Bernalah Ilmiah FKUA 2020 07 Ardito Ario Willy Goller PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Topik Bernalar Ilmu Dosen Pengajar : Dr. Rahadian Indarto Susilo, dr., Sp.BS (K)



Penyusun :



Mayang Rizki A.



011928026318



Ratya Kirana S.



Yudha Klahan N.



011928026303



Muhammad Anshar KH. 011928066311



Wigit Kristianto



011928116303



Renata Primasari



011928156302



Bagus Hibridiawan



011928086304



Ricky Subhan A.



011928166304



Gilang Kristiawan S. 011928056301



Ardito Ario WG.



011928196302



Danang Hadi P.



William



011928216302



Rudolph Muliawan P. 011928036301



Anindya Paramita



011928246301



Vini Victoria



011928186302



Yoshua Eric I.



011928256301



A’rofah Nurlina P.



011928136309



011928016309



UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2020



011928176302



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bantuannya lah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ’Bernalar Ilmiah’. Melalui tugas ini kami harap dapat membantu memahami mengenai apa itu bernalar ilmiah, dan bagaimana proses melakukannya. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, semoga dengan kuliah nanti dapat melengkapi pengetahuan kami Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi sejawat sekalian yang membutuhkan. Amin. Surabaya, 11 Januari 2020



Kelompok 7



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. (Wardhana,2016) Dalam menjalankan profesinya, dokter senantiasa diharapkan untuk dapat mempertimbangkan situasi holistik pasien. Untuk itu, para dokter perlu melakukan berbagai pertimbangan mendalam agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Dalam melakukan pertimbangan, sangat dibutuhkan pemikiran yang logis dan rasional yang disebut proses bernalar ilmiah untuk mengolah, membandingkan dan menghubungkan berbagai data berupa fakta, informasi, pengalaman atau pendapat para ahli. (Adib, 2010)



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian bernalar ilmiah? 2. Apa saja jenis penalaran ilmiah 3. Apa yang dimaksud penalaran induktif? 4. Apa yang dimaksud penalaran deduktif? 5. Apa yang dimaksud penalaran analogi? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Dapat memahami proses bernalar ilmiah 1.3.2 Tujuan Khusus Dapat memahami definisi, ciri, dan jenis penalaran ilmiah Dapat mengaplikasikan proses bernalar ilmiah dalam kegiatan profesi dokter



BAB 2 BERNALAR ILMIAH



2.1 Definisi Bernalar Ilmiah Manusia sebagai makhluk hidup memiliki kemampuan untuk berpikir sesuai dengan kodratnya. Namun untuk dapat disebutkan sebagai berpikir filsafat, ada hal - hal yang perlu diperhatikan. Tidak semua kegiatan berfikir dapat dikatakan sebagai berfilsafat. Berfilsafat (atau berpikir filsafat) adalah berfikir yang mengacu pada kaidah - kaidah tertentu secara disiplin dan mendalam. (35). Sehingga berfikir ilmiah dapat disimpulkan sebagai berfikir menggunakan kaidah - kaidah ilmiah (Wardhana, 2016) Manusia secara kodrati juga memilliki hasrat ingin tahu. Keingintahuan ini bertolak dari apa yang dialaminya sehari - hari, melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, dan perasaan yang dialaminya. Hasrat ingin tahu itu menimbulkan banyak pertanyaan yang menggugah manusia untuk mencari jawabannya. Salah satu cara manusia untuk mencari jawaban akan fenomena yang terjadi di sekitarnya adalah melalu penalaran. Penalaran didefinisikan sebagai sebagai proses mental yang bergerak dari apa yang kita ketahui kepada apa yang tidak kita ketahui sebelumnya berdasarkan bukti-bukti dan faktafakta untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Pengertian lain dari penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. (Wardhana, 2016). Bernalar ilmiah (scientific reasoning) juga didefinisikan sebagai keterampilan untuk mencari alasan dan memecahkan masalah yang terlibat pada proses perumusan, pengujian, dan peninjauan kembali sebuah hipotesis atau teori (Morris et al, 2012). Bernalar ilimiah adalah salah satu jenis pencarian informasi (information seeking), dengan ciri khas terdapat pengumpulan data dan analisis formal terhadap data tersebut. Bernalar ilmiah umumnya terdiri dari beberapa langkah yaitu kemampuan untuk mengumpulkan data yang saat ini dipercaya, mengembangkan pertanyaan yang bisa diuji, menguji hipotesis, dan mengambil kesimpulan dengan cara mengolah data empiris dan teori yang ada.



2.2 Ciri - Ciri bernalar Secara detail penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih. 2. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu. 3. Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam (Wardhana, 2016) 2.3 Cara Berpikir Ilmiah Telah disebutkan bahwa berpikir ilmiah merupakan berpikir menggunakan kaidah ilmiah. Untuk menganalisa sesuatu permasalahan digunakan metode tertentu agar dalam proses berfikir dapat dilakukan secara sistematis. Dalam berfikir ilmiah dikenal lima metode yaitu metode induktif, deduktif, abduktif, analogi, dan kausal. Gambar 1 menunjukkan perbedaan metode induksi, deduksi, abduksi.



Gambar 1 Perbedaan tiga metode berfikir ilmiah (Dunbar & Klahr, 2012)



2.3.1 Metode induktif Metode induktif adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individual) menuju kepada hal-hal yang bersifat umum (universal), metode ini berdasarkan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya. Sebagai contoh ahli sains melakukan eksperimen ringkas mengenai pemanasan logam besi, timah, tembaga dan beberapa logam yang lain. Mereka mendapati logam logam tersebut mengalirkan panas. Oleh hal yang demikian mereka membuat kesimpulan bahwa semua logam menghantarkan panas. Meskipun demikian, kesimpulan yang ditarik dari metode induktif berisiko menghasilkan kesimpulan yang salah (Dunbar & Klahr, 2012). 2.3.2 Metode deduktif Metode deduktif yakni suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus (individual). Pembuktian yang menggunakan penalaran deduktif biasanya menggunakan kalimat implikatif yang berupa pernyataan jika …, maka …. Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan pola pikir yang disebut silogisme, yaitu sebuah argumen yang terdiri atas tiga bagian. Di dalamnya terdapat dua pernyataan yang benar (premis) yang menjadi dasar dari argument itu, dan sebuah kesimpulan (konklusi) dari argument tersebut. Di dalam logika, sebagai cabang (inti) matematika yang banyak membahas tentang silogisme terdapat beberapa aturan yang menyatakan apakah silogisme itu valid (sahih) atau tidak. (Wardhana, 2016). 2.3.3 Metode Abduktif Metode induktif biasanya digunakan oleh peneliti untuk menawarka penjelasan dari suatu masalah seperti penemuan yang tidak terduga pada sebuah penelitian. Pada metode ini, peneliti berusaha membuat penjelasan dengan kerangka “jika terjadi situasi X, dapatkah hal ini menghasilkan bukti yang saat ini sedang saya interpretasi?”. Metode abduktif hampir sama seperti induktif, yaitu menghasilkan sebuah kesimpulan yang masih memiliki risiko keliru. Namun, metode ini dapat menghasilkan pengetahuan baru. 2.3.4 Metode Analogi Peneliti menggunakan analogi untuk membangun jembatan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang berusaha mereka jelaskan (Dunbar & Klahr, 2012). Metode analogi terdiri dari dua komponen, yaitu target dan sumber. Target adalah konsep atau masalah yang berusaha dijelaskan oleh peneliti, sedangkan sumber adalah pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peneliti untuk menjelaskan target.



Proses untuk membuat analogi melibatkan beberapa langkah, yaitu mengumpulkan sumber dari memori, menyetarakan sifat sumber dengan target, memetakan sifat sumber dengan target, kemudian membuat kesimpulan baru tentang target. Namun, analogi juga masih mungkin menyebabkan kekeliruan kesimpulan seperti metode induksi. Misalnya analogi tata surya dengan atom. Planet dan elektron dianggap analog, padahal elektron tidak memiliki orbit seperti planet. 2.4 Perkembangan Bernalar Ilmiah Bernalar ilmiah utamanya adalah kemampuan untuk mengumpulkan informasis secara sistematis dan mengambil kesimpulan yang masuk akal dari suatu pola yang telah diamati. Kemampuan ini membutuhkan beberapa hal untuk dapat berkembang menjadi kemampuan yang baik. Perkembangan bernalar ilmiah dipengaruhi oleh proses kognitif dan proses metakognitif. 2.4.1 Proses Kognitif Proses kognitif adalah proses mental untuk mendapatkan dan memahami pengetahuan dengan cara berfikir, mengalami, dan merasakan. Banyak proses kognitif yang telah diidentifikasi dalam perkembangan nalar ilmiah seperti analogi, pembelajaran statistika, kategorisasi, limitasi, atau inhibisi (Goswami, 2008). Namun, dua proses kognitif yang diperkirakan paling berpengaruh pada perkembangan nalar ilmiah, yaitu encoding dan perkembangan strategi (strategy development). a. Encoding Proses encoding adalah proses penggambaran informasi dan konteksnya dalam memori sebagai hasil dari sorotan seseorang pada sebuah stimulus. Proses ini adalah mekanisme penting karena pada kegiatan bernalar ilmiah diperlukan penggambaran informasi sebelum dapat menarik kesimpulan. Encoding yang efektif bergantung pada kemampuan untuk memusatkan pikiran pada informasi yang relevan, yang kemudian akan menggiring pada kesimpulan yang akurat (Morris et al, 2012). Domain knowledge (pengetahuan spesifik) memiliki peran penting untuk menggiring pemusatan pikiran. Proses encoding pada anak kecil masih terbatas karena terdapat keterbatasan domain knowledge sehingga peningkatan domain knowledge seiring umur akan membuat proses encoding menjadi makin efektif. Meskipun demikian, domain knowledge terkadang membatasi penarikan kesimpulan hanya pada suatu bidang ilmu dan tidak bisa meluas ke bidang ilmu lain.



b. Perkembangan strategi Strategi adalah sebuah rangkaian prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dua komponen perkembangan strategi antara lain strategy acquisition dan strategy selection (Morris et al, 2012). Dalam proses perkembangannya, anak sering melakukan penyelidikan seperti pengujian hipotesis namun dengan langkah yang kurang sistematis. Seiring pertambahan umur, anak akan menemukan strategi baru secara mandiri atau melalui interaksi sosial untuk menyelidiki sebuah masalah. Strategi yang telah didapatkan kemudian akan mengalami seleksi agar terjadi efisiensi waktu dan menyesuaikan dengan kompleksitas masalah. 2.4.2 Proses Metakognitif Proses kognitif adalah proses dimana seseorang memantau dan mengendalikan proses kognisinya (Dunlosky & Ariel, 2011) Secara singkat metakognisi adalah proses kognisi terhadap proses kognisi. Strategi ini digunakan untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum. Perkembangan proses metakognitif membutuhkan dua kemampuan utama. Pertama, kemampuan untuk mengerti bahwa kesimpulan dapat ditarik dari bukti. Kedua, kemampuan untuk mengerti bahwa kesimpulan adalah juga sebuah mekanisme utuk mendapatkan pengetahuan yang baru (Morris et al, 2012).. Penelitian menyimpulkan bahwa anak maupun dewasa tidak selalu dapat menyadari keterbatasan memorinya ketika sedang melakukan investigasi. Kesadaran ini kemduian berkembang seiring umur. Anak kecil memandang semua strategi adalah efektif, anak umur 8-10 tahun mulai menimbang pemilihan strategi, dan anak umur 12 tahun mampu memilih strategi yang terbaik.



BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN



3.1 Kesimpulan



Manusia sebagai makhluk hidup memiliki kemampuan untuk berpikir sesuai dengan kodratnya. Secara kodrati juga memiliki rasa ingin tahu terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya. Jawaban atas fenomena yang ada salah satunya didapat dari penalaran. Bernalar ilmiah (scientific reasoning) didefinisikan sebagai keterampilan untuk mencari alasan dan memecahkan masalah yang terlibat pada proses perumusan, pengujian, dan peninjauan kembali sebuah hipotesis atau teori. Bernalar ilmiah memilki ciri-ciri logis, analitis dan rasional. Dalam berfikir ilmiah dikenal beberapa metode yaitu metode induktif, deduktif, abduktif,dan analogi. Kemampuan untuk bernalar ilmiah ini membutuhkan beberapa hal untuk dapat berkembang menjadi kemampuan yang baik. Perkembangan bernalar ilmiah dipengaruhi oleh proses kognitif dan proses metakognitif.Ada dua proses kognitif yang berpengaruh dalam pada perkembangan nalar ilmiah, yaitu encoding dan perkembangan strategi (strategy development). Perkembangan proses metakognitif membutuhkan dua kemampuan utama. Pertama, kemampuan untuk mengerti bahwa kesimpulan dapat ditarik dari bukti. Kedua, kemampuan untuk mengerti bahwa kesimpulan adalah juga sebuah mekanisme utuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Baik proses kognitif dan metakognitif, dalam perkembanganya dipengaruih oleh usia dan tingkat kedewasaan. 3.2 Saran Penalaran ilmiah merupakan suatu proses berfikir dalam penarikan kesimpulan. Penalaran ilmiah perlu dikembangkan dengan baik hal ini sesuai dengan kodrat manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap fenomena yang terjadi disekitarnya.



DAFTAR PUSTAKA



Adib, M. 2010. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dunbar, K., & Klahr, D. 2012. Scientific Thinking and Reasoning. In K. J. Holyoak & R. G.Morrison (Eds.), The Oxford Handbook of Thinking and Reasoning. Oxford University Press. Dunlosky J, Ariel R. 2011. Self-regulated Learning and the Alocation of Study Time. Psychology of Learning and Motivation; 54:103-140. Goswami, U. 2008. Cognitive development: The learning brain. Hove, UK: Psychology Press. Morris BJ, Corker S, Masnick AM, Zimmerman C. 2012. The Emergence of Scientific Reasoning. Current Topics in Children's Learning and Cognition:61-82. Wardhana, Made. 2016. Filsafat Kedokteran. Bali: Vaikuntha International Publication.



Kelompok 7 15 Januari 2020



Bernalar Ilmiah



Anggota Kelompok 7 Mayang Rizki A. Yudha Klahan Wigit Kristianto Bagus Hibridiawan Gilang Kristiawan Danang Hadi P. Rudolph Muliawan P. Vini Victoria A’rofah Nurlina P.



Ratya Kirana S. M. Anshar Khalilul Renata Primasari Ricky Subahn A. Ardito Willy G. William Anindya Paramita Yoshua Eric I.



BAB I PENDAHULUAN



Latar Belakang (1)



Penalaran Proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Whardana, Made. 2016. Filsafat Kedokteran. Bali: Vaikuntha International Publication.



Latar Belakang (2)



Menalar Proses di mana seseorang mengamati berbagai proposisi yang diketahui dan dianggap benar kemudian menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Whardana, Made. 2016. Filsafat Kedokteran. Bali: Vaikuntha International Publication.



Latar Belakang (3) Fakta Informasi Pengalaman Pendapat ahli



Keputusan yang logis dan rasional



Mengolah Membandingkan Menggabungkan



Pelayanan holistik



Rumusan Masalah 1. Apa pengertian bernalar ilmiah? 2. Apa saja jenis penalaran ilmiah?



3. Apa yang dimaksud penalaran induktif? 4. Apa yang dimaksud penalaran deduktif? 5. Apa yang dimaksud penalaran abduktif? 6. Apa yang dimaksud penalaran analogi?



Tujuan Tujuan Umum



Tujuan Khusus



• Dapat memahami proses bernalar ilmiah



• Dapat memahami definisi, ciri, dan jenis penalaran ilmiah • Dapat mengaplikasikan proses bernalar ilmiah dalam kegiatan profesi dokter



BAB II BERNALAR ILMIAH



Definisi Bernalar Ilmiah



Bernalar ilmiah (scientific reasoning) didefinisikan sebagai keterampilan untuk mencari alasan dan memecahkan masalah yang terlibat pada proses perumusan, pengujian, dan peninjauan kembali sebuah hipotesis atau teori.



Ciri-ciri Bernalar Logis



• Pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih



• Bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke Analitis dalam suatu pola tertentu



Rasional



• Apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam



Cara Berpikir Ilmiah Dalam berfikir ilmiah dikenal beberapa metode yaitu metode induktif, deduktif, abduktif, dan analogi.



(Dunbar and Klahr, 2012)



Metode Induktif • Bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individual) menuju kepada hal-hal yang bersifat umum (universal). • Metode ini berdasarkan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya.



Metode Deduktif • Bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus (individual). • Pembuktian yang menggunakan penalaran deduktif biasanya menggunakan kalimat implikatif yang berupa pernyataan jika …, maka …. Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan pola pikir yang disebut silogisme.



Metode Abduktif • Hampir sama seperti induktif, yaitu menghasilkan sebuah kesimpulan yang masih memiliki risiko keliru. Namun, metode ini dapat menghasilkan pengetahuan baru.



Metode Analogi • Metode analogi terdiri dari dua komponen, yaitu target dan sumber. Target adalah konsep atau masalah yang berusaha dijelaskan oleh peneliti, sedangkan sumber adalah pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peneliti untuk menjelaskan target. • Proses untuk membuat analogi melibatkan beberapa langkah, yaitu mengumpulkan sumber dari memori, menyetarakan sifat sumber dengan target, memetakan sifat sumber dengan target, kemudian membuat kesimpulan baru tentang target.



Perkembangan Bernalar Ilmiah Proses Kognitif



Proses Metakognitif



• Adalah proses mental untuk mendapatkan dan memahami pengetahuan dengan cara berfikir, mengalami, dan merasakan • Dua proses kognitif yang diperkirakan paling berpengaruh pada perkembangan nalar ilmiah, yaitu encoding dan perkembangan strategi (strategy development).



• Adalah proses kognisi terhadap proses kognisi. • Strategi ini digunakan untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum.



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir dan juga memiliki rasa ingin tahu terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya.



Jawaban atas fenomena yang ada salah satunya didapat dari penalaran. Bernalar ilmiah memiliki ciri-ciri logis, analitis dan rasional serta memiliki beberapa metode yaitu metode induktif, deduktif, abduktif, dan analogi.



Kesimpulan Perkembangan bernalar ilmiah dipengaruhi oleh proses kognitif dan proses metakognitif.



Baik proses kognitif dan metakognitif, dalam perkembanganya dipengaruih oleh usia dan tingkat kedewasaan.



Saran Penalaran ilmiah perlu dikembangkan dengan baik hal ini sesuai dengan kodrat manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap fenomena yang terjadi disekitarnya.



Terima Kasih



DAFTAR PUSTAKA Adib, M. 2010. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



Morris BJ, Corker S, Masnick AM, Zimmerman C. 2012. The Emergence of Scientific Reasoning. Current Topics in Children's Learning and Cognition:61-82. Goswami, U. 2008. Cognitive development: The learning brain. Hove, UK: Psychology Press. Dunlosky J, Ariel R. 2011. Self-regulated Learning and the Alocation of Study Time. Psychology of Learning and Motivation; 54:103-140. Adib, M. 2010. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 102 Wardhana, M. 2016. Filsafat Kedokteran. Vaikuntha International Publication. Hal 33 – 39. Dunbar, K., & Klahr, D. 2012. Scientific Thinking and Reasoning. In K. J. Holyoak & R. G. Morrison (Eds.), The Oxford Handbook of Thinking and Reasoning. Oxford University Press.