Bouma Sequence [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Anoem Gafar Nim



: F1D213022



Prodi : T.Geologi



Bouma Sequence Sikuen stratigrafi adalah studi stratigrafi yang berhubungan dengan kerangka waktu pengendapan dalam kaitannya perubahan siklus muka laut (global/regional).



Pembagian Orde Sikuen Stratigrafi Setiap sikuen pengendapan terdiri dari perulangan perlapisan yang dibatasi oleh permukaan erosi (UC) atau hiatus atau permukaan yang selaras (C) (Van Wagoner et.al., 1987). Sikuen dibatasi secara regional oleh ketidakselarasan (UC) atau permukaan keselarasan (C) (Mitchum et.al., 1977). Elemen penting dalam menentukan pola-pola sikuen stratigrafi adalah shelf/slope break.



Assosiasi Seismik Fasies (Mitchum et al., 1977) Sequence Boundary (SB) merupakan batas atas dan bawah satuan sikuen stratigrafi adalah bidang ketidak selarasan atau bidang-bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Bidang ketidakselarasan merupakan bidang erosi, pada umumnya terjadi di atas muka laut (subaerial), ditandai oleh rumpang waktu geologi. Bidang keselarasan padanan adalah bidang kelanjutan dari bidang ketidakselarasan kearah susunan lapisan batuan yang selaras (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Bidang ketidakselarasan atau bidang erosi batas satuan sikuen stratigrafi disebabkan oleh proses penurunan relatif muka air laut, yang disebabkan oleh banyak hal diantaranya gerak muka muka laut global, sedimentasi maupun tektonik (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Dalam rekaman batuan sikuen pengendapan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikuen tipe 1 dan sikuen tipe 2. Sikuen tipe 1 tersusun oleh tersusun oleh sedimen yang diendapakann saat relatif muka air laut mulai turun. sikuen 1 dibatasi oleh batas sikuen tipe 1di bagian bawah dan di bagian atas oleh batas sikuen 1 atau batas sikuen 2. Sikuen tipe 2 tersusun oleh sedimen



yang diendapkan selama siklus muka laut relatif naik perlahan-lahan atau tetap. Sikuen tipe 2 dibatasi oleh batas sikuen tipe 1 di bawah dan di bagian atas oleh batas sikuen 1 atau batas sikuen 2. Batas sikuen 1 ditandai oleh perolehan fluvial dan peremajaan aliran, shelf sedimentary bypass, pergeseran fasies dan coastal onlap kearah cekungan. Batas cekungan tersebut terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih besar dari kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, sehingga menghasilkan muka laut relatif turun. Batas sikuen 2 ditandai oleh pergeseran coastal onlap ke arah cekungan dan erosi subaerial yang meluas, tatapi tanpa peremajaan aliran dan pergeseran fasies kearah cekungan. Batas sekuen ini terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih kecil dari kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, tetapi tanpa perubahan muka laut relatif turun pada posisi tersebut. Siklus transgresi regresi yang terbentuk di antara dua periode muka laut turun akan menghasilkan satu sikuen pengendapan. Sikuen pengendapan tersebut dibatasi oleh ketidakselarasan dan keselarasan yang sebanding. Pembentukan sikuen pengendapan sering diselingi oleh pembentukanmaximum flooding surface (MFS). Batas sikuen dan MSF merupakan permukaan kunci yang dapat dikenali dalam well logs, coring, singkapan dan penampang seismik. Maximum flooding surface teridentifikasi oleh adanya maximum landward onlap dari lapiasan marine pada batas basin dan mencerminkan kenaikan maksimum secara relatif dari sea level(Armentout, 1991).



Diagram Sikuen Stratigrafi (Tanpa Terganggu Oleh Adanya Struktur Sekunder) (Vail et al, 1987)



Diagram Sikuen Stratigrafi pada Daerah yang Terpengaruh oleh Adanya Sesar



Metode Pengambilan Data Stratigrafi



1. Metode Jacob Staff



Metode Jacob Staff adalah metode yang digunakan untuk megukur ketebalan suatu lapisan batuan yang menggunakan alat yang bernama tongkat jacob yaitu tongkat yang panjangnya 150 cm, diberi tanda atau grid yang panjangnya 10cm berwarna hitam putih atau merah putih untuk memudahkan perhitungan tebal lapisan tersebut dan pada ujung tongkat terdapat busur derajat untuk menyesuaikan kemiringan lapisan batuan. Metode ini lebih praktis dan cepat dalam pengolahan datanya dikarenakan langsung dapat mengetahui tebal sebenarnya. Tetapi tidah semua bidang perlapisan bisa diukur dengan metode ini, karena diperlukan singkapan yang ideal. Cara penggunaan metode ini adalah : Mengukur dip bidang perlapiasn tersebut setelah itu tempelkan ujung bawah tongkat Jacob Staff ini pada lapisan yang paling bawah, kemudian dimiringkan sesuai dengan dip lapisan tersebut.



2. Metode Bentang Tali Metode rentang tali adalah metode yang lakukan untuk mengukur ketebalan sebenarnya suatu bidang perlapisan dengan cara merentangkan tali yang sudah di beri tanda atau grid setiap 10 cm atau 1 meter, kemudian direntangkan pada singkapan batuan dan sebelumnya diukur dip dan slope bidang singkapan tersebut. Selanjutnya dalam pengolahan data lapangan menggunakan metode matematis dengan rumus. Metode ini lebih akurat dibandingkan dengan Metode Jacob Staff. 2.1 Pada daerah datar Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus, ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin ∂ (dimana d adalah jarak terukur di lapangan dan ∂ adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.



2.2 Pada daerah berlereng Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti diperlihatkan pada gambar 2 dan gambar 3. (Catatan: sudut lereng (s) dan kemiringan lapisan (∂) adalah pada keadaan yang tegak lurus dengan jurus atau disebut “true dip” dan “true slope” ). 



Kemiringan lapisan searah dengan lereng. Bila kemiringan lapisan (∂ ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah : T = d sin (∂ - s )







Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudut lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah : T = d sin (s - ∂ )



• Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus maka : T = d sin ( ∂ + s )



Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900 (lereng berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka: T = d



Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka : T = d sin (1800 - ∂ - s)



2.3 Kemiringan lapisan mendatar Bila lapisannya relatif mendatar,dengan kemiringan lereng yang sudah diketahui dan di ukur. Maka dapat menggunakan rumus : T = d sin (s)



2.4 Lapisan batuan tegak Bila lapisannya relatif tegak,dengan kemiringan lereng yang sudah diketahui dan di ukur. Maka dapat menggunakan rumus : T = d sin (90o - s)



Stratigrafi Regional, Sub Cekungan Jambi merupakan bagian Cekungan Sumatra Selatan yang merupakan cekungan belakang busur (back arc basin) berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat tumbukan antara Sundaland dan Lempeng Hindia. Secara Geografis Sub Cekungan Jambi dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh di sebelah utara, Tinggian Lampung di bagian selatan, Paparan Sunda di sebelah timur, dan Bukit Barisan di sebelah barat. 1. Batuan Dasar, Batuan Pra-Tersier atau basement terdiri dari kompleks batuan Paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku dan batuan karbonat. Batuan Paleozoikum akhir dan batuan Mesozoikum tersingkap dengan baik di Bukit Barisan, Pegunungan Tigapuluh dan Pegunungan Duabelas berupa batuan karbonat berumur permian, Granit dan Filit. Batuan dasar yang tersingkap di Pegunungan Tigapuluh terdiri dari filit yang terlipat kuat berwarna kecoklatan berumur Permian (Simanjuntak, dkk., 1991). Lebih ke arah Utara tersingkap Granit yang telah mengalami pelapukan kuat. Warna pelapukan adalah merah dengan butir-butir kuarsa terlepas akibat pelapukan tersebut. Kontak antara Granit dan filit tidak teramati karena selain kontak tersebut tertutupi pelapukan yang kuat, daerah ini juga tertutup hutan yang lebat.Menurut Simanjuntak, et.al (1991) umur Granit adalah Jura. Hal ini berarti Granit mengintrusi batuan filit. a.



Gumai (Tmg)



 Ciri: Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan dengan sisipan batugamping, napal dan batulanau. 



Umur : Miosen tengah



 Hubungan : Menjemari dengan formasi air benakat diatasnya dan formasi tualang dibawahnya 



Sebaran : rengat, solok, muarabongu







Batuan : Edapan Permukaan



b.



Air Banakat ( Tma)



 Ciri: batulempung putih kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan, glaukonitan setempat mengan dung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. 



Umur : Miosen tengah hingga akhir







Batuan : Endapan permukaan



 Hubungan : Menjemari dengan formasi muaraenim diatasnya dan formasi gumai diatasnya  c.



Sebaran : Rengat, solok, Muarabongu Muaraenim (Tmpm)







Ciri : batupasir, batulempung , batulanau dan batubara.







Umur : Miosen Akhir hingga pliosen awal







Sebaran : Rengat, Solok







Hubungan : Menjemari dengan formasi air banakat diatasnya







Batuan : Endapan Permukaan



d.



Kasai (QTk)



 Ciri : batu pasir tufan dan tefra riolitik di bagian bawah. Bagian atas terdiri dari tuf pumice kaya kuarsa, batupasir, konglomerat, tuf pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice dan tuf berwarna abu-abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan lapisan tipis lignit serta kayu yang terkersikkan. 



Umur : Pliosen akhir hingga plistosen awal







Hubungan : Menjemari dengan formasi kerumutan







Sebaran : Rengat, Solok, Muarabongu



 e.



Batuan : Endapan Permukaan Lahat (Toml)



 Ciri : dari konglemerat, tufa, breksi vulkanik andesitik, endapan lahar, aliran lava dan batupasir kuarsa. 



Umur : Miosen awal







Hubungan: Selaras dengan formasi Tualang diatasnya dan formasi kelesa dibawahnya







Sebaran : Rengat, solok, Muarabongu







Batuan : Endapan Permukaan



f.



Batu Raja ( Tmb )



 Ciri : Litologi terdiri dari batugamping, batugamping terumbu, batugamping pasiran, batugamping serpihan, serpih gampingan dan napal kaya foraminifera, moluska dan koral. 



Umur : Miosen Tengah Hingga Awal







Batuan: Terobosan







Hubungan : Menjemari dengan formasi gumai diatasnya







Sebaran : Bengkulu



g.



Talan Akar (Tomt)



 Ciri : batulanau, batupasir dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga transisi. 



Umur : Oligosen akhir hingga Miosen awal







Batuan : Batuan sedimen dan malihan







Hubungan ; Selaras denga formasi gumai diatasnya







Sebaran Muarabongu



Peta Jambi



Stratigrafi Regional Jambi



Stratigrafi regional Sub Cekungan Jambi yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan tersusun oleh 1. Basement Pre-Tersier



2. Formasi Lahat 3. Formasi Talang Akar 4. Formasi Baturaja 5. Formasi Gumai 6. Formasi Air Benakat 7. Formasi Muara Enim 8. Formasi Kasai dan 9. Endapan Alluvial