Baru Banget KELOMPOK 1 - ASKEP KOMUNITAS AGREGAT BALITA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS FOKUS MASALAH KESEHATAN AGREGAT BALITA Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan komunitas Dosen pengampu : Ros Endah Happy Patriyani S.Kep.,Ns.,M.Kep. Koko Wahyu Tarnoto, S.Kep., Ns., M.Kep.Sp.Kep.K



Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Adela Henri Putri



P27220019096



Adella Cahya S.P



P27220019097



Adelya Setyadewi



P27220019098



Adisya Tiara A.P



P27220019099



Alifah Fitri Fauziah



P27220019100



Azizah Nur Latifah



P27220019101



Berliana Dewi Annisa



P27220019102



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas kelompok keperawatan komunitas yang berjudul ”Makalah Asuhan Keperawatan Komunitas Fokus Masalah Kesehatan Agregat Balita” Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang asuhan keperawatan yang berfokus pada masalah kesehatan agregat balita. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ros Endah Happy Patriyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Ibu Athanasia Budi A, S.Kp.,MN, dan Bapak Koko Wahyu Taranoto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.Sp.Kep.K selaku dosen mata kuliah keperawatan komunitas. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Surakarta, 7 Maret 2022



Kelompok 1



ii



DAFTAR ISI Halaman Judul........................................................................................................i Kata Pengantar......................................................................................................ii Daftar Isi................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4 A. Latar Belakang..............................................................................................4 B. Tujuan Penulisan...........................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6 A. Gambaran Umum Komunitas.......................................................................6 B. Pengkajian Komunitas..................................................................................6 C. Analisis Data...............................................................................................11 D. Skoring dan Prioritas Masalah.......................................................................13 E. Diagnosis Keperawatan...............................................................................13 F. Perencanaan Keperawatan...........................................................................14 BAB III PENUTUP..............................................................................................16 A. Kesimpulan.................................................................................................16 B. Saran...........................................................................................................16



iii



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat yang sama, dibawah pimpinan pemerintahan yang sama, saling berinteraksi, saling mengenal, dan mempunyai minat yang sama. Salah satu kelompok khusus dalam keperawatan komunitas adalah kelompok balita. Menurut Sutomo. B dan Anggraeni, balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok tersebut



mengalami



siklus



pertumbuhan



dan



perkembangan



yang



membutuhkan zat-zat gizi yang lebh besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita kelainan gizi. Balita termasuk kedalam usia beresiko tinggi terhadap suatu penyakit. Kekurangan asupan gizi pada balita dapat mempengaruhi status gizi pada usia balita merupakan dampak komulatif dari berbagai faktor baik yang berpengaruh langsung terhadap status gizi pada balita , adapun faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita secara langsung yaitu keluarga. Dalam hal ini keluarga mempunyai peran penting dalam permasalahan status gizi pada balita khususnya gizi kurang. Oleh karena ini yang berkaitan langsung pada keluarga yaitu faktor pendidikan, bagaimanapun pendidikan akan secara otomatis memberi dampak pada suatu permasalahan dalam suatu keluarga dalam hal penangulangan meupun pencegahan status gizi. Banyak faktor yang mempengaruhi gizi kurang, asupan makanan keluarga, faktor infeksi, dan pendidikan ibu menjadi penyebab kasus gizi kurang (Razak : 2009). Selain pendidikan, pemberian ASI dan kelengkapan imunisasi juga memiliki hubungan yang bermakna dengan gizi kurang karena ASI san imunisasi memberikan zat kekebalan pada balita sehingga balita tersebut menjadi tidak rentan terhadap penyakit. Dalam menyikapi berbagai macam permasalahan dalam sebuah keluarga yang mendasari permasalahan tersebut



4



maka dengan cara pendidikan kesehatan atau health education akan menjadi salah satu alternative yang efektif. Masalah kesehatan balita di Indonesia masih menjadi perhatian serius, karena masih tingginya angka kematian balita di Indonesia bila dibandingkan dengan target RPJM 2005-2009 dan RPJM 2010-2014 dimana targetnya adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup, menurunkan angka kematian balita (AKBal) menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Masalah utama yang menyebabkan tingginya angka kematian balita di Indonesia adalah gizi buruk. Hampir lebih dar 2 juta anak anak balita mengalami gizi buruk. Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak dijumpai dikalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan intra-uteri, malnutrisi protein, energy, defesiensi yodium, defesiensi vitamin A, anemia defesiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005). B. TUJUAN PENULISAN 1.



Untuk mengetahui latar belakang masalah asuhan keperawatan kelompok balita



2.



Untuk mengetahui pengertian tujuan asuhan keperawatan asuhan keperawatan kelompok balita



3.



Untuk mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok balita



4.



Untuk mengetahui proses keperawatan kelompok balita



5



BAB II PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM KOMUNITAS Kelompok balita di Kelurahan Millenial RW 20 adalah sekelompok anak yang berusia ≤5 tahun yang berjumlah sebanyak 180 jiwa. B. PENGKAJIAN KOMUNITAS 1.



Data Inti Komunitas a.



Histori Hasil winshield survey didapatkan data bahwa beberapa lokasi banyak didapatkan pangkalan ojek, yang sekaligus menjadi tempat berkumpul laki-laki usia dewasa yang tidak bekerja, mereka tampak ngobrol, merokok dan minum kopi. Jarak RW 20 dengan pasar yaitu 0,5 KM sehingga banyak orang dan kendaraan yang melewati RW 20 untuk menuju ke pasar. Di sekitar pasar banyak pedagang makanan seperti gorengan, bakso, mie ayam, makanan warteg, gado-gado, dan pedagang es keliling. Jumlah pedagang sangat banyak sampai masuk ke gang-gang kecil di RW 20. Tampak banyak ibu-ibu yang membeli makanan tersebut dengan alasan lebih praktis dibandingkan memasak sendiri.



b.



Demografi 1) Di RW 20 Kelurahan Millenial merupakan salah satu RW yang padat penduduknya, yang berjumlah 600 jiwa. 2) Berdasarkan survey di RW 20, didapatkan jumlah laki-laki 336 jiwa, dan perempuan 264 jiwa. Distribusi Jenis Kelamin Perempuan 44%



Laki-laki



Laki-laki 56%



Perempuan



6



3) Berdasarkan survey didapatkan mayoritas penduduk RW 20 adalah balita berjumlah 180 jiwa dan usia dewasa produktif berjumlah 180 jiwa. Sedangkan anak usia sekolah dan remaja berjumlah 120 jiwa, dan lansia 120 jiwa.



Komposisi Penduduk 20% 30%



Balita Anak Usia Sekolah dan Remaja Usia Dewasa Produktif Lansia



30% 20%



4) 54% penduduk (324 orang) memiliki pekerjaan bervariasi yaitu sebagai buruh pabrik, sopir, wiraswasta, pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang, pemilik rumah kontrakan dan tukang ojek. Dan sebanyak 46% penduduk (276 orang) tidak memiliki pekerjaan



Tingkat Produktivitas Tidak Bekerja Bekerja



5) Sebagian besar kepala keluarga memiliki penghasilan lebih dari UMR Kota Depok yaitu Rp. 1.157.000, sedangkan sisanya memiliki penghasilan dibawah UMR



7



6) Gambaran tingkat pendidikan penduduk RW 20 yaitu lulusan SMA 312 orang (52% ), lulusan SD 110 orang (18.3%), pendidikan SMP 103 orang (17.2%), pendidikan perguruan tinggi 62 orang (10.3%), tidak pernah sekolah 13 orang (2.2%).



Tingkat Pendidikan 10%



2%



17%



52% 18%



Lulusan SMA Pendidikan SMP Tidak Sekolah



c.



Lulusan SD Pendidikan Perguruan Tinggi



Statistik vital Berdasarkan pengkajian didapatkan : 1) 57% ibu mengeluhkan balita susah makan 2) 5% balita mengalami gizi kurang 3) 76% ibu tidak rutin membawa balitanya ke Posyandu dengan alasan jauh dan mahal di ongkos



Distribusi Permasalahan Balita



Tidak rutin ke Posyandu 76%



Balita susah makan 57% Balita susah makan Balita gizi kurang Tidak rutin ke Posyandu



Balita gizi kurang 5%



Dari hasil wawancara didapatkan data bahwa orang tua cenderung memilih memberikan makanan pendamping instan atau membeli



8



makanan matang, karena lebih murah dan tidak repot. Keluhan kesehatan yang dikeluhkan orang tua terhadap balitanya adalah batuk pilek, demam, diare, dan susah makan. d.



Nilai agama/kepercayaan Berdasarkan hasil wawancara bahwa mayoritas (95%) penduduk di RW 20 beragama islam, dan sebagian (5%) beragama non muslim.



2.



Sub Sistem a.



Lingkungan fisik 1) Dari hasil winshield survey didapatkan data bahwa beberapa lokasi banyak didapatkan pangkalan ojek, yang sekaligus menjadi tempat berkumpul laki-laki usia dewasa yang tidak bekerja, mereka tampak ngobrol, merokok dan minum kopi. 2) Jarak RW 20 dengan pasar yaitu 0,5 KM sehingga banyak orang dan kendaraan yang melewati RW 20 untuk menuju ke pasar. 3) Di sekitar pasar banyak pedagang makanan seperti gorengan, bakso, mie ayam, makanan warteg, gado-gado, dan pedagang es keliling. Jumlah pedagang sangat banyak sampa masuk ke gang-gang kecil di RW 20. Tampak banyak ibu-ibu yang membeli makanan tersebut dengan alasan lebih praktis dibandingkan memasak sendiri.



b.



Pelayanan kesehatan dan sosial Pelayanan kesehatan untuk balita di RW 20 yaitu posyandu balita, tetapi didapatkan data bahwa 76% ibu tidak rutin membawa balita ke posyandu karena jauh dan mahal ongkosnya.



c.



Ekonomi Keadaan ekonomi di RW 20 yaitu sebagian besar kepala keluarga memiliki penghasilan lebih dari UMR Kota Depok yaitu Rp. 1.157.000, sedangkan sisanya memiliki penghasilan dibawah UMR



9



d.



Keamanan dan transportasi Jarak RW 20 dengan pasar hanya 0,5 km sehingga banyak kendaraan dan orang melewati RW 20, dan banyak pedagang yang berjualan sampai masuk ke dalam gang-gang kecil yang ada di RW 20. Alat transportasi yang tersedia di RW 20 ini adalah ojek.



e.



Kebijakan pemerintah Minat masyarakat RW 20 dalam kegiatan organisasi kurang aktif, dilihat dari 76% ibu tidak rutin membawa balita ke posyandu balita, dan 65% lansia tidak rutin memeriksakan kesehatan di posyandu lansia.



f.



Komunikasi Komunikasi penduduk RW 20 menggunakan bahasa indonesia dan bahasa jawa. Alat komunikasi yang digunakan adalah handphone. Sedangkan dalam mengakses informasi kesehatan, penduduk RW 20 dapat melihat internet dan datang langsung ke posyandu atau fasilitas kesehatan.



g.



Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk RW 20 dengan lulusan SMA sebanyak 52%; lulusan SD 18,3%; Pendidikan SMP 17,2%; Pendidikan Perguruan Tinggi 10,3%; dan penduduk yang tidak pernah sekolah 10,3%.



h.



Rekreasi Dari hasil wawancara, penduduk RW 20 jarang melakukan rekreasi karena harus berhemat, sebagian penduduk usia produktif mengatakan bahwa mereka memiliki tanggungan membayar cicilan minimal 500 ribu/bulan sehingga memilih untuk tidak melakukan rekreasi.



10



C. ANALISIS DATA No 1.



Data



Problem



Berdasarkan hasil wawancara : -



Orang



tua



memilih



Defisit



Faktor ekonomi



cenderung Nutrisi pada memberikan Balita



RW



makanan pendamping instan 20 Kelurahan atau



membeli



makanan Millenial



matang, karena lebih murah (D.0019) dan tidak repot Berdasarkan hasil survey : -



57% ibu mengeluhkan balita susah makan



-



5% balita mengalami gizi kurang



-



Sebagian



besar



kepala



keluarga



memiliki



penghasilan lebih dari UMR Kota



Depok



1.157.000,



yaitu



Rp.



sedangkan



sisanya



memiliki



penghasilan dibawah UMR Berdasarkan hasil observasi : -



Di sekitar pasar banyak pedagang makanan seperti gorengan, bakso, mie ayam, makanan warteg, gado-gado, dan pedagang es keliling. Jumlah



pedagang



sangat



banyak sampai masuk ke gang-gang kecil di RW 20. Tampak yang



banyak



membeli



ibu-ibu makanan



11



Etiologi



tersebut dengan alasan lebih praktis



dibandingkan



memasak sendiri 2.



Berdasarkan hasil wawancara : -



Keluhan



kesehatan



dikeluhkan



Pemeliharaan Ketidakcukupan



yang Kesehatan



orang



tua Tidak Efektif keuangan



terhadap balitanya adalah pada



Balita



batuk pilek, demam, diare, RW



20



dan susah makan.



Kelurahan



Berdasarkan hasil survey : -



76%



ibu



membawa



Millenial



tidak



rutin (D.0117)



balitanya



Posyandu



dengan



ke



alasan



jauh dan mahal di ongkos Berdasarkan hasil observasi : -



Dari



hasil



didapatkan beberapa



observasi data



bahwa



lokasi



banyak



didapatkan pangkalan ojek, yang



sekaligus



menjadi



tempat berkumpul laki-laki usia



dewasa



bekerja,



yang



mereka



ngobrol,



tidak tampak



merokok



dan



minum kopi -



sumber



Jarak RW 20 dengan pasar yaitu



0,5



KM



sehingga



banyak orang dan kendaraan yang melewati RW 20 untuk menuju ke pasar



12



daya



Masalah Kesehatan



Peran perawat



Resiko terjadi



Resiko terjadi keparahan



Potensial untuk penurunan kesehatan



Minat Masyarakarat



Sesuai Program Pemerintah



Kemungkinan diatasi



Tempat



Dana



Waktu



Fasilitas



Petugas



Total



D. Skoring dan Prioritas Masalah



I II



3 3



4 4



4 4



4 3



2 2



4 4



4 3



4 4



3 3



3 3



4 3



3 3



42 39



Keterangan : 0



: Tidak Ada



1



: Sangat Rendah



2



: Rendah



3



: Cukup



4



: Tinggi



5



: Sangat Tinggi



Dari Skoring di atas didapatkan hasil bahwa prioritas masalah 1. Defisit Nutrisi Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi pada Balita RW 20 Kelurahan Millenial (D.0019) 2. Pemeliharaan



Kesehatan



Tidak



Efektif



berhubungan



dengan



Ketidakcukupan sumber daya keuangan pada Balita RW 20 Kelurahan Millenial (D.0117) E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi pada Balita RW 20 Kelurahan Millenial (D.0019) 2. Pemeliharaan



Kesehatan



Tidak



Efektif



berhubungan



dengan



Ketidakcukupan sumber daya keuangan pada Balita RW 20 Kelurahan Millenial (D.0117)



13



F. PERENCANAAN KEPERAWATAN No 1.



Data



Diagnose



Berdasarkan hasil wawancara : -



Defisit Nutrisi Prevensi Primer:



Orang tua cenderung memilih berhubungan memberikan pendamping membeli



makanan dengan instan



makanan



matang, Balita RW 20



-



1. Pengetahuan tentang Peningkatan



nutrisi



meningkat



Millenial



dan



(D.0019)



meningkat Prevensi Sekunder:



gizi



1. Partisipasi kesehatan



kurang



untuk meningkatkan



Sebagian besar kepala keluarga



frekuensi makan



memiliki penghasilan lebih dari UMR Kota Depok yaitu Rp. 1.157.000, sedangkan sisanya



diet dalam penambahan berat badan



minuman



57% ibu mengeluhkan balita mengalami



Informasikan perlunya modifikasi



2. Pengetahuan tentang



repot



balita



1.



balita



pemilihan makanan



5%



Intervensi Prevensi Primer:



karena lebih murah dan tidak Kelurahan



susah makan -



faktor



atau ekonomi pada



Berdasarkan hasil survey : -



Tujuan dan Kriteria Hasil



Prevensi Sekunder: 1. Identifikasi status gizi balita 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan balita 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4. Berikan makanan tinggi kalori dan



memiliki penghasilan dibawah



13



UMR



tinggi protein



Berdasarkan hasil observasi : -



Di



sekitar



pedagang



pasar



banyak



makanan



seperti



Prevensi Tersier: 1. Meningkatkan nafsu makan balita.



gorengan, bakso, mie ayam, makanan dan



warteg,



pedagang



1. Monitor asupan makan balita 2. Monitor berat badan balita



2. Porsi makanan yang



gado-gado, es



Prevensi Tersier:



dihabiskan



keliling.



meningkat



Jumlah pedagang sangat banyak sampai masuk ke gang-gang kecil di RW 20. Tampak banyak ibu-ibu yang membeli makanan tersebut dengan alasan lebih praktis dibandingkan memasak sendiri 2.



Berdasarkan hasil wawancara : -



Keluhan



kesehatan



Pemeliharaan yang Kesehatan



dikeluhkan orang tua terhadap Tidak



Efektif



balitanya adalah batuk pilek, berhubungan demam, diare, dan susah makan. dengan



Prevensi Primer: 1. Menunjukkan



Prevensi Primer: 1. Anjurkan menerapkan PHBS (seperti



pemahaman perilaku



:



rajin



sehat meningkat



menggunakan merokok



14



mencuci di



air



bersih, dalam



tangan, tidak rumah



Berdasarkan hasil survey : -



Ketidakcukupa



menimbang balita setiap bulan)



76% ibu tidak rutin membawa n sumber daya



2. Jelakan faktor resiko yang dapat



balitanya ke Posyandu dengan keuangan pada alasan jauh dan mahal di ongkos Balita RW 20 Berdasarkan hasil observasi : -



Kelurahan



Dari hasil observasi didapatkan Millenial data bahwa beberapa lokasi (D.0117) banyak didapatkan pangkalan ojek, yang sekaligus menjadi tempat berkumpul laki-laki usia dewasa mereka



-



yang



tidak



tampak



mempengaruhi kesehatan balita Prevensi Sekunder: 2. Melakukan tindakan untuk



mengurangi



factor



resiko



meningkat



1. Kemampuan



ngobrol,



menjalankan



merokok dan minum kopi



perilaku



Jarak RW 20 dengan pasar yaitu



meningkat



0,5 KM sehingga banyak orang



1.



Orientasikan pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan



2.



Identifikasi



kepatuhan



perilaku



kesehatan keluarga dengan balita



Prevensi Tersier :



bekerja,



Prevensi Sekunder:



Prevensi Tersier: 1. Anjurkan sehat



menggunakan



fasilitas



kesehatan 2. Pertahankan



lingkungan



kegiatan perawatan konsisten



dan kendaraan yang melewati RW 20 untuk menuju ke pasar



15



dan



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat yang sama, dibawah pimpinan pemerintahan yang sama, saling berinteraksi, saling mengenal, dan mempunya minat yang sama. Sama halnya dengan kelompok balita yang berusia ≤5 tahun sebanyak 180 jiwa di Kelurahan Millenial RW 20 yang rata-rata memiliki permasalahan sama yaitu masalah pada makanan yang dikonsumsi tidak sehat dengan lebih memilih membeli makanan dari pedagang sekitar pasar atau makanan pendamping instan yang langsung matang daripada masak sendiri dengan alasan lebih praktis dan murah tentunya. Hal tersebut membuat timbulnya berbagai masalah khususnya pada balita dengan jumlah balita yang banyak di Kelurahan Millenial RW 20 yaitu balita susah makan, gizi kurang, ibu tidak rutin membawa balitanya ke posyandu dengan alasan jauh dan mahal di ongkos. Keluhan kesehatan yang paling sering dikeluhkan orang tua terhadap balitanya adalah batuk pilek, demam, diare, dan susah makan. B. SARAN Masalah yang ada pada balita di Kelurahan Millenial RW 20 dapat ditangani dengan edukasi keluarga terutama ibu dari balita untuk menyajikan makanan yang menarik dengan suhu yang sesuai, memberikan makanan tinggi kalori dan protein, membenarkan posisi duduk balita jika salah lalu menggunakan pendekatan promosi kesehatan dengan memperhatikan pengaruh dan hambatan dari lingkungan sekitar. Untuk memenuhi gizi seimbang dan tidak timbul permasalahan yang ada pada balita dengan mengkonsumsi makanan yang dibuat / dimasak sendiri akan lebih aman dan mengetahui kadar kebutuhan dalam tubuh, meskipun sedikit mengeluarkan biaya cukup banyak namun kadar gizi terutama pada balita dapat terpenuhi dan seimbang sesuai porsinya.



16