Bawang Merah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium cepa L.)



DOSEN PENGAMPUH Selvia Sutriana, SP.,MP



DISUSUN OLEH: Puji Romadhon 164110296



JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU 2020



KATA PENGATAR Segala puji bagi Allah SWT , Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat ridho Nya, saya



akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul



“BAWANG MERAH”. Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis tidak lupa pada kesempatan ini mengaturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ibu Selvia Sutriana, SP.,MP selaku dosen bidang studi Dasar-Dasar Agronomi Pertanian jurusan Agroteknologi dan teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik. Semoga makalah “BAWANG MERAH” ini bermanfaat bagi kita semua.



Pekanbaru, Desember 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar..........................................................................................



i



Daftar Isi.....................................................................................................



ii



I.



Pendahuluan................................................................................... A. Latar Belakang........................................................................... B. Tujuan........................................................................................



1 1 2



II.



Teknik Dan Manajemen Budidaya............................................... A. Taksonomi, Asal, dan Penyebaran Tanaman............................. B. Faktor Tumbuh........................................................................... C. Persiapan Bahan Tanam dan Pengolahan Lahan........................ D. Penanaman................................................................................. E. Pemeliharaan Tanaman.............................................................. F. Panen dan Paska Panen.............................................................. G. Simplisia, Pengolahan Simplisia, dan Khasiat...........................



3 3 4 5 6 7 11 13



III.



Analisis............................................................................................ A. Aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya.......................................... B. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, Ancaman...........



16 16 18



IV.



PENUTUP....................................................................................... A. Kesimpulan................................................................................



20 20



DAFTAR PUSTAKA.....................................................................



21



ii



I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Brebes memiliki wilayah seluas 116.117 Ha yang terdiri dari dataran rendah, sedang, dan perbukitan. Brebes memiliki hasil pertanian yang beraneka ragam dari palawija, buah-buahan, dan sayuran. Khusus untuk sayuran dataran rendah terutama bawang merah, Brebes telah dikenal sejak lama sebagai daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Bawang merah di Kab. Brebes memilik aroma dan rasa yang khas sehingga sangat digemari oleh pengguna bawang merah baik lokal maupun regional. Kebutuhan serta daya beli bawang merah yang tinggi mengakibatkan petani Brebes melakukan teknik budidaya yang berorientasi pada hasil tanpa memerhatikan kelestarian lingkungan. Bawang merah dipacu pertumbuhannya serta dicegah dari gangguan hama dan penyakit dengan berbagai cara. Petani di daerah Brebes lebih memilih pengaplikasian pestisida dan penggunaan pupuk kimia daripada cara-cara konvensional. Cara tersebut dianggap paling mudah dilakukan, jaminan keberhasilan tinggi, dan hasilnya lebih cepat terlihat. Penggunaan pestisida dengan jumlah yang banyak dan berlanjut dalam jangka waktu lama tentu memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Hama dan patogen yang awalnya dapat ditekan populasinya menggunakan pestisida menjadi resisten. Residu dari pestisida juga berbahaya bagi kesehatan manusia dan ternak. Pestisida juga dapat menyebabkan kematian pada musuh-musuh alami (Suwahyono dan Wahyudi,1998). Sebenarnya, hasil tanaman yang baik belum tentu menjadi preferensi produk bagi konsumen apabila keamanan produk bagi kesehatan tidak terjamin. Saat ini, konsumen cenderung memilih produk yang diproduksi secara alami tanpa penggunaan pestisida (organik). Konsumen memilih produk tersebut karena relatif lebih sehat dan proses produksinya ramh lingkungan. Preferensi produk organik tersebut mengakibatkan permintaan produk pertanian organik di seluruh dunia meningkat pesat. Hal tersebut menjadi sebuah tuntutan dan tantangan bagi petani Bawang Merah di Brebes. Petani Brebes harus menjaga kuantitas produksi tinggi dengan kualitas yang baik tetapi tetap aman untuk dikonsumsi masyarakat. Beberapa petani di Brebes kemudian mengembangkan teknik budidaya dengan memerhatikan kelestarian lingkungan, atau yang lebih dikenal sebagai Pertanian Organik. Petani-petani tersebut kemudian membentuk kelompok tani, seperti kelompok tani Bahagia IV di Desa Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Brebes. 1



Teknik dan manajemen budidaya bawang merah secara organik atau semi-organik tentunya berbeda dari teknik dan manajemen budidaya bawang merah non-organik. Perbedaan tersebut terdapat mulai dari persiapan bahan tanam, pengolahan lahan, penanaman, hingga penanganan panen dan paskapanen. Untuk itu sangat penting memelajari teknik dan manajemen budidaya bawang merah organik, terutama untuk pemanfaata bawang merah sebagai tanaman obat. Hal ini karena tanaman obat harus berasal dari bahan yang aman dikonsumsi dan terjaga khasiatnya bagi kesehatan manusia. B. Tujuan Mengetahui teknik budidaya bawang merah organik sebagai kearifan lokal di daerah Brebes.



2



II. TEKNIK DAN MANAJEMEN BUDIDAYA A. Taksonomi, Asal, dan Penyebaran Tanaman Menurut Rahayu dan Berlian (1999) tanaman bawang merah dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisio



: Spermatophyta



Subdivisio : Angiospermae Kelas



: Monocotyledonae



Ordo



: Liliales



Family



: Liliaceae



Genus



: Alium



Spesises



: Alium cepa L.



Bawang merah (Allium cepa L.) menjadi sayur yang bernilai tinggi bagi semua orang di dunia. Dalam konteks mural dari Mesir Kuno, sekitar 3000 tahun sebelum masehi, menggambarkan bawang merah telah menjadi bagian kehidupan pada masa itu. Bawang merah, atau onions dalam bahasa inggris, berasal dari bahasa latin yang berarti “mutiara besar”. Bawang merah dibandingkan dengan mutiara tidak hanya karena bentuknya saja, tetapi juga karena nutrisinya yang bernilai tinggi (Phrophens and Nuez, 2008) Bawang merah adalah spesies yang termasuk dalam keluarga Allium. Genus tersebut terdiri dari sekitar 750 spesies yang hampir keseluruhan terdistribusi di belahan bumi utara. Kebanyakan spesies Allium dapat ditemukan di Eurasia dan bagian kecil dari Amerika. Anggota genus Allium menyukai lingkungan tumbuh di situs yang terbuka, kering, dan cerah pada iklim lembab maupun kering. Sebagian besar spesies dapat dijumpai di daerah sekitar mediterania pada bagian timur asia barat hinga tengah (Phrophens and Nuez, 2008). Melihat dari segi morfologisnya, bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari (Sunarjono 2004). 3



Tanaman bawang merah varietas Bima Brebes memiliki ciri-ciri tinggi tanaman 2544 cm, jumlah anakan 7-12, bentuk daun silindris, warna daun hijau, jumlah daun 14-50 helai, umur panen ±60 HST, pembungaan 50 hari (agak sukar), jumlah biji 120-160, tangkai bunga/ rumpun 2-4, buah/tangkai 60-100. Bentuk biji bawang merah Bima Brebes bulat, agak gepeng, dan berkeriput hitam dengan bentuk umbi lonjong. Potensi produksi Bima Brebes 9,9 ton/ha dengan susut bobot 21,5 %. Bawang Merah jenis ini tahan terhadap busuk umbi. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan system perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004). Tanaman ini memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis. Daun bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek. Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 60-100 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2007). Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995). B. Faktor Tumbuh Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi suhu udara antara 2532°C dan iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi (BPPT, 2007 ). Angin merupakan faktor iklim bepengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka angin kencang 4



yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara 300-2500 mm/tahun (Deptan, 2007 ). Kelembaban udara (nisbi) untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal, bawang merah menghendaki kelembaban udara nisbi antara 80-90 persen. Intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/hari, oleh sebab itu tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh (Deptan, 2007 ). Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya adalah 0400 m dpl saja, Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah adalah tanah yang bertekstur remah sedang sampai liat, drainase yang baik, penyinaran matahari minimum 70%. (BPPT, 2007 ). Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu, drajad kemasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah antara 5,5-6,5, tata air (darainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada genangan (Sudirja, 2007). C. Persiapan Bahan Tanam dan Pengolahan Lahan Secara umum pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul tanah sekitar 20 – 30 cm hingga gembur. Setelah itu dibuat bedengan dengan lebar 1 – 1,5 m. Diantara bedengan tersebut dibuat parit dengan kedalaman 40 – 50 cm. Langkah terakhir adalah pemberian pupuk (Rahayu dan Berlian, 1999). Petani bawang merah didaerah Brebes dugunakan umbi sebagai benihnya, benih tersebut berasal dari umbi yang dipanen tua lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran tinggi. Benih tersebut disimpan 2-3 bulan, ukuran benih sekitar 1,5-2cm dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna merah tua mengkilap. Jarak tanam yang dipakai petani Brebes adalah 20x20cm dengan bobot umbi 3–5 gram, dibutuhkan bobot sekita 1,4ton benih per hektar. Ada pula yang menggunakan jarak tanam 15x15cm sehingga dibutuhkan 2,4 ton perhektar. Untuk dataran rendah, bawang merah yang optimal ditanam adalah varietas Kuning, Bima Brebes, Bangkok, Kuning Gombong, Klon no. 33, dan klon no. 86. Sementara itu, untuk dataran sedang atau tinggi dapat ditanamai varietas Sumenep, Menteng, klon no. 33, dan Bangkok2 (Bintara, 2013).



5



Petani di Brebes membuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m dan tinggi 20-30cm dengan panjang sesuai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50cm, jarak tersebut sekaligus dijadikan sebagai parit sedalam 50cm. Bedengan yang sudah dibuat dicangkul sedalam 20cm dan digemburkan tanahnya. Bentuk permukaan bedengan dibuat rata. Petani biasanya manambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektarnya. Kapur tersebut diberikan 2 minggu sebelum tanam. Gunakan pupuk kompos atau kandang sebanyak 15-20 kg sebagai pupuk dasar per hektar. Pupuk tersebut ditaburkan diatas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata, kemudian ditambahkan urea, ZA, SP36, dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg, dan 56 kg setiap hektarnya. Pupuk buatan dicampur dan didiamkan selama 1 minggu sebelum pengaplikasian dibedengan.



Gambar 1. Contoh aturan pembuatan bedengan (Rahayu dan Berlian, 1999). D. Penanaman Bawang merah biasanya ditanam pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Musim kemarau biasanya jatuh pada bulan April–Oktober. Waktu tanam sangat penting, sehingga harus diperhitungkan agar tanaman berumur 60–90 hst dapat dipanen pada musim kemarau juga. Apabila penanaman dilakukan di awal musim kemarau, maka tanaman bawang merah dapat ditanam dua kali berturut-turut. Tanaman bawang merah sebenarnya dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan drainasi dijakan dengan intensif. Penanaman sebaiknya dilaksanakan ketika cuaca cerah, tidak berkabut, bukan saat pergantian musim, dan tidak menghindari angin kering menjelang musim kemarau.



6



Gambar 3. Cara penanaman bawang merah (sumber: ) Sebelum bibit ditanam, tanah bedengan harus disiram air lebih dulu dan dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal kecil untuk memudahkan penanaman. Umbi bibit yang telah dipotong sebagian ujungnya dan telah mengering dibenamkan ke dalam tanah atau ke da lama lubang tanam. Permukaan umbi sebaiknya rata dengan permukaan tanah dan berdiri tegak. Umbi tidak boeh terlalu dibenamkan, karena bibit mudah busuk. Penanaman bibit dilakukan dengan memotong ujung bibit sekitar 1/4 hingga 1/3 bagian. Umbi kemudian ditanam dengan jarak tanam 20x20 cm.



Gambar 4. Contoh aturan pengaturan jarak tanam (Rahayu dan Berlian, 1999). E. Pemeliharaan Tanaman i. Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan hasil tanaman. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran diharapkan dapat memberikan hasil yang secara ekonomis menguntungkan. Dengan demikian, dampak yang diharapkan dari pemupukan tidak hanya meningkatkan hasil per satuan luas tetapi juga efisien dalam penggunaan pupuk. Hal ini, mengingat penggunaan pupuk di tingkat petani cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan masalah terutama defisiensi unsur hara mikro, pemadatan tanah, dan pencemaran lingkungan (Bangun et al., 2000 cit. Napitulu dan Winarto, 2010). Agar jumlah dan bobot umbi bawang merah yang dihasilkan tinggi, maka pertumbuhan tanaman harus cepat dan baik. Tanaman perlu pupuk NPK sebagai sumber hara untuk proses pertumbuhannya (Gardner et al. 1985 cit. Napitulu dan Winarto, 2010). 7



Input pupuk N dan K penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta hasil umbi benih bawang merah. Unsur hara N merupakan bahan pembangun protein, asam nukleat, enzim, nukleoprotein, dan alkaloid. Defisiensi N akan membatasi pembelahan dan perbesaran sel (Sumiati dan Gunawan, 2007 cit. Napitulu dan Winarto, 2010). Hedge (1988) cit. Napitulu dan Winarto (2010) menyatakan bahwa pupuk N dosis tinggi tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap produksi bawang merah. Produksi bawang merah meningkat hanya 32% jika pemberian pupuk N, dua kali lebih tinggi dari dosis sebelumnya. Dengan kata lain, pemberian pupuk dosis tinggi tidak menjamin peningkatan hasil. Vachhani dan Patel (1996) cit. Napitulu dan Winarto (2010) melaporkan bahwa pemberian pupuk K mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah. Selanjutnya Vidigal et al. (2002) cit. Napitulu dan Winarto (2010) mengatakan bahwa pertumbuhan bawang merah meningkat secara bertahap dengan meningkatnya jumlah pemberian pupuk K. Hidayat dan Rosliani (1996) cit. Napitulu dan Winarto (2010) menyatakan bahwa kebutuhan N untuk produksi umbi bawang merah bervariasi. Kebutuhan N yang optimum untuk bawang merah 150-300 kg/ha bergantung pada varietas dan musim tanam. Dosis pupuk K yang diberikan umumnya bervariasi antara 50-150 kg/ha. Liptan BPTP Jawa Barat tentang teknik budidaya bawang merah menggunakan pupuk KCl dengan dosis 100 kg/ha. Berdasarkan uraian di atas diperkirakan bahwa dengan pemberian pupuk N dosis 250 kg/ha dan K 100 kg/ha sebagai dosis pupuk pada budidaya bawang merah dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil, sehingga akan memudahkan petani dalam menerapkan dosis yang sesuai. Pemberian



pupuk



anorganik



secara



terus



menerus



dapat



mengakibatkan



produktivitas lahan menurun, salah satu cara untuk mengatasi dampak lebih lanjut yang akan timbul dari penggunaan pupuk anorganik adalah melalui pemberian bahan organik. Pemberian pupuk anorganik yang berlebihan di tingkat petani menyebabkan produktivitas lahan menurun, Rerata penggunaan pupuk anorganik dikalangan petani pada umumnya adalah 200 kg N ha- 1 , 110 kg P2O5 ha-1 , dan 396 kg K2O ha- 1, 337 S dan 100 kg MgO per hektar tanpa penggunaan bahan organik (Hidayat dan Rosliani, 1996 cit. Elisabeth dkk., 2013). Oleh karena itu peran bahan organik yang berfungsi sebagai bahan penyeimbang yang dapat menyerap sebagian zat sehingga senyawa yang berlebihan tidak merusak tanaman. Bahan organik banyak dijumpai di lingkungan sekitar. Penggunaan bahan organik berupa kotoran sapi secara ekonomis murah, mudah diperoleh sehingga relatif mudah dijangkau oleh petani. Menurut Agustina (2011) cit. Elisabeth dkk. (2013) kompos kotoran 8



sapi mengandung N 0,7% dan K2O 0,58% dan urinnya mengandung 0,6% N dan 0,5% K. Berdasarkan penelitian Mayun (2007) cit. Elisabeth dkk. (2013) penggunaan kompos kotoran sapi dengan dosis 30 ton ha-1 dapat meningkatkan bobot umbi pada bawang merah. Pupuk dasar diberikan 1 minggu sebelum tanam yaitu 15-20 ton/ha pupuk kandang atau 5-10 ton/ha kompos matang ditambah 200 kg/ha TSP. Pupuk disebar dan diaduk rata sedalam lapisan olah. Penyiraman dilakukan sesuai dengan umur tanaman : - umur 0-10 hari, 2 x/hari (pagi dan sore hari) - umur 11-35 hari, 1 x/hari (pagi hari) - umur 36-50 hari, 1 x/hari (pagi atau sore hari). Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah: Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman. Penyiangan minimal dilakukan dua kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya pemupukan susulan ke-3. ii. Penyiraman Penyiraman air dapat menggunakan gembor atau sprinkler. Dapat juga dengan cara menggenangi air di sekitar bedengan yang disebut dengan sistem leb. Pada sistem leb, permukaan air dalam selokan dinaikkan, sehingga air dapat meresap dan membasahi di area perakaran bawang. Namun, air harus tetap dijaga agar tidak terlalu menggenangi permukaan yang menyebabkan pembusukan umbi. Genangan air dalam air dapat disiramkan ke atas bedengan dengan menggunakan gembor. Setelah penyiraman selesai, parit dapat dikeringkan kembali. Pengairan dengan sistem leb dapat dilakukan bila sekitar lahan terdapat saluran irigasi atau sungai. Hal ini biasanya dilakukan pada lahan sawah, seperti yang banyak terdapat di daerah brebes (Rahayu dan Berlian, 1999). Penyiraman dapat dilakukan sejak penanaman sehari sekali, pagi atau sore hari. Ketika cuaca panas dan tanah terlalu kering, dapat dilakukan penyiraman dua kali sehari, pagi dan sore hari. Pembentukan dan pembesaran umbi umumnya terjadi ada 45 HST. Pada masa itu dilakukan penyiraman lebih intensif yatu dua kali sehari. Penyiraman dihentikan 3 hingga 5 hari menjelang panen sehingga umbi tidak mudah busuk (Rahayu dan Berlian, 1999). iii. Penyiangan dan Penggemburan Penyiangan dilakukan sedini mungkin untuk menghindari persaingan dengan gulma. Penyiangan umumnya dilakukan dua kali, yaitu 2 dan 4 mingu setelah tanam, bersamaan dengan pemupukan. Namun, bila pertumbuhan gulma tinggi, penyiangan dapat dilakukan 9



lebih sering lagi. Bersamaan dengan penyiangan, dilakukan pula penggemburn tanah untuk memperbaiki aerasi. Alat yang digunakan berupa kored. Untuk penyiangan dekat tanaman, sebaiknya gulma dicabut dengan tangan agar tidak mengganggu atau merusak akar tanaman (Rahayu dan Berlian, 1999). Pada daerah Brebes, penyiangan biasanya dilaukan pada 2 dan 5 MST bersamaan dengan pemupukan (Anonim, 2015). iv. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Beberapa Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman bawang merah antara lain : 1. Ulat grayak Spodoptera, 2. Trips Mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan 3. Bercak ungu Alternaria (Trotol) Disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman 4. Busuk umbi Fusarium Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Untuk mencegah serangan, tanah harus dijaga agar tidak terlalu becek (atur drainase). 5. Penyakit Antraknose atau Otomotis Disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan.



10



6. Penyakit oleh virus. Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan. Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan rutin atau tindakan preventif yang dilakukan petani bawang merah. Umumnya kegiatan ini dilakukan mulai minggu kedua setelah tanam dengan interval 2-3 hari. Pengendalian hama dan penyakit yang tidak tepat (seperti pencampuran 2-3 jenis pestisida, dosis yang tidak tepat) dapat menimbulkan masalah yang serius yang dapat mempengaruhi kesehatan tanaman, pemborosan, resistensi hama dan penyakit, residu pestisida, pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Untuk pencegahan hamapenyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan bawangbawangan). Pestisida kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit. F. Panen dan Paska Panen 1. Waktu, Saat dan Cara Panen Umur panen bawang merah cukup bervariasi, tergantung varietas, tempat penanaman, tingkat kesuburan, dan tujuan penanaman. Ada varietas bawang merah yang memang mempunyai umur pendek dan ada juga yang berumur panjang. Bawang merah yang ditanam di dataran tinggi seperti di Aceh Tengah dan Bener Meriah biasanya mempunyai umur panen yang lebih panjang dari pada yang ditanam di dataran rendah. Sementara itu tanaman yang sangat subur pertumbuhan umumnya mempunyai umur relatif panjang. Di lain pihak, jika penanaman dimaksudkan untuk menghasilkan umbi untuk bibit, pemanenan harus dilakukan setelah bawang merah cukup tua, sedangkan untuk bawang konsumsi dapat di panen sedikit lebih cepat Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 60 – 70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60% leher batang lunak, tanaman rebah, dan daun menguning. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang. Bawang merah yang telah dipanen kemudian diikat pada batangnya untuk mempermudah penanganan. Selanjutnya umbi dijemur sampai cukup kering (1-2 minggu) dengan dibawah sinar matahari langsung, kemudian biasanya diikuti dengan pengelompokan berdasarkan kualitas umbi. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan alat pengering khusus sampai mencapai kadar air kurang lebih 80%. Apabila tidak langsung dijual, umbi bawang merah 11



disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah di gudang khusus, pada suhu 25-30 ºC dan kelembaban yang cukup rendah (± 60-80%) (Sutarya dan Grubben 1995). 2. Pelayuan dan Pengeringan Setelah bawang merah dipanen tindakan yang harus segera dilakukan adalah pelayuan dan pengeringan. Hal ini mencegah kerusakan umbi akibat busuk atau serangan penyakit. Cara yang dapat ditempuh untuk mengeringkan bawang merah yaitu dengan penjemuran dan menggunakan teknologi sistem pengeringan dan penyimpanan (Instore Drying) (Singgih, 2009). Cara pengeringan bawang merah yang dilakukan petani adalah dengan penjemuran di bawah matahari. Ikatan-ikatan bawang merah dijajarkan dengan posisi umbi bawang di bawah dan daun diatas. Dalam keadaan demikian, daun akan mendapat panas matahari langsung dan akan mengalami pengeringan lebih dulu (Singgih, 2009). Pengeringan dengan penjemuran memiliki kelemahan, yaitu diperlukan tempat terbuka yang cukup luas. Selain itu, jika panen dilakukan ketika musim hujan, penjemuran tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Hal tersebut mengakibatkan infeksi bakteri pembusuk sehingga bawang yang dihasilkan mutunya rendah dan tidak dapat disimpan lama (Singgih, 2009). 3. Pembersihan, Sortasi, dan Penyimpanan Pembersihan bawang merah merupakan kegiatan menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah dan akar. Pembersihan dilakukan tidak menggunakan air untuk mencegah terjadi pembusukan umbi saat penyimpanan. Kegiatan sortasi dilakukan untuk memisahkan antara umbi yang baik (bernas, tidak cacat fisik atau busuk, berukuran seragam) dengan umbi yang jelek, rusak, atau busuk (Singgih, 2009). Pada umumnya, petani bawang menyimpan bawang merah dengan menggantung ikatan bawang merah pada para-para diatas perapian dapur. Namun, jumlah bawang yang dapat disimpan dengan cara ini terbatas, tergantung seberapa luas dan seberapa besar tempat di atas perapian dapur. Untuk jumlah bawang yang banyak dibutuhkan ruang penyimpanan yang lebih luas dengan kondisi bersih, kering dan tidak lembab dengan ventilasi yang baik dan cukup banyak sehingga dapat memberikan pergantian udara dalam ruang dengan baik. Suhu yang baik untuk penyimpanan bawang merah adalah 30-340C dan kelembaban 65-75% (Singgih, 2009).



12



Gambar 5. Penyimpanan bawang merah (sumber:) G. Simplisia, Pengolahan Simplisia, dan Khasiat Diabetes Melitus adalah penyakit yang diderita oleh jutaan individu di dunia. Selama perubahan abad



terakhir, gaya hidup dan perilaku manusi mengakibatkan peningkatan



jumlah penderita Diabetes Melitus yang drastis. Agen Hipoglikemik oral dan insulan telah menjadi andalan untuk mengobati diabetes. Akan tetapi, metode pengobatan tersebut memiliki efek samping yang menonjol serta tidak dapat mengobati koplikasi lain yang disebabkan oleh diabetes. Modifikasi gaya hidup, termasuk olahraga dan diet yang tepat menjadi hal yang efektif untuk menangkal perkembangan penyakit diabetes tersebut. Bawang merah menjadi salah satu harapan dalam rempah-rempah tradisional yang memiliki khasiat menyembuhkan penyakit diabetes melitus. Berbagai fraksi terlarut bawang sebagai dosis oral tunggal (0,25 mg/kg) menunjukkan efek hipoglikemik signifikan pada kelinci normal yang dipuasakan. Aksi hipoglemik paling ampuh ditunjukan oleh ekstrak etil eter. Pemberian secara oral 250 mg/kg ekstrak etanol, petroleum, kloroform, dan aseton dari bawang merah kering menunjukkan reduksi maksimal 18,57; 8,35; 3,0; dan 3,2% pada gula darah puasa dari kelinci diabetik (20,85) teraloksani (150 mg/kg, IP) (Kaushik et al., 2010). Bawang merah dipandang sebagai rempah-rempah yang memilii nutrisi dan khasiat secara medis tinggi. Faktanya, bawang merah mengandung minyak yang tinggi (20,4%), protein mentah (24,8%), tembaga (0,92mg/100 g porsi dapat dikonsumsi), dan zink (7,25 mg/100g porsi yang dapat dikonsumsi), dan sodium (11,2mg/100gr porsi yng dapat dikonsumsi) daripada rempah-rempah lain pada masakan Italia. Kandungan lemak tinggi menunjukkan kemungkinan menggunakan biji bawang merah digunakan sebagai minyak aromatik untuk membuat makanan lebih beraroma. Biji bawang merah dapat digunakan dalam diet untuk orang-orang yang mengambil deuretik untuk mengontrol hipertensi dan



13



yang menderita ekskresi eksesif potasium, sebagai akibat dari rasio potasium/sodium (90,2) yang dikandung di dalamnya. Selain khasiat di atas, bawang merah juga bermanfaat untuk menurunkan panas bayi. Caranya adalah kupas bawang merah sekitar 5 siung, lalu parut ataupun dirajang halus-halus, kemudian tambahkan minyak kelapa. Selanjutnya balurkan ramuan tadi tubuh bayi, seberti bagian perut atau dahi. Penyakit rematik juga bisa diobati dengan menggunakan bawang merah. Caranya adalah dengan mencuci sampai bersih bawang merah dan jahe. Kemudian, jahe dan bawang merah tersebut ditumbuk hingga halus serta ditambahkan tepung terigu dan air. Remas-remas hingga lumat. Gosok dan urutkan ramuan herbal pada bagian yang sakit sebanyak yang diperlukan. Bawang merah juga berfungsi untuk menyembuhakan batuk. Bahan-bahannya adalah bawang merah 3 siung, jeruk nipis 1 buah, minyak kelapa secukupnya. Bahan-bahan tersebut dicuci hingga bersih, kecuali minyak kelapa. Campur hasil parutan bawang merah dengan air jeruk nipis dan minyak kelapa, aduklah hingga bercampur rata. Balurkan ramuan pada leher, belakang telinga, dan dada. Selain penggunaan umbi secara langsung, bawang merah juga diekstrak dan dijadikan obat dalam bentuk ekstrak cair, kapsul, dan dicampur dengan ekstrak lain untuk tujuan pengobatan tertentu.



Gambar 6. Contoh ekstrak bawang merah cair (Sumber: )



14



Gambar 7. Contoh ekstrak bawang merah dalam bentuk krim atau pasta (Sumber: )



Gambar 8. Ekstrak bawang merah dicampur dengan ekstrak tanaman lain untuk pengobatan kulit (memperhalus kulit) (sumber: < http://www.bloggang.com/data/m/mithuna /picture/1356540111.jpg>)



15



III. ANALISIS A. Aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya Brebes adalah kabupaten sentra penghasil bawang merah. Menurut penelitian Nurasa dan Valeriana (2007), petani bawang merah di brebes dapat memproduksi bawang merah yang cukup tinggi yaitu 11,1 ton per hektar dalam satu tahun dengan nilai yang diperoleh sebesar Rp. 70.892.000. keuntungan yang diperoleh dalam satu tahun atau dua kali tanam hanya sebesar 6.831.000, dengan R/C rasio sebesar 1,1. Tabel analisis usaha tani bawang merah Kabupaten Brebes tahun 2005 Uraian A. Penerimaan -



Produksi (Kg)



- Nilai (Rp) B. Pengeluaran (Rp)



Nilai (Rp) 11.10285 70.892.077



-



Bibit



15.892.776



-



Pupuk buatan



3.282.681



-



Pupuk lainnya



2.317.088



-



Pestisida



4.439.114



-



Obat lainnya



1.796.417



-



Tenaga kerja



-



Dalam keluarga



5.742.431



Luar keluarga



27.244.035



Biaya lainnya



3.346.565



Total pengeluaran C. Keuntungan D. R/C rasio



64.061.106 6.830.970 1,1



Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa berusaha tani bawang merah telah dapat memberikan keuntungan. Akan



tetapi menurut para petani, tingkat keuntungan yang



diperoleh belum cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga petani. Kecilnya keuntungan yang diperoleh petani bawag merah di lokasi penelitian disebabkan karena tingginya pengeluaran biaya produksi yang dikeluarkan mencapai nilai 90% dari total pendapatan. Biaya produksi tertinggi dikeluarkan untuk upah tenaga kerja yang mencapai 51,48%, kemudian bibit 24,81%, pestisida 9,73%, pupuk 8,74%, dan biaya lain 5,22%. Petani bawang merah di brebes merasa pendapatan usahatani bawang merah yang diterimanya selalu berfluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan perolehan produksi yang diakibatkan karena 16



harga obat kimia yang biasa digunakan untuk menyemprot bawang merah sangat mahal. Sedangkan petani sudah terbiasa menggunakanya. Pengaruh yang lain adalah keadaan iklim yang saat musim kemarau sehingga menurunkan produksi karena bawang merah sangat bergantung pada kecukupan air. Pengaruh yang lain adalah fluktuasi harga bibit dan pupuk yang tidak menentu. Rantai pemasaran bawang merah adalah sebagai berikut. Petani Pedagang besar Pedagang pengumpul



Pedagang pasar



Pedagang eceran



Pedagang pengecer



Konsumen akhir



Konsumen di dalam dan diluar jakarta



Pedagang antar pulau



Pedagang luar jawa



Konsumen akhir luar jawa



Dari segi ekonomi budidaya bawang merah memang memberikan keuntungan cukup besar bagi para petani. Mengingat saat ini kebutuhan pasar akan bawang merah semakin meningkat tajam, seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku bisnis makanan yang tersebar di berbagai daerah. Tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini, membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar dari potensi bisnis tersebut. Kondisi ini terjadi karena bawang merah sering dimanfaatkan masyarakat untuk bahan baku pembuatan bumbu masakan, dan menjadi bahan utama dalam proses produksi bawang goreng yang sering digunakan sebagai pelengkap berbagai menu kuliner. Bawang merah lazim dikonsumsi sebagai bumbu atau pelengkap masakan. Hampir semua jenis makanan di tanah air ini senantiasa menyertakan bawang merah sebagai penambah cita rasa. Penggunaan lainnya yang sebagai obat tradisional dan kegunaan-



17



kegunaan lain yang cukup penting. Jadi wajarlah jika bawang merah sering disebut sebagai umbi multiguna (Jaelani, 2007). Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 45/kpts/PD.200/1/2015 tentang bawang merah menetapkan beberapa hal yang mendukung kelestarian bawang merah. Salah satunya adalah penanaman bawang merah harus melalui perencanaan, program kegiatan, dan anggaran sesuai dengan kelas dan pembangunan spesfik lokasi yang berkelanjutan. Dukungan pemerintah ini menunjukkan bahwa keberadaan bawang merah adalah sesuatu yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. B. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, Ancaman (SWOT) 1. Strength (Kekuatan) Budidaya bawang merah memiliki kandungan nutrisi dan obat tinggi, serta manfaat terhadap kesehatan. Selain itu, untuk pembukaan usaha atau industri obat dari bawang merah mendapatkan bahan baku bawang merah mudah, karena dapat dijumpai di pasar baik modern atau tradisional. 2. Weakness (Kelemahan) Fungsi bawang merah sebagai bumbu atau tanaman sayur lebih diprioritaskan daripada penggunaannya dalam industri obat sehingga petani lebih memilih pemanfaatan tanaman bawang merah sebagai sayur daripada sebagai tanaman obat. Harga pada bawang merah cenderung fluktuatif karena tingkat produktifitas sangat bergantung pada keadaan iklim yang sangat bergantung pada kondisi air, penggunaan bahan kimia yang tinggi dan mahal dalam proses pemeliharaan sehingga menurunkan hasil produksi, dan penggunaan bahan kimia mengurangi khasiat alami bawang merah. 3. Oppurtunities (Kesempatan) Dari segi ekonomi budidaya bawang merah memberikan keuntungan bagi para petani. Mengingat saat ini kebutuhan pasar akan bawang merah semakin meningkat tajam, seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku bisnis makanan yang tersebar di berbagai daerah. Tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini, membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar dari potensi bisnis tersebut. 4. Threat (Ancaman) 18



Adanya substitusi fungsi atau terdapat tanaman lain dengan kegunaan yang sama dan lebih hemat dari bawang merah. Misalnya adalah dalam pengobatan diabetes, mengkudu lebih dikenal masyarakat daripada penggunaan bawang merah. Selain itu, penyempitan lahan pertanian juga menjadi sebuah ancaman bagi pembudidaya bawang merah. Hal tersebut dapat diatasi dengan teknik budidaya lahan sempit serta penggunaan rumah kaca sebagai lokasi budidaya. Akan tetapi, teknik tersebut menghabiskan biaya produksi yang lebih tinggi.



19



IV. KESIMPULAN Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, asam folat, dan besi yang yang meultifungsi yaitu sebagai bumbu masak sekaligus dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kebutuhan masyrakat akan bawang merah selalu meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan produksi bawang merah masih belum bisa menutup kebutuhan masyarakat. Dari hal tersebut tercermin bahwa ada peluang besar untuk berbisnis tentang bawang merah. Namun perlu diperhatikan kelemahan-kelemahan bawang merah yaitu sering terjadi harga yang fluktuatif karena bahan input yang mahal dan keadaan cuaca yang tidak mendukung. Kelemahan yang lain adalah bawang merah mempunyai kesamaan fungsi untuk menyembuhkan penyakit yang sama dengan tanaman lain.



20



DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2011. Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi Terhadap Produktivitas Bawang Merah. Lembang. Bandung. Bangun, F. 2010. Analisis Pertumbuhan dan produksi Beberapa varietas Bawang merah terhadap



Pemberian



Pupuk Organik dan anorganik. Universitas sumatera



Utara.medan. Dwita. W. G.. 2014. Pengaruh Kosentrasi Pupuk Pelengkap Cair Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium asclonicum L). Skripsi. Pesisir Selatan. Damanik, M. M. B. B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan.USU Press. Medan. Februari 2007. Rukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. ___________. 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta. Sarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sartono, J. P. 2006. Makalah Pelepasan Varietas Unggul Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayur. Sumarni



dan



Hidayat,



2005.



Klasifikasi



Tanaman



Bawang



Merah.



http://hortikultura.litbang.deptan.go.id. Diakses Pada Tanggal 26 Juni 2014. Makassar. Widiana, G, N. 1994. Peranan EM-4 dalam Meningkatkan Kesuburan dan Produksivitas Tanah. Buletin Kyusei Nature Farming



21