Askep Komunitas Agregat Balita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT BALITA Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II Dosen Pengampu : Ns. Diah Ratnawati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.kom



Disusun Oleh : Novitasari



1710711006



Dinna Wahyuni



1710711009



Heni Lestari



1710711011



Defina Ramandhani 1710711012 Siva Herawati



1710711016



Ririn Alfiah Rianti



1710711018



Erina Nurbaiti



1710711020



Jesy Milanti



1710711021



Mustika Widiyastuti 1710711026



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2020 1



A. KONSEP BALITA 1. Definisi Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang dikatakan balita. 2. Masalah Kesehatan Pada Kelompok Bayi Dan Anak Di Indonesia Bayi dan anak-anak adalah kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna. Pada usia ini, anak rawan dengan berbagai gangguan kesehatan,di antaranya: a. Gizi kurang dan Gizi buruk b. Diare c. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) d. Campak e. Varisella atau cacar air f. Cacingan g. DBD (Demam Berdarah Dengue) 3. Indikator Kesehatan Kelompok Balita Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas, 2006). Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa, sehingga masalah kesehatan anak menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan pembangunan bangsa. Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan, antara lain: a. Angka kematian bayi b. Angka kesakitan bayi c. Status gizi d. Angka harapan hidup waktu lahir. B. GIZI BURUK



2



Gizi buruk adalah suatu kondisi yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan balita  jauh di bawah rata-rata. Maka itu, untuk mengetahui status gizi yang satu ini, indikator yang digunakan adalah grafik berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Selain berat dan tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA) juga masuk ke dalam pemeriksaan klinis gizi buruk pada balita. 1.



Status Gizi Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh kembang anak di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih), sedangkan kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak (Marimbi, 2010).



3



4



Dalam menentukan gangguan gizi kurang dapat dilakukan dengan berbagai indek antropometri dengan makna yang berbeda dalam memandang kejadian kurang gizi yang terjadi: a.



Indek BB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi umum



b.



Indek TB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi kronis



c.



Indek BB/TB: menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi akut (Kemenkes RI dan WHO).



Klasifikasi status gizi berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penialian Status Gizi Anak dengan memperhatikan berbagai macam indeks, berbagai kategori status gizi, dan menggunakan ambang batas z-score.



2. Apa saja masalah gizi buruk pada balita? Secara klinis, permasalahan gizi buruk pada balita terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu: a.



Marasmus



Marasmus adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya asupan energi harian. Padahal seharusnya, penting untuk mencukupi kebutuhan energi setiap harinya guna mendukung semua fungsi organ, sel, serta jaringan tubuh. 5



Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sebenarnya bisa mengalami marasmus. Namun, kondisi ini paling sering dialami oleh usia anak-anak yang biasanya terjadi di negara-negara berkembang. Bahkan menurut data dari UNICEF, kekurangan asupan zat gizi merupakan salah satu dalang penyebab kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Kasus ini bisa memakan korban hingga mencapai angka sekitar 3 juta setiap tahunnya. Apa saja gejala marasmus? Gejala utama yang terjadi ketika seorang anak mengalami marasmus yakni penurunan berat badan drastis. Jika diperhatikan, anak dengan marasmus telah kehilangan banyak jaringan lemak subkutan di bawah kulit dan massa otot pada tubuh. Akibatnya, indeks massa tubuh (IMT) balita merosot tajam hingga tergolong sangat rendah, yang membuatnya mengalami gizi buruk. Tak bisa disepelekan, karena marasmus pada anak bisa mengakibatkan terhambatnya perkembangan fisik dan mental, alias gagal untuk tumbuh dengan normal. Seorang anak yang mengalami marasmus bisa merasa sangat lapar, bahkan sampai mengisap tangan seolah sedang mencari sesuatu untuk dimakan. Sementara di sisi lain, anak dengan marasmus bisa sampai mengalami anoreksia nervosa, sehingga membuat tubuhnya tampak sangat kurus. Hal ini dikarenakan anak tersebut tidak bisa makan atau menolak untuk makan. Seiring berjalannya waktu, jaringan lemak pada tubuh dan wajah balita yang mengalami marasmus perlahan menghilang. Bukan hanya itu, tulang penyokong tubuh pun akan tampak sangat kentara di bawah kulit. Selain itu, berikut beberapa gejala marasmus yang juga terjadi pada anak:  Diare kronis  Infeksi saluran pernapasan  Terhambatnya perkembangan intelektual  Pertumbuhan tubuh terganggu  Rambut rapuh dan mudah rontok  Pusing  Kulit kering Anak yang mengalami kurang gizi kronis biasanya terlihat tua, serta seolah tidak punya energi untuk melakukan berbagai aktivitas. Apa penyebab marasmus?



6



Kurangnya asupan nutrisi merupakan penyebab marasmus yang paling utama. Secara garis besarnya, marasmus bisa terjadi pada anak yang tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. Mulai dari kalori, karbohidrat, protein, serta beragam nutrisi penting lainnya. Beberapa hal berikut ini bisa menjadi penyebab marasmus:  Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi harian  Makan dalam porsi yang terlalu sedikit, sehingga asupan nutrisi kurang optimal  Memiliki satu atau lebih kondisi kesehatan yang menyulitkan proses penyerapan nutrisi di dalam tubuh Perlu diingat dan dipahami oleh para orangtua. Ketidakcukupan kebutuhan nutrisi harian dan kondisi kesehatan tertentu, sebenarnya tidak serta-merta langsung berujung pada marasmus. Jika kedua kondisi tersebut masih diimbangi dengan tersedianya kebutuhan kalori harian, tentu rendah kemungkinannya untuk mengalami marasmus. Akan tetapi, sebaliknya, kalau ternyata persediaan kalori tidak terpenuhi dengan baik, marasmus bisa saja terjadi. Risiko marasmus biasanya mengintai para bayi yang mendapatkan ASI maupun susu formula selama lebih dari 6 bulan, tapi tanpa disertai pemberian makanan padat. Di samping itu, bayi yang lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga memiliki kemungkinan mengalami gizi buruk. Itu sebabnya, penting bagi para orangtua untuk senantiasa memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan tahun-tahun awal kehidupan anak. Dengan begitu, asupan nutrisinya dapat terpenuhi sehingga mencegah kemungkinan mengalami marasmus. Bagaimana cara mendiagnosis marasmus? Pemeriksaan awal yang biasanya dilakukan dokter untuk mendiagnosis adanya marasmus yakni dengan melakukan pemeriksaan fisik. Misalnya dengan melakukan pengukuran tinggi dan berat badan, yang kemudian dapat menunjukkan kemungkinan seorang anak mengalami gizi buruk. Jika ternyata pengukuran menunjukkan hasil yang terpaut jauh dari normal, atau dari yang seharusnya dimiliki anak di usia tersebut, marasmus bisa menjadi penyebabnya. Terlebih ketika didukung dengan keseharian anak yang cenderung malas dan kurang gerak, tandanya kebutuhan energinya mungkin tidak terpenuhi dengan baik. Sayangnya, marasmus sulit untuk didiagnosis melalui pemeriksaan darah. Pasalnya, kebanyakan anak yang mengalami marasmus juga memiliki penyakit infeksi. Bukan tidak mungkin, kalau kondisi tersebut dapat memengaruhi hasil tes darah. Apa pengobatan untuk mengatasi marasmus? 7



Setelah anak dipastikan mengalami marasmus, perawatan harus dilakukan sesegera mungkin. Salah satu langkah utama yang bisa dilakukan dokter serta ahli gizi yakni dengan memberikan susu formula F 75 yang dicampurkan bersama air matang. Bukan sembarang susu, karena di dalam susu tersebut terbuat dari campuran gula, minyak sayur, dan kasein (protein susu). Setelah kondisinya cukup membaik, dokter akan membuat rencana makan khusus untuk anak. Aturan makan yang harus dijalani oleh anak dengan marasmus sebaiknya kaya akan berbagai nutrisi, termasuk di dalamnya karbohidrat dan kalori. Bahkan, kebutuhan kalori anak yang mengalami marasmus cenderung lebih tinggi ketimbang anak-anak lain seusianya. Dalam kasus lain, tubuh anak bisa saja kesulitan dalam mencerna makanan karena sudah kehilangan terlalu banyak lemak dan jaringan tubuh. Oleh karena itu, dokter dapat menanganinya dengan menyediakan makanan dalam porsi kecil, yang biasanya dialirkan melalui selang makanan melewati hidung. Selanjutnya, selang tersebut akan langsung masuk kedalam lambung. Selain itu, jika anak juga mengalami dehidrasi, maka akan diberikan cairan infus ke tubuhnya. Jika kondisi balita dengan gizi buruk disertai dengan infeksi, mungkin dibutuhkan pengobatan tambahan. Misalnya dengan pemberian antibiotik maupun jenis obat-obatan lainnya sesuai kondisi yang dimiliki balita. b. Kwashiorkor



Kwashiorkor adalah kondisi kekurangan gizi yang penyebab utamanya karena rendahnya asupan protein. Berbeda dengan marasmus yang yang mengalami penurunan berat badan, kwashiorkor tidak demikian. Gizi buruk karena kwashiorkor membuat tubuh balita membengkak karena mengalami penumpukan cairan (edema). Itu sebabnya, meski telah kehilangan



8



massa otot dan lemak tubuh, anak dengan khwarshiorkor tidak mengalami penurunan berat badan yang drastis. Apa saja gejala kwashiorkor? Salah satu ciri utama yang menandakan balita mengalami gizi buruk tipe kwashiorkor, yakni tubuhnya yang terlihat sangat kurus. Berbagai gejala kwashiorkor pada anak meliputi: 



Kehilangan massa otot dan jaringan lemak







Kehilangan selera makan







Warna serta tekstur kulit dan rambut berubah







Kelelahan parah







Diare







Pertumbuhan tubuh terhambat







Edema (pembengkakan) di bagian tungkai bawah, kaki, lengan, tangan, serta wajah







Terganggunya sistem kekebalan tubuh, sehingga sering menimbulkan infeksi







Mudah marah







Ruam dan bersisik pada kulit







Bekas jari menetap pada kulit setelah ditekan



Meski sebenarnya bertubuh kurus, tak jarang kondisi kwashiorkor bisa membuat anak tampak gemuk bahkan normal. Sebenarnya ini bukanlah kondisi normal yang sesungguhnya. Adanya pembengkakan atau edema yang terjadi di beberapa bagian tubuhlah, yang kemudian seolah menggantikan hilangnya jaringan lemak dan massa otot. Padahal aslinya, tubuh anak dengan kwashiorkor sangat kurus dan hanya berisi cairan. Apa penyebab kwashiorkor? Kwashiorkor paling umum terjadi pada anak-anak di bawah usia 4 tahun. Penyebab gizi buruk tipe kwashiorkor adalah karena tubuh balita kekurangan asupan protein yang didapat dari sumber makanan harian. Normalnya, setiap sel di dalam tubuh seharusnya mengandung protein yang dibutuhkan untuk memproduksi sekaligus memperbaiki sel yang rusak. Itulah alasan mengapa fungsi tubuh dapat terganggu jika kekurangan asupan protein. Bahkan, hingga membuat anak-anak mengalami kwashiorkor. 9



Kondisi gizi buruk karena kwashiorkor bisa terjadi negara-negara, khususnya di daerah dengan kasus kelaparan yang tinggi akibat kurangnya pasokan makanan. Di sisi lain, pengetahuan seputar kebutuhan gizi secara tidak langsung juga turut memiliki andil sebagai penyebab kwashiorkor. Bagaimana cara mendiagnosis kwashiorkor? Pertama-tama, pemeriksaan untuk mendiagnosis kwashiorkor dilakukan dengan cara mengecek kondisi fisik anak. Dokter akan mencari adanya ruam khas pada kulit, serta edema (pembengkakan) di beberapa bagian tubuh. Misalnya di kaki, lengan, tangan, maupun wajah anak. Pengukuran dan perbandingan berat serta tinggi badan juga tak luput dari pemeriksaan dokter, guna memastikan kemungkinan kwashiorkor. Selain dari menilai gejala fisik dan pola makan harian, diagnosis kwashiorkor juga bisa dilakukan dengan metode lainnya. Selanjutnya, dokter biasanya melakukan pemeriksaan terkait adanya pembengkakan hati (hepatomegali). Pemeriksaan bisanya dilanjutkan dengan mengukur kadar protein, elektrolit, gula, albumin, serta kreatinin melalui tes darah. Hal ini karena tidak sedikit anak dengan kwashiorkor yang memiliki kadar gula darah, protein, natrium, serta magnesium yang rendah. Apa pengobatan untuk mengatasi kwashiorkor? Menangani balita yang mengalami kwashiorkor tidak bisa dilakukan hanya dengan asal memberikan makanan saja. Sebaiknya perhatikan juga zat gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut. Penting untuk memberikan lebih banyak makanan sumber protein dan kalori guna memenuhi kebutuhan zat gizi yang tidak tercukupi. Awalnya, dokter dan ahli gizi biasanya menyarankan pemberian susu formula khusus F 75. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan makanan sumber kalori dalam bentuk karbohidrat, gula, maupun lemak. Selang beberapa waktu setelahnya, anak baru akan diberikan makanan tinggi protein. Penting untuk diperhatikan bagi para orangtua. Balita yang mengalami gizi buruk, terlebih kwashiorkor, harus didekatkan secara perlahan dengan beragam makanan guna memulihkan kondisinya. Pasalnya, tubuh anak butuh penyesuaian kembali karena telah lama kehilangan nutrisi tertentu. Alih-alih mempercepat proses pengobatan, terlalu banyak dan terlalu sering memberikan makanan justru dapat mengagetkan sistem pencernaannya. Jika diperlukan, dokter juga dapat merekomendasikan pemberian suplemen vitamin dan mineral harian, tergantung kondisi dan kebutuhan anak. c.



Marasmik-kwashiorkor



10



Sesuai dengan namanya, marasmik-kwashiorkor adalah bentuk lain dari gizi buruk pada balita yang menggabungan kondisi dan gejala antara marasmus dan kwashiorkor. Kondisi gizi buruk ini ditentukan dengan indikator berat badan balita berdasarkan usia (BB/U) kurang dari 60 persen baku median WHO. Apa saja gejala marasmik-kwashiorkor? Anak yang mengalami marasmik-kwashiorkor memiliki beberapa ciri utama, seperti: 



Bertubuh sangat kurus







Menunjukkan tanda-tanda tubuh kurus (wasting) di beberapa bagian tubuh. Misalnya hilangnya jaringan dan massa otot, serta tulang yang langsung kentara pada kulit seolah tidak terlapisi oleh daging.







Mengalami penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh.



Namun, tidak seperti kwashiorkor yang mengalami pembengkakan pada perut, sehingga membuat anak terlihat buncit. Adanya edema atau pembengkakan pada anak dengan marasmus dan kwashiorkor sekaligus, biasanya tidak terlalu mencolok. Bukan hanya itu saja. Berat badan anak yang mengamai marasmus dan kwashiorkor sekaligus biasanya berada di bawah 60 persen dari berat normal di usia tersebut. Apa penyebab marasmik-kwashiorkor? Oleh karena marasmik-kwashiorkor merupakan kondisi yang menggabungkan antara maramus dan kwashiorkor, tentu penyebabnya pun demikian. Secara garis besarnya, marasmik-kwashiorkor dikarenakan anak  kekurangan asupan zat gizi tertentu. Dalam hal ini meliputi kalori dan protein. Apa pengobatan untuk mengatasi marasmik-kwashiorkor? Secara umum, sebenarnya pengobatan yang bisa dilakukan untuk balita gizi buruk dengan marasmik-kwashiorkor merupakan gabungan dari dua kondisi 11



sebelumnya. Di antaranya meliputi pemberian susu formula khusus, serta pengaturan asupan makanan harian. 3. Panduan Penanganan Gizi Buruk Pada Balita Sesuai dengan penatalaksanaannya, Kementerian Kesehatan RI membagi penanganan gizi buruk pada balita atas 3 fase. a.



Fase stabilisasi Fase stabilisasi adalah keadaan ketika kondisi klinis dan metabolisme anak belum sepenuhnya stabil. Dibutuhkan waktu sekitar 1-2 hari untuk memulihkannya, atau bahkan bisa lebih, tergantung dari kondisi kesehatan anak. Tujuan dari fase stabilisasi yakni untuk memulihkan fungsi organ-organ yang terganggu serta pencernaan anak agar kembali normal. Dalam fase ini, anak akan diberikan formula khusus berupa F 75 atau modifikasinya, dengan rincian: 



Susu skim bubuk (25 gr)







Gula pasir (100 gr)







Minyak goreng (30 gr)







Larutan elektrolit (20 ml)







Tambahan air sampai dengan 1000 ml



Fase stabilisasi bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pemberian susu formula sedikit tapi sering Pemberian formula khusus dilakukan sedikit demi sedikit tapi dalam frekuensi yang sering. Cara ini bisa membantu mencegah kadar gula darah rendah (hipoglikemia), serta tidak membebankan saluran pencernaan, hati, dan ginjal. Pemberian susu formula setiap hari Pemberian formula khusus dilakukan selama 24 jam penuh. Jika dilakukan setiap 2 jam sekali, berarti ada 12 kali pemberian. Jika dilakukan setiap 3 jam sekali, berarti ada 8 kali pemberian. ASI diberikan setelah susu formula khusus Bila anak bisa menghabiskan porsi yang diberikan, pemberian formula khusus bisa dilakukan setiap 4 jam sekali. Otomatis ada 6 kali pemberian makanan. Jika anak masih mendapatkan ASI, pemberian ASI bisa dilakukan setelah anak mendapatkan formula khusus. Bagi orangtua, sebaiknya perhatikan aturan pemberian formula seperti: 



Lebih baik gunakan cangkir dan sendok daripada botol susu, meskipun anak masih bayi. 12







Gunakan alat bantu pipet tetes untuk anak dengan kondisi sangat lemah.



b. Fase transisi Fase transisi adalah masa ketika perubahan pemberian makanan tidak menimbulkan masalah bagi kondisi anak. Fase transisi biasanya berlangsung selama 3-7 hari, dengan pemberian susu formula khusus berupa F 100 atau modifikasinya. Kandungan di dalam susu formula F 100 meliputi: 



Susu skim bubuk (85 gr)







Gula pasir (50 gr)







Minyak goreng (60 gr)







Larutan elektrolit (20 ml)







Tambahan air sampai dengan 1000 ml



Fase transisi bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: 



Pemberian formula khusus dengan frekuensi sering dan porsi kecil. Paling tidak setiap 4 jam sekali.







Jumlah volume yang diberikan pada 2 hari pertama (48 jam) tetap menggunakan F 75.







ASI tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi formulanya.







Jika volume pemberian formula khusus tersebut telah tercapai, tandanya anak sudah siap untuk masuk ke fase rehabilitasi.



c. Fase rehabilitasi Fase rehabilitasi adalah masa ketika nafsu makan anak sudah kembali normal dan sudah bisa diberikan makanan agak padat melalui mulut atau oral. Akan tetapi, bila anak belum sepenuhnya bisa makan secara oral, pemberiannya bisa dilakukan melalui selang makanan (NGT). Fase ini umumnya berlangsung selama 2-4 minggu sampai indiktor status gizin BB/TB-nya mencapai -2 SD, dengan memberikan F 100. Dalam fase transisi, pemberian F 100 bisa dilakukan dengan menambah volumenya setiap hari. Hal ini dilakukan sampai saat anak tidak mampu lagi menghabiskan porsinya. F 100 merupakan energi total yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, serta berguna dalam pemberian makanan di tahap selanjutnya. Secara bertahap, nantinya porsi makanan padat anak bisa mulai ditambah dengan mengurangi pemberian F 100. 4. Panduan menangani balita gizi buruk di rumah 13



Setelah menjalankan pengobatan yang disarankan, anak dapat dikatakan sembuh bila BB/TB atau BB/PB sudah lebih dari -2 SD. Meski begitu, aturan pemberian makan yang tepat tetap masih harus dijalankan. Bagi orangtua, bisa menerapkan saran seperti: 



Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering sesuai dengan usia anak.







Rutin membawa anak untuk kontrol tepat waktu. Pada bulan pertama sebanyak 1 kali seminggu, bulan kedua sebanyak 1 kali setiap 2 minggu, dan bulan ketiga sampai keempat sebanyak 1 kali per bulan.



C. STUNTING Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anakanak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Pada tahun 2019, survei membuktikan sekitar 30 persen balita Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi. Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini disebabkan oleh dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa depan anak. Prevalensi



14



Penyebab Anak Mengalami Stunting Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting. Ada banyak sekali hal-hal yang dapat memicu terjadinya gizi buruk ini. Berikut adalah penyebab gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yang masih sering ditemui: 1. Pengetahuan ibu yang kurang memadai Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam keadaan sehat dan bergizi baik. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan nutrisi yang baik untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan. Begitu pula setelah lahir, 1000 hari pertama kehiduan (0-2 tahun) adalah waktu yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, bayi membutuhkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tambahan makanan pendamping 15



ASI (MPASI) yang berkualitas setelahnya. Oleh karena itu, ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak. Faktor lainnya yang juga dapat memicu stunting adalah jika anak terlahir dengan kondisi sindrom alkohol janin (fetus alcohol syndrome). Kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan saat hamil yang kemungkinan diawali ketidaktahuan ibu akan larangan terhadap hal ini. 2. Infeksi berulang atau kronis Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit infeksi berulang yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan stunting. Terjadinya infeksi sangat erat kaitannya dengan pengetahuan ibu dalam cara menyiapkan makan untuk anak dan sanitasi di tempat tinggal. 3. Sanitasi yang buruk Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Kedua hal ini bisa meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan infeksi cacing usus (cacingan). 4. Terbatasnya layanan kesehatan Kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di Indonesia yang kekurangan layanan kesehatan. Padahal, selain untuk memberikan perawatan pada anak atau ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan juga dibutuhkan untuk memberi pengetahuan mengenai gizi untuk ibu hamil dan anak di masa awal kehidupannya. Dampak Stunting terhadap Kesehatan Anak Stunting  pada anak dapat mempengaruhinya dari ia kecil hingga dewasa. Dalam jangka pendek, stunting pada anak menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik. Sekilas, proporsi tubuh anak stunting mungkin terlihat normal. Namun, kenyataannya ia lebih pendek dari anak-anak seusianya. Seiring dengan bertambahnya usia anak, stunting dapat menyebabkan berbagai macam masalah, di antaranya: 



Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa maksimal.







Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.







Anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker. 16



Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting sebagai upaya agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif. Gejala yang ditimbulkan akibat stunting antara lain anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda. Proses stunting sebenarnya kronis. Dalam mengatasi stunting, perlu peran dari semua sektor dan tatanan masyarakat. 



















Pada 1000 hari pertama kehidupan harus dijaga baik nutrisi maupun faktor di luar itu yang mempengaruhi stunting. Seribu hari pertama kehidupan adalah pembuahan/hamil ditambah usia 2 tahun balita. Saat itulah stunting harus dicegah dengan pemenuhan nutrisi dan lain-lain. Jika memang ada faktor yang tidak baik yang bisa mengakibatkan stunting, di 1000 hari pertama itulah semua dapat diperbaiki. Pola hidup sehat, terutama kualitas gizi dalam makanan perlu diperhatikan dengan menerapkan konsep setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu dalam memahami kebutuhan gizi saat hamil juga penting untuk disosialisasikan. Selain itu, edukasi tentang persalinan yang aman di fasilitas kesehatan, serta pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) hingga pemberian colostrum air susu ibu (ASI) juga wajib disosialisasikan. Akses terhadap sanitasi dan air bersih yang mudah dapat menghindarkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.



Pertumbuhan yang baik adalah pertumbuhan ukuran fisik sesuai standarnya, baik itu berat panjang atau tinggi dan lingkar kepala. Lingkar kepala kecil mempengaruhi kecerdasan karena otak kecil. Pada saat pergi ke pelayanan kesehatan baik itu rumah sakit, puskesmas maupun posyandu, mintalah untuk mengukur lingkar lengan atas bagi 6 – 9 bulan. Hal ini akan menentukan apakah balita gizi buruk, gizi ringan, normal. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan meliputi kemampuan motorik 17



kasar, motorik halus dan bahasa bicara atau cara berkomunikasi dengan orang (hubungan sosial). Pemeriksaan rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan penting walau tidak dalam kondisi sakit untuk mengecek pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia balita 3 bulan balita sebaiknya sudah miring, 4 bulan sudah tengkurep, 8 bulan sudah duduk dan 9 bulan sudah berdiri dan usia 1 tahun sudah dapat berjalan. Pada usia 2 tahun balita setidaknya sudah menguasasi 6 kata. Jika mengalami keterlambat berbicara sebaiknya diperiksakan ke dokter. Tatalaksana penanganan kasus stunting menitikberatkan pada pencegahannya bukan lagi proses pengobatan. Orang tua berperan untuk mengontrol tumbuh kembang anaknya masing-masing dengan memperhatikan status gizinya. Pertumbuhan dan perkembangan sesudah lahir harus naik atau baik dan apabila ada masalah harus segera dikonsultasikan ke dokter atau ahli gizi. Upaya pencegahan lebih baik dilakukan semenjak dini demi masa depan sang buah hati sebagai generasi penerus bangsa yang berhak tumbuh dengan sehat.



D. ANEMIA 1. Definisi Anemia Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus bahasa indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya : Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999). Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999). Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah (Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.



18



a. Nilai Hb normal 1) Bayi baru lahir : 17 – 22 gram/dl 2) Umur 1 minggu : 15 – 20 gram/dl 3) Umur 1 bulan



: 11 – 15 gram/dl



4) Anak – anak



: 11 – 13 gram/dl



5) Pria dewasa



: 13.8 - 17.2 gram/dl



6) Wanita dewasa : 12.1 – 15.1 gram/dl 7) Pria tua



: 12.4 – 14.9 gram/dl



8) Wanita tua



: 11.7 – 13.8 gram/dl



b. Nilai Hb anemia 1) Bayi baru lahir : < 17 – 22 gram/dl 2) Umur 1 minggu : < 15 – 20 gram/dl 3) Umur 1 bulan



: < 11 – 15 gram/dl



4) Anak – anak



: < 11 – 13 gram/dl



5) Pria dewasa



: < 13.8 - 17.2 gram/dl



6) Wanita dewasa : < 12.1 – 15.1 gram/dl 7) Pria tua



: < 12.4 – 14.9 gram/dl



8) Wanita tua



: < 11.7 – 13.8 gram/dl



(WHO.2008) 2. Klasifikasi Anemia a. Anemia defisiensi besi (62,3%) Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan oleh kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll). b. Anemia megaloblastik (29,0%) Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik dan kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi. c. Anemia anemia hipoblastik (8,0%) Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk itu di perlukan pemeriksaan : 19



1) Darah tepi lengkap 2) Pemeriksaan fungsi sterna 3) Pemeriksaan retikulosit, dll d. Anemia hemolitik (0,7%) Anemia jenis ini di sebabkan penghancuran/pemecahan sel darah nerah yang lebih cepat dari pembuatannya.



3. Prevelensi anemia



4. Etiologi anemia Berdasarkan ukuran sel darah merah ( Varney H,2006.;h.624) a. Anemia mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah) 20



1) Kekurangan zat besi 2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis yang mengakibatkan tidak ade kuatnya kandungan hemoglobin) 3) Ganguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di temukan di Asia Tenggara) 4) Keracuanan timah 5) Penyakit kronis (infeksi, tumor) b. Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal) 1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat 2) Kehilangan sel darah merah akut. 3) Gangguan hemolisis darah a. Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease) b. Ganggauan C hemoglobin c. Sterocitosis banyak di temukan di eropa utara d. Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase) e. Anemia hemolitik (efek samping obat) f. Anemia hemolisis autoimun 4) Penurunan produksi sel darah merah a. Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yamg mengancam jiwa) b. Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor) 5) Ekpansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan c. Anemia makrositik (peningkatan ukuran sel darah merah) 1) Kekurangan vitamin B12 2) Kekurangan asam folat 3) Hipotiroid 4) Kecanduan alkohol 5) Penyakit hati dan ginjal kronis



5. Tanda dan Gejala Anemia Selain itu terdapat gejala anemia ( kurang darah )yang paling sering di tunjukkan antara lain sebagai berikut : a. Kulit Wajah terlihat Pucat 21



Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat pucat b. Kelopak Mata Pucat Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat pucat. ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan biasanya dilakukan dengan cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna kelopak mata bagian bawah.



c. Ujung Jari Pucat Pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah di tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat. d. Terlalu Sering dan mudah Lelah Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika anda merasa mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan anda mengalami penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi alami didalam tubuh. e. Denyut Jantung menjadi tidak teratur Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen. sehingga jantung berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan. f. Sering merasa Mual Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir sama seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan Morning sickness. g. Sakit kepala Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi kekurangan Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah penderita Anemia sering mengeluh sakit kepala. h. Kekebalan tubuh menurun 22



Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan biasanya penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat melemahnya imun tubuh. i. Sesak napas Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah ketika melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam dalam tubuh, akibat kurangnya sel darah merah.



6. Komplikasi a. Gangguan pertumbuhan Pada bayi dan anak – anak, anemia defisiensi zat besi bisa menghambat pertumbuhan mereka. Akibatnya anak memiliki berat badan yang rendah atau tubuh yang lebih kecil dibanding anak – anak pada umumnya. b. Rentan terhadap infeksi Anak – anak yang mengidap anemia juga rentan terhadap infeksi. Tapi kondisi ini bisa dicegah dengan memberikan ASI pada bayi selama 1 tahun dan memberikan sereal yag kaya akan zat besi (untuk bayi yang berusia di atas 6 bulan) sampai bayi bisa mengkonsumsi jenis makanan padat lainnya.



7. Pencegahan a. Memberi ASI eksklusif Dalam rangka mencegah anemia pada anak, sebaiknya pemberian asi diberikan minimal sampai usia bayi 6 bulan. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Meskipun kandungan zat  besi dalam asi rendah akan tetapi tingkat penyerapan relatif tinggi. Untuk bayi yang baru lahir, ASI yang cukup dapat membantu mereka menghindari anemia. b. Pilihan Waktu Tepat dalam Pemberian MPASI Selain itu, makanan pendamping asi harus tepat waktu, yaitu usia 6 bulan. Banyak dari makanan tambahan mengandung zat besi yang melimpah, seperti kuning telur dan daging tanpa lemak. Makanan yang mengandung banyak vitamin C juga harus diberikan untuk anak-anak, yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. 23



c. Bahan Makanan yang Mengandung Penyerapan Zat Besi Meskipun zat besi sudah dapat diperoleh dengan baik akan tetapi hal yang harus dipertimbangkan selanjutnya adalah bahan makanan yang dapat membantu anda dalam penyerapan zat besi, contohnya adalah brokoli, jus tomat, jeruk, stroberi atau makanan yang mengandung zat besi yang mudah diserap yaitu golongan daging seperti unggas dan ikan. d. Kenali Makanan yang Menghambat Penyerapan zat besi Salah satu contoh makanan yang menghambat penyerapan zat besi adalah golongan polifenol yaitu teh, paprika, kunyit selain itu kandungan golongan asam fitrat seperti gandum, kacang-kacangan akan menurunkan penyerapan zat besi. e. Penanganan medis Anak-anak dengan anemia yang serius harus segera mendapatkan penanganan medis. Setelah pemeriksaan, maka pengobatan yang cocok dapat diputuskan untuk penderita anemia. Secara umum, cara mengobati anemia harus dilengkapi dengan kondisi medis anak-anak, sehingga gejala yang dialami anak belum tentu mengarah pada anemia. Singkatnya, orang tua harus memperhatikan situasi anak-anak mereka sehingga untuk menilai apakah anak-anak mereka mengalami anemia atau tidak. Jika mereka mendapatkan anemia, cara yang cocok seperti terapi diet harus diadopsi untuk meringankan penyakit ini.



8. Pengobatan a. Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di sekeliling Anda melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan makan Anda dan obat yang sedang Anda minum. Anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan apa penyebabnya. b. Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau sirup mungkin diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca- operasi 24



gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau intravenal). c. Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah penanganan. Setelah anemia tertangani, Anda masih akan terus menerima asupan suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk menjaga kondisi. Tinja Anda akan berwarna hitam selama perawatan. d. Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah menyembuhkan penyakitnya. e. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi darah. f. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. g. Pemberian preparat Fe: fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan. h. Fero glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara perenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah normal. i. Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler mulamula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250500 mg.



E. ANALISA KASUS Kasus Perawat melakukan kunjungan RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur adalah sebuah pemukiman padat penduduk di daerah pinggiran kota. Banyak warga yang tinggal di rumah-rumah semi permanen. Satu rumah petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu keluarga. Sebagian besar masyarakat di Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Mayoritas warga bekerja sebagai pemulung, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa harus ikut bekerja untuk 25



membantu keuangan keluarga. Ketika perawat melakukan kunjungan, perawat menemukan sejumlah anak-anak yang berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat. Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita yang datang dan ditemukan bahwa 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita mengalami gangguan selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting Data tambahan: Di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur terdapat 60 balita. Umur 0-12 bulan 21orang, 13- 36 bulan orang 15 dan 37- 60 bulan 24 orang. Mayoritas warga beragama islam. Jarak antar rumah berdekatan dan gangany sangat sempit. Masyarakat di kelurahan X mayoritas menggunakan transportasi umum, dan beberapa memiliki kendaraan roda dua. Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk di pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit. Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komunikasi verbal maupun nonverbal. Informasi dari RT/RW setempat menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid. ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya Rp1000 untuk 1x putaran. A. Pengkajian 1. Data inti a. Demografi Di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur terdapat 60 balita 1. Umur



:



- 0-12 bulan = 21 - 13- 36 bulan = 15 - 37- 60 bulan = 24 2. Pekerjaan



:orang tua sebagai pemulung, pedagang asongan, dan



pedagangkaki lima 3. Agama



: mayoritas islam



b. Statistik Vital Angka kesakitan Banyak balita yang menderita gizi buruk; sebanyak 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita mengalami gangguan selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting, diantaranya memperlihatkan perut buncit, mata cekung, serta berambut kasar dan merah,



26



pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, dan pertumbuhan gigi terlambat. c. Karakter Penduduk - Fisik: perut buncit, mata cekung, rambut kasar dan merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, dan pertumbuhan gigi melambat. - Psikologis: 80% orang tua balita merasa khawatir dan pasrah dengan kondisi anak mereka karena tidak memahami gejala yang dialami oleh anak mereka. - Sosial: masyarakat memiliki kesadaran untuk rutin membawa anaknya ke posyandu. - Perilaku: anak-anak usia sekolah terpaksa harus ikut bekerja untuk membantu keuangan keluarga 2. Penilaian Subsistem a. Lingkungan Fisik Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah semi permanen, Satu rumah petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu keluarga. Sebagian besar masyarakat di Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. b. Pelayanan kesehatan Jarak antara daerah tersebut dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan pemeriksaan kesehatan setiap 1 bulan sekali c. Ekonomi Pekerjaan warga RW 09 Kelurahan X mayoritas adalah sebagai pemulung, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima. Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan Rp. 500.000- 1.000.000. d. Kebijakan dan Pemerintahan Di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur terdapat sebuah posyandu.Kader yang dimiliki posyandu tersebut adalah 5 orang,dan sudah diberikan pelatihan oleh dinas kesehatan setempat. Posyandu tersebut rutin melakukan pemeriksaan kesehatan kepada balita disetiap bulannya. e. Keamanan & Transportasi Masyarakat di kelurahan X mayoritas menggunakan transportasi umum, dan beberapa memiliki kendaraan roda dua. Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk di pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit. Mayoritas warga menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas. 27



f.



Pendidikan Tingkat pendidikan orang tua balita 60% lulusan SD,30% tidak bersekolah, dan 10% tamatan SMP.



g. Komunikasi Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komunikasi verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid. h. Rekreasi Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya Rp1000 untuk 1x putaran. i. Persepsi Kebanyakan ibu mengatakan bahwa anak mereka mengalami keadaan seperti itu karena faktor keturunan dan mereka juga sudah memberikan makanan yang baik kepada anak mereka. B. Sumber Data Data Primer Data Sekunder - Perawat melakukan kunjungan RW 09 - Pada saat kegiatan posyandu, perawat



-



Kelurahan X, Jakarta Timur adalah



mengkaji



sebuah pemukiman padat penduduk di



ditemukan bahwa 43% balita memiliki



daerah pinggiran kota



BB kurang, 35% balita anemis, 52%



Banyak warga yang tinggal di rumah-



balita mengalami gangguan selera makan,



rumah semi permanen. Satu rumah petak



dan beberapa anak balita menderita



2x3m



stunting



biasanya



dihuni



oleh



satu



balita



yang



datang



dan



keluarga. -



Sebagian besar masyarakat di Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Indonesia



-



Mayoritas



warga



pemulung,



pedagang



bekerja



sebagai



asongan,



dan



pedagang kaki lima -



Perawat menemukan sejumlah anak-anak yang berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan merah.



-



Pertumbuhan melambat 28



-



Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya



-



Pertumbuhan gigi terlambat



-



Warga RW 09 Kelurahan X mengatakan tidak memahami gejala yang dialami oleh anak mereka dan cenderung pasrah.



-



Hampir seluruh warga/orang tua balita hanya lulusan SD dan SMP. 



-



Jarak antar rumah berdekatan, dan gangnya sempit. Satu rumah petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu keluarga. C. Analisa Data



No



Data Diagnosa Keperawatan Data Primer: Ketidakseimbangan nutrisi: 1. Perawat menemukan anak-anak yang berperut kurang dari kebutuhan tubuh pada balita di RW 09 buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan Kelurahan X Jakarta Timur merah (00002: 153) 2. Orang



tua



di



RW



09



cenderung



sering



memberikan makanan cepat saji (seperti mie instan, sosis dan nugget yang biasa dijual di pasar) 3. Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan ratarata kepala keluarga perbulan 500 - 1000000 Data Sekunder: 1. Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita yang datang dan ditemukan bahwa 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balitta mengalami gangguan selera makan, 50% balita memiliki TB kurang 2. Mayoritas warga bekerja sebagai pemulung, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima Data Primer: Gangguan tumbuh kembang 1. Rata-rata ibu di RW 09 mengatakan menikah pada balita di RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur pada umur 16 – 18 tahun 2. Pertumbuhan balita melambat 29



3. Wajah tampak lebih muda dari anak usianya 4. Pertumbuhan gigi melambat Data Sekunder: 1. Mayoritas ibu di RW 09 berusia 19 – 23 tahun 2. Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita yang datang dan ditemukan 43% balita mengalami BB kurang, beberpa balita menderita stunting 3. 80% orang tua merasa khawatir dan pasrah dengan kondisi anak mereka Data Primer: Defisien kesehatan 1. Banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa komunitas pada warga atau masyarakat lingkungan RW harus ikut bekerja untuk membantu keuangan 09 kelurahan X (00215: 144) keluarga 2. Ketika perawat melakukan kunjungan, perawat menemukan sejumlah anak yang berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan merah, pertumbuhan melambat wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi melambat 3. Orang tua masih memiliki kesadaran membawa anaknya ke posyandu 4. Kebanyakan ibu mengatakan bahwa mereka mengalami keadaan seperti itu karena faktor keturunan dan sudah memberikan makan yang baik kepada anak mereka Data Sekunder: 1. Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita yang datang dan ditemukan bahwa 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balitta mengalami gangguan selera makan, 50% balita memiliki TB kurang 2. Jarak antara kelurahan dan puskesmas sekitar 1 km dan ada satu posyandu di RW tersebut 3. Informasi daari RT/RW setempat menggunakan pengeras suara dari masjid 30



4. Kader posyandu terdapat 5 orang yang sudah mendapat pelatihan oleh dinas kesehatan setempat 5. Posyandu rutin melakukan pemeriksaan kesehatan pada balita setiap bulan 6. Kader dan petugas



posyandu lebih sering



melakukan pemeriksaan saja, kader posyandu jarang



melakukan



sosialisasi



atau



promosi



kesehatan pada warga 7. Di posyandu RW 09 kelurahan X masih kurang program – program kesehatan terkait kondisi yang kenyataannya banyak terjadi di lingkungan RW tersebut D. Skoring Diagnosa Keperawatan Komunitas NO . 1.



2. 3.



DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada balita di RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur Gangguan tumbuh kembang pada balita di RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur Defisien kesehatan komunitas pada warga atau masyarakat lingkungan RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur



A 4



B 4



C 3



PEMBOBOTAN D E F G H I 3 3 3 4 3 4



J 4



Jumlah K 4 39



4



4



3



3



2



3



4



3



4



4



4



38



3



3



3



3



2



3



3



3



4



4



3



34



Keterangan pembobotan: 1. 2. 3. 4. 5. A. B. C. D. E.



Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi Risiko terjadi Risiko parah Potensial penkes Minat masyarakat Kemungkinan diatasi 31



F. G. H. I. J. K.



Sesuai program pemerintah Tempat Waktu Dana Fasilitas kesehatan Sumber daya



E. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada balita di RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur 2. Gangguan tumbuh kembang pada balita di RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur 3. Defisien kesehatan komunitas pada warga atau masyarakat lingkungan RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur



F. Intervensi N Diagnosa o. Keperawatan 1. Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita di RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur



Tujuan Umum Setelah dilakukan pembinaan selama 2 bulan, program pemenuha n gizi seimbang pada balita dapat berjalan dengan optimal



Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi Khusus Strategi Kegiatan Kriteria Evaluasi Standar 1. Memah Proses 1. Sosialisasi Kognitif 1. 90% ami Kelomp pembentuka masyaraka pemben ok n kelompok t paham tukan kerja proses kelomp kesehatan pembentu ok gizi bersama kan balita tokoh kelompok masyarakat gizi 2. Membe ntuk kelomp ok gizi balita



2. Pembentuka Afektif n kelompok gizi balita



2. Setiap RT mengirim 2 perwakila n



1. Mening katkan pengeta huan tentang gizi buruk pada balita



1. Melakukan pendidikan kesehatan balita dengan gizi buruk



Kognitif



1. Meningkat nya pengetahu an ibu secara signifikan



2. Menganjurk Kognitif an orang tua untuk ke



2. 90% ibu mengataka n akan



2. Menget ahui perkem



Pendidi kan Kesehat an



32



bangan anak



pelayanan kesehatan secara rutin dan teratur



3. Mening katkan pengeta huan tentang makana n gizi seimba ng



3. Melakukan penkes tentang pemenuhan makanan bergizi dengan harga murah



Kognitif



4. Terseba rnya informa si melalui leaflet 5. Terseba rnya informa si melalui spandu k



4. Menyebar leaflet di setiap RT



Kognitif



1. Mening Pember katkan dayaan nafsu makan anak



1. Pelatihan kepada ortu tentang pembuatan makanan yang unik 2. Pelatihan kepada ortu terapi bermain seperti terapi story telling



2. Mengaj arkan memeb ri makan anak sambal menden garkan cerita 3. Mengaj arkan pemilih an gizi yang



5. Pemasanga Kognitif n spanduk di setiap RT



3. Pelatihan membuat menu makanan yang



membawa anaknya ke pelayanan kesehata 3. Meningkat nya pengetahu an ibu



4. Tersebarn ya leaflet disetiap RT 5. Terpasang spanduk disetiap RT



Psikomo tor



1. 90% orang tua memaham i edukasi



Psikomo tor



2. 90% orang tua memaham i edukasi



Psikomo tor



3. 90% orang tua memaham i edukasi



33



seimba ng 1. Melaku kan kerjasa ma dengan posyan du



bergizi



Partners hip



2. Melaku kan kerjasa ma dengan puskes mas



2.



Gangguan tumbuh kembang pada balita di RW 09 kelurahan X Jakarta Timur



Setelah 1. Pertumbuh dilakukan an dan pembinaan perkemban selama 2 gan anak bulan, sesuai program dengan tatalaksan usia a tumbuh 2. Kematanga kembang n fungsi balita mencapai dapat optimal berjalan sesuai usia dengan anak optimal 3. Orang tua tahu dan mampu menstimula si tumbuh kembang anak 4. Orang tua memahami pertumbuh an fisik anak menurut usianya 5. Orang tua



Proses Kelomp ok



1. Kolaborasi dengan posyandu untuk pemberian makanan tambahan



Psikomo tor



2. Pemberian suplemen diet sesuai kebutuhan



Psikomot or



2. Terlaksana nya pememnu han gizi



1. Sosialisasi Kognitif pembentukan organisasi Ibu Pintar Anak Sehat (IPAS) di RW 09



1. 95% orang tua balita di RW 09 memahami tujuan pembentukan IPAS



2. Rekruitment Afektif anggota organisasi IPAS di RW 09



2. 95% orang tua bersemangat untuk mendaftarkan dirinya sebagai anggota IPAS 3. Terbentuknya kader-kader dalam organisasi dan program kerja di IPAS



3. Melakukan Afektif penyusunan dan anggota dan Kognitif program kerja IPAS di RW 09 Pendidi kan Kesehat an



1. Terlaksana nya pemberian makanan tambahan



1. Penyuluhan kesehatan tentang tumbuh kembang balita di RW 09



Kognitif



1. 95% orang tua memahami proses tumbuh kembang balita



2. Penyulhan kesehatan



Kognitif



2. 95% orang tua memahami 34



memahami standar gizi/makan an yang sesuai bagi balita



tentang tanda gangguan tumbuh kembang pada balita di RW 09 3. Ajarkan orang tua cara menstimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia anak



4. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugastugas perkembangan sesuai usia anak



tanda gangguan tumbuh kembang pada balita Kognitif



Kognitif dan Psikomo tor



5. Ajarkan kepada Afektif orang tua agar dan datang ke Kognitif pelayanan kesehatan secara rutin untuk memeriksa kesehatan balita (posyandu/pusk esmas) Pember dayaan



1. Mengadakan pertemuan setiap hari rabu kepada anggota kelompok IPAS untuk



Kognitif dan Psikomo tor



3. Orang tua di RW 09 terpapar cara menstimulasi tingkat perkembangan sesuai usia anak dan 90% orang tua memahami edukasi yang telah diberikan 4. Orang tua RW 09 terpapar tentang pertumbuhan fisik dan tugas perkembangan anak sesuai usia anak dan 90% orang tua memahami edukasi yang diberikan 5. Orang tua memahami pentingnya memeriksa kesehatan balita secara rutin dan orang tua secara rutin membawa balita ke posyandu/pusk esmas 1. 95% kelompok hadir dan semangat mengikuti konseling 35



melakukan konseling terkait situasi terkini tumbuh kembang balita di RW 09



Partners hip



3.



Defisien



Setelah



1. Meningkatn Proses



program IPAS setiap hari senin



2. Melatih kelompok IPAS untuk menstimulasi tumbuh kembang balita



Kognitif dan Psikomo tor



2. Orang tua terpapar cara menstimulasi tumbuh kembang balita dan 90% mampu menyebutkn kembali hal yang telah di edukasi



1. Koordinasi dengan ahli gizi untuk memberikan pemahaman tentang menu gizi seimbang, modifikasi makanan, dan pola asuh nutrisi keluarga



Kognitif



1. Orang tua terpapar edukasi dari ahli gizi dan 90% orang tua mampu memhami edukasi yang telah diberikan



2. Koordinasi dengan posyandu dalam pemberian makanan tambahan



Afektif dan Psikomo tor



3. Bekerja sama dengan pengusaha cathering makanan untuk pembagian salah satu menu gizi seimbang 1. Melakukan



Afektif dan psikomo tor



2. Orang tua merasa senang mendapat makanan tambahan dan memberikan makanan tambahan pada balita 3. Terlaksananya pembagian menu gizi seimbang dan orang tua merasa senang



Afektif



1. 90% orang tua 36



kesehatan komunitas pada warga atau masyarakat lingkungan RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur



dilakukan ya pembinaan pemahaman selama 2 keluarga bulan, tentang masyaraka kesehatan t RW 09 komunitas Kelurahan 2. Masyarakat X dapat mampu memaham berperilaku i sehat kesehatan 3. status komunitas kesehatan balita dapat meningkat dan tercapai derajat optimal



kelompo k



Pendidi kan kesehata n



konseling dan terkait defisiensi psikomo kesehatan balita tor di RW 09 rutin seminggu sekali 1. Penyuluhan tentang kesehatan komunitas pada balita di RW 09



Kognitif



2. Penyuluhan tentang perilaku sehat di RW 09



Kognitif dan psikomo tor



Kognitif 3. Penyebaran leaflet di setiap rumah di RW 09



Pember dayaan



1. Memfasilitasi kegiatan masyarakat



2. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau beresiko pada masyarakat RW 09



Psikomo tor dan afektif Kognitif



hadir dan mengikuti konseling dengan semangat 1. 95% masyarakat RW 09 memahami edukasi yang diberikan 2. 95% masyarakat RW 09 memahami edukasi yang diberikan dan melakukan perilaku sehat dalam menjalani kehidupan sehari-hari 3. Tersebarnya leaflet di setiap rumah di RW 09 sehingga masyarakat mendapat informasi 1. 90% masyarakat mengikuti kegiatan dengan semangat 2. 95% masyarakat di RW 09 mengerti cara menolak perilaku tidak sehat atau berisiko



37



Partners hip



1. Bekerjasama dengan posyandu dalam melakukan skrining tumbuh kembng balita dan kebutuhan nutrisi pada balita di RW 09



Psikomo tor



1. 95% orang tua mau membawa anaknya ke posyandu untuk di skrining



F. Peran Perawat Komunitas Pada Agregat Balita Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan, penemu kasus, penghubung dan koordinator, pelaksana konseling keperawatan, dan model peran. Peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada kelompok khusus balita merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung kelompok khusus balita mencapai derajat kesehatan yang optimal. Peran perawat komunitas pada kelompok khusus balita: 1) Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider) Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada balita, baik itu balita dalam kondisi sehat maupun yang sedang sakit. Contoh : Perawat melakukan pengkajian di RW 09 Kelurahan X, Perawat melakukan Intervensi untuk mengatasi masalah gizi buruk yaitu salah satunya dengan mengadakan penyuluhan bagi ibu-ibu setempat dan membagikan salah satu contoh menu gizi seimbang bagi balita 2) Pendidik (health educator) a)



Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada saat berinteraksi maupun formal.



b) Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan . c)



Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses keperawatan.



38



Contoh : Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau informasi kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita. Diperlukan pengkajian tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan, seperti di RW 09 didapatkan hasil pengkajian ada balita yang mengalami gizi buruk, Perawat memberikan informasi terkait gizi seimbang melalui penyuluhan. 3) Konselor Peran perawat : 



Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.







Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.







Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.







Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan Contoh : Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua



yang mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar berbagai permasalahan kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari seperti makanan yang tepat bagi balita itu apa agar mencegah terjadinya gizi buruk. 4) Pemantau Kesehatan (health monitor) Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu, puskesmas, atau kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna mengetahui dinamika kesehatan balita terutama pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga jika terjadi masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi secara tepat dengan segera. 5) Client Advocate (Pembela Klien) Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain



39



yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Hak-Hak Klien (Dysparty,1998) antara lain : • Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya • Hak atas informasi tentang penyakitnya • Hak atas privacy • Hak untuk menentukan nasibnya sendiri • Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan. Contoh : Perawat memberikan informasi kepada ibu-ibu yang mengikuti kegiatan penyuluhan atas penyakit gizi buruk serta pengobatannya, agar para ibu lebih mengerti tindakan apa yang akan diberikan kepada anaknya jika mengalami gizi buruk 6) Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service) Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dan tidak terpisah-pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat terutama kesehatan



balita dalam



mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. 7) Change Agent Mengidentifikasi masalah,motivasi pasien dan membantu klien untuk berubah, mencari alternatif, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase ini (Marriner Torney). Contoh : perawat mengidentifikasi masalah gizi buruk, stunting, anemia pada balita. Serta memberikan solusi alternaltif berupa intrvensi keperawatan dalam bentuk penyuluhan tentang gizi yang seimbang bagi balita agar mencegah terjadinya gizi buruk. 8) Collaborator Kolaborasi dengan dokter fisioterapis, ahli gizi, dll, mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya untuk mempercepat penyembuhan klien.



40



Contoh : Perawat bekerja sama dengan ahli gizi untuk membagikan menu gizi seimbang kepada ibu-ibu yang memiliki balita sehabis penyuluhan. 9) Panutan (role model) Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu kesehatan yang lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh sebab itu akan lebih mulia bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata cara merawat balita. 10) Fasilitator Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan. G. FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS Merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya, dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain : 1.



Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis



(pemenuhan kebutuhan



oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri. Contoh : Perawat melakukan perannya sebagai educator melalui kegiatan penyuluhan gizi seimbang bagi balita kepada ibu-ibu yang memiliki balita di RW 9 Kelurahan X 2.



Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana. Contoh : Perawat melakukan kegiatan penyuluhan di RW 09 Kelurahan X atas instruksi dari atasan, karena adanya kasus balita gizi buruk di daerah tersebut. 41



3.



Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tam satu dengan lainnya ,fungsi ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan. Contoh : Perawat bekerja sama dengan ahli gizi dan dokter untuk melakukan perubahan terhadap gizi buruk pada balita di daerah RW 09 Kelurahan X agar terciptanya balita yang sehat dengan gizi yang seimbang.



H. PROGRAM KESEHATAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 1. Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. a. Posyandu  Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.  Terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan, mencakup;  1. Kesehatan ibu dan anak;  2. Keluarga berencana;  3. Imunisasi;  4. Gizi;  5. Pencegahan dan penanggulangan diare.  1. Program- program di posyandu a. Pemberian Asi Ekslusif ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan kekebalan dan mencegah berbagai penyakit, serta untuk kecerdasan.  1. Beri ASI saja sampai anak berumur 6 bulan.  2. Setelah 6 bulan, teruskan menyusui sampai anak berumur 2 tahun dan berikan makanan pendamping ASI.  42



3. Makanan pendamping ASI berupa makanan lumat diberikan secara bertahap, mula-mula 2 kali berangsur sampai 3 kali sehari, dalam jumlah yang kecil sebagai makanan perkenalan. Kenalkan buah/ sari buah 2 kali sehari sedikit demi sedikit. .b. Tumbuh kembang anak 1. Perhatikan tumbuh kembang anak secara teratur.  2. Bawa ke Posyandu untuk ditimbang, dapatkan kapsul vitamin A, imunisasi, stimulasi tumbuh kembang dan periksa kesehatan. 3. Timbanglah berat badan untuk memantau pertumbuhan anak sehingga dapat mencegah gizi kurang atau gizi buruk. Bila ditimbang berat badan tidak naik 2 bulan berturut-turut atau turun rujuk ke Puskesmas.  4. Beri makanan bergizi sesuai kelompok umur anak, agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas. 5. Gunakan garam beryodium setiap kali masak. 6. Bila ada gangguan perkembangan anak, rujuk ke Puskesmas.  7. Bila anak sakit, bawa ke Puskesmas. c. Pemberian kapsul vitamin A  1. Vitamin A bersumber dari sayur-sayuran berwarna hijau (bayam, daun katuk, serta buah-buahan segar berwarna cerah seperti pepaya, tomat, wortel, mangga dan dari sumber hewani seperti telur, hati, ikan).  2. Vitamin A membuat mata sehat, tubuh kuat dan mencegah kebutaan.  3. Beri kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita, kapsul biru dengan dosis 100.000 SI untuk bayi dan kapsul merah dengan dosis 200.000 SI untuk anak balita.  4. Dapatkan kapsul vitamin A secara gratis setiap bulan Februari dan Agustus di Posyandu atau Puskesmas d. Pedoman Gizi Seimbang Pedoman Gizi Seimbang (PGS) bertujuan untuk menyediakan pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal.  Pedoman Gizi Seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.



43



Empat Pilar Gizi Seimbang 1. Mengonsumsi makanan beragam Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh. 2. Membiasakan perilaku hidup bersih Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang : Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik. 3. Melakukan aktivitas fisik Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanyasumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.  4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola 44



Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya. Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS. e. Pemberian makanan tambahan (PMT) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita. PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan. Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium. Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga. PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai sasaran penyuluhan kepada orang tua balita tentang makanan kudapan ( snack ) yang baik diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi



45



balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta masayarakat dalam mendukung kesinambungan penyelenggaraan posyandu f. Gerakan 1000 HPK 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah masa sejak anak dalam kandungan hingga seorang anak berusia dua tahun. 1000 Hari Pertama Kehidupan juga disebut “PERIODE EMAS”, karena pada periode ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat , yang mendukung seluruh proses pertumbuhan anak dengan sempurna. Kurang gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu masa sejak anak dalam kandungan sampai seorang anak berusia 2 tahun, tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya. Jika bayi tidak mendapatkan cukup gizi yang dibutuhkannya di Periode Emas ini maka pertumbuhan otak terhambat, anak tidak cerdas, pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan anak terhambat, dan anak menjadi pendek (stunting), anak menjadi lemah dan mudah sakit, Anak akan sulit mengikuti pelajaran saat bersekolah nantinya, Setelah dewasa akan sulit mendapatkan pekerjaan atau melakukan pekerjaan dengan penghasilan yang baik seperti yang diinginkannya. Agar kebutuhan gizi bayi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (Periode Emas) dapat dipenuhi dengan sempurna: 1. Makan lebih banyak (dua porsi) dan beraneka ragam lauk pauk, sayur dan buah, agar kebutuhan gizi janin terpenuhi dengan cukup sejak awal dan selama masa kehamilan, dan minum tablet tambah darah 1 butir sehari, berarti total minimal 90 butir selama masa kehamilan 2. Jangan merokok, jangan minum minuman bersoda, beralkohol, jangan makan mie instan sebagai makanan pokok, hindari makanan berpengawet, dan jangan minum obat tanpa resep dokter. 3. Ikuti kelas ibu hamil, dan lakukan perawatan payudara untuk menjamin keberhasilan pemberian ASI, tanyakan Bidan bagaimana cara perawatannya, (tanpa melakukan hal ini keberhasilan pemberian ASI dapat terhambat 4. Lakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan ke Bidan, minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk memantau pertumbuhan janin 5. Rencanakan di mana tempat persalinan dan siapa Bidan yang akan menolong persalinan 6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) langsung setelah bayi lahir, agar bayi mendapatkan kolostrum dalam kehangatan dekapan ibu, dan inisiasi ini sangat mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif 7. Berikan ASI secara EKSKLUSIF mulai bayi usia 0 – 6 bulan. Hanya ASI saja, tanpa tambahan apapun, air juga tidak. Ingat lambung bayi baru lahir sangat kecil, dan semua kebutuhan gizinya sampai dengan usia 0-6 bulan sudah terpenuhi dengan sempurna hanya dengan ASI saja 8. Setelah usia 6 bulan sampai usia 2 tahun, teruskan pemberian ASI dengan makanan tambahan pendamping ASI (MP ASI). (Lihat Buku KIA) 9. Menimbang bayi tiap bulan di Posyandu untuk dipantau tumbuh kembangnya. 46



10.Berikan kapsul vitamin A dan imunisasi lengkap sesuai jadwal Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum memberi ASI, sebelum menyiapkan dan memberi MP ASI, sesudah membersihkan tinja anak, sebelum makan dan sesudah BAB. Semuanya ini agar baik bayi maupun ibu tidak jatuh sakit di periode KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan; dan (2) menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan. Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9% diantaraanya ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS. Bentuk dan pengembangan KMS ditentukan oleh rujukan atau standar antropometri yang dipakai, tujuan pengembangan KMS serta sasaran pengguna. KMS di Indonesia telah mengalami 3 kali perubahan. KMS yang pertama dikembangkan pada tahun 1974 dengan menggunakan rujukan Harvard. Pada tahun 1990 KMS revisi dengan menggunakan rujukan WHO-NCHS. Pada tahun 2008, KMS balita direvisi berdasarkan Standar Antropometri WHO 2005.



47



 Fungsi dan Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) 1. Fungsi Kartu Menuju Sehat (KMS) Fungsi utama KMS ada 3, yaitu; a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan. b. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi. c. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare. 2. Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) a. Bagi orang tua balita Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat. Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. b. Bagi kader KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1 kali kader dapat memberikan penyuluhan tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik



48



2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan terdekat, agar anak mendapatkan pemerikasaan lebih lanjut. KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di posyandu pada bulan berikutnya. c. Bagi petugas kesehatan Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya. Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya. Penjelasan Umum Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita KMS-BALITA dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan Untuk Laki- Laki. KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan Untuk Perempuan. KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman) dengan 5 bagian didalamnya sebagai berikut.



49



Langkah-Langkah Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) Langkah-langkah pengisian KMS adalah sebagai berikut; 1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin. KMS Anak Laki-Laki untuk anak laki-laki dan KMS Anak Perempuan untuk anak perempuan. 2. Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS.



50



4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak a. Letakkan (plot) titik berat badan hasil penimbangan.



51



b. Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu. Jika bulan sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus.



5. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak



6. Menentukan status pertumbuhan anak Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah seperti tertera sebagai berikut:



52



7. Mengisi catatan pemberian imunisasi bayi



8. Mengisi catatan pemberian kapsul vitamin A



9. Isi kolom Pemberian ASI Eksklusif



53



Beri tanda (√) bila pada bulan tersebut bayi masih diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi makanan lain selain ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-).



Tindak Lanjut Hasil Penimbangan Tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita adalah sebagai berikut: 1. Berat badan naik (N): • Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu • Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana • Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan umurnya. • Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya. 2. Berat badan tidak naik 1 kali • Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu • Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana • Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak • Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu. • Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya • Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya 3. Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah (BGM) • Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu dan anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya. 54



• Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana • Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak • Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu. • Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya • Rujuk anak ke Puskesmas/Pustu/Poskesdes.



55



DAFTAR PUSTAKA



Nareza, Meva. 2020. Pahami Penyebab Stunting dan Dampaknya pada Kehidupan Anak. https://www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko. (23 Februari 2020). Prawirohartono, Endy Paryanto dan Rofi Nur Hanifah. 2019. Kenali Penyebab Stunting Pada Anak. https://sardjito.co.id/2019/07/22/kenali-penyebab-stunting-anak/. (24 Februari 2020). Upahita, Damar. 2020. Mengulas Seputar Gizi Buruk Balita yang Cukup Berbahaya. https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/gizi-buruk-pada-anak/. (23 Februari 2020).



56