Biografi Pengusaha Sukses Jam Tangan Kayu MATOA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Biografi Pengusaha Sukses Jam Tangan Kayu MATOA, Lucky Danna Aria



Sigap tangkap peluang dan berani mengambil risiko justru mampu membuat Lucky Dana Aria meraih sukses. Pria kelahiran Bandung, 23 Maret 1986 ini berhasil menciptakan inovasi eco watch atau jam ramah lingkungan dengan merek Matoa. Bahkan buah kerja keras putra semata wayang pasangan Ana Suzana dan Untung Suntoro ini berhasil membawa Matoa dikenal dan diminati warga dunia.



Eco watch adalah produk jam ramah lingkungan. Disebut eco watch, karena Matoa



memproduksi jam dengan bahan limbah kayu. Otomatis biaya produksinya jadi lebih sedikit dibandingkan menggunakan bahan seperti metal atau lainnya. Agar seimbang kondisi lingkungannya, dikarenakan masih banyaknya orang-orang yang mendapatkan kayu dengan cara yang salah, yaitu dengan penebangan habishabisan, maka Lucky bertekad apabila penjualan jamnya sudah mencapai 1000 pieces, maka ia akan mulai menanam 1000 bibit pohon baru.



Lucky memulai usahanya di awal tahun 2012, dengan riset selama 1 tahun sebelumnya. Kebetulan ia memiliki jam tangan kayu buatan Amerika, yang ketika ia cari tahu ternyata bahan-bahannya berasal dari Indonesia. Ia juga melihat, industri yang paling maju di Amerika salah satunya adalah industri kayu yang bisa diinovasikan dengan produk gaya hidup. Di tengah riset yang dilakukan, ia semakin termotivasi saat membaca tweet Dino Patti Djalal, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Sang diplomat itu memberi tantangan kepada orang Indonesia, adakah yang bisa membuat jam tangan dari kayu seperti yang dibelinya dari Hawai. Dan ternyata, Lucky berhasil mencobanya. Setelah selama 1 tahun trial and error, ia pun mulai melakukan sistem pemasaran melalui website, selanjutnya di tahun 2013 ia mulai memproduksi. Selain itu, Lucky pun berhasil bertemu dengan Bapak Dino Patti Djalal dan memperlihatkan eco watch buatannya. Dan ternyata, pak dubes itu memberi respons yang positif terhadap jam tangan kayu yang ia beri merek Matoa. Bahkan kini, setiap diplomat itu menghadiri suatu acara, selalu memesan dan dengan bangganya membawa dan mengenalkan jam Matoa sebagai free gift ke para rekan sejawat atau tamu kenegaraan.



Menurut Lucky, jam tangan dengan material kayu di luar negeri mungkin sudah banyak, tapi untuk produknya ini, ia ingin lebih membawa budaya Indonesia. Ia memilih nama Matoa, selain mudah diucapkan, juga itu merupakan nama pohon yang hanya ada di Indonesia, tepatnya di Papua. Jadi sangat teridentifikasi sekali bahwa produk ini berasal dari Indonesia. Jika ada orang dari luar negeri yang browsing dan mencari informasi soal Matoa, pasti yang keluar adalah informasi tentang Indonesia. Selain itu, jenis-jenis jam tangan lainnya pun juga ia beri nama pulau-pulau di Indonesia, seperti Flores, Rote, Karo, Gili. Total sudah ada tujuh jenis jam tangan kayu yang diproduksi Matoa. Selama setahun berjalan, 85 persen pemasaran produk jam tangan Matoa masih melaluionline, baru 15 persen saja bisa didapat langsung di toko. Untuk pasar lokal, produk Matoa sudah ada di beberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, hingga Pulau Bali. Sedangkan untuk pemesanan dari mancanegara, dilakukan lewat website. Sampai saat ini, pemesanan dari luar negeri masih terus berkesinambungan setiap bulannya, terutama dari Jepang.