan gaya diterapkan pada setiap komponen perpindahan bebas sbg. primary unknown (lihat langkah 1).
dalam soal ini hanya pada komponen rotasi lentur di node 2 (yaitu θ2), menghasilkan persamaan sbb :
M2 = 0 M2,q + M2,θ = 0
Rotasi θ2 “selaras” dengan momen lentur M2 . Karena node-2 berupa tumpuan sendi → maka prinsip keseimbangan menyatakan M2 = 0
- (1/12).q.L2 + 4.EI.θ2 / L = 0 Diperoleh primary unknown :
Persamaan ini dapat dipandang dalam bentuk :
θ2 = + (1/48).q.L3 / (EI)
(1/12).q.L2 = (4.EI / L) . θ2
(node-2 berotasi berlawanan arah jarum jam dengan nilai tsb)
{F} gaya
=
[K] kekakuan
{D} perpindahan
Prinsip metode kekakuan (lanjutan)
Langkah 5 : Nilai primary unknown yang telah diperoleh, yaitu θ2=(1/48).q.L3 / (EI), disubstitusikan ke dalam persamaan (langkah 2 dan langkah 3) : M1 = M1,q + M1,θ
diperoleh
M1 = (1/8).q.L2
M2 = M2,q + M2,θ
diperoleh
M2 = 0
R1 = R1,q + R1,θ
diperoleh
R1 = (5/8).q.L
R2 = R2,q + R2, θ
diperoleh
R2 = (3/8).q.L
Merupakan nilai2 akhir dari gaya-ujung elemen (pada node 1 dan 2) digambarkan sebagai free body diagram Untuk mengetahui nilai2 gaya-dalam pada setiap posisi elemen, perlu digambarkan BMD dan SFD
Prinsip metode kekakuan (lanjutan)
(1/8).q.L2
Free body diagram
(5/8).q.L
Shearing Force Diagram (SFD)
(3/8).q.L
(5/8).q.L
(3/8).q.L x
Bending Moment Diagram (BMD)
BMD hasil analisis gaya ujung elemen
Momen negatif
(1/8).q.L2
+ L/2
BMD dari asumsi statis tertentu (simple beam)
Momen positif
(1/8).q.L2 = x BMD akhir (netto) Hasil superposisi
Momen positif maksimum (pada posisi SFD=0)
METODE KEKAKUAN LANGSUNG ( Direct Stiffness Method ) berorientasi pada program komputer
Metode kekakuan (prinsip dasar) yang telah dibahas dikembangkan atas dasar superposisi gaya pada setiap koordinat degree of freedom. Cara pembentukan matriks dan proses solusi persamaannya tidak cocok diaplikasikan pada program komputer.
Dikembangkan dengan menambahkan beberapa teknik yang berorientasi pada program komputer → direct stiffness method
Dalam direct stiffness method, formulasi kekakuan batang secara lengkap berperan sangat penting dalam analisis.
Sebagai batasan/penyederhanaan, hanya ditinjau untuk kasus batang prismatis dan akibat pengaruh beban-luar.
(Kasus2 : batang non-prismatis, perubahan suhu, prategang, perpindahan tumpuan, dan pengaruh lain tidak dibahas dalam kuliah ini)
TAHAPAN DASAR dalam DIRECT STIFFNESS METHOD 1)
Identifikasi data struktural
2)
Jumlah batang, jumlah node, jumlah degree of freedom (d.o.f), karakteristik bahan, data penampang
Pembentukan matriks kekakuan
Matriks kekakuan merupakan “sifat bawaan” struktur Hanya didasarkan pada data struktural saja Matriks kekakuan meliputi 2 macam :
3)
Matriks kekakuan batang (masing2 elemen struktur) Matriks kekakuan struktur (penjumlahan dari semua matriks kekakuan batang)
Identifikasi data beban-luar, dapat terdiri 2 jenis :
4) 5)
Beban pada titik-simpul (joint load) Beban pada bentangan / batang (span load) → harus diubah menjadi equivalent joint load Pembentukan vektor beban → gabungan antara joint load dan equivalent joint load
Analisis berdasarkan persamaan : {Gaya} = [Kekakuan] {Perpindahan}
Perpindahan titik-simpul (joint displacement) Gaya-ujung masing2 batang → gaya-dalam batang (internal forces) Reaksi tumpuan
MATRIKS KEKAKUAN BATANG LENGKAP
Kasus pada PORTAL RUANG (space frame) → 12 d.o.f. per batang y
Potongan lintang batang portal 11
5
y 2
8
J
I
1
4
7 3
6
A,E,G,I,J L
9 12
10
Sb. major
x
z Sb. minor
z Notasi :
Batang dengan 2 node → I = node awal , J = node akhir Sumbu kartesius x,y,z → sumbu lokal, sumbu x searah sumbu batang (dari I ke J) Jumlah d.o.f. ada 12 per batang, dengan urutan mengikat : d.o.f. 1 & 7 → translasi aksial searah sumbu x d.o.f. 2 & 8 → translasi lintang (major) searah sumbu y d.o.f. 3 & 9 → translasi lintang (minor) searah sumbu z d.o.f. 4 & 10 → rotasi torsi mengelilingi sumbu x d.o.f. 5 & 11 → rotasi lentur (minor) mengelilingi sumbu y d.o.f. 6 & 12 → rotasi lentur (major) mengelilingi sumbu z
PROSES PENENTUAN KOEFISIEN KEKAKUAN kmn Format matriks kekakuan elemen space frame (dalam sumbu lokal)
Nomor kolom (n) / index d.o.f.
[k] =
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
k11
k12
k13
k14
k15
k16
k17
k18
k19
k1.10
k1.11
k1.12
1
k21
k22
k23
k24
k25
k26
k27
k28
k29
k2.10
k2.11
k2.12
2
k31
k32
k33
k34
k35
k36
k37
k38
k39
k3.10
k3.11
k3.12
3
k41
k42
k43
k44
k45
k46
k47
k48
k49
k4.10
k4.11
k4.12
4
k51
k52
k53
k54
k55
k56
k57
k58
k59
k5.10
k5.11
k5.12
5
k61
k62
k63
k64
k65
k66
k67
k68
k69
k6.10
k6.11
k6.12
6
k71
k72
k73
k74
k75
k76
k77
k78
k79
k7.10
k7.11
k7.12
7
k81
k82
k83
k84
k85
k86
k87
k88
k89
k8.10
k8.11
k8.12
8
k91
k92
k93
k94
k95
k96
k97
k98
k99
k9.10
k9.11
k9.12
9
k10.1
k10.2
k10.3
k10.4
k10.5
k10.6
k10.7
k10.8
k10.9
k10.10
k10.11
k10.12
10
k11.1
k11.2
k11.3
k11.4
k11.5
k11.6
k11.7
k11.8
k11.9
k11.10
k11.11
k11.12
11
k12.1
k12.2
k12.3
k12.4
k12.5
k12.6
k12.7
k12.8
k12.9
k12.10
k12.11
k12.12
12
Nomor baris (m) / index d.o.f.
PROSES PENENTUAN KOEFISIEN KEKAKUAN kmn [d.o.f. 1] : Node I diberi translasi dx = 1 satuan → menghasilkan komponen kolom ke-1 dari matriks [k] y
k11
k71
x
z
k11 = EAx / L k71 = - EAx / L km1 lainnya = 0
1
[d.o.f. 2] : Node I diberi translasi dy = 1 satuan → menghasilkan komponen kolom ke-2 dari matriks [k] y
k82
1
x
k62 z
k22
k12.2
k22 = 12.EIz / L3 k62 = 6.EIz / L2 k82 = - 12.EIz / L3 k12.2 = 6.EIz / L2 km2 lainnya = 0
PROSES PENENTUAN KOEFISIEN KEKAKUAN (lanjutan) [d.o.f. 3] : Node I diberi translasi dz = 1 satuan → menghasilkan komponen kolom ke-3 dari matriks [k] y
k53
k33 = 12.EIy / L3 k53 = - 6.EIy / L2 k93 = - 12.EIy / L3 k11.3 = - 6.EIy / L2 km3 lainnya = 0
k11.3 x
1
k93
k33
z
[d.o.f. 4] : Node I diberi rotasi puntir θx = 1 satuan → menghasilkan komponen kolom ke-4 dari matriks [k] 1
k44 z
y
k10.4
x
k44 = GJ / L K10.4 = - GJ / L km4 lainnya = 0
PROSES PENENTUAN KOEFISIEN KEKAKUAN (lanjutan) [d.o.f. 5] : Node I diberi rotasi lentur θy = 1 satuan → menghasilkan komponen kolom ke-5 dari matriks [k] y
k55 = 4.EIy / L k35 = - 6.EIy / L2 k95 = 6.EIy / L2 k11.5 = 2.EIy / L km5 lainnya = 0
k11.5
k55
x
k35 z
k95
1
[d.o.f. 6] : Node I diberi rotasi lentur θz = 1 satuan → menghasilkan komponen kolom ke-6 dari matriks [k] 1
y
k86
k26
x z
k66
K12.6
k66 = 4.EIz / L k26 = 6.EIz / L2 k86 = - 6.EIz / L2 k12.6 = 2.EIz / L km6 lainnya = 0
Selanjutnya, dengan cara yang sama dilakukan 6 langkah tersebut pada node J
Hasil MATRIKS KEKAKUAN ELEMEN SPACE FRAME dalam sumbu lokal (sumbu elemen)
[k] = 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
EAx/L
0
0
0
0
0
-EAx/L
0
0
0
0
0
0
12EIz/L3
0
0
0
6EIz/L2
0
-12EIz/L3
0
0
0
6EIz/L2
0
0
12EIy/L3
0
-6EIy/L2
0
0
0
-12EIy/L3
0
-6EIy/L2
0
0
0
0
GJ/L
0
0
0
0
0
-GJ/L
0
0
4
0
0
-6EIy/L2
0
4EIy/L
0
0
0
6EIy/L2
0
2EIy/L
0
5
0
6EIz/L2
0
0
0
4EIz/L
0
-6EIz/L2
0
0
0
2EIz/L
6
-EAx/L
0
0
0
0
0
EAx/L
0
0
0
0
0
7
0
-12EIz/L3
0
0
0
-6EIz/L2
0
12EIz/L3
0
0
0
-6EIz/L2
8
0
0
-12EIy/L3
0
6EIy/L2
0
0
0
12EIy/L3
0
6EIy/L
0
9
0
0
0
-GJ/L
0
0
0
0
0
GJ/L
0
0
0
0
-6EIy/L2
0
2EIy/L
0
0
0
6EIy/L2
0
4EIy/L
0
0
6EIz/L2
0
0
0
2EIz/L
0
-6EIz/L2
0
0
0
4EIz/L
1 2 3
10 11 12
Keterangan tentang matriks kekakuan
Matriks bersifat simetri (terhadap diagonal utama)
Koefisien pada diagonal utama selalu bernilai positif
Matriks kekakuan elemen space frame merupakan bentuk matriks kekakuan paling lengkap bagi jenis struktur rangka
Matriks kekakuan jenis struktur rangka lainnya (yang lebih sederhana) dapat disusun dengan cara mereduksi komponen baris / kolom sesuai indeks d.o.f. yang direduksi
Notasi :
E = modulus elastis G = modulus geser A = luas irisan lintang I = inersia tampang lintang J = konstanta torsi tampang lintang L = panjang elemen
Contoh reduksi menjadi Matriks Kekakuan Elemen Plane Frame (misal kasus frame pada bidang XY) dalam sumbu lokal
[k] =
1
2
6
7
8
12
EAx/L
0
0
-EAx/L
0
0
1
0
12EIz/L3
6EIz/L2
0
-12EIz/L3
6EIz/L2
2
0
6EIz/L2
4EIz/L
0
-6EIz/L2
2EIz/L
6
-EAx/L
0
0
EAx/L
0
0
7
0
-12EIz/L3
-6EIz/L2
0
12EIz/L3
-6EIz/L2
8
0
6EIz/L2
2EIz/L
0
-6EIz/L2
4EIz/L
12
y Bidang XY
8
2 1
7 6
z
y x
A,E
x
12 L
z
Contoh reduksi menjadi Matriks Kekakuan Elemen Beam tanpa deformasi aksial (misal pada bidang XY)
[k] =
2
6
8
12
12EIz/L3
6EIz/L2
-12EIz/L3
6EIz/L2
2
6EIz/L2
4EIz/L
-6EIz/L2
2EIz/L
6
-12EIz/L3
-6EIz/L2
12EIz/L3
-6EIz/L2
8
6EIz/L2
2EIz/L
-6EIz/L2
4EIz/L
12
y Bidang XY
8
2 6 z
y x
A,E
x
12 L
z
Contoh reduksi menjadi Matriks Kekakuan Elemen Plane Truss (misal kasus truss pada bidang XY) dalam sumbu lokal
[k] =
1
7
EAx / L
-EAx / L
1
-EAx / L
EAx / L
7
y
Bidang XY
y 1
7 A,E
z
L
x
x z
Contoh reduksi menjadi Matriks Kekakuan Elemen Grid (misal kasus grid pada bidang XZ) dalam sumbu lokal 2
4
6
8
10
12
12EIz/L3
0
6EIz/L2
-12EIz/L3
0
6EIz/L2
2
0
GJ/L
0
0
-GJ/L
0
4
6EIz/L2
0
4EIz/L
-6EIz/L2
0
2EIz/L
6
-12EIz/L3
0
-6EIz/L2
12EIz/L3
0
-6EIz/L2
8
0
-GJ/L
0
0
GJ/L
0
10
6EIz/L2
0
2EIz/L
-6EIz/L2
0
4EIz/L
12
[k] =
y 10
4 6 z
y
8
2 A,E,G,I,J L
12
x
x z
Bidang XZ