Biografi Tokoh Pebisnis Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOGRAFI TOKOH PEBISNIS ISLAM



AHMAD HAMAMI



OLEH: BURHAN AL BAHJ AK 39 06 1402154102



TELKOM UNIVERSITY 2015/2016



Awal kesuksesan dari beberapa sumber Usia: 83 tahun Peringkat Forbes 2013: 18 Harta kekayaan: US$ 1,5 miliar Sumber kekayaan: Alat berat, bisnis sendiri Status: menikah dengan 4 anak Sebagian publik mungkin tak kenal dengan nama Achmad Hamami. Namun jika disebutkan alat berat bermerek Catterpillar, pasti banyak yang mengetahui. Inilah bisnis yang dijalani Hamami dengan menjadi distributor alat berat Catterpillar. Lewat bendera Trakindo Utama, Hamami membangun tahta kekayaannya. Namun kini Hamami mulai melirik bisnis keuangan dengan mengakuisisi Chandra Sakti Utama dari Standard Chartered. Belum lama ini, Hamami juga membeli perusahaan pembiayaan kredit kendaraan, HD Finance. Hamami menyerahkan urusan bisnisn pada putranya, Maki, setelah kehilangan penglihatan akibat serangan glukoma pada 1999. Hamami sebelumnya berprofesi sebagai pilot pesawat tempur dengan pangkat kolonel termuda di jajajaran militer Indonesia.



Berbisnis alat berat sejak dekade 1970- an, Achmad Hamami dan keluarga masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Pria kelahiran 1931 ini menjadi tokoh sentral ditribusi traktor di Indonesia dan pertumbuhan infrasturktur. Ia yang pernah mendapatkan pendidikan pilot angkatan udara Belanda (Militaire Luchtvaart), menyandang predikat kolonel muda. Hamami memutuskan untuk pensiun dini lantaran muak dengan praktik korupsi. Ia kemudia memilih berbisnis kecil- kecilan guna menutupi kebutuhan hidup. Dia pernah membuka bisnis les privat yaitu les matematika. Anakanaknya bahkan ikut menopang kebutuhan keluarga dengan berjualan es lilin. Keberuntungan ada di matanya, ketika dirinya ikut dalam proyek infrastruktur. Kala itu, Caterpillar, perusahaan asing pemilik pabrikan traktor dan alat berat lainnya asal California, Amerika. Mereka tertarik menjadikan Hamami sebagai distributor. Mereka yang memiliki cabang di Surabaya menginginkan dirinya menjadi dealer pengganti. Perusahaan besar ini tertarik dengan latar belakang militer serta konsistennya terhadap tindakan korupsi. Ini membut Hamami belajar kembali tentang menejemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis. Pada dekade 70- an ketika banyak pembangunan infrastruktur dimana- mana, ia telah mendirikan PT. Trakindo Utama dan banyak meraup untung besar.



Bisnis besar



Pada 13 April 1971, Trakindo Utama resmi menjadi agen dari produk milik Caterpillar di Indonesia. Seiring pertumbuhan ekonomi, Trakindo menjadi pebisnis utama di bidang pengembangan infrastruktur nasional. Ia lalu mendirikan beberapa perusahaan pendukung. Ia mendirikan PT. Sanggar Sarana Baja pada 1977 dan PT. Chandra Sakti Leasing pada 1995. Kemudian, Trakindo bukan hanya menjadi agen resmi tetapi mulai menjalankan bisns lain. Trakindo menawarkan produk milik Caterpillar, seperti produk alat berat, diesel, dan mesin produksi gas. Perusahaan ini fokus pada penjualan onderdil resmi, catalog produk, dan tentunya jasa perbaikan. Mereka memastikan setiap produknya disesuaikan dengan kebutuhan pembeli. Dengan jasa perbaikan, Trakindo memastikan produknya tidak akan rusak atau bekerja semestinya. Layanan Part Exchange Services (PES) akan membantu pemilik produk mengganti bagian mesin yang telah tua dengan yang baru. Ini akan mengurangi pengeluaran besar di perawatan bahkan pembeli tidak perlu membeli lagi produk serupa. Pembeli akan mendapatkan layanan perawatan ditambah penggantian mesin baru yang sama kualitasnya.



PT. Sanggar Sarana Baja fokus pada pabrikan peralatan untuk minyak dan gas, pertambangan dan mesin generator, peralatan transportasi,



komponen bagi peralatan berat, dan jasa pengelasan dan servis mesin dari situs resmi. PT. SSB mengakuisisi PT. Porter Rekayasa Utama, pabrikan berbagai peralatan transportasi dan distabilkan menjadi divisi baru (Transport Equipment Division).



Achmad Hamami disebut- sebut miliarder baru yang masuk daftar Forbes. Ia memiliki kekayaan $2,2 miliar, dan semuanya bukanlah bersumber dari satu bisnis. Hamami memang dikenal sebagai pemilik Tiara Marga Trakindo, tetapi bukan hanya itu sumber kakayaannya. Pada 1996, ia memperkenalkan sistem disebut CAT Oil Program dan resmi menjadi agen produk Sullair. Satu tahun kemudian, perusahaanya resmi menjadi agen produk Baldwin dan Olympian. Di 1999, dia mendirikan anak perusahaan PT. Mitra Solusi Telematika, memberikan layanan dan fasilitas menejemen informasi, termasuk pusat data recovery bisnis dan informasi. Pada tahun 2000, PT. Tiara Marga Trakindo lahir menjadi perusahaan induk Trakindo Group. Pada tahun ini pula, Hamami mendapatkan ijin menjadi agen resmi Sykes Pumps. Satu tahun kemudian, Trakindo resmi menjadi agen produk Bitelli.



Pada 2003 dan 2005, Trankindo resmi menjadi agen Catepillar no.1 untuk penjualan pelumas, serta menjadi agen produk LAKO Harvester.



Pria 80 tahun ini mengaku pengusaha bukanlah cita- citanya. Ia sekarang adalah kepala dari sebuah keluarga besar sekaligus menjadi nahkoda bisnis utama. Selepas krisis, Trakindo dipimpin oleh putra ketiganya, Muki, membuat perusahaan in semakin solid. Hamami merupakan seorang ayah dari empat orang anak. Mereka adalah Mivida Hamami, Muki Hamami, Ana Hamami dan Bari Hamami.



Achmad Hamami adalah seorang pengusaha sukses yang berasal dari lulusan Angkatan Udara Belanda pada 1960. Dia emilih meninggalkan karir militernya dan kemudian memulai bisnis kecil-kecilan dengan membuka kursus matematika di rumahnya untuk anak-anak. Pada 1970 dia mendirikan PT Trakindo Utama untuk alat berat, sebelumnya dia hanya menjadi agen Caterpillar. Tidak hanya itu saja, seiring dengan berjalannya waktu, dari usahanya dalam mengelola PT Trakindo akhirnya mendirikan sebuah anak perusahaan demi mendukung bisnis Trakindo tersebut. Anak perusahaan tersebut bernama PT Sanggar Sarana Baja dan PT Chandra Sakti Utama Leasing. Kedua perusahaan tersebut dibangun pada tahun 1977 dan 1995. Karena itulah kini beliau memiliki aset kekayaan senilai US$ 1,7 miliar.



PT Trakindo Utama menjadi agen alat berat yang paling terkenal di Indonesia, dan Achmad Hamami adalah orang di balik kesuksesan itu. Didirikan pada tahun 1971, perusahaan itu cepat berkembang menjadi



salah satu agen alat berat yang paling sukses, terutama untuk merek Caterpillar. Pada saat itu ketika bisnis seperti ini belum terlalu populer, Achmad Hamami memilih untuk mengabaikan kenyataan itu dan mengelola bisnisnya menjadi sebuah bisnis internasional yang sukses. Sampai sekarang, Trakindo tetap dikenal sebagai penyuplai alat berat paling populer di Indonesia, bahkan bertahan selama krisis moneter pada tahun 1998.



Bisnis Trakindo dan Penyuplai Lainnya



Achmad Hamami memiliki intuisi bisnisnya sejak muda, tapi dia hanya melakukan terobosan besar setelah menyelesaikan dinas militer dan mulai mendirikan PT Trakindo Utama. Dengan produk-produk Caterpillar yang terbatas untuk dijual pertama kali, bisnisnya mengalami kemajuan dengan cepat karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun ’70-an dan ‘80-an. Jenis-jenis produk yang dia tawarkan mulai berkembang. Perusahaan menjual generator, suku cadang beserta aksesori, alat berat, bahkan menawarkan layanan pengelasan dan perbaikan.



Selain Trakindo, dia pun mendirikan perusahaan-perusahaan sejenis yang bertindak sebagai pendukung bisnis utamanya dengan Trakindo. Dia mendirikan PT Sanggar Sarana Baja pada tahun 1977 dan PT Chandra Sakti Leasing pada tahun 1995. Berbagai perusahaan pendukung ini lebih berfokus pada suplai untuk perusahaan-perusahaan tambang, yang juga mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut juga sukses seperti PT Sanggar Sarana Baja yang bahkan berhasil mengakuisisi PT Porter Rekayasa Utama, perusahaan serupa lainnya, dan berubah menjadi divisi baru dalam perusahaan itu.



Di luar bisnis sebagai penyuplai, dia pun memulai bisnis lain seperti PT Mitra Solusi Telematika, yang merupakan perusahaan teknologi informasi yang memberikan layanan manajemen informasi bagi bisnis. Dia juga memperluas bisnis Trakindo sebagai sebuah agen resmi untuk Bitelli, LAKO Harvester, dan Sykes Pumps.



Berdiri Kokoh di Tengah Krisis



Achmad Hamami berhasil menjaga bisnisnya bertahan dan bahkan memperbaikinya; setelah krisis moneter yang terkenal di Indonesia yang membuat banyak perusahaan besar menyatakan kebangkrutan, Achmad Hamami menjaga bisnis PT Trakindo Utama, bahkan kemudian dikenal sebagai penyuplai Caterpillar terbaik di Indonesia pada tahun 2003 dan 2005. Dia tidak pernah merasa puas dalam satu bisnis, dan semangat bisnis ini telah diturunkan kepada anak-anaknya. Putra ketiganya, Muki, telah mengambil alih PT Trakindo dari ayahnya, dan semangat Achmad Hamami sebagai pebisnis berlanjut untuk membawa PT Trakindo sebagai salah satu perusahaan penyuplai alat berat yang paling sukses.



Dilema itu akhirnya terpecahkan. Achmad Hamami bisa bernafas lega. Beban berat perwira Angkatan Laut itu sirna setelah membuat sebuah keputusan besar pada tahun 1967 itu. Dia memilih pensiun dini dari



dinas militer. Institusi kebanggaan yang tengah dirubung korupsi akut.



Pilihan ini sungguh berat. Saat itu, kariernya tengah moncer. Jabatan Wakil Direktur Operasi Departemen Pertahanan berada dalam genggaman. Sebuah jaminan untuk menapaki hidup nyaman di masa depan bersama sang istri, Rubiasih Soemadipradja, dan empat anaknya.



Namun pemilik nama lengkap Achmad Hadiat Kismet Hamami ini bukan tipe manusia serakah. Hatinya sudah muak dengan korupsi yang mewabah di lembaganya. Sehingga dia rela menanggalkan seragam kebesaran, juga pangkat yang mengkilap.



Hamami tak lagi peduli pada reputasi terhormat sebagai pilot jet tempur jempolan. Atau bahkan prestasi sebagai penyandang pangkat kolonel termuda. Sederet gelar dari pendidikan militer Belanda dan Inggris pun turut diabaikan. Pria kelahiran Jakarta 29 Juli 1930 ini berkata: jangan terjerembab ke pusaran korupsi laknat!



Pilihan Hamami ternyata tepat. Setelah tak jadi serdadu, dia mulai membangun bisnis. Memelihara gurita usaha yang diawali dengan bisnis alat berat. “Roti dan kacang kami adalah alat berat,” tutur putra Hamami,



Rachmat Mulyana Hamami, sebagaimana dikutip Dream dariForbes.



Mantan penerbang TNI AL ini tak hanya piawai mengendalikan pesawat tempur. Dia ternyata juga pandai menyetir bisnis besar. Pandangannya jauh ke depan. Usaha ini dia racik untuk beberapa generasi. Turuntemurun, hingga anak-cucu.



“Ayah saya selalu bermimpi memiliki bisnisnya sampai 100 tahun. Siapa saja bisa memiliki bisnis keluarga, tapi hanya sedikit yang bertahan dari generasi ke generasi,” tambah Rachmat.



Usaha inilah yang mengantarkan bapak empat anak ini ke deretan orang terkaya di Indonesia. Tahun 2014, Majalah Forbes menempatkan Achmad Hamami pada peringkat 28 sebagai taipan terkaya Tanah Air. Kekayaannya mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 15 triliun. ***



Tapi perjuangan menuju orang terkaya bukan perkara mudah. Ekonomi keluarga Hamami sedikit goyah setelah memutuskan pensiun dini. Uang di tabungan terkuras. Mau tak mau dia harus membuka usaha. Les



matematika di rumah pun dia buka. Demi mengepulkan asap dapur, anak-anak Hamami turut bergerak, berjualan es lilin keliling Kwitang.



Mengetahui kondisi ini, Soemitro Djojohadikoesoemo, yang kala itu menjabat sebagai menteri, menawari Hamami bekerja di Indoconsult Associates atau yang sekarang disebut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Tawaran itu disampaikan melalui sang mertua, Mamoen Soemadipraja. Soemitro dan Mamoen merupakan dekan di Universitas Indonesia, sekaligus mitra bermain tenis.



Dari situlah Hamami menjalin jaringan luas di kalangan bisnis. Dia bekerja di Indoconsult sampai 1970. Dia kemudian keluar dan mendirikan perusahaan pertamanya, PT Trakindo Utama, pada 23 Desember tahun yang sama. Basis perusahaan pun dibangun di Cilandak, Jakarta Selatan.



Angin keberuntungan mulai menerpa Hamami. Produsen alat berat asal Amerika Serikat, Caterpillar, tengah merajuk dengan distributor mereka di Surabaya. Rekanan di Kota Pahlawan itu dianggap tak maksimal



mempromosikan produk Caterpillar.



Hamami pun melihat peluang ini. Hamami memang sudah berhubungan lama dengan Caterpillar sejak bekerja di Indoconsult. Karena peluang itulah, dia perdalam ilmu manajemen. Mengambil kelas malam di Universitas Dwipayana. Siang bekerja, Hamami belajar manajemen hingga larut malam. Gelar sarjana ekonomi diraih pada 1970.



Kerja keras itu akhirnya terbayar. Caterpillar kepincut. Perusahaan Paman Sam ini tertarik dengan latar belakang Hamami sebagai mantan tentara dengan reputasi bersih. Kerja sama pun terjalin. Akhirnya Trakindo resmi menjadi partner Caterpillar sejak 13 April 1971.



Booming pembangunan di Indonesia sejak dekade 1970-an semakin melambungkan bisnis Hamami. Tak hanya bidang konstruksi, alat-alat berat Trakindo juga laris dipesan perusahaan tambang. PT Freeport Indonesia menjadi salah satu klien besarnya.



Berkembang pesat, Hamami pun membangun anak-anak usaha untuk menopang Trakindo. Pada 1977 PT Sanggar Sarana Baja berdiri untuk layanan perancangan dan fabrikasi pasar industri peralatan berat. Tahun 1982, PT Natra Raya dibentuk untuk bisnis manufaktur dan perakitan alat berat Caterpillar. Sejak itu, anak-anak usaha lainnya terus lahir.



Namun di ujung dekade 1990-an, badai menerjang bisnis Hamami. Trakindo terpuruk saat Indonesia dihajar krisis ekonomi 1998. Hutang perusahaan menumpuk hingga US$ 118 juta. Masa-masa berat merundung. Selain terlilit utang, kesehatan Hamami semakin memburuk. Pada 1999, dia terserang glaukoma, yang membuatnya buta.



Tekanan krisis ekonomi semakin memperburuk kesehatannya. Di tengah kondisi sakit, Hamami nekat terbang ke Singapura. Mencari pinjaman bank guna membayar utang. Namun gagal.



Keluarga Hamami terpaksa membayar utang itu dengan menguras tabungan keluarga. Tapi kabar baiknya, sejak itu pula Trakindo terbebas dari jeratan rente.



Hamami mencoba bangkit. Pada 16 Agustus 2000, PT Tiara Marga Trakindo (TMT) berdiri. Perusahaan ini menjadi induk Grup Trakindo. Hamami memimpin TMT sejak 2001 hingga sekarang.



Kini, di bawah TMT, bernaung sejumlah anak perusahaan yang dikendalikan putra putri Hamami. PT ABM Investama Tbk., perusahaan bidang energi, dikendalikan Rachmat Mulyana Hamami; PT Trakindo dikelola Bari Hamami; PT Mahadana Dasha Utama (MahaDasha) dipegang Mivida Hamami.



Anak perusahaan lain adalah PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL finance) dan PT Radana Bhaskara Finance, Tbk. Sementara, anak perempuan Hamami, Anna Solana Hamami yang menjadi dokter gigi, mengemban jabatan komisaris di TMT.



Dengan anak-anak perusahaan itu, keluarga Hamami melebarkan cengkraman bisnisnya. Tahun ini, setelah memperkuat penetrasi perseroan di segmen ritel dengan mengelola dua merek restoran waralaba internasional, Carl's Jr. dan Wingstop, keluarga Hamami membuka usaha supermarket LOKA.



Supermarket itu diluncurkan melalui PT Mega Mahadana Hadiya (Mahadya), unit usaha PT Mahadana Dasha Utama.



Kini, usia Hamami sudah 84 tahun, namun masih aktif berkecimpung di perusahaan. Hamami yang dulu lihai mengendalikan jet tempur di angkasa, kini menjelma sebagai nahkoda bisnis handal.



Menjadi kaya, bagi Hamami, bukanlah dosa. Tapi bagaimana usaha menjadi kaya itu dibangun dari kejujuran dan kerja keras. Bukan hasil korupsi. Lewat perjalanan waktu, Hamami membuktikan bahwa dia bisa. Menjadi kaya tanpa korupsi.



Menjadi pengusaha pada awalnya bukanlah merupakan citacita Achmad Hamami. Ketertarikannya ke dunia militer membawa pria yang kini berusia 81 tahun tersebut menjadi anggota jajaran penerbang TNI Angkatan Laut.



Di saat muda, Hamami sempat menempuh pendidikan militer sebagai di Angkatan Udara Belanda dan bahkan berhasil lulus sebagai kolonel termuda pada akhir tahun 1960. Kondisi tempat kerjanya yang marak dengan korupsi membuatnya memutuskan untuk keluar sebagai anggota militer dan memulai bisnis kecil-kecilan di rumahnya dengan membuka kursus matematika bagi anak-anak.



Awalnya, ia membuka les matematika untuk pelajar di rumahnya. Anakanaknya membantu menopang keuangan dengan berjualan es lilin.



Dewi fortuna hinggap kala seorang kerabat mengajaknya terlibat dalam penggarapan proyek infrastruktur. Saat itulah Hamami berkenalan dengan manajemen Caterpillar, pabrikan traktor dan alat berat lain yang berbasis di California, Amerika Serikat.



Caterpillar, yang sebelumnya memiliki agen penjualan di Surabaya, melirik Hamami sebagai dealer pengganti lantaran tertarik dengan latar belakang militer dan reputasinya yang bersih. Ia lantas mulai belajar manajemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis. Sebagaimana dilansir dari Forbes.com mengenai Profil Achmad Hamami, kesuksesan bisnis Hamami berawal pada tahun 1970 ketika mendirikan PT Trakindo Utama. Reputasi Hamami yang bersih ketika berkarier di dunia militer membuat perusahaan alat berat asal Amerika Serikat, Caterpillar melirik perusahaannya sebagai distributor resmi Caterpillar di Indonesia. Pada 13 April 1971, Trakindo Utama milik Achmad Hamami akhirnya resmi menjadi agen Caterpillar.



Maraknya pembangunan infrastruktur pada pertengahan dekade 70-an



membawa angin segar pada bisnis traktor. Order bertambah, pundipundi Trakindo pun makin tebal. Untuk mendukung usahanya, Achmad Hamami yang berlatar belakang militer mulai belajar mengenai dunia bisnis. Seiring dengan peningkatan pembangunan infrastruktur di Indonesia pada tahun 1970-an, maka keuntungan PT Trakindo Utama sebagai salah satu pendukunya pun ikut meningkat. Bahkan Achmad Hamami mendirikan beberapa anak perusahaan yang ditujukan untuk mendukung bisnis Trakindo Utama nantinya seperti PT Sanggar Sarana Baja di tahun 1977 dan PT Chandra Sakti Utama Leasing pada 1995.



Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, ketika krisis moneter mengguncang Indonesia, PT Trakindo Utama turut merasakan dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada kondisi sulit karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga mencapai US$ 118 juta ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa memberikan pinjaman untuk menggerakkan bisnis Trakindo Utama. Ditambah lagi, kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun seiring dengan menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami menderita glaukoma dan mengalami kebutaan. Kondisi ini menjadikannya memilih untuk menyerahkan perusahaan kepada Rachmat Mulyana atau Muki, putra ketiganya. Meskipun demikian, Hamami masih merupakan nahkoda di balik kebangkitan Trakindo Utama pasca krisis.



Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang glaukoma dan mengalami kebutaan hingga saat ini.



Lepas krisis, perlahan Trakindo bangkit. Di bawah komando Rachmat Mulyana alias Muki, putra ketiga Hamami, perusahaan ini tumbuh dan beranak-pinak. Kini, tak cuma bisnis traktor dan alat berat karena mereka juga menggarap sektor pertambangan, pembiayaan, logistik, hingga teknologi informasi. Hebatnya, hingga 2009, perusahaan ini berkembang tanpa mengandalkan utang.



Kepada Forbes, Muki mengatakan tahun lalu pendapatan mereka mencapai US$ 2 miliar dan akan tumbuh hingga US$ 3,2 miliar tahun ini. Ditargetkan pada 2015 mereka bisa membukukan pendapatan US$ 6 miliar. Toh, meski sayapnya kini melebar, ia mengatakan bisnis utama Trakindo tetap alat berat. "Ibaratnya, alat berat menjadi roti dan mentega bagi kami," kata dia.



Pemilik PT Trakindo Utama, Achmad Hamami, adalah salah satu orang terkaya Indonesia dalam daftar Forbes yang memiliki kehidupan cukup terhormat tanpa rumor. Dia tidak hanya terkenal karena perusahaannya, yang masih menjadi penyuplai Caterpillar paling sukses di Indonesia sekalipun menghadapi banyak persaingan, tetapi juga karena kemampuannya untuk menjaga bisnisnya tetap bertahan ketika krisis moneter Indonesia pada 1998 menghancurkan banyak bisnis serupa, bahkan yang besar. Juga, dia terkenal karena mentalitas bisnis dan kewirausahaannya, yang kemudian dia turunkan kepada anak-anaknya.



Meskipun dia telah berusia 80-an dan mengalami glaukoma, Achmad Hamami selalu bersemangat dan ingin terus belajar. Dia pun mau membagikan rahasia-rahasia kesuksesannya dalam banyak wawancara bisnis; berikut beberapa di antaranya.



Berbagai Rahasia Sukses: Cara Pandang dan Kerja Keras Sebelum memulai bisnis sendiri, Achmad Hamami dikenal sebagai pilot pesawat jet kemudian sebagai perwira militer Angkatan Laut Indonesia, dan dia diketahui sebagai kolonel termuda di zamannya. Kerja keras dan disiplin merupakan dua hal yang melekat erat dalam karakternya, yang kemudian dia aplikasikan dalam bisnis. Inilah yang menyebabkan dia berhasil mengembangkan dan mempertahankan PT Trakindo dalam masa-masa sulit, termasuk selama krisis keuangan. Dia pun tidak malu untuk mulai dari bawah; setelah pensiun dari militer, dia menggunakan uang pensiunnya untuk membuka kursus matematika bagi murid-murid sekolah. Dia mengelola bisnis pertamanya dengan hati hingga dia memperoleh modal yang cukup untuk mulai mendirikan PT Trakindo.



Cara pandang dan kemampuan membaca situasi juga menjadi rahasia kesuksesannya. Achmad Hamami memang sengaja pensiun, karena dia tidak ingin terjebak dalam ketidakstabilan politik dan militer akibat korupsi yang merajalela. Dia juga berpikir untuk memulai PT Trakindo karena dia tahu bisnis seperti itu belum populer di Indonesia, tetapi memiliki potensi besar karena Indonesia perlahan-lahan bergerak ke era kemakmuran ekonomi pada tahun ‘70-an dan ‘80-an. Keputusan masa lalunya itu telah menempatkan dia pada posisinya sekarang.



Filosofi Hidup untuk Keluarga



Achmad Hamami mempunyai empat orang anak, dan dia menurunkan seluruh pengetahuan bisnis, keterampilan, dan filosofi hidupnya kepada anak-anaknya kapan pun dia bisa. Anak ketiganya, Muki, bahkan sekarang menjalankan PT Trakindo Utama sebagai pemilik dan pemimpin generasi kedua, dan perusahaan tetap berjalan dengan sukses. Karakteristik militer seperti disiplin, kerja keras, cara pandang, dan kemampuan untuk melihat bahkan peluang bisnis terkecil sekalipun telah membuatnya tercantum dalam kalangan orang terkaya Indonesia dan menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha muda Indonesia di luar sana.



Pria ini mulai aktif berbisnis pada dekade 1970-an. Dengan mengibarkan bendera Trakindo Utama, Achmad Hamami mendapat kepercayaan menjadi agen produk Caterpillar di Indonesia. Trakindo menjadi pemain utama bisnis sektor alat berat, konstruksi, dan infrastruktur di dalam negeri.



Produk Caterpillar yang didistribusikan Trakindo antara lain alat berat, diesel, dan mesin produksi gas. Perusahaan yang berbasis diJakarta ini fokus menjual onderdil resmi, catalog produk, dan jasa perbaikan alat berat. Jasa perbaikan untuk memberikan jaminan pada konsumen bahwa produk yang dijual Trakindo tidak akan rusak.



Di usianya yang kini menginjak 83 tahun, Achmad Hamami masih sukses bertahan di jajaran miliuner dunia. Dari data yang baru dilansir Forbes, Achmad masuk lingkaran 1.000 orang terkaya sejagat. Menurut versi Forbes, harta kekayaan Achmad saat ini menyentuh USD 1,6 miliar.



Sebenarnya Achmad Hamami bukan orang yang dilahirkan untuk menjadi pebisnis. Sebelum menggeluti dan fokus pada bisnis alat berat, Achmad merupakan pilot Angkatan Laut. Bisa jadi, Achmad masuk salah satu jajaran purnawirawan militer yang sukses berbisnis.



Hamami menempuh pendidikan militer di Angkatan Udara Belanda. Dia berhasil lulus sebagai kolonel termuda di akhir 1960. Karena kondisi lingkungan kerjanya, Hamami memutuskan keluar dari keanggotaannya di militer sekaligus memulai langkah menjadi pebisnis dengan membuka kursus matematika di rumahnya.



Kesuksesan bisnis Hamami mulai terlihat ketika mendirikan PT Trakindo Utama. Reputasi Hamami yang bersih ketika berkarier di dunia militer membuat perusahaan alat berat asal Amerika Serikat, Caterpillar melirik perusahaannya sebagai distributor resmi Caterpillar di Indonesia.



Achmad Hamami adalah sosok pengusaha yang sangat sukses di dunia bisnis alat berat . Beliau lahir pada tahun 1931, Achmad sempat menyandang gelar pilot angkatan udara Belanda dan mendapat predikat



kolonel muda. Setelah sukses di dunia angkatan udara dia memutuskan untuk memilih berbisnis kecil- kecilan untuk menutup kebutuhan hidup. Binis pertama yang dia jalani yakni membuka usaha les privat yaitu les matematika. Anak-anak beliau mendukung usahanya itu dan ikut membantu kebutuhan keluarga dengan berjualan es lilin.



Achmad mendapat keberuntungan dengan ikutnya dirinya dalam proyek infrastruktur,kala itu Caterpillar perusahaan asing pemilik pabrik traktor dan alat berat asal California menjadikan hamami sebagai distributor. Perusahaan itu melirik Hamami karena tertarik dengan latar belakang militer dan reputasi yang bersih. Ia lantas mulai belajar manajemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis.



Mengenai Profil Achmad Hamami, kesuksesan bisnis Hamami berawal pada tahun 1970 ketika mendirikan PT Trakindo Utama. Reputasi Hamami yang bersih ketika berkarier di dunia militer membuat perusahaan alat berat asal Amerika Serikat, Caterpillar melirik perusahaannya sebagai distributor resmi Caterpillar di Indonesia. Pada 13 April 1971, Trakindo Utama milik Achmad Hamami akhirnya resmi menjadi agen Caterpillar.



Pada tahun 1971, Trakindo menjadi pebisnis utama di bidang pengembangan infrastruktur nasional. Ia lalu mendirikan beberapa perusahaan pendukung dengan membangun PT .Sanggar Sarana Baja pada tahun 1977 dan PT. Chandra Sakti Leasingpada tahun 1995. Perusahaan Trakindo ini fokus pada penjualan onderdil resmi ,catalog produk dan juga jasa perbaikan. Mereka memastikan setiap produk disesuaikan dengan kebutuhan pembeli, Trakindo juga memastikan produknya tidak akan rusak.



Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, ketika krisis moneter mengguncang Indonesia, PT Trakindo Utama turut merasakan dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada kondisi sulit karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga mencapai US$ 118 juta ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa memberikan pinjaman untuk menggerakkan bisnis Trakindo Utama. Ditambah lagi, kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun seiring dengan menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami menderita glaukoma dan mengalami kebutaan. Kondisi ini menjadikannya memilih untuk menyerahkan perusahaan kepada Rachmat Mulyana atau Muki, putra ketiganya. Meskipun demikian, Hamami masih merupakan nahkoda di balik kebangkitan Trakindo Utama pasca krisis.Setelah itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak Cuma bisnis yang lemah,kesehatan Hamami pun menurun . Beliau terserang glaukoma dan mengalami kebutaan hngga saat ini.



Lepas masa krisis, perlahan Trakindo bangkit di bawah komando Rachmat Mulyana alias Muki yang merupakan putra ketiga Hamami, perusahaan ini tumbuh dan branak pinang. Kini tak cuma bisnis traktor dan alat berat saja ,perusahaan ini juga menggarap sektor pertambangan ,logistik hingga teknologi informasi. Hingga tahun 2009 perusahaan ini terus berkembang dan jauh lebih baik tanpa mengandalkan utang. Forbes pun menempatkan mereka pada jajaran perusahan-perusahan yang sukses lainnya ndenan total kekayaan yang mereka miliki mencapai US$ 3,2 miliar.



Nama Achmad Hamami merupakan nama baru dalam daftar orang terkaya Indonesia yang dirilis oleh Forbes. Pria yang memiliki empat orang anak tersebut berhasil menempati posisi nomor tujuh orang terkaya di Indonesia dengan total harta mencapai US$ 2,2 Miliar. Memang keluarga ada di balik kisah suksesnya bahkan kini anakanaknya; Mivida, Muki, Ana dan Bari lah yang menjalankan bisnisnya. Menjadi pengusaha pada awalnya bukanlah merupakan citacita Achmad Hamami. Ketertarikannya ke dunia militer membawa pria yang kini berusia 81 tahun tersebut menjadi anggota jajaran penerbang TNI Angkatan Laut.



Di saat muda, Hamami sempat menempuh pendidikan militer sebagai di Angkatan Udara Belanda dan bahkan berhasil lulus sebagai kolonel termuda pada akhir tahun 1960. Kondisi tempat kerjanya yang marak dengan korupsi membuatnya memutuskan untuk keluar sebagai anggota militer dan memulai bisnis kecil-kecilan di rumahnya dengan membuka kursus matematika bagi anak-anak. Sebagaimana dilansir dari Forbes.com mengenai Profil Achmad Hamami, kesuksesan bisnis Hamami berawal pada tahun 1970 ketika mendirikan PT Trakindo Utama. Reputasi Hamami yang bersih ketika berkarier di dunia militer membuat perusahaan alat berat asal Amerika Serikat, Caterpillar melirik perusahaannya sebagai distributor resmi Caterpillar di Indonesia. Pada



13 April 1971, Trakindo Utama milik Achmad Hamami akhirnya resmi menjadi agen Caterpillar.



Untuk mendukung usahanya, Achmad Hamami yang berlatar belakang militer mulai belajar mengenai dunia bisnis. Seiring dengan peningkatan pembangunan infrastruktur di Indonesia pada tahun 1970-an, maka keuntungan PT Trakindo Utama sebagai salah satu pendukunya pun ikut meningkat. Bahkan Achmad Hamami mendirikan beberapa anak perusahaan yang ditujukan untuk mendukung bisnis Trakindo Utama nantinya seperti PT Sanggar Sarana Baja di tahun 1977 dan PT Chandra Sakti Utama Leasing pada 1995.



Ketika krisis moneter mengguncang Indonesia, PT Trakindo Utama turut merasakan dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada kondisi sulit karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga mencapai US$ 118 juta ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa memberikan pinjaman untuk menggerakkan bisnis Trakindo Utama. Ditambah lagi, kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun seiring dengan menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami menderita glaukoma dan mengalami kebutaan. Kondisi ini menjadikannya memilih untuk menyerahkan perusahaan kepada Rachmat Mulyana atau Muki, putra ketiganya. Meskipun demikian, Hamami masih merupakan nahkoda di balik kebangkitan Trakindo Utama pasca krisis.



Ahmad Hamami - memang tengah hinggap di keluarga Hamami saat ini. Berbisnis alat berat sejak dekade 1970-an, keluarga ini masuk dalam daftar 10 orang terkaya Indonesia versi majalah ekonomi Forbes, dengan taksiran aset US$ 2,2 miliar.



Adalah Ahmad Hamami, sang kepala keluarga, yang menjadi nakhoda utama bisnis ini. Sebelum menjadi pengusaha, pria yang kini berusia 81 tahun itu berkarier sebagai penerbang di jajaran TNI Angkatan Laut.



Perjalanannya sebagai prajurit cukup cerah. Hamami muda bahkan sempat mendapat pendidikan pilot di Angkatan Udara Belanda (Militaire Luchtvaart) dan menyandang predikat kolonel termuda pada akhir 1960.



Sayang, karier militernya lantas terhenti. Seperti dikutip dari Forbes.com, Hamami pensiun dini lantaran muak dengan wabah korupsi yang ada di tempat kerjanya saat itu. Setelah pensiun, Hamami memulai bisnis kecilkecilan.



Awalnya, ia membuka les matematika untuk pelajar di rumahnya. Anak-anaknya membantu menopang keuangan dengan berjualan es lilin.



Dewi fortuna hinggap kala seorang kerabat mengajaknya terlibat dalam penggarapan proyek infrastruktur. Saat itulah Hamami berkenalan dengan manajemen Caterpillar, pabrikan traktor dan alat berat lain yang berbasis di California, Amerika Serikat.



Caterpillar, yang sebelumnya memiliki agen penjualan di Surabaya, melirik Hamami sebagai dealer pengganti lantaran tertarik dengan latar belakang militer dan reputasinya yang bersih. Ia lantas mulai belajar manajemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis.



Maraknya pembangunan infrastruktur pada pertengahan dekade 70-an membawa angin segar pada bisnis traktor. Order bertambah, pundipundi Trakindo pun makin tebal.



Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, saat krisis ekonomi merebak, Trakindo terpukul dan Hamami berusaha keras melunasi utang US$ 118 juta.



Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang glaukoma dan mengalami kebutaan hingga saat ini.



Lepas krisis, perlahan Trakindo bangkit. Di bawah komando Rachmat Mulyana alias Muki, putra ketiga Hamami, perusahaan ini tumbuh dan beranak-pinak. Kini, tak cuma bisnis traktor dan alat berat karena mereka juga menggarap sektor pertambangan, pembiayaan, logistik, hingga teknologi informasi. Hebatnya, hingga 2009, perusahaan ini berkembang tanpa mengandalkan utang.



Kepada Forbes, Muki mengatakan tahun lalu pendapatan mereka mencapai US$ 2 miliar dan akan tumbuh hingga US$ 3,2 miliar tahun ini. Ditargetkan pada 2015 mereka bisa membukukan pendapatan US$ 6 miliar. Toh, meski sayapnya kini melebar, ia mengatakan bisnis utama Trakindo tetap alat berat. "Ibaratnya, alat berat menjadi roti dan mentega bagi kami," kata dia.



Sejumlah pengusaha muslim masuk sebagai 40 orang terkaya di Indonesia. Beberapa tokoh di antaranya adalah pengusaha Chairul Tanjung, Achmad Hamami, Garibaldi Thohir, dan Aksa Mahmud. Pemilik usaha CT Corp, Chairul Tanjung, misalnya berada di posisi



kelima dengan kekayaan mencapai 3,4 miliar dolar AS. Ia melejit dari sebelumnya berada di posisi 11. Begitu pula dengan pengusaha alat berat, Achmad Hamami. Meski turun dari posisi 10 menjadi 16, dirinya masih masuk sebagai pengusaha sukses dengan kekayaan mencapai 1,7 miliar dolar AS. Pemilik perusahaan batu bara Adaro Indonesia, Garibaldi Thohir, juga masih punya taring dengan menjadi salah satu orang terkaya. Walau harus turun dari posisi 18 menjadi 28, lelaki yang akrab dipanggil Boy Thohir itu tercatat memiliki kekayaan 1,5 miliar dolar AS. Sementara itu ,aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekaligus pemilik Bosowa Group juga masih bertengger sebagai salah satu pengusaha sukses. Kekayaannya bahkan mencapai 820 juta dolar AS, yang membuatnya naik menjadi orang terkaya ke 34, dari sebelumnya 35.



Menurut pemimpin Grup Saratoga, Sandiaga Uno, para pengusaha muslim yang masuk dalam 40 orang kaya Indonesia itu merupakan inspirasi bagi pengusaha muda seperti dirinya. "Insya allah menjadi inspirasi," katanya, Ahad (2/12).



Dikatakannya muslim adalah mayoritas di Tanah Air. "Harusnya dapat mencetak entrepreneur-entrepreneur tangguh," tegasnya. Pengamat ekonomi Islam, Gunawan Yasni, menilai para pengusaha muslim ini telah menjalankan mujahadah, yaitu kesungguhan dalam berprofesi sebagai pengusaha. "Predikat di majalah Forbes itu salah satu buah mujahadah mereka," tegasnya. Namun, ia tak menampik dominasi pengusaha muslim masih amat kurang dibanding pengusaha nonmuslim.



Pak Amet, panggilan Achmad Hamami, cukup dikenal sebagai pendiri perusahaan dealer alat berat Caterpillar yaitu PT. Trakindo Utama, yang adalah mantan perwira militer angkatan laut Indonesia. Kerja keras dan sikap disiplin yang dibawanya dari militer, diterapkannya dalam bisnis— hal tersebut sangat berhasil mengembangkan dan mempertahankan bisnisnya, tak heran jika krisis moneter pada tahun 1998 dapat dilewatinya dengan baik, meski dengan perjuangan yang juga tak mudah. Salah satu strateginya adalah dengan membangun sebanyak mungkin anak perusahaan yang dapat mensupport bisnis utamanya, sehingga pergerakan uang hanya di lingkup internalnya—berkembang dalam kantung sendiri. Kini beliau berusia 80-an tahun dan mengalami glukoma, namun hal itu tak menyurutkan semangatnya. Beliau masih ke kantor, masih senantiasa membagikan rahasia-rahasia suksesnya kepada banyak orang baik lewat media online maupun offline, termasuk lewat buku make it happen tentangnya. Hal yang cukup mengagumkan, beliau mampu menurunkan ilmu bisnis serta usahanya kepada keempat anaknya, tanpa terkecuali.



Pengusaha alat berat Achmad Hamami kini berada di posisi 16, turun dari posisi 10. Dia termasuk sebagai pengusaha sukses dengan kekayaan mencapai US$1,7 miliar, sekitar Rp 17 triliun. Achmad Hamami adalah seorang pengusaha sukses yang berasal dari lulusan Angkatan Udara Belanda pada 1960. Dia emilih meninggalkan karir militernya dan kemudian memulai bisnis kecil-kecilan dengan membuka kursus matematika di rumahnya untuk anak-anak. Pada 1970 dia mendirikan PT Trakindo Utama untuk alat berat, sebelumnya dia hanya menjadi agen Caterpillar. Tidak hanya itu saja, seiring dengan berjalannya waktu, dari usahanya dalam mengelola PT Trakindo akhirnya mendirikan sebuah anak perusahaan demi mendukung bisnis Trakindo tersebut. Anak perusahaan tersebut bernama PT Sanggar Sarana Baja dan PT Chandra Sakti Utama Leasing. Kedua perusahaan tersebut dibangun pada tahun 1977 dan 1995. Karena itulah kini beliau memiliki aset kekayaan senilai US$ 1,7 miliar.



Majalah Forbes kembali merilis daftar 40 orang terkaya Indonesia. Total kekayaan dari 40 miliarder itu mencapai US$85,1 miliar atau setara Rp765,9 triliun atau naik 19 persen dibanding tahun lalu yang mencapai US$71 miliar. Achmad Hamami, adalah miliarder baru dengan kekayaan US$2,2 miliar dan berada di posisi 10 atau paling tinggi dibanding pendatang baru lainnya. Ia merupakan pemilik dari Tiara Marga Trakindo, distributor alat berat, Caterpillar di Indonesia sejak 1971.



Ternyata, seperti dikutip dari situs resmis trakindo.co.id, kekayaannya bukan hanya berasal dari bisnis alat-alat berat semata. Koceknya juga diraih dari bisnis pertambangan, industri teknologi dan informasi, sampai penjualan minyak pelumas atau oli.



. Achmad Hamami merupakan seorang mantan pilot pesawat jet. Ia sempat menjadi kolonel termuda di jajaran militer Indonesia. Ia mengambil pensiun dini karena keadaan politik yang cukup bergejolak kala itu akibat maraknya korupsi. Dengan sedikit tabungan, ia mulai membuka tempat kursus/les bagi siswa-siswa. Seorang teman keluarga membantu Achmad mendapatkan investasi besar dari Caterpillar untuk mengembangkannya di Indonesia. Jadilah Caterpillar Indonesia yang menjelma menjadi Trakindo Utama. Ia juga mengambil perusahaan jasa energi PT ABM Investama. Achmad Hamami berada pada peringkat 16 dari jajaran 40 orang terkaya se-Indonesia. Ia memiliki kekayaan hingga US$ 1,7 miliar atau Rp 16,1 triliun.



Achmad Hadiat Kismet (AHK) Hamami lahir pada tanggal 29 Juli 1930. Beliau menempuh pendidikan dan meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Krisna Dwipayana di Jakarta pada tahun 1970. Di awal karier militernya, beliau pernah menimba ilmu di Koninklijk Ins. V/d Marine Academy di Belanda pada tahun 1950-1953, Air Navigator’s School di Belanda tahun 1953-1954, kemudian melanjutkan pendidikan penerbangan di Royal Air Force (Pilot Training and Command & Staff Training) di Inggris pada tahun 1954-1956 dan 1963.



AHK “Met” Hamami menjadi Chairman Grup Tiara Marga Trakindo sejak tahun 2001 sampai sekarang, sekaligus juga Komisaris Utama TMT sejak tahun 2005. Pada tahun 2001-2008, AHK “Met” Hamami menjabat sebagai Komisaris Utama PT Trakindo Utama, kemudian sejak tahun 2008 sampai sekarang berganti jabatan sebagai Komisaris di tempat yang sama. Sebelum mendirikan PT Trakindo Utama pada tahun 1970, beliau berkecimpung di bidang militer Angkatan Laut dengan jabatan terakhir di tahun 1967 sebagai Wakil Direktur Operasi Departemen Hankam. Di tahun yang sama beliau mulai meniti kariernya di dunia swasta dan bekerja sebagai Direktur Indoconsult Associates sampai dengan tahun 1970. Tahun 1970, beliau mendirikan perusahaan pertama dengan nama PT Trakindo Utama yang khusus menangani pendistribusian alat-alat berat merek Caterpillar. Beliau terus mengembangkan PT Trakindo Utama sampai dengan tahun 2001 dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Utama. Keberuntungan memang tengah hinggap di keluarga Hamami saat ini. Berbisnis alat berat sejak dekade 1970-an, keluarga ini masuk dalam daftar 10 orang terkaya Indonesia versi majalah ekonomi Forbes, dengan taksiran aset US$ 2,2 miliar. Adalah Ahmad Hamami, sang kepala keluarga, yang menjadi nakhoda utama bisnis ini. Sebelum menjadi pengusaha, pria yang kini berusia 81 tahun itu berkarier sebagai penerbang di jajaran TNI Angkatan Laut. Perjalanannya sebagai prajurit cukup cerah. Hamami muda bahkan sempat mendapat pendidikan pilot di Angkatan Udara Belanda (Militaire Luchtvaart) dan menyandang predikat kolonel termuda pada akhir 1960.



Sayang, karier militernya lantas terhenti. Seperti dikutip dari Forbes.com,Hamami pensiun dini lantaran muak dengan wabah korupsi yang ada di tempat kerjanya saat itu. Setelah pensiun, Hamami memulai bisnis kecil-kecilan. Awalnya, ia membuka les matematika untuk pelajar di rumahnya. Anak-anaknya membantu menopang keuangan dengan berjualan es lilin. Dewi fortuna hinggap kala seorang kerabat mengajaknya terlibat dalam penggarapan proyek infrastruktur. Saat itulah Hamami berkenalan dengan manajemen Caterpillar, pabrikan traktor dan alat berat lain yang berbasis di California, Amerika Serikat. Caterpillar, yang sebelumnya memiliki agen penjualan di Surabaya, melirik Hamami sebagai dealer pengganti lantaran tertarik dengan latar belakang militer dan reputasinya yang bersih. Ia lantas mulai belajar manajemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis. Maraknya pembangunan infrastruktur pada pertengahan dekade 70-an membawa angin segar pada bisnis traktor. Order bertambah, pundipundi Trakindo pun makin tebal. Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, saat krisis ekonomi merebak, Trakindo terpukul dan Hamami berusaha keras melunasi utang US$ 118 juta.



Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang glaukoma dan mengalami kebutaan hingga saat ini.



Lepas krisis, perlahan Trakindo bangkit. Di bawah komando Rachmat Mulyana alias Muki, putra ketiga Hamami, perusahaan ini tumbuh dan beranak-pinak. Kini, tak cuma bisnis traktor dan alat berat karena mereka juga menggarap sektor pertambangan, pembiayaan, logistik, hingga teknologi informasi. Hebatnya, hingga 2009, perusahaan ini berkembang tanpa mengandalkan utang. Kepada Forbes, Muki mengatakan tahun lalu pendapatan mereka mencapai US$ 2 miliar dan akan tumbuh hingga US$ 3,2 miliar tahun ini. Ditargetkan pada 2015 mereka bisa membukukan pendapatan US$ 6 miliar. Toh, meski sayapnya kini melebar, ia mengatakan bisnis utama Trakindo tetap alat berat. "Ibaratnya, alat berat menjadi roti dan mentega bagi kami," kata dia Pantas saja banyak investment bankingmenyerbu Indonesia. Jumlah orang kaya baru di negeri ini terus bermunculan. Majalah Forbes misalnya, kembali merilis 40 nama orang super tajir Indonesia tahun 2011. Dari deretan 40 nama itu, terselip tujuh orang terkaya baru, yang tidak ada di tahun lalu. Mereka adalah Achmad Hamami, Djoko Susanto, Samin Tan, Soegiarto Adikoesoemo, Kuncoro Wibowo, Muhammad Aksa Mahmud dan Handojo Santosa.



Achmad Hamami adalah pemilik PT Tiara Marga Trakindo, distributor Caterpillar di Indonesia sejak 1971. Berumur 81 tahun, Met -panggilan gaulnya langsung melejit di peringkat 10 dengan kekayaan 2,2 miliar dollar AS atau Rp 20,24 triliun dengan kurs Rp 9.200 per dollar AS. Di peringkat 25 ada Djoko Susanto dengan kekayaan 1,04 miliardollar AS. Pria 61 tahun ini memiliki Alfamart, Alfamidi, dan Lawson. "Saya cuma bisa bilang, Forbes keliru, masa saya berada di atas Ical (Aburizal Bakrie)," katanya, kepada KONTAN. Djoko mengaku tak pernah dikonfirmasi. Oleh karena itu, dia berharap publik tidak langsung percaya. Apalagi, menurut dia, Forbes tidak melakukan riset akurat. Samin Tan, pemilik perusahaan batubara Borneo Lumbung Energi dan Renaissance Capital. Dengan kekayaan 940 juta dollar AS, Samin, menurut Forbes telah membantu permasalahan utang Bakrie dengan membeli 50 persen saham Bumi Plc di Bursa London. Dia ada di peringkat 28. Soegiarto Adikoesoemo adalah pemilik AKR Corporindo. Tahun lalu, dia menjual Sorini, produsen sorbitol dan petromikia ke Cargill senilai 247 juta dollar AS. Soegiarto juga memiliki perusahaan properti, AKRLand Development yang mengoperasikan hotel di Bali dan Manado. Kuncoro Wibowo memiliki Ace Hardware dengan kekayaan 730 juta dollar AS. Sedangkan Aksa Mahmud, pemilik Grup Bosowa memiliki kekayaan berlimpah setelah menjual 23 persen saham di Nusantara Infrastruktur ke Peter Sondakh. Dia juga tengah membangun pabrik semen kedua di Maros, Sulawesi Selatan dan memiliki lahan padi 100.000 hektare di Papua. Lalu Handojo Santosa merupakan pewaris Ometraco Group, yang berubah jadi Japfa Comfeed. Japfa, produsen pakan ternak terbesar kedua di Indonesia dengan pertumbuhan penjualan 21 persen dalam lima tahun terakhi



Berikut, rekam jejak bisnis Achmad Hamami:



1970, A.H.K. Hamami mendirikan PT Trakindo Utama pada 23 Desember



1971, Trakindo resmi menjadi agen tunggal Caterpillar di Indonesia pada 13 April



1977, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Sanggar Sarana Baja, untuk memberikan layanan perancangan dan fabrikasi untuk pasar industri peralatan berat



1982, PT Natra Raya berdiri sebagai perusahaan patungan antara Caterpillar Inc. dan Trakindo yang bergerak di bidang manufaktur dan perakitan alat berat Caterpillar



1993, divisi mining Trakindo dibentuk untuk mendukung industri pertambangan Indonesia dengan layanan dan peralatan kelas dunia



1995, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Chandra Sakti Utama Leasing, untuk memberikan layanan pembiayaan pembelian peralatan Caterpillar



1996, Trakindo memperkenalkan CAT® Oil Program dan Trakindo resmi menjadi agen produk Sullair



1997, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Cipta Kridatama, untuk memberikan layanan kontrak dan sewa bagi industri pertambangan. Pada tahun yang sama, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Cipta Krida Bahari, untuk memberikan layanan jasa logistik



1998, Trakindo resmi menjadi agen produk Baldwin dan Olympian



1999, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Mitra Solusi Telematika, yang memberikan fasilitas dan layanan manajemen teknologi informasi, termasuk pusat data recovery bisnis dan informasi



2000, PT Tiara Marga Trakindo berdiri pada 16 Agustus sebagai perusahaan induk Grup Trakindo. Trakindo pada tahun itu, resmi menjadi agen produk Sykes Pumps



2001, Trakindo resmi menjadi agen produk Bitelli



2002, CAT® Rental Store pertama dibuka



2003, Trakindo menjadi penyalur Caterpillar No. 1 di dunia untuk penjualan pelumas Caterpillar dalam CAT® Oil Program



2005, Trakindo resmi menjadi agen produk LAKO Harvester