Blue Bird [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Blue Bird: Merangkul pelanggan dengan sayapnya December 15, 2005 — qyut *) artikel ini dibikin sebagai tugas pelengkap kuliah Manajemen Pemasaran yang dikumpulkan pada saat ujian 12 Desember 2005 manakala sebelum ujian tulis open book yang diselenggarakan di kelas Sampoerna tersebut penulis terpaksa harus stress habis berhadapan dengan kemacetan di ibukota sehingga terlambat 30 menit dari jadwal seharusnya yaitu 18.30, dimana penulis terjebak di daerah jalan Surabaya – RSCM ketika naik taksi, sebagai akibat dari uang di kantong + dompet tinggal 3000 rupiah yang mengharuskannya naik kopaja dan ambil duit di Setiabudi Building dan merelakan uangnya 30000 rupiah disumbangkan ke pengemudi taksi �� hix �� dan baru diketahui bahwa ada ATM BCA di gedung TIFA sebelahnya Wisma Mulia�� -> first day experience in new building, tentu saja selain kebingungan pake access card buat naik ke lantai 48 dimana card-nya musti didekatkan ke panel “no smoking” di atas tombol-tombol lift-nya�� nddeeeessoooo��. :p Lain ladang lain belalang, lain New York lain pula Jakarta. Di New York dikenal dengan taksi berwarna kuning Yellow Cab Taxi, sedangkan orang-orang di Jakarta langsung mengkonotasikan taksi dengan warna biru atau biru metalicnya alias taksi Blue Bird. Harus diakui bahwa warna biru ataupun biru metalic ini sudah menjadi brand image bagi Blue Bird. Bahkan tak heran bila pesaing-pesaing lainnya pun banyak pula yang mengikuti jejak langkahnya dengan mengecat warna taksinya dengan warna yang hampir mirip atau bahkan benar-benar sama. Sebagai market leader dalam usaha transportasi, Blue Bird sudah menjadi brand yang tangguh dan dikenal luas oleh masyarakat. Dengan logo burung berwarna biru tua dan warna dasar biru muda, burung biru ini terbang melintasi jalanan di Jakarta. Diawali dengan armada 25 taksi pada tahun 1972, kini setelah lebih dari 30 tahun mendalami bisnis jasa transportasi, Blue Bird telah berkembang pesat dengan sekitar 12000 armada-nya yang tersebar di seluruh penjuru Jakarta. Sebuah prestasi luar biasa untuk sebuah usaha jasa transportasi. Dengan jumlah armada yang sedemikian banyaknya, anda tak perlu susah-susah melakukan perjalanan dimana pun dan kemana pun.



Blue Bird dan Teknologi Kesuksesan yang diraih oleh Blue Bird ini tak luput dari kelihaian blue bird dalam memanfaatkan teknologi. Berawal sekitar tahun 1972, Blue Bird-lah yang mengimplementasikan pertama kali di Indonesia sistem komunikasi radio serta penggunaan argometer yang ketat untuk armada-armadanya. Jejak langkah Blue Bird ini diikuti pula oleh perusahaan taksi lainnya yang beroperasi di Indonesia. Sekitar 4 tahun terakhir ini Blue Bird sudah menggunakan teknologi GPS (Global Positioning System). Selain digunakan untuk melacak posisi armada-armadanya, GPS ini juga digunakan sarana berkomunikasi antara armada taksi dengan Call Center. Berbeda dengan teknologi komunikasi radio yang terbatas pada komunikasi suara yang sudah umum digunakan oleh operator-operator taksi, teknologi GPS ini mempermudah operator dalam menentukan posisi customer dan armada mana yang bisa menjangkaunya, sehingga pelayanan bisa dilakukan lebih cepat dan mengurangi antrean order. Keunggulan lainnya, customer tidak perlu mendengarkan suara berisik dari radio komunikasi ketika ada lelang order yang masuk Baru-baru ini, Blue Bird meluncurkan lagi salah satu layanan pelanggannya. Blue Bird berusaha mengikuti teknologi yang sedang trend saat ini. Layanan baru tersebut adalah SMSTaxi: Order Taksi via



SMS. Dengan layanan ini, pelanggan cukup mengirimkan SMS ke nomor 1234 untuk melakukan order taksi. Pelayanan ini tentu saja sebuah langkah strategis yang diambil oleh Blue Bird untuk menjaring pelanggannya. Hanya saja, sebelum dapat melakukan order, customer harus mendaftarkan nomor telepon selulernya melalui SMS atau website Blue Bird Group (http://www.bluebirdgroup.com). Selain itu alamat dimana taksi akan menjemput pelanggan juga harus didaftarkan. Setelah itu baru pelanggan dapat memesan taksinya. Saat ini baru pelanggan yang memiliki telepon selular dengan menggunakan operator Indosat saja (seperti Matrix, IM3, dan Mentari) yang bisa memanfaatkan pelayanan ini. Cara order ini dinilai masih kurang mudah, karena prosedurnya yang rumit daripada melakukan order via telepon biasa. Namun sepertinya order via sms ini memang sengaja ditujukan untuk pelanggan tetap Blue Bird, misalnya bagi pelanggan yang sering memesan taksi dari lokasi-lokasi dimana mereka biasa dijemput. Strategi Blue Bird untuk mengadopsi teknologi-teknologi baru ini cukup bagus untuk memikat konsumen dan meningkatan brand awareness. Lebih dari itu, penggunaan teknologi ini diharapkan juga bisa mendorong persepsi konsumen terhadap taksi Blue Bird sebagai pionir dan market leader dalam usaha jasa transportasi.



Sejarah Blue Bird Group Blue Bird didirikan pada tahun 1972 oleh Nyonya Mutiara Djokosoetono, SH. Saat itu namanya belumlah Blue Bird, melainkan Chandra Taksi dan target pasar yang dibidik adalah rental mobil khusus untuk para jurnalis dan pengunjung dari/ke hotel dan airport. Saat itu hanya terdapat 25 mobil yang digunakan untuk beroperasi. Chandra Taksi inilah yang kemudian dikenal sebagai salah satu dari Blue Bird Group, yaitu Golden Bird. Dari embrio taksi inilah berkembang sebuah perusahaan besar yang sekarang membawahi sekitar 20 anak perusahaan yang bergerak tidak hanya di bidang transportasi, tetapi juga merambah usaha manufacture, properti, dan support services. Khusus untuk bidang transportasi sendiri, Blue Bird Group telah mengakuisisi beberapa perusahaan taksi, beberapa di antaranya berada di bawah payung Pusaka Group. Untuk usaha transportasi khusus penumpang, Blue Bird mengkategorikan jasanya ke dalam beberapa anak perusahaan untuk target market yang berbeda. Secara umum, taksi yang memiliki warna biru atau biru metalic ditargetkan untuk segmen masyarakat umum. Dalam kategori ini, ada beberapa anak perusahaan dimana setiap anak perusahaan memiliki nama dan logo yang berbeda. Anak perusahaan tersebut antara lain Pusaka Satria, Pusaka Nuri, Pusaka Biru, Pusaka Citra, Pusaka Lintas, Pusaka Prima, Morante Jaya, Lintas Buana, Cendrawasih, dan Blue Bird sendiri. Mengapa semuanya tidak memiliki satu nama Blue Bird saja? Masalah sebenarnya bukannya tidak bisa, melainkan terkait dengan masalah perijinan yang menyebabkan sebuah perusahaan taksi tidak bisa menjalankan banyak armadanya sekaligus. Di segmen Eksekutif, Blue Bird menyediakan Silver Bird dengan armadanya yang berwarna hitam. Jauh berbeda dengan taksi reguler yang berwarna biru, taksi eksekutif ini memberikan 3 keistimewaan utama, yaitu Comfort, Convenience, dan Safety. Mobil yang dipergunakan pun terbilang lebih mewah dari taksi reguler, tapi tentu saja masih ada lampu tanda taksi di atasnya. Dan yang terakhir untuk segmen transportasi penumpang, yaitu kategori limousine yang di dalam group ini dikenal dengan Golden Bird. Masuk dalam kategori ini adalah mobil-mobil mewah seperti Toyota Twin



Cam, Opel Vectra, Corona Absolute, Volvo 740, 960, Mercedes C180, E220, E230 dan New Eyes, hingga van mewah Mazda E2000. Berbeda dengan dua kategori taksi sebelumnya, taksi ini menggunakan plat nomor kendaraan berwarna hitam, yang artinya tentu saja mobil pribadi. Taksi ini ditujukan untuk orang-orang kelas atas atau VIP. Selain itu, dengan keisitimewaan plat nomor hitam, taksi ini disewakan kepada perorangan ataupun perusahaan, baik untuk jangka pendek atau jangka panjang. Golden Bird yang disewakan ini sangat tepat bagi perusahaan yang menginginkan mobil mewah dalam operasional kantornya, mengingat biaya operasional dan depresiasi akan bisa diminimalkan. Taksi Golden Bird ini memang tidak tampak seperti taksi pada umumnya. Hanya ada tambahan label / stiker logo Blue Bird di bagian kaca depan sopir. Jadi bila anda melihat sebuah mobil Mercy di depan anda, perhatikanlah dengan teliti sebelum anda menilai penumpang yang ada di dalamnya, karena barangkali mobil yang dinaiki bukanlah mobil miliknya sendiri, melainkan mobil Golden Bird. Selain taksi, untuk jasa angkutan penumpang Blue Bird juga menyediakan sarana angkutan masal berupa bis charter, yaitu Big Bird. Dengan area pelayanan transportasi meliputi Jawa, Bali, dan Sumatera. Big Bird juga melayani transportasi bagi anak sekolah, di antaranya adalah British International School, Jakarta Japanese School, Korean Internacional School dan German International School. Mengembangkan sayap, merambah segmen non-penumpang Perkembangan Blue Bird tidak cukup hanya di kota Jakarta dan sekitarnya saja, melainkan di kota-kota besar lain di Indonesia. Di Bali, sejak tahun 1989 Blue Bird Group telah menempatkan armada Golden Bird-nya, yang diikuti dengan armada taksi regular Bali Taksi pada tahun 1994. Kemudian berturut-turut pada tahun 1996 dan 1997, taksi regular memasuki Lombok dengan nama Lombok Taksi dan kota Surabaya dengan nama Surabaya taksi. Sekitar bulan November 2005, Blue Bird mulai menjamah kota Bandung dengan 75 armada taksi regulernya. Meskipun dengan jumlah armada yang masih sedikit, Bandung Taksi ini mendapatkan pertentangan yang cukup keras dari operator-operator taksi lainnya di Bandung. Harus diakui jika reputasi dan brand image yang telah diposisikan oleh Blue Bird Group, cukup menjadi ancaman terhadap operator taksi lainnya. Gebrakan bisnis Blue Bird sepertinya tak cukup di jalur angkutan penumpang saja. Jasa angkutan nonpenumpang pun telah digeluti Blue Bird dengan menyediakan jasa Truk Container, yaitu Iron Bird dan Angkutan Kontenindo Antarmoda. Di luar usaha transportasi primer, Blue Bird juga telah mendirikan Holiday Resort Lombok, dan perusahaan manufacture otomotif seperti Everlite, Restu Ibu, Ziegler Indonesia, serta usaha service lain seperti Jasa Alam, Gas Biru, dan Ritra Konnas Freight Centre. Mempertahankan mutu pelayanan kepada pelanggan Sebagai market leader, mempertahankan reputasi sebagai ��Partner Transportasi yang Handal�� memang tidak mudah. Oleh sebab itu, untuk membentuk brand loyalty para konsumen, Blue Bird menerapkan quality control terhadap seluruh lini usahanya, dari technical support hingga customer service. Basis usaha Blue Bird terletak pada jasa transportasi, khususnya adalah taksi dan alat angkutan / kendaraan. Secara langsung yang menjadi penggerak utama usaha ini adalah para pengemudi-nya. Selain berfungsi utama sebagai driver, pengemudi juga menjalankan fungsi sebagai customer service dan sales force, karena mau tidak mau, para pengemudi inilah yang akan berhadapan langsung dengan penumpang / customer. Para pengemudi di Blue Bird dilatih secara khusus dalam berbagai tahapan training. Dari para pengemudi inilah image Blue Bird dibangun. Sehingga tidak heran bila masyarakat mengenal Blue Bird karena para pengemudinya yang baik dan jujur.



Selain pengemudi, ada pula Call Center yang harus bekerja keras merespon setiap permintaan pelanggan. Beruntung dengan adanya teknologi radio, GPS, MDT, Internet, dan kini dengan SMS, order dari pelanggan dapat ditangani dengan cepat dan mudah. Keistimewaan lainnya dari pelayanan transportasi Blue Bird ini adalah ketersediaan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, sehingga jalanan tidak pernah sepi dari armada taksi. Dengan model kerja shift karyawan, taksi ? taksi yang beredar di jalanan ibukota ini diharapkan akan ada baik siang maupun malam hari, dari hari kerja biasa hingga hari libur sekalipun. Dari segi pricing, Blue Bird bukanlah perusahaan yang bermain-main di strategi ini. Tarif yang dikenakan oleh Blue Bird mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Bahkan untuk menjaga image-nya, setiap kali ada perubahan tarif, Blue Bird langsung aktif merespon. Berbeda dengan operator taksi lainnya yang argometernya dikenakan tarif sesuai kehendak pengemudi-nya. Mungkin kebijakan mengenai tarif ini akan mengurangi jumlah konsumen yang menggunakan Blue Bird. Namun justru dengan menerapkan tarif yang berlaku, Blue Bird menjadi teladan dalam urusan pricing, dan tentunya tidak akan kebingungan dengan biaya operasional. Bahkan, penerapan pricing ini bagi konsumen Blue Bird akan menjadikannya sebagai operator taksi yang konsisten sehingga positioning Blue Bird tetap terjaga. Apa jadinya bila Blue Bird menempelkan tulisan Tarif Lama di kaca depan mobilnya? Pasti yang terkesan adalah Blue Bird sebagai taksi murahan yang rela menurunkan tarifnya untuk menggaet para penumpangnya



BEDAH ARTIKEL PT Blue Bird Group Visi : Menjadi perusahaan jasa transportasi yang berkualitas dan berkelanjutan yang memberikan jaminan kemakmuran secara terus menerus untuk semua stakeholder yang ada. Misi : Mecapai kepuasan pelanggan dan membangun serta mempertahankan posisi pertama sebagai pimpinan pasar dalam setiap kategori yang digeluti. Kami adalah perusahaan jasa yang bisa diandalkan, berkualitas tinggi dan pelayanan-pelayanan unggul dengan penggunaan sumber-sumber secara tepat guna dan kami bekerja sebagai sebuah tim. Perusahaan taksi di Indonesia sudah banyak sekali, tapi hanya beberapa yang sudah dipercaya dan Blue bird merupakan salah satu dari perusahaan taksi yang sudah dipercaya oleh para masyarakat di indonesia khususnya di jakarta. Maupun sekarang banyak taksi yang meyerupai bluebird dari warnanya tapi tidak semua itu bluebird, banyak konsumen tertipu dengan warna dari taksi-taksi itu, jadi harus pintar-pintar untuk mebedakannya. n Seiring dengan perjalanan waktu blue bird juga mempunyai taksi yang merupakan aak dari blue bird seperti pusaka nuri,cendrawasih dan masih banyak lagi yang lain. Pool taksi blue birs tersebar dijakarta ada yang di kramat jati, bintaro, warung buncit dan masih ada didaerah lain. Profil Perusahaan : Nama Perusahaan : PT Blue Bird Group Status Perusahaan : Perseroan Terbatas Adapun kelemahan dari blue bird menurut kami : Kelemahan dari Bluebird :



 



Kurang promosi dan diskon Kurang Inovasi lagi karena sudah banyak pesaingnya.



Kelebihan :   



Sudah terkenal kenyamanan dan keamanannya Peleyanannya baik Karyawannya Ramah dan bersahaja.



Tak lama lagi, Grup Blue Bird akan menggunakan piranti GPS Monitoring and Dispatching System buatan China untuk armada kendaraannya. Hal ini terungkap pada penandatanganan kontrak kerja sama antara Pusaka GPS dan Shanghai Fleety Communications, Ltd di ajang pameran produk peralatan dan komoditas China di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/11). Penandatanganan kontrak tersebut dilakukan oleh Direktur Pusaka GPS Sigit Djokosoetono dan CEO Shanghai Fleety Communications James W. Shanghai Fleety Communications adalah penyedia layanan GPS tracking dan sistem dispatching di China. Perusahaan tersebut telah mendistribusikan 125 sistem dan 70.000 unit Mobile Data Terminal (MDT) ke berbagai industri. Termasuk, perusahaan-perusahaan taksi dan logistik di Negeri Tirai Bambu tersebut. Dalam kerja sama ini, Fleety menyediakan platform and hardware. Sementara, Pusaka GPS sebagai distributor tunggal di Indonesia dan melayani layanan purna jual. James Wu mengatakan potensi pasar GPS untuk armada angkutan penumpang dan barang di Indonesia cukup menjanjikan. “Kami berharap dapat merebut 50 persen dari total pasar domestik di Indonesia," demikian James Wu. dikutip dari kompas.com.



Adapun peluang dan ancaman Blue Bird Group blue bird group perusahaan jasa transportasi yang sudah terkenal indonesia dan sudah terpecaya oleh para konsumen, maupun akhir-akhir ini sudah banyak dari saingan perusahaan ini. Bluebird sendiri sudah melakukan berbagai upaya agar perusahaannya tetap menjadi pilihan oleh para konsumen di indonesia. Peluang bluebird sendiri sangat lebar di indonesia karena para konsumen sudah percaya dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan, oleh karena itu perusahaan sangat terkenal di indonesia. Adapun ancaman dari pihak luar yang sangat meresahkan perusahaan seperti adanya penipuan yang mengatasnamakan perusahaan dan pemalsuan mobil yang mengatasnamakan perusahaan bluebird, dan juga ancaman perusahaan berasal dari perusahaan yang serupa seperti perusahaan taksi gamya,family taksi, dll



Memahami Target Pasar Blue Bird Group Endah Hapsari PGS Paramadina



Konsumen boleh dibilang menjadi target utama dalam setiap bisnis. Maka, memahami konsumen yang akan kita bidik menjadi pekerjaan utama yang harus mendapatkan perhatian penuh. Pada dasarnya kita harus memahami informasi dasar tentang konsumen kita. Ini termasuk masalah demografi, serta informasi tentang perilaku dan respons mereka terhadap aktivitas pemasaran dan promosi sebelumnya. Untuk memahami ini, kita juga harus mengenali aspek psikografis dari basis partisipan atau target audiens kita. Ini menjadi penting karena tendensi dan perilaku konsumen tidak selalu selaras dengan data demografis. Konsumen saat ini telah beralih menjadi partisipan aktif karena itulah perencanaan marketing digital harus sejalan dengan konsumen digital dan saluran media yang berubah. Lantaran itulah muncul istilah participant print (analog). Konsep di balik participant print adalah para tenaga pemasaran harus mulai melihat konsumen mereka tak hanya dapat menerima pesan yang diberikan tenaga pemasaran sebagai satu strategi untuk meraih pangsa pasar lebih besar. Sebaliknya, mereka bisa dilihat sebagai bagian dari rencana pemasaran strategis perusahaan. Dengan begitu, batasan antara tenaga pemasaran dan konsumen semakin lebur. Perlu diingat pula bahwa fenomena ini adalah hasil dari cara konsumen menggunakan media baru untuk membangun konten mereka sendiri yang pada gilirannya menjadi satu miniatur lembaga komunikasi perorangan. Memasuki era teknologi informasi seperti saat ini, internet menjadi media penting untuk menembus konsumen. Maka, pemasaran pun bermetamorfosis hingga kini kita pun mengenal adanya platform digital dalam pemasaran. Platform ini juga membuat kita dapat menjawab pertanyaan: apa yang akan saya bangun dan bagaimana konsumen akan berinteraksi dan berkontribusi di dalamnya? Untuk mencapai satu metode pemasaran digital yang sukses, kita pun harus memiliki satu rencana khusus untuk memahami benar siapa konsumen dan pelanggan kita, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan kita sebagai partisipan. Kita juga perlu menetapkan tujuan utama dengan menggunakan pemasaran digital. Ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam penggunaan platform digital tersebut di antaranya berupa proposisi (menjelaskan manfaat platform tersebut bagi konsumen), channel mix (penggunaan channel yang tepat), mempunyai konsep yang kreatif untuk menarik minat konsumen dan mendapatkan konsumen yang sesuai serta dapat memberikan kontribusi. Studi Kasus Blue Bird Perusahaan taksi Blue Bird menjadi satu nama yang bisa dibilang menjadi ‘Top of Mind’ untuk bisnis transportasi serupa. Dalam mengembangkan market, Blue Bird melakukan berbagai terobosan seperti melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Hal serupa juga dilakukan dalam rangka memperluas pangsa pasar, yaitu anak muda.



Untuk meraih pasar ini, Blue Bird melancarkan strategi pemasaran berupa berbagai kemudahan untuk pemesanan taksi. Caranya adalah menjalin kerja sama dengan outlet yang juga membidik segmentasi anak muda, promo di stasiun radio anak muda, serta penggunaan perangkat teknologi seperti BlackBerry. Misalnya saja, kerja sama Blue Bird dengan outlet 7-Eleven. Kini pemesanan taksi Blue Bird Group tidak hanya melalui telepon atau melalui aplikasi, namun bisa juga dilakukan di outlet 7-Eleven. Dari kerja sama tersebut, di semua outlet 7-Eleven disediakan perangkat berupa tablet di setiap kasir untuk melakukan pemesanan taksi Blue Bird Group. Konsumen 7-Eleven cukup mendatangi kasir untuk memesan taksi dan petugas kasir akan melakukan pemesanan melalui perangkat tablet tersebut yang sudah diatur alamat penjemputannya. Kemudian, apabila taksi sudah didapatkan maka pengunjung akan memperoleh struk pemesanan beserta nomor taksi yang akan menjemputnya. Lantaran itulah, konsumen 7-Eleven juga bisa melihat peta digital posisi taksi dari tablet tersebut, sehingga mereka bisa memprediksi kapan taksi akan datang. Selain itu, Blue Bird Group juga meluncurkan Taxi Mobile Reservation untuk smartphone Android dan iPhone, sebelumnya telah sukses meningkatkan jumlah pelanggannya karena aplikasi serupa bagi pengguna BlackBerry. Ternyata, aplikasi Taxi Mobile Reservation untuk BlackBerry sejak diluncurkan mengalami peningkatan pelanggan yang tinggi, hingga 300 persen. Langkah tersebut diambil mengingat pengguna smartphone tersebut sangat besar di Indonesia. Blue Bird juga telah menginvestasikan 50 miliar rupiah untuk kebutuhan pemasangan pada BlackBerry, perangkat Android dan iPhone, karena aplikasi ini memiliki beberapa bagian yaitu biaya pengembangan dan infrastruktur. Untuk memahami platform digital, berikut pemaparan participant print atau target audiens Blue Bird yang membidik pasar anak muda: Demografis Usia: 15-40 tahun Jenis Kelamin: Pria dan wanita Pekerjaan: Karyawan hingga mahasiswa Geografis: Masyarakat urban terutama Jakarta Psikografis Orang-orang yang sangat terbuka dengan perkembangan teknologi informasi. Channel Mix Channel Mix adalah cara menentukan saluran yang tepat untuk menempatkan proposisi perusahaan. Untuk target audiens yang muda, mengikuti perkembangan teknologi, serta memiliki aktivitas yang padat, pemilihan saluran digital yang pas untuk meraih pas menjadi hal terpenting. Dengan target pasar anak muda, langkah Blue Bird Group untuk berpromosi lewat stasiun radio yang membidik segmentasi pasar serupa agaknya telah tepat.



Selain itu, peningkatan layanan lewat akses smartphone turut direspons baik oleh pasar. Ini berarti langkah tersebut tepat pula dilakukan. Selanjutnya, bisa dipikirkan untuk memulai meningkatkan layanan lewat fasilitas jejaring sosial yang kini terus berkembang seperti Instagram, Twitter, hingga Path. Konsep kreatif Konsep kreatif adalah cara menentukan tampilan dan cita rasa yang pas agar proposisi kita lebih bisa dihayati oleh partisipan. Blue Bird telah mengembangkan sejumlah terobosan untuk meraih pangsa pasar lebih besar. Misalnya dengan pemesanan lewat aplikasi BlackBerry. Tak hanya itu, promo lewat stasiun radio Gen FM juga menarik. Ini karena promo tersebut berusaha mengakrabkan konsumen dengan para pramudi Blue Bird. Caranya, tiap pendengar radio yang berhasil mengabadikan gambar mereka dengan pramudi akan mendapatkan hadiah berupa voucher naik taksi. Kendati begitu, ini tidak cukup untuk tetap menjadi pemimpin dalam segmen bisnis serupa. Konsep kreatif ini dapat diterapkan untuk tawaran diskon tarif khusus untuk pelajar misalnya. Langkah ini penting untuk menarik lebih banyak lagi pasar anak muda. Content outline Konten tersebut terbagi dengan aksi yang dilakukan oleh kedua pihak, yaitu perusahaan dan konsumen. Konten yang disiapkan oleh perusahaan bertujuan untuk memudahkan akses konsumen pada perusahaan terkait. Misalnya saja dengan menyediakan fasilitas layanan seperti lewat aplikasi BlackBerry, call center, dan situs khusus untuk memudahkan pemesanan taksi. Sedangkan konten yang dikembangkan oleh konsumen adalah lewat interaksi aktif para konsumen sebagai bagian dari respons terhadap pelayanan Blue Bird. Dalam hal ini pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan lebih baik lagi layanan Blue Bird. Ini dapat dilakukan dengan merespons layanan tersebut lewat jejaring sosial yang disediakan oleh perusahaan terkait. Pada akhirnya keempat unsur tersebut harus terkait hingga bermuara menjadi strategi pemasaran digital yang mumpuni. Bila satu unsur tak terpenuhi, strategi tersebut akan mengalami kendala dalam pencapaian tujuan akhir. Dalam hal ini Blue Bird Group tampaknya perlu melakukan kesinambungan dalam proses pemasaran digital dengan memperkuat basis platform digital yang saat ini tengah gencar dilakukan. Kombinasi penggunaan teknologi informasi, pemahaman terhadap konsumen, serta peningkatan layanan seperti ketepatan waktu dan persaingan tarif menjadi elemen-elemen penting yang terus-menerus penting untuk dicermati. Strategy Blue Bird terhadap kepuasan pelanggan Menurut Maria, kepuasan pelanggan bisa dicapai setidaknya dengan tiga pilar utama. Yakni: People Image pertama kali yang melekat di benak orang tentang Blue Bird adalah keramahan. Ada trust yang bisa dibangun dari people kami, dan people kami adalah para pengemudi. Pengemudi merupakan ujung tombak dari layanan Blu Bird, sehingga proses perekrutannya pun terbilang cukup sulit. Hal itu dikarenakan Blue Bird ingin membangun attitude.



Selain itu, membangun budaya juga penting. Interaksi setiap hari sangat membantu kami dalam membangun budaya Blue Bird yang melekat di masing-masing pengemudi. Selain pengembangan, Blue Bird juga membuat reward system. Hal ini dilakukan untuk menjaga performa dan membuat mereka agar terus termotivasi memberikan yang terbaik. Produk Untuk yang satu ini kami sangat terbantu dengan berbagai pilihan armada dan juga fasilitas dan fitur-fitur yang kami lengkapi di setiap armada. Hal ini membuat kami bisa memberikan produk yang benar-benar terbaik bagi pelanggan. Sekarang pelanggan bukan hanya perlu armada yang nyaman, pelanggan juga perlu navigasi, tracking yang menjanjikan keamanan. Apalagi gangguan di jalan yang saat ini cukup tinggi. Armada Blue Bird cukup memberikan rasa aman. Meskipun armada Blue Bird belum dilengkapi dengan CCTV, namun beberapa tracking system sudah terpasang. Mulai dari awal perjalanan sudah bisa di track rutenya, kecepatannya, hingga indetitas pengemudinya. Tidak hanya itu, dalam setiap unit armada Blue Bird juga sudah dilengkapi dengan voice recorder. Sehingga pada saat terjadi emergency, pembicaraan apapun yang terjadi di dalam armada sudah bisa diakses oleh Blue Bird. “Saya pikir itu bisa memberikan rasa aman,” terang Maria. Proses Setelah membuat people dan produk yang excellence, selanjutnya yang kami lakukan adalah bagaimana management activity harus kami bangun, kembangkan, improvisasi terus menggunakan berbagai teknologi guna membuat ketiga pilar ini kokoh. Semua ini kami lakukan agar kami bisa mem-provide apa yang kami sebut layanan yang berorientasi kepada pelanggan. Sumber gambar: retail-week