15 0 1 MB
BAB III METODOLOGI A.
Cara Kerja 1. Penentuan Titik Pengambilan Sample a. Sebelum ke lokasi penelitian, siapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel dan pengoleksian sampel alga. b. Untuk memudahkan pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan saat surut terendah. Waktu surut tidak tetap dan terbatas. Untuk itu cari informasi ke penduduk sekitar pantai untuk mendapatkan informasi waktu surut. Saat surut lakukan pengambilan sampel dan pencatatan data sebaik mungkin gunakan waktu sebaik-baiknya karena waktu surut sangat terbatas. Sebelum waktu surut kita harus telah berada di lokasi pengambilan sampel. c. Saat waktu surut tiba lakukan pengambilan sampel sesuai dengan stasiun yang telah di tentukan. d. Rentangkan tali rafia yang telah di beri skala jarak/panjang dari garis pantai hingga tubir. e. Letakkan plot ukuran 1m x 1m mulai dari tubir hingga garis pantai, untuk tiap stasiun ada 3 plot. Tahapan persiapan
1) Menyiapkan tali rapia sepanjang 100 atau 60 meter, kemudian diberi tanda pada tiap jarak 10 meter. 2) Dengan menggunakan tali rapia membuat kuadran 1 x 1 meter. 3)
Membuat etiket gantung dengan menggunakan sedotan plastik dan benang kenur, yaitu dengan memotong sedotan plastik dengan panjang sekitar 3 cm, kemudian di ikat dengan benang kenur, diusahakan warna atau bentuk sedotan yang diikat bervariasi. Tahap pelaksanaan
1) Pada lokasi/stasiun pengambilan sampel direntangkan tali rapia sepanjang 100 meter yang sudah diberi tanda tiap tepi pantai (stasiun) tegak lurus ke arah laut. 2)
Pada tiap substasiun tempatkan kuadran 1x1 meter. Mengambil semua jenis alga yang berbeda yang berada didalam kuadran tersebut sesuai dengan tugas tiap kelompok (Divisi Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeopyta). Tiap jenis alga diambil diberi etiket gantung kemudian dimasukkna dalam kantong plastik yang sudah diberi label. Hasilnya dicatat pada tabel pengamatan Remak (temuan-temuan lapangan yang penting).
3) Mencatat tiap jenis sampel alga yang diambil kode etiket gantung dan Remaknya dalam tabel pengamatan . 4)
Mengukur dan mengamati, kemudian mencatat semua parameter lingkungan pada stasiun dan kuadran tersebut.
5) Untuk tiap substasiun mengambil sampel alga dalam luas 40 cm2, dengan cara menimbang berat dan tiap-tiap jenis alga yang ada. mencatat jenis dan berat masing-masing jenis alga tersebut. 6) Sepanjang lokasi pengambilan sampel dari tepi pantai hingga tubir (dibagi 3 daerah, dekat pantai, daerah tengah dan dekat tubir) mengambil identifikasi dan mengkoleksi semua jenis alga yang berbeda spesies. Semua alga yang didapat dimasukan dalam tiga kantong plastik yang berbeda yang sudah diberi label. 7) Sampel-sampel alga yang sudah diambil kemudian di identifikasi speciesnya dan ditentukan posisi taksonominya, serta dicari aspek pemanfaatan oleh masyarakat sekitar dengan cara menanyakan ke masyarakat yang mengetahui pemanfaatan alga di sekitar pantai sindangkerta. Kemudian membuat tabel mengenai species-species alga dan manfaatnya. 2. Identifikasi dan Tahap Wawancara a.
Menyiapkan alga yang sudah diidentifikasi kedalam toples.
b. Mencari masyarakat yang mengetahui tentang jenis-jenis alga dan manfaatnnya untuk diwawancara. c.
Mewawancarai masyarakat yang mengetahui tentang jenis-jenis alga dan manfaatnnya
d. Mencatat hasil wawancara mengenai jenis-jenis alga dan manfaatnya. Diposkan oleh hanifah nurlestari di 23.04 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Alga Menurut Fritsch dalam Gupta (1981), alga mencakup semua organisme yang dapat melakukan fotosintesis kecuali lumut dan tumbuhan berpembuluh. Penampakan pigmen atau kloroplas dapat dijadikan dasar pengelompokan variasi alga kedalam kelasnya. Perbedaan warna chloroplas ada hubungannya dengan kondisi alami dan jumlah pigmen tambahan yang ada pada selain pigmen utama yaitu klorofil yang berwarna hijau. Alga merupakan tumbuhan yang hidup pada perairan laut. Alga berukuran besar tergolong dalam tiga divisi yakni Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga coklat), dan Rhodophyta ( alga merah). Pigmen yang terdapat pada alga merah dapat diketahui melalui proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut aseton, metanol, petrolium eter dan dietil eter, kemudian dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan diserap dengan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukan bahwa pigmen yang terdapat pada alga merah umumnya adalah B-karoten, feofitin,violaxanthin dan klorofil (Sunadi, 2000). Habitat alga adalah ditempat yang berair, misalnya air sungai, kolam, rawa,laut, tanah yang lembab, pohon dan sebagainya. Alga ditemukan disumber air panas, disalju daerah dan puncak gunung yang tinggi, bahkan diperairan yang mengandung boraks di lamongan juga ditemukan (Sulistijono, 2009). B. Klasifikasi Konsep klasifikasi alga yang modern didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Pigmen meliputi jenis dan jumlah 2. Bentuk atau wujud cadangan makanan 3. Flagel meliputi tipe dan jumlah flagel, morfologi, dan kedudukan 4. Dinding sel meliputi susunan atau struktur berdasarkan pengamatan mikroskop 5. Struktur sel meliputi ada tidaknya membrane sel
Menurut Round (1965), berdasarkan ide staner dan Van Niel membagi alga menjadi 8 filum dan masuk dalam kelompok prokariota dan eukariota. Selengkapnya klasifikasi menurut Round (dari Gupta, 1981) adalah sebagai berikut:
Prokarita Eukariota : a.Phylum Cyanophyta b.Phylum Euglenophyta c.Phylum Chlorophyta d.Phylum Chrysophyta e.Phylum Phyrrophyta f.Phylum Phaeophyta g.Phylum Rhodophyta h.Phylum Cryptophyta. Dalam hal ini akan dibahas beberapa alga makro yaitu : 1.Phylum Chlorophyta Chlorophyta merupakan kelompok alga yang paling banyak ditemukan di air tawar, hanya sebagian kecil yang hidup di laut. Di perairan Chlorophyta hidup sebagai plankton. Plankton adalah organisme kecil yang hidup melayang-layang dalam air yang dapat menjadi sumber makanan bagi hewan air dan ikan. Chlorophyta juga ada yang melekat pada tanah yang basah, tembok yang lembab, pada batang tumbuhan lain, dan ada yang hidup melekat pada tubuh hewan (Aziz, 2008). Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya di air laut dan air payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal, pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali mencul apabila air menjadi surut (Sulisetijono, 2009) Chlorophyta mempunyai pigmen hijau yang dominan dan terhimpun dalam kloroplas. itulah mengapa Chlorophyta disebut dengan alga hijau. Cholorophyta tidak selalu berwarna hijau karena beberapa anggotanya memiliki pigmen yang memberikan warna jingga, merah atau merah kehitaman. Bentuk kloroplas pada Chlorophyta bernacam-macam. Pada kloroplas ditemukan pirenoid dan stigma. Pirenoid adalah rongga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan berupa amilum. Stigma adalah bagian yang sensitif terhadap cahaya, berguna untuk menuntun Chlorophyta menuju cahaya sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung (Aziz, 2008).
Tubuh Chlorophyta ada yang uniseluler, multiseluler, koloni, dan filamen. Sel-sel Chlorophyta dikelilingi oleh dinding sel sehingga memiliki bentuk yang tetap. Chlorophyta dipercaya sebagai asal mula tumbuhan darat. Alasan ini mendukung hipotesisi ini adlah memiliki klorofil a dan b, memiliki dinding sel berupa selulosa, dan menyimpan cadangan makanan berupa zat tepung (amilum) (Aziz, 2008). Menurut Smith (1955) hanya terdiri dari satu kelas saja yaitu chlorophyceae yang terdiri dari 10 bangsa yaitu : a. b. c. d. e.
Volvocales f. Tetrasporales Ulotrichales g. Oedogenales Ulvales h. Schizogonales Chlorococales i. Siphonales Siphonacladades j. Zygnematales Sedangkan menurut Mattox dan Stewart (1984), ada 5 kelas Chlorophyta yaitu:
a. b. c. d. e.
Micromunadophyceae Charophyceae Ulvophyceae Pleurastrohyceae Chlorophyceae
Klas chlorophyceae sendiri menurutnya terbagi dalam 8 bangsa (ordo), yaitu : a. Volvocales : sel – sel flagelata dan berkoloni dinding glikoprotein b. Tetrasporales : agregasi palmolloid dan berkoloni, flagelata nonmotil, sel –sel dengan vakuola kontraktile, tepi basal dan bentuk mata, dinding glicoprotein c. Chlorococcales : sel -sel nonmotile, agregasi dan berkoloni sel – selnya tampak. Vakuola kontraktile, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk pada tahap reproduksi saja. d. Ulotrichales : filament talus dengan bentuk bulat sel. e. Ulvales : parenchymatous sel. f. Oedogonialies : filament – felamen bercabang dan tidak bercabang dengan sel sel uninukleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran, stephanokontous zoospora dan sperma. g. Cladoporales : (mencakup siphonocladales) alga multiseluler dengan sel-sel multinukleat, filamen atau sascate thalli. h. Caulerpales : (siphorales) single coenoytic sel berkomposisi dengan thallus siphonaxanthin, dinding selulosa, mannans atau xylan. 2.Phylum Phaeophyta
Phaeophyta (berasal dari bahasa Yunani, phaios yang berarti gelap), merupakan alga multiseluler yang dikenal dengan nama alga coklat. Warna coklatnya berasal dari pigmen fukosantin yang dimilikinya (Pitriana, 2008). Selain pigmen coklat, pada Phaeophyta ditemukan juga pigmen lainnya berupa klorofil a dan c, serta pigmen karotin. Oleh karena keberadaan klorofil ini, Phaeophyta bersifat autotrof. Fotosintesisnya terjadi pada helaian yang menyerupai daun. Hasil fotosintesisnya berupa karbohidrat yang yang disebut laminarin (Pitriana, 2008). Alga coklat umumnya hidup di lingkungan laut. Hanya beberapa jenis Phaeophyta yang saja yang hidup di air tawar. Banyak alga coklat memiliki struktur berisi udara yang membuat mereka dapat melayang di air (Pitriana, 2008). Phaeophyta hidup melekat pada dasar perairan (melalui semacam akar), sedangkan bagian tubuh lainnya mengapung di air, dan melekat pada batu karang (Aziz, 2008). Bentuk tubuh Phaeophyta tampak menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena adanya bagian yang menyerupai akar, batang, dan daun. Tinggi Phaeophyta dapat mencapai 50 sampai 100 meter (Aziz, 2008). Anggota kelompok Phaeophyta juga dikenal sebagai tumbuhan berukuran raksasa (giant kleps), misalnya Macrocystis sp. dan Nereocytis sp. yang menghuni pantai pasifik. Di indonesia, jenis Phaeophyta yang terkenal adalah Turbinaria austrilis, Sargasum siliquosum, dan Fucus vesiculosus. Ketiga jenis alga tersebut biasa dijimpai sepanjang garis pantai. Di laut yang beriklim sedang, terutama di laut Atlantika Utara dikenal sebagai kawasan Alga Sargassum. Alga tersebut tampak mengambang dan menutupi sebagian permukaan laut sehingga orang mengenalnya sebagi Sargaso (Aziz, 2008). 3.Phylum Rhodophyta Alga merah atau Rhodophyta (berasal dari bahasa Yunani, rhodon, yang artinya merah). Rhodophyta merupakan alga multiseluler berukuran besar yang biasa dikenal sebagai rumput laut. Warnanya merah karena mengandung pigmen fikoeritrin (Pitriana, 2008). Alga merah hidup di luat dalam, terutama di laut beriklim panas. Anggota kelompok alga merah dapat ditemukan di daerah pantai hingga kedalaman 100 meter (Aziz, 2008). Alga merah biasa menempel pada alga lain atau pada batu. Ada juga yang hidup bebas mengapung dipermukaan air. Alga merah biasa ditemukan di air cukup dalam, lebih dalam dibanding tempat tumbuh kelompok alga lainnya. Fikobilin, pigmen pada alga merah, dapat
mengumpulkan cahaya hijau dan biru yang masuk ke air yang dalam. Dengan begit alga merah dapat berada di lokasi perairan yang lebih dalam dibanding alga lainnya (Pitriana, 2008). Bentuk alga merah seperti rumput sehingga sering disebut sebagai rumput laut (seaweed). Tubuhnya bersel banyak dan kebanyakan berbentuk lembaran sederhana dengan cabang-cabang halus seperti pita. Di dalam selnya terdapat pigmen klorofil a dan fikobilin. Fikobilin adalah semacam pigmen yang terdapat pada fikoeritrin dan fikosianin. Melalui pigmen fikobilin, gelombang cahaya yang masuk ke dalam laut diserap. Kemudian mentransfer energi cahaya ke klorofil untuk keperluan fotosintesis. Bentuk dari hasil fotosintesis adalah karbohidrat yang disebut tepung floridean (Aziz, 2008). Contoh alga merah adalah Euchemma spinosum, Gilidium, Rhodymenia, dan Scinata. Eucemma spinosum merupakan penghasil agar-agar di daerah dingin. Beberapa famili Corraline memiliki dinding sel berkalsium karbonat. Alga ini ikut membentuk fosil (Pitriana, 2008). C. Peranan Alga Menurut Sheehan dkk (1998) dari departemen energi Amerika Serikat, ada 3 komponen zat utama yang terkandung dalam alga, yaitu (1) Karbohidrat, (2) protein, dan (3) Triacyglycerols. Karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol, protein dapat diolah menjadi produk makanan dan kecantikan, dan Triacyglycerols dapat diubah fatty acid. Kombinasi dari pemanfaatan 3 komponen diatas dapat menghasilkan makanan ternak. Fatty acid merupakan produk dari alga yang berupa minyak nabati. Alga mengandung minyak nabati yang sangat besar. Menurut Briggs (2004), alga mengandung minyak lebih dari 50 % beratnya. Salah satu jenis alga yang diteliti oleh Sheehan dkk (1998) kandungan minyaknya bahkan dapat mencapai lebih dari 50 %. Minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Alga dapat diproduksi menjadi makanan yang dikonsumsi manusia, makanan ternak, dan pupuk. Alga sangat besar perananya dalam biogeochemistry, yaitu sebagai bagian penting dari siklus N (nitrogen), O (oksigen), S (Belerang), P (phosphate), dan C (karbon). Alga memainkan peranan penting dalam bioteknologi, seperti menyerap polusi dan pencemaran yang berlebihan (Graham dan Wilcox, 2000). Alga juga dapat dimanfaatkan pada bidang farmasi sebagai bahan pembuatan obat-obatan (Cohen, 1999), seperti adanya kandungan zat anti HIV dan anti Herves (Catie, 1998). Selain itu alga juga dapat diproses menjadi menjadi minyak nabati, yang selanjutnya diproses menjadi biodiesel. Setelah diambil minyaknya, sisa ekstraksinya yang berupa
karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol, baik dalam bentuk methanol maupun ethanol (Sheehan, 1998). Alga sangat bermanfaat bagi ekosistem. Di ekosistem, alga berperan sebagai produsen. Alga menyediakan makanan bagi ikan, katak, hingga manusia. Alga juga menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh kita (Pitriana, 2008). Salah satu manfaat alga adalah sebagai bahan makanan. Rumput laut merupakan bahan makanan penting bagi manusia. Rumput laut biasa diolah menjadi agar-agar atau dikeringkan. Selain lezat, rumput laut bermanfaat bagi kesehatan karena tinggi serat dan mengandung vitamin A, B1, B2, B6, niasin, serta vitamin C. Rumput laut juga kaya akan kandungan yodium, potasium, besi, magnesium, dan kalsium (Pitriana, 2008). Alga coklat, terutama Sargassum menghasilkn alginat yang bersifat kental dan tidak beracun. Alginat berfungsi pengemulsi, penyetabil, dan bahan pengikat produk kapsul, produk kosmetik, dan produk makanan (seperti es krim). Oleh karena itu Sargassum merupakan jenis alga yang umum dimanfaatkan dalam industri kosmetik, makanan, dan farmasi (Pitriana, 2008). Selain bermanfaat bagi ekosistem, alga juga mempunyai kerugian bagi ekosistem, Blooming algae atau ledakan alga biasa terjadi di wilayah perairan seperti kolam, danau, dan laut. Beberapa kasus ledakan alga disebabkan masuknya pupuk, terutama yang mengandung fosfor dan nitrogen, kedalam perairan. Pupuk menyebabkan alga tumbuh terlalu subur. Semakin banyak alga yang tumbuh di perairan, jumlah kematian alga di wilayah itupun menjadi semakin tinggi. materi organik dari alga mati merupakan makanan bagi bakteri. Dengan demikian,ketika semakin semakin banyak materi organik dari alga yang sudah mati, semakin meningkat pula jumlah bakteri pada area tersebut. Aktivitas bakteri ketika mendekomposisi materi organik banyak meggunakan oksigen terlarut. Akibatnya jumlah oksigen terlarut di air menurun. Kurangnya oksigen terlarut akn menyebabkan kematian pada ikan dan organisme air lainnya. Ledakan alga juga dapat berbahaya jika alga memproduksi neurotoksin, racun yang mempengaruhi saraf. Racun ini berbahaya bagi penghuni perairan (Pitriana, 2008). Budidaya alga dapat dioptimalkan menggunakan sistem terpadu. Pada sistem ini alga dikembangkan dan dibudidayakan berdekatan dengan power plant (pembangkit tenaga). Panas dan sisa pembakaran dari power plant yang mengandung karbondioksida disalurkan ke tempat pengeringan alga yang sudah dipanen, kemudian dialirkan ke tempat pembudidayaan alga (Sheehan dkk, 1998). Pengoptimalan alga juga dapat dilakukan pada pengolahan pasca panen. Seperti yang telah dijelaskan, alga mempunyai tiga komponen biomasa utama, yaitu karbohidrat, protein,
dan minyak nabati. Karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol. Protein dapat diolah menjadi produk makanan dan kecantikan. Minyak nabati dapat digunakan untuk memproduksi bermacam-macam produk, salah satunya adalah biodiesel (Sheehan dkk, 1998). Diposkan oleh hanifah nurlestari di 23.02 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Alga merupakan organisme bertalus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, merupakan jenis tumbuhan aquatik. Talus ialah bagian yang belum dapat dibedakan dalam tiga bagian utamanya, yang disebut akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar. Untuk mempelajari Alga, baik secara morfologi maupun habitat perlu diadakannya pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti yaitu dengan Praktikum Lapangan, sehinggga mahasiswa dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi baik ciri–ciri mofologi maupun habitatnya, dalam hal ini maka Praktikum Lapangan dilaksanakan dengan mengamati spesies–spesies Algae di pantai Cipatujah SindangKerta- Tasikmalaya. Pentingnya dilakukannya Praktikum Lapangan ini untuk pengamatan secara terorganisir adalah agar mahasiswa mengetahui Alga dengan jelas secara langsung untuk diamati bagian-bagian dan ciri-ciri khususnya kemudian digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi. Selain itu agar mahasiswa mengetahui warna, bentuk dan habitat asli dari Alga, karena pada waktu praktikum di laboratorium warna dan bentuk preparat sudah berubah karena sudah diawetkan, sehingga kami harus melihat preparat yang morfologi dan habitat dalam bentuk aslinya. B. Tujuan Tujuan dari penelitian alga di Pantai Sindangkerta ini adalah :
1. Mahasiswa lebih dapat memahami tentang alga, baik dari morfologi dan fisiologi. 2. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang habitat dan penyebaran alga. 3. Mahsiswa dapat lebih memahami tentang pemanfaatan alga.
4. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang karakterisik suatu alga C. Manfaat Manfaat diadakannya PraktikumLapangan ini adalah sebagai berikut : 1. Mempelajari morfologi dan kedudukan taksonomi dari Alga bentik. 2. Untuk mengenal species dengan cara mendeskripsikan ciri-ciri pada species tersebut.
DASAR TEORI Campuran dapat tersusun atas beberapa unsur ataupun senyawa. Komponen-komponen penyusun suatu campuran tersebut dapat dipisahkan berdasarkan sifat fisika zat penyusunnya. Salah satu metode yang digunakan dalam pemisahan campuran adalah sentrifugasi. Sentrifugasi ialah proses pemisahan partikel berdasarkan berat partikel tersebut terhadap densitas layangnya (bouyant density). Dengan adanya gaya sentrifugal maka akan terjadi perubahan berat partikel dari keadaan normal pada 1 xg (sekitar 9,8 m/s2) menjadi meningkat seiring dengan kecepatan serta sudut kemiringan perputaran partikel tersebut terhadap sumbunya (Budiman, 2010). Dalam bentuk yang sangat sederhana sentrifus terdiri atas sebuah rotor dengan lubang-lubang untuk meletakkan cairan wadah/tabung yang berisi cairan dan sebuah motor atau alat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki. Semua bagian lain yang terdapat pada sentrifus modern saat ini hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan untuk melakukan berbagai fungsi yang berguna dan mempertahankan kondisi lingkungan saat rotor tersebut bekerja (Hendra 1989). Gaya yang berperan dalam sentrifus adalah gaya sentrifugal yang menyatakan bahwa setiap partikel yang berputar pada kecepatan sudut yang konstan memperoleh gaya keluar sebesar F. Besar gaya tergantung pada kecepatan sudut (ω) dan radius perputaran (r,cm). Perhatikan persamaan di bawah ini : F = ω2r Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan partikel-partikel menuju dinding tabung dan terakumulasi membentuk endapan (Zulfikar, 2008).
Komponen utama pada proses sentrifugasi ialah Instrumen sentrifus, Rotor, dan Tabung (wadah sampel). Sedangkan bagian yang sifatnya asesoris umumnya bergantung mengikuti aplikasi yang akan dilakukan pada proses tersebut. Instrumen sentrifus, adalah bagian yang menjadi alat penggerak proses sentrifugasi karena didalamnya memiliki motor yang mampu berputar dan memiliki pengaturan kecepatan perputaran (Budiman, 2010).
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Alga merupakan organisme eukariotik fotoautotrof. Meskipun berfotosintesis, alga berbeda dari tanaman karena alga tidak memiliki jaringan tanaman (akar, batang dan daun). Spesies alga ada yang bersifat uniseluler dan ada pula yang bersifat multiseluler. Warna sebagian besar alga dipengaruhi klorofil a (pigmen penyerap cahaya) dan pigmen fotosintesis lainnya yang dikenal sebagai karotenoid dan biloprotein (disebut juga fikobilin). Karotenoid adalah hidrokarbon lurus berwarna kuning, jingga atau merah yang tidak larut dalam air. Biloprotein atau fikobilin adalah kompleks pigmen berwarna biru atau merah yang larut dalam air. Semua alga memperoleh energi dari proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen. Banyak alga yang hidup sebagai sel tunggal dan ada pula yang membentuk koloni multiseluler yang berisi sel-sel yang secara morfologi identik. Sel-sel alga sering kali memiliki pirenoid, yaitu organel yang menyintesis dan menyimpan pati. Struktur reproduktif alga berupa satu sel gamet yang disebut gametangia. 2. Pengertian Alga ini merupakan kelompok alga terbesar dan yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. warna hijau dari klorofil a dan b yang sama dalam proporsi sebagai 'tinggi' tanaman serta c klorofil tetapi dilaporkan terdapat di beberapa prasinophyceae; √ U-karoten, dan berbagai karakteristik xanthophylls. Hasil asimilasi berupa amilum yang tersusun dalam kloroplas, kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang, penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilase dan amilopektin. Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan. 3
Chlorella, salah satu anggota dari chlorophyceae memiliki nilai gizi sangat tinggi dibandingkan dengan jenis jasad lainnya. Ukuran tubuhnya mikroskopis, bentuk bulat, serta berkembangbiak dengan pembelahan sel, di dalam sel chlorella masih memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di Pasuruan). Beberapa anggota atau bagian yang bergabung dalam devisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan kloroplas. Menurut Levavaseur (1989), menyatakan bahwa pigmen-pigmen fotosintesis alga hijau berklarofil a dan b dan mengandung siphonaxanthin atau lutein. Dan tempat penyimpanan cadangan makanan biasanya berupa pati. 3. Klasifikasi Chlorophyta (Alga Hijau) Kingdom : Plantae Divisio : Chlorophyta Class : Chlorophyceae Ordo : Halimedales Genus : Caulerpa Species : Caulepra racesmosa 4. Ciri-ciri umum chlorophyta 1) Habitat Chrysophyta biasanya hidup di air tawar, air laut, air payau tanahtanah yang basah, ada pula yang hidup di tempat-tempat kering. Pada umumnya melekat pada batuan, dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos. Yang 4 bersel besar ada yang hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah. Bahkan diantaranya ada yang tahan akan kekeringan. Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada binatang rendah. Sebagian yang hidup di laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan siphonales. Chlorophyta yang hidup di air tawar memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup di tempat yang terkena cahaya matahari langsung seperti kolam, danau dan genangan air hujan, sungai atau selokan. Alga hijau juga ditemukan dilingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan dan kulit
batang pohon yang lembab (protococcus dan trentepotia. Beberapa anggotanya hidup di air yang mengapung atau melayang. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan. 2) Susunan tubuh Struktur tubuh bervariasi baik dalam ukuran, bentuk maupun susunanya. Untuk mencakup sejumlah besar variasi tersebut, maka alga hijau dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Sel tunggal (uniseluler) dan motil (ex:Chlamydomonas) b. Sel tunggal uniseluler dan non motil (ex:Chlorella) c. Sel senobium (koloni yanh mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap) d. Koloni tak baraturan (ex:tetraspora) e. Filamen (ada yang bercabang dan tidak bercabang) f. Heterotrikus (filamen barcabang bentuknya terbagi menjadi prostate dan erect) g. Foliaceus atau parenkimatis (filamen yang pembelahan sel vegetatif terjadi lebih dari satu bidang) h. Tubular (talus yang memiliki banyak inti tanpa sekat melintang) 3) Susunan sel a. Dinding sel 5 Dinding sel tersusun atas 2 lapisan, lapisan dalam yang tersusun atas selulosa dan lapisan luar tersusun atas pektin tetapi beberapa bangsa Volvocales dindingnya tidak mengandung selulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel caulerpales mengandung xylan atau mannan. Banyak jenis chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi dinding yang berguna dalam klasifikasi. b. Kloroplas Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantifil (lutein, violaxanthin, zeaxanthin) kloroplas dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel ( parietal,ex: ulotrix atau ditengah lumen sel ( axial,ex:muogotia). Pada umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi pada siponoles zygnemales terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel. Bentuk kloroplas sangat berfariasi. Faroasi bentuk kloroplas adalah sebagai berikut: a) Bentuk mangkuk ( ex:Clamydomonas) b) Bentuk sabuk ( ex:Ulotrix) c) Bentuk cakram ( ex:Chara) d) Bentuk anyaman (ex:Oedogonium) e) Bentuk spiral (ex:Spyrogyra) f) Bentuk bintang (ex:Zygnema) g) Bentuk lembaran Amilum dari chlorophceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, tersusun sebagai rantai glukosa tak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin. Sering kali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut pirenoid.
Tetapi beberapa jenis tidak mempinyai pirenoid merupaka golongan chlorophyceae yang tinggi tingkatannya. Jumblah pirenoid umumnya dalam tiap sel tertentu da[pat digunakan sebagai bukti taksonomi. 6 c. Inti Chlorophyceae mempunyai inti seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu diselubungi oleh membrane inti dan terdapat nukleus serta kromstin. Inti umumya tunggal, tetapi jenis anggotayang tergolong dalam bangsa shiponales memiliki inti lebih dari satu. d. Cadangan makanan Cadangan makanan pada chlorophyta seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu berupa amilum, tersusun oleh amilosa (rantai glukosa tidak bercabang) dan amilopektin (rantai glukosa yang bercabang). Sering sekali amilum ditemukan dalam granula bersama dengan protein dalam plastida disebut pirenoid. Tetapi beberapa jenis tidak memiliki pirenoid yaitu pada golongan chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya, tirenoid dapat digunakan sebagai bukti taksonomi. Fototaksis dan bentuk mata pada chlorophyta terdapat dua tipe pergerakan fototaksis, yaitu: a) Pergerakan dengan flagella Pada umunya sel alga hijau baik sel vegetatife maupun sel generatife ditemukan adanya alat gerak. Flagella pada kelas chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon) kecuali pada bangsa oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagella dihubungkan dengan struktur yang sangat halus disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagella disebut blepharoplas. Tiap flagella terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat dua singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9+2. Flagella tersebut dikelilingi oleh selubung plasma. b) Pergerakan dengan sekresi lender Dalam monografi tentang desmid, ditunjukkan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan lumpur dalam laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi 7 lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan kedepan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok. e. Flagella Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel generatif dijumpai adanya alat gerak. Flagella pada kelas chorophyceae selalu bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa Oedogoniales memiliki type stefanokon. Flagella dihubumgkan dengan struktur sel yang sangat halus disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagella disebut blephoroplas. Granula tersebut masing-masing dihubungkan oleh benang yang letaknya melintang disebut paradesmosa. Risoplas merupakan benang tegak dan
lurus menghubungkan salah satu dari granula (blepharoplas) dengan struktur intranuklear dari inti disebut sentrosom. f. Perkembangbiakan Perkembangbiakan secara seksual banyak dijumpai yaitu, isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yag berkecambah atau pada waktu pembentukan spora dan gamet. Daur hidup yang umum dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis termasuk tipe diplohaplotik. Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan menunjukkan ke arah anisogami, pada tipe anisogami masing-masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran tidak sama, sedangkan yang lebih maju lagi yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami masing-masing jenis telah menunjukkan perbedaan baik jenis maupun ukurannya. Perkembangbiakan secara aseksual dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan peleburan spora, oleh karena itu disebut perkembangbiakan secara sporik. 8 Zoospora dibentuk oleh sel vegetatif, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus yang disebut sporangia. Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu berhenti pada substrat yang sesuai, umumnya dengan ujung anterior, flagella dilepaskan dan terbentuk dinding. Selama proses ini alga mensekresikan lendir yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Macam-macam perkembangbiakan pada alga hijau, yaitu: 1) Secara vegetatif Secara vegetatif perkembangbiakan dilakukan dengan cara fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel, serta pembentukan sporik yaitu dengan membentuk: a) Aplanospora, yaitu spora yang tidak dapat bergerak, contoh: chlamydomonas b) Planospora, yaitu spora yang dapat bergerak c) Autospora yang berasal dari aplanospora, contoh: chlorella, chlamydomonas. d) Autokoloni yang berasal dari aplanospora, contoh: scenedesmus, pediastrum, dan crucigenia. 2) Secara aseksual secara aseksual: yaitu dengan pembentukan zoospora, aplanospora, hipnospora, autospora, dan konjugasi. Konjugasi, yaitu sel protoplas tumbuhan I ke tumbuhan II. Contoh: spyrogira. Prosesnya, filament saling mendekat kemudian sama-sama membentuk tonjolan kecil, selanjutnya membentuk papilla, kemudian ke dua dinding papilla melebur hingga membentuk saluran, dilanjutkan dengan gamet jantan masuk ke sel betina melalui saluran itu. Konjugasi ada 3 yaitu:
Konjugasi bentuk tangga (skalariform), yaitu pertemuan 2 protoplas di saluran konjugasi. 9 Contoh: spyrogira. Konjugasi bentuk lateral, yaitu perkawinan antara 2 protoplas yang saling berlekatan yang berasal dari satu filament. Contoh: zygnema Konjugasi silang yaitu perkawinan antara 2 protoplas yang tanpa saluran konjugasi. Contoh: mougeotia dan zygnema 3) Secara seksual secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami. a) Isogami yaitu: gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat dibedakan mana jantan dan betina). Contoh: gonium, ulva. b) Anisogami : gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama). Contoh: codium, bryopsis. c) Oogami yaitu jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif (gametangium oogonium, dan gametangium spermatid). Contoh: volvox dan oedogonium. Berdasarkan sel gamet, perkembangbiakan dibedakan menjadi: a) Heterotalik, yaitu perkembangbiakan yang berasal dari dua talus yang berbeda. Contoh: spyrogira. b) Homotalik, yaitu perkembangbiakan yang berasal dari satu talus. Contoh: zygnema Menurut smith (1955) kelas chlorophyceae terdiri dari 10 bangsa yaitu: volvocales, tetrasporales, schizogonales, chlorococales, ulotrichales, oedogonales, ulvales, shiponales, shiponocladales, dan zignematales. Sedangkan menurut mattox dan stewart (1984), membagi chlorophyta dalam 5 kelas yaitu: mikromonadophyceae, charophyceae, ulvophyceae, pleurastrophyceae, dan chlorophyceae. Kelas chlorophyceae sendiri terbagi dalam 9 bangsa, yaitu: Volvocales, sel-sel flagellate dan berkoloni, dinding sel glikoprotein 10 a) Tetrasporales, aggregasi palmolloid dan berkoloni, flagellta non motil, sel-sel dengan vacuoles contractile, tubuh basal dan bentuk mata, dinding glikoprotein. b) Chlorococcales, sel-sel non motil, aggregasi dan berkolon, sel-selnya tanpa vakuola kontraktil, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk pada tahap reproduksi saja. c) Ulotrichales, filament talus dengan uninukleat sel d) Ulvales, parenkim sel. e) Oedogoniales, filament-filamen bercabang dan tidak bercabang dengan sel-sel uninukleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran stephanokontous zoospore dan sperma. f) Cladoporales, alga multiseluler dengan sel-sel multinukleat, filament atau sacsate thali. g) Caulerpales, sel berkomposisi dengan talus, siphonaxantin, dinding
selulosa, mannans atau xylan. h) Dasicladales, talus sel tunggal dengan simetri radial, gamet terbentuk pada sebuah cyst, dinding mennans i) Clorophyta juga bervariasi dalam sejarah kehidupan mereka. Ada tiga dasar susunan yang bergantung ketika terjadi miosis. Pada keadaan yang primitif, sel vegetatif adalah haploid dan zigot yang satu adalah bentuk tingkatan yang tidak aktif dalam merespon pada kondisi yang menegangkan. Miosis terjadi ketika zigot berkecambah. Tipe kedua dalam sejarah kehidupan yaitu terjadinya pergantian generasi, sebagai gantinya zigot mengalami miosis, ini dibagi mitotacally, dalam sebuah bentuk diploid talus, miosis terjadi selama formasi berdaya membiakkan sel. Hasil spora memberikan peningkatan pada haploid talus, jadi ada pergantian antara perbedaan fase haploid dan diploid vegetatif. Kedua fase mungkin mirip dalam rupa dan dapat dibedakan hanya dengan kepastian jumlah kromosom atau tipe daya membiakkan sel dibentuk. Dalam hal ini generasi adalah isomorphic. 11 Dalam pergantian generasi heteromorphic, fase haploid dan diploid jelas beda dalam rupa. Akhirnya tipe ketiga dalam sejarah kehidupan adalah sedikit ganggang hijau. Ini mula-mulanya dari pergantian generasi dengan perubahan miosis pada waktu formasi gamet. Zigot dihasilkan dari peleburan memperkembangkan gamet pada sebuah diploid talus yang baru. Gamet adalah satu-satunya sel haploid. B. TUJUAN Adapun tujuan dari pengamatan praktikum makroalga untuk 1. Mengetahui jenis-jenis mikroalga yang terdapat pada air kolam ikan di Rest Area, Rumah Makan SR daerah Tasik 2. Mengidentifikasi mikroalga yang terdapat pada air kolam ikan di Rest Area, Rumah Makan SR daerah Tasik C. ALAT DAN BAHAN NO ALAT BAHAN 1 Mikroskop Air Kolam Ikan di Rest Area, Rumah Makan SR Daerah Tasik 2 Alat Tulis Tisue 3 Camera Digital 4 Object glass 5 Pipet Tetes D. CARA KERJA 1. Sebelum melakukan praktikum, catat peminjaman mikroskop pada buku peminjaman 2. Pertama keluarkan mikroskop dari tempatnya, simpan mikroskop pada tempat yang datar 3. Kedua pasangkan lensa okuler, cermin cahaya pada mikroskop, masukan lensa okuler pada tabung mikroskop 12 4. Ketiga ambil air kolam setetes/secukupnya dengan menggunakan pipet tetes pada object glass.
5. Keempat letakan object glass pada meja mikroskop 6. Kelima aturlah perbesaran mula-mula 10x10 sampai 10x40 tidak diperkenankan menggunakan perbesaran 10x100 7. Ketujuh amati sediaan preparat pada air kolam sampai terlihat mikroalga, dengan mengamati dibagian atas, bawah, kiri, dan kanan pada preparat air 13 E. HASIL PENGAMATAN Berdasarkan hasil pengamatan air kolam ikan di rest area rumah makan SR daerah Tasik didapatkan hasil gambar sebagai berikut: GAMBAR PENGAMATAN CIRI-CIRI KLASIFIKASI GAMBAR LITERATUR · Berwarna hijau · Berbentuk bulat Kingdom: Protista Divisi: Chlorophyta Classis: Chlorophyceae Ordo: Chlorococcales Familia: Oocystaceae Genus: Chlorella Species: Chlorella sp. · Berwarna hijau · Berbetuk bulat · Terdapat bintik-bintik bulat hijau didalam Kingdom : Protista Divisio : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Familia : Volvocaceae Genus : Pandorina Spesies : Pandorina sp. PEMBESARAN 15X10 Gambar 1 chorella Google.co.id (Chlorella)
22 November 2012, 20:30 PEMBESARAN 15X10 Gambar 3 Volvox Google.co.id (Volvox) 22 November 2012, 20:35 14 · Berwarna hijau · Bentuknya bulat kecil tersusun memanjang · Bentuknya menyerupai tasbih · Berbentuk benang (filamen) Kingdom: Plantae Divisio:Cyanophyta Classis:Cyanophyceae Ordo: Hormogenales Sub ordo: Nostocales Familia: Nostocaleae Genus: Anabaena Species: Anabaena sp · Berbentuk oval panjang · Berwarna hijau · Bentuk anterior (kepala) membulat · Bentuk posterior (belakang) meruncing · Dibagian kepala terdapat bintik mata berwarna merah Phylum: Euglenozoa Class: Euglenoidea Order: Euglenida
Family:Euglenidae Genus: Euglena Spesies:Euglena haemodes · Berwarna hijau · Berbentuk oval memanjang · Bentuk tubuh saling menempel satu sama lain. · Dibagian ujung atas dan bawah terdapat seperti benang panjang Kingdom : Plantae Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Cholococcales Famili : Scenedesmaceae Species : Scenedesmus dimorphus Google.co.id (Anabaena) 23 November 2012, 16:26 Google.co.id (Euglena) 23 November 2012, 16:34 Google.co.id (Scedenesmus) 23 November 2012, 18:43 PEMBESARAN 15X10 Gambar 4 anabaena PEMBESARAN 15X10 Gambar 5 euglena PEMBESARAN 15X10 Gambar 6 scenedesmus 15 F. ANALISIS DATA Berdasarkan hasil pengamatan air kolam ikan di rest area rumah makan SR
daerah Tasik. Pengambilan air dilakukan setelah selesai PKL di daerah pangandaran pada tanggal 18 November 2012 yang pada waktu itu bus sedang berhenti di rest area rumah makan SR daerah tasik, pada saat itu saya turun dari bus untuk solat isya dan tidak sengaja melihat kolam ikan yang kondisi airnya berwarna hijau, lalu saya mengambilnya menggunakan botol minuman kecil. Penelitian air dilakukan pada tanggal 20 November 2012 pukul 15:30 WIB di laboratorium biologi. Pada saat itu saya bersama teman-teman yang lain meminta ijin kepada asisten mahasiswa botani cryptogamae untuk melakukan penelitian air dan mengisi selembar kertas peminjaman alat-alat laboratorium, pengamatn berlangsung ketika sedang praktikum botani cryptogamae bagian sift 2, dan saya sendiri kebagian praktikum sift 3 yaitu jam 16:30. Selanjutnya saya dan langsung mengamati air kolam ikan yang telah dibawa, perlakuan terhadap air kolam ikan yang pertama yaitu air kolam disimpan selama 11/2 hari pada botol minuman yang tertutup, kemudian perlakuan yang kedua, sebelum pengamatan air kolam ikan, notol minuman yang berisikan air dikocok terlebih dahulu kemudian langsung diamati. Pengamatan dilakukan dengan pembesaran 15X10. Jenis mikroalga yang ditemukan adalah chlorella terlihat dari bagian kiri bawah object glass, volvox terlihat pada bagian atas object glass, anabaena terlihat pada bagian kanan object glass, euglena terlihat dibagian tengah object glass, dan scedenesmus terlihat dibagian pojok kanan atas object glass. Pada gambar pengamatan mikroalga pada air kolam ikan tidak terlihat dengan jelas karena pada saat melakukan praktikum banyak kendala yang dialami seperti mikroskop yang sulit difokuskan, kurangmya cahaya yang masuk dikarenakan waktu sudah sore dan keadaan cuaca yang mendung dan hujan. Pada gambar hasil pengamatan air kolam ikan yaitu pada gambar yang ditunjukan diatas nom 1 dan 2 chlorella dan volvox yang dilingkari warna merah banyak terdapat jenis mikroalga yang berkumpul, bukan hanya jenis chlorella dan volvox saja tapi terdapat juga jenis mikroalga seperti scedenesmus, dan euglena. 16 Bukan hanya mikroalga saja yang ditemukan di air kolam ikan tersebut, tetapi terdapat juga jenis protozoa seperti paramecium. Mikroalga yang banyak ditemukan
pada air kolam ikan adalah volvox dan chlorella, pada euglena banyak juga ditemukan tetapi sebagian besar sudah banyak yang mengkista. Mungkin karena disebabkan perlakuan air seperti didiamkan 11/2 hari dan dilakukannya pengocokan air ketika akan dilakukan penelitian. Apabila dibandingkan dengan gambar literatur terlihat sangat berbeda dari segi ukuran gambar mikroalga yang teramati oleh kasat mata. Pada pengamatan mikroalga yang diamati kemarin hanya menggunakan mikroskop cahaya jadi gambar pengamatannya kurang begitu jelas terlihat, sedangkan pada gambar litertur sudah menggunakan mikroskop yang lebih canggih lagi seperti mikroskop electron dll. G. KESIMPULAN Pada hasil pengamatan air kolam ikan di rest area rumah makan SR daerah Tasik ditemukan jenis mikroalga volvox, anabaena, euglena, chlorella, scedenesmus dan jenis mikroalga ini termasuk kedalam divisi chlorophyta (alga hijau). Dapat disimpulkan bahwa jenis mikroalga hidup di air tawar, air laut, air payau tanahtanah yang basah, ada pula yang hidup di tempat-tempat kering. Pada umumnya melekat pada batuan, dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos. Alga dibagi berdasarkan warna atau pigmen yang dikandungnya dan terbagi atas beberapa divisio yaitu Cyanophyta (alga biru), Chlorophyta (alga hijau) dan yang lainnya. Untuk Cyanophyta talusnya tidak selalu berwarna kebiru-biruan, ada yang merah, kuning, biru dan sebagainya. Cyanophyta termasuk monera (yang juga prokarion) karena intinya tidak memiliki selaput inti sehingga masih digolongkan sebagai tumbuhan primitif. Kebanyakan ganggang biru hidup di air tawar, tempattempat lembab, sebagian kecil di air laut, ada yang tahan hidup di salju, di daerah kutub. Alga dapat berupa filamen, non filamen, uniseluler atau berkoloni. Dan pada Cyanophyta terdapat bermacam-macam pigmen yaitu klorofil a, fikoritrin, fikosianin, karoten dan xantofil. 17 H. DAFTAR PUSTAKA http://alvin53.blogspot.com/2008/11/chlorophyta.html diakses tanggal 4 Oktober 2012 http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/chlorophyta-algae-hijau diakses tanggal 4 Oktober 2012 Yulianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito.
Alga( Ganggang) Ganggang termasuk tumbuhan bertalus, tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Ganggang ada yang bersel satu dan bersel banyak, bersifat eukariotik, ada yang hidup melayang-layang (neustonik) dan ada yang di dasar air (bentik). Habitat di air tawar, air laut dan
daerah-daerah
yang
lembab,
reproduksi
dilakukan
dapat
dilakukan
secara
seksual(konjugasi, anisogami,isogami)atauaseksual. 4.1.1
Ciri- Ciri Alga ( Ganggang )
1. belum memiliki akar, batang, dan daun yang sesungguhnya 2. tubuh umumnya berlendir 3. memiliki klorofil, dapat berfotosintesis, bersifat autotrof. 4. mempunyai pigmen yang beragam sesuai dengan jenisnya. 5. hidup ditempat basah, diperairan tawar, dan air laut yang masih ditembus cahaya matahari. 6.
ada yang menjadi vegetasi perintis, dan ganggang bersel satu merpakan fitoplankton ( plankton tumbuhan ) diperairan.
7.
berkembang biak ( bereproduksi ) dengan cara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif dengan membelah diri, fragmentasi, dan membentuk zoospora, sedangkan secara genertif dan konjugasi.
4.1.2
Klasifikasi Alga
Cholorophyta (ganggang hijau) Alga hijau mempunyai klorofil yang terhimpun didalam kloroplas. Tumbuhan ini ada yang bersel satu, dan ada yang bersel banyak. Inti selnya mempunyai membrane inti, disebut eukarion. Habitat : di air tawar, di air laut, di darat dan ditempat-tempat yang cukup basah. Reproduksi vegetatif : dengan membelah diri, fragmentasi, membentuk spora kembar, yaitu spora yang berflagel atau disebut zoospora. Reproduksi generatif : dengan konjugasi Contoh : Ganggang hijau bersel satu yang tidak bergerak : chlorococcum, chlorella. Ganggang hijau bersel satu yang bergerak : chlamydomonas, euglena viridis.
Ganggang hijau berbentuk koloni yang bergerak : volvox, globator. Ganggang hijau berbentuk koloni yang tidak bergerak : hydrodictyon Ganggang hijau yang berbentuk lembaran : ulva, chara. Ganggang hijau berbentuk benang : spirogyra, oedogonium. Phaeophyta (ganggang pirang) Ganggang pirang mempunyai pigmen fikosantin yang menyebabkan warna pirang. Umumnya berbentuk benang atau lembaran. Habitat : di laut, terutama laut yang agak dingin. Reproduksi vegetatif : dengan zoospora yang berflagel dua yang terdapat di sisi. Reproduksi generatif : secara oogami atau isogami. Contoh : focus, turbinaria, sargassum. Rhodophyta (ganggang merah) Ganggang ini mempunyai pigmen fikoeritrin yang berwarna merah. Umumnya bersel banyak yang berupa benang atau lembaran. Habitat : dilaut dan beberapa jenis di air tawar. Reproduksi vegetatif : ganggang diploid menghasilkan spora jantan dan betina. Spora jantan menjadi ganggang jantan dan membentuk spermatium (sel kelamin jantan). Spora betina menjadi ganggang betina dan membentuk sel telur. Reproduksi generatif : pada proses ini terjadi perkawinan antar spermatium dengan sel telur yang akhirnya membentuk ganggang diploid. Contoh : eucheuma spinosum, gelidium, dan gracilaria. Chrysophyta (ganggang keemasan) Ganngang keemasan mempunyai pigmen karotin yang menyebabkan warna keemasan. Ada yang bersel satu, dan ada yang bersel banyak berupa benang. Habitat : di air laut, di air tawar, dan dan di tempat-tempat basah. Contoh : Ganggang keemasan bersel satu (diatom atau alga kersik) : ochromonas, navicula 4.1.3
Manfaat Ganggang
1.
ganggang merah, seperti echeuma spinosum, gelindium, dan geracilaria dapat digunakan untuk membuatagar-agar.
2.
ganggang bersel satu sebagai komponen fitoplankton merupakan produsen utama diperairan.
3.
tanah diatom dapat digunakan sebagai alat penggosok, penyaring, dan isolasi dinamit
4.
ganggang hijau chlorella merupakan sumber makanan baru.
5.
beberapa gangang pirang menghasilkan asam alginate yang berguna dalam industri tekstil, makanan, dan farmasi.
4.2 Jamur (Fungi) Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah bersel satu atau banyak, berspora, dan tidak mempunyai klorofil. 4.2.1 Ciri-Ciri Jamur 1. Jamur bersel banyak sebagai tumbuhan terdiri atas benag-benag yang disebut hiva. 2. Tidak berklorovil, bersifat parasit atau saprofit. 3. Dinding sel atau dinding hifa umumnya terdiri dari selulosa, tetapi pada jamur tingkat tinggi terdiri atas selulosa, tetapi pada jamur tingkat tinggi terdiri atas zat kitin. 4.
Jamur berkembang biak (bereproduksi) dengan cara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual).
a.
Cara vegetatif dengan spora (spora ngiospora, tunas, konidia, (koni diospora), dan fragmentasi.
b. Cara genetatif: dengan konjugasi dan sepora generatif. 5.
Jamur hidup pada tempat-tempat yang lembab, mengandung zat-zat organik sedikit asam, dan kurang cahaya mata hari
6. Jamur memperoleh nutrisi dengan menyerap, bahan makanan yang sudah diserap digunakan untuk kegiatan hidupnya. 4.2.2 Klasifikasi Jamur
1. Zygomycotina hifa tidak bersekat, kecuali saat membetuk seporagia atau gamet,dan bersifat senositik ( mempunyai beberapa inti pada setiap selnya ). Contoh: rhizopus aryzae, untuk membuat tempe. 2. Ascomycotina mempunyai hifa yang bersekat-sekat dan sinositik, dan ada yang berssel satu. Contoh: Saccharomy cescerevisae, untuk membuat tape 3. Basidiomycotina kebanyakan kelompok basidiomycotina adalah jamur-jamur yang makroskopis, hanya sedikit yang mikroskopis contoh volvariella volvacea ( jamur merang ) 4. Deuteromycotina jamur kelompok ini memiliki hifa yang bersekat. Reproduksi aseksual jamur ini dengan sepora vegetatif, yaitu konidia, sedangkan reproduksi seksual nya belum diketahui. Contoh: Monilia sitophila ( jamur oncom ).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melaksanakan praktikum ini,kami dapat menyimpulkan : 1. Kami dapat nengenal berbagai jenis alga (ganggang) 2. Kami dapat memahami habitat kehidupan yang cocok bagi alga (ganggang) 3. Kami dapat memahami struktur tubuh jamur tempe 4. Kami dapat memahami perkembangbiakan pada jamur tempe
5.2 Saran-Saran Penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :
Supaya alga dan jamur (fungi) dapat kita teliti dengan jelas, peralatan dalam laboratoriumnya harus lebih lengkap lagi, karena sarana dan prasarana yang ada, mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan sungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA Istamar Syamsuri, dkk. Buku biologi SMA II B. Jakarta : penerbit erlangga, 2004. Soemarwoto, idjah dan kawan-kawan, Biologi Umum I, Jakarta : gramedia, 1984.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Secara garis besar organisme lautan terbagi atas tiga golongan yaitu bentos, nekton, dan plakton. Bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan. Nekton merupakan organisme yang lebih besar dengan kemampuan renang yang melakukan kegiatan di daerah pelagik. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut (tidak memiliki kemampuan renang) apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. (Sachlan, 1982). Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan (Dawes, 1981). Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds et al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat
kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman dan Horne, 1983). 1.2 Tujuan 1.
Mahasiswa dapat mengetahui definisi serta terminologi fitoplankton
2.
Mahasiswa dapat mengklasifikasikan genus serta ciri-ciri fitoplankton
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Plankton Plankton merupakan komunitas biota yang terdiri dari flora dan fauna
dimana pergerakannya relative lemah dibandingkan dengan kemampuannya arus untuk membawanya. (Omori dan Ikeda, 1992). Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok yaitu :
Kelompok
Ukuran
Biota utama
Plankton non-net Ultrananoplankton
< 5µm
Bakteria
Nanoplankton
5 – 60 µm
Fungi, Flagellata, dan Diatom kecil
Mikroplanton
60 – 500 µm
Sebagian besar fitoplankton, Foraminifera, Ciliata, Rotifera , dan Nauplius Copepoda
Plankton net Mesoplankton
Cladocera, 0,5 – 1 mm
Larvaceae
Copepoda,
dan
Makroplankton
1
– 10 mm
Pteropoda, Copepoda, Euphausiid, Chaetognatha.
Megaloplankton
>10 mm
Scyphozoa, Thaliaceae .
Nanoplankton adalah biota yang dapat melewati plankton net berukuran 20 µm. Sedangkan net plankton adalah biota yang dapat di jarring atau dikumpulkan dengan plankton net berukuran 20 µm.(Dussart, 1965).
Menurut Omori dan Ikeda (1992) pengelompokan plankton berdasarkan ekologis : 1.
Plankton Laut (Marine plankton/Haliplankton) Plankton oseanik (Oceanic Plankton) : plankton yang tinggal di lapisan
perairan diatas landasan kontinen.
Plankton neritik (Neritic Plankton) : plankton yang tinggal di lapisan perairan dari pantai sampai dengan kedalaman 200 meter diatas landasan kontinen.
Plankton air payau (Brackishwater Plankton) : plankton yang tinggal di estuaria, pantai, dan perairan payau. 2.
Plankton
air
tawar
(Freshwater
Plankton/Limnoplankton)
adalah
plankton yang tinggal di perairan-perairan darat, seperti sungai, danau.
Pengelompokan plankton berdasarkan kedalaman : 1.
Pleuston adalah biota plankton pada permukaan air laut dimana selalu berhubungan dengan udara. Pergerakan plankton ini banyak dipengaruhi oleh angin. Contohnya : Physalia dan velella (Hydrozoa).
2.
Neuston adalah biota plankton yang tinggal pada lapisan permukaan dari kedalaman beberapa sampai dengan 10 milimeter.
3.
Epipelagic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan sampai dengan kedalaman 300 m pada siang hari.
4.
Mesopelagic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan diantara 300 sampai dengan 1000 meter pada siang hari.
5.
Bathypelagic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan diantara 1000 sampai dengan 3000 – 4000 meter.
6.
Abyssopelagic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan lebih dari 3000 – 4000 meter.
7.
Epibenthic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan mendekati dasar atau secara temporer berkaitan dengan lapisan permukaan dasar. Pengelompokan plankton berdasarkan siklus hidupnya : 1.
Plankton tetap (holoplankton) adalah biota plankton yang kehidupannya
sebagai
plankton dijumpai sepanjan siklus hidupnya.
Contoh : Chaetognatha dan Copepoda. 2. Plankton sementara (meroplankton) adalah biota plankton yang kehidupannya sebagai plankton hanya dalam waktu temporer tertentu dibandingkan dengan keseluruhan siklus hidupnya seperti telur atau stadia larva.
2.2.
Fitoplankton Fitoplankton
adalah
komponen
autotrof
plankton.
Autotrof
adalah
organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan πλαγκτος ("planktos"), berarti "pengembara" atau "penghanyut". Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton
karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein).(Thurman, H. V., 1997) Fitoplankton
memperoleh
energi
melalui
proses
yang
dinamakan
fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer Bumi.(Thurman, H. V., 1997) Kemampuan
mereka
untuk
mensintesis
sendiri
bahan
organiknya
menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di ekosistem air tawar.(Richtel, M., 2007) Disamping ketersediaan
cahaya,
nutrisi
untuk
fitoplankton
juga
pertumbuhannya.
sangat
tergantung
Nutrisi-nutrisi
ini
dengan terutama
makronutrisi seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di Samudra Dunia seperti di Samudra bagian Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi oleh ketersediaan mironutrisi besi. Hal ini menyebabkan beberapa ilmuan menyarankan penggunaan pupuk besi untuk membantu mengatasi karbondioksida akibat aktivitas manusia di atmosfer.(Richtel, M., 2007) Walaupun hampir semua fitoplankton adalah fotoautotrof obligat, ada beberapa fitoplankton yang miksotrofik dan ada juga spesies tak berpigmen yang merupakan heterotrof (yang ini dinamakan sebagai zooplankton). Jenisjenis ini, yang paling dikenal adalah dinoflagellata seperti genus Noctiluca dan Dinophysis, memperoleh karbon organiknya dengan memakan organisme atau material detritus lainnya.(Thurman, H. V., 1997)
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 1.
Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Fitoplankton
Hari,/Tanggal : Selasa a)12 April 2011 b) 19 April 2011 c) 26 April 2011 d) 3 Mei 2011 Pukul
: 11.00 – 12.00 WIB
Tempat
: Laboratorium Biologi Laut Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
3.2
Alat dan Bahan 1.
Alat
Mikroskop
: Digunakan untuk mengamati sampel
Pipet Tetes
: Digunakan untuk mengambil sampel plankton
Botol Sampel
: Digunakan untuk tempat sampel plankton
Kaca Preparat
: Sebagai tempat sampel plankton yang akan diamati
Buku Identifikasi
: Sebagai panduan untuk mengidentifikasi plankton
Alat Tulis
: Digunakan untuk mencatat hasil praktikum
Buku Gambar 2.
: Untuk menggambar plankton hasil praktikum
Bahan
Sampel Plankton
: Sampel yang akan diamati
Formalin 4 %
: Digunakan untuk mengawetkan sampel plankton
Aquades
: Untuk membersihkan kaca preparat dan pipet tetes
3.3
Tissue
: Untuk membersihkan kaca preparat dan pipet tetes
Cara Kerja Pengamatan Sampel Fitoplankton
Pengambilan satu tetes sampel plankton dari botol sampel
Pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran tertentu
Digambar dan diidentifikasi dengan buku identifikasi fitoplankton BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 1.
Divisi
: Bacillariophyta
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: Centrales
Family
: Thalassiosiraceae
Genus
: Cyclotella
Spesies
: Cyclotella s http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/07/25
2.
Divisi
: Bacillariophyta
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: Pennales
Family
: Naviculaceae
Genus
: Gyrosigma
Spesies
: Gyrosigma sp http://www.keweenawalgae.mtu.edu/ALGAL_PAGES/diatoms3
3.
Divisi
: Bacillariophyta
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: Centrales
Family
: Rhizosoleniaceae
Genus
: Rhizosolenia
Spesies
: Rhizosolenia sp http://www.pucpr.edu/marc/facultad/nnavarro
4.
Divisi
: Cyanophyta
Kelas
: Chrococcophyceae
Ordo
: Chrococcales
Family
: Coelosphaeriaceae
Genus
: Coelosphaerium
Spesies
: Coelosphaerium sp http://www.lifesciences.napier.ac.uk/algalweb/Islay02.
5.
Divisi
: Dinoflagellata
Kelas
: Dinophyceae
Ordo
: Peridiniales
Family
: Peridiniaceae
Genus
: Peridinium
Spesies
: Peridinium sp http://microbes.limnology.wisc.edu/outreach/majorgroups.
6.
Divisi
: Cyanopyta Kelas
: Cyanophyceae
Ordo
: Oscillatoriales
Family
: Oscillatoriaceae
Genus
: Oscillatoria
Spesies
: Oscillatoria sp http://biology.missouristate.edu/phycology
7.
Divisi
: Bacillariophyta Kelas
Ordo
: Bacillariophyceae : Centrales
Family
: Biddulphiaceae
Genus
: Streptotheca
Spesies
: Streptotheca sp http://www.taibif.org.tw/nbrpp/algae.php
8.
Divisi Kelas
: Bacillariophyta : Bacillariales
Ordo
: Bacillariophyceae
Family
: Bacillariaceae
Genus
: Nitzschia
Spesies
: Nitzschia sp
http://www.fitoplankton-online.net/gallery.html&imgurl
9.
Divisi
: Bacillariophyta
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: Pennales
Familiy
: Naviculaceae
Genus
: Navicula
Spesies
: Navicula sp http://www.desertfishes.org/cuatroc/organisms/stromatolites
10. Divisi
: Heterokontophyta
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: Centrales
Family
: Chaetocerotaceae
Genus
: Bacteriastrum
Spesies
: Bacteriastrum sp http://www.chbr.noaa.gov/pmn/image_gallery_diatom.
11. Divisi
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Zygnematales
Family
: Mesotaeniaceae
Genus
: Cylindrocystis
Spesies
: Cylindrocystis sp http://www.dr-ralf-wagner.de/zieralgen-englisch.
12. Divisi
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Zygnematales
Family
: Desmidiaceae
Genus
: Hyalotheca
Spesies
: Hyalotheca sp http://www.microscopy-uk.org.uk/mag//artnov07/mm-algae.
13. Divisi
: Bacillariophyta
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: Centrales
Family
: Thalassiosiraceae
Genus
: Skeletonema
Spesies
: Skeletonema sp
http://test.b-neat.org/species_sheet
14. Divisi
: Prasinophyta
Kelas
: Prasinophyceae
Ordo
: Halosphaerales
Family
: Halosphaeraceae
Genus
: Halosphaera
Spesies
: Halosphaera sp http://mygeologypage.ucdavis.edu/cowen/historyoflife/ch04images
15. Divisi
: Cyanobacteria
Kelas
: Cyanophyceae
Ordo
: Nostocales
Family
: Nostocaceae
Genus
: Anabaenopsis
Spesies
: Anabaenopsis sp http://botany.natur.cuni.cz/algo/determin
16. Divisi Kelas
: Bacillariophyta : Bacillariophyceae
Ordo
: Pennales
Family
: Achnanthaceae
Genus
: Cocconeis
Spesies
: Cocconeis sp http://botany.natur.cuni.cz/algo/determin
17. Divisi
: Bacillariophyta
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: Pennales
Family
: Cymbellaceae
Genus
: Amphora
Spesies
: Amphora sp http://starcentral.mbl.edu/mv/portal
4.2. Pembahasan 1.
Cyclotella Diatom kecil dengan sel-sel hanya berdiameter 3-5 mm. Katup pendek dan berbentuk drum. Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan
perantaraan
lender.
Perkembangbiakannya
dapat
membelah
diri,
oogami, serta pembentukan auksospora. 2.
Gyrosygma Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (pinnae), berbentuk batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju mundur, yang mungkin karena pergeseran anatra alas dan arus plasma
ekstraseluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat pada tumbuhtumbuhan air. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan cara isogami. 3.
Rhizosolenia Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan lender. Perkembangbiakannya dapat membelah diri, oogami, serta pembentukan auksospora.
4.
Coelosphaerium Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau – hijauan. Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah. Setelah pembelahan sel – sel tetap bergandengan dengan perantaraan lendir tadi dan dengan demikian terbentuk kelompok – kelompok atau koloni.
5.
Peridinium Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung pigmen karetinoid. Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal
menyebabkan
pergerakan
rotasi
dan
pergerakan
kedepan,
sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior. 6.
Oscillatoria Ganggang ini berupa benang tebal terdiri dari sel pipih, pembiakan membelah diri dan fragmentasi atau potongan benang yang terpisah timbul menjadi benang baru yang disebut hormogonium.
7.
Streptotheca
Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan lender. Perkembangbiakannya dapat membelah diri, oogami, serta pembentukan auksospora. 8.
Nitzschia Salah satu alga coklat yang berperan penting dalam pemeliharaan (kekerangan, teripang, dan abalone) sebagai pakan langsung.
9.
Bacteriastrum Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan lender. Perkembangbiakannya dapat membelah diri, oogami, serta pembentukan auksospora.
10. Navicula Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (pinnae), berbentuk batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju mundur, yang mungkin karena pergeseran anatra alas dan arus plasma ekstraseluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat pada tumbuhtumbuhan air. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan cara isogami.
11. Cylindrocystis Pada Umumnya unisel, koloni, filamen atau desmid, Tidak memiliki flagel. Biasanya hidup di air tawar atau payau. Yang berbentuk koloni ada yg mhslkan lendir yang mengapung dan menimbulkan bau busuk. 12. Hyalotheca
Unisel, koloni atau filament. Umumnya placoderm desmid. Sel tersusun atas 2 semisel yang sama persis. Dinding sel terdiri dua lapis diliputi lender. Hidup di perairan sedikit asam (pH 5-6). 13. Skeletonema Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan lender. Perkembangbiakannya dapat membelah diri, oogami, serta pembentukan auksospora. 14. Halosphaera Bersel satu dan mikroskopis. Habitat pada oceanic. Reproduksi dengan transformasi isi sel menjadi zoospora transformasi menjadi ukuran semula pelepasan selaput silika. Pembentukan ‘resting spora’. 15. Anabaenopsis Hidup pada air tawar, air laut dan melapisi batu-batuan atau menempel pada gaggang dan tanaman akuatik lainnya. Filament meruncing dan tidak bercabang/ memiliki percabangan palsu. Percabangan palsu dapat lepas dari trikom induk.Heterokist biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan heterokist basal. 16. Cocconeis Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (pinnae), berbentuk batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju mundur, yang mungkin karena pergeseran anatra alas dan arus plasma ekstraseluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat pada tumbuhtumbuhan air. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan cara isogami. 17. Amphora Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (pinnae), berbentuk batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju mundur, yang mungkin karena pergeseran anatra alas dan arus plasma
ekstraseluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat pada tumbuhtumbuhan air. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan cara isogami.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Dari hasil analisa sampel plankton, didapatkan tujuh belas jenis fitoplankton yang kebanyakan dari divisi Bacillariophyta. Jenis-jenis tersebut antara lain yaitu Cyclotella sp, Gyrosigma sp, Rhizosolenia sp, Streptotheca sp, Nitzschia sp, Navicula sp, Skeletonema sp, Cocconeis sp, Amphora sp. Jenis dari fitoplankton ini mendominasi sebagian besar perairan daerah tropis, karena jenis-jenis ini mampu memiliki alur yang memusat (central) pada permukaan cawannya . Hal ini berkaitan dengan cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan lender. Semua plankton yang teranalisa kebanyakan ditemukan di daerah tropis, yang habitatnya di daerah estuarine.
5.2
Saran Pada saat sampling lebih baik sampel plankton yang didapatkan langsung dimasukkan kedalam botol sampel dan larutan yang digunakan berupa formalin 4 % sehingga sampel plankton tidak rusak karena sampel yang berupa fitoplankton mudah rusak dan apabila rusak sedikit saja maka akan menyulitkan saat identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dawes. 1981. Marine Botany. New Zealand. Dussart. 1965. Marine Ecological Processes. London: Great Britain. Goldman dan Home. 1983. Ecological Society of America, Brooklyn Botanic Garden. America. Omori and Ikeda. 1992. Challenges to Marine Ecosystems: Proceedings of the 41st European Marine. Michigan State University Press, USA.
Reynolds et al. 1984. The Ecology of Freshwater Phytoplankton. University Pierre et Marie Curie. Paris. Richtel, M. 2007 "Recruiting Plankton to Fight Global Warming", New York Times Thurman, H. V. 1997. Introductory Oceanography. New Jersey, USA: Prentice Hall College. ISBN 0132620723.
-
-
-
Disebut ganggang hijau biru karena berwarna hijau kebiruan. Warna itu diakibatkan oleh warna klorofil dan pigmen biru. Ganggang hijau biru banyak dijumpai di tempat-tempat lembab, misalnya diatas tanah, batu, sawah, tembok, parit dan di laut. Jika mongering koloni gannggang hijau biru mengelupas seperti kerak. Ganggang hijau biru biasanya hidup di lingkungan yang sedikit asam hingga basa, selain hidup bebas ganggang hijau biru juga ada yang hidup bersimbiosis mutualisme dengn organism lain. Ganggang hijau biru dapat hidup di batuan, di tempat organism lain susah hidup. Dengan adanya ganggang hijau biru, terjadilah pelapukan batuan sehingga meungkinkan ganggang dan tumbuhan lain hidup. Itulah sebabnya ganggang hijau biru dikatakan sebagai organism perintis (Syamsuri,2004:150-151). Ciri-ciri ganggang hijau biru menurut Sitorus (2004:59): Ada yang bersel tunggal, bersel banyak, dan ada juga yang hidup berkoloni, umumnya berupa filament, yang tersusun dari deretan sel, trikom, dan selubung. Selain memiliki klorofil dan karetenoid, ganggang hijau biru juga memiliki pigmen fikobilin yang menyebabkan warnanya menjadi hijau kebiruan. Ganggang hijau biru yang berupa filament memiliki struktur berupa sel yang menebal di dalam filamennya yang dinamakan heterosista. Fungsi utama heterosisata adalah mengubah nitrogen menjadi ammonia melalui proses fiksasi nitrogen. Cara perkembangan ganggang hijau biru menurut Anonim (2008), dilakukan dengan tiga cara: Pembelahan sel.melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung membentuk koloni. Misal: Gloecapsa sp. Fragmentasi, terutama pada ganggang Oscillatoria, pada filament yang panjang, bila salah satu selnya mati, maka sel mati itu membagi filament menjadi dua bagian/ lebih. Masing-masig disebut hormogonium. Spora, pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang sebenarnya merupakan sel vegetative. Spora membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan. Contoh: Chamaesiphon camfervicolus.
Struktur sel ganggang hijau biru: a. Dinding sel
b.
c.
d.
e.
a.
b. 1.
2.
Dinding sel mengakibatkan sel memiliki bentuk yang tetap. Di sebelah luar dinding sel terdapat selubung lender yang berfungsi mencegah sel darikekeringan.selain itu, lender dapat memudahkan sel bergerak, karena beberapa ganggang ini dapat bergerak denagn gerakan osilasi (maju mundur). Belum dpat dipastikan apa yang menyebabkan ganggang ini dapat bergerak. Membran Sel Berfungsi mengatur keluar masuknya zat dari dank e dalam sel. Terdapat pelipatan membrane sel kea rah dalam membentuk lamella fotosintetik/ membrane tilakoid. Pada membrane tilakoid inilah terdapat klorofil. Jadi berbeda dengan sel eukariotik yang memiliki klorofil di dalam kloroplas, ganggang ijau biru tidak mempunyai kloroplas. Sitoplasma Merupakan koloid yang tersusun atas air, protein, lemak. Gula, mineral, enzim, ribosom dan DNA. Di dalam sitoplasma inilah berlangsung proses metabolism sel. Asam inti/ Asam Nukleat DNA terdapat pada satu lokasi di dalam sitoplasma, namun tidak memiliki membrane inti. Karena itulah ganggang hijau biru digolongkan ke dalam prokariotik. Mesosom dan Ribosom Organel lain yang tidak tercantum dalam gambar adalah ribosom, ribosom merupakan organel untuk sintesis protein, sedangkan mesosom merupakan penonjolan membrane sel kea rah dalam yang berperan sebagai penghasil energi. Peranan Ganggang Hijau Biru bagi Manusia: Merugikan Beberapa ganggang hijau biru yang hidup di air ada yang menegluarkan racun. Racun terlarut di dalam air dapat meracuni organism yang meminumnya. Sifat merugikan lainnya adalah ganging ini dapat tumbuh di batu dan tembok, sehingga tembok akan mudah lapuk. Menguntungkan Pengikat Nitrogen Bebas Contoh yang dapat mengikat adalah Nostoc, Gleocapsa, dan Anabaena yang mampu menangkap nitrogen di udara. Sebagai Bahan Makanan Misalnya Spirulina yang mengandung protein cukup tinggi.
5. ALAT DAN BAHAN Alat: - Mikroskop - objek glass - cover glass,
- pipet tetes Bahan: - Air kolam berwarna hijau 6. PROSEDUR KERJA - Diambil air kolam berwarna hijau secukupnya - Diambil air kolam di bagian permukaan air - Ditetesi objek glass dengan air kolam yang diperoleh dengan pipet tetes. - Ditutup objek glass dengan cover glass. - Sampel air kolam di objek glass diamati. - Alga hijau-biru yang terlihat pada pengamatan disesuaikan dengan literatu yang diperoleh. - Ditentukan jenis spesies dan digambar. - Ditentukan bagian-bagian yang tampa. - Dicari klasifikasi dan deskripsi - Dicatat hasil 7. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Kingdom : Monera Divisi : Cyanophyta Kelas : Chroococcophyceae Ordo : Chrococcales Famili : Synechoccaceae Genus : Dactyolococcopsis Spesies : Dactylococcopsis raphioides Deskripsi: - Warna hijau - Motil karena berflagel - Berkoloni (CBIS,2008). b. Kingdom : Monera Divisi : Cyanophyta Kelas : Chrococcophyceae Ordo : Chrococcales Famili : Coelosphaeriaceae Genus : Coelosphaerium Spesies : Coelosphaerium dubium Deskripsi: - Koloni berbentuk bulatan yang irregular tersusun oleh matriks yang berkoloni pada bagian tepi. - Sel berwarna hijau-biru atau mungkin gelap. - Sel terisi oleh gelembung gas.
- Berbentuk tunggal/kelompok tanpa spora. - Umumnya alga ini berbentik selaput lender pada cadas/ tembok basah (Putu,2009). c. Kingdom : Monera Divisi : Cyanophyta Kelas : Cyanophiceae Ordo : Nostocales Famili : Rivulariaceae Genus : Calothrix Spesies : Calothrix sp Deskripsi: - Hidup pada air tawar, air laut dan melapisi batu-batuan atau menempel pada gaggang dan tanaman akuatik lainnya. - Filament meruncing dan tidak bercabang/ memiliki percabangan palsu. - Percabangan palsu dapat lepas dari trikom induk. - Heterokist biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan heterokist basal (Idonkelor,2009). d. Kingdom : Monera Divisi : Cyanophyta Kelas : Cyanophyceae Ordo : Oscillatoriales Famili : Oscillatoriaceae Genus : Spirulina Spesies : Spirulina sp Deskripsi: - Mikroorganisme autotrof berwarna hijau kebiruan dengan sel berkoloni berbentk filament terpilin menyerupai spiral (helix). - Tubuh menyerupai benang, merupakan rangkaian sel berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis berdiameter 1-12 mikrometer. - Filament hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas. - Ditemukan pada air payau dan bersifat alkalis. - Mengandung sumber protein. - Spirulina dapat digunakan dalam mengatasi kanker karena dapat menghasilkan factor alfa. - Mengandung polisakarida yang dapat memperbaiki sintesis kode gen DNA (Ulfana,2008). 8. PERTANYAAN PASCA PRAKTEK 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan a. Akinet
Adalah sel berdinding tebal pada cyanobakteria, terbentuk dari penebalan sel vegetative sehingga menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penebalan eksternal oleh tambahan zat kompleks. Fungsinya sebagai cadangan makanan, akinet merupakan dinding kuat dan tebal sehingga tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan seperti kekeringan, panas, dingin atau kekurangan makanan. b. Heterocyst/Heterokista Adalah sel berdinding tebal pada beberapa jenis cyanobakteria berbentuk filament. Terbentuk dari penebalan sel vegetative. Heterokista merupakan sel yang lebih besar daripada sel tetangganya. Fungsi utama heterokista adalah mengubah nitrogen dia alam menjadi ammonia melaui proses fiksasi nitrogen. c. Hormogonia/hormogonium Potongan-potongan benang cyanophyta hasil fragmentasi. Pada filament yang panjang bila slah satu selnya mati, maka sel mati iti membagi filament menjadi2 bagian lebih/lebih. Masing-masing bagian/ lebih masing-masing bagian disebut hormogonium. Fungsinya bahwa kantung hormogonium akan membentuk filament baru. 2. Jelaskan perbedaan antara: a. Uniseluler : Selnya satu b. Berkoloni : Sel-sel uniseluler yang berkumpul dalam jumlah banyak/ mengelompok. c. Lembaran : sel multiseluler yang berbentuk helaian. d. Filamen : Sel multiseluler yang berbentuk benang. 3. Mengapa Cyanophyta digolongkan ke dalam monera, dan bukan plantae ataupun animalia? Divisi Cyanophyta termasuk ke dalam kingdom monera karena strukturnya mirip bakteri, karena sama-sama bersifat eukariotik, namun ia juga memiliki klorofil sehingga mampu untuk berfotosintesis. Jadi strukturnya mirip hewan dan tumbuhan, atau peraliahan anatra keduanaya. 9. KESIMPULAN - Kingdom monera meliputi semua organism prokariotik, yaitu bakteri dan ganggang hijau biru. - Ganggang hijau biru memiliki klorofil dan bersifat autotrof. - Hidup bebas dan bersimbiosis dengan organism lain. - Mampu menambat nitrogen dari udara. - Reproduksi dengan cara: pembelahan sel, fragmentasi dan pembentukan spora 10. DAFTAR PUSTAKA (Tidak dipublikasikan, hanya ditampilkan dalam draft asli dokumen pribadi penulis)
GANGGANG (ALGA) 5.1. Pendahuluan Alga adalah organisme berkloroplas yang dapat menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Ukuran alga beragam dan beberapa micrometer sarnpai beberapa meter panjangnya. Alga tersebar luas di alam dan dijumpai hampir disegala macam lingkungan yang terkena sinar matahari (Pelczar dan Chan, 1986). Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia Thallopyta (tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas. Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan Tubuh
bentuk ganggang
serupa
benang
terdapat
zat
atau
lembaran.
warna
(pigmen),
yaitu
:
-
fikosianin
:
warna
biru
-
klorofil
:
warna
hijau
-
fikosantin
-
:
fikoeritrin
warna :
karoten
perang/
warna :
warna
coklat merah
keemasan
- xantofil : warna kuning Ganggang bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri).Hampir semua ganggang bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-tempat yang lembab. Kebanyakan alga adalah organisme akuatik yang tumbuh pada air tawar atnu air laut. Beberapa jenis alga fotosintetik yang menggunakan CO sebagai sumber
karbon
dapat
tumbuh
dengan
baik
di
tempat
gelap
(lengan
mcnggunakan senyawa organik sebagai sumber karbon, jadi berubah dan metabolisme fotosintesis menjad I metabolisme pernafasan dan perubahan mi bergantung pada keberadaan matahari (Stanier et al, 1976). Alga menyimpan hasil kegiatan fotosintesis sebagal hasil bahan makanan cadangan didalam selnya. Sebagal contoh adalah alga hijau yang dapat menyimpan pati seperti pada tumbuhan tingkat tinggi (Pelezar dan Chan, I 986) 5.2 Habitat Algae Algae dapat hidup di permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupun daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di perairan. Algae laut mempunyai peranan yang sangat penting di dalam siklus
unsur-unsur di bumi, mengingat jumlah massanya yang sangat banyak yang kemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di daratan. Beberapa algae laut bersel satu bersimbiosis dengan hewan invertebrata tertentu yang hidup di laut, misalnya spon, koral, cacing laut. Algae terestrial dapat hidup di permukaan tanah, batang kayu, dan lain-lain. 5.3 Morfologi Algae Makro alga mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Selain tubuh berbentuk Thallus ciri lainnya adalah bahwa dinding selnya dilapisi lendir dan bersifat autotrof yang dapat hidup sendiri tanpa tergantung pada makhluk lain. Secara ekologi makro alga mempunyai beberapa fungsi penting didaerah pesisir. Alga
(Ganggang)
termasuk
tumbuhan
tingkat
rendah
yang
berukuran
makroskopis, dan susunan kerangka tubuhnya tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun, sehingga keseluruhan tubuhnya dikenal dengan nama Thallus. Beberapa tumbuhan mempunyai bentuk kerangka tubuh menyerupai tumbuhan berakar, berbatang dan berdaun atau berbuah, tetapi semua bentuk tubuh
tumbuhan
tersebut
sebetulnya
hanyalah
thlallus.
Tubuh alga berupa thallus dan memiliki struktur yang sangat bervariasi kadang-kadang menyerupai kormus tumbuhan tinggkat tinggi. Bentuk thallus alga makroskopis bermacam-macam antara lain bulat, pipih, gepeng bulat seperti kantong dan seperti rambut. Thalli ada yang tersusun uniseluler dan multiseluler. Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus), pectinate (sederet searah pada satu sisi thallus utama ), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berseling), ferticinate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama), dan ada juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan (cartilaginous) dan berserabut (spongious) 5.4 Perkembangbiakan Algae Gambar 1: Siklus hidup algae Perkembangbiakan secara aseksual pada algae seperti pada jasad eukariotik lain, yaitu dengan terbentuknya dua jenis sel khusus yang disebut gamet yang bersifat haploid. Dua sel gamet tersebut melebur dan menghasilkan zygot yang bersifat diploid. Zygot mempunyai dua turunan masing-masing kromosom (2n). Gamet hanya mempunyai satu turunan kromosom (1 n). Proses reduksi jumlah kromosom ini disebut meiosis. Meiosis terjadi dalam masa-masa
yang berbeda pada berbagai siklus hidup algae. Beberapa jenis algae selama siklus hidupnya terutama berada pada fase diploid, tetapi algae lain mempunyai fase zygot sampai meiosis yang sangat singkat sehingga dalam siklus hidupnya terutama berada pada fase haploid. Algae yang berukuran besar (makroskopik) ada yang mempunyai 2 macam struktur reproduktif yang berbeda, yaitu gametofit (haploid) dan sporofit (diploid). Sebagai contoh adalah pada Ulva yang termasuk algae hijau.perkembangbiakan secara aseksual terjadi melalui proses yang disebut mitosis. Kebanyakan algae bersel tunggal berkembang biak dengan membelah diri seperti pada bakteri (prokariot). Perbedaannya, pada pembelahan sel prokariot terjadi replikasi DNA dan masing-masing sel hasil pembelahan mempunyai setengah DNA awal dan setengah DNA hasil replikasi. Pada algae eukariot, terjadi penggandaan kromosom dengan proses yang lebih kompleks yang
disebut
mitosis.
Masing-masing
sel
hasil
pembelahan
mempunyai
kromosom turunannya. Algae lain, khususnya yang multiseluler, berkembang biak dengan berbagai cara. Beberapa jenis algae dapat mengadakan fragmentasi, yaitu pemotongan bagian filamen yang kemudian dapat tumbuh menjadi individu baru. Algae lainnya mampu berkembang biak dengan menghasilkan spora. Spora algae mempunyai struktur yang berbeda dengan endospora pada bakteri. Spora ada yang dapat bergerak aktif, yang disebut zoospora, dan ada yang tidak dapat bergerak aktif
Gambar 2 : Perkembang biakkan Alga ( Spirogyra)
1) 2) 3) 4) 5)
5.6 Klasifikasi Alga dibedakan dalam 5 kelas yaitu: Cyanophyceae (Alga hijau-biru) Chlorophyceae ( Alga hijau) Chrysophyceae ( Alga keemasan) Phaeophyceae ( Alga coklat) Rhodophyceae (Alga merah)
Ganggang
terbagi
menjadi
beberapa
kelas
:
5.6.1 CYANOPHYCEAE (ALGA BIRU)
Gambar 3: jenis-jenis ganggang biru a) b)
1) Ciri –ciri : Bersel tunggal ( Uniseluler ), ada pula yang berkoloni. Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin
c)
dan fikoeritrin. Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulose, kadang – kadang
d)
berlendir. Inti sel tidak memiliki membran ( prokariotik)
2)
Reproduksi a. Pembelahan sel Sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk sel – sel tunggal, pada beberapa generasi sel – sel membelah searah dan tidak saling terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan mata rantai sel yang disebut trikom. Tempat – tempat tertentu dari filamen baru setelah mengalami dormansi ( istirahat yang panjang ). Heterokist dapat mengikat nitrogen bebas di udara contoh pada Gleocapsa. Heterokist adalah sel yang pucat, kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya) dan memiliki dinding yang transparan. Heterokist terbentuk oleh penebalan dinding sel vegetatif. Sedangkan akinet terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penabalan eksternal oleh tambahan zat yang kompleks. b. Fragmentasi Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama terjadi pada Oscillatoria. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati maka sel mati itu membagi filament menjadi 2 bagian atau lebih. Masing – masing bagian disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi dari pemisahan dinding yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin menjadi
potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin meliputi c. Spora Pada
kerusakan keadaan
yang
transeluler.
kurang
menguntungkan
Cyanobacteria
akan
membentuk spora yang merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan. 3) Klasifikasi Cyanophyceae termasuk dalam kingdom Monera, divisi cyanophyta Cyanophyceae dibedakan dalam 3 ordo berdasarkan bisa tidaknya membentuk spora yaitu : ordo Chroococcales, Chamaesiphonales, dan Hormogonales. 1. Bangsa Chroococcales Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau – hijauan. Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah. Setelah pembelahan sel – sel tetap bergandengan dengan perantaraan lendir tadi dan dengan demikian terbentuk kelompok – kelompok atau koloni contoh
spesies
dari
ordo
chroococcales
:
1. Chrococcus sp. Organisme uniseluler atau berkelompok dalam bentuk agregat dari 2 atau 4 sel hal ini disebabkan Karena kegagalan dari hasil pembelahan sel untuk berpisah dengan cepat. Hasil pembelahan sel dari Chrococcus sp. berbentuk setangah bola, sedangkan Gleocapsa sp. berbentuk bulatan atau memiliki kutub. 2. Gleocapsa sp. Berbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh membran dengan beberapa generasi sel yang terdapat di dalamnya. Membran kadang – kadang ada yang berpigmen. Gleocapsa sp. terdapat pada batuan yang lembab atau pada
air
3. Anacystis sp. Bentuknya bulat
silindris,
menuju
bentuk
basil
dan
mengalami
pembelahan secara transversal. Setiap individu dikelilingi oleh membran yang lembut.
Sel
mungkin
terdapat
di
dalam
matriks.
4. Merismopedia sp. Sel tersusun atas matriks di dalam sebuah lapisan tunggal yang tipis dan berliku yang dipelihara dan tumbuh dari pembelahan sel dalam 2 arah. Spesies ini mungkin berentuk plenkton atau epipelic dan terdapat dalam air yang tenang. Reproduksi
dari
5. Eucapsis sp.
bentuk
koloni
adalah
dengan
cara
fragmentasi.
Pembelahan sel kearah 3 garis tegak lurus dan membentuk sarkinoid. Reproduksi
dengan
cara
fragmentasi.
6. Coelosphaerium sp. Koloni berbentuk bulatan yang irreguler tersusun oleh matriks yang berkoloni pada bagian tepi. Sel berwarna hijau – biru atau mungkin gelap dan terisi
oleh
gelembung
gas.
Coelosphaerium
sp.
sering
terdapat
pada
plankton. 7. Mycrocystis sp. Koloni berbentuk bulatan atau tidak beraturan. Sel dari Mycrocystis sp. disebarkan merata oleh kumpulan matriks. Mereka sering berwarna hitam atau merah karena adanya kandungan gelembung gas. Mycrocystis sp. adalah plankton yang keras, ini bukti bahwa Mycrocystis sp. biasanya menyebabkan luapan air dan mensekresikan zat penghambat bagi ganggang lainnya. 2. Bangsa Chamaesiphonales Alga bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk benang yang mempunyai spora. Benang –benang itu dapat putus – putus merupakan hormogonium yang dapat merayap dan merupakan koloni baru. Spora terbentuk dari isi sel ( endospora ) setelah keluar dari sel induknya spora dapat menjadi tumbuhan Ordo
baru.
Chamaesiphonales
1.
dibagi
menjadi
Famili
3
famili
yaitu
:
Pleurocapcaceae
a) Xenococcus sp. Bulatan sel dari Xenococcus sp. menempel pada filamen alga, mereka mengalami pembelahan anticlinal untuk meningkatkan ukuran dari koloni. Setiap sel
dapat
memproduksi
banyak
endospora
dan
disebut
baeocyt
yang
membedakan mereka dari spora bakteri. Endospora dari beberapa ganggang hijau – biru mungkin bersifat motil untuk periode yang singkat. b) Hyella sp Cabang trikom dari Hyella sp. tumbuh dari desmoschsis yang hidup dalam cangkang kalkareus atau bersama ganggang lainnya. Filamen besal mungkin menjadi
pluriseriata.
Banyak
sel
mungkin
terbagi
dalam
bentuk
endospora. 2. Famili Dermocarpaceae Pembelahan sel vegetatif menjadi 2 bagian sel yang sama mungkin terjadi dalam anggota famili ini. Contoh spesiesnya antara
lain : Dermocarpa sp.
Selnya berbentuk bulat hingga ramping atau pyriform dan tumbuh terikat pada substrat dalam kelompok. Reproduksi diselesaikan sendiri oleh endospora yang mungkin 3.
berkembang Famili
dalam
jumlah
besar
dengan
sel
Chamoesiphonaceae
vegetatif
Contoh spesies ini adalah : Chamaesiphon sp. Persebarannya luas dan umumnya epifit. Berada pada tanaman angiospermae aquatik, lumut , dan ganggang khususnya Chladophora sp. dan pada tanaman dewasa, protoplast pada kutub distal membentuk sebuah rantai spora yang disebut exospora.
3. Bangsa Hormogonales Sel – selnya merupakan koloni berbentuk benang atau diselubungi suatu membran. Benang – benang itu melekat pada substratnya, tidak bercabang, jarang mempunyai percabangan sejati, lebih sering mempunyai percabangan semu. Benang – benang itu selalu dapat membentuk hormogonium. Ordo
Hormogonales
dibagi
menjadi
5
famili
yaitu:
1. Famili Oscillatoriaceae Hidup dalam air atau di atas tanah yang basah, sel – selnya bulat, merupakan benang – benang dan akhirnya membentuk koloni yang berlendir. Pada jarak jarak tertentu pada benang – benang itu terdapat sel – sel yang dindingnya tebal, kehilangan zat warna yang berguna untuk asimilasi, hingga kelihatan kekuning – kuningan dan dinamakan heterokista. Heterokista ini dalam keadaan khusus dapat tumbuh menjadi benang baru tetapi fungsinya belum dikenal
dan
Contoh
biasanya
spesies
lekas
ini
yaitu
mati. :
a) Oscillatoria sp. Trikom dari Oscillatoria sp. berbentuk silindris dan tidak bercabang. Mereka hanya mempunyai satu membran. Trikom sering berada di massa pelampung atau bagian mengkilap pada tanah lembab. Selnya pendek dan lebar kecuali untuk sel ujungnya yang mungkin tertutup dan tipis. Trikom dari Oscillatoria sp. menunjukkan pertumbuhan meluncur, rotasi dan gerakan Oscillatori
sp.
Reproduksi
dilakukan
oleh
hormogonia.
b) Spirullina sp. Ganggang ini mengandung kadar protein yang tinggi sehingga dijadikan sumber makanan. Spirullina mampu menghasilkan karbohidrat dan senyawa organik lain yang sangat diperlukan oleh tubuh, juga menghasilkan protein yang cukup
tinggi.
c) Mycrocaleus sp. Berkas dari trikom kadang – kadang menggulung satu sama lain berada pada membrane yang sama. Trikom menonjol keluar dari pucuk membran. Dinding terluar dari ujung sel menebal. Beberapa spesies Mycrocaleus sp. hidup
pada
air
tawar,
laut
dan
2.Famili Nostocaceae Trikom tidak bercabang
juga
pada
pasir
yang
lembab
dan heterokist dan akinet terdapat pada
organisme dewasa. Heterokist mungkin bersambung atau interkalar. Contoh spesies ini yaitu: a) Nostoc sp. Nostoc sp. lebih umum hidup pada terestrial / sub aerial daripada aquatik. Persebarannya luas pada tanah alkali dan pada batuan lembab. Agregat gelatin dari filamen mempunyai jeli. Trikom dikelilingi oleh lapisan tunggal dan pada organisme dewasa terdapat kumpulan matriks. Sel seperti manik –manik mengalami pembelahan sel secara rata yang meningkatkan panjang dari bentuk trikom.membran mungkin kuning tau kecoklatan. b) Anabaena sp. Sebagian besar spesies Anabaena sp. bersifat aquatik dan beberapa bersifat planktonik.trikom dewasa dari Anabaena sp. menghasilkan heterokist dan
akinet
yang
ukurannya
berbeda
dari
sel
vegetatif.
c) Cylindrospermum sp. Memiliki heterokist yang selalu basal dan dibawah keadaan normal. Sel yang
berbatasan
menjadi
berpindah
kedalam
akinet
silindris.
3. Famili Scytonemataceae Trikom disertai membran yang mungkin berwarna. Trikom dicirikan oleh percabangan palsu tanpa pembelahan sel inisiasi pada bidang yang baru, trikom atau hormogonia putus atau tumbuh menyambung membran. Contoh spesies ini yaitu
:
Tolipotrix
sp.
Diameter trikom seragam dan disertai membran yang sempit. Tipe percabangan palsu
timbul
dari
sekitar
heterokist.
4. Famili Stigonemataceae Trikom dari beberapa genera adalah pluriseriata. Trikomnya berbeda dari cyanophyta lainnya dalam percabangannya yaitu dimulai oleh pembelahan sel pada
bagian
yang
baru.
Contoh
spesies
ini
yaitu
:
a) Hapalosiphon sp. Spesies ini tumbuh pada air yang asam atau netral dan bersifat epifit pada tanaman aquatik lain. Sel berbentuk pendek silindris. Pada membran terdapat hialin, hetrokist interkalar dan akinet. Hormogonia biasanya dari percabangan yang
mugkin
b) Stigonema sp.
timbul
unilateral
atau
bilateral
spesies.
Hidup pada batuan yang lembab dan tanah yang lebih banyak terdapat air. Trikom utama pluriseriata, membran tidak berwarna atau kuning kecoklatan. Pertumbuhan ujung lebih luas dan percabangannya sama dengan sumbu utama, bentuk sel mugkin bulat atau pipih. Mereka terlihat disambung oleh untai protoplasmik
kasar.
Hormogonia
dihasilkan
dari
ujung
percabangan.
5. Famili Rivullariaceae Trikomnya meruncing dari dasar sampai apeks atau dari tengah ke arah 2 ujung.
Contoh
spesies
ini
yaitu
:
a) Calothrix sp. Hidup pada air tawar, air laut dan mungkin melapisi batu – batuan atau menempel pada ganggang dan tanaman aquatik lainnya. Filamen meruncing dan tidak bercabang/memiliki percabangan palsu. Percabangan palsu dapat lepas dari trikom induk. Heterokist biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan
heterokist
basal.
b) Rivularia sp. Rivularia sp. tidak memiliki akinet. Beberapa spesies dari Rivularia bersifat sub areal pada karang yang lembab. 5.6.2 DIVISIO CHLOROPHYTA
Gambar 4: Contoh Algae Hijau 1) Ciri-ciri a) Berwarna hijau, mempunyai pigmen fotosintetik yang terdiri dari klorofil a dan b b) c)
seperi pada tumbuhan, karoten, dan beberapa xantofil. Cadangan makanan berupa pati. Dinding sel terdiri dari selulosa, xylan, manan, beberapa tidak berdinding sel,
d)
dan mempunyai flagela 1 sampai 8 buah. Algae hijau ini banyak terdapat di ekosistem perairan dan duga merupakan asal
e)
dari tumbuhan. Organisasi selnya dapat berbentuk uniseluler, multiseluler ang berbentuk koloni, dan multiseluler yang berbentuk filamen. Contoh algae hijau uniseluler
yaitu ordo Volvocales, genus Chlamydomonas dan Volvox, yang bersifat motil karena berflagela. Algae yang berbentuk filamen adalah genera Ulothrix, Spirogyra dan Ulva. Bentuk Spirogyra sangat khusus karena loroplasnya yang berbentuk spiral. Anggota algae ini yang sering ditanam sebagai rumput laut yaitu Scenedesmus sp. dan yang sering digunakan sebagai makanan kesehatan adalah Chlorella sp. Pada genus Chlamydomonas, dalam siklus hidupnya algae ini menadakan reproduksi secara seksual dengan peleburan sel yag menghasilkan zygot. Setelah periode dorman akan terjadi meiosis sehingga terbentuk 4 sel yang kemudian memperbanyak diri dengan pembelahan mitosis. Pada perkembangbiakan secara aseksual, sel akan kehilangan flagela dan kemudian terjadi Pembelahan secara mitosis menjadi 4, 8 atau 16 sel. Masing-masing sel keluar dari dinding sel dan kemudian tumbuh flagela. Perkembangbiakan algae yang
berbentuk
fragmentasi.
filamen
Spirogyra
terutama
dapat
secara
berkembang
aseksual biak
yaitu
secara
dengan
seksual
cara
dengan
membentuk tabung konjugasi. Setelah isi sel melebur maka akan terbentuk zygot dan berkembang menjadi zygospora. Pembelahan meiosis terjadi setelah zygospora berkecambah.
Gambar 5 : Spyrogyra sp. Ganggang hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa benang, lembaran atau membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap. Mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit. Algae berperan sebagai produsen dalam ekosistem. berbagai jenis algae yang hidup bebas di air terutama tubuhnya yang bersel satu dan dapat berperan
aktif merupakan penyusun fitoplankton. sebagaian besar fitoplankton adalah anggota algae hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan. 2) Habitat Ganggang hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar, bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air, Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab. Beberapa anggotanya hidup di air mengapung atau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan. Beberapa contoh alga hijau yang sering ditemukan dikolam anatara lain : a. Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak Contoh : Chlorella vulgaris.
Gambar 6: Chlorella vulgaris Klasifikasi ilmiah
1. 2.
Kerajaan:
Plantae
Divisi
:
Chlorophyta
Kelas
:
Chlorophyceae
Ordo
:
Chlorococcales
Famili :
Oocystaceae
Genus :
Chlorella
Spesies : Chlorella vulgaris Chlorella pyrenoidosa Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Ukuran tubuh mikroskopis, bentuk bulat, berkembang biak dengan pembelahan sel. Chlorella, genus ganggang hijau ditemukan baik sendiri atau berkelompok dalam segar atau air garam dan di dalam tanah. Sel alga adalah bola dan memiliki kloroplas berbentuk cangkir 's Chlorella. Reproduksi aseksual dengan sel-sel reproduksi nonmotile (autospores). Telah banyak digunakan dalam studi fotosintesis, dalam eksperimen massa budidaya, dan untuk memurnikan limbah
kotoran. Karena Chlorella mengalikan cepat dan kaya akan protein dan vitamin B-kompleks, itu juga telah dipelajari sebagai produk makanan potensial bagi manusia baik di Bumi dan di angkasa luar peternakan Chlorella. telah didirikan di Amerika , Jepang, Belanda, dan Israel. Chlorella efektivitas 's Jerman, di limbah pemurnian
tergantung
pada
sintesis
yang
dari
substansi
menghambat
pertumbuhan-(chlorellin) yang dapat menekan pertumbuhan bakteri. Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di pasuruan) b. Chlorococcum sp. Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk zoospora (secara aseksual). Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak Contoh : Chlamidomonas sp. Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1 vacuola, satu nukleus dan kloropas. Pada kloropas yang bentuknya seperti mangkuk
terdapat
stigma
(bintik
mata)
dan
pirenoid
sebagai
tempat
pembentukan zat tepung. reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora dan reproduksi seksual dengan konjugasi. c. Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak Contoh : Hydrodictyon africanum.
Gambar 7 : Hydrodictyon africanum
Klasifikasi ilmiah Kerajaan :
Plantae
Divisi
:
Chlorophyta
Kelas
:
Chlorophyceae
Ordo
:
Chlorococcales
Famili :
Hydrodictyaceae
Genus:
Hydrodictyon
Spesies
1. 2. 3. 4.
Hydrodictyon africanum Hydrodictyon indicum Hydrodictyon patenaeforme Hydrodictyon reticulatum Hydrodictyon banyak
ditemukan
didalam
air
tawar
dan
koloninya
berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi. Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni baru. sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi. d. Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak Contoh : Volvox sp.
Gambar 8 : Volvox sp
Klasifikasi Ilmiah Divisio
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Volvocales
Familia
: Volvocaceae
Genus
: Volvox
Spesies
: Volvox sp.
Volvox sp. ditemukan di air tawar, koloni berbentuk bola jumlah antara 500 -5000 buah. Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet.
e. Chlorophyta berbentuk benang Contoh : Spyrogyra sp.
Gambar 9 : Spirogyra sp. Klasifikasi Ilmiah
Divisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies
: : : : : :
Chlorophyta Chlorophyceae Zygnematales Zygnemataceae Spirogyra Spirogyra sp.
Bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. adapun langkah-langkah konjugasi antara lain, dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membenuk tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. kedua plasma melebur, disebut peristiwa plasmogami dan segera diikuti oleh pelburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan membentuk zigospora diploid. zigospora mengalami meiosis dan ditempat yang sesuai berkembang menjadi benang spirogyra baru yang haploid. f. Oedogonium Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air atawar dan melekat di dasar perairan. reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang flagela banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid). Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina (ovum). Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk individu. g. Chlorophyta berbentuk lembaran Contoh : 1. Ulva lactuca
Gambar 10: Ulva Lactuca Klasifikasi ilmiah Kingdom : Plantae Phylum : Chlorophyta Class : Ulvophyceae Order : Ulvales Family : Ulvaceae Genus : Ulva Species : U. Lactuca Ulva Lactuca adalah datar tipis ganggang hijau yang tumbuh dari berbentuk cakram pegangan erat. Margin yang agak terganggu dan sering robek. Hal itu dapat mencapai 18 cm atau lebih panjang, meskipun pada umumnya jauh lebih sedikit, dan sampai 30 cm dimembran ada dua sel tebal, lembut dan tembus, dan tumbuh melekat, tanpa Stipe , untuk batuan dengan yang berbentuk kecil. Hijau ke warna hijau tua, spesies ini di Chlorophyta terbentuk dari dua lapisan sel tidak teratur, seperti yang terlihat dalam penampang, kloroplas berbentuk cangkir dengan 1-3 pyrenoids . Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuk seperti lembaran daun. berkembang biak secara vegetatif dengan menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva haploid disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. pertemuan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot (Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid. 2) Chara globularis.
Gambar 11: Chara globularis Klasifikasi ilmiah Kingdom: Plantae Division: Charophyta Class: Charophyceae Order: Charales Family: Characeae Genera : Chara spesies : Chara globularis Chara globularis hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabang-cabang, berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam globula terdapat anterodium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi. Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabangcabang, berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam globula terdapat anterodium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi. 3) Pigmen Pigmen yang dimiliki kloroplas golongan chlorophyta yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantofit (lutein, violaxantin, zeaxanthin). Karoten muncul sebagai karakter warna kuning kemerah-merahan. Sedangkan xantotif muncul sebagai warna kuning dengan nuansa warna yang unik. Menurut levavascur (1989) bahwa pigmen-pigmen fotosintesis dan pada alga hijau berklorofil a dan b mengandung shiphoxanthim atau lutein. 4)
Cadangan Makanan Cadangan makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun
sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang yaitu amilopektin seringkali amilum terbentuk dalam granula bersama dengan bahan protein dalam plastida disebut pirenoid. 5) Susunan Tubuh
Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan sebagai 1. 2. 3.
berikut: Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas sp. Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella vulgaris Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga
mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox sp., Pandorina sp. 4. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora sp. 5. Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix sp., Oedogonium sp. Filamen bercabang, contoh: Chladhopora sp., Pithopora sp. 1. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium sp. 2. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva lactuca 3. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa sp. 6) Struktur Sel Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulose yang dapat memberikan sifat keras pada dinding sel dan lapisan luar adalah pektin. Tetapi beberapa alga bangsa volvocales dindingnya tidak mengandung selulose, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel caulerpales mengandung xylan atau mannan. Inti pada clorophyta ada yang berinti prokariota dan ada yang sebagian besar berinti eukariota. Intinya diselubungi membran inti terdapat nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal tetapi ada yang memiliki inti lebih dari satu. 7) Alat Gerak / Flagel Ada dua tipe pergerakan pada chlorophyta, yaitu: 1. Pergerakan dengan flagela Flagela pada kelas chlorohyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa oedogoniales, memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat halus yang disebut aparatus neuromotor. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2. Flagela tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.
2. Pergerakan dengan sekresi lendir Pada chlorophyta terjadi pergerakan yang disebabkan adanya stimulus cahaya yang di duga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan ke depan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagaian belakang seperti berkelokkelok. 8) Perkembangbiakan Perkembangbiakan pada chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu: 1. Secara vegetatif Perkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi tubuhnya dan pebelahan sel. 2. Secara seksual a) Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya spirogyra sp.. b) Isogami yaitu peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama. c) Anisogami yaitu peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama. d) Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak (sebagai
a) b) c) a) b) c)
sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur) Beberapa contoh dari reproduksi sexual: Isogami : Chlorococcum , Chlamydomonos , Hydrodictyon Anisogami : Chlamydomonas, Ulva Oogami : Chlamydomonas, Valva, Spirogya, Aedogonium 3. Secara aseksual Perkembanganbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan pembentukan: Zoospora yaitu sel berflagel 2 contohnya Chlamydomonos Aplanospora yaitu spora yang tidak bergerak contohnya Chlorococcum Autospora yaitu aplanospora yang mirip dengan sel induk contohnya Chlorella Klas chlorophyta dibagi menjadi beberapa klas, salah satu diantaranya adalah klas chlorophyceae.
1.
Bangsa Chlorococcales Sel-sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk jadi tidak bergerak. Mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Mereka merupakan satu koloni yang bentuknya bermacam-macam, dan tidak lagi melakukan pembelahan sel yang vegetatif. Perkembanganbiakan
dengan
zoospora
yang
mempunyai
dua
bulu
cambuk, atau dengan spora yang tiddak mempunyai bulu cambuk yang dinamakan aplanospora. Perkembanganbiakan dengan isogami antara lain pada marga Pediastrum. Chlorococcales hidup sebagai plankton dalam air tawar, kadang-kadang juga pada kulit pohon-pohon dan tembok-tembok yang basah. Ada yang hidup bersimbiosis dengan fungsi sebagai lichenes bahkan ada yang hidup dalam plasma binatang rendah, misalnya Chlorella Vulgaris dam Infusoria sp. dan Hydra sp.
a) b) 2.
Dalam bangsa ini termasuk antara lain: Suku Hydrodictyceae, contoh Pediastrum bonganum Suku Chlorococcaceae, contoh Chlorococcum humicale Bangsa Ulotrichales Sel-selnya selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas yang masih sederhana membentuk koloni berupa benang yang bercabang atau tidak. Benang-benang itu selalu bertambah panjang karena sel-selnya membelah melintang. Yang lebih tinggi tingkatannya mempunyai talus yang lebar dan melekat pada suatu substrat / alas. Dan talus ini sudah mempunyai susunan
seperti jaringan parenkim. Ada pula yang talusnya berbentuk pipa atau pita. Dalam bangsa ini termasuk antara lain: a) Suku Ulotrichaceae, contoh : Ulothrix zonata Sel selnya membentuk koloni yang berupa benang dan tumbuh interkalar. b) 1.
Sel-selnya pendek, kloroplas bentuk pipa. Pangkal melekat pada substrat. Suku Ulvaceae, termasuk didalamnya Ulva lactuca, talus menyerupai daun sladah, terdiri atas 2 lapis sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Zoospora dengan 4 bulu cambuk, gamet
2. 3.
sama besar, masing-masing dengan dua bulu cambuk. Enteromorpha intestinalis, koloni berbentuk pipa atau pita, padanya tidak terdapat isogami melainkan anisogami Bangsa Cladophora Sel-selnya berinti banyak, kloroplas berbentuk jala dengan pirenoidpirenoid membentuk koloni berupa benang-benang yang bercabang, menjadi suatu berkas, hidup dalam air tawar yang mengalir atau dalam air laut, dan biasanya
berkas
benang-benang
itu
melekat
pada
suatu
substrat.
Berkembangbiak secara vegetatif dengan zoospora dan generatif dengan isogami. Dalam bangsa Cladophorales termasuk suku Cladophoraceae contohnya 4.
Cladophora glomerata dan Cladophora dichotoma. Bangsa Chaetophorales Sel-selnya mempunyai satu inti dan kebanyakan juga satu kloroplas. Organisme ini talusnya heterotrik, artinya mempunyai pangkal dan ujung yang berbeda, terdiri atas benang-benang yang merayap, bercabang dan bersifat pseudoparenkimatik. Tumbuh mendatar pada substratnya, dan bagian atasnya
yang bercabang-cabang dan berguna sebagai alat reproduksi. Yang tergolong dalam bangsa ini antara lain: a. Suku Chaetophoraceae, contohnya Stigeoclonium lubricum, Stigeoclonium tenue, hidup dalam air tawar, zoospora 4 dengan 4 bulu cambuk dan isogamet b.
dengan 2 bulu cambuk. Suku coleochaetaceae, contohnya Coleochaeta scutata. Zoospora dengan 2 bulu cambuk. Pangkalnya berbentuk cakram, perkembangbiakan generatif
dengan oogami. Coleochaeta kebanyakan hidup sebagai epifit pada ganggang c.
lain atau tumbuhan air yang tinggi tingkat perkembangannya. Suku Trentepohliaceae, contohnya Trentepohlia aurea. Zoospora dengan isogamet mempunyai 2 bulu cambuk, telah menyesuaikan diri dengan hidup didaratan, pada cadas, batang-batang pohon atau diatas daun sebagai epifit.
Zoosporangia berwarna merah karena hematokrom. Spora tersebar oleh angin. 5. Bangsa Oedogoniales Hidup dalam air tawar, sel-selnya mempunyai satu inti dan kloroplas berbentuk jala. Koloni berbentuk benang. Perkembangbiakan vegetatif dengan pembentukan zoospora, ujungnya yang bebas dan klorofil mempunyai banyak bulu cambuk yang tersusun dalam suatu karangan. Dari satu sel vegetatif hanya keluar satu zoospora saja. Perkembangbiakan generatif dengan oogami Bangsa Oedogoniales hanya dapat meliputi satu suku saja oedogoniaceae 6.
contohnya
Oedogonium
concatenatum
dan
yaitu
Oedogonium
ciliatum. Bangsa Siphonales Bentuknya bermacam-macam, kebanyakan hidup dalam air laut, talusnya tidak mempunyai didnding pemisah yang melintang. Sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas.
Hanya alat-alat berkembangbiak saja yang terpisah oleh suatu dinding (sekat). Dari siphonales dapat disebut beberapa jenis , antara lain: a. Protosiphon botryoides (suku protosiphonaceae) Ganggang ini masih sangat sederhana, hidup diatas tanah yang basah talus hanya teridiri atas suatu sel. Bagian yang diatas tanah bentuknya seperti gelembung, berwarna hijau dan mengandung banyak inti. Melekat pada tanah dengan rizoid yang panjang, tidak bercabang dan tidak berwarna. b. Halicystis ovalis (suku Uhalicystidaceae) Ganggang ini menyerupai profosiphora, tetapi hidup dalam laut c. Caulerpa prolifera (suku caulerpaceae) Ganggang hijau yang hidup di laut tengah. Talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya sampai beberapa desimeter, berguna untuk asimilasi dan dinamakan asimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbu yang menyerap, tidak
berwarna
dan
tidak
mengandung
leukoamitoplas
dan
rizoid
pada
perkembangbiakanseksual yaitu anisogami, seluruh tumbuh-tumbuhan baik jantan maupun betina masing-masing mengeluarkan gamet yang berwarna hijau dalam jumlah yang amat besar dan setelah mengeluarkan gamet itu lalu mati. d. Vaucheria sessilis (suku vaucheriaceae) Talus berbentuk benang dan bercabang-cabang tidak beraturan, melekat pada substrat dengan rizoid-rizoid yang merupakan suatu berkas. Karena talus tidak mempunyai dinding pemisah melintang, maka talus kelihatan seperti pipa
bercabang-cabang. Perkembangbiakan aseksual dengan zoospora. Sedangkan perkembangbiakan generatif (seksual) dengan oogami. Alat-alat perkembangbiakan seksual dan aseksual ditemukan pada suatu individu. Pembelahan reduksi terjadi pada perkecambahan zigot. Talusnya menyerupai jamur payung pada pangkal tangkainya terdapat suatu inti yang besar. Ganggang ini ditemukan di laut tengah dan talusnya diperkuat dengan kapur. Perkembangbiakan seksual dengan anisogami. a) 1. 2. 3.
9) Dampak positif dan negatif chlorophyta dalam kehidupan Dampak positif Sebagai sumber protein sel tunggal contoh Chlorella sp. Sebagai bahan makan contoh volvox sp. sebagai sayuran Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen yang penting dalam
4.
rantai makanan diperairan tawar Menghasilkan O2 (oksigen) dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh hewan
b) 1. 2. 3. 4.
lain untuk bernafas Dampak negative Dapat mengganggu jika perairan terlalu subur Membuat air berubah warna dan menjadi bau Menjadi masalah dalam proses penjernihan air Menyebabkan penyumbatan pada saringan pengolahan air.
10) Akibat pertumbuhan algae hijau terhadap kualitas air Kehadiran alga hijau dalam air dapat meyebabkan : Perubahan warna air Air menjadi licin karena dapat menghasilkan lender Dapat menimbulkan bau dan rasa pada air Dapat menyebabkan kerapuhan pada beton Jenis ganggang hijau yang hidup di air tawar tidak mengahasilkan racun Dari sifat-sifat yang tampak pada chlorophyceae, dapat diambil kesimpulan
bahwa
chlorophyceae
berasal
dari
flagellate
yang
setingkat
mengalami kemajuan-kemajuan perkembangan. Padanya ditemukan gambaran perkembangan dari organisme yang sederhana ke yang makin menuju ke adanya pembagian pekerjaan. talus heterotrik (yang terdiri atas pangkal yang melekat pada substrat dan bagian yang bebas) dan kloroplas sederhana. Pada kebanyakan chlorophyceae pembelahan reduksi terjadi
pada
pekecambahan zigot, jadi chlorophyceae adalah organisme haploid. alat-alat perkembangbiakan seksual dan aseksual terdapat pada satu individu, tetapi tidak tiap individu menghasilkan kedua macam alat perkembangbiakan itu. Biasanya terdapat suatu deretan tumbuh-tumbuhan yang selalu berkembangbiak secara vegetatif dan baru kemudian muncul individu yang dapat membiak secara generatif. jadi meskipun keduanya haploid, ada yang bersifat vegetatif dan ada juga yang bersifat generatif. Dengan pemindahan tempat pembelahan reduksi dari zigot ke sporangium pada fase aseksual, terjadilah pergiliran
keturunan antara sporofit yang diploid dengan gametofit yang haploid. Pada pembelahan reduksi terjadilah penentuan jenis kelamin. Ketentuan-ketentuan itu dapat sama (isomorf) atau heteromorf. Ada bermacam-macam jenis dari algae hijau diantaranya: a. Algae benang Merupakan algae hijau dari genus spyrogyra. Membentuk rumpun berupa benang tipis, panjang dan berwarna hijau muda. Algae benang mempunyai persyaratan hidup mendekati persyaratan tumbuhan tingkat tinggi kondisi air yang baik dapat memicu pertumbuhannya, apalagi disertai dengan kondisi pencahayaan yang baik. Algae benang mempunyai kemampuan tumbuh relatif cepat. b. Algae bintik hijau Merupakan algae berbentuk kecil, bulat, dengan ukuran kurang lebih 3 mm, berwarna hijau. Algae ini melekatkan diri dengan kuat pada substrat. biasanya melekat pada kaca atau pada daun. Algae bintik hijau sering muncul pada aguarium baru, pada saat kondisi air belum stabil, atau pada saat kualitas air akuarium menurun. 5.6.3. DIVISIO CHRYSOPHYTA
Gambar 12: Chrysophyta Nama Chrysophyta diambil dari bahasa Yunani, yaitu Chrysos yang berarti emas. Ganggang keemasan atau Chrysophyta adalah salah satu kelas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang ini berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil. Kloroplas ganggang ini berbentuk cakram, pita, atau oval. Sel-sel ganggang keemasan memiliki inti sejati (eukarion), dinding sel umumnya mengandung silika (SiO2) atau kersik. Tubuh ganggang ini ada yang terdiri
atas
satu
sel(uniseluler)
dan
ada
yang
terdiri
atas
banyak
sel
(multiseluler). Ganggang yang bersel satu bisa hidup sebagai komponen fitoplankton yang dominan. Ganggang yang multiseluler berupa koloni atau berbentuk filamen. Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat
mensintesis
makanan
sendiri
dengan
memiliki
klorofil
untuk
berfotosintesis. Ganggang ini ditemukan di air tawar, di laut, dan di tanah yang lembab. Alga a. b.
ini Kelas Kelas
digolongkan alga
kedalam Hijau-Kuning
alga
3
kelas
yaitu:
(Xanthophyceae).
keemasan
(Chrysophyceae).
c. Kelas Diatom (Bacillariophyceae). 1)
Ciri-ciri 1. Pigmen, khlorofil a dan b, xantofil, dan karoten, klorofil terdapat dalam jumlah yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau rumput. 2. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam kloroplas. 3. Kloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang, lensa, bulat, pita, spiral dsb. 4.
Sel
berinti
sejati,
satu
atau
lebih.
5. Sel kembara mempunyai 2 atau 4 flagela sama panjang, bertipe whiplash. 6. Dinding sel mengandung selulose. 2) Bentuk talus/struktur vegetatif 1. Uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp. 2. Uniseluler nonmotil/kokoid: Chlorella sp. 3. Koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp. 4. Koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp. 5. Palmeloid: Tetraspora sp. 6. Dendroid: Prasinocladus sp. 7. Berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp 8. Tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp. 9. Heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp. 10. Berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp. 11. Lembaran yang monostromatik: Monostroma sp. 12. Berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha sp. 13. Berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp. 3) Perkembangbiakan a. Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan koloni, dan pembentukan spora (aplanospora atau zoospora). b. Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami, anisogami, dan oogami. 4) Kelas-kelas chrysophyta
Berdasarkan pembagian kelas diatas, alga dapat kita uraikan : a) Kelas Xanthophyceae. Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria sp. Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat. Filamen
mempunyai
banyak
inti
dan
disebut
Coenocytic.
Berkembangbiakan secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi peleburan
spermatozoid
yang
dihasilkan
anteridium
dengan
ovum
yang
dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen baru. b) Kelas Chrysophyceae. Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni contohnya Synura. Ochromonas Sel tubuhnya berbentuk bola yang dilengkapi dengan 2 flagel sebagai alat gerak. Kedua flagel tersebut tidak sama panjang. Di dalam sitoplasmanya terdapat beberapa organel penting, seperti kloroplas yang berbentuk lembaran melengkung, vakuola, stigma, dan nukleus. Ochromonas berkembangbiak dengan membelah diri. c) Kelas Diatom (Bacillariophyceae). Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah, got atau parit. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Reproduksi secara aseksual yaitu dengan cara membelah diri. Contohnya: Navicula sp, Ganggang ini dikenal sebagai diatomae atau ganggang kersik karena dinding sel tubuhnya mengandung zat kersik. Kersik merupakan komponen penting dalam plankton. Navicula sp hidup di air tawar dan di laut. Tubuh Navicula sp. terdiri atas dua bagian yaitu kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Di antara kotak dan tutup terdapat celah yang disebut rafe. Perkembangbiakan
Navicula
sp
Perkembangbiakan vegetatif Navicula sp. dengan membelah diri. Setiap inti diatomae membelah menjadi dua, diikuti pembagian sitoplasma menjadi dua bagian. Selanjutnya, dinding sel Navicula memisah menjadi kotak dan tutup. Pada sel anakan, baik kotak maupun tutup akan berfungsi menjadi tutup, dan masing-masing akan membentuk kotak baru. Dengan demikian setiap sel anakan
yang berasal dari kotak akan mempunyai ukuran lebih kecil daripada sel asalnya. Peristiwa ini berlangsung berulang kali. Perkembangbiakan generatif Navicula sp. berlangsung dengan konjugasi. Bila ukuran tubuh Navicula sp. tidak memungkinkan untuk mengadakan pembelahan lagi, inti selnya akan mengalami meiosis dan menghasilkan gamet. Gamet itu kemudian akan meninggalkan sel dan setelah terjadi pembuahan di dalam air akan menghasilkan zigot. Zigot selanjutnya tumbuh menjadi sel Navicula baru dan membentuk tutup dan kotak baru. Bila Navicula sp. mati, dinding selnya akan mengendap membentuk tanah diatom yang kaya zat kersik. Tanah ini merupakan bahan dinamit, isolator, dan bahan
gosok
penghalus.
Contoh lain, Pinnularia sp. dan Cyclotella sp. 5) Peranan Ganggang Keemasan Dalam Kehidupan Sehari-hari. Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.
5.6.4 PHAEOPHYTA (GANGGANG COKLAT/ PERANG) Gambar 13: Algae coklat 1) Ciri-Ciri Algae ini mempunyai pigmen fotosintetik yang terdiri atas klorofil a dan c, karoten, fukoxantin dan xantofil. Cadangan makanan di dalam selnya berupa laminarin dan manitol, dengan dinding sel tersusun dari selulosa, asam alginat, dan mukopolisakarida sulfat. Algae ini mempunyai dua flagela yang tidak sama panjang dengan letak lateral. Organisasi selnya multiseluler, dan dapat membentuk morfologi yang sangat besar dan kompleks seperti tumbuhan. Terdapat struktur seperti akar (hold fast), seperti daun (blade), seperti batang (stipe), dan pengapung (bladder), tetapi tidak ada sistem transport nutrien dan cadangan makanan. Di tengah stipe terdapat sel-sel memanjang seperti jaringan vaskuler
pada
tumbuhan.
Sel-sel
tersebut
berfungsi
untuk
membantu
memindahkan karbohidrat hasil fotosintesa dari blade ke tempat sel-sel yang kurang aktif fotosintesanya seperti stipe dan hold fast. Anggota algae ini yang banyak hidup di laut adalah genera Sargassum, Macrocystis, Nereocystis, dan
Laminaria. Algae coklat ini dapat tumbuh dengan sangat cepat, misalnya Nereocystis dapat mencapai panjang 40 meter dalam satu musim. Kebanyakan cara perkembangbiakan algae coklat sama dengan algae hijau Ulva. Genera Fucus umumnya tumbuh di bebatuan. Mereka dapat melapukkan batuan tersebut. Jenis tertentu algae ini dapat digunakan untuk biosorpsi, atau penyerapan logam berat oleh biomassa. hal ini disebabkan karena kandungan polisakarida pada dinding selnya dapat bersifat sebagai resin penukar ion (ion exchange).
Algae
ini
juga
dapat
digunakan
sebagai
indikator
adanya
pencemaran logam berat seperti Cadmium, Cu, dan Pb, misalnya algae Fucus vesiculosus.
Beberapa
jenis
algae
coklat
seperti
Macrocystis,
banyak
mengandung bahan algin pada dinding selnya. Bahan algin ini mempunyai nilai ekonomis untuk bahan pembuat stabiliser dan emulsifier pada cat, tekstil, kertas, bahan makanan, dan bahan lain. Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan bersifat autotrof. Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil. Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat. Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik 2) Habitat Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan sedang, terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat
(semacam akar). Bila di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi ada juga yang hidup sebagai endofit. 3) Pigmen Pigmen yang terdapat pada ganggang coklat (Chrysophyta) adalah klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. (Fukoxantin) yang terdiri dari violaxantin, flavoxantin, a dan neofukoxontin b, xantofil memberikan kesan warna coklat pada chrysophyta. Berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyto di bagi dalam 3 golongan, yaitu: a) Golongan Isogeneratae Golongan isogeneratae yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda. Contoh: Ectocarpus sp. b) Golongan Heterogenerate Golongan heterogenerate yaitu golongan
tumbuhan
yang
memiliki
pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi maupun sitologinya. Contoh: Laminaria sp. c) Golongan Cyelosporae Golongan cyelosporae yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran keturunan. Contoh: Fucus sp. Alga coklat (Phaeophyta) hanya mempunyai satu kelas saja yaitu klas phaeophyceae. Thallus dari jenis golongan phaeophyceae bersel banyak (multiseluler), umumnya mikroskopik dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakropora yang berwarna coklat kekuning-kuningan karena adanya kandungan fukoxontin yang melimpah. Cadangan makanan berupa laminarin yang beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu selulosa asam alginat, fukan dan fuoidin. Perkembangbiakkan dilakukan secara aseksual dan seksual : a) Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh zoospora atau aplanospora yang tidak berdinding. Zoospora mempunyai dua, buah flagella yang tidak sama panjang, terletak dibagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yang uniseluler, dinamanakan sporangia unilokuler. Atau spora yang dibentuk dalam sporangia yang multiseluler yang disebut sporangium prulilekuler. b) Perkembanganbiakan seksual dilakukan secara isogamet, Pembuahan pada alga coklat.
anisogamet.
Sebelum terjadi pembuahan, layak anthernazoid mengelilingi sel telur pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur. Biasanya hanya satu antherozoid yang masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam kedua intinya melebur dan terjadinya inti diploid. Zigot segera membentuk dinding yang berlendir dan dapat melekat pada substrat. Zigot membentuk tonjolan yang akan seperti cahaya. Suhu pH dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupaan faktor perangsang bagi terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan makanan yang cukup di dalam sel telur.
Maka
mula-mula
pertumbuhan
embrionya
cepat,
tetapi
kemudian
pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yang terbentuk
bersifat
diploid
dan
pembelahan
reduksi
terjadi
pada
waktu
yang
isomorf
yaitu
gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik. 1.
Bangsa Ectocarpales Ectocarpales mempunyai
pergantian
keturunan
tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit, talusnya berbentuk cabang-cabang bebas atau saling berhubungan satu sama lainnya. Hingga membentuk jaringan pseudoparenkimatik. Alat perkembangbiakan letaknya bebas satu sama lain. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang gametofit menghasilkan gamet. Suku Ectocarpaceae Marga Ectocarpus Thallus dari ganggang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang banyak. Sel berinti tunggal dan plastida yang membentuk pita atau piring. Perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagella 2 buah dan di bentuk di dalam alat reproduksi yang unilokuler atau plusilokuler. Alat reproduksinya biasanya terdapat pada ujung-ujung cabang lateral. Gametofit bersifat homothallik atau heterothallik. Gambet dibentuk dalam gametangium
yang
plulilokuler
yang
perkembangannya
identik
dengan
perkembangan sporangium yang prusilokuler. Sel-sel yang terbentuk mengalami metamorfose menjadi gamet yang berflagella 2 buah. Tipe persatuan gamet adalah isogamik atau anisogamik. 2. Bangsa Dietyotales Sebagian besar dari bangsa ini terdapat di lautan daerah tropic. Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium yang berkotak-kotak dan oogonium tidak pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan satu sel telur. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Sporofit dan gametofit
bergiliran
dengan
beraturan
dan
keduanya
mempunyai
talus
berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Misal Dictyota dichotoma yang terbesar di lautan Eropa. Skema pergiliran keturunan Dictyota dichotoma: Marga Dictyota Thallus tegak dan berbentuk pita yang bercabang-cabang, melekat pada suatu substrat dengan perantaraan alat pelekat yang berbentuk seperti cakram. Thallus terdiri dari 3 lapis. Lapisan tengah tersusun dari sel-sel besar, terbentuk segi empat dan berdinding tebal tanpa khromatofora. Kedua berdinding tipis dan mengandung banyak kromotofora. Pada lapisan ini terdapat banyak rambutrambut steril dan tidak berwarna serta dapat mengeluarkan lendir pada permukaannya. Perkembangbiakan
dilakukan
secara
aseksual,
dan
seksual.
Perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh aplanospora yaitu yang tidak bergerak.
Dalam
Perkembangbiakan
satu
sporangium
seksual
hanya
dilakukan
dibentuk
secara
4
oogami.
aplanospora Gametofit
saja.
bersifat
heterothallik. Alat kelamin terdapat dalam suatu sorus. Terdapat di kedua permukaan talusnya. 3. Bangsa Cutleriales Suku Cutleriaceae Suku ini hanya mempunyai 2 marga saja, yaitu zanardinia dan cutleria, zanardinia mempunyai pergantian keturunan yang gametofit dan sporofitnya identik satu sama lain, sedang gametofit cutleria tidak identik dengan sporofitnya, hingga pergantian keturunan dari cutleria bersifat iso morfik. Tetapi kedua
marga
tersebut
mempunyai
kesamaan,
yaitu
pertumbuhan
yang
tirkhothallik, sporangia yang uniloker dan sel-sel kelamin dan betina ukurannya tidak sama. Marga Cutleria Cutleria mempunyai gamtofit yang berbentuk pita yang bercabang, menggarpu yang tidak begitu teratur atau berbentuk seperti kipas. Pertumbuhan terjadi pada tepi talus bagian atas yang mempunyai rambut yang uniseriate. Gametofit bersifat heterothallik. Gametofit jantan mengandung anteridia yang menghasilkan gamet jantan berbentuk buah pir, berflagellata 2 buah di bagian leteral. Gametofit betina mengandung gametangia betina yang mengeluarkan gamet betina yang bentuknya mirip dengan yang jantan. Tetapi ukurannya lebih besar dan gerakannya lebih lambat. 4. Bangsa Laminariales Jenis-jenis yang termasuk dalam bangsa ini mempunyai sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran. Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai
sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran. Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik. Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik. Bangsa ini mempunyai 30 marga dengan kurang lebih 100 jenis yang kesemuanya merupakan penghuni lautan beriklim dingin. Dari marga ke marga gametrofitnya dapat dikatakan identik satu sama lain, tetapi sporofitnya mempunyai bentuk yang beranekaragam. Contoh: a. Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan. Talusnya dapat mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. alat pelekatnya seakan-akan mempunyai kuku untuk berpegangan erat-erat. Sumbu talus bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantungan, kadang-kadang sampai 3 m panjangnya hingga dengan itu talus dapat terapung pada permukaan laut. b. Lessonia,sp mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma. c. Laminaria cloustoni, banyak terdapat di laut utara, panjangnya sampai 5 m. pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas menyerupai daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbaharui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi pertumbuhan di bagian tengah dari pangkal lembaran-lembaran tadi dan terbentuklah lembaran-lembaran baru. Suku Laminaria Alat pelekat sporofit umumnya berupa cabang-cabang yang dikhotom disebut haptera. Tangkai tidak bercabang silindris atau agak memipih, diujung tangkai ini terdapat helaian yang utuh atau terbagi kearah vertikal menjadi beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medula dan korteks yang dikelilingi oleh selapis sel yang menyerupai sel epidermis. Sporofit mempunyai sporongia yang unilokuler dan terdapat pada perunukan helaian. Sporangia berbentuk ganda. Pada laminaria saccharina, penentuan jenis kelamin gametofit terjadi pada saat pembelahan reduksi, setengah dari zoospora akan tumbuh menjadi gametofit betina sedang lainnya akan membentuk gametofit jantan. Gametongia akan
dibentuk
setelah
gametofit
mencapai
2-3
sel.
Terjadi
pembuahan
tergantung langsung pada suhu. 5. Bangsa Fucales Ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah dingin.
Pembiakan
generatif
dengan
oogami,
pembiakan
vegetatif
tidak
ada.Thallus dari ganggang ini bersifat diploid, pembelahan reduksi (meiosis) terjadi pada saat gametogenesis alat kelamin terdapat di dalam konseptakel. Dalam daur hidupnya, ganggang ini tidak menunjukkan adanya pergiliran keturunan. Suku Fucaceae
Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar. Focus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah. Bentuknya kaku dank eras seperti kulit. Marga Fucius Fucus berwarna coklat tua. Berbentuk pita yang bercabangdi khotom dengan suatu rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat. Beberapa jenis dari fucus ini mempunyai gelembung udara di dalam tubuhnya untuk
menyimpan
udara
hingga
membantu
keterapungannya
letak
dari
gelembung udara biasanya berpasangan kanan dan kiri. Ujung cabang-cabang menggelembung dan mengandungkoseptakel, tempat konseptakel berkumpul tersebut
dinamakan
reseptakel,
secara
anatomi,
talus
tersusun
atas
meristaderm, korteks dan medula. Di dalamnya terdapat oogonium, anteredium, dan benang-benang mandul (parafisis). Anteredium berupa sel-sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang-benang pendek yang bercabang-cabang. Tiap anteredium menghasilkan 64 spermatozoid. Suatu spermatozoid terutama terdiri dari bahan inti, suatu bintik mata dan 2 bulu cambuk pada sisinya. Bulu cambuk yang pendek menghadap ke muka dan mempunyai rambut-rambut mengkilat. Oogonium berupa suatu badan yang duduk diatas tangkai, terdiri dari 1 sel saja dan mengandung 8 sel telur. Zigot lalu membentuk dinding selulose dan pectin, melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu yang diploid. 5) Susunan sel Pada phaeophyta umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel yang tersusun dari tiga macam polimer yaitu selulosa, asam alginat, fukan dan fukoidin. Algin dari fukoidin lebih kompleks dari selulose dan fukoidin lebih kompleks dari selulose dan gabungan dan keduanya membentuk fukokoloid. Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar yaitu selulosa dan lapisan dalam yaitu gumi. Tapi kadang-kadang dinding selnya juga mengalami pengapuran. Inti selnya berinti tunggal yang mana pana pada pangkal berinti banyak. Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel.Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian
besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin
sebagai
penyusun
penting).
Pada
bakteri,
peptidoglikan
(suatu
glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula). 6) Cadangan Makanan Cadangan makanan pada Phaeophyta berupa laminarin, yaitu sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulose dari pada zat tepung.selain laminarin juga ditemukan manitol minyak dan zat-zat lainnya. 7) Alat Gerak Alat gerak pada Phaeophyta berupa flagel yang terletak pada sel-sel perkembangbiakan dan letaknya lateral. Berjumlah dua yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut-rambut mengkilat menghadap kemuka dan yang pendek menghadap ke belakang. Dekat dengan keluarga flogel terhadap bintik mata yang berwarna kemerah-merahan. 8) Perkembangbiakan Perkembangbiakan pada Phaeophyta dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: a. Perkembangbiakan secara vegetatif dengan fragmentasi b. Perkembangbiakan secara sporik dengan membentuk spora Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a.
Pembentukan Unilokuler, dimiliki oleh anggota Phaeophyta yang uniseluler Terjadi dari sel terminal dengan cabang pendek yang membesar. Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih kecil dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meioses kemudian diikuti pembelahan mitosis sehingga dihasilkan 32-64 inti. Selanjutnya terjadilah celahcelah yang membagi proteplas yang berinti satu. Masing-masing protoplas mengalami metamorfose membentuk zoospora perflagel dua yang terletak di bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flagel yang pendek
b.
diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan. Pembentukan plurilokuler dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler Berasal dari sel terminal yang pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi pembelahan tranversal secara berulang-ulang yang akhirnya dihasilkan 6-12 sel.pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20-40 deretan. Protoplas pada masing-masing sel mengalami sultamorfosa menjadi zoospora yang
memiliki 2 stagel. Diikuti dengan talus yang bersifat diploid dan terbentuklah c.
sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorilokuler. Perkembangbiakan secara gametik, gametangium dimiliki oleh sporangium
a.
yang plurilokuler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara: Isogami yaitu gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat
b.
dibedakan mana jantan dan mana betina). Contoh: Ulva sp. Anisogami: gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet betina memiliki ukuran besar dan gamet jantan memiliki ukuran kecil). Contoh: Codium
sp. Oogami: jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif. Contoh: Volvox sp. Contoh-Contoh Phaeophyta a. Sargassum binderi (Sonder) Nama latin : Sargassum binderi Spesifikasi : Batang gepeng (1,5 mm), halus licin, tinggi mencapai sekitar 60 cm, c.
percabangan “alternate” teratur, oppsite (kiri-kana). Cabang utama yang pendek (1-2 cm) diatas holdfast. Daun lonjong, pinggir bergerigi, panjang 5 cm, lebar 1 cm ujung runcing. Sebaran : Tubuh pada substrat batu umumnya di daerah rataan terumbu dekat bagian ujung luar yang terkena gerakan air relatif lebih kuat dan konstan. Potensi : Belum banyak dimanfaatkan, kandungan kimia sama dengan jenis b.
sargassum lainnya. Sargassum Polycystum Nama latin : Sargassum polycystum Spesifikasi : Ciri-ciri umum. Thallia silidris berduri-duri kecil merapat hodfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karaktersitik terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Batang pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun. Sebaran : Algae yang kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropis. Bukan merupakan algae endemic perairan Indonesia tetapi banyak ditemukan di perairan nusantara terutama di Kalimatan. Potensi : Bisa dimanfaatkan sebagai bahan esktraksi alginat. Manfaat lainnya
c.
belum diketahui. Tidak dibudidayakan. Turbin Conoides Nama Latin : Turbinaria conoides Nama Daerah : Rumput Coklat Corong Spesifikasi : Batang silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan, Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berkspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama. Daun merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran. Sebaran : Umumnya terdapat di daerah rataan terumbu, menempel pada batu. Tersebar luas di perairan Indonesia. Potensi : Algae ini mengandung alginat dan iodin. Potensi eksport ke Jepang. 9) Peranan Ganggang Coklat (Phaeophyta)
Adapun peranan ganggang coklat dalam kehidupan yaitu: a. Ganggang coklat dapat dimanfaatkan dalam industri makanan b. Phaeophyta sebagai sumber alginat banyak dimanfaatkan dalam dunia industri tekstil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri,
kalsium
alginat
digunakan
dalam
pembuatan
obat-obatan
senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat bahan biomaterial untuk teknik pengobatan. c. Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahanbahan mineral seprti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin yang
dapat
meningkatkan
daya
tumbuh
tanaman
untuk
tumbuh,
berbunga dan berbuah. d. Macrocytis pyrifers menghasilkan iodine (unsur yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit gondok). e. Laminaria sp., Fucus sp., Ascophylum sp. dapat menghasilkan asam alginat. Alginat biasanya digunakan sebagai pengental pada produk makanan (sirup, salad, keju, eskrim) serta pengentalan dalam industri (lem, tekstil, kertas, tablet antibiotik, pasta gigi) dan pengentalan produk kecantikan (lotion, krim wajah). Macrocytis pryfers juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan ternak karena kaya komponen Na, P, N, Ca. f.
5.6.5 RHODOPHYTA (GANGGANG MERAH)
Gambar 14: Algae merah Divisio ini sering disebut sebagai algae merah, karena pigmen fotosintetik didominasi oleh fikoeritrin. Pigmen lain terdiri atas klorofil a, dan pada beberapa jenis mempunyai klorofil d, fikosianin, karoten, dan beberapa xantofil. Bahan cadangan makanan di dalam selnya berupa pati floridean, yaitu polisakarida yang mirip amilopektin. Algae ini mempunyai dinding sel berupa selulosa, xylan, dan galaktan. Alat gerak yang berupa flagela tidak ada. Umumnya algae merah hidup di lautan, terutama di daerah tropis, beberapa spesies hidup di daerah
dingin. Adanya klorofil a, fikoeritrin dan fikosianin atau fikobilin merah, menyebabkan algae ini dapat mengabsorpsi dengan baik sinar hijau, violet dan biru yang dapat menembus air dalam. Jadi algae merahpun dapat tumbuh sampai kedalaman lebih dari 175 meter di perairan. Algae merah kebanyakan tumbuh menempel pada batuan dan substrat lain atau lagae lain, tetapi ada juga yang hidup mengapung dengan bebas. Anggota dari algae ini yang sering ditanam sebagai rumput laut adalah Navicula. Dinding selnya terdiri dua lapis, lapisan bagian dalam kasar (rigid) dan menyerupai mikrofibril, sedangkan bagian luar berbentuk lapisan mucilaginous. pada dinding selnya terdapat berbagai macam bahan selain selulosa, yaitu polisakarida sulfat, agar dan karagenin. Pada algae pembentuk koral, dapat mengumpulkan CaCO 3 di dalam dinding selnya. Oleh karena hal tersebut jenis algae ini berperan penting dalam proses pembentukan karang. Rhodophyta (algae merah) umumnya warna merah karena adanya protein fikobilin,terutama fikoeritrin, tetapi warnanya bervariasi mulai dari merah ke coklat atau kadang-kadang hijau karena jumlahnya pada setiap pigmen. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan gabungan pektik, seperti agar-agar, karaginan dan fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang kemerahmerahan. Ada perkapuran di beberapa tempat pada beberapa jenis. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen, sipon, atau bentuk thallus, beberapa dari
mereka
bentuknya
seperti
lumut.
Rhodophyta (ganggang merah) Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen Tubuh
klorofi bersel
Reproduksi
a, banyak
klorofil
d,
karoten,
menyerupai
vegetatif
benang
:
a. Batrachospermum sp. b. Gelidium
sp.
Eucheuma
d.
Gracililaria
e.
Chondrus
f.
Porphyra
g.
Polysiphonia
atau
dengan
Contoh
c.
fikoeritrin,
fikosianin.
lembaran. spora.
sp. sp. sp. sp. sp.
h. Nemalion sp. Ganggang merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung atau pirang atau kemerah – merahan, chromatofora berbentuk cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a, klorofil b dan karoteboid.
Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fpikoiretrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi a)
Ciri 1.
Bentuknya
2. 3.
berupa
Thalus helaian
atau
Tidak Selnya
terdiri
dari
berbentuk
seperti
pohon.
berflagella. komponen
yang
berlapis
–
lapis.
4. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid yang terletak didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau hasil asimilasi. b) Cara hidup Ganggang merah umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain. c) Habitat Umumnya hidup di laut yang dalam dari pada tempat hidup ganggang coklat. Hidup diperairan tawar. d) Reproduksi Bereproduksi secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada ujung – ujung cabang talus. Arteridium menghasilakn gamet jantang yang berupa spermatium dan betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang lainnya. Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian menjadi gametania jantan dan gametania betina, akan membentuk satu karkospofrafit. Karkosporafit akan menghasil tentranspora. Contoh anggota ganggang merah antara lain: porallina, parmalia, bateracospermum moniniformi, gelidium, gracilaria,eucheuma, dan skinaia furkellata. e) Peran ganggang merah pada kehidupan. Manfaatnya antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik.misalnya eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri. Berwarna merah sampai ungu, kromotofora berbentuk cakram atau sesuatu lembaran, sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, hidupnya diair laut, da berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan pembentuka spora dan seksual atau oogami. Sebaran alga atau rumput laut diindnesia ada beberapa jenis yaitu rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte) diantaranya adalah
Gracillaria sp.,
Gelidium sp., Gelediupsis sp., Hypnea sp., dan rumput laut penghasil keraginan yaitu spinosum, Euchema catini dan Eucheuma striatum. Selain itu juga rumput laut penghasil algin yaitu Sargasum sp., Marcocystis sp., dan Lessonia sp.
Klasifikasi
dari
alga
merah
Divisio
:
Classsis
:
Gigartinales
:
Genus
berikut
Rhodophyceae :
Familia
sebagai
Rhodophycophyta
:
Ordo
Species
ini
Gracilariaceae :
Gracilaria
: Gracilaria sp
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah mahluk hidup mikroskopik berpigmen yang hidupnya mengapung atau melayang di perairan, baik tawar ataupun air asin. Yang termasuk kedalam fitoplankton adalah golongan Protista mirip tumbuhan atau banyak yang menyebutnya alga serta golongan Cyanophyta. Ukurannya sangat kecil sehingga hanya jenis fitoplankton tertentu yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200 µm (1 µm = 0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai (Hutabarat, 1986) . Alga yang masuk kategori plankton dapat berupa Alga uniseluler (contoh Chlorococcus sp), koloni (Volvox sp), serta benang (filamen) (contoh Spyrogyra sp). Alga tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Tubuh seperti ini dinamakan talus. Itulah sebabnya alga tidak dapat digolongkan sebagai tumbuhan (plantae). Selain itu, fitoplankton memiliki ciri khusus yang dapat digunakan untuk membedakan antara zooplankton dan fitoplankton, yaitu pigmen warna. Di dalam sel alga terdapat berbagai plastida yaitu organel sel yang mengandung zat warna (pigmen). Plastida yang terdapat pada alga terutama kloroplas mengandung pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Sehingga alga bersifat autrotof karena dapat menyusun sendiri makanannya berupa zat organik dan zat-zat anorganik.
Berdasarkan pigmentasi alga yang termasuk ke dalam plangton adalah sebagai berikut: a.
Chlorophyta
(alga
hijau)
Chlorella.sp
Merupakan kelompok alga yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. Pigmen yang dimilikinya adalah klorofil yang mengandung karoten. Banyak terdapat di danau, kolam tetapi sebagian ada juga yang hidup di laut. Beberapa contoh alga hijau yang sering Anda jumpai di kolam sekitarmu antara lain: 1)
Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak
a)
Chlorella
Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Ukuran tubuh mikroskopis, bentuk bulat, berkembangbiak dengan pembelahan sel. Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di Pasuruan)
b)
Chlorococcum
Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk zoospora (secara aseksual) 2)
Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak
a)
Chlamidomonas
Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1 vacuola, satu nukleus dan kloroplas. Pada kloroplas yang bentuknya seperti mangkuk
terdapat
stigma
(bintik
mata)
dan
pirenoid
sebagai
tempat
pembentukan zat tepung. Reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora dan reproduksi seksual dengan konjugasi (perhatikan gambar berikut ini). 3)
Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak
Contohnya ialah Hydrodictyon banyak ditemukan di dalam air tawar dan koloninya berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi. Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni baru. Sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi. 4)
Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak
Volvox merupakan contoh alga ini yang dapat ditemukan di air tawar. Koloni berbentuk bola jumlah antara 500 - 5000 buah. Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet. 5)
Chlorophyta berbentuk benang
Contoh dari ganggang ini adalah Spyrogyra. Ganggang ini didapatkan di sekitar kita yaitu di perairan. Bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. Selain itu contoh lain adalah Oedogonium. Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air tawar dan melekat di dasar perairan. Reproduksi
vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang berflagela banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid). Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut Oogonium b.
Chrysophyta
(ganggang
keemasan)
Ephitemia zebra sebagai contoh dari diatome Ganggang keemasan (chrysophyta) merupakan alga yang hidup di air tawar dan ada yang hidup di air laut. Tubuh ada yang bersel satu dan ada yang bersel banyak. Alga ini digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu: 1)
Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae)
Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat. Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic. Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi peleburan
spermatozoid
yang
dihasilkan
anteridium
dengan
ovum
yang
dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru. 2)
Kelas alga keemasan (Chrysophyceae)
Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura. 3)
Kelas Diatom (Bacillariophyceae)
Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah, got atau parit. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Reproduksi secara aseksual yaitu dengan cara membelah diri. Contohnya: Navicula, Pannularia dan Cyclotella. c.
Alga
Api
(Pyrrhophyta)
Peridinium sp.
Alga yang termasuk alga api ini disebut Dino Flagellata, tubuh tersusun atas satu sel memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif. Ciri yang utama bahwa di sebelah luar terdapat celah dan alur, masing-masing mengandung satu flagel. Alga api berkembangbiak dengan membelah diri, kebanyakan hidup di laut dan sebagian kecil hidup di air tawar. Contohnya adalah Perodinium sp. Alga api yang hidup di laut memiliki sifat fosforesensi
d. Euglenophyta
yaitu
memiliki
fosfor
yang
memancarkan
cahaya
Euglena viridis
Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak
bebas.
Mirip
tumbuhan
karena
memiliki
klorofil
dan
mampu
berfotosintesis. Hidup di air tawar, dalam tanah dan tempat lembab, contohnya: Euglena. Euglena terdapat di air tawar, misal di sawah. Bentuk tubuh sel oval memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan untuk bergerak. Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk membedakan gelap dan terang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas yang berisi klorofil. Oleh karena itu Euglena berwarna hijau. Contohnya Euglena viridis. Euglena dapat membuat makanan sendiri dengan cara fotosintesis dan juga dapat memakan zat-zat organik. Karena Euglena mampu melakukan fotosintesis maka dikatakan hidup secara fotoautotrof. Di samping itu dikatakan juga sebagai heterotrof karena memakan bahan organik yang tersedia. Cara berkembang biak yaitu dengan membelah diri yang disebut pembelahan biner.
e. Cyanophyta (alga hijau-biru)
Oschillatoria sp.
Crhooccocus sp.
Ganggang hijau biru adalah organisme prokariotik dan karenanya tidak terikat membran organel. Lebih erat kaitannya dengan bakteri daripada algae lain, mereka sering disebut sebagai cyanobacteria. Mereka terjadi di laut, air tawar dan habitat darat. Cyanophyta merupakan komponen penting dalam siklus nitrogen dan produsen. Cyanophyta [dalam bahasa Yunani, siano = biru-hijau, dan myx = lendir]: ini terjadi di uniseluler, berserabut, dan bentuk-bentuk kolonial, dan sebagian besar tertutup dalam sarung mucilaginous baik secara perorangan maupun di koloni.
Sebagian
Chroococcaceae
besar
dari
keluarga
biru-hijau
coccoid
planktonic
(misalnya,
terdiri
Anacystis
dari =
anggota
Microcystis,
Gomphosphaeria = Coelosphaerium, dan Coccochloris) dan keluarga berserabut Oscillatoriaceae,
Nostocaceae,
dan
Rivulariaceae
(misalnya,
Oscillatoria,
Lyngbya, Aphanizomenon [3 -- 6 μm], Anabaena) Cyanobacteria
ditemukan
di
hampir
semua
habitat
yang
bisa
dibayangkan, dari samudera ke air tawar ke batu sampai tanah. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat membentuk filamen ataupun lembaran. Cyanobacteria termasuk uniselular, koloni, dan bentuk filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada kondisi lingkungan yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase. Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negatif. Cyanobacteria tidak memiliki flagela. Mereka
bergerak
dengan
meluncur
sepanjang
permukaan.
Kebanyakan
cyanobacteria ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan, terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di
gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons dan menyediakan energi bagi inang.
1. Actinastrum hantzschii
Actinastrum hantzschii ( Perbesaran: 100X ) (Sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi Divisi
: Chlorophyta
Class
: Chlorophyceae
Ordo
: Chlorococcales
Famili
: Scenedesmaceae
Genus
: Actinastrum
Speseies : Actinastrum hantzschii
(Toshihiko Wizuno, 1970)
Ciri-ciri:
sel dan koloni tanpa selabung gelatin yang mencolok
sel memanjang membentuk koloni 4,8, atau 16 memancar dari pusat
tubuh sel berbentuk silinder atau dalam bentuk gelondong panjang
tersusun secara radial dengan menempel satu sisi ke sisi lain
(Charles C. Davies, 1955)
2. Navicula laterostrata
Navicula laterostrata ( Perbesaran: 100X ) (Sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi Division: Chrysophyta Class
: Bacillariophyceae
Ordo
: Pennales
Famili
: Naviculaceae
Genus : Navicula
Species : Navicula laterostrata (Toshihiko Wizuno, 1970)
Ciri-ciri:
bentuk memenjang simetri bilateral
kedua ujung mengecil dan menbulat
ukuran sedang dengan bagian tengan membuncit
(Charles C. Davies, 1955)
3. Pediastrum biwae
Pediastrum biwae (perbesaran 100x) ( Sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi Division: Chlorophyta Class : Chlorophyceae Ordo
: Chlorococcales
Famili
: Hidrodictyaceae
Genus : Pediastrum
Species : Pediastrum biwae (Toshihiko Wizuno, 1970)
Ciri-ciri
sel dan koloni tanpa selabung gelatin yang mencolok
sel membentuk seperti piring datar melingkar
sel tubuh dalam bentuk poligonal, dengan tanduk menyerupai tonjolan
(Charles C. Davies, 1955)
4. Scenedesmus ellipsoideus
Scenedesmus ellipsoideus (perbesaran 100X) (Sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi Divisi
: Chlorophyta
Class
: Chlorophyceae
Order
: Chlorococcales
Family
: Scenedesmaceae
Genus
: Scenedesmus
Spesies
: Scenedesmus ellipsoideus
(Toshihiko Wizuno, 1970)
Ciri-ciri
berwarna hijau terang
kosmopolitan (air tawar, payau, asin)
dinding sel terbuat dari selulosa atau polimer xylosa atau mannosa atau hemiselulosa
memiliki flagela dapat bergerak sedikit
bentuk flagel isokontae
jumlah dan letak sangat bervariasi (apikal, subapikal, lateral)
5. Crhoococcus dispersus
Crhoococcus dispersus (perbesaran 100x) (sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi Division: Cyanophyta Class : Cyanophytaceae Ordo : Chroococcales Famili : Chroococcaceae Genus : Crhoococcus
Species : Crhoococcus dispersus (Toshihiko Wizuno, 1970) Ciri-ciri
terdiri dari satu sel atau koloni yang relatif kecil
sel sebagian besar semi bulat
memiliki selubung yang biasanya terlihat jelas
6. Synedra flugens
Synedra flugens (perbesaran 100X) (sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi Division
: Ochrophyta
Class
: Fragilariophyceae
Order
: Fragilariales
Family
: Fragilariaceae
Genus
: Synedra
Species
: Synedra flugens
Ciri-ciri
berbentuk memanjang seperti jarum
Bisa hidup secara individu ataupun koloni
jika berkoloni, akan berkumpul pada satu titik digumpalan lendir yang dikeluarkan dari pori-porinya
spesies tertentu memiliki 2 tanduk pendek atau duri yang menonjol tepat diatas katup pori-pori
hidup di air tawar seperti danau atau waduk
7. Pinnularia braunii
Pinnularia braunii (perbesaran 100X) (Sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Naviculales
Family
: Pinnulariaceae
Genus
: Pinnularia
Species
: Pinnularia braunii
Ciri-ciri
Pinnularia termasuk organisme uniseluler.
Dinding sel tersusun atas zat pectic pada kerangka silika yang kaku.
Dinding mereka terdiri dari dua bagian yang disebut katup (hipoteka dan epiteka)
terdapat dua kloroplas hadir di sepanjang sisi sel, dan mengandung klorofil a, c, beta-karoten dan fucoxanthin pigmen.
8. Gomphonema olivaceum
Gomphonema olivaceum (perbesaran 100x) (Sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
; Bacillariophyceae
Order
: Cymbellales
Family
: Gomphonemataceae
Genus Species
Ciri-ciri
: Gomphonema : Gomphonema olivaceum
Sel berbentuk baji dalam tampilan korset dengan pseudosepta terlihat
9. Eucoconeis
sp
Eucoconeis sp (perbesaran 100X) (Sumber : Dokumen pribadi)
Klasifikasi Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Achnanthales
Family
: Achnanthidiaceae
Genus
: Eucoconeis
Species
: Eucoconeis sp
Ciri-ciri
Hidup soliter terdapat satu kloroplas ditengah Sel berbentuk elips, terdapat garis dengan tiang bulat atau bercotok dan mantel yang relatif dalam.
10. Nitzschia scalaris
Nitzschia scalaris (perbesaran 100X) (sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Bacillariales
Family
: Bacillariaceae
Genus
: Nitzschia
Species
: Nitzschia scalaris
Ciri-ciri
Berbentuk seperti baling-baling
Dapat menghasilkan jesenis racun saraf yang dikenal dengan domoic
Memiliki toleransi tinggi terhadap salinitas
11. Nitzschia capitalia
Nitzschia capitalia (perbesaran 100X) (sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Bacillariales
Family
: Bacillariaceae
Genus
: Nitzschia
Species
: Nitzschia capitalia
ciri-ciri
Sel soliter
Katup bilateral simetris
12. Ephitemia zebra
Ephitemia zebra (perbesaran 100X) (sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Rhopalodiales
Family
: Rhopalodiaceae
Genus
: Ephitemia
Species
: Ephitemia zebra
13. Mastogonia smithii
Mastogonia smithii (perbesaran 100X)
(sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
:Pennales
Family
: Mastoginiceae
Genus
: Mastogonia
Species
: Mastogonia smithii
Ciri-ciri
Organisme uniseluler
bersifat kosmopolitan
Dinding sel tersusun atas silikat dan karbon
14. Asterionella sp
Asterionella sp (perbesaran 100x) (sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
:Pennales
Family
: Asterionellaceae
Genus
: Asterionella
Species
: Asterionella sp
ciri- ciri
dapat berfotosintesis
berbentuk lingkaran menyerupai bintang
15. Achantes brevipes
Achantes brevipes (perbesaran 100x) (Sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Achnanthales
Family
: Achnanthidiaceae
Genus
: Achantes
Species
: Achantes brevipes
Ciri-ciri
Sel yang heterovalvar dan tertekuk Hidup soliter (kadang-kadang membentuk rantai pendek)
16. Melosira italica
Melosira italica (perbesaran 100X) (sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Coscinodiscophycidae
Family
: Melosirales
Genus
: Melosira
Species
: Melosira italica
ciri-ciri
-
Sel berbentuk silinder
-
Katup datar dan ditutupi dengan duri kecil atau butiran.
-
Diameter katup 4-24 µm dan ketinggian mantel adalah 9-20 µm.
17. Meridion circulare
Meridion circulare (Sumber : www.sharkan.net)
Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Fragilariales
Family
: Fragilariaceae
Genus
: Meridion
Species
: Meridion circulare
ciri-ciri
Sel berbentuk seperti pemukul bola (katup linear-clavate),
Jika bergabung akan membentuk (westerndiatoms.colorado.edu)
koloni
yang
berbentuk
kipas.
18. Neidium
affine
Neidium affine (perbesaran 100x) (Sumber : dokumen pribadi) Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Naviculales
Family
: Neidiaceae
Genus
: Neidium
Species
:
Neidium
affine
Ciri-ciri :
Katup linear elips, dengan (Sumber :craticula.ncl.ac.uk)
19. Amphora sp 1. Klasifikasi: Kingdom : Protista Divisio
: Bacillariophyta
panjang
82-110
µm.
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: thalassiophysales
Famili
: Catenulaceae
Genus : Amphora Spesies
: Amphora sp.
20. Tabellaria binalis 1. Klasifikasi: Kingdom : Protista Divisio
: Bacillariophyta
Kelas
: Bacillariophyceae
Ordo
: Pennales
Famili
: Diatomaceae
Genus : Tabellaria Spesies
: Tabellaria binalis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di dalam suatu perairan terdapat berbagai jenis organisme. Salah satu diantaranya adalah plankton. Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang-layang di perairan. Plankton terdiri dari organisme-organisme yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar. Terdapat dua jenis golongan plankton, yaitu dari golongan binatang (zooplankton) dan golongan tumbuh-tumbuhan (fitoplankton). Banyak di antara golongan hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian merekatetap terombang-ambing oleh arus lautan.Dalam ekosistem laut plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton mempunyai peranan penting karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan lautlainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai planktonterutama pada tahap masih berupa telur dan larva. Fitoplankton di perairan mempunyai peran yang sama pentingnya dengan tumbuhan tingkat tinggi di darat sebagai produsen primer penghasil nutrisi yang sangat diperlukan oleh konsumen-konsumen lain dalamrantai makanan. Sedangkan zooplankton dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahanmakanan yang banyak mengandung asam amino esensial,
mineral, vitamin, serta lemak dan karbohidrat. Ada sekitar 20 jenis zooplankton yang secara komersial ditangkap untuk berbagai macam pemanfaatan. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah menambah kemampuan mahasiswa untuk menghitung luas bidang pandang, untuk membudidayakan fitoplankton, mengetahui ruang lingkup kegiatan kultur fitoplankton (Scenedesmus sp.), mengetahui permasalahan dalam kultur Scenedesmus sp. 1.3 Manfaat Praktikum - Dapat membudidayakan plankton dengan cara yang benar. - Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memicu pertumbuhan dan kematian plankton. - Menambah pemahaman mahasiswa tentang kultur plankton. - Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam mengkultur plankton dan pengambilan sampel plankton. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kultur Kultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran (Wheaton, 1977). Kultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972). Kultur merupakan proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik untuk kepentingan konsumsi manusia (Webster’s Dictionary, 1990) 2.2 Definisi Scenedesmus sp. Scenedesmus sp. merupakan kelompok mikroalga dan yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. warna hijau dari klorofil a dan b yang sama dalam proporsi sebagai 'tinggi' tanaman serta c klorofil tetapi dilaporkan terdapat di beberapa prasinophyceae; √ U-karoten, dan berbagai karakteristik xanthophylls. Hasil asimilasi berupa amilum yang tersusun dalam kloroplas, kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang, penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilase dan amilopektin. Scenedesmus sp. yang hidup di air tawar memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup di tempat yang terkena cahaya matahari langsung seperti kolam, danau dan genangan air hujan, sungai atau selokan. Scenedesmus sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit. Sebagian besar Scenedesmus dapat hidup di lingkungan akuatik seperti perairan tawar dan payau. Scenedesmus juga ditemukan di tanah atau tempat yang lembab. Sel Scenedesmus berbentuk silindris dan umumnya membentuk koloni. Koloni Scenedesmus terdiri dari 2, 4, 8, atau 16
sel tersusun secara lateral. Ukuran sel bervariasi, panjang sekitar 8--20 µm dan lebar sekitar 3--9 µm. Struktur sel Scenedesmus sederhana. Sel Scenedesmus sp. diselubungi oleh dinding yang tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan dalam yang merupakan lapisan selulosa, lapisan tengah merupakan lapisan tipis yang strukturnya seperti membran, dan lapisan luar, yang menyelubungi sel dalam koloni. Lapisan luar berupa lapisan seperti jaring yang tersusun atas pektin dan dilengkapi oleh bristles. Scenedesmus sp. dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikro algae yaitu ; tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing group. scenedesmus termasuk dalam kelas Chlorophyceae dan family Scenedesmaceae. 2.3 Klasifikasi Scenedesmus sp Gambar 1. Scenedesmus sp. Sumber: Copyright Protist Information Server 1995-2012 Kingdom : Plantae Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Cholococcales Famili : Scenedesmaceae Genus : Scenedesmus Species : Scenedesmus dimorphus 2.4 Habitat Scenedesmus sp. Scenedesmus sp. biasanya hidup di air tawar, air laut, air payau, tanah – tanah yang basah , ada pula yang hidup di tempat – tempat kering. Pada umumnya melekat pada batuan, dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut, merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos. Yang bersel besar ada yang hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah. Bahkan diantaranya ada yang tahan akan kekeringan. Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada binatang rendah. Sebagian yang hidup di laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan siphonales. 2.5 Reproduksi Scenedesmus sp. Scenedesmus sp. dapat melakukan reproduksi aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual terjadi melalui pembentukan autokoloni, yaitu setiap sel induk membentuk koloni anakan yang dilepaskan melalui sel induk yang pecah terlebih dahulu. Beberapa spesies Scenedesmus dapat melakukan reproduksi seksual dengan pembentukan zoospora biflagel dan isogami. Karbohidrat, protein, dan lemak bila diuraikan menjadi monomer-monomer penyusunnya, pada akhirnya akan menjadi asetil KoA. Selanjutnya, asetil KoA masuk ke dalam siklus Krebs, dilanjutkan dengan rantai transpor elektron yang akan menghasilkan ATP. Energi yang terkandung dalam ATP tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel
Scenedesmus. 2.6 Kegunaan Scenedesmus sp. Scenedesmus sp. berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan. Peranan Scenedesmus sp. bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Scenedesmus sp. mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: Produsen primer (penyedia oksigen), Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies chlorella (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin E), Sumber pakan alami bagi ikan dan organism air lain (terutama benih), Beberapa diantaranya dibudidayakan sebagai sumber pakan dip anti pembenihan ikan, contoh: chlorella, dunaliella, tetraselmis, dan scenedesmus. Jenis tertentu dimanfatkan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai pengawet makanan, Twtraselmis dan chlorella dikenal sebagai probiotik.
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum Tempat : Laboratorium Gedung Dekanat Lantai 1 FPIK Waktu : Hari Senin Tanggal : 2 April 2012 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan - Mikroskop - Tabung ukur - Cover glass - Pipet tetes - Toples + tutup - Aerasi - Selang plastik, untuk memberikan saluran aerasi - Lampu neon - Haemacytometer - Hand counter - Plankton net 3.2.2 Bahan yang Digunakan - Bibit scenedesmus sp. - Aquades
- Pupuk organik cair 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Persiapkan Alat dan Bahan 1. Menyiapkan toples+tutupnya 2. Membersihkan toples+tutupnya 3. Cuci toples dan tutupnya dengan air kemudian di beri alkohol 4. Setelah toples+tutup bersih siapkan aquades yang akan di masukkan ke dalam toples sebanyak 1000 ml (scenedesmus). 3.3.2 Perhitungan Kepadatan Stok Awal Menghitung kepadatan stok awal dengan rumus: - Rata- rata = A1+A2+A3+A4+A5/ 5 - Kepadatan Scenedesmus sp. stok awal (tanpa cahaya) A1 = 9 A2 = 8 A3 = 10 A4 = 7 A5 = 2 Total = 36 - Kepadatan Scenedesmus sp. stok awal (menggunakan cahaya) A1 = 5 A2 = 4 A3 = 6 A4 = 4 A5 = 2 Total = 21 3.3.3 Perhitungan Padat Tebar dan Volume Aquades - Perhitungan padat tebar - Di cari V2 dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2 Rata-rata x kotak (cover glass) yang digunakan x 104 - Volume Aquades Volume aquades yang digunakan untuk kultur Scenedesmus sp. adalah 1000 ml 3.3.4 Perhitungan Pengenceran/ Penambahan Aquades Sebagai Media Kultur Menghitung jumlah air aquades yang akan di masukan dalam toples Rumus: Volume aquades – ( V2 + pupuk ) 3.3.5 Pemupukan Setelah aquades dimasukkan ke dalam toples sebanyak 940.9 ml, langkah ke dua adalah memasukkan pupuk cair dengan dosis 3.5 ml/l ke dalam toples menggunakan tabung ukur. 2.3.6 Penebaran Penebaran bibit Scenedesmus sp dilakukan setelah aquades dan pupuk cair dimasukkan. Bibit Scenedesmus sp dimasukkan terlebih dahulu kedalam tabung ukur sebanyak 55.6 , setelah itu bibit Scenedesmus sp dimasukkan kedalam toples yang berisi aquades dan pupuk cair. 2.3.7 Aerasi
Setelah aquades, pupuk cair dan Scenedesmus sp di masukkan kedalam toples, kemudian pasangkan aerasi. Aerasi dimasukkan ke dalam tutup toples yang sudah di lubangi terlebih dahulu. Setelah aerasi terpasang, tutup toples dan simpan toples di dekat lampu neon. Aerasi yang diberikan bertujuan untuk suplai oksigen dan membantu penguapan gas-gas yang tidak berguna, pengadukan untuk menekan pengendapan, memastikan seluruh bibit Scenedesmus sp mendapatkan cahaya dan nutrient yang sama, mengurangi terjadinya stratifikasi suhu, menambah pertukaran gas antara media dan udara. Aerasi diberikan terus menerus, mulai penebaran bibit (inokulasi) sampai kegiatan kultur selesai. 3.4 Analisis Data 3.4.1 Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp. - Kultur Scenedesmus sp 1 (tanpa lampu) Hari pertama Hari ke-1 Kepadatan Scenedesmus sp individu/ml) A1 A2 A3 A4 A5 Jumlah 14 10 12 22 3 Total =61 Hari ke dua Hari ke-2 Kepadatan Scenedesmus sp A1 A2 A3 A4 A5 Jumlah 11 7 4 5 2 Total =29 Hari ke tiga Hari ke-3 Kepadatan Scenedesmus sp A1 A2 A3 A4 A5 Jumlah 17 21 16 16 8 Total =78 Hari ke empat Hari ke-4 Kepadatan Scenedesmus sp A1 A2 A3 A4 A5 Jumlah 13 24 6 13 19 Total =74 - Kultur Scenedesmus sp 1 (menggunakan lampu) Hari pertama Hari ke-1 Kepadatan Scenedesmus sp A1 A2 A3 A4 A5 Jumlah 9 17 11 12 11 Total =60 Hari ke dua Hari ke-2 Kepadatan Scenedesmus sp A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 12 17 13 17 12 Total =71 Hari ke tiga Hari ke-3 Kepadatan Scenedesmus sp A1 A2 A3 A4 A5 Jumlah 13 16 15 19 13 Total =76 Hari ke empat Hari ke-4 Kepadatan Scenedesmus sp A1 A2 A3 A4 A5 Jumlah 20 22 11 21 31 Total =105
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp. Perhitungan padat tebar dan volume aquades Di cari V2 dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2 Rata-rata x kotak (cover glass) yang digunakan x 104 (tanpa lampu) 36/5 x 25 x 104 = 1.800.000 1.000 x 100.000 = V2 x 1.800.000 100.000.000 = V2 x 1.800.000 V2 – 1.800.000 = 100.000.000 V2 = 100.000.000/1.800.000 V2 = 55.6 (menggunakan lampu) 21/5 x 25 x 104 = 1.050.000 1.000 x 100.000 = V2 X 1.050.000 100.000.000 = V2 X 1.050.000 V2 – 1.800.000 = 100.000.000 V2 = 100.000.000/1.800.000 V2 = 95.2 ml/l - Volume Aquades Volume aquades yang digunakan untuk kultur Scenedesmus sp. adalah 1000 ml Menghitung jumlah air aquades yang akan di masukan dalam toples Rumus: Volume aquades – ( V2 + pupuk ) = 1000 – (55.6 + 3.5 ) = 1000 – 59.1 = 940.9 ml/l (tanpa lampu) Rumus: Volume aquades – (V2 + pupuk) = 1000 – (95 + 3.5) -
= 1000 – 98.5 = 901.5 ml/l (menggunakan lampu) - Scenedesmus sp. yang di sentrifugasi adalah 1/2 tabung reaksi Beratnya Scenedesmus sp. yang telah di sentrifugasi adalah 0.05 gram - Tabel dan Grafik kultur Scenedesmus sp. Hari ke- Total kepadatan Scenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml) Scenedesmus sp 1 61 61/5 x 25 x 104 = 3.050.000 2 29 29/5 x 25 x 104 = 1.450.000 3 78 78/5 x 25 x 104 = 3.900.000 4 74 74/5 x 25 x 104 = 3.700.000 Total 332 indivudu/ml 12.100.000 individu/ml Tabel Kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu) Grafik kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu) Hari ke- Total kepadatan Scenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml) Scenedesmus sp 1 60 60/5 x 25 x 104 = 3.000.000 2 71 71/5 x 25 x 104 = 3.550.000 3 76 76/5 x 25 x 104 = 3.800.000 4 105 105/5 x 25 x 104 = 5.250.000 Total 312 individu/ml 15.600.000 individu/ml Tabel Kultur Scenedesmus sp. (menggunakan lampu) Grafik kultur Scenedesmus sp (menggunakan lampu) - DATA KELOMPOK LAIN : Kelompok 5 Kolom Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 H-1 H-2 H-3 H-1 H-2 H-3 H-1 H-2 Panen A1 9 2 4 11 2 4 8 6 11 A2 8 1 6 21 0 2 6 10 27 A3 10 2 2 10 8 9 6 4 24 A4 7 2 3 12 7 3 5 10 23 A5 2 4 5 14 6 6 10 3 24 Jumlah 36 11 20 68 23 24 35 33 109 Tabel Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp. Grafik kultur Scenedesmus sp. Kelompok 7 Hari ke- Total kepadatanScenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml) Scenedesmus sp 1 43 43/5 x 25 x 104 =2.150.000 2 35 35/5 x 25 x 104 = 1.750.000 3 20 20/5 x 25 x 104 = 1.000.000 4 42 42/5 x 25 x 104 = 2.100.000
Total 198 indivudu/ml 7.000.000 individu/ml Tabel Kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu) Grafik kultur Scenedesmus sp. Hari ke- Total kepadatanScenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml) Scenedesmus sp 1 46 46/5 x 25 x 104 =2.300.000 2 35 35/5 x 25 x 104 = 1.750.000 3 21 21/5 x 25 x 104 = 1.050.000 4 44 44/5 x 25 x 104 = 2.200.000 5 108 108/5 x 25 x 104 = 5.400.000 Total 254 indivudu/ml 12.700.00 individu/ml Tabel kultur Scenedesmus sp. Grafik kultur Scenedesmus sp. Kelompok 27 haemacytometer HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 A1 4 8 6 3 A2 6 5 4 4 A3 10 9 5 4 A4 3 5 7 4 A5 8 6 5 5 JUMLAH 31 33 27 20 RATA-RATA 10,33333 11 9 6,666667 KEPADATAN 2583333 2750000 2250000 1666667 Data Scenedesmus sp. yang tidak menggunakan lampu ( gagal ) Kolom pada haemacytometer minggu ke 1 minggu ke 2 minggu panen hari ke1 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4 hari ke 5 hari ke 6 A1 3 5 10 23 15 28 A2 0 7 8 7 21 17 A3 0 4 12 14 16 15 A4 0 3 9 16 28 30 A5 1 3 10 15 23 27 ΣA 4 22 49 75 103 117 Rata rata 0,8 4,4 9,8 15 20,6 23,4 Kepadatan 200000 1100000 2450000 3750000 5150000 5850000 Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp. ( sampai tanggal 23 April 2012 (pupuk yang di gunakan 1,5 ml ) Grafik Hasil perhitungan scenedesmus per minggu Kelompok 25 kepadatan Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4 Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 A1 28 5 10 25 25 46 53
A2 8 10 15 22 17 38 72 A3 10 12 14 23 36 50 69 A4 7 8 10 20 37 52 74 A5 4 7 12 33 43 50 80 A rata-rata 6,4 = 6 8,4 = 8 12,2 = 12 24,6 = 25 31,6 = 32 47,2 = 47 69,6 = 70 kepadatan Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 A1 29 6 22 23 40 49 A2 18 4 31 30 35 33 A3 22 4 18 28 20 23 A4 22 4 21 25 32 39 A5 40 4 33 15 42 40 A rata-rata 26.2 4.4 25 24,2 33,8 36,8 Tabel hasil kultur Scenedesmus sp. Grafik kultur Scenedesmus sp. Perhitungan Kepadatan Hari ke- 1 2 3 4 minggu ke-2 Rata-rata 26.2 4.4 25 24.2 33.8 Kepadatan 6550000 1100000 6250000 6050000 8450000 Tabel Hasil Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp. Hari pengecekan Kepadatan 1 46,47 2 60,14 3 98,23 4 48,45 5 979 ΣA 1232,29 Rata – rata 246,258 Tabel kultur Scenedesmus sp. Grafik kultur Scenedesmus sp. Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp Hari Ke - Jenis Kultur Scenedesmus sp. Chlorella sp. Kelompok
3 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 4 13 14 15 - 17 18 19 20 Kepadatan (x . 10 4 individu / ml) 1 180 55 70 185 17 200 320 35 390 2 55 70 110 300 41 315 345 265 130 3 100 95 135 162 280 4 - 352 5 - 203 6 7 340 245 538 100 305 530 760 110 180 8 115 - 90 1550 345 130 325 9 120 - 260 425 130 335 10 - 65 510 620 360 11 - 170 12 13 14 175 895 780 915 2265 555 385 155 385 465 15 165 - 705 680 - 265 16 680 320 285 17 - 340 18 480 19 20 21 545 995 1925 960 1015 1260 745 2750 190 4.2 Pembahasan 4.2.1 Kepadatan Scenedesmus sp Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap kepadatan kultur Scenedesmus sp., ternyata selama masa kultur tanpa menggunakan cahaya lampu, tingkat kepadatan populasi pada hari ke-2 dan ke-4 menurun. Kepadatan kultur plankton yang selama masa kulturnya menggunakan cahaya lampu, pertumbuhan harian populasi Scenedesmus sp. tiap harinya terus meningkat . Pada percobaan kultur Scenedesmus sp. pertama (tanpa lampu), bibit Scenedesmus sp. yang di gunakan adalah sebanyak 55.8 individu/ml, pupuk yang digunakan sebanyak 3.5 ml/l, dan volume air yang digunakan adalah sebanyak 940.9 ml/l (berdasarkan perhitungan di atas). Setelah dua hari berjalan kepadatan Scenedesmus sp. berkurang dari hari yang pertama dan meningkat kembali pada hari ketiga, kemudian menurun kembali pada hari ke empat. Hal tersebut terjadi karena kultur Scenedesmus sp. tidak diberi cahaya . Jadi tumbuhnya Scnedesmus sp. tidak merata, bahkan ada yang mati. Pada percobaan kultur Scenedesmus sp. yang ke dua (diberi lampu), bibit Scenedesmus sp. yang digunakan adalah sebanyak 29,4 individu/ml, pupuk yang digunakan sebanyak 3.5 ml/l , volume air yang digunakan 967.1 ml/l, Scenedesmus sp. yang di sentrifugasi adalah setengah tabung sentrifugasi, dan berat Scenedesmus sp. Yang telah di sentrifugasi adalah 0.05 gram (berdasarkan perhitungan di atas). Berbeda dengan kultur yang pertama pertumbuhan Scenesesmus sp. menurun, pada kultur yang ke dua pertumbuhan Scenedesmus sp. tiap harinya semakin meningkat karena kultur Scenedesmus sp. di beri cahaya lampu. Dalam mengkultur fitoplankton, berarti cahaya sangat mempengaruhi pertumbuhan
fitoplankton. Cahaya merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mengkultur Scenedesmus sp. Tanpa cahaya Scenedesmus sp. akan mati seperti pada percobaan kultur pertama. Berarti cahaya merupakan faktor penting dalam teknik mengkultur plankton. Hasil dari tiap-tiap kelompok kultur Scenedesmus sp. berbeda-beda. Itu tergantung pada banyaknya pupuk organik cair yang digunakan serta factor-faktor lainnya. Semakin banyak pupuk yang di masukkan ke dalam toples semakin banyak pula Scenedesmus sp. yang akan tumbuh. Selain pemupukkan pertumbuhan Scenedesmus sp. juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti cahaya, dalam budidaya plankton juga harus memperhatikan alat dan bahan yang akan digunakan, semuanya harus dilakukan dengan benar supaya menghasilkan hasil yang maksimal. Perlu diingat dalam budidaya plankton alat-alat yang digunakan haruslah bersih, agar tidak terkontaminasi dengan organisme lain yang akan mengganggu pertumbuhan. Penyediaan bibit juga harus sangat murni (satu spesies) agar menghindari keanekaragaman plankton. Beberapa faktor fisika juga bisa mempengaruhi pertumbuhan plankton diantaranya antara lain suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya. Salah satu faktor kimia disini adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis plankton yang akan dikultur. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam mengkultur Fitoplankton ini, dapat kita simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan kultur murni fitoplankton adalah kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, kekuatan cahaya, dan pH. Faktor utama yang menyebabkan jumlah populasi Scenedesmus sp. percobaan pertama kami menurun adalah tidak adanya cahaya lampu. Perkembangan budidaya palankton dikatakan berhasil jika memenuhi faktor-faktor dibawah ini diantaranya : 1. Faktor biologis meliputi penyediaan bibit yang bermutu (termasuk kemurnian) dan jumlah yang mencukupi serta kandungan gizi bibit (penggunaan pupuk organik). 2. Faktor fisika yang mempengaruhi antara lain suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya. 3. Faktor kimia disini adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis plankton yang akan dikultur. 4. Selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu kebersihan dari alat-alat kultur agar tidak terkontaminasi dengan organisme lain yang akan mengganggu pertumbuhan. 5.2 Saran Dalam kegiatan kultur murni fitoplankton, sebaiknya sterilisaasi media dan alat-alat harus selalu di jaga agar kultur tidak terkontaminasi. Perlu adanya penambahan unsur hara terhadap media kultur, yaitu berupa pemberian pupuk yang optimal dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan dan kualitas air agar makanan alami tersedia dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan. Sebaiknya kultur yang sudah berkembang setelah 7 hari sesegera mungkin dipanen, karena apabila terlambat kemungkinan besar Scenedesmus sp. akan mati. Pemberian pencahayaan selama 24 jam terus menerus sebelum kultur berkembang diketahui dapat memicu perkembangan yang baik. Agar Scenedesmus sp. tetap melimpah dalam waktu yang lama, dan lakukan pemupukan ulang.
DAFTAR PUSTAKA Davis,C.C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State Univ.Press. Hutabarat, S dan Evans. 1985. Kunci Identifikasi Zooplankton Daerah Tropik . UI Press: Jakarta. Mahyuddin, Kholish. 2010. Panduan Lengkap Agrobisnis Patin, Penebar swadaya: Jakarta. Mulyanto, W. 1992. Biologi laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia :Jakarta. Nontji, Anugerah. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology . WB Saunders Company.Phyladelphia. Romimohtarto, Kasijan. 2004. Meroplanton Laut . Djambatan: Jakarta. Romimohtarto, Kasijan.dkk. 2007. Biologi laut . Ilmu Tentang Biota Laut.Djambatan: Jakarta. Rostini,I.2007. Kultur fitoplankton pada skala laboratorium Unpadpress: Bandung. Sachlan, M. 1982.Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Diponegoro: Semarang. Stewart. M dan Hutabarat.1986. Kunci Identifikasi Plankton. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro: Semarang. Stone, D. 1997.Biodiversity of Indonesia. Singapore:Tien Wah Press. Wardhana, Wisnu. 2003. Teknik Sampling, Pengawetan dan Analisis Plankton. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Indonesia: Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI 1 “ALGA MIKROSKOPIS DAN ALGA MAKROSKOPIS”
NAMA
: HILDA AYU NURSANTI
NPM
: 12320069
PROGDI
: PENDIDIKAN BIOLOGI
KELAS
: 2C
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP PGRI SEMARANG TAHUN 2013 Judul
: “Alga Mikroskopis dan Alga Makroskopis”
Landasan Teori
:
a) Telaah Pustaka Air adalah materi essensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air (Suriawiria, 2003). Algae termasuk kedalam divisio Tallophyta, karena tubuhnya tidak dapat dibedakan antara bagian akar, batang dan daun. Tubuhnya yang berupa tallus itu kadang-kadang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi (Pelczar, 1986). Algae termasuk tumbuhan yang berklorofil sehingga ia bersifat autotrof yang dapat melakukan asimilasi. Kebanyakan alga berukuran mikroskopis (Ariyanto, 2000). Ganggang mempunyai 3 macam pigmen fotosintetik : klorofil, karotenoid, dan fikobilin. Tumbuhan ganggang (Algae) hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah (Campbell, 2003). Pada umumnya alga merupakan penyusun plankton yang penting di kehidupan air. Berbentuk uniseluler, filamen yang sekeliling tubuhnya banyak diselimuti oleh lendir (polisakarida), atau berbentuk koloni sederhana (Gembong, 2009). Filum Alga : Chlorophyta (Alga Hijau) Ciri-Ciri : Berklorofil a dan b Berpigmen karoten dan xantofil Cadangan makanan berupa pati Dinding sel berupa selulosa, pectin, algin Dapat berfotosintesis 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut Hidup di air umumnya sebagai plankton
Menenpel pada batu dan tanah Reproduksi dengan fragmentasi dan konyugasi Terdapat perkapuran pada beberapa jenis Kegunaan
:
Memproduksi bahan makanan baru (protein, lemak, karbohidrat) Sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar Dipakai sebagai makanan Penghasil O2 Phaeophyta (Alga Coklat) Ciri-Ciri : Berklorofil a dan b Berpigmen karoten dan xantofil Cadangan makanan berupa laminosin manitol Dinding sel berupa selulosa, pectin, algin Hidup dipantai Berbentuk seperti benang atau lembaran Reproduksi vegetative dengan fragmentasi Generative isogami dan oogami Melekat pada batu dan kayu Kegunaan
:
Penghasil asam laktat (campuran ice cream, cat, obat, lateks sintesis) Sumber I2 dan K Sebagai bahan ternak Rhodophyta (Alga Merah) Berklorofil a dan d Berpigmen karoten, xantofil, dan fikoeritrin Cadangan makanan berupa bahan agar-agar Dinding sel berupa selulosa Umumnya warna merah tetapi warna bervariasi mulai dari merah ke coklat, kadang hijau Umumnya hidup di laut, beberapa jenis di air tawar Bersel banyak, menyerupai benang atau lembaran Reproduksi vegetative dengan spora Kegunaan : Penghasil agar-agar Untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri Chrysophyta (Ganggang Keemasan) Ciri-Ciri : Berklorofil a dan c Berpigmen karoten dan xantofil Cadangan makanan berupa leukosin dan minyak Dinding sel berupa selulosa, pectin Bersel tunggal atau banyak
Hidup ditempat yang basah, laut, air tawar, fikoplankton Kegunaan
:
Dapat dipakai sebagai penyerap nitrogliserin pada bahan peledak Sebagai campuran semen Sebagai bahan penggosok Bahan pembuatan isolosi, penyekat dinamit Phyrophyta (Alga Api) Ciri-Ciri : Berklorofil a dan c Berpigmen karoten dan xantofil Cadangan makanan berupa pati Dinding sel berupa selulosa Tubuhnya tersusun atas satu sel Dapat bergerak aktif Habitat di laut bersifat fosforesensi Sebelah luar terdapat celah Croma warna pirang Kegunaan
:
Menyebabkan laut tampak bercahaya pada malam hari Eugleophyta Ciri-Ciri : Berklorofil a dan b Berpigmen karoten dan xantofil Cadangan makanan berupa pati Dinding sel berupa pati Dapat bergerak mendekati cahaya Ada yang heterotrof dan ada yang autotrof Punya 2 flagelium Habitat di air tawar Reproduksi aseksual Kegunaan
:
Makanan ikan Penyedia bahan organic, oksigen Bahan penggosok, isolasi, bahan dasar kaca, penyaring
b) Tujuan Untuk mengetahui alga mikroskopis yang ada pada air kolam hijau, air laut, air gallon, air sawah dan air es. Mengetahui bentuk-bentuk alga
Mengetahui berbagai macam spesies dari alga. Mengidentifikasi jenis-jenis alga menurut klasifikasinya.
Alat
:
1. Mikroskop 2. 5 pipet 3. 5 cawan petri 4. Tissue 5. Alcohol 6. 5 objek glass 7. 5 cover objek glass 8. Label 9. Kertas 10. Pensil
Bahan
:
1. Air kolam hijau 2. Air laut 3. Air gallon 4. Air sawah 5. Air es 6. Ulfa sp 7. Ulfa histrik 8. Sargassum sp. 9. Sargassum c.ag 10. Sargassum histrik 11. Turbenaria lamour 12. Ganggang merah
Cara Kerja
: MIKROSKOPIS
1. 2. 3. 4. 5.
Menyiapkan mikroskop yang masih baik. Membersihkan mikroskop dengan tissue. Menyiapkan dan membersihkan cawan petri dan pipet dengan alcohol agar steril. Menyiapkan dan membersihkan objek glass beserta cover dengan alcohol. Menuangkan air kolam hijau, air laut, air gallon, air sawah dan air es pada cawan petri yang
sudah steril. 6. Memberikan label pada cawan petri yang sudah diberi air yang akan diamati agar tidak 7.
tertukar. Untuk mengamati air kolam hijau maka menetesi objek glass dengan pipet yang berisi air
kolam hijau. 8. Menutup objek glass dengan cover tanpa ada gelembung udara. 9. Memfokuskan mikroskop pada preparat. 10. Menggambar alga-alga yang telah ditemukan dan mengidentifikasi dengan gambar pembanding. 11. Mengamati preparat lainnya dengan cara yang sama seperti mengamati air kolam hijau. MAKROSKOPIS 1. Menyiapkan semua awetan yang akan diamati 2. Mencuci tempat awetan 3. Menggambar bentuk awetan dan mengidentifikasinya
Hasil Pengamatan
: Mikroskopis
Table Hasil Praktikum Pertama Kelompok Air Laut 1. Spirogyra Chaetophora 2. Tetraspora Ankistrodesmus Mikrospora 3. Tetraspora Mougeotia Ankistrodesmus Mikrospora 4. Ophiocytium
:
Air kolam Hijau Air Sawah Fitrospora Ankistrodesmus
Air Es • Cladophora
Tetraspora Ankistrodesmus Selenastrum Tetraspora Ankistrodesmus Ophiocytium Pediastrum Protococcus
• • • • •
Tetraspora Ankistrodesmus Mougeotia Protococcus Tetraspora Ankistrodesmus Mougeotia Dictyosphaerium
Tetraspora Ankistrodesmus Protococcus Protococcus Tetraspora
• Protococcus
Mikrospora Crucigenia Bulbochaeta Protococcus Spirogyra Ankistrodesmus Kirchneriela Protococcus Tetraspora
Dictyosphaerium Chaetrophora
Protococcus Sorastrum
• Spirogyra • Dictyosphaerium
Spirogyra
Spirogyra Ankistrodesmus Kirchneriella Ankistrodesmus Protococcus Chaetopora
7.
Ophiocytium Protococcus Bedogonium
Selenastrum Drapamaldia Protococcus
Ankistrodesmus
8.
Ophiocytium Protococcus Ankistrodesmus Tetraspora Protococcus Ophiocytium Spirogyra Mougeotia Hydrodictyom Kirchneriella Bulbochaeta Characium Tetraspora
Mougeotia Protococcus Oedogonium Ankistrodesmus Mougeotia Tetraspora Ophiocytium Ankistrodesmus Protococcus Protococcus Pediastrum Tetraspora Ankistrodesmus
Mougeotia Sorastrum Ophiocytium Ankistrodesmus Tetraspora Sorostrum Botryococcus Spirogyra Microspora Pediastrum Chaetophora Ulotrix Richterella
• • • • • • • • • • • • • • •
Ankistrodesmus Cladophora Ankistrodesmus Kirchneriella Scenedesmus Ophiocytium Protococcus Ophiocytium Craciyenia Drapamaldia Tetraspora Chaetopora Protococcus Cladiophora Richterella
• • • • • • • •
Pedinomanes tuber Selenastrum Ophiocytium Tribonema Ankistrodesmus Ankistrodesmus Ulothrix kircneriella
5. 6.
9.
10.
Ankistrodesmus Selenastrum Protococcus
Kelompok Air Galon 1. • Richterella 2.
• Tetraspora • Ophiocytium
3.
• Ankistrodesmus • Ophiocytium • Tetraspora
4.
• Tetraspora • Coelastrum
Kelompok Air Galon 6. • Ankistrodesmus • Ophiocytium • Protococcus 7. • Pediastrum • Sorastrum • Ulothrix • Protococcus 8. • Ankistrodesmus • Richterella • Ophiocytium • Cladhophora 9. • Crucigenia • Sorastrum
• Crucigenia
5.
• Ophiocytium • Bulbochaeta
10.
• Protococcus • Drapornalida • Ophiocytium • Chaetophora • Ankistrodesmus • Protococcus • Ophiocytium • Pediastrum
Table Hasil Praktikum Kedua : Kelompo
Air Laut
Air Kolam Hijau
Air Sawah
Air Es
k 1.
• Ankistrodesmus • Oedogonium
• Bulbochaeta • Richterella • Ulotrix
2.
• Mougeotia • Ankistrodesmus • Tetraspora • Bulbochaeta • Ulotrix • Tetraspora • Protococcus • Oedogonium • Mougeotia • Mikrospora
• Mougeotia • Protococcus • Oedogonium • Ankistrodesmus • Tetraspora • Oedogonium • Tetraspora • Soratrum • Ankistrodesmus • Tribonema
• Characium • Tribonema • Ophiocytium • Tetraspora • Ankistrodesmus • Chaetopora • Selenastrum • Ankistrodesmus • Mougeotia • Tetraspora • Ophiocytium
• Sorastrum • Spirogyra • Protococcus • Chaetospora • Ulotrix
• Drapamaldia • Spirogyra • Ankistrodesmus • Ophiocytium • Characium • Crucigenia
• Ulotrix • Ankistrodesmus • Ulotrix • Protococcus
• Ankistrodesmus • Ulotrix • Crucigenia
• Ankistrodesmus
• Oedogonium
3.
4.
5.
6.
7.
• Ankistrodesmus • Tetraspora • Oedogonium
• Protococcus • Ophiocytium • Tetraspora • Mougeotia • Protococcus • Ankistrodesmus • Richterella • Tetraspora • Mougeotia • Kirchneriella • Protococcus • Oedogonium • Ophiocytium • Ankistrodesmus • Ankistrodesmus • Sorastrum • Pediastrum • Spirogyra • Protococcus • Crucigenia • Digtiyosphaerium • Ankistrodesmus • Oedogonium • Mougeotia
• Ankistrodesmus • Mougeotia • Tetraspora • Pediastrum • Ankistrodesmus • Spyrogira • Oedogonium • Scenedesmus • Tetraspora • Protococcus • Oedogonium • Characium • Ankistrodesmus • Tetraspora • Mougeotia • Spirogyra • Chaetophora • Protococcus • Ophiocytium • Selenastrum • Ankistrodesmus • Mougeotia • Oedogonium • Tetraspora • Ankistrodesmus • Ophiocytium • Ankistrodesmus • Tribonema • Crucigenia • Ophiocytium • Pediastrum
8.
9.
10.
• Tribonema • Ankistrodesmus • Richterella • Protococcus
• Ulotrix • Pediastrum • Protococcus • Tetraspora
• Ankistrodesmus • Tetraspora • Ophiocityum • Richterella • Characium • Coelastrum • Cladophora • Protococcus • Ophiocytium • Spirogyra • Mougeotia • Hydrodictyon
• Ankistrodesmus • Mougeotia • Protococcus • Ophiocytium • Characium
• Crucigenia • Ulotrix • Protococcus • Ankistrodesmus • Coelastrum
• • • • •
Mougeotia Tetraspora Ophiocytium Ankistrodesmus Protococcus
• Chaetophora • Protococcus • Coelastrum
Kelompok Air Galon 1. • Coelastrum • Tribonema • Protococcus • Tetraspora • Ophiocytium 2. • Ankistrodesmus • Protococcus • Ophiocytium • Tribonema • Mougeotia • Tetraspora 3. • Ankistrodesmus • Dictyosphaerium • Tetraspora • Characium
• Chaetophora • Protococcus • Pediastrum • Kircneriella • Richterella • Mougeotia • Ankistrodesmus • Ophiocytium • Characium • Cladophora • Tetraspora • Tetraspora • Sorastrum • Botryococcus • Spirogyra • Mikrospora • Ankistrodesmus • Sorastrum • Protococcus • Coelastrum
Kelompok 6. • • • •
• Ophiocytium • Ankistrodesmus • Richterella • Protococcus • Tetraspora • Mougeotia • Coelastrum • Cladophora • Ophiocytium • Protococcus • Padinumanes • Tuberculata • Selenastrum • Ophiocytium • Tribonema • Ankistrodesmus • Ankistrodesmus • Cladophora • Ophiocytium • Sorastrum
Air Galon Drapamaldia Tribonema Ophiocytium Protococcus
7.
• • • • •
Richterella Ophiocytium Tetraspora Coelastrum Tribonema
8.
• • • •
Chaetophora Coelastrum Ophiocytium Scenedesmus
• Protococcus • Spirogyra • Protococcus • Ankistrodesmus • Sorastrum • Pediastrum • Crucigenia • Dictyosphaerium • Ophiocytium • Ankistrodesmus • Richterella • Spirogyra • Mougeotia
4.
5.
Pembahasan
9.
• • • • • •
Cruciagenia Sorastrum Protococcus Dropolnalida Ophiocytium Chaetophora
10.
• • • •
Ankistrodesmus Spirogyra Kirchterella Tetraspora
:
Dari praktikum yang saya dan teman-teman lakukan terdapat banyak alga mikroskopis yang ditemukan. Pada setiap air yang saya amati selalu terdapat ankistrodesmus, tetraspora, mougeotia, protococcus dan chaetophora. Hasil praktikum dua kali kelompok saya (kelompok 2) pada air laut terdapat alga mikroskopis yaitu : 1. Ankistrodesmus
Domain
: Eukariotik
Kingdom Devisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies
: Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Chlorococcales : Oocystaceae : Ankistrodesmus : Ankistrodesmus braunii
Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel satu, , selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur sebagai pakan. berkembang biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual dengan cara membentuk zoospora. Bentuknya runcing, panjang, berkelok-kelok dan terdapat pada semua air yang kita amati dan jumlahnya pun sangat banyak. 2. Tetraspora
Domain
: Eukariotik
Kingdom : Plantae Divisio : Chlorophyta Classis : Chlorophyceae Ordo : Tetrasporales Familia : Tetrasporaceae Genus : Tetraspora Spesies : Tetraspora lubrica Pada praktikum saya tetraspora di gambarkan berupa bulatan-bulatan. Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior. Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1. 3. Mougeotia Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Zygnematales : Zygnemataceae : Mougeotia Spesies
: Mougeotia scalaris
Mougeotia yaitu alga yang berwarna hijau, berklorofil sehingga dapat hidup dengan cara autotrof. Bentuknya panjang dan pada tengahnya terdapat seperti ruang. Pada pengamatan pertama tidak terdapat mougeotia tapi pada pengamatan atau praktikum kedua kelompok kami menemukan mougeotia yang jumlahnya sangat banyak dan berkumpul dengan alga lainnya. Mungkin kelompok saya pada praktikum pertama kurang teliti dalam mengamati preparat. Mougeotia yang saya temukan kurang jelas karena mikroskop yang dipakai adalah mikroskop hitam putih. 4. Bulbochaeta
Domain
: Eukaryota
Kingdom
: Plantae
Filum
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyta
Ordo
: Oedogoniales
Familia
: Oedogoniaceae
Genus
: Bulbochaeta
Spesies
: Bulbochaeta setigera
Pada pengamatan kedua terdapat bulbochaeta yang bersisihan dengan mougeotia. Bulbochaeta ditunjukkan no.4. Bulbochaete terjadi pada berbagai habitat air tawar, hanya beberapa spesies yang diketahui dari perairan payau. Biasanya epifit dan melekat pada tumbuhan air dengan sel basal pegangan erat, sesekali mengambang bebas. Yang paling sering ditemui dalam tubuh kecil dangkal, genangan air seperti kolam, danau kecil, dan parit. Cosmopolitan dengan kelimpahan terbesar dari spesies di daerah beriklim subtropis dan. Saham dengan genera lain di Oedogoniales fitur unik berikut pembelahan sel (1) pembentukan cincin bahan dinding sel baru di dekat ujung anterior setiap sel membagi, (2) pecahnya dinding sel orangtua dalam posisi ini, dan (3) secara bertahap perpanjangan cincin bahan dinding untuk membentuk komponen dinding silinder baru didistribusikan ke kedua sel anak setelah sitokinesis. Pembelahan sel juga menyebabkan pembentukan "apikal cap" menandai dinding sel dekat puncak apikal-paling sel anak. Gabungan cahaya dan investigasi mikroskopis elektron telah mengklarifikasi banyak aspek struktural dan perkembangan pembelahan sel, pembentukan sel rambut, dan gametogenesis. Di atas dijelaskan bahwa bulbochaeta terdapat dalam air tawar namun saya dan teman kelompok menemukan
bulbochaeta di air laut. Ada kemungkinan saya dan teman kelompok kurang teliti dalam membandingkan dengan gambar pembanding. 5. Ulotrix Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Ulotrix cales : Ulotricaceae : Ulotrix : Ulotrix sp.
Ditunjukkan oleh nomor 5. Alga ulotrix yaitu sel dengan satu inti bersama kloroplasnya. Hidup dengan membentuk koloni ataupun mempunyai talus yang lebar dan menempel pada substrat, bentuknya seperti sabuk yaitu panjang dan terdapat seperti rongga pada tengahnya. Pada air kolam hijau kelompok saya menemukan alga : 1. Ankistrodesmus Domain Kingdom Devisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Chlorococcales : Oocystaceae : Ankistrodesmus : Ankistrodesmus braunii
Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel satu, , selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur sebagai pakan. berkembang biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual dengan cara membentuk zoospora. 2. Tetraspora
Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Tetrasporales : Tetrasporaceae
Genus Spesies
: Tetraspora : Tetraspora lubrica
Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior. Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1.
3. Selenastrum
Divisio
:Chlorophyta
Kelas
:Chlorophyceae
Ordo
:Chlorococcales
Familia
:Scenedesmaceae
Genus
:Selenastrum
Spesies
:Selenastrum acuminatum
Selenastrum ditemukan pada praktikum pertama sedangkan pada praktikum yang kedua tidak ditemukan. Namun pada praktikum yang kedua terdapat alga lainnya yang lebih banyak. Selenastrum termasuk dalam kelas Chlorophyceae. Selenastrum memiliki sel berbentuk bulan sabit atau berbentuk sabit yang lebih panjang dari yang luas dan sangat melengkung atau bengkok. Setiap sel memiliki kloroplas parietal tunggal,sering dengan pyrenoid. Selenastrum mendiami fitoplankton dan rawa-rawa. 4. Mougeotia Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Zygnematales : Zygnemataceae : Mougeotia Spesies
: Mougeotia scalaris
Mougeotia yaitu alga yang berwarna hijau, berklorofil sehingga dapat hidup dengan cara autotrof. Bentuknya panjang dan pada tengahnya terdapat seperti ruang. Di gambar ditunjukkan pada nomor 6, gambar pembanding berwarna hijau tapi pada gambar yang saya temukan tidak berwarna karena menggunakan mikroskop hitam putih. 5. Protococcus
Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisio
: Chlorophyta
Classis
: Chlorophyceae
Ordo
: Ctenocladales
Familia
: Ctenocladaceae
Genus
: Protococcus
Spesies
: Protococcus viridis
Pada gambar ditunjukkan nomor 4, berbentuk bulat dan berkoloni. Protococcus mempunyai inti dan kloroplas,habitatnya sebagai plankton didalam air tawar dan juga menempel pada kulit-kulit pohon dan tembok-tembok yang basah, perkembangbiakannya dengan zoospora dengan 2 bulu cambuk, berkoloni dan dinding selnya berbentuk bulat. 6. Oedogonium
Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Chlorophyta
Classis
: Chlorophyceae
Ordo
: Oodogoniales
Familia
: Oodogoniceae
Genus
: Oodogonium
Spesies
: Oedogonium sp.
Ditunjukkan dengan nomor 5. Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas, tumbuh sebagai benang tidak bercabang, melekat pada tempat tumbuh, di dasar perairan, di air tawar dengan pelengkap ketika masih muda, tetapi biasanya mengapung dalam bentuk masa ketika matang. Selnya mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk silindris dan seperi jala, dengan banyak sekali pirenoid. Tumbuhan ini berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan dengan zoospore berukuran besar, berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi seksual pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun secara garis besar dapat diberikan gambaran yang cukup mengenai proses yang berlangsung karena seksual melalui oogami. Telur yang dihasilkan satu -satu dalam sel khusus yang melebar dan disebut oogonium. Sel – sel khusus yang menghasilkan sperma dinamakan anteridium. Pada praktikum terdapat oedogonium dengan bentuk panjang dan terdapat kloroplas di tengahnya. Hidup dengan cara berkoloni dengan bentuk menyerupai benang bentuk anyaman. Habitat di air tawar dan sesil, kloroplas sepeti jala dan setiap sel memiliki satu nucleus.
Pada air sawah terdapat
:
1. Tetraspora
Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Tetrasporales : Tetrasporaceae : Tetraspora : Tetraspora lubrica
Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior. Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1.
2. Ankistrodesmus Domain Kingdom Devisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Chlorococcales : Oocystaceae : Ankistrodesmus : Ankistrodesmus braunii
Ditunjukkan oleh nomor 3. Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel satu, selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur sebagai pakan. berkembang biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual dengan cara membentuk zoospora. Bentuknya seperti cambuk. 3. Mougeotia Domain Kingdom Divisio Classis
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae
Ordo Familia Genus
: Zygnematales : Zygnemataceae : Mougeotia Spesies
: Mougeotia scalaris
Mougeotia yaitu alga yang berwarna hijau, berklorofil sehingga dapat hidup dengan cara autotrof. Bentuknya panjang dan pada tengahnya terdapat seperti ruang. 4. Protococcus Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisio
: Chlorophyta
Classis
: Chlorophyceae
Ordo
: Ctenocladales
Familia
: Ctenocladaceae
Genus
: Protococcus
Spesies
: Protococcus viridis
Protococcus ditunjukkan oleh nomor 1, mempunyai inti dan kloroplas,habitatnya sebagai plankton didalam air tawar dan juga menempel pada kulit-kulit pohon dan tembok-tembok yang basah, perkembangbiakannya dengan zoospora dengan 2 bulu cambuk, berkoloni dan dinding selnya berbentuk bulat. Pada air es
:
1. Protococcus Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisio
: Chlorophyta
Classis
: Chlorophyceae
Ordo
: Ctenocladales
Familia
: Ctenocladaceae
Genus
: Protococcus
Spesies
: Protococcus viridis
Protococcus mempunyai inti dan kloroplas,habitatnya sebagai plankton didalam air tawar dan juga
menempel
pada
kulit-kulit
pohon
dan
tembok-tembok
yang
basah,
perkembangbiakannya dengan zoospora dengan 2 bulu cambuk, berkoloni dan berbentuk bulat hitam yang saya dapatkan dari mikroskopkarena nuansa mikroskop adalah hitam putih.
2. Tetraspora
Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Tetrasporales : Tetrasporaceae : Tetraspora : Tetraspora lubrica
Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior. Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1. 3. Ankistrodesmus
Domain : Eukariotik Kingdom : Plantae Devisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococcales Familia : Oocystaceae Genus : Ankistrodesmus Spesies : Ankistrodesmus braunii Ankistrodesmus ditunjukkan oleh nomor 3. Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel satu, , selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur sebagai pakan. berkembang biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual
dengan cara membentuk zoospora. Yang saya temukan bentuknya sedikit tidak beraturan, panjang, berkelok-kelok. 4. Spirogyra Devisi : Chlorophyta Kelas : Chloropyceae Ordo : Zygnematales Familia : Zygnemataceae Genus : Spirogyra Spesies : Spirogyra singularis Spirogyra ditunjukkan dengan nomor 2. Spirogyra yang didapatkan di sekitar kita yaitu perairan, berbentuk panjang seperti benan dan setiap sel tengahnya terdapat kloroplas dan berkelok-kelok atau spiral. Mendapatkan alga tersebut pada praktikum yang kedua. Reproduksi vegetative dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. Adapun langkah-langkah konjugasi antara lain dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membentuk tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadillah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. Kedua plasma melebur disebut peristiwa plasmogami dan segera diikuti oleh peleburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan mengalami meiosis dan di tempat yang sesuai berkembang menjadi benang Spirogyra baru yang haploid. 5. Oedogonium
Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Chlorophyta
Classis
: Chlorophyceae
Ordo
: Oodogoniales
Familia
: Oodogoniceae
Genus
: Oodogonium
Spesies
: Oedogonium sp.
Ditunjukkan oleh nomor 4. Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas, tumbuh sebagai benang tidak bercabang, melekat pada tempat tumbuh, di dasar perairan dengan pelengkap ketika masih muda, tetapi biasanya mengapung dalam bentuk masa ketika matang. Selnya mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk silindris dan seperti jala, dengan banyak sekali pirenoid. Tumbuhan ini berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan dengan
zoospore berukuran besar, berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi seksual pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun secara garis besar dapat diberikan gambaran yang cukup mengenai proses yang berlangsung karena seksual melalui oogami. Telur yang dihasilkan satu -satu dalam sel khusus yang melebar dan disebut oogonium. Sel – sel khusus yang menghasilkan sperma dinamakan anteridium. Hidup dengan cara berkoloni dengan bentuk menyerupai benang bentuk anyaman. Habitat pada air tawar. 6. Scenedesmus Kingdom : Plantae Devisio : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococcales Familia : Scenedesmaceae Genus : Scenedesmus Spesies : Scenedesmus dimorphus Ditunjukkan oleh nomor 5. Bentuknya tumpuk-tumpuk. Memiliki warna hijau terang, kosmopolitan ( air tawar, payau, asin). Dari oligotrof sampai eotrof. Memiliki anggota terbanyak, kolono dan filament. Dinding sel terbuat dari selulosa. Peranannya sebagai produsen dalam ekosistem, penyelidikan metabolism dalam laboratorium, obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Scenedesmus dalam reproduksi dapat dilakukan secara seksual dan aseksual. Aseksual melalui pembentukan autokoloni yaitu setiap sel induk membentuk koloni anakan yang dilepaskan melalui sel induk yang pecah terlebih dahulu. Seksual dengan pembentukan zoospore biflagel dan isogami. Pada air gallon
:
1. Tetraspora
Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Tetrasporales : Tetrasporaceae : Tetraspora : Tetraspora lubrica
Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior.
Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1. 2. Ophiocytium Domain : Eukariotik Kingdom : Plantae Divisio : Xanthophyta Classis : Xanthophyceae Ordo : Mischococcales Familia : Ophiocytaceae Genus : Ophiocytium Spesies : Opiocytium parvulum Ophiocythium memiliki klorofil a dan c, tidak menyimpan makanan sebagain kanji melainkan sebagai minyak dan umumnya menghasilkan sel dengan dua flagella yang berlainan. Berbentuk spiral. 3. Ankistrodesmus
Domain : Eukariotik Kingdom : Plantae Devisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococcales Familia : Oocystaceae Genus : Ankistrodesmus Spesies : Ankistrodesmus braunii Organisme ini ditunjukkan oleh nomor 1, berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel satu, , selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur sebagai pakan. berkembang biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual dengan cara membentuk zoospora. 4. Protococcus Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisio
: Chlorophyta
Classis
: Chlorophyceae
Ordo
: Ctenocladales
Familia
: Ctenocladaceae
Genus
: Protococcus
Spesies
: Protococcus viridis
Protococcus ditunjukkan oleh nomor 2, mempunyai inti dan kloroplas,habitatnya sebagai plankton didalam air tawar dan juga menempel pada kulit-kulit pohon dan tembok-tembok yang basah, perkembangbiakannya dengan zoospora dengan 2 bulu cambuk, berkoloni dan berbentuk bulat. 5. Mougeotia Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Zygnematales : Zygnemataceae : Mougeotia Spesies
: Mougeotia scalaris
Mougeotia ditunjukkan oleh nomor 5, yaitu alga yang berwarna hijau, berklorofil sehingga dapat hidup dengan cara autotrof. Bentuknya panjang dan pada tengahnya terdapat seperti ruang. Mougeotia telah lama, tidak bercabang, filamen uniseriate. Terkadang rhizoid-seperti pertumbuhan dari sel-sel basal memungkinkan filamen untuk melampirkan substrat. Sel-sel biasanya silinder dan setidaknya empat kali lebih lama dari yang luas. Inti biasanya terletak di sebelah kloroplas di tengah sel. Seperti Mesotaenium, setiap sel memiliki satu Mougeotia atau dua kloroplas seperti pelat yang bisa berputar untuk memaksimalkan tingkat cahaya. Setiap kloroplas memiliki beberapa pyrenoids yang baik tersebar atau disusun dalam satu baris. Pigmen sensorik mendeteksi panjang gelombang dan posisi cahaya. Sebuah transduser menerjemahkan informasi ini ke dalam kode kimia yang sinyal efektor mekanik untuk memindahkan kloroplas, seperti panel surya mekanik. Praktikum yang saya amati banyak menemukan alga mikroskopis pada praktikum yang kedua karena sudah paham dan mengetahui caranya. Sedangkan pada praktikum yang pertama kita belum begitu jelas dengan apa yang di suruh dan banyak kekeliruan pada saat mengamati dengan mikroskop karena kita menganggap mikroskopis yang ditemukan adalah alga yang ada pada preparat tetapi itu alga mikroskopis yang ada pada lensa mikroskop. Ada juga alga mikroskopis yang seharusnya hanya ditemukan pada air tawar tapi pada hasil
pengamatan ditemukan pada air laut. Itu dapat disebabkan ketidaktelinya dalam pengamatan dan bingung pada saat mencocokannya dengan gambar pembanding. Selain alga yang ditemukan kelompok saya, ada alga lain yang ditemukan oleh kelompok sebelum dan berikutnya.
Cladophora Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisio
: Chlorophyta
Classis
: Chlorophyceae
Ordo
: Cladophorales
Familia
: Cladophoraceae
Genus
: Cladophora
Spesies : Cladophora graminea Sel dengan berisi banyak dengan kandungan kloroplas serta mengandung pirenoid, hidup dengan membentuk koloni berupa benang-benang bercabang dan menempel pada substrat,cara hidup dengan autotrof, habitat air tawar maupun air laut, perkembangbiakan vegetative dalam bentuk zoospore dan generative dalam bentuk isogami. Bentuk seperti
bambu. Kelompok lain menemukan alga ini pada air es. Coelastrum Devisi : Eukariotik Kingdom : Plantae Devisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococcales Familia : Coelastraceae Genus : Coelastrum Spesies : Coelastrum cubicum Merupakan tumbuhan talus dengan 1 inti yang mengandung kloroplas dengan membentuk koloni, hidup di perairan tawar, tembok dan kulit pohon yang lembab, bersifat autotrof dan ada pila yang bersimbiosis dengan organisme lain, perkembangbiakan dengan vegetative
Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
membentuk zoospore sedangkan generative dengan isogami. Ini ditemukan pada air gallon. Botryococcus : Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chlorophyceae : Chlorococcales : Dictyosphaeriaceae : Botryococcus : Botryococcus braunii
Ini terdapat ada air sawah. Bentuknya bulat dan berkoloni. Reproduksi sel vegetative dengan
membentuk zoospore. Alga ini tidak menguntungkan bagi ikan karena sukar dicerna. Dictyosphaerium Domain : Eukariotik Kingdom
Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
: Plantae
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Chlorococcales : Distyosphaeriaceae : Dictyosphaerium : Dictyosphaerium planctonicum Di temukan pada air kolam hijau. Memiliki anggota terbanyak atau berkoloni. Habitatnya di air tawar. Reproduksi aseksual oleh autospore seksual reproduksi, dengan pemupukan telur dan sperma. Plankton; koloni dalam sarungnya agar-agar; sel tubuh bulat, elips atau buah pir, 4 sel anakan yang melekat pada filamen dikotomus menyebar dari pusat koloni, sebuah
kloroplas tunggal berbentuk cangkir. Pediastrum
Divisio
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Chlorococcales
Familia
: Hydrodictyaceae
Genus
: Pediastrum
Spesies
: Pediastrum sp. Habitat pada kolam-kolam yang permanen atau semi permanent. Ukuran Pediastrum koloninya mengapung, berisi 2 –128 (biasanya 4-64) sel poligonal (bersudut banyak) yang tersusun dari satu bidang pipih setebal selnya .Reproduksi : aseksual (zoospore), seksual (isogami). Manfaat Pediastrum sebagai fitoplankton yang berfungsi sebagai makanan ikan. Pediastrum merupakan produser primer, yaitu sebagai penyedia bahan organic dan oksigen bagi hewanhewan air, seperti ikan, udang, dan serangga air. Keberadaan produser mengundang kehadiran
Spesies
konsumen, predator, dan organisme lain yang membentuk ekosistem perairan. Crucegenia Divisio : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococcales Familia : Scenedesmaceae Genus : Crucigenia : Crucigenia quadrata
Sel uninukleat, kloroplas tunggal berbentuk cangkir dan parietal, dengan atau tanpa pyrenoid. Reproduksi aseksual oleh autospores, 4 per sporangium dan disusun dalam sporangia, dirilis oleh pecahnya dinding sel orang tua di wajah luar sel dengan koloni putri diputar 45% sehubungan dengan koloni induknya. Seksual reproduksi dan tahap flagellated diketahui. Crucigenia plankton di berbagai ekosistem air tawar termasuk sungai dan danau, sebagian besar dalam kondisi eutrofik, genus dasarnya kosmopolitan kecuali di daerah kutub dan subkutub. Spesies dibedakan berdasarkan rincian bentuk sel dan ada atau tidak adanya pyrenoid. Morfologis mirip dengan Crucigeniella dan Tetrastrum Genus. Praktikum makroskopis yaitu menggambar, mengklasifikasi dan mengidentifikasi preparat awetan yang sudah ada di laboratorium. Kita semua menggambar dengan bergantian. Tetapi pada preparat awetan tentang warna sudah ada yang berubah dikarenakan terlalu lama diawetkan. Menggambar secara langsung preparat awetan tersebut tidak mudah namun harus dengan kesabaran dan ketelitian karena tidak dapat menyentuhnya serta ada cairan pengawet. Klasifikasi yang ditempel pada botol preparat awetan kebanyakan salah. Jadi itu membuat saya bingung dan salah penafsiran. Preparat yang wajib digambar, diklasifikasi dan diidentifikasi ada 6 yaitu Ulva sp, Ulva lactuca, Sargassum sp, Sargassum CAG, Sargassum histrik, Turbenaria lamour : 1) Ulva sp. Devisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Ulvales : Ulvaceae : Ulva : Ulva sp.
Mereka memiliki protein yang tinggi, vitamin, dan mineral termasuk di dalamnya zat besi. Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuknya seperti lembaran daun. Berkembag biak secara vegetative dengan menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n). Ulva haploid disebut gametofit haploid.kemudian secara generative menghasilkan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi Ulva yang dipoid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid. 2) Ulva lactuca
Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
: Eukariotik : Plantae : Chlorophyta : Chloropyceae : Ulvales : Ulvaceae : Ulva : Ulva lactuca Habitatnya di air asin dan air payau. Hidup menempel pada kayu atau batu-batuan. Reproduksi vegetative dengan cara membentuk zoospore berflagel empat dan generative dengan cara anisogami. Berwarna hijau ke hijau gelap. Namun warna pada prewarat awetan yang telah disediakan warna sudah berubah menjadi bening. Berbentuk lembaran yang terdiri atas dua sel. Ulva sangat subur di area dimana ada banyak nutrisi tersedia. Disebut dengan selada air dan dapat dimakan. 3) Sargassum sp.
Domain Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
: Eukariotik
: Plantae : Phaeophyta : Phaeophyceae : Fucales : Sargassaceae : Sargassum : Sargassum sp. Sargassum sp adalah salah satu jenis rumput laut yang saat ini permintaannya cukup tinggi. Sargassum sp adalah jenis rumput laut penghasil alginate yang cukup tinggi, sangat berbeda
dengan
dua
jenis
rumput
laut
komersial
yang
lainnya.
Habitat
dan
sebaran Sargasssun di Indonesia pada umumnya tumbuh di perairan yang terlindung maupun berombak besar pada habitat batu. Pengaruh alam yang banyak menentukan sebarannya adalah jenis substrat, cahaya matahari, kadar garam dan lain-lain. Substrat dasar tempat melekatnya adalah berupa batu karang, batu, lumpur, pasir, kulit kerang dan kayu. Penyebaran spesies ini banyak terdapat di perairan Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, Kep.Seribu, Sulawesi dan Aru. Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik. Dalam perikanan budidaya,
keberadaan Sargassum sp membantu meningkatkan produksi udang windu, sehingga rumput laut jenis Sargassum sp ini di gunakan sebagai model budidaya ganda dengan udang windu. Adanya rumput laut jenis Sargassum sp di sekitar tambak udang windu dapat mengurangi jumlah bakteri patogen sehingga mampu menurunkan kemungkinan berkembangnya penyakit yang menyerang udang windu. Sebagai penghasil asam alginate untuk bahan pembuatan cat, obat-obatan, pembuatan gel pada industry tekstil dan ice cream. 4) Sargassum c.ag Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies
: Plantae : Phaeophyta : Phaeophyceae : Fucales : Sargassaceae : Sargassum : Sargassum c.ag Sargassum umumnya tumbuh di perairan yang terlindung maupun berombak besar pada habitat batu. Pengaruh alam yang banyak menentukan sebarannya adalah jenis substrat, cahaya matahari, kadar garam dan lain-lain. Substrat dasar tempat melekatnya adalah berupa batu karang, batu, lumpur, pasir, kulit kerang dan kayu. Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik. Sebagai penghasil asam alginate untuk bahan pembuatan cat, obat-obatan, pembuatan gel pada industry tekstil dan ice cream. 5) Sargassum histrik Devisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies Rumput laut
: Phaeophyta : Phaeophyceae : Fucales : Fucaceae : Sargassum : Sargassum histrik jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai
warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik. Sebagai penghasil asam alginate untuk bahan pembuatan cat, obat-obatan, pembuatan gel pada industry tekstil dan ice cream.
6) Turbenaria lamaour
Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisio
: Phaeophyta
Kelas
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Familia
: Sargassaceae
Genus
: Turbinaria
Spesies
: Turbinaria lamour
Tubuh berupa talus, mengandung pigmen coklat atau pirang, dinding sebelah dalam terdiri dari selulosa, sebelah luar terdiri dari pectin dan dibawah pectin terdapat algin, habitat di air laut dan air tawar, perkembangbiakan vegetative dengan zoospore, perkembangbiakan generative dengan isogami, mengalami pergiliran keturunan. 7) Ganggang Merah Devisio : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gelidiales Familia : Gelidiaceae Genus : Gelidium Spesies : Gelidium spinosum Ciri khas Rhodophyta atau alga merah adalah memiliki pigmen berwarna merah (fikobilin) yang melimpah. Meskipun demikian beberapa alga merah (Rhodophyta) mempunyai warna agak hijau dan kecokelatan. alga merah (Rhodophyta) tumbuh pada bebatuan di daerah pasang hingga di kedalaman mencapai 90 meter di bawah permukaan laut di mana gelombang cahaya tertentu dari sinar matahari masih mampu mencapainya. Talus alga merah relatif besar, namun jarang yang panjangnya melebihi 90 cm. Beberapa jenis alga merah berbentuk filamen tetapi kebanyakan membentuk struktur kompleks yang bercabang-cabang menyerupai bulu atau pipih menyebar menyerupai pita. Alga merah Merupakan alga yang tubuhnya bersel banyak (multiselluler), memilki klorofil a dan b dengan pigmen dominan merah (fikoeritrin) dan karotin. Bentuk tubuh alga merah (Rhodophyta) menyerupai tumbuhan tinggi dan hidup di laut banyak dimanfaatkan manusia untuk bahan makanan agaragar. Cara reproduksi alga merah secara vegetatif dengan membentuk spora dan secara generatif dengan anisogami. alga merah Gamet jantannya tidak memiliki flagela dan disebut
spermatium. Adapun gamet betinanya berflagela, dan disebut karpogonium. Alga merah untuk kawin, gamet bergantung pada arus air. Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di laut. Menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut. Menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar (laksatif), atau sebagai makanan penutup. Beberapa alga merah bermanfaat sebagai penyokong penting bagi batu karang tropis. Alga merah juga dapat menghasilkan carrageenan, suatu zat aditif yang dapat ditambahkan pada puding dan es krim. Selain itu, alga merah yang dikeringkan banyak digunakan dalam beberapa hidangan masakan Jepang.
Kesimpulan
:
Banyak sekali alga mikroskopis yang saya dan teman-teman temukan dari semua preparat air laut, air kolam hijau, air sawah, air es dan air gallon. Pada air luat terdapat alga
:
spirogyra, chaetophora, tetraspora, ankistrodesmus, mikrospora, mougeotia, ophiocytium, crucigenia, bulbachaeta, protococcus, kirchneriela, oedogonium, hidrodictyom, characium, ulotrix, tribonema dan selenastrum. Pada air kolam hijau fitospora,
tetraspora,
dictyosphaerium,
: ankistrodesmus,
chaetophora,
oedogonium. Pada air sawah
:
spirogyra,
ophiocytium, selenastrum,
pediastrum, drapalmadia,
protococcus, mougeotia,
ankistrodesmus, tetraspora, mougeotia, protococcus, dictyosphaerium, sorastrum, spirogyra, kirchneriella, chaetophora, sorastrum, ophiocytium, botryococcus, microspora, pediastrum, ulotrix, richterella, oedogonium, crucigenia, digtyosphaerium. Pada air es cladophora,
: tetraspora, ankistrodesmus, protococcus, spirogyra, dictyosphaerium,
kirchneriella, scenedesmus, ophiocytium, craciyenia, drapamaldia, chaetophora, richterella, pedinomanes puber, selenastrum, tribonema, ulotrix, oedogonium, characium, mougeotia. Pada air gallon
:
richterella, tetraspora, ophiocytium, ankistrodesmus, coelastrum, crucigenia, bulbochaeta, protococcus, pediastrum, selenastrum, ulotrix, cladophora, drapornalida, chaetophora, tribonema, mougeotia, dictyosphaerium, characium. Yang terdapat pada kelima preparat tersebut: Chaetophora, tetraspora, ankistrodesmus, mougeotia, protococcus. Alga yang saya temukan dikelima preparat pada air laut, air kolam hijau, air sawah, air es dan air gallon ada yang sama. Itu menandakan bahwa air gallon yang kita minum tidak terlalu bersih. Ada juga kemungkinan kita kurang teliti dalam membandingkan objek yang kita temukan dengan gambar pembanding. Alga mikroskopis adalah alga yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan harus dengan menggunakan mikroskop. Sedangkan alga makroskopis adalah alga yang dapat dilihat tanpa mikroskop dan bentuknya sangat beragam dan warnanya menarik. Semua alga tersebut tidak dapat dibedakan antara batang, daun dan akar tetapi memiliki tallus dan rizhoid. Terkadang tubuhnya seperti tumbuhan tingkat tinggi. Memiliki klorofil yang berfungsi mengubah zat anorganik menjadi zat organic. Merupakan penyusun plankton yang penting di dalam air.
Saran
:
1. Menyiapkan semua alat dan bahan dalam keadaan steril agar tidak terdapat mikroskopis lain dari preparat. 2. Membersihkan mikroskop dan saat melakukan pengamatan jangan sampai salah dengan debu 3.
yang ada pada kaca mikroskop. Memfokuskan mikroskop terlebih dahulu untuk menemukan mikroskopis yang akan
diamati. 4. Masing-masing preparat menggunakan pipet yang berbeda.
5.
Sebaiknya objek yang ada pada mikroskop difoto agar menghemat waktu dan lebih jelas
dalam membandingkan dengan gambar pembanding. 6. Menggambar awetan harus dengan teliti dan memperhitungkan waktunya Daftar Pustaka
:
Ariyanto. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga. Campbell, Neil A, J.B Reece dan L.G Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Pelczar, Michael. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press. Suriawiria, Unus. 2003. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. ALUMNI. Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI 1
1. A.
Judul
: Alga Mikroskopis dan Alga Makroskopis
2. B.
Hari, Tanggal
: Praktikum 1 alga mikroskopis 20 Maret 2013
Praktikum II alga mikroskopis 27 Maret 2013 Praktikum alga makroskopis 3 April 2011 1. C. Tujuan
: Mengetahui,mendiskripsikan dan mengklasifikasi
berbagai macam spesies serta ciri-ciri dari alga mikroskopis dan makroskopis 1. D.
Dasar Teori
Algae atau Ganggang merupakan tumbuhan thalus yang mengandung klorofil serta derivitnya, sehingga algae dapat hidup dengan cara autotrof,disamping itu algae juga dapat melakukan simbiosis dengan organisme lain. Tubuh algae ada yang bersel satu, berkoloni maupun bersel banyak. Tempat hidup dari algae biasanya adalah air, baik air tawar maupun air asin dan ditempat-tempat yang basah ataupun lembab. Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan mikroskop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan pada: 1. pigmentasi, 2. hasil fotosintesis,
3. Flagelasi 4. sifat fisik dan kimia dinding sel, 5. ada atau tidak adanya inti sejati. Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi Divisi: 1. Chlorophyta 2. Euglenophyta 3. Pyrrophyta 4. Chrysophyta 5. Phaeophyta 6. Rhodophyta 7. Cyanophyta 8. Pyrrophyta 9. Chrysophyta 10. Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae) 11. Cyanophyta termasuk Monera. Kelompok alga terbagi menjadi dua divisi yaitu : 1. Alga Prokariotik 2. Alga Eukariotik a.
Alga Prokariotik
Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria(bakteri biru-hijau,dulu disebut Cyanophyceae) dengan demikian,sebutan “alga’’ menjadi tidak valid, Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil.Sebelumnya,alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan monera.Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok baltei benar(Eubacteria).Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya sebagai bakteri,sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan sendiri ,Archaea. b.
Alga Eukariotik
Jenis- jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis,entah dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energy. Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/division berikut ini: 1. Archaeplastida: Regnum Viridiplantae atau Plantae (tumbuhan)
Fillum Chlorophyta (alga hijau)
Fillum Charophyta (alga hijau berkarang)
2. Archaeplastida : Regnum incertae sedis
Fillum Rhodophyta(alga merah) 3.
Archaeplastida : Regnum incertae sedis
4.
Superregnnum Caboza:Regnum Excavata
Fillum Glaucophyta
5. Superregnum Cabozoa : Regnum Rhizaria
Fillum Cercozoa (kelas Cholorarachnia)
1. E.
Alat dan Bahan 1. Alga Mikro
ALAT :
BAHAN:
–
2 Mikroskroskop
– Air kolam hujau
–
5 Pipet
– Air laut
–
5 Cawan Petri
– Air sawah
–
5 Deck Gelas
– Air es batu
–
5 objek gelas
– Air gallon
–
Kamera
– Tisue
–
Kertas HVS
1. Alga Makro –
Awetan Algae
–
Tissue
–
Kertas HVS
–
Kamera
– Pensil 1. F.
Langkah Kerja
Alga Mikro
1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Membersihkan alat seperti kaca preparat, kaca penutup, pipet, cawan petri dengan menggunakan alkohol. 3. Meneteskan 1 tetes air galon,air sawah,air kolam hijau,air laut,air es batu pada kaca preparat kemudian menutupnya menggunakan kaca penutup dan jangan sampai ada gelembung udara. 4. Mengamati dengan mikroskop dan mengambar hasil pengamatan tersebut, kemudian membandingkan gambar dengan gambapr pembanding yang dambil dari kamera. 5. Mengklasifikasikan jenis alga yang kita amati.
Alga Makro
1. Mengambil preparat jenis awetan alga yang sudah ditentukan 2. Mengamati preparat tersebut dan menggambarnya jenis awetan tersebut. 3. Mengklasifikasi alga yang telah di gambar. 1. G.
Hasil pengamatan Alga Mikroskopis (praktikum 1)
N Kelo o m pok
Air Laut
Air Kolam hijau
Air Sawah
Air Es
Air Galon
1. Kel 1 –
Spirogyra
– Tetraspora
–
Cladophora –
Richterella
–
Tetraspora
Tetraspora
– Ankistrodesmus
– Chaetophora
2. Kel 2 – Tetraspora – Tetraspora
– Tetraspora
–
– – – – – Ankistrodesmu Ankistrodesmus Ankistrodesmus Ankistrodesmus s – Selenastrum – Mougeotia – Protococcu – Mikrospora
3. Kel 3 – Tetraspora – Tetraspora
– Protococcus
–
–
Mougeotia – – Tetraspora – Ankistrodesmus – – Ankistrodesmu – Ophiocytium Ankistrodesmus s – Pediastrum – Mougeotia – Mikrospora
–
Protococcu – Ankistrodesmus Tetraspora – Ophiocytium –
Tetraspora
Protococcus – – Protococcu – Dictyospaerium – – Spirogyra – Mikrospora Dictyospaerium – Protococcus – – Crucigenia – Chaetophora – Sorastrum Dictyospaerium
Tetraspora
4. Kel 4 – Ophiocytium –
Ophiocytium
–
Coelastrum Crucigenia
– Bulbochaeta
5. Kel 5 – –
Protococcus – Sphyrogyra
Sphyrogyra
– Sphyrogyra – Ankistrodesmus
6. Kel 6 – – – Kirchberiell Ankistrodesmu Ankistrodesmus s –
– – Ankistrodesmus –
Ophiocytium Bulbochaet
– – Ankistrodesmus Ankistrodesmus
– Kirchneriella –
–
Selenastrum Ankistrodesmus –
–
Protococcus – Protococcus
Protococcus
Kirchneriell –
– Scenedesmus
Ophiocytium
–
Protococcus
–
Pediastrum
–
Sorastrum
–
Ulothrix
–
Protococcus
– Chaetopora – Tetraspora
7. Kel 7 – Ophiocytium –
Protococcus –
– Oedogonium
8. Kel 8 – Ophycytium –
– Selenastrum Drapamaldi
–
Protococcu
–
–
–
Tetraspora
–
Chaetopor
Mougeotia – – Protococcus Ankistrodesmus Sorastrum – Clodophora – Chadiophora
– – – Ophycytium – Ankistrodesmu Oedogonium s – – Ankistrodesmus – Tetraspora Ankistrodesmus
9. Kel 9 –
Protococcus –
Crucigenia
– Drapamaldia
Mougeotia –
– Protococcus Protococcus
Ophiocytiu
– – Ankistrodesmus Ophiocytium
– Protococcus
–
–
Mougeotia –
Riehtereila – Ophyochytium
Tetraspora – Pediastrum tuberculota – – Tetraspora – Sorostrum Ophiocytium – Selenastrum – – – Spirogyra Ophiocytium Butryococcus – – Mougeotia – – Spirogyra Ophiocytium Ankistrodesmus Tribonema – – Microspora – Hydrodiction – Protococcus –
–
Richlerella
–
Protococus
–
Ophiocytium
–
Sprogyra
–
Mougeotia
– hydrodyction
Ankistrodesmus
10 Kel – . 10 Kirchneriella
–
Pediastrum –
– – Tetraspora Protococcus – Bulbochaeta –
–
Pediastrum – – Ankistrodesmus Ankistrodesmus
– Chaetophora
Tetraspora –
Ulothrix
– – Characium Ankistrodesmus
–
Ulothrix
– Kirchneriella
Richterella
– Protococcus – Ophiocytium –
Pediastru
Alga Mikroskopis (Praktikum 2)
Kelo No m . pok
Air Laut
Air Kolam hijau
1. Kel 1 – – Ankistrodesmus – – Oedogonium –
2. Kel 2 –
Mougeotia
–
Air Es
Air Galon
Bulbochaeta – Richterella Ulothrix
Protococcus – – Caelastrum Ankistrodesmus – – Tribonema Ophiocytium – Mougeotia – Protococcus – Tetraspora – Tetraspora – Tetraspora – Mougeotia – Pediastrum – Ophiocytium
muogeotia –
– – Ankistrodesmus protococcus –
Air Sawah
Protococcus – – Ankistrodesmus Ankistrodesmus
– Ankistrodesmus –
Spirogyra
–
Protococcus
– Tetraspora
oedogonium
–
Bulbochaeta –
–
Ulotrix
–
Richterella –
mougeotia – Tetraspora
– ankistrodesmus
–
Oedogonium –
Ophiocytium
Scenedesmus – Tribonema
– Tetraspora
–
Mougeotia
– Tetraspora –
3. Kel 3 – Tetraspora
–
tetraspora
Oedogonium –
–
Protococcus – Tetraspora
–
Oedogonium –
– Kirchneriella
Sorastrum
Mougeotia
–
Microspora
Characium
–
– Tribonema
–
–
Ophiocityum –
– Tetraspora
–
– – Ankistrodesmus –
Chaetophora
–
Selenastrum
–
Protococcus – Ankistrodesmus Oedogonium – Characium Dictyospaerium
Protococcus
– Tetraspora – Oedogonium Ankistrodesmus – Characium – – Tetraspora Ophiocytium – Protococcus – Mougeotia – Ankistrodesmus
– Ankistrodesmus – – Tribonema
4. Kel 4 –
–
– –
–
Mougeotia
Sorastrum
– – Spirogyra Ankistrodesmus Spirogyra – Chaetophora – Sorastrum Protococcus – Protococcus – Pediastrum Chaetophora – Ophiocytium – Spirogyra Ulotrix – Coelastrum – Protococcus – – Crucigenia Ankistrodesmus – Dictyospaerium
–
Spirogyra
–
Protococcus
– Ankistrodesmus –
Sorastrum
–
Pediastrum
–
Crucigenia
– Dictyosphaerium
5. Kel 5 – – – – Mougeotia – Ankistrodesmus ankistrodesmus ankistrodesmus Ophiocytium – – Mougeotia – tetraspora – Oedogonium –
–
Tetraspora – oedogonium
– Ophiocytium
6. Kel 6 – Drapamaldia –
–
–
Ulothrix
7. Kel 7 –
–
Tetraspora Ankistrodesmus
mougeotia – – Ankistrodesmus – – Ophiocytium –
– Drapamaldia
– Spyrogyra Ankistrodesmus –
– – Ulothrix Ankistrodesmus – – Protococcus Ophiocytium –
oedogonium
– Protococcus
Spirogyra Mougeotia
– – Ankistrodesmus Ankistrodesmus
Tribonema –
– Ophiocytium
Richterella
–
Tribonema –
Ulothrix
Ceucigenia –
Crucigenia
– Ophiocytium
Characium
Crucigenia
– – Oedogonium – Pediastrum Ankistrodesmus – Tribonema – Chaetopora – Ophiocytium – Ulothrix – – Protococcus – Ankistrodesmus – Pediastrum Ankistrodesmus – Pediastrum – Richterella – Protococcus – Richterella – – Protococcus – Tetraspora Kirchneriella – Protococcus –
–
Richterella
–
Ophiocytium
– Tetraspora –
Coelastrum
– Tribonema
Richterella – Tetraspora
8. Kel 8 – – – Mougeotia – Ankistrodesmus Ankistrodesmus – – – Tetraspora – Mougeotia Ankistrodesmus – – Ophiocytium – Protococcus – Ophiocytium – – Richterella – Ophiocytium – Characium – – Characium – Characium
Mougeotia
–
Coelastrum –
Chaetophora Coelastrum
Cladophora – Ophiocytium Ophiocytium – Scenedermus Protococcus
–
Coelastrum
–
–
Cladophora
– Tetraspora
9. Kel 9 – –
Protococcus – Mougeotia
Microspora –
– Botryoccoccus
– Ankistrodesmus –
Chaetophora
–
Ulotrix
Spirogyra
–
Zygnema
–
–
–
– Tetraspora
Mougeotia
–
Microspora –
Spirogyra
–
Sorastrum
–
Ophiocytium –
Chaetophora
–
Protococcus –
Crucigenia
– Ankistrodesmus
– – Ankistrodesmus Ankistrodesmus –
Crucigenia
–
Ulotrix
–
Protococcus –
– Ankistrodesmus
Drapamaldia – Tetraspora
–
–
10 Kel – . 10 –
Cladophora
Spirogyra
Chaethopora – Ankistrodesmus Protococcus – Sorastrum Coelastrum – Protococcus –
– Tribonema –
Oedogonium
–
Protococcus
–
Richterella
– – Ankistrodesmus Ankistrodesmus –
Cladophora –
Spirogyra
–
Ophicytium –
Kirchneriella
Coelastrum –
Sorastrum
– Tetraspora
Coelastrum
Gambar jenis Alga yang kami temukan dari hasil praktikum kami
–
Air Laut
– Air Es
Mougeotia
–
Air Galon
–
Air Laut
–
Air Sawah
Alga Makroskopis
GAMBAR
Ulva Lactuca
KLASIFIKASI
Divisio : Chlorophyta
Class
: Chlorophyceae
Ordo
: Ulvales
Familia : Ulvaceae
Genus
Species : Ulva Lactuca
Divisio : Thallophyta
Class
: Chlorophyceae
Ordo
: Ulotrichales
Familia : Ulvaceae
Genus
: Ulva
Ulva Sp
: Ulva
Species : Ulva sp
Divisio : Phaeophyta
Class
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Familia : Sargassaceae
Genus
Species : Turbinaria Lamour
Divisio : Thallophyta
Class
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Turbinaria Lamour
: Turbinaria
Sargassum Hystrix
Familia : Fucaceae
Genus
Species : Sargassum Hystrix
Divisio : Phaeophyta
Class
: Phaeuphyceae
Ordo
: Fucales
Familia : Sargassaceae
Genus
Species : Sargassum sp
Divisio : Phaeophyta
: Sargassum
Sargassum sp
:Sargassum
Sargassum C.AG
Class
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Familia : Sargassaceae
Genus
Species : Sargassum polyastum
Divisio : Rhodophyta
Class
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Familia : Gracilariaceae
Genus
Species : Gracilaria sp
: Sargassum
Alga Merah
: Gracilaria
Rhodophyceae
Divisio : Rhodophyta
Class
: Rhodophyceae
Ordo
: Zygomycetales
Familia : Mucoraceae
Genus
Species : Mucer mucedo
Divisio : Rhodophyceae
Class
: Floridetes
Ordo
: Gelidiaes
Familia : Gelidiaceae
Genus
: Mucor
Gelidium Lichenoides
: Gelidium
1. H.
Species : Gelidium Lichenoides
Pembahasan
v Alga Mikro 1. Chaetophora Ciri-ciri : –
Sel berinti satu dengan kandungan Kloroplas.
–
Terdiri atas benang-benang
–
Merayap dan tubuh bersifat Heterotrik
Cara Hidup : –
Autotrof
Habitat : –
Daratan
–
Batang dan daun yang lembab serta perairan tawar
Perkembangbiakan : –
Vegetatif dalam bentuk 2 oospora dan Generatif dalam bentuk isogomi dan zoogomi
Klasifikasi : –
Divisio
: Thallophyta
–
Class
: Chaetophoraceae
–
Ordo
: Chaetophorales
–
Familia
: Chaetophoraceae
–
Genus
: Chaetophora
–
Species
: Chaetophora sp
1. Cladophora Ciri-ciri : –
Sel berinti banyak dengan kandungan Kloroplas dan mengandung pirenoid.
–
Membentuk koloni berupa benang-benang bercabang dan menempel pada substrat
Cara Hidup : –
Autotrof
Habitat : –
Air tawar dan air laut
Perkembangbiakan : –
Vegetatif dalam bentuk zoospora dan Generatif dalam bentuk isogomi
Klasifikasi : –
Divisio
: Thallophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Clodophorales
–
Familia
: Clodophoraceae
–
Genus
: Cladophora
–
Species
: Cladophora sp
1. Oedogonium Ciri-ciri : –
Sel berinti satu dengan kandungan Kloroplas yang berbentuk jala.
–
Membentuk koloni berupa benang-benang
Cara Hidup : –
Autotrof
Habitat : –
Air tawar
Perkembangbiakan : –
Vegetatif dalam bentuk zoospora dan Generatif dalam bentuk isogomi dan oogami
Klasifikasi : –
Divisio
: Thallophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Oedogonirales
–
Familia
: Oedogoniaceae
–
Genus
: Oedogonium
–
Species
: Oedogonium sp
1. Ankistrodesmus Ciri-ciri : – tipis
Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan bersel satu selnya berbentuk cresent
– Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan lainnya Cara Hidup : –
Autotrof
Habitat : –
Perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon
Perkembangbiakan : –
Aseksual dengan membentuk zoospora dan seksual dengan anisogami
Klasifikasi : –
Divisio
: Chlorophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Chlorococcales
–
Familia
: Oocystaceae
–
Genus
: Ankistrodesmus
–
Species
: Ankistrodesmus sp
1. Coelastrum Ciri-ciri : –
Merupakan tumbuhan talus
–
Dengan 1 inti yang mengandung kloroplas dengan membentuk koloni.
Cara Hidup : –
Autotrof dan ada pula yang bersimbiosis dengan organisme lain.
Habitat : –
Perairan tawar
–
Tembok dan kulit pohon yang lembab
Perkembangbiakan : – Pekembangbiakan dengan vegetatif membentuk zoospore sedangkan generatif dengan isogami. Klasifikasi : –
Divisio
: Chlorophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Chlorococcales
–
Familia
: Coelastraceae
–
Genus
: Coelastrum
–
Species
: Coelastrum cubicum
1. Tetraspora Ciri-ciri : –
Merupakan organisme uniseluler,secara berkoloni.
–
Mempunyai klorofil
Cara Hidup : –
Autotrof.
Habitat : – Perkembangbiakan : – Tidak berflagel sehingga tidak bias bergerak,merupakan produsen primer,penyedia oksigen nomer 1. Klasifikasi : –
Divisio
: Chlorophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Tetrasporales
–
Familia
: Tetrasporaceae
–
Genus
: Tetraspora
–
Species
: Tetraspora Limnecticus
1. Protococcus Ciri-ciri : –
Mempunyai inti dan ikloroplas
Cara Hidup : –
Autotrof.
Habitat : – Plankton didalam air tawar dan juga menempel pada kulit-kulit pohon dan tembok yang basah. Perkembangbiakan : – Perkembangbiakannya dengan zoospore dengan 2 bulu cambuk,berkoloni,dinding selnya berbentuk bulat Klasifikasi : –
Divisio
: Chlorophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Ctenocladales
–
Familia
: Ctenocladaceae
–
Genus
: Protococcus
–
Species
: Protococcus viridis
1. Ulothrix Ciri-ciri : –
Terdiri dari bercabang, filamen uniseriate. Sel-sel dari filamen diatur ujung ke ujung
Cara Hidup : –
Autotrof.
Habitat : – Perkembangbiakan : –
Ulothrix berlangsung melalui metode vegetatif, aseksual dan seksual.
Klasifikasi :
–
Divisio
: Chlorophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Ulotrichales
–
Familia
: Ulotrichaceae
–
Genus
: Ulothrix
–
Species
: Ulothrix sp
i.
Pediastrum
Ciri-ciri : –
Sel poligonal (bersudut banyak) yang tersusun dari satu bidang pipih setebal selnya
–
Senobium mungkin padat atau berlubang.
– Jika jumlah sel senobium ada 16 atau lebih, cenderung membentuk lingkaranlingkaran yang ke arah dalam makin kecil Cara Hidup : –
Autotrof.
Habitat : –
Daerah perairan yang kaya ikan.
Perkembangbiakan : – Perkembangbiakan aseksual dengan membentuk zoospore. Sedangkan secara seksual dengan isogami Klasifikasi : –
Divisio
: Chlorophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Chlorococcales
–
Familia
: Hydrodictyaceae
–
Genus
: Pediastrum
–
Species
: Pediastrum sp
J . Spirogyra Ciri-ciri : –
Merupakan filamen tidak bercabang.
–
Koloni Spirogyra berbentuk benang.
–
Panjang sel sampai beberapa kali lebarnya
– Dinding lateral sel terdiri dari tiga lapis. Lapisan terluar dari pektose, dan dua lapisan dalam dari selulose. – Setiap sel Spirogyra mengandung sebutir kloroplas yang umumnya berukuran besar dan terikat dalam sitoplasma tepat di dalam dinding sel. Cara Hidup : –
Autotrof.
Habitat : – di kolam air tawar yang jernih dalam massa yang sangat besar, biasanya hidup melayang di permukaan air (planktofit). Perkembangbiakan : – Perkembangbiakan aseksual dengan fragmentasi membentuk aplanospora, akinet dan partenospora. Perkembangbiakan seksual secara konjugasi lateral dan konjugasi skalar. Klasifikasi : –
Divisio
: Chlorophyta
–
Class
: Chlorophyceae
–
Ordo
: Zygnematales
–
Familia
: Zygnemataceae
–
Genus
: Spirogyra
–
Species
: Spirogyra sp
v Alga Makro Dalam praktikum alga makroskopis jenis awetannya kebanyakan banyak yang rusak dan terpisah antara batang dan daunnya kecuali alga merah dan alga keemasan sehingga kita susah dalam menggamati dan menggambar struktur alga tersebut. Sebagian dari awetan tersebut tidak tertuliskan klasifikasinya sehingga kita dapat mencari klasifikasi dari masingmasing alga. Kita menggambar 9 jenis awetan,tapi haya diwajibkan 6 jenis awetan,diantaranya : Ulva lactuba,Sargassum sp,Sargasum histrik,Sargasum C.AG, Turbinaria lamour,Ulva sp. 1. Ulva Lactuca –
Habitat :
Terdapat didasar pantai berbatu atau pasir –
Reproduksi :
Vegetatif dengan cara fregmentasi, sel koloni
Generative dengan konjugasi sel gamet yang dilepaskan dari induknya menghasilkan zigospora.
–
menghasilkan zoospora.
Morfologi :
Thallus pada tumbuhan ini menyerupai kipas, dimana bentuk tubuhnya pipih
Berbentuk lembaran yang tipis
Menempel pada batu dan tanah
–
Fisiologi :
Cara hidup dengan ganggang ini yaitu dengan melakukan fotosintesis untuk menghasilkan protein dan amilum.
Menghasilkan O2 dari fotosintesis
–
Anatomi :
Terdapat kloroplas dimana didalam kloroplas terdapat perenoid yang berfungsi dalam pembentukan amilum
Mengandung zat warna hijau (klorofil) sehingga berwarna hijau (chlorophyta)
1. Sargassum sp
Ciri-ciri : – Phaeophyta (ganggang coklat/ perang) warna coklat karena adanya pigmen fikosantin (coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. –
Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang dapat mencapai puluhan meter
Manfaat : – Penghasil asam alginat, sebagai bahan campuran es krim, cat, obat-obatan, lateks sintetis.sebagai makanan ternak,Sumber I2(Iodium) dan K (Kalium). Habitat : –
Tidak ditemukan zat tepung, Hidup di pantai
–
Air tawar
–
Air laut
–
Daerah iklim sedang dan dingin
Perkembangbiakan : –
Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi generatif dengan isogami dan oogami. 1. Sargssum C.AG
Ciri-ciri : – Pada bagian morfologi memiliki warna agak kecoklatan, yang berbentuk seperti daun dan doperkuat oleh suatu rusuk tengah. –
Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan.
–
Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan.
Manfaat : – Peranan ganggang ini memiliki peran sebagai bahan kebutuhan manusia, misalnya dapat dijadikan sebagaibahan obat-obatan. Habitat : – Tidak ditemukan zat tepung,Hidup di dalam air hidupnya sebagai bentos yang melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pendek yang bercabang. –
Dilaut dan didaerah iklim sedang dan dingin.
–
Hidup melekat pada batu-batu dan kayu.
Perkembangbiakan : – Perkembangbiakan terjadi secara seksual (oogami). Struktur gametnya besar tidak dapat bergerak, zigot berkecambah langsung menjadi tumbuhan baru. 1. Ulva sp Ciri-ciri : – Ulva sp termasuk dalam classis Chlorophyceae karena memiliki kloroplas yang berwarna hijau yang mengandung klorofil-a, klorofil-b, dan karotenoid. – Termasuk dalam ordo ulotrichales karena sel-selnya mempunyai satu inti dan satu kloroplas. – Berbentuk talus yang lebar dan melekat pada satu alas (substrat), alat perekat berupa rhizoid. Habitat : –
Hidup di laut dengan cara melekat pada substrat (batu karang).
Perkembangbiakan : – Perkembangbiakan dengan isogami yaitu zoospore dengan 4 bulu cambuk, gamet sama besar, masing-masing dengan dua bulu cambuk. 1. Turbinaria lamour Ciri-ciri : –
Turbenaria lamour tubuhnya berupa talus.
–
Mengandung pigmen coklat atau pirang.
–
Dinding sebelah dalam terdiri dari selulosa.
–
Sebelah luar terdiri dari pectin dan di bawah pectin terdapat algin.
Habitat : –
Di air laut dan air tawar
Perkembangbiakan : – Perkembangbiakan vegetative dengan zoospore, perkembangbiakan generative dengan isogami, mengalami pergiliran keturunan.
1. Sargassum hystrix Ciri-ciri : – Pada bagian morfologi memiliki warna pirang, yang berbentuk pita ditengahnyatengahnya dan doperkut oleh suatu rusuk tengah. Manfaat : – Sebagai bahan kebutuhan manusia, misalnya dapat dijadikan sebagaibahan obatobatan. Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan.
Habitat : – Habitat ganggang ini dalam air, hidupnya sebagai bentos yang melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pendek yang bercabang. –
Tidak ditemukan zat tepung, hidup di air tawar.
–
Dilaut dan didaerah iklim sedang dan dingin, hidupnya melekat pada batu-batu, kayu.
Perkembangbiakan : – Perkembangbiakan terjadi secara seksual (oogami). Struktur gametnya besar tidak dapat bergerak, zigot berkecambah langsung menjadi tumbuhan baru. 1. I.
Kesimpulan
Alga dibedakan secara sederhana menjadi 4 kelompok,yakni alga coklat(Phaeophyta),alga merah(Rhodophyta),alga keemasan(Crysophyta),dan alga hijau(Clorophyta). v Alga yang termasuk :Phaeophyta yaitu Dictyota dichotoma, Turbinaria sp, dan Ectocarpus sp v Alga makroskopis yang termasuk Chlorophyta yaitu Halimeda sp dan Ulva lactuca v Alga makroskopis yang termasuk Rhodophyta yaitu Gracillaria sp
1. J. –
Daftar pustaka
Waluyo, Lud, 2005.Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah : Malang.
– Suriawiria,UNUS.1996.Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan buangan secara biologis.Penerbit Alumni : Bandung. –
Cambell, N. A. 2003. Biologi Edisi kelima-Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
– Tjitrosoepomo,Gembong.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1989.
PEMAPARAN MATERI ALGAE A. DESKRIPSI MENGENAI ALGA Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus. Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla. Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri. Secara ringkas ciri – cirri algae, antara lain : 1.
Organism yang mengandung klorofil dengan tubuh seperti thallus.
2.
Organ sex satu sel, jika multiseluler maka tiap sel fertile ( subur ) dan tidak ada selubung sel steril.
3.
Tidak ada pembentukan embrio setelah peleburan gamet.
4.
Semua generasi yang terdapat dalam siklus hidupnya adalah bebas, tidak ada alga yang sporofitnya parasit pada tumbuhan gametofitnya.
5.
Hamper semua algae adalah aquatic.
6.
Dibawah tekanan kondisi yang buruk gametofit memperbanyak diri melalui spora aseksual yang disebut mitospora 1. Kelompok-kelompok alga Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta). Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak tertentu. Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan
dengan
semua
tumbuhan
fotosintetik
(membentuk
klad
Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).
1. 1. Alga prokariotik Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biruhijau") Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria memiliki
struktur
sel
prokariotik
seperti
halnya bakteri,
namun
mampu
melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam perkembangan
selanjutnya
diketahui
bahwa
ia
lebih
banyak
memiliki
karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria).
Sebagai
tambahan,
beberapa
kelompok
organisme
yang
sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.
1. 2. Alga eukariotik
Diagram yang menggambarkan teori mengenai evolusi alga (dan tumbuhan)
masa kini yang banyak didukung. Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi. Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.
Archaeplastida : Regnum Viridiplantae atau Plantae (tumbuhan): o
Filum Chlorophyta (alga hijau)
o
Filum Charophyta (alga hijau berkarang)
Archaeplastida : Regnum incertae sedis o
Archaeplastida : Regnum incertae sedis o
Filum Rhodophyta (alga merah)
Filum Glaucophyta
Superregnum Cabozoa: Regnum Rhizaria: o
Filum Cercozoa
Superregnum Cabozoa: Regnum Excavata: o
Kelas Chlorarachnia
Filum Euglenozoa
Regnum Chromalveolata: Superfilum Chromista o
Filum Heterokontophyta (atau Heterokonta)
Kelas Bacillariophyceae (Diatomae)
Kelas Axodina
Kelas Bolidomonas
Kelas Eustigmatophyceae
Kelas Phaeophyceae (alga coklat)
Kelas Chrysophyceae (alga keemasan)
Kelas Raphidophyceae
Kelas Synurophyceae
Kelas Xanthophyceae (alga pirang)
o
Filum Cryptophyta
o
Filum Haptophyta
Regnum Chromalveolata: Superfilum Alveolata o
Filum Dinophyta (atau Dinoflagellata)
1. Alga hijau Alga
hijau
adalah
( CHLOROPHYTA ) kelompok
alga
berdasarkan
zat
warna
atau
pigmentasinya. Dalam taksonomi, semula semua alga yang tampak berwarna hijau dimasukkan sebagai salah satu kelas dalam filum/divisio Thallophyta, yaitu Chlorophyceae. Pengelompokan ini sekarang dianggap tidak valid karena ia tidak monofiletik, setelah diketahui bahwa tumbuhan merupakan perkembangan lanjutan dari anggota masa lalunya. Sebagai konsekuensi, alga hijau sekarang terdiri dari dua filum: Chlorophyta dan Charophyta, yang masing-masing monofiletik. Anggota alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak, berwujud berkas, lembaran, atau membentuk koloni. Spesies alga hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap. Sel-sel alga hijau bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti). Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah terbanyak sehingga alga ini
berwarna hijau, pigmen lain yang dimiliki adalah karotena dan xantofil. Komposisi ini juga dimiliki oleh sel-sel tumbuhan modern. Klorofil dalam pigmen lain terdapat dalam kloroplas yang bentuknya bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan bintang. Di dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut pirenoid yang berfungsi untuk pembentukan tepung. Alga hijau merupakan golongan terbesar di antara alga dan kebanyakan hidup di air tawar. Sebagian lagi hidup di darat, di tempat yang lembab, di atas batang pohon, dan di laut. Beberapa genus dari alga hijau mempunyai alat gerak berupa flagel dan bintik mata (stigma) Divisi Chlorophyta terdiri dari sejumlah besar species algae, Prescott dalam vasishta ( 2000 ) memasukan sekitar 20.000 species dalam divisi ini. Chlophyta terdiri dari 1 classis tunggal Chlorophyceae. Sel berupa thalus eukariotik, berwarna hijau kerna terdapat pigmen hijau kholofil yang terdapat dalam plastid yang disebut kloroplas. Dalam kloroplas ini tertanam pirenoid yang mempunyai hubungan erat dengan pembentukan tepung,
sitoplasma
mengandung
vakuola,
beberapa
mempunyai
vakuola
kontraktil. Sel motil dari bentuk yang primitip memiliki stigma / bintik mata. Penyebaran Sebagian besar anggota Chlorophyta hidup aquatic, beberapa subaerial. Bentuk subaerial umumnya ditemukan pada lingkup lembab, biasanya terdapat sebagai flora tanah dan juga terdapat pada batu basah, cadas dan kayu basah. Beberapa jenis ada yang epifit pada algae yang lebih besar. Bentuk aquatic sebagai besar ( sekitar 90% ) hidup diair tawar melekat sebagai bentos ataupun planktonik. Struktur Thallus Mempunyai dinding sel yang merupakan materi non hidup dari sel. Dinding mengelilingi sejumlah kecil massa protoplasma. Dinding sel terdiri dari 2 lapis bagian dalam dengan penyusun utama selulosa, kecuali pada ordo Siphonales penyusunnya adalah kalosa dan pectin bukan selulosa. Dinding luar dibentuk oleh pektosa, pada Spirogyra dinding luar dari pektosa diganti dengan pectin. Kandungan dari senyawa besi terdapat pada dinding sel beberapa desmid. Pigmen
Dalam kloroplas terdapat 1 tau lebih plastid yang bmengandung pigmen. Pigmen yang terdapat pada Chlophyta dan Charophyta disebut kloroplas, pada divisi algae yang lain selain Euglenophyta disebut kromatophora. Pastida yang mengandung baik klorofil a maupun klorofil b disebut kloroplas. Sedang plastid yang hanya mengandung klorofil a saja dengan karetenoid dikenal sebagai kromathopora. Kloroplas terdiri dari 4 pigmen yaitu 2 pigmen hijau dan 2 pigmen kuning ( pigmen hijau klorofil a dan b ; pigmen kuningnya karitin dan santofil ). Reproduksi Pada laga hijau dapat dilakukan baik secara vegetative, aseksual maupun seksual. 1.
Reproduksi vegetative, perbanyakan species dengan hanya menggunakan sel vegetative, diantaranya dengan pembelahan sel, fragmentasi dan pembentukan akinet.
2.
Reproduksi aseksual, merupsksn perbanyakan species dengan pembentukan struktur sel reproduksi yang sangat terspesialisasi yang disebut spora aseksual. Reproduksi dengan menggunakan spora aseksual merupakan cara yang sangat umum untuk perbanyakan species pada kondisi normal, prosesnya disebut sporulasi.
3.
Reproduksi aseksual, merupakan penyatuan dari 2 sel reproduksi khusus yang disebut gamer. Gamet jika sendirian tidak dapat berkembang normal menjadi individu
baru,
tapi
harus
melalui
proses
seksual
yang
menyebabkan
penggabungan gamet. Penggabungan ini dimulai dengan penyatuansitoplasma yang disebut plasmogami.
Beberapa contoh alga hijau
Bersel tunggal o
Chlamydomonas
o
Chlorococcum
o
Chlorella
o
Euglena viridis
Berbentuk koloni o
Volvox
o
Hydrodictyon
o
Scenedesmus
o
Pediastrum
o
Dictyosphaerium
Berbentuk berkas o
Spirogyra
o
Ulothrix
o
Oedogonium
o
Derbesia
o
Zygnema
Berbentuk lembaran atau tumbuhan tinggi o
Ulva
o
Halimeda
o
Chara
o
Nitella
CHLOROPHYTA 2 Kelas Chlorophyceae & Charophyceae Klorofil a Dan b Sama Dengan Tumbuhan Tinggi Pigmen Dalam Kloroplas Bahan Simpanan – Kanji Dinding Sel – Selulosa
Flagellum Selalunya 2 Atau 4, Sama Panjang, Akronematik Habitat Hidup Bebas (Fitoplankton) Melekap (Cladophora) Parasit (Cephaleuros) Liken (Trebouxia & Chlorella) Struktur Vegetatif Unisel, Koloni, Filamen, Sifon, Filamen Heterotrichous Pembiakan Aseksual Zoospora (Planospora), Aplanospora Pembiakan Seksual Isogami, Anisogami, Oogami Anterozoid (Anteridium), Ovum (Oogonium)
GENUS PILIHAN Chlamydomonas 400 Spesies Unisel Dengan Dua Flagellum Pembiakan Aseksual – Zoospora Pembiakan Seksual Isogami, Anisogami, Oogami Monoesius, Dioesius
Volvox 20 Spesies Soenobium Bilangan Sel – 500 Hingga 60,000 Pembiakan Aseksual – Gonidium Pembiakan Seksual Oogami (Anteridium & Oogonium) Spirogyra Terapung Atau Terendam Dalam Air Berlendir 300 Spesies Morfologi Filamen Tidak Bercabang Uniseriat Kloroplas – Reben Spiral Pembiakan Aseksual –Fragmentasi Pembiakan Seksual Anisogami Lateral Konjugasi – Monoesius Skalariforma – Dioesius
Filamen + Dan –
Sebelah Menyebelahi
Tiub Konjugasi
Ulothrix Sungai, Tasik, Empangan 30 Spesies Morfologi Filamen Tidak Bercabang Uniseriat Sel Pendek, Silinder, Empat Segi Pelekap Kloroplas Bentuk U Atau Gelang Pembiakan Aseksual Fragmentasi Zoospora Dalam Pundi (8-16)
Makrozoospora (4 Flagelum)
Mikrozoospora (2 Flagelum) Aplanospora Akinet Pembiakan Seksual Gamet
Serupa Seperti Mikrozoospora Biflagelum Isogami
Oedogonium Alga Air Tawar Epifit 300 Spesies Morfologi Filamen Tidak Bercabang Sel Silinder Pelekap Kloroplas Retikulat Ciri Diagnostik – Sel Penutup Pembiakan Aseksual Fragmentasi Zoospora Multiflagelat (Stephanokon) Akinet Aplanospora Pembiakan Seksual Makrandrous Monoesius Atau Dioesius Filamen Jantan & Betina Sama Saiz Nanandrous Filamen Bantut Androsporangium Hasil Androspora
Androspora Hasil Nanandrium Di Hujung Nanandrium Ada Anteridium Hasilkan 1 Atau 2 Anterozoid
Chara Alga Makroskopik Nodus (Buku) Dengan Internodus (Ruas) Setiap Nodus Mempunyai Selilitan Cabang Pembiakan Aseksual Bintang Amilum Segumpulan Sel Protonema Unjuran Dari Nodus Pembiakan Seksual
2. CYANOPHYTA ( ALGA Hijau – Biru ) Yang termasuk divisi ini adalah alga hijau – biru yanhg dikenal sebagai organism prokaryotic penghasil oksigen. Alga ini merupakan kelompok primitive yang kecil, mencangkup sekitar 2.500 species dalam 150 genus, semua dimasukan dalam satu kelas yaitu Cyanophyceae. Anggota – anggota Class ini merupakan jenis – jenis alga yang palinmg sederhana, semua bersifat mikroskopik, dan dianggap sebagai organism perintis. Cirri – cirri Cyanophyta, yaitu : 1.
Del alga ini selain mengandung klorofil, yaitu a juga memiliki pigmen yang khas dari klas ini yaitu FIKOBILIN yang terdiri dari C-fikosianin ( biru ) dan C-fikoeritrin (
merah ). Disamping pigmen – pigmen diatas masih ada pigmen lain yaitu XANTOFIL yang dikenal sebagai myxoxantin dan myxocantofil. 2.
Tubuh alga ini berupa thallus prokariotik, yang terdiri satu sel koloni atau berbenmtuk filament.
3.
Pada alga ini tidak terjadi reproduksi aseksual, walau penelitian terakhir menunjukan terjadinya rekombinansi genetic pada beberapa species.
4.
Pada alga ini juga tidak ditemukan flagel, walau pada sel reproduksi sekalipun ( spora ), sehingga gerakan yang terjadi pada alga ini disebabkan gerakan meluncur atau tersentak.
5.
Cadangan makanan dari alga ini adalah tepung myxophycean dan materi mengandung protein yaitu cyanophycin. Penyebaran Alga hijau – biru tersebar luas dalam lingkungan perairan. Beberapa species ada yang hidup didarat, bentuk aquatiq lebih banyak terdapat di air tawar hanya sedikit terdapat di air laut. Salah satu contoh yang terkenal hidup diair laut yaitu Trichodesmium erytheruem. Bentuk plantonik merupakan yang khas dalam habitat ini. Pada waktu – waktu tertentu didaerah tropic biasanya pada musim panas terjadi peningkatan kepadatan populasi alga secara mendadak. Percepatan kepadatan populasi plankton alga hijau – biru dan mikroorganisme lain pada danau, kolam dan sumber air tawar lainnya ini disebut ‘ Water bloom ‘. Thallus
Alga hijau – biru merupakan tumbuhan fotosintetik paling sederhana diantara tumbuhan yang hidup sekarang
Bentuk uniseluler, thallus yang beruipa species uniselluler biasanya berbentuk spherik atau oval ( contoh : Chroococus, Gleocapsa, Synechococcus, dan Anacystic )
Bentuk koloni, pada sebagian besar alga hijau – biru, sel serelah membelah tetap melekat dengan dindingnya atau terikat padamateri pelatin untuk membentuk organiusasi yang loinggar yang disebut koloni. Bentuk koloni dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a.
Koloni non filament, bentuk bermacam – macam dapat berupa kubus sperik atau
tidak
beraturan
tergantung
pada
dasar
tumbuhnya
dan
pola
pembelahannya. b.
Koloni filament, merupakan hasil pengulangan pembelahan sel pada satu sisi yang langsung membentuk rantai tunggal yang disebut trikom.
Pigmen Sel Terdiri dari klorofil a dan sejumlah pigmen lain seperti fikobilin ( terdiri dari C-fikosianin dan C-fikoeritrin dua pigmen khas pada Cyanophyta tidak ditemukan pada kelompok alga lain ), B-karotin dan Santifil. Jenis pigmen yang dimiliki oleh Cyanophyta paling banyak dibandingkan dengan organism fotosintetik lainnya, karena itu juga Cyanophyta merupakan nkelompok organism fotosintetiki yang paling efisien dalam melakukan fotosintetik. Difrensiasi Sel Alga hijau – biru, pada umumnya menunjukan berbagai diferensiasi sel yang masih sederhana. Trikom dari beberapa genus bentuk filament menunjukan difrensiasi dari sel vegetative menjadi heterokista maupun akinet yang mempunyai struktur dan sifat biokimia khusus. Heterokista berbeda dari sel vegetative dan berada diantara panjang dari trikom sebagai spasi antara yang khas.keberadaan
heterokista
merupakan
gambaran
yang
khas
pada
Cyanophyceae, sel lebih besar dan terlihat jernih dibandingkan sel yang lain dalam trikom. Fungsi Heterokista : 1.
Struktur reproduksi tambahan.
2.
Tempat penyimpanan cadangan makanan atau substansi enzim.
3.
Menghasilkan substansi yang merangsang pertumbuhan dan pembelahan sel vegetative.
4.
Mengendalikan pembentukan spora.
5.
Tempat fiksasi Nitrogen.
6.
Titik dari pecah / lepasnya filament. Pembentukan Spora
a.
Akinet , merupak sel khusus yang umum ditemukan pada beberapa jenis algae yang memiliki heterokista, ukurannya lebih besar dibanndingkan sel vegetative. Seperti halnya sel spora mengandung protoplasma dan ditutupi oleh dinding sel asal dari induknya dan lapisan antara yang melingkupinya. Akinet merupakan sel istirahat dan merupakan modifikasi yang maju satu sel istirahat.sebagai contoh akinet dari nostoc dan Cylindrospermium tahan panas pada temperature yang lebih tinggi dari pada sel vegetative.
b.
Endospora, merupakan spora kecil yang dibentuk secara endogen pada sel vegetative yang uniseluler atau bentuk bantalan pada Chamaesiphonales yang tidak membentuk hormogonia. Saat pembentukan endospora sel vegetative ukurannya bertambah, protoplasma terpisah secara dua – dua berturut – turut. Sejumlah besar protoplas anakan satu inti dibentuk, tiap protoplas anakan mensekresi dinding yang mengelilinginya sehingga terbentuk endospora.
c.
Pada Chamaesiphon dinding sel pecah pada ujung distal dari sel vegetative. Spora sedikit demi sedikit keluar pada ujung yang membuka dari protoplasma yang menonjol keluar. Spora demikian disebut eksospora. Tiap eksospora dekelilingi oleh membrane tipis.
d.
Nannokista, pada beberapa Cyanophyta yang tidak berbentuk filament seperti pada Mycrocystis kandungan sel terbagi secara cepat tanpa membesarnya sel. Membelah berturut – turut diikuti tertutupnya / terpisahnya satu dengan yang lain. Sejumlah sel anakan dihasilkan pada tiap sel induk. Nannokista merupakan protoplas biasa. Berbeda dengan sel vegetative terutama ukurannya yang sangat kecil. Nannokista masak itu kemudian menjadi koloni baru. Perkembangan secara vegetative ; dengan pembelahan sel, fregmentasi dan pembentukan hormogonia. Reproduksi seksual ; perkembangbiakan secara seksual belum pernah ditemukan. Namun fenomena para seksual yaitu genetic rekombinan telah ditemukan pada beberapa alga hijau – biru seperti yang telah diselidiki pada Anacystic, Anabaena nidulans, Cylindrospermum majus. CYANOPHYTA Sangat Kuno
3 Bilion Tahun Dahulu 150 Genus Dan 1400 Spesies Pelbagai Saliniti Dan Suhu Atas Atau Dalam Tanah & Atmosfera Sawah Padi Microcystis, Anabaena, Oscillatoria Air Panas (85 C) Mastigocladus & Phormidium Antartik (Phormidium) Endofit Anabaena Dalam Azolla Liken Gloeocapsa, Nostoc (Fikobion) Perintis Tanah Gersang Tambah Bahan Organic Pada Tanah Dan Haling Hakisan Kembangan Alga Suhu Tinggi, Cahaya Tinggi Kawasan Tercemar (Bahan Organic) Ombak Merah Trichodesmium STRUKTUR TALUS Seperti Bacteria Prokariot
PEMBIAKAN Belahan Binary Fragmentasi Hormogonium Untuk Filamen Berselaput Nipis Filamen Yang Tebal Hasil Pseudocabang Heterosista Akinet Endospora Eksospora PERGERAKAN Tiada Sel Berflagelum Hanya Gelongsor PERSAMAAN DENGAN BAKTERIA Organisma Printing Hidup Di Tempat Kering Prokariot Struktur Sel Yang Ringkas Dan Bersaiz Kecil Dinding Peptidoglikan Ikat Nitrogen Tiada Pembiakan Seksual Fotosintesis PERBEZAAN DARI BAKTERIA
Tiada Flagellum Talus Lebih Kompleks (Bercabang) Kehadiran Plasmodesmata Klorofil A Makanan Simpanan Kewujudan Fikobilisom Pigmen – Fikosianin & Fikoeritrin FEATUR DIAGNOSTIK Pigmen Klorofil A, Karotenoid Fikobiliprotein (Fikosianin & Fikoeritrin) Dalam Fikobilisom Di Tilakoid Tilakoid Bertaburan Dinding Mukopolimerik / Peptidoglikan Asid Diaminopimelik, Asid Muramik, Glukosamin, Asid Amino Sama Dengan Bacteria Gram Negatif Makanan Simpanan - Kanji Sianofisian Flagellum – Tiada Pembiakan Seksual - Tiada
MORFOLOGI Unisel (Microcystis)
Koloni Mempunyai Lendir Merismopedia Filamen Heterosista Dan Akinet Uniseriat Vs Multiseriat (Stigonema) Tidak Bercabang Pseudocabang (Tolypothrix) & Cabang Asli (Hapalosiphon)
3. PHAEOPHYTA (algae coklat) Ganggang coklat adalah salah satu algae yang tersusun atas zat warna atau pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan bersifat autotrof. Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil. Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat. Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan mengandung khlorofil a dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat
perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak, terdiri dari sel-sel yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang, hidupnya ada yang diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik Habitat Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan sedang, terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat (semacam akar). Bila di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi ada juga yang hidup sebagai endofit. Pigmen Pigmen yang terdapat pada ganggang coklat (Chrysophyta) adalah klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. (Fukoxantin) yang terdiri dari violaxantin, flavoxantin, a dan neofukoxontin b, xantofil memberikan kesan warna coklat pada chrysophyta. Berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyto di bagi dalam 3 golongan, yaitu: a) Golongan Isogeneratae Golongan isogeneratae yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda. Contoh: Ectocarpus b) Golongan Heterogenerate Golongan heterogenerate yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi maupun sitologinya. Contoh: Laminaria c) Golongan Cyelosporae
Golongan cyelosporae yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran keturunan. Contoh: Fucus Alga coklat (Phaeophyta) hanya mempunyai satu kelas saja yaitu klas phaeophyceae. Thallus dari jenis golongan phaeophyceae bersel banyak (multiseluler), umumnya mikroskopik dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakropora yang berwarna coklat kekuning-kuningan karena adanya kandungan fukoxontin yang melimpah. Cadangan makanan berupa laminarin yang beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu selulosa asam alginat, fukan dan fuoidin. Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual dan seksual. a) Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh zoospora atau aplanospora yang tidak berdinding. Zoospora mempunyai dua, buah flagella yang tidak sama panjang, terletak dibagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yang uniseluler, dinamanakan sporangia unilokuler. Atau spora yang dibentuk dalam sporangia yang multiseluler yang disebut sporangium prulilekuler. b) Perkembanganbiakan seksual dilakukan secara isogamet, anisogamet. Pembuahan
pada
alga
coklat
Sebelum
terjadi
pembuahan,
layak
anthernazoid mengelilingi sel telur pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur. Biasanya hanya satu antherozoid yang masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam kedua intinya melebur dan terjadinya inti diploid. Zigot segera membentuk dinding yang berlendir dan dapat melekat pada substrat. Zigt membentuk tonjolan yang akan seperti cahaya. Suhu pH dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupaan faktor perangsang bagi terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan
makanan
yang
cukup
di
dalam
sel
telur.
Maka
mula-mula
pertumbuhan embrionya cepat, tetapi kemudian pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yang terbentuk bersifat diploid dan pembelahan reduksi terjadi pada waktu gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik.
Dalam daur hidupnya semua phacophyceae keculai bangsa fucales menunjukkan adanya pergantian keturunan antara gametofit dan sporofit, yang masing-masing hidup sebagai individu yang bebas pergantian keturunan tersebut bersifat isomorfik atau heteromorfik. Sebagian besar dari phaeophyceae pertumbuhannya bersifat trikhothallik. Pertumbuhan trikhothallik adalah cara pertumbuhan yang dilakukan oleh sel-sel yang letaknya di bagian basal dari filamea yang terdapat pada ujung thallas. Sel-sel tersebut aktif membelah. Sebagian besar phaeophyceae hidup di laut dan banyak ditemukan di daerah yang beriklim dingin. Sebagian besar hidup melekat pada substrat karang dan lainnya dan beberapa diantaranya hidup sebagai epifit. Ordo Ectocarpales Ectocarpales
mempunyai
pergantian
keturunan
yang
isomorf
yaitu
tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit, talusnya berbentuk cabang-cabang bebas atau saling berhubungan satu sama lainnya. Hingga membentuk jaringan pseudoparenkimatik. Alat perkembangbiakan letaknya bebas satu sama lain. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang gametofit menghasilkan gamet. 1.
Suku Ectocarpaceae Marga Ectocarpus Thallus dari ganggang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang banyak. Sel berinti tunggal dan plastida yang membentuk pita atau piring. Perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagella 2 buah dan di bentuk di dalam alat reproduksi yang unilokuler atau plusilokuler. Alat reproduksinya biasanya terdapat pada ujung-ujung cabang lateral. Gametofit bersifat homothallik atau heterothallik. Gambet dibentuk dalam gametangium
yang
plulilokuler
yang
perkembangannya
identik
dengan
perkembangan sporangium yang prusilokuler. Sel-sel yang terbentuk mengalami metamorfose menjadi gamet yang berflagella 2 buah. Tipe persatuan gamet adalah isogamik atau anisogamik. Bangsa Dietyotales
Sebagian besar dari bangsa ini terdapat di lautan daerah tropic. Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium yang berkotak-kotak dan oogonium tidak pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan satu sel telur. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Sporofit dan gametofit
bergiliran
dengan
beraturan
dan
keduanya
mempunyai
talus
berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Misal Dictyota dichotoma yang terbesar di lautan Eropa. Skema pergiliran keturunan Dictyota dichotoma: Marga Dictyota Thallus tegak dan berbentuk pita yang bercabang-cabang, melekat pada suatu substrat dengan perantaraan alat pelekat yang berbentuk seperti cakram. Thallus terdiri dari 3 lapis. Lapisan tengah tersusun dari sel-sel besar, terbentuk segi empat dan berdinding tebal tanpa khromatofora. Kedua berdinding tipis dan mengandung banyak kromotofora. Pada lapisan ini terdapat banyak rambutrambut steril dan tidak berwarna serta dapat mengeluarkan lendir pada permukaannya. Perkembangbiakan
dilakukan
secara
aseksual,
dan
seksual.
Perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh aplanospora yaitu yang tidak bergerak.
Dalam
satu
Perkembangbiakan
sporangium
seksual
hanya
dilakukan
dibentuk
secara
4
oogami.
aplanospora Gametofit
saja.
bersifat
heterothallik. Alat kelamin terdapat dalam suatu sorus. Terdapat di kedua permukaan talusnya. Bangsa Cutleriales 2.
Suku Cutleriaceae Suku ini hanya mempunyai 2 marga saja, yaitu zanardinia dan cutleria, zanardinia mempunyai pergantian keturunan yang gametofit dan sporofitnya identik satu sama lain, sedang gametofit cutleria tidak identik dengan sporofitnya, hingga pergantian keturunan dari cutleria bersifat iso morfik. Tetapi kedua
marga
tersebut
mempunyai
kesamaan,
yaitu
pertumbuhan
yang
tirkhothallik, sporangia yang uniloker dan sel-sel kelamin dan betina ukurannya tidak sama.
Marga Cutleria Cutleria mempunyai gamtofit yang berbentuk pita yang bercabang, menggarpu yang tidak begitu teratur atau berbentuk seperti kipas. Pertumbuhan terjadi pada tepi talus bagian atas yang mempunyai rambut yang uniseriate. Gametofit bersifat heterothallik. Gametofit jantan mengandung anteridia yang menghasilkan gamet jantan berbentuk buah pir, berflagellata 2 buah di bagian leteral. Gametofit betina mengandung gametangia betina yang mengeluarkan gamet betina yang bentuknya mirip dengan yang jantan. Tetapi ukurannya lebih besar dan gerakannya lebih lambat. Bangsa Laminariales Jenis-jenis yang termasuk dalam bangsa ini mempunyai sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran. Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran. Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik. Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik. Bangsa ini mempunyai 30 marga dengan kurang lebih 100 jenis yang kesemuanya merupakan penghuni lautan beriklim dingin. Dari marga ke marga gametrofitnya dapat dikatakan identik satu sama lain, tetapi sporofitnya mempunyai bentuk yang beranekaragam. Contoh:
Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan. Talusnya dapat mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. alat pelekatnya seakan-akan mempunyai kuku untuk berpegangan erat-erat. Sumbu talus bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantungan, kadang-kadang sampai 3 m panjangnya hingga dengan itu talus dapat terapung pada permukaan laut.
Lessonia,sp mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
Laminaria cloustoni, banyak terdapat di laut utara, panjangnya sampai 5 m. pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas
menyerupai daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbaharui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi pertumbuhan di bagian tengah dari pangkal lembaran-lembaran tadi dan terbentuklah lembaran-lembaran baru. Warga Laminaria Alat pelekat sporofit umumnya berupa cabang-cabang yang dikhotom disebut haptera. Tangkai tidak bercabang silindris atau agak memipih, diujung tangkai ini terdapat helaian yang utuh atau terbagi kearah vertikal menjadi beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medula dan korteks yang dikelilingi oleh selapis sel yang menyerupai sel epidermis. Sporofit mempunyai sporongia yang unilokuler dan terdapat pada perunukan helaian. Sporangia berbentuk ganda. Pada laminaria saccharina, penentuan jenis kelamin gametofit terjadi pada saat pembelahan reduksi, setengah dari zoospora akan tumbuh menjadi gametofit betina sedang lainnya akan membentuk gametofit jantan. Gametongia akan
dibentuk
setelah
gametofit
mencapai
2-3
sel.
Terjadi
pembuahan
tergantung langsung pada suhu. Bangsa Fucales Ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah dingin.
Pembiakan
generatif
dengan
oogami,
pembiakan
vegetatif
tidak
ada.Thallus dari ganggang ini bersifat diploid, pembelahan reduksi (meiosis) terjadi pada saat gametogenesis alat kelamin terdapat di dalam konseptakel. Dalam daur hidupnya, ganggang ini tidak menunjukkan adanya pergiliran keturunan. 3.
Suku Fucaceae Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar. Focus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah. Bentuknya kaku dank eras seperti kulit. Marga Fucus Fucus hidup di daerah beriklim dingin di belahan bumi utara. Fucus berwarna coklat tua. Berbentuk pita yang bercabangdi khotom dengan suatu rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat. Beberapa jenis
dari
fucus ini
mempunyai
gelembung
udara
di
dalam tubuhnya
untuk
menyimpan udara hingga membantu keterapungannya letak dari gelembung udara
biasanya
berpasangan
kanan
dan
kiri.
Ujung
cabang-cabang
menggelembung dan mengandungkoseptakel, tempat konseptakel berkumpul tersebut
dinamakan
reseptakel,
secara
anatomi,
talus
tersusun
atas
meristaderm, korteks dan medula. Di dalamnya terdapat oogonium, anteredium, dan benang-benang mandul (parafisis). Anteredium berupa sel-sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang-benang pendek yang bercabang-cabang. Tiap anteredium menghasilkan 64 spermatozoid. Suatu spermatozoid terutama terdiri dari bahan inti, suatu bintik mata dan 2 bulu cambuk pada sisinya. Bulu cambuk yang pendek menghadap ke muka dan mempunyai rambut-rambut mengkilat. Oogonium berupa suatu badan yang duduk diatas tangkai, terdiri dari 1 sel saja dan mengandung 8 sel telur. Zigot lalu membentuk dinding selulose dan pectin, melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu yang diploid. Familia Sargassaceae Sargassum terdapat di laut daerah tropik atau subtropik di belahan bumi bagian selatan. Akan tetapi fragmen yang terputus terbawa arus melintas laut atlantik ke daerah yang beriklim dingin di benua Eropa. Jenis-jenis yang banyak sekali tumbuh di sepanjang pantai Australia, India, Srilangka, Jepang, China dan Indonesia. Di Jepang Sargassum enerya banyak dijadikan hiasan dan bahan makanan. Talus dari sargassum mempunyai morfologi yang kompleks, sepintas lalu memberi kesan seakan-akan tubuhnya mempunyai akar, batang, dan daun pada bagian tangkainya terdapat banyak cabang-cabang lateral yang menyerupai daun sering disebut filoid. Di dekat filoid ini terdapat gelembung udara dan juga reseptakel yang mengandung konseptakel. Daur hidup bersifat diplontik. Susunan sel Pada phaeophyta umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel yang tersusun dari tiga macam polimer yaitu selulosa, asam alginat, fukan dan fukoidin. Algin dari fukoidin lebih kompleks dari selulose dan fukoidin lebih kompleks dari selulose dan gabungan dan keduanya membentuk fukokoloid. Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar
yaitu selulosa dan lapisan dalam yaitu gumi. Tapi kadang-kadang dinding selnya juga mengalami pengapuran. Inti selnya berinti tunggal yang mana pana pada pangkal berinti banyak. Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel.Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin
sebagai
penyusun
penting).
Pada
bakteri,
peptidoglikan
(suatu
glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula). Cadangan Makanan Cadangan makanan pada Phaeophyta berupa laminarin, yaitu sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulose dari pada zat tepung.selain laminarin juga ditemukan manitol minyak dan zat-zat lainnya. Alat Gerak Alat gerak pada Phacophyta benepa jlagel yang terletak pada sel-sel perkembangbiakan dan letaknya lateral. Berjumlah dua yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut-rambut mengkilat menghadap kemuka dan yang pendek menghadap ke belakang. Dekat dengan keluarga flogel terhadap bintik mata yang berwarna kemerah-merahan. Perkembangbiakan Perkembangbiakan pada Phaeophyta dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
Perkembangbiakan secara vegetatif dengan fragmentasi
Perkembangbiakan secara sporik dengan membentuk spora
Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Pembentukan Unilokuler, dimiliki oleh anggota Phaeophyta yang uniseluler Terjadi dari sel terminal dengan cabang pendek yang membesar. Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih kecil dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meioses kemudian diikuti pembelahan mitosis sehingga dihasilkan 32-64 inti. Selanjutnya terjadilah celahcelah yang membagi proteplas yang berinti satu. Masing-masing protoplas mengalami metamorfose membentuk zoospora perflagel dua yang terletak di bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flagel yang pendek diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan. b) Pembentukan plurilokuler dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler Berasal dari sel terminal yang pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi pembelahan tranversal secara berulang-ulang yang akhirnya dihasilkan 6-12 sel.pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20-40 deretan. Protoplas pada masing-masing sel mengalami sultamorfosa menjadi zoospora yang memiliki 2 stagel. Diikuti dengan talus yang bersifat diploid dan terbentuklah sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorilokuler.
Perkembangbiakan
secara
gametik,
gametangium
dimiliki
oleh
sporangium yang plurilokuler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara: 1. Isogami yaitu gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat dibedakan mana jantan dan mana betina). Contoh: ulva 2. Anisogami: gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet betina memiliki ukuran besar dan gamet jantan memiliki ukuran kecil). Contoh: codium 3. Oogami: jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif. Contoh: volvox Contoh-Contoh Phaephyta
Sargassum binderi (Sonder)
Nama latin : Sargassum binderi Spesifikasi : Batang gepeng (1,5 mm), halus licin, tinggi mencapai sekitar 60 cm, percabangan “alternate” teratur, oppsite (kiri-kana). Cabang utama yang pendek (1-2 cm) diatas holdfast. Daun lonjong, pinggir bergerigi, panjang 5 cm, lebar 1 cm ujung runcing. Sebaran : Tubuh pada substrat batu umumnya di daerah rataan terumbu dekat bagian ujung luar yang terkena gerakan air relatif lebih kuat dan konstan. Potensi : Belum banyak dimanfaatkan, kandungan kimia sama dengan jenis sargassum lainnya.
Sargassum Polycystum
Nama latin : Sargassum Polycystum C.A Argadh Spesifikasi : Ciri-ciri umum. Thallia silidris berduri-duri kecil merapat hodfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karaktersitik terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Batang pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun. Sebaran : Algae yang kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropis. Bukan merupakan algae endemic perairan Indonesia tetapi banyak ditemukan di perairan nusantara terutama di Kalimatan. Potensi : Bisa dimanfaatkan sebagai bahan esktraksi alginat. Manfaat lainnya belum diketahui. Tidak dibudidayakan.
Turbin Conoides (J. Agardh)
Nama Latin : Turbinaria Conoides (J. Argadh) Kuetzing Nama Daerah : Rumput Coklat Corong bSpesifikasi : Batang silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan, Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berkspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama. Daun merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran. Sebaran : Umumnya terdapat di daerah rataan terumbu, menempel pada batu. Tersebar luas di perairan Indonesia. Potensi : Algae ini mengandung alginat dan iodin. Potensi eksport ke Jepan
BAB III PEMANFAATAN ALGAE A.
KAJIAN TESIS ALGA ( Penelitian keanekaragaman jenis Alga dilakukan di perairan pantai Warambadi ) Tesis ini merupakan gabungan dua makalah hasil penelitian mengenai keanekaragaman jenis rumput laut dan pemanfaatannya oleh masyarakat secara tradisional. Rumput laut atau dikenal dengan nama lain seaweed adalah alga makro yang tumbuh di laut dan digolongkan ke dalam tiga kelas yaitu; Chlorophyceae (alga hijau), Rhodophyceae (alga merah) dan Phaeophyceae (alga coklat). Penelitian keanekaragaman jenis dilakukan di perairan pantai Warambadi dan penelitian pemanfaatan rumput laut dilakukan khusunya di lingkungan masyarakat Suku Sumba dan Sabu di Kampung Warambadi dan sekitarnya, Kabupaten Sumba Timur, mulai bulan April 1997 sampai dengan bulan Maret 1998. Makalah pertama berjudul Keanekaragaman Rumput Laut di Pantai Warambadi : Fenomena Substrat dan Musim. Penelitian ini didasarkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput taut, yang antara lain adalah substrat, salinitas, temperatur, arus dan gelombang serta intensitas cahaya. Sedangkan salinitas, temperatur dan arus dipengaruhi oleh musim yang terjadi. Bahkan untuk beberapa kasus tertentu, kondisi substrat dipengaruhi pula oleh
perubahan
musim.
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
melihat
keanekaragaman rumput laut di lokasi penelitian melalui pengukuran indeks keragaman jenis, dengan memperhatikan substrat pasir dan batu karang serta musim kemarau dan musim hujan. Dari pengamatan diperoleh catatan bahwa pada kedua musim dan di kedua substrat, rumput taut yang tumbuh di lokasi penelitian berjumlah 79 jenis Bari 23 genus, yang teridiri dari : 37 jenis alga hijau dari 9 genus, 22 jenis alga merah dad 8 genus dan 20 jenis alga coklat dari 6 genus. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis pada substrat pasir dan batu karang pada musim hujan maupun kemarau tidak berbeda. Demikian pula sebaliknya bahwa indeks keanekaragaman jenis pada musim hujan dan kemarau
pada substrat pasir maupun batu karang tidak berbeda.
Hasil analisis
menunjukkan pula bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis dan jumlah jenis alga tidak dipengaruhi oleh perbedaan tipe substrat dan musim, tetapi sangat dipengaruhi oleh interaksi antara substrat dan musim. Adapun hasil analisis terhadap masing-masing kelas menunjukkan, bahwa indeks keanekaragaman jenis alga hijau dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Untuk alga merah, indeks keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh musim dan interaksi antara substrat dengan musim, akan tetapi tidak dipengaruhi oleh tipe substrat. Sedangkan indeks keanekaragaman jenis alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Hasil analisis menunjukkan pula, bahwa jumlah jenis alga hijau, alga merah dan alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim serta oleh interaksi keduanya. Makalah kedua berjudul Studi Etnobotani : Pemanfaatan Rumput Laut di daerah Warambadi - Panguhalodo, Sumba Timur. Makalah ini sebagai hasiI dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat setempat, khususnya Suku Sumba dan Sabu mengenai pemanfaatan rumput laut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 55 jenis yang telah dimanfaatkan secara turun temurun sebagai makanan dan/atau obat tradisonal, dan 32 jenis di antaranya adalah jenis yang baru diinformasikan sebagai makanan dan obat. 54 jenis dari 19 genus telah terbiasa dimanfaatkan sebagai makanan, khususnya oleh masyarakat keturunan Suku Sumba dan Sabu. Jenis alga tersebut terdiri dari 17 jenis alga hijau, 17 jenis alga merah dan 20 jenis alga coklat. Diketahui pula bahwa 38 jenis dari 18 genus temyata sudah biasa pula dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masayarakat, dan terdiri dari 7 jenis alga hijau, 13 jenis alga merah, 18 jenis alga coklat. Rumput laut dikonsumsi secara tradisional dalam berbagai bentuk antara lain; mentah sebagai lalap dan sayur, dibuat acar dengan bumbu rempah dan cuka, dibuat sayur dengan air santan, ditumis dengan minyak kelapa, dimasak dengan air kelapa dan gula dibuat puding atau penganan. Sebagai obat tradisional rumput laut digunakan untuk: kosmetika tradisional (dalam bentuk puderlbedak atau lotion), penurun panas, antiseptik, obat cacingan, obat batuk dan
asma,
mimisan
dan
bisul,
bawasir,
GAKI,
gangguan
lambung
dan
pencernaan serta gangguan saluran air kemih. Pengetahuan pemanfaatan rumput laut sebagai makanan dan obat tradisional, sampai saat ini ternyata
masih
dimiliki
oleh
masyarakat
di
daerah
Warambadi,
Desa
Mburukulu
Kecamatan Panguhalodo, Kabupaten Sumba Timur, khususnya Suku Sumba dan Sabu. Dengan tidak diketahui asal mulanya, pengetahuan ini telah dimanfaatkan secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu dan dari basil wawancara ternyata diketahui pula, bahwa pengetahuan ini berkurang secara gradual sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi dan budaya serta kondisi lokasi.
B.
Alga Laut sebagai Biotarget Industri Indonesia
telah
dikenal
luas
sebagai
negara
kepulauan
yang
2/3
wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga. Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria, Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel. Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan
sebagai
adsorben
logam berat,
Osmundaria,
Hypnea,
dan
Gelidium sebagai sumber senyawa bioaktif, Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum yang mengandung senyawa alginat yang berguna dalam industri farmasi. Pemanfaatan berbagai jenis alga yang lain adalah sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel ataupun sebagai pupuk organik. Alga
Laut
sebagai
Sumber
Makanan
Kandungan bahan-bahan organik yang terdapat dalam alga merupakan sumber mineral dan vitamin untuk agar-agar, salad rumput laut maupun agarose. Agarose merupakan jenis agar yang digunakan dalam percobaan dan penelitian dibidang bioteknologi dan mikrobiologi.Potensi alga sebagai sumber makanan
(terutama rumput laut), di Indonesia telah dimanfaatkan secara komersial dan secara
intensif
telah
dibudidayakan
terutama
dengan
tehnik
polikultur
(kombinasi ikan dan rumput laut). Alga
Laut
sebagai
Adsorben
Logam
Berat
Pemanfaatan sistem adsorpsi untuk pengambilan logam-logam berat dari perairan telah banyak dilakukan. Beberapa spesies alga telah ditemukan mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mengadsorpsi ion-ion logam, baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati (biomassa). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa gugus fungsi yang terdapat dalam alga mampu melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama adalah gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat, dan sulfonat yang terdapat didalam dinding sel dalam sitoplasma. Menurut Harris dan Ramelow (1990), kemampuan alga dalam menyerap ion-ion logam sangat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti ukurannya yang sangat kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut berbagai upaya dilakukan, diantaranya dengan mengimmobilisasi biomassanya. Immobilisasi biomassa dapat dilakukan dengan mengunakan (1) Matrik polimer seperti polietilena glikol, akrilat, (2) oksida (oxides) seperti alumina, silika, (3) campuran oksida (mixed oxides) seperti kristal aluminasilikat, asam polihetero, dan (4) Karbon. Berbagai mekanisme yang berbeda telah dipostulasikan untuk ikatan antara logam dengan alga/biomassa seperti pertukaran ion, pembentukan kompleks koordinasi, penyerapan secara fisik, dan pengendapan mikro. Tetapi hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa mekanisme pertukaran ion adalah yang lebih dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya gugus aktif dari alga/biomassa seperti karboksil, sulfat, sulfonat dan amina yang akan berikatan dengan ion logam. Alga
Laut
sebagai
Sumber
Senyawa
Bioaktif
Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan (1) industri farmasi seperti sebagai anti bakteri, anti tumor, anti kanker atau sebagai reversal agent dan (2) industri agrokimia terutama untuk antifeedant, fungisida dan herbisida.
Kemampuan alga untuk memproduksi metabolit sekunder
terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi atau akan digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman predator. Dalam dekade terakhir ini, berbagai variasi struktur senyawa bioaktif yang sangat unik dari isolat alga merah telah berhasil diisolasi. Namun pemanfaatan sumber bahan
bioaktif
dari
alga
belum
banyak
dilakukan.
Berdasarkan
proses
biosintesisnya, alga laut kaya akan senyawa turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut oxylipin. Melalui senyawa ini berbagai jenis senyawa metabolit sekunder diproduksi. Alga
Laut
sebagai
Sumber
Senyawa
Alginat
Alginat merupakan konstituen dari dinding sel pada alga yang banyak dijumpai pada alga coklat (Phaeophycota). Senyawa ini merupakan heteropolisakarida dari hasil pembentukan rantai monomer mannuronic acid dan gulunoric acid. Kandungan alginat dalam alga tergantung pada jenis alganya. Kandungan terbesar alginat (30-40 % berat kering) dapat diperoleh dari jenis Laminariales sedangkan Sargassum Muticum, hanya mengandung 16-18 % berat kering. Pemanfaatan senyawa alginat didunia industri telah banyak dilakukan seperti natrium alginat dimanfaatkan oleh industri tektil untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas
bahan
industri,
kalsium
alginat
digunakan
dalam
pembuatan obat-obatan. Senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuatan pelapis kapsul dan tablet. Alginat juga digunakan dalam pembuatan bahan biomaterial untuk tehnik pengobatan seperti micro-encapsulation dan cell transplantation. Alga
Laut
sebagai
Penghasil
Bioetanol
dan
Biodiesel
Meskipun masih dalam tahap riset yang mendalam, potensi alga laut sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel sangat menjanjikan dimasa mendatang. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Kanada mentargetkan mulai tahun 2025 bahan bakar hayati (biofuel) bisa diproduksi dari budidaya cepat alga mikro yang tumbuh diperairan tawar/asin. Keuntungan lebih yang dapat diperoleh adalah tak butuh traktor seperti didarat, tanpa penyemaian benih, gas CO2 yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan panen yang terus-terusan (continuous) yang dikarenakan waktu tanam alga hanya 1 minggu.
Berikut adalah gambar skenario mekanisme pembuatan bioetanol dan biodiesel dari alga laut.
Sumber : Tatang H. Soerawidjaja (2005) Alga
Laut
sebagai
Pupuk
Organik
Dikarenakan kandungan kimiawi yang terdapat dalam alga laut merupakan nutrien yang sangat penting bagi semua mahluk hidup termasuk tumbuhtumbuhan, maka alga laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber alternatif penganti pupuk-pupuk pertanian yang mengandung bahan kimia sintesis. Alga dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahanbahan mineral seperti potasium dan hormon seperti auxin dan sytokinin yang dapat meningkatkan daya tumbuh tanaman untuk tumbuh, berbunga dan berbuah. Pemanfaatan alga sebagai pupuk organik ditunjang pula oleh adanya sifat hydrocolloids pada alga laut yang dapat dimanfaatkan untuk penyerapan air (daya serap tinggi) dan menjadi substrat yang baik untuk mikroorganisme tanah. Peranan Ganggang Coklat (Phaeophyta) Adapun peranan ganggang coklat dalam kehidupan yaitu:
Ganggang coklat dapat dimanfaatkan dalam industri makanan
Phaeophyta sebagai sumber alginat banyak dimanfaatkan dalam dunia industri tekstil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri,
kalsium
alginat
digunakan
dalam
pembuatan
obat-obatan
senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat bahan biomaterial untuk teknik pengobatan.
Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahanbahan mineral seprti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin yang
dapat
meningkatkan
berbunga dan berbuah.
daya
tumbuh
tanaman
untuk
tumbuh,
Macrocytis Pyrifers menghasilkan iodine (unsur yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit gondok).
Laminaria, Fucus, Ascophylum dapat menghasilkan asam alginat. Alginat biasanya digunakan sebagai pengental pada produk makanan (sirup, salad, keju, eskrim) serta pengentalan dalam industri (lem, tekstil, kertas, tablet antibiotik, pasta gigi) dan pengentalan produk kecantikan (lotion, krim wajah).
Macrocytis juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan ternak karena kaya komponen Na, P, N, Ca.
C. 1.
Produksi Alga Transgenik dan Pemanfaatan Alga di Masa Mendatang
Terdapat bermacam jenis alga didunia yang kemudian dikelompokkan dalam alga merah, alga coklat, alga hijau, diatom dan dinoflagellata. Pemanfaatan alga bagi kehidupan manusia saat ini telah berkembang pesat. Dimana alga dapat dimanfaatkan hamper dalam semua kebutuhan hidup manusia yaitu sebagai berikut
:
Alga dimanfaatkan sebagai makanan manusia sejak lama. Namun saat ini pemanfaatan sebagai makanan tidak hanya sebatas makro alga, tetapi juga mikroalga
yang
memberikan
diantaranya
suplay
vitamin,
adalah mineral
Chlorella dan
dan
asam
Spirulina.
lemak
Makroalga
essensial
yang
memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Mikroalga dimanfaatkan sebagai suplemen yang mengandung protein tinggi namun mudah untuk dibudidayakan. 2.
Dalam pemanfaatan alga sebagai pakan hewan, memberikan nutrisi yang baik bagi hewan peliharaan seperti burung, ikan dalam aquarium, ternak. Jenis-jenis yang dimanfaatkan diantaranya Ulva spp, Glacilaria spp, caulerpa spp.
3.
Mikroalga sangat dibutuhkan sebagai pakan pada budidaya bivalve dimana pada stadia larva, kerang-kerangan membutuhkan mikroalga sebagai sumber energi. Dan pada stadia dewasa, kerang akan memanfaatkan makroalga sebagai sumber nutrisi pertumbuhannya. Sebagai contoh abalone yang pada stadia larva membutuhkan
Nitzschia
sp
sebagai
pakan
dan
pada
stadia
dewasa
menggunakan Glacilaria sp sebagai makanan. 4.
Alga juga memberikan manfaat yang besar dalam bidah kimia dan farmasi. Yaitu sebagai edible coating obat-obatan yang memanfaatkan hydrololaid yang
dihasilkan alga. Alga juga dapat menghasilkan karaginan yang dimanfaatkan sebagai pengemulsi, pengental dan penstabil berbagai produk makanan dan obat-obatan. 5.
Pigmen yang dihasilkan alga sesuai warna yang dimiliki, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami.
6.
alga seperti Phymatolyton sp dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
7.
Alga dapat dimanfaatkan sebagai treatment limbah atau dalam bioremediasi dimana
mampu
memecah
dan
merubah
limbah
organic
menjadi
tidak
berbahaya. ASPEK UMUM Dalam kondisi normal, terdapat lebih dari satu spesies yang menghasilkan produk yang diinginkan. Untuk itu perlu ketelitian dalam seleksi organisme pada awal transformasi alga. Pada Alga yang memiliki siklus hidup pendek dalam cairan, kultur axenic dalam media sintesis dengan kondisi lingkungan terkontrol sangat dibutuhkan pada persiapan transformasi. Sebagian besar alga adalah memiliki sifat autotrof yaitu membutuhkan cahaya. Maka alga membutuhkan cahaya, air dan nutrient dasar untuk pertumbuhan. Alga lain yang heterotrof dapat dikultur dalam kondisi gelap dengan menggunakan gula sebagai media kultur. Genom dari alga yang diteliti dibutuhkan sebagai dasar untuk level baru pada efisiensi dan keunggulan aplikasi bioteknology dan teknologi gen alga dan produknya. Alga memiliki bentuk dan ukuran yang sangat variatif. Sebagai contoh : Ostreococcus Thalassiosira
tauri
(Chlorophyta),
pseudonana
Cyanidioschyzon
(Bacillariophyta),
merolae
(Rhodophyta),
Chlamydomonas
reinhardtii
(Chlorophyta), Phaeodactylum tricornutum (Bacillariophyta), Asterionella formosa (Bacillariophyta),
Triceratium
favus
(Bacillariophyta),
Volvox
carteri
(Chlorophyta); Neomeris annulata (Chlorophyta), Ulva lactuca (Chlorophyta), Fucus vesiculosus (Phaeophyta), Laminaria saccharina (Phaeophyta), Macrocystis pyrifera (Phaeophyta) GENOM PROJECT DAN PRODUKSI ALGA TRANSGENIK
Sumber informasi genom alga dapat diperoleh dari NCBI maupun dalam
ESTs (expressed sequence tags). Sequence genom dari mitokondria dan cloroplas lebih banyak dimiliki oleh alga dibandingkan dengan EST dan genome sequence project. Sebelum eksperimen ini dimulai, peneliti diharuskan memikrikan tentang kekerabatan
organismenya.
Apakah
ada
hubungan
kedekatan
sebelu
ditransformasikan. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat berbagai jenis alga hasil transpormasi genetic yaitu : Sebagian besar alga yang dihasilkan tersebut diatas diperoleh dari transformasi
nuklir.
Efisiensi transformasi dan total hasil dari produksi transformasi tergantung kekuatan
species.
Sebagai
contoh
Cyanidioschyzon
merolae
~200
transformants/µg plasmid-DNA dihasilkan ketika 3-4 x 108 cells disebar dalam plate agar. Pada Porphyridium sp. Juga dimungkinkan untuk system sebar sejumlah sel pada plate tunggal dan 2.5 x 10-4 transformants/µg DNA dapat diperbaiki. Pada Chlamydomonas reinhardtii transformasi yang efisien adalah antara 10-4 and 10-5, dan sekitar 8 x 106 cel dapat disebar pada plate. Maka akan terdapat lebih sedikit sel pada plate dibanding percobaan Cyanidioschyzon or Porphyridium , maka Chlamydomonas dapat ditransformasikan dari plate tunggal. Penggunaan gen marker selektif pada kondisi normal dalam semua experiment menghasilkan generasi alga transgenic yang stabil, mulai dari prosentase
yang
ditransformasikan. merupakan
sangat Marker
marker
transformasi
strain
rendah
pada
selektif
dominant target,
biasanya
sebagai tidak
treatment gen
organisme
resisten
perlakuan
menjadikan
ke
baru masalah
berhasil
antibiotic pada
yang
beberapa
dari
genotid
respectif. Pada penambahan marker selektif dominant, terdapat beberapa marker selektif
yang
tidak
stabil.
Seperti
auxotrophic
mutants
dengan
mutasi
endogenous gen memberikan gen untuk complementasi. Mereka memiliki kekuatan besar dalam complete endogenous gene yang biasa digunakan, maka banyak marker dominant disusun dalam respektif organisme dipastikan sebelum perlakuan. Seringkali gen marker selektif tidak dapat mengekspresikan dibawah promoter mereka sendiri, khususnya jika mereka dari sumber heterologous. Untuk itu, dalam mendapatkan kekuatan secara normal, induksibel dan jika
memungkinkan, endogenous promoter sangat dibutuhkan. Beberapa penelitian menginginkan
untuk
mendapatkan
organisme
transgenic
ketika
mereka
mempelajari temporal gen ekspresi yang menarik secara in situ atau in vivo. Untuk mendeteksi protein secara mudah, promoter dari genpartikular digunakan untuk mengarahkan ekspresi dari gen reporter yang mudah diidentifikasi dan diperlakukan. Laporan gen yangsringkali untuk enzim dimana merubah substrat pada produk berwarna atau menghasilkan emisi cahaya atau gen produk adalah fluorescent protein., Dasar dari hamper semua metode transformasi alga adalah pada kasus temporal permeabilitas dari membran sel, dimungkinkan molekul DNA untuk masuk kedalam sel. Pemasukan DNA pada nucleus dan integrasi ke dalam genom tanpa bentuan eksternal. Integrasi DNA umumnya terjadi dengan ilegitimasi rekombinasi, menghasilkan integrasi dari DNA yang diinriduksikan dan menghasilkan transformasi genetic yang stabil. Aktualnya, tidak sulit untuk permeabilitas membrane sel untuk memsaukan DNA, dimana, reproduksi sel harus mempertahankan hidupnya dari kerusakan dan DNA yang masuk dan menyimpulkan divisi sel. Terdapat pasangan dalam metode transformasi pada sitem alga yang memungkinkan memperbaiki transformasi. Metode yang paling umum adalah micro-particle bombardment, juga menyarankan untuk microprojectile bombardment. Metode ini membuat penggunaan lapisan logam kuat DNA micro-projectiles dan transformasi dari hamper semua tipe sel. PERMASALAHAN
YANG
SERING
TERJADI
Selama produksi alga transgenic, peneliti seringkali mendapati masalah yaitu konstruksi gen tidak terekspresi seperti yang diinginkan. Meskipun semua elemen terpenuhi untuk transkrisi dan translasi telah masuk dan konstruksi terintegrasi dalam genom. Gen silencing ini terjadi akibat methylation dan menyebabkan efek perpindahan posisi dan epigenetic mechanisms. Ini seringkali terjadi pada control dari pembenguanan dan respon dari sel kepada virus, elemen transposable atau DNA asing lain atau penempatan DNA yang tidak alami. Seringkali, screening jumlah transformasi pada transforman dengan ekspresi tinggi mengatasi masalah ini.
Masalah lain muncul ketika
konstruksi DNA dengan heterologous asli digunakan. Satu poin penting pada kontek ini adalah codon digunakan adalah tipikal dari hamper semua species. Ketika kodon umum dari DNA donor jarang didapati dalam organisme gen target, ikatan
tRNA
akan
melemah
dan
akan
menurunkan
level
translasi
dan
konsequensinya pada ekpresi rata-rata. Situasi ini akan lebih ekstrim ketika kodon tidak sesuai pada semua spesies target. Salah satu strategi untuk mengatasi masalah ini adalah melihat gen heterologous yang memiliki kodon digunakan mirip dengan gen target organisme. Problem lain yang memungkinkan terjadi adalah alga secara umum dan alga transgenic yang digambarkan dapat menghasilkan produk dan kandungan lain, pada aplikasi komersial dari tipe liar masih tetap terbatas. Salah satu factor pembatasnya pada pertumbuhan adalah cahaya. Pada satu sisi mikroalga tumbuh cepat pada densitas tinggi dalam photobioreactors atau dalam tambak terbuka, disisi lain pembatasan densitas dalam budidaya
menghasilkan
beberapa
centimeter
pertumbuhan
pertama
sel
pertumbuhan. Untuk mengatasi ini perlu dibuat special bioreactor yang menggunakan tanki dengan pemutar. Alternative lain dengan menggunakan heterotropik alga dan penambahan sumbstrat organic yang dibutuhkan. Strategi lainnya
adalah
mentransformasikan
photoautotrophic
algae
menjadi
heterotrophic algae dengan mengintroduksi gen untuk transportasi gula kedalam genom melalui genetic engineering PEMANFAATAN
ALGA
DALAM
OPTIMISTIK
DI
MASA
MENDATANG Dimasa mendatang, dengan adanya alga transgenic dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal untuk menunjang kehidupan manusia. Diantaranya sebagai bioenergi
yang
mudah
dibudidayakan
sehingga
mampu
menggantikan
ketergantungan terhadap energi dari fosil. Alga juga dapat dimanfaatkan untuk bioremediasi perairan dan tanah yang semakin hari semakin banyak tercemar, sehingga dapat mengembalikan kondisi optimum dari perairan dan tanah. Pemanfaatan alga sebagai sumber nutrisi baik sebagai makanan atau suplemen memberikan peluang untuk molecular farming. Dimana dibudidayajan alga di tambak
baik
makroalga
maupun
mikroalga
secara
besar-besaran
untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang selalu meningkat. Mikroalga yang dikultur dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan antiinsektida yang dapat menggantikan insektisida non organic yang selama ini digunakan dan dapat mencemarkan lingkungan.
D. WARTA BERITA ( Korea Banggakan Rumput Laut Indonesia di Meksiko )
Berbagai stan organisasi pemerhati iklim dan lingkungan hidup dari berbagai negara memenuhi aula tempat COP 16 di meksiko berlangsung. sayangnya, indonesia tidak berpartisipasi menjadi salah satu diantara mereka Jumat, 10 Desember 2010 | 15:30 WITA. TRIBUN-TIMUR.COM -- Indonesia sebagai negara bahari sejatinya menyimpan sejuta potensi dunia yang berharga. Tak sekedar keadaan alam dan panoramanya yang menakjubkan tapi kehidupan aneka jenis biota laut Indonesia pun tak jarang mengundang decak kagum.Sebut saja Pantai Kuta dan Sanur di Bali, Lombok di Nusa Tenggara Timur, Bunaken di Manado, Karimun Jawa di Jawa Tengah, Pangandaran di Jawa Barat, hingga Takabonerate di Kepulauan Selayar. Kesemuanya menyajikan 'lukisan' alam yang memiliki ciri khas yang berbeda baik karakter maupun jenis biota yang tinggal di dalamnya. Di Lombok misalnya, selain terkenal dengan panorama alam yang menawan juga menyimpan potensi Rhodophyta atau Red Algae (alga merah, ganggangmerah) yang dalam bahasa lokal dikenal dengan istilah rumput laut. Peneliti dari Pusan National University Prof Ik Kyo Chung, saat ditemui Tribun Timur di Conference of Climat (COP) 16 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Cancun, Meksiko, Kamis (9/12) mengaku kagum dengan potensi rumput laut jenis Alga merah yang dimiliki Indonesia. Saat mengetahui dari Indonesia, Ia sangat antusias menjelaskan manfaat dari hasil olahan alga merah yang berhasil ia teliti. Ia mengaku sering berkunjung ke Indonesia selama 2010. Beberapa kalimat seperti, selamat datang, terima kasih, apa kabar, rumput laut, dan cantik sangat fasih ia ucapkan dalam bahasa Indonesia. "Saya pernah ke Lombok dan Kupang meneliti ini (alga merah). Indonesia bagus, cantik, saya sering ke Indonesia, ini lihat," kata Ik Kyo bangga sambil memperlihatkan beberapa fotonya saat berada di Indonesia dari dalam laptopnya. Seperti layaknya mahasiswa yang kuliah dengan dosennya, memerlukan dua kali pertemuan dalam dua hari berturut-turut untuk dapat menangkap istilah-istilah 'aneh' yang ia ajarkan. Dengan Prof
sabar,
detil,
dan
sistematis
serta
ditemani
'tandem'nya,
Jin Ae Lee, Ik-Kyo mulai meladeni setiap pertanyaan bodoh dari
'mahasiswanya' mulai dari jenis-jenisnya, perkembangbiakannya, hingga sisi
ekonomisnya dan manfaat lainnya. Hasil penelitiannya membuktikan, alga merah tak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuat makanan (agar-agar) belaka tapi lebih dari itu. Alga merah dapat diolah menjadi kertas ramah lingkungan, obat-obatan medis, bahkan biomethanol. Tergantung cara pengolahan, jenis, dan tempat tumbuhnya alga tersebut. Alga merah adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Pada umumnya memiliki banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas ataulembaran. Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika dan sebagian kecil lainnya hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen namun ada pula yang hidup di air payau.
Alga merah yang
banyak ditemukan di laut dalam adalah jenis Gelidiumndan Gracilaria, sedang jenis Euchema spinosum menyukai laut dangkal.Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di laut. Jenis alga ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya jenis Chondrus Crispus (lumut Irlandia) dan genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa biasanya dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut (shampo). Alga merah lain jenis Gracilaria lichenoides, Euchema Spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium mengembangbiakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar, atau sebagaimakanan penutup. Jenis Agardhiella memiliki nilai ekonomis sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Agardhiella sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat
lunak yang baik bagi kesehatan usus. "Bahannya masih terbatas, SDM
yang mengetahui ini pun masih sedikit. Makanya harga kertas hasil olahan Red Algea seperti ini sekarang lebih mahal daripada kertas konvensional, Indonesia
berpotensi besar mengembangkan Red Algea," katanya sambil menunjukkan beberapa benda hasil olahannya dari jenis Alga merah. Jika 'orang luar' menyadari potensi yang dimiliki Indonesia, kenapa kita yang 'di dalam' seolah buta dengan potensi negara kita, aku cinta Indonesia
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. METODOLOGI
Penelitian dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan dan mengamati berbagai alga di pantai. Penelitin dilakukan dengan membagi dalam 6 stasiun dan masing – masing stasiun terdiri dari 6 hingga 7 plot yang berjarak 10 meter.
B.
WAKTU DAN LOKASI Lokasi yang diambil untuk PPL ( Praktikum Penelitian Lapangan ) ini adalah Pantai Sindangkerta Cipatujah, Tasikmalaya dan dilakukan dimulai tanggal 5 – 7 Desember 2010. Waktu pengambilan sampel dilaksanakan ketika air laut sedang mengalami surut. Menurut informasi dari masyarakat setempat, air laut di pantai ini surut sekitar pukul 2 pagi dan pukul 14.00 siang. Dalam penelitian ini dilakukan sekitar pukul 14.00.
C. PROSEDUR PENELITIAN 1.
Sebelum ke lokasi penelitian,siapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel dan pengoleksian sampel alga.
2.
Untuk memudahkan pengamatan dan peengambilan sampel dilakukan saat surut terendah. Waktu surut tidak tetap dan terbatas. Untuk itu cari informasike penduduk sekitar untuk mendapatkan informasi waktu surut. Saat surut lakukkan pengambilan sampel dan pencatatan data sebaik mungkin gunakan waktu sebaik-baiknya karena waktu surut sangat tetrbatas. Sebelum waktu surut kita harus telah berada di lokasi pengambilan sampel.
3.
Saat waktu surut tiba,lakukan pengambilan sampel sesuai dengan stasiun yang telah diteentukan.
4.
Rentangkan tali rapia yang telah diberi skala jarak/panjang dari garis pantai hingga tubir.
5.
Letakkan plot ukuran 1m x 1m mulai dari tubir hingga garis pantai,untuk tiap stasiun ada 6 plot.
6.
Untuk tiap plot lakukan pengambilan sampel/alga,ambil sampel-smpel semua alga yang mempunyai jenis/species berbeda,ikatkan etiket gantung (variasi warna etiket gantung jangan ada yang sama) kemudian masukkan ke dalam toples yang sudah diberi label. Pada tiap sampel alga yang diambil, catat datadata,informasi atau mengenai cirri-ciri sampel alga yang diambil yang tidak bisa diambil bersama dengan specimen alga dalam table pengamatan lapangan.
7.
Hitung jumlah individu untuk tiap species alga yang ada di dalam plot.
8.
Untuk tiap jarak antara dua plot lakukan pengambilan biomassa daam bingkai 40 cm persegi. Pada luas 40 cm persegi tersebut ambil semua alganya masukkan dalam kantong plastic. Kantong plastic diberi label. Alga yang ada di kantong ini nanti dipilah berdasarkan speciesnya, kemudian masing-masing ditimbang.
9.
Sampel-sampel alga yang telah diambil diidentifikasi sampai ditemukan speciesnya. Jika ada yang tidak teridentifikasi ( tidak ditemukan speciesnya ) buat pertelean/deskripsi yang lengkap.
10. Semua sampel alga yang diambil didokumentasikan sejelas dan sebaik mungkin.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan, dimana tiap kelompok mendapatkan jatah 1 stasiun. Saat distasiun tiap kelompok melakukan 6 kali pengambilan sempel dimana tiap jarak 20 m kita melakukan bio massa. Alat yang digunakan dintaranya adalah toples ( guna menyimpan specimen yang didapatkan ), etiket gantung yang terdiri dari pipet dan senar ( guna menggantungkan dan penanda specimen yang didapat ), table pengamatan ( guna mencatat specimen alga yang didapat ). Setelah melakukan pengamatan di tiap stasiun, dilanjutkan dengan pengidentifikasian specimen alga yang didapat, dan melakukan wawan cara tentang pemanfaatan specimen alga yang telah dimanfaatkan oleh warga sisekitar. Lalau setelah semua data 1 stasiun telah valid, lalu dilakukan pengumpulan data dari stasiun 1 sampai 6 guna mengetahui keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan, data ini berguna dalam memberikan suatu identifikasi secara keseluruhan dari hasil PPL ( baik specimennya hingga pemanmfaatannya ).
BAB VI A. LAMPIRAN HASIL PRAKTIKUM HASIL PRAKTIKUM STASIUN 1 Kelompok
: IV
Stasiun Desember 2010 Jarak No
Tempat :1
Tanggal
:10m dari tepi pantai Kode
Species
Etiket
: Pantai Sindangkerta
Waktu Nama
Banyak
Daerah
: 06
: 14.00 – 16.00 WIB Deskrips i Habitat
Gantung 1.
2.
3.
Putih
Turbinaria
Saribuhu
runcing 2
conoides
duri
10
Hidup di substrat
atas
batu
bawah
karang
Merah
Rhodymenia
runcing 2
palmate
-
1
Hidup di substrat
atas
batu
bawah
karang
Hijau
Gracilaria
runcing
coronpifolia
-
2
Hidup di batu
atas
karag
bawah
zona pasang surut
4
Biru
Padina SP
Lembaran
50
Hidup di
runcing
substrat
atas
batu
bawah
karang berpasir
5
Biru
Hypnea cornuta
-
5
Pada batu
ketupat
karang
atas
zona
Remark
bawah
pasang surut
6.
Kuning
Chaeotamorpha
Rambut
runcing
Crassa
kusut
17
Membelit pada alga lain
Jarak No
: 20m dari tepi pantai Kode
Species
Etiket
Nama
Banya
Deskripsi
Rema
Daerah
k
Habitat
rk
1
Dikarang
Gantun g 1.
Hijau
Hormophysa
runcing
triquetra
zona pasang
atas
surut
bawah 2.
3.
Biru
Sargasum
ketupat 2
binderi
Sari buhu duri
12
Hidup disubstrat
atas
karang
bawah
keras
Hijau
Galaxaura
ketupat 2
subvefficilillarta
4
Menempel dikarang
atas bawah 4.
5.
Biru
Sargasum
polos
polycystrum
Hijau
Ulva sp
Sari buhu
4
Menempel pada karang
Jukut hijau
1
polos
Menempel pada alga lain
6.
Hijau
Udotea
runcing 2
argentea
Lelembaran
6
Menempel dikarang
7.
Kuning
Ulva reticulata
Jukut hijau
10
runcing 2
Menempel pada sargasum
8.
Putih
Padina sp
Lelembaran
13
runcing
Menempel dikarang
atas bawah 9.
Hijau
Sargasum
polos
polycystum
Sari buhu
2
Menempel di karang/ zona pasang surut
Jarak No
: 30m dari tepi pantai Kode
Species
Etiket
Nama
Banya
Deskripsi
Rema
Daerah
k
Habitat
rk
Jukut hijau
82
Menempel
Gantung 1.
Kuning
Ulva reticullata
runcing 2
pada alga
atas
lain
bawah 2.
Biru polos
Sargasum
Sari buhu
52
polycystrum
Menempel dikarang yang keras
3.
Putih
Sargasum
ketupat 2
cristaefolium
atas
Huhunia
32
Hidup di substrat karang zona
bawah
pasang surut
4.
Merah
Sargasum
6
runcing 2
bluderi ( sonder
disubstrat
atas
)
karang zona
bawah
Hidup
pasang surut
5.
Biru
Sargasum
runcing
echmocarpum
4
Hidup di substrat zona pasang surut
6.
7.
8.
Kuning
Gracilaria
ketupat
curonapifolia
Biru
Hormophysa
runcing 2
triquetra
Merah
Ulva sp
35
Menempel dikarang
18
Mnempel dikarang
3
polos
Menempel pada alga lain
Jarak
: 40m dari tepi pantai
N
Kode
o
Etiket
Species
Nama
Bany
Deskripsi
Rema
Daerah
ak
Habitat
rk
30
Membelit
Gantung 1.
Hijau
Chaetomorpha
Agar –
runcing 1
crassa
agaran
pada alga lain
2.
Hijau ketupat atas
Gelium sp
12
Menempel diatas karang
bawah 3.
berpasir
Merah
Geledium
ketupat 2
latifolium
8
Menempel diatas karang
atas
berpasir
bawah 4.
Merah
Sargasum
runcing 2
polycystrum
Sari buhu
25
Menempel pada substrat karang
5.
Hijau
Padina sp
Lelembaran
40
ketupat
Menempel pada karang berpasir
6.
Putih
Ulva sp
Jukut hijau
1
ketupat
Menempel pada sargasum
Jarak
: 50m dari tepi pantai
N
Kode Etiket
Species
Nama
o
Gantung
1
Putih runcing
Bornetela
Hahampela
2 atas bawah
nitida
an
Banyak
Daerah
Deskripsi Habitat
27
Hidup di cekungan
Remark
karang 2
Hijau runcing
4
Hidup di
2 atas bawah
batu karang pada jarak 50m dari tepi pantai
3
Hijau runcing
Coralina sp
8
Menempel
Seperti
pada batu
kerak
karang 4
Merah polos
Padina sp
Lelembaran
1
Hidup di atas karang
5
Hijau polos
Sargassum
Sari buhu
30
binderi
Hidup pda subsrat terumbu karang
6
Biru ketupat
Gracilaria
6
Tumbuh
salicornia
pada terumbu berpasir
7
Kuning polos
Ulfa
Jukut hijau
20
reticullata
Membelit pada alga lain
Jarak No
: 60m dari tepi pantai Kode Etiket Gantun g
Species
Nama
Bany
Deskripsi
Daerah
ak
Habitat
Remark
1.
Kuning
Sargasum
ketupat
pollycystum
Sari buhu
20
2 atas
Menempel
Tumbuh
pada batu
tegak,tin
karang
ggi
bawah
mencapa i 15cm
2.
Kuning
Caulerpa
polos
cuppresoides
Uuceungan
12
Menempel pada batu karang
3.
Biru
Laurencia poitei
11
polos
Menempel pada batu karang
4.
Putih
Chaetomorpha
polos
crassa
Rambut kusut
3
Membelit pada alga yang lain
5.
Merah
Galaxaora
runcing
subveficillata
Kriminil
15
pada batu
1 6.
Merah
Menempel karang
Bornetela nitida
polos
Hahampelaan
8
/ hampeduan
Menempel pada batu karang
7.
Kuning
Actinotrichia
runcing
fragilis
18
Menempel pada batu karang
MAKALAH KLASIFIKASI KELOMPOK ALGA 1. Klasifikasi Alga Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan mikros- kop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan pada: 1. pigmentasi, 2. hasil fotosintesis,
3. flagelasi, 4. sifat fisik dan kimia dinding sel, 5. ada atau tidak adanya inti sejati. Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta, Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cyanophyta. Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae); Cyanophyta termasuk Monera. 1. Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh: 1. Bentuk uniseluler: bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela. 2. Bentuk multiseluler: 1. a. koloni yang motil, b. koloni yang kokoid 2. Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal. 3. Bentuk filamentik: filamen sederhana, filamen bercabang, filamen heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan multiaksial. 4. Bentuk sifon/pipa. 5. Pseudoparenkhimatik 2. Reproduksi 1. Vegetatif: fragmentasi, pembelahan sel, pembentukan hormogonia. 2. Aseksual: pembentukan mitospora, zoospora, aplanospora, hipnospora, stadium pamela. 3. Seksual: isogami, heterogami yang terdiri dari anisogami dan oogami, aplanogami, autogami. 3. Pergantian keturunan 1. Pergantian keturunan haplobiontik terdiri dari: pergantian keturunan yang haplontik dan diplontik. 2. Pergantian keturunan yang isomorfik dan heteromorfik. Klasifikasi alga didasarkan pada morfologi sel-sel reproduksin, pigmen dalam plastida dari sel vegetatif, dan macam ,makanan cadangan .Semua alga mengandung klorofil tetapi ada pigmen lain yang ,menyusun yang terkandung dalam plastida.
Alga yang hidup melayang-layang di permukaan air disebut neuston, sedangkan yang hidup di dasar perairan disebut bersifat bentik. Alga yang bersifat bentik digolongkan menjadi : a. epilitik (hidup di atas batu) b. epipalik (melekat pada lumpur atau pasir) c. epipitik (melekat pada tanaman) d. epizoik (melekat pada hewan). Berdasarkan habitatnva di perairan, alga dibedakan atas : a. alga subaerial, yaitu alga yang hidup di daerah permukaan b. alga intertidal, yaitu alga yang secara periodik muncul di permukaan karena naik turunnya air akibat pasang surut c. alga sublitoral, yaitu alga yang hidup di bawah permukaan air d. alga edafik, yaitu alga yang hidup di dalam tanah. BERDASARKAN PERBEDAAN PIGMEN, GANGGANG DIBAGI MENJADI 4 DIVISIO 1. CLOROPHYTA (ganggang hijau) Mengandung pigmen hijau, yaitu klorofil Contoh : - Chlamydomonas sp. - Chlorella sp. - Euglena sp. Volvox sp. mahluk transisi antara ganggang dan protozoa 2. CHRYSOPHYTA (ganggang keemasan) Memiliki pigmen Karoten, disamping adanya klorofil. Contohnya yang paling umum adalah Navicula sp. (Ganggang kresik = Diatomae), ganggang ini mengandung zat kersik yaitu silikat. Tanah yang mengandung ganggang ini disebut Tanah Diatom, baik sekali sebagai bahan lapisan pada dinamit, dapat pula digunakan sebagai bahan penggosok, saringan dan lain-lain. 3. PHAEOPHYTA (ganggang pirang=ganggang coklat) Memiliki pigmen Fikosantin, disamping adanya klorofil. Semua anggotanya hidup di laut. Contohnya: - Turbinaria australis - Sargassum siliquosum - Fucus vesiculosus (bahan pewarna alami)
Beberapa jenis ganggang ini menghasil-kan Asam Alginat yang berguna bagi industri tekstil dan makanan sebagai zat warna. 4. RHODOPHYTA (ganggang merah) Memiliki pigmen Fikoeritrin, di samping ada-nya klorofil. Contohnya: - Eucheuma spinosum, merupakan penghasil agar-agar. - Gracillaria sp., menghasilkan bahan untuk pembuatan kosmetika Beberapa jenis alga dapat bersimbiosis dengan organisme lainnya. Misalnya, Chlorella sp. hidup bersama Paramecium, Hydra, atau Mollusca; alga Platymonas sp. hidup bersama cacing pipih Convoluta roscoffensis. Alga ada yang bersel tunggal (uniseluler), membentuk koloni berupa filamen (kumpulan sel berbentuk benang) atau koloni yang tidak membentuk filamen. Alga uniseluler ada yang dapat bergerak atas kekuatan sendiri (motil) dan ada yang tidak dapat bergerak (nonmotil). Alga uniseluler yang mikroskopis tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebaliknya, ada alga yang membentuk koloni berupa. filamen berukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Sel yang terletak paling bawah pada filamen membentuk alat khusus untuk menempel pada batu, batang pohon, pasir, atau lumpur. Alat tersebut dinamakan pelekap. Koloni alga yang tidak membentuk filamen umumnya berbentuk bola atau pipih tanpa pelekap.
2. Reproduksi Alga Alga bereproduksi melalui dua cara yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi secara aseksual terjadi melalui pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan zoospora. Reproduksi secara seksual terjadi melalui isogami dan oogami. a. Reproduksi Aseksual Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel menghasilkan dua sel anak yang masing-masing akan menjadi individu baru. Reproduksi dengan cara pembelahan sel umumnya terjadi pada alga bersel tunggal. Alga berbentuk koloni tanpa filamen atau yang berbentuk filamen umumnya bereproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasi adalah terpecahpecahnya koloni menjadi beberapa bagian. Selain melalui pembelahan sel dan fragmentasi, alga juga dapat bereproduksi melalui pembentukan zoospora. Zoospora merupakan sel tunggal yang diselubungi oleh selaput dan
dapat bergerak atau berenang bebas dengan menggunakan satu atau lebih flagela. Setiap zoospora merupakan calon individu baru. b. Reproduksi Seksual Reproduksi seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot dan tumbuh menjadi individu baru. Terdapat dua tipe reproduksi seksual, yaitu isogami dan oogami. Pada tipe isogami, gamet jantan dan gamet betina berukuran sama besar dan umumnya dapat bergerak. Jika zigot hasil peleburan gamet betina dengan jantan mengalami dormansi, maka disebut zigospora. Pada tipe oogami, ukuran gamet jantan berbeda dengan ukuran gamet betina. Gamet betina atau telur berukuran besar dan tidak bergerak, sedangkan gamet jantan berukuran kecil dan dapat bergerak. Jika zigot yang terbentuk tidak berkecambah tetapi mengalami dormansi, maka disebut oospora (Raven et al. 2005; Solomon et al. 2005). 3. Kelompok-Kelompok Alga Alga memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Selain itu, alga juga memiliki pigmen lain yang dominan. Berdasarkan dominansi pigmennya, alga dapat dibedakan menjadi alga cokelat, alga merah, alga keemasan, diatom, dan alga hijau. a. Alga Cokelat (Phaeophyta) Warna alga cokelat ditimbulkan oleh adanya pigmen cokelat (fukosantin) yang secara dominan menyelubungi warna hijau dari klorofil pada jaringan. Selain fukosantin, alga cokelat juga mengandung pigmen lain seperti klorofil a, klorofil c, violasantin, beta-karoten, dan diadinosantin. Alga cokelat merupakan alga yang memiliki talus terbesar dibandingkan jenis alga lainnya. Pada kondisi yang sesuai, Macrocystis sp. atau alga cokelat raksasa dapat mencapai panjang 100 meter dan kecepatan tumbuh mencapai 15 cm per hari. Alga cokelat yang sering ditemukan di tepi pantai sedang mengalami fase diploid dari siklus hidupnya. 1) Ciri-ciri alga cokelat Ciri-ciri alga cokelat adalah sebagai berikut.
a) Ukuran talus mulai dari mikroskopis sampai makroskopis. Berbentuk tegak, bercabang, atau filamen tidak bercabang. b) Memiliki kloroplas tunggal. Ada kloroplas yang berbentuk lempengan diskoid (cakram) dan ada pula yang berbentuk benang. c) Memiliki pirenoid yang terdapat di dalam kloroplas. Pirenoid merupakan tempat menyimpan cadangan makanan. Cadangan makanan yang terdapat pada alga ini berupa laminarin. d) Bagian dalam dinding sel tersusun dari lapisan selulosa, sedangkan bagian luar tersusun dari gumi. Pada dinding sel dan ruang antarsel terdapat asam alginat (algin). e)
Mempunyai jaringan transportasi air dan zat makanan yang analog dengan jaringan transportasi pada tumbuhan darat.
2) Habitat Alga cokelat umumnya hidup di air laut, terutama laut yang bersuhu agak dingin dan sedang. Hanya ada beberapa jenis alga cokelat yang hidup di air tawar. Di daerah subtropis, alga cokelat hidup di daerah intertidal, yaitu daerah literal sampai sublitoral. Di daerah tropis, alga cokelat biasanya hidup di kedalaman 220 meter pada air yang jernih. 3) Cara hidup Alga cokelat bersifat autotrof. Foto-sintesis terjadi di helaian yang menyerupai daun. Gula yang dihasilkan ditransportasikan ke tangkai yang menyerupai batang. 4) Peranan alga cokelat dalam kehidupan Alga cokelat bermanfaat bagi industri makanan dan farmasi. Algin (asam alginat) yang merupakan bagian koloid dari alga cokelat digunakan dalam pembuatan es krim, pil, tablet, salep, obat pembersih gigi, losion, dan krem sehabis bercukur. Selain itu, alga cokelat digunakan untuk makanan ternak dan sebagai pupuk karena kandungan nitrogen dan kaliumnya cukup tinggi sedangkan fosfornya rendah. 5) Reproduksi Reproduksi pada alga cokelat terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dengan pembentukan zoospora berflagela dan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual terjadi secara oogami atau isogami. Reproduksi seksual alga cokelat hampir serupa dengan pembiakan generatif tumbuhan tingkat tinggi. Contohnya adalah reproduksi pada Fucus
vesiculosus. Selain berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi, Fucus vesiculosus juga berkembang biak dengan cara seksual dengan oogami. Proses oogami adalah sebagai berikut. Ujung lembaran talus yang fertil membentuk reseptakel, yaitu badan yang mengandung alat pembiak. Di dalam reseptakel terdapat konseptakel yang mengandung anteridium yang menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoid) dan oogonium yang menghasilkan sel telur dan benang-benang mandul (parafisis). Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong yang terletak rapat satu sama lain pada filamen pendek bercabang-cabang yang muncul dari dasar dan tepi konseptakel. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Oogonium berupa badan yang duduk di atas tangkai. Oogonium jumlahnya sangat banyak dan tiap oogonium mengandung 8 sel telur. Akan tetapi, hanya 40% dari sel telur yang dapat dibuahi dan hanya 1 atau 2 dari setiap 100.000 spermatozoid dapat membuahi sel telur. Zigot lalu membentuk dinding selulosa dan pektin, kemudian melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu baru yang diploid. Contoh alga cokelat, antara lain: a) Fucus serratus b) Macrocystis pyrifera c) Sargassum vulgare d) Turbinaria decurrens Poin kunci Phaeophyta memiliki pigmen dominan fukosantin, bertalus terbesar di antara alga yang ada, dan memilliki pirenoid untuk menyimpan laminari di ruang antarsel. Berikut ini akan kita bahas salah satu jenis alga cokelat, yaitu Sargassum. Sargassum merupakan genus dengan anggota lebih dari 150 spesies. Alga ini banyak terdapat di perairan tropis dan subtropis, misalnya lautan Atlantik sebelah barat, yaitu laut Sargasso. Sargassum muticum adalah salah satu contoh gulma laut yang berasal dari Jepang. Saat ini, alga tersebut sudah tersebar di pantai barat Amerika Utara dan Inggris. Ciri-ciri Sargassum : a) bentuk talus seperti pohon b) batang utama pipih, mempunyai bagian seperti daun di sisi samping
c) kantong udara berbentuk bulat d) reseptakel mempunyai modifikasi cabang yang berbentuk bulat
Sargassum
e) konseptakel terdapat di ujung cabang-cabang f) hidup di daerah literal dan sublitoral g) hidup melayang di air atau melekat pada substrat. Sargassum yang hidup melayang tidak dapat bereproduksi secara seksual tetapi dapat melakukan fragmentasi (Solomon et al. 2005). b. Alga Merah (Rhodophyta) Alga merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung atau kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau lembaran dan mengandung klorofil a, klorofil b, serta karotenoid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoeritrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi. Jenis Rhodophyta tertentu memiliki fikosianin yang memberi warna biru. 1) Ciri-ciri alga merah a) Talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon. Banyak alga merah yang tubuhnya dilapisi kalsium karbonat. b) Tidak memiliki flagela. c) Dinding sel terdiri dari komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah dalam tersusun dari mikrofibril, sedangkan sisi luar tersusun dari lendir. Komponen kimia mikroribril terutama adalah xilan, sedangkan komponen kimia dinding mikrofibril luarnya adalah manan. Dinding sel alga merah mengandung polisakarida tebal dan lengket yang bernilai komersial.
Alga merah Laurencia sp.
d) Memiliki pigmen fotosintetik fikobilin dan memiliki pirenoid yang terletak di dalam kloroplas. Pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau hasil asimilasi. Hasil asimilasinya adalah sejenis karbohidrat yang disimpan dalam bentuk tepung fluorid, fluoridosid (senyawa gliserin dan galaktosa), dan tetes minyak. Tepung fluorid jika ditambah lodium menunjukkan warna kemerah-merahan. 2) Cara hidup Alga merah umumnya bersifat autotrof. Akan tetapi ada pula yang heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya bersifat parasit pada alga lain. 3) Habitat Alga merah umumnya hidup di laut yang dalam, lebih dalam daripada tempat hidup alga cokelat. Sepertiga dari 2500 spesies yang telah diketahui, hidup di perairan tawar dan ada juga yang hidup di tanah. Biasanya organisme ini merupakan penyusun terumbu karang laut dalam. Alga merah berperan penting dalam pembentukan endapan berkapur, baik di lautan maupun di perairan tawar. 4) Reproduksi Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung cabang talus. Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Gametangium betina disebut karpogonium yang terdapat pada ujung cabang lain.
Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian karpogonium bawah membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang dan dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar seperti botol. Spermatium mencapai trikogen karena terbawa air (pergerakan secara pasif). Spermatium kemudian melekat pada trikogen. Setelah dinding perlekatan terlarut, seluruh protoplasma spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di bagian bawah. karpogonium. Sumbat itu memisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil pembuahan akan membentuk benang-benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen itu, terbentuk spora yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida; spora tersebut dinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung benang sporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk. Karpospora ini mula-mula berkecambah menjadi protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru lengkap dengan alat-alat generatifnya. Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetraspora akan menjadi gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantan dan betina akan bersatu membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian menghasilkan tetraspora, Contoh anggota-anggota Rhodophyta antara lain: Corrallina, Palmaira, Batrachospermum moniliforme, Gelidium, Gracilaria, Eucheuma, dan Scicania furcellata. 5) Peranan alga merah dalam kehidupan Alga merah jenis tertentu dapat menghasilkan agar yang dimanfaatkan antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik, misalnya Eucheuma spinosum. Di beberapa negara, misalnya Jepang, alga merah ditanam sebagai sumber makanan. Selain itu juga dipakai dalam industri agar, yaitu sebagai bahan yang dipakai untuk mengeraskan/memadatkan media pertumbuhan bakteri. Beberapa alga merah yang dikenal dengan sebutan alga koral menghasilkan kalsium karbonat di dinding selnya. Kalsium karbonat ini sangat kuat dalam mengatasi terjangan ombak. Kelebihan ini menjadikan alga kural memiliki peran penting dalam pembentukan terumbu karang (Campbell et al. 2003; Solomon et al. 2005). Poin kunci Rhodophyta berpigmen dominan fikoeritrin, mempunyai pirenoid untuk menyimpan tepung fluorid dan fluoridosid. Alga merah tidak menghasilkan sel yang motil. c.
Alga Keemasan (Chrysophyta)
Chrysophyta diambil dari kata Yunani chrysos yang berarti emas. Kelompok alga keemasan memiliki keragaman komposisi pigmen, dinding sel, dan tipe flagela sel. Alga keemasan mengandung klorofil a dan c, karoten, dan santofil. 1) Ciri-ciri alga keemasan Ciri-ciri alga keemasan adalah sebagai berikut : a) Bentuk talus ada yang berupa batang atau telapak tangan. b) Alga keemasan yang bersel satu ada yang memiliki 2 flagela heterodinamik, yaitu sebagai berikut. (1)
Satu flagela mempunyai tonjolan seperti rambut yang disebut mastigonema. Flagela seperti ini disebut pleuronematik. Flagela pleuronematik mengarah ke anterior. (2)
Satu flagela lagi tidak mempunyai tonjolan seperti
rambut disebut akronematik, mengarah ke posterior.
Anggota Chrysophyta dengan berbagai tipe flagela, yaitu: (a) Synura, (b) Ochromonas, (c) Chromulina, (d) Isochrysis, (e) Chrysochromulina, (f) Prymnesium.
Kedua flagela heterodinamik ini ada yang hampir sama panjangnya (contohnya pada synura) ada pula yang sedikit berbeda panjangnya (contohnya pada Ochromonas). Tidak semua alga.
keemasan memiliki flagela heterodinamik, ada pula yang hanya mempunyai satu flagela atau dua flagela yang sama bentuknya. c) Pada kloropas alga keemasan jenis tertentu, ditemukan pirenoid yang merupakan tempat persediaan makanan. Persediaan makanan berupa krisolaminarin (dahulu disebut leukosin). Selain itu di dalam vakuola terdapat tetes-tetes minyak. 2) Habitat Habitatnya di air tawar atau air laut, serta tempat-tempat yang basah. 3) Cara hidup Alga keemasan hidup secara autotrof. Artinya dapat mensintesis makanan sendiri karena memiliki klorofil untuk berfoto-sintesis. Klorofil yang dimilikinya antara lain klorofil a, klorofil c, dan karotenoid, termasuk juga fukbsantin. 4) Reproduksi Reproduksi pada alga keemasan dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dengan cara membelah diri menghasilkan spora motil berflagela, yang disebut zoospora. Reproduksi seksual dengan cara membentuk sel khusus yang disebut auksospora. Auksospora adalah zigot yang dilindungi oleh suatu dinding sel yang berbeda dengan dinding sel pada umumnya. 5) Peranan alga keemasan dalam kehidupan Alga keemasan merupakan penyusun utama plankton yang berperan penting sebagai produsen di lingkungan perairan laut (Raven et al. 2005; Solomon e( al. 2005). d. Diatom (Bacillariophyta) Inti sel dan kloropas diatom berwarna cokelat keemasan, tetapi ada juga yang berwarna hijau kekuningan atau cokelat tua. Sebagian besar diatom bersifat uni-seluler, walaupun ada juga yang berkoloni. 1) Ciri-ciri umum diatom a) Talus bersel satu. Struktur talus terdiri dari dua bagian, yaitu wadah (kotak) disebut hipoteka dan tutupnya disebut epiteka. Epiteka berukuran lebih besar daripada hipoteka. Di antara dua kotak dan tutup terdapat rafe atau celah, dindingnya mengandung zat kersik (silika). b) Inti sel berada di pusat sitoplasma,
c) Kloroplasnya mempunyai bentuk yang bervariasi, yaitu seperti cakram, seperti huruf H, periferal, dan pipih. 2) Habitat Hidup di air tawar, laut, dan daratan yang lembab sebagai plankton atau bentos. 3) Cara hidup Diatom termasuk organisme autotrof karena memiliki pigmen-pigmen fotosintesis. Pigmen fotosintensisnya adalah klorofil a, klorofil c, karoten, fukosantin, diatoksantin, dan diadinoksantin.
Siklus reproduksi aseksual dan seksual pada diatom
4) Reproduksi Reproduksi diatom terjadi secara seksual dan aseksual. Pada saat diatom bereproduksi secara aseksual melalui mitosis, hipoteka dan epiteka memisah. Setiap bagian akan membentuk bagian baru di dalam bagian yang lama. Artinya, hipoteka sel lama menjadi epiteka sel baru dan epiteka sel lama tetap menjadi epiteka sel baru. Jadi, salah satu sel anakan berukuran tetap, sedangkan satu sel anakan lainnya berukuran lebih kecil daripada sel induknya. Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai terbentuk sel anakan yang berukuran sekitar 30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai ukuran minimum tersebut, diatom kemudian bereproduksi secara seksual. Sel diatom menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian
bergabung dengan telur membentuk zigot. Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi berukuran normal seperti aslinya. Setelah diatom mencapai ukuran normal, diatom akan kembali melakukan reproduksi aseksual melalui pembelahan mitosis. 5) Peran diatom dalam kehidupan Diatom yang mati di lautan akan mengendap di dasar laut menjadi tanah diatom. Tanah diatom berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat, dinamit, pembuat saringan, bahan penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis dan piringan hitam (Mader 2004; Solomon et al. 2005). e.
Alga Hijau (Chlorophyta) Alga hijau memiliki pigmen, hasil metabolisme, dan struktur dinding sel yang mirip dengan tumbuhan darat. Berdasarkan data molekuler saat ini, banyak ilmuwan yang memasukkan kelompok ini dalam kingdom Plantae.
1) Ciri-ciri alga hijau Ciri-ciri Chlorophyta adalah sebagai berikut : a) Ada yang bersel satu, ada yang membentuk koloni. b)
Bentuk tubuhnya ada yang bulat, filamen, lembaran, dan ada yang menyerupai tumbuhan tinggi.
c)
Bentuk dan ukuran kloroplas beraneka ragam, ada yang seperti mangkok, busa, jala, atau bintang. Di dalam kloroplas terdapat ribosom dan DNA. Selain itu terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan hasil asimilasi yang berupa tepung dan lemak. Organel lainnya adalah badan Golgi, mitokondria, dan retikulum endo-plasma.
d) Pada sel reproduktif yang motil terdapat pigmen yang disebut stigma (bintik mata merah). e) Di dalam sitoplasma sel yang dapat bergerak terdapat vakuola kontraktil, Vakuola kontraktil berfungsi sebagai alat osmoregulasi. f) Inti sel alga hijau memiliki dinding, sehingga bentuknya tetap. Inti yang demikian disebut eukarion. g) Pada alga hijau yang motil terdapat dua flagela yang sama panjang. 2) Habitat Habitat alga ini di air tawar, air laut, dan tanah-tanah yang basah. Ada pula yang hidup di tempat yang kering.
3) Cara hidup Alga hijau hidup secara autotrof. Alga ini berwarna hijau karena adanya klorofil a, b, betakaroten, dan santofil. Ada pula yang bersimbiosis dengan jamur membentuk lumut kerak. 4) Reproduksi Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospora, yaitu spora yang dapat bergerak atau berpindah tempat. Zoospora berbentuk seperti buah pir yang memiliki dua sampai empat bulu cambuk, vakuola kontraktil, dan satu bintik mata berwarna merah (stigma). Reproduksi seksual berlangsung dengan konjugasi, yaitu bersatunya zigospora. Zigospora tidak mempunyai alat gerak. 5) Peranan alga hijau dalam kehidupan Sifat alga hijau yang autotrof menjadikannya sebagai produsen penting, di manapun habitatnya. Contoh beberapa jenis alga hijau antara lain Spirogyra, Volvox, Chlamydomonas, Ulva, dan Stigeoclonium. Berikut ini akan kita bahas tentang Spirogyra, Ulva, dan Chlorella. a) Spirogyra Habitat Spirogyra adalah di air tawar. Alga ini mudah dikenali karena memiliki kloroplas besar berbentuk pita melingkar di dalam sel. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksualnya secara konjugasi. Proses konjugasi berlangsung sebagai berikut. Spirogyra yang berbeda jenis berdekatan, kemudian muncul tonjolan yang saling mendekati hingga bersatu membentuk pembuluh. Protoplasma dari sel Spirogyra jenis + pindah ke sel Spirogyra jenis -, sehingga terjadi persatuan plasma (plasmogami) yang kemudian diikuti persatuan inti (kariogami). Hasil persatuan ini berupa zigospora yang diploid. Zigospora mengalami meiosis dan terbentuklah empat sel baru yang diploid.
(a) Struktur tubuh Spirogyra, (b) konjugasi pada Spirogyra
Dari keempat sel ini, ada satu sel yang tumbuh menjadi benang Spirogyra. b) Ulva Koloni Ulva membentuk suatu lembaran setebal dua sel, lebarnya beberapa cm dan panjang 30 cm atau lebih. Ulva ditemukan pada air asin dan air payau, menempel pada kayu-kayuan atau batu-batu karang sepanjang pantai. Reproduksi aseksualnya dengan zoospora berflagela empat. Reproduksi seksualnya terjadi dengan bersatunya sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang masing-masing berbentuk seperti zoospora biasa. Akan tetapi, kedua jenis kelamin itu berukuran lebih kecil daripada zoospora biasa dan masing-masing berflagela dua. c) Chlorella Chlorella hidup di air tawar, air laut, dan tempat yang basah. Bentuk Chlorella seperti bola dengan kloroplas berbentuk seperti mangkuk. Chlorella berpotensi menjadi sumber makanan baru karena beberapa hal berikut. (1)
Dalam lingkungan yang baik, perkembangbiakan berlangsung cepat. Suhu ideal untuk fotosintesisnya ialah sekitar 25 °C.
(2) Jika dalam kulturnya dimasukkan zat organik sederhana, yaitu karbon dioksida dan cahaya, alga ini akan berfotosintesis dan menghasilkan karbohidrat, protein, serta lemak.
Ulva dan siklus hidupnya
Jika intensitas cahaya, lama penyinaran, dan mineral yang terdapat dalam substratnya diatur dengan tepat, alga ini akan menghasilkan karbohidrat, protein, dan lemak dengan perbandingan yang sesuai dengan kehendak kita (Campbell et al. 2005; Solomon et al. 2001).
Chlorella menjadi harapan pangan bergizi di masa depan.
Ciri-ciri dan Perbedaan Alga Cokelat, Merah, Keemasan, Hijau, dan Diatom : Diatom (Bacillariophyta ) Contoh Turbinaria Gracilaria Navicula Chlorella Ulva Actinastrum Fucus Gelidium Pinnularia Spirogyra Desmidium Sargassum Eucheuma Synura Bacteriastrum Pigmen klorot’il a dan c, klorofil a dan b, klorofil a dan c, klorofil a, b, B- klorofil a dan c, fukosantin, karotenoid, B-karoten, karoten, santofil karotenoid, karolen, . fikosianin, santofil fukosatin, sanlofil fikoeritrin diatoksantin, diadinoksantin Habitat pantai, air laut, air tawar dan air tawar dan 90% di air air tawar dan air tawar air laut air laut tawar dan 10% air laut di laut Bentuk talus benang atau benang atau batang atau benang, talus terdiri dari seperti seperti seperti telapak lembaran, bola 2 bagian, tumbuhan tumbuhan tangan epiteka dan tingkat tinggi tingkat tinggi hipoteka Reproduksi zoospora spora haploid zoospora zoospora pembelahan 1. aseksual berflagela dua berflagela hipoteka dan dan banyak epiteka fragmentasi 2. seksual Isogami/ persatuan sel persatuan sel konjugasi persatuan sel oogami spermatium sperma dan sperma dan dan ovum ovum karpogonium Dinding sel selulosa, asam manan dan kersik/silika selulosa silika (kersik) Ciri-ciri
Alga cokelat (Phaeophyta)
Alga merah (Rhodophyta)
Alga keemasan (Chrysophyta)
Alga hijau (Chlorophyta)
Peranan
alginat
xilan
Fitoplankton dalam ekosistem air, asam alginat untuk industri makanan, farmasi, dan pupuk
bahan agaragar dan sup
plankton, produsen di perairan laut
fitoplankton dalam ekosistem air, bahan makanan
bahan isolasi, penyekat dinamit, penggosok
2. Chloropyta (ganggang hijau) Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat melakukan fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain. Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konyugasi. contoh : - Chlorella : bersel satu, bentuk bulat, kloroplas menyerupai mangkuk atau lonceng, hidup di air tawar/ laut/ payau/ darat, pembiakan vegetatif dengan pembelahan sel dan tiap sel membentuk 4 sel anakan. Beberapa ahli beranggapan ganggang ini dapat dimanfaatkan kelak untuk memproduksi bahan makanan baru bagi manusia, yakni protein, lemak dan karbohidrat. - Ulva : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat dimakan. - Spiroggyra: berbentuk benang (filamen) silindris, hidup di kolam, sawah atau perairan yang airnya tidak deras, reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan konyugasi yaitu dua Spirogyra yang bertonjolan berdekatan, kemudian dua tonjolan bergabung membentuk pembuluh, protoplasma isi sel yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke gamet sel yang lain dan terjadilah plasmogami dan diikuti kariogami, hasil persatuan ini berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan meiosis dan tumbuh menjadi benang baru yang haploid, dan hanya satu sel yang menjadi individu baru. - Chlamidomonas: berbentuk bulat telur dengan dua flagelum, satu vakuola dan satu nukleus. Ditemukan butir stigma dan pirenoidyang berfungsi sebagai pusat pembentukan tepung (amilum). Reproduksi dilakukan membelah diri dan konyugasi. - Euglena: juga dikelompokan ke dalam protozoa (hewan), karena selain mempunyai klorofil juga dapat berpindah tempat. - Hydrodictyon: ditemukan di air tawar dan koloninya berbentuk jala. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi (pemisahan) sel koloni menghasilkan zoospora, sedang generatif dengan konyugasi sel gamet yang dilepas dari induknya menghasilkan zigospora. - Oedogonium: biasanya melekat pada tanaman air, rumaha siput dan lain-lain. - Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang beruas-ruas dan tiap ruas bercabang kecil. Peranan ganggang hijau dalam kehidupan : a. Menguntungkan : - sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar. - dapat dipakai sebagai makanan, misal Ulva dan Chlorella. - penghasil O2 dari proses fotosintesis yang diperlukan oleh hewan-hewan air. b. Merugikan : - ganggang hijau dapat mengganggu bila perairan terlalu subur, sehingga air akan berubah warna dan berbau.
Makalah Crysophyta (alga keemasan)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Dengan banyaknya sumber daya alam, maka salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. Alga adalah salah satunya, selain dapat di manfaatkan, alga juga memiliki banyak peranan yang sangat penting khususnya bagi kaum ilmuan atau peneliti yaitu dapat dijadikan objek penelitian dalam bidang-bidang tertentu. Alga dalam istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Alga dikelompokkan
dalam
beberapa
klasifikasi
menurut
Harol
Blood
yaitu
Cholorophyta (Green Algae), Phaeophyta (Brown algae),Rhodopyta (Red algae), Chrysophyta (Gold algae) Bacillariophyta (Diatom),dan Pyrrophyta yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu alga Uniselluler. Berikut adalah penjelasan mengenai salah satu jenis alga yaitu Divisi Phaeophyta (Brown Algae) menyangkut ciri-ciri umum, habitat, struktur tubuh, reproduksi, klasifikasi serta peranannya dalam kehidupan manusia. Ganggang dapat hidup di air tawar dan di air laut, tetapi ada pula yang hidup di tempat-tempat yang lembap, seperti dinding tembok kamar mandi, batu-batuan, atap rumah, atau kulit-kulit pohon. Ganggang juga memiliki ciri lain yang sama dengan Protista, yaitu memiliki membran inti, ada yang bersifat uniseluler dan ada yang multiseluler. Ganggang dapat berbentuk
benang,
lembaran,
atau
koloni
Reproduksi ganggang dapat dilakukan secara seksual dan aseksual.
sel.
Secara
seksual dilakukan dengan cara isogami dan oogami. Isogami terjadi jika antara sel betina dan sel kelamin jantan mempunyai ukuran yang sama dan sulit dibedakan. Oogami terjadi jika antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dan mudah dibedakan.
Dari peleburan dua sel kelamin tersebut, akan terjadi pembuahan yang menghasilkan zigot. Zigot akan terus berkembang menjadi individu baru. Ganggang dapat dikelompokkan menurut pigmen yang dimilikinya menjadi beberapa golongan, yaitu ganggang cokelat (Phaeophyta), ganggang pirang (Chrysophyta), ganggang merah (Rhodophyta), ganggang hijau (Chlorophyta), dan ganggang Euglenophyta. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah ciri-ciri umum dari Chrysophyta ? Bagaimanakah struktur sel dari Chrysophyta ? Dimanakah habitat dari Chrysophyta ? Bagaimana cara reproduksi dari Chrysophyta ? Kelas-kelas apa saja yang termasuk dalam Chrysophyta ? Apakah manfaat dari Chrysophyta bagi kehidupan manusia ?
C. 1. 2. 3. 4. 5.
TUJUAN PENULISAN Agar mahasiswa mengetahui ciri-ciri umum dari Chrysophyta Agar mahasiswa memahami struktur sel dari Chrysophyta Agar mahasiswa mengetahui habitat dari Chrysophyta Agar mahasiswa mengetahui cara reproduksi dari Chrysophyta Agar mahasiswa memahami kelas-kelas apa saja yang termasuk dalam
6.
Chrysophyta Agar mahasiswa mengetahui manfaat dari Chrysophyta bagi kehidupan manusia BAB II PEMBAHASAN
A. CIRI-CIRI UMUM CHRYSOPHYTA Nama Chrysophyta diambil dari bahasa Yunani, yaitu Chrysos yang berarti emas. Ganggang keemasan atau Chrysophyta adalah salah satu kelas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang ini berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil. Pigmen lainnya adalah fukoxantin, klorofil a dan klorofil c. Pada umumnya berflagel yang tidak sama panjang dan bentuk sehingga kadang-kadang disebut Heterokontae (alga yang flagelnya tidak sama panjang) dan tubuhnya biasanya berbentuk seperti benang. Sel-sel ganggang keemasan memiliki inti sejati (eukarion), dinding sel umumnya mengandung silika (SiO2) atau kersik. Tubuh ganggang ini ada yang
terdiri
atas
satu
sel(uniseluler)
dan
ada
yang
terdiri
atas
banyak
sel
(multiseluler). Ganggang yang bersel satu bisa hidup sebagai komponen fitoplankton yang dominan. Ganggang yang multiseluler berupa koloni atau berbentuk filamen. Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat mensintesis makanan sendiri dengan memiliki klorofil untuk berfotosintesis. Ganggang keemasan sebagian besar hidup di air tawar tetapi ada juga yang hidup di air laut dan ada yang hidup di tanah. Meskipun ada anggota chrysophyta yang hidup di laut, reproduksinya dilakukan secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada ganggang uniseluler reproduksi atau perkembangbiakan dilakukan dengan pembentukan spora. Sedangkan pada ganggang yang multiseluler reproduksi seksualnya dilakukan melalui penyatuan dari jenis gamet. Contoh dari ganggang keemasan atau ganggang pirang adalah navicula, synura, dan nishoous. B.
STRUKTUR SEL CHRYSOPHYTA
1.
Dinding Sel Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel. Bila ada dinding selnya maka terdiri dari lorika (ex.Dinobryon dan kephryon). Atau tersusun dari lempengan silicon (ex. Sinura dan mallomonas) atau tersusun dari cakram kalsium karbonat (ex. Syracospoera). Struktur selnya tidak mempunyai dinding selulosa dan
2. a.
membrannya menunjukkan kewujudan silica. Isi Sel Xantophyceae Terdapat inti sel: berbentuk tunggal dan berbentuk banyak inti. Terdapat plastid
b.
berbentuk cakram tanpa pienoid. Pigmen : klorofil a dan b, β karoten, xantofil. Chrysophyceae Berinti tunggal, plastida terdiri dari 1 atau 2, pigmen berupa klorofil a, b, c, β
c.
karotin, xantofil, berupa lutein, diadinoxantin, fukoxantin dan dinoxantin. Bacillariophyceae Berinti tunggal dan berinti diploid, pigmen berupa klorofil a dan c, β karotin,
3.
xantofil. Kloroplas Kloroplas pada Chrysophyta berwarna coklat keemasan. Chrysophyta menunjukkan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloroplas (girdle lamina). Kloroplas terdiri dari dua membrane
(CER),
jarak
periplastida
antara
dua
kloroplas
dan
retikulumendoplasma sempit dan kurang adanya perbedaan struktur. Ribosom Ribosom pada Chrysophyta terdapat pada permukaan luar CER. 5. Alat Gerak Chrysophyta memiliki alat gerak yang terdiri dari flagel dan jumlahnya tidak 4.
sama tiap marga (struktur dasar flagel pada alga mirip dengan flagel pada
mahluk hidup lain. Susunan benang flagel menunjukkan pola 9+2 dengan tipe akronematik
(whiplash)
dan
pantonematik
(tinsei).
Contoh:
synura
dan
syracospaera mempunyai 2 flagel yang sama panjangnya, dinobryon dan ocromonas, mempunyai 2 flagel yang tidak sama panjangnya, chrysamoeba, memiliki 1 flagel. Kedudukan dan keadaan flagelumnya berbeda, selnya boleh menjadi uniflagerum atau biflagerum. Jika biflagelat, flagelumnya mungkin sama panjang atau tidak. Tingkat flagenta yang paling tinggi yaitu heterokontois. Susunan tubuhnya
ada
yang
berbentuk
sel
tunggal
dan
berbentuk
koloni.
Sel
heterokontous mempunyai 2 flagel yaitu flagel licin dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema dalam dua baris. 6. Vakuola Kontraktil Terdapat satu atau dua fakuola kontraktil dalam sel (tergantung pada spesies) yang terletak dekat dasar dari flagel. Masing-masing fakuola kontrakil terdiri atas vesikel kecil
yang berdenyut dengan interfal yang
teratur,
mengeluarkan isinya dari sel. Fakuola kontraktil yang terdapat pada alga yang 7.
berflagel fungsi utamanya adalah osmoregulator. Badan Golgi Badan golgi terletak di antara inti dan kontraltil fakuola. Badan golgi adalah organela yang terdapat pada sel eukariotik, baik hewan maupun tumbuhan yang
8.
strukturnya terdiri dari tumpukan fesikel bentuk cakram atau kantung. Nukleus Nukleus dan kloroplas dihubungkan oleh membran kloroplas ER yang mana berhubungan dengan pembungkus inti.
C. HABITAT CHRYSOPHYTA Habitat Chrysophyta biasanya terdapat ditempat-tempat yang basah, air laut, air tawar dan di tanah yang lembab. Untuk xantophyceae hidup di air tawar, air laut dan tanah dan chrysophyceae hidupnya di air laut dan air tawar sedangkan bacillariopphyceae di air laut, di air tawar ataupun pada tanah- tanah yang lembab.
D. REPRODUKSI CHRYSOPHYTA •
Xantophyceae 1. Secara
seksual
yaitu
dengan
oogami
artinya
terjadi
peleburan
spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan ovum yang dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru.
2. Secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen baru.
Pada Chrysophyceae dilakukan secara vegetative dengan membelah secara
1.
longitudinal dan fragmentasi, ada 2 macam yaitu: Koloni memisah menjadi dua bagian atau lebih.Sel tunggal melepaskan diri dari
2.
koloni kemudian membentuk koloni yang baru. Sporik, dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang tidak memiliki flagel) dan statospora. Statospora yaitu tipe spora paling unik yang diketemukan pada chrysophyta, khususnya pada kelas-kelas chrysophyceae dengan bentuk sporis dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun oleh dua bagian yang saling tumpang tindih,
mempunyai
lubang
atau
pora
yang
ditutupi
oleh
sumbat
yang
mengandung gelatin.
Reproduksi Bacillariophyceae Reproduksi diatom terjadi secara seksual dan aseksual. Pada saat diatom bereproduksi secara aseksual melalui mitosis, hipoteka dan epiteka memisah. Setiap bagian akan membentuk bagian baru di dalam bagian yang lama. Artinya, hipoteka sel lama menjadi epiteka sel baru dan epiteka sel lama tetap menjadi epiteka sel baru. Jadi, salah satu sel anakan berukuran tetap, sedangkan satu sel anakan lainnya berukuran lebih kecil daripada sel induknya. Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai terbentuk sel anakan yang berukuran sekitar 30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai ukuran minimum tersebut,
diatom
kemudian
bereproduksi
secara
seksual.
Sel
diatom
menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian bergabung dengan telur membentuk zigot. Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi berukuran normal seperti aslinya. Setelah diatom mencapai ukuran normal, diatom akan kembali melakukan reproduksi aseksual melalui pembelahan mitosis.
Alga ini digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae),
Kelas
alga
keemasan
(Chrysophyceae),
(Bacillariophyceae). E.
KELAS-KELAS CHRYSOPHYTA Tabel 1.1 karakteristikpengelompokandivisichrysophyta
Kelas
Diatom
Kelompok
Mayor
Persediaan
(nama
photo
karbohidrat
umum)
Dinding sel
Flagella
heterokontous
synthet ic pigmen
Chrysophyceae (alga coklat keemasan)
Klorofil
Chrysolaminar
Skala,
A,
in
loriceae
C1 dan
(lukasin)
C2 fukosanti n
Tribophyceae/ xantophycea (alga hijaukekuninga
Klorofil
Chrysolaminar
Pektin/dindi
A,
in
ng
C1 dan
(lukasin)
selulosa
heterokontous
C2
n) Bacillariophyce
Klorofil
Chrysolaminar
Silica
ae
A,
in
frustula
(diatomophyce
C1 dan
(lukasin)
ae)
C2 fukosanti
Gamet jantan Dengan satu Flagel dan mastigonema
n
1.
Chrysophyta digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu: Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae) Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat. Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic.
Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi peleburan
spermatozoid
yang
dihasilkan
anteridium
dengan
ovum
yang
dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen baru.
a.
Ciri-ciri kelas xantophyceae, yaitu: Susunan Tubuh Berbentuk sel tunggal, contoh: botrydiopsis Klasifikasinya :
Berbentuk filament, contoh: tribonema Klasifikasi: Berbentuk tubular, contoh: vaucheria Klasifikasi: b.
Susunan Sel Umumnya tidak memiliki dinding sel, bila mempunyai dinding sel, terdiri dari pectin dan silikon (SiO3). Terdiri dari dua bagian yang saling menutupi,
seperti pada tribonema sp. c. Alat Gerak Berupa dua buah flagel. d. Isi Sel Terdapat inti sel berbentuk tunggal dan banyak inti, terdapat plastid e.
berbentuk cakram tanpa pirenoi. Habitat Umumnya dalam semua situasi air, tetapi terutama dalam air dingin. Mereka membuat atas sebagian besar plankton, tetapi ada beberapa bentuk terlampir.
2.
Kelas Alga Coklat-Keemasan (Chrysophyceae)
Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura. Genus-genus yang mempunyai peranan penting ialah Coccolith sp., Synura sp., Chrysamoeba. Genus Coccolith berukuran sangat kecil (0,5 mm), berdinding kapur, dan dapat ditemukan sebagai tanah kokolit yang tebal pada dasar laut yang tidak begitu dalam, sebagai makanan ikan tidak begitu penting. Genus Synura merupakan koloni kecil yang terdiri dari sel-sel yang berflagel. Genus Chrysamoeba, bentuknya seperti Amoeba yang mempunyai sedikit klorofil dan hidup seperti Amoeba biasa, dapat mengambil makanan seperti Rhizopoda, tetapi cara hidupnya seperti spesies-spesies yang holofitik, jadi menurut sistematika tetap suatu saprofitik tipe dari Chrysophyceae. Perkembangbiakan dilakukan secara: Vegetatif dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi. Fragmentasi ada 2 macam, yaitu: Koloni memisah menjadi dua bagian atau lebih.Sel tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru. Sporik, dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang tidak memiliki flagel) dan statospora. Statospora yaitu tipe spora paling unik yang diketemukan pada chrysophyta, khususnya pada kelas-kelas chrysophyceae dengan bentuk sporis dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun oleh dua bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau pora yang ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin. Beberapa spesies bentuk statosporanya bermacam-macam, yaitu: Ada yang berdinding halus, Berornamen dan Berdiri, ketiga bentuk tersebut dapat diketemukan pada genus yang nonmotil, contoh: chysomonadales. Pada genus yang motil statospora yang diketemukan berada pada fase istirahat, yaitu flagel tertarik kedalam dan membentuk bagian yang sporik atau bulat, selanjutnya flagel mengalami deferensiasi internal dari protoplasma yang sporik. Yang terpisah hanya bagian membrane plasma dari bagian poroferi protoplasma asli. Kemudian sekresi dari dinding antara dua membrane plasma yang baru terbentuk, kecuali daerah sirkuler, nantinya akan membentuk lubang atau pori. Bersel satu, contohnya Ochromonas
Klasifikasi : Synura (berbentuk koloni).
Klasifikasi: Divisi : Chrysophyta Class : Chrysophyceae Ordo : Synurales Family : Synuraceae Genus : Synura Species : Synura sp
Coccolith sp Chrysamoeba
3. Kelas Diatom (Bacillariophyceae) Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca).Contohnya: Navicula, Pannularia dan Cyclotella.
Bacillariophyceae semua anggotanya dikenal sebagai diatom dengan jumlah sekitar 16.000 species yang termasuk dalam 200 genus. Sebagian besar merupakan membentuk
species filamen
sel
tunggal,
semu
atau
tapi koloni
beberapa yang
diantaranya hanya
berupa
sel-selnya agregat.
Bacillariophyceae (diatom) terdapat baik di perairan maupum di daratan. Bentuk aquatik baik di air tawar maupun laut, cara hidupnya sebagai plankton atau bentos. Species bentik melekat pada Lumpur, pasir atau batu, yang hidup epifit terdapat melekat pada tanaman dan hanya sedikit yang melekat pada hewan (epizoic). Bentuk plankton ditemukan baik di air tawar maupun air laut. Melosira, Nitzchia, Navicula, dan Cocconeis genus umum yang ditemukan di air tawar
yaitu di kolam, telaga, danau dan sungai. Diatom berukuran kecil (mikroskopik) dengan warna yang bervariasi dan berbagai bentuk. Beberapa terlihat seperti perahu kecil, beberapa menyerupai bulan separoh (Melosira), yang lain terlihat sebagai segitiga atau segi empat dan lingkaran, Keanekaragaman bentuk bisa dibedakan berdasarkan bentuk bilateral atau radial. Ciri kharakteristik dari Bacillariophyceae
Thallus diploid
Sel dibungkus oleh dinding yang terdiri dari 2 bagian (epiteka dan hipoteka) yang saling overlap/tumpang tindih.
Cadangan makanan berupa minyak dan Chrysolaminarin atau protein yang disebut volutin
Stadium motil (sperma) dengan 1 flagel kadang 2 flagel
Perbanyakan
yang
unik
dengan
tipe
spora
yang
dikenal
sebagai
auksospora
Memiliki klorofil a dan c bersama dengan diatomin sebagai pigmen fotosintesis.
Umumnya diatom berwarna kuning abu-abu, kuning emas atau hijau muda. Warna ini disebabkan karena proporsi yang sangat banyak dari karotin atau terdapatnya pigmen tambahan coklat yang disebut diatomin. Xantofil dalam hal ini fukosantin atau isofukosantin merupakan pigmen karakteristik dari alga coklat (Pheophyta) sehingga diatom oleh ahli alga dimasukan dalam Phaeopyta. Ahli lain menganggap bahwa pigmen coklat pada diatom adalah diatomin tidak sama dengan fukosantin pada alga coklat sehingga diatom dipisahkan dari Phaeophyta menjadi Divisi tersendiri. Ada 2 perbedaan utama antara diatom dengan semua alga lainnya : 1)
Struktur dinding sel, Dinding sel diatom disusun dari 2 bagian, bagian dalam berhubungan dengan membran pektin. Dinding sel luar merupakan silica disebut frustule (cangkang)
2)
Pembentukan auxospora. Merupakan spora khusus yang membesar, dikenal sebagai spora tumbuh.
Klasifikasi Diatom (Bacillariophyta hanya terdiri dari 1 classis yaitu Bacillariophyceae) diatom uniseluler terdapat dalam bermacam bentuk. Menurut bentuknya dibagi dalam 2 ordo : 1. Centrales . diatom yang mempunyai bentuk radial simetri.
Centrales
terlihat dari atas (Valve view) dapat berbentuk lingkaran kadang segitiga. Sedang kenampakan samping (girdle view) bagian overlap terlihat. 2. Pennales diatom yang mempunyai bentuk bilateral simetri. Terlihat dari atas dapat berbentuk garis, lancet, elip atau ovoid. Berdasarkan cara hidupnya diatom dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu : a. Diatom Bentos Diatom bentos pada umumnya hidup bercampur dengan lumpur atau menempel pada substrat di dasar perairan, misalnya Cymbella, Gomphonema, Cocconeis, dan Eunotia. b. Diatom Plankton Diatom plankton biasanya hidup melayang-layang bebas di perairan, baik air tawar maupun air laut. Di air tawar diatom dapat ditemukan di sungai, danau, kolam, rawa-rawa, dan ada juga yang bisa ditemukan di perairan yang suhunya mencapai 45
0
C. Beberapa diatom hidup sebagai epifit pada alga lain atau
tanaman air Contoh : Navicula Sp Klasifikasi : Divisi : Chrysophyta Class : Bacillariophycea Ordo : Naviculales Family : Naviculaceae Genus : Navicula
Species
: Navicula gysingensis Melosira
• • • • • •
Klasifikasi : Divisi :Bacillariophyta Kelas :Bacillariophyceae Bangsa:Centrales Suku :Melosiraceae Marga :Melosira Jenis :Melosira moniliformis Nitzchia Klasifikasi Divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis
: :Bacillariophyta :Bacillariophyceae :Pennales :Nitzschiaceae :Nitzschia :Nitzschia mediocris Cocconeis
Kasifikasi : Divisi :Bacillariophyta Kelas :Bacillariophyceae Bangsa :Pennales Suku :Achnanthaceae Marga :Cocconeis Jenis :Cocconeis disculus Synedra filiformis Klasifikasi: Divisi : Chrysophyta Class : Fragilariophyceae Ordo : Fragilariales Family : Flagilariaceae Genus : Synedra Species : Synedra filiformis Diatoma vulgare Klasifikasi: Divisi Class Ordo Family Genus Species F.
: Chrysophyta : Fragilariophyceae : Fragilariales : Flagilariaceae : Diatoma : Diatoma vulgare
KEGUNAAN DAN KERUGIAN DARI CHRYSOPHYTA Kegunaannya :
•
Sebagai makanan ikan
•
campuran semen
•
bahan penyaring
•
solasi penyuling gasoline dan glukosa
•
serta digunakan sebagai bahan untuk pembuat jalan.
•
Sebagai indikator untuk menemukan minyak bumi.
•
bahan penggosok
•
bahan pembuat isolasi
•
penyekat dinamit
•
bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat
•
Pernis
•
Piringan hitam
•
Berperan sebagai plankton Kerugiannya :
•
Mengakibatkan timbulnya kotoran juga dapat menurunkan kualitas air
•
Menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak
•
Menurunkan PH
•
Menyebabkan warna dan kekeuhan
•
Dapat mengeluarkan lendir yang mengakibatkan waterbloom Ganggang keemasan sering disebut ganggang kersik karena mengandung silikat. Ganggang jenis ini tidak begitu membahayakan karena tidak menghasilkan racun akan tetapi ganggang ini dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Selain itu juga menyebabkan kekeruhan pada air.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ciri umum dari Chrysophyta adalah berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan 2.
dengan klorofil. Struktur sel dari Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel, isi selnya terdiri dari
Xantophyceae,
Chrysophyceae,
Bacillariophyceae.
Kloroplas
pada
Chrysophyta berwarna coklat keemasan, Ribosom, alat gerak berupa flagel, 3.
vakuola kontraktil, badan golgi, dan nukleus. Habitat dari Chrysophyta adalah ditempat-tempat yang basah, air laut, air
4.
tawar dan di tanah yang lembab. Reproduksi dari Chrysophyta terjadi secara generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami, anisogami, dan oogami. Dan vegetatif (aseksual) dengan
pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan koloni, dan pembentukan spora. 5. Kelas-kelas yang termasuk dalam Chrysophyta, kelas alga hijau-kuning (Xanthophyceae), kelas alga coklat-keemasan (Chrysophyceae), kelas diatom (Bacillariophyceae).
6.
Manfaat dari Chrysophyta sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Chrysophyta. http://ach-e11.blogspot.com/2011/05/chrysophyta.html. Di aksespadabulan November 2013
______. 2013. DivisiChrysophyta. http://alvyanto.blogspot.com/2009/02/divisichrysophyta.html. Di aksespadabulan November 2013
______. 2013.Chrysophyta. http://cindyharyono.wordpress.com/2008/12/12/hello-world/. Di aksesbulan November 2013
______. 2013. Chrysophyta. http://rinaagustinapanjaitan.blogspot.com/2009/04/chrysophyta_30.html. Di akesesbulan November 2013
______. 2013. Chrysophyta. http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/chrysophyta/. Di aksesbulan November 2013
_____. 2013. Chrysophyta. http://berbagibersamatyara.blogspot.com/2012/04/chrysophyta.html. Di aksesbulan November 2013 .2013.paternogenesis. http://id.wikipedia.org/wiki/Partenogenesis. Diakses 24 november 2013 . 2013. perkawinan-endogami. http://mahyudinalmudra.blogspot.com/2012/12/perkawinan-endogami.html. Diakses 24 november 2013 .2013.planktonologi.
http://cyeciliapical.blogspot.com/2011/07/tugas-
planktonologi-5-kelas-utama.html
TINJAUAN PUSTAKA 3.1
Morfologi Nitzschia sp.
Nitzschia sp. merupakan mikroalga yang termasuk dalam kelas Bacillariophyceae (Tomas, 1997). Secara umum bentuk dari Nitzschia sp. ini berbentuk lonjong memanjang. Nitzschia sp. merupakan mikroalga bersel tunggal yang mempunyai peran yang penting dalam ekosistem perairan sebagai produsen primer. Mikroalga ini banyak digunakan sebagai pakan alami bagi larva organisme laut seperti krustacea, bivalvia, dan ikan (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Gambar 3.Nitzscha sp. (sumber: Google.com)
Nitzschia sp. adalah phytoplankton yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu merupakan diatom pennales perairan, alga bersel tunggal, menghasilkan neuro mixim, raphe adalah rongga udara, katup terdiri dari 2 yaitu hipoteka dan apiteka, berwarna biru kehijauan, sel sel berbentuk lonjong memanjang, ditengah-tengah panser terdapat celah yang membujur yang dinamakan rafe hidup sebagai saprofit, organime ini dapat merayap mundur (Anonim, 2012).
3.2
Klasifikasi Nitzschia sp.
Berdasarkan (Tomas, 1997). Adapun Nitzschia sp. dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio Sub Divisio Ordo
: Thallophyta : Algae : Pennales
Kelas Familly Genus Species
:Bacillariophyceae : Nitzchiaceae : Nitzschia :Nitzschia sp.
3.3
Habitat Nitzschiasp.
Nitzschia sp. hidup sebagai saprofitdimana habitat hidupnya merupakan bentik di air tawar maupun air laut. Meskipun dalam proses fotosintesis Nitzschia sp. memproduksi O2 lebih banyak dari pada yang digunakannya namun Nitzschia sp. juga memerlukan O2 untuk hidup. Selain O2, ketersediaan CO2 juga merupakan suatu hal yang sangat penting dalam fotosintesis (Round, 1970 dalam Mustofa, 1982). Umumnya udara atau atmosfir mengandung 0,03% gas CO2 (Koesoebionao, 1980 dalam Mustofa, 1982). Kebutuhan O2 dapat dipenuhi dengan
pemberian aerasi. Turbulensi dan sirkulasi media kultur penting sekali untuk mempertahankan tempratur agar tetap homogen, penyinaran, CO2, nutrient, O2 dan hasil metabolisme lain agar menyebar merata (Wachjuni, 1988). Kisaran salinitas yang berubah-ubah dapat mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan dari mikroalga. Beberapa mikroalga dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang tinggi tetapi ada juga mikroalga yang dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang rendah. Pengaturan salinitas pada medium yang diperkaya dapat dilakukan dengan pengenceran dengan menggunakan air tawar. Kisaran salinitas yang dimiliki oleh Nitzschia sp. antara 32 – 36 ppt, tetapi salinitas paling optimum untk pertumbuhan Nitzschia sp. adalah 33 – 35 ppt (Effendi, 2003).