BBLR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

2 Konsep dan Asuhan keperawatan teoritis pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Oleh : catur titi artini, novia rama zalni, sari saputri



A. LATAR BELAKANG Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan (Hartiningrum & Fitriyah, 2019).



21



Pada tahun 2013, hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah diantaranya dua per tiga kematian dikarenakan BBLR. Ada variasi signifikan pada prevalensi BBLR, yaitu tertinggi di Asia Tengah (27,1%) dan terendah di Eropa (6,4%).2 Asia Tenggara memiliki insidensi BBLR paling tinggi yaitu 27% dari seluruh kelahiran bayi BBLR di dunia. Tahun 2010, angka kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1% masih diatas angka rata-rata Thailand (6,6%) dan Vietnam (5,3%) (Haryanto, Pradigdo, & Rahfiluddin, 2017) . BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).



B. DEFINISI Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan : 1. Prematur murni Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. 2. Dismaturitas Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (Muslihatun, 2010).



22



Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Masruroh, 2016).



Gambar 2.1 Perbedaan antara Bayi BBLR dan Bayi Normal



Sumber : Artikel tips merawat bayi BBLR di rumah yang paling mudah



C. ANATOMI FISIOLOGI 1. Sistem pernafasan Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur dan bayi lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler. Otot pernafasan bayi ini lemah dan pusat pernafasan kurang berkembang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru-paru, yaitu suatu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru.surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil,sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi. Pada bayi preterm yang terkecil relaks batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat ketika memasukkan tabung nasogastrik atau tabung endotrakeal melalui hidung. Kecepatan pernafasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm. Pada bayi neonatus dalam keadaan istirahat, maka 23



kecepatan pernafasan dapat 60 sampai 80 per menit, berangsur-angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 sampai 36 per menit (Syaifudin, 2006 ). 2. Sistem sirkulasi Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi pre-term kerjanya lambat dan lemah. Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat didengar pada atau segera setelah lahir. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakanial yang terlihat pada bayi pre-term. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm, tingginya menurun dengan menurunnnya berat badan. Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi pre-term 45 sampai 60 mmhg. Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 sampai 45 mmhg. Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit (Syaifudin, 2006 ). 3. Sistem pencernaan Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif. Regurgitasi merupakan hal yang sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang berkembang dan spingter pilorus yang secara relatif kuat. Pencernaan tergantung pada perkembangan dari alat pencernaan. Lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot, kurang berkembang (Syaifudin, 2006 ). 4. Sistem urinarius Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Fungsi ginjal kurang efesien dengan adanya angka filtrasi glumerolus yang menurun, dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi urin dan urin menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi (Syaifudin, 2006 ). 5. Sistem persarafan Perkembangan saraf sebagian besar tergantung ada drajat maturitas. Pusat pengendali fungsi vital, pernafasan, suhu tubuh, dan pusat reflek, kurang berkenbang. Reflek moro dan reflek leher tonik di temukan pada bayi prematur yang normal,tetapi 24



reflek tandon berfariasi. Karena perkembangan saraf buruk maka bayi kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah (Syaifudin, 2006 ). 6. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat) Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi. 7. Sistem termoregulasi Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain: a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas ) b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ) c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit. d. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.



D. ETIOLOGI 1. Faktor Ibu a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun. c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah. d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik. 25



2. Faktor Janin Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom. 3. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu (Rukiyah dan Yulianti, 2013 ).



E. PATOFISIOLOGI Beberapa penyebab terjadinya BBLR diantaranya adalah ibu hamil mengalami kekurangan energi kronis (KEK), mengalami anemia, kurangnya suplai zat gizi ibu hamil, komplikasi kehamilan, paritas ibu dan jarak kelahiran. Bayi dengan BBLR dibutuhkan penanganan serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah mengalami hipotermi dan belum sempurna pembentuakan organ tubuhnya sehingga rentan mengalami kematian (Proverawati & Misaroh, 2010). Kamariyah & Musyarofah (2016) mengatakan bahwa gizi ibu sebelum dan saat hamil juga dapat memengaruhi berat lahir bayi, misalnya defisiensi zat gizi makro karena kekurangan energi kronis (LILA