Behavioral 1950 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FILSAFAT MANUSIA DAN THERAPI BEHAVIORAL



Universitas Gunadarma, Depok



1. Biography / Biografi a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan pada tanggal 14 September 1849 di Ryazan, tempat ayahnya, Peter Dmitrich Pavlov bekerja. Keluarganya mengharapkannya menjadi pendeta seperti ayahnya sehingga ia bersekolah di sekolah gereja di Ryazan Terinspirasi oleh ide-ide progresif yang dikemukakan oleh para kritikus sastra Rusia tahun 1860-an Pavlov meninggalkan karir agama dan memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk ilmu pengetahuan. Pada tahun 1870 ia masuk dalam fakultas matematika dan fisika untuk mengambil kursus dalam ilmu alam. Program pertama yang ia hasilkan bersama dengan rekannya Afanasyev yaitu sebuah karya tentang fisiologi saraf pankreas. Karya ini secara luas diakui dan dia dianugerahi medali emas saat itu. Pada tahun 1875 ia menerima gelar calon ilmu pengetahuan alam, tetapi ia memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Akademi Medis Operasi, dan menyelesaikan studinya pada tahun 1879 dan kembali mendapatkan medali emas. Setelah pemeriksaan kompetitif, Pavlov memenangkan beasiswa di Akademi, dan mendapatkan posisinya sebagai Direktur Laboratorium Fisiologis di salah satu klinik terkenal di Rusia, pada tahun 1883 ia menyajikan tesis dokternya yaitu “Persarafan sentrifugal dari jantung”.



Pada 1890 Pavlov diundang untuk mengatur dan mengarahkan Departemen Fisiologi di Institute of Experimental Medicine dan ia diangkat sebagai profesor Farmakologi di Akademi Medis Militer. Setelah itu, pada tahun 1891-1900 Pavlov melakukan sebagian besar penelitian tentang fisiologi pencernaan. Pavlov merupakan seorang ilmuwan yang penuh dedikasi, yang terobsesi dengan penelitiannya. Dia meneliti tentang proses pencernaan anjing, ketika dia mengetahui bahwa anjing dapat dilatih untuk mengeluarkan air liurnya dalam merespon bunyi bell. Sebagai stimulus netral, bunyi bell tidak menghasilkan respon air liur anjing, maka dari itu untuk mengubah bunyi bell tersebut menjadi stimulus yang menghasilkan respon keluarnya air liur, Pavlov memasangkan bell dengan daging yang merupakan stimulus yang menghasilkan respon air liur pada anjing tersebut. Penyelidikannya di tahun 1905 juga memperoleh nobel di ilmu psikologi ‘’refleks’’. Dari hasil penyelidikannya ia ingin pula membawannya kedalam ilmu jiwa oleh karena itu maka ilmu jiwannya disebut psycorefleksologie yang seharusnya lebih tepat physioreflelsologie. b. Albert Bandura (1925) Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan di sana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University. Di awal publikasinya, kebanyakan tulisan Bandura membahas psikoterapi dan tes Rorschach. Tahun 1959, buku yang ditulis



bandura bersama Walters yang berjudul Adolescent Aggression terbit. Karya Bandura yang lain meliputi Social Learning Theory (1977), Social Foundation of Though and Action (1986), dan Self Efficacy:The Excercise of Control (1997). Pada tahun 1974, Bandura dipercaya menjadi presiden APA (American Psychological Association), kemudian pada tahun1980 menjadi presiden WPA (Western Psychological Association), dan menjadi presiden kehormatan Canadian Psychological Association tahun 1999. Selain itu, Bandura juga banyak mendapat gelar kehormatan, salah satunya terpilih menjadi Rekanan Kehormatan American Academy of Arts and Science sejak 1980. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa di sekitarnya. Teori Social Bandura mnunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan reaksi emosi orang lain. c. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) Skinner lahir pada tanggal 20 Mei 1904 di Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Tempat ayahnya bekerja sebagai seorang pengacara. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Dia tertarik pada kesusastraan yang membawanya masuk Presbyterian-founded Hamilton College jurusan sastra Inggris, Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana



psikologi



Universitas



Harvard,



tapi



tetap



tidak



meninggalkan minatnya pada tulis-menulis. Selama masa belajar di Harvard, ia mempelajari tingkah laku binatang yang kemudian mengembangkan beberapa prinsipnya dalam metode ilmiah. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. walau



tidak mengikuti kursus kerja yang dibawakan oleh E.G. Boring, Carrrol Pratt, dan Henry A. Murray. Dari tahun 1931 sampai 1936 ia bekerja di Harvard, dua tahun pertama didukung oleh National Rersearch Counsil Fellowship dan tiga tahun terakhir menjadi lektor muda di antara para petinggi ilmu psikologi Harvard. Skinner mulai dengan karirnya sebagai dosen di Universitas Minnesota pada tahun 1936, dan tinggal di sana hingga tahun 1945. periode ini merupakan masa produktivitas Skiner yang selanjutnya menetapkannya sebagai seorang pemimpin ilmu psikologi Behaviorist di Amerika Serikat. Dari tahun 1942-1943, ia memimpin suatu penelitian perang yang disponsori oleh Jenderal Mills, dan sebagai pengikut Gugenheim dalam tahun 1944-1945. pada akhir tahun 1945 ia ditugaskan sebagai kepala departemen Psikologi di Universitas Indiana. Posisi itu dia pegang sampai tahun 1947, ketika ia kembali ke Harvard. Tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meskipun pada tahun 1974 ia pensiun dari mengajarnya, tetapi beliau tetap melanjutkan menulis dan memberikan kuliah Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah The Behaviour of Organisms (1938), Walden Two (1948), Science and Human Behavior (1953) dan memulai menulis Verbal Behaviour (1957) selama ia menghabiskan waktu bertahun-tahun di Middle West. Produk yang dikeluarkan oleh Skinner, seperti, “Skinner box”, “Baby box”, dan perancangan mesin-mesin pengajaran pada tahun 1948. Pada tanggal 18 Agustus 1990, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia.



d. John Broadus Watson (1878-1936) Watson lahir di Greenville, South Carolina, dari seorang ibu yang religious dan seorang ayah yang pintar merayu yang meninggalkan keluarganya saat Watson berumur 13 tahun. Ia di didik di University Greenville dan di University of Chicago dimana pendidikan yang ia dapat adalah tentang pendidikan binatang. Watson menikah umur 25 tahun. Pada umur 30 tahun ia menjadi profesor psikologi di Johns Hopkins University di Baltimore dan, pada umur 36 tahun, ia terpilih sebagai presiden di American Psychological Association. Selama 1910-an, Watson mengalihkan penekanannya dari observasi ke eksperimentasi binatang ke manusia dan sejak tahun 1914 ia bekerja keras untuk menegakkan behaviorisme sebagai sebuah metode psikologi. Pada 1920-an ia melakukan beberapa penelitian pada anak-anak bersama Mary Cover Jones dan juga menulis beberapa tulisan psikologi popular. Buku Watson termasuk Animal Education (1903), Behavior (1914), Psychology From The Standpoint of Behaviorist (1919), The Psychological Care of The Infant and Child (1928), dan Behaviorism (1931). e. Joseph Wolpe (1915-1997) Wolpe lahir pada 20 April 1915 dan di didik di Johannesburg, Afrika Selatan. Terlatih sebagai dokter, selama Perang Dunia Kedua ia bekerja di South African Medical Corp . dari 1948-1956 dan 1957-1959 Wolpe mengajar dibagian psikiatri di University of Witwatersrand, Johannesberg, dan melaksanakan praktik psikiatri pribadi. Pada akhir 1940-an, hasil eksperimen-eksperimen laboratoriknya dengan kucing sebagai subjeknya, ia mengembangkan sebuah



metode yang didasarkan pada ihibisi resiprokal untuk mendekondidi respons ketakutan neurotik. Pada 1958 karya eksperimental maupun derivatif-derivatif psikoterapautiknya dipublikasikan dalam sebuah buku yang berjudul “Psychotheraphy



by



Reciprocal



Inhibition”.



Publikasi



ini



menimbulkan kehebohan hebat dan merupakan impetus penting bagi perkembangan terapi behavior (perilaku). Wolpe kemudian kembali ke Amerika Serikat, mulai 1960 sampai 1965, ia menjadi profesor psikiatri di University of Virginia di Charlottesville, dari 1965-1984 di Temple University di Pennsylvania dan, setelah itu, di Medical College of Pennsylvania di Philadelphia. Buku-buku lain Wolpe termasuk



Theme and



Variations: A Behaviour Therapy Casebook (1976), The Practice of Behavior Therapy (1990), dan Life With out Fear: Anxiety and Its Cure, yang ditulisnya bersama putranya, David (Wolpe & Wolpe, 1988). Pada 1979 Wolpe menerima Distinguished Scientific Award dari American Phsychological Society untuk riset rintisannya yang memberikan kontribusi pada pendirian terapi perilaku.



2. Counseling philosophy of behavior therapy / Filosofi Utama Behavior Therapy Dalam pandangan tentang hakekat manusia, terapi behavior menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik, dengan sedikit peran aktif untuk memilih martabatnya. Perilaku manusia adalah hasil respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Dalam konsep behavior, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga



dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian, terapi behavior hakekatnya merupakan aplikasi prinsipprinsip



dan



teknik



menyembuhkan



belajar



gangguan



secara



tingkah



sistematis laku.



dalam



Asumsinya



usaha bahwa



gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang keliru dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai. 3. Goals of Behavior Therapy / Tujuan Behavior Therapy Tujuan behaviour konseling menciptakan kondisi-kondisi terbaru bagi proses belajar. Bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Begitu juga tingkah laku neurotik learned, ia bisa di unlearn (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Tujuan umum terapi tingkah laku ialah membentuk kondisi baru untuk belajar. Karena dengan melalui proses belajar dapat mengatasi masalah yang ada. Selain dari itu tujuan behaviour konseling adalah mencapai kehidupan tanpa perilaku simptomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membantu ketidakpuasan dalam jangka panjang dan mengalami konflik dengan kehidupan sosial. Menurut pendapat Corey, tujuan terapi tingkah laku secara umum untuk menghilangkan perilaku malasuai dan belajar berperilaku lebih efektif. Yakni memusatkan pada faktor yang mempengaruhi perilaku dan memahami apa yang bisa dilakukan terhadap perilaku yang menjadi masalah. Selain itu, menurut pendapat Ivey, bahwa tujuan dari terapi tingkah laku adalah menghilangkan perilaku dan kesalahan yang telah terjadi melalui proses belajar dan menggantungkannya dengan pola perilaku yang lebih sesuai.



Manakala tujuan secara khusus behaviour konseling adalah mengubah perilaku yang salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat perilaku yang diharapkan, dan menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat. Oleh karena itu terapi tingkah laku tidak terlepas dari orientasi kegiatan konseling, maka menurut George dan Cristiani, bahwa tujuannya adalah : 1). Mengubah perilaku malasuai pada klien. 2). Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efisien. 3). Mencegah munculnya masalah di kemudian hari. 4). Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien. Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya. 4. Strategy of Behavior Therapy / Strategi Behavior Therapy Menurut Krumboltz (dalam Surya, 2003) mengemukakan bahwa terdapat empat metode dalam terapi behavior, yaitu: a. Operant Learning Dalam metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar



klien



yang dapat



memperkuat



perilaku



klien



yang



dikehendaki. b. Unitative Learning atau Social Modeling Dalam metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran berprogram, video. Film, biografi atau model. c. Cognitive Learning



Metode ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dengan klien dan bermain peran d. Emotional Learning Metode ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan situasi rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama dengan situasi rangsangan yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan. 5. Techniques of Behavior Therapy / Teknik-teknik Behavior Therapy a. Shaping Shaping adalah mengajarkan tingkah laku dengan terus menerus melakukan aproksimasi dan membuat rantai hubungan. Tingkah laku yang tidak pernah dimunculkan tidak dapat direinfors. Karena itu dalam mengajarkan tingkah laku yang dikehendaki harus direinfors. Shaping dilakukan melalui sejumlah pendekatan berangsur, dimana dalam proses itu ada tingkah laku yang direinfors, ada yang tidak. Melalui aproksimasi ini tingkah laku seseorang secara bertahap menjadi didekati sehingga akhirnya dapat dibentuk tingkah laku yang diharap. b. Behavior Contracts Syarat mutlak untuk memantapkan kontrak behavioral adalah batasan yang cermat mengenai problem klien, situasi dimana hal itu diekspresikan, dan kesediaan klien untuk mencoba prosedur itu. Penting untuk merinci tugas yang harus ia lakukan. Kriteria sukses disebutkan dan reinforcement ditentukan. Kalau semuanya itu



dilakukan, kontrak dapat dimantapkan melalui reinforcement yang cukup dekat dengan tugas dan kriterium yang diharapkan. Beberapa saran yang perlu diperhatikan: 1). Nyatakan kontrak dalam kalimat positif 2). Atur tugas dan kriteria yang memungkinkan dapat dicapai 3). Beri penguat secepat mungkin 4). Dorongan individu mengembangkan self-reinforcing 5). Gunakan kontrak bertingkat (kontrak mengacu pada tugas, diikuti hadiah yang menimbulkan kontrak baru, diikuti pelaksanaan tugas, kotrak, dan seterusnya). c. Assertive Training Assertive training menggunakan prosedur-prosedur permainan peranan. Misalnya, klien mengeluh bahwa ia sering merasa tertekan oleh orang tua yang menyuruh melakukan hal-hal yang ia nilai sebagai perbuatan yang tidak adil, dan bahwa ia pada umumnya mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang tuanya. Pertama, klien mengambil peranan sebagai orang tua sedangkan konselor menjadi model dari cara yang ia anggap klien lakukan terhadap orang tuanya. Kemudian mereka berganti peranan. Klien mencoba tingkah laku baru dan klien bertindak sebagai orang tua. Proses shaping terjadi bila tingkah laku baru mendekati yang sebenarnya. Assertive training terutama dapat diterapkan pada situasi-situasi interpersonal, dimana individu yang mempunyai kesulitan-kesulitan perasaan sesuai atau tepat untuk menyatakannya. Assertive training dapat membantu bagi orang-orang berikut ini: 1). Mereka yang tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelan 2). Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan dari padanya 3). Mereka yang mempunyai kesulitan untuk mengatakan “tidak”



4). Mereka yang sukar menyatakan kecintaan dan respon-respon positif lainnya 5). Mereka yang merasa tidak punya hak untuk menyatakan pikiran dan perasaannya. d. Proses Mediasi Agar pengamat tingkah laku modeling meniru respon yang dikehendaki pada kondisi yang senada dengan stimulus yang diterima model, harus ada sistem mediasi dalam penyampaian dan pengungkapan kembali asosiasi antara stimulus itu dengan responnya dalam ingatan. Proses mediasi itu melibat empat aspek, yaitu: atensi, retensi, reproduksi motorik dan insentif. Atensi pada respon model menjadi syarat mutlak belajar observasional. Retensi diperlukan dalam bentuk yang simbolik dan cukup baik, karena tingkah laku sosial mungkin baru dijumpai sesudah kurun waktu yang lama. Reproduksi motorik, berarti orang menerjemahkan kembali simbolik dalam bentuk tingkah laku, yang tidak selalu mudah apalagi khasanah respon itu jarang dipergunakan. Respon itu sendiri akhirnya hanya akan dipakai kalau ada insentif secukupnya bersamaan atau sebagian konsekuensi dari emosinya. e. Live Model dan Symbolic Model Live model adalah model hidup, bisa konselor atau orang lain. Live model dapat mengajarkan klien tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap dan nilai dan keahlian-keahlian kemasyarakatan. Dalam proses konseling ini, para konselor dapat mengajarkan hal-hal : penyingkapan diri, menghadapi resiko, keterbukaan, kejujuran, perasaan iba dan semacamnya. Konselor dapat mengajarkan rasa hormat, perasaan menerima orang lain, toleransi dan keberanian, dengan cara menjadikan diri model. Symbolic model, tingkah laku-tingkah laku model ditunjukkan melalui film, video dan media rekaman lain. Symbolic model telah sukses digunakan sebagai model dalam berbagai situasi. Salah satu



contohnya adalah para klien yang mengalami berbagai macam perasaan takut. Dengan cara mengamati model yang berhasil menemui situasi yang menyebabkan klien mengurangi atau membatasi perasaan takut tertentu. f. Behavior Rehearsal Kebanyakan prosedur konseling behavioral menuntut latihan dalam bentuk gladi. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan klien mampu melakukan dan menampilkan tingkah laku yang dikehendaki dalam situasi nyata. Latihan tingkah laku dapat dikombinasikan dengan pendekatan behavioral lainnya, misalnya sebagai bagian dari proses shaping, atau sesudah presentai model. Seyogyanya behavioral rehearsal dilakukan dalam suasana yang sangat mirip dengan lingkungan nyata klien. Teknik ini sangat baik untuk mengajarkan keterampilan sosial. Dalam behavior rehearsal, klien tidak hanya tahu dan memahami apa yang harus dilakukan dan dikatakan, melainkan dapat mencoba dan mendapat koreksi melalui balikan dari konselor. g. Cognitive Restructuring Proses kognitif yang terjadi di dalam diri individu seringkali mempunyai implikasi terhadap perubahan tingkah laku. Cognitif restructuring adalah proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negatif pemikiran tertentu terhadap tingkah laku, dan belajar mengganti. h. Covert Reinforcement Teknik ini mirip dengan cognitive restructuring, yakni memakai imaji untuk menghadiahi diri sendiri. Klien diminta untuk memasangkan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan sesuatu yang negatif, dan memasangkan imaji sesuatu yang dikehendaki dengan imaji sesuatu yang ekstrim positif. Misalnya ia menikah dan membayangkan hidup bahagia dengan isteri dan anakanaknya. Sekaligus ia juga diminta membayangkan tidak menikah,



dan membayangkan dirinya sering melacur sampai bekakasnya busuk berbau, dan terkena AID. i. Extinction Extinction merupakan prosedur untuk memperlemah hubungan stimulus respon dengan tujuan memperlemah perilaku yang tidak dikehendaki.



Klien



yang



tidak



mengerjakan



PR,



diminta



mengerjakan PR tersebut di papan tulis, apapun hasilnya, dan setelah itu ia diminta menjelaskan kepada teman-temannya. Dengan cara demikian, klien yang malas (perilaku yang tidak dikehendaki) diharapkan menjadi lebih rajin. j. Reinforcing Incompatible Behavior Dengan memperkuat tingkah laku positif, tingkah laku negatif dapat dikurangi. Misalnya konselor ingin klien berbicara mengenai dirinya, maka setiap respon yang berisi pembicaraan mengenai diri sendiri direinforcers, dan pembicaraan yang tidak mengenai diri sendiri diabaikan. Dua tingkah laku yang bertentangan, yang satu positif-dikehendaki reinfors, yang satu negatif dan akan dihilangkan dengan dianggap tidak ada. Hasilnya, tingkah laku negatif semakin berkurang atau jarang muncul.



k. Relaxation Training Latihan relaksasi merupakan teknik untuk mengajar seseorang untuk menangani stress yang dihasilkan oleh kehidupan sehari-hari dengan dengan cara melakukan relaksasi (santai, pengendoran otototot). Tujuannya adalah agar otot-otot menjadi kendor dan mental menjadi santai sehingga klien mejadi segar kembali. Setelah klien mempelajari dasar-dasar dari prosedur relaksasi, maka hal yang esensial adalah bahwa mereka mempraktikkan latihan-latihan relaksasi setiap hari agar bisa memperoleh hasil yang maksimal.



Latihan relaksasi dapat dilakukan untuk seluruh otot-otot tubuh jika klien memang mengalami ketegangan yang menyeluruh, tetapi dapat pula dilakukan dengan relaksasi pada otot-otot tubuh tertentu jika yang mengalami ketegangan hanya otot-otot bagian tubuh tertentu. Yang pertama disebut sebagai progressive relaxation, dan yang kedua disebut disebut scanning relaxation. l. Systematic Desensitization Desensitisasi sistematik menunjukkan prosedur eksperimental untuk mengurangi kecemasan dengan perasaan santai, yang dilaksanakan dengan cara: 1). Memeperkuat hubungan respon baru dengan stimulus yang menimbulkan tingkah laku malasuai. 2). Memperlemah hubungan respon dengan stimulus. Teknik desensitisasi sistematik dilakukan dengan tiga tahapan: a). Latihan santai bagi otot-otot (relaksasi dan/atau hipnosis) b). Menyusun tahapan c). Mengaplikasikan desensitisasi, yaitu menghilangkan tahapan kecemasan (anxiety) secara berangsur-angsur sambil melatih respon yang santai. Prosedur ini berlangsung hingga enam kali pertemuan. Selama periode santai, pembentukan tahapan (hierarchi) dimulai, yang tampaknya sederhana, tetapi sebenarnya sulit. Pembentukan tahapan kecemasan itu dilakukan dengan empat cara, yaitu: 1). Case history klien 2). Angket 3). Menggunakan fear survey schedule 4). Penelitian yang mendalam secara khusus tentang berbagai kesulitan yang dihadapinya (Dahlan, 1985:69). Prosedur desensitisasi sistematik dimulai apabila latihan relaksasi dan pembentukan tahapan itu dipenuhi.



m. Satiation Proses memberi reinforcement yang berlebihan sehingga justru kehilangan nilainya sebagai penguat, atau bahkan kemudian bernilai sebaliknya. Satiation dapat dilakukan dengan membanjiri klien dengan stimulus yang sama sehingga reinforcement menjadi tidak bertahap, atau dengan terus menerus memberikan reinforcement sampai respon malahan tidak dilakukan lagi. Teknik ini sama dengan cara nglulu terhadap tingkah laku yang tidak dikehendaki. n. Token Econimies Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam teknik ini, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan penguat-penguat yang bisa diraba (tanda-tanda seperti voucher) yang nantinya dapat ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingin. Teknik ini sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya para pekrja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka. Penggunaan tanda-tanda sebagai penguat bagi tingkah laku yang layak memeiliki beberapa keuntungan : 1).



Tanda-tanda



tidak



kehilangan



nilai



insentifnya



2). Tanda-tanda bisa mengurangi penundaan yang ada di antara tingkah laku yang sesuai dengan ganjarannya 3). Tanda-tanda bisa digunakan sebagai pengukur yang kongkrit bagi motivasi individu untuk mengubah tingkah laku tertentu 4). Tanda-tanda adalah bentuk penguatan yang positif 5). Individu mempunyai kesempatan untuk memutuskan bagaimana menggunakan tanda-tanda yang diperolehnya 6). Tanda-tanda cenderung menjembatani kesenjangan yang sering muncul di antara lembaga dan kehidupan sehari-hari.



o. Forms of Punishment Hukuman merupakan intervensi dari kondisioning-operan yang digunakan oleh konselor behavioral untuk mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki. Teknik ini dilakukan dengan cara pemberian sesuatu yang tidak menyenangkan atau stimulus yang tidak disukai sebagai akibat klien bertingkah laku yang tidak dikehendaki. Skiner percaya bahwa hukuman tersebut sering memberikan pengaruh terhadap perilaku yang dikira tidak dikehendaki itu; karena itu, perilaku yang tidak dikehendaki dapat dikendalikan dengan mengurangi kecenderungan respon klien. p. Self –Management Programs and Self-Directed Behavior Dalam program mengelola dan mengarahkan perilaku diri sendiri ini klien mengambil keputusan tentang hal yang berhubungan dengan prilaku khusus yang ingin dikendalikan atau diubah. Contoh yang umum di antaranya ialah mengatur jadwal kegiatan secara disiplin diri, pengendalian merokok, pengendalian untuk berbicara yang baik-baik dan tidak menyakiti hati orang lain, mengatur pola makan agar sehat dan tidak kegemukan. Seringkali klien menemukan bahwa alasan utama dari perilakunya yang tidak bisa mencapai sasaran adalah tidak dimilikinya keterampilan mengelola dan mengarahkan diri. Dalam kawasan seperti itulah pendekatan pengarahan sendiri bisa memberikan garis besar bagaimana bisa didapat perubahan dan sebuah rencana yang akan membawa ke arah perubahan. Cormier dan Cormier (1985:520, dalam Corey 1995:431-432) menyebutkan ada lima ciri dari program pengelolaan dan pengarahan diri yang efektif, yaitu: 1).



Kombinasi dari strategi mengelola diri sendiri



biasanya lebih berguna daripada hanya sebuah strategi tunggal 2).



Penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial



3).



Perlu ditetapkan seperangkat sasaran yang realistis



dan kemudian dievaluasi tingkatan seberapa yang bisa diraih dari sasaran itu 4).



Penggunaan



penguatan



diri



sendiri



merupakan



komponen yang penting dari program mengelola diri sendiri 5).



Tunjangan yang diberikan oleh lingkungan harus ada



untuk tetap dipertahankannya perubahan yang telah terjadi sebagai hasil dari program mengelola diri sendiri. q. Multimodal Therapy Teknik ini dikembangkan oleh Lazarus secara komprehensif, sistematik dan holistik. Terapi ini adalah suatu sistem yang terbuka dan mendorong adanya eklektisisme teknik. Teknik ini tidak dipergunakan secara sembarangan. Para konselor multimodal selalu bertanya: “Siapa dan apa yang paling baik klien yang satu ini?” Jadi, para konselor sangat berhati-hati untuk tidak memasukkan klien yang bersifat unik dalam program penanganan yang sudah ditentukan sebelumnya. Melainkan, diusahakan secara cermat untuk menetapkan secara tepat hubungan dan strategi pengananan apa yang akan berfungsi paling baik terhadap setiap klien dan dalam keadaan khusus yang bagaimana. Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah bahwa oleh karena seorang individu mengalami kesulitan yang disebabkan oleh problema khas yang dihadapi, maka dianggap hal yang tepat kalau strategi penanganan ganda digunakan untuk mendapatkan perubahan. Konselor multimodal terus menerus menyesuaikan prosedurnya untuk bisa mencapai sasaran klien dalam konseling. Dari penjelasan tentang berbagai teknik di atas, kita pahami bahwa terapi konseling kelompok perilaku sangat kaya dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Konselor dapat memilih teknik sesuai dengan masalah dan keterampilan dirinya.