Blok Sistem Perkemihan (NS 351) : Buku Modul [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU MODUL



BLOK SISTEM PERKEMIHAN (NS 351)



Koordinator Erfin Firmawati, Ns., MNS



Penyusun Erfin Firmawati, Ns., MNS Arianti, Ns., M.Kep., Sp.Keb.MB Fahni Haris, Ns., M.Kep Ambar Relawati, Ns., M.Kep Rahmah, Ns., M.Kep., Sp.An Dinasti Pudang Binoriang, Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom



Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2016



1



GAMBARAN BLOK



Blok perkemihan merupakan blok pertama di semester pertama pada tahun ketiga dari kurikulum blok PBL Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY, yang terdiri dari 6 SKS; 3 SKS PBC/PBD, 1 SKS PBT, 1 SKS PBP, dan 1 SKS PBS. Kedalaman bahan kajian disesuaikan dengan visi, misi program studi dan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa sebagai ners generalis dengan menekankan kemampuan klinik dan integrasi nilai-nilai keislaman. Blok ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis keperawatan tentang system perkemihan semua tingkat usia manusia. Secara umum, topik yang dibahas dalam blok ini meliputi pengetahuan dasar tentang sistem perkemihan (anatomi, fisiologi, histology, biokimia), pengkajian sistem perkemihan, hingga kondisi patologis pada sistem perkemihan akut dan kronik pada berbagai usia mulai dari neonatus hingga lansia. Proses keperawatan menjadi dasar asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan gangguan perkemihan yang dialaminya. Selain itu, nilai-nilai Islam juga diintegrasikan dalam pembelajaran ini. Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep sistem perkemihan dengan pendekatan asuhan keperawatan. Selain menggunakan metode kuliah atau ceramah, mahasiswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran tutorial atau small group discussion dan praktikum baik praktikum biomedis maupun skills di mini hospital PSIK FKIK UMY yang telah menggunakan pendekatan student centered learning. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada blok kardiovaskuler ini dengan mengerjakan beberapa penugasan dan presentasi di depan kelas. Kompetensi akhir dalam blok ini adalah mahasiswa mampu menganalisis dan mendemonstrasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan di semua tingkat usia baik kondisi akut maupun kronik dalam upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Yogyakarta, September 2016 Tim Penyusun Blok 13 2



DAFTAR ISI Hal Halaman judul



……………………………………………………..



1



Halaman Pengesahan



……………………………………………………..



2



Gambaran Blok



……………………………………………………..



3



Daftar Isi



……………………………………………………..



4



Visi dan Misi Program Studi



……………………………………………………..



5



Semester



……………………………………………………..



6



Suplemen



……………………………………………………..



24



Petunjuk Teknis Tutorial



……………………………………………………..



25



Skenario Tutorial



……………………………………………………..



29



Tata Tertib Praktikum Skills Lab



……………………………………………………..



37



Panduan Praktikum Skills Lab



……………………………………………………..



40



Panduan Praktikum Biomedis



……………………………………………………..



86



Rancangan Pembelajaran



3



VISI MISI PROGRAM STUDI Visi Program Studi Menjadi Program Studi Pendidikan Ners yang unggul dalam pengembangan keperawatan klinik berdasarkan nilai-nilai ke-Islaman untuk kemaslahatan umat di Asia Tenggara pada 2022.



Misi Program Studi 1.



Menyelenggarakan pendidikan ners yang unggul dan Islami.



2.



Mengembangkan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan praktik



keperawatan. 3.



Menerapkan ilmu keperawatan sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat



untuk kemaslahatan umat. Tujuan 1.



Menghasilkan ners yang memiliki kemampuan klinik dan mampu menerapkan nilai-



nilai Islami dalam memberikan asuhan keperawatan. 2.



Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu



pelayanan dan meningkatkan ilmu keperawatan. 3.



Menghasilkan kegiatan pelayanan berbasis hasil penelitian untuk meningkatkan



derajat kesehatan masyarakat.



4



RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah



: Blok Perkemihan



Kode



: NS 351



SKS



: 6 SKS (3 SKS PBD/PBC; 1 SKS PBT; 1 PBP; 1 SKS PBS)



Semester



:V



Area Kompetensi Kompetensi Uraian Ke Kompetensi Utama 1 Mampu melakukan asuhan keperawatan professional di tatanan klinik dan komunitas 2 Mampu menjalin hubungan interpersonal 3 Mampu melakukan komunikasi efektif 4 Mampu melaksanakan pendidikan kesehatan 5 Mampu menerapkan aspek etik legal dalam praktik keperawatan 6 Mampu melakukan praktik keperawatan yang holistic 7 Mampu bersikap caring dan empati Kompetensi Pendukung 1 Mampu menginternalisasikan nilai Islam di pelayanan keperawatan Kompetensi lainnya 1 Mampu mengaplikasikan teknologi informasi Learning Outcome Blok Sistem Perkemihan Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada blok sistem perkemihan mahasiswa mampu: 1)



Memahami ilmu dasar keperawatan tentang perkemihan



2)



Memahami patofisiologi gangguan sistem perkemihan



3)



Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan perkemihan pada berbagai



tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis 4)



Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gangguan sistem perkemihan pada



berbagai tingkat usia



5



5)



Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem



perkemihan pada berbagai tingkat usia sesuai standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif 6)



Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien dengan



gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etis 7)



Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan sistem



perkemihan dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah gastrologi dan endokrin 8)



Mengintegrasikan nilai Islam dalam melakukan asuhan keperawatan pada sistem



perkemihan Karakteristik Mahasiswa Blok gastrologi dan endokrin ditujukan bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan tahun ke 3 pada semester ke 5 yang telah mendapat ilmu tentang keperawatan profesional (profesional nurse), teori keperawatan, proses keperawatan, Blok Hematologi dan Imunologi, Blok Persepsi Sensori, Blok Integumen, Blok Tumbuh Kembang, Blok Kardiovaskuler, Blok Respirasi, dan Blok Gastrologi dan Endokrinologi pada blok sebelumnya. Blok perkemihan berada pada blok ke 13 di semester ke 5 pada kurikulum S1 Ilmu Keperawatan UMY. Pre-Assessment Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir (sumatif) terdiri dari ujian blok, penugasan, tutorial, dan nilai praktikum. Syarat untuk dapat mengikuti ujian praktikum maupun ujian blok adalah dengan kehadiran minimal sebagai berikut: a.



Kuliah



: 75%



b.



Tutorial



: 100%



c.



Praktikum dan atau Skill Lab



:100%



6



Metode Evaluasi Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir (sumatif) terdiri dari ujian blok/MCQ, penugasan, tutorial, nilai praktikum biomed, dan nilai skillalab.



Penilaian formatif adalah penilaian aktifitas harian menggunakan checklist, laporan, mini kuis, dll. Penilaian sumatif menggunakan mutiple choise question (MCQ) dan OSCE . Nilai akhir dari Blok terdiri atas : a.



40% hasil pre-test, post-test, dan MCQ



b.



10% penugasan



c.



20% hasil Tutorial, terdiri dari: 1) Proses selama tutorial



: 60%



2) Minikuis



:40%



d. 10 % hasil praktikum biomedis 1) Pre-test



: 20%



2) Diskusi



: 20%



3) Post-test



: 20%



4) Laporan



: 20%



5) Responsi



: 20%



e. 20% hasil skill lab 1) Pre-test



: 15%



2) Proses skill lab



: 40%



3) Post-test



: 15%



4) OSCE



: 30%



7



Area Kompe tensi 1



Kemampuan akhir Yang diharapkan



U1



Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem perkemihan 1. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem perkemihan 2. Mampu menjelaskan transcapilla r fluid exchange 3. Mampu menjelaskan pengaturan asam basa pada sistem perkemihan 4. Mampu menjelaskan proses pembentukan urin 5. Mampu menjelaskan mekanisme koping pada injuri sistem perkemihan



2



Bahan kajian



3



Anatomi sistem perkemihan Struktur sistem perkemihan



Materi/Pokok Bahasan



4



a. Ginjal b. Ureter c. Vesica Urinaria d. Urethra dan meatus e. Prostat f. Vaskularisasi sistem perkemihan



g. Persyarafan sistem perkemihan Anatomi sistem Anatomi system perkemihan: perkemihan a. Ren b. Ureter c. Vesika urinaria d. Urethra e. Arteri dan vena system perkemihan Histologi sistem Histologi sistemperkemihan: perkemihan a. Ren b. Ureter c. Vesika Urinaria d. Urethra Fisiologi sistem a. Mekanisme tubular ginjal perkemihan untuk filtrasi, sekresi, ekskresi, dan reabsorbsi b. Komposisi urin c. Mekanisme pembentukan urin d. Pengaturan tekanan darah



Strategi pembelajar an 5



Indikator Penilaian



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



Praktikum biomedis



Praktikum biomedis



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



6



Bobot Nilai



Jumlah Jam



7



8



2%



2x50



-



Pre test Post test Diskusi Rubrik Laporan - Responsi



2,5%



2x60



-



2,5%



2x60



2%



2x50



Pre test Post test Diskusi Laporan Responsi Pre test Post test Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



8



Area Kompe tensi 1



Kemampuan akhir Yang diharapkan 2



Bahan kajian



3



Materi/Pokok Bahasan



4



Strategi pembelajar an 5



Indikator Penilaian 6



Fisiologi system perkemihan



a. Pengaturan asam basa pada ginjal b. Keseimbangan cairan dan elektrolit c. Fisiologi transport cairan dan elektrolit



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)



Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)



Skills lab (demonstra si, diskusi)



-



Perubahan fisiologis a. Perubahan anatomi sistem perkemihan b. Faktor yg mempengaruhi berdasarkan rentang usia ekskresi dan urin: genetic, aktivitas. makanan, gaya hidup, usia Fisiologi sistem Uji fungsi eksresi ginjal perkemihan



Praktikum biomedis



Pemeriksaan urin (urinalisis)



Praktikum biomedis



Peran hormone dalam mengatur cairan tubuh (eksresi)



Pemeriksaan urin (urinalisis) a. Pemeriksaan urin makroskopik b. Pemeriksaan urin mikroskopik Mekanisme pengaturan hormon sistem ekskresi: RAA dan ADH



Belajar mandiri kelompok



Tutorial



-



Bobot Nilai 7



8



2%



2x50



Pre test Proses Post test OSCE Makalah



Pre test Post test Diskusi Laporan Responsi Pre test Post test Diskusi Laporan Responsi Tutorial assessment - Mini Quiz



Jumlah Jam



2x60



2x50



2,5%



2x60



2,5%



2x60



2%



2x60



9



Area Kompe tensi 1



U1 – U4



Kemampuan akhir Yang diharapkan 2



Bahan kajian



Materi/Pokok Bahasan



3



4



Mampu mendemonstrasikan Asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada pada system perkemihan klien dengan gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etik sesuai dengan standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga



a. Pengkajian sistem perkemihan - Riwayat kesehatan - Pengkajian - Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan diagnostic b. Gangguan pola BAK c. Diagnosa keperawatan pada system perkemihan



menghasilkan



d. Intervensi keperawatan



pelayanan



Strategi pembelajar an 5



Indikator Penilaian



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



6



Bobot Nilai



Jumlah Jam



7



8



2%



2x50



yang efisien dan efektif 1. Mampu menjelaskan pengkajian perkemihan



pada system Pemeriksaan fisik system perkemihan



2. Mampu mendemonstrasikan pemeriksaan fisik system perkemihan



pada



a. Inspeksi



Skills lab



- Pre test



b. Palpasi



(demonstra



- Proses



c. Perkusi



si, diskusi)



- Post test



d. Auskultasi



- OSCE



Pengkajian system perkemihan



- Rubrik Makalah



2x60



2x60



10



Area Kompe tensi 1



Kemampuan akhir Yang diharapkan 2



3.



U1 – U4



Bahan kajian



3



Mampu mengidentifikasi Pemeriksaan diagnostic diagnosis keperawatan pada gangguan system dan intervensi perkemihan keperawatan pada system perkemihan



1. Mampu menjelaskan kembali patofisiologi gangguan sistem perkemihan non infeksi dan infeksi pada berbagai tingkat usia a. Mampu menjelaskan kembali patofisiologi gangguan perkemihan non infeksi b. Mampu menjelaskan kembali patofisiologi gangguan perkemihan infeksi 2. Mampu mendemonstrasikan



Gangguan perkemihan infeksi (Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis, Glomerulonephritis)



Gangguan perkemihan non infeksi: hipospadia, hidrokel dan phimosis



Materi/Pokok Bahasan



Strategi pembelajar an 5



Indikator Penilaian



7



8



a. Pemeriksaan laboratorium ; urinalisis, b. Pemeriksaan darah : darah rutin, faal ginjal, elektrolit, c. Analisis batu d. Kultur urin e. Pemeriksaan radiologi : foto polos abdomen, sistografi, uretrografi, RPG, USG, CT, BNO IVP f. Peran perawat dalam pemeriksaan diagnostic



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



2%



2x50



a. Definisi b. Mindmap (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Mindmap (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



2%



2x50



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



2%



2x50



4



6



Bobot Nilai



Jumlah Jam



11



Area Kompe tensi 1



Kemampuan akhir Yang diharapkan



Bahan kajian



2



3



asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etik sesuai dengan standar yang berlaku dengan berfikir



maupun non infeksi b. Mampu menganalisis dan menegakkan diagnosis



Jumlah Jam



6



7



8



2%



2x50



5%



2x60



Presentasi



- Pre test



non infeksi (gangguan



b. Mindmap (etiologi/faktor



Kelompok



- Post test



Ceramah,



- Rubrik



genetic; Polycistic



resiko, tanda dan



kidney disease)



gejala,masalah keperawatan)



diskusi



c. Pemeriksaan diagnostic



Presentasi - Rubrik



d. Penatalaksanaan



Makalah



e. Asuhan keperawatan



- MCQ



f. EBN



dan efektif



perkemihan infeksi



Bobot Nilai



a. Definisi



pelayanan yang efisien



gangguan system



Indikator Penilaian



Gangguan perkemihan



sehingga menghasilkan



pengkajian pada



4



Strategi pembelajar an 5



f. EBN g. IRK



kreatif dan inovatif



a. Mampu menjelaskan



Materi/Pokok Bahasan



g. IRK Gangguan perkemihan



a. Definisi



non infeksi; obstruktif



b. Mindmap (etiologi/faktor



(nefrolithiasis,



resiko, tanda dan



urolithiasis)



gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN



Tutorial



- Tutorial assessment - Mini Quiz



keperawatan berdasarkan NANDA c. Mampu menyusun



g. IRK Gangguan perkemihan



non infeksi; obstruktif rencana keperawatan berdasarkan NOC dan (BPH) NIC



d. Mampu menganalisis tindakan keperawatan berdasarkan EBN



a. Definisi b. Mindmap (etiologi/faktor resiko, tanda dan



Tutorial



- Tutorial



5%



2x60



assessment - Mini Quiz



gejala,masalah keperawatan)



c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN



12



Area Kompe tensi 1



Kemampuan akhir Yang diharapkan



Bahan kajian



2



3



yang meliputi upaya prefentif, promotif, dan rehabilitative e. Mampu mendemonstrasikan beberapa tindakan keperawatan untuk



Indikator Penilaian



Bobot Nilai



Jumlah Jam



6



7



8



2%



2x50



2%



2x50



2%



2x50



Gangguan perkemihan



a. Definisi



Presentasi



- Pre test



non infeksi (Nephrotic



b. Mindmap (etiologi/faktor



Kelompok



- Post test



Ceramah,



- Rubrik



Syndrome)



resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)



diskusi



c. Pemeriksaan diagnostic



perkemihan



Makalah



e. Asuhan keperawatan



masalah-masalah



Presentasi - Rubrik



d. Penatalaksanaan



3. Mampu Mengidentifikasi



- MCQ



f. EBN



yang



berhubungan dengan Gangguan perkemihan sistem perkemihan dan non infeksi (keganasan; menggunakan hasil-hasil Ca Bladder) penelitian dalam mengatasi



4



Strategi pembelajar an 5



g. IRK



mengatasi gangguan



penelitian



Materi/Pokok Bahasan



masalah



perkemihan



Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal



g. IRK a. Definisi b. Mindmap (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi



c. Pemeriksaan diagnostic



- Rubrik



d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Mindmap (etiologi/faktor



Makalah - MCQ



Presentasi Kelompok



- Pre test - Post test



Ginjal Akut)



resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN



Ceramah, diskusi



- Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



13



Area Kompe tensi 1



Kemampuan akhir Yang diharapkan



Bahan kajian



2



3



Materi/Pokok Bahasan



Strategi pembelajar an 5



Indikator Penilaian



Bobot Nilai



Jumlah Jam



6



7



8



a. Definisi b. Mindmap (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Mindmap (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Dialysis therapy (HD, CAPD) b. Renal Transplantation



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



2%



2x50



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



2%



1x50



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



2%



2x50



- Manajemen cairan dan nutrisi pada pasien dengan hemodialisa



Tutorial



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ - Tutorial assessment - Mini Quiz



5%



2x60



4



g. IRK Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Kronik)



Gangguan perkemihan non infeksi (Bladder Trauma)



Renal Replacement Therapy (RRT)



14



Area Kompe tensi 1



Kemampuan akhir Yang diharapkan 2



Bahan kajian



Materi/Pokok Bahasan



3



Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemodialisa (HD)



4



Strategi pembelajar an 5



Indikator Penilaian



7



8



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ



2%



2x50



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ - Pre test - Proses - Post test - OSCE (check list) - Pre test - Proses - Post test - OSCE (check list) - Rubrik Makalah - Rubrik Media ajar



1,5%



2x50



Pemasangan dan perawatan kateter



a. Pengkajian pada pasien dengan HD b. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan HD c. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan HD d. Intervensi keperawatan pada pasien dengan HD a. Macam-macam obat b. Mekanisme kerja obat c. Indikasi dan kontra indikasi obat d. Cara pemberian obat e. Peran perawat dalam pemberian obat Pemasangan dan perawatan kateter



Bladder Training



Bladder Training



Skills Lab (demonstra si, diskusi)



Health promotiom pada gangguan sistem perkemihan (GGK, urolithiasis, ISK)



a. b. c. d.



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



Farmakologi untuk gangguan system perkemihan



Primary prevention Secondary prevention Tertiary prevention Peran perawat komunitas



Skills Lab (demonstra si, diskusi)



6



Bobot Nilai



Jumlah Jam



2x60



2x60



1,5%



2x50



15



Area Kompe tensi 1



Kemampuan akhir Yang diharapkan



Bahan kajian



2



3



Materi/Pokok Bahasan



Strategi pembelajar an 5



Indikator Penilaian



Bobot Nilai



Jumlah Jam



6



7



8



a. Bladder training pada pasien dengan kateter b. Kegel excersie pada pasien dengan gangguan system perkemihan c. Perawatan kateter d. Irigasi kateter pada pasien post TURP a. Sirkumsisi/khitan b. Najis c. Thaharah d. Ibadah praktis pada orang sakit: pasien terpasang kateter



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



- Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah



1,5%



2x50



Presentasi Kelompok Ceramah, diskusi



1,5%



2x50



- Thoharoh dan cara beribadah pasien terpasang kateter



Demonstra si, diskusi



- Pre test - Post test - Rubrik Presentasi - Rubrik Makalah - MCQ - Pre test - Proses - Post test - OSCE



4



pada pasien dengan gangguan system perkemihan Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention)



Kajian Islam dalam sistem perkemihan



16



Jam



SENIN (19/9/16)



07.30-08.30



Biomedis anatomi Biomedis anatomi



Jadwal Proses Belajar Mengajar Blok 13 Perkemihan SELASA (20/9/16) RABU (21/9/16) KAMIS (22/9/16) Praktikum Blok 13



JUMAT (23/9/16) Kuliah fisiologi (NR)



SABTU (24/9/16) Kuliah fisiologi (NR)



Praktikum Blok 13



Kuliah fisiologi (NR)



Kuliah fisiologi (NR)



09.00-09.30 Biomedis anatomi 09.30-10.30



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Biomedis anatomi 11000-11.30 11.30-12.30



ISTIRAHAT & SHOLAT Biomedis anatomi



12.30-13.30



Kuliah anatomi (DP)



Pengumpulan Tugas



Biomedis anatomi 13.30-14.30



Kuliah anatomi (DP)



14.30-15.15



ISTIRAHAT & SHOLAT



15.15-16.15



Pancasila



16.15-17.15



Pancasila



Jam 07.30-08.30



Biomedis urin rutin



SENIN (26/9/16)



KAMIS (29/9/16) Praktikum Blok 13



JUMAT (30/9/16) Pemeriksaan diagnostic (AMG)



09.00-09.30



Biomedis urin rutin



Praktikum Blok 13



Pemeriksaan diagnostic (AMG)



09.30-10.30



Biomedis urin rutin



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



SABTU (24/9/16) Hipospadia, hidrokel dan phimosis (RH) Hipospadia, hidrokel dan phimosis (RH) Tutorial Blok 13



11000-11.30



Biomedis urin rutin



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



11.30-12.30



SELASA (27/9/16)



RABU (28/9/16)



ISTIRAHAT & SHOLAT



12.30-13.30



Biomedis urin rutin



Askep system perkemihan (EF)



13.30-14.30



Biomedis urin rutin



Askep system perkemihan (EF)



14.30-15.15



ISTIRAHAT & SHOLAT



Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis, Glomerulonephritis (FH) Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis, Glomerulonephritis (FH)



15.15-16.15



Pancasila



16.15-17.15



Pancasila



17



Jam



SENIN (3/10/16)



07.30-08.30



Biomedis anatomi Biomedis anatomi



SELASA (4/10/16)



RABU (5/10/16)



KAMIS (6/10/16) Praktikum Blok 13



JUMAT (7/10/16) Nephrotic Syndrome (RH)



SABTU (8/10/16) GGA (FH)



Praktikum Blok 13



Nephrotic Syndrome (RH)



GGA (FH)



09.00-09.30 Biomedis anatomi 09.30-10.30



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Biomedis anatomi 11000-11.30 11.30-12.30



13.30-14.30



ISTIRAHAT & SHOLAT Polycistic kidney disease (A) Polycistic kidney disease (A)



14.30-15.15



ISTIRAHAT & SHOLAT



Biomedis anatomi 12.30-13.30 Biomedis anatomi



15.15-16.15



Pancasila



16.15-17.15



Pancasila



Jam



SENIN 1010/16)



07.30-08.30



Biomedis anatomi Biomedis anatomi



SELASA (11/10/16)



RABU (12/10/16)



Ca Bladder (A) Ca Bladder (A)



KAMIS (13/10/16) Praktikum Blok 13



JUMAT (14/10/16) Trauma bladder (A)



SABTU (15/10/16) Askep HD (AR)



Praktikum Blok 13



Trauma bladder (A)



Askep HD (AR)



09.00-09.30 Biomedis anatomi 09.30-10.30



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Biomedis anatomi 11000-11.30 11.30-12.30



ISTIRAHAT & SHOLAT Biomedis anatomi



12.30-13.30



GGK (AR) Biomedis anatomi



13.30-14.30 14.30-15.15 15.15-16.15



GGK (AR) ISTIRAHAT & SHOLAT Pancasila



Renal Replacement Therapy (AR) Renal Replacement Therapy (AR)



16.15-17.15



Pancasila



18



Jam



SENIN (17/10/16)



07.30-08.30



Biomedis anatomi Biomedis anatomi



SELASA (18/10/16)



RABU (1910/16)



KAMIS (20/10/16) Praktikum Blok 13



JUMAT (21/10/16) Health promotiom (DPB)



SABTU (22/10/16) Kajian Islam (EF)



Praktikum Blok 13



Health promotiom (DPB)



Kajian Islam (EF)



09.00-09.30 Biomedis anatomi 09.30-10.30



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



B.Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Praktikum Blok 13



Bahasa Inggris V (11.00-12.30)



Tutorial Blok 13



Biomedis anatomi 11000-11.30 11.30-12.30



ISTIRAHAT & SHOLAT Biomedis anatomi



12.30-13.30



Farmasi (NM)



Jurnal EBN (EF)



Farmasi (NM)



Jurnal EBN (EF)



Biomedis anatomi 13.30-14.30 14.30-15.15



ISTIRAHAT & SHOLAT



15.15-16.15



Pancasila



16.15-17.15



Pancasila



19



A. TOPIK TUTORIAL No



Topik



Durasi



1



Efek hormone pada proses berkemih



2 pertemuan x 2 x 60 menit



2



Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Nephrolithiasis Asuhan Keperawatan pada pasien dengan BPH



2 pertemuan x 2 x 60 menit



Asuhan keperawatan: manajemen cairan dan nutrisi pada pasien hemodialisa



2 pertemuan x 2 x 60 menit



3 4



2 pertemuan x 2 x 60 menit



B. TOPIK PRAKTIKUM No 1



2 3 4 5



Topik Anatomi sistem perkemihan



Waktu 19-Sep-16



Tempat Lab Biomedis



Durasi 2 x 60 menit



Pemeriksaan urin rutin (urinalisis)



26/9/2016



Lab Biomedis



2 x 60 menit



Histology system perkemihan Fisiologi system perkemihan:



3/10/2016



Lab Biomedis



2 x 60 menit



10/10/2016



Lab Biomedis



2 x 60 menit



17/10/2016



Lab Biomedis



Uji fungsi ekskresi ginjal Inhal



C. TOPIK SKILL LAB No 1 2 3 4 5



Topik Pemeriksaan fisik system perkemihan Pemasangan kateter Bladder training dan pelepasan kateter Kegel exercise, Tata cara ibadah pasien dengan dower kateter Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)



Tempat Mini Hospital



Durasi 2 x 60 menit



Mini Hospital Mini Hospital



2 x 60 menit 2 x 60 menit



Mini Hospital



2 x 60 menit



Mini Hospital



2 x 60 menit



20



FASILITAS Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY telah dilengkapi fasilitas pendukung pembelajaran yang terdiri dari: a. Amphiteater untuk perkuliahan yang dilengkapi dengan komputer, LCD projector, audio recorder, internet b. Ruang kuliah ber-AC untuk perkuliahan yang dilengkapi dengan komputer, LCD projector, audio recorder, internet c. 15 ruang tutorial untuk small group discussion (SGD) dengan kapasitas 12-15 mahasiswa. Ruang tutorial dilengkapi dengan mini perpustakaan, peralatan audiovisual, internet d. Mini hospital dan laboratorium komunikasi e. Enam (6) laboratorium f. Satu (1) ruang perpustakaan PBL bersama g. Hot-spot area



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Ignatavicius & Workman. 2006. Medical Surgical Nursing: Critical Thingking For Collaborative th Care. 5 Ed. Vol 1. Elsevier Saunders. St. Louis, Missouri. USA. Kowalak, P, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Kozier, B. (2008). Fundamental of nursing: concept, process and practice. Pearson Education. Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) SecondEdition. Mosby. Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. Mosby. NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American Nursing Diagnosis Association. O’Callaghan, Chris. 2012. At Glance Sistem Ginjal, edisi 2. Penerbit Erlangga : Jakarta 21



Perry, A.G., & Potter, P.A. 2000. Buku saku keterampilan dan prosedur dasar. Monika Ester (translater). Jakarta: EGC. Pramono, B. B. 2011. Dasar-Dasar Urologi, edisi 3. Sagung Seto: Jakarta Price Sylvia Anderson, PhD, RN, Wilson Lorraine, PhD, RN, 2002, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Pathophysiology clinical concept of disease processes),EGC: Jakarta Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Weber & Kelley, 2003, Health assessment in Nursing, Second edition, Lippincott Williams and Wilkins.



22



SUPLEMEN 1.



Petunjuk Teknis Tutorial



2.



Skenario Tutorial



3.



Tata Tertib Praktikum Skills Lab



4.



Panduan Praktikum Skills Lab



5.



Panduan Praktikum Biomedis



6.



Uraian Tugas dan Penilaian Tugas



23



1. PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL



SEVEN JUMP



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Clarifying unfamiliar terms Problem definition Brainstorming Analyzing the problem Formulating learning issue Self study Reporting



Proses tutorial menggunakan metode seven jump dalam menganalisa skenario, meliputi: 1.



Clarifying unfamiliar terms/ mengklarifikasi istilah atau konsep : istilah-istilah dalam skenario yang



belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan bantuan kamus keperawatan, kamus kedokteran, tutor. 2.



Problem definition/mendefinisikan permasalahan: masalah-masalah yang ada dalam skenario



diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas berisi pertanyaan-pertanyaan. 3.



Brainstorming: langkah ini berisi jawaban singkat atau hipotesis dari pertanyaan pada langkah ke-2



4.



Analyzing the problem/menganalisis masalah : masalah-masalah yang telah ditetapkan dianalisa



dengan membuat skemaatau bagan yang merupakan alat untuk menghubungkan pemahaman mahasiswa dalam kelompok tersebut.. Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat dan lain-lain tentang permasalahan. 5.



Formulating learning issue/menetapkan tujuan belajar: informasi yang dibutuhkan untuk menjawab



permasalahan dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar. 6.



Self study/mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri) : kebutuhan pengetahuan yang



ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan masalah dalam belajar mandiri dapat dilakukan dengan mengakses informasi melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar. 7.



Reporting/mensintesis/menguji informasi baru : mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi



baru hasil belajar mandiri setiap anggota kelompok



24



Setiap skenario diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan skenario dimana langkah 1s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan diantara pertemuan pertama dan kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan ke2. Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan membantu mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa harus menjelaskan penjelasan atau kuliah mini. Ketua diskusi memimpin diskusi dengan memberikan kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi serta memancing anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua dapat mengakhiri brainstorming bila dirasa sudah



cukup



dan



melihat



bersama



sekretaris



apakah



semua



hal



yang



penting



sudah



dicatat/didokumentasikan. Ketua dibantu sekretaris menulis hasil diskusi pada white board/flipchart. Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning athmosphere, keterbukaan dan kebersamaan yan kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan pendapatnya tanpa khawatir dianggap salah, diremehkan atau tidak bermutu oleh teman-temannya, karena metode tutorial ini mengedepankan proses atau langkahlangkah yang harus dicapai dlm pemecahan masalah bukan benar tidaknya jawaban yang dihasilkan. Metode tutorial ini menuntut mahasiswa secara aktif dalam mencari informasi atau belajar mandiri untuk memecahkan masalah.



Skill Mahasiswa Dalam Tutorial Langk ah 1.



Deskripsi Clarifying unfamiliar terms/ Istilah-istilah asing dalam teks diklarifikasi



2.



Problem definition Kelompok tutorial mendefinisikan permasalahan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan



3.



Brainstorming Mengaktifkan dan menentukan pengetahuan dasar yang telah dimiliki, serta membuat hipotesis



Ketua Mengajak anggota kelompok untuk membaca permasalahan Mengecek anggota sudah membaca permasalahan Mengecek jika terdapat istilah asing dalam permasalahan Menyimpulkan dan meneruskan langkah selanjutnya Bertanya pada kelompok tentang definisi permasalahan yang mungkin terjadi Mengakomodir berbagai pendapatanggota kelompok Mengecek apakah anggota puas dengan definisi permasalahan Menyimpulkan dan meneruskan langkah selanjutnya Memperkenankan semua anggota kelompok untuk berkontribusi satu persatu Meringkas kontribusi anggota kelompok Menstimulasi semua anggota kelompok untuk berkontribusi Menyimpulkan pada akhir langkah brainstorm Memastikan bahwa proses analisis kritis dari



Sekretaris Membagi papan tulis menjadi tiga bagian Menuliskan istilahistilah asing



Menuliskan definisi permasalahan



Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi Membedakan antara poin-poin utama dan persoalan tambahan



25



Langk ah



Deskripsi



4.



Analyzing the problem Penjelasan dan hipotesis didiskusikan secara mendalam dan dianalisis secara sistematis dan berhubungan satu sama lain



5.



Formulating learning issue/ Menentukan pengetahuan yang kurang dimiliki oleh kelompok dan membuat tujuan pembelajaran



Ketua seluruh kontribusi ditunda sampai langkah selanjutnya Memastikan bahwa semua poin dari brainstorm didiskusikan Meringkas kontribusi anggota kelompok Mengajukan pertanyaan untuk memperdalam diskusi Memastikan bahwa diskuis kelompok tidak menyimpang dari subyek Menstimulasi anggota kelompok untuk mencari hubungan antar topik Menstimulasi semua anggota kelompok untuk berkontribusi Menanyakan tujuan pembelajaran yang mungkin dicapai Mengakomodir berbagai pendapatanggota kelompok Mengecek apakah anggota puas dengan tujuan pembelajaran yang dibuat Mengecek apakah semua ketidakjelasan dan



Sekretaris



Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi Mengindikasi hubungan antara topik dan membuat skema



Menulis tujuan pembelajaran



kontradiksi dari analisis permasalahan telah berdasarkan topik dikonversi menjadi tujuan pembelajaran 6 7



Self Study Reporting Setelah mencari dari literatur, dilaporkan dan jawaban tujuan pembelajaran



Mempersiapkan struktur tahap pelaporan Menginventaris sumber yang telah digunakan Mengulangi setiap tujuan pembelajaran dan menanyakan apa yang telah ditemukan Meringkas kontribusi anggota kelompok Mengajukan pertanyaan untuk memperdalam diskusi



Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi Mengindikasi hubungan antara topik dan membuat skema



Menstimulasi anggota kelompok untuk mencari hubungan antar topik Menstimulasi semua anggota kelompok untuk berkontribusi Menyimpulkan diskusi tiap tujuan pembelajaran beserta ringkasan



Membedakan antara poin-poin utama dan persoalan tambahan



didiskusikan



26



RUBRIK INSTRUMEN PENILAIAN TUTORIAL Blok



:



Nama:



Tutorial :



NIM:



Petunjuk Pengisian :



 Berilah nilai terhadap anggota kelompok Anda sesuai dengan petunjuk rubrik penilaian (skor 1-4)  Diperbolehkan memberikan nilai dengan pecahan desimal (misal 3,5) Skenario 1 No



Aspek yang diobservasi



1.



Dealing with work



2.



Dealing with others



3.



Dealing with one self Jumlah Skor Nilai Akhir Minikuis Tanda tangan Tutor Nama Tutor



Rumus Nilai Akhir (NA) :



Skenario 2



Skenario 3



Skenario 4



27



Rubrik Penilaian Tutorial Aspek



Kriteria



- Pada pertemuan pertama mahasiswa memperlihatkan pengetahuan hasil belajar



Dealing with work



Skor 4



tentang topik terkait. Pada pertemuan kedua, mahasiswa membawa minimal 2 text books dan 2 jurnal sesuai kasus/skenario - Pada saat diskusi, mahasiswa mampu menunjukkan kemampuan sesuai materi yang telah dipelajari - Aktif mengungkapkan ide-ide terkait topik/kasus (brainstorming)



- Berpartisipasi aktif dalam kelompok ( minimal 3 x dalam masing-masing langkah : 3,4, dan 7) - Memberikan tanggapan terhadap pendapat anggota kelompok Terdapat 3 – 4 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi



3



Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi



2



Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi



1



- Bekerjasama dalam tim - Menjadi pendengar yang baik - Mampu berperan sebagai ketua/sekretaris/anggota dengan baik - Mampu membuat kesimpulan dari hasil diskusi - Komunikasi dengan santun



4



Dealing with others Terdapat 3 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi



3



Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi



2



Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi



1



- Mampu mempertahankan pendapatnya disertai dengan sumber-sumber yang



4



valid - Mampu memberikan tanggapan atau masukan pada pendapat anggota lain - Mampu merefleksikan hasil diskusi - Mampu meningkatkan kemampuan sesuai masukan dari tutor - Datang tepat waktu Dealing with ne self - Berpenampilan syar’i Terdapat 3 – 4 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi



3



Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi



2



Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi



1



28



2. SKENARIO TUTORIAL Scenario 1 General Learning Objective: After completing the tutorial process, the students are able to analyze the effect of hormones in the urinate process



A man 22 years old went to the mountain for vacation. The cold condition made him diuresis for more than twelve times during 6 hours eventhough no drinking. When he went back to the city, he drank much than before because hot climate but he didn’t urinate more (oliguria). He asked to his friend as a nurse, and his friend said that phenomenon happened because of body hormon. He said “Allohu Akbar”



Students’ task: Make question as many as possible related to the scenario!



Method of study: Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.



29



MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER



30



Scenario 2 General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able to understand nursing care patient with nephrolithiasis A man, 65 years old was admitted in surgical wards because of pain in during urinate since 3 days ago. That patient said he had been smoked for 10 years and drank little fresh water every day. He also suffer from pain with scale 8, continuous abdominal pain in his right lower quadrant. Physical assessment resulted pain in his right kidney percussion. Laboratory examination: BP 120/90 mmHg, RR 20x/menit, P 90x/menit, T o



36,5 C, Hb 13,8 gr%, albumin=3,7 mg/dL. USG examination showed nephrolitiasis in his right kidney.



Students task: Make question as many as possible related to the scenario!



Method of study: Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.



31



MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER



32



Scenario 3 General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able to analyze nursing care plan patient with BPH



A man, 68 years old was admitted to the surgical ward. He complained pain during urinate since one week ago, incomplete urinate, drips and took a long time to urinate. Results of USG showed prostate enlargement. Patient was diagnosed BPH. TURP was conducted 6 hours ago. Urine catheter was inserted. The patient had irrigation with NaCl 1000 cc, 60 drops/minute. Nurse measured the fluid balance and observed the color of the discharge. Patient did not pray because he confused if it was appropriate to pray when having catheterization.



Students task: Make question as many as possible related to the scenario!



Method of study: Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.



33



MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER



34



Scenario 4 General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able to analyze nursing care plan fluid and nutrition nursing management of patient undergoing hemodialysis (HD)



A man 45 years old had been doing renal replacement therapy (hemodialysis) for 2 years caused by end stage renal disease. According to that patient and the nurse there, at his first year, the patient should only got hemodialysis twice a week. From the evaluation, body weight gain always > 3 kg, ureum dan creatinin level always high, and patient couldn’t control his meal and drink, so the doctor gave new hemodialysis prescription for 3 times per week. Now, the patient condition like dry and dark colour in his skin, abdominal ascites, body weight pre hemodialysis 75 kg, body weight post hemodialysis 73 kg with body height 160 cm, blood pressure 180/100 mmHg, pulse 80x/minute, RR 16 x/minute, Albumin level 2.5, Hb 9 g/dL, Hematocrite 39,6%, Ureum 100 mg/dl, Creatinin 13,30 mg/dL. His wife said that until now her husband still can’t manage for eating and drinking, so she consulted to the nurse about fluid and nutritional management for patient with hemodialysis, and also how to motivate her husband for keeping his pray.



Students task: Make question as many as possible related to the scenario! Method of study: Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.



35



MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER



36



3.



TATA TERTIB PRAKTIKUM SKILLS LAB



A. Penjelasan Umum Praktikum Skills Lab dilakukan di Mini Hospital PSIK FKIK UMY sesuai pada jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa sebanyak maksimal 10 mahasiswa per kelompok. Masing-masing kelompok akan dibimbing secara intensif oleh instruktur praktikum dengan fasilitas yang tersedia di Mini Hospital. Mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses praktikum dan diharapkan semua mahasiswa mampu mendemonstrasikan skill yang sedang di praktikumkan. Selain kegiatan praktikum dibawah bimbingan instruktur, mahasiswa juga mempunyai kesempatan untuk belajar mandiri sesuai jadwal yang telah ditentukan maupun belajar mandiri diluar jadwal yang telah ditentukan dengan seijin coordinator Mini Hospital. Diakhir kegiatan praktikum, mahasiswa wajib untuk mengikuti ujian skills (OSCE). B. Ujian Skills Lab Ujian praktikum Blok 6 dilakukan pada akhir masa praktikum. Ujian ini untuk mengetahui penyerapan mahasiswa tentang praktikum yang telah dijalankan dan mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktikum. Bahan–bahan ujian terutama dari bahan praktikum dan teori. C. Sistem Penilaian Penilaian praktikum meliputi : 1.



Ujian OSCE sebesar 30 %



2.



Praktikum sebesar 70 % a.



Pretes



b. c.



: 15% Proses Praktikum : 40%



Postes



: 15%



D. Tata Tertib Skill’s Lab Sebelum praktikum, mahasiswa: 1.



Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.



2.



Memakai seragam biru-biru. 37



3.



Memakai name tag.



4.



Baju atasan menutupi pantat dan tidak ketat.



5.



Bagi mahasiswa putri:



a.



Baju bawahan longgar dan menutupi mata kaki.



b.



Memakai jilbab biru polos, tanpa poni dan buntut.



c.



Memakai sepatu tertutup dan berhak rendah, bukan sepatu karet, warna sepatu hitam,



memakai kaos kaki. d.



Tidak berkuku panjang dan tidak menggunakan pewarna kuku.



e.



Tidak memakai cadar. Bagi mahasiswa putra:



a.



Memakai seragam biru-biru.



b.



Celana longgar, bukan celana pensil.



c.



Rambut rapi, tidak melebihi krah baju, tidak menutupi mata dan telinga.



d.



Tidak beranting dan bertato.



e.



Memakai sepatu tertutup berwarna hitam dan memakai kaos kaki.



f.



Tidak berkuku panjang dan memakai perhiasan dalam bentuk apapun.



6.



Mahasiswa sudah siap didalam ruangan maksimal 15 menit sebelum praktikum dimulai.



7.



Apabila alat, bahan, dan mahasiswa belum siap dalam 15 menit setelah jam praktikum



berjalan, maka mahasiswa tidak diijinkan untuk mengikuti praktikum. Selama praktikum, mahasiswa: 1.



Melakukan pretes.



2.



Mengikuti praktikum dari awal sampai akhir dengan aktif dan baik.



3.



Melakukan postes.



4.



Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka tidak diperkenankan mengikuti



praktikum. Setelah praktikum, mahasiswa: 1.



Mengembalikan dan merapikan alat, bahan dan ruangan dengan rapi pada tempatnya.



2.



Mengisi daftar presensi mahasiswa.



3.



Memberikan evaluasi terhadap proses berjalannya praktikum melalui instruktur masing-



masing. 38



4. PANDUAN PRAKTIKUM SKILLS LAB TOPIK-TOPIK PRAKTIKUM: 1.



Pemeriksaan Fisik System Perkemihan



2.



Pemasangan Kateter



3.



Perawatan Kateter Dan Bladder Training



4.



Kegel Exercise Dan Tata Cara Ibadah Pasien Dengan Terpasang Kateter



5.



Balance Cairan Dan Monitoring Cairan (Anak, Dewasa Dan Lansia)



39



st



1 TOPIC PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN Erfin Firmawati, Ns.,MNS Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC



Learning Objective: 1. 2.



Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat : Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan system eliminasi Melakukan interpretasi data hasil pemeriksaan



Scenario A man, 70 years old is admitted to hospital because of difficult to urinate for 2 days. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. In order to help the patient to urinate, you are ordered to insert urine catheter. But, nurse will do physical examination first



Pertanyaan mInimal: 1. 2.



Jelaskan pemeriksaan palpasi ginjal Jelaskan interpretasi hasil pemeriksaan inspeksi



40



PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN Pemeriksaan fisik sistem perkemihan adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ginjal, vesika urinaria, dan meatus urinaria. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan dilakukan dengan metode inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Tujuan pemeriksaan fisik abdomen: 1. Mendapatkan kesan kondisi dan fungsi organ perkemihan. 2. Mengetahui keluhan klien yang muncul dari sistem perkemihan



Langkah-langkah pemeriksaan fisik system perkemihan Langkah pemeriksaan fisik: A. Persiapan Alat 1. Stetoskop 2. Sarung tangan bersih 3. Alat tulis 4. Bengkok B. Pemeriksaan Inspeksi Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen, catat ukuran, kesimetrisan, warna kulit, tekstur, turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan, distensi, dan luka. Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan. C. Pemeriksaan Auskultasi Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).



41



D. Pemeriksaan Ginjal 1. Palpasi Ginjal Ginjal kanan Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan. Letakkan tangan kiri di bawah costa 12 Letakkan tangan kanan dibagian atas, sedikit di bawah lengkung iga kanan Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah sementara tangan kiri mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kanan kuat dan dalam. Raba ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan. Ginjal kiri Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya : Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita Gunakan tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakang Letakkan tangan kiri di kuadran kiri atas Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kiri menekan ke bawah sementara tangan kanan mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kiri kuat dan dalam. Raba ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan. Normalnya jarang teraba.



2.



Perkusi Ginjal Perkusi ginjal dilakukan untuk mengkaji adanya nyeri. Perkusi ginjal dilakukan pada akhir pemeriksaan. Perkusi costovertebral ginjal (costovertebral angle)



-



Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk



-



Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut costovertebral/costovertebral angel (setinggi



vertebra torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan tangan kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri. Lakukan perkusi ginjal dengan cukup kekuatan sampai



42



pasien dapat merasakan pukulan. -



Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat nyeri mengindikasikan adanya



batu atau pyelonephritis



E. Pemeriksaan Vesika Urinaria 1.



Palpasi Vesika Urinaria Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan, lokasi, ukuran, dan sensasi. Dalam kondisi normal, vesika urinaria tidak teraba. Adanya distensi/pembesaran vesika urinaria dapat dipalpasi di area antara simfisi pubis dan umbilical. Langkah-langkah palpasi vesika urianaria:



-



Atur posisi pasien supinasi



-



Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah mendekati simfisis.



-



Palpasi adanya distensi kandung kemih/vesika urinaria.



43



2.



Perkusi Vesika Urinaria Secara normal, vesika urinaria tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus. Sebelum melakukan perkusi vesika urinaria, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus vesika urinaria. Setelah itu lakukan perkusi di atas area suprapubic. Jika vesika urinaria penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis. Langkah-langkah perkusi vesika urinaria:



-



Atur posisi pasien supinasi



-



Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus.Vesika urinaria



dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”. F. Pemeriksaan Meatus Pemeriksaan meatus bukan pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan fisik system perkemihan. Pemeriksaan ini sering dilakukan pada pasien dengan gangguan system perkemihan infeksi.



Langkah-langkah pemeriksaan dengan inspeksi pada meatus 1.



Pada pasien laki-laki



-



Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri



-



Gunakan sarung tangan



-



Pegang penis dengan dua tangan, tekan ujung gland penis untuk membuka meatus



urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus. 2.



Pada pasien perempuan



-



Atur pasien dalam posisi litotomi



-



Gunakan sarung tangan



44



-



Buka labia mayora dengan tangan yang dominan, lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.



45



Nama Pasien



:



TTL/Umur



:



Alamat



:



Diagnosa medis



:



Pengkajian 1. Riwayat kesehatan sekarang: 2. Pengkajian pola Gordon -



Pola kebutuhan eliminasi BAK



3. Pemeriksaan Fisik -



Inspeksi: Warna:



, turgor kulit:



, distensi ( ), bengkak ( ), luka ( ),



………………………………………………………………………………………………. -



Auskultasi:



-



Pemeriksaan ginjal Kanan: palpasi



perkusi Kiri: palpasi perkusi



-



Pemeriksaan vesika urinaria Palpasi: Perkusi:



-



Pemeriksaan meatus urinaria: Kemerahan ( ), bengkak ( ), luka ( ), discharge/cairan ( )



46



Checklist Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan Raw Score



Score Critically



Performance



0 1 2 Tahap pre interaksi



Tahap Orientasi



Tahap Kerja



Difficulty



Procedure



1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub) 3. Persiapan Alat: - Stetoskop, Alat tulis, Sarung tangan - Bengkok 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri 2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien 3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan 4. Kontrak waktu 5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya 6. Minta persetujuan klien/keluarga 7. Dekatkan alat 8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub) Baca Basmalah



Inspeksi Atur posisi supinasi Amati kesimetrisan,



3 4



Actual



Max



RxCxD



Score



1,2,3



1,2,3



0 1 0 1



3 3



1 1



3 3



0 1



3



1



3



0 1 2 0 1 2



1 3



1 1



2 6



0 1 2



2



1



4



0 1 0 1



1 1



1 1



1 1



0 1 0 1 0 1



2 1 1



1 1 1



2 1 1



0 1



3



1



3



0 1



2



1



2



0 1



3 2



1 2



3 4



3



2



12



warna kulit, 0 1 tekstur, turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan, distensi, dan luka Auskultasi suara bising pembuluh darah (bruits) Letakkan stetoskop bagian bell pada sudut



5



0 1 2



kostovertebral dan kuadran atas abdomen (aorta abdomen dan arteri renalis) Dengarkan bising pembuluh darah Palpasi Ginjal Letakkan tangan kiri di bawah sela iga 12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan Letakkan tangan kanan sedikit di bawah lengkung costa kanan Anjurkan klien untuk nafas dalam. Pada saat akhir inspirasi, tangan kanan menekan kebawah sementara tangan kiri mendorong ke atas. Raba ginjal kanan anatara dua tangan Perkusi Ginjal Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut costovertebral (setinggi vertebra torakalis 12



0 1 2



3 4



3



3



36



0 1 2



3



3



2



18



0 1 2



3



3



3



27



2



1



2



3



3



36



0 1 0 1 2



3 4



dan lumbal 1). Perkusi dengan tangan kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri. Palpasi Vesika Urinaria



\



47



Raw Score Performance



Score Critically



Difficulty



1,2,3



1,2,3



Procedure



Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah mendekati simfisis. Palpasi adanya distensi kandung vesika urinaria. Perkusi Vesika Urinaria Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus. Vesika urinaria dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”. Inspeksi Meatus urinari Meatus laki-laki - Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri - Gunakan sarung tangan - Pegang penis dengan dua tangan, tekan ujung gland penis untuk membuka meatus urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus. Meatus perempuan - Atur pasien dalam posisi litotomi - Gunakan sarung tangan - Buka labia mayora dengan tangan yang dominan, lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus. Lepaskan sarung tangan Bereskan alat Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub) Tahap 1. Evaluasi respon klien 2. Menyimpulkan hasil prosedur yang terminasi dilakukan 3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien 4. Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan) 5. Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya 6. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam Dokumentasi 1. Nama dan umur atau nama dan alamat klien 2. Diagnosa keperawatan 3. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan 4. Evaluasi: S: Respon klien O:hasil pemeriksaan (inpeksi,auskultasi, perkusi, dan palpasi) A: P: 5. Tanggal dan jam pelaksanaan



Max



RxCxD



Score



3 4



0 1 2



3



3



1



9



0 1 2



3



3



1



9



0 1 2



3 4



3



2



24



1 1 1 1



1 1 2 3



1 1 1 1



1 1 2 3



0 1 0 1



2 1



1 1



2 1



0 1



1



1



1



0 1



2



1



2



0 1



2



1



2



0 1



1



1



1



0 1 2 0 1 0 1



2 2 2



1 1 1



4 2 2



0 1 2



2



1



4



0 1 1 0 1 2



2 2



1 1



2 4



0 0 0 0



5



Actual



0 1 2



6. Nama dan tanda tangan ners



48



2nd TOPIC PEMASANGAN KATETER



Shanti Wardaningsih, Ns., M.Kep., Sp.Jiwa Yanuar Primanda, Ns., MNS., HNC Erfin Firmawati, Ns.,MNS



Learning Objective: 1. 2.



Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat: Melakukan persiapan alat untuk pemasangan kateter dengan tepat sesuai indikasi Melakukan pemasangan kateter urin dengan benar



Scenario A man, 70 years old is admitted to hospital because of difficult to urinate for 2 days. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. In order to help the patient to urinate, you are ordered to insert urine catheter.



Pertanyaan mInimal: 2. 3.



Sebutkan indikasi pemasangan kateter urin! Sebutkan tujuan pemasangan kateter urin!



Masalah keperawatan:



3. 4.



1. Altered urinary elimination 2. Urinary retention Risk for infection Dependence on urinary catheter



49



PEMASANGAN KATETER A. DEFINISI Kateterisasi urin adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui uretha menuju ke kandung kemih (vesica urinaria).



B. TUJUAN Kateterisasi urin bertujuan: ¤ Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi atau mengalami obstruksi pada saluran kemih. ¤ Memantau pengeluaran urin pad aklien yang mengalami gangguan hemodinamik. Karena kateterisasi urin meresiko bagi klien untuk mengalami Urinaria Tractus Infection (UTI) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan menyebabkan trauma pada uretra, maka kateterisasi lebih dianjurkan untuk pemasangan sementara. C. INDIKASI PEMASANGAN KATETER Pemasangan kateter merupakan tindakan yang sangat penting bagi beberapa pasien. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa 21-54% pemasangan kateter dilakukan atas indikasi yang kurang tepat (CDC, 2012). Keputusan dilakukan tindakan pemasangan kateter harus berdasarkan pengkajian yang komprehensif terkait resiko dan kebutuhan pasien. Secara umum, indikasi pemasangan kateter adalah: 1.



Pasien yang mengalami retensi urin akut dan kronis



2.



Menjaga keteraturan pengeluaran urin pada pasien yang mengalami kesulitan berkemih, sebagai akibat



gangguan neurologis yang menyebabkan paralisis atau kehilangan sensasi berkemih yang berefek pada proses berkemih 3.



Pasien dengan penyakit gawat yang membutuhkan pengukuran urin output



4.



Pasien yang menjalani pembedahan urologi atau operasi lain yang terkait dengan saluran genitourinary



5.



Untuk antisipasi proses operasi yang panjang



50



6.



Pasien yang membutuhkan monitoring urine output pada saat pembedahan



7.



Untuk membantu proses penyembuhan luka di area sacral dan perineal pada pasien yang mengalami



inkontinensia 8.



Pasien yang mengalami imobilisasi jangka panjang seperti pasien yang mengalami fraktur spinal atau



lumbar, multiple fracture, multiple trauma di area pelvis, dll 9.



Untuk irigasi kandung kemih



10.



Untuk memasukkan obat atau untuk proses pemeriksaan diagnostic terkait system urologi (contoh:



cystogram) 11.



Untuk memfasilitasi proses berkemih dan menjaga integritas kulit



12.



Untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien terminal (palliative care)



D. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER 1.



Pasien dengan prostatitis akut



2.



Pasien dengan suspek trauma urethral



3.



Pasien dengan riwayat striktur urethra



4.



Pasien yang baru selesai penjalani TURP (Trans-Urethral Reserction of the Prostate) dalam jangka waktu 24



jam 5.



Pasien yang mengalami phymosis



6.



Pasien yang mengalami riwayat sulit dipasang kateter



7.



Pasien yang dicurigai mengalami hematuria



8.



Pasien yang mengalami atau menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih



E. DURASI KATETERISASI URIN Secara umum, durasi kateterisasi urin dibagi menjadi sementara (intermitten), tetap jangka pendek, dan tetap jangka panjang. Pemasangan kateter dalam jangka waktu yang pendek akan meminimalkan infeksi.



¤



Kateter Sementara Kateter sementara adalah pemasangan dan pelepasan kateter segera setelah kandung kemih kososng. Kateter sementara biasanya menggunakan kateter satu lumen dan hanya memerlukan waktu 5 – 10 menit sampai kandung kemih. Penggunaan kateter sementara dapat diulangi penggunaannya tetapai penggunaan yang terus menerus akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma pada uretra. Kateter sementara dapat digunakan untuk: Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi Vesica Urinaria o Mengatasi retensi urin akut



o o



Pengambilan specimen urin



o



Pengambilan urine residu setelah pengosongan Vesica Urinaria



51



¤



Kateter Tetap Jangka Pendek Kateter tetap jangka pendek dibiarkan terpasang pada pasien selama 1 minggu. Untuk keperluan ini, biasanya bahan kateter yang digunakan berbahan latex kecuali ada alergi terhadap latex. Kateter tetap jangka pendek digunakan untuk:



o



Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)



o



Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti Vesica Urinaria, uretra dan organ sekitarnya Preventif pada obstruksi uretra dari perdarahan o Untuk memantau output urin



o o



¤



Irigasi Vesica Urinaria



Kateter Tetap Jangka Panjang Pemasangan kateter tetap dalam jangka waktu yang lama dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Termasuk dalam kategori ini jika pasien memerlukan kateter untuk durasi 6 minggu hingga 3 bulan. Kateter yang digunakan untuk kateter jangka panjang harus diganti secara teratur sesuai dengan batas waktu pemasangan dari setiap produk kateter (sesuai pabrik) dan sesuai kebutuhan dan kondisi individu dan tidak berbatas waktu secara kaku. Pertimbangan penggantian kateter adalah berdasarkan: fungsi kateter, banyaknya kerak atau kotoran yang menempel pada kateter, frekuensi sumbatan pada kateter, dan kenyamanan pasien. Kateter tetap jangka panjang digunakan untuk:



o



Retensi urin pada penyembuhan penyakit ISK/UTI



o



Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urin o Klien dengan penyakit



terminal F. TIPE KATETER 1.



One-way catheter/single lumen catheter/kateter 1 jalur Kateter ini hanya mempunyai saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, tidak memeiliki balon untuk fiksasi dan tersedia dalam sediaan berlapis silicon atau tidak dan biasa disebut dengan kateter langsung. Tipe ini tidak digunakan dalam jangka waktu lama di kandung kemih tetapi sangat berfungsi untuk:







Kateterisasi intermitten atau sementara dan pengambilan specimen urin







Mengatasi striktur urethra







Memasukkan obat ke dalam vesica urinaria







Proses pemeriksaan penunjang seperti urodinamik







Kateterisasi suprapubik tanpa balon



52



2.



Two-way catheter/double lumen catheter/kateter double lumen Kateter ini terdiri dari 2 saluran pada ujung kateternya. Satu saluran untuk keluarnya urine dan satu saluran untuk mengembangkan balon yang berfungsi sebagai fiksasi kateter di dalam kandung kemih pasien. Tipe kateter ini paling sering digunakan.



3.



Three-way catheter/triple lumen catheter/kateter triple lumen Kateter 3 lumen memiliki lumen ketiga (selain untuk urin dan untuk mengembangkan balon) yang berfungsi untuk proses irigasi kandung kemih secara terus menerus. Kateter ini terutama digunakan pada pasien yang menjalani pembedahan saluran kemih atau perdarahan dari kandung kemih atau tumor prostat sehingga kandung kemih membutuhkan baik irigasi terus menerus atau irigasi sementara untuk membersihkan dari gumpalan darah atau debris.



4.



Catheter with integrated temperature sensor Kateter ini mempunyai fasilitas sensor pengukur suhu yang terintegrasi didalam kateter yang terletak di ujung proksimal. Kateter ini khususnya digunakan pada pasien yang membutuhkan perawatan intensif atau pada saat menjalani operasi tertentu. Fungsi dari sensor suhu adalah untuk mengukur suhu urine di dalam kandung kemih



dan



mengetahui



merupakan suhu



alat



tubuh



yang



efektif



untuk



bagian



dalam



(core



temperature). G. JENIS KATETER



¤ Kateter plastik: digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel



53



¤



Kateter Latex/Karet: berbahan dasar karet, fleksibel tetapi kurang nyaman karena gesekan permukaan,



mudah terjadi pengerakan akibat mineral yang terkumpul dari urin, dan alergi yang menyebabkan urethritis dan urethral stricture. Digunakan untuk pemakaian dalam jangka waktu pendek.



¤



Kateter Silicon murni (100% silicon): sangat lembut untuk jaringan dan hipoalergenik. Ukuran



lumen/saluran besar karena tidak ada lapisan karet dan tidak mudah menggumpal. Kerugiannya adalah mudahnya balon mengempes sehingga sering terjadi kateter terlepas atau tidak sesuai pada tempatnya lagi. Kateter ini lebih sering digunakan untuk penggunaan jangka waktu selama 2-3 bulan.



¤



PTFE (Polytetrafluoroethylene)/teflon: PTFE-coated latex catheter adalah kateter latex yang dilapisi teflon



pada bagian dalam maupun luar. Kateter ini lebih lembut daripada kateter latex karena adanya lapisan Teflon yang membantu mencegah pengerakan dan iritasi. Jangan menggunakan jenis ini untuk pasien yang alergi terhadap latex.



¤



Silicone-coated/silicone elastomer-coated: adalah kateter latex yang dilapisi silicon pada bagian dalam dan



luar. Kateter ini memiliki kekuatan dan fleksibilitas sejenis kateter latex tetapi lebih awet dan tidak mudah mengerak seperti jenis silicon murni (100% silicon).



¤



Hydrogel-coated: merupakan kateter yang lembut dan biocompatible. Kateter ini bersifat hidrofilik



sehingga menyerap cairan yang akan membentuk kerak di sekitar kateter dan karena tidak terlalu banyak gesekan maka tidak menyebabkan iritasi.



¤



Silver-coated catheter: merupakan jenis kateter dengan kombinasi lapisan silver alloy dan hydrogel yang



berfungsi sebagai antiseptic. Silver-hydrogel coated catheter tersedia dalam bahan dasar latex dan silicon. Jenis ini terbukti menurunkan insiden bekteriurea asimtomatik dalam jangka waktu 1 minggu.



¤



Kateter Logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada



ibu yang melahirkan



54



Jenis Kateter, Keuntungan, dan Kerugiannya



H. UKURAN KATETER Prinsip pemilihan ukuran kateter adalah memilih ukuran yang terkecil yang mampu mengalirkan urin secara adekuat. Meskipun demikian, ukuran kateter tetap harus disesuaikan dengan indikasi dan kondisi klinis pasien. Ukuran kateter bervariasi antara 5 – 24 French (Fr). Secara umum, ukuran yang disarankan adalah:



¤ Anak



: 8 – 10 Fr



¤ Wanita



: 12



– 14



¤ Laki-laki



: 16



– 18 Fr



¤ Hematuria



: 20



– 24 Fr



Fr



Pasien yang mengalami hematuria sebaiknya menggunakan kateter 3 jalur sehingga memungkinkan dilakukannya irigasi kandung kemih tanpa mengganti kateter. I.



PANJANG KATETER Panjang kateter terdiri dari 3 ukuran: ukuran anak, anak, perempuan, dan laki-laki. Ukuran kateter lakilaki standar dengan panjang 41-45 cm dapat digunakan untuk laki-laki dan perempuan, tetapi ukuran perempuan yang lebih pendek yaitu 25 cm dianggap lebih nyaman pada beberapa wanita yang bias beraktivitas dan membutuhkan pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama. Ukuran wanita yang pendek tidak sesuai



55



untuk wanita yang obese atau imobilisasi karena akan mudah terlepas dan menyebabkan trauma bada kandung kemih. J.



UKURAN BALON Kembangkan balon dengan ukuran yang sekecil mungkin. Hal ini akan mencegah adanya residu urine di kandung kemih, menurunkan resiko spasme kandung kemih dan meminimalkan trauma pada leher kandung kemih. Ukuran balon berkisar antara 5 – 30 ml tergantung produksi pabrikan. Ukuran yang biasa digunakan adalam 10 ml. kembangkan balon sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Ukuran balon 30 ml digunakan untuk haemostat post prosedur urologi dan tidak dianjurkan untuk peggunaan rutin. Gunakan air steril untuk mengembangkan balon.



K. SISTEM DRAINASE Sistem drainase tertutup dimana saluran yang menghubungkan antara kateter dan urin bag selalu tersambung dan urin dikeluarkan dari urine bag melalui saluran pembuangan pada urin bag, menurunkan resiko infeksi, tetpi efektifitas system ini tergantung pada kebersihan dan perawatan kateter.



Sistem drainase yang baik dapat mencegah munculnya infeksi akibat pemasangan kateter (CaUTI). Manajemen system drainase yang baik adalah sebagai berikut: 1.



Jaga agar system drainase atau urin bag tetap berada di bawah/lebih rendah daripada kandung kemih



2.



Minimalkan kontaminasi dari urine bag dan hindarkan kontak antara urin bag dengan lantai atau dengan



permukaan lainnya 3.



Kaji secara rutin kondisi urin bag dang anti jika perlu



4.



Kosongkan urin bag secara rutin atau jika telah mencapai 2/3 kantong untuk mencegah reflux dan mencegah



urine bag terlalu berat



56



5.



Saat mengosongkan urin bag, jangan sampai konektor pembuangan pada urin bag menyentuh penampung.



Gunakan penampung yang bersih dan terpisah antara satu pasien dengan pasien yang lainnya 6.



Anjurkan pasien untuk banyak minum jika tidak ada kontraindikasi secara klinis



L. PEDOMAN UMUM PEMASANGAN KATETER Pemasangan kateter dilakukan atas program dari dokter. -



Prinsip pemasangan kateter menggunakan tehnik aseptik/steril



-



Kateter tetap dan sementara menggunakan prinsip yang sama, perbedaannya adalah pada kateter tetap



difiksasi dengan balon. -



Setelah pemasangan kateter perawat menjaga sistem drainase untuk meminimalkan resiko infeksi



-



Urine bag terbuat dari plastik yang dapat menampung 1.000 – 1.500 ml urin. Urine bag harus digantung



pada tepi tempat tidur atau kursi roda tanpa menyentuh lantai. Jangan pernah menggantungkan urine bag pada posisi lebih tinggi dari abdomen. Jika klien berjalan, klien atau perawat membawa urine bag dibawah lutut klien. Hal ini karena urin didalam kantong dapat menjadi medium bagi hidupnya mikroorganisme dan infeksi dapat terjadi apabila urin kembali (refluk) ke Vesica Urinaria. Sebagian Urine Bag dirancang menjadi antirefluk untuk menjaga kembalinya urin pada Vesica Urinaria. -



Karena urin dapat menjadi media bagi tumbuhnya mikroorganisme, maka pengosongan urine bag



dilakukan setiap 6 – 8 jam sekali. M. KOMPLIKASI PEMASANGAN KATETER - Trauma urethral akibat peniupan balon fiksasi ketika kateter belum sampai di vesica urinaria Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Catheter-associated Urinary Tract Infection (CaUTI) - Trauma psikologi - Perdarahan diakibatkan proses insersi kateter atau peniupan balon Salah saluran akibat trauma saat insersi kateter - Striktur urethra merupakan komplikasi lanjutan akibat adanya cedera kronis pada uretra - Paraphimosis (terjadi pada laki-laki yang tidak sirkumsisi dimana preputium terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal) akibat kegagalan pengembalian kulit permukaan ke posisi normal setelah pemasangan kateter sehingga kulit di sekitar gland penis membengkak



57



Raw Score



Score



Performa



Critically



Difficulty



1,2,3



1,2,3



0 1 0 1



3 3



1 1



3 3



0 1 2



3



1



6



0 1 2



1



1



2



0 1 2



1



1



2



0 1 2



1



1



2



1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri



0 1 2



1



1



2



2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien 3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan (pemasangan kateter, nafas dalam saat kateter dipasang) 4. Kontrak waktu 5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya 6. Minta persetujuan klien/keluarga 7. Dekatkan alat 8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu Baca Basmalah



0 1 2



3



1



6



0 1 2



2



1



4



0 1 1 0 1 1



1 1



1 1



1 1



0 1 1 0 1 1 0 1 1



2 1 1



1 1 1



2 1 1



0 1



2



1



2



Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)



0 1



3



1



3



Atur posisi yang nyaman - Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan bantuan - Pasien wanita dengan posisi dorsal recumbent - Pasien laki-laki dengan supine Memasang pengalas/perlak dibawah pantat klien



0 1



3



1



3



0 1



1



1



1



Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas



0 1



1



1



1



Procedure nce



Tahap pre interak si



0



1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub) 3. Persiapan Alat (sebutkan 5 alat utama) - Foley catheter - Urine bag - Sarung tangan steril - Korentang - Kom steril - Plester/hypavix - Bengkok - Duk steril - Gunting - Perban/plester - Pinset steril - Pinset sirurgis



Tahap



2



3



4



5



Actual



Max



RxCxD



Score



- Perlak dan pengalas - NaCl - Kapas/kassa steril - Kassa gulung - Bak instrument - Spuit 10cc 1 buah - Spuit 3 cc 1 buah - Lydocain Jelly - Aquabidest 30 ml



4. Buka 1 spuit 3cc, masukkan ke dalam bak instrument dengan menjaga kesterilan spuit 5. Tampung jelly ke dalam kom steril yang ada di bak instrument, jaga kesterilan saat mengeluarkan jelly dari tube dan menampung dalam bak instrument 6. Buka 1 spuit 10cc dan isi dengan aquadest untuk fiksasi folley catheter, letakkan di luar bak instrument Tahap Orientasi



1



Kerja



Bengkok diletakkan didekat bokong klien Sambungkan ujung folley catheter dengan urine bag, buka sedikit pembungkus luar dari folley catheter dan jaga kesterilan folley catheter Pakai sarung tangan steril Persiapkan jelly:* - Untuk klien laki-laki: ambil 1 buah spuit 3ml,



0 1 0 1



1 2



1 1



1 2



0 1 2 3 0 1 2 3



3 3



1 2



9 18



58 Raw Score



Performa nce



Score Critically



Difficulty



1,2,3



1,2,3



Procedure 0



lepaskan jarumnya, isi dengan lydocain jelly yang ada di kom steril sebanyak 5 – 10 ml untuk diinjeksikan kedalam urethra* - Untuk klien perempuan, ambil jelly yang ada pada kom steril dengan menggunakan kassa steril* Membersihkan bagian genitalia:* - Klien laki-laki: Penis dipegang dengan tangan non dominan. Penis dibersihkan dengan menggunakan kapas steril/ kassa steril yang diolesi NaCl oleh tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus ke luar dengan menggunakan pinset, dilanjutkan dengan membersihkan gland penis. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok* - Klien perempuan: Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Kemudian bersihkan labia mayora dengan menggunakan kapas sublimat atau kassa steril yang diolesi cairan antiseptik dengan menggunakan pinset dari arah atas kebawah, dilanjutkan ke daerah labia minora, dan selanjutnya meatus urethra (dari luar ke dalam), sekali usap pada satu sisi kapas atau kassa. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok* Pasang duk steril dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri memegang penis, jaga kesterilan duk Pasang selang kateter:* - Klien laki-laki: pegang penis dengan tangan non dominan, injeksikan jelly ke dalam uretra klien tanpa menggunakan jarum. Keluarkan folley catheter dengan hati-hati dan menjaga kesterilannya. Pegang penis dengan tangan non dominan, masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama pemasangan * - Klien perempuan: oleskan jelly yang telah



1



2



3



4



5



Actual



Max



RxCxD



Score



0 1 2 3



3



2



18



0 1 2



2



1



4



3



3



45



0 1 2 3 4



5



d i s i a p k a n d i k a s s a p



ada ujung kateter dengan menggunakan kassa steril minimal sepanjang 6 inchi dari ujung kateter. Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk temukan meatus uretra. Masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama pemasangan* Masukkan cairan aquades 20-30 cc dimasukkan atau sesuai ukuran yang tertulis untuk fiksasi kateter di dalam vesica urinaria. Kateter sedikit ditarik sampai ada tahanan* Lepaskan duk dengan menarik ke bawah, hati-hati saat melewati urin bag. Jika urine bag penuh, urin bag



0 1 2 3 4



3



2



24



0 1



1



1



1



59



Raw Score



Score



Performa



Critically



Difficulty



1,2,3



1,2,3



Procedure nce



0



dikosongkan dulu dengan membuang urine di bengkok atau pispot Fiksasi kateter ke pasien - Untuk laki-laki di bawah abdomen - Untuk wanita ke paha atau dengan longgar diatas kaki tanpa fiksasi Gantung urine bag ditempatnya Lepaskan sarung tangan Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien



Tahap terminasi



1



2



3



4



5



Actual



Max



RxCxD



Score



0 1 2



2



1



4



0 1 0 1 0 1



1 1 1



1 1 1



1 1 1



Bereskan alat Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub) - Evaluasi respon klien



0 1 0 1 0 1



1 1 3



1 1 1



1 1 3



0 1 2



2



1



2



- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan - Berikan reinforcement atas kemampuan klien - Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang



0 1 2



2



1



2



0 1



1



1



1



0 1



1



1



1



- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan 0 1 syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan) - Melakukan kontrak waktu untuk tindakan 0 1 selanjutnya - Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai 0 1



2



1



2



2



1



1



1



1



1



- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi 0 1 salam - Nama dan umur atau nama dan alamat klien 0 1 2



1



1



1



1



1



2



-



2 2 2 2



1 1 1 1



1 1 1 1



2 2 2 2



0 1 2



1



1



2



tidak meninggikan urine bag diatas paha ketika berjalan, menjaga kebersihan, cara thoharoh, beribadah dengan kateter dan urine bag melekat)



tindakan



Dokument asi



Diagnosa keperawatan Tanggal dan jam tindakan keperawatan Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan Evaluasi: DS (respon klien), DO: tipe dan ukuran



0 0 0 0



1 1 1 1



kateter, deskripsi urine: warna, jumlah



- Nama dan tanda tangan ners



Keterangan: * critical point dari prosedur. Jika critical point tidak dilakukan, otomatis mahasiswa tidak lulus



60



3nd TOPIC BLADDER TRAINING & PELEPASAN KATETER



BLADDER TRAINING Erfin Firmawati, Ns.,MNS Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC Learning Objective: 1. 2.



Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat: Melatih bladder training sesuai indikasi Melakukan bladder training



Scenario A man, 70 years old is admitted to hospital because of post TURP procedure. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. The nurse will open the Foley catheter. Before, nurse open the catheter, nurse will train of bladder training to patient.



Pertanyaan mInimal: 1. Sebutkan indikasi latihan bladder training!



Masalah keperawatan:



3. 4.



1. Altered urinary elimination 2. Urinary retention Risk for infection Dependence on urinary catheter



Pada pasien yang terpasang kateter dalam jangka waktu yang lama, pasien mungkin mengalami penurunan sensasi ingin berkemih atau miksi. Jika hal ini terjadi, maka pasien dapat mengalami kesulitan mengontrol rasa berkemih sehingga mengompol atau mengalami 61



inkontinensia urin. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka pasien perlu menerima bladder training. Bladder training merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengembalikan kontrol terhadap keinginan berkemih. Secara umum, bladder training dilakukan sejak sebelum kateter hingga setelah kateter dilepas. Secara umum, panduan bladder training sebelum kateter dilepas adalah sebagai berikut: 1.



Perawat harus mengkaji rencana perawatan pasien termasuk kemungkinan durasi



terpasang kateter 2.



Prosedur bladder training harus dengan persetujuan dokter



3.



Jadwal pelaksanaan baldder training perlu didiskusikan dengan pasien



4.



Bladder training bisa memakan waktu hingga 4 hari atau setelah pasien mampu



mengontrol miksi dengan baik 5.



Kosongkan urin bag saat selang penghubung kateter ke urin bag di klem



6.



Saat klem dilepas, catat warna, kejernihan, dan jumlah urin.



7.



Sebelum benar-benar dilepas, pasien harus mampu mentoleransi minimal 250 cc urin di kandung kemih Alat yang digunakan:



1.



Klem kateter/klem arteri



2.



Penampung urin



3.



Sarung tangan bersih Prosedur bladder training:



1.



Jaga privacy pasien



2.



Cuci tangan dengan 6 langkah, gunakan sarung tangan bersih



3.



Jelaskan prosedur pada pasien



4.



Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai waktu 2



jam kecuali pasien merasa kesakitan) 5.



Kosongkan urin bag



6.



Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak toleran



terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan secara bertahap



62



7.



Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih



menuju urine bag hingga kandung kemih kosong 8.



Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam.



9.



Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama



10.



Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan



klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam 11.



Pada hari ketika, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15



menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam 12.



Pada hari ke 4, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter dilepas



13.



Anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam



14.



Setelah kateter dilepas, maka lakukan proses selanjutnya yaitu dengan melakukan:



kegel exercise, penundaan berkemih, dan penjadwalan berkemih 15.



Kegel exercise adalah latihan untuk penguatan otot pelvis agar mampu



menghentikan aliran urin. Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise: 16.



Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan



berkemih dapat membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih, tunda berkemih selama 5 menit. Jika berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut secara bertahap hingga mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih sering muncul sebelum batas waktu yang anda targetkan, lakukan teknik relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam dan pelan. Kegel exercise bisa diakukan juga untuk membantu menunda berkemih 17.



Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi



berkemih secara teratur. Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang telah ditentukan meskipun belum merasa ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga waktu yang sesuai untuk pasien. 18. a.



Perawat dapat menganjurkan pasien untuk: Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada



anjuran lain dari dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi jumlah minum. Mengurangi asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia, tetapi justru akan membuat urin menjadi sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi 63



kandung kemih dan membuatnya semakin sering ingin berkemih sementara urin yang tertampung dalam kandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. b. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum banyak dalam sekali waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah dikendalikan karena kandung kemih segera penuh, sehingga keinginan berkemih akan segera muncul setelah minum banyak. c.



Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan



untuk berkemih semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein harus dihindari. Minuman jenis lain yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman berkabonasi. d.



Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur



akan meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari. 19.



Anjurkan pasien untuk segera mencari pertolongan medis jika setelah dilepas



kateternya pasien mengalami: a.



Tidak dapat berkemih selama 6 jam



b.



Ada perasaan ingin berkemih tetapi tidak dapat berkemih



c.



Mengalami nyeri hebat di punggung (back pain)



d.



Perut membesar



e.



Demam (> 37.5 C)



f.



Mual dan muntah



o



64



PELEPASAN KATETER Erfin Firmawati, Ns.,MNS Pengertian: Melakukan tindakan perawatan melepaskan kateter uretra dari kandung kemih Tujuan: Mencegah infeksi Indikasi: 1.



Pasien yang terpasang kateter lebih dari 7 hari



2.



Pasien yang tidak memerlukan pemasangan kateter menetap



Peralatan: 1.



Perlak



2.



Sarung tangan



3.



Kom kecil berisi Cairan NaCl



4.



Kassa



5.



Pinset chirurgis



6.



Spuit 10 atau 20 cc



7.



Bengkok/nierbeken



8.



Kantung plastik



Pelaksanaan: 1.



Mengucapkan basmalah



2.



Cuci tangan dengan 6 langkah



3.



Menjaga privacy pasien



4.



Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien



5.



Memasang perlak/pengalas



6.



Memakai sarung tangan



7.



Melepas plester dan membersihkan sisa plester



8.



Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya



9.



Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang selang kateter sejajar dengan meatus



urethra (perempuan) 10. Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien diminta nafas dalam dan rileks



65



11.



Buang kateter dan urin bag kedalam kantong plastik



12.



Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan kasa yang dibasahi NaCl dan keringkan



13.



Observasi ujung penis/meatus urethra adanya kemerahan, discharge, dan bengkak. Tanyakan



kepada pasien adanya nyeri, demam 14.



Melepas sarung tangan



15.



Merapikan pasien dan alat



16.



Cuci tangan dengan 6 langkah



17.



Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai kegiatan



Raw Score



Difficult



Performan



Critically Procedure



ce



Tahap pre interaksi



Tahap Orientasi



Tahap Kerja



Score



0 1



1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub) 3. Persiapan Alat: Bladder training: - Sarung tangan bersih - Klem kateter/klem arteri - Penampung urin Pelepasan kateter: - Perlak - Sarung tangan - Kom kecil berisi Cairan NaCl - Kassa - Pinset chirurgis - Spuit 10 atau 20 cc - Bengkok/nierbeken - Kantung plastik 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri 2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien 3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan 4. Kontrak waktu 5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya 6. Minta persetujuan klien/keluarga 7. Dekatkan alat 8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu Baca Basmalah Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub) Gunakan sarung tangan bersih Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai waktu 2 jam kecuali



2



3



4



5



y



Actual



Max



1,2,3



RxCxD



Score



1,2,3



0 1 0 1



3 3



1 1



3 3



0 1



3



1



3



0 1 2 0 1 2



1 3



1 1



2 6



0 1 2



2



1



4



0 1 1 0 1 1



1 1



1 1



1 1



0 0 0 0 0



2 1 1 2 3



1 1 1 1 1



2 1 1 2 3



3 1



1 1



3 1



1 1 1 1 1 1 1 1



0 1 0 1



66 Raw Score



Performan ce



Difficult



Score



Critically Procedure 0 1



2 3



4



5



y



Actual



Max



1,2,3



RxCxD



Score



1,2,3



pasien merasa kesakitan) Kosongkan urin bag Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak toleran terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan secara bertahap Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam. Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam Pada hari ketiga, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam Pada hari keempat, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter dilepas Pelepasan kateter Cuci tangan dengan 6 langkah Menjaga privacy pasien Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien Memasang perlak/pengalas



0 1 0 1



1 1



1 1



1 1



0 1



2



1



2



0 1 2 3



3



1



9



0 1 2 3 0 1 2 3



3 3



2 2



18 18



0 1



2



1



2



0 1 0 1



3 1



1 1



3 1



0 1 2



1



1



2



0 1



1



1



1



Melepas plester dan membersihkan sisa plester Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang selang kateter sejajar dengan meatus urethra (perempuan) Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien diminta nafas dalam dan rileks Buang kateter dan urin bag kedalam kantong plastik Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan kasa yang dibasahi NaCl dan keringkan Observasi ujung penis/meatus urethra adanya kemerahan, discharge, dan bengkak. Tanyakan kepada pasien adanya nyeri, demam Setelah kateter dilepas, anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam Lepaskan sarung tangan Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan



0 1



3



1



3



0 1 2 3 0 1



3 3



1 1



9 3



0 1 2 3



3



2



18



0 1



3



1



3



0 1 2 3



3



1



9



0 1 2 3



3



1



9



0 1



3



1



3



0 1 0 1



1 1



1 1



1 1



rap ika n ke mb ali



pakaian pasien Bereskan alat Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)



0 1 0 1 0 1



1 1 3



1 1 1



1 1 3



67



Raw Score



Difficult



Performan Procedure ce



Tahap terminasi



0 1



-



Dokument asi



Score



Critically



-



Evaluasi respon klien Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan Berikan reinforcement atas kemampuan klien Berikan pendidikan kesehatan; banyak minum, tidak menunda berkemih Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan) Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya: kegel exercise Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam Nama dan umur atau nama dan alamat klien Diagnosa keperawatan Tanggal dan jam tindakan keperawatan Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan Evaluasi: S (respon klien;kemampuan berkemih), O: warna dan jumlah urin; A;P Nama dan tanda tangan ners



0 0 0 0



2



4



5



y



Actual



Max



1,2,3



RxCxD



Score



1,2,3



2 2 1 1



1 1 1 1



0 1



2



1



0 1



1



1



1



0 1



1



1



1



0 1



1



1



1



2 2 2 2 2



1 1 1 1 1



1 1 1 1 1



2 2 2 2 2



0 1 2



1



1



2



0 0 0 0 0



1 2 1 2 1 1



3



1 1 1 1 1



2 2 1 1 2



68



4th TOPIC KEGEL EXERCISE THAHARAH PASIEN YANG DIPASANG KATETER



KEGEL EXERCISE Erfin Firmawati, Ns.,MNS Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC



Learning Objective: Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat : Melakukan persiapan alat untuk mengajarkan kegel exercise kepada pasien sesuai



1. indikasi 2.



Mengajarkan kegel exercise dengan benar



Scenario A woman, 65 years old was diagnose urinary incontinence. Nurse will teach patient how to do kegel exercise.



Pertanyaan mInimal: 1. 2.



Sebutkan indikasi kegel exercise Sebutkan langkah-langkah kegel exercise



Masalah keperawatan: 1. Altered urinary elimination 2. Urinary retention Risk for infection Dependence on urinary catheter



3. 4.



A. DEFINISI



Latihan kegel atau latihan otot panggul adalah latihan yang bertujuan untuk menguatkan otot perianal (pubococcygeus). B. LANGKAH-LANGKAH KEGEL EXERCISE Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:



69



1.



Temukan otot yang tepat. Kegel exercise melatih otot pelvis agar lebih kuat. Untuk menentukan otot



pelvis yang tepat, maka hentikan urin saat sedang berkemih. Jika urin dapat dihentikan, maka otot pelvis yang dimaksud telah ditemukan. Otot tersebut yang harus dikontraksikan saat melakukan kegel exercise. 2.



Ketika sudah berhasil mengidentifikasi otot pelvis, kosongkan kandung kemih. Setelah itu kegel



exercise bisa dimulai. Dilarang melakukan kegel exercise saat sedang berkemih karena hal tersebut justru akan melemahkan otot pelvis dan menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna dan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. 3.



Mulai kegel exercise dengan mengontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5 detik dan relaks



selama 5 detik. Ulangi proses tersebut hingga 4-5 set. Lakukan terus latihan secara bertahap hingga dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set. 4.



Untuk hasil yang maksimal, fokuslah mengkontraksikan hanya bagian pelvis. Jangan melakukan



kontraksi pada area perut, panggul, pantat atau paha, tetapi konsentrasi hanya bagian otot pelvis. Hindari menahan nafas saat melakukan kegel exercise, sebaliknya bernafaslah secara bebas dan rileks pada saat melakukan kegel exercise. 5.



Lakukan kegel exercise minimal 3 kali sehari sebanyak 10 set. Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan berkemih dapat membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih, tunda berkemih selama 5 menit. Jika berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut secara bertahap hingga mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih sering muncul sebelum batas waktu yang anda targetkan, lakukan teknik relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam dan pelan. Kegel exercise bisa diakukan juga untuk membantu menunda berkemih Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi berkemih secara teratur. Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang telah ditentukan meskipun belum merasa ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga waktu yang sesuai untuk pasien. Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:



1.



Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada anjuran lain dari



dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi jumlah minum. Mengurangi asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia, tetapi justru akan membuat urin menjadi sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi kandung kemih dan membuatnya semakin sering ingin berkemih sementara urin yang tertampung dalam kandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.



70



2.



Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum banyak dalam sekali



waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah dikendalikan karena kandung kemih segera penuh, sehingga keinginan berkemih akan segera muncul setelah minum banyak. 3.



Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan untuk berkemih



semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein harus dihindari. Minuman jenis lain yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman berkabonasi. 4.



Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur akan



meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.



71



Raw Score



Score



Performa



Critically



Difficulty



1,2,3



1,2,3



Procedure nce



Tahap pre interak si Tahap Orientasi



Tahap



0



1



2



3



4



5



Actual



Max



RxCxD



Score



1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub) 3. Persiapan Alat: matras



0 1 0 1



3 3



1 1



3 3



0 1



1



1



1



1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri



0 1 2



1



1



2



2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien 3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan 4. Kontrak waktu 5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya 6. Minta persetujuan klien/keluarga 7. Dekatkan alat 8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu Baca Basmalah



0 1 2



3



1



6



0 1 2



2



1



4



0 1 1 0 1 1



1 1



1 1



1 1



0 0 0 0



2 1 1 2



1 1 1 1



2 1 1 2



Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub) Anjurkan pasien untuk mengkosongkan kandung kemih Kontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5 detik dan relaks selama 5 detik. Ulangi proses tersebut hingga 4-5 set. Lakukan terus latihan secara bertahap hingga dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set. Hindari menahan nafas saat melakukan kegel exercise, sebaliknya bernafaslah secara bebas dan rileks pada saat melakukan kegel exercise.



0 1



3



1



3



0 1



3



1



3



3



2



30



0 1 2



1



1



2



0 1



2



1



2



Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien



0 1



1



1



1



Bereskan alat Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub) - Evaluasi respon klien



0 1 0 1 0 1



1 1 3



1 1 1



1 1 3



0 1 2



2



1



2



- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan - Berikan reinforcement atas kemampuan klien - Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang pelaksanaan kegel exerxise secara rutin - Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan) - Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya - Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai



0 1 2 0 1 0 1



2 1 1



1 1 1



2 1 1



0 1



2



1



2



0 1



2



1



1



0 1



1



1



1



1 1 1 1 1 1 1



Kerja



Tahap terminasi



tindakan



0 1 2 3 4



5



Dokument asi



- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam



0 1



1



1



1



- Nama dan umur atau nama dan alamat klien



0 1 2



1



1



2



- Diagnosa keperawatan - Tanggal dan jam tindakan keperawatan - Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan



0 1 2 0 1 2 0 1 2



1 1 1



1 1 1



2 2 2



72



Raw Score



Score



Performa



Critically



Difficulty



1,2,3



1,2,3



0 1 2



1



1



2



0 1 2



1



1



2



Procedure nce



0



- Evaluasi: S (respon klien), O: kemampuan melakukan kegel exercise; A;P - Nama dan tanda tangan ners



1



2



3



4



5



Actual



Max



RxCxD



Score



73



THAHARAH PASIEN YANG DIPASANG KATETER Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC Erfin Firmawati, Ns.,MNS



Learning Objective: Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat : Melakukan persiapan alat untuk mengajarkan kegel exercise kepada pasien sesuai



1. indikasi 2.



Mengajarkan kegel exercise dengan benar



Scenario A man, 45 years old was diagnose Urinary retention after he got surgery 5 days ago. He inserted a folley catheter and urine output 1500 ml/day. For 5 days, he can not pray because he don’t know how to pray.



Pertanyaan mInimal: 1. 2.



Bagaimana cara toharoh pasien yang terpasang kateter ? Bagaimana cara melakukan sholat pada pasien yang terpasang kateter ?



Masalah keperawatan: 1. Distress spiritual



Definisi Thaharah Thaharah adalah menyucikan badan, pakaian, serta tempat dari najis dan menyucikan diri dari hadast. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci “(QS. al-Baqarah/2: 222)



74



Langkah-langkah thaharah pada pasien dengan kateter: 1.



Lakukan pengosongan urine bag terlebih dahulu



2.



Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag dengan kasa atau kain bersih



yang telah dibasahi dengan air 3.



Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri dengan air suci, jika pasien tidak



mampu beruwudhu sendiri, maka perawat/keluarga membantu pasien untuk berwudhu dengan air suci 4.



Tata cara berwudhu:



-



Berniat wudhu



-



Mengucapkan bismillah.



-



Membasuh dua telapak tangan



-



Membasuh seluruh wajah



-



Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku



-



Menyapu seluruh kepala



-



Membasuh kaki kanan hingga mata kaki.



75



Raw Score



Score



Performa



Critically



Difficulty



1,2,3



1,2,3



3 3



1 1



3 3



1



1



1



0 1 2



1



1



2



2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien 3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan 4. Kontrak waktu 5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya 6. Minta persetujuan klien/keluarga 7. Dekatkan alat 8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu Baca Basmalah



0 1 2



3



1



6



0 1 2



2



1



4



0 1 1 0 1 1



1 1



1 1



1 1



0 0 0 0



2 1 1 2



1 1 1 1



2 1 1 2



Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub) Gunakan sarung tangan bersih



0 1



3



1



3



0 1 0 1 2



2 3



1 1



2 6



0 1 2



3



1



6



0 1 2



3



1



6



0 1 2



3



1



6



0 1 2



3



1



6



Membasuh dua telapak tangan Membasuh seluruh wajah Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku Menyapu seluruh kepala Membasuh kaki kanan hingga mata kaki



0 0 0 0 0



3 3 3 3 3



1 1 1 1 1



6 6 6 6 6



Keringkan dengan handuk



0 1



1



1



1



Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien Bereskan alat



0 1



1



1



1



0 1



1



1



1



Procedure nce



Tahap pre interak si



Tahap Orientasi



Tahap



0



1



2



1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 0 1 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 dengan menggunakan hand rub) 3. Persiapan Alat: sarung tangan bersih, 0 1 penampung urin, air bersih, kassa bersih, kain bersih, handuk 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri



1 1 1 1 1 1 1



3



4



5



Actual



Max



RxCxD



Score



Kerja



Lakukan pengosongan urine bag terlebih dahulu Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag dengan kasa atau kain bersih yang telah dibasahi dengan air Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri dengan air suci, jika pasien tidak mampu beruwudhu sendiri, maka perawat/keluarga membantu pasien untuk berwudhu dengan air suci Ajarkan berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats. Mengucapkan bismillah.



1 1 1 1 1



2 2 2 2 2



Tahap terminasi



Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub) - Evaluasi respon klien



0 1 0 1



1 3



1 1



1 3



0 1 2



2



1



2



- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan 0 1 2 - Berikan reinforcement atas kemampuan klien 0 1 - Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang 0 1



2 1 1



1 1 1



2 1 1



76



Raw Score



Score



Performa



Critically



Difficulty



1,2,3



1,2,3



Procedure nce



0



1



2



thaharah - Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan 0 1 syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan) - Melakukan kontrak waktu untuk tindakan 0 1 selanjutnya - Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai 0 1



3



4



5



Actual



Max



RxCxD



Score



2



1



2



2



1



1



1



1



1



1



1



1



tindakan



- Mengakhiri salam Dokument asi



kegiatan dengan



cara memberi 0 1



- Nama dan umur atau nama dan alamat klien



0 1 2



1



1



2



-



0 0 0 0



2 2 2 2



1 1 1 1



1 1 1 1



2 2 2 2



0 1 2



1



1



2



Diagnosa keperawatan Tanggal dan jam tindakan keperawatan Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan Evaluasi: S (respon klien), O: kemampuan melakukan thaharoh;A;P - Nama dan tanda tangan ners



1 1 1 1



77



5th TOPIC BALANCE CAIRAN DAN MONITORING CAIRAN (ANAK, DEWASA DAN LANSIA)



Tujuan Umum: Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana pada pasien dengan gangguan cairan Tujuan Khusus: Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: a. b. c. d.



Menjelaskan pengertian Dehidrasi Menjelaskan tingkatan dan tanda dehidrasi Menghitung kebutuhan cairan pada pasien Melakukan tata laksana pada pasien dengan kebutuhan cairan



Scenario



Bayi Ny R, baru berusia 2 minggu, dibawa ke puskesmas karena bayinya terlihat lemah dan malas minum , saat ditimbang BB bayi Ny R 2, 7Kg, padahal BB saat lahir 3,2 Kg , Hasil pemeriksaan pada bayi Ny.R didapatkan mata cekung, bibir kering, dan turgor kulit 8 detik



MATERI VIEW



KESEIMBANGAN CAIRAN PADA NEONATUS Bayi : cairan tubuh 70 - 75% berat badan (dewasa 60-65%) Kebutuhan balans, berdasarkan : intake - output, insensible loss, kebutuhan tumbuh kembang.



Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi baru lahir :  ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pascapersalinan.  Hindari penggantian PASI (pengganti ASI) KECUALI ada indikasi medis, misalnya ASI tidak keluar dan bayi prematur dan sebagainya



78



 Tidak boleh diberi ASI hanya pada indikasi medis ketat, misalnya ibu penderita penyakit infeksi tertentu dan bayi belum tertular. Tetapi jika tidak ada PASI, ASI tetap diberikan. Pertimbanganpertimbangan lain tetap diperhatikan.



Pemberian pengganti air susu ibu (PASI) :  PASI : berbagai produk formula, untuk adaptasi maupun formula komplit. Komposisi mendekati ASI, kecuali dalam hal komposisi mineral dan imunoglobulin.  usia 0 - 6 bulan : formula awal.  Pada diare kronik / sindrom panmalabsorpsi : susu progestimil  alergi protein susu sapi : soya (bahan susu kedelai)  usia 6 bulan - 1 tahun : formula lanjutan, sudah bisa menerima susu full-cream yang dijual bebas. Gunakan SENDOK TAKAR yang tepat !!



Jika keseimbangan gizi dan cairan tidak terpenuhi :  pertumbuhan natural defense mechanism terganggu  potensi tumbuh kembang tidak optimal Nutrition Committee, Canadian Paediatric Society. Oral Rehydration Therapy and Early Refeeding in the Management of Childhood Gastroenteritis. The Canadian Journal of Paediatrics 1994; 1(5): 160-164. DEHIDRASI PADA BAYI BARU LAHIR Prinsip Dasar □ Kadar air dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan lemak) lebih kurang 82%. Apabila bayi kehilangan cairan 5% atau lebih akan terjadi dehidrasi. □ Pada masa gestasi akhir sampai minggu pertama sesudah kelahiran, fungsi ginjal mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi keseimbangan air dn garam. Air di dalam tubuh terdapat di dalam sek (cairan intra seluler) atau di luar sel (cairan ekstraseluler). Dengan semakin maturnya ginjal, dan adaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin semakin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu minggu pertama). Kecepatan filtrasi glomerolus berkurang, sehingga kehilangan Natrium melalui urin berkurang dan kecepatan reabsorbsi tubular juga berkurang, sehingga reabsorbsi ginjal melalui tubulus juga berkurang. Sebagai akibatnya, terjadilah keseimbangan cairan dan elektrolit yang negatif dan dapat berlanjut sampai minggu ke dua bahkan ketiga. Pada bayi prematur karena fungsi ginjal yang imatur, ketidakseimbangan ini lebih berat.



Penilaian Gejala/tanda dehidrasi pada bayi antara lain meliputi: bayi mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor kulit berkurang, ekstramitas dingin, banyaknya air kemih berkurang, apatik, gelisah, kadangkadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan kusmaul.



79



Klasifikasi Dehidrasi ringan



Kehilangan cairan berkisar 5% Beratt badn



Dehidrsi sedang



Kehilangan cairan antara 5-10% berat badan



Dehidrasi berat



Kehilangan cairan >10% berat badan



Penanganan Prinsip Penanganan dehidrasi Mengatasi dehidrasi Mencegah terjadinya syok Menjaga jalan nafas tetap bebas Memperbaki curah jantung Mencari faktor penyebab Mengobati penyebab Mencegah terjadinya kejang



Tabel 1. Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus



Hari Kelahiran



ml Cairan/kg/hari



Kalori/kg/hari



Hari ke-1



60



40



Hari ke- 2



70



50



Hari ke- 3



80



60



Hari ke- 4



90



70



Hari ke- 5



100



80



Hari ke- 6



110



90



Hari ke- 7



120



100



Hari ke >10



150-200



>120



80



Tabel 2. Bagan penanganan dehidrasi pada BBL



Tanda-tanda



Mengantuk, sukar dibangaunkan, mata cekung, konjungtiva kering, bibir dan lidah ering, turgor berkurag, (cubitan pada kulit lambat kembalinya)



Kategori



Dehidrasi sedang



Dehidrasi Berat



 Turun < 10% BB sebelumnya  Gelisah  Mata Cekung  Bibir dan ludah kering  Turgor kurang (cubitan kulit kembalinya lambat)



 Turun > 10 % BB sebelumnya  Mengantuk/sukar dibangunkan  Mata sangat cekung dan kering  Bibir dn lidah kering  Turgor Jelek (cubitan kulit sangat lambat sekali)



Penilaian  Berat badan  Kesadaran  Mata  Mulut  Turgor



Penanganan Puskesmas



Rumah sakit



 Pertahankan tetap hangat  Cegah hipotermia  ASI tetap diberikan sesering mungkin  ASI terus diberikan secara langsung atau diteteskan langsung  Rujuk bila tidak mau menghisap/ada tanda infeksi  Rujuk bila masih mencret, muntah,panas (minimum salah satu  Cegah hipotermia Cegah hipotermia  ASI/RL dapat diberikan ASI?RL dapat diberikan secara langsung atau per secara langsung atau sonde personde  Antibiotika Antobiotika  Infus RL atau N4 150 ml Infus RL atau N4 per hari, ¼ nya diberikan 4 Koreksi cairan 30 cc/kg/1 jam pertama, ¾ nya jam, 20cc/kg/2jam, diberikan 20 jam dilanjutkan 10 cc.kg berikutnya. Koreksi BicNat 8,4%, 20 x  Koreksi Bicnat 8,4% 10x 0,3 x BB (diencerkan aa 0,3 xBB (diencerkan aa dengan NaCl 0,9%) dengan NaCl 0,9%)



81



DEHIDRASI PADA PENDERITA DIARE



Terapi ORALIT yang diberikan pada penderita diare dengan dehidrasi ringan /sedang pada 3 jam pertama adalah 75 ml/kg BB. Bila BB anak tidak diketahui, dapat dberikan oralit paling sedikit sesuai table di bawah:



 Umur  Jumlah Oralit



 < 1 tahun  300 ml



 1-5 tahun  600 ml



 > 5 tahun  1200 ml



 Dewasa  2400 ml



Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, maka berikan. Untuk anak di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI, berikan juga 100-200 ml air masak pada masa ini. Setalah 3 jam, nilai kembali penderita, untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya.



Bila anak mengalami dehidrasi berat, maka cairan intra vena perlu diberikan. Bila penderita bias minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Cairan yang sebaiknya diberikan adalah Ringer Laktat, dibagi sbb:



 Umur



 Pemberian I  30 ml/kg BB dalam:



 Kemudian  70 ml/kgBB dalam:



 Bayi < 12 bulan



 1 jam*



 5 jam



 Anak > 1 tahun



 ½ - 1 jam*



 2½ -3 jam



*Ulangi bila nadi lemah atau tidak teraba



Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam, Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV. Berikan larutan oralit (5 ml/kg BB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak). Setalah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilian. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai.



82



Kebutuhan Cairan Rumatan



 BB



 Jumlah Cairan per 24 jam



 Jumlah cairan per jam



 20 kg



 1 ml /kg tiap kenaikan perkilo di ats 20



Perhitungan IWL ( Insensible water loss)



 IWL



 10-30 cc/kg BB



 Neonatus



 50 cc/kg BB



 1-5 th



 40 cc/kg BB



 >5 th



 20 cc/kg



 Perhatian



 IWL meningkat 12 % tiap kenaikan 1 di atas 38 C  IWL meningkat 40-50% pada bayi < 1500 gr



Balance Cairan =



Jumlah cairan yang masuk – jumlah cairan yang keluar – IWL Jika memungkinkan, jalur enteral digunakan untuk cairan. Panduan ini hanya digunakan pada anak yang tidak dapat menerima cairan melalui mulut. Pemberian Cairan Infus pada Anak Berapa Banyak Cairan yang Dibutuhkan Anak Sehat? Anak sehat dengan asupan cairan normal, tanpa memperhitungkan kebutuhan cairan yang masuk melalui mulut, membutuhkan sejumlah cairan yang disebut dengan “maintenance”. Cairan maintenance adalah volume (jumlah) asupan cairan harian yang menggantikan “insensible loss” (kehilangan cairan tubuh yang tak terlihat, misalnya melalui keringat yang menguap, uap air dari hembusan napas dalam hidung, dan dari feses/tinja), ditambah ekskresi/pembuangan harian kelebihan zat terlarut (urea, kreatinin, elektrolit, dll) dalam urin/air seni yang osmolaritasnya/kepekatannya sama dengan plasma darah.



83



Kebutuhan cairan maintenance anak berkurang secara proporsional seiring meningkatnya usia (dan berat badan). Perhitungan berikut memperkirakan kebutuhan cairan maintenance anak sehat berdasarkan berat bdan dalam kilogram (kg). Cairan yang digunakan untuk infus maintenance anak sehat dengan asupan cairan normal adalah: NaCl 0.45% dengan Dekstrosa 5% + 20mmol KCl/liter Pemberian cairan infus banyak disalahgunakan (overused) di Unit Gawat Darurat (UGD) karena persepsi yang salah bahwa jenis rehidrasi ini lebih cepat menangani diare, dan mengurangi lama perawatan di RS. Terapi cairan yang diberikan harus mempertimbangkan tiga komponen: rehidrasi (mengembalikan cairan tubuh), mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan “maintenance”. Terapi cairan ini berdasarkan penilaian derajat dehidrasi yang terjadi. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian CRO dalam penatalaksanaan diare (gastroenteritis) pada anak dengan dehidrasi derajat ringan-sedang. Penggunaan cairan infus hanya dibatasi pada anak dengan dehidrasi berat, syok, dan ketidakmampuan minum lewat mulut. Daftar Pustaka Intravenous Fluids. Clinical Practice Guidelines. Royal Children’s Hospital Melbourne. http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm C Waitt, P Waitt, M Pirmohamed. Intravenous Therapy. Postgrad. Med. J. 2004; 80; 1-6. LATIHAN



Hawa, seorang anak 3 tahun dengan BB 12 kg, dibawa ke puskesmas karena diare. Diarenya dimulai kemarin dan telah BAB 8 kali dengn jumlah yang sangat banyak. Saat diperiksa, matanya cekung dan kering, lidahnya sangat kering, cubitan kulitnya sangat lambat. BB turun 2 Kg. 84



5.



Panduan Praktikum Biomedis a.Praktikum Anatomi b.Praktikum Fisiologi c. Praktikum Histologi



d.Praktikum Urinalisa



PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI PSIK BLOK 13 1. ANATOMI SYSTEMA URINARIA A.



Tujuan Umum : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi organ penyusun systema urinaria



B.



Tujuan Khusus : Setelah mahasiswa mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat : Memahami dan mengidentifikasi bangunan anatomi pada ren, vesica urinaria, ureter dan



1. urethra 2. urinaria



Memahami vascularisasi, aliran vena, aliran limfe dan inervasi organ penyusun systema Skenario: Seorang laki-laki berusia 45 tahun, sopir bis AKAP yang tinggal di Wonosari, datang ke UGD dalam keadaan kesakitan . Nyeri dirasakan di perut kanan seperti diremasremas dan menjalar sampai ke lipat paha kanan. Sebelumnya Pak Karta sering merasa pegal-pegal di pinggang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok costovertebra (+) dan pada x photo abdomen didapatkan gambaran batu di ginjal kanan. Menurut dokter UGD ada batu ginjal yang turun dan tersangkut di ureter.



Pertanyaan: 1. Ginjal (ren) termasuk dalam systema urinaria, sebutkan organ penyusun systema urinaria lainnya ! 2. Jalaskan topographi ginjal ! 3. Jelaskan bangunan dari ren mulai dari tempat filtrasi darah sampai saluran pembuangan urin ! 4. Pada kasus diatas terdapat batu yang tersangkut diureter, dimana sering terjadi hal demikian ? 5. Jelaskan aspek anatomis hubungan antara tersangkutnya batu di ureter dan nyeri seperti diremas-remas dan menjalar sampai ke lipat paha ! C.



Petunjuk Identifikasi



SYSTEMA URINARIA Terdiri atas : Ren, Ureter , Vesicae urinaria dan Urethra



1. REN terletak retroperitoneal pada bagian superior sulcus para vertebralis bentuknya seperti kacang buncis dengan ukuran 10x5x2,5 cm, ren sinister biasanya lebih panjang pembungkus ren (dari luar - dalam) : fascia renalis membungkus ren dan glandula suprarenalis – capsula adiposa renalis – capsula fibrosa renalis capsula fibrosa melanjutkan diri sebagai dinding calices renalis



Bangunan pada ren : hilum renalis, adalah tempat lalunya: a. renalis, v. renalis dan pelvis renalis margo medialis, margo lateralis extremitas superior dan extremitas inferior facies anterior, facies posterior sinus renalis : pelvis renalis, 2 calices renalis major, 7-14 calix renalis minor, papilla renalis potongan coronal : cortex, medulla, pyramis renalis, columna renalis, basis pyramidis, papilla renalis, calyces renalis minor, calyces renalis major Vaskularisasi : -



a. renalis bercabang cabang secara berurutan : – a. segmentalis – a. lobaris – a. interlobaris – a. arquata ( diantara cortex dan medulla) – a. interlobularis – a. glomerularis Aliran vena :v. renalis Aliran limpha : mengikuti vasa renalis  nll. aortici Inervasi :



sensoris : melalui n. splanchnicus inferior ke medulla spinalis segmen T12 - L1 plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n. splanchnicus inferior), menuju ke medula spinalis T12-L1



2. URETER Ureter terbagi menjadi 2 bagian : 1. Pars abdominal , panjangnya12,5 cm, retroperitoneal, terletak di sepanjang m. psoas dan berjalan secara vertikal 2. Pars pelvina, berjalan pada dinding lateral pelvis. Brmuara ke vesica urinaria di sebelah superior tuberculum pubicum pada laki-laki : berjalan di dalam plica sacrogenitale dan lig. vesicale laterale pada perempuan : berjalan di dalam lig. uterosacrale, lig. cervicale laterale (bersama a. uterina) Vaskularisasi : interna) -



arteria dari aortae, a, renalis, a. iliaca communis, a. uterina (a. ovarica, a. testicularis, a. iliaca v. renalis Aliran lympha :



-



bagian superior : nll. aortici bagian media : nll. iliaci communis bagian inferior : nll. iliaci communis, nll. iliaci externi, nll. iliaci interni Inervasi :



-



sensoris ke n. splanchnicus inferior ke MS segmen T12 dan L1



-



plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n. splanchnicus inferior) Kelainan :



kolik ureter calculus ureterica sering terjadi pada tempat ureter menyilangi vasa iliaca dan apertura pelvis superior dan pada waktu ureter berjalan miring pada dinding vesica urinaria



3. VESICAE URINARIA Berbentuk piramid dengan 3 sisi yang terletak di sebelah kranial prostata Dinding vesicae urinaria tersusun atas : 1. 2. 3. -



tunica fibrosa dan tunica serosa tunica muscularis m. detrusor vesicae m. trigonalis (lanjutan dari stratum longitudinale ureter) m. spinchter vesicae (di keliling ostium urethrae internum) m. pubovesicalis (lanjutan m. spinchter vesicae ke os pubis) m. rectovesicalis (dari fundus ke rectum) tunica mucosa dapat digerakkan dari tunica muscularis kecuali pada trigonum vesicae Bangunan-bangunan pada permukaan luar vesicae urinaria :



trigonalis) -



apex vesicae (puncak piramid), melanjutkan diri ke kranial sebagai lig. vesicoumbilicale mediale fundus vesicae (basis piramid) corpus vesicae facies cranialis facies caudolateralis dextra dan sinistra Bangunan-bangunan pada permukaan dalam vesicae urinaria : muara ureter pada sudut kanan dan kiri basis vesicae : ostium ureteris plicae interureterica orificium urethrae internum : pada sudut caudal trigonum vesicae (Liautandi) : tunica mucosanya melekat pada tunica muscularis (pada daerah m. uvula vesicae (proximal dorsal dari orificium urethrae internum) Penggantung vesicae urinaria : - diafragma pelvis (bagian cervix vesicae) lig. puboprostaticum mediale (pubovesicale) Arteria :



-



lig. puboprostaticum laterale lig. vesicale laterale lig. umbilicale medianum lig. umbilicale laterale



- a. vesicalis superior (a. umbilicalis) a. vesicalis inferior



- a. ductus deferentis (laki-laki) a. vaginalis (perempuan)



Vena : ke plexus venosus prostaticus (vesicalis)  v. iliaca interna Aliran limpha : -



ke lnn. iliaci interni, lnn. iliaci externi, lnn. sacralis, lnn. iliaci communis Inervasi : plexus vesicalis dan plexus prostaticus (cabang plexus hypogastricus inferior) 4. URETHRA Pada Perempuan :



-



panjangnya hanya 3-4 cm dindingnya tersusun atas tunica muscularis dan tunica mucosa pada tunica mucosanya terdapat plicae longitudinales ke dalamnya bermuara glandula urethrales bangunan : ostium urethae internum, ostium urethrae externum, crista urethralis Pada laki-laki : Urethraenya terbagi atas :



1. Pars prostatica urethrae, pada waktu urethrae menembus glandula prostata. Bangunannya: ostium urethrae internum (ostium vesicae), disekelilingnya terdapat m. sphinchter urethrae internum crista urethralis (lanjutan dari uvula vesicae) colliculus seminalis (lanjutan dari crista urethralis), merupakan muara ductus ejaculatorius sinus prostaticus (sebelah lateral crista urethralis dan colliculus seminalis), merupakan muara ductus glandula prostata 2. Pars membranacea urethrae, pada waktu urethrae melalui trigonum urogenitale plicae longitudinale di sekelilingnya terdapat m. sphinchter urethrae externum 3. Pars spongiosa urethrae, pada waktu melewati corpus spongiosum penis fossa infrabulbaris (pada permulaan pars spongiosa urethrae) fossa terminalis (fossa navicularis) – pada bagian distal urethrae plicae longitudinale ke dalamnya bermuara glandula urethrales ostium urethrae externum Arteria : -



a. vesicalis inferior a. rectalis media a. bulbi penis (laki-laki) a. urethralis a. profunda penis (laki-laki) a. dorsalis penis (laki-laki) Vena



: ke plexus venosus prostaticus dan v. pudenda interna



Inervasi : plexus prostaticus (nn. cavernosi penis dan n. pudendus)



PRAKTIKUM FISIOLOGI UJI FUNGSI EKSKRESI GINJAL



Tujuan Praktikum adalah mahasiswa dapat menjelaskan fungsi ginjal dalam pengaturan cairan tubuh



Dasar Teori Ginjal memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh kita antara lain : Pertama, ginjal mengatur kadar air dalam tubuh. Kalau kurang, ginjal menahan agar air tidak keluar dari tubuh kita. Sebaliknya, kalau berlebih, ginjal akan mengeluarkan air itu. Ini yang dikenal dengan fungsi eksresi ginjal. Kedua, ginjal akan menyaring hasil / sisa metabolisme tubuh untuk kemudian dikeluarkan. Ketiga, memproduksi serta mengatur sejumlah hormon penting dalam tubuh seperti hormon eritropoitin pembentuk sel darah merah, hormon renin yang mengatur tekanan darah serta hormon yang berperan untuk mengaktifkan vitamin D (metabolisme tulang). Kemudian, ginjal mengatur sejumlah proses kimia dalam tubuh meliputi menjaga keseimbangan garam, air, asam basa, serta mineral. Prinsip pengaturan homeostasis air tubuh adalah keseimbangan intake dengan kehilangan. Dalam keadaan normal, total intake (2100 ml) dan air metabolit (200 ml). Kehilangan air tubuh melalui urin (1400 ml), keringat (100 ml), penguapan insensibel kulit (350 ml) dan pernafasan (350 ml), dan defekasi (100 ml). Pusat pengaturan cairan tubuh adalah osmoreseptor di n.preoptik hipotalamus Rangsang berupa mukosa mulut kering, hiperosmotis cairan ekstrasel akan menimbulkan refleks haus, sekresi ADH, aldosteron meningkat untuk retensi air. Sebaliknya, Jika terjadi peningkatan volume dan penurunan tekanan osmotic cairan tubuh, akan terjadi peningkatan Atrial Natretik peptide (ANP) dari sel-sel dinding atrium yang akan menghambat retensi air di tubulus ginjal. Peran Ginjal dalam homeostasis volume maupun konsentrasi cairan tubuh terlaksana karena system transport di tubulus ginjal memiliki kemampuan transport maksimal (Tm) untuk tiap komponen substansi yang akan ditransport, baik reabsorbsi maupun sekresi. ALAT DAN BAHAN 1. 2. 3. 4.



Air minum hipotonis, isotonis Alat ukur volume urin Alat ukur BJ urin (urinometer) pispot PROSEDUR PRAKTIKUM 1. Minum Air Tawar



Petunjuk bagi probandus minum air tawar Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml. Contoh untuk Praktikum jam 07.30: -



Probandus menghentikan makan minum jam 20.00 Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung



-



Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I



-



Probandus minum air tawar sebanyak 1200 ml Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel III, IV, dst 2. Minum air isotonis Petunjuk bagi probandus minum air isotonis Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml. Contoh untuk Praktikum jam 07.30: -



Probandus menghentikan makan minum jam 20.00 Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung



-



Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I



-



Probandus minum air oralit sebanyak 1200 ml Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel III, IV, dst 3. Puasa Petunjuk bagi probandus puasa Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml. Contoh untuk Praktikum jam 07.30:



-



Probandus menghentikan makan minum jam 20.00 Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung



-



Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I



-



Probandus tetap berpuasa Kosongkan/keluarkan urin pada jam 09.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 60 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel III, IV, dst 4. Kontrol Petunjuk bagi probandus kontrol Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus tetap makan minum seperti biasa Contoh untuk Praktikum jam 07.30: -



Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung



-



Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I



-



Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel III, IV, dst Cara Pengukuran BJ masukkan urin ke dalam gelas pengukur BJ kita-kira 2/3 tabung masukkan pengukur BJ (urinometer) Baca angka yang bertepatan dengan meniscus air, itulah Bj cairan yang diukur. Koreksi dengan suhu. Urinometer disetting untuk pengukuran suhu 20oC. Jika suhu urin lebih atau o kurang dari 20 C, perlu dilakukan koreksi sebab suhu mempengaruhi nilai BJ. Perubahan suhu sebesar 3 oC setara dengan perubahan BJ sebesar 0,001. Gunakan rumus berikut untuk menghitung koreksi. BJ terkoreksi suhu= BJ terbaca +/- (selisih suhu terbaca ke 20oC) x 0,001 3 Jika suhu urin lebih 20oC koreksinya ditambah, dan jika kurang dari 20oC koreksi dengan dikurangi. Volume urin sedikit -



Jika volume urin tidak mencapai 2/3 tabung pengukur BJ, maka perlu ditambahkan air Ukur BJ air terlebih dahulu



-



Gunakan rumus sebagai berikut SC.VC – SA.VA



SU =_________________ VU



SU= BJ urin SC= BJ campuran urin dan air VC= volume campuran urin dan air SA= BJ air VA= volume air yang ditambahkan VU= volume urin sebelum dicampur air Catatan: nilai BJ yang dimasukkan rumus adalah BJ terkoreksi suhu



Daftar Pustaka Guyton, A.C dan Hall, JE. (2006). Textbook of Medical Physiology, 11 th Ed. Elsevier Saunders.



Manual Penggunaan Urinometer



LEMBAR KERJA FISIOLOGI GINJAL Golongan



:



Nama Praktikan



:



Jenis Kelamin



:



Tanggal



:



NO



PROBANDUS



AWAL



1



TIDAK PUASA



VOL



2



PUASA



3



PUASA +CAIRAN HIPOTONIS



4



PUASA CAIRAN ISOTONIS



BJ



30 MENIT



60 MENIT



90 MENIT



VOL



VOL



VOL



BJ



+



PEMBAHASAN :



KESIMPULAN :



Yogyakarta, Tanda Tangan Asisten



Tanda Tangan Praktikan



BJ



BJ



( …………………………..)



(…………………………)



PRAKTIKUM HISTOLOGI SYSTEMA UROPOETICA Sistema ini terdiri dari ren (ginjal), ureter, vesica urinaria dan uretra. Sistem ini mempunyai tugas utama menghasilkan urine, yaitu cairan yang membawa sisa-sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dengan cara itu keseimbangan cairan tubuh dapat diatur sebaik-baiknya I. REN atau GINJAL Ginjal berperan dalam filtrasi, absorbsi aktif dan pasif dan sekresi. Ultrafiltrat darah dibentuk di glomerolus sedangkan absorbsi substansia diperankan oleh tubulus dari nephron terutama tubulus convolutus proximalis. Seperti kelenjar lain, maka sistem ini terdiri atas 2 komponen pokok, yaitu komponen penghasil sekret dan saluran penyalur sekret. Berbeda dengan kelenjar umum, alat ini sebenarnya membuat urine tidak melalui produksi sekret oleh epitel kelenjar, melainkan membuat urine dengan cara mengambil cairan dan menyaring substansi yang berasal dari aliran darah. Dari arah proksimal ke distal. Struktur ginjal : Capsula sebagai jaringan ikat padat membungkus ren, kecuali pada hilum, tempat pembuluhpembuluh keluar dari dan masuk ke dalam ren. Ren terdiri atas 2 bagian, yaitu: CORTEX dan MEDULLA A.



CORTEX Bagian sebelah luar, di bawah capsula, sampai mencapai basis pyramidis, pada perbatasan dengan medulla. Cortex meluas ke medulla di antara pyramis renalis sebagai columna renalis. Cortex renalis penuh berisi unit-unit fungsional yaitu Nephronum, jumlahnya ± 2 juta dalam setiap ginjal, masing-masing terdiri atas: 1) corpusculum renale, yang mempunyai 2 ujung, yaitu : Polus vascularis. Ujung corpusculum, renale tempat arteriola afferentia masuk dan arteriola afferentia meninggalkan kapiler glomeruli. Polus urinaris. Ujung corpusculum renale tempat dimulainya tubulus contortus proximalis. Corpusculum renale terdiri atas 2 komponen: a) glomerulus, kapiler arteri terakit seperti benang kusut, dinamakan rete capillare glomerulare. Dinding kapiler dilengkapi dengan endotheliocytus fenestratus. Di antaranya anyaman kapiler-terdapat sel mesangial merupakan modifikasi sel otot polos.



b) -



-



1.



capsula glomeruli, berbentuk mangkuk, berdinding dua lapis : paries externa: epithel simplex squamosum. paries interna: epithelium simplex squamosum. Dilihat dengan mikroskop elektron ternyata sel memiliki tonjolan cytoplasma sebagai kaki-kaki, maka sel disebut podocytus. Tonjolan dinamakan : cytotrabecula. cytorodium. Kedua dinding saling dipisahkan oleh lumen cansulae (spatium urinarium), yang akan mengumpulkan cairan kencing yang tersaring.



tubuli nephroni. Sistem pembuluh ini mulai pada corpusculum renale di polus vascularis. Berturut-turut dari proksimal ke distal adalah a. tubulus contortus proximalis berkelok-kelok dalam cortex. dinding : epithelium simplex cuboideum atau simplex columnare rendah, sel asidofil kuat, banyak mengandung mitochondria. Dengan mikroskop elektron sel bersifat epitheliocytus microvillosus, sehingga dengan mikroskop optik deretan microvilli tampak sebagai limbus disebut limbus Peniciliatus. Dasar sel juga menunjukkan gambaran bergaris disebut limbus striatus basalis (ciri khas bagi sel yang bertugas absorpsi). b. tubulus attenatus, tubulus yang tidak berkelok-kelok terdiri atas : 1) pars discendens bagian tebal, bagian yang lurus dari tubulus proximalis turun ke arah medulla. Dinding dilengkapi epithelicytus simplex cuboideum. 2) pars discendens bagian tipis, bagian yang lurus dari pars descendens bagian tebal. Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum. 3) pars ascendens bagian tipis, bagian yang naik ke pars acsendens bagian tebal. Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum. 4) pars ascendens bagian tebal, bagian yang naik ke arah cortex. Dinding dilengkapiepitheliocytus simplex cuboideum. Tubulus attenatus yang berbentuk huruf U dulu dikenal sebagai ANSA NEPHRONI. c. tubulus contortus distalis - berkelok-kelok lagi, di dalam cortex. merupakan ruas terdistal nephronum. - dinding : epithelium simplex cuboideum. dibandingkan dengan tubulus contortus proximal, tubulus ini mempunyai ciri : lebih pendek dan lebih tipis. mempunyai lumen lebih besar, karena sel dinding lebih kecil. pada epitheliocytus: microvilli tidak ada atau sedikit. epitheliocytus kurang asidofil. sepanjang perjalanan cortex, tubulus contortus distalis menempel pada arteriola glomerularis afferens atau efferens.



Pada tempat itu sel-sel epitel dinding tubulus menjadi kolumnare, inti saling berapatan, sehingga deretan sel tampak lebih gelap, padat; gambaran ini disebut macula densa (noda padat). Diduga struktur ini berfungsi untuk menghantarkan data-data osmolaritas cairan dalam tubulus contortus distalis ke arteriole afferentia. Tunica media pada arteriola glomeru-laris afferens di dekat corpusculum renale men-galami modifikasi, sel epitel dinamakan Juxta glomerulocytus, yang bersifat endocrinocytus dengan cytoplasma bergranulae. Granula terpulas positif dengan teknik P.A.S. Macula densa bersama-sama dengan dinding arteriola yang dilengkapi dengan juxta glomerulocytus membentuk apparatus juxtaglomerularis. Pada apparatus :Terdapat sel-sel berwarna pucat, dinamakan mesangiocytus extra glumerularis. Membrana elastica interna arteriolae menghilang pada daerah juxta glomerulocytus. Juxtaglomerulocytus menghasilkan renin, yang dapat mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Jika zat terakhir ini diubah menjadi angiotensin II maka sekresi hormon aldosteron meningkat oleh cortex glandula adrenalis. Dengan demikian reabsorpsi dan resorpsi natrium dan khlorida dalam tubuli nephroni dapat diatur dan tensi darah dapat dipengaruhi. B.



-



II. -



MEDULLA Medulla terisi oleh pyramis medularis, 10-18 buah,, dengan : - basis pyramidis menghadap ke arah cortex. - apex pyramidis menjulang ke dalam sinus renalis. Pada puncak apex, yang disebut papilla renalis, terdapat daerah berlobang-lobang seperti tapisan : area cribrosa. Tiap lobang, foramen papillare merupakan muara tubulus renalis colligens. Tubulus renalis colligens : lanjutan dari tubulus contortus distalis, epitel selapis kuboid terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian ujung proksimal melengkung : tubulus renalis arcuatus. bagian lanjutan yang lurus tubulus colligens rectus. Ductus papillaris: lanjutan tubulus renalis colligens di papilla renalis. URETER Dinding ureter disusun oleh Tunica mucosa : epthelium tansitionale di ureter 4-5 lapis. lamina propria berlembar 2 buah : bagian luar : jaringan ikat padat, tanpa papilla, mengandung serabut elastis, sedikit noduli lymphatici kecil-kecil. bagian dalam : jaringan ikat longgar. Kedua lapisan ini menyebabkan tunica mucosa ureter dan vesica urinaria melipat-lipat membujur pada waktu kosong. Tunica submucosa : tidak jelas.



-



Tunica muscularis : otot polos, longgar, saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk 3 lapis : stratum longitudinale internum, stratum circulare, dan stratum longitudinale externum. Tunica adeventitia : jaringan ikat longgar.



III.



VESICA URINARIA Dinding tersusun serupa dinding ureter. epithelium transitionale. Di daerah trigonum vesicae : tunica mucosa memiliki glandula trigoni vesicae. berkas otot polos membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae internum, membentuk musculus spincter internus. Di sebelah luar tunica muscularis dijumpai tunica subserosa, tunica serosa atau tunica adventitia. 1. -



2.



IV. URETHRA URETHRA FEMININA pada wanita Tunica mucosa: epithelium pseudostratificatum, makin ke distal menjadi epithelium stratificatum squamosum. lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi dengan glandula urethralis dan lacuna urethrales, serabut elastis. Karena bagian ini ditempati oleh plexus venosus, maka disebut juga stratum spongiosum. Tunica muscularis, membentuk : stratum longitudinale : sebelah dalam. stratum circulare : sebelah luar. URETHRA MASCULINA, pada pria. Lebih lanjut akan dijelaskan pada Blok system reproduksi. PETUNJUK PRAKTIKUM



1. a. b. c. 1)



REN Sediaan : SU-1; H E Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat : capsula fibrosa cortex dan medulla nephronum, sebagai suatu sistem, tersusun oleh komponen-komponen : corpusculum renale, terdiri atas



-



glomerulus capsula glomeruli, terdiri atas : pars externa pars interna lumen capsulae



2) tubuli. Ini sesuai dengan wilayahnya terdiri atas : pars proximalis, tersusun oleh - pars convolutus : berkelok pars-rectus : lurus Sel epitel dilengkapi dengan limbus peniciliatus (perhatikan pada sediaan demonstrasi terpulas khusus untuk memperagakan fosfatase alkalis). Bangunan ini tampak hitam intensif. Bandingkan dengan ansa nephroni dan pars distalis yang tidak terpulas hitam karena tidak mempunyai limbus peniciliatus. ansa nephroni : epitel pipih pars distalis : epitel kuboid tubulus renalis colligens : tubulus renalis arcuatus. -



cellula densa : cytoplasma padat cellula lucida : cytoplasma jernih tubulus colligens rectus, melanjutkan diri menjadi ductus papillaris. Tubulus ini dilengkapi epitel kuboid selapis.



2.



URETER Sediaan : SU-2; H E Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat 1. Dinding tunica mucosa : berlipat-lipat membujur, dilengkapi epithelium transitionale membrana basalis lamina propria : jaringan ikat longgar. tunica muscularis : otot polos di sela jaringan ikat longgar. Tersusun 3 lapis : stratum longitudinale internum stratum circulare stratum longitudinale externum. tunica adventitia : jaringan ikat longgar 2. 3.



Lumen : pada penampang melintang tampak kosong, berbentuk bintang. VESICA URINARIA Sediaan : SU-3; H E Perhatikan : -Tunica mucosa



*



* -



epithelium transitionale dengan sel- sel payung di permukaan; inti kadang-kadang 2 buah. kuboid di bagian dasar lamina propria : jaringan ikat longgar berserabut. Tunica serosa dan tunica adventitia : jaringan ikat longgar.



PRAKTIKUM URINALISA URIN RUTIN A. PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIK Adalah pemeriksaan urin tanpa menggunakan alat, dilihat dengan mata telanjang, dengan penerangan sinar matahari. Hal yang dilaporkan : VOLUME Diukur dengan gelas ukur. Normal rata rata orang dewasa 800-1300 ml (variasi 600 – 2000) dalam 24 jam. “Poliuri” bilamana pengeluaran urin lebih dari 2000 ml. Dalam 24 jam. Dibedakan dengan poliuresis, yaitu peningkatan baik sewaktu maupun 24 jam. Terdapat keadaan fisiologis pada polidipsi, obat diuretik, minuman tertentu, nervous, kedinginan, cairan parenteral IVFD. Patologis pada penyakit Diabetes mellitus, Diabetes insipidus, Gagal ginjal, Kerusakan tubulus ginjal. Diuresis malam disebut “Nokturi”, yaitu urin yang keluar pada malam hari lebih dari 400 ml. Keadaan ini terdapat pada semua keadaan poliuri, resorpsi cairan edema, kapasitas kandung seni yang berkurang, seperti pada infeksi, batu atau tumor, iritasi kandung kemih, obstruksi partial saluran kemih karena prostat, striktura,batu dan tumor. Pengeluaran urin kurang dari 500 ml dalam sehari, disebut “oliguri”. Sama sekali tidak mengeluarkan urin, disebut “anuri”. Keadaan ini bisa terjadi pre-renal, renal, maupun post renal. WARNA Dilihat dengan cahaya tembus dalam tabung reaksi, dilihat dengan posisi serong dalam penerangan terang matahari. Biasanya dilihat bersama kekeruhan dan ada benang-benang lendir (nubecula). Normal urin berwarna kuning muda sampai kuning tua.



Perubahan warna urin dapat diperoleh juga dari anamnesis. Penafsiran hasil pemeriksaan urin makroskopik, harus diperhatikan keadaan hidrasi pasien, pigmen saat warna normal, penyimpanan lama menjadi lebih gelap, warna makanan, minuman dan obat-obatan. Urin “merah” merupakan tanda yang penting bagi penderita, harus dicari sebabnya. Kelainan penting yang menyebabkan urin merah, yaitu : hematuri, hemoglobinuri, mioglobinuri. Jangan lupa kontaminasi darah menstruasi pada pasien wanita. Urin “kuning tua-coklat-kehitaman seperti teh tua” , disebabkan oleh urin yang pekat, pigmen bilirubin. Untuk memantapkan adanya bilirubin, biasanya kehijauan dan dapat dilakukan percobaan busa, busa berwarna sama. KEKERUHAN Caranya sama dengan pemeriksaan warna. Dilaporkan sebagai jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh. Normal disebabkan fosfat, karbonat, urat, cairan semen, kontaminasi talk, antiseptik, feses. Abnormal pada lipiduria, chyluri, kuman bakteri pada infeksi saluran kemih, bisa juga oleh karena unsur2 sedimen dalam jumlah besar. BAU Normal bau khusus lunak. Bau abnormal menusuk terdapat pada urin yang disimpan lama, makanan, obat2an dan penyakit kongenital asam amino. Bau buah buahan pada ketosis Diabetes Melitus. Bau busuk pada infeksi saluran kemih. Bau anyir pada keganasan. BERAT JENIS Secara manual diperiksa dengan urinometer. Secara praktis dengan menggunakan dipstisk. Hasil pemeriksaan berat jenis urin dapat dipakai untuk menilai kemampuan ginjal dalam memekatkan urin. Nilai rujukan berat jenis urin pagi = 1,015 – 1,025. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urin. Berat jenis urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorpsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urin malam > 500 ml dan berat jenis < 1,018 memberi pertanda gangguan fungsi ginjal dini. Sedangkan berat jenis urin yang menetap sama dengan berat jenis plasma (= 1,010) yang disebut isostenuri, menunjukkan sudah terjadi gangguan fungsi pemekatan dan pengenceran urin.



B. PEMERIKSAAN URIN MIKROSKOPIK Adalah pemeriksaan elemen elemen dalam urin dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa, fase kontras atau polarisasi, setelah sampel urin disentrifus. Indikasi pemeriksaan : 1) membantu menetapkan proses patologis di ginjal atau non ginjal; 2) Bila diperlukan diagnosis untuk mioglobinuri. 3) Untuk mengetahui apakah hematuri atau hemoglobinuri. Alat dan bahan yang diperlukan, adalah : sentrifus, tabung sentrifus, kaca objek kaca penutup, Pewarna Sternheimer Malbin dan pelaporan hasil. Pemeriksaan mikroskopik membutuhkan standarisasi sentrifus 1500 rpm selama 5 menit, yaitu volume urin 10-15ml dalam tabung sentrifus. Bilamana menggunakan mikroskop cahaya



biasa, dibuat cahaya redup, kondensor diturunkan maksimal, diafragma diperkecil dan menggunakan pengecatan supravital (Steinheimer Malbin). ALAT / REAGEN : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Tabung sentrifus Sentrifus Pipet Pasteur Kaca objek Kaca penutup Mikroskop cahaya Reagen Steinheimer Malbin. CARA :



1. Kocoklah urin sampel dalam botol penampung, supaya sedimen tercampur dengan cairan diatasnya. 2. Masukkan urin 10 – 12 ml kedalam tabung sentrifus 3. Masukkan kedalam sentrifus dan putar dengan kecepatan 1.500 rpm selama 5 menit atau 3.000 rph selama 3 menit. 4. Angkat dari sentrifus, tuanglah cairan bagian atas kembali ketempat asalnya secara cepat tapi lembut, kemudian segera tegakkan kembali tabung sehingga diperoleh sisa ± 0,5 ml 5. Kocok kembali tabung untuk meresuspensi sedimen. 6. Tambahkan 1 tetes reagen Steinheimer Malbin. Campurlah dengan cara mengetuk-ketukan tabung ke tangan. 7. Dengan pipet Pasteur taruhlah 1 tetes sedimen diatas kaca objek dan tutup dengan kaca penutup 8. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x untuk menghitung silinder dan epitel. 9. Gantilah perbesaran objektif 40 x untuk menghitung lekosit, eritrosit, kristal dan bakteri PELAPORAN : Pembesaran 10 X Silinder : Hialin : ………. / lpk (lapangan pandang kecil) Granuler : ………. / lpk Lekosit : ………. / lpk



Eritrosit Lilin Dll



: ………. / lpk : ………. / lpk : ………. / lpk



Epitel : - / + / ++ / +++ (jenis ……………..(squamosa, transitional, kuboid) Pembesaran 40 X Lekosit



: ………. / lpb,



Eritrosit



: ………. / lpb, ( eumorfik / dismorfik)



Kristal



: ………. - / + / ++ / +++ (jenis……………)



Lain-lain



: ………. - / + / ++ / +++ (jamur, bakteri, parasit)



C. Pemeriksaan Urin Kimia Stik Pemeriksaan urin kimia stik adalah pemeriksaan urin, tanpa sentrifus, menggunakan reagen kimia kering berupa multistik dengan parameter pengukuran meliputi: pH, berat jenis, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit esterase, dan darah. Prosedur: 1. Masukkan urin ke dalam tabung sebanyak 10 – 12 ml. 2. Celupkan multistik kedalam urin sampai semua pita tercelup, angkat dan tiriskan melalui dinding tabung/miringkan sebentar diatas kertas tissue untuk menghilangkan kelebihan urin pada pita. 3. Tunggu selama 2 menit. 4. Segera baca hasil reaksi / perubahan warna dari masing-masing indikator multistik dicocokkan dengan indikator pada tabung stik 5. Catat hasil di blangko hasil PELAPORAN : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



pH Berat Jenis Protein Glukosa Bilirubin Urobilinogen Keton Nitrit



: 5.0 ; 6.0 ; 6.5 ; 7.0 ; 7,5 ; 8.0 ; 8.5 :1.000 ; 1.005 ; 1.010 ; 1.015 ; 1.020 ; 1.025;1.030 : - / ±/+ / ++ / +++/++++ : - / ±/ + / ++ / +++/++++ :-/+/++/+++ :-/±/+/++/+++ :-/+/++/+++ :-/+/++/+++



9. 10.



Lekosit esterase Darah



:-/±/+/++/ :-/±/+/++/+++



Prinsip Kimiawi, I. BERAT JENIS Prinsip kimia reagen kering ini adanya konsentrasi ion dalam urin. Adanya kation, proton akan melepaskan bahan komplek & membentuk perubahan warna (biru hijau kuning). Sumber kesalahan positip palsu disebakan ok proteinuri, ketoasidosis dan kation divalen dalam jumlah besar. Terjadi negatip palsu pada kadar glukosa >1000mg/dl. Pada pH >7 hasil harus ditambah 0,005. Indikasi dan interpretasi: menilai fungsi ginjal. Check penyebab lisis sel sedimen. Diabetes Mellitus. Diabetes Insipidus. Urin pagi setelah semalam puasa air, normal minimal 1,020. II.



III.



LEKOSIT Prinsip kimia adalah esterase Indoxyl ester dengan diazonium dye menjadi violet dye. Sumber kesalahan : Meningkat palsu pada warna urin ok bilirubin dan nitrofurantoin. Urin dengan pengawet formaldehyde. Rendah palsu terdapat pada proteinuri > 500mg/dl dan terapi Cephalexin dosis tinggi. Pembacaan sesudah 2 menit. Hasil positip memberi warna violet. Positip satu sesuai dengan 10-25 sel/ul, ++ sesuai dengan 75 sel/ul dan +++ sesuai dengan 500 sel/ul. Kesesuaian dengan pemeriksaan mikroskopik sedimen 1 lekosit/lpb = 10 sel/ul. Indikasi interpretasi : adanya “inflamasi” ginjal atau saluran kemih bawah. Mendeteksi kesembuhan dan kronisitas. Tidak selalu berkorelasi dengan “bakteriuri”. Pemeriksaan kultur perlu dilakukan setiap adanya lekosituri, bukan sebaliknya. Pada wanita sering terjadi kontaminasi fluor albus. NITRIT Adanya nitrit dalam urin akan bereaksi dengan aromatik amin, diazonium dan garam benzoquinoline menimbulkan warna merah. Sumber kesalahan: negatip palsu terdapat pada peningkatan diuresis, pengenceran urin, puasa lama, tidak mengkonsumsi sayuran dan konsumsi vitamin C dosis tinggi. Positip palsu terdapat pada urin yang tidak segera diperiksa > 4 jam dan obat Phenazopyridin. Indikasi dan interpretasi setelah ditunggu 30 – 60 detik. Positip warna dari pink sampai merah, menunjukkan bakteri pembentuk nitrit. Negatip tidak menyingkirkan, mungkin infeksi disebabkan oleh bakteri yang tidak membentuk nitrit, jumlah bakteri sedikit ok pemberian antibiotika kemoterapeutika atau tidak ada bahan nitrit dalam urin oleh karena tidak makan sayur. IV. KEASAMAN (pH)



Prinsip kimia adalah perubahan warna double indikator bervariasi antara 5 – 9. Sumber kesalahan: terlalu alkalis pada urin lama, pertumbuhan dan kontaminasi bakteri. Pembacaan segera. Normal pH 5 – 6. Pada UTI urin alkalis pH 7 – 8. V. PROTEIN Prinsip kimia adanya protein akan mengubah warna indikator dari kuning menjadi hijau. Sumber kesalahan positip palsu pada infus polivinylpyrrolidone dan botol penampung tercemar bahan deterjen yang mengandung ammonium atau chlorhexidine. Pembacaan setelah 60 detik. Positip satu sesuai dengan 0,3 g/l. Mulai ++ dianggap nefropati (glomerular atau tubular) kecuali pada DM dan Hipertensi bisa mulai Mikroalbuminuri. Fisiologis atau orthostatik biasanya positip terbatas satu. VI. GLUKOSA Prinsip kimia adalah reaksi ensimatik spesifik glukosa oksidase menimbulkan warna hijau. Sumber kesalahan negatip palsu karena adanya vitamin C, obat. Positip palsu pada penampung yang terkontaminasi detergen atau residu peroksida. Pembacaan setelah 60 detik. Normal, +,+ +,+++. ++++. VII. KETON Adanya benda keton (acetoacetic, acetone) menimbulkan kompleks bewarna ungu. Sumber kesalahan positip karena phenylketon dan phthaleins. VIII. UROBILINOGEN Reaksi kimia dengan garam diazonium dalam suasana asam memberi warna merah. Sumber kesalahan negatip palsu pada sampel terpapar sinar matahari, penyimpanan lama, konsentrasi formaldehyde pengawet urin, nitrit karena UTI. Positip palsu pada obat2an. Pembacaan setelah 10 menit. Abnormal + 33, ++ 66,++131 umol/l atau hasil negatif IX. BILIRUBIN Prinsip reaksi adalah bilirubin denghan garam diazo memberikan warna merah-ungu dalam suasana asam. Sumber kesalahan negatip palsu ok vitamin C, nitrit dalam urin, penyimpanan lama dan paparan sinar matahari. Positip palsu pada obat-obatan yang memberi warna merah pada urin. Pembacaan +, ++, dan +++ adalah warna merah muda sampai violet. X. DARAH Prinsip kimia adalah adanya hemoglobin dan mioglobin yang mempunyai sifat seperti peroksida, mereduksi H2O2 memberikan warna biru-hijau. Sumber kesalahan negatip palsu adanya nitrit dalam urin, pengawet formalin dan proteinuri > 5g/l. Positip palsu adanya residu detergen.



Pembacaan ada dua macam : Eritrosit hijau kompak: + (5 – 15), ++ (30 – 100), +++ (150 – 300) sel/ul. Hemoglobin dan Mioglobin warna hijau rata. Rentang dinyatakan sama dengan Eritrosit. Lakukan konfirmasi / perbandingan dengan mikroskopik bila ada dugaan hemoglobinuri pada Sindroma Hemolitik intra vaskuler, dan mioglobinuri pada trauma atau penyakit otot.



6. URAIAN TUGAS DAN PENILAIAN TUGAS A. TUGAS 1. TUGAS 1 TUGAS PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN 1) Tugas merupakan tugas kelompok sesuai dengan kelompok praktikum skill lab blok 13 2) Mahasiswa membuat format pengkajian system perkemihan 3) Mahasiswa wajib mencari bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia di sekitar asrama/kos/saudara 4) Lakukan pengkajian fisik pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia tersebut 5) Bandingkan hasil pengkajian yang diperolah terkait system perkemihan pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia dan lakukan analisis mengapa terjadi perbedaan tersebut 6) Wajib menyertakan foto bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia yang dikaji 7) Tulis hasil pengkajian,kumpulkan tugas ke PJ Blok 13 dan diupload via ELS pada minggu kedua 8) Format pengkajian meliputi identitas diri, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan lalu, pengkajian pola Gordon (spesisfik berhubungan dengan system perkemihan) dan pemeriksaan fisik 9) Format laporan: a. Cover (sertakan nama dan no mahasiswa anggota kelompok) b. Hasil pengkajian masing-masing pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia. c. Analisa temuan hasil pengkajian d. Daftar pustaka 10) Komponen penilaian No Komponen



2. 1) 2) 3)



Bobot



1



Kelengkapan data pengkajian



40%



2



Ketajaman analisis



40%



3



Kesesuaian format



10%



4



Kesesuaian content



10%



TUGAS 2 BLOK PERKEMIHAN PRESENTASI DAN MAKALAH Tugas merupakan tugas kelompok kecil. setiap kelompok terdiri dari 4-5 mahasiswa. Buat makalah presentasi Isi makalah presentasi meliputi:



a. Definisi b. Mindmap (lihat contoh) meliputi; etiologi/faktor resiko, mekanisme/patofisiologi, tanda dan gejala, masalah keperawatan, intervensi keperawatan dan EBN c. Terapi komplementer d. Kajian Islam



4)



a. b. c. d. e.



Format makalah



Cover Kata pengantar Isi makalah Kesimpulan Daftar pustaka



5) Bagi penugasan tentang jurnal, bagian isi makalah meliputi; judul penelitian, pengarang, tujuan penelitian, desain/metode penelitian, P (population) I (intervention) C (comparation) O (outcomes), manfaat bagi keperawatan. Bagian intervention dijelaskan dengan detail. 6) Tata tulis



a. b. c. d. 7) 8)



Font: Times New Roman, 12pt, 1.5 spasi Margin: Kiri dan Atas: 4cm, Kanan dan bawah: 3 cm Jumlah halaman: isi maksimal 10 halaman Menggunakan EYD Tugas dikumpulkan dan di upload di ELS pada minggu pertama blok Komponen penilaian



Komponen a. Struktur



b. Writing style c. Isi makalah d. References



Item penilaian 1. Menyusun makalah dengan terstruktur 2. Menggunakan heading dan sub heading dengan tepat 3. Menyimpulkan makalah 1. Menjelaskan makalah dengn kalimat terstruktur, argumen yang jelas, dan menggunakan EYD 1. Sesuai dengan kajian teori 1. Daftar pustaka akurat dan lengkap, 10 tahun terakhir 2. Melakukan kutipan referensi dengan tepat 3. Menyebutkan semua sumber informasi 4. Kutipan langsung hanya untuk point yang penting



Bobot 10%



10% 60% 20%



9) Topik: Kelompok 1



Bahan kajian Asuhan keperawatan pada system perkemihan



a.



b. c.



Materi/Pokok Bahasan Pengkajian sistem perkemihan Riwayat kesehatan Pengkajian Pemeriksaan fisik Pemeriksaan diagnostic Diagnosa keperawatan pada system perkemihan Intervensi keperwatan



Dosen Erfin Firmawati, Ns., MNS



2



3



Asuhan keperawatan pada system perkemihan Pemeriksaan diagnostic pada gangguan system perkemihan



a. b. c. a. b. c. d. e.



4



Pemeriksaan diagnostic pada gangguan system perkemihan



a.



b. 5



Gangguan perkemihan infeksi (Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis, Glomerulonephri tis)



6



Gangguan perkemihan non infeksi: hipospadia, hidrokel dan phimosis



7



Gangguan perkemihan non infeksi (gangguan genetic; Polycistic kidney disease)



Gangguan Pola BAK Diagnosa keperawatan pada system perkemihan Intervensi keperwatan Pemeriksaan laboratorium ; urinalisis, Pemeriksaan darah : darah rutin, faal ginjal, elektrolit, Analisis batu Kultur urin Peran Perawat dalam pemeriksaan diagnostik



Erfin Firmawati, Ns., MNS



Pemeriksaan radiologi : foto polos abdomen, sistografi, uretrografi, RPG, USG, CT, BNO IVP Peran perawat dalam pemeriksaan diagnostic



dr. Adang M.Gugun, Sp.K, M.Kes



a. Definisi b. Pathway (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Pathway (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Pathway (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK



dr. Adang M.Gugun, Sp.K, M.Kes



Fahni Haris, Ns., M.Kep



Rahmah, Ns., M.Kep.,Sp.An



Arianti, Ns., Sp.Kep.MB



8



Gangguan perkemihan non infeksi (Nephrotic Syndrome)



9



Gangguan perkemihan non infeksi (keganasan; Ca Bladder)



10



Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Akut)



11



Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Kronik)



12



Gangguan perkemihan non infeksi (Bladder Trauma)



a. Definisi b. Pathway (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Pathway (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Mindmap (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Pathway (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK a. Definisi b. Pathway (etiologi/faktor resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan) c. Pemeriksaan diagnostic d. Penatalaksanaan e. Asuhan keperawatan f. EBN g. IRK



Rahmah, Ns., M.Kep.,Sp.An



Arianti, Ns., Sp.Kep.MB



Fahni Haris, Ns., M.Kep



Ambar Relawati, Ns., MKep



Arianti, Ns., Sp.Kep.MB



13



Renal Replacement Therapy (RRT)



Dialysis therapy (HD)



Ambar Relawati, Ns., MKep



14



Renal Replacement Therapy (RRT) Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemodialisa (HD)



CAPD dan Renal Transplantation



Ambar Relawati, Ns., MKep



15



16



Farmakologi untuk gangguan system perkemihan



17



Health promotiom pada gangguan sistem perkemihan (GGK, urolithiasis, ISK) Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention) Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention) Kajian Islam dalam sistem perkemihan



18



19



20



a. Pengkajian pada pasien dengan HD b. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan HD c. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan HD d. Intervensi keperawatan pada pasien dengan HD a. Macam-macam obat b. Mekanisme kerja obat c. Indikasi dan kontra indikasi obat d. Cara pemberian obat e. Peran perawat dalam pemberian obat a. Primary prevention b. Secondary prevention c. Tertiary prevention d. Peran perawat komunitas pada pasien dengan gangguan system perkemihan a. Bladder training pada pasien dengan kateter b. Kegel excersie pada pasien dengan gangguan system perkemihan a. Perawatan kateter b. Irigasi kateter pada pasien post TURP



Ambar Relawati, Ns., MKep



a. Sirkumsisi/khitan b. Najis c. Thaharah d. Ibadah praktis pada orang sakit: pasien terpasang kateter



Erfin Firmawati, Ns., MNS



Farmasi



Dinasti Pudang Binoriang, Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom Erfin Firmawati, Ns., MNS



Erfin Firmawati, Ns., MNS



3. TUGAS 3 PEMBUATAN MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN/KONSELING 1) Tugas merupakan tugas kelompok dengan anggota 10-12 orang mahasiswa 2) Buatlah media ajar untuk pendidikan kesehatan pada klien dengan gangguan system perkemihan pada berbagai kelompok usia dan permasalahannya. 3) Media ajar dapat berupa: leaflet, lembar balik, booklet, atau video 4) Topik media ajar dapat dipilih salah satu dari perkemihan sebagai berikut: 1. BPH 5. Nefrotik Syndrome 9. Perawatan kateter rumah 2. Urolithiasis/vesikolithiasis 6. Gagal Ginjal Akut 10. Kegel Exercise 3. Urethritis 7. Gagal Ginjal Kronik Inkontinesia 4. Deteksi Ca Bladder 8. Pasien dengan Hemodialisa



b. c.



pa



Tugas diupload di ELS dan dikumpulkan langsung pada PJ Blok 13 pada minggu ketiga Komponen penilaian



Komponen a. Struktur



b. Writing style c. Isi media ajar



Item penilaian 1. Tulisan mudah dibaca 2. Warna menarik 3. Disertai gambar atau objek yang mendukung memudahkan memahami materi 1. Menggunakan kata dan kalimat yang mudah dipahami 2. Menggunakan EYD 1. Menunjukkan kesesuaian dengan teori/evidence based 2. Sesuai dengan nila-nilai islami 3. Mudah dipahami oleh pembaca 4. Jelas



Bobot 20%



15% 65%



RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI LISAN Aspek Organisasi



Isi



Gaya presentasi



Kriteria Presentasi terorganisasi dengan baik dan menyajikan fakta yang meyakinkan untuk mendukung kesimpulan-kesimpulan.



Skor 3



Presentasi mempunyai fokus dan menyajikan beberapa bukti yang mendukung kesimpulan-kesimpulan.



2



Tidak ada organisasi yang jelas. Fakta tidak digunakan untuk mendukung pernyataan.



1



Isi akurat dan lengkap. Para pendengar menambah wawasan baru tentang topik tersebut.



3



Isi secara umum akurat, tetapi tidak lengkap. Para pendengar bisa mempelajari beberapa fakta yang tersirat, tetapi mereka tidak menambah wawasan baru tentang topik tersebut Isinya tidak akurat atau terlalu umum. Pendengar tidak belajar apapun atau kadang menyesatkan.



2



Pembicara tenang dan menggunakan intonasi yang tepat, berbicara tanpa bergantung pada catatan, dan berinteraksi secara intensif dengan pendengar. Pembicara selalu kontak mata dengan pendengar. Secara umum pembicara tenang, tetapi dengan nada yang datar dan cukup sering bergantung pada catatan. Kadang-kadang kontak mata



3



1



2



dengan pendengar diabaikan Pembicara cemas dan tidak nyaman, dan membaca berbagai catatan 1 daripada berbicara. Pendengar sering diabaikan. Tidak terjadi kontak mata karena pembicara lebih banyak melihat ke papan tulis atau layar.



RUMUS NILAI AKHIR (NA): NA: Σ Skor X 100 3



Mencatat kegiatan dalam lembar catatan/Dokumentasi tindakan.



KELOMPOK TUTORIAL PSIK BLOK 2013 T. 1 20130320011 20130320021 20130320038 20130320055 20130320067 20130320069 20130320084 20130320090 20130320112 20130320115 20130320126 20130320135



Ferika Madani Ade Palin Salmah Nurhuda Surya Pratama Eyasintri Satrio Budi Raharjo P Deby Gita Purnamasari Muhamad Andre FA Pawit Puji Astuti Ifan Nurhidayat Risti Rahayu Aneta Putri Arlindasari Mia Nur Wahyu D.



20130320017 20130320027



Lisa Andriani Milatul Afifah



T. 2 20130320012 20130320035 20130320039 20130320040 20130320054 20130320060 20130320082 20130320092 20130320113 20130320132 20130320137



T. 3



Siska Pratiwi Gita Mila Wulansari Rizky Shodiqurrahman Didik Iman Margatot Labib Alfikri Nurbaiti Arifin Miftahul Jannah S Romadlon Hadi K Arifka Dwi Astuti Nurul Arifah Anindea Bucika Putri



T. 4 20130320033 20130320046



Putri Argalita Tri U Sushmitha Lantu Aryani



20130320042 20130320056 20130320065 20130320103 20130320105 20130320108 20130320118 20130320129 20130320142



Muhammad Shahibul M Serly Widia Ningsih Riska Apriliyadani H Agus Purwanto Muhammad Nuruddin Anisa Purbarani Anovita Kurnia Irianti M. Daroji Tahmidullah Pramesti Frinatikasari



20130320066 20130320075 20130320088 20130320096 20130320119 20130320122 20130320133 20130320138 20130320149



T. 5 20130320001 20130320005 20130320008 20130320025 20130320036 20130320050 20130320098 20130320099 20130320109 20130320125 20130320141



Bambang Sugiarto Jefry Leo Sandy Sekar Sari Dina Oktaviana Maulin Halimatunnisa' Nia Retno Falupi Sri Marta Mei W Kurnia Dwi Safitri Magenda Bisma Yudha Wisni Pratiwi Ledia Teja Kesuma



20130320015 20130320037 20130320041 20130320043 20130320049 20130320070 20130320083 20130320095 20130320116 20130320124 20130320136



Merlisa Kesuma Intani Dinda Santi Putri Utami Rizki Rahmadani Putri Yunita Nurpuspa Sari Selvi Astuti Sholeh Arry Wibowo Fitri Wahyuni Mz. Rizka Putri Aprelia Sri Andini Widya N Nurul Latifah Muhammad Bayu Arisa



T. 6 20130320007 20130320010 20130320019 20130320032 20130320047 20130320053 20130320061 20130320071 20130320104 20130320106 20130320145



Eka Asti Wijaya Dian Pepriana W Ilham Ridwan Yassin Rizka Wuryaningsih Anggi Novinda Aryani Robain Selviyani Safrudin Okta Jaka Purnama Tresna Astiariny Indah Anggraeni Amalina Mazaya Karcy



20130320003 20130320029 20130320048 20130320059 20130320064 20130320068 20130320072 20130320087 20130320114 20130320117 20130320151



Dwi Arini Erna Kurniawati Yunita Restiasa M Karina Saraswati Alviana Devita Ahmad Syakur Banafif Riyo Nurihsan Romi Kurniawan Gunadiah Annisa S Ati Purwaningsih Rahayu



T. 7



T. 8



T. 9 20130320006 20130320023 20130320026



Lisyah Bonita Paputungan Wiga Eryzha Fajarwati P. Retno Wulandari



Laely Hidayati Nurita Febriani Tri Ayu Lestari Arifudin Probo Adi Saputro Novita Nur Hasanah Johan Nur Intan Indriyati O Nurul Wahyuningsih



T. 10 20130320016 20130320018 20130320020



Ena Septiningsih Wahid Afrizal Tegar Rizky Nur M



20130320073 20130320081 20130320085 20130320089 20130320093 20130320097 20130320120 20130320128



Ghulam Najiih Naadir Ayu Cucuk Iskandar Riska Ayu Melinda D Irwan Fauzi Nadya Rianda Andira Azzahra M. Ade Luthfi Hanan Desy Rahmayani



20130320034 20130320045 20130320091 20130320101 20130320102 20130320127 20130320131 20130320139



T. 11 20130320002 20130320004 20130320009 20130320028 20130320051 20130320058 20130320086 20130320110 20130320123 20130320130 20130320147



Muhammad Rofiqul M Ahmad Firdaus Fathiyyah Intan Niryani Pradika Fatwa Khoirul H Iin Rahmayanti Soamole Rina Widiya Hasim Astuti Rismawati Ristyo Utari Cristanti Dwi Astuti Novelinda Permata Sari



Anisa Ratnasari Nur Afni Sharfina Eki Rusmayanti Lusi Anika Diah Rahmawati M. Bagus Wibisono Rizka Saputri Indri Lestari