4 0 227 KB
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Halaman
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM ACARA 9.2 Ekologi dan Keanekaragaman Ekosistem Akuatik dan Ekosistem Terestrial
Disusun oleh: Nama
: Mochammad Rizky Adji Pratama
NIM
: 20/456467/BI/10474
Golongan/Lab
: Kamis Genap/ Gedbar 1
Asisten
: Nafiatul Umah
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2020
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Halaman
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
ACARA 9.2 Ekologi dan Keanekaragaman Ekosistem Akuatik dan Ekosistem Terestrial I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekologi merupakan salah satu ilmu yang memahami terkait interaksi yang terjadi di antara organisme dan lingkungan sekitarnya biasanya berlaku faktor eksternal pada peristiwa ini yang nanti dapat mempengaruhi faktor yang lain yaitu survival., pertumbuhan, reproduksi organisme, dan tentu saja perkembangan. Lingkungan yang terdapat pada alam mencakup lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Adapun lingkungan non biologis yang termasuk lingkungan fisik, bisa mencakup faktor suhu tanah, PH tanah, kecepatan angin, kelembaban udara, kandungan udara, kandungan oksigen yang larut dalam air, dan radiasi. Sedangkan jika lingkungan biologis itu adanya pengaruh dari organisme lain pada organisme yang menempati lingkungan tersebut. Keanekaragaman hayati bisa dilihat sebagai contoh dalam sebuah kasus bahwa jumlah mikologi pada daerah jawa berkembang pesat (Putra & Khafazallah, 2020). Ada banyak keanekaragaman hayati dalam ekologi tumbuhan. Keberadaan makhluk hidup yang beragam akan menentukan keanekaragaman hayati. Ada tiga tingkatan terminologi yang berfokus pada ukuran organisasi biologis ekologi, yang melibatkan genom, tumbuhan, habitat, dan proses ekologi
lainnya.
Keanekaragaman
ekosistem
adalah
keanekaragaman
ekosistem, komunitas biotik dan proses biologi di lautan dan daratan (Leksono 2011). Kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia adalah berbagai macam satwa, yang tersebar di seluruh pulau-pulau yang ada di Indonesia. Tidak kurang 10 persen makhluk hidup di dunia jenisnya ditemukan di Indonesia, Centre on Biological Biodiversity (CBD) mencatat bahwa 12% mamalia, dan
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman
16% reptil di dunia berada di indonesia. Kemudian terdapat 1.592 spesies burung dan setidaknya 270 spesies ampibhi hidup di Indonesia (Koesnandi H, 2009). Lingkungan alam sebagai unsur riel ikut membentuk hukum dan berpengaruh terhadap keberlakuan hukum. Keberadaaan Sumber Daya Alam (SDA) dapat dipahami secara sosial dalam hubungannya dengan manusia. Alam menyediakan banyak hal yang menjadi kebutuhan manusia, seperti air, udara, maupun lahan (daratan) yang semuanya dapat di dayagunakan sebagai ‘sumber daya’ dan pemanfaatannya mampu memberi pengaruh atau dampak bagi kehidupan manusia itu sendiri (Oktavianus R, dkk.,2010). Ekologi, dari tingkat molekuler hingga lingkungan, dapat dilihat dalam skala besar. Studi ekologi bagaimanapun, lebih ditekankan pada tingkat orang, masyarakat, lingkungan dan ekosistem. Populasi adalah kumpulan pada lokasi dan waktu yang sama dengan orang yang sederajat. Pada lokasi dan waktu yang sama, suatu kelompok adalah sekumpulan komunitas dari berbagai spesies. Sedangkan keterkaitan suatu populasi dengan dunia fisik sekitarnya, seperti adanya siklus hara, adalah suatu ekosistem. Pemisahan habitat menjadi terestrial (ekosistem darat dan laut. Habitat darat adalah komunitas-komunitas yang terletak di benua dan pulau-pulau, serta iklimnya, dianggap sebagai ekosistem laut jika suatu populasi dan habitatnya berada di suatu perairan. Secara khusus, ekologi mempelajari tanggapan individu dan komunitas terhadap lingkungannya, komposisi populasi (kelimpahan / jumlah individu per satuan luas atau volume (kelimpahan) dan pertumbuhan populasi), struktur masyarakat (keanekaragaman atau keanekaragaman, kekayaan / jumlah spesies) dan proses ekologi (siklus nutrisi, rantai makanan, aliran energi). Pada era saat ini dengan bertambahnya jumlah populasi manusia maka ekosistem alam penyedia berbagai jasa lingkungan dan produk tersebut di atas mengalami kerusakan karena berbagai faktor seperti ditunjukkan pada Tabel 1 (Schaltegger and Bestandig 2012).
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Halaman
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Pentingnya dilakukan percobaan kali ini adalah mengetahui faktor apa saja yang membuat suatu lingkup ekosistem di mana lingkup tersebutlah yang membentuk keanekaragaman hayati, baik lingkup dari ekosistem itu sendiri ataupun makhluk hidupnya. B. Tujuan Tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk mempelajari seberapa banyak populasi, komunitas, dan ekosistem, dan pada percobaan kali ini role atau sampel yang digunakan adalah berasal dari terestrial dan aquatik.
II.
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya
lainnya.
Ekologi
berasal
dari
kata
Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Kemudian pengertian ekologi yang berhubungan dengan bentang alam adanya Ekologi bentang lahan merupakan studi pola dan interaksi antara ekosistem dalam suatu wilayah dan cara interaksi tersebut mempengaruhi suatu proses ekologis terutama efek heterogenitas spasial (Clark, 2010). Pada trofik yang berada ekosistem perairan ekologi nya di dominasi oleh ikan dengan jenis di antara lain ada variasi spasial dan temporal (Zahid et al. 2011). Posisi manusia yang merupakan bagian dari alam juga dapat digambarkan sebagai ekologi (Weiskopf et al. 2020). Ekologi berkaitan erat dengan habitat. Hubungan keterkaitan organisme hidup dengan iklimnya, atau hubungan antara masyarakat dengan lingkungannya secara keseluruhan adalah ekosistem yang saling mempengaruhi secara komprehensif. Manusia,
populasi,
dan
ekosistem
termasuk
dalam
ekologi
(Aniszewski, 2015). Individu, misalnya burung, bebek, dan pohon mangga adalah makhluk hidup yang hidup menyendiri. Di lokasi yang disebut habitat,
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Halaman
individu hidup. Populasi akan dibuat dengan pemilihan individu terkait. Mungkin juga untuk menggambarkan penduduk sebagai wilayah yang dihuni oleh warga dengan karakteristik yang persis sama (Churchland et al. 2012). Misalnya, spesies ikan di akuarium dan Hydrilla verticillata. Populasi memiliki ciri-ciri genetik yang berkaitan dengan ekosistem, seperti keberhasilan reproduksi, adaptasi, dan kegigihan atau peluang keturunan untuk hidup dalam waktu yang lama (Ala, 2016). Masyarakat dinamakan populasi yang menempati wilayah tertentu. Pemilihan komunitas tertentu dan berbagi area tertentu juga dapat disebut sebagai grup (Jackson & Blois. 2015). Komunitas padang rumput dan sungai adalah contoh komunitas(Nurdyansyah dan Amalia. 2018). Ekosistem, termasuk ekosistem darat dan ekosistem laut, dapat dikelompokkan menjadi dua. Ada organisme unik dalam ekosistem yang dapat hidup dalam iklimnya (Donnellt et al. 2011). Ekosistem yang mencakup beragam spesies dan populasi unik dalam biomasa adalah ekosistem darat. Terdapat komponen dalam ekosistem ini yang berperan penting dalam kelangsungan hidup makhluk hidup, khususnya di wilayah daratan (Alaydrus et al. 2013). Ekosistem perairan merupakan ekosistem perairan yang dalam sistem perairannya dihuni oleh beberapa organisme. Organisme akuatik, seperti ikan, Hydrilla verticillata, rumput laut, dan lain sebagainya menghuni ekosistem ini. Ekosistem ini digolongkan menjadi dua ekosistem yaitu ekosistem air tawar dan air laut (Yang et al. 2019). Sebagai fungsi dari migrasi orang-orang di luar atau di dalam suatu populasi, kecenderungan sebaran populasi adalah penyebaran populasi tertentu. Menurut Krebs, karena kelimpahan suatu organisme, pola sebaran populasi merupakan tantangan ekologis. Penyebab tren sebaran populasi tersebut karena adanya ancaman predator, pengaruh iklim, generasi yang berkelanjutan, kebutuhan mencari makan untuk kelangsungan hidup, dan mungkin juga karena faktor alam. Ada kecenderungan setiap individu membentuk populasi. Konsekuensinya, pola sebaran populasi berkaitan dengan
keberadaan
kelimpahan,
sehingga
variabel-variabel
yang
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman
mempengaruhi pola sebaran populasi tersebut juga akan mempengaruhi kelimpahan suatu organisme. Jumlah populasi di suatu wilayah adalah kepadatan suatu populasi dalam suatu ekosistem. Dengan membatasi wilayah yang akan diukur tingkat kelimpahannya, kelimpahan dapat ditentukan dan diamati. Jumlah kelimpahan berbanding lurus dengan jumlah orang yang menempati suatu wilayah. Oleh karena itu, semakin besar kelimpahannya, semakin banyak Anda dapat menemukan individu. Variabel penyebab kelimpahan terdiri dari variabel abiotik dan biotik. Variabel abiotik berasal dari iklim, meliputi pH, suhu, kadar bahan organik, komponen mineral tanah, salinitas, kelimpahan makanan, dan habitat (Febriani et al. 2014). Selain itu, kelembaban tanah dalam suatu ekosistem juga dapat mempengaruhi kelimpahan manusia. Sedangkan mikroflora dan tumbuhan mempengaruhi faktor biotik.
III.
METODE A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah termometer sebagai alat ukur suhu, kemudian ada soil tester, kemudian ada pasak dan yang terakhir ada tali rafia, itu merupakan alat dan bahan pada ekosistem terestrial, kemudian untuk alat dan bahan pada ekosistem aquatik, yang digunakan yaitu aquarium, kemudian didalam aquarium tersebut terdapat batu, hydrilla verticillata ikan nila, dan yang terakhir yaitu termometer. B. Cara Kerja pada percobaan kali ini langkah kerja terbagi menjadi dua, yang pertama mengenai keanekaragaman yang berada pada lingkungan terestrial , langkah pada keanekaragaman terestrial yang pertama harus dilakukan adalah dicari terlebih dahulu lokasi yang dinginkan untuk dilakukan pengamatan, setelah lokasi yang dinginkan didapat maka, pasang pasak dengan bantuan tali rafia sebesar 1 meter x 1 meter pada lokasi yang telah ditentukan, setelah pasak sudah terpasang maka bisa dilakukan perhitungan jumlah spesies baik tumbuhan dan hewan yang berada dalam lingkaran pasak tersebut, setelah itu
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Halaman
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
suhu dia area pasak tersebut juga dihitung dengan bantuan termometer kemudian hasil suhu yang didapat bisa dicatat, kemudian langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah ph dan kelembapan tanah diukur dengan menggunakan soil tester, untuk penggunaan soil tester, untuk penentuan kelembapan dari tanah soil tester digeser ke kanan lalu catat kelembapan yang didapat, kemudian untuk penentuan ph tanah digeser ke kiri, kemudian catat hasil ph yang didapat. Untuk langkah kerja yang kedua pada percobaan kali ini adalah, yang pertama setelah alat dan bahan telah disiapkan, langkah selanjutnya adalah ekosistem yang berada pada aquarium dihitung kemudian catat pada tabel, kemudian setelah selesai dihitung maka, ukur suhu yang terdapat pada ekosistem aquarium kemudian hasil yang didapat, dicatat pada tabel data.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil TABEL 9.2 Tabel pada terestrial no
Nama spesies
Banyaknya
Keterangan
individu Tumbuhan 1
Axonopus
17
Suhu tanah =
2
compressus Andrographis
16
3
paniculata Kyllinga
8
4
monocephala Lopatherium
7
5
gracile Cypherus
5
6 7 8 9
rotumbus Mimosa pudica Amaranthos sp. Centella asiatica Trifolium repens
13 28 11 71
320C pH tanah = 7 kelembapan = 1%
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Ageratum
Revisi
00
Halaman
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
10
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
No. Dokumen
BORANG
1
conizoides Hewan 1 2 3 Berdasarkan
Formicidae sp. 60 Arghchinida 3 Lepitdoptera 1 hasil yang didapat dari analisa terhadap ekosistem
terestrial, untuk spesies hewan yang dominan ditemukan adalah Formicidae sp sejumlah 60. Kemudian untuk spesies tumbuhan yang dominan ditemukan adalah Trifollum repens sejumlah 71. Pada percobaan kali ini juga mengukur suhu dan juga PH yang terdapat pada ekosistem terestrial, suhu yang didapat pada percobaan kali ini adalah 32o C, kemudian PH yang didapat pada percobaan kali ini 1%. Tabel pada akuatik No
Nama spesies
Banyaknya
keterangan
individu Tumbuhan 1
Suhu udara = Tanaman air
17
(Hydrilla
Suhu air =
verticillata) Hewan 1
2
Ikan komet
330C 280C
5
(Carasias
Abiotik = air,
auratus) Ikan mas
batu, suhu air 3
(Cyprinus carpium) Kemudian untuk analisa yang dilakukan untuk ekosistem aquatik adalah sebagai berikut, untuk spesies yang dominan yang ditemukan adalah Ikan komet (Carasias auratus) sejumlah 5, untuk spesies tumbuhan yang berada pada ekosistem aquatik yaitu Tanaman air (Hydrilla verticillata) sejumlah17 .
B. Pembahasan Pada percobaan kali ini banyak sekali melibatkan makhluk hidup dari tingkat individu, kemudian tingkat populasi, komunitas ekosistem,
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Halaman
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
pengertian dari makhluk hidup tingkat individu adalah
makhluk hidup
tunggal atau satu makhluk hidup, misalnya seekor semut, seekor kambing, seekor burung dan sebuah pohon cemara. Kemudian pengertian makhluk hidup tingkat populasi yaitu kumpulan individu sejenis yang dapat berkembang biak serta berada pada tempat yang sama dan dalam kurun waktu yang sama. Contoh populasi adalah sekelompok semut di atas meja. Di sebuah kolam, terdapat populasi ikan, populasi teratai, populasi lumut. Kemudian tingkat selanjutnya adalah komunitas yaitu kumpulan beberapa macam populasi yang menempati daerah yang sama pada waktu yang sama, contohnya komunitas sungai, komunitas hutan jati, komunitas padang rumput dan komunitas hutan pinus. Kemudian yang terakhir adalah tingkat ekosistem yaitu kesatuan komunitas dan lingkungannya yang membentuk suatu hubungan timbal balik di antara komponen-komponennya. Komponen suatu ekosistem mencakup seluruh makhluk hidup dan makhluk tidak hidup yang terdapat di dalamnya. Kemudian pada percobaan kali ini juga terjadi berbagai interaksi baik antara komponen dengan ekosistem baik secara terestrial dan aquatik secara utuh sehingga interaksi yang terjadi membuat ekosistem tersebut terbentuk secara kompleks, dan interaksi yang terjadi pada percobaan kali ini dinamakan interaksi komponen abiotik dan biotik. Dari percobaan ini terlihat bahwa terdapat 13 kelompok populasi pada
bioma
darat,
(Axonopuscompressus)
diantaranya yang
populasi
berjumlah
17,
rumput
gajah
populasi
mini
sambiloto
(Andrographis paniculata) yang berjumlah 16, yaitu rumput. populasi kenop (Kyllingamonocephala) yang berjumlah 8, populasi rumput bambu (Lopatherum gracile) serta 7, populasi rumput Malu, pegagan, bandotan, dan semanggi putih berperan sebagai penghasil pangan. Semut, serangga dan kupu-kupu berkaki delapan, masing-masing melayani sebagai pelanggan. Porsi biotik adalah populasi tumbuhan dan hewan. Adanya budidaya di lingkungan perairan yang terdiri dari 3 spesies yaitu 17 populasi tumbuhan air Hydrilla verticillata, 5 populasi ikan Komet (Carasias auratus) dan 3 komunitas akuatik ikan mas (populasi. Dalam
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Halaman
Cyprinus carpium), Hydrilla verticillata berperan sebagai sumber . Tentang makanan.
Hydrilla
verticillata
adalah
tumbuhan
autotrofik
yang
membantunya menghasilkan makanan sendiri. Ikan komet (Carasias auratus) dan (Goldfish Cyprinus carpium) juga dijadikan sebagai konsmen. Untuk
bertahan
hidup,
spesies
membutuhkan
lingkungan.
Komponen abiotik dan komponen biotik membentuk ekosistem darat. Suhu tanah, pH, dan kelembaban merupakan bagian abiotik. Porsi biotik terdiri dari 13 populasi, meliputi populasi rumput gajah mini (Axonopus compressus), populasi sambiloto (Andrographis paniculata), populasi rumput
kenop
(Kyllinga
monocephala),
populasi
rumput
bambu
(Lopatherum gracile), populasi rumput (Nut Cyperus rotumbus). Unsur abiotik dan biotik juga membentuk ekosistem perairan. Air, batuan, suhu udara dan suhu air merupakan elemen abiotik. Sedangkan porsi biotik terdiri dari tiga populasi, yaitu 17 populasi tumbuhan air Hydrilla verticillata, lima populasi ikan dan populasi Komet (Carasias auratus) (Goldfish Cyprinus carpium3). Variabel yang mempengaruhi suatu spesies lingkungan ditentukan oleh jumlah orang dalam suatu populasi, pasokan makanan, dan variabel abiotiknya. Suhu tanah, pH tanah, dan kelembaban dipengaruhi oleh ekosistem darat. Sedangkan air, batuan, temperatur udara dan temperatur air mempengaruhi lingkungan laut. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tingkat kelimpahan berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang menempati suatu wilayah. Ini terlihat dari bukti longitudinal bahwa semakin besar kelimpahannya, semakin banyak orang yang akan senang. Adapun faktor abiotik, pH, suhu, kadar bahan organik, komponen mineral tanah, salinitas, suplai hara, kelembaban, dan lingkungan semuanya sejalan dengan hipotesis yang disebutkan sebelumnya bahwa faktor abiotik termasuk.
V.
KESIMPULAN
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman
Dapat disimpulkan pada percobaan kali ini bahwa ekologi adalah hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya atau hubungan antara komunitas dengan lingkungannya secara keseluruhan dan secara keseluruhan untuk saling mempengaruhi. Ekologi berkaitan erat dengan habitat. Dari kumpulan komunitas, ekosistem dibuat, sedangkan masyarakat terbentuk dari kumpulan populasi, dan populasi terbentuk dari kumpulan orang yang serupa. Spesies yang terdiri dari 13 populasi, antara lain populasi Axonopus compressus, populasi Andrographis paniculata, Kyllinga monocephala, Lopatherum gracile Cyperus rotumbus, Mimosa pudica, Amaranthus sp., Centella asiatica Trifolium repens, Ageratum terrestriales, Formicidae sp., Arachnida, dan Lepidoptera ekosistem. Suhu tanah,
pH,
dan
kelembaban
merupakan
pengaruh
abiotik
yang
mempengaruhi lingkungan ini, spesies yang terdiri dari 3 populasi yaitu Hydrilla verticillata, ikan Comet (Carasias auratus, dan (GoldfishCyprinus carpium), terdapat di ekosistem perairan. Udara, batuan, udara suhu dan suhu air merupakan faktor abiotik yang mempengaruhi ekosistem ini.
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
VI.
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman
DAFTAR PUSTAKA Clark, w. (2010). Principles of Landscape Ecology. Nature Education Knowledge, 2(10): 34. Ala, A., 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ekologi. Uninersitas Hasanuddin Press, Makassar. Hal. 24. Zahid, A, L.S. Syafei & R. Susilowati. 2014. Variasi spasio-temporal sebaran kumpulan ikan di Estuari Segara Menyan. J. Iktiol. Indonesia. 14(1):67-81. Alaydrus, I. S., Dewi, P. S., Sinta, R. P. M., Oktaviani, L. N., Almukhlisin, I., Kenanga, C., Sevtiani, W., 2013. Ekosistem terrestrial. Jurnal Ekosistem Terestrial, 11(1):1-6. Aniszewski, T., 2015. Alkaloids-Chemistry, biology, ecology, and applications. 2nd Ed. Elsevier, Helsinki. Pp. 260-263. Churchland, M. M., Cunningham, J. P., Kaufman, M. T., Forter, J. D., Nuyujukian, P., Ryu, S. I., & Shenoy, K. V., 2012. Neural population dynamics during reaching. Nature, 1(487): 51-56. Donnelly, A., Caffarra, A., & O’Neill, B. F., 2011. A review of climate-driven mismatches between interdependent phenophases in terrestrial and aquatic ecosystems. Int J. Biometeorol, 55(1): 805-817. Alaydrus, I. S., Dewi, P. S., Sinta, R. P. M., Oktaviani, L. N., Almukhlisin, I., Kenanga, C., Sevtiani, W., 2013. Ekosistem terrestrial. Jurnal Ekosistem Terestrial, 11(1):1-6. Febriani, P. R., Mudzakir, A. K., & Asriyanto., 2020. Analisis CPUE, MSY, dan usaha penangkapan lobster (Panulirus sp.) di Kabupaten Gunung Kidul. Journal of Fisheries Resourches Utilization Management and Technology, 3(3): 208-217. Flynn, D. F. B., Mirotchnick, N., Jain, M., Palmer, M. I., & Naeem, S., 2011. Functional and phylogenetic diversity as predictors of biodiversity-ecosystem-function relationships. Ecology, 92(8): 1573-1581. Jackson, S., & Blois, J. L., 2015. Community ecology in a changing environment: perspective from the Quaternary. Special Feature Perspective, 112(16): 49154921. Mace, G. M., Norris, K., & Fitter, A. H. (2012). Biodiversity and ecosystem services: a multilayered relationship. Trends in Ecology & Evolution, 27(1), 19–26.
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Halaman
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Nurdyansyah, N., & Amalia, F., 2018. Model pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran IPA materi komponen ekosistem. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1): 1-8. Sembiring, A. K., 2020. Kelimpahan dan keragaman macrofauna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim. Jurnal Ilmiah Kelautan, 16(2): 100-107. Susilawati, E., Rahayuningsih, M., Ridlo, S. 2016. Pengembangan perangkat pembelajaran ekologi sma dengan strategi outdoor learning. Unnes Science Education Journal, 5(1): 1091-1097. Wang, Q., Chen, Q., & Yan, D., 2018. Distribution, ecological risk, and source analysis of heavy metals in sediments of Taizihe River, China. Environ Earth Sci, 77(569): 568-569. Leksono, A.S.,2011. Keanekaragaman hayati. Universitas Brawijaya Press, Malang,p.1. Purvis A, Hector A. 2000. Getting the measure of biodiversity. Nature 405: 212-219. Schaltegger S, Beständig U. 2012. Corporate Biodiversity Management Handbook: A Guide for Practical Implementation. BMU, Berlin. Weiskopf, S. R., Rubenstein, M. A., Crozier, L. G., Gaichas, S., Griffis, R., Halofsky, J. E., 2020. Climate change effects on biodiversity, ecosystem, ecosystem services, and natural ressource management in the United States. Science of The Total Environment, 733(1): 1-18. Yang, H., Waugh, D. W., Orbe, C., Patra, P., Jöckel, P., Lamarque, J. F., Tilmes, S., Kinnison, D., Elkins, J., & Dlugokencly, E., 2019. Evaluating simulations of interhemispheric
transport:
Interhemispheric
exchange
time
versus
SF6 age. Geophys. Res. Lett, 46(2): 1113-1120. Oktavianus Rizwa dan Andik Hardiyanto, Litigasi di Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Jakarta : Kementerian kehutanan, 2010, hlm. 10.
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Halaman
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
VII. LAMPIRAN A. Tabel TABEL 9.2 Tabel pada terestrial no
Nama spesies
Banyaknya
Keterangan
individu Tumbuhan 1
Axonopus
17
Suhu tanah =
2
compressus Andrographis
16
3
paniculata Kyllinga
8
4
monocephala Lopatherium
7
5
gracile Cypherus
5
6 7 8 9 10
rotumbus Mimosa pudica Amaranthos sp. Centella asiatica Trifolium repens Ageratum
13 28 11 71 1
320C pH tanah = 7 kelembapan = 1%
conizoides Hewan 1 2 3
Formicidae sp. Arghchinida Lepitdoptera
60 3 1
Tabel pada akuatik No
Nama spesies
Banyaknya
keterangan
individu Tumbuhan 1
Suhu udara = Tanaman air
17
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Hewan 1
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
BORANG
Halaman
(Hydrilla
330C
verticillata)
Suhu air =
Ikan komet
5
(Carasias 2
auratus) Ikan mas
280C Abiotik = air,
3
batu, suhu air
(Cyprinus carpium)
B. Proposal
Acara 9.2 Ekologi dan Keanekaragaman Ekosistem
spesifik lagi
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekologi merupakan salah satu ilmu yang memahami terkait interaksi yang terjadi di antara organisme dan lingkungan sekitarnya biasanya berlaku faktor eksternal pada peristiwa ini yang nanti dapat mempengaruhi faktor yang lain yaitu survival., pertumbuhan, reproduksi organisme, dan tentu saja perkembangan. Lingkungan yang terdapat pada alam mencakup lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Adapun lingkungan non biologis yang termasuk lingkungan fisik, bisa mencakup faktor suhu tanah, PH tanah, kecepatan angin, kelembaban udara, kandungan udara, kandungan oksigen yang larut dalam air, dan radiasi. Sedangkan jika lingkungan biologis itu adanya pengaruh dari organisme lain pada organisme yang menempati lingkungan tersebut. Keanekaragaman hayati bisa dilihat sebagai contoh dalam sebuah kasus bahwa jumlah mikologi pada daerah jawa berkembang pesat (Putra & Khafazallah, 2020). Ada banyak keanekaragaman hayati dalam ekologi tumbuhan. Keberadaan makhluk hidup yang beragam akan menentukan keanekaragaman hayati. Ada tiga tingkatan terminologi yang berfokus pada ukuran organisasi biologis ekologi, yang melibatkan genom, tumbuhan, habitat, dan proses ekologi lainnya. Keanekaragaman ekosistem adalah keanekaragaman ekosistem, komunitas biotik dan proses biologi di lautan dan daratan (Leksono 2011).
Kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia adalah berbagai macam satwa, yang tersebar di seluruh pulau-pulau yang ada di Indonesia. Tidak kurang 10 persen makhluk hidup di dunia jenisnya ditemukan di Indonesia, Centre on Biological Biodiversity (CBD) mencatat bahwa 12% mamalia, dan 16% reptil di dunia berada di indonesia. Kemudian terdapat 1.592 spesies burung dan setidaknya 270 spesies ampibhi hidup di Indonesia (Koesnandi H, 2009).
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman
Lingkungan alam sebagai unsur riel ikut membentuk hukum dan berpengaruh terhadap keberlakuan hukum. Keberadaaan Sumber Daya Alam (SDA) dapat dipahami secara sosial dalam hubungannya dengan manusia. Alam menyediakan banyak hal yang menjadi kebutuhan manusia, seperti air, udara, maupun lahan (daratan) yang semuanya dapat di dayagunakan sebagai ‘sumber daya’ dan pemanfaatannya mampu memberi pengaruh atau dampak bagi kehidupan manusia itu sendiri (Oktavianus R, dkk.,2010). Ekologi, dari tingkat molekuler hingga lingkungan, dapat dilihat dalam skala besar. Studi ekologi bagaimanapun, lebih ditekankan pada tingkat orang, masyarakat, lingkungan dan ekosistem. Populasi adalah kumpulan pada lokasi dan waktu yang sama dengan orang yang sederajat. Pada lokasi dan waktu yang sama, suatu kelompok adalah sekumpulan komunitas dari berbagai spesies. Sedangkan keterkaitan suatu populasi dengan dunia fisik sekitarnya, seperti adanya siklus hara, adalah suatu ekosistem. Pemisahan habitat menjadi terestrial (ekosistem darat dan laut. Habitat darat adalah komunitas-komunitas yang terletak di benua dan pulau-pulau, serta iklimnya, dianggap sebagai ekosistem laut jika suatu populasi dan habitatnya berada di suatu perairan. sitasi?
Secara khusus, ekologi mempelajari tanggapan individu dan komunitas terhadap lingkungannya, komposisi populasi (kelimpahan / jumlah individu per satuan luas / volume (kelimpahan) dan pertumbuhan populasi), struktur masyarakat (keanekaragaman / keanekaragaman, kekayaan / jumlah spesies) dan proses ekologi (siklus nutrisi, rantai makanan, aliran energi).
sitasi
Pada era saat ini dengan bertambahnya jumlah populasi manusia maka ekosistem alam penyedia berbagai jasa lingkungan dan produk tersebut di atas mengalami kerusakan karena berbagai faktor seperti ditunjukkan pada Tabel 1 (Schaltegger and Bestandig 2012).
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman
Dilakukan percobaan kali ini adalah mengetahui faktor apa saja yang membuat suatu lingkup ekosistem di mana lingkup tersebutlah yang membentuk keanekaragaman hayati, baik lingkup dari ekosistem itu sendiri ataupun makhluk hidupnya.
B. Tujuan Tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk mempelajari seberapa banyak populasi, komunitas, dan ekosistem, dan pada sesuaikan sama yang dilakukan percobaan kali ini role atau sampel yang digunakan adalah berjenis aquatik.
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
II.
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman
DAFTAR PUSTAKA Putra I.P dan Hafazallah K. 2020. Catatan Komunitas Pemburu Jamur Indonesia: Kolaborasi Lintas Profesi dan Generasi Mengenai Etnomikologi Jamur-Jamur Indonesia. Sukabumi: Haura Publishing. halaman Hardjasoemantri, Koesnandi ,2009, Hukum Perlindungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Yogyakarta : Edisi Pertama, Gadjah Mada University Press. halaman Oktavianus Rizwa dan Andik Hardiyanto, Litigasi di Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Jakarta : Kementerian kehutanan, 2010, hlm. 10. Leksono, A.S.,2011. Keanekaragaman hayati. Universitas Brawijaya Press, Malang,p.1. Purvis A, Hector A. 2000. Getting the measure of biodiversity. Nature 405: 212-219. Schaltegger S, Beständig U. 2012. Corporate Biodiversity Management Handbook: A Guide for Practical Implementation. BMU, Berlin.
halaman
judul buku italic
BORANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM LABORATORIUM BIOLOGI UMUM
Berlaku sejak
FO-UGM-BI-0713 03 Maret 2008
Revisi
00
No. Dokumen
Halaman