Bahan Ajar IPL KD 3.13 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAHAN AJAR INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PROSEDUR PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)



PPG-3T TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018



1.



KOMPETENSI DASAR 3.13. Menerapkan prosedur pengoperasian penerangan jaan umum sesuai dengan PUIL. 4.13. Mengoperasikan penerangan jalan umum sesuai dengan PUIL 4.14.



2.



INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 3.13.1 Siswa mampu menjelaskan dasar dasar Penerangan Jalan Umum 3.13.2 Siswa mampu mengklasifikasikan jenis jenis lampu Penerangan Jalan 3.13.3 Siswa mampu menjelaskan ketentuan pencahayaan dan penempatan lampu



Penerangan Jalan Umum 3.13.4 Siswa mampu menjelaskan beberapa tipe tiang lampu PJU 4.13.1 Mempersiapkan pengoperasian penerangan jalan umum sesuai standar dan SOP 4.13.2 Melakukan pengoperasian pada penerangan jalan umum sesuai standard dan SOP



3.



TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah diberi bahan ajar dan berdiskusi tentang prosedur pengoperasian penerangan jalan umum sesua PUIL : 1.



2. 3.



4. 5. 6. 7. 8.



Siswa dapat menunjukkan sikap disiplin dalam mengikuti pembelajaran tentang prosedur pengoperasian penerangan jalan umum yang ditunjukkan dengan hadir dan pulang tepat waktu, serta mentaati peraturan yang telah disepakati Siswa dapat menunjukkan perilaku jujur dalam mengikuti pembelajaran tentang prosedur pengoperasian penerangan jalan saat mengerjakan tugas Siswa dapat menunjukkan perilaku tanggungjawab dalam mengikuti pembelajaran tentang prosedur pengoperasian penerangan jalan ketika mengumpulkan tugas dan laporan sesuai ketentuan waktu yang telah ditentukan Siswa dapat menunjukkan karakter kerjasama dalam mengikuti pembelajaran tentang prosedur pengoperasian penerangan jalan dalam kegiatan diskusi Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan dasar dasar pengoperasian penerangan jalan umum dengan tepat dan benar Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menentukan jenis jenis lampu pengoperasian penerangan jalan umum sesuai dengan tepat dan benar Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan ketentuan pencahayaan pengoperasian penerangan lampu jalan dengan tepat dan benar Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan tata-cara pemasangan rumah lampu pada pengoperasian penerangan jalan umum dengan tepat dan benar



9.



Melalui kegiatan praktikum, siswa dapat menggunakan peralatan APD sesuai standar K3 dalam pengoperasian penerangan jalan umum dengan tepat dan benar 10. Melalui kegiatan praktikum, siswa dapat melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang ditemukan pada pengoperasian penerangan jalan umum



4.



MATERI PEMBELAJARAN



A. PENGERTIAN PENERANGAN JALAN UMUM Lampu jalan atau disebut Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah lampu yang digunakan untuk penerangan jalan dimalam hari sehingga mempermudah pejalan kaki, pesepeda dan pengendara kendaraan dapat melihat dengan jelas jalan/medan yang akan dilalui pada malam hari, sehingga dapat meningkatkan keselamatan lalu lintas dan keamanan dari pengguna jalan dari kegiatan/aksi kriminal. Penerangan Jalan Umum (PJU) merupakan salah satu upaya yang strategis dalam memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat banyak. Penerangan jalan yang baik memegang peranan penting terutama pada kondisi malam hari. Penerangan jalan ini berguna untuk menciptakan kondisi jalan yang terang sehingga memudahkan bagi penggunajalan, baik bagi pengendara kendaraan maupun pejalan kaki. Lampu penerangan jalan umum merupakan komponen yang sangat penting bagi pengendara, baik mobil maupun motor yang melintasi jalan raya. Dengan adanya lampu PJU diharapkan dapat membuat pengguna jalan lebih berhati-hati dan merasa aman dalam perjalanannya, dan untuk instalasi PJU harus menggunakan kaidah pemasangan listrik yang benar dan hanya dapat dilakukan oleh petugas kelistrikan.Penerangan Jalan Umum dapat dilihat pada Gambar 1.



Gambar 1. Penerangan jalan umum



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



1



Penerangan Jalan Umum (PJU) merupakan aspek penting dalam penataan suatu daerah/kota. PJU memiliki peranan sebagai pedoman navigasi pengguna jalan di malam hari, meningkatkan keamanan dan keselamatan pengguna jalan, menambah unsur estetika, dan juga dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi suatu daerah. Tetapi, masih banyak Pemerintah Daerah yang masih mengalami kendala dalam menyediakan fasilitas publik yang sangat penting ini terutama dalam hal perencanaan sistem PJU yang efisien energi. Tidak sedikit Pemerintah Daerah mengalami kesulitan dalam pembiayaan untuk pengelolaan operasonal PJU yang dimilikinya dikarenakan tingginya biaya energi yang harus dibayarkan kepada perusahaan penyedia tenaga listrik PJU, apalagi untuk ekspansi pembangunan PJU yang baru. Kondisi ini menyebabkan masyarakat tidak dapat menikmati layanan pencahayaan di jalan umum pada malam hari dengan optimal, karenanya efisiensi energi PJU adalah keharusan. PJU yang efisien energi diawali dari perencanaan dan desain dari sistem PJU itu sendiri. Sebelum melangkah pada desain teknis, perencanaan harus dimulai dari analisa kebutuhan. Salah satu prinsip dari efisiensi adalah alokasikan sumber daya yang terbatas sesuaikebutuhan, sebab analisa kebutuhan menjadi dasar dari perencanaan pemasangan PJU baru.



B. PROSEDUR PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM



Pengoperasian Penerangan Jalan Umum harus memperhatikan aturan-aturan yang sudah ditetapkan PUIL untuk menjamin keselamatan dan keamanan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Langkah mengoperasikan PJU terdapat dua cara : (1) Secara manual, yaitu dengan menekan tombol saklar ON untuk menghubungkan lampu ke jala-jala listrik supaya lampu menyala. (2) Secara otomatis, yaitu dengan menggunakan sensor cahaya (LDR) atau Real Time Clock (RTC). LDR merupakan salah satu jenis resistor yang dapat mengalami perubahan resistansi apabila mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada LDR tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa resistor yang peka terhadap cahaya. LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berubah-ubah menurut banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang LDR PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



2



mempunyai resistansi yang turun menjadi 150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional, pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti pemasangan resistor biasa. Simbol LDR dapat dilihat seperti pada Gambar 2.



Gambar 2. Bentuk fisik dan simbol LDR



Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral sebagai berikut : 1. Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Jika sebuah “Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)” dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Na-mun LDR tersebut hanya akan bisa menca-pai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery meru-pakan suatu ukuran praktis dan suatu ke-naikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200K/detik(selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai den-gan level cahaya 400 lux. 2. Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantaryang baik (TEDC,1998).



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



3



RTC (Real Time Clock)digunakan supaya lampu jalan menyala secara otomatis sesuai setting waktu yang kita tentukan. Misal, ketika waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB lampu mulai menyala, dan lampu akan padam pukul 06.00 WIB.RTC (Real Time Clock) merupakan sebuah IC yang memiliki fungsi untuk menghitung waktu, mulai dari detik, menit, jam, tanggal, bulan, serta tahun. RTC bisa kita atur untuk mengendalikan sebuah lampu supaya menyala dan akan padam secara otomatis sesuai dengan kebutuhan kita. Ada beberapa RTC yang di jual di pasaran, seperti : DS1307, DS1302, DS12C887, DS3234. Bentuk fisik RTC bisa dilihat pada Gambar 3.



Gambar 3. Bentuk fisik RTC C. PERALATAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM



Berikut adalah peralatan yang digunakan pada proses pemasangan instalasi penerangan jalan umum: 1.



Kaki tiga (tripod) digunakan untuk menyangga tiang pada saat pemasangan tiang. Alat ini terbuat dari tiga buah pipa besi dengan ukuran dan panjang yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.Bentuk fisik katrol bisa dilihat pada gambar 4.



Gambar 4. Bentuk fisik kaki tiga (tripod)



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



4



2.



Katrol (chain block) digunakan untuk mengangkat benda benda berat dalam hal ini tiang PJU diletakkan dipuncak tripod. Bentuk fisik katrol bisa dilihat pada gambar 5.



Gambar 5. Bentuk fisik Katrol 3.



Alat kerja lainnya yang biasa digunakan seperti obeng, cutter, tang, kunciring pas, multimeter dan tespen. a.



Obeng Obeng adalah suatu alat yang digunakan untuk mengencangkan atau mengendorkan baut. Ada beberapa model obeng yang digunakan di seluruh dunia. Jenis obeng yang umum digunakan di Indonesia adalah model phillips yang populer disebut obeng kembang atau plus (+) dan slotted yang sering disebut obeng minus (-). Bentuk fisik obeng bisa dilihat pada gambar 6.



Gambar 6. Bentuk fisik obeng. b.



Tang Tang adalah alat yang digunakan untuk menjepit, memotong, atau mencabut benda kerja. Tang terbuat dari baja dan pemegangnya dilapisi dengan karet keras. Bentuk fisik tang bisa dilihat pada gambar 7.



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



5



Gambar 7. Bentuk fisik tang c. Kunci ring pas Kunci ring pas digunakan untuk membuka atau melepas baut yang mengunci pada komponen tertentu. Bentuk fisik kunci pas bisa dilihat pada gambar 8.



Gambar 8. Bentuk fisik kunci ring pas d. Multimeter Multimeter atau multitester adalah alat ukur listrik yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (amperemeter). Ada dua kategori multimeter, yaitu multimeter digital yang lebih akurat hasil pengukurannya dan multimeter analog. Bentuk fisik multimeter analog dan digital bisa dilihat pada gambar 9.



Gambar 9. Bentuk fisik multimeter PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



6



e.



Tespen Tespen atau test penmerupakan salah satu alat yang paling sering digunakan oleh para Teknisi Listrik dalam melakukan pekerjaannya. Bentuknya yang relatif kecil dan mirip seperti sebuah Pena membuatnya sangat mudah untuk dibawa kemana-mana. Pada dasarnya tespen adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui atau mengecek apakah sebuah penghantar listrik memiliki tegangan listrik atau tidak. Penghantar listrik yang dimaksud disini dapat berupa Kabel listrik, Kawat listrik maupun Stop Kontak listrik. Bentuk fisik tespen bisa dilihat pada gambar 10.



Gambar 10. Bentuk fisik tespen



D. FUNGSI PENERANGAN JALAN Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain : 1. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan 2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan 3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada malam hari 4. Mendukung keamanan lingkungan 5. Memberikan keindahan lingkungan jalan



E. DASAR PERENCANAAN PENERANGAN JALAN 1. Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini : a. Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda. b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan persimpangan jalan c. Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dll d. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



7



lampu penerangan e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain, agar perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah sekitarnya h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.



2. Beberapa



tempat



yang



memerlukan



perhatian



khusus



dalam



perencanaan penerangan jalan antara lain sebagai berikut : a. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan b. Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan) tajam c. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dll d. Jalan-jalan berpohon e. Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan lampu di bagian median f. Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (terowongan) g. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan jalannya.



F. JENIS LAMPU PENERANGAN JALAN 1. Jenis lampu penerangan jalan ditinjau dari karakteristik dan penggunaannya secara umum dapat dilihat dalam Tabel 1.



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



8



Tabel 1. Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut Karakteristik dan Penggunaannya



3. Rumah lampu penerangan (lantern) dapat diklasifikasikan menurut tingkat perlindungan terhadap debu/benda dan air. Hal ini dapat diindikasikan dengan istilah IP (Index of Protection) atau indek perlindungan, yang memiliki 2(dua) angka, angka pertama menyatakan indek perlindungan terhadap debu/benda, dan angka kedua menyatakan indek perlindungan terhadap air. Sistem IP merupakan penggolongan yang lebih awal terhadap penggunaan peralatan yang tahan hujan dan sebagainya,



dan



ditandai



dengan



lambang.



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



Semakin



tinggi



indek 9



perlindungan (IP), semakin baik standar perlindungannya. Ringkasan pengkodean IP mengikuti Tabel 2. (A Manual of Road Lighting in Developing Countries). Pada umumnya, indek perlindungan (IP) yang sering dipakai untuk klasifikasi lampu penerangan adalah : IP 23, IP 24, IP 25, IP 54, IP 55, IP 64, IP 65, dan IP 66.



Tabel 2. Kode Indek Perlindungan IP (Index of Protection)



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



10



G. KETENTUAN PENCAHAYAAN DAN PENEMPATAN 1. Pencahayaan Pada Ruas Jalan Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metoda iluminansi atau luminansi. Meskipun demikian lebih mudah menggunakan metoda iluminansi, karena dapat diukur langsung di permukaan jalan dengan menggunakan alat pengukur kuat cahaya. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis/klasifikasi fungsi jalan ditentukan seperti pada Tabel 3.



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



11



Tabel 3. Kualitas Pencahayaan Normal



2. Rasio Kemerataan Pencahayaan (Uniformity Ratio) Rasio maksimum antara kemerataan pencahayaan maksimum dan minimum menurut lokasi penempatan tertentu adalah seperti yang ditentukan pada Tabel 4. Tabel 4. Rasio Kemerataan Pencahayaan



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



12



3. Pemilihan Jenis dan Kualitas Lampu Penerangan Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan pada : 1) Nilai efisiensi 2) Umur rencana 3) Kekontrasan permukaan jalan dan obyek 4. Penempatan Lampu Penerangan 1) Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan : a) Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan. b) Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan. c) Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan, dibanding pada bagian jalan yang lurus; d) Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan kaki. Tabel 5. Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



13



Gambar 11. Penempatan lampu penerangan



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



14



2) Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe lampu, tinggi lampu, lebar jalan dan tingkat kemerataan pencahayaan dari lampu yang akan digunakan. Jarak antar lampu penerangan secara umum dapat mengikuti batasan seperti pada Tabel (A Manual of Road Lighting in Developing Countries). Dalam tabel tersebut dipisahkan antara dua tipe rumah lampu. Rumah lampu (lantern) tipe A mempunyai penyebaran sorotan cahaya/sinar lebih luas, tipe ini adalah jenis lampu gas sodium bertekanan rendah, sedangkan tipe B mempunyai sorotan cahaya lebih ringan/kecil, terutama yang langsung ke jalan, yaitu jenis lampu gas merkuri atau sodium bertekanan tinggi.



E. Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan Penataan/pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur seperti pada Tabel 7., Gambar 2, 3, 4, 5. Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (> 10 meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur setiap arah) perlu dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan lampu penerangan jalan direncanakan sendiri- sendiri untuk setiap arah lalu-lintas. Tabel 6. Jarak Antar Tiang Lampu Penerangan (E) Berdasarkan Tipikal Distribusi Pencahayaan dan Klasifikasi Lampu.



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



15



Tabel 7. Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan



Gambar12. Penempatan Lampu PJU di Kiri/Kanan Jalan di Jalan Dua Arah



Gambar 13. Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berselang-seling di Jalan Dua Arah



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



16



Gambar 14. Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berhadapan di Jalan Dua Arah.



Gambar 15. Penempatan Lampu PJU di Median Jalan di Jalan Dua Arah F. Penataan Letak Lampu Pada Perlintasan Kereta Api 1. Penataan lampu penerangan jalan pada perlintasan kereta api (KA), apabila kereta api pada perlintasan tersebut beroperasi pada malam hari. 2. Persyaratan kuat pencahayaan yang ditetapkan pada suatu area perlintasan KA seperti pada Gambar 16.



Gambar 16. Area Perlintasan Jalan Kereta Api Yang Perlu Penerangan PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



17



3. Penataan dengan 6 lampu (Gambar 17.)



Gambar 17. Penataan Dengan 6 Lampu. 4. Penataan alternatif dengan 6 lampu (Gambar 18.)



Gambar 18. Penataan Alternatif Dengan 6 Lampu. 5. Penataan dengan 4 lampu (Gambar 19.)



Gambar 19. Penataan Dengan 4 Lampu



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



18



6. Penataan Alternatif dengan 4 lampu (Gambar 20.)



Gambar 20. Penataan Alternatif Dengan 4 Lampu 7. Penataan dengan 2 lampu (Gambar 21.)



Gambar 21. Penataan Dengan 2 Lampu G. Penataan Lampu Penerangan Terhadap Tanaman Jalan Dalam penempatan lampu penerangan jalan harus dipertimbangkan terhadap tanaman jalan akan ditanam maupun yang telah ada, sehingga perlu adanya pemangkasan pohon dengan batasan seperti pada Gambar 22. dan Tabel 8. Tabel 8. Tinggi Pemangkasan Pohon TerhadapSudut di Bawah Cahaya Lampu



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



19



Gambar 22. Penempatan Lampu Penerangan Terhadap Tanaman Jalan H. PEMASANGAN RUMAH LAMPU PENERANGAN 1. Pemasangan Tanpa Tiang Pemasangan rumah lampu tanpa tiang adalah lampu yang diletakkan pada dinding ataupun langit-langit suatu konstruksi, seperti di bawah konstruksi jembatan, di bawah konstruksi jalan layang atau di dinding maupun langit-langit terowongan, dll. Dapat dilihat pada Gambar 23.



Gambar 23. Bentuk dan Kontruksi Lampu Tanpa Tiang PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



20



2. Pemasangan Dengan Tiang 1) Tiang lampu dengan lengan tunggal. Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan jalan. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan tunggal seperti diilustrasikan pada Gambar 24.



Gambar 24. Tipikal Tiang Lampu Lengan Tunggal



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



21



2) Tiang lampu dengan lengan ganda Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah/median jalan, dengan catatan jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu dilayani oleh satu tiang. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan ganda seperti diilustrasikan pada Gambar 25.



Gambar 25. Tiang lampu lngan ganda. 3) Tiang lampu tegak tanpa lengan Tiang lampu ini terutama diperlukan untuk menopang lampu menara, yang pada umumnya ditempatkan di persimpangan-persimpangan jalan ataupun tempat22 PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



tempat yang luas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 26. Jenis tiang lampu ini sangat tinggi, sehingga sistem penggantian/perbaikan lampu dilakukan di bawah dengan menurunkan dan menaikkan kembali lampu tersebut menggunakan kabel suspensi.



Gambar 26. Tipikal Lampu Tegak Tanpa Lengan



PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



23



I.



LAMPU SODIUM/NATRIUM TEKANAN TINGGI (SON) Lampu



sodium



tekanan



tinggi



(HPS/SON)



banyak



digunakan



untuk



penerapan di luar ruangan dan industri. Lampu inilah yang digunakan pada sistem penerangan jalan umum kota Medan. Kelebihan dari lampu SON sehingga dipakai sebagai lampu untuk PJU adalah karena lampu ini memiliki spektrum kontinu ; reproduksi warnanya baik terutama dari kulit manusia yakni cahaya kuning dengan daya



tembus



kabut



yang



besar dan



penerangan



dengan



lampu



jenis



ini



meningkatkan kecepatan penglihatan dan menghasilkan kontras yang besar. Lampu HPS berbeda dari lampu merkuri dan metal halida karena tidak memiliki starter elektroda; sirkuit balas dan starter elektronik tegangan tinggi. Tabung pemancar listrik terbuat dari bahan keramik, yang dapat menahan suhu hingga 2372F. Di dalamnya diisi dengan xenon untuk membantu menyalakan pemancar listrik, juga campuran gas sodium – merkuri. Lampu HPS dan diagram alir energinya pada Gambar 27.a. dan 27.b.



Gambar 27.a. Lampu Sodium Tekanan Tinggi



Gambar 27b. Diagram Alir Energi Lampu Sodium Tekanan Tinggi PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



24



Ciri-ciri : 



Efficacy – 50 - 100 lumens/Watt







Indeks Perubahan Warna – 1 – 2







Suhu Warna - Hangat







Umur Lampu – 24.000 jam







Pemanasan – 10 menit, pencapaian panas – dalam waktu 60 detik







Mengandung 1-6 mg sodium dan 20mg merkuri







Gas pengisinya adalah Xenon. Dengan meningkatkan jumlah gas akan menurunkan merkuri, namun membuat lampu jadi sulit dinyalakan. Arc tube (tabung pemacar cahaya) di dalam bola lampu mempunyai lapisan pendifusi untuk mengurangi silau.







PROSEDUR PENGOPERASIAN PJU



25