Biolistrik Kelompok 2 Biomedik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut. Pengamatan terhadap gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman Yunani kuno. Orang-orang yunani kuno telah mengamati bahwa setelah batu amber digosok, batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami atau bulu. Sedangkan kata Listrik itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu electron. Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Nah, listrik yang ada pada tubuh kita disebut dengan Biolistrik atau sering diartikan sebagai listrik yang terdapat pada makhluk hidup, yang mana berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik. Makalah ini membahas tentang sinyal listrik yang dihasilkan oleh tubuh. Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi mengendalikan dan mengoperasikan saraf, otot, dan berbagai organ. Pada dasarnya, semua fungsi dan aktivitas tubuh sedikit banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh otot disebabkan tarik-menarik antara muatan listrik yang berbeda. Kerja Otot, otak dan jantung pada dasarnya bersifat elektrik (listrik). Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang pada dasarnya adalah suatu komputer sentral, menerima sinyal eksternal dan internal dan (biasanya) menghasilkan respons yang sesuai. Informasi disalurkan sebagai sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf. Saat kita menjalankan fungsi-fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-sinyal ini dihasilkan dari proses elektrokimiawi tertentu. 1



Oleh karena itu maka makalah ini akan membahas sebagian dari sinyal-sinyal listrik dalam tubuh yaitu mengenai sistem saraf dan neuron, sinyal listrik dari otot dan jantung serta potensial listrik saraf



1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang: 1. Apa pengertian biolistrik? 2. Apa saja bagian-bagian dari sistem saraf beserta dengan fungsinya ? 3. Sebutkan apa bagian-bagian dari neuron serta fungsinya ? 4. Apa saja macam-macam neuron ? 5. Bagaimana sistem kerja potensial aksi saraf ? 6. Bagaimana sistem kerja potensial istirahat saraf ? 7. Bagaimana sinyal listrik dari otot (Elektromiogram)? 8. Bagaimana sinyal listrik dari jantung (Elektrokardiogram)? 9. Bagaimana isyarat listrik dalam tubuh? 1.3 Tujuan 1. Dapat mengetahui asal mula dan pengertian dari biolistrik. 2. Mengetahui apa saja bagian-bagian dari sistem saraf serta fungsinya. 3. Dapat menyebutkan bagian-bagian neuron dan fungsinya 4. Dapat menyebutkan macam-macam neuron 5. Menjelaskan kerja potensial aksi saraf 6. Dapat menjelaskan kerja potensial istirahat saraf



2



7. Mengetahui bagaimana sinyal listrik dari otot dan sinyal listrik dari jantung serta sinyal listrik dalam tubuh lainnya. 1.4 Manfaat Dalam penulisan makalah, Dengan selesainya penulisan makalah ini serta pembahasan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pribadi maupun rekan-rekan mahasiswa. Menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya, pembaca pada umumnya mengenai kelistrikan dalam tubuh. Sebagai penambah bahan acuan bagi kita sebagai calon guru Fisika dalam memberikan materi pelajaran.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Biolistrik



3



Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup, semua daya ini berkumpul didalam pusat akal didalam otak dalam bentuk potensi daya listrik. Dari pusat akal, daya ini kemudian diarahkan ke seluruh anggota tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh perangsangnya. Potensi daya listrik hidup ini, yang tertimbun didalam pusat akal harus di tuntut oleh sesuatu supaya mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian-bagian tubuh lainnya. Biolistrik merupakan energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate), dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting. Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke



4



neuron. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air. Hukum dalam Biolistrik ada dua hukum dalam biolistrik, yaitu : Hukum Ohm dan Hukum Joule. 1) Hukum Ohm menyatakan bahwa : “Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”. Rumusnya Keterangan : yaitu : R= R : hambatan V/I (Ω), I : kuat arus (ampere), V : tegangan (Volt).



2) Hukum joule menyatakan bahwa : “Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu akan menimbulkan panas”. Rumusnya yaitu : Keterangan : Q= V I t ditimbulkan (joule), Q : energi panas yang V : tegangan (Volt), I : arus (A), t : waktu lamanya arus mengalir (second). 2.2 Sistem saraf dan Neuron A. Sistem Saraf Adapun bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian,



yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Berikut penjelasannya: 1) Sistem saraf pusat Sistem saraf pusat ini terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf ferifer ini adalah Serat saraf (neuron) yang menyalurkan informasi sensorik ke otak atau ke medulla spinalis di sebut



saraf



afferent.



Serat



saraf



yang



menyalurkan



atau



menghantarkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot dan kelenjar yang di sebut saraf efferent. Beberapa yang ada di saraf pusat :  Otak 5



Merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan. Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil, disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan 



kegiatan lain yang tidak disadari. Sumsum tulang belakang Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.



1) Sistem saraf Otonom Sistem saraf Otonom mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ internal, misalnya jantung, usus dan kelenjar. Namun, pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Untuk menanggapi rangsangan, tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu: a. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.



6



b. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron. c. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar. B. Neuron Struktur dasar dari sistem saraf disebut dengan Neuron atau sel saraf. Suatu sel saraf (neuron) merupakan bagian terkecil dalam suatu skema saraf



dan



berfungsi



untuk



menerima,



menginterpretasi,



dan



menghantarkan pesan listrik atau aliran listrik. Sel saraf terdiri dari tubuh serta serabut yang menyerupai ranting. Serabutnya juga terdiri dari 2 macam, yaitu dendrit dan akson. Ada banyak jenis neuron, pada dasarnya neuron terdiri dari sel-sel tubuh yang menerima aliran listrik dari neuron lain melalui kontak yang disebut sinapsis yang terletak di dendrit atau pada tubuh sel. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson. a. Badan sel Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. b. Dendrit Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel. c. Akson (Neurit) Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.



7



Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: a) Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera. b) Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang. c) Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulanbelakang.



2.3 Potensial listrik saraf A. Potensial aksi sel Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:



a. Tahap Istirahat (Resting Membrane Potential) Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat, sebelum terjadinya potensial aksi. b. Tahap Depolarisasi Membran tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion NA sehingga banyak sekali ion NA mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90mV akan hilang dan potensial meningkat dengan arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi. c. Tahap Repolarisasi Tahap ini, dalam waktu yang sangat singkat sekali sesudah membran menjadi permeable terhadap ion NA, saluran NA mulai tertutup dan



8



saluran K terbuka lebih daripada normal. Kemudian difusi ion K yang berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi membran. Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat, depolarisasi, repolarisasi, dan kembali istrahat diperlihatkan dalam Gambar. Perubahan potensial tersebut berupa impuls yang disebut potensial aksi sel. Ada lima fase dalam potensial aksi tersebut yaitu fase 4, 0, 1, 2, dan 3. Fase 4 adalah fase istirahat sel. Fase 0 adalah fase pada saat kanal sodium terpicu-tegangan (kanal cepat) terbuka sehingga ion-ion sodium dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1 adalah fase pada saat kanal potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2 adalah kombinasi fase menutupnya kanal sodium terpicu-tegangan, membukanya kanal kalsium-sodium terpicu-tegangan (kanal lambat), dan membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Fase ini disebut plateau. Fase 3 adalah fase kombinasi menutupnya kanal-kanal sodium dan kalsium-sodium terpicu-tegangan serta membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Selanjutnya sel kembali ke fase 4. B. Potensial istirahat sel



9



Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting potential). Potensial ini berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif di sisi luar membran sel. Dalam keadaan istirahat, di sisi dalam dan luar membran sel sama-sama terdapat ion-ion potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang berbeda. Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan mempengaruhi potensial di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat pengaruh kedua jenis ion tersebut pada potensial membran sel, akan dilihat pengaruh masing-masing jenis ion tersebut secara sendirisendiri terlebih dahulu, setelah itu baru diperhitungkan interaksi keduanya secara bersamaan. Untuk itu akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion potasium. C. Sinyal listrik dari otot (Elektromiogram) Informasi diagnostik tentang otot dapat di peroleh dari aktivitas listriknya. Di bagian ini, kita menelusuri transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut menimbulkan kontraksi otot. EMG dapat diperoleh dari otot atau unit motorik yang dirangsang secara elektris. Otot dimisalkan terdiri dari banyak unit motor. Sebuah unit motor terdiri dari sebuah neuron bercabang tunggal dari batang otak atau kabel spinal dan 25-2000 serat otot (sel) yang terhubung ke ujung pelat motor. (Potensial istirahat pada membran serat otot mirip dengan potensial istirahat di serat saraf. Tindakan Otot dimulai oleh potensial aksi yang bergerak sepanjang akson dan ditransmisikan melalui ujung pelat motorik ke serat otot, menyebabkan serat otot saling kontraksi. D. Sinyal listrik dari Jantung (Elektrokardiogram)



10



Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG. Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na+. Sel membran otot jantung (miokardium) berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Saraf dan otot bergaris memerlukan rangsangan supaya ion Na+ masuk ke dalam sel, proses masuknya ion Na+ ke dalam sel disebut proses depolarisasi. Sedangkan depolarisasi pada sel otot jantung, ion Na+ mudah bocor (tidak memerlukan rangsangan dari luar), setelah repolarisasi komplit, ion Na+ akan masuk lagi ke dalam sel yang disebut depolarisasi spontan. Depolarisasi spontan ini menghasilkan gelombang depolarisasi untuk seluruh otot miokardium. Depolarisasi sel membran otot jantung oleh perambatan potensial aksi menghasilkan kontraksi otot sehingga terjadi denyut jantung. Gerakan ritmis jantung dikendalikan oleh sebuah sinyal listrik yang diprakarsai oleh rangsangan spontan dari sel-sel otot khusus yang terletak di atrium kanan. Sel-sel ini membentuk sinoatrial (SA) node, atau alat pacu jantung alami. SA node berdetak secara berkala sekitar 72 kali per menit. Namun, laju detak dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan saraf eksternal untuk mengetahui respon jantung terhadap kebutuhan darah tubuh serta rangsangan lainnya. Sinyal listrik dari SA node memulai depolarisasi saraf dan otot dari kedua atrium, menyebabkan atrium berkontraksi dan memompa darah ke dalam ventrikel. Sehingga terjadilah repolarisasi dari atrium tersebut. Sinyal listrik kemudian lolos ke



11



atrioventrikular (AV) node, yang mengawali depolarisasi ventrikel kanan dan kiri, menyebabkan mereka kontrak dan memaksa darah masuk ke dalam paru dan sirkulasi umum. Saraf dan otot ventrikel kemudian mengalami repolarisasi dan siklus dimulai lagi.



2.4 Isyarat Listrik Tubuh Pengukuran isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh dan gangguan pada organ-organ tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur isyarat listrik tubuh adalah:



A. Electromiograf (EMG)



Elektromiogram (EMG) adalah sebuah tes yang mengukur aktivitas listrik dari otot atau sekelompok otot. Sebuah EMG dapat mendeteksi aktivitas otot abnormal listrik karena penyakit dan kondisi neuromuskuler. Elektromiogram berfungsi sebagai pencatat potensial otot biolistrik selama pergerakan otot dan berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kelistrikan otot. SISTEM KERJA:



12



Otot diladeni banyak unit motor. Suatu unit motor terdiri dari cabang tunggal neutron/saraf dari otak atau medulla spinalis. Ada 252.000 serat otot (sel), dihubungkan dengan saraf via motor end plate, sehingga potensial istirahat yang melewati serat otot serupa dengan potensial istirahat yang melewati serat saraf. Oleh sebab itu gerakan otot berkaitan dengan satu potensial aksi yang merambat sepanjang akson dan diteruskan ke serat otot melalui motor end plate. Sistem kerja EMG pada beberapa serat otot yaitu Elektroda permukaan diletakkan pada permukaan kulit dengan tujuan mengukur isyarat listrik dari sejumlah unit motoris. Sebuah elektroda jarum kosentris dimasukkan ke dalam kulit untuk mengukur aktivitas unit motoris tunggal.



B. Electroneurograf (ENG)



Elektroneurogram (ENG) adalah sebuah alat untuk mengukur kelistrikan



saraf



yang



dapat



menghasilkan



data



kelistrikan.



Elektroneurogram (ENG) berfungsi untuk mengetahui keadaan lengkungan refleks, mengetahui kecepatan konduksi saraf motoris dan sensoris serta untuk menentukan penderita miastenia gravis. SISTEM KERJA: Sebuah



elektroneurogram



biasanya



diperoleh



dengan



menempatkan elektroda di jaringan saraf. Aktivitas listrik yang



13



dihasilkan oleh neuron dicatat oleh elektroda dan dikirim ke sistem akuisisi, yang biasanya memungkinkan untuk memvisualisasikan aktivitas neuron. Setiap garis vertikal di elektroneurogram merupakan salah satu potensial aksi saraf. Tergantung pada presisi dari elektroda yang



digunakan



untuk



merekam



aktivitas



saraf,



sebuah



elektroneurogram dapat berisi aktivitas neuron tunggal untuk ribuan neuron. Para peneliti menyesuaikan presisi elektroda mereka untuk baik fokus pada aktivitas neuron tunggal atau aktivitas umum sekelompok neuron, kedua strategi memiliki keuntungan mereka.



C. Electroretionograf (ERG)



Elektroretinogram (ERG) adalah tes mata yang mengevaluasi fungsi retina, film yang melapisi bagian dalam mata. Uji ERG membantu mendiagnosa penyakit



pada retina. Elektroretinogram



(ERG) berfungsi untuk mencatat bentuk kompleks potensial biolistrik yang terdapat pada retina mata yang dikerjakan melalui rangsangan cahaya pada retina. SISTEM KERJA:



14



Pada uji ERG, pasien akan memakai tambalan mata dan duduk dalam ruangan gelap selama 30 menit. Kemudian peneliti akan menempelkan elektroda ke dahi pasien dan tidak menimbulkan rasa sakit, begitu juga semua pengguna elektroda dalam tes ini. Setelah itu tambalan pada mata dilepaskan. Permukaan mata pasien akan mati rasa dengan tetes mata, dan lensa kontak yang akan ditempatkan pada mata pasien. Pasien tidak dapat melihat, kemudian disorotkan cahaya, dan mata akan berkedip. Yang berkedip adalah lensa kontak pada mata ketika disorot cahaya.



D. Elektrookulogram (EOG)



Elektrookulogram (EOG) adalah suatu pengukuran/pencatatan berbagai potensial pada kornea retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata. Elektrookulogram (EOG), berfungsi untuk mencatat atau mengukur berbagai potensial pada kornea-retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata. SISTEM KERJA:



15



Pada pengukuran ini, sepasan elektrode dilekatkan di kedua sisi mata. Potensian EOG didefinisikan sebagai nol untuk mata yang melihat lurus ke depan ke titik rujukan 00. EOG memberikan informasi tentang orientasi mata, selain itu kecepatan angular dan percepatan angularnya juga dapat ditentukan. Elektrookulografi lebih banyak digunakan untuk penelitian. Telah dilakukan banyak studi EOG untuk menentukan efek obat pada gerakan mata, gerakan mata sewaktu tidur, dan sewaktu mencari sesuatu dengan mata. Salah satu penerapan klinisnya adalah pemeriksaan gerakan mata sewaktu nistagmus, suatu kondisi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan kecil pada mata. Sinyal EOG bergantung pada otot mata dan sistem vestibular (keseimbangan)



E. Electrogastrograf (EGG)



Elektrogastrogram (EGG) adalah suatu gerakan yang terjadi pada otot-otot



pada saluran pencernaan yang menimbulkan gerakan



semacam glombang sehingga menimbulkan efek menyedot/menelan makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Fungsinya:



16



1. Elektrogastrogram



berfungsi



untuk



membantu



penyembuhan



dispepsia atau maag. 2. Elektrogastrogram bagi penderita gastroparesis berfungsi untuk memperbaiki aktivitas myoelectric pada lambung. SISTEM KERJA: Elektrode yang ditempelkan pada bagian atas perut memonitor aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot lambung.



F. Electroensefalograf (EEG)



17



Elektroensefalogram



(electroencephalogram/EEG)



adalah



rekaman aktivitas listrik otak, yang digunakan untuk mendiagnosis kondisi



neurologis



seperti



gangguan



kejang



(epilepsi).



Elektroensefalogram berfungsi untuk : 1. Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi. 2. Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak, parkinson. 3. Mendiagnosa Lesi desak ruang lain. 4. Mendiagnosa Cedera kepala.



18



5. Periode keadaan pingsan atau dementia. Narcolepsy. 6. Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum selama perawatan. SISTEM KERJA: Elektroensefalogram (EEG) dapat diukur dengan menempatkan elektroda dikulit kepala melalui tengkorak yang tidak dibuka atau dengan elektroda yang diletakkan diatas atau didalam otak. G. Electrokardiograf (EKG)



Elektrokardiogram atau EKG merupakan rekaman aktivitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus. Fungsi atau kegunaan Elektrokardiogram (EKG) yaitu: 1. Merupakan standar untuk diagnosis aritmia jantung. 2. Memandu tingkatan terapi dan resiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut. 3. Digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung. 4. Kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (misal: Emboli paru atau hipotermia). 5. Membantu menemukan gangguan elektrolit (misal: Hiperkalemia dan hipokalemia).



19



6. Memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (misal: blok cabang berkas kanan dan kiri) SISTEM KERJA: Mekanisme kerja Elektrokardiogram (EKG) ini ditentukan hasil catatan aktivitas elektris sel otot jantung. Pada sel otot jantung ada darah penyebaran impuls (vektor) saat jantung berkontraksi yaitu depolarisasi dan repolarisasi yang ditandai adanya depleksi pada Elektrokardiogram (EKG). Berbagai masalah jantung yang dapat didiagnosis dengan EKG, antara lain: 



Pembesaran jantung







Cacat jantung bawaan yang melibatkan sistem kelistrikan jantung







Aritmia (irama jantung abnormal - cepat, lambat atau denyutnya tidak teratur)







Kerusakan jantung seperti ketika salah satu arteri jantung tersumbat (oklusi koroner)







Suplai darah yang buruk ke jantung







Posisi normal dari jantung







Peradangan jantung - perikarditis atau miokarditis







Serangan jantung selama di ruang gawat darurat atau pemantauan di ruang ICU (intensive care unit)







Gangguan sistem konduksi jantung







Ketidakseimbangan kimia darah (elektrolit) yang mengontrol aktivitas jantung.



Prosedurnya adalah: 1. Melakukan cuci tangan 2. Memperkenalkan diri, konfirmasi identitas pasien, jelaskan prosedur, dan mendapatkan izin secara verbal



20



3. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman (duduk atau tidur) dengan bagian atas badan, kaki dan lengan terlihat 4. Membersihkan lokasi yang akan dipasang elektroda dengan mencukur rambut dan membersihkan kulit dengan alkohol untuk mencegah hambatan hantaran gelombang elektrik 5. Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda. Bila tidak ada jelly, gunakan kapas basah. 6. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai. 7. Memasang arde. 8. Menghidupkan monitor EKG. 9. Menyambung kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai pasien, untuk rekam ekstremitas lead (lead I, II, III, aVR, aVF, AVL) dengan cara sebagai berikut: 



Warna merah pada tangan kanan







Warna hijau pada kaki kiri







Warna hitam pada kaki kanan







Warna kuning pada tangan kiri



CATATAN: 



Elektroda ekstremitas atas memiliki ukuran sedang sehingga harus dipasang pada bagian pergelangan tangan yang tidak berambut.







Elektroda kaki merupakan elektroda terpanjang yang sebaiknya diletakkan pada pergelangan kaki (idealnya pada bagian yang tidak berambut pada suprolateral lateral malleolus).



21



10. Memasang elektroda dada untuk rekaman precordial lead:







Sela iga ke 4 pada garis sternal kanan = V1







Sela iga pada garis sternal kiri = V2







Terletak diantara V2 & V4 adalah = V3







Ruang iga ke 5 pada garis tengah klavikula = V4







Garis aksila depan sejajar dengan V4 = V5







Garis aksila tengah sejajar dengan V4 = V6



11. Melakukan kalibrasi 10 mm dengan keadaan 25 mm/volt/detik 12. Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan lead yang terdapat pada mesin EKG 13. Melakukan kalibrasi kembali setelah perekaman selesai 14. Memberi identitas pasien hasil rekaman : nama, umur, tanggal dan jam rekaman serta nomor lead dan nama pembuat rekaman EKG 15. Setelah hasil didapatkan, lepaskan elektroda yang telah dipasang 16. Merapikan alat-alat 17. Melakukan cuci tangan kembali.



22



CATATAN: 



Upayakan pasien nyaman, karena kontraksi otot yang berlebihan akan dapat mempengaruhi hasil.







Arus elektrik AC dan sinar fluoresen dapat mempengaruhi hasil sehingga jika ada gangguan upayakan mematikan lampu fluoresen dan menjauhkan pasien dari kabel - kabel elektrik AC di sekitar pasien.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:



23



1. Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektronelektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan penginderaan. 2. Adapun hukum yang terdapat dari biolistrik adalah Hukum Ohm, rumusnya : R = V/I. Sedangkan, Hukum Joule yaitu Q = V I t. 3. Bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat yang berfungsi sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia dan sistem saraf otonom yang berfungsi mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ internal, misalnya jantung, usus dan kelenjar. 4. Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). 5. Potensial listrik saraf ada 2, yaitu potensial aksi saraf yaitu Perubahan yang menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). dan potensial istirahat saraf. Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting potential). 6. Transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut menimbulkan kontraksi otot. Elektromiogram (EMG) dapat diperoleh dari otot atau unit motorik yang dirangsang secara elektris (listrik). 7. Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na+ yang ada di dalam tubuh. Alat yang digunakan untuk mengukur isyarat listrik tubuh adalah Electrokardiograf (EKG). 3.2 Saran Dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan tentunya masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.



24



DAFTAR PUSTAKA http://strengthlive1899.blogspot.com/2012/11/makalah-kimia-keperawatan-1bio-listrik.html http://mustikadewi.student.esaunggul.ac.id/2012/12/05/tugas-online-iii-fisikakelistrikan-dan-kemagnetan-dalam-tubuh-manusia/ Cameron, John R, dkk. 1978. MEDICAL PHYSICS. Florida : Wisconsin Tallahasee Ruslan, Ahmadi. 2010. TEORI DAN APLIKASI FISIKA KESEHATAN. Yogyakarta : Nuha Medika Purwanto. 2007. Ensiklopedi fisika. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.



25