4 0 847 KB
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK : ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE
Disusun Oleh : Eri Herawati 20214663026
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK : DIARE 1.1 Definisi Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Juffrie M, et al, 2014) Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja (Kemenkes RI, 2011). Pada pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan pengeluaran tinja lebih dari 3x dalam 24 jam dengan konsistensi lunak atau cair. 1.2 Etiologi Menurut Juffrie M, et al, 2014 etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab: 1. Faktor Infeksi 1) Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus
aureus, Campylobacter
aeromonas 2) Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3) Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis 2. Faktor Non Infeksi 1) Malabsorpsi : Malabsorbsi merupakan akumulasi karbohidrat seperti
laktosa, sukrosa, glukosa dan galaktosa dalam jumlah cukup besar di intestinal dapat disebabkan oleh gangguan transportasi baik kongenital maupun dapatan. Misalnya pada laktosa intoleransi, terjadi penurunan fungsi enzim laktase dari brush border usus halus. Laktosa tidak dapat dipecah sehingga tidak dapat diabsorpsi. Laktosa yang tidak tercerna menarik air ke dalam lumen sehingga terjadilah diare. Defisiensi enzim laktase dapat terjadi primer maupun sekunder 2) Makanan : Makanan yang dapat menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun serta makanan yang belum matang apabila dimakan akan membuat toksin masuk kedalam tubuh, dan mekanisme pengeluaran toksin membuat hiperperistaltik pada usus sehingga membuat diare. 3) Psikologis : Rasa takut, cemas dan tegang yang berlebihan akan membuat
perangasangan
pada
hipotalamus
yang
kemudian
mengaktifkan enzim adrenaline yang meningkatkan peristaltik usus sehingga menimbulkan diare (Juffrie M, et al, 2014). 1.3 Cara Penularan dan Faktor Resiko Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah: a. Faktor perilaku Faktor perilaku antara lain: 1.
Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
2. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu 3.
Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak. 4.
Penyimpanan makanan yang tidak higienis
b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan antara lain: 1)
Ketersediaan
air
bersih
yang
tidak
memadai,
kurangnya
ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) 2)
Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/ imunosupresi dan penderita campak (Juffrie M, et al, 2014).
1.4 Klasifikasi Terdapat beberapa pembagian diare: 1. Berdasarkan lamanya diare: a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut. 2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik: a. Diare sekresi (secretory diarrhea) b. Diare osmotic (osmotic diarrhea) (Juffrie M, et al, 2014). 1.5 Manifestasi klinis Penderita dengan diare mengeluarkan tinja cair yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan
yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat (Juffrie M, et al, 2014). Berikut ini merupakan tanda dan gejala dehidrasi : Tabel 1 : Tanda dan Gejala Dehidrasi Penilaian Keadaan Umum
A Baik, sadar
B Gelisah, rewel
C Lesu, lunglai, atau
Mata
Norma
Cekung
tidak sadar Sangat cekung
Air mata Mulut dan lidah Rasa haus
Ada Basah Minum biasa,
Tidak ada Kering Haus, ingin minum
dan kering Tidak ada Sangat kering Malas minum
tidak haus
banyak
atau tidak bisa
Turgor kulit
Kembali cepat
Kembali lambat
minum Kebali sangat
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
lambat Dehidrasi berat
ringan/sedang Sumber : Kemenkes 2011 Biasanya gejala diare dapat dikenali secepat mungkin setelah penderitanya mengalami frekuensi buang air besar secara berlebihan. Selain itu, berikut adalah gejala diare akut, persisten dan kronis sebagai berikut:
Fases sangat encer atau cair.
Sakit perut seperti mulas atau kram.
Mual hingga muntah.
Sakit kepala atau pusing.
Demam.
Tidak nafsu makan.
Selalu merasa haus meski sudah minum.
Dehidrasi.
Fases berdarah.
Kulit kering (Kemenkes RI, 2011).
1.6 Patofisiologi Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan
serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan mengabsorbsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan
dalam
absorpsi
dan
peningkatan sekresi mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam mengabsorpsi. Mekanisme ini sangat dipengaruhi oleh faktor mukosa maupun faktor intra luminal saluran cerna. Faktor mukosa dapat berupa perubahan dinamik mukosa yaitu adanya peningkatan cell turnover dan fungsi usus yang belum matang dapat menimbulkan gangguan absorpsi-sekresi dalam saluran cerna. Penurunan area permukaan mukosa karena atrofi virus, jejas pada brush border dapat menurunkan absorpsi. Selain itu, gangguan pada sistem pencernaan (enzim spesifik) atau transport berupa defisiensi enzim disakaridase dan enterokinase serta kerusakan pada ion transport (Na+/H+, Cl-/HCO3-) juga menimbulkan gangguan absorpsi. Faktor-faktor dalam intraluminal sendiri juga ikut berpengaruh, seperti peningkatan osmolaritas akibat malabsorpsi (defisiensi disakaridase) dan bacterial overgrowth. Insufisiensi pankreatik eksokrin, defisiensi garam empedu dan parasit adalah faktor intra luminal lain penyebab
penurunan
absorbsi.
Sedangkan peningkatan sekresi disebabkan oleh toksin bakteri ( toxin cholera, E. coli), mediator inflamasi ( eicosanoids, produk sel mast lain), asam empedu dihidroksi, asam lemak hidroksi dan obat-obatan. Adapun faktor sersebut dapat menimbulkan diare sekresi dan diare osmotik : 1. Diare Osmotik Pada diare osmotik didapatkan substansi intraluminal yang tidak dapat diabsorpsi dan menginduksi sekresi cairan. Biasanya keadaan ini berhubungan dengan terjadinya kerusakan dari mukosa saluran cerna. Akumulasi dari zat yang tidak dapat diserap, misalnya magnesium (laksan, antasid), karbohidrat atau asam amino lumen usus di dalam lumen usus atau malabsorbsi menyebabkan peningkatan tekanan osmotik intraluminal, sehingga terjadi pergeseran cairan plasma ke intestinal. Akumulasi karbohidrat merupakan salah satu contoh dari tipe diare ini dan paling sering terjadi. Karbohidrat seperti laktosa, sukrosa, glukosa dan galaktosa
dalam jumlah cukup besar di intestinal dapat disebabkan oleh
gangguan transportasi baik kongenital maupun dapatan. Misalnya pada laktosa
intoleransi, terjadi penurunan fungsi enzim laktase dari brush border usus halus. Laktosa tidak dapat dipecah sehingga tidak dapat diabsorpsi. Laktosa yang tidak tercerna menarik air ke dalam lumen sehingga terjadilah diare. Defisiensi enzim laktase dapat terjadi primer maupun sekunder. Hal tersebut dinamakan malabsorbsi. 2. Diare sekretonik Diare sekretorik mempunyai karakteristik adanya peningkatan kehilangan banyak air dan elektrolit dari saluran pencernaan. Diare sekretorik terjadi karena adanya hambatan absorpsi Na oleh vilus entrosit serta peningkatan sekresi Cl oleh kripte. Na+ masuk ke dalam sel saluran cerna dengan 2 mekanisme pompa Na+, yang memungkinkan terjadi pertukaran Na+-glukosa, Na+-asam amino, Na+-H+ dan proses elektrogenik melalui Na channel. Cl- masuk ke dalam ileum melalui pertukaran Cl-/HCO3-.Peningkatan sekresi intestinal diperantarai oleh hormon (Vasoactive intestinal polypeptide VIP), toksin dari bakteri (E. coli, Cholera) virus dan protozoa yang dapat mengaktivasi adenil siklase melalui rangsangan pada protein G enterosit. Akan terjadi peningkatan cyclic AMP intraseluler pada mukosa intestinal akan mengaktifasi protein signalling tertentu, akan membuka channel chloride. Stimulasi sekresi khlorida merupakan respon pada toksin kholera atau cholera-like toxin yang diperantara oleh peningkatan konsentrasi cAMP. Enterotoksin lain
akan
meningkatkan
sekresi
intestinal
dengan
meningkatkan cGMP atau konsentrasi kalsium intraseluler. Nitric-oxide diduga berperanan dalam pengendalian sekresi Cl. Peningkatan sekresi pada sel kripte dengan hasil akhir berupa peningkatan sekresi cairan yang melebihi kemampuan absorpsi maksimum dari kolon
dan berakibat
adanya
diare.
Pada
diare
sekretorik biasanya pengeluaran tinja dalam jumlah besar, menetap meskipun dipuasakan dan memiliki komposisi elektrolit yang isotonik. Osmolalitas tinja isotonik dengan plasma. Tipe diare ini banyak terjadi pada diare yang disebabkan oleh infeksi, misalnya akibat enterotoksin Kolera, E. coli, Virus, dan parasit lainya. Secara skematik perbedaan tipe diare osmotik dan sekretorik dapat di lihat dalam gambar 1 di bawah ini.
Sekretorik
AIR
AIR
Volume feses
Meningkat sedang
Sangat banyak
Respon bila puasa
Diare berhenti
Diare berlanjut
Osmolaritas tinja
Normalmeningkat
Normal
Ion Gap >
< 100 mOsm/kg
100 mOsm/kg
Gambar 1. Skema diare osmotik dan sekretorik 3. Makanan yang dapat menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun serta makanan yang belum matang apabila dimakan akan membuat toksin masuk
kedalam
tubuh,
dan
mekanisme
pengeluaran
toksin
membuat
hiperperistaltik pada usus sehingga membuat diare. 4. Psikologis : Rasa takut, cemas dan tegang yang berlebihan akan membuat perangasangan pada hipotalamus yang kemudian mengaktifkan enzim adrenaline yang meningkatkan peristaltik usus sehingga menimbulkan diare. Diare akan membuat tubuh kehilangan cairan dan elektrolit. Hal tersebut akan bertambah bila penderita mengalami muntah. Kehilangan cairan juga dapat meningkatkan suhu tubuh pada penderita dikarenakan berkurangnya cairan yang berfungsi sebagai penyeimbang . Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler yang membuat asisdosis metabolik dan menimbukan sesak pada penderita apabila tidak segera ditangani serta akan menimbulkan kematian bila tidak diobati dengan tepat terutama pada anak (Juffrie M, et al, 2014).
Faktor intraluminal dan faktor mukosa
1.7 WOC
Faktor Non Infeksi
Infeksi
Bakteri :
Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, dll.
Virus :
Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Astrovirus
Parasit :
Protozoa, Entamoeba
Keracunan makanan
Toksin masuk kedalam tubuh
Masuk dan berkembang dalam usus melalui makanan/tangan yang tidak dicuci
Hipersekresi toksin
Makanan
Psikologi
Malabsorpsi
Enzim pankreatik berkurang dan gangguan asam empedu
Cemas
Peningkatan hipotalamus Proses homeostasis tubuh dalam mengeluarkan toksin
Diare Osmotik
Meningkatkan tekanan osmotik
Peningkatan hormon adrenalin
Meningkatkan sekresi Diare pada selSekresi kripte
Hiperperistaltik
Hiperekresi air dan elektrolit
Diare
Frekuensi BAB Meningkat
Menurunnya kesempatan usus Pergeseran air menyerap makanan dan elektrolit ke rongga usus
Distensi abdomen
Mual Muntah Resiko Syok Hipovolemi
Kehilangan cairan dan elektrolit berlebihann
Asidosis metabolik Nausea
Hipovolemia
Sesak
Nafsu makan menurun
Cairan dalam tubuh menurun Sesak
Pola Nafas tidak Efektif Resiko ketidakseimbangan
Hipertermia
elektrolit
BB Menurun
Resiko Defisit nutrisi
1.8 Penatalaksanaan Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu: 1) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 2) Teruskan pemberian ASI dan Makanan 3) Antibiotik Selektif 4) Nasihat kepada orang tua/pengasuh 5) Oralit Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi. Selain adanya program LINTAS diare, adapula penatalaksanaan diare lainnya, yakni : Diare tanpa dehidrasi Umur < 1 tahun
: ¼ - ½ gelas
setiap kali anak diare Umur 1 – 4 tahun
:½-
1 gelas setiap kali anak diare Umur diatas 5 Tahun : 1 - 1½ gelas setiap kali anak mencret
Diare dengan dehidrasi ringan sedang Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. Diare dengan dehidrasi berat Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus. Tabel 2 : Rehidrasi dehidrasi berat Umur
Jumlah oralit yang
< 12 bulan 1-4 tahun > 5 tahun Dewasa
diberikan tiap BAB 50-100 ml 100-200 ml 200-300 ml 300-400 ml
Jumlah oralit yang disediakan di rumah 400 ml/hari ( 2 bungkus) 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus) 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus) 1200-2800 ml/hari
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. Zinc Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita: 1
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
2
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. Pemberian ASI/makanan Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan. Pemberian Nasihat Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang: 1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah 2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : a.
Diare lebih sering
b.
Muntah berulang
c.
Sangat haus
d.
Makan/minum sedikit
e.
Timbul demam
f.
Tinja berdarah
g.
Tidak membaik dalam 3 hari.
1.8 Pemeriksaan Dianostik Pemeriksaan Penunjang Diare. Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Juffrie M, et al, (2014). yaitu dengan 1) Pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer
lengkap, ureum,
kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C). Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksik (C. Difficile), antigen (E. Hystolitica). Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses. Pemeriksaan parasit : amoeba,hif). 2) Pemeriksaaan kultur feses. Pada kasus ringan, diare bisa teratasi dalam waktu < mistrust (usia 0-1 tahun), otonomi/mandiri >< malu/ragu-ragu (usia 2-3 tahun), inisiatif >< rasa bersalah (usia 3-6 tahun), keaaktifan >< rendah diri (usia 6-12 tahun), identitas >< fusi identitas (usia 12-20 tahun) Perkembangan personal-sosial anak pada usia toddler sebagai berikut. 1) Usia 12-18 bulan anak mampu bermain sendiri di dekat orang dewasa yang sudah dikenal, mampu menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis, anak mampu mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu, memeluk orang tua, memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing. 2) Usia 18-24 bulan anak mampu minum dari cangkir dengan dua tangan, belajar makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki serta mampu melepas pakaian tanpa kancing, belajar bernyanyi, meniru aktifitas di rumah, anak mampu mencari pertolongan apabila ada kesulitan atau masalah, dapat mengeluh bila basah atau kotor, frekuensi buang air kecil dan besar sesuai, muncul kontrol buang air kecil biasanya tidak kencing pada siang hari, mampu mengontrol buang air besar, mulai berbagi mainan dan bekerja bersama-sama dengan anakanak lain, anak bisa mencium orang tua. 3) Usia 24-36 bulan anak mampu menunjukkan kemarahan jika keinginannya terhalang, mampu makan dengan sendok dan garpu secara tepat, mampu dengan baik minum dari cangkir, makan nasi sendiri tanpa banyak yang tumpah, mampu melepas pakaian sendiri, sering menceritakan pengalaman baru, mendengarkan cerita dengan gambar, mampu bermain pura-pura, mulai membentuk hubungan sosial dan mampu bermain dengan anak-anak lain, menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan ditambahkan gerakan isyarat. (Erb, Berman, & Snyder, 2011).
(4) Perkembangan seksualitas Teori psikoseksual oleh Sigmund Freud menjelaskan bahwa tahap perkembangan anak memiliki ciri dan waktu tertentu serta diharapkan berjalan secara kontinyu. Berikut perkembangan psikoseksual anak usia 12-36 bulan menurut Freud. 1) Fase oral (umur 0-1 tahun) Tahap ini anak akan selalu memasukkan segala sesuatu yang berada di genggamannya ke dalam mulut. Peran dan tugas ibu disini adalah memberikan pengertian bahwa tidak semua makanan dapat dimakan. 2) Fase anal (umur 2-3 tahun) Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terhadap anus. 3) Fase phallic/oedipal (3-6 tahun) Anak senang memegang genetalia, anak cenderung akan dekat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin (anak perempuan akan lebih dekat dengan bapak) dan mempunyai rasa persaingan ketat dengan orang tua sesama jenis (merasa tersaingi oleh bapak dalam mendapatkan kasih sayang ibu). 4) Fase Laten (6-12 tahun) Anak mulai megeksplor dunia luar, mulai mencari teman sebaya untuk diajak bermain. 5) Fase Genital Pemusatan seksual pada genetalia, anak belajar menentukan identitas dirinya, belajar untuk tidak tergantung dengan orang tua, bertanggung jawab pada dirinya sendiri, mulai ada perasaan senang dengan lawan jenis (Erb, Berman, & Snyder, 2011). (5) Perkembangan kognitif anak usia toddler Perkembangan kognitif anak meliputi semua aspek perkembangan anak yang berkaitan dengan pengertian mengenai proses bagaimana anak belajar dan memikirkan lingkungan. Kognisi meliputi persepsi (penerimaan indra dan makna
yang diindra), imajinasi, menangkap makna, menilai dan menalar. Semua bentuk mengenal, melihat, mengamati, memperhatikan, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai adalah kognisi (Sulistyawati, 2015). Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak dibagi dalam empat tahap, yaitu sebagai berikut. 1) Sensori motor (0-2 tahun) Tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesar anak adalah menyentuh atau memegang karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya Pra-operasional (usia 2-7 tahun) Anak menjadi egosentris, sehingga terkesan pelit karena tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak memiliki kecenderungan meniru orang disekitarnya. Usia 6-7 tahun anak sudah mulai mengerti motivasi, tetapi mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis. 2) Operasional konkret (7-11 tahun) Anak mulai berpikir logis tentang kejadian-kejadian konkrit, proses berpikir menjadi lebih rasional. 3) Operasional formal (mulai umur 11 tahun) Perkembangan kemampuan nalar abstrak dan imajinasi lebih baik, pengertian terhadap ilmu dan teori lebih mendalam (Erb, Berman, & Snyder, 2011). Perkembangan kognitif anak toddler dijabarkan sebagai berikut. a) Usia 12-18 bulan anak dapat menemukan objek yang disembunyikan, membedakan bentuk dan warna, memberikan respon terhadap perintah sederhana, menggunakan trial dan error untuk mempelajari tentang objek. b) Usia 18-24 bulan anak mampu menggelindingkan bola kearah sasaran, membantu atau meniru pekerjaan rumah tangga, dapat memulai permainan pura-pura, memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum sendiri, menikmati gambar sederhana, mengeksplorasi lingkungan, mengetahui bagian- bagian dari tubuhnya. c) Usia 24-36 bulan anak dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya
ketika diminta, melihat gambar dan dapat menyebut nama benda dua atau lebih, dapat bercerita menggunakan paragraf sederhana,menggabungkan dua sampai tiga kata menjadi kalimat, menggunakan nama sendiri untuk menyebutkan dirinya (Erb, Berman, & Snyder, 2011). (6) Perkembangan moral anak usia toddler Teori Kohlberg menyatakan perkembangan moral anak sudah harus dibentuk pada usia toddler. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan (sekitar usia 2-4 tahun) anak mampu menilai suatu tindakan apakah baik atau buruk bergantung dari hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Usia 4-7 tahun anak berada pada tahap orientasi instrumental naif dimana segala tindakan ditujukan ke arah pemuasan kebutuhan mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain, rasa keadilan konkret. Timbal balik atau keadilan menjadi landasan mereka (misalkan, jika kamu memukul tanganku, aku akan memukul tanganmu juga) tanpa berpikir mengenai loyalitas atau rasa terima kasih (Erb, Berman, & Snyder, 2011).
PEMERIKSAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN USIA ANAK TODDLER PENGERTIAN Anak mempunyai ciri yang khas yang berbeda dengan dewasa adalah mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Dalam upaya meningkatkan kualitas anak untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal maka terpenuhi: (1) kebutuhan dasar anak tersebut (2) deteksi dini adanya keterlambatan perkembangan.(3) intervensi dini . Monitoring perkembangan secara rutin dapat mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan secara dini pada anak. IDAI bersama DEPKES menyusun penggunaaan KPSP sebagai alat praskrening perkembangan sampai anak usia 6 tahun, pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan untuk di bawah 2 tahun dan setiap 6 bulan hingga anak usia 6 tahun.Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal/sesuai umur atau ada penyimpangan. Pemeriksaan KPSP adalah penilian perkembangan anak dalam 4 sektor perkembangan yaitu : motorik kasar, motorik halus, bicara/bahasa dan sosialisasi /kemandirian. SASARAN BELAJAR Mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan cara melakukan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan ketrampilan ini mahasiswa :
Dapat menetukan umur anak (usia kronoligi, usia koreksi, usia mental)
Dapat memberikan penjelasan pada orangtua/keluarga tentang tujuan pemeriksaan ini
Memilih alat skrining dan format KPSP yang sesuai usia.
Melakukan pemeriksaan KPSP dengan benar dan tepat
Memberikan kesimpulan dan argumentasi dari hasil KPSP pada
orangtua/keluarga
Memberikan penjelasan bentuk-bentuk stimulasi yang diberikan:
MEDIA DAN ALAT BANTU 1. Formulir KPSP menurut usia 12,15,18,21,24,30,36 bulan. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. 2. Alat bantu pemeriksaan berupa : bola, boneka, kubus sisi 2,5 cm, benang wol merah, kertas, krayon, kismis,kerincingan,lonceng. DESKRIPSI KEGIATAN KEGIATAN WAKTU 1.Pengantar 5 menit 2.Bermain peran dan 20 tanya Jawab
Menit
DESKRIPSI Pengantar Mengatur posisi duduk mahasiswa
Dua orang instruktur memberikan contoh bagaimana
melakukan
pemeriksaan
KPSP
(misal usia 12 bulan). Mahasiswa mengamati peragaan
dengan
menggunakan
penuntun
belajar.
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan instruktur memberikan
3.
Praktek
bermain 80
dengan umpan balik
Menit
penjelasan tentang aspek-aspek yang penting. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil (3 orang) Masing-masing
berperan
sebagi dokter, anak, orangtua.
Setiap kelompok melakukan praktek langkahlangkah pemeriksaan KPSP secara bergantian dan memilih usia yang berbeda (12,15,18,dst) dan kelompok lain mengamati cara pemeriksaan KPSP dan memberi pernyataan yang tidak
4.Curah
15
pendapat/diskusi
menit
sesuai pada pengamatan. Curah pendapat/diskusi: apa yang dirasakan dan kesultan pada saat melakukan pemeriksaan KPSP
Instruktur
membuat
kesimpulan
dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas hal yang belum dimengerti Total waktu
120 Menit
PENUNTUN PEMBELAJARAN PEMERIKSAAN KPSP Beri nilai langkah dengan menggunakan kriteria berikut : 1. Perlu perbaikan : langkah tak dilakukan dengan benar dan tidak sesuai urutannya. 2. Mampu : langkah-langkah yang dilakukan dengan benar tetapi tidak efisien 3. Mahir : langkah-langkah yang dilakukan dengan benar dan efisien. NO LANGKAH/KEGIATAN A. PERSIAPAN 1. Sapalah anak, ibu /keluarga dengan ramah dan perkenalkan diri 2. Jelaskan tujuan pemeriksaan anak pada ibu/keluarga 3. Tanyakan tanggal lahir dan adakah keluhan ibu/keluarga tentang 4.
skor 1
2
3
2
3
anaknya. Jika anak belum mencapai usia skrining, minta ibu datang pada usia skrining terdekat. Apabila ada keluhan masalah tumbuh kembang, sedang usia anak bukan usia skrining, pemeriksaan digunakan
5.
KPSP terdekat yang lebih muda. Periksa pasien dalam ruangan yang tenang dan perhatian anak tidak
mudah teralihkan B. PEMERIKSAAN 1 6. Menetukan formulir KPSP berdasarkan tanggal lahir dan tanggal pemeriksaan ( bila usia >16 hari dibulatkan 1 bulan) Bayi premature ≤ 35 minggu dan usia di bawah 2 tahun pakai usia 7.
koreksi. Memilih alat bantu pemeriksa yang sesuai
8.
Tanyakan secara berutan pertanyaan satu persatu pada ibu atau pengantar yang mengetahui perkembangan anak sehari hari dan test kemampuan anak sesuai format pernyataan KPSP
Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban, YA ( bila pernah, kadang , sering melakukan.TIDAK ( belum pernah, bisa melakukan), catat jawaban tersebut pada formulir. C. KESIMPULAN 9. Menghitung jumlah YA pada formulir KPSP
1
Skor 9-10 : SESUAI Skor 7-8 : MERAGUKAN 10.
SKOR 35x/menit P : Kuadran kanan atas berbunyi normal pekak, kuadran kiri atas normal timpani, kiri bawah timpani, kanan bawah timpani P : Tidak ada pembesaran Pemeriksaan ABCD ANTROPOMETRI Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. BIOKIMIA Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. CLINIS / klinical sign Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid DIET Diet adalah pilihan makanan yang lazim dimakan seseorang atau suatu populasi penduduk. Sedangkan diet seimbang adalah diet yang memberikan semua nutrien dalam jumlah yang memadai, tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit. 3. Pola Eliminasi Pola BAB setiap hari : tanyakan dan tuliskan pola BAB pasien sebelum dirawat Pola BAK setiap hari :tanyakan dan tuliskan pola BAK pasien sebelum dirawat Data Subyektif: Pasien mengalami defekasi >3x sehari dengan konsistensi lunak atau encer tidak berbentuk
Data Obyektif: Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA) Eliminasi Uri : Pada pasien diare biasanya terjadi peningkatan berkemih Eliminasi Alvi
: Pada pasien diare akan lebih sering buang air besar
dengan konsistensi lembek cair tidak berbentuk I : Pada bagian abodemen : Warna pucat, dilihat adanya jejas atau tidak, pembesaran abdomen distensi abdomen (asites) atau tidak A : Suara bising usus normal < 35x/menit P : Kuadran kanan atas berbunyi normal pekak, kuadran kiri atas normal timpani, kiri bawah timpani, kanan bawah timpani P : Apakah ada pembesaran organ
4.
Pola Istirahat dan tidur Pola tidur sehari-hari : tanyakan dan tulis pola tidur pasien sehari hari (jumlah jam tidur pasien dalam sehari) Cara (strategi) yang digunakan : tanyakan kepada pasien strategi atau cara yang digunakan untuk bisa tidur dengan cepat
Data Subyektif: Pasien Diare biasanya akan merasa sulit untuk tidur Data Obyektif: Mata kehitaman, mata terlihat merah, tampak menguap 5. Pola Aktifitas - Latihan
Tanyakan aktivitas pasien
Tanyakan apakah pasien mengalami sesak nafas saat latihan
Berikan pengukuran rentang aktivitas
0-Mandiri 1-Dengan alat bantu 2-Dengan bantuan orang lain 3-Orang lain +alat bantu 4-Bergantung Ditanyakan/dilihat
apakah
pasien
memerlukan
bantuan
untuk
beraktifitas/mobilisasi maka dituliskan alat bantunya apa. 6.
Pola kognitif – perseptual – keadekuatan alat sensori
Konsep pasien dalam pengindraan penafsiran dari suatu kondisi dan juga kemampuan yang dimiliki oleh pasien serta perilaku yang dilakukan oleh pasien setiap harinya. Kaji gangguan penglihatan, pendengaraan, indera perabaan Kaji nyeri, lokasi, intensitas, yang memperberat Kaji status kesadaran pasien 7.
Pola persepsi dan konsep diri
Kaji bagaimana pasien memandang dirinya
Kaji tingkat kecemasan, ketakutan pasien
Minta pasien menggambarkan dirinya
8.
Pola Reproduksi Seksual
Kaji bagaimana pola seksual pasien 9.Pola hubungan peran Pola persepsi pasien dalam memahami peran yang dimiliki baik dimasyarakat mapun keluarga serta tanggungjawab yang diemban dalam kehidupannya seharihari, apabila terjadi kesenjangan maka akan menimbulkan permasalahan 10. Mekanisme Koping Kemampuan pasien dalam mengendalian stress diberbagai macam kondisi, terutama kondisi pasien yang mengalami sakit, apakah menerima dan dijalani dengan baik ataupun sebaliknya 11. Pola tata nilai dan kepercayaan Tanyakan sejauh apa peran agama bagi pasien Bagaimana agama merefleksikan kedalam dirinya
12. Pemeriksaan Fisik 13. Pemeriksaan Refleks Refleks : Fisilogis Dextra
Sinistra
Dextra
Biceps
Sinistra
Triceps \
Dextra
Sinistra
Dextra
Knee
Sinistra
Achiles \
Refleks Patologis
Dextra Sinistra -
Dextra Sinistra -
Babinski \
Oppenheim \
Dextra Sinistra -
Chadok
14. Aspek Sosial Untuk mengkaji perasaan yang ada pada pasien berupa perasaan senang sedih atau marah dan lainnya x
i.
Ekspresi efek dan emosi :
Senang
Sedih
Cemas
Marah
Menangis Diam
Takut Lain................................... ii. Hubungan dengan keluarga : Akrab
Kurang akrab
ii. Dampak hospitalisasi bagi anak : Pada pasien anak biasanya akan lebih sering mengatakan bahwa ingin segera pulang karena takut dengan dokter serta perawat dan tidak mau disuntik iii. Dampak hospitalisasi bagi orang tua : Orantua pasien anak yang dirawat seringkali merasa khawatir dan cemas karena melihat anaknya yang sedang sakit (Juffrie M, et al, 2014). 15.
Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal
Pemeriksaan lab
Nilai normal
Darah lengkap 12,0-15,2
- Hb - Lekosit
4.500-13.500
- Hematokrit
34-39
- Trombosit
150.000-440.000
Kimia klinik
- GDA stik
3x Data Objektif : Diare (+)
↓ Kekurangan volume cairan
Lab KK :
↓
Kalium tidak normal
Hipovolemia
Natrium tidak normal
↓
Clorida tidak normal
Resiko ketidakseimbangan
Hematokrit tidak normal
elektrolit
3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Diare pada Toddler adalah : 1) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare) dan kekurangan intake cairan ditandai dengan turgor kulit turun, mukosa bibir kering 2) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai dengan defekasi > 3x/24 jam feses cair, bising usus hiperaktif 3) Resiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan diare
INTERVENSI TUJUAN DAN KRITERIA Setelah
HASIL dilakukan
keperawatan
selama
tindakan 1x24
jam
INTERVENSI 1. Manajemen Hipovolemia : I.03116 Definisi : Penurunan cairan intravaskuler,
hipovolemia teratasi dengan kriteria
interstisial, dan/atau intraseluler
hasil :
Tindakan :
Status Cairan : L.03028 Definisi : Kondisi Volume cairan
RASIONAL
1) Observasi
untuk melihat nilai normal
Periksa tanda dan gejala hipovolemia
intravaskuler, interstisiel, dan atau
(mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
intraselurer
teraba lemah, tekanan darah menurun,
Ekspektasi : Membaik
tekanan nadi menyempit,turgor kulit
Kriteria Hasil :
menurun, membrane mukosa kering,
Kekuatan Nadi (5) Meningkat
volume
Turgor kulit (5) Meningkat
meningkat, haus dan lemah)
urine
menurun,
hematokrit
Monitor intake dan output cairan
2) Terapeutik
Mengatahui tanda dan gejala hipovolemi
Hitung kebutuhan cairan
Untuk mengetahui belence cairan pada pasien
3)
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral 4)
pasien dalam 24 jam
Kolaborasi
Untuk mengetahui kebutuhan cairan pada
Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, waktu dan berat jenis
memberikan
asupan
cairan
asupan
cairan
asupan
cairan
tambahan peroral
2. Pemanatauan Cairan (I.03121) 1. Observasi
Untuk Untuk
memberikan
tambahan peroral
Untuk
memberikan
tambahan per IV
urine
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium, kalium, BUN)
Untuk mengukur frekuensi dan kekuatan nadi
2. Terapeutik
Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
Untuk mengetahui tingkat dehidrasi pada pasien dengan kondisi turun kulit
Untuk memonitor dan mengetahui jumlah, waktu dan berat jenis urine pada pasien
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Untuk mengetahui batas dari kondisi pemeriksaan serum untuk kemudian dicocokkan dengan nilai normal
Untuk mengetahui dan mencatat hasil dari segala pemeriksaan dan kondisi dari pasien
Untuk meningkatkan pengetahuan pasien
mengenai tujuan dari prosedur pemantauan cairan
Memberikan informasi dari hasil pemantauan kepada pasien
Setelah
dilakukan
tindakan
1. Manajemen Diare : I.03101
keperawatan selama 1x24 jam diare
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelohlah
teratasi dengan kriteria hasil :
diare dan dampaknya
Eliminasi Fekal : L.04033
Tindakan :
Definisi : Proses defekasi normal
1.
yang disertai dengan pengeluaran
feses
mudah
frekuensi
dan
serta
konsisten,
bentuk
feses
Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi
Untuk mengetahui penyebab dari diare
Mengevaluasi dari feses apakah ada
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)
membaik
Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja.
Ekspektasi : Membaik Kriteria hasil : Frekuensi
Observasi
defekasi
2. :
(4)
membaik
Monitor tanda dan gejala hipovolemia Terapeutik
Berikan asupan cairan oral (missal : oralit)
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
Peristaltik usus : (4) membaik
darah lengkap dan elektrolit 3.
Edukasi
perubahan atau tidak
Mengevaluasi dari tanda dan gejala hipovolemia
Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
4. 2.
Meningkatkan pemenuhan dari elektrolit
Mengetahui kadar DL dan elektrolit pada
Kolaborasi Kolaborasi pemberian obat antimotilitas Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK
tubuh saat diare
Definisi : Memfasilitasi pemenuhan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Tindakan :
Meningkatkan asupan makanan pasien
Mengeraskan feses dan mengurangi
1) Observasi
Indentifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
2) Terapiutik
Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
Jaga privasi selama eliminasi
Bersihkan alat bantu BAB/BAK setelah digunakan
3) Edukasi
Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
peristaltik usus
Untuk mengetahui kebiasaan BAB/BAK sesuai usia klien
Untuk mengurangi kontaminasi pakaian pasien dengan feses
Untuk menjaga privasi klien
Agar alat yang digunakan untuk BAB/BAK bisa bersih dan dapat digunakan kembali
Untuk menganjurkan pasien dengan keluarga untuk ke kamar mandi apabila sudah bisa
Setelah
dilakukan
keperawatan
selama
Resiko
tindakan 1.Pemantauan Elektrolit : I. 03122 2x24
jam Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data
ketidakseimbangan terkait regulasi keseimbangan elektrolit
elektrolit teratasi dengan kriteria
1) Observasi
hasil :
Keseimbangan
Elektrolit
:
Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolite
Untuk mengetahui penyebab dari
L.03021
Monitor kadar elektrolit serum
Definisi : Kadar serum elektrolit
Monitor, mual, muntah, diare
dalam batas normal
2) Terapiutik
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil :
ketidakseimbangan elektolit
Atur interval waktu pemantauan sesuai
Untuk memonitor kadar elektrolit dalam tubuh
dengan kondisi pasien
Serum natrium (5) Membaik
Serum kalium (5) Membaik
3) Edukasi
Serum klorida (5) Membaik
Dokumentasi hasil pemantauan Jelaskan tujuan dari pemantauan
Untuk mengetahui kondisi mual, muntah dan diare pada klien
Untuk menyesuaikan interval dari waktu pemantauan pasien sesuai dengan kondisi
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2.Menejemen Elektrolit : I.03102
Definisi : Mengidentifiikasi dan mengelola
Untuk mencatat segala hasil dan kondisi pasien serta tindakan yang sudah diberikan
ketidakseimbangan kadar elektrolit serum Tindakan :
Untuk meningkatkan pengetahuan pasien
1. Observasi
mengenai tujuan dari prosedur pemantauan
elektrolit
Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan (mis. Diare)
Monitor kadar elektrolit
2. Terapiutik
Memberikan informasi dari hasil pemantauan kepada pasien
Berikan diet tepat
3. Edukasi
Jelaskan jenis penyebab dan penanganan keseimbanagan elektrolit
4. Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian suplemen
elektrolit(mis. Oralit)
Mengetahui keluar cairan yang menyebabkan kehilangan elektrolit
Mengetahui kadar elektrolit
Meningkatkan elektrolit
Menjelaskan penyebab dan penanganan kondisi agar pasien dan keluarga tau
Meningkatkan elektrolit
DAFTAR PUSTAKA Erb, Berman, & Snyder, 2011. Buku Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Salemba Medika Juffrie M, et al. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2014. Kemenkes, RI. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2011. Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal Bedah.Jakata : Salemba Medika Tim Pokja PPNI. 2016. Standar diagnosisi keperawatan Indonesia : Jakarta. Dewan pengurus pusat PPNI Tim Pokja PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Jakarta. Dewan pengurus pusat PPNI Tim Pokja PPNI.. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Jakarta. Dewan pengurus pusat PPNI