BMP Ekma4262 PDF [PDF]

  • Author / Uploaded
  • unyil
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Modul 1



Risiko, Proses Manajemen Risiko, dan Enterprise Risk Management Dr. Mamduh M. Hanafi, MBA.



PENDAHULUAN odul satu ini membicarakan risiko, proses manajemen risiko, dan enterprise risk management. Secara singkat, pengertian dan definisi risiko cukup beragam. Sumber risiko pada dasarnya adalah ketidakpastian. Ketidakpastian memunculkan risiko. Proses manajemen risiko adalah tahapan yang dilakukan untuk mengelola risiko secara sistematis. Enterprise Risk Management (ERM) adalah manajemen risiko dalam suatu organisasi. Modul satu berikut ini membicarakan lebih lanjut ketiga konsep dasar manajemen risiko tersebut. Setelah mempelajari Modul 1 ini, secara umum Anda diharapkan dapat menjelaskan gambaran secara umum mengenai risiko dan pengelolaan risiko tersebut. Secara khusus, setelah mempelajari Modul 1 ini, Anda diharapkan bisa menjelaskan: 1. Beberapa pengertian dan definisi risiko. 2. Kondisi ketidakpastian sebagai sumber risiko. 3. Beberapa contoh kerugian yang dialami organisasi akibat kegagalan mengelola risiko. 4. Proses atau tahapan dalam pengelolaan risiko. 5. Enterprise Risk Management (pengelolaan risiko dalam suatu organisasi). 6. Komponen-komponen dalam Enterprise Risk Management.



1.2



Manajemen Risiko •



Kegiatan Belajar 1



Risiko, Kondisi Ketidakpastian, dan Proses Manajemen Risiko A. RISIKO DAN KONDISI KETIDAKPASTIAN Risiko merupakan kata yang sudah kita dengar hampir setiap hari. Biasanya kata tersebut mempunyai konotasi yang negatif, sesuatu yang tidak kita sukai, sesuatu yang ingin kita hindari. Sebagai contoh, jika kita jalan keluar dengan mobil, maka ada risiko mobil kita bertabrakan dengan mobil lainnya (kejadian yang tidak kita inginkan). Jika kita mempunyai saham, ada risiko harga saham yang kita pegang turun nilainya, sehingga kita tidak memperoleh keuntungan (kejadian yang tidak kita harapkan). Jika bank memberikan kredit kepada suatu perusahaan, maka ada kemungkinan perusahaan tersebut gagal bayar (tidak membayar bunga dan/atau cicilan pinj amannya). Apa yang dimaksud dengan risiko? Risiko bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, risiko bisa didefinisikan sebagai kej adian yang merugikan. Definisi lain yang sering dipakai untuk analisis investasi, adalah kemungkinan basil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan. Deviasi standar merupakan alat statistik yang bisa digunakan untuk mengukur penyimpangan, karena itu deviasi standar bisa dipakai untuk mengukur risiko. Pengukuran yang lain adalah menggunakan probabilitas. Sebagai contoh, pengemudi kendaraan orang muda lebih sering mengalami kecelakaan dibandingkan dengan orang dewasa. Probabilitas terjadinya kecelakaan untuk orang muda lebih tinggi dibandingkan dengan untuk orang dewasa. Karena itu risiko kecelakaan untuk orang muda lebih tinggi dibandingkan untuk orang dewasa. Kenapa muncul suatu risiko? Risiko berkaitan erat dengan kondisi ketidakpastian. Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian. Praktis kita menghadapi banyak ketidakpastian di dunia ini. Sebagai contoh, hari ini bisa hujan, bisa juga tidak hujan. lnvestasi kita bisa mendatangkan keuntungan (harga naik), bisa juga menyebabkan kerugian (harga turun). Kepastian dalam dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Ketidakpastian tersebut menyebabkan munculnya risiko. Ketidakpastian itu sendiri ada banyak



1. 3



• EKMA4262/MODUL 1



tingkatannya. Tabel berikut ini menunjukkan tingkatan ketidakpastian dengan karakteristiknya. Tabel 1.1. Tingkatan Ketidakpastian TINGKAT KETIDAKPASTIAN



KARAKTERISTIK



CONTOH



TIDAK ADA (PASTI)



HASIL BISA DIPREDIKSI DENGAN PASTI HUKUM ALAM



KETIDAKPASTIAN OBJEKTIF



HASIL BISA DIIDENTIFIKASI DAN PROBABILITAS DIKETAHUI



PERMAINAN DADU,KARTU



KETIDAKPASTIAN SUBJEKTIF



HASIL BISA DIIDENTIFIKASI TAPI PROBABILITAS TIDAK DIKETAHUI



KEBAKARAN, KECELAKAAN MOBIL, INVESTASI



SANGAT TIDAK PASTI



HASIL TIDAK BISA DIIDENTIFIKASI DAN PROBABILITAS TIDAK DIKETAHUI



EKSPLORASI ANGKASA



Pada tingkatan pertama, kondisi kepastian sangat tinggi. Hasil bisa diprediksi dengan relatif pasti. Hukum alam merupakan contob kepastian tersebut. Sebagai contob, kita bisa memprediksi dengan pasti babwa bumi mengitari matabari selama 360 bari (satu tabun). Tingkatan selanjutnya adalab ketidakpastian objektif, dengan contob adalab dadu, jika kita melempar dadu, ada enam kemungkinan yaitu angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 (ada enam kemungkinan basil). Kita bisa mengbitung probabilitas masing-masing angka untuk keluar, yaitu 1/6. Tingkatan berikutnya adalab ketidakpastian subjektif, dengan contob adalab kecelakaan mobil. ldentifikasi basil dan probabilitas (kemungkinan) yang berkaitan dengan kecelakaan mobil lebib sulit dilakukan. Sebagai contob, jika kita pergi keluar dengan mobil, berapa besar probabilitas kita mengalami kecelakaan mobil? Dan jika terjadi kecelakaan, kerusakan atau kerugian yang bagaimana yang akan kita dapatkan? Tidak mudab untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tingkatan berikutnya adalab kondisi sangat tidak pasti, dengan contob eksplorasi angkasa. Kita tidak tabu apa basil yang akan diperoleb dari eksplorasi angkasa, apakab akan bertemu dengan makhluk asing (alien), ataukab menemukan planet yang mirip bumi, atau apa



1.4



Manajemen Risiko •



yang akan kita temukan. Sangat sulit memprediksi atau mengidentifikasi basil yang barangkali bisa diperoleb dari eksplorasi angkasa seperti itu. Tentu saja juga akan sangat sulit menentukan probabilitas untuk masing-masing kemungkinan basil tersebut. Ketidakpastian bisa tercermin dari fluktuasi pergerakan yang tinggi; Semakin tinggi fluktuasi, semakin besar tingkat ketidakpastiannya. Bagan berikut ini menunjukkan fluktuasi barga beberapa instrumen (dibitung berdasarkan deviasi standar tabunan). Terlibat babwa semua barga instrumen berfluktuasi. Sebagai contob, sabam mempunyai fluktuasi sebesar 14%, sementara barga listrik mernpunyai fluktuasi sebesar 228%. Hasil empiris pada hagan di atas menunjukkan babwa di dunia ini semuanya serba tidak pasti. Sabam, valas (FX), barga minyak, sampai dengan barga listrik, mempunyai fluktuasi, meskipun dengan tingkat fluktuasi yang berbeda-beda. Kepastian adalab ketidakpastian itu sendiri. Dengan demikian risiko ada di mana-mana, mencakup semua instrumen. Annualized Volatility by Product/Instrument Type



121°/o



36o/o 9o/o Stocks Real Estate (S&P SOO) (Dow Jones US Real Estate Index)



Bond FX (Lehman (DM/$US) Corporate Bond Index)



Oil (WTI Oil)



Gas (Henry Hub)



Gambar 1.1. Fluktuasi Tahunan Berdasarakn Tipe lnstrumen



Electricity (Palo Verde)



• EKMA4262/MODUL 1



1. 5



Selain itu, fluktuasi harga cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai ilustrasi, Indonesia mengalami perubahan sistem kurs dari tetap menj adi mengambang pada pertengahan tahun 1997. Sebelum krisis pada tahun 1997, Indonesia menganut sistem kurs tetap, dengan menetapkan kurs Rp/$ pada tingkat sekitar Rp2.500/$. Pada pertengahan tahun 1997, untuk mengurangi tekanan terhadap kurs karena ada krisis ekonomi, pemerintah mengambangkan kurs Rp/$. Sistem kurs mengambang tersebut masih berlaku sampai saat ini. Kurs Rp/$ tidak lagi tetap, tetapi bisa berubah tergantung mekanisme pasar. Sistem kurs mengambang tersebut mengakibatkan fluktuasi kurs Rp/$ jauh lebih tinggi dibandingkan dengan fluktuasi kurs Rp/$ pada sistem kurs tetap. Mengapa fluktuasi cenderung meningkat? Ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan fluktuasi tersebut, seperti: 1. Globalisasi dunia. 2. Liberalisasi dunia. 3. Proses Informasi yang semakin cepat, reaksi investor yang semakin cepat. Globalisasi dunia membuat keterkaitan perekonomian dunia lebih erat. Kejadian di suatu negara akan lebih cepat mempengaruhi negara lain. Dengan kondisi seperti itu, fluktuasi akan cenderung meningkat. Liberalisasi dunia (membuka pasar domestik terhadap investor asing) mempunyai efek yang sama dengan globalisasi. Hambatan antar negara menjadi berkurang. Aliran modal menjadi lebih mudah untuk masuk atau keluar. Hal semacam ini akan meningkatkan fluktuasi dunia. Sebagai ilustrasi, krisis ekonomi di Thailand pada tahun 1997, memicu terjadinya krisis ekonomi di negaranegara sekitarnya (Indonesia, Filipina, Malaysia) dengan cepat. Investor dengan cepat memindahkan dananya dari Thailand dan negara-negara sekitarnya ke negara-negara lain yang dianggap lebih aman. Terbukanya perekonomian dunia memungkinkan pergerakan modal yang cepat semacam itu. Teknologi yang semakin maju membuat investor atau pelaku pasar semakin canggih dalam memproses informasi. Kecanggihan tersebut akan mendorong pelaku pasar untuk lebih cepat memperoleh informasi dan bertindak lebih cepat atas informasi tersebut. Kemudahan informasi dan reaksi yang cepat dari investor akan mendorong fluktuasi harga yang semakin tinggi.



1.6



Manajemen Risiko •



Globalisasi, liberalisasi, dan teknologi yang semakin canggih akan semakin meningkatkan fluktuasi harga, semakin meningkatkan ketidakpastian. Fluktuasi tersebut ternyata praktis dialami oleh semua atau sebagian besar instrumen keuangan atau komoditas di dunia. Dengan demikian bisa diambil kesimpulan bahwa risiko ada di mana-mana, dan risiko cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun.



B. TIPE-TIPE RISIKO Risiko beragam jenisnya, mulai dari risiko kecelakaan, kebakaran, risiko kerugian, fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan lainnya. Untuk memudahkan pemahaman dan analisis terhadap risiko, kita bisa memetakan atau mengelompokkan risiko-risiko tersebut. Salah satu cara untuk mengelompokkan risiko adalah dengan melihat tipe-tipe risiko. Bagan berikut ini menunjukkan bahwa risiko bisa dikelompokkan ke dalam dua tipe risiko: risiko murni dan risiko spekulatif, risiko subjektif dan objektif, dan dinamis dan statis.



RISIKO



SPEKULAT.IF



PURE



STAT IS



D.INAMIS



STATI.S



DINAMIS.



SUBJEKTIF



SUBJEKTIF



SUBJEKTI'F



SUBjEKTIF



OBJEKTIF



OBJEKTIF



OBJE.KTIF



OBJEKTIF



Gambar 1.2. Kategorisasi Risiko



• EKMA4262/MODUL 1



1. 7



Risiko bisa dikelompokkan ke dalam risiko murni dan risiko spekulatif dengan penjelasan sebagai berikut ini. 1. Risiko mumi (pure risks) adalah risiko di mana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Jadi kita membicarakan potensi kerugian untuk risiko tipe ini. Beberapa contoh risiko tipe ini adalah risiko kecelakaan, kebakaran, dan semacamnya. Contoh lain adalah risiko banjir menghantam rumah kita. Kejadian seperti itu akan merugikan kita. Tetapi rumah berdiri di tempat tertentu tidak secara langsung akan mendatangkan keuntungan tertentu. Jika terjadi kebakaran atau banjir, di samping individu yang terkena dampaknya, masyarakat secara keseluruhan juga akan dirugikan. Asuransi biasanya lebih ban yak berurusan dengan risiko murni. 2. Risiko spekulatif adalah risiko di mana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Potensi kerugian dan keuntungan dibicarakan dalam jenis risiko ini. Contoh tipe risiko ini adalah usaha bisnis. Dalam kegiatan bisnis, kita mengharapkan keuntungan, meskipun ada potensi kerugian. Contoh lain adalah jika kita memegang (membeli) saham. Harga pasar bisa meningkat (kita memperoleh keuntungan), bisa juga analisis kita salah, harga saham bukannya meningkat, tetapi malah turun (kita memperoleh kerugian). Risiko spekulatif juga bisa dinamakan sebagai risiko bisnis. Kerugian akibat risiko spekulatif akan merugikan individu tertentu, tetapi akan menguntungkan individu lainnya. Misalkan suatu perusahaan mengalami kerugian karena penjualannya turun, perusahaan lain barangkali akan memperoleh keuntungan dari situasi tersebut. Secara total, masyarakat tidak dirugikan oleh risiko spekulatif tersebut. Di samping kategorisasi murni dan spekulatif, risiko juga bisa dibedakan antara risiko yang dinamis dan yang statis. 1. Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Sebagai contoh, risiko terkena petir merupakan risiko yang muncul dari kondisi alam yang tertentu. Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari waktu ke waktu. 2. Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Sebagai contoh, perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi, memunculkan jenis-jenis risiko baru. Misal, jika masyarakat semakin kritis, sadar akan haknya, maka risiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat



1.8



Manajemen Risiko •



lebih berani mengajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan, akan semakin besar. Risiko juga bisa dikelompokkan ke dalam risiko subjektif dan objektif dengan penjelasan sebagai berikut ini. 1. Risiko objektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter yang objektif. Sebagai contoh, fluktuasi harga atau tingkat keuntungan investasi di pasar modal bisa diukur melalui standar deviasi, misal standar deviasi return saham adalah 25% per tahun. 2. Risiko subjektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap risiko. Dengan kata lain, kondisi mental seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi rendahnya risiko tertentu. Sebagai contoh, untuk standar deviasi return pasar yang sama sebesar 25%, dua orang dengan kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda. Orang yang konservatif akan menganggap risiko investasi di pasar modal terlalu tinggi. Sementara bagi orang yang agresif, risiko investasi di pasar modal dianggap tidak terlalu tinggi. Perhatikan bahwa kedua orang tersebut melihat pada risiko objektif yang sama, yaitu standar deviasi return sebesar 25% per tahun. Berikut ini contoh-contoh risiko yang biasa dihadapi oleh suatu organisasi. Risiko-risiko tersebut dikelompokkan ke dalam risiko murni dan spekulatif. Tabel 1.2. Contoh-contoh Risiko Murni



TIPE RISIKO



DEFINISI



ILUSTRASI



Risiko Aset Fisik



Risiko yang terjadi karena kejadian tertentu berakibat buruk (kerugian) pada aset fisik organisasi.



Kebakaran yang melanda gudang atau bangunan perusahaan. Banjir mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan peralatan



Risiko karyawan



Risiko karena karyawan organisasi mengalami peristiwa yang merugikan



Kecelakaan kerja mengakibatkan karyawan cedera, kegiatan operasional perusahaan terganggu



Risiko legal



Risiko kontrak tidak sesuai yang diharapkan, dokumentasi yang tidak benar



Terjadi perselisihan sehingga perusahaan lain menuntut ganti rugi yang signifikan



1. 9



• EKMA4262/MODUL 1



Tabel 1. 3. Contoh-Contoh Risiko Spekulatif



TIPE RISIKO



DEFINISI



ILUSTRASI



Risiko pasar



Risiko yang terjadi dari pergerakan harga atau volatilitas harga pasar



Harga pasar saham dalam portofolio perusahaan mengalami penurunan, yang mengakibatkan kerugian yang dialami perusahaan.



Risiko kredit



Risiko karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan



Debitur tidak bisa membayar cicilan dan bunga hutang, sehingga perusahaan mengalami kerugian. Piutang dagang tidak terbayar.



Risiko Likuiditas



Risiko tidak bisa memenuhi kebutuhan kas, risiko tidak bisa menjual dengan cepat karena ketidaklikuidan atau gangguan pasar



Perusahaan tidak mempunyai kas untuk membayar kewajibannya (misal melunasi hutang). Perusahaan terpaksa menjual tanah dengan harga murah (di bawah standar) karena sui it menjual tanah tersebut (tidak likuid), padahal perusahaan membutuhkan kas den an cepat. ~----------4--------------------------~ Risiko operasional Risiko kegiatan operasional Komputer perusahaan terkena virus tidak berjalan lancar dan sehingga operasi perusahaan terganggu. mengakibatkan kerugian: Prosedur pengendalian perusahaan tidak kegagalan sistem, human memadai sehingga terjadi pencurian error, pengendalian dan barang-barang yang dimiliki perusahaan. prosedur yang kurang



Pembagian risiko ke dalam dua tipe, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif, barangkali tidak sepenuhnya memuaskan. Ada beberapa jenis risiko yang barangkali bisa masuk ke dalam risiko murni maupun spekulatif. Sebagai contoh, risiko tuntutan hukum bisa dimasukkan ke dalam risiko murni, tetapi jika dilihat sebagai konsekuensi kegiatan bisnis, maka risiko tersebut bisa dimasukkan ke dalam risiko spekulatif. Pembagian semacam itu bukan 'harga mati'. Pembagian semacam itu diharapkan memudahkan kita memahami jenis-jenis risiko dan karakteristiknya.



C. PROSES MANAJEMEN RISIKO Risiko ada di mana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa



1.10



Manajemen Risiko •



mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehingga kita bisa memperoleh basil yang paling optimal. Dalam konteks organisasi, organisasi juga akan menghadapi banyak risiko. Jika organisasi tersebut tidak bisa mengelola risiko dengan baik, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Karena itu risiko yang dihadapi oleh organisasi tersebut juga harus dikelola, agar organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. Perusahaan sering kali secara sengaja mengambil risiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan dibalik risiko tersebut. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini. 1. Identifikasi risiko. 2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko, dan 3. Pengelolaan risiko.



1.



ldentifikasi Risiko



Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi, mulai dari risiko penyelewengan oleh karyawan, risiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak tanah. Api merupakan sumber risiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan kondisi yang meningkatkan terjadinya kecelakaan, bangunan yang bisa terbakar merupakan eksposur yang dihadapi perusahaan. Misalkan terjadi kebakaran, kebakaran merupakan peristiwa yang merugikan (peril). ldentifikasi semacam dilakukan dengan melihat sekuen dari sumber risiko sampai ke terj adinya peristi wa yang merugikan. Pada beberapa situasi, risiko yang dihadapi oleh perusahaan cukup standar. Sebagai contoh, bank menghadapi risiko terutama adalah risiko kredit (kemungkinan debitur tidak melunasi hutangnya). Untuk bank yang juga aktif melakukan perdagangan sekuritas, maka bank tersebut akan menghadapi risiko pasar. Setiap bisnis akan menghadapi risiko yang berbeda-beda karakteristiknya.



• EKMA4262/MODUL 1



2.



1.11



Evaluasi dan Pengukuran Risiko Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk 'mengukur' risiko tersebut. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi. Dengan probabilitas tersebut kita berusaha 'mengukur' risiko. Sebagai contoh, ada risiko perusahaan terkena j atuhan meteor atau komet, tetapi probabilitas risiko semacam itu sangat kecil (0,00000000 1). Karena itu risiko tersebut tidak perlu diperhatikan. Contoh lain adalah risiko kebakaran dengan probabilitas (misal) 0,6. Karena probabilitas yang tinggi, maka risiko kebakaran perlu diberi perhatian ekstra. Contoh tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknik probabilitas kita bisa melakukan prioritisasi risiko, sehingga kita bisa lebih memfokuskan pada risiko yang mempunyai kemungkinan yang besar untuk terjadi. Contoh lain adalah membuat matriks dengan sumbu mendatar adalah probabilitas terjadinya risiko, dan sumbu vertikal adalah tingkat keseriusan konsekuensi risiko tersebut (severity, atau besarnya kerugian yang timbul akibat risiko tersebut). Setiap risiko bisa dievaluasi kemudian dimasukkan ke dalam matriks tersebut. Sebagai contoh, risiko kebakaran mempunyai probabilitas 0,6 (tinggi). Jika kebakaran terjadi, maka kerugian yang diakibatkan akan besar juga (tinggi). Dengan demikian risiko kebakaran akan ditempatkan pada kuadran probabilitas tinggi dan severity tinggi. Selanjutnya langkah yang lebih tepat bisa dirumuskan. Sebagai contoh, untuk risiko kebakaran seperti itu, langkah yang lebih aktif bisa ditujukan untuk menangani risiko kebakaran tersebut. Untuk risiko lain, evaluasi dan pengukuran yang berbeda bisa dilakukan. Sebagai contoh, risiko perubahan tingkat bunga bisa diukur dengan teknik duration (durasi). Modul identifikasi dan pengukuran risiko spekulatif akan banyak membicarakan pengukuran risiko perubahan tingkat bunga. Risiko pasar bisa dievaluasi dengan menggunakan teknik VAR (Value At Risk). Pemahaman kita terhadap beberapa risiko sudah cukup baik sehingga teknik pengukuran risiko tersebut sudah berkembang. Sementara pemahaman kita terhadap risiko lain belum begitu baik sehingga teknik pengukuran risiko tersebut belum begitu berkembang.



1.12



Manajemen Risiko •



Teknik lain untuk mengukur risiko adalah dengan mengevaluasi dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan.



3.



Pengelolaan Risiko Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya. Erat kaitannya dengan manajemen risiko adalah pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing). a. Penghindaran. Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah menghindar. Tetapi cara semacam ini barangkali tidak optimal. Sebagai contoh, jika kita ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut. b. Ditahan (Retention). Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan risiko tersebut, atau risk retention). Sebagai contoh, misalkan seseorang akan keluar rumah membeli sesuatu dari supermarket terdekat, dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan tersebut tidak diasuransikan. Orang tersebut merasa asuransi terlalu repot, mahal, sementara dia akan mengendarai kendaraan tersebut dengan hati -hati. Dalam contoh tersebut, orang tersebut memutuskan untuk menanggung sendiri (menahan, retention) risiko kecelakaan. c. Diversifikasi. Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh, kita barangkali akan memegang aset tidak hanya satu, tetapi pada beberapa aset, misal saham A, saham B, obligasi C, properti, dan sebagainya. Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset lainnya. d. Transfer Risiko. Jika kita tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita bisa mentransfer risiko tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut. Sebagai contoh, kita bisa membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.



• EKMA4262/MODUL 1



e.



1.13



Pengendalian Risiko. Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran, kita memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm tersebut merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran. Pendanaan Risiko. Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana 'mendanai' kerugian yang terjadi jika suatu risiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan? Isu semacam itu masuk dalam wilayah pendanaan risiko.



f.



Di samping proses manajemen risiko seperti yang disebutkan di muka, manajemen risiko suatu organisasi juga memerlukan infrastruktur baik keras maupun lunak. Sebagai contoh, manajemen risiko barangkali akan memerlukan sistem komputer untuk analisis risiko. Manajemen risiko juga memerlukan staf dan struktur organisasi yang tepat. Infrastruktur manajemen risiko tidak dibahas secara khusus dalam modul ini. Modul enam menyajikan ilustrasi bagaimana perusahaan terkemuka dunia mengembangkan manajemen risiko dalam organisasinya.



LATIHAN •



---- ~



-



Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerj akanlah latihan berikut! 1) 2) 3)



Jelaskan kenapa risiko muncul? Apakah di dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti? Jelaskan! Jelaskan tipe-tipe risiko. Kenapa tipe-tipe risiko penting dipelajari? Jelaskan proses manajemen risiko, kenapa proses manajemen risiko penting dipelajari?



Petunjuk Jawaban Latihan 1)



Risiko muncul karena kondisi ketidakpastian. Sebagai mengharapkan memperoleh tingkat keuntungan sebesar ternyata kita hanya memperoleh 5%. Dengan demikian tidak terpenuhi. Kondisi ketidakpastian membuat harapan



contoh, kita 10%, tetapi harapan kita kita meleset.



1.14



Manajemen Risiko •



Hampir semua yang ada di dunia ini mengandung elemen ketidakpastian. Sebagai contoh, besok bisa hujan, bisa juga tidak. Bahkan kematian, sesuatu yang pasti bagi makhluk yang bernyawa, mempunyai elemen ketidakpastian, yaitu timing dari kematian tersebut. Semua makhluk hidup akan mati, itu pasti. Kapan matinya? W aktu kematian merupakan hal yang tidak pasti. Ketidakpastian timing tersebut memunculkan risiko kematian. Sebagai ilustrasi, jika kita memperkirakan kematian kita, maka kita melakukan persiapan yang secukupnya. Sayang kita tidak tahu pasti timing tersebut, sehingga kita menghadapi risiko kematian. 2) Risiko bisa dikelompokkan dengan berbagai kategori, seperti risiko bisnis dan risiko spekulatif, risiko objektif dan risiko subjektif, risiko dinamis dan statis. Setelah melakukan pengelompokan semacam itu, diharapkan kita bisa mempelajari karakteristik risiko lebih baik. Jika kita bisa mengetahui karakteristik risiko dengan baik, maka diharapkan kita bisa mengelola risiko lebih baik. Mengenali sesuatu dengan baik merupakan kunci untuk mengendalikan atau menaklukkan sesuatu tersebut. Jika kita bisa mempelajari risiko dengan baik, maka kita bisa mengelola atau 'menaklukkan' risiko tersebut dengan baik. 3) Proses manajemen dilakukan melalui tahapan-tahapan: (1) ldentifikasi risiko, (2) Evaluasi dan pengukuran risiko, dan (3) Pengelolaan risiko. Risiko banyak dan ada di mana-mana. Melalui identifikasi risiko, kita bisa mengenali risiko yang relevan yang kita hadapi. Kemudian kita mempelajari risiko tersebut dengan melakukan evaluasi dan pengukuran risiko. Setelah kita memperoleh pemahaman yang baik mengenai risiko tersebut, kita bisa mengelola risiko tersebut lebih baik. Manajemen risiko penting dipelajari, karena banyak contoh kerugian yang dialami oleh organisasi karena kegagalannya mengelola risiko, Bahkan beberapa organisasi mengalami kerugian yang signifikan, bahkan kebangkrutan, karena organisasi tersebut 'gagal' mengelola risiko.



Kegiatan belajar satu ini membicarakan risiko dan proses manajemen risiko. Risiko ada di mana-mana, dengan berbagai tipe dan jenis risiko. Risiko muncul karena ada ketidakpastian. Banyak cara untuk mempelajari risiko. Salah satunya adalah dengan mengelompokkan risiko. Risiko bisa dikategorikan sebagai risiko murni



• EKMA4262/MODUL 1



1.15



dan spekulatif (bisnis). Risiko juga bisa dikategorikan sebagai risiko objektif dan subjektif, dan risiko dinamis dan statis. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko. Kegagalan mengelola risiko bisa mengakibatkan konsekuensi yang serius terhadap organisasi. Proses manajemen risiko mencakup identifikasi risiko, evaluasi dan pengukuran risiko, dan pengelolaan risiko. Kegiatan tersebut pada dasarnya bertujuan mempelajari karakteristik risiko dengan baik sehingga kita bisa mengelola risiko dengan baik. Di samping itu, manajemen risiko juga memerlukan infrastruktur pendukungnya, baik keras maupun lunak.



TES FORMATIF 1 Pilihlah satu j a waban yang paling tepat! 1)



Berikut ini contoh risiko bisnis .... A. risiko kematian B. risiko bene ana alam C. risiko banjir D. risiko pasar



2)



Mengevaluasi seberapa besar dampak risiko terhadap organisasi, merupakan kegiatan .... A. identifikasi risiko B. pengukuran risiko C. pengelolaan risiko D. manajemen risiko terpadu



3)



Membeli asuransi kendaraan merupakan contoh pengelolaan risiko dengan cara .... A. penghindaran risiko B. transfer risiko C. penahanan risiko D. pendanaan risiko



4)



Misalkan kita memiliki saham, kemudian harga saham tersebut kemudian turun sehingga mengakibatkan kerugian. Dalam situasi tersebut kita menghadapi risiko .... A. pasar B. kredit C. perubahan tingkat bunga D . murni



1.16



5)



Manajemen Risiko •



Berikut ini faktor yang cenderung meningkatkan risiko .... A. globalisasi B. liberalisasi C. teknologi yang semakin tinggi D. sistem kurs tetap



Cocokkanlahjawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Jumlah Jawaban yang Benar



Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal



Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.



1.17



• EKMA4262/MODUL 1



Kegiatan Belajar 2



Enterprise Risk Management akhluk hidup secara natural akan mengantisipasi dan 'mengelola' risiko. Sebagai contoh, jika kita keluar mengendarai mobil, maka kita akan waspada dengan kondisi sekitamya. Jika dari arah yang berlawanan ada mobil yang agak ke tengah jalannya, kita akan menghindari mobil tersebut dengan jalan mengendarainya agak ke kiri, supaya tidak terjadi tabrakan. Konon binatang mempunyai indera keenam yang bisa mendeteksi risiko lebih baik dibandingkan manusia. Pada waktu tsunami melanda wilayah Asia pada tahun 2004, binatang (gajah, dan sebagainya) yang menjadi korban tsunami jauh lebih kecil dibandingkan manusia. Binatang tersebut sepertinya mampu mendeteksi datangnya bahaya, kemudian menyingkir sebelum bahaya tersebut datang. Konon manusia dulu juga mempunyai kemampuan yang serupa, tetapi karena tidak banyak digunakan, karena manusia lebih banyak mengandalkan otak mereka, kemampuan indera keenam tersebut menghilang. Bagaimana dengan organisasi? Organisasi tidak mempunyai kemampuan mengelola risiko seperti halnya manusia atau makhluk hidup mengelola risiko, karena organisasi bukan makhluk hidup. Tugas dari manajer suatu organisasi adalah membuat agar organisasi bisa mengantisipasi dan mengelola risiko sebagaimana halnya makhluk hidup mengelola risiko yang dihadapinya. Dengan kata lain, tugas manajer adalah membuat organisasi menjadi sadar risiko, sehingga risiko bisa diantisipasi dan dikelola dengan baik. Tabel 1.4 berikut ini menyajikan konsekuensi merugikan jika suatu organisasi gagal mengelola risiko Tabel 1.4. Beberapa Contoh Kegagalan Mengelola Risiko



Tahun 1997



Penjelasan Trader Bank Baring (Nick Leeson) membeli instrument derivative saham Jepang (futures Nikkei). Bank Baring adalah Bank dari lnggris. Ekonomi Jepang turun drastic karena ada bencana gempa Kobe. Akibatnya dia mengalami kerugian besar. Transaksi selanjutnya Oual opsi) tidak mengurangi kerugian, tetapi memperparah kerugian. Pada akhirnya Bank Baring mengalami kerugian sebesar $1,3 miliar. Bank Baring terpaksa bangkrut karena kerugiannya sudah melebihi modaln va.



1.18



Tahun 1997



2001



1980-an



1995



Manajemen Risiko •



Pen"elasan Long Term Capital (LTC), perusahaan investasi di Amerika Serikat, mempunyai posisi pada mata uang Rusia Rubel yang cukup besar. Mereka memperkirakan Rusia tidak akan bangkrut. Tetapi Rusia ternyata bangkrut, mendeklarasikan tidak mampu dan tidak akan membayar hutang-hutangnya. Akibatnya Long Term Capital mengalami kerugian yang sangat besar, sekitar $3,5 miliar, dan pada akhirn 'a LTC ter:)aksa ban krut. Enron merupakan perusahaan yang memperdagangkan energi Uual beli energi). Mereka juga masuk ke kontrak derivative energi. Usaha mereka cukup kompleks sehingga transparansi menjadi lebih sulit. Transparansi yang kompleks dimanfaatkan untuk menjalankan sistem akuntansi yang tidak wajar. Di samping itu Enron melakukan beberapa manuever agar laporan keuangannya kelihatan baik. Akhirnya investor mengetahui trik-trik mereka. Keuntungan mereka yang sesungguhnya ternyata tidak sebesar yang dilaporkan. Harga saham Enron jatuh dari $80 per lembar menjadi hanya $0,5. Mereka mempunyai kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Mereka tidak bisa memperoleh bantuan dana. Tidak ada yang percaya dengan mereka. Enron akhirnya bangkrut. Saving Loan (S & L) Association (bank yang memberi pinjaman kredit rumah di Amerika Serikat) mempunyai struktur neraca: memberi kredit rumah dengan bunga tetap jangka panjang (misal 20 tahun), sementara memperoleh dana melalui deposito jangka pendek (misal 1 tahun). Struktur semacam itu rentan terhadap risiko perubahan tingkat bunga. Pada waktu tingkat bunga di Amerika Serikat naik signifikan pada tahun 1980-an, banyak S & L yang mengalami masalah dan puluhan S & L ban krut karenanva. Bank Duta (Indonesia) mengalami kerugian yang sangat besar karena mereka melakukan perdagangan valas dan mengalami kerugian besar dari perdagangan valas tersebut.



Pertanyaan yang muncul adalah bisakah organisasi -organisasi di atas menghindari kerugian besar karena munculnya risiko-risiko tersebut? Manajemen risiko organisasi bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme dalam organisasi sehingga risiko yang bisa merugikan organisasi bisa diantisipasi dan dikelola untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Pentingnya pengelolaan risiko juga bisa dilihat melalui Bagan 1.1 berikut ini. Bagan 1.1 tersebut menggambarkan pandangan lama (sebelah kiri) dan baru (sebelah kanan) dalam kaitannya antara risiko dengan tingkat keuntungan. Pandangan lama menganggap ada hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan. Semakin tinggi risiko, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika suatu organisasi ingin meningkatkan tingkat keuntungannya, maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya.



1.19



• EKMA4262/MODUL 1



Pandangan baru mengatakan bahwa hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan tidak bersifat linear, tetapi non-linear. Pada wilayah satu, risiko yang diambil oleh perusahaan terlalu kecil, sehingga keuntungan yang diperoleh juga kecil. Pada tahap ini, risiko masih bisa ditingkatkan untuk meningkatkan tingkat keuntungan. Contoh ekstrem situasi ini adalah jika manajer hanya tinggal di rumah, tidak pergi ke mana-mana. Dia bisa menghindari banyak risiko (risiko kecelakaan, dan sebagainya), tetapi dia juga tidak mendapatkan banyak keuntungan. Di tahap ini, pengelolaan risiko belum optimal. RJsk-



Returr1



Adjust~d



Zone2



Return



Optimal Risk



Zone ·1 l.nsufficien.t Ris~ Takrng



Higher Risk leads



to lhigher return.



Risk



PANDANGAN LAMA: SEMAKIN



TlNGGI RISIK01 SEMAKIN IINGGI TIN.GKAT KEUNTU.NGAN



Taking



Zone 3 Exo(!"ssive Risk Taking



Risk



PANDANGAN BARUz RISIKO HARtiS· DfKEILOLAH



Gambar 1.3. Hubungan Risiko dan Tingkat Keuntungan (Return): Pandangan Lama dan Baru



Pada tahap berikutnya (zona 2), penambahan risiko tidak banyak meningkatkan tingkat keuntungan. Tahap ini merupakan tahap optimal. Tahap berikutnya (zona 3), risiko yang diambil organjsasi terlalu tinggi, sehingga penambahan risiko akan berakibat negatif terhadap organisasi. Sebagai contoh, bank memberi pinjaman pada sektor-sektor yang risikonya terlalu tinggi, misal usaha burung walet, usaha perjudian. Risiko yang terlalu tinggi menj adi sulit untuk dikendalikan, sehingga his a berakibat membahayakan dan merugikan perusahaan. Berdasarkan kerangka tersebut, pengelolaan risiko organisasi seharusnya berada pada wilayah tengah (zona 2), yang merupakan zona optimal.



1.20



Manajemen Risiko •



Pengelolaan risiko yang digambarkan dalam hagan di atas bisa diilustrasikan melalui perjalanan dengan menggunakan kendaraan (mobil). Mobil yang berjalan terlalu lambat barangkali tidak menguntungkan, karena beberapa hal, misal terlalu lama, atau bahkan bisa membahayakan kendaraan lainnya. Mobil tersebut perlu dipacu lebih cepat. Jika mobil berjalan terlalu cepat (misal, ngebut), maka risiko bertabrakan atau kehilangan kendali menjadi semakin besar. Tentu saja hal ini tidak menguntungkan. Yang paling optimal adalah mobil berjalan dengan kecepatan optimal, yaitu cukup cepat tetapi bisa dikendalikan. Pengelolaan risiko bisa diilustrasikan sebagai kombinasi penekanan gas (mempercepat kendaraan) dan penekanan rem (memperlambat kendaraan). Kombinasi yang ideal bisa membuat mobil berj alan kencang tetapi tetap terkendali.



B. DEFINISI DAN PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Meskipun pengertian manajemen risiko organisasi adalah seperti yang disebutkan di atas, tetapi ada banyak definisi dan pengertian manajemen risiko organisasi. Berikut ini beberapa definisi manajemen risiko organisasi. Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap, yang dipunyai organisasi, untuk mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko (SBC Warburg, The Practice of Risk Management, Euromoney Book, 2004) Enterprise Risk Management adalah kerangka yang komprehensif, terintegrasi, untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar, modal ekonomis, transfer risiko, untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Lam, James, Enterprise Risk Management, Wiley, 2004) Manajemen risiko organisasi mempunyai elemen-elemen berikut ini: Identifikasi Misi: Menetapkan Tujuan manajemen risiko. Penilaian Risiko dan Ketidakpastian: Mengidentifikasi dan mengukur risiko. Pengendalian Risiko: Mengendalikan risiko melalui diversifikasi, asuransz, hedging, penghindaran, dan lain-lain. •



• EKMA4262/MODUL 1



1.21



Pendanaan Risiko: Bagaimana membiayai manajemen risiko. Administrasi program: Administrasi organisasi, seperti manual, dan sebagainya. (Williams, Smith, Young, Risk Management and Insurance, McGraw Hill, 1998) Enterprise Risk Management (ERM) adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh manajemen, board of directors, dan personel lain dari suatu organisasi, diterapkan dalam setting strategi, dan mencakup organisasi secara keseluruhan, didisain untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang mempengaruhi suatu organisasi, mengelola risiko dalam toleransi suatu organisasi, untuk memberikan jaminan yang cukup pantas berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. (COSO, COSO Enterprise Risk Management -Integrated Framework. COSO, 2004) . Selanjutnya COSO menampilkan format berikut ini yang menunjukkan bahwa ERM adalah manajemen risiko yang komprehensif (Lihat bagan berikut ini).



Gambar 1.4. COSO - Enterprise Risk Management



1.22



Manajemen Risiko •



Gamhar 1.4 tersehut menunjukkan delapan komponen ERM yaitu (1) lingkungan internal, (2) penentuan tujuan, (3) Identifikasi kejadian, (4) Evaluasi (assessment) risiko, (5) Respons terhadap risiko, (6) Aktivitas pengendalian, (7) Informasi dan komunikasi, (8) Monitoring. Risiko yang dikelola mencakup risiko strategis, operasi, pelaporan, dan kepatuhan (compliance). Kemudian ERM mencakup keseluruhan organisasi, mulai dari level perusahaan keseluruhan (entity level), level divisi, level unit hisnis, dan level anak perusahaan (subsidiary). Perhatikan hahwa definisi-definisi tersehut menggunakan istilah yang heragam untuk menjelaskan manajemen risiko organisasi, seperti terlihat pada hagan herikut ini. RISE RISK MANAG. · {E.RM) ORGANTZATION RISK tviANAGEMENT (ORM) INTEGRATED RISK MANAGEMENT r







••



RJSIKG



TOTAl RISK MANAGEMENT . . Gam bar 1. 5. Beberapa lstilah Manajemen Risiko Organisasi



Kemudian, ciri lain dari definisi tersehut adalah pengelolaan risiko yang komprehensif, dan hertujuan mencapai tujuan organisasi. Dengan menggahungkan heherapa karakteristik tersehut, hagan herikut ini menyajikan pengertian manajemen risiko suatu organisasi yang menjadi acuan modul ini.



1.23



• EKMA4262/MODUL 1



PROS.Es· MANAJEMEN RIS.IKO 0RGANISA_SI: 1. PERENCANAAN: Peneta_pan tujuan, IJW~isi;



PRASARAN.A.LU NA.K:r-__, .Penelapan target, penyusunan ke'bijakafl~ Buday,a Risiko ,· pro.sedurr. Dukuti'gan 'Manajemen



2. PELAKSANAAN·: Jdentlfikas1 dan Peng_ukuran Risiko. Manaj'emen Risi~o.: asurarts1,. div.ersiffk~sl,



.PRASAR:6lNA KERAS.~ Teknologllrn1foremasi Pra fislk la1nnya



...--------J



I



.Hedg'ir;.gj pengMJn·d~ran dsb J



.. [email protected]:ttsasi M.an~ajemen Risiko: struktur orQEltnsast ·staffintiJ1 msentlt, ~1c. S. PENGENDA~: E~a.h,Jasi pefaplotam, korrnunlkasi umpan..;baUk t



·~AKSIMI'S;ASI



MILA1 P.ERUSAtLJAAN



Gambar 1.6. Kerangka Manajemen Risiko Organisasi



Gambar 1.6 tersebut menunjukkan manajemen risiko organisasi (enterprise risk management) terdiri dari dua elemen besar: ( 1) Infrastruktur atau prasarana, yang terdiri dari prasarana lunak dan keras, dan (2) Proses Manajemen Risiko. Kemudian manajemen risiko organisasi bertujuan membantu pencapaian tujuan organisasi, dalam hal ini dirumuskan secara eksplisit menjadi memaksimumkan nilai perusahaan.



C. ELEMEN MANAJEMEN RISIKO ORGANISASI Misalkan kita ditugaskan untuk membuat dan memimpin departemen manajemen risiko suatu perusahaan, bagaimana kita memulainya? Bagan di atas menunjukkan kerangka yang bisa digunakan untuk memulai membangun departemen manajemen risiko. Pertama, kita harus menyiapkan prasarana yang diperlukan untuk memulai pekerjaan manajemen risiko, yang meliputi prasarana lunak (non-fisik) dan prasarana keras (fisik).



1.24



Manajemen Risiko •



1.



Prasarana Manajemen Risiko Salah satu hal yang penting dikerjakan untuk mempersiapkan manajemen risiko adalah menyiapkan prasarana yang mendukung manajemen risiko, yang meliputi prasarana lunak dan keras.



a.



Prasarana lunak Ada beberapa isu yang berkaitan dengan penyiapan prasarana lunak untuk manajemen risiko, yaitu: (1) Mengembangkan budaya sadar risiko untuk anggota organisasi, (2) Dukungan manajemen. Mengembangkan Budaya Sadar Risiko. Tujuan dari budaya sadar risiko adalah agar setiap anggota organisasi sadar adanya risiko, dan mengambil keputusan tertentu dengan mempertimbangkan aspek risikonya. Dengan singkat, tujuan budaya sadar risiko adalah agar anggota lebih berhatihati dalam pengambilan keputusan. Jika anggota tersebut sadar akan risiko, maka organisasi (yang terdiri dari kumpulan individu) akan menjadi lebih peka terhadap risiko. Bagaimana mengembangkan perilaku yang sadar risiko untuk anggota organisasi? Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memaksa mereka untuk berpikir risiko untuk setiap keputusan yang akan diambil. Pebisnis secara natural adalah orang yang optimis (karena itu mereka berani terjun ke dunia bisnis), dan cenderung melupakan aspek risiko (yang mendorong mereka untuk lebih berhati-hati). Jika dipaksa untuk berpikir mengenai risiko, maka mereka akan lebih seimbang dalam memutuskan sesuatu. Sebagai contoh, hagan berikut ini menunjukkan tiga aspek yang harus dipikirkan oleh manajer dalam pengambilan keputusan, yaitu aspek strategis, operasi, dan risiko. Evaluasi terhadap risiko yang mungkin terjadi harus dipikirkan dan dilaporkan secara eksplisit.



1.25



• EKMA4262/MODUL 1



Risiko secara ekspli$tt dimuncul kan



Strategic Management



R.i.s k Management 1



Operation Management



Gambar 1. 7. Aspek Risiko Yang Dimunculkan Secara Eksplisit



Misalkan seorang manajer akan meluncurkan produk baru. Dia harus memikirkan tiga aspek yang disebutkan di atas, dengan pertanyaan seperti berikut ini. 1) Aspek Strategis: Apakah produk ini bisa memenuhi kebutuhan konsumen? Apakah produk ini bisa membantu pencapaian tujuan perusahaan (mencapai target keuntungan tertentu)? 2) Aspek Operasi: Bagaimana memproduksi produk ini? Apakah perusahaan mempunyai kemampuan memproduksi produk ini? Bagaimana memasarkan dan mengembangkan jaringan distribusi untuk produk ini? 3) Aspek Risiko: Risiko apa saja yang bisa muncul berkaitan dengan peluncuran produk ini? Bagaimana perusahaan bisa mengendalikan risiko-risiko tersebut? Perhatikan pertanyaan aspek risiko secara eksplisit dimunculkan. Misalkan seorang manajer akan meluncurkan program promosi/iklan. Dia harus memikirkan tiga aspek yang disebutkan di atas, melalui pertanyaanpertanyaan berikut ini. 1) Aspek Strategis: Bagaimana strategi promosi yang efektif? Bagaimana kontribusi promosi ini terhadap tujuan organisasi? 2) Aspek Operasi: Bagaimana menjalankan program promosi ini? Media apa yang paling efektif? Bagaimana timing (waktu yang tepat) untuk promosi ini? Bagaimana aspek detillainnya dari promosi ini? Bagaimana



1.26



Manajemen Risiko •



mengendalikan risiko-risiko yang barangkali muncul akibat peluncuran program promosi ini? 3) Aspek Risiko: Risiko apa yang potensial muncul akibat dari program promosi ini? Apakah promosi ini bisa menimbulkan gugatan hukum? Apakah promosi ini sudah etis? Pihak-pihak mana saja yang barangkali berkeberatan dengan promosi ini? Perhatikan bahwa sama seperti sebelumnya, aspek risiko secara eksplisit perlu dipikirkan dan dimunculkan. Jika manajer terbiasa berpikir secara eksplisit mengenai risiko-risiko yang mungkin muncul, maka manajer tersebut akan semakin sadar terhadap risiko. Jika semua anggota organisasi sadar akan risiko, maka organisasi menjadi lebih sadar dan lebih peka terhadap risiko. Mengembangkan kesadaran risiko juga bisa dilakukan melalui workshop atau pertemuan secara berkala antar manajer atau anggota organisasi. Agenda dalam workshop tersebut adalah membicarakan kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan dampak yang negatif terhadap organisasi, alternatif-alternatif pemecahannya. Workshop tersebut bisa dikelola oleh manajer risiko perusahaan atau departemen risiko perusahaan. Melalui workshop atau pertemuan yang regular yang membicarakan risiko dengan segala aspeknya yang relevan, anggota organisasi diharapkan menjadi lebih sadar akan risiko yang dihadapi organisasi. Teknik lain yang bisa digunakan adalah memasukkan risiko ke dalam elemen penilaian kinerj a. Sebagai contoh, alokasi modal diberikan kepada usulan investasi yang memberikan risk-adjusted return (tingkat keuntungan setelah disesuaikan dengan risikonya) yang paling tinggi. Jika kriteria semacam itu yang akan dipakai, maka organisasi akan secara langsung 'menghukum' manajer yang berperilaku risiko tinggi. Risiko tinggi bisa dibenarkan sepanjang memberikan tingkat keuntungan yang diharapkan yang lebih tinggi juga. Dengan mekanisme evaluasi semacam itu, manajer diharapkan akan lebih sadar mengenai risiko, dan budaya risiko di organisasi akan menjadi semakin baik (semakin sadar akan risiko). Dukungan Manajemen. Sarna seperti program lainnya, dukungan manajemen khususnya manajemen puncak terhadap program manajemen risiko penting diberikan. Bentuk dukungan bisa eksplisit maupun implisit. Dukungan manajemen puncak bisa dituangkan antara lain ke dalam pernyataan tertulis, misal manajemen puncak mendukung atau ikut



• EKMA4262/MODUL 1



1.27



merumuskan/menyetujui misi dan visi, prosedur dan kebijakan, yang berkaitan dengan manajemen risiko. Dukungan manajemen juga bisa ditunjukkan melalui partisipasi manajemen pada program-program manajemen risiko.



b.



Prasarana keras Di samping prasaran lunak, prasarana keras juga perlu disiapkan. Contoh prasarana keras yang perlu disiapkan adalah ruangan perkantoran, komputer, dan prasarana fisik lainnya. Prasarana fisik tersebut perlu dipersiapkan agar pekerjaan manajemen risiko berjalan sebagaimana mestinya.



2.



Proses Manajemen Risiko



Elemen yang lebih penting lagi adalah proses manajemen risiko. Proses atau fungsi manajemen sering diterjemahkan ke dalam tiga langkah: perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Mengikuti kebiasaan tersebut, proses manajemen risiko juga bisa dibagi ke dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian manajemen risiko.



a.



Perencanaan Perencanaan manajemen risiko bisa dimulai dengan menetapkan visi, misi, dan tujuan, yang berkaitan dengan manajemen risiko. Kemudian perencanaan manajemen risiko bisa diteruskan dengan penetapan target, kebijakan, dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen risiko. Akan lebih baik lagi jika visi, misi, kebijakan, dan prosedur tersebut dituangkan secara tertulis. Dokumen tertulis semacam itu memudahkan pengarahan, sekaligus menegaskan dukungan manajemen terhadap program manajemen risiko. Berikut ini beberapa contoh misi atau kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen risiko dari beberapa perusahaan/organisasi. PERNYATAAN MISI MANAJEMEN RISIKO GOLDMAN SACH: Misi dari departemen risiko adalah mengumpulkan, menganalisis, memonitor, dan mendistribusikan informasi yang berkaitan dengan risiko pasar dari posisi perusahaan supaya traders, manajer, dan personel lain dalam organisasi dan terutama komite risiko memahami dan membuat keputusan berdasarkan informasi (informed decisions) mengenai manajemen dan pengendalian risiko yang diambil. (Goldman Sach adalah perusahaan sekuritas Amerika Serikat)



1.28



Manajemen Risiko •



PERNYATAAN MISI SWISS BANK CORPORATION: Pengendalian risiko Swiss Bank memfokuskan pada perlindungan terhadap modal dan memungkinkan pengambilan risiko yang sesuai. Kepentingan investor Swiss Bank adalah hal yang utama. Modal yang mereka investasikan harus dikompensasi untuk risiko yang ditanggung, baik untuk transaksi individual maupun portofolio. Setelah misi dan kebijakan serta prosedur yang umum ditetapkan, langkah berikutnya adalah menyusun kebijakan serta prosedur yang lebih spesifik. b.



Pelaksanaan Pelaksanaan manajemen risiko meliputi aktivitas operasional yang berkaitan dengan manajemen risiko. Proses identifikasi dan pengukuran risiko, kemudian diteruskan dengan manajemen (pengelolaan) risiko merupakan aktivitas operasional yang utama dari manajemen risiko. Identifikasi, pengukuran, dan manajemen risiko akan dibicarakan lebih detil di bagian dua, tiga, dan empat, dari modul ini. Bagian empat khusus membicarakan ilustrasi bagaimana perusahaan menerapkan manajemen risiko secara terencana dan sistematis di organisasinya. Untuk melaksanakan pekerjaan manajemen risiko, diperlukan organisasi (struktur organisasi) dan staffing (personel). Struktur organisasi manajemen risiko bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Berikut ini contoh struktur organisasi manajemen risiko. Direlk1tur 1UI1.al1ll1a



Chii.ef :Risk Officetr



..cJ



un&tt Ma~majem.ellm 5\ . :o Rink



..-:



...



..



Dixektmnr IL.ini



1lJlil)itt; }vAI'an.ajem.m



lL,ID1 . .



Gambar 1.8. Struktur Organisasi Manajemen Risiko



• EKMA4262/MODUL 1



1.29



Dalam Gambar 1.8 di atas, unit manajemen risiko bertanggung jawab ke manajer risiko yang disebut sebagai chief risk officer (CRO). CRO kemudian melapor (bertanggung jawab) langsung ke direktur utama. Pemisahan unit manajemen risiko menjadi bagian sendiri diharapkan mampu menjaga independensi unit manajemen risiko. Unit manajemen risiko mempunyai kedudukan yang sejajar dengan unit lini (pemasaran, keuangan, produksi). Status sebagai unit lini memungkinkan kekuatan yang cukup dalam organisasi untuk mendorong praktek manajemen risiko yang baik dalam suatu organisasi. Unit lini berkomunikasi dengan unit manajemen risiko (seperti ditunjukkan panah dua arab). Komunikasi semacam itu penting agar unit manajemen risiko memperoleh gambaran yang lengkap mengenai risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Aspek perilaku dari struktur organisasi manajemen risiko juga perlu diperhatikan. Pekerjaan manajemen risiko cenderung bertentangan dengan pekerjaan manajemen lini. Manajemen lini (misal pemasaran) ingin berjalan cepat tanpa memperhitungkan risiko. Manajemen risiko cenderung menahan keinginan semacam itu dengan mengingatkan risiko-risiko yang mungkin muncul. Struktur organisasi bisa diakomodasi untuk mengatasi potensi konflik semacam itu. Sebagai contoh, unit manajemen risiko bisa dibuat untuk melapor ke manajer risiko dan manajer lini sekaligus. Tetapi cara semacam itu barangkali tidak sempurna, karena pelaporan menjadi tidak jelas (ambigu). Contoh lain, unit manajemen risiko bertanggung jawab ke manajer lini dan memberikan laporan (hubungan garis terputus) kepada manajer risiko. Contoh lain adalah sebaliknya, unit lini bertanggung jawab ke manajer lini dan memberikan laporan ke manajer risiko. Contoh terakhir mirip seperti struktur organisasi pada hagan di atas. Berikut ini dua contoh variasi dari struktur manajemen risiko.



1.30



Manajemen Risiko •



DewaJmtDiu:e;lk:si



+~ -~ -· -



Ko;mlite



-·-~ -·-··-·- -·_,



M~mjemen



Riisik:o1



;



~Uzmagjen·



1DJitrektu1r



][)lfurekm,rr· .S\]"kQ1



l.iimrii.



Kep~tmlhlm



ru



..



•"



Unitt



:



1\Jni~: BiiSill.lUJs



Kepmwfulm



urut



... ~



MZ!imjeme.nm Rii.sik:«:i)



Gam bar 1. 9. Struktur Organisasi Manajemen Risiko Bank



Pada struktur di atas, komite manajemen risiko mengawasi manajemen risiko organisasi. Direktur risiko mengelola kegiatan operasional manajemen risiko. Unit bisnis berkomunikasi dengan unit manajemen risiko untuk melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan risiko organisasi. Direktur risiko mempunyai garis keanggotaan kepada komite manajemen risiko. Contoh Risk Managemen·t St11uctute (Bank) Board of



'



DJre€Jt(;)rs '



.Rrmwide risk committee: head ·Of risk Matk.e t risk Operational rlsk_ O.redit ri.s k Legal risk



~ecutfve



C.Gmmittee:



I



Repli:t~fjpr)al risk



S'ettlement risk



Mead ' of Rlsk . .



Liquidltidsk -



Other rtsks



B'usfnes.s·Unit 'Risk M.amagem:ent C.omr:nitees



,



-



,



Securities. trading.



Corporate: finance



Fund



.management



I



Priv.ate· clfe nts



Gam bar 1. 10. Struktur Organisasi Manajemen Risiko Bank (2)



1. 31



• EKMA4262/MODUL 1



Pengendalian Tahap berikutnya dari proses manajemen risiko adalah pengendalian yang meliputi evaluasi secara periodik pelaksanaan manajemen risiko, output pelaporan yang dihasilkan oleh manajemen risiko, dan umpan balik (feedback). Format pelaporan manajemen risiko bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya, dan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Sebagai contoh, bagan berikut ini menampilkan laporan profil risiko regular (misal bulanan). c.



Monthly Risk Rep.ort G:ross_L_o sses



Risk ln.cid~nt



Man_ag-emenlAssessment



Current Y'TD Operational Lo.s.ses Oredlt L,osses Market Losses Other Losses Sub-Totar .:



.Incident



1.







~



Exgosure Be.sppnse



1.



2. 3, 4.



-------



2.



Loss/Re.ven~e . Ratio ~



3.



Accoufltl.,g for ~ualloss~s



.Incurred



Report pf risk Incidents, exposure, cwnd near mts_'&d



11.8nagei:n8Jlt



~~~-"'-~ til



m•Jil$)



{JsueJS



'~at



b'eps·roe up at



J)ighl!"'l



l.!..o sses



1'9 97' 1998 1999



2000 ~001 !2002



Gam bar 1. 11 . Contoh Laporan Risiko Bulanan



Gambar 1.11 tersebut menunjukkan laporan kerugian (keuntungan) di sebelah kiri. Gambar di tengah menunjukkan laporan mengenai kejadiankejadian penting yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian, atau hampir rugi, eksposur perusahaan terhadap kej adian tersebut, dan respons yang dilakukan oleh organisasi. Sebagai contoh, perusahaan barangkali melaporkan kejadian naiknya tingkat bunga sebesar 1% (cukup tinggi). Kemudian perusahaan melaporkan eksposur yaitu posisi obligasi dengan nilai $10 juta (sepuluh juta dolar AS). Jika tingkat bunga naik, maka nilai obligasi akan turun (yang berarti perusahaan mengalami kerugian). Kolom berikutnya menyajikan respons yang dilakukan perusahaan dalam situasi tersebut (misal



1.32



Manajemen Risiko •



melakukan hedging). Bagan paling kanan menunjukkan evaluasi dan diskusi oleh manajemen terhadap risiko-risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan. Unit manajemen risiko bisajuga menampilkan laporan berikut ini. VAR Analyst's



~ ~ . . . . . . . .,._ ~~~~-·=-~~ - ~/-----~'~----/







VAR Limit



Waktu



Trading Error



- - - - - - - - - - - - - - - - - Waktu



Gambar 1. 12. Contoh Laporan Risiko Untuk VAR dan Trading Error



Kedua bagan tersebut menunjukkan perkembangan VAR (Value At Risk, yang merupakan indikator risiko pasar) dan kesalahan perdagangan dari waktu ke waktu. Perusahaan juga menampilkan batas untuk masing-masing variabel risiko tersebut. Jika variabel risiko tersebut masih berada di bawah batas toleransi, maka risiko tersebut belum menunjukkan tingkat keseriusan yang tinggi. Tetapi jika variabel yang diamati tersebut bergerak melewati batas toleransi perusahaan, maka perusahaan harus lebih aktif untuk mengelola risiko tersebut. Manajer risiko bisa juga menampilkan profil risiko untuk kegiatan tertentu. Sebagai contoh tabel berikut ini menunjukkan profil risiko untuk dua proyek A dan B. Risiko dilihat berdasarkan dimensi keuangan, so sial, dan politik.



1.33



• EKMA4262/MODUL 1



Tabel 1.4. Profil Risiko Usulan lnvestasi



Proyek A Proyek B



Keuangan 1) Tinggi 1) Medium 2 Rendah



Sosial 3) Tinggi 4 Tin 1~ i 3) Medium 4 Rendah



Politik 5) Tinggi 5) Rendah



Keuangan: (1) Risiko kesulitan akses dana, (2) Risiko perubahan kurs Sosial: (3) Penerimaan masyarakat sekitar, (4) Dukungan pemerintah lokal Politik: (5) Stabilitas politik, (6) Perubahan Peraturan Tabel 1.4 tersebut menunjukkan beberapa item risiko untuk keuangan, sosial, dan politik yang dievaluasi. Sebagai contoh, untuk keuangan ada dua item yang dievaluasi, yaitu risiko kesulitan akses dana dan risiko perubahan kurs. Proyek A tidak mempunyai risiko perubahan kurs karena lebih banyak beroperasi di pasar domestik. Dari tabel tersebut terlihat bahwa proyek A nampaknya mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan proyek B. Semua item risiko untuk proyek A mempunyai penilaian risiko yang tinggi. Sedangkan untuk proyek B, kebanyakan item risiko dinilai medium atau rendah. Dengan demikian bisa diambil kesimpulan bahwa proyek A mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan proyek B. Jika pelaporan tersebut belum memuaskan (misal belum cukup informatif), maka format pelaporan bisa di rubah-rubah lagi. Proses umpan balik (feedback) harus dijamin bisa berjalan sebagaimana mestinya. Di samping itu basil evaluasi dari manajemen risiko harus dikomunikasikan ke pihak-pihak yang berkepentingan dan relevan (stakeholders). Komunikasi yang baik menjamin disclosure dan transparansi yang baik, yang merupakan elemen manajemen risiko yang baik. Kasus Enron yang bangkrut pada tahun 2001 menunjukkan bahwa organisasi tersebut gagal membangun komunikasi dan transparansi yang baik. Manajemen risiko yang baik harus menjamin terj adinya good corporate governance, diantaranya terj aminnya disclosure dan transparansi yang baik.



1.34



Manajemen Risiko •



LATIHAN ____........



Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerj akanlah latihan berikut! 1) 2)



3)



Jelaskan komponen-komponen enterprise risk management! Manajemen risiko membuat manajer menjadi berhati-hati, konservatif. Hal semacam itu tidak menguntungkan perusahaan. Beri komentar atas pernyataan tersebut! Jelaskan beberapa cara untuk meningkatkan budaya risiko!



Petunjuk Jawaban Latihan 1)



2)



Enterprise risk management mempunyai komponen-komponen: (1) Proses manajemen risiko, (2) prasarana lunak dan keras, dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Enterprise risk management merupakan kegiatan manajemen risiko yang dilakukan dalam organisasi secara komprehensif, terintegrasi, dan formal (terstruktur). Dikatakan terintegrasi, karena mencakup semua aspek dalam organisasi. Manajemen risiko tidak hanya tugas manajer risiko, tetapi juga tugas dari manajer lini (yang membuat keputusan bisnis). Terintegrasi menunjukkan bahwa kegiatan manajemen risiko dilakukan secara terpadu, tidak terpisah-pisah. Formal menunjukkan bahwa kegiatan manajemen risiko merupakan aktivitas resmi yang dilakukan oleh perusahaan, dan dilakukan secara terstruktur. Manajemen risiko diharapkan membuat organisasi menjadi sadar risiko dan menjadi berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Hasil yang diharapkan dari perilaku tersebut adalah keputusan yang optimal. Keputusan tersebut lebih baik dibandingkan dengan keputusan yang diambil tanpa memperhitungkan risiko. Manajemen risiko diibaratkan dengan mengendarai kendaraan dengan cepat, tetapi tetap terkendali sehingga pada waktu menikung, mobil kita akan tetap jalan. Jika tidak ada manajemen risiko, perusahaan bisa berlari terlalu kencang. Pada waktu belok, mobil tersebut bisa oleng, keluar jalur, dan menabrak sekitarnya. Hal semacam itu tentu saja tidak diinginkan.



• EKMA4262/MODUL 1



3.



1.35



Banyak cara membuat pelaku dalam organisasi menjadi sadar akan risiko, seperti workshop dan penilaian kerja yang memasukkan risiko. Workshop dilakukan untuk mendiskusikan kejadian-kejadian atau risiko yang dianggap bisa merugikan perusahaan. Kemudian dilakukan diskusi untuk menentukan akar atau sumber permasalahan, dan bagaimana perusahaan bisa mengatasi kejadian tersebut jika menimpa perusahaan. Melalui diskusi semacam itu, pelaku dalam organisasi diharapkan menjadi sadar akan risiko. Penilaian kerja yang memasukkan risiko juga bisa dikembangkan. Pada intinya penilaian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan risiko secara eksplisit. Sebagai ilustrasi, manajer yang akan menggunakan sumber daya perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnis yang lebih berisiko, akan dikenakan tingkat keuntungan minimal yang lebih tinggi dibandingkan dengan manajer yang melakukan kegiatan bisnis yang kurang berisiko. Contoh lain, karyawan yang sering melakukan kesalahan operasional (rnisal, teller bank sering salah menghitung uang) bisa ditegur atau diberi peringatan. Melalui cara tersebut, manajer dan karyawan dalam perusahaan akan semakin berhatihati, karena kehati-hatian tersebut akan mempengaruhi kinerja mereka.



RANGKUMAN Kegiatan belajar ini membicarakan manajemen risiko organisasi. Manajemen risiko tersebut bertujuan membuat organisasi menjadi sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Organisasi bisa melaju dengan kencang tetapi tetap terkendali. Manajemen risiko organisasi mempunyai banyak istilah. Pada intinya, manajemen organisasi terdiri dari prasarana (lunak dan keras), dan proses manajemen risiko. Proses manajemen risiko pada intinya mencakup: identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan pengelolaan risiko. Pengelolaan risiko mencakup aktivitas perencanaan (penyusunan visi, rnisi, dan sebagainya), pengelolaan risiko (diversifikasi, asuransi, dan sebagainya), aspek governance (struktur organisasi, staf, dan semacamnya), dan sistem pelaporan (umpan balik). Elemen-elemen tersebut bertujuan membuat organisasi menj adi sadar risiko untuk meningkatkan nilai organisasi.



1.36



Manajemen Risiko •



I TES FORMATIF 2 Pilihlah satu j a waban yang paling tepat! 1)



Berikut ini elemen-elemen dalam Enterprise Risk Management, kecuali .... A. infrastruktur lunak B. infrastruktur keras C. proses manajemen risiko D. COSO Enterprise Risk Management



2)



Berikut ini kegiatan yang bisa meningkatkan kesadaran risiko (budaya risiko) .... A. workshop B. pengukuran risiko C. spesialisasi D. staffing



3)



Berikut ini contoh prasarana lunak dalam Enterprise Management .... A. komputer B. model analisis risiko C. budaya risiko D. gedung dan peralatan untuk departemen manajemen risiko



4)



Analisis profil risiko dilakukan dengan .... A. menghitung Value At Risk b. mengevaluasi risiko dan menentukan tingkatannya (tinggi, medium, rendah) C. mengidentifikasi dan menjalankan pengelolaan risiko melalui diversifikasi, asuransi, dan lainnya D. merumuskan format pelaporan



5)



Berikut ini contoh manajemen risiko yang baik .... A. melakukan pengelolaan risiko secara terpisah sehingga spesialisasi bisa dilakukan B. memfokuskan pada aspek analitis manajemen risiko C. mengembangkan infrastruktur lunak D. memasukkan pertimbangan risiko ke dalam keputusan bisnis



Risk



1.37



• EKMA4262/MODUL 1



Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Jumlah Jawaban yang Benar



Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.



1.38



Manajemen Risiko •



Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) D 2) B 3) B 4) A 5) D



Tes Formatif2 1) D 2) A 3) c 4) B 5) D



1.39



• EKMA4262/MODUL 1



Daftar Pustaka Anderson, Sweeny, and Williams. (1999). Statistics for Business and Economics, South-Western Publishing, Cincinnati. Barton, Thomas, William G. Shenkir, Paul L. Walker. (2002). Making Enterprise Risk Management Pay Off New Jersey: Prentice Hall. Boodie, Zvi and Robert C. Merton. (2000). Finance. New Jersey: Prentice Hall. Doherty, Neil. (2000). Integrated Risk Management. New York: McGraw Hill. Hanafi, Mamduh. (2005). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hanafi, Mamduh. (2004). Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE. Harrington, Scott E., dan Gregory R. Niehaus. (2003). Risk Management and Insurance. Boston: McGraw Hill. Lam, James. (2004). Enterprise Risk Management. Wiley. Marshall, John F., dan Vipul K. Bansal. (1992). Financial Engineering, A Complete Guide to Financial Innovation. New York: Institute of Finance. Pande, Pete and Larry Holpp. (2002). What is Six Sigma. New York. Risk Group (ed.). (2001). Advances in Operational Risk. London: Risk Water Group Ltd. Saunders and Cornett. (2003). Financial Institutions Management, A Risk Management Approach, McGraw Hill.



1.40



Manajemen Risiko •



SBC Warburg. (2004). The Practice of Risk Management, Euromoney Book. Stulz, Rene M. (2003). Risk Management and Derivatives. Thomson-South Western. Trieschmann, dan Gustavson. (1995). Risk Management and Insurance, South Western College Publishing. Williams, C. Arthur, Michael Smith, and Peter C. Young. (1998). Risk Management and Insurance, Boston: McGraw Hill. http ://www. wikip edia. corn.



Kembali ke Daftar lsi



Modul 2



ldentifikasi,Pengukuran Risiko dan Beberapa Tipe Risiko Murni Dr. Mamduh M. Hanafi, MBA.



PENDAHULUAN odul dua ini membicarakan identifikasi dan pengukuran risiko secara umum dan beberapa jenis risiko murni. Bagian pertama modul ini membicarakan teknik identifikasi dan pengukuran risiko secara umum. Jika kita ingin mengelola risiko dengan baik, maka kita harus bisa mengidentifikasi risiko tersebut. Setelah risiko bisa diidentifikasi, kita bisa mempelaj ari karakteristik risiko tersebut, dan kemudian bisa mengukur risiko tersebut. Pengukuran risiko tersebut meliputi pengembangan indikator besar kecilnya risiko dan pengukuran dampak risiko tersebut terhadap kinerja (misal laba/rugi) organisasi. Jika kita memperoleh pemahaman yang baik mengenai suatu risiko, maka kita bisa mengelola risiko tersebut lebih baik. Pengukuran risiko menambah manfaat lain karena kita bisa memperoleh gambaran risiko dengan lebih obyektif dengan tingkat presisi (akurasi) yang lebih baik lagi. Untuk mengukur risiko, teknik kuantitatif seperti statistik, merupakan alat yang sangat bermanfaat. Pengukuran risiko akan banyak menggunakan teknik statistik seperti probabilitas, deviasi standar, distribusi normal, dan lainnya. Bagian berikutnya dari modul dua ini membicarakan beberapa jenis risiko murni. Risiko murni didefinisikan sebagai risiko di mana kita tidak mengharapkan keuntungan dari risiko tersebut, tetapi kita akan memperoleh kerugian dari risiko tersebut. Beberapa jenis risiko mumi yang dibahas adalah risiko kematian, risiko gugatan hukum, risiko kerusakan aset (property), dan risiko kecelakaan. Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan bisa menjelaskan teknik identifikasi dan pengukuran risiko secara umum dan menjelaskan karakteristik beberapa risiko murni, seperti risiko kematian, risiko kerusakan aset, dan risiko gugatan hukum. Secara khusus, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan bisa menjelaskan



2. 2



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Manajemen Risiko •



Identifikasi risiko dengan teknik analisis sekuen risiko. Identifikasi risiko dengan teknik lainnya. Teknik pengukuran risiko secara umum. Tabel mortalitas dan perhitungan probabilitas kematian dengan menggunakan tabel mortalitas. Eksposur dari risiko kematian. Karakteristik risiko gugatan hukum. Pelanggaran hukum yang bisa menimbulkan gugatan hukum. Karakteristik risiko kerusakan harta benda. Eksposur dari risiko kerusakan harta benda.



• EKMA4262/MODUL 2



2.3



Kegiatan Belajar 1



ldentifikasi dan Pengukuran Risiko egiatan belajar ini membicarakan identifikasi dan pengukuran risiko. Tiap risiko mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga pengukurannya juga akan berbeda-beda. Pembicaraan dalam bagian ini dimulai dengan teknik mengidentifikasi risiko, yang kemudian diteruskan dengan pengukuran risiko. Bagian akhir membicarakan ilustrasi bagaimana suatu perusahaan penerbangan Unggul Air mengidentifikasi risiko yang dianggap penting dan melakukan pengukuran terhadap risiko tersebut.



A. IDENTIFIKASI RISIKO Secara umum langkah-langkah dalam identifikasi dan pengukuran risiko adalah sebagai berikut ini. 1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko tersebut 2. Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut terhadap kinerj a perusahaan, dan menentukan prioritas risiko tersebut. Bagan berikut ini menggambarkan siklus mapping risiko. Pertama kali, risiko perlu diidentifikasikan. Kemudian kita perlu mempelaj ari karakteristik risiko tersebut, serta melakukan evaluasi. Pemahaman yang baik terhadap karakteristik tersebut akan bermanfaat untuk merumuskan metode yang tepat untuk mengelola risiko tersebut. Langkah berikutnya adalah melakukan prioritisasi risiko, di mana kuantifikasi risiko merupakan salah satu komponen penting dalam langkah tersebut. Melalui kuantifikasi tersebut, kita bisa mengukur tinggi rendahnya risiko dan bagaimana dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya kita bisa memfokuskan pada risiko yang paling relevan (misal, mempunyai dampak paling besar dan probabilitas yang besar) bagi perusahaan. Langkah selanjutnya adalah mengelola risiko. Langkah berikutnya adalah revisit, yaitu mengevaluasi ulang langkahlangkah yang sudah dilakukan, untuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko.



2.4



Manajemen Risiko •



MEMAHAMI



: EV.ALUA .



REVISIT



KELOL.A



Gambar 2.1. S1klus Manajemen R1s1ko (Proses Mapping R1s1ko)



Bagaimana mengidentifikasi risiko, mengidentifikasi bahwa perusahaan atau organisasi mempunyai eksposur terhadap risiko tertentu? Beberapa teknik bisa digunakan. Bagian berikut ini membicarakan teknik-teknik tersebut.



1.



Analisis Sekuen Risiko Risiko mempunyai sekuen dari sumber risiko sampai kemudian munculnya kerugian karena risiko tersebut. Bagan berikut ini menggambarkan sekuen semacam itu disertai dengan ilustrasi analisis sekuen risiko untuk risiko kebakaran.



2.5



• EKMA4262/MODUL 2



EKSPOSUR RJSK FACTORS 1 ~ ' TERHADAP RISIKO KQN,DISI YANG MEW(IKKAJN KEMUN~ G.KINAN :KcRUGIAN



:>



SUMBER RISIK,Q



.



~



,



API



, ,.._



, ..



lr



MINYAA TAN.AH ¥1\NG DfT~Rl!J~ DIDEKAT I KOMP TERBAKAR -



_.,.



Jt..45



$0..60 .. ·.



$tt10



$0.80



t--



Gambar 2.5. Pengaruh Harga Bahan Bakar Terhadap EPS



Terlihat bahwa jika harga bahan bakar meningkat, maka EPS perusahaan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Untuk melihat seberapa besar pengaruh tersebut, Joko kemudian mencoba membandingkan pengaruh harga bakar terhadap EPS untuk PT Unggul Airlines dan perusahaan penerbangan lainnya. Perbandingan tersebut bisa dilihat pada bagan berikut ini. E.PS-----r--------r---.....-----------r----~--



_ Unggul Airlines



~-



Penerbangan Lain



16'.4.7



20..00



j



Con.fidenc.e



Jnteryal



23.53 ._



I



·~'



R.ataRata Har@a Baban Ba.kar



Gambar 2.6. Perbandingan Pengaruh Harga Bahan Bakar: Unggul Airlines dan Penerbangan Lainnya



2.16



Manajemen Risiko •



Bagan di atas menunjukkan bahwa EPS Unggul Airlines lebih sensitif terhadap perubahan harga bahan bakar. Jika harga bahan bakar rendah, maka EPS Unggul Airlines cenderung lebih tinggi dibandingkan EPS perusahaan penerbangan lain. Tetapi jika harga bahan bakar bergerak naik, maka EPS Unggul Airlines akan jatuh cukup signifikan. Analisis tersebut menunjukkan bahwa Unggul Airlines mempunyai eksposur terhadap perubahan harga bahan bakar yang lebih besar dibandingkan dengan pesaingnya. 2.



PT Unggul Airlines mempunyai rute penerbangan luar negeri (terutama ke Australia, Malaysia, Hongkong). Selama ini PT Unggul Airlines lebih banyak mengandalkan wisatawan domestik atau pebisnis domestik yang akan bepergian ke luar negeri untuk rute-rute tersebut. Yang menjadi masalah, jika Rupiah melemah terhadap mata uang asing maka, harga tiket yang biasanya ditetapkan dalam dolar Amerika Serikat ($) menjadi lebih mahal. Penetapan harga dalam $ dilakukan karena PT Unggul Airlines harus membayar biaya dalam $ untuk operasi luar negeri mereka. Sebagai contoh, biaya parkir pesawat di airport, membayar tenaga kerja di Australia, Hongkong, dan lainnya, menggunakan dolar. Jika Rupiah melemah terhadap dolar, maka biaya dalam Rupiah (setelah dikonversi ke Rupiah) akan meningkat. Peningkatan biaya tersebut akan menurunkan tingkat keuntungan perusahaan. Perusahaan dengan demikian menghadapi masalah ganda jika Rupiah menguat, yaitu menurunnya daya beli masyarakat Indonesia, dan meningkatnya biaya operasional rute luar negeri. Tabel berikut ini mengilustrasikan efek depresiasi Rupiah terhadap dolar. Harga tiket ($)



Kurs



Harga tiket (Rp)



Awal periode



$100



Rp10.000/$



Rp1.000.000



Akhir periode



$100



Rp20.000/$



Rp2.000.000



Bia,,a Operasional $



Kurs



Bia 1a Operasional Rp



Awal periode



$100



Rp10.000/$



Rp1.000.000



Akhir periode



$100



R:>20.000/$



RJ2.000.000



Panel A tabel di atas menunjukkan efek perubahan kurs terhadap penumpang domestik. Misalkan harga tiket ditetapkan $100. Jika kurs



2.17



• EKMA4262/MODUL 2



adalah Rp10.000/$, maka harga tiket dalam Rupiah adalah Rp1 juta. Jika Rupiah terdepresiasi terhadap dolar, misal menjadi Rp20.000/$, maka harga tiket sekarang menjadi Rp2 juta. Dengan kata lain, harga meningkat hanya karena perubahan kurs. Peningkatan harga tersebut akan menurunkan minat penumpang domestik untuk bepergian ke luar • neger1. Panel B menunjukkan efek perubahan kurs terhadap biaya operasional rute luar negeri. Misalkan biaya operasional adalah $100. Sebelum perubahan kurs, biaya tersebut dalam Rp adalah Rp 1 juta. Jika Rupiah melemah terhadap dolar, biaya tersebut akan meningkat menjadi Rp2 juta. Rute penerbangan luar negeri dengan demikian rentan terhadap perubahan kurs. PT Unggul Airlines mempunyai eksposur terhadap perubahan kurs yang signifikan. 3.



PT Unggul Airlines saat ini menggunakan utang yang cukup signifikan. Utang tersebut terdiri dari dua tipe: (1) membayar bunga secara tetap, dan (2) membayar bunga mengambang. Joko Muryanto kemudian mencoba menganalisis efek perubahan tingkat bunga terhadap EPS PT Unggul Airlines. Bagan berikut ini menyajikan efek tersebut. EPS



5.45



3o/o



7°/o



11o/o



Libor



Gam bar 2. 7. Pengaruh Utang Bunga Mengambang Terhadap EPS



Catatan: LIBOR adalah London Interbank Offering Rate, tingkat bunga yang dij adikan patokan di pasar Euro dolar (Eropa).



2.18



Manajemen Risiko •



EPS •



5.45



11o/o



Gambar 2.8. Pengaruh Utang Bunga Tetap Terhadap EPS



Dari kedua bagan tersebut terlihat bahwa jika tingkat bunga naik, EPS Unggul Airlines juga mengalami kenaikan. Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa tingkat bunga meningkat pada kondisi perekonomian baik, di mana lebih banyak penumpang yang memanfaatkan jasa penerbangan (karena pendapatan mereka meningkat). Karena itu meskipun biaya bunga naik, efek bersih yang terjadi adalah kenaikan EPS. Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa pengaruh utang dengan bunga tetap terhadap EPS ternyata lebih besar dibandingkan pengaruh utang dengan bunga variabel (mengambang). Sekilas nampaknya hasil tersebut tidak masuk akal, karena bunga tetap membayarkan bunga yang tetap, sementara bunga mengambang membayarkan bunga yang berubah. Dengan bunga mengambang, biaya bunga bisa meningkat pada saat tingkat bunga meningkat. Tetapi analisis lanjutan menunjukkan terjadinya 'hedging' secara alamiah dari utang mengambang. Pada saat kondisi ekonomi membaik, lebih banyak penumpang yang memanfaatkan jasa penerbangan. Penjualan perusahaan akan meningkat dalam situasi tersebut. Jika perekonomian meningkat, ancaman inflasi menjadi lebih besar. Bank sentral biasanya tidak suka dengan peningkatan inflasi, karena dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Bank sentral cenderung menaikkan tingkat bunga dalam situasi tersebut, untuk mengendalikan inflasi. Dengan demikian pada saat tingkat bunga meningkat, perusahaan sudah punya kas yang lebih banyak, yang bisa digunakan untuk membayar utang.



• EKMA4262/MODUL 2



2.19



Pada akhirnya Joko Muryanto menyimpulkan bahwa PT Unggul Airlines menghadapi tiga jenis risiko strategis yaitu: ( 1) risiko kenaikan harga bahan bakar, (2) risiko perubahan kurs (Rupiah melemah), dan (3) risiko perubahan tingkat bunga. Joko kemudian membuat laporan ke atasannya untuk ditindaklanjuti.



Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerj akanlah latihan berikut! 1) PT A merupakan perusahaan sekuritas yang baru saja mengalami kebangkrutan karena ada kerugian yang diakibatkan salah seorang trademya (pedagang saham). Trader tersebut memegang dua fungsi sekaligus yaitu fungsi perdagangan dan fungsi pencatatannya. Akibatnya, jika ada kerugian, manajer tersebut tidak mencatat kerugian tersebut. Pada waktu untung, dia akan mencatatkan keuntungan tersebut. Perusahaan sekuritas tersebut merupakan perusahaan yang masih kecil, sehingga kerugian yang dialami langsung menghabiskan modal perusahaan tersebut, yang mengakibatkan kebangkrutan. Analisis situasi tersebut dengan menggunakan teknik analisis sekuen risiko. Informasi yang kurang bisa ditambahkan sendiri. 2) Jelaskan metode pengukuran dengan menggunakan matriks frekuensil signifikansi. Beri ilustrasi bagaimana metode tersebut bisa digunakan. 3) Jelaskan bagaimana PT Unggul Airlines mengidentifikasi risiko strategis mereka. Risiko-risiko apa saja yang menjadi kekhawatiran mereka? Bagaimana mereka mengidentifikasi dan mengukur risiko tersebut? Petunjuk Jawaban Latihan



1) Berikut ini alternatif jawaban untuk pertanyaan tersebut. Sumber risiko: Sifat manusia yang tamak Risk factors: tidak adanya pemisahan antara fungsi pencatatan dengan fungsi trading Eksposur terhadap risiko: modal perusahaan sekuritas yang tidak terlalu besar Peril: terjadi peristiwa tidak adanya pencatatan transaksi yang benar,



2.20



2)



3)



Manajemen Risiko •



Kemudian terjadi kerugian. Metode frekuensi/dampak mengelompokkan risiko ke dalam dua dimensi tersebut. Sebagai contoh, misalkan kita akan mengevaluasi risiko kesalahan pencatatan oleh teler suatu bank. Kita bisa mengamati frekuensi kesalahan tersebut. Misalkan kesalahan semacam itu sering terjadi. Kemudian kita mengamati dampak dari kesalahan tersebut. Misalkan kerugian dari kesalahan tersebut. Misalkan kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Dengan informasi tersebut, kita bisa mengelompokkan risiko kesalahan tersebut ke dalam kuadran frekuensi sering dan dampak rendah. PT Unggul Airlines mengidentifikasi risiko dengan jalan mendalami kegiatan bisnis yang dilakukan. Dari analisis terhadap kegiatan bisnis tersebut, diperoleh kesimpulan ada tiga risiko strategis: risiko kenaikan harga bahan bakar, risiko perubahan kurs, dan risiko kenaikan tingkat bunga. Selanjutnya PT Unggul Airlines melakukan pengukuran risiko tersebut dengan jalan mengevaluasi dampak risiko tersebut terhadap kinerj a perusahaan, dengan cara melihat pengaruh risiko tersebut terhadap EPSnya. Jika harga bahan bakar naik 10%, berapa besar EPS yang baru (berapa besar penurunan EPSnya). Melalui analisis tersebut akan terlihat risiko mana yang paling besar dampaknya terhadap EPS PT Unggul Airlines.



RANGKUMAN Kegiatan Belajar 1 ini membicarakan identifikasi dan pengukuran risiko secara umum. Jika kita ingin mengelola risiko dengan baik, maka risiko harus bisa diidentifikasi, dipelajari karakteristiknya, dan kemudian diukur. Pengukuran tersebut ingin melihat indikator tinggi rendahnya risiko, dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan. Jika kita bisa melakukan langkah-langkah tersebut, pengelolaan risiko bisa dilakukan lebih baik. Identifikasi risiko bisa dilakukan melalui berbagai teknik, seperti menganalisis sekuen sumber risiko ~ risk factors ~ peril ~ kerugian, mengidentifikasi sumber-sumber risiko dari lingkungan dan menganalisis risiko yang barangkali bisa muncul dari setiap sumber tersebut, mewawancarai manajer mengenai risiko-risiko yang dianggap penting bagi organisasi. Setiap risiko mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga pengukuran risikonya juga berbeda. Sebagai contoh, risiko pasar banyak



• EKMA4262/MODUL 2



2.21



menggunakan teknik Value At Risk untuk pengukurannya, risiko perubahan tingkat bunga menggunakan durasi, risiko kematian menggunakan probabilitas kematian dari tabel kematian. Bagian akhir kegiatan belajar ini menyajikan ilustrasi PT Unggul Airlines yang mencoba mengidentifikasi risiko strategis dan melakukan pengukuran risiko tersebut.



I TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1)



PT Unggul Airlines mempunyai rute luar negeri, sehingga ada komponen biaya dalam $ (misal menyewa tempat di bandara asing). Jika Rupiah menguat, bagaim.ana pengaruh penguatan terhadap biaya sewa bandara dalam Rupiah? A. Meningkat. B . Berkurang. C. Sarna saja. D . Tidak ada yang benar.



2)



Faktor yang meningkatkan probabilitas munculnya risiko dinamakan .... A. risk factors B. Sumber risiko C. eksposur terhadap risiko D. peril



3)



Berikut ini teknik yang sering digunakan untuk mengukur risiko kredit .... A. VAR B. Durasi C. Rating Perusahaan D. Matriks frekuensi/ signifikansi



4)



PT B baru saja melakukan otomatisasi sehingga peranan tenaga kerja menjadi berkurang. PT B berharap bisa mengurangi risiko kesalahan yang dilakukan karyawan. Dengan menggunakan matriks frekuensi/ signifikansi, risiko otomatisasi (mesin atau komputer tidak berjalan sebagaimana mestinya) akan cenderung masuk kuadran mana? A. Frekuensi jarang/signifikansi kecil. B. Frekuensi jarang/signifikansi besar. C. Frekuensi sering/signifikansi kecil. D. Frekuensi sering/signifikansi besar.



2.22



Manajemen Risiko •



Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal



Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.



• EKMA4262/MODUL 2



2.23



Kegiatan Belajar 2



Mengukur Probabilitas dan Kerugian dari Kematian Awal etelah membicarakan identifikasi risiko secara umum, kegiatan belajar berikut ini dan selanjutnya membicarakan beberapa contoh risiko mumi. Risiko murni yang dibicarakan dalam bagian ini adalah risiko kematian, risiko kerusakan property (aset fisik), risiko gugatan hukum, dan risiko kecelakaan. Kegiatan belajar ini membicarakan risiko kematian, yang kemudian diteruskan dengan risiko murni lainnya. Tentu saja masih banyak risiko lainnya yang masih belum dicakup dalam modul ini. Tetapi beberapa contoh risiko mumi tersebut diharapkan memberikan gambaran mengenai risiko murni tersebut. Untuk menghitung besarnya kerugian yang dihadapi, kita perlu menghitung probabilitas suatu peristi wa akan terj adi dan besarnya kerugian yang akan ditanggung (severity). Bagian berikut ini membicarakan probabilitas kematian awal. Bagian selanjutnya menghitung severity (besamya kerugian) dari risiko kematian.



A. RISIKO KEMA TIAN Manusia (dan makhluk hidup lain) menghadapi risiko kematian. Kematian itu sendiri merupakan sesuatu yang pasti. Tetapi timing dari kematian merupakan sesuatu yang tidak pasti. Lebih spesifik lagi, manusia menghadapi eksposur kematian sebelum waktunya (premature death). Kematian sebelum waktunya tersebut mengakibatkan beberapa konsekuensi negatif. Sebagai contoh, seorang ayah yang meninggal sebelum waktunya bisa mengakibatkan terganggunya pendapatan keluarga yang ditinggalkan. Jika orang tersebut menjadi karyawan kunci di suatu organisasi (misal direktur utama), maka kematian orang tersebut juga akan berpengaruh negatif terhadap organisasi. Sayangnya tidak mudah menentukan usia kematian yang wajar. Sebagai contoh, usia pengharapan di Amerika Serikat adalah sekitar 7 5 tahun. Sementara di Indonesia, usia pengharapan adalah sekitar 68 tahun. Dengan demikian kematian sebelum usia tersebut (sekitar usia tersebut) bisa dianggap



2.24



Manajemen Risiko •



sebagai kematian sebelum waktunya (premature death). Bagaimana memperkirakan probabilitas kematian awal? Probabilitas kematian awal bisa dihitung menggunakan tabel kematian, yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut ini.



1.



Tabel Kematian (Mortality Table) Probabilitas kematian awal bisa dihitung dengan menggunakan tabel kematian (mortality table). Tabel tersebut menunjukkan probabilitas kematian dan bertahan hidup untuk kelompok umur tertentu, dan disajikan dengan format yang mudah dibaca. Tabel 2.2 berikut ini menyajikan tabel kematian di Amerika Serikat. Tabel tersebut dikenal sebagai tabel kematian CSO yang dibuat pada tahun 1980 (1980 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table , yang sering disingkat menjadi the 1980 CSO table). Tabel tersebut disusun oleh aktuaria asuransi dan didasarkan pada pengalaman kematian orang -orang yang diasuransikan (berarti yang terdaftar di perusahaan asuransi) pada awal tahun 1970-an. Secara umum orang yang membeli asuransi dan disetujui permohonannya cenderung lebih sehat dibandingkan dengan penduduk pada umumnya (karena sudah melalui proses screening oleh perusahaan asuransi). Dengan demikian angka kematian tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan penduduk pada umumnya. Tabel tersebut kemudian direvisi menjadi tabel tahun 2001 seperti yang terlihat pada kolom tahun 2001 tabel di bawah ini. Tabel 2.2. Tabel Kematian CSO 1980 dan 2001



Umur 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9



1980 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table Pria Wan ita Harapan Harapan Kematian Kematian Hidup Hidup per1000 per1000 tahun tahun 4,18 70,83 2,89 75,83 1,07 70,13 0,87 75,04 0,99 69,20 0,81 74,11 0,98 68,27 0,79 73,17 0,95 67,34 0,77 72,23 0,90 66,40 0,76 71 ,28 0,86 0,73 70,34 65,46 0,80 64,52 0,72 69,39 0,76 63,57 0,70 68,44 0,74 62,62 0,69 67,48



2001 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table Pria Wan ita Harapan Harapan Kematian Kematian Hid up Hidup per1000 per1000 tahun tahun 0,72 75,67 0,42 79,87 0,46 74,73 0,31 78,90 0,33 73,76 0,23 77,93 0,24 72,79 0,20 76,95 0,21 71 ,81 0,19 75,96 0,22 70,82 0,18 74,98 0,22 0,19 73,99 69,84 0,22 68,85 0,21 73,00 0,22 67,87 0,21 72,02 0,23 66,88 0,21 71 ,03



• EKMA4262/MODUL 2



Umur 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55



1980 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table Pria Wan ita Harapan Harapan Kematian Kematian Hid up Hid up per1000 per1000 (tahun) (tahun) 0,73 61 ,66 66,53 0,68 0,77 60,71 0,69 65,58 0,85 59,75 0,72 64,62 0,99 58,80 63,67 0,75 57,86 0,80 62,71 1'15 1,33 56,93 0,85 61,76 1,51 56,00 0,90 60,82 1,67 55,09 0,95 59,87 1,78 54,18 0,98 58,93 1,86 53,27 1,02 57,98 1,90 52,37 57,04 1,05 1,91 51,47 1,07 56,10 1,89 50,57 1,09 55,16 1,86 49,66 54,22 1'11 1,82 48,75 53,28 1'14 1,77 47,84 52,34 1'16 1,73 46,93 51,40 1'19 1,71 46,01 1,22 50,46 1,70 45,09 49,52 1,26 1,71 44,16 1,30 48,59 1,73 43,24 1,35 47,65 1,78 42,31 1,40 46,71 1,83 41 ,38 1,45 45,78 1,91 40,46 1,50 44,84 2,00 39,54 1,58 43,91 2,11 38,61 1,65 42,98 2,24 37,69 1,76 42,05 2,40 36,78 1,89 41 '12 2,58 35,87 2,04 40,20 2,79 34,96 2,22 39,28 3,02 34,05 2,42 38,36 3,29 33,16 2,64 37,46 3,56 32,26 2,87 36,55 3,87 31 ,38 3,09 35,66 4,19 30,50 3,32 34,77 4,55 29,62 33,88 3,56 4,92 28,76 3,80 33,00 5,32 27,90 4,05 32,12 5,74 27,04 31,25 4,33 6,21 26,20 4,63 30,39 6,71 25,36 4,96 29,53 7,30 24,52 28,67 5,31 7,96 23,70 27,82 5,70 8,71 22,89 6,15 26,98 9,56 22,08 6,61 26,14 10,47 21 ,29 7,09 25,31



2.25



2001 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table Pria Wan ita Harapan Harapan Kematian Kematian Hid up Hidup per1000 per1000 (tahun) (tahun) 0,24 65,90 70,05 0,22 0,28 64,91 0,25 69,06 0,34 63,93 0,27 68,08 0,40 62,95 67,10 0,31 0,52 61 ,98 0,34 66,12 0,66 61 ,01 0,36 65,14 0,78 60,05 0,39 64,17 63,19 0,89 59,10 0,41 0,95 58,15 0,44 62,22 0,98 57,21 0,46 61 ,25 1,00 56,26 60,27 0,47 1,01 55,32 0,49 59,30 1,02 54,37 0,50 58,33 1,04 53,43 0,51 57,36 1,06 52,48 0,53 56,39 1,09 51 ,54 55,42 0,55 50,60 0,58 54,45 1'14 49,65 0,61 53,48 1'17 48,71 52,51 0,64 1'16 47,77 0,67 51 ,55 1'15 46,82 0,70 50,58 1'14 45,88 0,75 49,62 1'13 44,93 0,79 48,62 1'14 43,98 0,85 47,69 1'16 43,03 0,92 46,73 1'19 1,24 42,08 1,00 45,78 1,31 41 ,14 1,07 44,82 1,39 40,19 43,87 1'14 1,49 39,25 1,20 42,92 1,59 38,30 1,26 41 ,97 1,72 37,36 1,34 41 ,03 1,87 36,43 40,08 1,43 2,05 35,50 1,53 39,14 2,27 34,57 1,65 38,20 2,52 33,65 1,79 37,26 2,77 32,73 36,33 1,96 3,03 31 ,82 2,16 35,40 3,25 30,92 2,38 34,48 3,42 30,02 33,56 2,64 3,64 29,13 2,93 32,65 3,91 28,23 3,24 31 ,74 4,26 27,34 30,85 3,60 4,70 26,46 29,96 3,99 5,21 25,58 4,41 29,08 5,83 24,72 4,86 28,21 6,52 23,86 5,36 27,34



2.26



Umur 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101



Manajemen Risiko •



1980 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table Pria Wan ita Harapan Harapan Kematian Kematian Hidup Hidup per1000 per1000 (tahun) (tahun) 20,51 7,57 24,49 11,46 12,49 19,74 8,03 23,67 13,59 18,99 8,47 22,86 18,24 8,94 22,05 14,77 16,08 17,51 9,47 21 ,25 17,54 16,79 10,13 20,44 10,96 19,65 19,19 16,08 15,38 12,02 18,86 21 ,06 23,14 14,70 13,25 18,08 25,42 14,04 14,59 17,32 13,39 16,00 16,57 27,85 30,44 12,76 17,43 15,83 33,19 12,14 18,84 15,10 36,17 11,54 20,36 14,38 10,96 22,11 13,67 39,51 43,30 10,39 24,23 12,97 47,65 9,84 26,87 12,28 52,64 9,30 30,11 11 ,60 58,19 8,79 33,93 10,95 8,31 38,24 10,32 64,19 70,53 7,84 42,97 9,71 77,12 7,40 48,04 9,12 83,90 6,97 53,45 8,55 91 ,05 6,57 59,35 8,01 98,84 6,18 65,99 7,48 107,48 5,80 73,60 6,98 117,25 5,44 82,40 6,49 128,26 5,09 92,53 6,03 140,25 4,77 103,81 5,59 152,95 4,46 116,10 5,18 166,09 4,18 129,29 4,80 179,55 3,91 143,32 4,43 193,27 3,66 158,18 4,09 207,29 3,41 173,94 3,77 221 ,77 3,18 190,75 3,45 236,98 2,94 208,87 3,15 253,45 2,70 228,81 2,85 272,11 2,44 251 ,51 2,55 295,90 2,17 279,31 2,24 329,96 1,87 317,32 1,91 384,55 1,54 375,74 1,56 480,20 1,20 474,97 1,21 657,98 0,84 0,84 655,85 1000,00 0,50 1000,00 0,50



2001 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table Pria Wan ita Harapan Harapan Kematian Kematian Hid up Hidup per1000 per1000 (tahun) (tahun) 7,26 23,02 5,91 26,49 7,95 22,19 6,49 25,65 8,63 21,37 7,09 24,82 9,42 20,55 7,70 23,00 10,40 19,75 8,34 23,18 11,59 18,96 9,03 22,37 9,76 21 ,58 12,98 18,18 17,42 10,55 20,79 14,47 16,04 16,67 11,40 20,01 17,65 15,94 12,33 19,24 15,23 13,35 18,48 19,27 20,96 14,53 14,48 17,73 22,74 13,84 15,71 16,99 24,69 13,16 17,08 16,27 12,50 18,63 15,55 26,94 29,71 11 ,84 20,38 14,84 32,94 11,20 22,29 14,15 36,32 10,59 24,39 13,48 9,99 39,96 26,68 12,81 9,40 29,20 12,16 43,95 48,44 8,83 31 ,95 11 ,53 53,67 8,28 34,97 10,91 59,72 7,75 38,28 10,30 7,25 41 ,92 9,72 66,48 74,02 6,76 46,43 9,14 82,20 6,30 51 ,96 8,59 5,87 57,80 90,82 8,06 100,22 5,45 63,94 7,55 110,69 5,06 70,74 7,07 122,36 4,69 77,59 6,60 135,17 4,34 85,68 6,16 148,99 4,02 95,69 5,74 163,00 3,73 106,25 5,34 179,03 3,45 116,68 4,98 194,28 3,20 124,22 4,64 209,27 2,98 131,53 4,29 224,94 2,76 143,72 3,94 241,46 2,56 160,21 3,61 258,86 2,38 180,90 3,29 276,12 2,21 203,48 3,02 292,95 2,06 225,69 2,79 310,86 1,91 240,07 2,61 329,95 1,77 2,43 247,79 350,32 1,64 263,98 2,23 369,76 1,53 285,02 2,03 386,96 1,42 307,89 1,84



• EKMA4262/MODUL 2



Umur 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120



1980 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table Pria Wan ita Harapan Harapan Kematian Kematian Hid up Hid up per1000 per1000 (tahun) (tahun)



2.27



2001 Commissioners Standard Ordinary Mortality Table Pria Wan ita Harapan Harapan Kematian Kematian Hid up Hidup per1000 per1000 (tahun) (tahun) 405,25 1,32 333,06 1,66 424,70 1,23 360,71 1,49 445,35 390,86 1,33 1'13 467,29 1,04 422,72 1'19 490,57 0,95 455,33 1,05 515,28 0,86 488,48 0,93 541,49 0,78 522,20 0,82 569,27 0,70 557,04 0,72 598,70 0,62 591,04 0,63 629,88 0,55 625,96 0,56 662,87 0,47 625,77 0,48 697,78 0,40 690,79 0,42 734,68 0,34 732,06 0,34 773,66 0,27 771,35 0,28 814,78 0,21 812,36 0,22 858,15 855,90 0,16 0,16 903,81 0,10 896,06 0,11 951 ,67 0,05 939,06 0,06 1000,00 1000,00



Dengan menggunakan tabel tahun 1980, terlihat bahwa untuk bayi (umur 0 tahun), dari 1000 bayi, ada 4,18 yang meninggal dunia. Angka kematian tersebut menurun pada usia 1 tahun. Dengan kata lain, bayi mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan usia anak kecillainnya. Pada kelompok umur 44 tahun, terdapat 4, 19 kematian untuk 1000 orang pada kelompok usia tersebut. Kolom berikutnya menyajikan life expectancy (pengharapan hidup), yaitu 70,83 tahun untuk pria dan 7 5,83 tahun untuk wanita pada ulang tahun ke 0 (baru lahir). Pada ulang tahun yang pertama (usia 1), usia pengharapan hidup turun menjadi 70,13 tahun untuk pria. Pada usia 100, diasumsikan semua orang sudah meninggal. Perhatikan bahwa risiko kematian pria lebih tinggi dibandingkan dengan risiko kematian wanita. Dengan menggunakan tabel tahun 2001, terlihat bahwa tingkat kematian secara umum berkurang (turun). Sebagai contoh, untuk bayi, dari 1000 bayi yang lahir, sekitar 0,72 yang meninggal. Tabel yang baru tersebut juga mengasumsikan usia sampai 120 tahun (lebih panjang) dibandingkan dengan tabel tahun 1980. Usia pengharapan juga meningkat menjadi 75,67 tahun untuk pria dan 79,87 tahun untuk wanita. Secara umum nampaknya tabel



2.28



Manajemen Risiko •



terbaru menunjukkan bahwa perbaikan lingkungan, kemajuan teknologi kesehatan dalam 20 tahun terakhir secara signifikan mempengaruhi penurunan tingkat kematian. Nampaknya hidup menjadi lebih baik selama 20 tahun terakhir. Tabel berikut ini menunjukkan harapan hidup di beberapa negara Asean. Terlihat Indonesia mempunyai pengharapan hidup yang paling pendek, yaitu 68 tahun. Sementara Brunei mempunyai harapan hidup yang paling panjang yaitu 79,2 tahun. Tabel 2.3. 1 Proyeksi Tingkat Kematian di Negara ASEAN, 1990-94 and 2000- 04



Infant Mortality (per 1,000 live births)2



Country I '



1990-94



'



Life Expectancy at Birth I



II - 'I



12000-04



ASEAN average



26



II_ 7 34 IL _jl II_ 13 I II_ 26 _ 'I II 5 __jl II 16 I II 17 II



East and Southeast Asia average



32



21



Brunei



·-



10



I



55



Indonesia Malaysia



I



'



20



'



Philippines



·-



38



I



Singapore



6



I·-Thailand



-



1



25



-



1990- 94 76.3 63.0 70.8 64.9 74.9 66.9 69.5 69.8



II 'I ,I I 'I ,I I II



2000-04 _) 79.2



_j



68.1 73.6 68.3 77.4 70.8 72.9



_j _j _j _j _j



72.7



--



ASEAN--Association of Southeast Asian Nations 2 0f every 1,000 live births, the number that would die before their first birthday. Source: Based on information from Eduard Bos, Patience W. Stephens, My T. Vu, and Rodolfo A. Bulatao, Asia Region Population Projections: 1990-91 Edition, Washington, February 1991, 13, 43, 59, 75, 95, 97, and 105.



• EKMA4262/MODUL 2



2.



2.29



Menghitung Probabilitas Kematian A wal Tabel kematian memberikan dasar untuk perhitungan probabilitas kematian lebih lanjut. Misalkan kita ingin menghitung berapa probabilitas seorang pria yang baru saja berulang tahun ke 35, akan meninggal satu, dua, dan lima tahun mendatang. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita bisa menggunakan tabel kematian di muka. Pertama, kita bisa merubah tabel kematian di muka menjadi tabel berikut ini. Karena pria yang akan dihitung probabilitas kematiannya, kita menggunakan tabel kematian untuk pria.



2.30



Manajemen Risiko •



Tabel 2.4. Jumlah Kematian Pria pada Tabel Kematian CSO 1980 Prob.



J_mlh kematian . .. .



Rrob1 Kematian· . .-



Pro'b. .13erthn Hidup



Berthn Hid up



Usia



(3)



p·r.ob_. Kematian . (4)



Jurnl·all Hitlup P,ada aw.al t9hun



(5)



~1 ).



,(21



(3)



·(4)



(6/



10 ,000.00~0



41 ,600



0.00418



0.99582



5j



65.'017



0.0073



0.9927'



t. .2



9,9S8'l200



10,655



.0.0'0107



0-.9~89ll



52'



81906..452 .8,841,1435



70,37.8



0 ..00796



.0,-9~204



9.94t,545



9 ~848



0..0'0099:



0...99901



53



8,1'7'1 ~057



76~19.6



0..00871



0.99129



3



~.9~37,697



9,73.9



o.doo~g



0..99902.



54



·6,6'94,66~1



83,121



o:.ooe56



0.9~9.044



4



9,921,9 ~81



9r.4'3~



0.0'0095



0..9..9905.



55·



.e;s11,540



90,163



.0.98953



·5



9191'f3,526



B19rt7!



o..ooo.s



0:99'91'



56



8;521 ,377



971655



0.01047 0.01146



6



9 .90.9.5.99



0.000:86.



0.99§14



5J



·8 42'3 7'1.2:



105,212



a,.o1249 .



0..9.875~1



7



.9 i90~J)7'.7



. o. oo~o·s



0.9992



58·



~8 ;318 ,510



11'3,04:9.



0,01359



0.9864·1



8



9,89.3,156:



0.00076



0.99924



S9



8J'205,46:1



121,t95



0.014'77



0.98.523



rg



·9;8lt5,6.37



0.00'074•



0.9'9926·



60



8'o·a4 . '2oa-



129:a9s



0·9'839'2



O:OD07s



0.9H927



61



7,954,271



139,6'1'8



.(J.016U8 0.01764



0,9.8246



Q..OQ077



0.9992.3



62.



7.814.753



149,965



0..01919



0~9.80.81



0.000'85



~



0.~99. . 1 '5



63



7,6'64,78~



161 ,42'0



0.0:210.6·



O:·S78~9'4



ll.si~



Jumlah Hid.up Pad . a'awal ... . tahun . .-



.Jmlh kematian



(1)



{2)



0



••



4







.



~



~



.



~~



~



0.98854



10



9 878,,3'22



11



9'.871".111



f2



9,893,510:



8,522 7,921 7.51.9 7,31'5 7,211 7;601 8,384



13



91ff56126' •I



9,767



0 ~0.0099·



0.99901



64



7,503,:m8



~73,628



0' .02'3~-1.



0:97686



14 15 .



9.:.845.369



11,322



0.00115



0.99.88.6



65.



7.329.740



186,322



0.:97'4.58



9.,834~04?



1~~079



0.0'0133 •



0~9.9867 .



£i>6



1... 143 . . '4'•18'



198,944



0.02.542 o,o278a



.0.97.215



16



9 •~820,968



1.4100 miliar R:>50 miliar R:>40 miliar 0,5 0,4



Probabilitas tidak gagal bayar (lancar) bisa dihitung sebagai berikut ini. ZA = 0,2 + 1,3 (0,4) + 0,5 (0,4) = 0,92 ZB = 0,2 + 1,3 (0, 1) + 0,5 (-0,05) = 0,305



Dari perhitungan di atas terlihat bahwa probabilitas untuk lancar (tidak gagal bayar) untuk A dan B adalah 0,92 dan 0,305. Dengan kata lain, perusahaan A mempunyai risiko kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan B. Kelemahan dari model probabilitas linear adalah ada kemungkinan probabilitas yang dihitung di luar wilayah 0 dan 1, lebih kecil dari nol, a tau lebih besar dari 1 (probabilitas bemilai antara 0 dan 1, inklusif). Sebagai contoh, misal kita ingin menghitung probabilitas lancar untuk perusahaan C (kolom paling kanan). Dengan menggunakan persamaan yang sama, probabilitas C adalah 1,05. Zc = 0,2 + 1,3 (0,5) + 0,5 (0,4) = 1,05 Angka ini lebih besar dari 1, padahal nilai probabilitas maksimum adalah 1.



3.33



• EKMA4262/MODUL 3



Untuk menghindari kemungkinan seperti itu, kita bisa menggunakan teknik regresi logit, di mana variabel dependent 'dipaksa' untuk berada pada wilayah 0 dan 1. c. Model probabilitas logit Model persamaan logit menggunakan 'link' logit (bukannya linear seperti dalam regresi biasa). Misalkan Y adalah probabilitas 'sukses', regresi logit bisa dituliskan sebagai berikut ini. Logit (Y) =log {(Y/(1 - Y))} =a+



~1



X1 +



~2



X2



Alternatif penulisan lain adalah sebagai berikut ini. Y = {exp (a+ ~1 X1 + ~2 X2)}/{1 + exp (a+ ~1 X1 + ~2 X2)} Perhatikan bahwa dengan memakai fungsi tersebut, kurva nilai Y akan berbentuk huruf S seperti terlihat di hagan bawah, dan nilai Y akan selalu berada di antara 0 dengan 1. Proba~biilliitias



VaJmatbJellllndlependien Gambar 3.5. Kurva Probabilitas Logit



Sebagai ilustrasi, misalkan kita mengestimasi probabilitas kebangkrutan dengan menggunakan model logit. Sebagai variabel dependen adalah kebangkrutan dengan nilai = 1 jika perusahaan tidak bangkrut, dan 0 jika perusahaan mengalami kebangkrutan. V ariabel independen adalah rasio keuangan. Program statistik akan secara otomatis menghitung regresi logit jika kita menggunakan regresi tersebut. Misalkan hasil estimasi menunjukkan persamaan sebagai berikut ini (sama dengan persamaan probabilitas linear di atas). Y = 0,2 + 1,3 X1 + 0,5 X2



3.34



Manajemen Risiko •



di mana X 1 = rasio modal kerj a/total a set X2 = rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset Kita ingin mengestimasi probabilitas perusahaan A,B, dan C dengan menggunakan data pada tabel probabilitas linear di muka. Hasil estimasi adalah sebagai berikut ini. Y A = xp{0,2 + 1,3(0,4) + 0,5(0,4)}/{1 + exp{0,2 + 1,3(0,4) + 0,5(0,4)}} = 0,741 YB = exp{0,2 + 1,3(0,1) + 0,5(-0,05)}/{1 + exp{0,2 + 1,3(0,1) + 0,5 (-0,05)}} = 0,576 Yc = exp{0,2 + 1,3(0,5) + 0,5 (0,4)}/{1 + exp{0,2 + 1,3(0,5) + 0,5 (0,4)}} = 0,715



Hasil di atas menunjukkan bahwa perusahaan A mempunyai probabilitas tidak gagal bayar paling tinggi, sebesar 0, 7 41. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa probabilitas akan selalu berada pada angka 0 dan 1, inklusif.



RAROC (Risk Adjusted Return On Capital) Ide dari RAROC adalah membandingkan tingkat keuntungan dengan modal yang berisiko (modal yang akan terkena dampak jika debitur mengalami gagal bayar). Pembanding tersebut bukannya total dana yang digunakan untuk mendanai pinjaman tertentu (sebagaimana lazim digunakan untuk pengukuran kinerja yang konvensional). Argumen yang diajukan adalah karena kerugian yang tidak diharapkan, jika terjadi, akan dibebankan pada modal, sehingga lembaga keuangan atau kreditur akan menghapuskan sebagian modalnya (write off) sebagai akibat kerugian tersebut. RAROC dipopulerkan oleh Bankers Trust dan penggunaannya semakin popular. Formula untuk RAROC bisa dituliskan sebagai berikut ini. 3.



Pendapatan dari pinjaman per tahun RAROC = Modal Yang Berisiko (Capital At Risk) Berikut ini contoh perhitungan RAROC. Misalkan suatu bank sedang mengevaluasi portofolio kredit dengan nilai nominal sebesar $1 miliar.



3.35



• EKMA4262/MODUL 3



Kupon bunga adalah 9% (bank akan memperoleh bunga sebesar $90 juta per tahunnya). Modal ekonomi untuk kredit tersebut diperkirakan sebesar $75 juta (7,5% dari nominal pinjaman). Misalkan dana untuk pinjaman tersebut diperoleh dengan menerbitkan deposito dengan tingkat bunga 6%. Modal sebesar $75 juta ditambahkan sebagai modal yang diinvestasikan di surat berharga pemerintah dengan tingkat bunga 6,5% pertahun (bank akan memperoleh bunga sebesar sekitar $4,9 juta = 6,5% x $75 juta). Bank tersebut mempunyai biaya operasional sebesar $15 juta per tahun, dan kerugian yang diharapkan dari portofolio tersebut adalah 1% per tahun (yaitu $10 juta). RAROC bisa dihitung sebagai berikut ini. RAROC = (90 + 4,9- 60- 15- 10)/75 = 13,2% Angka tersebut kemudian dibandingkan dengan tingkat keuntungan minimal yang disyaratkan oleh bank tersebut. Salah satu kesulitan dalam perhitungan RAROC adalah penentuan Capital at Risk. Capital at Risk pada dasarnya adalah modal yang terekspos terhadap risiko kredit. Sebagai contoh, misalkan lembaga keuangan meminjamkan Rp1 miliar. Dari analisis diperkirakan ada kerugian yang tidak terduga (unexpected loss) sebesar Rp100juta. Dalam contoh tersebut, capital at risk adalah Rp100 juta. Jika terjadi kerugian sebesar itu, maka modal akan dihapus sebesar Rp100 juta. Kerugian semacam itu perlu dibedakan dengan kerugian yang bisa diperkirakan. Kerugian yang bisa diperkirakan akan dimasukkan ke dalam perhitungan laba/rugi sehingga harga bisa disesuaikan. Capital at risk bisa dihitung melalui beberapa cara. Sebagai contoh, bab 19 mengenai manajemen risiko perbankan memperkenalkan konsep risk weighted assets yang dikenalkan oleh komite Basel 1. Basel 1 membedakan risiko kredit untuk beberapa kategori aset seperti (conto h) berikut ini. Tabel 3.12. Contoh Bobot Risiko Versi Basel 1



Kelas Aset



Bobot Risiko



Kas Pinjaman ke pemerintah OECD Pinjaman ke bank OECD Pin'aman ke perusahaan



Oo/o 0°/o 20°/o 100°/o



Misalkan lembaga keuangan memberikan pinjaman kepada perusahaan sebesar Rp 100 juta, maka aset berbobot risiko dihitung sebagai



3.36



Manajemen Risiko •



100% x Rp100 juta = Rp100 juta. Jika bank disyaratkan memegang 8% sebagai modal, maka bank tersebut akan memegang 8% x Rp100 juta = Rp8 juta. Dalam hal ini capital at risk adalah Rp8 juta. Kegiatan belajar sebelumnya membicarakan V AR (Value At Risk) sebagai pengukuran risiko pasar. Jika lembaga keuangan menggunakan 5% VAR yang besarnya (misal) Rp50 juta, maka capital risk dalam hal ini adalah Rp50 juta.



4.



Mortality Rate Mortality rate menghitung persentase kebangkrutan yang terjadi untuk kelas risiko tertentu. Mortality rate tersebut mirip dengan tabel kematian untuk manusia (mortality table; lihat kegiatan belajar mengenai risiko kematian). Mortality rate dihitung dengan menggunakan data historis. Marginal Mortality Rate (MMR) untuk tahun 1 dan 2 bisa dihitung sebagai berikut ini. Total nilai obligasi yang default pada tahun 1 MMR1= Total nilai obligasi yang beredar pada tahun pertama penerbitan Total nilai obligasi yang default pada tahun 2 MMR2= Total nilai obligasi yang beredar pada tahun ke 2 setelah penerbitan disesuaikan dengan default, pelunasan, jatuh tempo, dan pelunasan dari sinking fund Untuk tahun-tahun berikutnya, cara yang sama digunakan untuk menghitung marginal mortality rate. Jumlah obligasi yang beredar pada tahun berikutnya cenderung mengalami penurunan karena ada sebagian dari obligasi yang default, dilunasi, dan sebagainya, pada tahun sebelumnya. Marginal Mortality Rate cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga kurva MMR akan cenderung mempunyai slope yang positif. Tabel berikut ini menyajikan mortality rate dengan menggunakan data di Amerika Serikat.



3.37



• EKMA4262/MODUL 3



Tabel 3.13. Mortality Rate Tahun sesudah Pengeluaran Obligasi



AAA



AA A



BBB BB B CCC



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



Marjinal



0,00%



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



Kumulatif



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,03



0,03



0,03



0,03



0,03



Marjinal



0,00



0,00



0,35



0,19



0,00



0,00



0,00



0,00



0,03



0,02



Kumulatif



0,00



0,00



0,35



0,54



0,54



0,54



0,54



0,54



0,57



0,59



Marjinal



0,00



0,00



0,02



0,07



0,03



0,08



0,05



0,09



0,06



0,00



Kumulatif



0,00



0,00



0,02



0,09



0,12



0,20



0,25



0,34



0,40



0,40



Marjinal



0,12



0,48



0,55



0,59



0,56



0,58



0,72



0,15



0,05



0,26



Kumulatif



0,12



0,60



1,73



2,28



2,85



3,55



3,70



3,75



3,98



Marjinal



0,96



1,65



1'14 3,15



1,54



2,15



0,95



1,65



0,45



1,75



3,75



Kumulatif



0,96



2,59



6,50



7,12



9,12



9,98



11,47



11,87



13,41



16,66



Marjinal



1,60



4,94



5,95



6,72



5,94



4,15



3,12



2,10



1,65



0,85



Kumulatif



1,60



6,46



12,03



17,85



22,73



25,94



28,25



29,76



30,92



31,51



Marjinal



4,35



13,26



14,84



8,15



3,02



9,15



4,56



3,26



0,00



4,15



Kumulatif



4,35



17,03



31 ,00



36,62



38,53



44,15



46,70



48,44



48,44



50,58



Untuk rating BBB , pada tahun 1 ada 0,12% obligasi BBB yang mengalami default. Pada tahun kedua, obligasi BBB yang mengalami default meningkat menjadi 0,48%, sehingga kumulatifnya menjadi 0,60% (0,12 + 0,48). Perhatikan bahwa semakin rendah rating obligasi, semakin besar proporsi obligasi yang mengalami default.



4.



Penurunan Risiko Kredit Menggunakan Term Structure



Term structure atau yield curve atau kurva hasil menunjukkan hubungan antara jangka waktu dengan yield surat berharga (obligasi). Biasanya kurva tersebut mempunyai slope yang positif seperti terlihat pada hagan berikut ini, meskipun slope tersebut bisa berubah menjadi flat (datar) atau bahkan negatif dalam beberapa situasi.



3.38



Manajemen Risiko •



Yield



20o/o



Oblig.asi Perusahaan



12°/o P$merintah



9o/q



-







..



.



Tahun 1



Tahun 2



Jangka Waktu -



...



.-



Gambar 3.6. Yield Curve Hipotetis



Bagan tersebut menunjukkan tingkat bunga obligasi pemerintah dengan jangka waktu satu tahun adalah 9%. Tingkat bunga obligasi pemerintah dengan jangka waktu dua tahun adalah 10% per tahun, selama dua tahun. Slope yang positif menandakan bahwa yield obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang akan lebih besar. Secara intuitif hasil semacam itu masuk akal karena obligasi dengan jangka waktu lebih lama akan lebih berisiko. Perhatikan juga bahwa yield untuk obligasi perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan yield untuk obligasi pemerintah. Hal semacam itu bisa dimengerti karena risiko default obligasi perusahaan lebih tinggi dibandingkan untuk obligasi pemerintah. Dengan logika semacam itu, kita bisa menghitung premi risiko default melalui yield curve. Pada kondisi pasar sempurna, tidak ada kesempatan arbitrase, maka tingkat keuntungan yang diharapkan untuk obligasi perusahaan akan sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan untuk obligasi pemerintah, seperti berikut ini.



( 1 + Rf ) = pi ( 1 + Ri) di mana Rf = yield obligasi pemerintah Ri = yield obligasi perusahaan pi = probabilitas obligasi perusahaan bertahan



3.39



• EKMA4262/MODUL 3



Dengan data di atas, pi bisa dihitung sebagai berikut ini. pi= (1 + 0,09)/(1 + 0,12) = 0,97 Probabilitas default tahun pertama = 1 - 0,97 = 0,03 atau 3% Dengan demikian, berdasarkan data yield curve, kita bisa menyimpulkan bahwa pasar memperkirakan obligasi perusahaan akan default dengan probabilitas 3%. Analisis tersebut bisa dilanjutkan untuk periode dua tahun. Gambar tersebut menggambarkan skenario untuk dua tahun. TahlUJrn1 2



Gam bar 3. 7. Skenario Default Dua Tahun



Untuk tahun kedua, dengan cara yang sama kita bisa menghitung pi sebagai berikut ini. pi = (1 + 0,1) I (1 + 0,2) = 0,92 Tetapi yang kita cari adalah probabilitas tahun kedua bertahan, jika tahun pertama bertahan (conditional terhadap tahun pertama bertahan). Probabilitas bertahan tahun kedua, conditional tahun pertama bertahan, adalah: pi = (0,97) (0,92) = 0,89 Probabilitas default tahun kedua = 1 - 0,89 = 0,11 Dengan demikian probabilitas default kumulatif sampai tahun kedua adalah 11%. Perusahaan bisa mengalami default dari saat ini sampai dua tahun mendatang sebesar 11%. Dalam beberapa situasi, kita juga ingin menghitung probabilitas default marjinal, yaitu probabilitas default pada tahun kedua. Dalam hal ini kita



3.40



Manajemen Risiko •



harus menghitung tingkat bunga forward untuk tahun kedua. Tingkat bunga forward tahun kedua tersebut tidak bisa diobservasi langsung sehingga kita harus menghitung secara tidak langsung. Untuk tingkat bunga obligasi pemerintah, dalam kondisi tidak arbitrase, tingkat keuntungan investasi obligasi jangka waktu dua tahun akan sama dengan tingkat keuntungan investasi obligasi tahun pertama, dan dilanjutkan tahun kedua, seperti berikut •







lill. 2



( 1 + R2) = ( 1 + R 1) ( 1 + f2) 2 (1 + 0,1) = (1 + 0,09) (1 + f2) f2=11% Dengan cara yang sama, kita bisa menghitung tingkat bunga forward perusahaan pada tahun kedua. 2



f2 = (1 + 0,2) I (1 + 0,12)- 1 = 0,29



atau 29%



Probabilitas bertahan dan default marjinal pada tahun kedua adalah pi=( 1 +0,11)/(1 +0,29)=0,86 Probabilitas default tahun kedua (marjinal) = 1 - 0,86 = 0,14 atau 14o/o Kita bisa melanjutkan analisis untuk beberapa tahun ke depan. Berbeda dengan pendekatan mortality rate yang menggunakan data historis, pendekatan yield curve semacam itu mempunyai kelebihan karena menggunakan data pasar sehingga mempunyai karakteristikforward looking.



5.



Pendekatan Kerangka Teori Opsi



Opsi call adalah hak untuk membeli aset dengan harga tertentu pada periode tertentu. Opsi put adalah hak untuk menjual aset dengan harga tertentu pada periode tertentu. Penjual opsi call atau put mempunyai kewajiban untuk menyediakan aset yang akan dibeli Uika pemegang opsi call mengeksekusi haknya), atau membeli aset yang akan dijual Uika pemegang opsi put mengeksekusi haknya). Sebagai kompensasi, penjual opsi menerima premium atau harga opsi sebesar nilai tertentu. Bab mengenai derivative membicarakan opsi lebih lanjut, termasuk menentukan nilai/harga atau premium yang fair untuk opsi tersebut. Beberapa akademisi menggunakan kerangka teori opsi untuk menganalisis risiko kredit. Dengan menggunakan kerangka teori opsi, pemegang saham bisa digambarkan sebagai pihak yang membeli opsi call. Pemegang utang (pemberi utang) bisa digambarkan sebagai pihak yang



3.41



• EKMA4262/MODUL 3



menjual opsi put. Misalkan kreditur memberi pinjaman kepada perusahaan dengan nilai RplOO juta. Nliilla i Sahlam



1100 jt li--



1 u··n •· u~ll ualll



p·erUIS)allh( ~aarnJ I



Gambar 3.8. Gambar Pemegang Saham dalam Kerangka Opsi



Bagan di atas menunjukkan jika nilai perusahaan di atas RplOO juta (misal Rp250 juta), maka pemegang saham berhak atas sisa nilai perusahaan sebesar Rp150 juta (Rp250- RplOOjuta). Pemegang saham harus membayar utang sebesar RplOO juta terlebih dulu. Jika nilai perusahaan di bawah RplOO juta, maka pemegang saham akan kehilangan kekayaannya, karena kekayaannya akan diambil oleh pemegang utang. Posisi pemegang saham dalam hagan di atas mirip dengan posisi pembeli opsi call. Gambar berikut ini menunjukkan posisi pemegang utang (kreditur). IN!ilaii Utang



3.42



Manajemen Risiko •



Gam bar 3. 9. Gambar Pemegang Utang dalam Kerangka Opsi



Pemegang utang tersebut mempunyai penerimaan yang tetap yaitu sebesar bunga dan cicilan pokok pinjaman. Karena itu dalam bagan di atas, nilai utang adalah flat sebesar Rp 100 juta. Jika nilai perusahaan lebih besar dari nilai utang (Rp100 juta), maka nilai utang tetap sebesar Rp100 juta. Jika nilai perusahaan lebih kecil dari Rp 100 juta, maka nilai utang akan menjadi berkurang. Jika nilai perusahaan adalah 0 (misal bangkrut dan tidak ada sisa aset), maka nilai utang menjadi 0. Karakteristik semacam itu mirip dengan penjual opsi put. Penjual opsi put juga akan mempunyai pola penerimaan seperti dalam bagan di atas. Setelah kita mengetahui kerangka semacam itu, kita bisa menggunakan teori opsi (model penilaian opsi) untuk menilai nilai utang dan sekaligus risiko kredit. Dengan kata lain, perhitungan atau angka risiko kredit bisa diturunkan dari kerangka teori opsi tersebut. Perhitungan tersebut bisa dilihat pada buku teks keuangan lanjut. '



·~ .' :



-



.



~ -·- :J



LATIHAN



___ ..... Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerj akanlah latihan berikut! 1)



2)



Misalkan kita mengamati yield curve sebagai berikut ini. Yield untuk obligasi pemerintah dan PT A satu tahun adalah 10% dan 15%. Yield untuk obligasi pemerintah dan PTA dua tahun adalah 12% dan 20% (per tahun selama dua tahun). Hitung probabilitas default untuk PT A tahun ini dan dua tahun mendatang kumulatif. Jelaskan kenapa pemegang utang mempunyai pay-off yang mirip dengan penjual opsi put.



Petunjuk Jawaban Latihan 1)



Probabilitas bertahan satu = (1 + 0,1)/(1 + 0,15) = 0,96. Dengan demikian probabilitas default satu tahun ini adalah 1 - 0,96 = 0,04 atau 4%. Probabilitas bertahan tahun kedua adalah = (1 + 0,12)/(1 + 0,20) = 0,93. Probabilitas bertahan selama dua tahun adalah 0,96 x 0,93 = 0,89.



• EKMA4262/MODUL 3



2)



3.43



Dengan demikian probabilitas default kumulatif dua tahun adalah 1 - 0, 89 = 0, 11 atau 11%. Pemegang utang mempunyai pay-off mirip dengan penjual opsi put, karena penjual opsi put menerima kas yang jumlahnya tetap (dari premium yang dibayarkan ke mereka oleh pembeli opsi put). Jika harga aset di bawah harga eksekusi, penjual opsi put akan mengalami kerugian. Semakin besar selisih tersebut, semakin besar kerugiannya. Jika nilai perusahaan di bawah nilai utang, pemberi utang mengalami kerugian. Semakin besar selisihnya, semakin besar kerugiannya. Karena itu pemberi utang mempunyai pay-off yang mirip dengan penjual opsi put.



RANGKUMAN Kegiatan belaj ar ini membicarakan risiko kredit, yaitu risiko gagal bayar oleh pihak counterparty. Pengukuran risiko kredit bisa dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dengan pendekatan kualitatif, kita bisa menggunakan analisis 5C dan 3R. Dengan pendekatan kuantitatif, kita bisa menggunakan beberapa metode, seperti credit scoring, RAROC, yield curve, mortality rate, dan kerangka opsi. Masing-masing pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Credit scoring m.e rupakan pendekatan yang paling tua, sedangkan lima pendekatan lainnya merupakan pendekatan yang lebih baru.



TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1)



Dengan menggunakan kerangka teori opsi, pemegang saham mempunyai pay-off yang mirip dengan .... A. pembeli opsi call B. penjual opsi call C. pembeli opsi put D. penjual opsi put



2.



Berikut ini kelemahan metode probabilitas linear .... A. kurva probabilitas berbentuk S B. probabilitas kebangkrutan tidak akan melebihi angka 1 C. probabilitas kebangkrutan tidak akan negatif D. probabilitas kebangkrutan bisa bemilai di atas 1 atau negatif



3. 44



3)



Manajemen Risiko •



Rating akan dikeluarkan oleh perusahaan yang akan mengeluarkan sekuritas berikut ini, kecuali .... A. obligasi B. surat utang C. commercial paper D. saham



Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Jumlah Jawaban yang Benar



Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.



3.45



• EKMA4262/MODUL 3



Kegiatan Belajar 3



ldentifikasi dan Pengukuran Risiko Operasional egiatan belajar berikut ini membicarakan pengukuran risiko operasional dan isu lainnya yang berkaitan dengan risiko operasional. Risiko operasional relatif belurn banyak dipelaj ari karakteristiknya, me skipun sebenamya risiko operasional merupakan risiko yang paling 'tua'. Dikatakan paling tua, karena praktis manajer berhadapan dengan masalah operasional sejak kegiatan perusahaan/organisasi dimulai (bahkan sebelum dimulai). Masalah operasional tersebut mencakup misal, memasang peralatan, menyusun sistem gaji, mengawasi karyawan, mengawasi kegiatan produksi, dsb. Tetapi karakteristik risiko operasional belum dipelajari semaju risiko lainnya, sehingga pengukuran risiko operasional juga belum sebaik atau semaju risiko lainnya. Kegiatan belajar ini membicarakan definisi risiko operasional, matriks frekuensi dan signifikansi (severity) untuk melihat lebih j auh karakteristik risiko operasional, perubahan karakteristik risiko operasional, dan evaluasi diri terhadap risiko operasional.



A. DEFINISI RISIKO OPERASIONAL Seperti yang disebutkan di atas, risiko operasional merupakan tipe risiko yang paling 'tua', tetapi paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya (misal risiko pasar atau tingkat bunga). Perusahaan sudah mengenali risiko operasional meskipun dengan nama yang berbeda. Sebagai contoh, perusahaan sudah lama mengenali kemungkinan kesalahan pencatatan, sistem pengawasan internal yang kurang memadai, kegagalan sis tern komputer, serangan virus, kecelakaan kerj a, serangan born oleh teroris, dan lainnya. Risiko-risiko tersebut merupakan contoh risiko operasional. Risiko-risiko tersebut merupakan risiko yang 'inheren', yaitu risiko yang muncul karena perusahaan menjalankan bisnisnya. Perusahaan sudah lama menyadari risiko tersebut dan mengantisipasinya, meskipun tidak dengan nama manajemen risiko. Sebagai contoh, perusahaan selalu berusaha memperbaiki sistem, prosedur atau proses bisnis melalui manajemen kualitas; perusahaan memberikan training kepada karyawannya agar mereka semakin



3.46



Manajemen Risiko •



terlatih dan semakin sedikit membuat kesalahan. Dalam konteks manajemen risiko, upaya tersebut bisa dipandang sebagai upaya untuk mengelola atau menurunkan risiko operasional. Basel II (lembaga yang mengatur perbankan intemasional) mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena kegagalan dari proses internal, manusia, sistem, atau dari kejadian eksternal. Nampak bahwa definisi tersebut mencakup hal yang sangat luas. Tetapi pengelompokan semacam itu bermanfaat karena bisa memberikan pengetahuan mengenai sumber-sumber dari risiko operasional.



1.



Kegagalan Proses Internal Risiko kegagalan proses internal merupakan risiko yang berkaitan dengan kegagalan proses atau prosedur internal organisasi. Beberapa contoh risiko tersebut adalah: a. Risiko yang diakibatkan kurang lengkapnya dokumentasi, atau dokumentasi yang salah. b. Kesalahan transaksi. c. Pengawasan yang kurang memadai. d. Pelaporan yang kurang memadai sehingga kepatuhan terhadap peraturan internal dan eksternal tidak terpenuhi. Baring Bank merupakan contoh yang menarik sebagai ilustrasi bagaimana kegagalan mengelola risiko operasional akan mempunyai akibat yang serius terhadap organisasi. Kisah Baring Bank tersebut menjadi cerita klasik yang selalu dibicarakan di kelas manajemen risiko. Kesalahan Baring Bank adalah terlalu mempercayai salah seorang trader mereka yaitu Nick Leeson. Nick Leeson bisa mengerjakan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi front office (sebagai trader) dan fungsi back office (melakukan pencatatan atas transaksinya). Ketika dia memperoleh keuntungan, dia akan mencatatkan keuntungan tersebut. Tetapi ketika ia mengalami kerugian dari perdagangannya, ia tentu saja tidak akan mencatat kerugiannya. Akibatnya kerugian dari tradingnya tidak terawasi oleh bank, sampai akhirnya kerugiannya mencapai sekitar $1,3 miliar. Dengan kerugian sebesar itu, praktis modal bank akan habis untuk menutup kerugian tersebut. Bank sudah bangkrut dalam situasi tersebut. Karena ia melakukan perdagangan atas nama bank, maka bank yang harus menanggung akibatnya. Kenapa dia begitu dipercaya? Salah satu kemungkinannya adalah karena dia 'star trader'. Pada



• EKMA4262/MODUL 3



3.47



tahun tertentu, dia bisa memberikan keuntungan dari perdagangannya mencapai sekitar 25% dari total keuntungan bank Baring. Dengan situasi semacam itu banyak yang menganggap bahwa dia adalah pahlawan yang penuh keberuntungan, dan melupakan risiko atau kemungkinan kerugian dari transaksi perdagangannya, yang mempunyai risiko sangat tinggi.



2.



Risiko Kegagalan Mengelola Manusia (Karyawan) Karyawan merupakan aset penting bagi perusahaan, tetapi juga merupakan sumber risiko operasional bagi perusahaan. Risiko dari karyawan tersebut akan terjadi baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Contoh transaksi yang salah di bank UBS W arburg merupakan contoh kesalahan yang tidak disengaja. Contoh kesalahan yang disengaja adalah penggelapan kas perusahaan, atau kasus pembobolan bank yang dilakukan dengan melibatkan karyawan internal. Risiko manusia tersebut mencakup semua elemen organisasi. Sebagai contoh, risiko kesalahan transaksi mencakup wilayah operasional, sistem, pengawasan, lainnya. Risiko penggelapan uang perusahaan setidaknya mencakup wilayah sistem pengawasan (departemen akuntansi), prosedur operasional, kualifikasi karyawan yang kurang (moral yang tidak baik). Beberapa contoh risiko operasional yang berkaitan atau bersumber dari manusia adalah: a. Kecelakaan kerja, khususnya kecelakaan kerja karena kecerobohan atau kurang pengalaman dari karyawan. b. Terlalu tergantung pada karyawan kunci tertentu, sehingga jika karyawan tersebut meninggal atau berpindah kerja, perusahaan menghadapi masalah. c. lntegritas karyawan yang kurang, sehingga karyawan tersebut bisa menggelapkan uang perusahaan, atau melakukan aktivitas yang berada di luar wilayah otoritasnya. d. Risiko manusia tersebut mengharuskan perusahaan untuk mempunyai karyawan yang mempunyai kualifikasi, pengalaman, dan integritas yang diperlukan. 3.



Risiko Sistem Sistem teknologi bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi organisasi, di lain pihak, sistem tersebut akan memunculkan risiko baru bagi organisasi. Jika perusahaan terlalu tergantung pada sistem komputer, misal,



3.48



Manajemen Risiko •



maka risiko yang berkaitan dengan kerusakan komputer akan semakin tinggi. Beberapa risiko yang muncul berkaitan dengan sistem adalah: a. Kerusakan data. b. Kesalahan pemrograman. c. Sistem keamanan yang kurang baik (misal, bisa dimasuki oleh hacker). d. Penggunaan teknologi yang belum teruji. e. Terlalu mengandalkan model tertentu untuk keputusan bisnis. Sebagai contoh, pada waktu The Long Term Capital mengalami kehancuran karena mempunyai posisi yang sangat besar pada Rubel Rusia, model matematis mereka memprediksi probabilitas kejadian semacam itu adalah 0,000001. Tetapi kejadian tersebut tetap terjadi, sehingga mengejutkan mereka.



4.



Risiko Eksternal Risiko eksternal berkaitan dengan kejadian yang bersumber dari luar organisasi, dan di luar pengendalian organisasi. Kejadian semacam itu biasanya jarang terjadi, tetapi mempunyai dampak yang cukup besar (frekuensi rendah/severity tinggi). Beberapa contoh risiko eksternal adalah perampokan, serangan teroris, bencana alam. B. PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL Salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan dua klasifikasi berikut ini. 1. Frekuensi atau Probabilitas terjadinya risiko. 2. Tingkat keseriusan kerugian atau Impact dari risiko tersebut. Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, kita bisa membuat matriks frekuensi/tingkat untuk risiko-risiko yang ada, termasuk risiko operasional. Berikut ini contoh aplikasi matriks tersebut untuk risiko gagal bayar (default) dan kesalahan pemrosesan transaksi.



3.49



• EKMA4262/MODUL 3



Severity



c



Gaged Sayar Debitur Besar



A -



I



Kesalahan Pemrosesan







I I



B Rate Ri'sk ..



Frequency



Gam bar 3.1 0. Matriks Severity dan Frekuensi untuk Risiko Gagal Bayar dan Kesalahan Pemrosesan



Bagan di atas menunjukkan matriks dengan dimensi frekuensi di sumbu horizontal dan dimensi severity pada sumbu vertikal. Risiko-risiko bisa diklasifikasikan berdasarkan dimensi -dimensi tersebut. Sebagai contoh, risiko gagal bayar dari debitur perusahaan biasanya jarang terjadi. Karena itu risiko tersebut diklasifikasikan sebagai risiko dengan frekuensi rendah. Tetapi jika terjadi, kerugian yang timbul bisa sangat besar. Karena itu risiko tersebut diklasifikasikan dengan severity tinggi. Gabungan antara frekuensi rendah dengan severity tinggi terlihat pada titik C pada bagan di atas. Sebaliknya, kesalahan pemrosesan atau kesalahan pencatatan transaksi akan sering terj adi (apalagi jika proses pencatatan masih secara manual). Tetapi tingkat severity dari kesalahan tersebut tidak terlalu tinggi. Karena itu risiko kesalahan pemrosesan berada pada titik A. Dengan proses semacam itu, kita bisa memperoleh gambaran mengenai frekuensi dan severity dari suatu risiko, yang selanjutnya mempunyai implikasi pada bagaimana mengelola risiko tersebut. Sebagai contoh, berikut ini strategi menghadapi risiko berdasarkan matriks severity (significance)/frekuensi (likelihood).



3.50



Manajemen Risiko •



Risk Map



"1Q



.9 .....



Jj~tfpc r:anl ol



Q~adranl: I



(,De~ ~d



fPr~vemt ~t S»ure~)



Mopitor}



0



·4



.GuildPitlt It tMonitot



Quadra·nf IV ~Low. .Gonlfot)



2.



1 1



2



4 Hf.[ h



Low 0



5



_IJkeJihood Gambar 3.11. Strategi Menghadapi Risiko Berdasarkan Matriks Severity /Frekuensi



Perhatikan bahwa matriks likelihood (frekuensi) dan significance (severity) dikelompokkan ke dalam empat kuadran, yaitu: 1. Signifikansi (severity) rendah dan Likelihood (frekuensi) rendah. 2. Signifikansi (severity) tinggi dan Likelihood (frekuensi) rendah. 3. Signifikansi (severity) rendah dan Likelihood (frekuensi) tinggi. 4. Signifikansi (severity) tinggi dan Likelihood (frekuensi) tinggi. Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa dilakukan melalui berbagai cara. Sebagai contoh, severity atau frekuensi yang lebih besar dibandingkan median atau rata-rata dari risiko yang ada (dalam daftar) dikelompokkan ke dalam severity atau frekuensi tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendah tersebut bisa dilakukan melalui perhitungan angka absolute atau bisa melalui survei terhadap manajer-manajer perusahaan. Sebagai contoh, berikut ini contoh pertanyaan survei mengenai severity dan likelihood yang diberikan terhadap manajer, difasilitasi oleh manajer risiko.



• EKMA4262/MODUL 3



3.51



Melalui pertanyaan-pertanyaan seperti itu teridentifikasi letak masingmasing risiko berdasarkan dimensi signifikansi dan kemungkinan. Selanjutnya, strategi yang tepat bisa dirumuskan untuk mengelola risiko tersebut.



1.



Signifikansi (Severity) Rendah dan Likelihood (Frekuensi) Rendah: Low Control Perusahaan bisa menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko pada kategori ini. Pengawasan yang terlalu berlebihan pada jenis risiko ini menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan manfaatnya, sehingga akan lebih optimal jika bank tidak perlu melakukan pengawasan yang berlebihan. 2.



Signifikansi (Severity) Tinggi dan Likelihood (Frekuensi) Rendah: Detect and Monitor Tipe risiko seperti lebih 'menantang' untuk dihadapi. Jika risiko seperti ini muncul, perusahaan bisa mengalami kerugian yang cukup besar, dan barangkali bisa mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi frekuensi risiko tersebut relatif j arang, sehingga tidak mudah ditemui atau dikenali oleh bank. Karena itu risiko tipe ini paling sulit dipahami karakteristiknya, dan sulit diprediksi kapan datangnya. Sebagai contoh, Baring gagal melakukan pengawasan terhadap trading yang di luar batas oleh salah seorang tradernya, kemudian terjadi kerugian yang mengakibatkan kebangkrutan bank tersebut. Frekuensi risiko semacam itu relatif jarang ditemui. 3.



Signifikansi (Severity) Rendah dan Likelihood (Frekuensi) Tinggi: Monitor Tipe risiko semacam ini sering muncul tetapi besarnya kerugian relatif kecil. Biasanya risiko semacam ini muncul sebagai akibat perusahaan menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, risiko semacam ini merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan bisnisnya. Sebagai contoh, untuk perusahaan supermarket, ada risiko shoplifting (pencurian oleh nasabah), pencurian oleh karyawan, barang dagangan rusak karena busuk atau karena botol pecah. Risiko semacam itu lebih mudah dikenali, dan perusahaan bisa menghitung risiko tersebut. Kemudian perusahaan bisa menganggapnya sebagai biaya dari kegiatan bisnis (cost of doing business), dan perusahaan bisa memasukkannya ke dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan



3.52



Manajemen Risiko •



memasukkan biaya seperti itu ke dalam struktur harga mereka. Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko tersebut untuk memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah 'normal'. Jika risiko tersebut bergerak melebihi batas tertentu, maka perusahaan perlu melakukan tindakan untuk menangani risiko tersebut. Sebagai contoh, jika frekuensi pencurian oleh nasabah supermarket menunjukkan kecenderungan meningkat, maka manajer perlu melakukan perbaikan. Perbaikan-perbaikan tersebut pada intinya memperbaiki prosedur dan proses bisnis. Sebagai contoh, dalam kasus pencurian di atas, manajer supermarket bisa meminta nasabah untuk meninggalkan tas, memasang kamera di supermarketnya, memasang barcode pada setiap produk yang dipajang (sehingga jika tidak dilepas dan melewati tiang scanner akan berbunyi).



4.



Signifikansi (Severity) Tinggi dan Likelihood (Frekuensi) Tinggi: Perevent at Source Tipe risiko ini praktis tidak relevan lagi dibicarakan, karena jika situasi semacam ini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan risiko, dan bisa berakibat pada kebangkrutan. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan tidak bisa mengendalikan risiko penggelapan uang dalam jumlah besar oleh karyawannya (tipe risiko ini berada dalam kuadran frekuensi rendah/ signifikansi tinggi), maka ada kemungkinan risiko ini berubah menuju kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi. Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan praktis akan bangkrut dalam waktu singkat. Dengan perspektif semacam itu, maka tugas manajemen risiko adalah mencegah migrasinya risiko-risiko yang ada ke dalam kuadran frekuensi tinggilsignifikansi tinggi. C. PERUBAHAN KARAKTERISTIK RISIKO OPERASIONAL Risiko operasional dan risiko lainnya bisa berubah karakteristiknya dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, di jaman dulu, pencatatan transaksi dilakukan secara manual (misal karyawan menuliskan harga dan jumlah unit yang diperdagangkan di kertas). Cara semacam itu memunculkan risiko kesalahan pencatatan melalui karyawan yang kecapaian, sehingga mencatat angka yang salah. Frekuensi kesalahan tersebut cukup sering, karena karyawan sering Ielah (misal pada waktu sore hari). Tetapi kesalahan tersebut biasanya mengakibatkan kerugian yang relatif kecil (misal, seharusnya



3.53



• EKMA4262/MODUL 3



mencatat Rpll.OOO,OO, tetapi dicatat RplO.OOO,OO, sehingga ada selisih sebesar Rpl.OOO,OO). Cara manual semacam itu sekarang sudah banyak diganti dengan pencatatan terkomputerisasi. Pencatatan semacam itu akan menghilangkan kesalahan pencatatan karena kecapaian, karena sistem komputer tidak akan mengalami kelelahan. Frekuensi kesalahan dengan demikian bisa diturunkan. Tetapi muncul jenis risiko yang baru. Jika terjadi kegagalan atau kelemahan pada sistem komputer tersebut, maka kerugian yang muncul akan sangat besar. Sebagai contoh, serangan virus terhadap sis tern komputer, a tau pembobolan terhadap sistem komputer perusahaan mempunyai frekuensi yang relatif rendah. Tetapi jika hal tersebut terjadi, kerugian yang timbul akan cukup besar. Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa karakteristik risiko operasional berubah dari frekuensi tinggi/signifikansi rendah menjadi frekuensi rendah/signifikansi tinggi, seperti terlihat pada hagan berikut ini.



Signifikansi Tinggi Frekuensi Re ah



Signifikansi Tinggi Frekuensi Tinggi



Signifikansi Rendah Frekuensi Rendah



· nifikansi Rendah Frekuensi Tinggi



Gambar 3.12. Perubahan Karakteristik Risiko Operasional



Beberapa faktor yang bisa menyebabkan perubahan karakteristik semacam itu adalah globalisasi, otomatisasi, terlalu mengandalkan teknologi, yang akan dibicarakan berikut ini ..



1.



Globalisasi



Globalisasi keuangan di dunia didorong oleh liberalisasi ekonomi dunia. Liberalisasi berarti penghilangan pembatasan-pembatasan aliran modal. Sebagai contoh, Indonesia melakukan liberalisasi di pasar modal sej ak tahun



3.54



Manajemen Risiko •



1989, ketika investor asing bisa membeli saham di pasar modal sampai maksimal 49% dari jumlah saham yang beredar. Pada tahun 1997, liberalisasi tersebut dilanjutkan lebih jauh dengan membolehkan investor asing membeli saham di Bursa Efek Jakarta sampai dengan 100%. Efek liberalisasi seperti itu mendorong globalisasi ekonomi dan keuangan dunia. Kejadian penting di suatu Negara akan dengan cepat mempengaruhi Negara lainnya. Dunia menj adi teras a semakin kecil. Istilah dunia sebagai des a kecil (small village) muncul untuk menggambarkan kondisi semacam itu. Kondisi semacam itu cenderung meningkatkan risiko, seperti terlihat pada semakin meningkatnya volatilitas pergerakan harga atau nilai-nilai instrumen keuangan/komoditas. Globalisasi juga semakin meningkatkan frekuensi dan severity (signifikansi) dari suatu risiko, karena kejadian di suatu Negara akan cepat merembet ke Negara lain karena pembatasanpembatasan sudah jauh berkurang. Modal bisa berputar lebih cepat. Kecepatan aliran modal seperti itu juga membuat perusahaan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Terlambat mengantisipasi risiko tersebut akan berakibat serius bagi perusahaan.



2.



Otomatisasi



Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer, perusahaan semakin lama semakin mengandalkan teknologi komputer untuk melakukan ban yak hal, termasuk mengotomatisasi transaksi. Sebagai contoh, perusahaan menggunakan komputer untuk mencatat transaksi (tidak banyak menggunakan tenaga manusia untuk mencatat transaksi); bank menggunakan ATM (Automatic Teller Machine) sehingga nasabah bank bisa bertransaksi praktis 24 jam satu hari. Otomatisasi semacam itu menurunkan risiko yang berkaitan dengan manusia (misal kesalahan pencatatan karena kelelahan). Tetapi otomatisasi semacam itu memunculkan risiko baru yaitu risiko kegagalan sistem dan semacamnya. Risiko baru semacam itu cenderung lebih sulit dideteksi dan jika terjadi, kerugian yang dialami oleh perusahaan cukup signifikan. Risiko akan cenderung terakumulasi dan baru terdeteksi jika jumlah kerugian mencapai angka yang besar.



• EKMA4262/MODUL 3



3.



3.55



Terlalu Mengandalkan Teknologi



Kemajuan teknologi memungkinkan organisasi melakukan banyak hal, seperti membantu membuat basis data, membantu perhitungan harga instrumen keuangan (bahkan instrumen keuangan yang sangat kompleks). Di satu sisi, teknologi semacam itu bisa membantu proses bisnis menjadi lebih cepat, lebih andal. Tetapi di lain pihak, situasi tersebut memunculkan risiko baru. Sebagai contoh, modal perhitungan melalui komputer tidak selamanya tepat. Jika terjadi kesalahan perhitungan semacam itu, kerugian yang timbul bisa sangat besar. Contoh lain, jika perusahaan menggunakan komputer untuk memelihara basis datanya, kemudian terjadi serangan virus atau serangan born yang menghancurkan komputer mereka, maka kerugian yang bisa timbul akan cukup signifikan.



4.



Outsourcing



Outsourcing merupakan tren bisnis akhir-akhir ini. Outsourcing berarti menggunakan jasa pihak luar untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan menggunakan program komputer yang dibuat oleh perusahaan lain. Outsourcing dilakukan dengan pertimbangan efisiensi (bisa menurunkan biaya). Jika melakukan pekerjaan sendiri, karena sesuatu hal (misal keahlian yang tidak ada atau skala ekonomi yang kurang), bagi perusahaan, akan lebih menguntungkan jika menggunakan jasa dari pihak luar untuk pekerjaan tertentu. Tetapi outsourcing memunculkan risiko baru. Perusahaan menyerahkan kendali atas pekerjaannya kepada pihak luar. Jika pekerjaan tersebut merupakan hal yang penting, dan pihak luar tersebut tidak memberikan produk atau pelayanan yang sesuai dengan spesifikasi perusahaan, maka perusahaan menghadapi risiko bahwa pelayanan atau produk yang diberikan akan berada di bawah standar yang ditentukan.



5.



Perubahan Budaya Masyarakat



Masyarakat semakin lama semakin pandai, semakin sadar akan hak dan kewajibannya. Kesadaran semacam itu cenderung meningkatkan risiko litigasi, di mana masyarakat akan berusaha menuntut perusahaan jika dia merasa dirugikan. Jika perusahaan tidak berhati-hati, perusahaan bisa kena gugatan semacam itu, dan jika kalah, kerugian yang dialami perusahaan bisa cukup signifikan. Perubahan budaya masyarakat tersebut bisa meningkatkan risiko gugatan hukum.



3.56



Manajemen Risiko •



D. EVALUASI DIRI UNTUK MENGUKUR RISIKO OPERASIONAL Evaluasi diri (self-assesment) bisa dilakukan oleh anggota organisasi untuk melihat seberapa besar risiko operasional yang dihadapi oleh organisasi. Evaluasi diri dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada manajer/karyawan perusahaan. Kuesioner tersebut berisi assessment (evaluasi) karyawan terhadap risiko operasional yang dihadapi organisasi. Dengan meminta karyawan dan manajer mengisi kuesioner tersebut, diharapkan terjadi cross-check sehingga kondisi yang sebenamya di lapangan bisa teridentifikasi. Melalui evaluasi tersebut akan terlihat bagaimana risiko operasional yang dihadapi organisasi, dan bagaimana pula pengendalian terhadap risiko operasional di organisasi tersebut.



LATIHAN ----~



Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerj akanlah latihan berikut! 1)



2)



Suatu perusahaan melakukan otomatisasi, yaitu mengganti sebagian besar karyawannya dengan mesin. Dengan menggunakan matriks dampak/frekuensi j elaskan perubahan karakteristik risiko operasional yang akan terjadi. Suatu perusahaan tidak melakukan pemisahan fungsi yang jelas antara fungsi pencatatan dengan fungsi perdagangan. Pedagang (trader) akan melakukan trading dan mencatatkan basil perdagangannya sendiri. J elaskan risiko yang mungkin muncul dari situasi tersebut.



Petunjuk Jawaban Latihan 1)



Karyawan mempunyai risiko yaitu sering melakukan kesalahan (misal salah menghitung) tetapi dampaknya relatif kecil, sehingga risiko karyawan akan masuk ke dalam kuadran frekuensi sering dengan dampak rendah. Mesin akan lebih reliable sehingga frekuensi kesalahan akan berkurang. Tetapi sekali mesin mengalami gangguan, kerugian yang bisa muncul bisa cukup tinggi. Karena itu penggunaan mesin memunculkan risiko dengan karakteristik frekuensi jarang dan dampak tinggi. Dengan demikian ada pergeseran risiko.



• EKMA4262/MODUL 3



2)



3.57



Situasi tersebut mirip dengan situasi yang ada di bank Baring sehingga salah seorang tradernya bisa memanipulasi kerugian. Pedagang yang rugi mempunyai kecenderungan tidak akan mencatatkan kerugiannya, sementara kalau untung, dia akan mencatatkan keuntungannya. Jika tidak terdeteksi, kerugian tersebut mempunyai potensi terakumulasi sehingga bisa di luar kendali. Risiko operasional muncul dalam hal karena kegagalan proses internal.



RANGKUMAN Kegiatan belaj ar ini membicarakan risiko operasional. Risiko operasional merupakan risiko yang paling tua, tetapi pemahaman terhadap karakteristik risiko operasional belum semaju risiko lainnya. Pengukuran risiko operasional bisa dilakukan dengan menggunakan matriks frekuensi!severity. Setelah risiko bisa dipetakan dengan menggunakan matriks tersebut, altematif strategi untuk mengelola risiko tersebut bisa dirumuskan. Alternatif pengukuran yang lain adalah dengan menghitung kerugian yang diharapkan yang merupakan perkalian antara frekuensi dengan severity, atau bisa juga rnenggunakan pendekatan kualitatif yaitu evaluasi diri. Karakteristik risiko operasional bisa berubah tergantung beberapa hal, seperti penggunaan teknologi yang lebih intensif menggantikan tenaga manual. Evaluasi diri (self assessment) bisa dilakukan untuk rnengevaluasi risiko operasional yang dihadapi perusahaan.



::--c--



I TES FORMATIF 3 Pilihlah satu j a waban yang paling tepat!



1)



Serangan born oleh teroris bisa dikelompokkan ke dalarn risiko .... A. kredit B. pasar C. operasional D. perubahan kurs



2)



Pengawasan rendah bisa dilakukan untuk risiko operasional .... A. frekuensi rendah/ signifikansi rendah B. frekuensi rendah/signifikansi tinggi



3.58



Manajemen Risiko •



C. frekuensi tinggi/signifikasnsi rendah D. frekuensi tinggi/signifikansi tinggi 3)



Risiko kerusakan komputer karena virus akan sesuai dengan kuadran .... A. frekuensi rendah/ signifikansi rendah B. frekuensi rendah/signifikansi tinggi C. frekuensi tinggi/signifikasnsi rendah D. frekuensi tinggi/signifikansi tinggi



Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3. Jumlah Jawaban yang Benar



Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 4. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.



3.59



• EKMA4262/MODUL 3



Kegiatan Belajar 4



Risiko Spekulatif Lainnya egiatan belaj ar ini membicarakan risiko spekulatif lainnya yang tidak tercakup dalam bab sebelumnya. Tujuan dari kegiatan belajar adalah menyadarkan pembaca bahwa masih banyak risiko spekulatif lainnya yang belum tercakup. Beberapa risiko tersebut akan dibicarakan di bab ini, yaitu risiko perubahan tingkat bunga, risiko perubahan kurs, risiko teknologi, risiko likuiditas, dan risiko politik. Tetapi perlu diingat bahwa risiko spekulatif lainnya masih banyak dan belurn tercakup dalam bab ini.



A. IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA Tingkat bunga mengalami fluktuasi, kadang kala naik, kadang kala turun. Bagaimana dampak perubahan tingkat bunga tersebut? Biasanya bank merupakan sektor yang lebih rentan terhadap perubahan tingkat bunga. Biasanya kenaikan tingkat bunga akan berakibat buruk terhadap bank. Bagian ini membicarakan karakteristik risiko perubahan tingkat bunga.



1.



Karakteristik Risiko Perubahan Tingkat Bunga



Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko: a. Risiko perubahan pendapatan: pendapatan bersih (basil investasi dikurangi biaya) berubah, yaitu berkurang dari yang diharapkan. b. Risiko perubahan nilai pasar: nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga, yaitu berubah menjadi lebih kecil (turun nilainya).



a.



Risiko perubahan pendapatan Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan pendapatan (menjadi lebih sedikit). Ada dua jenis risiko yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan pendapatan, yaitu risiko penginvestasian kembali dan risiko pendanaan kembali.



3. 60



b.



Manajemen Risiko •



Risiko penginvestasian kembali Misalkan perusahaan mempunyai struktur aset sebagai berikut ini. A set Pasiva Obligasi jangka waktu 1 Obligasi jangka waktu 2 tahun, dengan tahun, bunga 12% per tahun bung a 10% per tahun, selama 2 tahun



Untuk tahun pertama, perusahaan tersebut memperoleh penghasilan bunga sebesar 12%, dan membayar kewajiban sebesar 10%. Dengan demikian perusahaan tersebut memperoleh spread (keuntungan) sebesar 2% (12% - 10%). Bagaimana dengan tahun kedua? Untuk tahun kedua, keuntungan perusahaan akan tergantung dari tingkat bunga investasi obligasi pada tahun kedua. Gambar berikut ini menggambarkan situasi di atas.



I Pendanaan 1_ 0°/~



I



I



I



I



s : a aa



Pendanaan ~t 0°/t.l



I



sa



2



s



a



L& I&e



I



Keuntungan tahun kedua akan tergantung dari tingkat bunga investasi yang akan diperoleh pada tahun kedua. Jika perusahaan bisa memperoleh tingkat bunga sebesar 12% (sama dengan tahun sebelumnya), maka perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan. Jika tingkat bunga penginvestasian kembali pada tahun kedua turun menjadi 8%, maka perusahaan akan memperoleh kerugian sebesar 2% (spread negatif sebesar 2 %). Risiko yang dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut adalah risiko penginvestasian kembali (reinvestment risk). c.



Risiko pendanaan kembali



Risiko pendanaan kembali merupakan kebalikan dari risiko penginvestasian kembali. Misalkan perusahaan mempunyai struktur aset sebagai berikut ini. A set Pasiva Obligasi jangka waktu 2 tahun, Obligasi jangka waktu 1 tahun, dengan bunga 12% per tahun bung a 10% per tahun



3.61



• EKMA4262/MODUL 3



Sarna seperti sebelumnya, untuk tahun pertama, perusahaan tersebut memperoleh penghasilan bunga sebesar 12%, dan membayar kewajiban sebesar 10%. Dengan demikian perusahaan tersebut memperoleh spread (keuntungan) sebesar 2% (12% - 10%). Bagaimana dengan tahun kedua? Untuk tahun kedua, keuntungan perusahaan akan tergantung dari tingkat bunga obligasi yang dipakai untuk mendanai investasi pada tahun kedua. Gambar berikut ini menggambarkan situasi di atas. 1nv.e~tasi 12.~



Re~lfiV~stasi



(12o/ci)



I



[



I



I



JJ



~-1



I Z ill



I-



PendarYaan Ken1oali (-??) I



25 .



ShJZ.ELJ I



I



Keuntungan tahun kedua akan tergantung dari tingkat bunga pendanaan yang akan diperoleh pada tahun kedua. Jika perusahaan bisa memperoleh tingkat bunga sebesar 10% (sama dengan tahun sebelumnya), maka perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan. Jika tingkat bunga pendanaan kembali pada tahun kedua naik menjadi 14%, maka perusahaan akan memperoleh kerugian sebesar 2% (spread negatif sebesar 2%). Risiko yang dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut adalah risiko pendanaan kembali (refinancing risk). d.



Risiko perubahan harga pasar Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan nilai pasar aset dan/atau kewajiban yang dipegang oleh perusahaan. Jika penurunan nilai aset lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai kewajiban, maka perusahaan mengalami kerugian, dan sebaliknya. Secara umum, jika tingkat bunga meningkat maka nilai sekuritas cenderung mengalami penurunan. Nilai suatu sekuritas (misal obligasi) merupakan present value dari aliran kas yang akan diterima investor di masa mendatang. Jika tingkat bunga meningkat, maka discount rate (tingkat diskonto) juga akan meningkat, yang menyebabkan pembagi menjadi lebih besar, dan present value aliran kas di masa mendatang semakin kecil. Tingkat penurunan nilai tersebut bisa berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas lainnya. Sebagai contoh, jika tingkat bunga meningkat, maka nilai pasar obligasi akan mengalami penurunan. Tetapi obligasi dengan jangka



3.62



Manajemen Risiko •



waktu yang lebih lama, nilainya akan turun lebih besar dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika tingkat bunga mengalami penurunan. Obligasi dengan jangka waktu lama akan mengalami kenaikan nilai pasar lebih cepat dibandingkan dengan obligasi jangka pendek. Dengan kata lain, nilai pasar obligasi jangka panjang lebih sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan dengan nilai obligasi jangka pendek. Misalkan perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut ini. A set Obligasi j angka waktu 10 tahun, Nilai nominal: Rp1 ]Uta. Kupon bunga 10% Nilai pasar: Rp 1 juta •



Pasiva Obligasi jangka waktu 2 tahun, Nilai nominal: Rp1 ]Uta. Kupon bunga 10% Nilai pasar: Rp 1 juta •



Misalkan tingkat bunga yang berlaku adalah 10% (sama dengan kupon bunga), maka nilai obligasi yang menjadi aset dan obligasi kewajiban adalah: - 100.000 1.100. 000 - 1 . 0 bligasi Aset + ..... + ]Uta 1 10 ( 1 + 0, 1)) ( 1 + 0,1) .. b 100.000 1.100.000 . . .K Obl1gas1 ewaJI an = + ..... + = 1 ]Uta 1 2 ( 1 + 0,1) ( 1 + 0,1) Obligasi aset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp1 juta. Misalkan tingkat bunga naik menjadi 12%. Nilai obligasi keduanya bisa dihitung sebagai berikut ini. = IOO.OOO + ..... + 1.1 OO.OOO = Rp886.996



Obligasi Aset



1



(1 + 0,12 )



10



(



1 + 0,12 )



. . .. 100.000 1.100.000 966 99 Obhgas1 KewaJiban = + ..... + = Rp .1 1 2 (1+0,12) (1+0,12) A set Obligasi jangka waktu 10 tahun, Nilai nominal: Rp1 ]Uta. Kupon bunga 10% Nilai pasar: Rp886.996 •



Pasiva Obligasi jangka waktu 2 tahun, Nilai nominal: Rp1 ]Uta. Kupon bunga 10% Nilai pasar: Rp966.199 •



3.63



• EKMA4262/MODUL 3



Perhatikan bahwa kedua jenis obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya. Tetapi obligasi aset mengalami penurunan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi kewajiban. Karena nilai aset turun lebih besar dibandingkan turunnya nilai kewajiban, maka perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dalam situasi tersebut, kenaikan tingkat bunga menyebabkan perusahaan mengalami kerugian nilai pasar.



2.



Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga: Metode Penilaian Kembali (Repricing Model) Model penilaian kembali (repricing model) mencoba mengukur risiko perubahan tingkat bunga dengan menggunakan pendekatan pendapatan. Lebih spesifik lagi, model tersebut ingin melihat bagaimana pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan yang diperoleh suatu organ1sas1. Misalkan suat u bank mempunyai neraca seperti berikut ini. •







Aset Meminjamkan di pinjaman pasar antar bank 1 hari Rp2 m Commercial Paper 3 bulan Rp3 m Surat utang 6 bulan Rp5 m Pinjaman 1 tahun Rp6 m Obligasi 3 tahun Rp1 Om Obligasi 3 tahun tingkat bunga Mengambang Rp5 m Pinjaman bunga tetap jangka Waktu 10 tahun Rp10m Total aset Rp41m



Kewajiban (Pasiva) Meminjam di pasar antar bank 1 hari Tabungan Deposito 1 bulan Deposito 1 tahun Deposito 2 tahun



Rp3m Rp3 m Rp10m Rp10m Rp10m



Modal



Rp5m



Total pasiva



Rp41 m



Catatan: Untuk obligasi 3 tahun, Rp2 mjatuh tempo tahun ini. Untuk pinjaman dengan bunga mengambang, bunga ditetapkan setiap enam bulan Dengan menggunakan model penilaian kembali, kita ingin melihat bagaimana pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan bank tersebut. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: (1) mengidentifikasi dan mengelompokkan aset atau kewajiban yang rentan terhadap perubahan tingkat bunga, yaitu aset atau kewajiban yang harus dinilai ulang jika tingkat bunga berubah, (2) menghitung gap antara aset yang sensitif dengan



3.64



Manajemen Risiko •



kewajiban yang sensitif terhadap perubahan bunga, dan menghitung perubahan pendapatan jika tingkat bunga berubah. a. Mengidentifikasi dan mengelompokkan aset dan kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga Jika besok bunga berubah, aset atau kewajiban mana saja yang bunganya berubah, dan mengakibatkan perubahan pendapatan bank? Dari sisi aset neraca di atas terlihat bahwa bank mempunyai pinjaman (meminjamkan) di pasar antar bank satu hari sebesar Rp2 miliar. Jika tingkat bunga besok berubah (misal naik), maka pendapatan bunga yang diperoleh akan berubah (meningkat dalam hal ini). Dengan kata lain, bank tersebut mempunyai aset yang sensitif terhadap perubahan bung a (rate sensitive assets atau RSA) harian sebesar Rp2 miliar. A set sebesar Rp2 miliar tersebut akan dinilai kembali (reprice) jika bunga harian berubah. Di sisi lain, jika kita melihat sisi pasiva, terlihat bahwa bank meminjam di pasar antar bank satu hari sebesar Rp3 miliar. Jika tingkat bunga besok berubah (misal naik), maka biaya bunga juga akan berubah (meningkat). Dengan kata lain, bank tersebut mempunyai kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga (rate sensitive liabilities atau RSL) harian sebesar Rp3 miliar. Kewajiban sebesar Rp3 miliar tersebut akan dinilai kembali (reprice) jika bunga harlan berubah.



b.



Menghitung gap antara aset dan kewajiban yang sensitifterhadap perubahan tingkat bunga dan menghitung perubahan pendapatan Gap antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut ini. GAP= (Rp2 miliar)- (Rp3 miliar) = -Rp1 miliar



Bank tersebut mempunyai gap sensitivitas perubahan bunga sebesar negatif Rp1 miliar. Misalkan tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari 10% menjadi 11 %), maka pendapatan bank tersebut berubah sebesar: Perubahan Pendapatan = (GAP) x (~ Bunga) = -Rp1 miliar x 0,01 = -Rp10 juta Dengan kata lain, bank tersebut mengalami kerugian sebesar Rp10 juta jika tingkat bunga meningkat sebesar 1%. Periode dalam metode tersebut bisa ditingkatkan menjadi bulanan, sampai 1 tahun. Dengan periode satu tahun, berarti kita akan



• EKMA4262/MODUL 3



3.65



mengelompokkan aset dan kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dalamjangka waktu satu tahun. GAP atau disebut juga sebagai Kumulatif GAP (KGAP) satu tahun RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut ini. KGAP = RSA - RSL = Rp23 miliar- Rp26 miliar = - Rp3 miliar Bank tersebut mempunyai kumulatif gap sebesar negatif Rp3 miliar. Semakin besar gap (baik negatif maupun positit), semakin besar eksposur bank atau suatu perusahaan terhadap risiko perubahan tingkat bunga. Jika gap suatu bank negatif, maka kenaikan bunga akan merugikan bank tersebut. Sebaliknya, jika gap suatu bank positif, maka kenaikan bunga akan menguntungkan bank tersebut. Dalam beberapa situasi, kita ingin menghitung rasio gap terhadap total aset (gap ratio). Gap ratio bisa dihitung sebagai gap dibagi total aset. Dalam contoh di atas, gap ratio adalah GAP RATIO= -Rp3 miliar/Rp41 miliar= -0,073 atau -7,3% 3.



Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga: Metode Jangka Waktu Metode repricing (penilaian kembali) mempunyai kelemahan terutama karena tidak memperhatikan efek perubahan nilai pasar dari perubahan tingkat bunga. Jika tingkat bunga meningkat, discount rate (tingkat pendiskontoan) juga akan meningkat, present value aliran kas di masa mendatang semakin kecil, dan nilai pasar sekuritas akan turun. Dalam beberapa situasi metode yang memperhatikan efek perubahan nilai pasar penting diperhatikan. Misal, suatu bank membeli obligasi dengan tujuan untuk investasi (dipegang sampai jatuh tempo). Dalam situasi tersebut bank akan mencatat nilai historis obligasi tersebut di neracanya. Bank memperoleh pendapatan hanya dari kupon bunga yang dibayarkan. Metode repricing akan lebih sesuai dipakai dalam situasi tersebut. Misalkan bank lain membeli obligasi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan melalui trading (memperjualbelikan sekuritas). Dalam situasi tersebut, bank akan mencatat nilai obligasi di neracanya berdasarkan nilai pasar obligasi. Karena itu nilai pasar obligasi akan dievaluasi (dinilai ulang atau disebut juga sebagai mark to market) praktis setiap hari. Jika nilai pasar obligasi lebih kecil dari nilai belinya, bank tersebut merugi, dan sebaliknya.



3.66



Manajemen Risiko •



Metode pengukuran risiko perubahan tingkat bunga yang memperhitungkan perubahan nilai pasar akan lebih sesuai dalam situasi tersebut. Metode jangka waktu mengukur perubahan harga pasar suatu aset akibat perubahan tingkat bunga. Misalkan suatu bank mempunyai neraca berikut ini. Pasiva Aktiva Obligasi j angka waktu 10 tahun, Pinjaman jangka pendek, bung a Nilai nominal Rp10 juta, kupon 15%, jangka waktu 2 tahun, nilai bunga = 15% nominal= Rp18 juta Obligasi jangka waktu 20 tahun Nilai nominal Rp10 juta, kupon Modal saham Rp2 juta bunga = 15% Total Pasiva Rp20 juta Total aset Rp20 juta Misalkan tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 15%. Harga pasar akan sama dengan nilai nominal dalam situasi ini. Bank tersebut mempunyai aktiva dan pasiva sebesar Rp20 juta. Misalkan tingkat bunga yang berlaku meningkat menjadi 17%, maka nilai obligasi tersebut menjadi sebagai berikut •







liD.



150.000 1.150.000 6 . . Ob11gas1 Aset 1 = + ..... + = Rp9 .0 8.279 1 10 (1+0,17) (1+0,17) 150.000 1.150.000 88 44 . . 0 b 11gas1 A set 2 = + ..... + = Rp . 7 . 4 7 1 2 ( 1+ 0,17) ( 1 + 0,17) Pinjaman



+ 20.700.000 = Rpl 7 .429 .323 1



= 2.700.000



( 1 + 0,17 )



(



1 + 0,17)



Neraca yang baru sesudah perubahan tingkat bunga akan terlihat sebagai berikut ini. Pasiva Aktiva Pinj aman j angka pendek, Obligasi jangka waktu 10 tahun, bunga 15%, Nilai nominal Rp10 juta, kupon bunga = 15% Rp9.068.279 jangka waktu 2 tahun, Obligasi jangka waktu 20 tahun nilai nominal = Rp 18 j uta Nilai nominal Rp10 juta, kupon bunga = 15% Rp8.874.447 Rp17.429.323



• EKMA4262/MODUL 3



3.67



Modal saham Rp513.403 Total aset Rp17.942.726 Total Pasiva Rp17.942.726 Sesudah kenaikan tingkat bunga, nilai obligasi pada sisi aset turun. Total aset turun dari Rp20 juta menjadi sekitar Rp17juta. Nilai pinjaman juga ikut mengalami penurunan, dari Rp18 juta menjadi sekitar Rp17 juta. Penurunan nilai aset lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai pinj aman, yang mengakibatkan kerugian. Modal saham harus menanggung kerugian tersebut, akibatnya nilai saham berkurang dari Rp2 juta menjadi Rp513.403. Kerugian yang terjadi adalah sekitar Rp1,5 juta. Jika tingkat bunga naik menjadi 18%, maka modal saham bank tersebut menjadi negatif, yang berarti bank tersebut praktis mengalami kebangkrutan. Bank tersebut dikatakan mempunyai ketidaksesuaian jangka waktu antara aset dengan kewajiban (maturity mismatch). Jangka waktu aset adalah 10 tahun dan 20 tahun, yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu pinjaman (sumber dana) yaitu 2 tahun. Ketidaksesuaian jangka waktu tersebut memunculkan eksposur terhadap risiko perubahan tingkat bunga. Semakin besar ketidaksesuaian j angka waktu tersebut, semakin besar risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi bank tersebut. J angka waktu untuk portofolio aset atau kewajiban bisa dihitung sebagai rata-rata tertimbang dari jangka waktu aset atau kewajiban individual, dengan pembobot adalah nilai pasar dari masing-masing aset atau kewajiban tersebut. Dalam contoh di atas, jangka waktu aset (maturity of assets atau MA) bisa dihitung sebagai berikut ini. MA = (10juta/20juta) (10 tahun) + (10juta/20juta) (20 tahun) = 15 tahun Jangka waktu kewajiban (maturity of liabilities atau ML) adalah 2 tahun. Gap jangka waktu bisa dihitung sebagai: Gap jangka waktu = MA - ML = 15- 2 = 13 tahun Semakin besar gap jangka waktu (baik positif maupun negatif), semakin besar risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau bank.



4.



Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga: Metode Durasi



3.68



Manajemen Risiko •



Metode jangka waktu mempunyai kelemahan karena tidak bisa sepenuhnya memperhitungkan dampak perubahan tingkat bunga terhadap . . o b1·1gas1. se pert.1 b er1.k u t 1n1. . . a1·1ran k as. M.1salkan ad a d uaJenis Obligasi A Nilai nominal Rp1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon bunga = 10%, dibayarkan setiap semester. Nilai nominal Rp1 juta, jangka waktu satu tahun, B kupon bunga = 10%, dibayarkan setiap tahun. Perhatikan bahwa kedua obligasi tersebut mempunyai jangka waktu yang sama, yaitu satu tahun. Misalkan tingkat bunga yang berlaku meningkat menjadi 15%, maka harga pasar kedua obligasi tersebut akan nampak seperti berikut ini. . .A = 50.000 1.050.000 = R Obl1gas1 959 669 + ... · · + P · 05 1 (1+0,15) ' (1+0,15)



ObligasiB =



l.lOO.OO~



= Rp956.522



(1+0,15) Perhatikan bahwa meskipun keduanya mempunyai jangka waktu yang sama, jika tingkat bunga meningkat keduanya sama-sama jatuh nilainya, tetapi dengan tingkat penurunan nilai yang berbeda. Obligasi A yang membayarkan bunga setiap tahun mengalami penurunan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi B yang membayarkan bunga setiap tahun. Jika kita perhatikan lebih lanjut, perbedaan antara obligasi A dengan B terletak pada timing dari aliran kas. Obligasi A membayarkan Rp50.000 pada semester satu dan semester dua (akhir tahun), sedangkan obligasi B membayarkan semua bunga sebesar Rp100.000 pada akhir tahun. Perbedaan tersebut mempunyai implikasi lanjutan, yaitu naik turunnya nilai obligasi bisa berbeda jika tingkat bung a berubah. Metode durasi memperbaiki metode jangka waktu karena metode durasi memperhitungkan timing dari setiap aliran kas. Durasi bisa didefinisikan sebagai rata-rata tertimbang jangka waktu aliran kas, dengan pembobot proporsi present value dari setiap aliran kas tersebut. Kembali ke contoh obligasi A dan B, misal tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 10% (sama dengan kupon bunga), durasi untuk kedua obligasi bisa dihitung sebagai berikut ini.



3.69



• EKMA4262/MODUL 3



Waktu (1)



Obligasi A (2)



PVIF (5°/o) (3)



PVKas (4) : (2) X (3)



1/2 1



50.000 1.050.000



0,952381 0,907029



47.619 952.381 1.000.000



c atatan: 5%o ada1ah 10%/2 ' karena b unga 0



Rata-Rata tertimbang Jangka waktu



5 0,0238 0,9524 0,9762



1 ayark an se 1a p semest er



Waktu (1)



Obligasi B (2)



PVIF (1 0°/o) (3)



PVKas (4) : (2) X (3)



1



1.100.000



0,909091



1.000.000 1.000.000



Rata-Rata tertimbang Jangka waktu 5 1 1



Durasi untuk obligasi A bisa dihitung sebagai berikut ini (lihat kolom 5): {[(47.619)/(1.000.000)] x(1/2)} + {[(952.381)/(1.000.000)] x (1)} = 0,9762 tahun Untuk obligasi B, durasi bisa dihitung sebagai berikut ini (lihat kolom 5) {[ (1.000.000)/(1.000.000) ] x 1} = 1 tahun Meskipun kedua obligasi tersebut mempunyai jangka waktu yang sama, yaitu satu tahun, tetapi durasi obligasi A lebih pendek dibandingkan dengan obligasi B. Hal itu disebabkan karena sebagian aliran kas dari obligasi A diterima lebih awal, yaitu pada semester pertama (periode 1/2) sebesar Rp50.000. Misalkan kita mempunyai dua obligasi yaitu X dan Y dengan informasi seperti dalam tabel berikut ini. Obligasi



Perine ian X Nilai nominal Rp1 juta, jangka waktu lima tahun, kupon bun~a=10°/o, dibavarkan setiap tahun. y Nilai nominal Rp1 juta, jangka waktu lima tahun, kupon bun~a=10°/o, dibavarkan setiap semester. Tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 9°/o



Durasi untuk kedua obligasi tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini.



3.70



Manajemen Risiko •



Perhitungan Durasi Obligasi X Tahun (1)



Ali ran Kas (2)



PVIF (9°/o) (3)



1 2 3 4 5



100000 100000 100000 100000 1100000



0,917431 0,84168 0,772183 0,708425 0,649931



Present Value Aliran Kas (4) : (2) X (3)



Proporsi PV Aliran Kas (5)



91743,12 0,088308 84168 0,081017 77218,35 0,074327 70842,52 0,06819 714924,5 0,688158 1038897 1 Proporsi ali ran kas untuk baris 1: (91. 743/1.038.897)



Rata-Rata tertimbang Jangka Waktu (6) : (5) X (1)



0,088308 0,162033 0,222982 0,272761 3,440788 4,186872



Perhitungan Durasi Obligasi Y Tahun (1)



Aliran Kas (2)



PVIF (9°/o) (3)



0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5



50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 1050000



0,978232 0,956938 0,936107 0,91573 0,895796 0,876297 0,857221 0,838561 0,820308 0,802451



Present Value Aliran Kas (4) : (2) X (3)



Proporsi PV Aliran Kas (5)



48911,6 47846,89 46805,36 45786,5 44789,82 43814,83 42861,07 41928,07 41015,38 842573,6 1246333



0,039244 0,03839 0,037554 0,036737 0,035937 0,035155 0,03439 0,033641 0,032909 0,676042 1



Rata-Rata tertimbang Jangka Waktu (6) : (5) X (1) 0,019622 0,03839 0,056332 0,073474 0,089843 0,105465 0,120364 0,134565 0,14809 3,38021 4,166355



Durasi X = 4,186 tahun, sedangkan durasi Y = 4,166 tahun. Terlihat meskipun jangka waktu keduanya lima tahun, tetapi durasi untuk keduanya lebih kecil dari lima tahun, karena ada aliran kas yang dibayarkan sebelum tahun kelima. Durasi Y lebih kecil dibandingkan durasi X karena aliran kas Y lebih awal dibayarkan (karena dibayarkan setiap semester) dibandingkan obligasi X.



3.71



• EKMA4262/MODUL 3



Durasi untuk obligasi tanpa kupon (zero coupon bond atau zeroes) sama dengan jangka waktu obligasi tersebut. Misalkan ada obligasi tanpa kupon bunga dengan nilai nominal Rp1juta, jangka waktu 2 tahun. Misalkan tingkat bunga yang berlaku adalah 9%, perhitungan durasi untuk obligasi tersebut akan terlihat seperti berikut ini. Tahun (1)



Aliran Kas (2)



PVIF (9°/o) (3)



Present Value Ali ran Kas



(4)=(2)x(3) 1



0



2



1.000.000



0,917431 0,84168



0 841,680 841,680



Proporsi PV Aliran Kas (5)



Rata-Rata tertimbang Jangka Waktu



(6)=(5)x(1)



0 1 1



Obligasi zeroes dengan jangka waktu dua tahun mempunyai durasi 2 tahun. Obligasi consol adalah obligasi yang tidak mempunyai jatuh tempo. Obligasi tersebut berjanji membayarkan bunga selamanya. Jangka waktu obligasi (maturity) tersebut adalah tidak terbatas (-). Tetapi durasi untuk obligasi consol bisa dihitung, yaitu De= 1 + (11R) Misalkan ada obligasi consol dengan kupon bunga 10% per tahun. Durasi obligasi tersebut adalah De= 1 + (110,1) = 11 tahun Hubungan antara durasi dengan perubahan harga bisa dirumuskan sebagai berikut ini (pembuktian bisa dilihat di lampiran bah ini). dP/P = - D [ dR I (1 + R) ] Term Dl(1 +R) bisa diringkaskan dan ditulis menjadi MD (Modified Duration), sehingga formula di atas bisa dituliskan menjadi: dPIP= -MD. dR di mana MD= (D I (1+R)). Misalkan ada obligasi dengan nilai nominal Rp1 juta, kupon bunga 10%, jangka waktu lima tahun. Tingkat bunga yang berlaku sama dengan kupon bunga yaitu 10%. Misalkan tingkat bunga naik menjadi 10,1% (naik 0,1% atau naik 10 basis points atau 10 bps), berapa perubahan harga obligasi tersebut? Durasi obligasi tersebut adalah 4,1699



0 2 2



3.72



Manajemen Risiko •



tahun. Dengan menggunakan formula durasi, perubahan harga bisa dihitung sebagai berikut ini. dP/P = - D [ dR I (1 + R) ] dP/P =- 4,1699 (0,001/(1 +0,1)) = -0,003791 atau -0,3791% Harga obligasi tersebut akan turun nilainya sebesar 0,3791%, atau akan turun dari Rp1juta menjadi Rp996.209 (penurunan sekitar Rp3.791). Jika kita menghitung penurunan nilai secara langsung, maka akan diperoleh angka seperti berikut ini. . . Harga 0 b ligas1 =



100.000 (1+0,101)



+ ..... + 1



1.100.000 (1+0,101)



5



6



= Rp99 .219



Dengan menggunakan metode durasi, penurunan yang diprediksi adalah Rp996.209. Sedangkan penurunan yang sesungguhnya adalah Rp996.219. Metode durasi dalam hal ini cukup akurat memprediksi penurunan harga obligasi, me skipun ada selisih. Bagian berikutnya (masalah konveksitas) akan membicarakan penyebab selisih antara yang diprediksi dengan kenyataannya. Semakin besar durasi, maka semakin besar potensi perubahan nilai pasar akibat perubahan tingkat bunga. Dengan kata lain, semakin besar durasi, akan semakin besar risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi oleh suatu perusahaan/bank.



B. IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN KURS



1.



Kurs dan Perubahan Kurs



Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Sebagai contoh, kurs Rp/$ bisa dituliskan sebagai berikut ini: Rp 10.000/$. Kurs tersebut mempunyai arti bahwa satu dolar Amerika Serikat nilainya sama dengan 10,000 Rupiah. Nilai absolute dari kurs tersebut barangkali tidak begitu penting. Dengan kata lain, dalam kurs di atas, tidak berarti bahwa Rupiah merupakan mata uang yang lebih jelek karena lebih murah dibandingkan dengan dolar AS. Perubahan kurs barangkali yang lebih penting diperhatikan. Jika Rupiah mempunyai kecenderungan melemah terhadap dolar AS, maka kecenderungan tersebut bisa mengindikasikan sesuatu. Mata uang suatu Negara merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu Negara. Jika perekonomian suatu Negara membaik, maka mata uang Negara tersebut cenderung menguat terhadap mata uang Negara lainnya. Karena itu,



3.73



• EKMA4262/MODUL 3



jika mata uang suatu Negara melemah terhadap mata uang Negara lain, maka ada kemungkinan bahwa kondisi Negara tersebut melemah dibandingkan dengan sebelumnya. Jika suatu Negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain, maka perubahan kurs tidak lagi terj adi melalui mekanisme pasar. Perubahan kurs dilakukan oleh pemerintah secara resmi. Istilah menguat atau melemahnya mata uang dengan sistem kurs yang tetap dan bebas bisa dilihat pada tabel berikut ini.



Sistem Kurs Bebas Sistem Kurs Tetap



Mata uang menguat Apresiasi Revaluasi



Mata uang melemah Depresiasi Devaluasi



Indonesia pernah mengalami dua sistem kurs yang berbeda. Sebelum krisis pada tahun 1997, Indonesia menggunakan sis tern kurs tetap. Perubahan kurs dilakukan secara resmi oleh pemerintah. Biasanya pemerintah mendevaluasikan Rupiah terhadap $. Sebagai contoh, kurs sebelumnya misalkan Rp2.500/$. Kemudian pemerintah mendevaluasikan Rupiah terhadap dolar menjadi, misal, Rp3.000/$. Perhatikan nilai Rupiah menjadi turun (lebih murah) terhadap dolar. Pemerintah mengumumkan secara resmi keputusan tersebut. Pada periode sesudah pertengahan tahun 1997, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengambangkan kurs Rupiah. Dalam situasi tersebut, nilai Rupiah bergerak naik atau turun tergantung mekanisme pasar. Sebagai contoh, jika perusahaan membutuhkan dolar untuk melunasi utang dalam $, permintaan terhadap dolar akan meningkat, yang menyebabkan naiknya nilai $ terhadap Rupiah (atau turunnya Rp terhadap $). Pada waktu terjadi born, Rupiah jatuh nilainya terhadap dolar. Dalam kedua contoh tersebut, Rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS. Dalam situasi sebaliknya, Rupiah bisa menguat terhadap $ (apresiasi), misal dari RplO.OOO/$ menjadi Rp9.000/$. Perubahan tersebut ditentukan oleh mekanisme pasar, bukannya oleh pemerintah. Bank Sentral bisa saja melakukan intervensi jika mereka menginginkan kurs yang tertentu. Tetapi intervensi tersebut biasanya dilakukan melakukan mekanisme pasar. Tabel berikut ini menyajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (perubahan kurs).



3.74



Manajemen Risiko •



Tabel3.14. Apresiasi dan Depresiasi Rupiah terhadap



Kurs Awal Tahun Kurs Akhir Tahun Berapa persen pelemahan /penguatan $ terhadap Rp Berapa persen pelemahan/ )en uatan Rp terhada p $



S



Rupiah Melemah Terhadap



Rupiah Menguat Terhadap



$



$



RJ1 0.000/$ RJ12.000/$ (12.000- 10.000)/(1 0.000) X 100°/o =20°/o (1 0.000 - 12.000)/12.000 X 100°/o =-16,67°/o



RJ10.000/$ RJ8.000/$ (8.000 - 10.000)/( 10.000) X 100°/o =-20°/o (10.000- 8.000)/8.000 X 100°/o =25°/o



Kolom (2) pada tabel di atas menyajikan situasi di mana Rupiah melemah dari RplO.OOO/$ pada awal tahun menjadi Rp12.000/$ pada akhir tahun. Dalam situasi tersebut, $ mengalami apresiasi terhadap Rp sebesar 20%. Jika kita menggunakan sudut pandang Rp, maka kita mengatakan bahwa Rupiah melemah terhadap dolar sebesar 16,67%. Tanda positif menunjukkan penguatan, sementara tanda negatif menunjukkan pelemahan. Perhatikan bahwa penguatan $ terhadap Rp tidak harus sama angkanya dengan pelemahan Rp terhadap $. Kolom (3) menyajikan contoh perhitungan situasi di mana Rupiah menguat terhadap $.



2.



Eksposur Terhadap Perubahan Kurs Jika kurs berubah-ubah seperti yang dijelaskan di muka, bagaimana pengaruhnya terhadap organisasi. Eksposur apa yang dihadapi oleh organisasi? Literatur keuangan internasional membagi tiga jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan kurs, yaitu a. Eksposur transaksi. b. Eksposur akuntansi. c. Eksposur operasi. Ketiga jenis ekspsour tersebut, dalam kaitannya dengan timing perubahan kurs, bisa dilihat berikut ini.



3.75



• EKMA4262/MODUL 3



Ek~po.s ur



akuhtans,i



.--___,A.... : -----.. ( \ .' 4



Peru~arran







kur.s' terjadi •







:Eks:~osu r transal{sJ



Kontrak ditanaatangani Gambar 3. 13. Eksposur Terhadap Perubahan Kurs



3.



Eksposur Transaksi Eksposur transaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak tertentu, yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs. Sebagai contoh, misalkan importir Indonesia membeli barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta. Pembayaran dilakukan tiga bulan mendatang. Kewajiban melunasi utang dagang tersebut senilai $1 juta rentan terhadap perubahan kurs di masa mendatang. Jika kurs Rp/$ tiga bulan mendatang, pada saat utangnya jatuh tempo, melemah, maka ia akan mengalami kerugian karena harus menyediakan Rupiah yang lebih banyak. Sebagai contoh, jika kurs Rp/$ jatuh menjadi Rp20.000/$, padahal saat ini kurs Rp/$ adalah Rp10.000/$, maka ia harus menyediakan Rupiah dua kali lebih banyak. Tetapi jika kurs Rp tiga bulan mendatang menguat terhadap $, importir tersebut akan memperoleh keuntungan. Sebagai contoh, misal tiga bulan mendatang kurs Rp/$ menjadi Rp5.000/$, maka ia akan menyediakan Rupiah lebih sedikit (separuh dari Rupiah yang disediakan saat ini). Gambar 3.14 berikut ini menunjukkan situasi yang dihadapi oleh importir tersebut.



3.76



Manajemen Risiko •



~ Posisi ·Spot imponer-yattu snoti_$1



_(~embwtuhkan ~~,



- - - - - -·Rpf$



Gambar 3.14. Posisi Spot lmportir: Short



S



Gambar tersebut menunjukkan bahwa jika Rupiah melemah (bergerak ke kanan), maka importir tersebut mengalami kerugian. Semakin besar pelemahan rupiah, semakin besar kerugian importir tersebut. Tetapi jika rupiah menguat, importir tersebut memperoleh keuntungan, karena menyediakan rupiah yang lebih sedikit. Semakin besar penguatan rupiah (kurs bergerak ke kiri), semakin besar keuntungan importir tersebut. Misalkan seorang eksportir Indonesia menjual barang ke Amerika Serikat, dan akan menerima $1 juta tiga bulan mendatang. Posisi spot yang dihadapi oleh eksportir tersebut akan terlihat seperti berikut ini.



'Pesisi ~p:ot ek~portir ~aft~ Ion§'$ 1 (



(OernllunyaF ~)



3.77



• EKMA4262/MODUL 3



Gambar 3.15. Posisi Spot Eksportir: Long



S



Gambar tersebut menunjukkan contoh yang berkebalikan dengan sebelumnya. Jika Rupiah melemah, maka eksportir tersebut akan memperoleh keuntungan, karena dia akan memperoleh Rupiah yang lebih banyak. Sebaliknya, jika rupiah menguat (kurs bergerak ke arab kiri), eksportir tersebut akan mengalami kerugian, karena ia akan menerima Rupiah yang lebih sedikit. Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa eksportir dan importir, karena memasuki kontrak atau transaksi perdagangan, akhirnya menghadapi risiko perubahan kurs.



4.



Eksposur Akuntansi



Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu, kemudian dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain, rentan (terekspos) terhadap perubahan kurs. Perubahan kurs bisa menyebabkan proses konversi semacam itu menghasilkan keuntungan atau kerugian. Sebagai ilustrasi, misalkan suatu perusahaan multinasional Amerika Serikat, memiliki anak perusahaan di Indonesia. Misalkan neraca anak perusahaan tersebut pada awal tahun terlihat berikut ini (lihat kolom 2). Tabel 3.15. Eksposur Akuntansi



Dalam Rp



Kas Piutang Dagang Persediaan Aktiva Tetap Total Aset Utang Dagang Utang Jangka Panjang Modal Saham Total Pas iva



1.000.000 2.000.000 2.000.000 5.000.000 10.000.000 2.000.000 2.000.000 6.000.000 10.000.000



Awal tahun ($) Kurs= Rp5.000/$ 200 400 400 1.000 2.000 400 400 1.200 2.000



Akhir tahun ($) Kurs= Rp1 0.000/$ 100 200 200 500 1.000 200 200 600 1000



Total aset adalah Rp 10 juta. Karena neraca tersebut dalam Rupiah, sedangkan perusahaan multinasional tersebut merupakan perusahaan Amerika Serikat, maka neraca tersebut perlu dikonversi ke $. Misalkan kurs



3.78



Manajemen Risiko •



awal tahun adalah Rp5.000/$, kolom (3) tabel di atas menyajikan basil dari proses konversi tersebut. Terlihat bahwa total aset perusahaan adalah $2.000, modal saham adalah $1.200. Misalkan satu tahun kemudian perusahaan tidak melakukan aktivitas apa-apa, sehingga nilai ekonomis perusahaan tersebut sama antara awal tahun dengan akhir tahun. Satu-satunya perbedaan adalah kurs berubah, yaitu Rupiah melemah dari Rp5.000/$ menjadi Rp10.000/$. Bagaimana efek perubahan kurs tersebut terhadap neraca anak perusahaan dalam dolar? Kolom (4) menyajikan basil konversi dengan menggunakan kurs yang baru yaitu Rp10.000/$. Terlihat total aset turun menjadi $1.000, modal saham turun nilainya menjadi $600. Penurunan modal saham tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian, yang menyebabkan modal sahamnya berkurang nilainya. Perhatikan bahwa kerugian tersebut bukan dikarenakan perubahan nilai ekonomis perusahaan, tetapi semata-mata karena perubahan kurs. Nilai ekonomis perusahaan sama antara awal tahun dengan akhir tahun. llustrasi di atas menunjukkan bahwa perusahaan tersebut menghadapi risiko perubahan kurs dalam proses konversi laporan keuangannya dari Rupiah ke $.



5.



Eksposur Operasi



Eksposur operasi adalah operasi perusahaan yang rentan (terekspos) terhadap perubahan kurs. Sebagai ilustrasi, misalkan produsen mobil J epang Toyota menjual mobilnya ke Amerika Serikat. Jika yen menguat terhadap dolar AS, maka harga mobil Toyota di Amerika Serikat akan menjadi lebih mahal dibandingkan dengan sebelumnya. Akibatnya daya saing mobil Toyota di Amerika Serikat menjadi turun. Tabel berikut ini menjelaskan kenapa demikian. Harga Toyota (dalam yen) Yen 1.000



Harga Toyota ($) Kurs adalah Y100/$ $ 10



Harga Toyota (S) Kurs adalah YSO/$ $20



Misalkan harga mobil tersebut adalah 1.000 yen. Jika kurs yen/dolar adalah Yen100/$, maka mobil tersebut akan mempunyai harga yaitu $10 (1.000/10) di Amerika Serikat. Misalkan yen menguat terhadap dolar AS, menjadi Y50/$. Dengan kurs baru, harga mobil di Amerika Serikat menjadi $20. Terlihat harga mobil Toyota menjadi lebih mahal dibandingkan



• EKMA4262/MODUL 3



3.79



sebelumnya. Kenaikan harga tersebut bukan karena kenaikan harga mobil dalam yen (harga mobil dalam yen tetap), tetapi karena perubahan kurs saja. Karena harga mobil Toyota di Amerika Serikat semakin mahal, akibat selanjutnya adalah penjualan Toyota di AS berkurang, yang mengakibatkan kas masuk Toyota dari penjualan di Amerika Serikat berkurang. Di sisi lain, Toyota harus membayar input, tenaga kerja di Jepang. Jika pemasukan terganggu, maka operasi Toyota bisa terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit, padahal pengeluaran tetap sama. Toyota dalam contoh di atas dikatakan mempunyai eksposur operasi, karena operasi Toyota rentan terhadap perubahan kurs.



6.



Eksposur Ekonomi Eksposur operasi digabung dengan eksposur transaksi menjadi eksposur ekonomi. Eksposur Ekonomi = Eksposur operasi + Eksposur transaksi



Eksposur ekonomi adalah nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Sebagai ilustrasi, kembali ke contoh Toyota, karena penjualan Toyota berkurang, akibatnya adalah menurunnya aliran kas untuk Toyota. Karena aliran kas berkurang, nilai atau harga saham Toyota bisa turun. Dengan demikian harga saham Toyota terekspos (rentan) terhadap perubahan kurs.



C. IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RISIKO TEKNOLOGI Teknologi di satu sisi mempunyai manfaat, di sisi lain memunculkan risiko baru. Perusahaan yang menggunakan teknologi yang tepat bisa mendorong bisnis perusahaan (meningkatkan penjualan dan menurunkan biaya). Tetapi penggunaan teknologi yang tidak tepat bisa merugikan perusahaan dengan signifikan. Dalam kasus yang lebih ekstrim, teknologi baru bisa menghancurkan perusahaan yang tidak menguasai teknologi baru tersebut. Sayangnya risiko yang berkaitan dengan teknologi relatif lebih sulit dipahami karakteristiknya, lebih sulit dikuantifisir, dan lebih sulit diantisipasi, meskipun risiko teknologi tersebut merupakan sesuatu yang riil. Secara umum, teknologi yang tepat bisa menurunkan biaya operasional perusahaan, seperti terlihat dalam hagan berikut ini.



3.80



Manajemen Risiko •







Gambar 3.16. Kurva Biaya Rata-rata Perusahaan dengan Teknologi



Perusahaan yang menggunakan teknologi yang lebih ekstensif digambarkan mempunyai kurva biaya rata-rata AC2, sementara perusahaan dengan teknologi yang lebih sederhana digambarkan mempunyai kurva biaya rata-rata AC2. Dari kurva tersebut terlihat bahwa perusahaan dengan teknologi tinggi beroperasi lebih efisien. Semakin besar output yang dihasilkan, semakin efisien operasi perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan dengan teknologi yang lebih rendah. Karena itu teknologi bisa menjadi alat persaingan bisnis. Perusahaan dengan teknologi yang lebih baik akan mempunyai posisi persaingan yang lebih baik juga. Di samping bisa mengefisienkan operasi perusahaan, penggunaan teknologi yang tepat bisa meningkatkan penjualan. Sebagai contoh, bank yang mempunyai ATM yang lebih baik, jaringan yang lebih tersebar, mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan lebih banyak nasabah dibandingkan dengan bank yang tidak mempunyai ATM ataujaringan ATMnya tidak banyak. Perusahaan dengan teknologi yang lebih baik bisa meluncurkan produk baru, inovasi baru, lebih baik lagi. Di samping manfaat teknologi seperti yang dibicarakan, penggunaan teknologi bisa memunculkan risiko-risiko yang berkaitan dengan teknologi tersebut. Berikut ini beberapa ilustrasi risiko yang muncul karena teknologi. a. Ketergantungan pada teknologi bisa mengakibatkan timbulnya risiko baru. Pada teknologi manual (dikerjakan oleh manusia), risiko yang



• EKMA4262/MODUL 3



b.



c.



3.81



sering dihadapi adalah kesalahan manusia (human error) seperti kesalahan mencatat karena kecapaian. Frekuensi kesalahan semacam itu relatif sering. Dengan komputer, risiko semacam itu bisa dihilangkan karena komputer tidak pemah kecapaian. Tetapi risiko baru muncul, yaitu risiko terkena serangan virus, kerusakan komputer, yang bisa mengakibatkan kerugian yang lebih besar, meskipun frekuensi kerugian semacam itu tidak banyak. IBM pada tahun 1970-an merupakan perusahaan yang terkemuka dengan produk andalannya yaitu komputer mainframe. Pangsa pasar komputer mainframe mencapai lebih dari 90%. Pada tahun 1980-an, komputer PC mulai populer. IBM termasuk salah satu perusahaan yang memopulerkan PC. Tetapi PC tersebut tidak pernah dianggap sebagai produk serius. Ketika PC semakin baik, semakin andal, banyak perusahaan yang beralih dari mainframe ke PC, karena biayanya yang lebih murah. IBM terlambat mengantisipasi sehingga penjualan mainframe jatuh. IBM berada dalam krisis besar. Untungnya Direktur baru berhasil melakukan perubahan sehingga IBM bisa bertahan sampai sekarang. Misalkan suatu perusahaan melakukan investasi pada pabrik semen. Pembangunan pabrik tersebut memakan waktu lama, misal tiga tahun. Pada waktu pabrik selesai dibangun, ternyata muncul teknologi baru yang lebih efisien. Akibatnya pabrik yang sudah terlanjur dibangun tersebut tidak akan seefisien jika pabrik menggunakan teknologi baru tersebut. Akibat selanjutnya, produk semen yang dihasilkan akan lebih mahal dibandingkan dengan produk semen pesaing yang menggunakan teknologi baru. Kegagalan mengantisipasi teknologi baru bisa mempunyai dampak negatif seperti ilustrasi tersebut.



Risiko teknologi lebih sulit dikuantifisir, meskipun risiko tersebut benarbenar riil. Bagaimanapun manajer risiko harus sadar bahwa risiko teknologi ada, sehingga bisa melakukan antisipasi lebih baik.



D. IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas terjadi jika perusahaan mengalami kesulitan membayar kewajiban jangka pendek. Jika risiko likuiditas tidak ditangani dengan baik, risiko tersebut bisa meningkat menjadi risiko solvabilitas atau solvency risk, yang bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Sebagai contoh,



3.82



Manajemen Risiko •



misalkan perusahaan tidak bisa melunasi utang dagangnya. Perusahaan mengalami krisis likuiditas sehingga ketika utang dagang jatuh tempo, perusahaan tidak bisa melunasi. Kreditor meminta untuk merubah utang dagang menjadi utang wesel. Sekarang utang wesel mempunyai kekuatan hukum, karena perusahaan secara tertulis berjanji untuk melunasi utang wesel pada tanggal tertentu di masa mendatang. Jika perusahaan gagal melunasi utang wesel, bukannya tidak mungkin kreditor tersebut meminta pengadilan untuk membangkrutkan perusahaan. Dalam kasus ini perusahaan menghadapi risiko solvency. Perusahaan biasa bisa menggunakan rasio likuiditas seperti rasio lancar dan acid ratio untuk mengukur risiko likuditas tersebut, seperti berikut ini. Rasio lancar = (Aktiva Lancar/Utang Lancar) Acid ratio = (Aktiva Lancar- Persediaan )/Utang Lancar Di samping rasio keuangan, perusahaan juga bisa menggunakan anggaran kas atau peramalan kas untuk melihat potensi risiko likuiditas. Dibandingkan sektor usaha lain, bank biasanya menghadapi risiko likuiditas yang lebih besar. Risiko likuiditas bank bersumber dari sisi aset dan sisi pasi va. a. Sisi Aset: Jika bank memberikan jaminan atau komitmen untuk memberikan utang sejumlah tertentu di masa mendatang (misal tiga bulan). Misalkan tiga bulan mendatang calon debitur datang ke bank untuk memanfaatkan janji bank tersebut, maka bank harus bisa menyediakan sejumlah uang yang telah dijanjikan. Jika bank gagal memberikan sejumlah uang tersebut, maka bank menghadapi risiko likuditas. b. Sisi Pasiva: Sumber dana bank sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga dalam bentuk tabungan dan deposito. Tabungan praktis bisa ditarik setiap saat. Deposito mempunyai jangka waktu yang biasanya cukup pendek (1 bulan sampai satu tahun). Jika penarikan dana oleh masyarakat terj adi lebih besar dari yang diperkirakan, maka bank tersebut bisa menghadapi krisis likuiditas. Jika krisis tersebut tidak ditangani, perusahaan bisa terancam kelangsungannya. Misalkan masyarakat menjadi panik karena tidak bisa mengambil tabungannya, atau muncul rumor tertentu yang tidak baik, masyarakat bisa mengalami krisis kepercayaan terhadap bank tersebut. Sebagai akibatnya, masyarakat akan menarik dananya secara bersamaan dari bank tersebut.



3.83



• EKMA4262/MODUL 3



Bank bisa jatuh karena sumber dana menghilang, ditarik masyarakat secara bersamaan.



E. IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RISIKO POLITIK (SOVEREIGN RISK) Jika perusahaan merupakan perusahaan multinasional yang beroperasi di banyak Negara, maka perusahaan tersebut akan menghadapi risiko politik. Risiko politik bisa didefinisikan sebagai kejadian di Negara tujuan investasi (host) yang bisa mengganggu aliran kas perusahaan multinasional. Risiko politik merupakan garis kontinu dari yang paling ringan sampai ke yang paling berat. ~atinQ tingan



Paliog• bera1 =











k~rusuKan sosial · . -



.



Gambar 3.17. Risiko Politik



Perubahan peraturan barangkali termasuk ringan. Kerusuhan sosial cenderung lebih serius, apalagi jika disertai dengan gangguan fisik (misal pabrik dibakar) atau gangguan lain yang lebih serius (misal karyawan mogok kerja). Kejadian yang paling berat adalah jika pabrik diambil alih oleh Negara lokal (di ekspropriasi). Jika pabrik diambil alih oleh Negara lokal, biasanya perusahaan tidak bisa berbuat apa-apa. Salah satu indikator untuk melihat risiko politik di suatu Negara adalah risiko Negara (country risk). Beberapa lembaga menerbitkan risiko Negaranegara di dunia, mulai dari Negara dengan risiko rendah, tinggi, sampai terlarang. Perusahaan multinasional akan memperhatikan risiko Negara jika mereka memutuskan untuk melakukan investasi di Negara tersebut.



------



Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerj akanlah latihan berikut!



3.84



1)



2) 3)



Manajemen Risiko •



Suatu perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut ini. Aktiva Pas iva Obligasi bunga tetap 10% Oblgiasi bunga mengambang LIBOR+2% Jelaskan risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Bagaimana mengukur risiko teknologi? Jelaskan. Jelaskan eksposur yang muncul karena risiko perubahan kurs.



Petunjuk Jawaban Latihan 1)



2)



3)



Perusahaan tersebut menghadapi risiko ketidaksesuaian tingkat bung a, karena di sisi aset m.e mpunyai penghasilan tetap, sementara dia membayar kewajiban dengan tingkat bunga mengambang. Jika tingkat bunga naik, perusahaan tersebut akan merugi. Jika tingkat bunga turun, perusahaan tersebut akan untung. Dengan kata lain perusahaan tersebut menghadapi risiko perubahan tingkat bunga. Mengukur risiko teknologi sangat sulit dilakukan, karena biasanya inovasi teknologi sulit diprediksi. Pengukuran risiko teknologi bisa dilakukan misalkan menggunakan analisis skenario. Dengan analisis skenario, kita membuat skenario yang muncul jika ada beberapa alternatif teknologi yang muncul, dan memperkirakan probabilitasnya Uika memungkinkan) dan memperkirakan dampaknya terhadap perusahaan. Eksposur perubahan kurs memunculkan tiga jenis eksposur yaitu: (1) eksposur transaksi, (2) eksposur akuntansi, dan (3) eksposur operasi. Eksposur transaksi adalah nilai uang akibat transaksi tertentu yang rentan terhadap perubahan kurs. Eksposur akuntansi muncul jika perusahaan MNC melakukan konsolidasi laporan keuangan, kemudian dari proses konsolidasi tersebut muncul untung/rugi karena proses konversi laporan keuangan dari cabang ke kantor pusat. Eksposur operasi adalah operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.



RANGKUMAN



• EKMA4262/MODUL 3



3.85



Kegiatan belajar ini membicarakan risiko perubahan kurs, risiko teknologi, risiko likuiditas, dan risiko politik. Tujuan bab ini adalah rnengingatkan pernbaca, rnasih banyak risiko spekulatif lainnya yang tidak tercakup dalarn buku ini. Risiko perubahan kurs terj adi karena kurs berubah-ubah. Kurs berubah karena dipengaruhi banyak faktor. Perubahan kurs tersebut memunculkan eksposur, yang biasanya dikategorikan sebagai eksposur transaksi, eksposur akuntansi, dan eksposur operasi. Eksposur transaksi ditambah dengan eksposur operasi menjadi eksposur ekonomi. Risiko teknologi terjadi dari penggunaan teknologi dan perubahan teknologi. Penggunaan teknologi di satu sisi menguntungkan perusahaan (menambah penjualan dan mengefisienkan operasi perusahaan), di sisi lain akan mendatangkan risiko, seperti penggunaan teknologi yang salah, serangan virus, perubahan teknologi yang tidak bisa diantisipasi. Risiko likuiditas dan risiko politik rnerupakan contoh risiko spekulatif lainnya yang dihadapi perusahaan.



I TES FORMATI F 4 Pilihlah satu j a waban yang paling tepat! 1)



Berikut ini tipe perusahaan yang paling rentan terhadap risiko perubahan tingkat bung a .... A. bank B. manufaktur C. jasa D. pertanian



2)



Risiko perubahan kurs akan berdampak paling besar perusahaan .... A. MNC B. domestik C. input dan penjualan terutama untuk pasar domestik D. manufaktur



3)



Obligasi dengan kupon bunga 20%, nominal Rpl.OOO, kupon dibayarkan setiap semester. Jangka waktu dua tahun. Bunga yang berlaku 24%. Durasi obligasi tersebut adalah .... A. 2 tahun B. 1,7 tahun C. 1,4 tahun D. 1,2 tahun



terhadap



3.86



4)



Manajemen Risiko •



Berikut ini karakteristik durasi .... A. Bisa melebih jangka waktu obligasi B. Maksimal sama dengan jangka waktu obligasi C. Selalu sama denganjangka waktu obligasi D. Tidak tergantung dari nilai kupon bunganya



Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 4. Jumlah Jawaban yang Benar



Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 4, terutama bagian yang belum dikuasai.



3.87



• EKMA4262/MODUL 3



Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1



Tes Formatif2



Tes Formatif 3



1) 2) 3)



B



1)



A



c



c A



2) 3)



D D



1) 2)



3)



B



Tes 1) 2) 3) 4)



Formatif 4 A A B B



A



3.88



Manajemen Risiko •



Daftar Pustaka Anderson, Sweeny, and Williams. (1999). Statistics for Business and Economics, South-Western Publishing, Cincinnati. Barton, Thomas, William G. Shenkir, Paul L. Walker. (2002). Making Enterprise Risk Management Pay Off New Jersey: Prentice Hall. Boodie, Zvi and Robert C. Merton. (2000). Finance. New Jersey: Prentice Hall. Doherty, Neil. (2000). Integrated Risk Management. New York: McGraw Hill. Hanafi, Mamduh. (2005). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hanafi, Mamduh. (2004). Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE. Harrington, Scott E., dan Gregory R. Niehaus. (2003). Risk Management and Insurance. Boston: McGraw Hill. Lam, James. (2004). Enterprise Risk Management. Wiley. Marshall, John F., dan Vipul K. Bansal. (1992). Financial Engineering, A Complete Guide to Financial Innovation. New York: Institute of Finance. Pande, Pete and Larry Holpp. (2002). What is Six Sigma. New York. Risk Group (ed.). (2001). Advances in Operational Risk. London: Risk Water Group Ltd. Saunders and Cornett. (2003). Financial Institutions Management, A Risk Management Approach, McGraw Hill.



• EKMA4262/MODUL 3



3.89



SBC Warburg. (2004). The Practice of Risk Management, Euromoney Book. Stulz, Rene M. (2003). Risk Management and Derivatives. Thomson-South Western. Trieschmann, dan Gustavson. (1995). Risk Management and Insurance, South Western College Publishing. Williams, C. Arthur, Michael Smith, and Peter C. Young. (1998). Risk Management and Insurance, Boston: McGraw Hill. http ://www. wikip edia. corn.



Kern bali ke Daftar lsi



Modul 4



Manajemen Risiko, Diversifikasi, dan Asuransi Dr. Mamduh M. Hanafi, MBA.



PENDAHULUAN odul empat ini membicarakan alternatif pengelolaan risiko yang bisa dilakukan oleh suatu organisasi. Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Kegiatan belajar pertama membahas pengelolaan (manajemen) risiko secara umum. Kegiatan belajar kedua membahas salah satu alternatif pengelolaan risiko secara lebih spesifik, yaitu alternatif diversifikasi. Kegiatan belajar ketiga membicarakan altematif pengelolaan risiko yang lebih spesifik lainnya yaitu asuransi. Setelah mempelajari modul ini, Anda secara umum diharapkan bisa menjelaskan beberapa altematif pengelolaan risiko, diversifikasi, dan asuransi, dan dalam situasi apa pengelolaan risiko yang satu lebih baik dibandingkan yang lainnya. Secara spesifik, setelah mempelaj ari modul ini, Anda diharapkan bisa menjelaskan: 1. Beberapa alternatif pengelolaan risiko. 2. Pengendalian risiko. 3. Efek diversifikasi. 4. Skala ekonomi dan skope ekonomi. 5. Karakteristik asuransi. 6. Risiko yang bisa diasuransikan dan yang tidak. 7. Karakteristik bisnis asuransi. 8. Gambaran umum perusahaan asuransi.



4.2



Manajemen Risiko •



Kegiatan Belajar 1



Teknik Manajemen Risiko rganisasi mempunyai beberapa alternatif untuk mengelola risiko yang dihadapi. Beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk mengelola risiko yang dihadapi, yaitu: 1. Penghindaran Risiko (Risk Avoidance). 2. Pengendalian Risiko (Risk Control). 3. Penanggungan atau Penahanan Risiko (Risk Retention). 4. Pengalihan Risiko (Risk Transfer). Organisasi bisa memilih salah satu alternatif tersebut atau menggabungkan beberapa alternatif di atas. Jika memilih untuk menggunakan beberapa alternatif, maka organisasi harus menentukan kombinasi alternatif pengelolaan risiko yang optimal. Modul ini dimulai dengan pembicaraan alternatif pengelolaan risiko secara umum.



A. PENGHINDARAN RISIKO Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan tanpa ada pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Misalkan saja perusahaan mempunyai dua pilihan untuk gudangnya, satu di daerah rawan banjir, yang lainnya di daerah aman banjir. Jika segala sesuatunya sama (misal harga sewanya sama), perusahaan seharusnya memilih gudang yang di daerah aman banjir. Dalam kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari. Perusahaan secara sengaja melakukan aktivitas bisnis tertentu untuk memperoleh keuntungan. Dalam melakukan akti vitas bisnis tersebut, perusahaan menghadapi risiko yang berkaitan dengan aktivitas tersebut. Karena itu risiko semacam itu tidak bisa dihindari. Jika suatu organisasi sengaja menghadapi risiko tersebut, maka organisasi tersebut mempunyai beberapa alternatif pilihan untuk mengelola risiko tersebut. Bagian berikut ini membicarakan alternatif-alternatif tersebut.



• EKMA4262/MODUL 4



4.3



B. RISK RETENTION Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahaan menanggung sendiri risiko yang muncul (menahan risiko tersebut atau risk retention). Jika risiko benar-benar terjadi, perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung risiko tersebut. Sebagai contoh, misalkan kebakaran melanda pabrik perusahaan, maka perusahaan mau tidak mau harus menanggung biaya dari kebakaran tersebut, seperti perbaikan pabrik dan penjualan yang hilang. Dalam contoh tersebut, perusahaan secara sadar menahan risiko kebakaran tersebut dan siap menanggung akibatnya jika risiko tersebut terjadi.



1.



Penahanan yang Direncanakan dan yang tidak Direncanakan Penahanan risiko bisa terj adi secara terencana dan tidak terencana. Jika suatu perusahaan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian memutuskan untuk menahan sebagian atau seluruh risiko, maka perusahaan tersebut menahan risiko dengan terencana. Pada situasi lain, perusahaan tidak sadar akan adanya risiko yang dihadapinya. Perusahaan tidak melakukan apaapa. Dalam situasi tersebut perusahaan menahan risiko dengan tidak terencana. Sebagai contoh, suatu perusahaan membuat produk tertentu. Tapi perusahaan tersebut tidak menyadari bahwa produk tersebut bisa memunculkan risiko gugatan oleh konsumen terhadap perusahaan. Perusahaan secara tidak terencana menahan risiko gugatan tersebut. 2.



Pendanaan Risiko Yang Ditahan Risiko yang ditahan bisa didanai dan bisa juga tidak didanai. Jika perusahaan tidak menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan untuk mendanai risiko tertentu, jika risiko tersebut muncul, maka risiko tersebut tidak didanai. Dalam beberapa situasi, alternatif tersebut merupakan pilihan yang masuk akal. Sebagai contoh, supermarket tidak mendanai risiko pencurian oleh pembeli supermarket. Supermarket tersebut beranggapan bahwa pencurian oleh pembeli merupakan bagian dari bisnis supermarket sehingga tidak perlu dibuat pendanaan yang khusus. Pencurian tersebut bisa dimasukkan ke dalam biaya operasional. Tetapi jika kerugian yang timbul akibat risiko tersebut sangat besar, maka perusahaan bisa mengalami kesulitan jika harus membiayai kerugian tersebut.



4.4



Manajemen Risiko •



Dalam situasi tersebut, perusahaan bisa mendanai risiko tersebut. Pendanaan bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti menyisihkan dana cadangan, Self-insurance, dan captive insurers. a.



Dana cadangan Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari risiko tertentu. Dalam contoh di bagian awal, PT Kelana menyisihkan dana sebesar 1% dari pendapatan untuk membiayai kerugian akibat kecelakaan mobil taksinya. Yang perlu diperhatikan adalah persoalan akuntansinya, yaitu apakah memungkinkan atau tidak, jika memungkinkan bagaimana aturan dan nama rekening untuk dana cadangan kerugian semacam itu. Perusahaan bisa juga menyiapkan dana cadangan dalam bentuk memegang aset yang likuid (misal kas) yang disiapkan untuk membiayai kerugian jika risiko terjadi. Perusahaan juga bisa membangun akses ke pasar keuangan yang baik sehingga jika terjadi kerugian, perusahaan bisa memperoleh dana dari pasar keuangan, meskipun biasanya bank tidak memberikan pinjaman untuk kerugian akibat terjadinya risiko (misal akibat kebakaran). b.



Self-insurance dan cvaptive insurers Pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam asuransi untuk internal perusahaan sendiri (self-insurance). Meskipun ada keberatan karena istilah self-insurance di sini tidak mengindikasikan adanya transfer risiko ke pihak luar. Risiko masih berada di perusahaan. Dengan selfinsurance, perhitungan dilakukan lebih teliti untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus disisihkan, berapa besarnya tanggungan yang bisa diberikan. Kerugian yang terjadi lebih besar dari tanggungan maksimum, bisa dialihkan ke pihak luar (misal diasuransikan). Self-insurance bisa dilakukan jika (1) eksposur di perusahaan cukup besar, sehingga skala ekonomisnya bisa tercapai, (2) Risiko bisa diprediksi dengan baik. Captive insurers dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Risiko dalam perusahaan bisa diasuransikan ke captive insurers tersebut. Captive insurers tersebut juga bisa menjual asuransi ke pihak eksternal (perusahaan lain). Timbul pertanyaan apakah manfaat captive insurers semacam itu, karena risiko tidak ditransfer ke pihak luar? Risiko masih ditanggung sendiri oleh perusahaannya. Ada beberapa alasan kenapa captive insurers menjadi



• EKMA4262/MODUL 4



4.5



menarik, di antaranya: (1) di beberapa negara, perlakuan pajak sedemikian rupa sehingga menguntungkan untuk membuat captive insurers (pajak bisa dibayarkan lebih kecil), (2) kontrak asuransi menjadi lebih fleksibel karena praktis berurusan dengan pihak internal. Kadang-kadang manajer captive insurers sekaligus menjadi manajer risiko perusahaan. Dalam hal ini, asimetri informasi dan problem keagenan yang terjadi antara pihak internal dengan eksternal bisa dihilangkan. Sebagai contoh, karena manajer risiko sekaligus menjadi manajer captive insurers, maka premi yang dibayarkan tidak akan lebih mahal dibandingkan dengan kalau membeli asuransi dari pihak luar.



C. RISK TRANSFER Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain (mentransfer risiko ke pihak lain). Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa mendiversifikasikan risiko lebih baik, atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen risiko lebih baik. Risk transfer bisa dilakukan melalui beberapa cara: 1. Asuransi. 2. Hedging. 3. Incorporated (membentuk perseroan terbatas). 4. Teknik lainn ya.



1.



Asuransi



Asuransi merupakan metode transfer risiko yang paling umum, khususnya untuk risiko murni (pure risk). Asuransi adalah kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan perusahaan asuransi (insurer), di mana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi sebagai balasannya. Empat hal diperlukan dalam transaksi asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan (benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4) penggabungan (pool) sumber daya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk membayar tanggungan.



4.6



Manajemen Risiko •



Bisnis asuransi didasarkan pada prinsip mengumpulkan (pool) sumber daya, bukannya mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima oleh perusahaan asuransi, perusahaan bisa mengumpulkan sumber daya, sehingga bisa memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi kewajibannya. Penggabungan risiko untuk memperkecil probabilitas ketidakmampuan membayar kewajiban mensyaratkan hubungan yang rendah (atau negatit) sehingga risiko tersebut akan saling menghilangkan. Penggabungan risiko semacam itu merupakan prinsip diversifikasi, bukannya asuransi. Risiko yang bisa ditanggung oleh asuransi cukup beragam. Berikut ini beberapa contoh risiko-risiko tersebut: (1) Risiko kecelakaan kerja, (2) Risiko kematian, (3) Risiko tabungan tidak terbayar oleh bank (asuransi deposito), (4) Risiko kebakaran atau kerusakan properti.



2.



Hedging Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrumen keuangan. Sebagai contoh, perusahaan Indonesia mempunyai kewajiban untuk membayar cicilan hutang dalam dolar AS tiga bulan mendatang. Perusahaan tersebut menghadapi risiko turunnya nilai Rp terhadap dolar AS, atau naiknya nilai dolar AS terhadap Rp. Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan tersebut harus menyediakan Rupiah yang lebih banyak, dan bisa menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan (ingat kasus perusahaan Indonesia yang mempunyai hutang dalam $, kemudian bangkrut ketika Rupiah jatuh nilainya terhadap $ pada saat krisis ekonomi tahun 1997). Untuk menghindari risiko turunnya nilai Rp terhadap $, perusahaan tersebut bisa melakukan hedging dengan beberapa cara, misal membeli kontrakforward $ ataufutures $ dengan posisi long. Forward$ atau futures $ merupakan instrumen keuangan yang dinamakan instrument derivatif. Struktur pay-off dari instrument derivative beli $forward atau futures $ long adalah sedemikian rupa jika Rupiah melemah terhadap $ maka pemilik kontrak tersebut akan memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut bisa dipakai untuk mengompensasi kerugian dari posisi awalnya (kewajiban untuk menyediakan $ tiga bulan mendatang). Dengan demikian cara kerja hedging mirip dengan asuransi, yaitu jika kita rugi karena risiko tertentu, kita memperoleh kompensasi dari kontrak lainnya. Jika di asuransi, asuransi diberikan oleh perusahaan asuransi.



• EKMA4262/MODUL 4



4.7



Sedangkan untuk hedging dengan instrument derivative, kompensasi diberikan oleh pihak lain (counter party) yang menjual kontrak derivative tersebut.



3.



Incorporated Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan alternatif



transfer risiko, karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemegang saham dan pemegang hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan yang berbeda. Pemegang hutang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya dijual, basil penjualan aset tersebut akan diberikan ke pemegang hutang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya. Tetapi kewajiban pemegang saham tidak akan sampai pada harta pribadinya. Secara umum, mekanisme semacam itu yang terjadi, meskipun dalam situasi khusus, kewajiban pemegang saham bisa sampai ke kekayaan pribadinya.



4.



Teknik Lainnya



Selain teknik transfer risiko yang disebutkan di atas, ada banyak teknik transfer risiko lainnya. Berikut ini beberapa contoh bagaimana teknik transfer risiko bisa digunakan dalam situasi tertentu. Misal perusahaan penjual komputer notebook ingin menghindari risiko perubahan kurs. Biasanya komputer notebook diimpor atau banyak komponennya yang diimpor dari luar negeri. Jika harga ditetapkan dalam Rupiah, maka harga akan berfluktuasi mengikuti perubahan kurs. Jika Rp melemah terhadap $, maka harga notebook akan naik, dan sebaliknya. Fluktuasi harga tersebut membuat ketidakpastian menjadi tinggi. Penjual komputer notebook biasanya mentransfer risiko perubahan kurs ke pembeli dengan cara menetapkan harga notebook dalam dolar AS, bukannya Rupiah. Contoh lain, misalkan PT AAA memperoleh tender untuk membangun gedung tertentu. Kemudian dia mensubkontrakkan pengerjaan listrik ke PT BBB. PT AAA bisa menyiapkan kontrak yang mengatakan bahwajika terjadi kerusakan atau kecelakaan yang berasal dari listrik, maka PT BBB yang akan



4.8



Manajemen Risiko •



menanggung risiko tersebut. Dalam hal ini risiko ditransfer dari PT AAA ke PT BBB.



D. KEPUTUSAN MEMILIH ALTERNATIF MANAJEMEN RISIKO Secara umum jika risiko mempunyai frekuensi yang sering dengan severity (dampak) yang rendah, maka alternatif risiko ditahan merupakan alternatif yang paling optimal. Jika risiko mempunyai frekuensi yang kecil tetapi mempunyai severity yang besar, maka alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Jika frekuensi dan severity tinggi, maka perusahaan bisa berpikir untuk menghindari risiko tersebut. Tabel berikut ini meringkaskan alternatif risiko tersebut.



Frekuensi Probabilitas Rendah Tinggi Rendah Tinq~ i



Tabel 4.1. Alternatif Manajemen Risiko Severity Keseriusan Rendah Rendah Tinggi Tin( 1~ i



Teknik yan~ Dipilih Ditahan Ditahan Ditransfer Dihindari



Beberapa ilustrasi bisa diberikan di sini. Risiko kecelakaan mobil dari perspektif individu mempunyai ciri frekuensi rendah, dengan tingkat severity yang tinggi. Untuk risiko semacam itu, alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Karena itu akan lebih menguntungkan jika individu membeli asuransi kecelakaan mobil dibandingkan menahan risiko tersebut. Risiko kebakaran atau terkena serangan badai mempunyai ciri frekuensi rendah dengan severity yang tinggi. Untuk jenis risiko tersebut, alternatif transfer risiko merupakan alternatif yang optimal. Tentunya besar kecil severity dan frekuensi bersifat relatif, tergantung dari sudut pandang tertentu. Sebagai contoh, kerugian sebesar Rp 1 miliar bagi perusahaan kecil akan terlihat sangat besar, tetapi bagi perusahaan besar, angka tersebut merupakan angka yang kecil. Di samping itu, alternatifalternatif tersebut tidak saling menghilangkan. Perusahaan bisa menggunakan kombinasi alternatif risiko. Sebagai contoh, perusahaan mengasuransikan kerugian dari kebakaran di atas angka Rpl miliar. Di bawah angka tersebut, perusahaan bersedia menanggung (menahan) risiko tersebut. Perusahaan berarti menggunakan alternatif me nahan dan sekaligus mentransfer risiko.



• EKMA4262/MODUL 4



4.9



Di samping itu, penggunaan alternatif-alternatif tersebut perlu dilengkapi dengan pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan dengan alternatifalternatif risiko seperti terlihat berikut ini. Untuk alternatif menahan risiko, maka pengendalian risiko menjadi penting dilakukan. Pengendalian risiko yang baik bisa memperkecil risiko, sehingga alternatif menahan risiko menjadi lebih layak. Untuk alternatif mentransfer risiko, pengendalian risiko bisa menurunkan harga yang dibayar untuk mentransfer risiko tersebut. Sebagai contoh, perusahaan bisa mencoba mengendalikan risiko kebakaran bangunan dengan jalan memasang alarm kebakaran dan tabung pemadam kebakaran di bangunan tersebut. Jika hal tersebut dilakukan, premi untuk asuransi kebakaran bisa diturunkan. Bagian berikut ini membicarakan pengendalian risiko.



E. PENGENDALIAN RISIKO Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity, pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau keduanya. Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap karakteristik risiko diperlukan. Dalam upaya memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori dibicarakan dalam bagian ini yaitu teori domino dan teori rantai risiko.



1.



Teori domino (Heinrich, 1959) Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan lima tahap seperti digambarkan dalam kartu domino berikut ini. Jika satu kartu jatuh, maka akan mendorong kartu kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir jatuh (ingat permainan merubuhkan deretan kartu domino).



4.10



Manajemen Risiko •



1 ' - - - - ---{l•"











UipgkuD·g~n ·& - • ... . f~(~sa!ah~n.



Bawaan· (fa tilt)



-• :... T~nd~ikanyang - • ·• Ced~ra cerobcih·atau kecelakaan .



nsU