Bing4212 TMK1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 1



Nama Mahasiswa



: SARAH SALSABILA YANSA SAHARA



Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043212841



Kode/Nama Mata Kuliah



:BING4212/Bahasa Indonesia Tatabahasa & Komposisi



Kode/Nama UPBJJ



: 87/UPBJJ-UT JAYAPURA



Masa Ujian



: 2020/21.2 (2022.1)



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA 1. TOKOH WANITA HEROIK DI FILM HOLLYWOOD MASIH KURANG BANYAK DIBANDINGKAN TOKOH PRIA Film seperti yang diketahui merupakan sebuah karya sastra yang berupa media audio visual. Dalam sebuah film terdapat tokoh utama yang selain menjadi sorotan juga menjadi tolak ukur kesuksesan film tersebut. Tokoh utama merupakan tokoh/sosok yang ditonjolkan dalam sebuah cerita. Seorang tokoh cerita dapat disebut sebagai tokoh utama dilihat dari seberapa sering munculnya dalam setiap adegan serta memiliki karakter khusus baik maupun jahat. Dalam film Hollywood sendiri, tokoh wanita heroik masih kurang banyak dibandingkan pria. Lalu apakah artinya tokoh wanita heroik kurang diminati oleh masyarakat? Beberapa film Hollywood yang menjadi kan tokoh wanita sebagai tokoh utama heroik seperti: TROLL dengan karakter utama yang memerankan yaitu Anna Kendrick, BEAUTY AND THE BEAST yang diperankan oleh Emma Watson, serta WONDER WOMAN yang diperankan oleh Gal Gadot nyatanya masuk dalam daftar film yang lebih banyak meraup keuntungan dibanding film yang tokoh utamanya lelaki. Ini mematahkan fakta bahwa film Hollywood dengan karakter utama wanita kurang diminati oleh masyarakat. Dilihat dari keuntungan yang diraup maka dapat disimpulkan bahwa film dengan karakter utama wanita tidak dapat dikategorikan sebagai film yang kurang diminati. Jika minat masyarakat terhadap karakter utama tidak bisa dijadikan alasan mungkin kita harus melihat lagi fakta lainnya. Sebuah fakta yang mungkin bisa menjadi dasar alasan mengapa tokoh utama wanita heroik di film Hollywood masih kurang banyak dibandingkan tokoh pria yaitu adanya kesenjangan sosial antara aktor dan aktris dalam dunia hiburan tersebut. Pada Oktober 2015, seorang artis bernama Jennifer Shrader Lawrence menulis surat terbuka dengan judul MENGAPA SAYA DIBAYAR LEBIH RENDAH DARI PEMERAN PENDUKUNG LAKI-LAKI? Tak ada alasan khusus mengapa Jennifer mendapat bayaran lebih rendah. Alasan yang didapat adalah bahwa Jennifer seorang perempuan yang tidak menanggung beban keuangan keluarga seberat laki-laki harus cukup puas mendapatkan bayaran lebih rendah. Sebelumnya, seorang penulis Dorothy Pomerantz yang memiliki fokus di bisnis Hollywood juga pernah



menuliskan tentang kesenjangan itu. Menurutnya, di Hollywood akan selalu ada perbedaan antara apa yang pria dapatkan dan apa yang perempuan dapatkan. Fakta yang masuk akal jika kemudian film Hollywood dengan pemeran utama wanita heroik lebih sedikit daripada lelaki, karena pada dasarnya sebuah film juga menjunjung kesenjangan antar peran wanita dan pria. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya suatu film merupakan gambaran bagaimana masyarakat melihat dirinya sendiri. Dengan tokoh utama wanita heroik yang digambarkan secara maskulin identik dengan atribut kelaki-lakian dan sifat dominan, berani, asertif dan melawan serta jauh dari feminitas agaknya dianggap tidak memenuhi norma yang seharusnya ditampilkan. Walaupun banyak hal-hal positif yang dapat diambil dari tokoh utama wanita heroik, tetap saja pandangan masyarakat yang menjunjung tinggi patriarki (sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti). Seharusnya tokoh utama wanita mendapatkan kesetaraan yang sama dengan lelaki. Terlepas dari pandangan masyarakat ataupun budaya patriarki yang dianut, karakter utama wanita heroik juga menjadi sebuah andalan jika diperankan dengan maksimal, Terbukti, keuntungan yang didapatkan oleh film-film dengan tokoh utama wanita tidak dapat diremehkan begitu saja. Namun, kembali lagi sebuah film dengan tokoh utama pria heroik akan mendapatkan lebih banyak peran dan kesempatan jika kesenjangan sosial ini masih terjadi.