Bab I Behavioral 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah proses pastilah dimulai dengan hal yang sederhana dan terus berkembang menuju hal yang lebih kompleks. Sama halnya dengan manusia yang tentunya terus menerus berkembang baik fisik maupun psikisnya. Dan dengan adanya perkembangan tersebut, para ahli mulai berpikir tentang bagaimana perkembangan bisa terjadi dan apa saja faktor yang mempengaruhinya. Sehingga muncul berbagai teori yang mendefinisikan bagaimana perkembangan tersebut. Teori-teori



tersebut



menjadi



pedoman



untuk



menjelaskan



bagaimana



karakteristik



perkembangan manusia dalam berbagai aspek. Salah satu aspeknya adalah pendidikan. Seorang guru tentunya harus mengetahui bagaimana perkembangan peserta didiknya. Dengan begitu guru bisa menyesuaikan diri dengan mereka karena perkembangan tiap peserta didik tentulah berbeda. Salah satu teori yang perlu diketahui adalah teori perkembangan Behavior. Teori ini perlu dikaji karena pastinya punya pandangan yang khas dibanding teori lainnya. Teori behaviorisme merupakan salah satu bidang kajian psikologi eksperimental yang kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Meskipun dikemudian hari muncul berbagai aliran baru sebagai reaksi terhadap behaviorisme, namun harus diakui bahwa teori ini telah mendominasi argumentasi tentang fenomena belajar manusia hingga penghujung abad 20. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.



1



Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana sejarah perkembangan teori behavioral? 2. Bagaimana konsep dasar konseling kehavioral? 3. Apa saja proses Konseling Kelompok Behavioral? 4. Apa teknik-Teknik Konseling yang baik? 5. Bagaimana hasil-Hasil Penelitian tentang behavioral? 6. Apa kelemahan dan kelebihan teori behavioral?



2



BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah perkembangan teori behavioral Perkembangan pendekatan behavioral diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen tokoh behavioral yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Secara garis besar sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari sebagai berikut : 1.



Classical Conditioning



Ivan Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjsan 14 September 1849 dan meninggal di Leningrad 27 Februari 1936. Hasil penelitiannya bersama Watson yang terkenal adalah classical conditioning. Penelitiannya yang paling terkenal adalah menggunakan anjing yang dalam keadaan lapar ditempatkan diruang kedap suara. Dalam penelitiannya tersebut, Pavlov menyimpulkan bahwa Respon (tindakan) dapat terjadi apabila ada Stimulus (rangasangan). 2.



Operant Conditioning



Tokoh yang mengembangkan operant conditioning adalah BF. Skinner Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul. Pengkondisian operan ini dikenal dengan istilah pengkondisian instrumental (instrumental conditioning) karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan diberikan untuk tingkah laku tersebut. Skinner, yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengkondisian operan, telah mengembangkan prinsip-prinsip penguatan yang digunakan pada upaya memperoleh polapola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalam pengkondisian operan, pemberian penguatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian penguatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah laku berkondisi muncul di lingkungan dan instrumental bagi perolehan ganjar.



3



Sering kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebihan atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavioral membantu konseli untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebihan. Dengan kata lain, membantu konseli agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaptif (Gladding, 2004). Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu konseli yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Juga bermanfaat untuk membantu mengurangi gangguan yang diasosiasikan dengan anxietas, stres, asertivitas, dan interaksi sosial (Gladding, 2004). Pandangan teori behavioral secara umum terhadap perilaku manusia menyatakan bahwa, antara lain : ·



Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh



penguatan (reinforcement). ·



Lebih menekankan pada studi subjek individual dibandingkan generalisasi



kecenderungan kelompok. ·



Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku



dibandingkan motivasi di dalam diri. ·



Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang



dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif.



B. Konsep Dasar Konseling Behavioral Menurut Skinner, perilaku manusia atas konsekuensi yang diterima. Apabila perilaku mendapat ganjaran positif, maka individu akan meneruskan atau mengulangi tingkah lakunya, sebaliknya apabila perilaku mendapat ganjaran negatif (hukuman), maka individu akan menghindari atau menghentikan tingkah lakunya. Pendekatan behavioral lebih berorientasi pada masa depan dalam menyelesaikan masalah. Inti dari behavioral adalah proses belajar dan lingkungan individu. Konseling behavioral dikenal sebagai ancangan yang pragmatis.



4



Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan internal. Karena itu tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metodemetode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin. Kontribusi terbesar konseling behavioral adalah bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku. Corey (2001) mengatakan bahwa konseling behavioral yang modern tidak mempunyai asumsi deterministik tentang manusia yang menganggap manusia hanya sebagai produk dari kondisioning sosiokultur. Individu adalah hasil produksi dan juga yang memproduksi lingkungannya. Corey melihat Skinner sebagai penganut teori tingkah laki yang radikal yang tidak mengakui kemungkinan diri sebagai penentu dan kebebasan diri. Kecenderungan sekarang adalah untuk mengajarkan pengendalian kepada konseli, dengan demikian meningkatkan kebebasan mereka. Modifikasi tingkah laku bertujuan meningkatkan keterampilan individu sehingga mereka mempunyai lebih banyak pilihan dalam memilih suatu tingkah laku. Adapun ciri-ciri dari karakteristik konseling behavioral antara lain adalah, yaitu : ·



Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat dirubah.



·



Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individual dapat membantu dalam



merubah perilaku-perilaku yang relevan; prosedur-prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku konseli dengan merubah lingkungan. ·



Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement” dan “sosial modeling”,



dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling. ·



Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-perubahan dalam



perilaku-perilaku khusus konseli diluar dari layanan konseling yang diberikan. ·



Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan sebelumnya, tetapi



dapat secara khusus di desain untuk membantu konseli dalam memecahkan masalah khusus. C. Proses Konseling Kelompok Behavioral Untuk memberikan gambaran singkat tentang proses konseling kelompok secara umum, berikut urutan proses pelaksanaannya : 1.



Konselor memperkenalkan diri, kemudian mempersilahkan masing-masing anggota



kelompok untuk memperkenalkan diri mereka. 2.



Konselor menjelaskan aturan main dalam konseling kelompok.



5



3.



Konselor menyuruh setiap anggota kelompok mengemukakan persoalan yang saat ini



dihadapi. 4.



Setelah semua anggota sudah menyampaikan permasalahan, maka konselor bersepakat



dengan semua anggota kelompok untuk membahas satu permasalahan yang dianggap paling mendesak untuk dipecahkan. 5. 6.



Mempersilahkan setiap anggota kelompok untuk menanggapi persoalan yang dibahas. Setelah menemukan solusi terhadap persoalan, konselor menanyakan kesanggupan



anggota kelompok untuk melaksanakan kesepakatan bersama. 7.



Menutup pertemuan dengan kalimat yang baik dan doa.



D. Teknik-Teknik Konseling a. Desensitisasi sistematis Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap b. Teknik Relaksasi Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya c. Teknik Flooding Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut d. Reinforcement Technique Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut e. Modelling Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model. f.



Cognitive restructuring



Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis g. Assertive Training



6



Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap orang lain secara lugas tanpa agresif h. Self Management Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri i.



Behavioral Rehearsal



Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak j.



Kontrak



Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan anatr pertemuan konseli. k. Pekerjaan Rumah Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya. l.



Role Playing



Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan m. Extinction (Penghapusan) Extinction (Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement. n. Satiation (Penjenuhan) Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia untuk melakukannya. o. Punishment (Hukuman) Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.



7



p. Time-out Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif. q. Terapi Aversi Terpai aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. E. Hasil-Hasil Penelitian Teknik behavior banyak di gunakan dalam berbagai penelitian karena dapat diaplikasikan dalam berbagai setting kehidupan. Berikut beberapa aplikasi pendekatan behavioral : 1. Aplikasi behavior therapy di lingkungan keluarga a.



Latihan perilaku orang tua ( behavioral parent training )



Behavioral parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan orang tua. Terapis membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk merubah respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya respon orang tua, akan membuat perilaku anak pun berubah. Tipe ini menggunakan metode verbal dan perbuatan. Di dalam metode verbal mengandung intuksi verbal maupun tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi pikiran. Sedangkan metode perbuatan menggunakan teknik bermain peran ( role playing ), modelling dan latihan tingkah laku yang baik. Fokus utama pada perbaikan interaksi antara orang tua dan anak yang mengalami masalah. b. Terapi pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and education ) Empat komponen utama dalam terapi pernikahan/ suami istri yaitu : 1) Analisis perilaku dalam masalah suami istri Analisis ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap pasangan, jawaban-jawaban dari angket yang diberikan, dan pengamatan terhadap perilaku keluarga. 2) Pelatihan keterampilan berkomunikasi Pasangan belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk mengekspresikan perasaanperasaan mereka. Mereka belajar tentang masalah masalah “here and now “ yang mereka miliki, dan kemudian merenungkan hal-hal pada masa lalu. Selanjutnya mereka mulai



8



menggambarkan perilaku suami/istri dengan spesifik. Di akhir latihan, pasangan dapat memberikan feedback positif terhadap perilaku pasangan. 3) Latihan memecahkan masalah Komponen ini melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan masalah, seperti menyebutkan ( secara jelas ) apa yang mereka inginkan, Kemudian merundingkannya dengan pasangan, serta membuat kesepakatan. 4) Treatment pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning) Digunakan untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan pada hubungan seks mereka, yang kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti ejakulasi dini.Treatment yang diberikan mengandung pengurangan kecemasan terhadap penampilan mereka, pendidikan seks yang mengandung teknik-teknik dalam hubungan suami istri, latihan keterampilan dalam berkomunikasi, perubahan sikap. c. Terapi fungsi keluarga ( functional family therapy ) Dalam functional family therapy, pertolongan diberikan apabila hubungan interpersonal antar anggota keluarga dalam keadaan : 1) Contact/ Closeness ( Merging ) 2) Anggota keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga. 3) Distance/ Independence ( Separating ) 4) Anggota keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka. Pendekatan behavioral ini dapat juga diaplikasikan menuju proses pembelajaran. diantaranya sebagai berikut : a.



Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.



b.



Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika



benar diperkuat. c.



Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.



d. Materi pelajaran digunakan sistem modul. e.



Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.



f.



Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.



g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman. h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.



9



i.



Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.



j.



Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).



F. Kelemahan dan Kelebihan 1.



Kelemahan



Kelemahan atau keterbatasan kelompok behavioral: a.



Anggota kelompok lebih tergantung pada dukungan dan dorongan kelompok



b.



Beberapa metodenya dipraktekkan secara kaku. Begitu menekankan pada teknik-teknik



dan tidak memadai bagi individu-individu. c. Kecenderungan mengabaikan masa lalu dan ketidaksadaran. Sejarah awal banyak mempengaruhi masyarakat, sementara itu kelompok behavioral tidak mempertimbangkannya. d.



Kurang fokus pada isu-isu besar kehidupan. Kelompok behavioral lebih konsentrasi



pada kejadian nyata atau keterampilan dalam kehidupan anggota alih-alih kehidupan anggota secara keseluruhan. e.



Terkonsentrasi pada perilaku yang tampak, apakah terbuka atau tertutup. Kelompok



behavior tidak mengkonsentrasikan pada perasaan (feeling), tapi lebih pada dinamika dibelakangnya. 2. a.



Kelebihan Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan



menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling b.



Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur



c.



Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan



pada perilaku yang terjadi dimasa dating.



10



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Terapi behavior tradisional diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an di Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Inggris sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa teknik pengkondisian perilaku yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi psikoanalitik. Menurut Behavior Therapy, manusia adalah produk dan produsen (penghasil) dari lingkungannya. Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku, karena hanya perilakulah yagn dapat diuji dilaboratorium. Konseling menurut pandangan behavioral ialah proses terapeutik dengan menggunakan prosedur-prosedur sistematik untuk mengubah perilaku maladaptif (perilaku yang tidak sesuai) menjadi perilaku adaptif (perilaku yang sesuai) melalui proses belajar perilaku baru. Kondisi hubungan terapi behavior terdiri dari tujuan, peran konselor, peran konseli,dan kondisi hubungan. Adapun mekanisme pengubahannya terdiri dari Tahap-tahap konseling



: assessment, menentukan tujuan, mengimplementasikan teknik,



mengakhiri konseling. Tekhnik-tekhnik konseling : Applied Behavioral Analysis: Operant Conditioning, relaksasi pelatihan tihan terkait,desensitisasi sistematis, dalam paparan vivio dan pembelajaran, eye movement desensitisasi dan repprocessing,keterampilan social pelatihan, relaksasi dan kebutu Self-Modifikasi Program dan Self-Directed Behavior, Multimodal Terapi: Terapi Perilaku Klinis, Mindfulness dan Penerimaan Berbasis Cognitive Therapy (Mindfulness and AcceptanceBased Cognitive Behavior Therapy).



B. Saran Teori belajar dan pembelajaran behavioristik dalam pendekatan konseling hendaknya dipahami oleh para pendidik



dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan



pendidikan akan benar-benar dapat dicapai.



11



DAFTAR PUSTAKA



Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama. Bandung. Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.



Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama



E. Bell Gredler, Margareth,1991, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:CV.Rajawali Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks



Komalasari, Gantina., dkk. (2011) Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks, Jakarta. Prayitno. (1998). Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang.



Lesmana, Jeanette Murad (2005). Dasar-Dasar Konseling. Universitas Indonesia. Jakarta. Muthi’ah, Anisatul & Umar Fadhilah, Nur. 2013. Makalah Pendekatan Person Cintered Therapy. Malang



Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.



WS. Winkel & M.M Sri Hastuti (2005), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Media Abdi; Yogyakarta.



12