I. BAB I [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang PLI Pengalaman Lapangan Industri (PLI) merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seluruh mahasiswa program studi Teknik Pertambangan baik D3 maupun S1 jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang untuk menyelesaikan program studi nya. Pengalaman Lapangan Industri (PLI) juga merupakan mata kuliah wajib dengan bobot 3 SKS yang harus diambil pada akhir semester, yang mana dalam pelaksanaannya terdapat tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan yaitu kegiatan pengalaman lapangan, penyusunan laporan, serta ujian/ sidang. Tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan pengalaman lapangan industri adalah untuk dapat menggali pengetahuan dan pengalaman praktis di lapangan/Industri, memupuk sikap dan etos kerja sebagai calon tenaga kerja profesional yang siap kerja, serta mampu membahas suatu topik yang ditemui di lapangan melalui metoda analisis ilmiah ke dalam bentuk suatu laporan pengalaman lapangan industri(PLI). Kegiatan pengalaman lapangan industri dapat dilaksanakan di Perusahaan Pertambangan, Labor – labor Dinas Pertambangan dan Konsultan yang bergerak dibidang Pertambangan. 1. Fungsi Kegiatan PLI Fungsi dari pelaksanaan kegiatan PLI adalah : a. Mengetahui kegiatan nyata dilapangan



1



2



b. Menerapkan teori yang dipelajari di bangku perkuliahan kedalam bentuk nyata dilapangan. c. Mengetahui rentetan kegiatan perusahaan yang dilakukan dilapangan setiap harinya. 2. Tujuan Kegiatan PLI a. Tujuan Umum Tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan pengalaman lapangan industri adalah untuk dapat menggali pengetahuan dan pengalaman praktis di lapangan/Industri, memupuk sikap dan etos kerja sebagai calon tenaga kerja profesional yang siap kerja, serta mampu membahas suatu topik yang ditemui di lapangan dengan metoda analisis ilmiah ke dalam bentuk suatu laporan pengalaman lapangan industri (PLI). b. Tujuan Khusus 1) Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktis di lapangan tentang teknis kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai



kepada



pengelolaan



dalam



rangka



melengkapi



pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di bangku perkuliahan. 2) Mampu mengitegrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan



yang



diperoleh



di



bangku



pengetahuan dan pengalaman praktis di lapangan.



kuliah



dengan



3



3) Mampu menulis laporan kegiatan Pengalaman Lapangan Industri dan menganalisisnya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh di lapangan. 4) Mampu mempresentasikan laporan tersebut dihadapan dosen pembimbing dan penguji serta para mahasiswa. 3. Peserta Kegiatan PLI Berdasarkan surat balasan dari CV. TAHITI COAL tanggal 19 Januari 2017 dengan nomor surat 007/THC/SK-KTT/I-2017 perihal izin praktek lapangan industri, perusahaan bersedia menerima kami untuk melaksanakan kegitan praktek lapangan industri di perusahaan tersebut yang beranggotakan dua orang mahasiswa, yaitu : a. ELDIOS FADILLA (14080022) b. HAFIZ HANAN GOZALLI (14080099) 4. Tempat Pelaksanaan PLI Kegiatan praktek lapangan industri ini bertempat di tambang batubara bawah tanah CV. TAHITI COAL daerah sangkar puyuh desa Sijantang kecamatan Talawi kota Sawahlunto. 5. Langkah – Langkah Pelaksanaan PLI Sebelum pelaksanaan kegiatan PLI, ada beberapa langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu : a. Melakukan pendaftaran coaching Pengalaman Lapangan Industri pada website http://akama.ft.ac.id .



4



b. Melengkapi surat-surat yang diperlukan dan diserahkan kepada koordinator PLI jurusan untuk di verifikasi. c. Mengikuti Coaching Pengalaman Lapangan Industri d. Mengajukan permohonan lokasi PLI di website http://akama.ft.ac.id . e. Mengirim surat permohonan unruk mengikuti kegiatan PLI ke perusahaan yang diinginkan. f. Menerima surat balasan dari perusahaan bahwasanya mahasiswa yang bersangkutan diperbolehkan atau diizinkan untuk melaksanakan kegiatan PLI di perusahaan tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan. g. Minggu pertama di perusahaan adalah orientasi lapangan dengan berkeliling dan melihat-lihat keadaan di lapangan serta pengenalan dengan staf dan karyawan. h. Minggu ke-2 sampai minggu ke-4 mengamati dengan cara ikut serta dalam kegiatan penambangan dan mengambil data yang dibutuhkan dilapangan. i. Minggu ke-5 dan ke-6 diskusi dengan staf perusahaan tentang kegiatan penambangan di perusahaan tersebut dan penyusunan laporan kegiatan PLI. B. Deskripsi Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan CV. TAHITI COAL merupakan perusahaan bergerak dibidang pertambangan, lahan yang di kelola CV. TAHITI COAL dahulunya



5



merupakan Tanah Ulayat Kolok, Sijantang. Yang mana pada awal tahun 2005 PT. Bukit Asam sebagai perusahaan yang terlebih dahulu melaksanakan kegiatan penambangan, melakukan pelepasan lahan kepada Pemerintah Daerah Sawahlunto. Berdasarkan keputusan Walikota No. 05.29 PERINDAGKOP tahun 2005 Tanggal 25 Desember 2005, CV.TAHITI COAL resmi memperoleh Kuasa Penambangan untuk melakukan kegiatan ekploitasi (KW. 05116 THC) dengan luas KP (Kuasa Penambangan) sebesar 53,80 Ha dan luas lahan yang dibuka sebagai areal pertambangan hanya sekitar 37 Ha yang terletak di Desa Sijantang, tepatnya di daerah Sangkar Puyuh Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Karena wilayah KP CV. TAHITI COAL merupakan bekas lahan tambang, maka CV. TAHITI COAL hanya perlu melakukan ekploitasi lanjutan. Perizinan yang dilakukan oleh CV. TAHITI COAL untuk melakukan kegiatan penambangan batubara diantaranya adalah surat keputusan No. 1958/INPERKOP-SWL/TAM/X-2002 tanggal 31 Oktober 2002 yang mana CV. TAHITI COAL diminta untuk melengkapi permohonan syarat-syarat yang diperlukan dalam pembuatan KP (Kuasa Pertambangan) tahap ekploitasi pada lahan seluas 53,80 Ha. Bahan galian yang ditambang oleh CV. TAHITI COAL terbagi dalam tiga golongan: Batubara A dan Batubara B dengan berat jenis 1300 Kg/m3 dengan kalori 6000 kkal/Kg dan kemudian Batubara C memiliki berat jenis 1250 Kg/m3 dengan kalorinya 6000 Kkal/Kg - 7000 Kkal/Kg.



6



Diatas lahan 53,80 Ha tersebut juga dibangun berbagai fasilitas penunjang kelancaran operasional kegiatan baik berupa areal tertutup seperti base camp, kantor, klinik, workshop (bengkel), maupun areal terbuka, jalan masuk tambang dan overburden, serta kolam pengendapan. Untuk tahap awal pada kegiatan penambangan akan dilakukan pengarahan safety talk dari tenaga ahli rutin. CV. TAHITI COAL memiliki 3 lubang yaitunya THC 01, THC 02, THC 03 (lubang ini sekarang dioperasikan oleh PT.CBP) dan ada pula tambang terbuka. Pada areal bekas tambang terbuka akan dilakukan kegiatan reklamasi, pada tahap reklamasi ini meliputi penghijauan dengan menanam berbagai jenisjenis tumbuhan yang bernilai ekonomis seperti mahoni, jati, dan akasia. Secara kalenderis aktifitas ini telah terlaksana seluas 7,75 Ha dari pelaksanaan penambangan. 2. Struktur Organisasi Seiring meningkatnya kebutuhan energi dunia, maka persaingan antar pasar juga semakin melonjak. CV. TAHITI COAL sebagai salah satu perusahan pertambangan yang memasok kebutuhan batubara bagi beberapa perusahaan juga ikut andil dalam hal tersebut. Untuk dapat menyesuaikan diri dan juga untuk memenangkan persaingan tersebut, CV.TAHITI COAL tentunya harus memiliki strategi dan programprogram dalam pencapaian tujuan dan manfaat proyek dalam dunia pasar. Oleh karena itu, perusahaan membentuk struktur keorganisasiannya yang berusaha



untuk



mendukung



perkembangan



perusahaan



maupun



7



pengaruhnya di dalam lingkungan lokal maupun regional. Adapun Struktur Organisasi yang menjabat sekarang terdapat pada Lampiran 1. 3. Ketenaga Kerjaan di Perusahaan Tenaga kerja yang dibutuhkan pelaksana kegiatan penambangan selain memiliki kualifikasi yang memadai direkrut dari daerah lain juga dari masyarakat setempat. Sebagai konsekwensi dari sistem penambangan konvensional atau manual, maka dibutuhkan tenaga kerja penambangan total dalam jumlah 250 orang. Pemanfaatan tenaga kerja sebanyak 120 orang berdasarkan target produksi 1500 ton/bulan dengan asumsi setiap 3 orang tenaga kerja akan dapat menghasilkan 1 ton batubara. Penyediaan tenaga kerja tersebut sepenuhnya dikelola oleh CV.TAHITI COAL dengan memprioritaskan masyarakat sekitar. Sementara itu juga dibutuhkan 1 orang KTT, 2 orang Pengawas 3 orang operator, 17 orang driver itu direkrut dari daerah setempat. Namun jika tidak ada yang memenuhi persyaratan maka akan direkrut dari daerah lain. Pada prinsipnya perekrutan masyarakat sebagai tenaga kerja tidak akan melakukan pendidikan khusus, karena pelaksanaan penambangan lebih bersifat konvensional atau manual dan tidak menggunakan teknologi modern.



Untuk



pelaksanaan



penambangan



yang sudah



berjalan



menggunakan berbagai peralatan dan kendaraan angkut diantaranya 2 unit Excavator, 3 unit mobil operasional dan 5 Dump Truck.



8



C. Deskripsi Kegiatan Industri 1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan CV. TAHITI COAL secara administratif terletak di desa sijantang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat. Dimana batas-batas lokasi kegiatan penambangan diantaranya : a. Sebelah Utara berbatas dengan lahan bekas tambang PT. BA – UPO yang diserahkan kepada Pemda. b. Sebelah Selatan berbatas dengan lahan bekas tambang PT. BA – UPO yang diserahkan kepada Pemda. c. Sebelah Timur berbatas dengan lahan bekas tambang PT. BA – UPO yang diserahkan kepada Pemda. d. Sebelah Barat berbatas dengan lahan bekas tambang PT. BA – UPO yang diserahkan kepada Pemda. Secara Geografis, wilayah kuasa penambangan CV. TAHITI COAL terletak pada koordinat 100045’06” – 100045’32” Bujur Timur (BT) dan 00037’20” - 00037’51” Lintang Selatan (LS). Lokasi penambangan dapat dicapai dari Kota Padang ke Kota Sawahlunto dengan jarak tempuh 117,0 Km. Dari Sawahlunto untuk menuju lokasi harus menempuh jalan ± 4,5 Km. Peta lokasi penambangan CV. TAHITI COAL dapat dilihat pada Lampiran 2 dan batas titik koordinat seperti pada Tabel 1.



9



Tabel 1.



Koordinat Batas Wilayah KP Ekploitasi Pertambangan Batubara CV. Tahiti Coal Bujur Timur



No. Titik Koordinat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Lintang Selatan



0











0











100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100



45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45



19,00 19,00 32,00 32,00 24,00 24,00 09,00 09,00 06,00 06,00 09,00 09,00



0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0



37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37



35,00 20,00 20,00 51,00 51,00 43,00 43,00 35,00 35,00 28,00 28,00 25,00



2. Iklim dan Curah Hujan Secara umum daerah penyelidikan seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia yaitu beriklim tropis, yang bertemperatur panas dan lembab sepanjang tahun. Ada dua musim yang terjadi secara bergantian adalah sebaga berikut : a. Musim hujan dan lembab, biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai April. b. Musim Kemarau dan panas dengan sesekali hujan, biasanya terjadi pada bulan April sampai Oktober.



10



3. Kondisi Geologi dan Endapan Berdasarkan peta geologi Kota Sawahlunto skala 1 : 50.000, litologi regional yang terletak pada wilayah penyelidikan dan sekitarnya, secara berurutan dari muda ke tua dapat diuraikan sebagai berikut : a. Alluvium Sungai (Qal), berumur kuarter yang terdiri dari material lepas, berukuran lempung, pasir, kerikil dan bongkahan batuan beku. 1) Tufa batu apung (Qpt), merupakan batuan vulkanik, berumur kuarter terdiri dari batu apung didalam matriks kaca kelaran 2) Anggota atas formasi ombilin (Tmou), merupakan batuan sedimen berumur miosen tersier yang terdiri dari lempung dan napal dengan sisipan batu pasir konglomerat mengandung kapur dan berfosil. 3) Anggota bawah formasi ombilin (Tmol), merupakan batuan sedimen, berumur miosen tersier yang terdiri dari batu pasir kuarsa yang mengandung mika sisipan arkose, serpih lempungan, konglomerat kuarsa dan batubara. b. Batu gamping karang (Tml), merupakan batuan sedimen, berumur oligosen, yang terdiri dengan batuan konglomerat dengan sisipan batu pasir. c. Formasi brani (Tob), merupakan batuan sedimen, berumur oligosen, yang terdiri dengan batuan konglomerat dengan sisipan batu pasir. d. Granit (G), susunan berkisar darilecio-granit sampai monzonit kuarsa yang berumur trias.



11



e. Anggota batu gamping formasi kuantan (PCkl), merupakan batuan hasil proses metamorfosis, terdri dari batu gamping, batu sabak, filit, serpih terkersiknya dan kuarsit yang berumur perm dan karbon. Wilayah penyelidikan dan sekitarnya secara berurutan dari muda ke tua dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun statigrafi (susunan formasi batuan) yang mengisi cekungan ombilin dari tua ke muda adalah sebagai berikut : a. Formasi sangkarewang (paleosen), disusun oleh batuan sedimen paralis yang terdiri atas perlapisan batu lempung napalan coklat-hitam berseling dengan batu pasir dan batu lempung yang mengandung fosil ikan air tawar. b. Formasi Brani (Paleosen), disusun oleh perlapisan batuan sedimen kipas aluvial dan konglomerat. Formasi ini bersilang jari dengan formasi sangkarewang. c. Formasi Sawahlunto (Eosen) terletak selaras diatas Formasi Sangkarewang, Batu Lempung karbonan dan beberapa sisipan konglomerat. Pada bagian atas formasi ini terdapat tiga buah sisipan lapisan batubara (Seam A, B dan C). Ketebalan total formasi ini kurang lebih 600 meter. d. Formasi Sawah tambang (Oligosen), menindih secara selaras di atas dan sebagian diduga mencemari formasi Sawahlunto, disusun oleh batu pasir berstruktur silang siur dan kadang disisipi konglomerat. Pada bagian atas formasi ini mempunyai anggota Sawah-Rasau yang



12



disusun oleh endapan sungai teranyam dan kadang mengandung pula sisipan tipis lapisan batubara. e. Formasi Ombilin (Miosen Bawah), terletak tidak selaras diatas formasi Sawahtambang, disusun oleh batuan napal lempung yang mengandung globigerina. Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan memerlukan waktu yang lama mencapai puluhan sampai ratusan juta tahun dibawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Batubara merupakan salah satu batuan sedimen organik yang dapat terbakar karena berasal dari sisa-sisa kehidupan dan menjadi padat setelah tertimbun oleh lapisan diatasnya. Lapisan batubara terletak di bawah permukaan tanah, pasir, padas, cadas dan lempung biru. Ada kalanya beberapa meter bahkan mencapai lebih dari sepuluh meter di bawah permukaan bumi. Batubara terdapat berlapis-lapis di dalam tanah. Lapisan yang teratas merupakan tanah yang terdiri dari berbagai campuran. Sedangkan di bawahnya terdapat lapisan batubara dengan ketebalan lapisan teratas batubara sekitar 3 sampai 12 meter. Di bawah lapisan batubara tersebut terdapat lagi lapisan tanah bercampur pasir, kerikil, lempung biru, tanah liat dan sisa-sisa letusan gunung berapi, kemudian di bawahnya terdapat lagi lapisan batubara, dan seterusnya hingga 6 lapisan. Bagian paling atas tertutup tanah dan diantara lapisan-lapisan batubara tersebut terdapat lapisan tanah bercampur pasir yang membatu. Jadi, lapisan batubara itu diapit oleh



13



lapisan batuan sedimen bercampur batuan amorf dalam bentuk pasir, lempung dan tanah yang membatu. Batubara pada dasarnya adalah karbon (C) yang didapat dari tambang dengan kualitas berbeda-beda karena tercampur dengan bahanbahan lain yang tergantung pada kondisi tambangnya. Hal-hal yang menentukan mutu batubara antara lain adalah nilai kalorinya. Karena batubara berasal dari fosil tumbuhan yang tertimbun di dalam tanah, maka semakin tua umurnya semakin tinggi nilai kalorinya. Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 tingkatan (dari tingkatan tertinggi hingga tingkatan terendah) berdasarkan kandungan relatif antara unsur karbon (C) dan air (H2O) yang terdapat dalam batubara, yaitu : antrasit, bituminous, sub bituminous, lignit dan gambut (peat). Khusus untuk antrasit, kandungan C relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan H2O. Sedangkan pada bituminous dan gambut kandungan C relatif lebih rendah dibandingkan dengan kandungan H2O. Pada bituminous kandungan unsur C relatif lebih rendah dibandingkan dengan kandungan unsur C pada antrasit, dan sebaliknya kandungan H2O pada bituminous relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan H2O pada antrasit. Batubara lignit merupakan batubara yang paling lunak dan kepadatannya masih dalam tingkat pertama. Dari pandangan geologi, lignit merupakan batubara termuda karena tersusun dari bahan yang mudah menguap dan kandungan air dengan kadar yang rendah. Batubara bituminous juga merupakan batubara muda yang biasanya dipakai di



14



rumah-rumah dan pabrik karena mempunyai kandungan volatile matter yang cukup, tetapi nilai kalorinya relatif tinggi sehingga dapat menghasilkan suhu nyala yang lebih tinggi. .



Sedangkan antrasit, merupakan batubara yang paling keras dan tidak berasap jika dibakar. Salah satu ciri dari batubara antrasit adalah memiliki kadar hidrokarbon yang rendah. Batubara jenis antrasit ini merupakan batubara tertua jika dilihat dari sudut pandang geologi karena merupakan batubara keras, tersusun dari komponen utama karbon dengan sedikit kandungan bahan yang mudah menguap dan hampir tidak berkadar air. Batubara bersifat heterogen, baik ditinjau dari komposisi kimia dan sifat fisiknya. Sifat fisik batubara termasuk nilai panas, kadar air, bahan mudah menguap dan abu. Sifat kimia batubara tergantung dari kandungan berbagai bahan kimia seperti karbon, hidrogen, oksigen, dan sulfur. Nilai kalor batubara beraneka ragam dari tambang batubara yang satu ke yang lainnya.Batubara jenis antrasit memiliki sifat berwarna hitam sangat mengkilat dan kompak, nilai kalorinya sangat tinggi dengan kandungan karbon sangat tinggi, dan memiliki kandungan air, abu dan sulfur sangat sedikit. Pada batubara jenis bituminous/subbituminous memiliki sifat berwarna hitam mengkilat tetapi kurang kompak, nilai kalorinya tinggi dengan kandungan karbon relatif tinggi, dan memiliki kandungan air, abu dan sulfur sedikit. Sedangkan pada batubara jenis lignit memiliki sifat berwarna hitam dan sangat rapuh, nilai kalorinya rendah dengan



15



kandungan karbon sedikit, dan memiliki kandungan air yang tinggi serta kandungan abu dan sulfur yang banyak. Lapisan batubara di Sawahlunto terdapat pada formasi Sawahlunto. Formasi Sawahlunto disusun oleh perulangan konglomerat, batu pasir lanauan, batu lempung karbonan, dan beberapa sisipan batubara. Ketebalan total formasi Sawahlunto kurang lebih 600 meter. Dijumpai tiga sisipan lapisan batubara. Lapisan yang atas adalah Seam A dengan ketebalan rata-rata 2 meter, Seam B ketebalan rata-rata 1-2 meter, dan yang paling bawah adalah Seam C dengan tebal 3 – 12 meter. Sebaran lapisan batubara ini dikontrol oleh susunan stratigrafi dan struktur geologi yang berkembang. Sebagian ada yang tersikap di permukaan dan ada yang menerus hingga pada kedalaman lebih dari 500 meter, mengikuti pola lipatan dan pensesaran, Sebaran lateral dalam bentuk kolom stratigrafi seperti pada Gambar 1.



16



Gambar 1. Peta Stratigrafi



17



4. Cadangan dan Kualitas Batubara a. Cadangan Batubara Penyebaran



lapisan



batubara



di



daerah



penyelidikan



CV.TAHITI COAL dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) blok atau daerah prospek yang dibatasi secara stratigrafi maupun oleh struktur wilayah atau blok-blok. Daerah prospek ini merupakan tahapantahapan daerah yang akan dikembangkan untuk tahapan eksploitasi. Penyebaran ketiga daerah prospek tersebut adalah blok utara (daerah prospek utara), daerah prospek tengah dan daerah prospek selatan. Sumber daya terukur dihitung berdasarkan data eksplorasi yang cukup lengkap, sehingga tingkat keyakinan kebenarannya cukup besar. Untuk wilayah ini diambil berdasarkan data geologinya dengan keyakinan bahwa pengaruh ketebalan batubara dari titik bor, dimana jarak pengaruh diambil antara 150 m hingga 300 m. Sumber daya terukur dihitung berdasarkan keyakinan geologi bahwa penyebaran batubara tersebut masih menerus ke arah dalam. Dari hasil pengeboran didapati total ketebalan lapisan batubara 7,5 m dengan berat jenis 1250 Kg/m3 atau setara dengan 1,25 ton/m3, luas endapan 43.956 m2. Sumber daya ini dihitung berdasarakan interprestasi data-data dengan mempertimbangkan hasil penyelidikan dahulu,



berdasarkan bentuk



endapan, berupa lapisan (relatif



sederhana). Maka perhitungan sumber daya batubara dihitung



18



berdasarkan cara yang sederhana, yaitu luas penyebaran batubara dikalikan dengan ketebalan batubara dan berat jenisnya, rumus yang digunakan di CV. TAHITI COAL adalah sebagai berikut : T = (A x B x D). T = (43.956 m2 x 7,5 m x 1,25 ton/m3 ) = 412.087,5 ton Keterangan: T = Cadangan Terukur (Ton) A = Luas Endapan Batubara (M2) B = Tebal Batubara (m) D = Berat Jenis Batubara (Ton/m3) Jadi berdasarkan perhitungan, total cadangan batubara terukur di wilayah



konsesi



CV.TAHITI



COAL



adalah



412.087,5



ton,



berdasarkan perhitungan dari luas penyebaran batubara 43.956 m2 terdapat cadangannya 412.087,5 ton dan berat jenisnya 1,25 ton /m3. b. Umur Tambang Untuk mengetahui umur tambang batubara di wilayah konsesi CV.TAHITI COAL dapat dihitung berdasarkan pada total cadangan batubara terukur dibagi dengan kapasitas produksi rata-rata per bulannya. 1) Total cadangan batubara tambang bawah tanah di wilayah konsesi CV. Tahiti Coal 2) Kapasitas produksi rata-rata per bulannya = 1500 ton



19



Total cadangan batubara terukur



Umur Tambang = Kapasitas produksi rata−rata per bulan / 12 = =



412.087,5 T 1500 T



/ 12



274,725 12



= 22,89375 tahun = 23 tahun (dibulatkan) Dari perhitungan tersebut diatas dapat diketahui umur tambang di wilayah konsesi batubara CV.TAHITI COAL adalah 23 tahun. c. Kualitas Batubara Kualitas batubara pada wilayah ini pada umumnya mempunyai kadar abu sedang, berkalori tinggi, dan mempunyai sulfur rendah, menurut hasil dari 3 sampel batubara yang diambil di kawasan penambangan CV. TAHITI COAL menunjukan bahwa batubara tersebut mempunyai sifat antara lain: 1) Inherent Moisture antara 4,33 % hingga 10,5 % 2) Kandungan abu antara 6,48 % hingga 11, 5 % 3) Sulfur masing-masing berkisar antara 0,4 % hingga 0,9 % 4) Nilai kalori antara 6.200 kkal/gr hingga 6.900 kkal/gr Ringkasan kualitas dari batubara ini merupakan hasil analisa dari laboraturium



Dinas Pertambangan dan Energi Kota



Padang terhadap sampel batubara yang diambil di wilayah penambangan CV. TAHITI COAL, hasil dari laboraturium tersebut seperti pada Tabel. 2 dibawah ini.



20



Tabel 2. Kualitas Batubara No. Sample



Tabel (m)



T.1 T.2 T.3 Total Rata2



2,6 2,4 2,5 7,5 2,5



IM (%) ADB 4,33 6 10,5 20,83 6,94



AC (%) ADB 6,85 6,48 11,5 24,56 8,18



VM (%) ADB 32,12 32,51 32,34 96,97 32,32



FC (%) ADB 41,34 41,61 43,65 126,6 42,2



TS (%) ADB 0,9 0,5 0,4 1,8 0,6



GCV kkal/gr 6.200 6.880 6.900 19.980 6.660



IM = Inherent Moisture : air yang secara fisik terikat dalam ronggarongga serta pori-pori batubara yang relatif kecil, serta memiliki tekanan uap. AC = Ash Content : kandungan debu pada batubara, semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran. Ash adalah parameter dimana setelah batubara dibakar dengan sempurna akan terdapat material yang tersisa dan tidak terbakar sebagai sisa pembakaran VM = Volatile Matter : zat terbang yang terkandung dalam batubara. Zat yang terkandung dalam volatile metter ini biasanya gas hidrokarbon terutama gas methan. FC = Fixed Carbon : kadar karbon tetap yang terdapat pada batubara setelah volattile matter dipisahkan dari batubara. TS = Total Sulphur : sulfur yang terdapat pada batubara dalam bentuk senyawa organik dan anorganik dapat dijumpai dalam bentuk mineral pirit, markasit dalam bentuk sulfat.



21



GCV = Gross Calorite Value : merupakan indikasi kandungan energi yang



terdapat



pada



batubara,



dan



merespresentasikan



kombinasi pembakaran dari karbon hidrogen, nitrogen dan sulfur. ADB = Air Dried Basis : Merupakan presentase batubara pada kondisi kering 5. Sistem Penambangan Sistem penambangan yang diterapkan di CV.TAHITI COAL adalah sistem penambangan bawah tanah dengan metoda yang digunakan room and pillar. Metoda room and pillar adalah metoda penambangan yang tidak mengambil batubara secara keseluruhan di areal penambangan yakni dengan meninggalkan bagian-bagian batubara yang digunakan sebagai pillar. Berikut adalah sketsa gambar metoda penambangan room and pillar pada Gambar 2.



(Sketsa Eldios Fadilla 2017) Gambar 2. Metoda penambangan room and pillar



22



6. Peralatan Penambangan Berikut adalah peralatan-peralatan yang digunakan pada saat proses penambangan batubara dan juga peralatan-peralatan penunjang untuk kelancaran penambangan



:



a. Jack Hammer Jack Hammer merupakan alat bor jenis percusi yang digunakan untuk menghancurkan batubara pada saat pengambilan batubara dari dinding front penambangan. Alat ini digerakkan dengan menggunakan tenaga listrik dan dioperasikan oleh manusia. Berikut adalah gambar jack hammer yang digunakan di CV.TAHITI COAL.



Gambar 3. Jack Hammer



b. Sekop Sekop digunakan sebagai alat untuk memuat batubara yang sudah dihancurkan kedalam gerobak maupun kedalam lori.



23



Gambar 4. Sekop untuk Alat Muat Batubara c. Gerobak Gerobak digunakan sebagai alat angkut batubara dari front kerja penambangan ke stockpile di pintu cabang.



Gambar 5. Gerobak untuk pengangkutan batubara d. Lori Lori adalah alat angkut batubara dari dalam lubang ke luar lubang tambang yang memiliki kapasitas 1,2 ton. Alat ini berjalan pada rel



24



yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Di CV.TAHITI COAL lori dioperasikan dengan menggunakan mesin rakitan dari mobil-mobil bekas yang terletak di depan pintu masuk lubang dan dihubungkan dengan tali dari gabungan kawat besi atau disebut dengan sling untuk menarik lori.



(Dokumentasi penulis 2017)



Gambar 6. Lori sebagai alat pengangkutan batubara



e. Excavator Excavator digunakan untuk memuat batubara yang ditumpuk di depan pintu masuk lubang ataupun batubara pada stockpile kedalam dump truck.



25



I



Gambar 7. Excavator sebagai alat muat batubara f. Dump truck Dump truck digunakan sebagai alat angkut batubara dari lokasi penambangan ke stockpile dan juga untuk mengangkut batubara ke perusahaan- perusahaan yang membutuhkan batubara dalam proses produksinya yang telah terikat kontrak dengan CV.TAHITI COAL. Berikut gambar Dump truck yang digunakan untuk mengangkut batubara.



Gambar 8. Dump Truck



26



g. Mesin pemotong kayu Alat ini digunakan untuk memotong dan membelah kayu yang diperuntukkan sebagai penyangga lubang. Berikut adalah gambar mesin pemotong kayu.



I



Gambar 9. Mesin pemotong kayu h. Mesin angin (Blower) Blower



digunakan



sebagai



penyuplai



udara



bersih



yang



dihembuskan dari luar kedalam lubang tambang untuk pernapasan para pekerja dalam lubang tambang.



27



Gambar 10. Mesin angin/ Blower i. Kayu Kayu digunakan sebagai penyangga di dalam lubang untuk mencegah runtuhnya atap dan dinding lubang.



Gambar 11. Kayu penyangga



28



j. Kotak P3K Digunakan untuk pertolongan pertama pada korban jika terjadi kecelakan sebelum dibawa ke rumah sakit atau sebelum pertolongan dokter.



I Gambar 12. Kotak P3K 7. Jam Kerja Sistem jam kerja di CV. Tahiti Coal menggunakan dua shift Lama jam kerja satu hari adalah sembilan jam, dengan rincian jam kerja biasa 08.00 – 17.00 ( istirahat 1 jam ), jam kerja lembur 19.00 – 23.00 D. Perencanaan Kegiatan PLI Rencana kegiatan PLI yang akan penulis laksanakan berdasarkan proposal permohonan PLI yang penulis kirimkan ke CV.TAHITI COAL adalah sebagai berikut :



29



Tabel 3. Rencana Kegiatan PLI No



Tanggal



Kegiatan



1



30 Januari 2017



2



31 Januari s/d 04 Februari 2017



3



05 Februari 2017 s/d 08 Maret 2017



4



09 – 10 Maret 2017



Kedatangan di perusahaan Orientasi lapangan Kegiatan pengambilan data dan ikut serta dalam aktivitas penambangan Penyusunan laporan



Catatan Tanggal dan lama kegiatan ini dapat berubah sesuai kondisi perusahaan



E. Pelaksanaan Kegiatan PLI 1. Pengenalan Perusahaan Setiap mahasiswa yang melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan Industri harus mengetahui terlebih dahulu tentang perusahaan tempat ia melaksanakan kegiatan tersebut, dan perusahaan juga wajib untuk memperkenalkan dirinya. Kegiatan perkenalan atau yang sering disebut dengan orientasi lapangan yang penulis ikuti di CV.TAHITI COAL berlangsung selama dua hari. Pada hari pertama penulis masuk ke perusahan, sebelum memulai kegiatan dilapangan, penulis diperkenalkan terlebih dahulu tentang perusahaan,



mulai



dari



struktur



organisasinya,



tentang



daerah



penambangan, pembekalan tentang keselamatan kerja, hingga perkenalan dengan para staf yang bernaung di CV.TAHITI COAL serta perkenalan dengan para pekerja lubang. Setelah itu, dilakukan kegiatan pembagian lokasi kerja, karena di CV.TAHITI COAL terdapat dua lokasi



30



penambangan yaitunya THC-01 dan THC-02. Penulis mendapat bagian kerja di lokasi THC-02. Pada hari kedua kegiatan, penulis dibimbing lansung oleh pengawas lubang untuk memperkenalkan lokasi penambangan THC-02, mulai dari sistem penambangan, panjang lubang, jumlah pekerja, sistem ventilasi dan beberapa hal yang penulis tanyakan. 2. Pengamatan Penambangan Batubara Di lokasi penambangan THC-02 terdapat dua front kerja untuk lubang maju, yaitu lubang maju utama (main gate) dan lubang maju pengiring (tail gate). Untuk front kerja di tiap-tiap cabang, di lubang utama terdapat 12 cabang yang aktif, da di lubang pengiring terdapat 6 cabang. Jadi, di THC-02 terdapat 20 front kerja, yang mana dalam satu front terdapat empat orang pekerja. Kegiatan penambangan batubara dilakukan dengan cara semi mekanis, pertama-tama batubara dihancurkan dengan menggunakan Jack Hammer, hancuran batubara dimuat kedalam gerobak dan ditumpuk di stockpile yang terdapat di pintu cabang, setelah itu baru dimuat kedalam lori untuk dibawa keluar lubang. Untuk penambangan di lubang maju, batubara yang sudah dihancurkan lansung dimuat kedalam lori. 3. Proses Pengangkutan Batubara Pada THC-02 terdapat dua jalur pengangkutan keluar batubara dari dalam lubang, yaitunya pada lubang utama (Main gate) dan lubang



31



pengiring (Tail gate). Jalur tersebut juga digunakan untuk keluar masuk para pekerja lubang. Seperti yang penulis jelaskan pada poin sebelumnya, terdapat dua proses pengangkutan batubara pada THC-02, yaitu manual dengan menggunakan gerobak dan semi mekanis menggunakan lori yang ditarik menggunakan mesin rakitan. Untuk penambangan dicabang, batubara diangkut dengan menggunakan gerobak dari front penambangan ke pintu cabang setelah itu dimuat kedalam lori. Sedangkan, untuk penambangan di jalur maju, batubara lansung dimuat kedalam lori. Ini dikarenakan lori hanya memiliki jalur di lubang maju. Jadi, pada THC-02 terdapat dua lori untuk mengangkut batubara dari dalam ke luar lubang. Lori memiliki kapasitas 1,2 m3, berdasarkan peraturan yang diberlakukan di CV. TAHITI COAL dalam menentukan kapasitas lori batubara, kapasitas 1 box dikalikan dengan 1,3 ton/m3, Karena lori tidak terisi penuh diperkirakan factor bucket 0,8 maka berat batubara dalam 1 box lori adalah 1,2 m3 x 1,3 ton/m3 x 0,8 = 1,248 ton . Pengangkutan batubara menggunakan lori dapat dilihat pada Gambar 13.



32



Gambar 13. Pengangkutan Batubara Menggunakan Lori 4. Penyanggaan Jenis penyangga yang diterapkan di THC-02 adalah penyangga beton dan penyangga kayu. a. Penyangga Beton Beton adalah campuran semen, pasir dan air yang berbentuk persegi, penyangga beton ini digunakan sepanjang 10 m dari pintu lubang, penyangga ini bertujuan untuk mengamankan pintu lubang supaya tidak runtuh sehingga umur tambang lebih lama. Penyangga beton memiliki keuntungan di antaranya: 1) Mempunyai kuat tekan yang tinggi. 2) Mudah dalam pelaksanaan konstruksi. 3) Tahan terhadap pengaruh cuaca. Kerugian penyangga beton: 1) Mempunyai kuat tarik rendah.



33



2) Dapat hancur tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu. 3) Hancuran beton tidak dapat digunakan kembali. b. Penyangga Kayu Penyanggan dengan kayu sudah lama dikenal sebagai bahan penyangga di berbagai operasi tambang bawah tanah Keuntungan penyangga kayu antara lain: 1) Ringan, mudah dibawa dibentuk dan dipasang. 2) Sebelum penyangga kayu patah akan retak terlebih dahulu. 3) Sisa potongan dapat digunakan sebagai pasak. Kerugian penyangga kayu antara lain: 1) Kekuatan mekaniknya tergantung pada struktur serat dan cacat alami 2) Kelembaban dapat mempengaruhi kekuatannya 3) Mudah terbakar Berikut adalah contoh gambar penggunaan penyangga beton dan penyangga kayu.



34



(a) I



(b) Gambar 14. (a) Penyangga beton. (b) Penyangga kayu c. Pemeriksaan penyangga Pemeriksaan penyangga dilkukan untuk mengetahui jika terjadi pelapukan, keretakan, dan penyangga yang patah. Jika dijumpai hal tersebut, maka harus dilakukan penggantian terhadap penyangga, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di dalam lubang. Berikut adalah contoh gambar pemeriksaan penyangga.



35



I



Gambar 15. Pemeriksaan penyangga 5. Pemeriksaan Ventilasi Tambang Untuk kebutuhan pernapasan para pekerja lubang dan juga demi kelancaran proses penambangan dalam lubang, maka sangat dibutuhkan ketersediaan udara bersih di dalam lubang. Oleh sebab itu dibuatlah sistem ventilasi untuk menjaga Quantitas dan kualitas udara yang bagus di dalam lubang. Dalam penggunaan ventilasi, harus dilakukan pemeriksaan dan pengukuran pada waktu yang telah ditentukan agar kebutuhan udara bersih tercukupi, kegiatan tersebut meliputi pemeriksaan saluran udara, pemberian sekat pada cabang yang tidak produktif, pengukuran kandungan gas dalam lubang. a. Pemeriksaan Saluran Udara dari Kebocoran Sistem ventilasi yang digunakan di THC-02 adalah ventilasi hembus, maka pipa saluran udara yang digunakan terbuat dari bahan plastik. Karena terbuat dari bahan yang lunak sangat rentan sekali



36



mengalami kebocoran dan membuat udara mengalir tidak maksimal ke front penambangan. Oleh sebab itu, diperlukan pemeriksaan terhadap pipa saluran udara. Berikut adalah gambar pemeriksaan saluran udara.



Gambar 16. Pemeriksaan saluran udara b. Pemberian Sekat Agar udara tidak mengalir pada lubang-lubang yang tidak ada kegiatan penambangan atau tidak produktif yang menyebabkan jumlah udara pada lubang yang ada kegiatan penambangan akan berkurng maka harus diberi sekat agar udara hanya akan mengalir pada lubang yang ada aktivitas penambangannya. Berikut adalah contoh gambar pemberian sekat pada lobang yang tidak produktif.



37



Gambar 17. Pemberian sekat pada lubang yang tidak produktif c. Pengukuran Kandungan Gas Sebelum



kegiatan



penambangan



dimulai



perlu



dilakukan



pemeriksaan terhadap kandungan gas di tiap-tiap front penambangan. Pengukuran dilakukan sebelum mesin angin dinyalakan dan 15 menit sesudah mesin angin dinyalakan. hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa konsentrasi gas yang ada di dalam lubang tambang dan apakah mesin angin mampu mengencerkan gas yang ada atau yang terdeteksi pada saat mesin angin belum dinyalakan. Setelah itu, pengukuran kandungn gas juga dilakukan ketika kegiatan penambangan sudah dimulai, hal ini bertujuan untuk memastikan kuantitas udara di tempat kerja dapat terpenuhi, dan memastikan kandungan gas berbahaya yang dihasilkan pada saat proses penambangan berlangsung masih dalam batas normal. Pada umumnya untuk konsentrasi gas berbahaya yang terdapat pada lubang THC-02 masih dibawah ambang batas, untuk lebih



38



jelasnya data hasil pengukuran rata-rata yang penulis lakukan saat pekerjaan berlangsung dapat dilihat dari tabel 4 berikut: Tabel 4. Kandungan gas Gas



% kandungan



Oksigen



20,9



Karbondioksida



0



Methan



(0% - 4% LEL) 0,005



Gambar 18. Pengukuran kandungan gas 6. Sistem Penyaliran/ Drainase Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah penambangan. Upaya



ini



dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktifitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat, sehingga alat-alat mekanis yang



39



digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama. Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Mine drainage Mine drainage merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah



penambangan.



Hal



ini umumnya dilakukan untuk



penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan. b. Mine Dewatering Mine dewatering merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan. Sistem drainase yang dipakai pada tambang bawah tanah CV. TAHITI COAL menerapkan sistem “Mine Dewatering” yaitu sistem penirisan, dimana air masuk ke dalam tambang kemudian dikeluarkan dengan penerapan teknik kombinasi antara pompa, pipa, paritan dan bak penampungan. Dengan sistem penirisan yang tepat diharapkan lokasi kerja menjadi aman dan nyaman untuk melakukan semua kegiatan di dalam tambang. Di samping itu juga sistem penirisan di tambang bawah tanah CV. TAHITI COAL mempunyai tujuan, yaitu: a. Mencegah terjadinya genangan (akumulasi) air pada jalan masuk bagi para pekerja dan alat pengangkutan.



40



b. Mencegah terjadinya kerusakan penyangga dan terbenamnya rel oleh air. I



(a) I



(b) Gambar 19. (a)Bak penampung dalam lubang. (b) Bak penampung di luar lubang 7. Mesin dan kelistrikan Pada bagian mesin dan kelistrikan dilakukan pengenalan tentang alat-alat yang menggunakan mesin dan listrik pada saat proses



41



penambangan diantaranya lori, mesin angin, pompa dan penyuplaian daya listrik untuk peralatan tambang bawah tanah. F. Hambatan dan penyelesaian Selama penulis melakukan kegiatan PLI ini, hambatan yang ditemui adalah seringnya terjadinya pemadaman listrik karena tidak cukupnya daya listrik untuk memenuhi kebutuhan peralatan tambang sehingga kegiatan penambangan harus dihentikan sampai listrik nyala kembali. Penyelesaian yang dilakukan adalah dengan menambah pasokan daya listrik agar tidak terjadi lagi pemadaman listrik secara tiba-tiba. G. Temuan menarik 1. Masih dijumpai pekerja yang tidak mematuhi aturan dalam pemakaian alat pelindung diri. 2. Adanya pekerja yang masih menaiki lori meski sudah ada himbauan untuk tidak menaiki lori. 3. Dimulainya pekerjaan penambangan sebelum kepala lubang selesai melakukan pengukuran gas dalam lubang. 4. Banyak ditemui penyangga retak yang belum diperbaiki atau diganti meski sudah diperintahkan oleh kepala lubang. 5. Adanya sambungan kabel-kabel yang terbuka yang dapat menyebabkan konsleting listrik dan bisa menyebabkan kebakaran. 6. Banyaknya pipa saluran udara yang bocor 7. Tingginya suhu pada front penambangan yang menganggu pada aktifitas penambangan.



42



8. Pada laporan harian kepala lubang tidak ada dituliskan temperatur dan kelembaban. 9. Pengendalian debu batubara yang tidak sempurna.