Buku Bahasa Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAHASA INDONESIA di PERGURUAN TINGGI



MUHAMMAD YUNUS, M. PD.



BAHASA INDONESIA UNTUK MAHASISWA DI FAKULTAS FARMASI



Muhammad Yunus, M.Pd. Sri Normuliati, M.Pd. Dana Aswadi, M.Pd.



Penerbit K-Media Yogyakarta, 2018



i



BAHASA INDONESIA UNTUK MAHASISWA DI FAKULTAS FARMASI vi + 122 hlm.; 14 x 20 cm



ISBN: 978-602-451-287-3 Penulis : Muhammad Yunus, et al. Tata Letak : Nur Huda A Desain Sampul : Nur Huda A Cetakan



: Oktober 2018



Copyright © 2018 by Penerbit K-Media All rights reserved



Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektris mau pun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.



Isi di luar tanggung jawab percetakan Penerbit K-Media Anggota IKAPI No.106/DIY/2018 Perum Pondok Indah Banguntapan, Blok B-15 Potorono, Banguntapan, Bantul. 55196. Yogyakarta e-mail: [email protected]



ii



KATA PENGANTAR Buku yang berjudul Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Mahasiswa di Fakultasperguruan Farmasi ini disusun sebagai salah satu bahan ajar dan universitas menjadi rujukan bagi mahasiwa mahasiswa di fakultas farmasi untuk pelaksanaan mata kuliah Bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan kurikulum bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Mata kuliah umum bahasa Indonesia selain menitik beratkan kepada kemampuan berbahasa Indonesia, juga sangat diperlukan oleh mahasiswa dalam rangka penulisan makalah dan tugas akhir atau skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Penyusunan bahan perkuliahan Bahasa Indonesia Untuk perguruan tinggiini disusun berdasarkan Mahasiswa - Mahasiswa di Fakultas Farmasi keperluan dan kaidah-kaidah yang berlaku pada sebuah Fakultas fakultas. Sehingga, mahasiswa akan terbantu dalam pennyusunan Farmasi. tugas akhir. Buku yang berisikan 9 bab ini meliputi materi tentang sejarah, kedudukan, dan fungsi bahasa indonesia, keterampilan berbahasa, ragam bahasa, pilihan kata ( diksi ), kalimat, paragraf, ejaan bahasa indonesia, menulis karya ilmiah, plagiasi dan surat. Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan nikmat kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini. kami menyadari bahwa buku ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun dari segi teknik penyajian. Kritik dan saran dari para pembaca dan pemakai, sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Banjarmasin, September 2018 Tim Penulis iii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................... iv BAB I



SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA............................................. 1 A. Sejarah, Kedudukan, Dan Fungsi Bahasa Indonesia ....................................................................1 1. Sejarah Bahasa Indonesia .......................................1 2. Kedudukan Bahasa Indonesia .................................6 3. Fungsi Bahasa Indonesia ........................................7



BAB II MENGENAL 4 KETERAMPILAN DASAR BERBAHASA ........................................................... 9 A. Keterampilan Berbahasa .............................................9 1. Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa .......................9 BAB III RAGAM BAHASA ................................................. 17 A. Ragam Bahasa .......................................................... 17 1. Pengertian Ragam Bahasa .................................... 17 2. Macam-Macam Ragam Bahasa ............................ 18 BAB IV DIKSI /PILIHAN KATA ........................................ 23 A. Pilihan Kata (Diksi) .................................................. 23 1. Kata baku dan tidak baku ..................................... 23 2. Macam-macam hubungan makna ......................... 24 3. Makna kata .......................................................... 25 4. Majas ................................................................... 26



iv



BAB V KALIMAT .............................................................. 31 A. Kalimat ..................................................................... 31 1. Unsur-unsur kalimat ............................................. 31 2. Kalimat efektif ..................................................... 32 3. Kalimat Ambigu .................................................. 33 4. Jenis Kalimat ....................................................... 34 BAB VI PARAGRAF ............................................................ 37 A. Paragraf .................................................................... 37 1. Teknik Pemaparan Paragraf.................................. 37 2. Bentuk Paragraf ................................................... 39 3. Pengait paragraf ................................................... 43 BAB VII EJAAN BAHASA INDONESIA ............................ 45 A. Ejaan Bahasa Indonesia ............................................. 45 B. Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia ................ 45 1. Pemakaian huruf .................................................. 46 2. Penulisan Kata ..................................................... 55 3. Pemakaian Tanda Baca ........................................ 67 BAB VIII MENULIS KARYA ILMIAH .............................. 81 A. Pengertian dan Jenis Karya Ilmiah............................. 81 B. Sistematika Penyusunan KTI..................................... 83 1. Bagian-Bagian Naskah KTI.................................. 83 2. Uraian Pokok-Pokok Naskah KTI ........................ 84 3. Uraian Tentang Metode KTI dan Etika Penelitian ............................................................. 89 C. Teknik Penulisan Naskah KTI ................................... 90 1. Penulisan Penomoran ........................................... 90 2. Pengetikan Naskah KTI........................................ 92



v



D. Penulisan Kutipan Dan Daftar Rujukan ..................... 96 1. Jenis Kutipan ....................................................... 96 2. Penulisan Kutipan Dalam Naskah......................... 97 3. Ketentuan Sumber Rujukan ................................ 101 4. Penulisan Sumber Rujukan ................................. 102 BAB IX PLAGIASI DAN SURAT...................................... 105 A. Plagiasi ................................................................... 105 1. Pentingnya Orisinalitas Tulisan .......................... 105 2. Pengertian Plagiarisme ....................................... 106 3. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiat ........................ 108 4. Sanksi bagi Tindakan Plagiat.............................. 110 B. Surat112 1. Surat Lamaran Pekerjaan.................................... 114 DAFTAR RUJUKAN .......................................................... 119 BIODATA PENULIS........................................................... 121



vi



BAB I A.



SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA



Sejarah, Kedudukan, Dan Fungsi Bahasa Indonesia 1. Sejarah Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa Austronesia yang telah digunakan sebagai Lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu pasar. Jenis ini sangat luntur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah nyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya. Selain Melayu pasar terdapat pula istilah Melayu tinggi. Pada masa lalu bahasa Melayu tinggi digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Samudra, Melaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif bahasa Melayu pasar. Penamaan istilah “bahasa Melayu” telah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasati ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



1



kerajaan Sriwijaya, kerajaan Maritim yang Berjaya pada abad ke-7 dan ke-8. Awal penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau dasarkan dari bahasa Melayu yang dituturkan di Riau. Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai 1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau pihak lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia. 2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu. 3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan bahasa Melayu Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta ( Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan-pertimbangan. 4. Pengunaan bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Bahasa Indonesia yang telah dipilih ini kemudian dibakukan lagi dengan nahwu (tata bahasa), dan kamus baku juga diciptakan. Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, antara lain menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahsa Melayu 2



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



yang sejak zaman dahulu sudah digunakan sebagai bahasa perhubungan (lingau franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara pada abad ke-7. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yangt bernama Koen-luen (I-Tsing,63:159), Koen-luen (ITsing,183), Koen-luen (Ferrand, 1919), Kw’enlum (Alisjahbana, 1971: 1089), Kun‟lun (Parni-kel, 1977:91), Kun‟ lun (Prentice, 1078: 19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



3



Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia di antaranya. 1. Pada tahun 1901, disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijisen dan dibuat dalam Kitab Logat Melayu. 2. Pada tahun 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. 3. Pada 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itu para pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia. 4. Pada tahun 1993, secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan. 5. Pada tarikh 25-28 Juni 1938, dilangsungkanlah Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia 4



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



6.



7.



8.



9.



10.



11.



telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Pada 18 Agustus 1945, ditandatanganilah UndangUndang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Pada 19 Marert 1947, diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Opuijsen yang berlaku sebelumnya. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tarikh 28 Oktober-2 November 1954 juga salah satu perjuwudan tekad bangsa Indonesia untuk terus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara. Pada 16 Agustus 1972, H.M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Pada 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara). Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada 28 Oktober-2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



5



12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 21-6 November 1983. 13. Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 28 Oktober-3 November 1988. 14. Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 28 Oktober-2 November 1993. 15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada 26-30 Oktober 1998. 16. Kongres IX Bahasa Indonesia membahasa tiga perosalan utama: 1) bahasa Indonesia; 2) bahasa daerah; dan 3) penggunaan bahasa asing. 2. Kedudukan Bahasa Indonesia 1) Sebagai Bahasa Resmi/Negara Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi / bahasa negara memiliki dasar yuridis konstitusional, yaitu pada Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:  Bahasa resmi negara  Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.  Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.  Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.



6



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



2) Sebagai Bahasa Nasional Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.  Lambang jati diri (identitas).  Lambang kebanggaan bangsa.  Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah  Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosialbudaya, serta bahasa daerah yang berbeda. 3. Fungsi Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: 1) Lambang kebanggaan kebangsaan 2) Lambang identitas nasional 3) Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya 4) Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



7



8



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



BAB II



MENGENAL 4 KETERAMPILAN DASAR BERBAHASA



A.



Keterampilan Berbahasa Menurut Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan (Suparno, 2001:27). 1. Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan Berbahasa a. Keterampilan Menyimak/Mendengarkan Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekadar mendengarkan bunyibunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



9



Berikut ini secara singkat disajikan deskripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan non interaktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus; 1) Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short term memory).Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target.



10



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



2) Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan



3) 4)



nada, warna suara dan intonasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata. Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns) Keterampilan Berbahasa



b. Keterampilan Berbicara Berbicara berarti mengungkapkan sesuatu secara lisan. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling mendasar. Pada hakikatnya berbahasa itu adalah berbicara atau bertutur. Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



11



berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara harus dapat; 1) Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya. 2) Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara. 3) Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat. 4) Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar. 5) Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar. c. Keterampilan Membaca Membaca adalah keterampilan aktif-reseptif sebagaimana menyimak. Membaca disebut aktif karena dalam proses membaca terdapat keaktifan seseorang dalam mengeja, menyerap atau mengolah apa yang dibaca, sehingga pross tersebut mengarah pada upaya memahami bahan atau materi bacaan yang dihadapinya. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbibacara. Tetapi,



12



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



pada masyarakat yang memilki tradisi literasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintregrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah; 1) Keterampilan Berbahasa 2) Mengenal sistem tulisan yang digunakan. 3) Mengenal kosakata. 4) Menentukan kata-kata kunci yang mengindentifikasikan topik dan gagasan utama. 5) Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis. 6) Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya. d. Keterampilan Menulis Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiranpikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang biasanya dikuasai paling akhir oleh seseorang. Menulis berarti



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



13



mengungkapkan buah pikiran, perasaan, pengalaman, dan hal lain melalui tulisan. Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis. 1) Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan. 2) Memilih kata yang tepat. 3) Menggunakan bentuk kata dengan benar. 4) Mengurutkan kata-kata dengan benar. 5) Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca. Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Keterampilan menulis untuk saat sekarang telah menjadi rebutan dan setiap orang berusaha untuk dapat berperan dalam dunia menulis. Banyak orang berusaha meningkatkan keterampilan menulisnya dengan harapan dapat menjadi penulis handal. Keterampilan Berbahasa. Seperti diketahui, menulis itu adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih sedemikian rupa meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan, pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang biasa sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini banyak dibuktikan dari kenyataan banyak yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat.



14



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



Apakah benar, kemampuan menulis itu ditentukan oleh bakat? Jika ditelaah pengertian bakat, setidaknya secara sederhana anda dapat mengatakan bahwa bakat adalah kemampuan yang dimiliki dan dibawa seseorang sejak lahir. Padahal sebenarnya pengertian keterampilan menulis itu adalah keterampilan itu sendiri. Artinya, seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga terampil. Dengan demikian pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara itens, khusus dalam bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intens, maka seseorang dapat terampil menulis.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



15



16



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



BAB III A.



RAGAM BAHASA



Ragam Bahasa 1. Pengertian Ragam Bahasa Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yang terdiri dari : 1) Ragam bahasa lisan. 2) Ragam bahasa tulisan. Bahasa yang dihasilkan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulisan. Jadi dalam ragam bahasa lisan kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulisan kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua ragam tersebut memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya ragam bahasa lisan. Oleh karena itu



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



17



sering timbul kesan antara ragam bahasa lisan dan tulisan itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki sistem seperangkat kaidah yang berbeda satu dengan yang lainnya. 2. Macam-Macam Ragam Bahasa Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan. a. Ragam bahasa berdasarkan media 1) Ragam bahasa Media (Lisan) Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciricirinya tidak menunjukan cir-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam 18



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri dari keduanya: Ciri-ciri ragam lisan: a. Memerlukan orang kedua/teman bicara. b. Tergantung kondisi, ruang, dan waktu. c. Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh. d. Berlangsung cepat Contohnya; “Sudah saya baca buku itu” 2)



Ragam Tulis Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. Ciri-ciri ragam tulis: 1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara; 2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu; 3. Harus memperhatikan unsur gramatikal; 4. Berlangsung lambat; 5. Selalu memakai alat bantu; 6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



19



7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka. Contohnya: “Saya sudah membaca buku itu”. Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata ) : a. Tata Bahasa : a) Ragam Bahasa lisan 1) Adi sedang baca surat kabar. 2) Ari mau nulis surat. 3) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu. b) Ragam bahasa tulisan. 1) Adi sedang membaca surat kabar. 2) Ari mau menulis surat. 3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu. b. Kosa kata : a) Ragam bahasa lisan 1) Ariani bilang kalau kita harus belajar. 2) Kita harus bikin karya tulis. 3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak b) Ragam bahasa tulisan 1) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar. 2) Kita harus membuat karya tulis.



20



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



3) Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak. b.



Ragam bahasa Indonesia dari cara pandang penutur. Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi. Contoh: Ragam dialek : “Gue udah baca itu buku ” Ragam terpelajar : “Saya sudah membaca buku itu” Ragam resmi : “Saya sudah membaca buku itu” Ragam tak resmi : “Saya sudah baca buku itu”



c.



Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan. Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra. Ragam hukum : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. Ragam bisnis : Setiap pembelian diatas nilai tertentu akan diberikan diskon. Ragam sastra : Cerita itu menggunakan Flashback. Ragam kedokteran: Anak itu menderita penyakit kuorsior.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



21



22



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



BAB IV



DIKSI /PILIHAN KATA



A.



Pilihan Kata (Diksi) Kata merupakan suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan berafiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat. (Haryanta, 2012:115). Untuk berkomunikasi secara tepat, seseorang wajib memilih kata-kata yang hendak diungkapkannya, agar komunikasi dapat terjalin dengan baik dan tidak menimbulkan salah arti. Oleh karena itu, pilihan kata (diksi) sangat diperlukan baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. 1. Kata baku dan tidak baku Dalam komunikasi lisan, bentuk kata yang tidak baku tidak begitu nampak. Namun sebaliknya, dalam komunikasi tertulis/tulisan, kata baku menjadi perhatian. Kata baku merupakan kata yang sesuai dengan standar aturan kebahasaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Contoh kata baku dan tidak baku: Baku Tidak baku Jadwal jadual Karier karir Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



23



Teknik Trotoar Metode



tehnik trotoir metoda



2. Macam-macam hubungan makna a) Sinonim Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna. Misalnya: mati-wafat, abadikekal, dan cantik-ayu. b) Antonim Merupakan kata-kata yang berlawanan maknanya. Misalnya baik-buruk, tinggi-rendah, dan benarsalah. c) Hiponim Merupakan hubungan makna spesifik dengan makna generik. Misalnya kucing, kelinci, dan kuda disebut hiponim dari hewan. d) Polisemi Merupakan bentuk bahasa yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya kepala bermakna bagian tubuh manusia dari leher ke atas, kepala rumah sakit bermakna orang yang memiliki jabatan paling atas atau paling tinggi di rumah sakit. e) Hipernim Hubungan dalam semantik antara makna umum dengan makna khusus misalnya buku dan kitab. f) Homonim Merupakan kata yang memiliki kesamaan lafal dan ejaan, namun berbeda maknanya dari sumber yang berlainan. Misalnya hak pada hak asasi manusia dan hak pada hak sepatu. 24



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



g) Homofon Merupakan kata yang pengucapannya sama dengan kata lain, namun ejaan dan maknanya berbeda. Misalnya masa dan massa, sangsi dan sanksi. h) Homograf Merupakan kata yang ejaannya sama, tetapi berbeda lafal dan maknanya. Misalnya teras (inti kayu) dan teras (bagian rumah) 3. Makna kata a) Denotatif-konotatif Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya atau makna yang wajar, misalnya kata kamar kecil bermakna kamar yang berukuran kecil/tidak besar. Makna konotatif adalah bukan makna sebenarnya, misalnya kamar kecil bermakna toilet atau jamban. b) Makna umum-khusus Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih luas, sedangkan kata khusus adalah kata yang cakupannya lebih sempit. Misalnya bunga termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari bunga adalah melati, anggrek, dan mawar. c) Makna gramatikal-leksikal Makna gramatikal adalah untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan pengulangan kata, seperti kata meja yang bermakna sebuah benda, menjadi meja-meja menjadi banyak meja. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan. Misalnya



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



25



kata nyamuk bermakna binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit. d) Makna peribahasa Makna peribahasa adalah makna yang bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan perumpamaan. Misalnya bagai, bak, laksana, dan umpama. e) Makna kias dan lugas Makna kias adalah kata ataupun kalimat yang tidak mengandung arti yang sebenarnya. Misalnya raja siang yang bermakna matahari. f) Kata konkret dan abstrak Kata konkret adalah kata yang dapat diserap oleh panca indera. Misalnya: air, obat, kayu, sedangkan kata abstrak adalah kata yang sulit diserap oleh panca indera, misalnya kemerdekaan, kebebasan, perumahan, dll. 4. Majas Majas atau gaya bahasa disebut juga dengan kiasan, yaitu cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Majas digunakan untuk menghidupkan sebuah karangan atau digunakan agar lebih ringkas dalam mengungkapkan sesuatu dibandingkan dengan jika harus mengungkapkan dengan makna yang sebenarnya. Ada beberapa macam majas dalam bahasa Indonesia, yaitu: a) Majas persamaan atau simile yaitu persamaan dua hal, yang dibandingkan dengan menggunakan kata seperti dan bagai. Contoh: Ia manis bagai putri dari kayangan. 26



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



b)



c) d)



e)



f)



g)



h)



Majas perumpamaan, hampir sama dengan simile, namun tidak ada unsur yang disamakan. Contoh: Bagai air di daun talas. Majas metafora, menyatakan secara langsung dua benda yang sama. Contoh: Ia sampah masyarakat. Majas metonimi, gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang lain, barang, atau hal, sebagai penggantinya. Contoh: Dalam pertandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu sedangkan teman saya perak. Majas Personifikasi yaitu jenis makna yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide abstrak. Contoh: Pembangunan kini membelah desa dan kota. Majas litotes, yaitu majas yang merendahkan diri secara berlebih-lebihan. Contoh : Engkau menganggap ceritaku hanya angin lalu. Majas hiperbola, yaitu majas yang melebihlebihkan sesuatu dengan cara meninggikan hal-hal yang tidak semestinya. Contoh : Harga-harga sekarang mencekik leher. Klimaks atau anabasis adalah gaya bahasa yang terbentuk dari beberapa gagasan yang berturutturut semakin meningkat kepentingannya. Contoh: Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui, memahami, serta menguasai bahan yang diajarkan. Seorang guru harus bertindak sebagai pengajar,



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



27



pembimbing, penyuluh, pengelola, penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik yang sejati. i) Antiklimaks gaya bahasa yang berisi gagasangagasan yang berturut-turut semakin berkurang kepentingannya. Contoh: Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya kemerdekaan bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin kita melawan serdadu penjajah. j) Anthitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. k) Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. l) Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban. m) Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. Contoh: Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Tanah Air kita ini. Dalam pertandingan final besok malam di Stadion Siliwangi Bandung berhadapanlah Medan dengan Jakarta. n) Eufimisme adalah ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata yang dirasakan menghina 28



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



o)



p)



ataupun menyinggung perasaan. Contoh: Anak Anda memang tidak terlalu cepat mengikuti pelajaran seperti anak-anak lainnya (bodoh). Sarkasme adalah sindiran langsung dan kasar. Kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain, berupa cemoohan atau ejekan. Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu (seperti menurut sepanjang adat; saling tolong-menolong). Contoh:Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri. Kami telah memikul peti jenazah itu di atas bahu kami sendiri.



Beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat memilih kata yang tepat, adalah: a) Ketetapatan, bisa diukur dari gagasan yang akan disampaikan dan diterima partisipan. b) Kecocokan, bisa diukur dari kesesuaian kata dengan konteks penggunaannya. c) Kelaziman kata yang digunakan, yaitu kata tersebut dikenal luas atau lazim digunakan. d) Kecermatan, hindari kata yang maknanya bersifat kabur, tidak benar, atau tidak dapat diketahui kepastiannya, misalnya kata mungkin, kira-kira, dan nyaris/hampir.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



29



Evaluasi Latihan 1. Jelaskan pengertian diksi/pilihan kata dan berikan 3 contoh pemakaiannya dalam kalimat! 2. Jelaskan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar dapat menggunakan diksi yang tepat! 3. Buatlah sebuah paragraf dengan menggunakan majas!



Tugas Amatilah penggunaan bahasa promosi dalam iklan-iklan produk makanan atau minuman yang ada di televisi, kemudian berikan komentar terhadap pilihan kata/ diksinya!



30



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



BAB V



KALIMAT



A.



Kalimat Kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan yang dinyatakan dengan subjek dan predikat yang dirakit secara logis. Kalimat menjelaskan pikiran dan perasaan pembicara atau penulis. Sebuah kalimat minimal harus terdiri dari subjek dan predikat. 1. Unsur-unsur kalimat a) Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku). Selain menyatakan perbuatan atau tindakan Subjek, sesuatu dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa nominal. Contoh: Kucingku belang tiga. b) Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa verbal. Contoh: Yang berbaju batik dosen saya.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



31



c) Obyek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak obyek di belakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O. Contoh : Arsitek merancang…. (gedung). d) Pelengkap (pel) atau komplemen adalah bagian yang melengkapi P. letak pel umumnya di belakang verba. Posisi itu jug ditempati O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O jug sama, yaitu dapat berupa nominal, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara pel dan O terdapat perbedaan. Contoh: - Indonesia berasaskan pancasila - Gamelan merupakan kesenian tradisional e) Keterangan (ket.) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi keterangan adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbial, atau klausa. Contoh : - Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. - Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati. 2. Kalimat efektif Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandang banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasi. Menurut Alek (2011: 248) kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik 32



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



perhatian pendengar atau pembaca karena memiliki ciri: keutuhan, perpautan, penegasan, ekonomi, dan variasi. Menurut Rafiek (2015: 180) suatu kalimat dikatakan efektif jika memiliki ciri-ciri: a) Sesuai dengan tuntutan bahasa baku. b) Jelas, artinya kalimat itu mudah ditangkap maksudnya c) Ringkas dan lugas. d) Adanya hubungan yang baik (koherensi) antara satu kalimat dengan kalimat lain, antara satu paragraf dengan paragraf yang lain. e) Kalimat harus hidup/ bervariasi (pilihan kata, urutan dalam kalimat, bentuk kalimat, gaya bahasa, dan perbandingan/perumpamaan). f) Tidak ada unsur yang tidak berfungsi. 3. Kalimat Ambigu Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif. Contoh: (1) Tahun ini SPP mahasiswa baru dinaikkan. Kata baru di atas menerangkan kata mahasiswa atau kata dinaikkan? Jika menerangkan mahasiswa, tanda hubung dapat digunakan untuk menghindari salah tafsir. - Tahun ini SPP mahasiswa-baru dinaikkan. Jika kata baru menerangkan dinaikkan, kalimat itu dapat diubah menjadi: - SPP mahasiswa tahun ini baru dinaikkan. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



33



(2) Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera dijual. Frasa yang aneh di atas menerangkan kata rumah atau frasa sang jutawan? Jika yang aneh menerangkan rumah, kalimat itu dapat diubah menjadi: - Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera dijual. Jika yang aneh itu menerangkan sang jutawan kata yang dapat dihilangkan sehingga makna kalimat di atas menjadi lebih jelas. - Rumah sang jutawan aneh itu akan segera dijual. 4. Jenis Kalimat Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah, dan permintaan. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. a) Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah kalimat yang menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu penutur ingin menyampaikan informasi kepada lawan tuturnya. b) Kalimat pertanyaan (interogatif) adalah kalimat yang dipakai penutur untuk memperoleh infomasi atau reaksi (jawaban atau tindakan) yang diharapkan. c) Kalimat perintah/ permintaan (imperative) adalah kalimat yang digunakan untuk menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu.



34



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



d) Kalimat seruan (ekslamatif) adalah seruan mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang mendadak. Latihan dan Tugas Petunjuk: Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1.



Rumah yang mana dahulu pernah saya tinggali baru-baru ini dibongkar oleh petugas yang berwajib. 2. Tahun 2019 merupakan tahun yang penting di mana pemerintah akan mengadakan pemilihan umum. 3. Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri. 4. Kepada para pelamar diharap mendaftarkan diri. 5. Kepada hadirin kami harap berdiri. 6. Kepada saudara-saudara kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya. 7. Kepada siapa yang merasa tidak adil harap mengajukan protes. 8. Acara selanjutnya ialah sambutan dari wakil mahasiswa. Waktu dan tempat kami persilakan. 9. Orang itu saudara saya punya istri. 10. Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum. 11. Sementara orang mengatakan bahwa hal itu tak usah dibesar-besarkan. 12. Demikianlah laporan saya dan harap menjadi periksa adanya. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



35



13. Tenaga ahli sangat kurang jumlahnya untuk proyek ini. 14. Duduklah yang baik dan bicaralah yang benar. 15. Barang siapa yan tidak menaati pengumuman ini akan dipertanggung-jawabkan terhadap segala akibat yang ditimbulkannya. 16. Penataran ilmu Bedah Orthopedi di Rumah-sakit-rumah Sakit Swasta. 17. Hal ini tergantung dari izin untuk dididik lebih lanjut daripada ahli bedah-bedah di daerah yang membutuhkan. 18. Kata orang, bahasa hak-milik masyarakat. Jika begitu, marilah kita semua yang merasa menjadi anggota masyarakat, dan tidak seakan-akan di atasnya, turut memelihara bahasa kita. 19. 100 rumah selesai dibangun di kompleks perumahan itu. 20. Menjawab pertanyaan wartawan dikatakan oleh Menteri bahwa ia tidak tahu-menahu.



36



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



BAB VI A.



PARAGRAF



Paragraf 1. Teknik Pemaparan Paragraf a) Paragraf Deskriptif Paragraf deskriptif yakni melukiskan atau menggambarkan apa saja yang dilihat di depan mata penulisnya, misalnya menggambarkan tata ruang atau tata letak objek yang dilukiskan. Tujuan paragraf deskriptif adalah untuk menggambarkan suatu objek sejelas-jelasnya. Ciri-ciri paragraf deskriptif antara lain: Menggambarkan benda, tempat, atau suasana tertentu. Penggambaran dengan melibatkan panca indera (pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan). Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri objek yang dideskripsikan. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.



37



b) Paragraf Ekspositoris Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang isinya memaparkan, menerangkan, menjelaskan suatu topik yang berupa informasi dengan urut, jelas, dan detail dan bertujuan untuk memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada para pembacanya. Ciri-ciri paragraf ekspositoris yaitu: Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau melaksanakan suatu tindakan. Gaya penulisannya bersifat informatif. Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh panca indera. Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. c) Paragraf Argumentasi Paragraf argumentasi atau paragraf persuasif merupakan paragraf yang berusaha untuk membujuk atau meyakinkan pembaca tentang arti penting dari objek tertentu yang dijelaskan dalam paragraf itu. Ciri-ciri paragraf argumentatif yaitu: Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin. Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya berupa gambar/grafik. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian. Penutup berisi kesimpulan.



38



d) Paragraf Naratif Paragraf naratif berkaitan erat dengan penceritaan atau pendongengan dari sesuatu. Ciriciri paragraf naratif yaitu: Ada kejadian atau peristiwa Ada pelaku Ada waktu dan tempat kejadian. 2. Bentuk Paragraf



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa



39



a) Jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya. Paragraf Pembuka Paragraf ini letaknya di awal sebuah wacana. Paragraf ini berfungsi sebagai pembuka atau pengantar isi sebuah karangan kepada pembaca. Sebelum memasuki isi dan inti karangan, paragraf ini mengantarkan dan mempersiapkan pikiran pembaca agar lebih fokus, serta isinya mempengaruhi pembaca supaya tertarik melanjutkan isi bacaan. Contoh paragraf pembuka : “Besok internet mendatangi desa kita. Internet membuat kita menyaksikan dunia. Internet juga dapat menyampaikan surat ke sahabat kita di pulau seberang, bahkan hingga ke negara tetangga.” Itulah bunyi iklan layanan masyarakat yang dapat disaksikan lewat televisi. Bayangkan, melalui internet kita dapat mengakses kabar terkini dari seluruh penjuru dunia. Kita pun bisa mengetahui keadaan roket yang tengah diuji di angkasa luar. Dengan suatu blog, kita dapat menjadi penulis dengan memposting tulisan karya kita. Bahkan, kita pun dapat berbincang sambil menatap sahabat pena yang berada di Australia melalui web camera. Dengan hanya duduk di depan komputer, kita dapat menggunakan fasilitas chatting, browsing, gaming, atau surfing.



40



b) Paragraf Pengembang Paragraf ini letaknya di antara pembuka dan penutup pada sebuah karangan. Paragraf ini memuat isi dari sebuah karangan. Paragraf penghubung menguraikan isi dan inti sebuah tulisan. Sifat dari paragraf penghubung sesuai dengan tipe tulisannya seperti narasi, deskripsi, eksposisi, dll. Contoh paragraf penghubung : Meskipun begitu jangan lupa bahwa bersahabat dengan internet terdapat aturan yang sebaiknya kita patuhi. Jika tidak mengetahui aturan bermainnya, berteman dengan internet dapat merugikan. Tentunya kita pernah mendengar dari TV atau koran terdapat penculikan anak, kemudian orang tuanya diminta memberikan sejumlah tebusan berupa uang jika ingin anaknya dikembalikan. Ternyata setelah diselidiki, kasus penculikan tersebut bermula dari kegemaran anak terhadap internet seperti chatting. Anak tersebut tanpa sadar memberikan identitas atau data-data pribadi miliknya kepada orang yang ia ajak chatting padahal orang tersebut merupakan penjahat yang sedang menyamar menjadi anakanak. Hal tersebut sangat mungkin mengingat chatting tidak bisa melihat teman yang di ajak berbincang secara nyata alias maya. Supaya kejadian tersebut tidak terulang, apalagi menimpa diri kita, maka sebaiknya kita mengikuti aturan berikut:



41



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Jangan memberi data pribadi ke seseorang yang tidak kita kenal Jangan pergi sendirian ketika ingin bertemu dengan teman chatting Tidak malu untuk bertanya kepada orang tua/kakak Jangan mengakses sembarang situs Jangan lupa log out atau sign out akun ketika selesai Hati-hati terhadap virus di software tertentu Buatlah kesepakatan dalam penggunaan internet



c) Paragraf Penutup Paragraf penutup ialah paragraf yang letaknya di akhir sebuah sebuah karangan. Paragraf berfungsi sebagai penutup pada sebuah karangan. Paragraf ini menunjukkan tulisan telah berakhir, bentuknya kesimpulan, pengulangan secara ringkas, penekanan atau komentar akhir. Bentuknya disesuai dengan kebutuhan maupun jenis tulisan. Berikut contoh untuk paragraf penutup Contoh paragraf penutup : Hal-hal di atas tidak susah untuk dilakukan hanya perlu kesadaran, kedisiplinan serta tanggung jawab diri kita sendiri. Ketika itu dilakukan, internet akan sangat berguna bagi kehidupan, khususnya diri kita.



42



3. Pengait paragraf Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf berupa: a) Ungkapan penghubung transisi. 1) Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, dan, lagi pula, seperti halnya, juga, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga. 2) Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun, demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun. 3) Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu, sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, sebagaimana. 4) Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, sebab itu, karena itu. 5) Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, supaya. 6) Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan, contoh, ringkasnya, secara singkat, seperti sudah dikatakan, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya. 7) Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian. 8) Hubungan tempat: berdekatan dengan itu, berdampingan dengan, disini, disitu, dekat, di seberang.



Di Fakultas Farmasi



43



b) Kata Ganti Ungkapan pengait paragraf dapat berupa kata ganti orang maupun kata ganti yang lain. 1) Kata ganti orang: saya, aku, kita, kami, mereka, engkau, dia, beliau, dan –nya. 2) Kata ganti yang lain: itu, ini, demikian, tadi, di situ, di sana. 3) Kata kunci/ pengulangan kata-kata kunci untuk mengaitkan antar kalimat dalam paragraf. Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering)



44



BAB VII



EJAAN BAHASA INDONESIA



A.



Ejaan Bahasa Indonesia Ejaan menurut Suyanto (2011:90) adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau gambar-gambar bunyi. Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin, 2008:127). Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau gambar-gambar bunyi. B. Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia Ketika kita ingin menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita memerlukan tata bahasa baku sebagai rujukannya, sedangkan ketika kita ingin menulis dengan baik membutuhkan Ejaan Bahasa Indonesia sebagai pedoman dalam penulisan. Ejaan Bahasa Indonesia ini membicarakan tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan kata, (3) pemakaian tanda baca.



45



1. Pemakaian huruf Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut. Kapital Nonkapital Nama Pengucapan



46



A



A



a



a



B



B



be







C



C



ce







D



D



de







E



E



e



é



F



F



ef



èf



G



G



ge







H



H



ha



ha



I



I



i



i



J



J



je







K



K



ka



ka



L



L



el



èl



M



M



em



èm



N



N



en



èn



O



O



o



o



P



P



pe







Q



Q



ki



ki



R



R



er



èr



S



S



es



ès



T



T



te







U



U



u



u



V



V



ve







Kapital Nonkapital Nama Pengucapan W



W



we







X



X



eks



èks



Y



Y



ye







Z



Z



zet



zèt



Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u. Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir A



api



padi



lusa



e*



enak



petak



sore



ember



pendek



-



emas



kena



tipe



I



itu



simpan



murni



O



oleh



kota



radio



U



ulang



bumi



ibu



Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf Konsonan



Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir



B



bahasa



sebut



adab



C



cakap



kaca



-



D



dua



ada



abad



F



fakir



kafan



maaf



G



guna



tiga



gudeg 47



Huruf Konsonan



Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir



H



hari



saham



tuah



J



jalan



manja



mikraj



K



kami



paksa



politik



L



lekas



alas



akal



M



maka



kami



diam



N



nama



tanah



daun



P



pasang



apa



siap



q*



qariah



iqra



-



R



raih



bara



putar



S



sampai



asli



tangkas



T



tali



mata



rapat



V



variasi



lava



molotov



W



wanita



hawa



takraw



x*



xenon



-



-



Y



yakin



payung



-



Z



zeni



lazim



juz



Keterangan: * Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s]. Catatan 1. PUEBI 2015 menghilangkan keterangan "Huruf k melambangkan bunyi hamzah" dengan contoh "rakyat" dan "bapak". 48



2. Empat konsonan (c, q, x, dan y) tidak digunakan di posisi akhir kata dasar bahasa Indonesia. Konsonan y bisa terletak di akhir, tetapi dalam bentuk gabungan huruf konsonan sy, misalnya pada arasy. 3. Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi. Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir Ai



-



balairung



pandai



Au



autodidak



taufik



harimau



ei*



eigendom



geiser



survei



Oi



-



boikot



amboi



Gabungan Konsonan



Huruf Posisi Awal



Posisi Tengah



Posisi Akhir



Kh



khusus



akhir



tarikh



Ng



ngarai



bangun



senang



Ny



nyata



banyak



-



Sy



syarat



musyawarah arasy



Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:  Apa maksudnya? Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Misalnya:  Amir Hamzah



49



Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya:  Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan Misalnya:  Islam  Alquran Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:  Sultan Hasanuddin Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:  Selamat datang, Yang Mulia.  Semoga berbahagia, Sultan. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. 50



Misalnya:  Wakil Presiden Adam Malik  Perdana Menteri Nehru Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:  bangsa Indonesia Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. Misalnya:  tahun Hijriah  hari Lebaran Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya:  Konferensi Asia Afrika  Perang Dunia II  Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Misalnya:  Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.  Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.



51



Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:  Jakarta  Asia Tenggara  Kelurahan Rawamangun Misalnya:  berlayar ke teluk mandi di sungai  menyeberangi selat berenang di danau (2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:  jeruk bali (Citrus maxima) Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya. Misalnya:  Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.  Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda. Contoh berikut bukan nama jenis.  Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.



52



Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:  Republik Indonesia  Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:  Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:  S.H. = sarjana hukum  S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat  Sdr. = saudara Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. 53



Misalnya:  "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan. Dendi bertanya, "Itu apa, Bu?"  "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu. (2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:  Sudahkah Anda tahu?  Siapa nama Anda? Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya:  Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.. Huruf miring dipakai untuk menegaskan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, kelompok kata dalam kalimat. Misalnya:  Huruf terakhir kata abad adalah d.



atau atau



Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:  Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh. Catatan



54



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Misalnya:  Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagianbagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Misalnya:  1.1 Latar Belakang dan Masalah  1.1.2 Masalah  1.2 Tujuan 2. Penulisan Kata Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:  Kantor pajak penuh sesak.. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:  berjalan  perbaikan Misalnya:  sukuisme



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



55



Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya:  adibusana  aerodinamika  antarkota  antibiotik  ultramodern Misalnya:  non-Indonesia  anti-PKI (2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital. Misalnya:  Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.  Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun. (3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai. Misalnya:  Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.  Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.



56



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:  anak-anak  biri-biri  mata-mata Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama. Misalnya:  surat kabar → surat-surat kabar  kapal barang → kapal-kapal barang  rak buku → rak-rak buku  kereta api cepat → kereta-kereta api cepat. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya:  duta besar  model linear Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:  anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)  anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



57



Misalnya:  bertepuk tangan  menganak sungai Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya:  dilipatgandakan  menggarisbawahi Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Misalnya:  acapkali  adakalanya  segitiga  sukacita  sukarela Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:  bu-ah b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:  pan-dai  au-la  sau-da-ra 58



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



 sur-vei  am-boi



c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya:  ba-pak  la-wan d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:  Ap-ril e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing- masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:  ul-tra Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Misalnya:  ber-jalan  kekuat-an



59



(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:  ge-lem-bung (3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan. Misalnya:  Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....  Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. Misalnya:  biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi  biodata, bio-data, bi-o-da-ta Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya. Misalnya:  Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf Supratman.



60



Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal. Misalnya: Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita. Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:  Di mana dia sekarang?  Kain itu disimpan di dalam lemari. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:  Bacalah buku itu baik-baik!  Apakah yang tersirat dalam surat itu? Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:  Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.  Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.  Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku



61



Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:  Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:  A.H. Nasution = Abdul Haris Nasution  H. Hamid = Haji Hamid  Suman Hs. = Suman Hasibuan Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:  NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia  UI = Universitas Indonesia Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:  PT = perseroan terbatas  MAN = madrasah aliah negeri Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.



62



Misalnya:  hlm. = halaman  dll. = dan lain-lain Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:  a.n. = atas nama  d.a. = dengan alamat Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:  Cu = kuprum  cm = sentimeter Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:  BIG = Badan Informasi Geospasial  BIN = Badan Intelijen Negara Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:  Bulog = Badan Urusan Logistik  Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional



63



Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:  iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.  Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9  Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VII , , , ( 0), C (100), D ( 00), M (1.000), ( .000), M (1.000.000) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:  Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.  Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:  Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.  Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:  Panitia mengundang 250 orang peserta.  Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno. 64



Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:  Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:  0,5 sentimeter  5 kilogram Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya:  Jalan Tanah Abang I No. 15 atau  Jalan Tanah Abang I/15 Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:  Bab X, Pasal 5, halaman 252 Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan Utuh Misalnya:  dua belas (12)



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



65



b. Bilangan Pecahan Misalnya:  setengah atau seperdua (1/2)  satu permil (1o/oo) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:  abad XX  Perang Dunia Kedua Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:  lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)  tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan) Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Misalnya:  Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.



66



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut. Misalnya:  Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf. Misalnya:  Kelapadua Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:  Rumah itu telah kujual.  Majalah ini boleh kaubaca. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:  Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.  Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli 3. Pemakaian Tanda Baca Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan. Misalnya:  Mereka duduk di sana.  Dia akan datang pada pertemuan itu.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



67



Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:  I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia A. Bahasa Indonesia 1. Kedudukan 2.Fungsi B. Bahasa Daerah 1. Kedudukan 2.Fungsi C. Bahasa Asing 1.Kedudukan 2. Fungsi Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya:  pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)  01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit. Misalnya:  Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.



68



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya:  Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya:  Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya:  Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misalnya:  Kalau diundang, saya akan datang. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Misalnya:  Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



69



Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya:  O, begitu?  Wah, bukan main! Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:  Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."  "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia adalah makhluk sosial." Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:  Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130 Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:  Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.



70



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya:  Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:  B. Ratulangi, S.E.  Ny. Khadijah, M.A. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:  12,5 m Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya:  Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian. Misalnya:  Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



71



Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk. Misalnya:  Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.  Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa. Misalnya: Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah (1) berkewarganegaraan Indonesia; (2) berijazah sarjana S-1; (3) berbadan sehat; dan (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagianbagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. Misalnya:  Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.



72



Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan. Misalnya:  Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.  Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:  Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:  Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:  Ibu : "Bawa koper ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"



73



Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka. Misalnya:  Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris. Misalnya:  Di samping cara lama, diterapkan juga cara baru …. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. Misalnya:  anak-anak Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya:  11-11-2013  p-a-n-i-t-i-a Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan. Misalnya:  ber-evolusi Tanda hubung dipakai untuk merangkai a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat); 74



b. ke- dengan angka (peringkat ke-2); c. angka dengan –an (tahun 1950-an); d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu); f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNKku). Misalnya:  P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:  di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi') Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. Misalnya:  Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.  Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.



75



Misalnya:  Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.  Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain. Misalnya:  Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI— diabadikan menjadi nama bandar udara internasional. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya:  Tahun 2010—2013 Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:  Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati? Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:  Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).



76



Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya: Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:  Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Misalnya:  "Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?" Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:  "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:  Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.  Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!



77



Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:  "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. Misalnya:  Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?" Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan. Misalnya:  tergugat 'yang digugat' Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:  Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).  Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).  Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya:  Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.



78



Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan. Misalnya:  Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.  Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian. Misalnya:  Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya:  Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung. Misalnya:  Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.



79



Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya:  Nomor: 7/PK/II/2013 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap. Misalnya:  mahasiswa/mahasiswi = 'mahasiswa dan mahasiswi' Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya:  Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali. Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu. Misalnya:  Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)



80



BAB VIII



MENULIS KARYA ILMIAH Pertemuan ke-11, 12, dan 13



A.



Pengertian dan Jenis Karya Ilmiah Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51); karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EBI dan Pembentukan Istilah. Berdasarkan tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas lima macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan penelitian, (3) skripsi, (4) tesis, dan (5) disertasi. Makalah adalah karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung maupun tidak langsung; dapat berupa kajian pustaka/buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi. Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan yang dibuat setelah seseorang melakukan penelitian, pengamatan, wawancara, pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun



81



skripsi merupakan jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana; tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk memperoleh gelar magister; dan disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga (S3) untuk memperoleh gelar doktor. 1. Makalah Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah disusun melalui proses berpikir deduktif atau induktif. Dilihat dari bentuknya, makalah mempunyai bentuk yang paling sederhana diantara karya tulis ilmiah yang lain (skripsi, tesis, dan disertasi). Makalah ilmiah yang tidak terlalu panjang, menggunakan bahasa yang lugas dan lebih sederhana dikenal juga dengan istilah artikel ilmiah populer. Makalah ada yang terdokumentasikan ada pula yang tidak. Terdokumentasikan melalui: majalah, jurnal/prosiding, surat kabar, dan lain sebaginya. Tidak terdokumentasikan, biasanya hanya dipresentasikan melalui seminar, lokakarya, atau konsorsium. 2. Skripsi Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain yang didukung oleh data dan fakta empiris-objektif (dari studi lapangan atau studi kepustakaan). Ditulis untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari suatu perguruan tinggi. 3. Tesis Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis membahas suatu pernyataan atau teori yang didukung oleh sejumlah 82



argumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Tesis ditulis untuk melengkapi ujian program strata dua (magister). 4. Disertasi Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci. Unsur orisinal dari temuan penulis sangat ditonjolkan. Disertasi ditulis untuk melengkapi ujian program strata tiga (doktor). B.



Sistematika Penyusunan KTI 1. Bagian-Bagian Naskah KTI Bentuk naskah KTI untuk Prodi S-1 Farmasi pada umumnya terdiri dari tiga bagian pokok, sebagai berikut: 1.1. Bagian awal, yang berisi: 1.1.1. Sampul Luar dan Sampul Dalam 1.1.2 Lembar Persetujuan Pembimbing 1.1.3 Lembar Pengesahan KTI 1.1.4 Abstrak 1.1.5 Kata Pengantar 1.1.6 Daftar Isi 1.1.7 Daftar Tabel (jika ada) 1.1.8 Daftar Gambar (grafik, diagram, bagan, peta, dll) 1.1.9 Daftar Lampiran



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



83



1.2 Bagian tengah, berupa naskah atau teks yang berisi: Bab 1. Pendahuluan; berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian lain terkait Bab 2. Tinj auan Pustaka; yang memuat tentang kajian teoritis, dan kerangka konsep penelitian Bab 3. Metode Penelitian; Memuat tentang jenis dan rancangan penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian,instrumen dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, serta etika penelitian Bab 4. Hasil dan Pembahasan; memuat tentang hasil penelitian, pembahasan, keterbatasan dan implikasi hasil penelitian dalam keperawatan Bab 5. Kesimpulan dan Saran 1.3 Bagian Akhir, yang berisi : 1.3.1 Daftar Rujukan 1.3.2 Lampiran-Iampiran 2. Uraian Pokok-Pokok Naskah KTI Penjelasan tiap bagian dari naskah KTI adalah sebagai berikut: 2.1 Sampul Halaman sampul terdiri dari dua bagian yaitu sampul depan dan sampul dalam. Sampul depan 84



berisikan judul, tulisan “Karya Tulis lmiah”, logo institusi, nama mahasiswa dan NPM, nama institusi, nama program studi, serta nama kota dan tahun penerbitan KTI Sampul dalam berisi judul, tulisan “Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi S-1 F armasi. . .”, nama mahasiswa dan NPM, nama institusi, nama program studi, nama kota, serta tahun penerbitan (contoh lihat lampiran I dan lampiran 2) Judul sebaiknya singkat, jelas dan tepat, agar mencerminkan secara jelas isi KTI tersebut. 2.2 Lembar pengesahan KTI Berisikan pernyataan bahwa KTI telah diujikan, nama mahasiswa dan NPM. Pada bagian tengah halamannya dicantumkan tanda tangan pengesahan dari para penguji, yang ditulis berurutan. Pada bagian bawah dicantumkan tandatangan ketua prodi dan tandatangan ketua institusi (contoh lihat lampiran 3). Untuk pengesahan proposal dapat dilihat pada lampiran 5. 2.3 Lembar persetujuan pembimbing Berisikan pernyataan bahwa KTI disetujui pembimbing untuk diujikan, nama mahasiswa dan NPM, serta nama dan tandatangan para pembimbing. Pada bagian bawah dicantumkan tandatangan ketua program studi masing-masing (contoh lihat lampiran 5). 2.4. Penelitian Terkait Berisikan tentang karya tulis lain yang serupa dengan KTI yang dibuat oleh mahasiswa yang bersangkutan, juga uraian tentang persamaan dan perbedaannya. 85



2.5 Abstrak Berisikan latar belakang penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, kesimpulan dan saran penelitian, kata kunci, serta jumlah daftar rujukan. Jumlah kata dalam sebuah abstrak tidak melebihi 200 kata, dihitung dari kata awal sampai kata terakhir dalam lembaran abstrak (contoh lihat lampiran 6). 2.6 Kata Pengantar Berisikan uraian kata-kata maupun ucapan terima kasih yang ditujukan pada individu atau sekelompok orang yang dianggap telah mendukung atau berjasa bagi penulis dalam pembuatan KTI ini. Tulisan ucapan rasa terima kasih dengan menyebutkan nama-nama dan dengan kalimat yang cukup formal. Pada sebelah kanan bawah dituliskan kota tempat institusi, bulan dan tahun penerbitan, dan pada bagian bawahnya lagi dituliskan kata ” penulis”. 2.7 Daftar Isi Daftar isi memuat garis besar mengenai keseluruhan isi yang terdapat di dalam KTI. Urutan penyusunannya terdiri dari bab, subbab serta seluruh lampiran yang ada, dengan nomor halaman masing-masing. 2.8 Daftar Tabel (jika ada) Jika di dalam naskah KTI dipergunakan banyak tabel, maka tabel tersebut di daftar secara berurutan dengan nomor yang sesuai denganjudul tabel di dalam naskah KTI. Jika naskah KTI hanya memuat 1 (satu) tabel, tidak perlu dibuatkan daftarnya (contoh lihat lampiran 8). 3.2.9 Daftar Gambar (grafik, diagram, bagan, peta, dan lain-lain)



86



2.9 Daftar Gambar (grafik, diagram, bagan, peta, dan lain-lain) Semua gambar, grafik, dan sebagainya yang terdapat dalam uraian dan tidak merupakan lampiran, harus dibuatkan daftar yang memuat nomor urut, judul tabel/gambar dan nomor halaman tempat tabel/ gambar tercantum. 2.10 Daftar Lampiran Lampiran adalah bahan yang bersifat melengkapi (elementer) serta menjelaskan (eksplamatoris) dan tidak perlu dimasukkan teks. Lampiran ini dapat berupa contoh-contoh peraturan formulir isian, angket yang dipakai dan lain-lain. Hal-hal yang menjadi lampiran dalam KTI harus dibuat dalam Daftar Lampiran. 2.11 Latar Belakang Mengungkapkan dasar pemikiran atau alasan yang menjadikan ide/topik KTI. Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal khusus yang berhubungan dengan topik yang dibahas, terutama berkaitan dengan variabel yang ingin diteliti. Mengutarakan juga aspek yang menunjukkan adanya perbedaan antara kenyataan yang ada (yang ditunjukkan adalah data sekunder) dengan harapan yang diinginkan. Dari perbedaan ini timbul masalah, dengan adanya masalah ini maka dilakukanlah penelitian. 2.12 Rumusan masalah Memuat tentang masalah dan membatasi masalah tersebut agar lebih spesifik dan terfokus.



87



2.13 Tujuan Menjelaskan hal-hal yang spesifik yang ingin dicapai dalam penelitian. Biasanya tujuan dari penelitian adalah untuk mencari jawaban atas masalah yang telah dikemukakan. 2.14 Manfaat Manfaat adalah keuntungan yang diharapkan jika penelitian itu telah dilaksanakan. 2.15 Kesimpulan Merupakan rangkuman dari hasil KTI, yang didasarkan pada tujuan yang dibuat. 2.16 Saran Saran ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil KTI. Saran sebaiknya bersifat operasional, ditulis dengan simpel dan mudah dipahami. 2.17 Daftar Rujukan Daftar rujukan berisi semua sumber-sumber referensi yang dikutip dalam naskah KTI. Apabila peneliti hanya menggunakan sumber referensi sebagai bahan bacaan saja namun tidak dikutip dalam naskah, maka tidak perlu dicantumkan dalam daftar rujukan. 2.18 Lampiran Lampiran memuat semua hal yang perlu dimasukkan sebagai tambahan, antara lain surat ijin, surat bimbingan, lembar konsultasi, lembar kuesioner, lembar observasi, rekapitulasi data responden, SOP (Standar Operasional Prosedur), dll.



88



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



3. Uraian Tentang Metode KTI dan Etika Penelitian 3.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini dikemukakan teori-teori ilmu pengetahuan yang relevan dengan persoalan yang diteliti. Uraian teoritis diarahkan untuk menguatkan jawaban yang telah digambarkan pada bab pendahuluan. Teori ini diperoleh dari sumber bahan bacaan, hasil penelitian dari peneliti terdahulu dalam bidang yang sama serta dari bahan-bahan lainnya yang ada relevansinya dengan persoalan yang dibahas. 3.2 Kerangka konsep penelitian Merupakan rancang bangun alur berpikir peneliti dalam penelitian ini yang didasari oleh konsep teori yang terkait. 3.3 Jenis dan rancangan penelitian 3.4 Definisi operasional Berupa tabel yang memuat tentang definisi operasional dari variabel penelitian, parameter, instrumen penelitian, skala data, dan hasil ukur. 3.5 Populasi dan sampel Memuat populasi penelitian, sampel penelitian, dan sampling. 3.6 Tempat dan waktu penelitian Menguraikan tentang tempat pelaksanaan penelitian dan waktu penelitian. Waktu penelitian diperhitungkan mulai dari pengajuan proposal sampai waktu selesainya penelitian. 3.7 Instrumen dan teknik pengumpulan data Berisi penjelasan tentang instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian dan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



89



3.8 Teknik pengolahan data Menguraikan teknik yang digunakan dari sejak terkumpulnya data penelitian sampai pengolahan data tersebut. 3.9 Etika Penelitian Memuat etika penilitian yang melindungi responden dan hak respoden terhadap penelitian yang dilakukan serta kewajiban seorang peneliti untuk memberikan kenyamanan kepada responden. C.



Teknik Penulisan Naskah KTI 1. Penulisan Penomoran 1.1 Peringkat pertama adalah tulisan Bab beserta judulnya: diketik pada batas atas bidang pengetikan, disusun simetris menggunakan huruf kapital semua, dicetak tebal, dan ditempatkan di tengah baris (aligmen„ center). Tulisan Bab diberi nomor urut menggunakan angka 1, 2, 3, dst 1.2 Peringkat kedua adalah penomoran untuk subbab: ditulis di sebelah kiri dengan menggunakan urutan 2-angka (contoh: 1.1, 1.2, dst). Judul subbab dicetak tebal, setiap huruf pertama kata ditulis dengan huruf kapital dan huruf berikutnya ditulis kecil, tanpa garis bawah dan tanpa tanda titik. Awal paragraf berada di bawah judul subbab, sejajar dengan huruf pertama judul subbabnya 4.1.3 Peringkat ketiga adalah penomoran untuk anak subbab: ditulis dengan urutan 3-angka (contoh: 1.1.1, 1.1.2, 1.1.3, dst). Huruf pertama ditulis dengan huruf kapital dan berikutnya ditulis dengan



90



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



1.4



1.5 1.6



1.8



1.9



huruf kecil, tanpa garis bawah, tanpa tanda titik, dan tidak dicetak tebal. Peringkat keempat penomoran ditulis menggunakan urutan 4-angk'a (contoh: 4.1.1.1, 4112, 41.13, dst) Penomoran peringkat kelima ditulis dengan menggunakan huruf kecil (contoh: a, b, c, dst) . Penomoran peringkat keenam ditulis dengan menggunakan urutan angka kecil memakai tanda kurung tutup tanpa tanda titik. Contoh: 1) 4.1.7 Peringkat ketujuh ditandai dengan urutan huruf kecil memakai tanda kurung tutup tanpa tanda titik. Contoh: a) 4.1.8 Peringkat kedelapan ditandai dengan urutan angka kecil memakai tanda kurung buka tutup tanpa tanda titik. Contoh: (1) 4.1.9 Peringkat kesembilan ditandai dengan urutan huruf kecil memakai tanda kurung buka tutup tanpa tanda titik. Contoh: (a) angka kecil memakai tanda kurung tutup tanpa tanda titik. Contoh: 1) 4.1.7 Peringkat ketujuh ditandai dengan urutan huruf kecil memakai tanda kurung tutup tanpa tanda titik. Contoh: a) Peringkat kedelapan ditandai dengan urutan angka kecil memakai tanda kurung buka tutup tanpa tanda titik. Contoh: (1) Peringkat kesembilan ditandai dengan urutan huruf kecil memakai tanda kurung buka tutup tanpa tanda titik. Contoh: (a)



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



91



2. Pengetikan Naskah KTI 2.1 Bidang pengetikan bawah kertas 2.2 Jenis huruf seluruh naskah menggunakan huruf Times new Roman dengan ukuran huruf 12, sedangkan teks di dalam tabel/ graf1k/ gambar diperbolehkan menggunakan huruf ukuran 10 sampai dengan 12. Secara umum, digunakan huruf yang dicetak tegak (normal). Huruf miring (italic) digunakan untuk menuliskan kata bahasa asing atau kata bahasa daerah, dan istilah yang belum lazim. Huruf cetak tebal (bold) digunakan untuk menuliskan judul bab dan subbab 2.3 Spasi 2.3.1 Spasi dalam naskah KTI a. Setiap awal paragraf berada tepat di bawah judul subbab, sejajar dengan huruf pertama judul subbabnya b. Spasi antarbaris dalam satu paragraf adalah 1,5 spasi c. Spasi dari nomor bab ke judul bab adalah 1,5 spasi d. Spasi dari judul bab ke judul subbab adalah 2 kali 1,5 spasi e. Spasi antar paragraf adalah 2 kali 1,5 spasi f. J arak antara akhir teks subbab dan awal subbab baru adalah 2 kali 1,5 spasi g. Jarak antara judul subjudul dengan teks dibawahnya adalah 1,5 spasi, dan jarak antara paragraf dengan paragraf berikutnya juga 1,5 spasi 92



h. Teks di dalam tabel menggunakan spasi 1, termasuk juga spasi untuk keterangan tabel/gambar/grafik i. Spasi antarkata dalam kalimat teks tidak boleh terlalu renggang (maksimal sama dengan ukuran satu huruf), agar spasi antarkata cukup rapat, kata yang terletak di pinggir jika perlu diputus menurut suku katanya sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baku 2.3.2 Spasi dalam daftar rujukan a. Dalam sebuah sumber/rujukan, spasi antara baris menggunakan 1 spasi (spasi tunggal), sedangkan spasi antara satu rujukan dengan rujukan lainnya menggunakan spasi 2 b. Awal kata dalam satu rujukan diketik pada margin kiri, baris selanjutnya diketik menjorok masuk 1 centimeter dari garis margin kiri Contoh spasi dalam daftar rujukan: Carol,T., et al. (2011). Fundamental Of Nursing. Philadelphia: Lippincott Company. Darmadi. (2011). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. , Jakarta: Salemba Medika. Johnson, J .Y. (2011). Prosedur Perawatan Rumah Pedoman Untuk Perawat. Jakarta: EGC. 93



2.4 Nomor halaman 2.4.1 Peletakan nomor halaman pada setiap awal bab adalah tepat di bagian tengah bawah halaman, berjarak 1,5 cm dari tepi bawah kertas. Nomor halaman selanjutnya diletakkan pada pojok kanan atas pada setiap halaman dengan jarak 1,5 cm dari tepi atas kertas 2.4.2 Huruf untuk nomor halaman pada bagian awal naskah adalah berupa angka romawi kecil (i, ii, iii, dst), sedangkan nomor halaman pada bagian isi dan bagian penutup naskah ditulis dengan menggunakan angka latin (1, 2, 3, dst 2.5 Penggunaan rujukan/referensi 2.5.1 Sumber rujukan dalam penyusunan KTI ini ditetapkan minimal 5 buah, yang terdiri dari minimal 2 buah referensi berbahasa Inggris dan minimal 3 buah referensi yang berbahasa Indonesia 2.5.2 Referensi yang digunakan untuk KTI: untuk buku adalah terbitan 10 tahun terakhir, jurnal/penelitian adalah 5 tahun terakhir, angka prevalensi adalah 3 tahun terakhir. menggunakan huruf ukuran 10 sampai dengan 12. Secara umum, digunakan huruf yang dicetak tegak (normal). Huruf miring (italic) digunakan untuk menuliskan kata bahasa asing atau kata bahasa daerah, dan istilah yang belum lazim. Huruf cetak tebal 94



(bold) digunakan untuk menuliskan judul bab dan subbab 2.6 Penulisan pada tabel (contoh lihat lampiran 6) 2.6.l Judul tabel diletakkan diatas tabel, ditulis rata tengah ' (aligment center) didahului dengan kata tabel. Judul tabel diberi nomor berurutan, menggunakan huruf kecil (contoh: Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dst), namun jika tabel terdapat dalam setiap bab maka nomor tabel harus didahului nomor kode bab (contoh: Tabel 1.1, Tabel 1.2, Tabel 2.1, dst) 2.6.2 Badan tabel tidak boleh dipenggal kecuali sangat terpaksa, misalnya tidak muat pada satu halaman penuh 2.6.3 Badan tabel diletakkan rata di tengah halaman 2.6.4 Penulisan sumber rujukan dari tabel diletakkan di bawah tabel, dengan jarak 1 spasi dari tabelnya 2.6.5 Penulisan keterangan tabel juga diletakkan di bawah tabel, letaknya setelah sumber rujukan tabel 2.6.6 Spasi antara tabel dengan teks di luar tabel (teks di atasnya atau teks di bawahnya) adalah 2 kali 1,5 spasi 2.6.7 Spasi antara judul tabel dengan tabelnya adalah 1,5 spasi 2.6.8 Teks di dalam tabel menggunakan ukuran spasi 1 dan diperbolehkan menggunakan huruf ukuran 10-12 95



2.7 Gambar/grafik 2.7 .1 Judul gambar/ grafik diletakkan simetris di bawah gambar/ grafik didahului dengan kata gambar/ grafik. Judul gambar/ grafik diberi nomor berurutan, menggunakan huruf kecil (contoh: l, 2, 3, dst) 2.7.2 Gambar/ grafik tidak boleh dipenggal 2.7.3 Letak gambar/ grafik rata di tengah halaman 2.7.4 Penulisan sumber rujukan dari gambar/ grafik diletakkan di bawah gambar/ grafik setelah judul gambar/ grafik, dengan jarak 1 spasi dari judulnya D.



Penulisan Kutipan dan Daftar Rujukan 1. Jenis Kutipan Sumber rujukan-sumber rujukan yang tercantum dalam KTI merupakan referensi yang harus ada pengutipannya di dalam naskah. Pengutipan sumber rujukan ini dilakukan pada:  'Setiap informasi dari suatu sumber, baik yang dikutip langsung, ataupun yang telah disitasi atau disintesis ' Data, gambar, tabel, bagan, grafik, atau diagram dari suatu sumber ' Teori atau gagasan penulis lain  'Hasil penelitian orang lain Sumber rujukan (referensi) dapat berupa buku atau bahan lainnya, yang dikutip dengan teknik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung, sebagai berikut:



96



1.1 Kutipan langsung atau kuotasi Kutipan langsung (kuotasi) adalah mengutip suatu sumber dengan kata-kata dan kalimat yang sama dengan aslinya. Pengutipan langsung yang diberlakukan untuk KTI ini tidak lebih dari 4 baris ketikan. Cara penulisan kutipan langsung:  Harus mencantumkan tahun dan nomor halaman dari sumber kutipan  Diberi tanda kutip dua (“. . …”) pada awal dan akhir kutipan Contoh: Banner (2011, hal.23) mengemukakan bahwa, ” ntuisi tidak sama dengan asumsi, oleh karena itu …” 1.2 Kutipan tidak langsung Penulisan kutipan tak langsung diperbolehkan tidak mencantumkan nomor halaman dari sumber rujukannya namun hal tersebut harundilakukan secara konsisten di setiap rujukan yang digunakan. 2. Penulisan Kutipan Dalam Naskah Pemilihan referensi dalam teks/naskah KTI yang digunakan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin adalah menurut Sistem Harvard, yaitu hanya mencantumkan nama belakang penulis dan tahun terbitnya tulisan tersebut. Cara penulisan sistem ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: 2.1 Referensi dari satu penulis : cantumkan nama belakang penulis dan tahun terbitnya tulisan Contoh 1: brahim (2011) membahas tentang… Contoh 2: Dalam penelitian tentang …, brahim (2011) menemukan bahwa 97



Contoh 3: Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa (Ibrahim, 2011) 2.2 Referensi dari dua penulis: kedua nama penulis harus selalu dicantumkan Contoh 1: Manderson and Espino (2011) dalam studi di Filipina Contoh 2: Hasil penelitian (Manderson & Espino, 2011) 2.3 Referensi oleh lebih dari dua penulis: cantumkan nama belakang penulis pertama saja, ditambahkan et al. (kata et al. dicetak miring) Contoh 1: Aikins et al. (2011) menyatakan Contoh 2: Penelitian tentang (Aikin et al., 2011) 2.4 Referensi dari institusi sebagai penulis Bila pertamakali dimuat dalam teks: tuliskan identitas institusi lengkap dan akronimnya Contoh 1: Departemen Kesehatan (Depkes)(2011) Contoh2: Hasil pendataan (Departemen Kesehatan [Depkes], 2011) Dalam pengutipan selanjutnya: gunakan akronimnya saja Contoh l: Depkes (2011) Contoh 2: Survei di Indonesia (Depkes, 2011) 2.5 Pengutipan dari beberapa tulisan oleh penulis yang sama, dan merupakan sumber dari paragraf yang sama 98



2.5.1 Bila tulisan-tulisan itu diterbitkan pada tahun yang sama : ditambahkan huruf abjad kecil (a, b, c, ...) sebagai tanda Contoh: Beberapa penelitian ... (Ibrahim, 2011a,b) 2.5.2 Bila diterbitkan pada tahun yang berbeda: cantumkan tahun terbitnya secara berurutan Contoh l: Ibrahim (2010, 2011) menemukan Contoh 2: Beberapa penelitian (Ibrahim, 2010, 2011) 2.6 Pengutipan dari beberapa tulisan oleh dua orang penulis: maka di dalam teks penulisannya dipisahkan oleh tanda titik koma Contoh:… (Espino & Manderson, 2011; ipowsky et al., 2005; Snow et al., 1990) 2.7 Referensi dari penulis yang nama belakangnya sama: cantumkan inisial namanya dengan lengkap pada seluruh sitasi dalam teks Contoh: R.D. Luce and F.A. Luce (2011) mengatakan 2.8 Mensitasi suatu tulisan yang merupakan bagian dari suatu buku atau kumpulan tulisan: cantumkan nama penulis bagian tersebut (bukan nama editor seluruh buku) Contoh: S. Brown and A. Glasner merupakan editor sebuah buku berisi kumpulan beberapa tulisan, termasuk di dalam buku tersebut tulisan dari Race (2010)



99



2.9 Referensi sekunder: hanya diijinkan bila sumber aslinya tidak dapat ditemukan. Contoh 1: Penelitian oleh Smith (1960, disitasi oleh Jones, 2011) menemukan bahwa Contoh 2: White, seperti yang disitasi Black (2011), berpendapat bahwa 2.10 Bila tidak ada nama penulis: digunakan istilah ”anonim” Contoh: data sebelumnya menunjukkan (Anonim, 2011) 2.11 Mensitasi artikel koran tanpa nama penulis: dituliskan nama korannya Contoh: Kecurigaan adanya limbah (Kompas, 2011) 2.12 Mensitasi dari komunikasi pribadi Komunikasi pribadi dapat berbentuk surat, memo, komunikasi elektronik, komunikasi pertelepon, dll. Komunikasi pribadi dapat ditulis dalam teks namun tidak perlu dicantumkan dalam Daftar Pustaka Contoh: Radjiman (personal communication, October 24, 2011) 2.13 Kutipan dari situs internet: maka yaitu 5.2.11.1 Bila sumber kutipan ada judul dan penulisnya, pengutipannya seperti layaknya sistem harvard, dituliskan nama akhir penulis dan tahun penulisan“ 100



Kemudian di dalam daftar rujukan dicantumkan nama situs dan tangga diakses Contoh: Di dalam naskah ditulis: karena itulah daya ingat cenderung menurun (Brown, 2011) di dalam daftar rujukan ditulis: Brown. (2011). Brain. (Internet). Termuat dalam: http://www. fmdarticles.pdf (Diakses tanggal 6 Maret 2011) 2.13.1Bila sumber kutipan tidak ada judul dan penulisnya, maka dituliskan lengkap situsnya dalam naskah, kemudian di dalam daftar rujukan ditulis seperti halnya di dalam naskah. Contoh : merupakan sebuah komunitas yang kompeten



(Diakses tanggal 6 Maret 2011) Di dalam daftar rujukan ditulis: http://Www.netLibrary.com/summary&v=l &bookid=2 2981> (Diakses tanggal 6 Maret 2011) 3. Ketentuan Sumber Rujukan Menulis bibliografi atau daftar pustaka bermaksud untuk menampilkan semua sumber rujukan dan bacaan baik yang telah diterbitkan seperti buku, jurnal dan 101



majalah, ataupun yang belum terbit seperti kertas kerj a, tesis dan disertasi. Biblografl dapat membantu pembaca mengetahui sumber-sumber yang digunakan dalam karya ilmiah. Mahasiswa diwajibkan menggunakan minimal 5 buah referensi keperawatan dalam Daftar Rujukan, yaitu terdiri dari minimal 3 buah referensi keperawatan berbahasa Indonesia dan minimal 2 buah referensi keperawatan berbahasa inggris. Referensi yang digunakan untuk KTI: untuk buku adalah terbitan 10 tahun terakhir, untuk jurnal/penelitian adalah 5 tahun terakhir, dan untuk angka prevalensi adalah 3 tahun terakhir. 4. Penulisan Sumber Rujukan Penulisan sumber rujukan yang digunakan untuk KTI di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin adalah menggunakan sistem Harvard, sebagai berikut: 4.1. Daftar Rujukan disusun secara alfabet 4.2 Penulisannya berurutan, sebagai berikut: nama pengarang, tanda titik, spasi, tahun (terletak di dalam tanda kurung), tanda titik, spasi, judul (dicetak miring), tanda titik, spasi, edisi/jilid (bila ada), tanda titik, spasi, kota tempat penerbitan, tanda titik dua, spasi, penerbit, tanda titik Contoh: Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.



102



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



4.3 Bila nama pengarang terdiri dari 2 (dua) kata atau lebih, maka penulisannya dimulai dari nama paling belakang, diberi tanda koma (,) dilanjutkan dengan singkatan nama depan dan nama tengahnya Contoh l: Andry Hartono ditulis: Hartono, A Contoh 2: Claire Wieks ditulis: Wieks, C Contoh 3: Muhammad Anwar Ibrahim ditulis: Ibrahim, MA 4.4 Penulisan editor atau editors disingkat menjadi ”ed” atau ”eds” -4 Tanda ”&” diperbolehkan untuk menuliskan nama-nama penulis, namun penggunaannya harus konsisten 4.5 Penulisan gelar kesarjanaan pengarang, ditiadakan 4.6 Penulisan daftar pustaka tidak menggunakan nomor urut 4.7 Penulisan beberapa sumber yang berasal dari satu penulis: disusun secara kronologis berdasarkan tahun terbitnya, atau bila tahun penerbitannya sama maka dipakai tambahan huruf kecil (a, b, dst) Contoh 1: Ibrahim, ML. (2010) Contoh 2: Ibrahim, M.L. (2011a) ..... Contoh 3: Ibrahim, M.L. (2011b) ..... 5.1 Format Penulisan Daftar Rujukan Referensi yang bersumber dari buku, format penulisan dalam daftar rujukan, seperti contoh berikut: Pengarang. (tahun). Judul dan sub judul (dicetak miring). Edisi/volume/seri (jika ada). Kota: Penerbit.



103



Secara terperinci, format penulisan daftar rujukan adalah sebagai berikut: 5.5.1 Bersumber dari buku dengan satu penulis: Contoh: Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius. 5.1.2 Bersumber dari buku dengan dua atau lebih penulis: semua nama pengarang harus ditulis (tidak boleh disingkat dengan et al. atau dkk.). Penggunaan et al. atau dkk. hanya ketika mensitasi atau kuotasi di dalam naskah. Contoh: Cheek, J., Doskatsch, I., Hill, P. & Walsh, L. (2011). Finding Out: Information Literacy for the 2lst Century. South Melbourne: McMillan Education Australia. 5.1.3 Bersumber dari buku dengan editor atau penyusun sebagai penulis Contoh: Robinson, W & Huxtable, C.R.R. Eds. (2011). Clinicopathologic Principles for Veterinary Medicine. Cambriedge: Cambriedge University Press.



104



BAB IX A.



PLAGIASI DAN SURAT



Plagiasi 1. Pentingnya Orisinalitas Tulisan Istilah orisinalitas tulisan mengemuka di sekitar tahun 1500-an di Inggris. Saat itu istilah orisinalitas mengacu pada pengertian bahwa hasil tulisan yang dibuat seseorang tidak pernah dibuat sebelumnya oleh orang lain secara tertulis. Isu orisinalitas ini mengemuka hingga mendorong munculnya kesadaran akan pentingya melindungi orisinalitas pemikiran atau tulisan seseorang secara hukum di akhir tahun 1790-an (Sutherland-Smith, 2008, hlm. 43). Orisinalitas merupakan kriteria utama dan kata kunci dari hasil karya akademik terutama pada tingkat doktoral (Murray, 2002, hlm. 52-53). Karya ilmiah, khususnya skripsi, tesis, atau disertasi semaksimal mungkin harus memperlihatan sisi orisinalitasnya. Sebuah skripsi, tesis, atau disertasi bisa dikatakan orisinal apabila memenuhi beberapa kriteria seperti yang diajukan oleh Murray (2002, hlm. 53, lihat juga Phillips & Pugh, 1994, hlm. 61-62) sebagai berikut: a) Penulis mengatakan sesuatu yang belum pernah dikatakan oleh orang lain;



105



b)



penulis melakukan karya empiris yang belum dilakukan sebelumnya; c) penulis menyintesis hal yang belum pernah disintesis sebelumnya; d) penulis membuat interpretasi baru dari gagasan atau hasil karya orang lain; e) penulis melakukan sesuatu yang baru dilakukan di negara lain, tetapi di belum dilakukan di negaranya; f) penulis mengambil teknik yang ada untuk mengaplikasikannya dalam bidang atau area yang baru; g) penulis melakukan penelitian dalam berbagai displin ilmu dengan menggunakan berbagai metodologi; h) penulis meneliti topik yang belum diteliti oleh orang dalam bidang ilmu yang ditekuninya; i) penulis menguji pengetahuan yang ada dengan cara orisinal; j) penulis menambah pengetahuan dengan cara yang belum dilakukan sebelumnya; k) penulis menulis informasi baru untuk pertama kali; l) penulis memberi eksposisi terhadap gagasan orang lain; m) penulis melanjutkan hasil sebuah karya yang orisinal. 2. Pengertian Plagiarisme Kata plagiarisme sesungguhnya berasal dari sebuah kata dari bahasa Latin plagiarius, yang artinya seseorang yang menculik anak atau budak orang lain. 106



Istilah ini kemudian mulai mengemuka dan umum dipakai untuk menggambarkan apa yang kadangkadang disebut sebagai “pencurian karya sastra” sekitar tahun 1600-an (lihat Weber-Wulff, 2014). Pemerintah Indonesia sendiri melalui Permendiknas No. 17 tahun 2010, mendefinisikan plagiat sebagai perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. (hlm. 2) Di berbagai universitas di belahan bumi ini, isu plagiarisme mulai mendapatkan perhatian yang serius. Istilah plagiarisme kerap dimaknai sebagai academic cheating atau kecurangan akademik, dengan berbagai asosiasi makna seperti kebohongan, pencurian, ketidakjujuran, dan penipuan (lihat Sutherland-Smith, 2008). Pada mulanya, plagiarisme memang tidak dianggap sebagai masalah serius pada masa lalu. Mengambil ide hasil pemikiran orang lain dan menuliskannya kembali dalam tulisan baru menjadi hal yang didorong sebagai bentuk realisasi konsep mimesis (imitasi) oleh para penulis terdahulu. Pandangan yang mengemuka saat itu adalah bahwa pengetahuan atau pemikiran mengenai kondisi manusia harus dibagikan oleh semua orang, bukan untuk mereka miliki sendiri (lihat Williams, 2008). Namun demikian, dalam konteks dunia akademik sekarang ini tindakan tersebut 107



perlu dihindari karena dapat membawa masalah serius bagi para pelakunya. 3. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiat Tindakan yang dapat masuk ke dalam jenis plagiat cukup beragam dan luas. Jenis-jenis tindakan tersebut menurut Weber-Wulff (2014) meliputi tindakantindakan atau hal-hal berikut ini. a) Copy & paste. Tindakan ini adalah yang paling populer dan sering dilakukan. Plagiator mengambil sebagian porsi teks yang biasanya dari sumber online kemudian dengan dua double keystrokes (CTRL + C dan CTRL + V) salinan dokumen kemudian diambil dan disisipkan ke dalam tulisan yang dibuat. Dari penggabungan dokumen ini sebenarnya dosen sering kali dapat melihat kejomplangan ide dan gaya penulisan. Di bagian tertentu tulisan terlihat sangat baik sementara di bagian lainnya tidak. b) Penerjemahan. Penerjemahan tanpa mengutip atau merujuk secara tepat juga sering dilakukan. Plagiator biasanya memilih bagian teks dari bahasa sumber yang akan diterjemahkan kemudian secara manual atau melalui software penerjemah melakukan penerjemahan ke dalam draft kasar. Tak jarang karena menggunakan software yang tidak peka terhadap konteks kalimat, misalnya, hasil terjemahan pun menjadi rancu. c) Plagiat terselubung. Yang dimaksud plagiat terselubung di sini adalah tindakan mengambil sebagian porsi tulisan orang lain untuk kemudian 108



d)



e)



f)



g)



h)



mengubah beberapa kata atau frasa dan menghapus sebagian lainnya tanpa mengubah sisa dan konstruksi teks lainnya. Shake & paste collections. Tindakan ini mengacu pada pengumpulan beragam sumber tulisan untuk kemudian mengambil darinya ide dalam level paragraf bahkan kalimat untuk menggabungkannya menjadi satu. Sering kali hasil teks dari penggabungan ini tidak tersusun secara logis dan menjadi tidak koheren secara makna. Clause quilts. Tindakan ini adalah mencampurkan kata-kata yang dibuat dengan potongan tulisan dari sumber-sumber yang berbeda. Potongan teks dari berbagai sumber digabungkan dan tak jarang sebagian merupakan kalimat yang belum tuntas digabung dengan potongan lain untuk melengkapinya. Beberapa ahli menamakannya mosaic plagiarism. Plagiat struktural. Jenis tindakat plagiat ini adalah terkait peniruan pola struktur tulisan, dari mulai struktur retorika, sumber rujukan, metodologi, bahkan sampai tujuan penelitian. Pawn sacrifice. Tindakan ini merupakan upaya mengaburkan berapa banyak bagian dari teks yang memang digunakan walaupun penulis menuliskan sumber kutipannya. Sering kali bagian teks dari sumber lain yang dikutip dan diberi pengakuan hanya sebagian kecil saja, padahal bagian yang diambil lebih dari itu. Cut & slide. Pada dasarnya mirip dengan pawn sacrifice dengan sedikit perbedaan. Plagiator 109



biasanya mengambil satu porsi teks dari sumber lain. Sebagian teks tersebut dikutip dan diberi pengakuan dengan cara yang benar dengan kutipan langsung, sementara sebagian lain yang jelas-jelas diambil langsung tanpa modifikasi dibiarkan begitu saja masuk dalam tulisannya. i) Self-plagiarism. Jenis tindakan ini adalah menggunakan ide dari tulisan-tulisan sendiri yang telah dibuat sebelumnya namun menggunakannya dalam tulisan baru tanpa kutipan dan pengakuan yang tepat. Walaupun penulis merasa bahwa ide tersebut adalah miliknya dalam tulisan sebelumnya dan dapat menggunakannya secara bebas sesuai keinginannya, hal ini dianggap sebagai praktik akademik yang tidak baik. j) Other dimensions. Jenis-jenis tindakan plagiat lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Plagiator dapat menjiplak dari satu sumber atau lebih, atau menggabungkan dua atau lebih bentuk plagiat yang disebutkan di atas dalam tulisan yang dia buat. Yang pasti, tindakan plagiat masih memungkinkan untuk berkembang dengan modifikasi dimensi dari tindakannya. 4. Sanksi bagi Tindakan Plagiat Apabila memang terbukti secara jelas dan sah seseorang melakukan tindakan plagiat dalam karya ilmiahnya, pihak Universitas akan melakukan tindakan tegas dengan merujuk pada aturan yang berlaku, yakni Permendiknas No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di perguruan Tinggi. 110



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



Dalam aturan tersebut, pada Pasal 12 Ayat 1 dan 2 dinyatakan secara eksplisit mengenai sanksi tindakan plagiat baik untuk mahasiswa, dosen, peneliti, maupun tenaga kependidikan. Menurut Pasal 12 Ayat 1 disebutkan bahwa mahasiswa yang terbukti melakukan tindakan plagiat dapat diberikan sanksi berupa: a) teguran; b) peringatan tertulis; c) penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa; d) pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa; e) pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; f) pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; atau g) pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program. Sementara itu, sanksi bagi dosen/peneliti/ tenaga kependidikan yang terbukti melakukan tindakan plagiat menurut Pasal 12 Ayat 2 dapat berupa: a) teguran; b) peringatan tertulis; c) penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan; d) penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional; e) pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/ profesor/ahli peneliti utama bagi yang memenuhi syarat; Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



111



f) g) h)



pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan; pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan; atau pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan.



Pada Pasal 12 Ayat 3 peraturan yang sama disebutkan juga bahwa: Apabila dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, huruf g, dan huruf h menyandang sebutan guru besar/ profesor/ ahli peneliti utama, maka dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan tersebut dijatuhi sanksi tambahan berupa pemberhentian dari jabatan guru besar/ profesor/ ahli peneliti utama oleh Menteri atau pejabat yang berwenang atas usul perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau atas usul perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat melalui Koordinator Perguruan Tinggi Swasta. B.



Surat Surat adalah alat komunikasi yang mempergunakan bahasa tulisan di atas lembaran kertas yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu hingga di zaman serba modern ini, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari kepentingan manusia lainnya baik yang berada di sekitarnya maupun di tempat yang berjauhan. Zaman dahulu bentuk surat sangat sederhana. Penulisan, bahan atau cara mengirimkannya pun juga sangat sederhana. Dan 112



kini zaman sudah maju dengan pesat. Sedikit demi sedikit cara lama mulai ditinggalkan. Keberadaan surat itu sendiri kini dihubungkan dengan adanya alat canggih yang bernama komputer. Akan tetapi, walaupun kemajuan surat menyurat telah banyak dicapai dewasa ini maka ciri khas surat sebagai alat komunikasi dibanding dengan alat komunikasi lainnya tetap ada. Yakni, surat tetap merupakan alat komunikasi yang mempergunakan bahasa tulisan dan kertas sebagai medianya. Di era modern ini penulisan surat sebagian besar beralih menggunakan komputer karena dianggap penggunaannya lebih praktis, lebih cepat, dan memiliki kelebihan dalam menyimpan arsip secara otomatis. Barangkali hanya sebagian kecil saja orang yang masih menggunakan mesin ketik biasa dan tulisan tangan, bergantung dari kebutuhan dan tujuan dari surat itu sendiri Di samping sebagai saran komunikasi, surat juga mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai wakil penulis untuk berhadapan dengan lawan bicaranya. Fungsi-fungsi surat sebagai berikut: 1. Sebagai bukti tertulis karena surat merupakan sarana komunikasi secara tertulis yang dapat dijadikan bukti yang mempunyai kekuatan hukum. 2. Sebagai wakil lembaga atau pribadi dari pembuat surat yang membawa pesan, misi atau informasi yang hendak disampaikan kepada penerima. 3. Sebagai pegangan untuk bertindak dan titik tolak untuk kegiatan 4. Sebagai catatan/dokumentasi historis dan bahan pengingat seseorang dalam kegiatan atau aktifitasnya dimasa lalu



113



yang bisa dipergunakannya untuk melakukan kegiatan selanjutnya. 1. Surat Lamaran Pekerjaan Surat lamaran kerja masih tergolong ke dalam surat dinas atau surat resmi, bila Anda belum tahu mengenai surat dinas. Oleh sebab itu pembuatannya harus mengikuti aturan tertentu yang telah dibakukan. Membuat surat lamaran kerja yang baik merupakan salah satu kunci sukses untuk bisa diterima di sebuah perusahaan yang Anda tuju. Oleh karena itu, penggunaan bahasa baik serta menghindari kesalahan dalam ejaan dan penulisan huruf harus sangat diperhatikan. Selain itu struktur surat juga akan menjadi pertimbangan perusahaan dalam menerima Anda. Oleh karena itu buatlah surat dengan singkat, informatif, jelas dan tepat sasaran. Berikan informasi yang diperlukan oleh perusahaan. Umumnya saat ini surat lamaran kerja tidak lagi ditulis menggunakan tangan tetapi lebih banyak menggunakan komputer. Di dalam komputer Anda bisa menggunakan berbagai aplikasi yang bisa dimanfaatkan seperti Microsoft Word yang sangat support untuk membuat dokumen. Berikut adalah beberapa tips dalam membuat surat lamaran kerja menggunakan aplikasi Microsoft Word.  Pada aplikasi Microsoft word Anda bisa menggunakan huruf times new roman dengan ukuran huruf 12pt, sedangkan untuk ukuran kertas bisa menggunakan kertas A4. Atau bisa



114















disesuaikan dengan syarat khusus yang diberikan oleh perusahaan. Tulislah surat lamaran kerja semenarik mungkin agar perusahaan yang membuka lowongan tertarik dan ingin mengetahui diri Anda lebih dalam. Surat harus ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD yang berlaku. Gunakan susunan kalimat yang baik, singkat, padat dan mudah dimengerti. Tidak menguasai EYD Anda bisa mengecek tulisan Anda di KKBI. Tulislah skill yang Anda miliki sehingga bisa menarik hati perusahaan yang merekrut karyawan. Selain itu masukan juga prestasi-prestasi yang Anda raih.



Terkadang dalam membuat surat lamaran kerja kebanyakan orang melupakan hal kecil. Padahal hal-hal kecil ini sangat penting dalam sangat berpengaruh pada nasib surat yang telah dibuat. Apakah dibuang ke tempat sampah atau disimpan untuk melanjutkan pada proses selanjutnya. Berikut hal-hal kecil yang harus dicantumkan dalam surat lamaran kerja. Data pribadi pelamar yang meliputi :  Nama Lengkap  Tempat dan Tanggal Lahir  Alamat  Telepon dan/atau HP  E-mail (bila ada, tidak wajib)  Status Perkawinan



115



Khusus untuk nomor kontak jangan sampai lupa untuk mencantumkan di surat yang Anda buat, karena bila perusahaan itu menerima surat yang Anda kirim maka Anda akan langsung dihubungi lewat nomor yang Anda cantumkan. Bila Anda tidak memiliki nomor telepon, bisa menggunakan nomor tetangga, saudara atau siapa saja yang dekat dengan Anda. Pendidikan Tulislah rekam jejak pendidikan yang pernah Anda jalani. Baik itu pendidikan secara formal atau pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dijalani mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan juga perguruan tinggi. Sedangkan untuk pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan atau hal apapun yang menunjang kemampuan Anda. Pengalaman Bekerja Bila Anda pernah bekerja di perusahaan lain maka tulislah pengalaman bekerja Anda. Berapa lama Anda bekerja, posisi apa saja yang pernah dijabat dan jenis pekerjaan apa saja yang pernah Anda lakukan. Tetapi bila Anda belum pernah bekerja sebelumnya, Anda bisa melewatkan bagian ini. Lampiran Surat Lamaran Pekerjaan Lengkapi surat lamaran kerja Anda dengan buktibukti yang mendukung pernyataan Anda di dalam surat tersebut. Fungsi lampiran ini adalah untuk mempertegas surat lamaran untuk dijadikan bahan 116



pertimbangan bagi pihak perusahaan atau instansi yang menawarkan pekerjaan. Lampiran tersebut meliputi: 1. Daftar Riwayat Hidup atau CV (Curriculum Vitae) atau Resume 2. Foto copy Ijazah terakhir 3. Foto copy sertifikat kursus/pelatihan 4. Pas Foto terbaru 5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (tidak wajib, namun bila ada, lebih baik) 6. Surat Keterangan Kesehatan dari Dokter (tidak wajib, namun bila ada, lebih baik)



Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Di Fakultas Farmasi



117



118



DAFTAR RUJUKAN Achmad, H.P., dan Alek. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Anker, S. (2009). Real essays with readings: Writing project for college, work, and everyday life. Boston: Bedford/ St. Martin‟s Bahtiar, Ahmad dan Fatimah. 2014. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Bogor: IN MEDIA. Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakarta: Aksara Sinergi Media. Mufid, Ahmad. 2015. Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku. Jakarta: Buku Pintar. Ngalimun dan Yundi Fitrah. 2015. Belajar Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Ngalimun dkk. 2013. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Yogyakarta: Aswara Pressindo. Pusat Bahasa. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Rafiek dan Rusma. 2005. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Banjarmasin: Pustaka Pelajar. Rafiek, M., dan Rusma Noortyani. 2015. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zulkifli. 2016. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.



119



120



BIODATA PENULIS



Muhammad Yunus Penulis lahir di Negara Hulu Sungai Selatan 1 Januari 1989. Menempuh Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Lambung Mangkurat dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2014, penulis menyelesaikan pendidikan pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat. Saat ini Penulis tercatat sebagai dosen tetap Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Pengampu mata kuliah Linguistik Umum dan Fonologi Bahasa Indonesia.



121