Biomed Anatomi Cranium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOMEDIK 2



ANATOMI CRANIUM Disusun oleh: 1.



4.



Ferani Yunita Nur Aini (201811054) 2.



Fitria Sulistiyowati (201811057)



3.



Gilang Ramadhan (201811060)



Hastrinadya Adisma Salsabila (201811063) 5.



Jelita Bunga Chairunisa (201811066) 6.



Jose Jevera Dandan (201811069) 7.



8.



Khanza Adiba (201811072)



Labriola Ichfadha Zayn (201811075)



Kelompok 3 Kelas C



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO



JAKARTA 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah Anatomi Cranium dapat tersusun hingga selesai dengan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi ataupun pikirannya. Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Jakarta, 4 Maret 2019 Tim Penulis



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR



1



DAFTAR ISI



2



BAB I



3



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan



3 3 4 4



BAB II



5



PEMBAHASAN 5 2.1 Anatomi Os. parietale, Os. frontale, Os. temporale, Os. occipitale, Os. sphenoidale, Os. ethmoidale 5 2.1.1 Os frontale 5 Gambar 1 Pandangan Anterior Cranium (sumber: grey’s anatomy) 6 Gambar 2 Pandangan Superior Cranium (sumber : grey’s anatomy) 7 2.1.2 Os temporale 7 Gambar 3 Pandangan Lateral Cranium (sumber : grey’s anatomy) 8 Gambar 4 Pandangan Inferior Cranium (sumber : grey’s anatomy) 9 2.1.3 Os Parietal 9 Gambar 5 Pandangan Lateral Tiga Dimensi Menggunakan Multidetector Computed Tomography (sumber : grey’s anatomy) 10 Gambar 6 Pandangan Posterior Cranium (sumber : grey’s anatomy) 11 2.1.4 Os Occipitale 11 Gambar 7 Pandangan Posterior dan Superior Cranium (Sumber: Gray Anatomy) 12 2.1.5 Os Sphenoidale 12 Gambar 8 Os sphenoidale; dilihat dari frontal (Sumber : Gray Anatomy) 13 Gambar 9 Os sphenoidale; dilihat dari posterior (Sumber : Gray Anatomy) 13 Gambar 10 Os sphenoidale; dilihat dari superior (Sumber: Gray anatomy) 14 2.1.6 Os Ethmoidale 14 Gambar 11 Tulang Ethmoidale A. Bentuk Keseluruhan B. Irisan Coronalis melalui Cranium. (Sumber: Gray Anatomy) 15 2.2 Anatomi Os nasale, Os palatina, Os concha nasalis inferior, Os vomer, Os Maksila, Os Mandibula 16 2.2.1 Os nasale 16 Gambar 12 Bagian Septum Nasi (Sobota 21st ed) 16 Gambar 13 Rangka hidung: tampak lateral (90%) (Sobota 21st ed) 17 Gambar 14 Dinding lateral rongga hidung, Cavitas Nasi ; potongan paramedian; sebagian selaput lendir dilepas; tampak median (Sobota 21st ed) 18 2.2.2 Os palatina 18 Gambar 15 Palatum (sumber: Anatomi Klinis Dasar) 19 2.2.3 Os concha nasalis inferior 19



2



Gambar 16 Dinding lateral rongga hidung, Cavitas Nasi ; potongan paramedian; tampak median (Sobota 21st ed) 19 Gambar 17 Dinding lateral hidung (sumber: Dr. D Armstrong, Associate Professor of Radiology, University of Toronto, Toronto, Ontario, Canada.) 20 2.2.4 Os vomer 20 Gambar 18 os vomer (sumber: sobotta 15th ed) 21 Gambar 19 Letak os vomer (sumber grey’s anatomy) 21 2.2.5 Os maksila 21 Gambar 20 Letak os maksila (sumber: grey’s anatomy) 22 2.2.6 Os mandibula 22 Gambar 21 os mandibula (sumber: o’rahilly) 24 Gambar 22 os mandibula (sumber: sobotta 23rd ed) 24 BAB III



25



PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran



25 25 25



BAB IV



25



DAFTAR PUSTAKA



25



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Cranium dapat dibagi menjadi: ● Bagian kubah di superior (calvaria), yang menutupi cavitas cranii yang berisi encephalon; 3



● Basis yang terdiri dari dasar cavitas cranii: dan an tulang occipitale. Tulang-tulang yang membentuk basis cranii terutama adalah



bagian tulang



sphenoidale, tulang temporale, dan tulang occipitale. Tulang-tulang yang membentuk rangka facialis adalah tulang-



tulang yang



berpasangan: tulang nasale, tulang palatinum, tulang lacrimale, tulang zygomaticum, tulang maxilla, tulang concha



nasalis inferior, dan tulang vomer yang tidak



berpasangan. Mandibula bukan bagian dari cranium maupun rangka facialis. Pandangan anterior cranium meliputi tuber frontale/dahi di superior, dan, di inferior, orbitae, regio nasalis, bagian dari regio facialis di antara orbita dan rahang atas, rahang atas, dan rahang bawah



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan antara lain: 1. Apa saja tulang yang ada di Cranium? 2. Bagaimana Anatomi Os. parietale, Os. frontale, Os. temporale, Os. occipitale, Os. sphenoidale, Os. ethmoidale? 3. Bagaimana Anatomi Os. nasale, Os. palatina, Os. concha nasalis inferior, Os. vomer, Os. maksila, Os. mandibula?



1.3



Tujuan Penulisan Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai antara lain: 1. Mengetahui tulang yang ada di Cranium. 2. Mengetahui Anatomi Os. parietale, Os. frontale, Os. temporale, Os. occipitale, Os. sphenoidale, Os. ethmoidale. 3. Mengetahui Anatomi Os. nasale, Os. palatina, Os. concha nasalis inferior, Os. vomer, Os. maksila, Os. mandibula.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi Os. parietale, Os. frontale, Os. temporale, Os. occipitale, Os. sphenoidale, Os. ethmoidale 2.1.1 Os frontale



5



Tuber frontale terdiri dari tulang frontale, yang juga membentuk bagian superior margo orbitalis tiap orbita (Gambar 1). Tepat di superior dari margo orbitalis pada tiap sisi ada arcus superciliaris. Struktur ini lebih jelas pada laki-laki dibandingkan



dengan perempuan. Di antara kedua arcus ini ada cekungan kecil (glabella). Gambar 1 Pandangan Anterior Cranium (sumber: grey’s anatomy)



Tampak jelas pada bagian medial margo supraorbitalis tiap orbita ada foramen supraorbitale. Di medial, tulang frontale mengarah ke inferior membentuk bagian margo medialis orbitae. Di lateral, processus zygomaticus tulang frontale mengarah ke inferior, membentuik margo supraorbitalis orbitae bagian superior lateral. Pandangan superior, Tulang frontale, tulang parietale, dan tulang occipitale tampak pada pandangan superior cranium (Gambar 2). Tulang-tulang ini membentuk bagian superior calvaria, atau calva (tudung kepala). Dalam arah anterior ke posterior, tulang frontale yang tidak berpasangan bersendi dengan sepasang tulang parietale pada sutura coronalis.



6



Gambar 2 Pandangan Superior Cranium (sumber : grey’s anatomy)



2.1.2 Os temporale Kontribusi utama untuk bagian inferior dinding lateral cranium adalah tulang temporale (Gambar 3), yang terdiri dari beberapa bagian: ● Pars squamosa memiliki penampakan seperti lempeng datar yang besar, membentuk bagian anterior dan superior tulang temporale, berkontribusi untuk dinding lateral cranium, dan bersendi di anterior dengan ala major ossis sphenoidale pada sutura sphenosquamosa, dan di superior dengan tulang parientale pada sutura squamosa. ● Processus zygomaticus adalah proyeksi tulang ke anterior dari facies inferior pars squamosa tulang temporale yang awalnya mengarah ke lateral dan kemudian membelok ke anterior untuk bersendi dengan processus temporalis tulang zygomaticum untuk membentuk arcus zygomaticus. ● Langsung di bawah asal processus zygomaticus dari pars squamosa tulang temporale ada pars tympanica tulang temporale, dan tampak jelas pada permukaan pars tympanica ini ada porus acusticus extenus yang menuju ke meatus acusticus externus (canalis auris). ● Pars petromastoidea, yang biasanya dipisahkan menjadi pars petrosa dan pars mastoidea untuk memudahkan deskripsi.



7



Gambar 3 Pandangan Lateral Cranium (sumber : grey’s anatomy)



Tepat di lateral dari pars basilaris tulang occipitale ada pars petrosa dari pars petromastoidea tiap tulang temporale. Tampilan berbentuk baji, dengan apex dianteromedial, pars petrosa tulang temporale berada di antara ala major ossis sphenoidalis di anterior dan pars basilaris tulang occipitale di posterior. Apex membentuk salah satu batas foramen lacerum, suatu lubang tidak beraturan yang saat hidup terisi dengan tulang rawan (Gambar 4). Batas-batas lain foramen lacerum adalah pars basilaris tulang occipitaledi sebelah medial dan corpus sphenoidaledi sebelah anterior. Posterolateral dari foramen lacerum, sepanjang pars petrosa tulang temporale, ada lubang melingkar yang lebar untuk canalis caroticus. Di antara pars petrosa tulang temporale dan ala major dari sphenoidale terdapat sulcus untuk pars cartilaginea tuba pharyngotympanica (tuba auditiva). Sulcus ini berlanjut ke posterolateral ke dalam canalis bagian tulang tuba pharyngotympanica pada pars petrosa tulang temporale. Di lateral pada bagian posterior basis cranii ada tulang temporale. Bagian-bagian tulang temporale yang tampak pada lokasi ini adalah pars mastoidea dari pars petromastoidea dan processus styloideus (lihat Gambar 4).



8



Gambar 4 Pandangan Inferior Cranium (sumber : grey’s anatomy)



2.1.3 Os Parietal Pandangan lateral Pandangan lateral cranium terdiri dari dinding lateral cranium, yang termasuk bagian lateral calvaria dan tulang-tulang facialis, dan separuh rahang bawah (Gambar 3: lihat juga Gambar 5). Tulang-tulang yang membentuk bagian lateral calvaria termasuk



tulang frontale, tulang parietale, tulang



occipitale, tulang sphenoidale, dan tulang temporale. Bagian lateral calvaria Bagian lateral calvaria berawal di anterior dengan tulang frontale. Pada regio yang lebih superior, tulang frontale bersendi dengan tulang parietale pada sutura coronalis (Gambar 3). Kemudian tulang parietale bersendi dengan tulang occipitale pada sutura lamhdoidea. Pada sisi inferior bagian lateral calvaria. tulang frontale bersendi dengan ala major ossis sphenoidale (Gambar 3), yang kemudian bersendi dengan tulang parietale pada sutura sphenoparietalis, dan dengan tepi anterior tulang temporale pada sutura sphenosquamosa.



9



Tempat pertemuan tulang frontale, tulang parietale, tulang sphenoidale, dan tulang temporale yang sangat berdekatan adalah pterion (Gambar 3). Konsekuensi klinis patah tulang cranium pada daerah ini bisa sangat serius. Tulang pada daerah ini tipis dan menutupi divisi anterior arteria meningea media, yang dapat robek karena patah tulang cranium pada daerah ini, dan menyebabkan hematoma extradurale.



Gambar 5 Pandangan Lateral Tiga Dimensi Menggunakan Multidetector Computed Tomography (sumber : grey’s anatomy)



Daerah datar di tengah atau pars squamosa tulang occipitale adalah struktur utama pandangan cranium dari posterior (Gambar 6). Di posterior struktur ini bersendi dengan sepasang tulang parietale pada sutura lambdoidea dan di lateral dengan tiap tulang temporale pada sutura occipitomastoidea. Dalam arah anterior ke posterior, Tulang frontale yang tidak berpasangan bersendi dengan sepasang tulang parietale pada sutura coronalis. ●



Dua tulang parietale saling bersendi di garis tengah pada sutura sagittalis.



10







Tulang parietale bersendi dengan tulang occipitale yang tidak berpasangan



pada sutura lambdoidea. Gambar 6 Pandangan Posterior Cranium (sumber : grey’s anatomy)



2.1.4 Os Occipitale Tulang occipitale adalah elemen tulang utama bagian posterior basis cranii (Gambar 7). Tulang ini memiliki empat bagian yang tersusun di sekitar foramen magnum, yang merupakan ciri utama bagian posterior basis cranii yang melaluinya encephalon bersinambungan dengan medulla spinalis. Bagian-bagian tulang occipitale adalah pars squamosa, yang terletak posterior dari foramen magnum, pars lateralis, yang terletak di lateral dari foramen magnum, dan pars basilaris, yang terletak di anterior dari foramen magnum (Gambar 7). Pars squamosa dan pars lateralis adalah komponen bagian posterior basis cranii. Ciri pars squamosa tulang occipitale yang paling kelihatan, ketika memeriksa pandangan inferior cranium, adalah crista pada tulang (crista occipitalis externa) yang meluas ke bawah dari protuberantia occipitalis externa menuju foramen magnum. Linea nuchae inferior ke lateral dari titik tengah crista. Tepat di lateral dari foramen magnum ada pars lateralis tulang occipitale, yang berisi banyak ciri struktural penting. Pada tiap tepi anterolateral foramen magnum terdapat condylus 11



occipitalis yang mernbulat (Gambar 7). Sepasang struktur ini bersendi dengan atlas (vertebra CI). Posterior dari tiap condylus ada cekungan (fossa condylaris) berisi canalis condylaris, dan anterior dan posterior dari tiap condylus ada canalis hypoglossi yang besar. Lateral dari tiap canalis hypoglossi ada foramen jugulare yang besar dan tidak beraturan, yang dibentuk oleh incisura jugularis tulang occipitale dan incisura jugularis tulang temporale yang saling berhadapan.



Gambar 7 Pandangan Posterior dan Superior Cranium (Sumber: Gray Anatomy)



2.1.5 Os Sphenoidale Os sphenoidale terletak di Antara os frontale dan maxilla. Os sphenoidale yang tidak berpasangan menghubungkan viserocranium dengan neurocranium. Dari corpus ossis sphenoidalis muncul dua pasang tulang berbentuk sayap (alae). Alae minors terletak di atas, Alae majores di bawah, dan dibawahnya menonjol procc. Pterygoidei. Bagian tengah os sphenoidale mengandung sinus sphenoidales. Crista sphenoidalis membagi bagian anterior corpus menjadi dua belahan.



12



Gambar 8 Os sphenoidale; dilihat dari frontal (Sumber : Gray Anatomy)



Gambar 9 Os sphenoidale; dilihat dari posterior (Sumber : Gray Anatomy)



Alae minor dan alae major ossis sphenoidalis ikut serta membentuk visura orbitalis superior. Dikedua sisi, procc. Pterygoideus terbagi menjadi lamina medialis yang lebih kecil dan lamina lateralis yang lebih besar, membentuk incisura (Visura) pterygoidea dan menutupi fosa pterygoidea. Hamulus pterygoideus adalah perluasan lamina medialis ke kaudal. Dipangkalnya, canalis pterygoideus menembus os sphenoidale dan masuk ke dalam fosa pterygopalatina.



13



Gambar 10 Os sphenoidale; dilihat dari superior (Sumber: Gray anatomy)



Bagian tengah os sphenoidale terdiri dari sella turcica dengan fossa hypophysialis. Tuberculum sellae membentuk batas anterior fosa hypophysialis dan meluas ke lateral menjadi procc. Clinoideus medius. Sulcus prechiasmaticus dan jugum sphenoidale terletak di depan tuberculum sellae. Clivus membentuk bagian posterior dari sella turcica yang berbentuk plana, dan procc. Clinoideus posterior mencerminkan ujung lateral yang meninggi dari batas atasnya. Di daerah sella turcica dan dibatas anteriornya, canalis opticus menembus ala minor. Foramina rotundum, ovale, dan spinosom menembus ala major secara bilateral dalam arah anterior cranial ke posterior caudal. 2.1.6 Os Ethmoidale Tulang ethmoidale merupakan salah satu tulang yang paling kompleks dalam cranium. Tulang tersebut berkontribusi pada atap, dinding lateral, dan dinding medial kedua cavitas nasi, dan berisi cellulae ethmoidales (sinus ethmoidales). tulang ethmoidale secara keseluruhan mempunyai bentuk cuboideum dan tersusun oleh 2 kotak berbentuk segiempat yang disebut labyrinthus ethmoidalis, satu pada tiap sisi, bergabung di superior melintasi garis tengah melalui suatu lempeng tulang yang berlubang-lubang (lamina et foramina cribrosa). Lempeng tulang kedua



14



(lamina perpendicularis) berjalan turun secara verticalis di dalam bidang sagittalis median dari lamina cribrosa untuk membentuk bagian dari septum nasi. Tiap labyrinthus ethmoidalis tersusun dari 2 lapis tulang yang lembut, yang mengapit cellulae ethmoidales. Lamina cribosa berada di apex cavitas nasi dan mengisi incisura Ethmoidalis di dalam tulang frontale dan memisahkan cavitas nasi di bawah dari cavitas cranii di atas. Lubang-lubang kecil di dalam tulang memungkinkan serabutserabut nervi olfactorii [I] untuk berjalan di antara 2 regio tersebut. Sebuah processus besar berbentuk segitiga (crista galli) pada garis tengah pada permukaan superior lamina cribrosa merupakan tempat perlekatan suatu lipatan (fabc cerebri) dari dura mater di dalam cavitas cranii. Lamina perpendicularis tulang ethmoidale mempunyai bentuk segiempat, berjalan turun pada garis tengah dari lamina cribrosa, dan membentuk bagian atas septum nasi di tengah (Gambar 11).



Gambar 11 Tulang Ethmoidale A. Bentuk Keseluruhan B. Irisan Coronalis melalui Cranium. (Sumber: Gray Anatomy)



15



2.2 Anatomi Os nasale, Os palatina, Os concha nasalis inferior, Os vomer, Os Maksila, Os Mandibula 2.2.1 Os nasale Di dalam hidung (nasus) terdapat organum olfactorium perifer. Fungsi hidung dan cavitas nasi berhubungan dengan fungsi penghidu, pernapasan, pernyaring debu, pelembapan udara pernapasan, dan penampungan sekret dari sinus paranasales dan ductus nasolacrimalis. Bentuk luar hidung sangat bervariasi dalam hal ukuran dan bentuk, terutama karena perbedaan pada tulang-tulang rawan hidung. Punggung hidung meluas dari akar hidung di wajah ke puncaknya (ujung hidung). Pada permukaan inferior terdapat dua lubang, yakni naris anterior yang terpisah satu dari yang lain oleh septum nasi. Septum nasi ini yang untuk sebagian berupa tulang dan untuk sebagian berupa tulang rawan, membagi cavitas nasi menjadi dua rongga kanan dan kiri. Septum nasi terdiri dari komponen: Lamina perpendicularis ossis ethmodialis, Vomer, dan cartilago septi nasi.



Gambar 12 Bagian Septum Nasi (Sobota 21st ed)



16



Lamina perpendicularis yang membentuk bagian atas septum nasi, adalah tipis dan melintas ke bawah dari lamina perpendicularis ossis etmodialis. Vomer, sebuah tulang yang tipis dan melanjutkan lamina perpendicularis ossis ethmodialis ke bawah, membentuk bagian posteroinferior septum nasi. Bagian ini berhubungan dengan lamina perpendicularis ossis ethmodialis dan dengan cartilago septi nasi.



Bagian hidung yang berupa tulang terdiri dari: Kedua os nasale, Processus frontalis maxiallae dan Pars nasalis ossis frontalis. Gambar 13 Rangka hidung: tampak lateral (90%) (Sobota 21st ed)



Cavitas nasi yang dapat dimasuki lewat nares anteriores berhubungan dengan nasopharynx melalui kedua choana (nares posteriores). Cavitas nasi dilapisi oleh membran mukosa, kecuali vestibulum nasi yang dilapisi oleh kulit. Membran mukosa hidung melekat sangat erat pada periosteum dan perikondrium tulang dan tulang rawan hidung. Membran mukosa ini bersinambungan dengan membran mukosa yang melapisi nasopharynx di sebelah posterior, sinus paranasales di sebelah superior dan lateral, dan saccus lacrimalis dan conjunctiva di sebelah superior. Bagian dua pertiga inferior membran mukosa hidung termasuk area respiratoria, dan bagian sepertiga superior adalah area olfactoria. Udara yang melewati area respiratoria dihangatkan dan dilembapkan sebelum memasuki saluran napas lebih lanjut ke paru-paru. Area respiratoria berisi organum olfactorium perifer; dengan mendengus udara tersedot ke daerah ini. Batas-batas:



17



● Atap cavitas nasi berbentuk lengkung dan sempit, kecuali pada ujungnya di sebelah posterior; di sini dapat dibedakan tiga bagian (frontonasal, etmoidal, dan sfenoidal) yang dinamakan sesuai dengan nama tulang-tulang pembatasnya ● Dasar cavitas nasi yang lebih luas daripada atapnya, dibentuk oleh processus palatinus maxialle dan lamina horizontalis ossis palatini ● Dinding medial cavitas nasi dibentuk oleh septum nasi ● Dinding lateral cavitas nasi berwujud tidak rata karena adanya tiga tonjolan yang berbentuk seperti gulungan, yakni conca nasalis (jamak, conchae nassales)



Gambar 14 Dinding lateral rongga hidung, Cavitas Nasi ; potongan paramedian; sebagian selaput lendir dilepas; tampak median (Sobota 21st ed)



2.2.2 Os palatina Palatum adalah atap rongga mulut, secara anatomi palatum terbagi menjadi palatum durum dan palatum mole. Dua pertiga anteriornya adalah palatum durum, yang tersusun atas processus palatinusosmaxillaedan pars horizontalis ossi palatini dan sepertiga posterior palatum adalah palatum mole merupakan suatu jaringan fibromuskuler, dibentuk oleh beberapa otot yang melekat pada bagian posterior palatum durum.Terdapat bangunan penting pada proses pembentukan palatum antaralain: Tulang maksilaris yang menutupi bagian atas dari palatum,rongga palatal yang terbentuksaat perkembangan tulang maksila pada embriologi dan proses pembentukan tulang fronto nasal.



18



Gambar 15 Palatum (sumber: Anatomi Klinis Dasar)



2.2.3 Os concha nasalis inferior Concha nasalis superior, concha nasalis media, dan concha nasalis inferior membagi cavitas nasi menjadi empat lorong yaitu meatus nasalis superior, meatus nasalis medius, meatus nasalis inferior, dan hiatus semilunaris. Meatus masalis superior adalah sebuah lorong yang sempit antara concha nasalis superior dan concha nasalis media dan merupakan tempat bermuaranya sinus etmodialis superior melalui satu atau lebih lubang.



Gambar 16 Dinding lateral rongga hidung, Cavitas Nasi ; potongan paramedian; tampak median (Sobota 21st ed)



Meatus nasalis medius berukuran lebih panjang dan lebih luas daripada yang atas, bagian anterosuperior meatus nasalis medius ini berhubungan dengan sebuah lubang yang berbentuk sebagai corong, yakni infundibulum yang merupakan jalan pengantar ke dalam sinus frontalis. Hubungan dari masing-masing sinus frontalis



19



ke infundibulum terjadi melalui ductus frontonasalis. Sinus maxillaris juga bermuara ke dalam meatus nasalis medius. Meatus nasalis inferior adalah sebuah lorong horisontal yang terletak inferolateral terhadap concha nasalis inferior. Ductus nasolacrimalis bermuara di bagian anterior meatus nasalis inferior. Hiatus semilunaris adalah sebuah alur yang berbentuk setengah lingkaran dan merupakan muara sinus frontalis. Bulla ethmodialis adalah sebuah tonjolan yang membulat di sebelah superior hiatus semilunaris, dan baru terlihat setelah concha nasalis media disingkirkan. Bulla ethmoidalis ini dibentuk oleh celullae ethmoidales tengah yang membentuk sinus ethmoidalis. Di dekat semulunaris terdapat lubang sinus ethmoidalis anterior.



Gambar 17 Dinding lateral hidung (sumber: Dr. D Armstrong, Associate Professor of Radiology, University of Toronto, Toronto, Ontario, Canada.)



2.2.4 Os vomer Secara anterior, vomer kecil berada di garis tengah, bersandar di tulang sphenoid. Vomer berkontribusi pada pembentukan septum nasal tulang yang memisahkan kedua choanae.



20



Gambar 18 os vomer (sumber: sobotta 15th ed) Gambar 19 Letak os vomer (sumber grey’s anatomy)



2.2.5 Os maksila Bagian wajah antara orbit dan gigi atas dan setiap aw atas dibentuk oleh maksila berpasangan. Secara superior, masing-masing maksila berkontribusi pada inferior dan pelek medial orbit. Secara lateral, proses zygomatik dari masing-masing maksila berartikulasi dengan tulang zygomatik dan secara medial, proses frontal masing - masing maksila berartikulasi dengan tulang frontal. Inferior, bagian dari masing-masing rahang atas, lateral ke pembukaan dari rongga hidung, adalah tubuh rahang atas. Di permukaan anterior tubuh maksila, cukup di bawah tepi inferior



21



orbit, adalah infra-orbital foramen. Rendahnya, setiap rahang atas mengakhiri proses alveolar, yang berisi gigi dan membentuk bagian atas.



Gambar 20 Letak os maksila (sumber: grey’s anatomy)



2.2.6 Os mandibula Mandibula (rahang bawah) menyajikan tubuh dan sepasang rami. Ini terdiri dari tubuh mandibula anterior dan ramus mandibula posterior. Ini bertemu posterior di sudut rahang bawah. Semua bagian mandibula ini terlihat sedikit banyak, dalam tampilan anterior. Tubuh mandibula dibagi menjadi: • Bagian bawah adalah dasar mandibula. • Bagian atas adalah bagian alveolar mandibula. Sudut tumpul mandibula dapat dengan mudah dirasakan in vivo: titik yang paling menonjol disebut gonion. Mandibula berkembang secara bilateral, tetapi persatuan tulang antara kedua bagian terjadi selama tahun pertama pascakelahiran. ●



Tubuh.



Tubuh berbentuk U (gbr. 42-21) menghadirkan permukaan eksternal dan internal serta batas superior dan inferior. Garis fusi dari dua bagian mandibula pada simfisis menti umumnya terlihat pada permukaan eksternal. Ketinggian di bawah ini, disebut tonjolan mental, mengarah lateral ke tuberkel mental di setiap sisi, dan, dari sini, garis miring berjalan ke belakang dan ke atas ke batas anterior ramus. Foramen mental, seringkali di bawah premolar kedua, mentransmisikan saraf dan pembuluh darah mental. Batas atas tubuh mandibula adalah bagian alveolar dan berisi gigi bawah di soket, atau alveoli. Tepi bagian alveolar adalah lengkung alveolar. Batas bawah mandibula adalah pangkalannya, di atas atau di belakangnya



22



terdapat depresi kasar di dekat simfisis, fosa digastrik. Arteri wajah melintasi alas (tempat denyutnya dapat dirasakan) beberapa sentimeter di depan sudut. Di dekat simfisis, permukaan internal menunjukkan ketinggian yang tidak teratur, tulang belakang mental, yang mungkin terdiri dari beberapa tuberkel genial. Lebih jauh ke belakang, garis mylohyoid berjalan mundur dan naik ke titik di belakang molar ketiga. Di bawah garis, fovea submandibular mengangkut kelenjar submandibular, sedangkan, lebih jauh ke depan, fovea sublingual (untuk kelenjar sublingual) terletak di atas garis mylohyoid.







Ramus.



Ramus adalah lempeng segi empat dengan permukaan lateral dan medial. Permukaan lateral memberikan penyisipan ke masseter. Permukaan medial menunjukkan foramen mandibula, yang mengarah ke bawah dan ke depan ke kanal mandibula dan mentransmisikan saraf alveolar dan pembuluh darah inferior. Foramen dibatasi secara medial dengan proyeksi, lingula, tempat ligamentum sphenomandibular melekat. Kanal mandibula mengeluarkan kanal samping yang terbuka pada foramen mental dan kemudian berjalan sejauh bidang median. Alur mylohyoid (untuk saraf dan pembuluh mylohyoid) dimulai di belakang lingula dan turun ke fovea submandibular. Permukaan medial dekat sudut memberikan penyisipan ke otot pterigoid medial. Batas anterior ramus yang tajam dapat dirasakan di dalam mulut. Perbatasan posterior bulat terkait dengan kelenjar parotis. Batas atas cekung ramus, takik mandibula, dibatasi di depan oleh proses koronoid, di mana temporalis dimasukkan. Takik dibatasi di belakang oleh proses condylar, yaitu, kepala dan leher mandibula. Kepala, atau kondilus, ditutupi dengan fibrokartilago, berartikulasi secara tidak langsung dengan bagian skuamosa tulang temporal pada sendi temporomandibular. Ujung lateral kondilus dapat dirasakan secara in vivo. Leher memberikan insersi ke otot pterigoid lateral.



23



Gambar 21 os mandibula (sumber: o’rahilly)



Gambar 22 os mandibula (sumber: sobotta 23rd ed)



24



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Cranium terdiri dari beberapa tulang diantaranya tulang parietale, frontal, temporal, occipital, sphenoidal, ethmoidal yang berada di bagian atas untuk melindungi otak. Selain itu, juga terdapat tulang-tulang di bagian bawah yaitu rongga hidung dan mulut yang terdiri dari tulang nasal, palatina, concha nasalis inferior, vomer, maksila dan mandibula.



3.2 Saran Cranium merupakan bagian yang penting bagi tubuh manusia, karena melindungi otak kita yang merupakan pusat dari seluruh aktivitas pada tubuh. Pembaca diharapkan dapat memahami anatomi pada cranium sehingga dapat menjaga kesehatan tubuh khususnya cranium. Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca.



BAB IV DAFTAR PUSTAKA



25



1. Sobotta. Atlas of Human Anatomy. 23rd ed. Munchen: Urban & Fischer; 2014. 2. O’Rahilly. Basic Human Anatomy: A Regional Study of Human Sructure. Saunders; 1983. 3. Moore. Anatomi Klinis Dasar. EGC; 2002.



26