Bahan Ajar Teknik Kerja Bangku Dan Las [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BA 10 KBRA1113 104



BUKU I BAHAN AJAR



TEKNIK KERJA BANGKU DAN LAS



Penyusunan Bahan Ajar Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikuum 2007) ini dibiayai dari DIPA Politeknik Negeri Bandung Departemen Pendidikan Nasional Tahun anggaran 2010



Disusun oleh : Markus NIP : 19580426 198903 1 001



PROGRAM STUDI TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA JURUSAN TEKNIK REFRIGERASI DAN TATA UDARA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2010



HALAMAN PENGESAHAN



1.



2



Identitas Bahan Ajar a. Judul Bahan Ajar b. Mata Kuliah / Semester c. SKS (T-P) / Jam (T-P) d. Jurusan e. Program Studi f. Nomor Kode Mata Kuliah



: : : : : : :



Teknik Kerja Bangku dan Las Teknik Kerja Bangku dan Las / 2 3 SKS / 6 Jam/minggu (T/P) Teknik Refrigerasi dan Tata Udara Teknik Pendingin dan Tata Udara KBRA1113



Penulis a. Nama b. NIP c. Pangkat/Golongan d. Jabatan Fungsional e. Program Studi f. Jurusan



: : : : : :



Markus 19580426 198903 1 001 III / c Lektor Teknik Pendingin dan Tata Udara Teknik Refrigerasi dan Tata Udara



Bandung, 28 Juni 2010 Mengetahui, Ketua KBK



Penulis,



Ir. Andriyanto Setyawan, MT NIP : 19670206 199512 1 001



Markus, ST., MT NIP : 19580426 198903 1 001



Menyetujui, Ketua Jurusan / Program Studi



Markus, ST., MT NIP : 19580426 198903 1 001



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



i



KATA PENGANTAR PENULIS



Alhamdulillah akhirnya penulisan bahan ajar untuk mata kuliah Teknik Kerja Bangku dan Las dapat diselesaikan. Mata kuliah ini telah beberapa kali mengalami pergantian nama mulai dari Tekniknologi Mekanik 2, Teknologi Mekanik RHVAC, dan sekarang menjadi Teknik Kerja Bangku dan Las. Sebelum bahan ajar ini dirangkum dalam satu buku, mahasiswa mempelajari mata kuliah ini dari catatan-catatan dosen yang dirangkum dari beberapa referensi, sehingga sangat terasa penyampaian materi tidak sistematis, dan muda-mudahan dengan adanya buku ini akan memudahkan proses penyampaian materi dari dosen dan memudahkan mahasiswa dalam menyerap ilmu yang diberikan. Namun, buku ini hanyalah rangkuman dari beberapa buku sebagai referensi, dan hasil cuplikan dari tulisan yang penulis ambil dari internet, sehingga untuk melengkapi pengetahuan dan menambah wawasan mahasiswa maka akan lebih baik bila mahasiswa membaca referensi dari sumber lainnya. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih, khususnya pak Ade Suryatman Margana yang telah banyak memberikan catatan-catatan, dan juga semua rekan-rekan di Laboratorium Mekanik RHVAC. Demikian pula untuk pak Windy dan pak Apip yang telah banyak membantu penulis, dan juga semua staf refri yang telah banyak membantu penulis. Dengan keterbatasan pengetahuan dan waktu, penyusunan bahan ajar ini terasa masih banyak kekurangan, dan dengan berjalannya waktu semoga perbaikan-perbaikan dapat penulis lakukan sehingga akan menjadi lebih baik. Akhirnya, semoga semua amal soleh kita mendapat rido dari Allah SWT.



Bandung, 28 Juni 2010 Penulis,



Markus, ST., MT. NIP : 19580426 198903 1 001



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



ii



KATA PENGANTAR JURUSAN



Ada beberapa faktor dalam penyelenggaran pendidikan agar didapat lulusan yang menguasai ilmu atau keterampilan yang diajarkan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Pertama adalah kurikulum yang baik, kemudian fasilitas penunjang yang baik, penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang baik, serta lingkungan akademik yang menunjang. Salah satu fasilitas penunjang KBM yang dapat disiapkan adalah adanya Bahan Ajar, yang mana akan sangat membantu dalam proses penyampaian ilmu pengetahuan atau keterampilan. Untuk itu, kami perlu bersyukur, karena Politeknik Negeri Bandung, dapat memberikan bantuan dari sumber dana DIPA, untuk kegiatan pembuatan Bahan Ajar ini. Pada tahun 2009, program studi Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, mendapat kuota penulisan bahan ajar sebanya 4 judul dengan jumlah dana sepuluh juta rupiah. Alhamdulillah untuk tahun anggaran 2010, Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara mendapat kuota lebih banyak yaitu 19 Judul Bahan Ajar pada termen pertama ini. Kesempatan ini telah dimanfaatkan oleh hampir seluruh pengajar, dan kami mengucapkan terimakasih kepada pengajar yang telah memanfaatkan kesempatan ini. Satu harapan dengan kegiatan penulisan Bahan ajar ini adalah khazanah pustaka / referensi yang ada di Jurusan Teknik Refigerasi semakin bertambah. Mudah-mudahan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan juga siapa saja yang ingin mempelajarinya. Semoga dengan kegiatan ini, akan mendorong bagi staf pengajar lainnya untuk juga menulis dan menyiapkan Bahan Ajar bagi mata kuliah-mata kuliah yang lain. Semoga kegiatan ini menjadi bermanfaat bagi kita semua.



Bandung, 28 Juni 2010 Ketua Jurusan



Markus, ST., MT. NIP : 19580426 198903 1 001



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



iii



DAFTAR ISI



Halaman LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… KATA PENGANTAR PENULIS …………………………………….. KATA PENGANTAR JURUSAN ……………………………………. DAFTAR ISI ………………………………………………………….. DAFTAR TABEL …………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. DESKRIPSI MATA KULIAH ………………………………………… PETUNJUK PENGGUNAAN ………………………………………… BAB I Pengelasan dengan busur nyala listrik (shielded metal arc welding-SMAW) …………………………………………….. I.1 Las Busur (Arc Welding) …………………………………. I.2 Persiapan Mengelas dengan Las Listrik ………………….. I.2.1 Persiapan Praktis Sebelum Pengelasan …………….. I.2.1.1 Peralatan Utama Las Busur Nyala SMAW ..... I.2.1.2 Peralatan Bantu Las Busur Nyala SMAW ...... I.2.1.3 Peralatan Keselamatan Kerja Las .................... I.2.2 Persiapan Teoritis Sebelum Pengelasan ..................... I.3 Mengeset Mesin Las dan Elektroda ……………………… I.4 Polaritas Pengelasan ............................................................ I.5 Cara Memulai Penyalaan dan Pengelasan Busur Nyala Listrik ................................................................................. I.6 Mengelas Dengan Posisi Datar (flat) ................................. I.7 Berbagai Bentuk Gerakan/Ayunan Elektroda ……………. I.8 Berbagai Posisi Pengelasan ………………………………. I.9 Macam-macam Kesalahan Las dan Penyebabnya ………… I.9.1 Kesalahan Visual …………………………………… I.9.2 Kesalahan Non-visual ……………………………… BAB II Pengelasan Dengan Gas (Gas Welding) …………………… II.1 Pengelasan Dengan Gas (Gas Welding) …………………. II.1.1 Nyala Oksiasetilen ………………………………… II.1 2 Bahan Penambah ………………………………….. II.2 Peralatan Las Oksiasetilen ……………………………….. II.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelasan dengan Gas ……………………………………………….. II.4 Solder Keras (Brazing) ……………………………………



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



i ii iii iv vi vii x xi



1 1 3 4 5 8 11 14 17 18 20 22 23 24 26 26 30 32 32 32 36 37 42 44



iv



DAFTAR ISI



BAB III Kerja Bangku ……………………………………………… III.1 Alat-alat Kerja Bangku dan Penggunaannya …………… III.1.1 Ragum ………………………………………….. III.1.1.1 Persiapan Ragum Seblum Digunakan … III.1.1.2 Pencekaman Benda Kerja Pada Ragum . III.1.1.3 Beberapa Cara Pencekaman Benda Kerja III.1.2 Gergaji ………………………………………….. III.1.2.1 Pemilihan Daun Gergaji ………………. III.1.2.2 Pemasangan Daun Gergaji ……………. III.1.2.3 Menggergaji …………………………… III.1.3 Palu ……………………………………………… III.1.3.1 Jenis Palu ……………………………… III.1.3.2 Bagian Pemegang Palu ........................... III.1.3.3 Pemasangan Kepala Palu ........................ III.1.3.4 Menggunakan Palu ……………………. III.1.4 Kikir ……………………………………………. III.1.4.1 Pemilihan Kikir ……………………….. III.1.4.2 Pemasangan Pemegang Kikir ………… III.1.4.3 Melepas Pemegang Kikir ……………... III.1.4.4 Posisi Kaki dan Badan ………………… III.1.4.5 Mengikir Permukaan Rata ...................... III.1.4.6 Mengikir Ujung Bulat dan Chamfer ….. III.1.4.7 Membersihkan Kikir ………………….. III.1.5 Pahat Tangan …………………………………… III.1.5.1 Pemahatan …………………………….. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBBP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



45 45 45 46 47 47 49 49 50 51 52 52 53 53 54 55 56 56 57 58 59 61 62 62 63 65



v



DAFTAR TABEL



halaman Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 2.1 Tabel 2.2



Jumlah panjang kabel elektroda dan kabel massa Terhadap kapasitas arus listrik ................................................. Pengaruh polaritas terhadap penetrasi hasil pengelasan .......... Warna tabung gas ..................................................................... Warna selang gas ......................................................................



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



8 17 38 40



vi



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. 1 Gambar 1. 2 Gambar 1. 3 Gambar 1. 4 Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar



1. 5 1. 6 1. 7 1. 8 1. 9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16



Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar



1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25



Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar



1.26 1.27 1.28 1.29 1.30 1.31 1.32



Skema nyala busur ............................................................ Ruang pengelasan dengan peralatannya ………………… Trafo las dengan kabel tenaga, kabel elektroda, dan kabel massa ........................................................................ Kabel elektroda dengan pemegang elektroda, kabel massa dengan penjepit massa ............................................ Palu terak ........................................................................... Palu konde ......................................................................... Gerinda tangan .................................................................. Sikat baja las ..................................................................... Pemakaian peralatan keselamatan kerja juru las ……….. Kaca mata (topeng las) ..................................................... Apron (pelindung dada) .................................................... Sarung tangan las .............................................................. Sepatu las .......................................................................... Siap melaksanakan pengelasan ......................................... Macam kampuh las dan simbolnya …………………….. Rangkaian pengelasan dengan arus searah dan skema nyala busur ……………………………………… Mesin las AC dan DC serta cara pengaturan polaritas ..... Cara 1 memulai penyalaan busur nyala listrik .................. Cara 2 memulai penyalaan busur nyala listrik .................. Cara memulai pengelasan ………………………………. Lebar alur las ……………………………………………. Berbagai bentuk gerakan/ayunan elektroda …………….. Berbagai posisi pengelasan ............................................... Cara penempatan elektroda pada pengelasan mendatar ... Cara penempatan elektroda pada pengelasan horizontal dan vertikal ....................................................................... Kesalahan Undercutting ………………………………… Kesalahan Weaving fault ……………………………….. Kesalahan Surface porosity …………………………….. Kesalahan Fault of electrode …………………………… Kesalahan Weld spatter ………………………………… Kesalahan Alur las terlalu tinggi ……………………….. Kesalahan Alur las terlalu lebar …………………………



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



halaman 2 5 7 7 9 10 10 11 12 13 13 14 14 15 16 18 19 20 20 21 22 23 24 25 25 26 27 27 28 28 29 29



vii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. 33 Gambar 1. 34



Kesalahan Alur las tidak beraturan …………………….. Kesalahan Alur las terlalu tipis (cekung) ……………….



Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar



Kesalahan Dasar concave (cekung) ……………………. Kesalahan Dasar berlubang-lubang ……………………. Kesalahan Incomplete penetration ……………………… Nyala netral dan suhu yang dicapai pada ujung pembakar Skema proses penyalaan oksiasetilen …………………… Nyala api netral dengan nyala inti dan nyala luar ............. Nyala api asetilen .............................................................. Nyala api karburasi ........................................................... Nyala api oksidasi ............................................................. Photo nyala api asetilen …................................................ Photo nyala api karburasi ................................................. Photo nyala api netral ....................................................... Photo nyala api oksidasi ………………………………… Tabung gas ……………………………………………… Regulator tabung gas …………………………………… Torch (Brander) ................................................................ Kaca mat alas gas ………………………………………. Bagian-bagian dari tabung asetilen dan oksigen untuk pengelasan oksiasetilen ………………………….. Ragum tang ....................................................................... Ragum Sejajar .................................................................. Tinggi Ragum ................................................................... Pencekaman benda kerja datar ......................................... Pencekaman benda kerja silindris ................................... Pencekaman benda kerja tipis ......................................... Pencekaman benda kerja tidak beraturan ........................ Pencekaman memggunakan alat bantu ........................... Pemilihan daun gergaji .................................................... Pemasangan daun gergaji ................................................ Menggergaji ..................................................................... Palu .................................................................................. Jenis palu ......................................................................... Bagian pemegang palu .................................................... Pemasangan kepala palu .................................................. Penggunaan palu .............................................................. Kikir .................................................................................



Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar



1. 35 1. 36 1. 37 2. 1 2. 2 2. 3 2. 4 2. 5 2. 6 2. 7 2. 8 2. 9 2. 10 2. 11 2. 12 2. 13 2. 14 2. 15 3. 1 3. 2 3. 3 3. 4 3. 5 3. 6 3. 7 3. 8 3. 9 3. 10 3. 11 3. 12 3. 13 3. 14 3. 15 3. 16 3. 17



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



halaman 29 30 30 31 31 33 33 34 34 35 35 35 36 36 36 38 39 41 41 44 45 46 46 47 48 48 48 49 50 50 52 52 53 53 54 55 55



viii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 3. 18 Gambar 3. 19



Peilihan kikir .................................................................... Pemasangan pemegang kikir ……………………………



halaman 56 57



Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar



Melepas pemegang kikir ……………………………….. Posisi kaki dan badan ....................................................... Mengikir permukaan rata ................................................. Mengikir ujung bulat dan chamfer ................................... Membersihkan kikir ......................................................... Pahat tangan ..................................................................... Pemahatan ........................................................................



58 58 61 61 62 63 64



3. 20 3. 21 3. 22 3. 23 3. 24 3. 25 3. 26



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



ix



DESKRIPSI MATA KULIAH



1.1 Identitas Mata Kuliah Judul Mata Kuliah Semester / Tingkat Nomor Kode/SKS Prasyarat Jumlah Jam/Minggu



: : : : :



Teknik Kerja Bangku dan Las 2/1 KBRA 1113/3 6 jam/minggu



1.2 Ringkasan Topik/Silabus : Membahas tentang pengelasan listrik SMAW, las gas, dan kerja bangku. Mengenal alat-alat las listrik, gas, dan kerja bangku, bagaimana mengoperasikannya, dan menerapkan keselamatan kerja. Latihan mengelas listrik, gas, dan kerja bangku sesuai gambar kerja. 1.3 Kompetensi Yang ditunjang : Menginstalasi Mekanik Refrigerasi Dan Tata Udara (Kompetensi No. 3.1) 1.4 Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa mampu mengelas pelat baja lunak dengan las listrik dan gas pada posisi datar dan menyudut (90 o), serta mampu melakukan kerja bangku. 1.5 Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara kerja pengelasan las listrik, las gas, dan kerja bangku. 2. Mahasiswa mampu menggunakan dan mengoperasikan alat keselamatan kerja



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



x



PETUNJUK PENGGUNAAN



Pedoman Mahasiswa Bahan Ajar ini merupakan teori tentang las listrik SMAW, las gas, dan kerja bangku, serta bukan satu-satunya bahan rujukan bagi mahasiswa. Mahasiswa wajib membaca buku lain yang berkaitan denga las listrik, gas, dan kerja bangku. Mahasiswa diwajibkan membuat benda kerja, sehingga mahasiswa harus berperan aktif selama praktikum. Pedoman Pengajar Mata kuliah ini diajarkan menggunakan pendekatan kompetensi, sehingga pada akhir perkuliahan mahasiswa mempunyai kompetensi dalam keterampilan las listrik dan gas posisi datar dan menyudut, serta membuat benda kerja dengan peralatan kerja bangku. Untuk setiap topik, pengajar mengacu pada GBPP disertai dengan contoh demonstrasi, untuk selanjutkan mahsiswa melakukan contoh yang telah dilakukan. Sesuai dengan jumlah topik yang diberikan, maka mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok (9-10 orang/kelompok). Ketiga kelompok akan dirotasi, sehingga akan memperoleh jatah waktu yang sama, dan diharapkan memperoleh kesempatan yang sama untuk setiap topik. Penggunaan Ilustrasi dalam Bahan Ajar Terdapat beberapa ilustrasi dalam bahan ajar ini, yang diperoleh dari beberapa buku. Penulis berusaha mencari gambar-gambar ilustrasi yang sesuai denga alat-alat yang digunakan di laboratorium, namun sebagian tidak persis dengan yang ada tetapi fungsinya tetap sama. Dosen diharapkan selalu mencari gambar-gambar peralatan terbaru sebagai tambahan wawasan sebagai bekal mahasiswa terjun didunia industri.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



xi



BAB I KESELAMATAN UMUM ( ACCIDENT PRECAUTION ) 1.1   



Urutan penanggung jawab Urutan penanggung jawab keselamatan kerja di dalam bengkel adalah sebagai Berikut : Instruktur Storemen Pekerja atau Praktikan



Instruktur Tanggung jawab instruktur adalah jelas bekerja dengan baik dan berkewajiban untuk :  Memberikan instruksi dengan baik, tepat dan aman untuk tiap-tiap bagian yang akan dikerjakan.  Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan kerusakan.  Melapor segera bila mana terjadi kecelakaan, kerusakan pada mesin maupun alatalat dan mencatat peristiwa tersebut. Storeman Tugas sebagai storemen adalah harus bertanggung jawab penuh terhadap alat-alat dan mesin-mesin yang ada didalam bengkel. Storeman berkawajiban untuk :  Memelihara nalat-alat kerja  Memberikan alat yang tepat untuk digunakan kepada pekerja atau pelajar.  Mencatat keluar masuk barang.  Mencatat kerusakan alat-alat kerja. Pekerja atau Praktikan Pekerja atau Praktikan harus waspada pada waktu bekerja karena tidak ada seorangpun yang akan celaka atau mesin-mesin dan alat-alat kerja yang rusak tanpa sebab. Oleh karenanya praktikan atau pekerja harus mengikuti peraturan sebagai berikut :  Menaati peraturan dan istruksi.  Mentaati isntruksi untuk bekerja dengan baik dan aman.  Bertindak dengan tepat dan benar jika terjadi sesuatu kecelakaan dan memberikan laporan kepada isnstruktur.  Menerangkan sebab-sebab terjadinya kecelakaan. 1.2



Kesadaran dan Keselamatan Istilah keselamatan kerja, disini sama halnya keselamatan mengendarai kendaraan dijalan. Segala perlengkapan instalasi, peralata dan alat-alat potong terdapat dibengkel sudah direncanakan uantuk memotong, membentuk, mengukur dan sebagainya sesuai dengan bidang pelajaran yang di kehendaki.



Politeknik Negeri Bandung



1



Walaupun benda itu mati dan tidak dapat berfikir, akan tetapi dapat berfungsi jika dikendalikan. Maka sebagai pedoman keselamataan kita harus berfikir, bahwa penyebab kecelakaan yang terbesar dengan mudah dapat diambil kesimpulan :  Ujung sisi yang tajam, memotong.  Panas, api yang membakar.  Asam yang merusak.  Benda-benda berputar menjepit tangan dan menjabret pakaian.  Aliran listrik, membakar dan merusak.  Kecelakaan dan suatu yang tidak disengaja, jatuh dan terluka. 1.3



1.4



1.5



1.6



Mesin Pertimbangan Sebelum bekerja pada suatu mesin kita harus mempertimbangkan dan mengikat akan keanan bekerja, sehingga bekerja akan berjalan lancer : Tempat atau Jenis:  Dimesin mana, dan jenis mesin harus diketahui.  Lingkungan dan suasana tempat kerja.  Penyaman atau perintang bagian yang berbahaya atau berputar.  Landasan atau ijakan operator.  Kebersihan mesin.        



Perlengkapan Diri Sendiri Pakaian kerja rapih atau terkancing. Rambut teratur, sekalipun agak panjanga atau diberi pelindung. Jangan menyimpan benda tajam dalam suku. Lepas semua cicin dari jari. Gunakan kacamata khusus yang tersedia. Gunakan sepatu yang kuat pada umumnya. Gunakan sarung tangan bila perlu. Jangan gunakan dasi.



   



Kebersihan Bersihkan tangan sebelum bekerja. Segera bersihkan pula setelah selesai. Gunakan pakiaan kerja sebersih mungkin. Gunakan cream khusus bila perlu untuk pelindung.



Menjalankan atau Menggunakan Mesin Sebelum mengetahui seluk beluk mesin, atua menguasainya dengan baik, janganlah mencoba-coba menggunakannya. Karena sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kecelakaan atau bahkan merusakannya. Maka sebagai pedomanpedoman bekerja pada suatu mesin :  Mintalah keterangan pada orang yang lebih berpengalaman.



Politeknik Negeri Bandung



2



    



Bacalah dan kuasailah buku petunjuk untuk menggunakan. Perhatikanlah bagian-bagian mana yang paling berbahaya. Perhatikanlah pula pengaman-pengamannya. Cobalah berulang kali menghidupkan dan membiasakan mesin. Sebelum mulai menghidupkan benda kerja, teliti sekali lagi dengan cermat, bagian-bagian yang berputar, baut-bautpengikat pahat atau benda kerja.



1.7



Pahat Benda Kerja Sebelum mulai bekerja pahat yang digunakan harus diperiksa : tajam atau tumpul kedua-duanya juga dapat membahayakan.  Tajam : dapat melukai operator.  Tumpul : selain hasilnya kurang baik, mungkin patah atau pecah.



1.8



Minyak Pendingin atau Pemotaong Selain mendinginkan pahat atau benda kerja, membantu pemotongan cairan ini berfungsi penting sekali. Kareba jika benda kerja panas mengembang, dan hasilnya tidak beraturan, tetapi untuk pahat yang mengakibatkan tumpul atau retak dan akhirnya nenimbulkan kecelakaan.hati-hatilah terhadap minyak pendingin, mungkin seseorang kulitnya tidak tahan bila terkena (alergi).



1.9



Kemampuan Pada saat mengunakan benda kerja pada suatu mesin seperti misalnya mesinmesin bubut, bor, gergaji, frais, secrap, harus melihat kemampuan mesin. Sehingga banyak pemakaian, kecepatan putaran, atau kecepatan potongnya haris ditentukan berdasarkan akan kemampuan mesinnya, agar tetap aman. Kerusakan-kerusakan yang terjadi, yang diakibatkan oleh beban lebih umumnya : Elektro motor terbakar, karena sabuk penggerak atau kopling tidak slip.



1.10



Kacamata Kacamata disini adalah kacamata untuk pelindung pada waktu bekerja. Ingat ! mata adalah indera manusia yang paling berharga. Maka jagalah selalu, dengan menggunakan kacamata. Memang tidak mungkin kita menghindari dari segala kemungkinan bahaya yang akan terjadi, tetapi kita dapat mempelajarinya, keadaan sekeliling kita pada waktu bekerja.



1.11



Pakaian Kerja Dengan mengunakan pakaian kerja khusus, maka pakaian sehari-hari. Tetapi tidak berarti pakaian kerja dibiarkan kotor. Pakaian kerja khusus pula dijaga kebersihanya.  Tapi tidak terlalu sempit atau longgar.  Dikancingkan dengan baik.



1.12



Bekerja dengan Baik Ada beberapa jenis minyak yang digunakan dipabrik-pabrik dan sehari-hari dalam kehidupan kita. Beberapa jenis itu mungkin :  Minyak pelumas.



Politeknik Negeri Bandung



3



    



Minyak pendingin. Terpetin. Minyak tanah. Bensin. dsb Karena kulit tangan ada yang peka dan tidak mau menerima suatu jenis minyak maka kulit tersebut akan rusak bila kena janis minyak tersebut. sehingga kita harus benar-benar berhati-hati dan alangkah baiknya kalau kulit tangan kita diberi suatu ”cream” tangan yang bisa melindungi tangan kita sebelum mengerjakan pekerjaan. Bersihkan tangan terlebih dahulu sebelum kekamar kecil karena kulit kemaluan kita sangat peka terhadap ”cream” ini bisa kita tanyakan kepada dokter-dokter dan apotik-apotik.



Bentuk dan posisi yang benar untuk mengangkat benda yang berat.



Politeknik Negeri Bandung



4



1.13



Keselamatan Kerja di Bangku Kerja Kecelakaan dibangku kerja kebanyakan disebabkan oleh penggunaan alatalat yang tidak tepat (tidak sesuai) dengan fungsinya, juga menggunakan yang salah atau tidak berhati-hati. Kecelakaan ini disebabkan oleh ujung-ujung alat pemotong atau benda kerja yang tajam. Pencegahannya : 1. Bekerjalah dengan berhati-hati. 2. Pergunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya. 3. Pergunakan alat-alat dengan kondisi yang baik. 4. Pergunakan alat-alat dengan baik dan benar. 5. Jangan menyimpan alat-alat tajam di saku baju kerja. 6. Simpanlah alat-alat yang berujung tajam mengarah menjauhi kita. 7. Llindungi ujung-ujung alat yang tajam dengan gabus atua bahan lainya. 8. Pisahkan alat-alat ukur presisi dengan alat-alat potong. 9. Simpanlah alat-alat terpisah satu dengan yang lainya. 10. Alasi alat-alat presisi dengan lap khusus. 11. Ambilah alat-alat dengan hati-hati. 12. Bersihkanlah alat-alat sebelum dan sesudah pakai. Hal-hal yang harus diperhatikan pada alat-alat kerja bangku. 1. Kikir  Periksalah tangkai kikir, apakah tangkai kikir terpasang dengan baik dan kuat jangan menggunakan kikir tanpa tangkai.  Bersihkan kikir dari bram sebelum dan sesudah dipakai.  Jangan membiarkan kotoran pada gigi-gigi kikir.  Jangan mempergunakan kikir sebagai palu.  Simpanlah kikir terpisah satu dengan yang lainya. 2. Palu Kecelakaan yang ditimbulkan oleh penggunaan palu yang salah bukan saja menimpa si pekerja tetapi juga bisa menimpa lingkungan sekitarnya. Pencegahan :  Periksa selalu, apakah kuat pada rumahnya yakinkan baja terpasang dengan baik di tempatnya.  Jangan mempergunakan palu yang tangkainya patah atau pacah.  Hilangkan olie flemak atau kotoran lainya dari bagian muka palu dan tangkai sebelum dipergunakan.  Jangan mempergunakan palu untuk memukul benda yang lebih keras dari palu itu sendiri.  Pilihlah ukuran palu yang lebih berkembang.  Waktu memukul yakinkan disekitar kita tudak ada orang. 3. Penggunaan kunci  Jagalah kunci-kunci tetap bersih.  Bersihkan oli atau lemak sebelum dipergunakan.  Hentikan mesin terlabih dahulu sebelum menggunakan kunci baik itu



Politeknik Negeri Bandung



5



mengencangkan, membuka, memindahkan ataupun mengatur.   



Pakailah kunciyang sesuai dengan ukuranya. Usahakan waktu mengguankan kunci jangan ditekan, tetapi hendaknya ditarik. Pergunakan sikap keseimbangan baling-baling jika diperlukan untuk menarik lebih kuat yaitu salah satu kaki belakang yang lainya.  Jangan memperpanjang kunci pas dengan pipa atau dengan kunci lainya.  Jangan memukul ujung atau tangkai kunci.  Pergunakan kunci inggris bila kunci pas tidak ada yang sesuai. 4. Ragum  Bersihkan ragum dari oli atau lemak sebelum dipakai.  Jagalah ragum jangan sampai tergores oleh alat potong.  Waktu menjepit benda kerja handle jangan dipukul atau dioerpanjang cukup diputar dengan tangan saja.  Bersihkan selalu ragum setelah dipakai, berilah oli auat lemak secukupnya.  Mulut ragum harus diberi jarak. 5. Gergaji tangan  Pergunakanlah daun gergaji yang tajam.  Sewaktu pemakaian gergaji harus bergerak lurus.  Jepitlah benda kerja dengan kuat.  Penggergajian diusuhakan sedekat mungkin ke mulut ragum.  Simpanlah gergaji dalam keadaan tidak di kencangkan. 1.14



Keselamatan Kerja pada Mesin Bor Keselamatan kerja ada empat :  Keselamatan daripada si pekerja.  Keselamatan daripada mesin.  Keselamatan daripada benda kerja.  Keselamatan daripada lingkungan. Ad.1. Keselamatan daripada si pekerja Dalam praktek bengkel si pekerja harus memekai pakaian praktek, sepatu kulit dan kaca mata, sarung tangan dan sebagainya. Mengenai pakaian praktek (khususnya pada mesin bor 1. pakaian praktek harus rapi dan tidak ada bagian yang terbuka pada waktu mengebor. a) Terutama baju; baju harus dikancingkan dari atas sampai bawah, sebab bram yang panas bisa lari dan masuk ke dalam baju. b) Kancing lengan baju(untuk baju lengan panjang) harus terkancing sebab hal ini akan mengganggu pada waktu pengeboran. 2. sepatu kulit; dalam praktek untuk menghindari benda-benda kerja yang tertumpuk. Dan kemungkinan benda jatuh, jepitan benda lain. 3. kacamata; pada waktu mengebor diharuskan memakai kacamata untuk melindungi mata kita sendiri, sebab pada waktu pengeboran banyak bram yang



Politeknik Negeri Bandung



6



bisa melesat lari. 4. sarung tangan;pada waktu pengeboran pekerja tidak boleh memakai sarung tangan, untuk menjaga tangan dari belitan mesin bor.Sarung tangan perlu dipakai apabila mesin bor dalam keadaan berhenti dan untuk memegang benda kerja yang panas 5. Lain-lain Rambut tidak boleh panjang dalam pekerjaan mengebor. Apabila berambut panjang harus memakai topi pengaman. Ad.2. Keselamatan daripada mesin Dalam proses pengerjaan mengebor khususnya, si pekerja harus ingat akan perlengkapan mesin bor itu. Misalnya,akan mengebor : perlengkapannya; pelumas,putaran mesin, dan kondisi mesin. Ad.3. Keselamatan daripada Benda Kerja Pada waktu pengeboran benda kerja kecil harus di cekam dengan ragum atau alat lainnya,agar supaya tidak lari apabila di bor.Benda kerja harus di titik dulu sebelum di bor,sebab akan mengakibatkan tidak tepat pada ukuran yang di inginkan, akhirnya benda kerja afkir. Ad.4. Keselamatan pada lingkungan Di da;lam proses pengeboran kita harus mengoreksi dan dan mengetahui lingkungan pada mesin/tempat kita kerja. Sebab lingkungan juga mempengaruhi terhadap keselamatan kita dan kita harus bisa memberi keselamatan pada lingkungan. Jadi lingkungan sangat mempengaruhi sekali dalam kita bekerja. Kita harus mempunyai rasa timbal balik terhadap lingkungan.



Politeknik Negeri Bandung



7



BAB II KERJA BANGKU DAN ALAT—ALAT TANGAN 2.1



Tempat Kerja Efisiensi seseorang tergantung dari kwalitas dan kondisi dari alat-alat yang tersedia dan susunan serta kebersihan sekitar tempat kerja. Alat-alat dan perlengkapan harus dipelihara kebersihannya hanya dengan demikian efisiensi kerja dapat terlaksana.



Gambar : 2.1 susunan benda kerja diatas bangku kerja. Susunan diatas bangku kerja.  Hanya alat-alat yang dibutuhkan untuk bekerja ada diatas bangku-kerja.  Alat-alat yang sesitif atau alat-alat yang sejenis diletakan terpisah dari kikir, martil, sikat dan yang lainya.  Kikir tidak boleh diletakan bersilangan atua bertumpukan untuk menghindari kerusakan pada gigi-giginya.



Gambar : 2.2 susunan dalam lemari alat.



Politeknik Negeri Bandung



8



 



Susunan dalam lemari alat. Dalam laci, tiap-tiap alat diletakan pada tempatnya masing-masing. Masing-masing tempat dimana tiap perkakas atua alat diletakan, ditandai dengan warna merah, untuk mempermudah dan memepercepat pemeriksaan inventiris.



2.2



Ragum Jajar Ragum adalah suatu alat yang digunakan untuk menjepit benda kerja pada waktu pekerjaan mekanik, seperti mengkikir, memahat dan lain-lainnya yang harus dikerjakan. Pada umumnya ragum dibut dari Besi-Tuang, Kenyal atua Baja Tempa. Yang penting dari kerja bangku adalah bangku kerja dan pemasangan ragum yang kuat. Banyak sekali jenis ragum yang digunakan untuk bermacam-macam pekerjaan tangan. Disini ada dua contoh : 1. Jenis penjepi depan tidak dapat digerakan. Dalam pekerjaan mesin dan pertukangan, kebanyakan ragum yang dipakai adalah ragum sejajar. Rahang yang bergerak digerakan oleh poros berulir dan bergerak kebelakang. Mulut ( pelapis rahang ) dapat diganti dan dikeraskan. Apabila ragum dipergunakan setiap hari, permukaan yang saling bergesek dan bagian yang berulir harus dibersihkan dan dilumasi sekurang-kurangnya dua kali seminggu.



Gambar 2.3 .Penjepit depan tidak dapat Digerakan



2. Jenis penjepit belakang tidak dapat digunakan.



Politeknik Negeri Bandung



9



Jenis ini dirancang untuk menjepit benda kerja yang panjang atau besar pada posisi tegak. Apabila rahang digerakan kedepan, hasilnya permukaan kebawah akan bebas dimuka bangku kerja.



Gambar 2.4.Penjepit belakang tidak dapat digunakan.



CATATAN : Jangan memukul tangkai dengan palu atau memperpanjang dengan pipa untuk mengeraskan tegangan dari penjepit.



 



Kebersihan lantai. Majum harus disimpan dalam drum yang dilengkapi dengan tutup. Hal yang membahayakan. Minyak dan gemuk yang tumpah diatas lantai harus segera dibersihkan.



Politeknik Negeri Bandung



10



2.3



Ketinggian Ragum Tinggi ragum akan disesuaikan dengan bentuk dari benda yang dikerjakan dan dengan ketinggian orang yang menggunakan. Untuk pengikiran dengan tenega yang besar, ragum akan dipasang lebih rendah. Disini diberikan tiga macam contoh : Untuk pekerjaan yang sangat teliti. .



Gambar 2.6. Posisi untuk Pekerjaan presisi Untuk orang yang tinggi, ketinggian dari ragum biasanya diatur oleh alas yang rata Untuk pembuatan perkakas.



Gambar 2.7. Posisi untuk pekerjaan perkakas Untuk orang yang pendek, tinggi yang sesuai dapat diatur oleh alas kayu-jeruji diatas lantai.



Politeknik Negeri Bandung



11



Gambar 2.8.Setting Ketinggian ragum



2.4



Pengikiran Pada Ragum Posisi kerja yang memperhatikan bagaimana kecakapan seorang pekerja.



Posisi kaki. Selama mengikir, berdiri di sebelah kiri ragum dengan kaki tetap pada tempatnya. Lututlututnya harus dibentangkan. Jarak antara kaki disesuaikan dengan panjang kikir. Sudut antara poros ragum da kaki kira-kira 30° untuk kaki kiri dan lebih kurang 75° untuk kaki kanan.



Gambar 2.9.Posisi kaki



Politeknik Negeri Bandung



12



Gerakan badan dan lutut.



Gambar 2.10.Gerakan badan dan lutut Badan berdiri tegak pada posisi premulaan dan selanjutnya dicondongkan kedepan selama gerakan peemotongan Kaki kanan tetap lurus selama pengikiran berlangsung dan lutut kiri dibengkokan kedalam. Pandangan mata selalu ditunjukan ke benda kerja.



2.5



Bagaimana cara memegang kikir. Tangan kanan : peganglah gagang kikir dengan tuguh dan tekanlah ujung gagang tersebut. Dengan telapak tangan bagian tengah. Ibu jari terletak diatas dan jari-jari lainnya dibawah gagang. Tangan kiri : Tempatkan telapak tangan dan ibu jari pada ujung kikir. Jari-jari yang lainnya terletak diluar ujung kikir tersebut. Dengan keadaan rapat satu sama lain dan melipat kebawah, tetapi tidak menggenggam ujung kikir tersebut. Bekerja dengan kikir kecil, maka gagang tersebut harus dipegang dengan genggaman yang ringan dan tekanannya cukup oleh jari-jari dan ibu jari saja.



Politeknik Negeri Bandung



13



Gambar 2.11.Cara memegang kikir



2.6   



Tekanan pada kikir. Tekanan pada kikir tergantuntg pada ukuran kikir dan benda kerja. Jika memulai mengikir, tekanan yang besar harus terdapat pada tangan kiri dan tekanan ringan pada tangan kanan. Tekanan kedua tangan itu harus sama, manakala kikir berada ditengah-tengah benda kerja yang dikikir. Jika kedudukan kikir sudah diujung langkah, tekanan tangan kiri harus ringan dan tekanan tangan kanan dalam keadaan maksimal. Pada langkah kebelakang tidak dengan penekanan.



Gambar 2.12. Posisi tekanan pada kikir



Politeknik Negeri Bandung



14



2.7



Cara memasang kikir Memegang kikir harus dipasang kuat dan lurus dengan tangkai kikir. Pemegang kikir harus di bor sebelum dipasang di tangkai kikir. Diameter dan dalamnya lubangn ditunjukan dalam gambar ini.



Gambar 2.13. cara memasang kikir.



Politeknik Negeri Bandung



15



2.8



Mengikir Mengikir adalah salah satu daribanyak macam kerja bangku y6ang penting dan juga sulit untuk mencapai hasil yangn tepat. Sampai saat ini, mengikir tidak dapat diganti denbgan cara lain, meskipun didalam bengkel dengan perlengkapan mesin-mesin yang modern. Pada umumnya unuk pekerjaan yang sederhana mengikir akan lebih ekonomis, baik biaya maupun waktunya, dibandingkan dengan menggunakan mesin-meisin modern. Kikir Kikir terbuat dari baja karbon tinggi yang ditempat, dan tetapi sesuai dengan panjangnya., bentuknya, jenisnya dan gigi pemotongnya.



Panjang kikir tidak termasuk tangkainya. Gambar 2.14 kontruksi kikir Bentuk kikir Pada gambar ini menunjukan bentuk-bentuk kikir yang ummnya dipakai.



Gambar 2.15. jenis-jenis kikir



Salah satu permukaan ujung kikir rata berbentuk tirus. Ketirusan ini diperlukan untuk pembagian tekanan dan menjaga keseimbangan getaran yang kecil pada waktu geteran mengikir. Pengaruh getaran kikir yang tidak seimbang membuat keausan kikir.



Gambar 2.16. pengaruh getaran kikir



Politeknik Negeri Bandung



16



Gigi kikir Ada dua cara pembuatan kikir, yaitu dengan cara memahat mengeprais. Gigi pahatan Gigi kikir ini dibuat dengan jalan memahat permukaan kikir pahatan ini menghasilkan sudut total negatif dan sudut potongnya lebih besar dari 90°. Kikir ini digunakan untuk mengerjakan bahan-bahan yang keras, sebab permukaan benda kerja akan tergesek dengan baik tanpa tenaga besar. Sudut potong yang besar itu memberikan perlawanan yang baik terhadapmata pemotong itu.



Gambar 2.17.Gigi kikir



Gigi yang yang difrais Gigi kikir yang difrais menghasilkan sudut total yang positif dengan sudut pemotong lebih kecil dari 90°. Disebabkan karena sudut total yang positif itu maka kikir ini hanya digunakan untuk mengerjakan bahan yang lunak.



Gambar 2.18.Gigi yang difrais



Politeknik Negeri Bandung



17



CATATAN : Jangan lupa bahwa kikir itu rapuh dan karena kerapuhannya itu mengakibatkan gigi kikir cepat rusak bila sejumlah kikir disimpan bertumpuktumpuk.kikir-kikir harus disimpan secara terpisah. Kikir gigi tunggal Gambar dibawah ini menunjukan keudukan gigi kikir tunggal yang menyudut 54° terhadap garis sumbu. Bram-bram tidak akan mudah lepas dan gigi itu akan terhalang. Pada waktu sekarang kikir semacam ini hampir tidak dibuat lagi.



Gambar 2.19 kikir gigi tunggal Kikir gigi ganda Pada kikir gigi ganda, pada pahatan dalam dipahat lebih dalam dibandingkan denga pahatan dangkal dan bersudut 70° terhadap garis sumbu dan gigi ini tidak sejajar terhadap as. Dengan demikian tidak akan terjadi alur-alur bekas pengikiran pada benda pekerjaan.



Gambar 2.20 kikir gigi ganda



Politeknik Negeri Bandung



18



Kikir gigi frais Bentuk gigi miring Bentuk gigi kikir ini digunakan untuk mengerjakan benda-benda yang lunak misalnya ; timah hitam, thermo plastik, almunium murni, dan sebagainya. Untuk menghindari beram-beram yang melakat pada alur gigi maka gigi tersebut dilengkapi dengan pemutus beram.



Gambar 2.21.Kikir gigi frais



Bentuk gigi kikir lengkung Bentuk gigi kikir ini digunakan untuk mengerjakan bahan yang lunak misalnya ; anti carodal, duraluminium dan sebagainya. Gigi-giginya dilengkapi dengan pemutus beram tetapi pengeluaran beram tersebut terjadi dari kedua sisinya.



Gambar 2.22.Gigi kikir lengkung CATATAN : Kikir yang dipakai harus bergagang jika ketentuan ini tidak diabaikan, maka akan mengakibatkan tangan menjadi rusak disebabkan karena tangkai kikir akan langsung bergesekan dengan telapak tangan.



Politeknik Negeri Bandung



19



2.9.



Tingkatan kikir Untuk menyalesaikan pengikiran yang terakhir menurut yang dikehendaki, harus digunakan tingkatan kikir ( banyak gigi / CM ) yang sesuai. Ukuran tingkatan ini ditentukan oleh bentuk. Kikir dan bentuk inilah yang menentukan banyaknya gigi tiap 1 cm atau 1 inch. Dalam hal ini ter gantung dari pabrik yang membuatnya. Gambar dibawah ini menunjukan tiga macam bentuk kikir No. 2 dengan panjang dan banyak gigi tiap 1Cm yang berbeda. Sampai saat ini panjang kikir pada umumnya diukur dalam inch.



Gambar 2.23. Tingkatan kikir Daftar ukuran kikir dan banyak gigi tiap Cm Banyak gigi/ 12 15 20 25 31 38 46 56 68 84 100 Cm -3,5 00 0 1 2 3 4 5 6 Panjang kikir



4–8



10 – 12 00 Keterangan 00 : Kasar 0 : Setengah kasar 1 :Agak kasar 2 : Sedang 3 : Setengah halus



00



0



1



2



3



4



5



0



1



2



3



4



5



6



Politeknik Negeri Bandung



4 5 6 8



6



8 8



116 8



Penunju kan nomor



: Halus : Setengah lembyt : Lembut : Lembut sekali



20



Penggunaan bentuk-bentuk kikir Flat files : Digunakan pada benda kerja yang mempunyai permukaan yang rata dan dapat juga digunakan pada permukaan yang cembung,.



Hand files : digunakan untuk mengikir pada bagian yang bersudut, tanpa merusak bagian tepinya.



Warding files : digunakan untuk mengikir celah yanfg sempit. Square files digunakan untuk mengikir lubang-lubang yang berbentuk segi empat.



Square Files : digunakan untuk mengikir lubang-lubang yang berbentuk segi empat



Hole round files : digunakan untuk mengikir lubang yang berbentuk bulat da juga mengikir yang mempunyai permukaan yang berbentuk cekung.



Politeknik Negeri Bandung



21



Tree square files : digunakan untuk mengikir benda kerja yang mempunyai ketajaman sudut lebih dari 60°.



Round files : digunakan untuk mengikir lubang yang berbentuk bulat juga yang berbentuk cekung.



Politeknik Negeri Bandung



22



BAB III JANGKA SORONG 3.1



Skala atau Vernier Pengenalan terhadap skala Skala atau Viernier adalah alat yang terdapat pada bermacam-macam alat ukur sehingga memungkinkan membuat pengukuran yang tepat. Skala terbagi atas dua bagian  Skala utama, terdiri dari skala standar yang pembagiannya sama seperti pada penggaris.  Skala nonius, dibuat tertentu, sehingga bisa dibagi kedalam beberapa bagian, tiap bagianbagiannya memberikan panjang yang proportionals terhadap skala pada pembagian skala utama. Vernier kapiler atau jangka sorong. Jangka sorong terdiri dari :  Rahang tetap atau fixed jaw dan bingkai sepanjang bingkainya terdapat pembagian sekla yang dangat teliti sekali dan dibuat dengan digravier.  Rahang tak tetap atau sliding jaw dan skala nonius dapat digerakan sepanjang bingkai. Gunakan sekrup pengencang untuk menjaga ketepatan pengukuran. Kadang-kadang ada yang dilengkapi dengan pengatur atau fine adjusment gerakan yang halus sepanjang bingkainya. Kadang-kadang juga ada yang melengkapi dengan bagian untuk pengukuran dalam dan kedalaman suatu benda. Bila sudah selesai mempergunakan jangka sorong bersihkanlah menurut ketentuan yang sesuai untuk itu dan simpanlah pada tempatnya.



Politeknik Negeri Bandung



23



Prinsip dari skala metrik. Prinsip dari sekala metrik yang mempunyai ketelitian 0,02 mm. Sekala utama : dibagi ke dalam satuan mm tiap 10 mm diberi nomor. Skala nonius : dibuat 49 mm panjangnya dan dibagi kedalam 50 bagian yang sama.



Panjang dari tiap bagian adalah 49/ 50 mm = 0,98 mm.



Satu pembagian dari skala utama adalah 1 mm panjangnya. 1 pembaian dari skala nonius adalah 0.98 mm panjangnya. Ii berarti sekala nonius 0,02 lebih pendek dari skala utamanya. Dari gambar sebelah, diperlihatkan bahwa tiap pembagian mempunyai pergantian 0,02 mm tiap satu bagiannya.



Politeknik Negeri Bandung



24



3.2



Menggunakan Jangka Sorong Kaca pembesar yang baik adalah pemotong yang baik ketika membaca sekala. Bila tidak dilengkapi dengan kaca pembesar, pegang kangka sorong sehingga kita melihat sekala pada satu sudut dan garis dengan sekala pembaigiannya. Lihat garis yang lainnya. Sudut pandangan mata kira-kira sama dengan sudut sinar yang datang dari belakang jangka sorong. Kentungn dari jangka sorong adalah dapat dibaca dari 0 (nol) samapi panjang dari batang sekala utamanya kadang-kadang 250 mm bahkan lebih. Juga kadang terdapat batang untuk mengukur kedalaman.



Skala nonius 1/10 mm dalam 9 mm Didalam sekala nonius, 9 mm dibagi dalam 10 bagian yang sama. Jadi satu sekala panjangnya : 9 mm : 10 = 9/10 = 0,9 mm Satu bagian utama mempunyai panjang 1 mm selisih dari kedua sekala ini adalah : 1 mm – 0,9 mm = 0,1 mm jadi jangka sorong ini ketelitiannya adalah 0,1 mm.



Skala nonius 1/10 dqalam 19 mm Di dalam skala nonius, 19 mm dibagi dalam 10 bagian yang sama. Jadi satu sekala panjangnya : 19 mm : 10 = 19/10 = 1,9 mm Dua bagian sekjala utama mempunyai panjang 2 mm. Selisih dari kedua skala ini adalah 2 mm – 1,9 mm = 0,1 mm



Politeknik Negeri Bandung



25



Jadi jangka sorong ini ketelitianya 0,1 mm tapi lebih jelas pembacaannya.



Skala nonius 1/20 mm dalam 19 mm Di dalam skala nonius, 19 mm dibagi dalam 20 bagian yang sama. Jadi satu sekala panjangnya : 19 mm : 20 = 19/20= 0,95 mm Satu bagian utama mempunyai panjang 1 mm. Selisih dari keua skala ini : 1 mm – 0,95 mm = 0.05 mm Jadi jangka sorong ini ketelitiannya adalah 0.05 mm.



Ukuran Luar 1. gunakan bagian dalam dari mulut pengukur (seperti dalam gambar) untuk mencegah kesalahan oada bagian muka. 2. gunakan rahang pisau kesalahan terjadi bila menggunakan rahang yang tidak berbentuk pisau. 3. mengukur tegak lurus kepada pusat (seperti dalam gambar) dari poros-poros tersebut, akan mendapatkan hasil yang benar. Jarak = Pembacaan – (D +d/2)



Politeknik Negeri Bandung



26



Ukuran Dalam 1. mengukur dengan bagian luar dari rahang pengukur ditambah tebal dari rahangrahang itu sendiri. X = Ukurannya Y = Pembacaan Jadi ukurannya = X = Y + (2 x 5) = Y + 10 mm 2. lubang yang lebih kecil dari 10 mm diukur dengan rahang silang 3. untuk mengukur kedalaman, gunkanlah batang kedalaman dalam posisi tegak lurus.



Politeknik Negeri Bandung



27



Politeknik Negeri Bandung



28



BAB IV MICROMETER 4.1



Pengenalan terhadap micrometer (Matric) Micrometer adalh alat ukur yang sangat presisi sekali. Mikrometer luar dipakai untuk mengukur :  diameter luar  ketebalan dari material  panjang dari suatu bagian micrometer dapat ditentukan dalam bermacam-macam ukuran bingkai semua ukuran bagaimanapun mempunyai kemampuan ukuran terbatas pada panjang dari ulir pada spindelnya. Panjang ulir pada spindel adalah 0-25 mm. Bagian-bagian dari micrometer adalah :  bingkai  rahang tetap/batang  rahang bergerak/batang  laras skala utama  sarung pengukur, skala nomius tangkai pengunci pada bingkai dapat dipergunakan untk mengunci rahang bergeraak atau batang ukur pada laras skala. Setelah batang ukur telah di stel pada benda yang diukur keraskan tangkai pengunci untuk menghindari adnya gerakan dari batang pengukur ketika pembacaan ukura pada skala micrometer. Ingatlah, buka kembali tangkai penguncinya sebelum mengadakan pengukuran selanjutnya.



Politeknik Negeri Bandung



29



4.2



Menggunkan Micrometer luar Keahlian sangat diperlukan untuk mendapatkan pengukuran yang teliti ketika menggunakan micrometer. Tekanan yang berlebihan selama pengukuran akan  memberikan pengukuran yang teliti.  Mengakibatkan pembekokan ketegangan pada ulir  Bingkai dari micrometer berubah kedudukannya. Selama pengukuran, batang ukur menyentuh benda kerja, maka tekanan yang ringan sangat diperlukan, lihatlah dengan praktek sehingga terbiasa dengan mengukur benda kerja yang diketahui ukurannya. Pengukuran yang tepat dapat diperoleh dengan bantuan gigi ratchet yang terdapat pada bagian sarung kepala pengukurannya mengakibatkan micrometer tetap tegak lurus terhadap benda kerja. Mengukur dengan micrometar seperti terlampir.  Pegang micrometer dengan tangan kanan, dengan skala pembacaan pada posisi yang terlihat.  Bingkai dari micrometer ditahan oleh telapak tangan dan jari kelingking.  Jari tengah menahan frem pada bagian bawah dari sarung pengukur.  Ibu jari dan telunjuk tangan kiri memutarkan sarung pengukur dan gigi raketnya.  Memajukan batang pengukur4 dengan jalan memutar sarung pengukur hingga menyentuh benda kerja.  Gerakan benda kerja dengan ringan diantara batang pengukurnya atau gerakan micrometer tersebut menggerakan tangan tegak lurus semau benda kerja.  Usahakan setelah menyentuh benda kerja gigi goressnya diputar dengan ringan akan merata tekanannya dan bebas dari sentuhan.  Ulangi lagi sampai mendapatkan hasil yang dianggap baik untuk mengadakan pembacaan ukuran.



Politeknik Negeri Bandung



30



Bila telah puas, maka langkah selanjutnya adalah :  Jatuhkan tangan dari sarung pengukurnya, agar memudahkan pembacaan.  Usahakan mendapatkan posisi pembacaan yang baik.  Bacalah ukuran yang dihasilkan. Kadang-kadang lebih menguntungkan baik sekali memegang micrometer dengan kedua belah tangan dengan :  Menahan freme oleh ibu jari dan telunjuk tangan kiri.  Menggunakan telunjuk dan ibu jari tangan kanan untuk memutar sarung pemgukurannya.



Politeknik Negeri Bandung



31



4.3  



Cara pembacaan micrometer Bacalah 0-25 mm metric micrometer sebagai berikut : Bacalah pada laras jumlah mm yang terlihat. Tambahkan juga setengah mmnya.



Politeknik Negeri Bandung



32



 



Catat jumlah pembagian pada skal nomius pada sarung pengurangnya yang segaris dengan datum line. Tambahkan jumlah pembacaan dari skal nomiusnya dengan jumlah pembacaan skla utamanya.



Politeknik Negeri Bandung



33



BAB V BUSUR DERAJAT 5.1



Pengenalan Busur derajat Busur derajat adalahyang memepunyai atau skala yang derajat pada pembagaiannya sehingga memungkinkan didapat ketelitian yang tinggi. Pada umumnya ketelitian yang diberikan adalah 5° dimana sama dengan 1/12 dari derajat.



5.2



Prinsip dari busur derajat Skala utma dari busur derajat terbagi sampai 360°, dibaca dari 0° samapi 90° kembali ke 0° dan seterusnya. Skala nomius dibuat sebesar 23° dari skal utamanya dan dibagi menjadi 12 bagian yang sama jada tiap 1 pembagian besarnya 23° : 12 = 1 11/12. Sehingga besarnya mendekati 2° pada skala utama. Maka diambil kesempatan bahwa ketelitian dari busur tersebut adalah 2° - 1 11/12° = 1/12 = 5’.



5.3



Membaca busur derajat Seperti digambarkan disebelah kanan, sksla nomius dibuat sama dari 0 kesebelah kanan kirinya. Bila kamu membaca skala utama berlaanan dengan arah jarum jam, lanjutkan pembacaan skala nomiusnya searah dengan arah pembacaan skala utama dari nol begitu juga sebaliknya. Selalu tambahkan pembacaan pada skala utama denga pembacaan pada skala nomiusnya. Membaca busur derajat dengan ketelitian 20° adalah sebagai berikut :



Politeknik Negeri Bandung



34







Baca jumlah derajat sampai titk nol pada bagian :  Lanjutkan pembacaan pada skal nomiusnya.  Tandai pada jumlah garis yang keberapa pada skala segaris dengan garis pada skala utama dari titk nol sampai nomius. Tiap satu pembagian pada skala nomiusnya mempunyai sebesar 5° kalikan banyaknya garis tersebut dengan -1 dan ditambahkan hasilnya denga jumlah derajat pada skala utamanya. Pada gambar diperhatikan busr derajat pada pembacaan pada sudut tertentu. Skala utama terbaca 52° dari titk nol pada skasla utamanya kemudian garis ke 9 pada skala nomiusnya segaris dengan skala utama. 9 x 5° = 45° Tambahkan 45° pada 52°. Maka pembacaan total pada busur derajat adalah 52° 45`.



Politeknik Negeri Bandung



35



BAB VI CALIPER 6.1.



Pengenalan Caliper Caliper dipergunakan untuk memindahkan pengukuran caliper terdiri dari dua kaki yang pada salah satu ujungnya dibaut sehingga memungkinkan didapat berbagaibagia posisi bukaan. Beberap[a type dari caliper pada salah satu ujungnya ada yang dilengkapi dengan pegas dan baut pengatur untuk mengatur posisi kaki-kakinya. Pengalihan pengukuran yang tepat waktu memakai caliper tergantung pada tekanan yang diberikan oleh kedua ujung kakinya yang dapat diatur oleh baut pengatur.



Mempergunakan Out Side Caliper Out side aliper dipergunakan untuk  Mengukur diameter luar.  Mengukur ukuran luar.  Mengecek keparalelan suatu permukaan.



Politeknik Negeri Bandung



36



BAB VII FEELER GAUGE Thicnees atau feeler gauge dipakai bengkel untuk :  Menyeting posisi dari peralatan.  Mengatur kelonggaran dari bagian-bagian mesin.  Mengecek keasahan dari bagian tertentu.  Mengukur celah atau alur tertentu. Feeler gauge terdiri dari pelat besi (berbentuk daun ) yang dikeraskan dan mempunyai bermacam-macam ketebalan yang diikat pada salah satu sisinya. Tapi pelat diberi nomorsesuai dengan balnya. Feelrnya dipergunakan sehelai atau lebih hingga ukuran yang sesuai. Gunakan feeler gauge dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan terutama bila mempergunakan ukuran yang sangat tipis atau kecil.



Politeknik Negeri Bandung



37



BAB VIII PEMBORAN 8.1



Macam-macam mesin bor Mesin bor tangan Jenis mesin bor tangan ini hanya dapat digunakan untuk pekerjaan tertentu atau terbatas saja. Misalnya ; mengebor kayu, plat dan sebaginya. Mesin bor ini mempunyai engkam bor maksimum ¢ 10 mm.



Gambar 8.1.1.Macam-macam mesin bor Mesin bor listrk Jenis mesin bor ini termasuk mesin bor tangan tetapi tenaganya dibantu oleh tenaga listrik. Mesin bor ini mempunyai engkam bor maksimum ¢ 20 mm.



Politeknik Negeri Bandung



38



Gambar 8.1.2. Mesin bor tangan



Mesin bor bangku Mesin bor ini mempunyai kapasitas cengkam bor sedang ¢ 16mm.digunakan untuk pekerjaan pengeboran kontruksi.



Gambar 8.1.3. Mesin bor bangku Mesin bor tiang atau column Mesin bor tiang atau column mempunyai kapasitas pengeboran besar, juga dilengkapi dengan pemakaian otomatis tuas pemutar dengan tangan.



Politeknik Negeri Bandung



39



Gambar 8.1.4. Mesin bor tiang Bagian-bagian mesin bor : 1. motor listrik. 6. cak atau pencekam. 2. sabuk atau ban. 7. tiang mesin. 3. roda penerus atau puli 8. meja mesin. penerus. 9. alas meja. 4. roda pemutar atau puli 10. tuas pemutar atau handle. pemutar. 11. pemutar atau pengencang 5. tuas otomatis. meja mesin. Mesin bor ini mempunyasi kapasitas pencekam bor maxsimum ¢30mm. Mesin bor pilar Mesin bor ini mempunyai kapasitas pengeboran lebih besar dsari pada misin bor column. Kemampuan bor maxsimum ¢50mm. Juga dilengkapi dengan tuas otomatis. Perbedaanya hanya terdapat pada tiang meja mesin. Pada mesin bor column tidak terdapat tiang meja mesin.



Politeknik Negeri Bandung



40



Gambar 8.1.5. Mesin bor pilar 8.2



Alat-alat bantu pencekam Benda kerja harus sel;alu dicekam dengan benar pada mesin bor. Pencekam yang tidak benar akan menyebabakan bor dan benda rusak, hasil pengeboran dengan baik dan juga dapat menimbulkan kecelakaan bagi operator atau pekerja. Alat-alat bantu pencekam. Terdapat beberapa alat-alat bantu pencekam diantaranya :  Ragum  Baut T  V Block dan Klem  Klem C



Ragum Ragum banyak digunakan untuk mencekan benda kerja yang berbentuk dan berukuran yang teratur. Ada dua macam ragum, yaitu ragum tangan dan ragum mesin. Ragum tangan banyak digunakan pada mesin bor, sedang ragum mesin banyak digunakan pada mesin bor, frais dan asah.



Politeknik Negeri Bandung



41



Gambar 8.2.1. Ragum Baut T Alat bantu ini dipasang pada alur meja mesin bor dan mencekam benda kerja pada meja mesin. Ring harus dipasang pada baut ini sehingga didapat hasil pencekaman yang baik.



Gambar 8.2.2. Baut T Block dan Klem Pencekam pipa ini mempergunakan dau V block dan dua klem. Apabila pipa dalam keadaan yang panjang, sedangkan bila pipanya pendek cukup dengan satu V block dan satu klem saja.



Gambar 8.2.3. Block dan klem Klem C



Politeknik Negeri Bandung



42



Dalam mencekam benda kerja yang tipis dibawahnya harus divberi landasan kayu agar pada waktunya dibor meja mesin tidak ikut dibor atau kena bor.



Gambar 8.2.4. Klem C 8.3



Mata bor Macam-macam mata bor  Bor bilah  Bor alur lurus  Bor alur spiral Paling banyak yang digunakan adalah jenis bor spiral. Jenis bor spiral  Bor alur spiral dua alur  Bor alur spiral tiga alur  Bor alur spiral empat alur Bor dua alur digunakan untuk mengebor logam pejal ( solid ). Bor tiga dan empat alur di pergunakan untuk membesarkan lubang ( boring ).



Gambar 8.3.1. Mata bor Jenis kepala bor



Politeknik Negeri Bandung



43



Kepala bor adalah bagian bor yang dicekam pada cekam bor. Jenisnya terdiri dari empat bentuk diantaranya : a. Kepala bor berbentuk segi empat puipih tirus ( bit shank ) b. Kepala bor lurus ( straight shank ) c. Kepala bor tirus ( tempered shank ) d. Kepala bor segi empat ( ratchet shank) Dari keempat jenis ini yang banyak digunakan adalah jens B dan C.



Gambar 8.3.2. Jenis kepala bor



Bagian-bagian bor spiral 1. tepi mata pemotong 2. kepala 3. bibir pengapit 4. titik mati 5. tepi atau kelonggaran 6. garis tengah atau diameter 7. sudut-sudut, adalah sudut antara giris hati dengan tepi atau mata pemotong ( harus sama besar ) 8. sudut mata 9. saluran beram atau alur beram 10. badan 11. mata bor 12. sudut bibir ruang antara



Politeknik Negeri Bandung



44



gambar 8.3.3. Bagian-bagian bor spiral



Sudut-sudut mata bor spiral ά = sudut bebas β = sudut mata pemotong γ = sudut geram δ = sudut pemotong Sudut ά besarnya antara 5 - 8° sehingga mendapatkan sudut 55° antara mata sisi silang dan bibir pemotong. Makin lunak bahan yang akan dibor makin besarlah sudut bebas ini.



Gambar 8.3.4. Sudut-sudut mata bor spiral



Politeknik Negeri Bandung



45



Macam-macam sudut bor dan penggunaannya Bor spiral dengan sudut ujung 118° Untuk mengebor : baja, besi tuang, baja tuang, dan besi tempa bor ini mempunyai kisar yang sedang.



Gambar 8.3.5. Bor spiral dengan sudut 118° Bor spiral dengan sudut ujung130° Untuk mengebor : alumunium, tembaga timah, seng dan kulit bor ini mempunyai kisar keci



Gambar 8.3.6. Bor spiral dengan sudut 130°



Bor spiral dengan sudut ujung 80° Untuk mengebor : marmer, batu tulis, fiber, ebonit. Bor ini mempunyai kisar besar.



Gambar 8.3.7. Bor spiral dengan sudut 80°



Politeknik Negeri Bandung



46



Bor spiral dengan sudut 130° Untuk mengebor : perunggu dan kuningan. Bor ini mempunyai kisar besar.



Gambar 8.3.8. Bor spiral dengan sudut 130°



Bor spiral dengan sudut 30° Untuk mengebor : karet yang keras dan plastik. Bor ini mempunyai kisar besar.



Gambar 8.3.9. Bor spiral dengan sudut 30°



8.4



Mengatur kecepatan mesin bor Untuk mengatur kecepatan putar bor ( RPM = Revolution per menit ) yang perlu diperhatikan dan tergantung dari : a. Jenis bor b. bahan yang di bor c. diameter bor Daftar kecepatan potong



Bahan Baja 61- 80 kg/ mm² Baja s/ d60 kg/ mm² Besi tuang Perunggu Tembaga Alumunium Kuningan



Politeknik Negeri Bandung



V dalam m/ menit 16-20 20-22 21-32 30-40 24-32 80-120 60-70



47



Rumus yang digunakan .d.n 1000  = kecepatan potong dalam m/ menit d = diamater bor dalam mm n = banyak putaran dalam RPM misalnya kita akan mengebor baja dengan diameter 10mm maka kecepata petaran mesin yang digunakan ( baja 60 kg/ mm² ) n= 1000 . v rpm .d Untuk bahan baja didalam daftar didapat 20 – 22 n= 1000 . 20 = ± 360 rpm  . 10 Dalam mengubah kecepatan pada mesin bor digunakan : Puli bertingkat yang hanya digunakan pada mesin bor bangku, cara pemindahannya kecapatan hanya mengubah kedudukan sudut V sesuai dengan putaran yang dinginkan. V=



Handle pengatur kecepatan Pemindahan kecepatan dengan mengunakan hendle sangat praktis. Kebanyakan pada mesin bor kecuali pada mesin bor bangku. Dalam pemakaiannya kita tinggal menengok daftar kecepatan yang terdapat pada mesin.



Politeknik Negeri Bandung



48



8.5



Langkah-langkah pengeboran 1. pilih mata bor yang akan dipakai.



Gambar 8.5.1.Jenis mata bor



2. pilih mesin bor yang akan dipakai.



Gambar 8.5.2. Jenis bor yang dipilih 3. pasang mata bor pada mesin



Gambar 8.5.3. Pemasangan mata bor 4. pasang benda kerja



Gambar 8.5.4. Pemasangan benda keja Politeknik Negeri Bandung



49



5. benda kerja dipasang ditengah-tengah mata bor



Gambar 8.5.5.Pemasangan benda kerja 6. sesuiakan kecepatan, pemakiaan dan pendingin



Politeknik Negeri Bandung



50



BAB IX PEMBUATAN ULIR 9.1



Pembuatan ulir dalam Tap adalah alat untuk membuat ulir dalam dengan tangan atau mesin. Tap-tap ini dibuat dalam bentuk ulir yang digerinda dengan tiga atau lebih lekukan memanjang yang kita kenal dengan alur, alur inilah yang membentuk sisi-sisi potongnya. Tap-tap ini dibuat dengan baja kecepatan tinggi, ada juga dari baja karbon yang di keraskan tapi ini tidak ekonomis. Tap Tangan Tap tangan biasanya terdiri dari tiga buah dalam satu set untuk diameter 50 mm. Ada juga hanya satu buah untuk lubang tembus dan lubang tidak tembus tangkainya dibuat halus dan biasanya dilengkapi dengan bentuk segi empat untuk tempat pemegang tap. Tap no. 1 ( satu lingkaran ) Tap no.1 inilah yang pertama digunakan, mempunyai bentuk tirus diujungnya untuk mempermudah pemotongan. Bentuk ulir yang dihasilkan no.1 ini hanya 55% dari bentuk ulir yang sesungguhnya. Tap no.2 (dua lingkaran ) Tap no.2 ini dipakai setelah no.1. Bentuk tirus pada ujngnya lebih pendek daripada no.1. tap no.2 ini hanya 25% pemotongannya. Tap no.3 (tiga lingkaran / tidak ada ) Tap no.3 ini adalah tap yang terakhir dan yang membentuk profil ulir yang penuh. Dan badian tirus pada ujungnya sangat pendek sehingga dapat mencapai dasar untuk lubang yang tidak tembus.



Gambar 9.1.1.Tap tangan



Politeknik Negeri Bandung



51



Keterangan : Tap-tap ini dapat ditemui di toko-toko. Perbedaan tap yang satu denga yang lainnya adalah panjang bagian yang tirus pada ujungnya. Setiap tap memiliki bentuk profil yang sama.



Gambar 9.1.2. Profil tap



Lubang untuk pengetapan 1. hitung diameter lubang yang harus dibor. 2. bor diameter dalam ( di ) . 3. untuk lubang tenbus dicountersink kedua sisinya kira-kira 0,2 mm lebih besar dari diameter luar ulir ( de + 0,2 )



Catatan : Countersink dikerjakan apabila, tebal material (benda kerja) memungkinkan.



Diameter yang dibor (ISO Metric Thread) Diamater (di) = nominal ¢d – kisar (gang) Contoh : MS Kisar = 0,8 mm Bor ¢ = 5 – 0,8 = 4,2 mm Pemegang tap Pemegang tap harus mempunyai ukuran yang memadai, sehingga memungkinkan penjepitan dengan baik pada bagian segi empat dari tangkai tap. Pemegang tap dengan rahang-rahang yang dapat digerakan adalah yang paling tepat (baik).



Politeknik Negeri Bandung



52



Cara-cara pengetapan dengan baik 1. jepit tap no.1 dalam pemegang tap 2. mulai pengetapan dengan tekanan dalam arah (searah) lubang, supaya tap memotong (bitting) atau membuat ulir. Gunakan oli pemotong untuk besi 3. periksa dengan penyiku apakah tap segaris dengan lubang (tegak lurus) 4. jika kedudukan tap miring, dapat diperbaiki dengan memberikan tekanan yang ringan pada bagian yang berlawanan sambil memegang tap diputar 5. setelah kedudukan tap baik, dianjurkan untuk sering memutar tap, dengan setengah putaran kearah sebaliknya, untuk memotong beram-beramnya. Dalam pengetapan yang dalam, bahkan memutar kembalitap sampai keluar untuk menghilangkan beram. 6. periksa lagi dengan penyiku 7. lanjutkan perngetapan dengan tap no2 dan no.3 untuk besi, oli dengan dramus B.



Politeknik Negeri Bandung



53



Tabel untuk pengetapan μ. . mm



μ .mm



¢ . Bor 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5



1,6 2,1 2,5 2,9 3,3 3,75 4,2



¢. Bor 6 7 8 9 10



5 6 6,8 7,8 8,5



Catatan : Tabel diatas adalah tebel sederhana untuk pengetapan yang mana penulis hanya memberikan data-data untuk pengetapan, yang sering digunakan sehari-hari, adapun yang memudahkan penggunaan mata bor, yang tidak didapat misalnya : mata bor ¢2,1 dapatdiganti dengan mata bor ¢2, mata bor dengan diameter 2,9 dapat diganti dengan ¢3 dan seterusnya.



9.2Pembuatan ulir luar Pemotongan ulir luar atau SNIJ dibuat dari baja karbon tinggi disebut juga baja berkecepatan tinggi, digunakan untuk membuat atau memotong ulir-ulir luar dari batang besi atau pipa. Sedangkan pemotongan ulir ini terdapat beberapa type yang dapat kita temmui, diantaranya : Pemotongan ulir belah :  adalah suatu pemotongan ulir yang dapat diatur.  Bentuk daripada ulir ini sangat baik untuk mempercepat proses pemotongan.



 



Pemotongan ulir tertutup Pemotongan ulir ini sangat bentuknya dengan pemotongan ulir belah ,akan tetapi tanpa celah, oleh krrenanya tidak dapat diatur. Ukuran ulir yang akan dipotong atau dibuat tidak dapat diubah-ubah.



Politeknik Negeri Bandung



54



   



Mur pemotong ulir Dibuat berbentuk persegi enam Dicampur pada kedua sisinya Tidak dapat diatur atau diubah-ubah Mur pemotong ulir digunakan untuk memperbaiki atau memperbaharui ulir-ulir yang telah rusak.



Cara mebuat ulir  Posis /letak SNIJ ini harus tegak lurus dengan benda kerja .  Permulaan pemotongan tekanan dengan memegang tekanan dengan memegang pada lengan-lengan tangkai SNIJ (lihat gambar) dan diputar searah dengan jarum jam (untuk ulir kanan).  Setelah prmulaan pemotongan, teruskan tekanan pemotongan seperti dalam pengetapan. Sewaktu-waktu berhenti memotong dan diputar setengah putaran berlawanan dengan arah jarum jam. Beram akan patah dan jatuh /keluar.  Setelah pemotongan pertama, pemotang ulir agak diperkecil, pertama buka baut tengah kemudian kencangkan kedua baut pengatur.  Lanjutkan pemotongan kedua seperti diatas.  Pakai pendingin atau pelumas untuk besi.  Periksa ulir dengan pemeriksa ulir.



Politeknik Negeri Bandung



55



Persiapan benda kerja dan die  Diameter luar dari batang harus 0,1 – 0,2 lebih kecil daripada diameter nominal dari ulir.  Ujung batang dipessig.  Sebelum mulai pemotongan die dibuka secara ringan dengan mengeraskan baut pusat.  Baut-baut pengatur dan baut-baut penahan diputar sampai menyentuh dasar dari lubang-lubang penahan.



Betuk dari tangkai DIE SNIJ



Dilengkapi dengan empat atau lima baut yang runcing ujungnya. Baut penahan membantu penempatan die ditangkai, terletek pada tangkai die yang besar terdiri dari dua baut. Baut pusat, dengan ujung 60° digunakan untuk membuka die dengan ringan, sedang dua yang lainya digunakan untuk mengunci die dan mengatur pemotongan. Jika baut-baut dikeraskan terlalu kuat die akan patah. Kerja dengan die tertutup, semua baut digunakan untuk menehan die.



Politeknik Negeri Bandung



56



BAB X PAHAT Pahat sering digunakan untuk mengurangi tebal membuat datar, menghilangkan tonjolan-tonjolan dan masih banyak lagi. Alat kerja tangan yang sederhana ini terdiri dari batang dan sisi potong pada salah satu ujung dan kepala pada ujng yang lain. Pahat dibuat dari baja karbon atau baja campuran yang dikeraskan dan distemper, pada sisi potongnya digerinda Bagian-bagian dari pahat  Batang : dapat berbentuk segi delapan atau segi empat  Sisi potong : bentuknya tergantng dari nama dan kegunaannya  Kepala : bagian yang dipukul dengan palu.



Bentuk dan kegunaan dari pahat :  Pahat ceper : pada umumnya digunakan untuk membuat datar suatu permukaan atau membuat lubang pada pelat-pelat besi.







Pahat tepi : digunakan untuk membuat salur-salur / strip-strip pada suatu permukaan setebal pahat ceper yang kemudian didatarkan dengan pahat ceper.



Politeknik Negeri Bandung



57







Pahat alur : utnuk membuat alur olie pada alat-alat atau mesin-mesin.







Pahat potong : digunakan untuk memotong pelat-pelat besi yang tidak bias dikerjakan dimesin potong. Bagian bawah dari sisi potong (didi potongnya ) ini berbentuk datar.



Cara memegang pahat Memegang dan mengarahkan pahat menurut bentuk dan ukurannya sebagai berikut :  Pahat kecil dengan tiga jari  Pahat sedang dengan lima jari  Pahat besar dengan genggaman



Pemahatan Sambil memahat, that harus selalu diperhatikan. Bertujuan untuk membetulkan kemiringan pahat.selama pemukulan, sumbu dari palu besi harus lurus dengan sumbu pahat. Lindungi mata dengan kacamata. Lindungi orang lain dari tatal-tatl yang berterbangan.



Politeknik Negeri Bandung



58



Pencegahan kecelakaan Kepala pahat akan mengembang dalam pemakaian. Kepingan-kepingan (kembangankembangan) bias merubah arah ketika dipukul. Kepala pahat harus dijaga bentuknya dengan gerinda. Bersihkan kepala pahat dari olie dan gemuk.



Kemiringan dalam pada waktu pemahatan. Pemahatan Terusan pemahatan. Pahat didorong kedalam material dengan pukulan palu besi. Permukaan atas dari bajinnya, dimana tatal dibuang adalah bidang datar. Kemiringan dari pahat ditentukan oleh sudut (x) antara sumbu (axis) pahat dan permukaan potongan. Sudut bebas berubah –ubah menurut kemiringan ini mempengaruhi potongan.







Kepentingan dari kemiringan sudut Pahat memotong tatal dengan ketebalan yang sama jika sudut kemiringannya kirakira 10° (x).



Politeknik Negeri Bandung



59



 



Jika sudut kemiringannya besar, bajikan didorong masau ke dalam benda kerja (material). Jika kemiringan sudutnya kecil, baji akan keluar dari benda kerja. Sudut baji ditentukan oleh sifat dari logam yang dipotong. Sudurt besar untuk yang liat dank eras, kecil untuk logam yang lunak dan lentur.



Cara memahat memahat sebuah bidang yang luas Buat salur-salur pada seluruh permukaan dengan pahat tepi. Salur-salur harus cocok tebalnya untuk pemotongan dengan pahat ceper. Buat dalam beberapa kali pemotongan cekam benda kerja dengan kuat pada ragum. Potong salur-salur dengan pahat ceper. Buat dalam beberapa kali pemotongan dengan tebal kira-kira 0,2-0,5 mm sampai mecapai kedalaman yang diminta. Pahat sedikit dimiringkan.



Politeknik Negeri Bandung



60



Tepi benda kerja akan patah jika diujung pemotongan, pahat sejajar tepi benda. Pahatlah dahulu ujung pemotongan dengan memutar benda kerja da selesaikan dari arah lawannya.



Ujung pemotongan juga akan tajam jika pemahatan dengan memiringkan posisi pahat, karena diakhir pemotongan terjadi pergeseran. Menggerinda pahat Usahakan ujung potong tetap tajam. Gerindalah mula-mula pahat disisi lengkung batu gerinda. Penyelesaian dibuat disisi samping (muka) dengan tujuan untuk memper oleh sudut baji yang diminta. Periksa sudut-sudut pahat dengan alat pemeriksa sudut dan penyiku.



Politeknik Negeri Bandung



61



BAB XI PENGECAPAN Cara mengecap Persiapan dari cap-cap dan benda kerja  Letakan cap-cap diatas bangku kerja, cap menghadap kita berderat-deret seperti mereka digunakan. Aturlah yang hanya digunakan, biarkan kosong untuk hurufhuruf yang kembar (double). Mulialah dari kanan ke kiri.



 



Jika mungkin, tandai pada benda kerja, tempat dan ukuran dari cap yang digunakan. Tentukan ruang atau tempat dimana teks akan dicapkan dengan maksud supaya teratur atau simetris.







Usahakan semua tanda-tanda cap bersih, tempatkan beraturan menurut A,B,C,1,2,3.  Letakan benda kerja (jika mungkin) yang akan dicap pada sebuah blok besi yang rata atua pada ragum dengan kuat. The Stamp (Cap) Cap-cap dipakai menandai logam dan beberapa bahan bukan logam dengan nomor huruf atau tanda-tanda lainnya. Cap-cap dibuat dari baja perkakas (alat potong), dikeraskan dan ditepering (60-62 RC). Cap-cap tidak boleh digunakan pada bidang yang telah dikeraskan atau kasar (raw). Jika digunakan untuk itu, cap-cap akan rusak.



Politeknik Negeri Bandung



62



Bagian-bagian cap



Tipe-tipe cap



Bagaimana mengecap itu  Pengecapan dari kanan ke kiri (untuk orang tidak kidal) untuk mempermudah dilihat.  Letakan cap pada benda karja, miringkan sedikit kearah kita, diatas garis tanda.  Tarik cap hati-hati kegiris sampai kita merasakan berhenti digaris itu.



Politeknik Negeri Bandung



63



 



Cap sekarang ditegakan sampai menyentuh permukaan benda kerja dengan rata. Pukul satu kali dengan ringan pada posisi ini.







Periksa apakah hasilnya tepat digaris dan lurus (tegak). Untuk membetulkan : tempatkan kembali cap pada bekas pengecapan dibetulkan dengan memutar ssearah jarum jam atau berlawanan. Pada permukaan pukullah dengan ringan saja. Setelah diadakan pembetulan, barulah kita pukul dengan keras, sehingga semuanya seragam dan kedalaman yang tepat. Terakhir hilangkan seluruh tonjolan-tonjolan yang terjadi dengan menggunakan kikir.



 



Politeknik Negeri Bandung



64



BAB XII PENANDAAN Penandaan adalah proses pemindahan ukuran-ukuran  Dari gambar-gambar  Menurut suatu benda kerja  Atau menurut petunjuk-petunjuk



:



Penandaan dengan penggores. Untuk dikerjakan dimesin, dengan tanda garis-garis. Garis-garis digariskan pada permukaan benda kerja dengan penggores. Pada umumnya, penggores diarahkan :  Sepanjang penggores baja  Sepanjang penyiku  Atau sepanjang pelat yang telahdibentuk PENGGORES Tiga macam penggores yang biasa dipakai dibengkel :  Penggores sederhana  Penggores dengan satu ujungnya bengkok  Penggores dengan ujungnya yang dapat digantiganti



Penggores harus benar-benar bersudut 200-250 Bagaimana menempatkan penggores dengan pengarahnya. Kesalahan pemiringan akan mengakibatkan suatu garis bengkok dan pemindahan ukurannya tidak benar. Penggores harus dimiringkan keluar dari pengarahnya



Politeknik Negeri Bandung



65



 



Tekan penggaris atau penyiku dengan kuat pada benda kerja dan digaris hanya satu kali. Miringkan penggores kearah gerakan.



Politeknik Negeri Bandung



66



BAB XIII PENITIKAN Apakah penitikan itu Penitikan adalah proses pembuatan lubang pada lubang pada benda kerja atau bahan-bahan dengan alat-alat uyang diperkeras dan digerinda ujungnya dengan bersudut ± 300-900 Penekanan ujung penitik harus terhadap bahan yang lebih lunak, bagian yang ditekan akan terdorong kepermukaan disekitar ujung penitik.



Penandaan dengan penitik terutama untuk 3 tujuan : 1. menentukan pusat-pusart lubang pada perpotongan garis untuk memudahkan dan memusatkan awal dari pengeboran 2. untuk menjelaskan garis hingga dimana bagian yang dikerjakan. 3. untuk menjelaskan garis-garis goresan.



Politeknik Negeri Bandung



67



Penitik Penitik dengan ujung digerinda 600 akan betul-betul membantu mencapai tujuan-tujuan dengan memuaskan. Apabila diinginkan ketelitian dan kesempurnaan pada permukaan benda kerja, harus digunakan penitik dengan ujung bersudut 300. Penempatan pusat sebuah lubang yang akan dibor dengan bor yang diameter besar, mempergunakan penitik dengan ujung bersudut 900 .



Bagaimana menandai pusat : 1. pegang penitik di tangan kiri. 2. miringkan dan geser sepanjang garis hingga tepat pada garis potong, dimana tempat pusat di titik. 3. penitik dipukul satu kali dengan pukulan yang ringan dan periksa posisinya. Jika sudah tepat, pukul yang lebih keras.



Politeknik Negeri Bandung



68



BAB XIV JANGKA BERPEGAS . BAGAIMANA MENGGORES LINGKARAN  Jangka harus dimiringkan pada arah perputaran.



PEMINDAHAN UKURAN.  Mengatur kaki-kaki jangka pada ukuran yang dikehendaki, tempatkan satu ujung pada satu garis skala dan yangt lain pada jarak yang dikehendaki.



Jangka berpegas terdiri dari sepasang kaki dari baja yang diatur oleh sebuah mur dan baut dan disatukan dengan sebuah pegas bulat pada satu ujung. Penggunaan jangka :  Untuk penggoresan lingkaran-lingkaran dan garis lengkung pada besi.  Untuk memindahkan suatu ukuran dari penggaris (penandaan jarak).



Politeknik Negeri Bandung



69







Untuk mengukur suatu jarak, antara titik-titik dan membandingkannya dengan skala penggaris sebagai batasan ukuran.



Ujung-ujung jangka  Untuk mendapatkan garis-garis yang tepat, ujung jangka haruslah setajam ujung penggores.







Perhatikan dalam menggerinda ! Ujung harus selalu bersentuhan dan harus mempunyai panjang yang sama.



Politeknik Negeri Bandung



70



BAB XV PEKERJAAN TUBING 15.1. Jenis pipa tembaga. Pada pekerjaan tubing yang digunakan untuk sistem instalasi pendingin umumnya pipa yang digunakan adalah jenis pipa lunak (soft cooper) dan pipa keras (hard cooper), untuk pipa lunak proses pembentuannya / penyambungan dapat dilakukan secara manual tetapi untuk pipa jenis keras penyambungannya dilakukan dengan proses pengelasan (brazing).



15.2. Cutter tubing Untuk memotong pipa tembaga dari 1/8 inch sampai 11/8 inch digunakan cutter tsb dapat berputar pada porosnya. Pada sisi yang lain dilengkapi dengan dua buah roda untuk menahan/memegang pipa yang akan dipotong, roda tersebut dapat ikut berptar sehingga memudahkan pekerjaan memotong pipa.



15.3.Reamer Pipa tembaga setelah dipotong ujungnya tidak rata pada bagian dalam maupun pada bagian luarnya, harus diratakan dengan reamer .



Pekerjaan membersihkan ujung



setelah dipotong sangat penting sebelum pipa diswaging atau proses flearng. Satu sisi dari reamer untuk meratakan bagian luar ujung pipa dan sisi yang lain dari Reamer untuk meratakan bagian dalam pipa.



15.4.Flearing tool Untuk membuat proses flaring (mengembangkan pipa) ujung pipa agar dapat di disambung flare fitting (sambungan pipa dari kuningan yang berulir).



Flaring tool



terdiri dari dua buah penjepit (bar atau block) yang disatukan dengan baut dan mur kupu-kupu/wing nut. Kedua penjepit ini diberi lubang dari beberapa ukuran 3/16 s/d 5/8 inch. Sebuah joke ujungnya bercabang dapat diselipkan pada penjepit tersebut. Pada bagian atas joke mempunyai sebuah baut yang panjang,. Pada bagian atas dari dari dari baut tersebut diberi batang yang dapat berputar dan pada bagian bawah diberi



Politeknik Negeri Bandung



71



sebuah flare cone.Flare cone berbentuk kerucut dengan sudut 45˚ untuk menekan dan mengembangkan ujung pipa. Tidak dibenarkan memutarkan batang pada joke terlalu keras sampai ujung pipa yang dikembangkan terlalu tipis dan keras. Waktu pipa tersebut dikeraskan lagi dengan flare fitting dapat mejadi pecah bahkan sampai patah. Proses flearing yang baik membuat ujung pipa yang dikembangkan rata dan sama tebalnya.



15.5.Swaging tool Swaging adalah membesarkan ujung pipa agar dua buah pipa yang samadiameternya dapat disambungkan dengan proses brazing. Swaging tool ada dua jenis yang sering digunakan untuk membuat proses instalasi sistem pemipaan/tubing pada mesin AC / mesin pendingin. Yaitu type: a.Punch type b.Screw type Untuk jenis punch type pemakaian relatif sangat mudah, yaitu dengan cara memukul Punch yang dimasukan pada pipa yang dijepit pada bars(block penjepit). Punch pipe Yang digunakan tergantung pada diameter pipa yang akan di kembangkan. Pemakaian swaging jenis srew hamper sama dengan flaring tool . Disisni flare cone conenya ditukar dengan swaging punch (Swaging dies) yang mempunyaibebeberapa beberapa ukuran.



15.6.Tube bender Untuk membengkokan pipa tembaga lunak pada proses pengerjaan tubing dapat di lakukan dengan tangan tanpa memakai alat, tetapi dengan memakai alat bending pipa yang standar/benar akan diperoleh hasil bendingan yang tepat dan menghindari kerusakan. khususnya pada diameter dalam pipa yang dibentuk.jangan sapai terjadi pengecilan /reduksi diameter. Alat pembengkok (tube bender pipe) ada dua jenis: a.Lever type tube bender b.Spring type tube bender.



Politeknik Negeri Bandung



72



DAFTAR FUSTAKA 1. Teknik Bengkel PEDC 2. Althouse et.al, Refrigeraton, Shout Holland 1984 3. Anderson, Shop theory, McGraw-Hill, New york,1985.



Politeknik Negeri Bandung



73



BAB III KERJA BANGKU



Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran mahasiswa dapat mengelas listrik SMAW, mengelas las gas, dan mengoperasikan peralatan kerja bangku sebagai dasar untuk praktek instalasi system tata uadra dan pekerjaan tugas akhir. III.1 Alat-alat Keja Bangku dan Penggunaannya III.1.1 Ragum



Ragum tang : Disebut



demikian



karena



gerakan



pencekaman benda kerja oleh rahangnya mirip gerakan rahang dari tang. Sangat sesuai



untuk



meluruskan, namun



tidak



pekerjaan



dan



berat,



membengkokkan,



cocok



untuk



untuk



mencekam benda kerja hasil proses pemesinan.



Gambar 3.1 Ragum tang



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



45



Ragum sejajar : Disebut demikian karena posis mulutnya selalu sejajar, pencekaman oleh rahang lebih



baik



sehingga



sesuai



untuk



mencekam benda kerja hasil pemesinan.



Gambar 3.2 Ragum sejajar Tinggi ragum : Tinggi ragum harus disesuaikan dengan tinggi orang yang menggunakannya.



Gambar 3.3 Tinggi ragum



III.1.1.1 Persiapan Ragum Sebelum Digunakan 1. Ukuran rahang harus sesuai dengan ukuran benda kerja yang akan dikerjakan 2. Ketinggian ragum harus sesuai 3. Rahang harus bersih dari geram yang menempel 4. Apakah perlu menggunakan penutup rahang, harus disesuaikan dengan pekerjaan 5. Permukaan tutup rahang harus bersih dan rata 6. Permukaan benda kerja harus bersih dari geram



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



46



III.1.1.2 Pencekaman Benda Kerja pada Ragum 1. Permukaan yang dikerjakan sejajar dan sedekat mungkin dengan permukaan ragum 2. Lakukan pencekaman sedemikian sehingga rahang tidak mengalami puntiran 3. Usahakan posisi benda kerja ada di tengah-tengan rahang supaya beban ragum merata 4. Pencekaman tidak terlalu kuat, hanya dengan kekuatan tangan 5. Jangan menggunakan pipa (perpanjangan) untuk mencekam benda kerja 6. Jangan menggunakan palu untuk mengencangkan rahang pencekam 7. Pencekaman jangan sampai merusak benda kerja III.1.1.3 Beberapa Cara Pencekaman Benda Kerja Pencekaman benda kerja datar



Menjepit benda kerja tanpa penutup rahang



Menggunakan penutup rahang, penutup harus terbuat dari material yang lunak, misalnya aluminium, tembaga dengan permukaan



yang



rata



dan



bersih,



sehingga tidak merusak mulut ragum dan permukaan benda kerja. Apabila permukaan benda kerja yang dicekam



tirus,



maka



gunakan



pengganjal.



Gambar 3.4 Pencekaman benda kerja datar



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



47



Pencekaman benda kerja silindris



Tanpa



menggunakan



penutup



rahang, akan menyebabkan cacat pada permukaan benda kerja. Dengan



menggunakan



penutup



rahang, pencekaman akan lebih baik, dan tidak akan



merusak



permukaan benda kerja. Gambar 3.5 Pencekaman benda kerja silindris Pencekaman benda kerja tipis Pencekaman dilakukan dengan menggunakan alat bantu, dan ukuran alat Bantu tergantung pada lebar benda kerja yang Gambar 3.6 Pencekaman benda kerja tipis



dicekam Untuk benda kerja dengan bentuk tidak beraturan, hindari agar



tidak



terjadi



momen



puntir pada ragum



Pencekaman akan lebih baik bila menggunakan sisipan



Gambar 3.7 Pencekaman benda kerja tidak beraturan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



48



Pencekaman dengan menggunakan pencekam Bantu



Pencekam bantu digunakan untuk mencekam benda kerja. Benda kerja



dimiringkan



sehingga



pekerjaan pengikiran pada bagian ujungnya lebih muda dilakukan. Bila



benda



kerja



harus



bisa



digerakkan pada saat pengikiran maka digunakan pencekam bantu, dimana benda kerja ditumpu oleh kayu yang dicekam oleh ragum. Gambar 3.8 Pencekaman menggunakan alat bantu



III.1.2 Gergaji Daun gergaji terbuat dari material high-speed molybdenum atau baja paduan tungsten. Posisi pemegang ada yang sejajar dengan daun gergaji (gambar), dan ada pula yang membentuk sudut dengan daun gergaji. III.1.2.1 Pemilihan Daun Gergaji



Daun



gergaji



dengan



kerapatan gigi 14 gigi/inci : Digunakan lunak,



untuk



dengan



material



penampang



luas. Daun



gergaji



dengan



kerapatan gigi 18 gigi/inci : Digunakan



untuk



material



baja, baja karbon tinggi, baja HSS,



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



dengan



penampang



49



tidak terlalu luas. Daun



gergaji



dengan



kerapatan gigi 24 gigi/inci : Digunakan untuk baja profil, pipa logam, dan logam nonfero.



Daun



gergaji



dengan



kerapatan gigi 32 gigi/inci : Digunakan untuk pipa tipis atau pelat lembaran.



Gambar 3.9 Pemilihan daun gergaji



III.1.2.2 Pemasangan Daun Gergaji Daun



gergaji



dipasang



dengan



gigi



mengarah kedepan (menjauhi pemegang). Kemiringan daun gergaji terhadap bingkai diatur



sesuai



dengan



kedalaman



pemotongan yang akan dilakukan. Daun gergaji harus dimiringkan terhadap bingkainya agar dapat memotong lebih dalam dari tinggi bingkainya.



Gambar 3.10 Pemasangan daun gergaji



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



50



III.1.2.3 Menggergaji - Cekam benda kerja dengan ragum. - Buat kampuh V pada ujung awal untuk membuat posisi awal penggergajian. - Benda kerja tidak boleh bergetar pada Saat digergaji. - Mulai memotong dengan sudut sekitar 300 terhadap bidang horizontal. - Pegang bagian pemegang dengan tangan Kanan dan tangan kiri dibagian ujung dari bingkai. - Posisi telapak kaki harus benar - Gerakan kaki harus benar - Gerakan tangan lebih panjang dari ayunan badan.



- Gunakan seluruh panjang daun gergaji. - Beri sedikit tekanan pada daun gergaji saat langkah ke depan. - Pada saat langkah balik, gergaji jangan ditekan - Frekwensi langkah antara 50-60 kali per menit Jangan memulai proses penggergajian dengan menggunakan seluruh gigi gergaji.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



51



Jangan memotong tegak lurus permukaan yang tipis, hal ini dapat mengakibatkan patahnya gigi gergaji.



Gambar 3.11 Menggergaji III.1.3 Palu - Palu dibedakan berdasarkan bentuk dari baji. - Terbuat dari bahan baja tempa - Permukaan luar dan bajinya dikeraskan dan distemper.



Gambar 3.12 Palu III.1.3.1 Jenis Palu Baji bulat : - Berat antara 1 ons sampai 1,5 kg - Baji digunakan untuk pengelingan



Baji melintang : - Berat antara 1 ons sampai 1 kg - Baji digunakan untuk merentangkan benda kerja Baji lurus : - Berat antara 1 ons sampai 1 kg - Baji digunakan untuk pengelingan dibagian yang tidak terjangkau oleh baji bulat.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



52



Palu lunak : - Digunakan untuk memukul permukaan pada proses akhir - Untuk menghindari cacat permukaan - Kepala palu terbuat dari : karet, plastic, kayu, atau tembaga. Gambar 3.13 Jenis palu



III.1.3.2 Bagian Pemegang Palu - Terbuat dari kayu yang keras dan kuat - Ukuran dan bentuk harus sesuai - Tidak boleh ada mata pada kayu atau cacat - Pemasangan dengan bantuan pasak tirus yang terbuat dari logam - Kepala palu harus terpasang dengan kuat Gambar 3.14 Bagian pemegang palu



pada pemegang.



III.1.3.3 Pemasangan Kepala Palu - Buat alur untuk pasak tirus pada pemegang dengan menggunakan gergaji (gambar 3.14) - Alur dibuat menyerong sekitar 300 - Pasang kepala palu pada pemegang - Letakkan pemegang di atas meja pada posisi tegak - Masukkan pasak tirus pada alur di pemegang dengan pukulan ringan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



53



- Teruskan pemasangan pasak tirus dengan pemegang ditumpu dengan tangan (tanpa ditumpu oleh meja) - Uji apakah kepala palu sudah terpasang dengan kuat, apabila kepala palu terlepas akan sangat berbahaya.



Gambar 3.15 Pemasangan kepala palu



III.1.3.4 Menggunakan Palu - Kepala palu harus terpasang dengan baik pada pemegang - Bagian pemegang dan muka harus bebas dari minyak - Pegang ujung pemegang dengan kekuatan sedang - Gerakkan palu dengan menggunakan lengan - Gerakan terbesar ada pada lengan - Jangan memegang pemegang pada bagian tengah - Jangan meneruskan gerakan melalui Siku.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



54



- Palu dapat digunakan bersama-sama dengan alat yang lain, yang dipegang oleh tangan lainnya.



- Palu dapat digunakan secara langsung, misalnya pada pemasangan pasak



Gambar 3.16 Menggunakan palu



III.1.4 Kikir Kikir adalah perkakas tangan yang dibuat dari baja karbon tinggi, mempunyai alur-alur pahatan yang sejajar di permukaannya. Fungsi kikir : Digunakan untuk membuang kelebihan material dan untuk menghasilkan permukaan serta ukuran akhir. Gambar 3.17 Kikir



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



55



III.1.4.1 Pemilihan Kikir - Kikir dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kikir pahatan tungal dan kikir pahatan ganda - Kikir pahatan tunggal mempunyai satu deret alur-alur pahatan yang sejajar dan searah - Kikir pahatan ganda mempunyai dua Gambar 3.18 Pemilihan kikir



deret alur-alur pahatan yang sejajar dan searah, perpotongan dari dua deretan alur ini menghasilkan mata potong yang ratusan jumlahnya.



- Kikir pahatan tunggal digunakan apabila diinginkan permukaan akhir yang halus, atau untuk melakukan pengerjaan akhir pada material yang keras. - Kelas kekasaran kikir dapat dibedakan menjadi : rough, course, bastard, second cut, smooth, dead smooth. III.1.4.2 Pemasangan Pemegang Kikir - Buat lubang bertingkat pada pemegang - Kedalaman lubang terkecil sama dengan panjang tangkai kikir - Perbesar lubang menggunakan tangkai kikir - Tekan tangkai kikir ke dalam lubang



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



56



- Untuk kikir ukuran kecil, pukul bagian pemegang kikir dengan kekuatan ringan - Untuk kikir ukuran besar, pegang batang kikir dan pukulkan ke permukaan rata - Jangan memukulkan kikir ke meja rata dengan memegang pada bagian pemegangnya karena akan sangat berbahaya - Jangan sekali-kali memukul ujung kikir dengan palu untuk pemasangan pemegang kikir - Periksa apakah pemegang sudah cukup kuat, apabila terjadi kerusakan pada pemegang, misalnya retak, maka harus diganti dengan pemegang baru Gambar 3.19 Pemasangan pemegang kikir



- Jangan menggunakan kikir tanpa Pemegang



III.1.4.3 Melepas Pemegang Kikir Melepas kikir ukuran besar : - Pegang dengan tangan kanan bagian pemegang kikir, tangan yang lain memegang batang kikir - Dorong pemegang hingga menabrak sisi pembatas hingga pemegang kikir terlepas.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



57



Melepas kikir ukuran kecil : - Pegang bagian batang kikir - Hantamkan bagian pemegang melawan sisi pembatas.



Gambar 3.20 Melepas pemegang kikir



III.1.4.4 Posisi Kaki dan Badan - Letakkan telapak kaki pada posisi yang benar (gambar) - Gerakkan kaki pada arah horizontal - Jangan menggerakkan kikir bergelombang - Gerakan kikir horizontal



- Lakukan pengikiran dengan langkah yang panjang dan tekanan yang kuat sepanjang langkah - Gunakan seluruh panjang kikir - Gerakan lengan diiringi dengan dorongan badan



Gambar 3.21 Posisi kaki dan badan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



58



III.1.4.5 Mengikir Permukaan Rata Sebelum melakukan pengikiran, lakukan : - Apakah ketinggian ragum telah sesuai - Cekam benda kerja dengan ragum, dan letakkan permukaan yang akan dikerjakan menghadap ke atas, dan sejajar dengan permukaan rahang - Pegang pemegang kikir dengan tangan kanan, dan ujung batang kikir dengan tangan kiri - Atur posisi kaki dan badan sesuai dengan poin III.1.4.4



Tekan dengan telapak tangan kiri untuk kikir besar.



- Tekan dengan ujung jempol dan satu atau dua jari untuk kikir kecil - Kurangi tekanan ke kikir pada saat langkah kembali,dan - Jangan mengangkat kikir hingga lepas dari benda kerja pada saat langkah kembali Lakukan pengikiran dengan arah menyilang pada saat pengasaran



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



59



Lakukan pengikiran akhir dengan arah yang sejajar dengan permukaan benda kerja



- Periksa kelurusan/kerataan permukaan menggunakan penyiku rata - Kelurusan dan kerataan permukaan benda kerja dilihat dari adanya sinar yang menembus celah antara penyiku dengan permukaan benda kerja - Pengikiran kasar dapat dilakukan Sebelum pengikiran akhir - Pada pengikiran kasar perlu disisakan material secukupnya untuk pengerjaan akhir



Setelah



pengikiran



kasar,



baru



dilakukan pengikiran akhir



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



60



- Cara pengikiran yang lain adalah dengan drawfilling - Kikir dengan pahatan tunggal cocok dengan cara ini - Pengikiran dilakukan dengan arah ke depan atau ke belakang



Gambar 3.22 Mengikir permukaan rata



III.1.4.6 Mengikir Ujung Bulat dan Chamfer Mengikir ujung bulat : - Cekam benda kerja dengan ragum pada posisi sumbu vertikal - Gerakkan kikir dengan gerakan sirkular - Apabila perlu kendorkan cekaman ragum dan putar benda kerja Mengikir chamfer : - Cekam benda kerja dengan ragum pada posisi sumbu vertikal - Buat kemiringan chamfer sebesar yang diinginkan - Gerakkan kikir mengayun melingkari Batang Gambar 3.23 Mengikir ujung bulat dan chamfer



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



- Apabila perlu kendorkan cekaman ragum dan putar benda kerja



61



III.1.4.7 Membersihkan Kikir - Membersihkan kikir dari geram yang mudah lepas dapat dilakukan dengan sikat kawat - Tarik sikat kawat searah dengan arah alur pahatan pada permukaan kikir - Membersihkan kikir dari geram yang menempel/lengket dapat dilakukan dengan pelat logam (tembaga) - Tekan pelat logam searah dengan arah alur pahatan pada kikir - Jangan membersihkan geram dari Gambar 3.24 Membersihkan kikir



permukaan kikir dengan penggores atau logam yang dikeraskan lainnya - Periksa apakah ada kerusakan yang terlihat pada kikir



III.1.5 Pahat Tangan - Bentuk penampang badan pahat harus memeberikan kemudahan untuk dipegang erat - Sebagian besar pahat tangan bagian badannya mempunyai bentuk penampang segi empat atau delapan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



62



- Pengecekan besar sudut baji dapat dilakukan dengan menggunakan mal sudut



Gambar 3.25 Pahat tangan III.1.5.1 Pemahatan



Sebelum pemahatan siapkan peralatan seperti : ragum, palu, kaca mata bening, pahat tangan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan, dan periksa bagaimana kondisi mata potong dan sudut baji. Proses : - Kenakan kaca mata pengaman - Cekam benda kerja pada ragum dengan kuat - Genggam pahat tangan dengan kuat menggunakan telapak tangan - Tempelkan pahat pada permukaan benda kerja pada posisi yang benar - Besarnya sudut bebas sekitar 5 0 sampai 8 0 .



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



63



- Arahkan pandangan mata pada mata potong pahat - Pembuangan material tidak boleh dilakukan terus sampai ke ujung benda kerja - Setelah mendekati ujung, benda kerja harus dibalik dan pemahatan dilakukan pada arah yang berlawanan - Untuk mencegah agar chip tidak terlempar jauh, pada saat mendekati akhir proses, lakukan pemahatan dengan pukulan ringan dan frekwensi yang lebih sering - Gunakan chipping screen untuk Menghindari chip terlempar terlalu jauh



Gambar 3.26 Pemahatan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



64



DAFTAR PUSTAKA



1. Sriwidharto, Petunjuk Kerja Las, PT. Pradnya Paramita Jakarta, 1996 2. Yatna Yuwana M, Tatacara Kerja Bangku, Diktat Kuliah Jurusan Teknik Mesin FTI-ITB Bandung, 1996 3. http://indonesia-mekanikal.blogspot.com/2008/06/teknik-pengelasan 4. Althouse, A.D.,Turnquist, C.D., Bowditch, W.A., Bowditch, K.E., Bowditch, M.A, Modern Welding, The Goodheart-Willcox Co. Inc., Tinley Park, Illinois, 2004



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



65



BAB I LAS BUSUR LISTRIK



Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memiliki dasar pengetahuan tentang teori dasar las busur nyala listrik, dan diharapkan mampu menerapkannya dalam praktek. Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam (benda padat) dengan jalan mencairkannya melalui proses pemanasan dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom logam. Benda padat yang tidak dapat mencair seperti: mika, asbes, kayu, dan lain-lain, tidak dapat di-las. Penyambungan hanya dapat dilakukan dengan baut-mur, rekatan, pasak, dan cara-cara lain selain las. Sumber-sumber panas untuk pengelasan dihasilkan dari proses-proses berikut ini: 1. Busur nyala listrik (arc), panas yang dihasilkan sangat tinggi, jauh di atas titik lebur baja sehingga dapat mencairkan baja dengan cepat. Banyak digunakan untuk pengelasan berbagai jenis baja, baja paduan, dan logam non-fero. 2. Pembakaran campuran zat asam (oksigen) dengan bahan bakar gas seperti asetilen (acetylene), propan, hydrogen, dan lain-lain. Prosesnya disebut oxyacetylene, oxy-hydrogen, atau oxy fuel. I.1. Las Busur (Arc Welding) Pengelasan busur adalah pengelasan dengan memanfaatkan busur listrik yang terjadi antara elektroda dengan benda kerja. Elektroda dipanaskan sampai cair dan diendapkan pada logam yang akan disambung sehingga terbentuk sambungan las. Mulamula elektroda kontak/bersinggungan dengan logam yang dilas sehingga terjadi aliran arus listrik, kemudian elektroda diangkat sedikit sehingga timbullah busur. Panas pada o



busur bisa mencapai di atas 5.000 C. Salah satu jenis las yang banyak dipakai adalah las busur nyala listrik terlindung SMAW (shielded metal arc welding).



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



1



Las busur SMAW bisa menggunakan arus searah maupun arus bolak-balik. Mesin arus searah dapat mencapai kemampuan arus 500 amper pada tegangan terbuka antara 40 sampai 95 Volt. Pada waktu pengelasan tegangan menjadi 17 sampai 45 Volt. Ada 2 jenis polaritas yang digunakan yaitu polaritas langsung dan polaritas terbalik. Pada polaritas langsung elektroda berhubungan dengan terminal negatif sedangkan pada polaritas terbalik elektroda berhubungan dengan terminal positif. Jenis bahan elektroda yang banyak digunakan adalah elektroda jenis logam walaupun ada juga jenis elektroda dari bahan karbon namun sudah jarang digunakan. Elektroda berfungsi sebagai logam pengisi pada logam yang dilas sehingga jenis bahan elektroda harus disesuaikan dengan jenis logam yang dilas. Untuk las biasa mutu lasan antara arus searah dengan arus bolak balik tidak jauh berbeda, namun polaritas sangat berpengaruh terhadap mutu lasan. Kecepatan pengelasan dan keserbagunaan mesin las arus searah dan arus bolak balik hamper sama, namun untuk pengelasan logam/pelat tebal, las arus bolak balik lebih cepat. Skema las busur bisa dilihat pada gambar 1. dibawah ini.



Gambar 1.1 Skema nyala busur. Elektroda yang digunakan pada pengelasan jenis ini ada 3 macam yaitu : elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos adalah elektroda tanpa diberi lapisan dan penggunaan elektroda jenis ini terbatas antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Elektroda fluks adalah elektroda yang mempunyai lapisan tipis fluks, dimana fluks ini berguna melarutkan dan mencegah terbentuknya



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



2



oksida-oksida pada saat pengelasan. Kawat las berlapis tebal paling banyak digunakan terutama pada proses pengelasan komersil. Lapisan pada elektroda berlapis tebal mempunyai fungsi : 1. Membentuk lingkungan pelindung. 2. Membentuk terak dengan sifat-sifat tertentu untuk melindungi logam cair. 3. Memungkinkan pengelasan pada posisi diatas kepala dan tegak lurus. 4. Menstabilisasi busur. 5. Menambah unsur logam paduan pada logam induk. 6. Memurnikan logam secara metalurgi. 7. Mengurangi cipratan logam pengisi. 8. Meningkatkan efisiensi pengendapan. 9. Menghilangkan oksida dan ketidakmurnia. 10. Mempengaruhi kedalaman penetrasi busur. 11. Mempengaruhi bentuk manik. 12. Memperlambat kecepatan pendinginan sambungan las. 13. Menambah logam las yang berasal dari serbuk logam dalam lapisan pelindung. Fungsi-fungsi yang disebutkan diatas berlaku umum yang artinya belum tentu sebuah elektroda akan mempunyai kesemua sifat tersebut. Komposisi lapisan elektroda yang digunakan bisa berasal dari bahan organik ataupun bahan anorganik ataupun campurannya. Unsur-unsur utama yang umum digunakan adalah : 1. Unsur pembentuk terak : SiO2 , MnO2 , FeO dan Al2O3 . 2. Unsur yang meningkatkan sifat busur : Na2O, CaO, MgO dan TiO2 . 3. Unsur deoksidasi : grafit, aluminium dan serbuk kayu. 4. Bahan pengikat : natrium silikat, kalium silikat dan asbes. 5. Unsur paduan yang meningkatkan kekuatan sambungan las : vanadium, sirkonium, sesium, kobal, molibden, aluminium, nikel, mangan dan tungsten. I.2 Persiapan Mengelas dengan Las Listrik Tujuan Pembelajaran 1. Memahami gambar dan simbol las dengan baik



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



3



2. Mampu mengoperasikan alat utama, alat bantu dan alat keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan 3. Memahami jenis bahan/material untuk pengelasan 4. Menguasai teknik-teknik pengelasan 5. Mampu merangkai peralatan las 6. Mampu mengontrol bagian-bagian yang harus dikontrol sebelum perangkaian maupun selama pengoperasian Sebelum pengelasan dilaksanakan maka perlu persiapan-persiapan yang terdiri dari persiapan praktis dan persiapan teoritis. I.2.1 Persiapan Praktis Sebelum Pengelasan Persiapan praktis meliputi persiapan peralatan sebelum pengelasan dilakukan, terdapat tiga kelompok peralatan pengelasan : 1. Peralatan utama 2. Peralatam bantu dan 3. Peralatan keselamatan kerja 1. Peralatan utama las SMAW yaitu : 



Kabel tenaga







Trafo las (generator)







Kabel massa







Kabel elektroda







Pemegang elektroda







Penjepit massa



2. Peralatan bantu las SMAW antara lain : 



Meja las







Palu terak







Palu konde







Gerinda tangan







Mistar baja







Sikat baja



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



4







Ragum







Kikir







Penjepit benda kerja



3. Peralatan keselamatan kerja las antara lain : 



Helm las (topeng las)







Kaca las hitam







Kaca las putih







Apron (pelindung dada)







Baju kerja







Sarung tangan







Sepatu kulit kapasitas 2 ton







Masker



Gambar. 1.2 Ruang pengelasan dengan peralatannya I.2.1.1 Peralatan Utama Las Busur Nyala Manual SMAW 1. Kabel tenaga Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo las. Hal ini



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



5



menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya (serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstall harus kuat dan tidak mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak panas. 2. Trafo las Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan kenyataannya yang terlihat pada tang ampere. Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafo AC atau DC. hal ini terkait dengan jenis elektroda yang akan digunakan. Jika menggunakan multi electrode, pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus dilihat instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. Atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las dimatikan kembali. 3. Kabel elektroda dan kabel massa Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi dan terinstall dengan kuat dengan trafo las agar aliran arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



6



pengelasan akan maksimal. Jika sudah tidak dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan diletakkan dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu yang lain.



Gambar 1.3 Trafo las dengan kabel tenaga, kabek elektroda, dan kabel massa



Gambar 1.4 Kabel elektroda dengan pemegang elektroda, kanbel massa dengan penjepit massa



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



7



4. Pemegang elektroda dan penjepit massa Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaga. Pada pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam penggunaannya elektroda harus ditempatkan pada sela-sela yang ada, dapat diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45 derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja. Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan terkena busur las. Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda disisakan 1 inch sehingga tidak sampai menyentuh pemegang elektroda. Sedangkan pemegang



massa



tidak



diperkenankan



untuk



menjadi



tempat



mencopa



elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda kerja ditempatkan pada/ dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.



Tabel 1.1 Jumlah panjang kabel elektroda dan kabel massa terhadap kapasitas arus listrik I.2.1.2 Peralatan Bantu Las Busur Nyala SMAW Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



8



sedemikian rupa sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain. 1. Meja las Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di meja las. 2. Palu terak Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan. Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek ketajamannya dan kondisinya. apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi.



Gambar 1.5 Palu terak 3. Palu konde Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. atau digunakan untuk tujuan membantu



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



9



persiapan pengelasan. Palu konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya.



Gambar 1.6 Palu konde 4. Gerinda tangan Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi.



Gambar 1.7 Gerinda tangan Dalam penggunaannya : Periksa kabel gerinda apakah ada yang terkelupas atau tidak, jika ada segera diisolasi agar operator tidak tersengat listrik. Pastikan saklar dalam kondisi OFF sebelum kabel dihubungkan pada sumber listrik. Pastikan batu gerinda terpasang dengan kuat dan tepat dan kemudian peganglah gerinda pada tangkai gerinda dengan kuat. Hubungkan kabel gerinda dengan sumber listrik dan kemudian hidupkan dengan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



10



menekan tombol ON. Gunakan kaca mata putih saat menggerinda. Setelah selesai tekan saklar OFF dan lepas kembali kabel dari sumber arus. Gulung kabel sedemikian rupa dan simpanlah pada tempatnya dengan aman dan tidak saling bertindih dengan alat lain. 5. Sikat baja Alat Bantu sikat baja berfungsi untuk membersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas atau menyambung lasan yang terhenti karena pergantian elektroda. Sikat baja digunakan setelah hasil lasan dibersihkan dengan palu terak, permukaan harus bersih dari kotoran, adanya kotoran akan menghambat proses pencampuran cairan lasan yang akan mengakibatkan cacat las.



Gambar 1.8 Sikat baja las I.2.1.3 Peralatan Keselamatan Kerja Las Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan. Penggunaan alat keselamatan kerja las akan memberikan jamiman keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil lasan. 1. Pakaian kerja Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman dalam bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat mengotori pakaiannya. di samping itu pula dengan menggunakan pakaian kerja juru las memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya. Pakaian kerja dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. Kemeja kerja jurulas dibuat lengan panjang dan bercelana panjang.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



11



Gambar 1.9 Pemakaian peralatan keselamatna kerja juru las 2. Helm las/topeng las Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las (sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga api las. Apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar dan sel-sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las tertentu didesain dilengkapi dengan masker hidung, yang fungsinya adalah melindungi diri dari asap las dan debu pengelasan. asap las, dan debu ini akan mengganggu pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit paru-paru (pernapasan) serta ginjal. 3. Kaca las (topeng las) Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang menyilaukan, sinar ultra violet, dan infra red. Nyala-nyala ini akan mampu merusak penglihatan mata juru las, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Pemilihan kaca las disesuaikan dengan besar kecilnya arus pengelasan yang digunakan juru las (lihat tabel) pada buku-buku referensi pengelasan. contohnya adalah untuk pengelasan sampai 150 ampere menggunakan kaca las NO 10.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



12



Gambar 1.10 Kaca las (topeng las) 4. Apron (pelindung dada) Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra red, percikan bunga api las dan panas pengelasan. pelindung dada ini terbuat dari kulit yang lentur.



Gambar 1.11 Apron (pelindung dada) 5. Sarung tangan Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari sengatan listrik, panas lasan, dan bend-benda yang tajam. 6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton Sepatu las terbuat dari kulit yang pada ujungnya terdapat logam pelindung dengan kapasitas 2 ton. Sepatu las akan melindungi juru las dari sengatan listrik, kejatuhan benda, benda-benda yang panas dan benda-benda yang tajam.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



13



Gambar 1.12 Sarung tangan las



Gambar 1.13 Sepatu las



I.2.2 Persiapan Teoritis Sebelum Pengelasan Untuk menjadi seorang juru las yang kompeten maka seseorang harus dibekali pengetahuan tentang : 1. Mengerti kampuh las Untuk mempermudah pelaksanaan pengelasan maka dibuat symbol pengelasan sebagai informasi dari perancang ke pelaksana di lapangan. Berikut adalah macam kampuh las lengkap dengan symbol-simbol yang banyak digunakan. 2. Mengerti gambar teknik Mahasiswa harus mengerti sedikit tentang membaca gambar teknik, gambar konstruksi, membuat sketsa, symbol las, dan lain-lain.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



14



Gambar 1.14 Siap melaksanakan pengelasan 3. Mengerti gambar teknik Mahasiswa harus mengerti sedikit tentang membaca gambar teknik, gambar konstruksi, membuat sketsa, symbol las, dan lain-lain. 3. Bisa mengatur arus sesuai dengan ukuran elektroda Pemilihan ukuran elektroda biasanya sudah tercantum pada trafo las, sehingga arus listrik yang digunakan tinggal menggeser hendel arus pada trafo. 4. Mengerti ilmu bahan/material Mahasiswa harus mengerti sedikit tentang ilmu bahan, terutama logam ferro dan non-ferro, titik lebur logam, dan sifat-sifat logam. 5. Memahami keselamatan kerja



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



15



Mahasiswa harus memahami keselamatan kerja, misalnya memakai dan menggunakan peralatan keselamatan dengan benar termasuk langkah-langkah pencegahan kecelakaan dan hal-hal yang perlu untuk menjamin cara pengelasan yang mematuhi syarat-syarat kesehatan.



Gambar 1.15 Macam kampuh las dan simbolnya



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



16



I.3 Mengeset Mesin Las dan Elektroda Teknik dalam merangkai peralatan las busur manual ini harus dipahami oleh mahasiswa. Tujuannya adalah agar pada saat melaksanakan perangkaian tidak menimbulkan kecelakaan atau kesulitan. Hal-hal yang perlu dipahami adalah : 



Alat keselamatan kerja yang dibutuhkan untuk merangkai peralatan las dan cara penggunaannya







Bagian-bagian yang harus dikontrol sebelum perangkaian dilakukan







Posisi tubuh (sikap kerja) pada saat merangkai







Hal-hal yang harus dikontrol setelah proses merangkai selesai dilaksanakan Kegiatan ini harus dapat diketahui dan dilakukan oleh mahasiswa, agar proses



pengelasan dapat berjalan dengan lancar. Jika kegiatan ini tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa maka proses menyetelan mesin las dan penggunaan alat keamanan harus dijelaskan dahulu oleh instruktur. Pemahaman tentang polaritas pengelasan wajib diketahui oleh juru mahasiswa. Polaritas akan menentukan hasil pengelasan yang dilakukannya, misalkan penembusan dangkal, sedang atau dalam. Berdasarkan pengetahuan tersebut, mahasiswa akan dapat menentukan polaritas apa yang dipakai untuk melakukan pengelasan pada logam dengan ketabalan, jenis bahan dan posisi pengelasan tertentu. Berikut data tentang polaritas dan pengaruhnya terhadap pengelasan.



Tabel 1.2 Pengaruh polaritas terhadap penetrasi hasil pengelasan Ketentuan di atas akan memberikan petunjuk bagi mahasiswa untuk mempersiapkan peralatan las untuk pengelasan dengan tujuan tertentu.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



17



Peralatan las busur manual harus dilaksanakan dengan benar, kuat dan aman. keadaan semacam ini akan memberikan jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan yang dimaksud di sini adalah selamat bendanya (tidak rusak), selamat orangnya, dan selamat lingkungannya. Kabel-kabel dihubungkan dengan teknik yang benar dan kuat sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur).



Gambar 1.16 Rangkaian pengelasan dengan arus searah dan skema nyala busur I.4 Polaritas Pengelasan Mengelas dengan busur nyala listrik sebagai sumber panas, arus listrik yang digunakan bisa berupa arus searah atau bolak balik. Dalam hal arus bolak balik tidak masalah dengan polaritas, namun dengan menggunakan arus searah maka polaritas harus benar-benar diperhatikan sebelum mulai pengelasan.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



18



Terdapat dua jenis polaritas, yakni polaritas lurus (straight polarity) dan polaritas terbalik (reverse polarity). Disebut polaritas lurus apabila tangkai las dihubungkan dengan kutup negative sedangkan kelem las dihubungkan dengan kutup positif, dan disebut polaritas terbalik apabila tangkai las dihubungkan dengan kutup positf sedangkan kelem las dihubungkan dengan kutup negative.



Gambar 1.17 Mesin las AC dan DC serta cara pengaturan polaritas Beberapa jenis elektroda las sengaja dibuat untuk polaritas lurus maupun polaritas terbalik arus searah. Apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan polaritas maka nyala busur tidak konstan, produksi gas berlebihan, dan menimbulkan percikanpercikan dan gelembung gas, sehingga penetrasi pengelasan tidak sempurna.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



19



Manfaat polaritas berhubungan dengan sifat coating (zat pelindung) elektroda, ada coating bekerja lebih baik bila bekerja dengan polaritas lurus, dan ada coating bekerja lebih baik dengan polaritas terbalik. I.5 Cara Memulai Penyalaan dan Pengelasan Busur Nyala Listrik Cara 1 memulai penyalaan



Gambar 1.18 Cara 1 memulai penyalaan busur nyala listrik 1. Pegang tangkai las elektroda tegak lurus terhadap pelat/benda kerja. 2. Ketukkan beberapa kali ke permukaan benda kerja. 3. Setelah timbul nyala busur listrik, angkat elektroda setinggi garis tengah elektroda agar elektroda tidak lengket pada benda kerja. Cara 2 memulai penyalaan



Gambar 1.19 Cara 2 memulai penyalaan busur nyala listrik 1. Pegang tangkai las elektroda hingga membentuk sudut ± 600 terhadap benda kerja. 2. Gerakkan/ayun elektroda hingga menyinggung permukaan benda kerja.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



20



3. Setelah timbul nyala busur listrik, angkat elektroda setinggi garis tengah elektroda agar elektroda tidak lengket pada benda kerja.



Cara memulai pengelasan



Gambar 1.20 Cara memulai pengelasan Sudut pengelasan sekitar 5o hingga 10o miring terhadap gerakan elektroda, dan elektroda tegak lurus benda kerja. 



Lakukan cara memulai penyalaan busur, tahan jarak elektroda setinggi garis tengah elektroda.







Perbesar jarak elektroda menjadi dua kali garis tengah elektroda untuk memanaska benda kerja.







Kalau benda kerja telah panas, kembalikan jarak elektroda ke posisi semula yaitu satu kali garis tengah elektroda, dan miringkan elektroda hingga membentuk sudut 5o hingga 10o.







Biarkan alur las terbentuk hingga 1,5 hingga 2 kali diameter elektroda, dan gerakkan searah alur las dengan mempertahankan lebar alur hingga pengelasan selesai.







Buang lapisan slag (terak).



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



21



Gambar 1.21 Lebar alur las



I.6 Mengelas dengan Posisi Datar (flat) 



Tentukan polaritas, misalnya arus DC polaritas lurus.







Seting posisi arus pada trafo sesuai diameter elektroda.







Hubungkan penjepit las/klem benda kerja dengan pool positif.







Hubungkan tangkai elektroda las dengan pool negative.







Siapkan bahan yang akan di-las, dan bersihkan kampuh .







Seting posisi benda kerja yang akan di-las sesuai gambar.







Lakukan langkah I.4 untuk memulai penyalaan dan pengelasan atau







Lakukan Scratching , yakni memposisikan elektroda pada sudut tertentu dan menggoreskannya pada permukaan benda kerja, kemudian tarik elektroda secepatnya setelah menghasilkan nyala untuk menjaga jarak nyala dan mencegah lengketnya elektroda pada benda kerja.







Lakukan gerakan/ayunan elektroda sesuai keinginan.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



22



I.7 Berbagai Bentuk Gerakan/ayunan Elektroda



Gambar 1.22. Berbagai bentuk gerakan/ayunan elektroda



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



23



I.8 Berbagai Posisi Pengelasan



Gambar 1.23 Berbagai posisi pengelasan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



24



Gambar 1.24 Cara penempatan elektroda pada pengelasan mendatar



Gambar 1.25 Cara penempatan elektroda pada pengelasan horizontal dan vertikal



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



25



I.9 Macam-macam Kesalahan Las dan Penyebabnya Bagian yang tidak kalah pentingnya adalah seseorang/juru las harus mampu mengenali kesalahan/kegagalan dalam pengelasan, dengan cara visual atau melakukan uji terhadap hasil lasan. Adapun kesalahan-kesalaahan dalam pengelasan dapat dibagi menjadi dua : 1. Kesalahan visual (dapat dilihat dengan mata) 2. Kesalahan non-visual (tidak tampak) I.9.1 Kesalahan Visual Kesalahan Undercutting Sisi-sisi kampuh las ikut mencair dan masuk ke dalam alur las, sehingga terbentuk parit disisi kanan dan kiri alur sehingga mengurangi ketebalan bahan. Hal ini disebabkan terlalu tingginya temperatur pengelasan karena pemakaian arus yang terlalu besar, dan ayunan elektroda terlalu pendek.



Gambar 1.26 Kesalahan Undercutting Kesalahan Weaving fault Bentuk alur bergelombang sehingga ketebalan alur tidak merata. Hal ini disebabkan gerakan/ayunan elektroda terlalu besar.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



26



Gambar 1.27 Kesalahan Weaving fault Kesalahan Surface porosity Terbentuknya lubang-lubang gas pada permukaan lasan yang biasanya disebabkan oleh : 



Elektroda basah







Kampuh kotor







Udara sewaktu mengelas terlalu besar







Gas yang berasal dari galvanisasi



Gambar 1.28 Kesalahan Surface porosity Kesalahan Fault of electrode Bentuk alur las menebal pada jarak tertentu yang diakibatkan pergantian elektroda atau pada sambungan las yang sempat terhenti.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



27



Gambar 1.29 Kesalahan Fault of electrode Kesalahan Weld spatter Alur las kasar dan punuh dengan bekas percikan-percikan las/slag, hal ini disebabkan oleh : 



Arus terlalu besar







Salah jenis arus listrik







Salah polarisasi



Gambar 1.30 Kesalahan Weld spatter Kesalahan Alur las terlalu tinggi Bentuk kampuh ramping dan menonjol ke atas, hal ini disebabkan oleh : 



Arus terlalu rendah







Jarak elektroda terlalu dekat dengan benda kerja (kurang dari satu kali diameter elektroda)



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



28



Gambar 1.31 Kesalahan Alur las terlalu tinggi Kesalahan Alur las terlalu lebar Jika dibandingkan dengan tebal benda kerja/pelat, alur las terlalu lebar, hal ini disebabkan oleh kecepatan gerak elekktroda terlalu lambat.



Gambar 1.32 Kesalahan Alur las terlalu lebar Kesalahan Alur las tidak beraturan Disebabkan oleh orang yang mengelas tanpa dasar keterampilan dan pengetahuan tentang las yang memadai, sehingga gerakan dan posisi elektroda tidak beraturan, dan kadang-kadang jarak elektroda ke permukaan benda kerja/pelat terlalu dekat atau jauh.



Gambar 1.33 Kesalahan Alur las tidak beraturan



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



29



Kesalahan Alur las terlalu tipis (cekung) Diakibatkan oleh kecepatan mengelas/elektroda terlalu tinggi.



Gambar 1.34 Kesalahan Alur las terlalu tipis (cekung) I.9.2 Kesalahan Non-visual Kesalahan Dasar concave (cekung) Pada pengelasan pertama terjadi pencekungan, hal ini disebabkan oleh arus terlalu besar atau kecepatan gerak elektroda terlalu tinggi sehingga sebagian cairan las jatuh ke bawah.



Gambar 1.35 Kesalahan Dasar concave (cekung) Kesalahan Dasar berlubang-lubang Disebabkan oleh posisi elektroda terlalu dalam sewaktu mengelas dan arus terlalu besar.



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



30



Gambar 1.36 Kesalahan Dasar berlubang-lubang Kesalahan Incomplete penetration Akibat cairan las yang tidak tembus ke bawah, hal ini disebabkan beberapa hal yakni : 



Letak elektroda terlalu tinggi







Arus terlalu lemah







Jarak sisi kampuh terlalu rapat



Gambar 1.37 Kesalahan Incomplete penetration



Laboratorium Mekanik RHVAC 2010



31



OXYACETELYN WELDING



Pengelasan Dengan Gas (Gas Welding) Pengelasan dengan gas adalah proses pengelasan dimana digunakan campuran gas sebagai sumber panas. Bahan bakar gas yang banyak digunakan adalah gas alam, asetilen dan hidrogen yang dicampur dengan oksigen, dan jenis yang paling banyak digunakan adalah nyala gas campuran asetilen dengan oksigen yang lazim disebut oxy acetylene welding. Nyala Oksiasetilen Sebagai sumber panas digunakan campuran gas oksigen (O2) dengan o



gas asetilen (C2H2), suhu nyalanya bisa mencapai 3500 C. Jenis bahan bakar gas lain yang biasa digunakan adalah propane (C3H8) dan metan (CH4), propane didapat di pasaran dalam bentuk cairan bertekanan atau lazim disebut gas elpiji (LPG), sedangkan gas metan dalam bentuk cairan yang didinginkan atau lazim disebut gas elenji (LNG). Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi. Oksigen berasal dari proses hidrolisa atau pencairan udara. Oksigen yang disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 Mpa, sedangkan gas asetilen dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida (bongkahan-bongkahan karbit) dengan air, dengan reaksi sebagai berikut : CaC2 + H2O



C2H2 + CaO



CaO



Ca (OH)2



+ H2O



C2 H2 + 2 H2O Kalsium Air Karbida



Ca(OH)2 + C2 H2 Kapur Gas asetilen tohor



Pembakaran campuran gas akan menghasilkan panas yang suhunya dapat diatur dengan cara mengatur persentase campuran gas, makin besar persentase gas oksigen maka panas yang dihasilkan akan semakin tinggi. C2H2 + O2



2CO + H2 + panas



1



Jika kelebihan oksigen, maka yang terjadi adalah : 2CO + O2



2CO2



2H2 + O2



2H2O



Jika kelebihan asitilen, yang terjadi adalah : 2C2H2 + 2O2 4CO



4CO + 2H2



+ 2O2



4CO2



2C2H2 + 5O2



4CO2



+ 2H2O 2H2 + O2



2H2O



Gambar 1, Nyala netral dan suhu yang dicapai pada ujung pembakar



Gambar 2, Skema proses penyalaan oksiasetilen Dari hasil pembakaran dapat dikelompokkan jenis nyala api berdasarkan persentase campuran gas. Jenis nyala api terdiri dari nyala api netral, nyala api oksidasi, dan nyala api asetilen. Nyala api netral menggambarkan hasil pembakaran yang seimbang antara campuran oksigen (O2) dengan gas karbit (C2H2), dimana nyala inti adalah nyala permulaan terbakarnya karbon dari asetilen, sedangkan nyala



2



luar adalah hasil pembakaran gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) dengan oksigen.



Gambar 3 Nyala api netral Apabila kandungan gas asetilen lebih besar dari gas oksigen, maka akan terbentuk nyala api asetilen atau nyala api karburasi. Nyala api asetilen terjadi apabila gas asetilen yang dibakar tanpa campuran oksigen sama sekali. dan suhu pembaakarannya sangat rendah sehingga tidak pernah digunakan untuk pengelasan. Warna nyala asetilen adalah kuning jingga yang mengeluarkan asap hitam hasil pembakaran karbon yang tidak sempurna.



Gambar 4 Nyala api asetilen Nyala api karburasi terbentuk sewaktu katup oksigen mulai dibuka sedangkan nyala asetilen sudah terjadi. Nyala karburasi merupakan nyala campuran antara asetilen dengan oksigen dimana komposisi asetilen masih sangat dominan.



Gambar 5 Nyala api karburasi



Nyala api oksidasi terjadi apabila terdapat kelebihan gas oksigen. Nyalanya mirip dengan nyala netral hanya nyala inti menjadi lebih pendek dan



3



runcing. Warna nyala inti putih kemilau agak keungu-unguan, dan disertai suara mendesis yang lebih keras. Suhu nyala api oksigen lebih tinggi dari nyala api netral.



Gambar 6 Nyala api oksidasi Pada kondisi komposisi oksigen cukup tinggi dibanding asetilen, maka api oksigen bisa digunakan untuk memotong pelat tipis maupun tebal dengan permukaan hasil pemotongan cukup baik. Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung, tekanannya tidak boleh melebihi 100 kPa dan disimpan dicampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung asetilen mampu menahan tekanan sampai 1,7 MPa.



Peralatan Las Oksiasetilen Untuk dapat mengelas atau memotong ataupun fungsi lainya dari las gas oksiasetilen, maka diperlukan peralatan yang dapat menunjang fungsifungsi tersebut. Secara umum peralatan yang digunakan adalah: 1. Tabung gas oksigen dan tabung gas bahan bakar 2. Katup silinder/tabung 3. Regulator 4. Selang gas 5. Torch, 6. Peralatan pengaman



4



5



BRAZING COPPER TUBING PROCEDURE Petunjuk berikut adalah bagaimana teknik brazing pipa tembaga yang bertujuan menghasilkan titik brazing yang tepat sehingga tidak ada kebocoran yang dihasilkan oleh proses brazing. Dengan mengikuti petunjuk sederhana dan bekerja dengan baik, akan mampu menghasilkan sambungan brazing yang sempurna. 1. PENGUKURAN Ukur pipa sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, beri tanda dengan pensil.



2. PEMOTONGAN Potong pipa yang telah diberi tanda, dengan menggunakan tube cutter (untuk pipa yang diameter kecil). Sedangkan untuk pipa yang berdiameter besar pemotongan menggunakan gergaji tangan,



6



3. REAMING



Proses reaming bertujuan untuk menghilangkan sisi tajam pada bagian pipa dalam. Sisi tajam terjadi karena proses pemotongan. Alat yang digunakan reamer yang terdapat pada cutter tube atau alat khusus pisau reamer..



4. PEMBERSIHAN



Proses pembersihan pipa tembaga yang akan di brazing biasanya dilakukan untuk pipa yang berdiameter besar, pipa yang sudah berkarat dan pipa yang terkena tumpahan oli. Untuk menghilangkan karat atau oli tersebut digunakan ampelas (bagian luar pipa). sedangkan untuk bagian dalam pipa menggunakan sikat baja halus.



7



5. PENGGUNAAN FLUX



Flux untuk pipa tembaga biasanya berbentuk pasta atau cair. Flux berfungsi untuk menghilangkan kotoran karena terjadi proses oksidasi. Peringatan : Gunakan flux dengan koas, jangan dengan tangan langsung, karena fluk termasuk bahan kimia yang berbahaya. Hindari bersentuhan langsung dengan mata atau mulut.



6. PEMASANGAN



Masukkan pipa yang akan di brazing. Yakinkan dudukan antar pipa tidak longggar atau goyah, karena hal ini akan mempengaruhi proses pengelasan.



7. PEMANASAN Panaskan pipa secara menyeluruh atau melingkar. Pemanasan pipa dilakukan pada kedua bagian pipa yang akan di brazing Perhatian : Pemanasan yang dilakukan jangan berlebihan (overheat), karena akan mengakibatkan pipa rusak (berlubang).



8



8. PENGGUNAAN BAHAN TAMBAH (SILVER) Bahan tambah digunakan pada waktu pipa sudah cukup diberi pemanasan (warna pipa kemerahmerahan). Untuk penyambungan pipa dengan posisi yhorisontal, penambahan silver dilakukan secara melingkar, dimulai dari sisi bagian bawah. Bahan tambah akan dengan sendirinya mengisi ruang yang kosong, hal ini akan terjadi apabila pemanasan diloakukan dengan benar. Untuk posisi vertical lebih mudah dilakukan. Penambahan silver pada posisi ini bias dilakukan dari berbagai arah.



9. PENDINGINAN DAN PEMBERSIHAN



Pendinginan dilakukan dengan membiarkan sampai dingin. Pendingin dengan menggunakan air langsung, akan menyebabkan sambungan mengeras (stress the joint). Pembersihan dilakukan dengan menggunakan kain basah.



9



10. TESTING Pengetesan dilakukan dengan test tekanan untuk melihat apakah terdapat kebocoran pada hasil brazing dan pipa yang telah di barazing akan dipotong, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tambah (silver) masuk keseluruh permukaan dalam pipa yang di brazing.



10