Beberapa Contoh Tentang Transplantasi Organ [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Elsa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Beberapa Contoh Artikel Tentang Transplantasi Organ. Artikel 1 : Ketika Organ Tubuh Mulai Diperdagangkan Secara Ilegal Jember – Maraknya kasus penculikan bayi dan anak sering dikaitkan dengan dugaan perdagangan organ tubuh, seperti ginjal, kornea mata, hati, dan jantung. Kendati demikian, isu tersebut masih perlu ditelusuri lagi kebenarannya. Aktivis Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) di Kabupaten Jember, Jatim, Dewi Masyitah membenarkan kemungkinan perdagangan organ tubuh anak dengan perdagangan anak ke luar negeri. Namun kasus itu belum pernah ditemukan di sejumlah daerah seperti di Kabupaten Jember. Organ tubuh yang diperdagangkan tersebut tentu berkaitan dengan dunia kedokteran, karena sejumlah negara di Asia dan Eropa telah berhasil melakukan transplantasi organ tubuh seperti kornea mata, hati dan ginjal. Di Indonesia tidak semua rumah sakit bisa melaksanakan transplantasi sejumlah organ tubuh karena keterbatasan sarana kesehatan dan tenaga medis yang menguasai hal tersebut. Penjualan organ tubuh dilarang keras oleh agama Islam atau haram hukumnya karena hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Sementara itu, Pengamat Sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember (Uned), Drs Hadi Prayitno M.Kes, mengemukakan, banyaknya kasus penculikan anak dan balita di Indonesia diduga berkaitan dengan perdagangan organ tubuh manusia. Jember merupakan ‘kantong’ tenaga kerja Indonesia (TKI), sehingga kemungkinan pahlawan devisa Jember bisa jadi menjadi korban perdagangan organ tubuh melalui sindikat internasional. Kasus perdagangan anak yang terjadi di Jember, bukan tidak mungkin menjadi peluang sejumlah pihak yang ingin menikmati keuntungan besar dengan melakukan transaksi jual beli organ tubuh anak tersebut kepada seseorang yang kaya dan mampu membeli organ tubuh itu dengan harga mahal. Jurnal kesehatan “The Lancet” menyebutkan, harga ginjal di pasaran mencapai 15.000 dolar AS. Sepotong hati manusia harganya mencapai 130.000 dolar AS, sama dengan harga sebuah jantung. Sedangkan harga paru-paru bisa mencapai 150.000 dolar AS. Tinggi rendahnya harga sejumlah organ tubuh manusia sesuai dengan mekanisme pasar, yakni semakin besar permintaan, harganya semakin mahal. Diperkirakan jutaan orang mengantre untuk mendapatkan transplantasi organ tubuh, seperti jantung, ginjal, dan hati. Di Indonesia, diperkirakan ada 70.000 penderita gagal ginjal kronis yang membutuhkan cangkok ginjal. Sedangkan di Jepang terdapat 11.000-an penderita gagal ginjal (Anonim,2012).



Kasus 2 : Kasus Pengambilan Organ Tubuh Anak Dilakukan oleh Profesional Republika.co.id, Jakarta, dari pantauan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) kasus penculikan anak yang dilanjutkan dengan pengambilan organ tubuh dilakukan oleh kalangan profesional. ‘Kasus-kasus pengambilan organ tubuh yang terjadi kurun waktu 2008-2009



dilakukan oleh orang-orang profesional,’ ungkap Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, kepada Republika, Rabu (24/8). Karena, menurut Arist, tidak mungkin pengambilan organ tersebut dilakukan oleh orang biasa. Butuh keahlian khusus untuk mengambil organ pada tubuh manusia. ‘Saya tidak menunjuk pihak mana yang mungkin melakukan ini, tapi yang jelas mereka profesional,’ ujarnya. Organ yang berhasil diambil dari anak-anak yang diculik ini bisa jadi dipasarkan di dalam maupun luar negeri. Tapi indikasi untuk menjualnya ke luar negeri, kata Arist, sulit terjadi. Karena pencangkokkan organ pada tubuh manusia di luar negeri sangat ketat dan biasanya melalui jalur legal.Ia mencontohkan seperti di Singapura maupun Jepang. ‘Jadi kemungkinan kuat organ tubuh dijual di dalam negeri,’ tuturnya(Anonim,2012).



Kasus 3 : Transplantasi Dua Organ Tubuh Bisa Perpanjang Hidup Pengidap Diabetes Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Kasus terbanyak terjadi di India, Tiongkok dan Amerika. Penyakit tersebut bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Tetapi transplantasi dua organ tubuh dipercaya bisa dapat memperpanjang harapan hidup para pengidap diabetes. Suatu hari pukul 05.30 waktu setempat di ruang bedah Rumah Sakit Barnesh-Jewish di St Louis, Dokter Jason Wellen yang tengah melakukan pembedahan, menunjuk ke rongga perut pasiennya yang di bedah dan pankreasnya yang baru di transplantasi. Sang pasien bernama Tiffany Buchta. Ia mengidap diabetes tipe 1 dan didiagnosa ketika berusia 15 tahun. Dikenal sebagai diabetes usia remaja, diabetes tipe 1 ini terjadi ketika system imunitas menyerang dirinya sendiri, menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin di dalam pancreas. Sekitar 10 persen penderita sakit gula mengidap diabetes tipe 1. Penyebab pasti diabetes tipe ini tidak diketahui tetapi para periset meyakini kombinasi factor genetic dan lingkungan hidup adalah penyebabnya. Berbeda dengan penderita diabetes tipe 2 yang seringkali mengontrol penyakit mereka dengan diet, olah raga dan obat-obatan yang diminum. Orang yang diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin untuk bertahan hidup. Belum lagi diabetes bisa berakibat buruk pada ginjal. Tiffany mengatakan “Sekitar tiga atau empat tahun lalu ginjal saya hanya berfungsi 45 persen dan saya tidak menyadari ini bisa terjadi begitu cepat”.Hal itu terjadi ketika ia berusia 30-an. Oktober tahun lalu, Butcha mengalami gagal ginjal. Tiga kali seminggu ia harus pergi ke klinik setempat. Disna selama 3,5 jam ia terhubung dengan mesin dialysis. Mesin tersebut mencuci darahnya. Pekerjaan yang tidak lagi bisa dilakukan ginjalnya. Lalu Butcha ditawari transplantasi. Tidak hanya ginjal baru tapi juga pancreas baru. Dr. Wellen menjelaskan “Jika saya hanya memberi transplantasi ginjal kepada penderita diabetes tipe 1, lama kelamaan waktu diabetes mereka akan menyerang ginjal baru tersebut seperti yang terjadi pada ginjal mereka sendiri. Jadi, dengan menawarkan mereka transplantasi ginjal dan



pancreas dari donor yang sama, kita tidak hanya meningkatkan secara drastic kualitas hidup mereka. Gula darah mereaka menjadi normal dan tidak lagi membutuhkan insulin serta membuat ginjal itu lebih tahan lama”. Dengan pancreas dan ginjal baru dari sang donor yaitu korban kecelakaan mobil usia 23 tahun, Butcha kemungkinan akan hidup lebih lama. “Pembedahan ini akan memberinya harapan hidup sekitar 85 persen. Jadi dari harapan hidup 30 persen menjadi 85 persen ini merupakan perbedaan yang sangat besar”, demikian tambah Dr. Wellen dan bagi Tiffany Butcha, kini ia bisa hidup normal lagi(Anonim,2012).



Kasus 4 :Remaja 14 tahun Hidup Tanpa Jantung Selama 4 Bulan Melewati hidup tanpa detak jantung bukan hal yang mudah bagi D’Zhana Simmons. Ia merasa aneh walaupun tetap yakin bahwa ia belum mati. “Saya tahu, saya masih disini saya bisa hidup tanpa jantung,”ungkap gadis berusia 14 tahun itu. Namun kini ia bisa bernafas lega, hari ini (kamis) D’Zhana bisa bernafas lega dan mulai menjalani hidup normal. Ia meninggalkan sebuah rumah sakit di Miami untuk pertama kalinya sejak Juli lalu setelah melewati dua kali operasi transplantasi jantung. Gadis pemalu itu sempat bertahan hidup tanpa kehadiran organ jantung sama sekali selama empat bulan dan hanya dibantu dengan pompa jantung buatan. Diagnosa Pembesaran Jantung : Musim semi lalu D’Zhana di diagnose mengalami pembesaran jantung sehingga organ vitalnya tersebut terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Gadis yang tinggal di Clinton, South Caroline itu lalu dirujuk ke RS Anak Holt Miami untuk transplantasi. Celakanya, jantung baru D’Zhan tidak bekerja optimal dan beresiko pecah sehingga dokter mencabut jantung tersebut dua hari kemudian. Pertaruhan nyawa D’Zhana pun dimulai ketika para dokter lalu mananamkan sepasang alat pompa buatan untuk menggantikan fungsi organ jantung. Ini adalah tindakan medis yang tidak biasa, terutama bagi pasien semuda D’Zhana. Dokter sepertinya tak punya pilihan lain dan harus menggunakan alat ini hingga pasien siap melakukan transplantasi kedua. Dr. Peter Wearden, ahli bedah Cardiothoracic di RS Anak Pittsburgh, yang pernah menggunakan alat pompa jantung sejenis, mengatakan apa yang dilakukan tim medis di Miami sungguh sebuah pertaruhan besar. “Untuk lebih dari 100 hari, tanpa adanya jantung dalam tubuh seorang gadis ? ini sungguh luar biasa,” kata Wearden. Pompa jantung yang berfungsi sebagai alat bantu ventricular, biasanya digunakan pada pasien yang masih memiliki jantung guna membantu bilik mensirkulasikan darah. Dengan kondisi D’Zhana yang dicopot, tim dokter di RS Anak membuat bilik jantung pengganti menggunakan sejenis alat yang terhubung pada dua pompa. Meskipun penggunaan jantung buatan telah disetujui untuk pasien dewasa, tetapi pemerintah federal belum memberikan izin bagi pasien anak. Sejauh ini, memang hanya ada sedikit pilihan bagi pasien anak-anak atau balita karena kondisi yang mengancam jiwa seperti ini masih terbilang jarang. Belum banyak perusahaan yang



mau menginvestasikan alat atau teknologi jantung yang dapat membantu anak-anak, kata Dr. Marco Ricci, ahli bedah jantung anak di Universitas Miami. Ricci mengatakan, kasus usus memberi pelajaran bagaimana para dokter saat ini punya banyak pilihan. “Di masa lalu, situasi ini bisa sangat mematikan,” tegas Ricci. Kenyataanya, nyawa D’Zhana pun nyaris melayang. Selama empat bulan, gadis belia itu kerap mengalami kesulitan bernafas, selain juga mengalami gagal jantung dan lever serta pendarahan pada system pencernaan. Dan yang lebih mendebarkan lagi, perlu setidaknya empat orang untuk terus memantau kondisi D’Zhana setiap waktu, dan setidaknya satu orang yang mengendalikan mesin yang menjadi bagian terpisah dari alat pompa jantung tersebut. Ketika kondisi D’Zhana sudah cukup berhasil untuk menjalani operasi, tim dokter pun akhirnya melakukan transplantasi kedua pada 29 Oktober lalu. “Saya benar-benar percaya bahwa ini adalah sebuah keajaiban,” ungkap Twolla Anderson, ibunda D’Zhana. D’Zhana mengatakan ia sangat senang karena bisa berkumpul dengan lima saudaranya dan menghabiskan lebih banyak waktu di alam terbuka. “Saya bahagia bisa berjalan tanpa mesin,” ujar gadis yang akan merayakan ulang tahun ke-15 nya itu(Anonim,2012).



Kasus 5 :Jantung Bocor, Bayi 14 Bulan Butuh Transplantasi Jantung Tangis Fahia Raihana (14 bulan) pecah manakala detak nafasnya sesak. Beberapa saat kemudian, tubuhnya mulai membiru mulai dari jari tangan dan kakinya. Maklum, bayi perempuan mungil anak pasangan Siti Aisiyah (27) dan Slamet Hariono (31) warga Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kediri didiagnosis mengalami kelainan jantung langka. Bila manusia normal letak jantung berada di sisi kiri, pada bayi ini letak jantungnya di sisi kanan. Akibatnya, beberapa organ tubuhnya pun tak dapat bekerja optimal. Ironisnya, kelainan jantung ini baru diketahui orang tuanya sejak sang bayi berusia 4 bulan. Hal ini karena terbatasnya kemampuan ekonomi.”Selama ini ya ke bidan desa, dan katanya hanya sesak-sesak biasa. Setelah semakin besar, kami coba ke rumah sakit, dan tak tahunya ternyata penyakit anak saya berbahaya,” kata ibunya, Siti Aisiyah kepada detiksurabaya.com saat menunggu anaknya dalam perawatan tim dokter RSUD Pelem Pare, Kamis (17/7/2008). Dia menjelaskan, beberapa ciri kelainan jantung anaknya dapat diketahui bila bayi melakukan aktivitas berlebih, termasuk menangis. Bila menangis, sekujur tubuhnya akan membiru, nafasnya sesak dan detak jantung berdetak cepat. “Pertama kali pasti di jari-jari tangan dan kaki membiru. Kalau nangisnya terusan, ya menyebar ke sekujur tubuh,” ujar wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Saat ini, kata dia, dirinya kebingungan mencari dana pengobatan anaknya. Padahal dokter menyebutkan, anaknya kemungkinan dapat disembuhkan melalui tranplantasi jantung. “Suami saya hanya buruh pabrik kecil, dan terkadang nyambi manjing lainnya. Pendapatannya tak menentu,” katanya dengan mata berkaca-kaca. Sementara dari diagnosis dokter menunjukkan, pasien mengalami kelainan tata letak jantung. Hal ini diketahui setelah dokter melakukan rontgen pada bayi. “Jelas terlihat, jantung bayi ini ada di sebelah kanan dan tidak berada pada posisi semestinya,” kata dokter anak RSUD Pelem Pare,



dr Suryatmono SpA.Dijelaskan oleh dia, akibat kelainan tata letak jantung terjadi kebocoran pada bilik kanan dan kiri jantung sang bayi. Hal ini yang menyebabkan kondisinya sering membiru bila melakukan aktivitas berlebih. “Makin beraktivitas yang bisa memacu detak jantung, maka aliran darah semakin deras. Dan hal itu akan tampak membiru di beberapa bagian tubuhnya,” jelasnya. Rupanya, penderitaan pasien tak berhenti sampai kelainan letak jantung. Dia menambahkan, pada jantungnya terdapat komplikasi bawaan dextrocardia yaitu Ventrical Septal Defeck (VSD) tampak pada terdapatnya lubang pada bilik kanan dan kiri dan Antrial Septal Defeck (ASD) yakni adanya lubang di serambi kanan dan kiri jantung sang bayi. “Kelainan bawaan ini juga mengakibatkannya mengalami gangguan dalam organ pompa darah,” imbuhnya. Pihaknya, jelas Suryatmono, hanya membuat langkah yakni tekanan darah balik ke jantung akan diperkecil. Sehingga jantungnya tidak akan bekerja dengan beban yang berat. “Operasi pun hanya bisa menyembuhkannya dari kelainan bawaan, sedangkan letak jantung tidak mungkin dapat dipindahkan,” ujarnya. Sementara kasus kelainan tata letak jantung di Indonesia, terakhir kali ditemukan pada bayi kembar siam Anggie dan Anjeli, tahun 2005 silam. Pada kasus tersebut, dokter juga gagal memberikan pertolongan pada sang bayi(Anonim,2012).