8 0 10 MB
BUKU PEGANGAN
TEKNIK TENAGA LISTRIK JILID
II
DR. A. ARISMUNANDAR
DR. S. KUWAHARA
-ffi USTAKAAN RSIPAN TWATIMUR
iiii:.l
iil.'.,':,:l
.'.i::ifi
:iri.l::s
t * I
-. O '-.., ::ii - i;
e l==rT r,'rl IX-t
i.vt v\t!t t\-/l
,..' 1
--r-Irt ---
rtal iiil:l
..:r.r..
ffiffi ffiffi
r;lt r-1t lt-d
I
:
.3
SALUFII\N TRA,NSMISI
BUKU PEGAI.{GA[{
TEKNIK TENAGA TISTRIK JILID
II:
SALURAN TRANSMISI
OLEH
Dn. AnroNo
ARTsUUNANDAR,
M.A.Sc.
Dn. Susuuu Kuwanen.l Executive Director, Electric Power Development Co., Ltd. (EPDC) Tokyo, Japan
Cetakan Ketujuh
PT PRADNEA BRA}TITA JAKA
R
TA
Perpustakaan Nasional : katalog dalam terbitan (KDT)
Arismunandar, Artono
Buku pegangan teknik tenaga listrik / Artono Arismunandar, Susumu Kuwahara, - Cet. 7.- Jakarta: Pradnya Paramita,2004
jil.
: 26 cm. Isi : Jil. I. Pembangkitan dengan tenaga air Jil. II Saluran Transmisi; Jil. III Gardu Induk. 3
:
rsBN 979-408-176-0 (iil. 1). rsBN e79-408-t77-9 (iil. 2). rsBN 979-408-t78-7 (iil. 3). 1. Listrik, Tenaga. I. Judul. II. Kuwahara, Susumu. 621.31
v4L.W(
lBrc (PPo
Lb
BUKU PEGANGAN TEKNIK TENAGA LISTRIK Oleh : DR. Artono Arismunandar M.A. Sc.
II
DR. Susumu Kuwahara
@ Association for International Technical Promotion @ Hak Cipta dilindungi undang-undang Diterbitkan
oleh :
PT Pradnya Paramita
JalanBungaS-8A l3I4O Anggota IKAPI
Jakarta
Cetakan
Dicetak
Ketujuh
:
oleh
: PT Percetakan Penebar Swadaya
2004
PRAKATA Penulisan buku ini didorong oleh keinginan penulis untuk ikut mengisi kelangkaan kepustakaan teknik, ltrususnya teknik tenaga listrik, dalam bahasa Indonesia. Kelangkaan (scarcity) ini disebabkan karena berbagai hal, antara lain, karena mereka yang mendalami persoalannya biasanya terlalu sibuk untuk dapat menyisihkan sebagian waktunya guna menulis buku, atau karena mereka menganggapnya kurang menguntungkan dilihat dari segi keuangan. Sebab yang lain adalah terbatasnya pasaran, yang dipengaruhi oleh jumlah tenaga ahli dan tenaga kejuruan (yang merupakan lingkungan pembaca buku-buku teknik) yang relatif kecil, serta iklim masyarakat yang memang belum gandrung-buku (book-minded). Daya beli masyarakat yang masih terbatas juga merupakan faktor yang menentukan. Berhubung dengan hal-hal di atas, maka penulis bersedia mempertimbangkan tawaran Tuan Koichi Fukui, Sekretaris Jenderal Badan Promosi Teknik Internasional (AITEP Jepang), untuk bersama seorang pengarang Jepang menulis sebuah buku pegangan dalam bidang teknik tenaga listrik. Badan ini merupakan organisasi tanpaJaba (non-profit) yang pembentukannya disahkan oleh Menteri Luar Negeri Jepang pada tanggal 6 Desember 1967. Tujuannya adalah ikut membantu perkembangan ekonomi wilayah Asia Tenggara dengan cara menerbitkan buku-buku pegangan dalam bidang teknik yang ditulis bersama (co-authorship) oleh pengarang-pengarang Jepang dan penulis-penulis wilayah dalam bahasa tersebut terakhir. Oleh karena tujuannya yang baik itu serta mengingat akan kekosongan akan kepustakaan teknik tenaga listrik yang kian hari kian terasa, maka tawaran Tuan Fukui sungguh menarik bagi penulis ini waktu itu. Namun, bila penulis teringat akan kenyataan bahwa tidak mungkin merubah jumlah jam dalam sehari serta kesibukan-kesibukan penulis sebagai scorang administrator, maka uluran tangan persahabatan itu berat rasanya untuk dircrima. Pcnulis ini memerlukan waktu berpikir beberapa malam untuk menimbang-nimbang manfaat buku ini bagi masyarakat luas pada umumnya, dunia teknik tenaga listrik pada khususnya, dibandingkan dengan kelipat-gandaan usaha yang harus diberikan oleh penulis untuk menyisihkan scbagian kecil dari waktunya bagi buku ini. Setelah merundingkan masalahnya dengan atasannya, Ir. Abdul Kadir, Direktur Utama Perusahaan Umum Listrik Negara, serta bcrkat pcngertian, dorongan dan izin beliau, penulis berketetapan untuk membantu usaha badan promosi tersebut terdahulu. Demikianlah, maka naskah perjanjian kerjasama ditandatangani pada tgl 27 September l97l,dua bulan sesudah Tuan Fukui menyodorkannya kepada penulis. Buku ini didasarkan atas naskah dalam Bahasa Inggeris berjudul ELECTRIC POWER ENGINEERING HANDBOOK yang ditulis olch Dr. Susumu Kuwahara, salah seorang Direktur dari Electric Power Development Company, Ltd. (EPDC), satu-satunya perusahaan listrik yang dimiliki negara di Jepang. Oleh karena itu, mudah dimengerti mcngapa dasar penulisannya adalah keadaan di Jepang sendiri. Dalam BUKU PEGANGAN TEKNIK TENAGA LISTRIK ini dicoba menyesuaikan penulisannya dengan keadaan di Indoncsiatentu saja dalam batas-batas kemungkinan yang ada-serta melcngkapinya dengan keadaan di negara-negara lain di luar Jepang, baik yang didapat dari kepustakaan, maupun dari pengalaman kcrja penulis ini sendiri di Kanada dan Amerika Serikat. Penyesuaian dengan keadaan Indonesia tidak mudah karena ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan standar-
(4)
Pralata
standar kurang sekali, tidak ada atau belum ada. Lagi pula, konsultasi penulis dengan lingkungan teknik yang lebih luas mengenai pengalaman-pengalaman praktis dalam bidang tenaga listrik di Indonesia dewasa ini belum dimungkinkan. Kekurangan ini diharapkan dapat diatasi pada edisi berikutnya. Buku pegangan (handbook) yang lengkap mengenai teknik tenaga listrik seharusnya memuat segala aspek pembangkitan (generation), transformasi, penyaluran (transmission) dan distribusi tenaga listrik. Namun, karena berbagai hal, pada tahap pertama ini hanya akan diterbitkan tiga jilid, yakni: I. Pembangkitot dengan Tenaga Air.
U. Saluran Transmisi. IIII. Gardu Induk.
Jilid I memuat hal-hal yang berhubungan dengan berbagai aspek pembangkitan tenaga listrik dari tenaga air, mulai dari prinsipprinsipnya, hubungannya dengan aliran sungai, perencanaan pusat listrik tenaga air (PLTA), bangunan sipilnya, turbin air, pembangkit, pembangunan dan pengujiannya bila selesai, sampai kepada operasi serta pemeliharaannya. Jilid II berisi berbagai aspek penyaluran tenaga listrik, antara lain tentang penghantar, isolator, bangunan penopang, karakteristik listrik, gangguan-gangguan dan pengamanannya, perencanaan dan konstruksinya, serta penyaluran bawah-tanah. Jilid III menyangkut alat-peralatan serta halikhwal dalam gardu induk, misalnya tentang peralatan listrik yang ada, rangkaiannya, isolasi, dan sebagainya. Karena sifat penerbitannya sebagai satu buku, tetapi yang terbagi menjadi tiga jilid agar dapat dicapai oleh daya-beli masyarakat, maka apa yang sudah diuraikan dalam jilid yang satu tidak akan dibahas lagi dalam jilid yang lain. Contohnya, koordinasi isolasi yang dibahas dalam Jilid III tidak akan diungkapkan lagi dalam jilid-jilid yang lain, meskipun ceritanya berlaku pula di sana. Buku ini ditujukan kepada masyarakat luas yang ingin mengetahui sedikit-banyak tentang teknik tenaga listrik. Namun, pemanfaatannya secara optimal baru akan terasa bila pembaca memiliki pengetahuan sekurang-kurangnya sederajat dengan sarjana muda teknik tenaga listrik. Dalam rangka partisipasi penulis dalam pembinaan bahasa nasional, maka dalam buku ini diusahakan sebanyak mungkin penggunaan istilah-istilah Bahasa Indonesia, baik yang sudah lazim dipakai, maupun yang di sana-sini baru kadang-kadang saja digunakan oleh para teknisi Indonesia. Apabila dalam hal terakhir ini penulis dianggap terlalu berani, maka penulis bersedia menerima kecaman yang membangun dari para pembaca. Yang penting adalah bahwa dari kecaman-kecaman ini akan lahir istilah-istilah yang definitip, sehingga lambat-laun Bahasa Indonesia dapat berkembang menjadi bahasa teknik dan ilmu pengetahuan, setaraf dengan bahasa-bahasa lain di dunia. Seperti telah disinggung di atas, buku ini masih jauh dari sempurna. Scbabnya adalah waktu persiapannya yang terlalu singkat, sehingga kurang kesempatan untuk melihat sampai di mana kondisi-kondisi yang berlaku di luar negeri (terutama Jepang dan Amerika Serikat) dapat diterapkan di Indonesia. Tetapi penulis bcserta rekan-rekannya bersedia mencantumkan nama mereka pada buku ini karena mereka yakin bahwa adanya sesuatu pegangan, standar atau ketentuan, lebih baik dari pada ketiadaan pegangan sama sekali. Yang jelas, di dalam buku ini ada satu pegangan yang menurut pendapat penulis penting artinya bagi kaum teknisi lndonesia, yaitu adanya uraian tentang pemeliharaan (maintenance) dalam tiap-tiap jilid. Mudah-mudahan dari satu segi ini saja buku ini sudahboleh dikatakan ada gunanya. Sebagai buku pegangan, presentasi dalam buku ini ditekankan pada pokok-pokok yang diperlukan dalam praktek teknik tenaga listrik sehari-hari. Oleh sebab itu di sini akan lebih
6)
Prakata
banyak terlihat tabcl-tabel dan gambar-gambar dari pada rumus-rumus yang rumit; apabila persamaan-persamaan diperlukan juga, maka penurunannya tidak diberikan oleh karena hal ini sudah ada dalam karya yang direferensikan. Dalam penentuan bahan referensi, yang dipertimbangkan adalah kebenaran isi dan kepentingannya. Meskipun penutis sudah berusaha untuk memasukkan semua karya asli yang penting sebagai referensi dalam buku ini, masih ada kemungkinan bahwa beberapa diantaranya belum tersebut. Bila yang terakhir ini terjadi,
penulis mohon dimaafkan. Di atas disinggung bahwa pada tahap pertama ini hanya akan diterbitkan sebagian saja dari bahan'bahan yang seharusnya ada dalam suatu buku pegangan tentang teknik tenaga listrik. Bagian'bagian yang lain, misalnya yang menyangkut pembangkitan tenaga Iistrik dari tenaga termis (uap, diesel, gas, nuklir, panas bumi) serta distribusi tenaga listrik akan diterbitkan pada waktunya, bila keadaan telah memungkinkan. Karena berbagai hal, antara lain, berlakunya Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, bagian-bagian yang sudah dapat diterbitkanpun tidak keluar menurut urutan nomor jilidnya. Sangat besar kemungkinannya bahwa Jilid Il akan terbit paling awal. Buku ini merupakan hasil karya sebuah kelompok Jepang-lndonesia yang terdiri dari Dr. S. Kuwahara tersebut terdahulu, dibantu oleh Tuan-Tuan Toshiyasu Tako, Hiroshi Horie dan Bunichi Nishimura, serta pejabat-pejabat Lembaga Masalah Ketenagaan, yakni Ir. Ibnu Subroto, Ir, Supartomo, Ir. Komari dan penulis sendiri. Tanpa kerjasama yang baik, buku ini tidak mungkin dapat muncul dalam bentuknya yang sekarang ini. Dalam hal terakhir, kepercayaan penerbit kepada penulis juga merupakan faktor pendorong yang tak ternilai artinya. Para penulis sangat berterima-kasih kepada Ir. Abdul Kadir, Direktur Utama Perusahaan Umum Listrik Negara, atas pengertian yang baik, pemberian izin pencrbitan serta sambutan beliau untuk buku ini; dan kepada Tuan Haruki Watanabe, Penasehat Ahli (Pemerintah Jepang) pada Lembaga Masalah Ketenagaan, atas bantuan serta jasa-jasanya dalam berbagai bentuk. Penulis Prakata ini berhutang budi kepada kedua orang tuanya yang telah banyak memberikan dorongan kepada anak-anak mereka untuk maju dan berguna bagi masyarakat. Akhirulkalam, penulis ini ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada isteri dan anak-anaknya yang telah banyak mengorbankanjam-jam rekreasi, hari-hari Minggu dan hari-hari libur untuk kepentingan penulisan buku ini oleh suami dan ayah mereka; dan khusus kepada isterinya atas pengertiannya yang mendalam serta bantuannya yang tak terhingga dalam pengerjaan gambar-gambar, tabel-tabel dan daftar-daftar. Jokarta, Agustus 1972.
/4/;,n, "a.JIID
A. Ansxuxaxom
SAMBUTAN Buku-buku dalam bidang teknik yang ditulis dalam Bahasa [ndonesia sedikit sekali jumlahnya. Buku-buku dalam bidang teknik tenaga listrik (electric power engineering) pada umumnya, yang mencakup hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang sarjana muda ke atas pada khususnya, boleh dikatakan tidak ada. Padahal, kebutuhan akan buku-buku tadi makin hari makin terasa. Betapa tidak. Permintaan masyarakat akan tenaga listrik melonjak dengan pesat, meskipun kemampuan Negara memenuhinya masih terbatas. Sesudah mengalami rpasa suram sebelum tahun 1966, sekarang sudah mulai terlihat titik-titik terang, meskipun belum
sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat. Dari Anggaran Pembangunan Lima Ta'hun (PELITA) Pertama didapatkan dana untuk menambah kapasitas terpasang schingga jumlahnya pada tahun 1974 akan mencapai kurang lebih I juta kilowatt. Jumlah anggaran yang disediakan dalam PELITA Kedua diharapkan akan bertambah besar, berhubung dengan meningkatnya peranan sektor tenaga listrik karena aksentuasi PELITA Kedua, Ketiga, dan seterusnya, pada industrialisasi secara bertahap. Dengan perkembangan ekonomi sebesar 7 /. setahun dalam PELITA Kedua, diharapkan akan dicapai laju pertumbuhan sektor tenaga listrik sebesar 12,51setahun, sehingga jumlah daya terpasang pada akhir masa PELITA tersebut akan meniapai 1,75 juta kilowatt. Oleh karena itu, kami menyambut dengan gembira terbitnya buku ini di tengah-tengah kita. BUKU PEGANGAN TEKNIK TENAGA LISTRIK ini berguna sekali bagi mereka yang ingin mcngetahui sedikit-banyak mengenai teknik tenaga listrik, serta bagi para sarjana dan sarjana muda teknik tenaga listrik yang ingin mempelajari kembali hal-hal yang telah mereka perdapat di bangku kuliah guna kepentingan kerja praktek mereka sehari-hari. Meskipun dalam buku ini masih banyak digunakan ketentuan-ketentuan serta norma-norma Iuar negeri, tetapi hal ini tidak mengurangi nilainya sebagai buku, karena prinsipprinsip yang digunakan tetap berlaku. Penggunaan ketentuan serta norma tadi semata-mata adalah karena belum adanya ketentuan dan norma Indonesia sendiri. Bila pengaturan di Indonesia kelak diadakan, maka prinsip yang universil ilu tentu saja akan diterapkan pada ketentuan dan
norma Indonesia. Sekian sambutan kami. Kami ucapkan "selamat'atas terbitnya buku ini. Semoga buku-
buku lain menyusul. Jakarta, September 1972
hnusrxmx Unuu Lrsrnrr Nnclu Direksi
Direktur Utama.
DAFTAR ISI (3)
PRAKATA
....(7) ...... (ls)
SAMBUTAN DAFTAR TABEL
(17)
DAFTAR GAMBAR BAB
l.l
1.
KARAKTERISTIK I.'MI.'M SALURAN TRANSI\{ISI
1.2 Sistim Tenaga Listrik 1.3 Tegangan Transmisi 1.4 Jatuh Tegangan .. 1.5 Hilang-Daya dan Daya-Guna
1.6
2 2 3
Transmisi
3
1.5.1 Hilang-Daya Tahanan 1.5.2 Hilang Korona 1.5.3 Hilang Kebocoran pada Isolator.. ... 1.5.4 Hilang-Hilang I-ain 1.5.5 Daya-Guna Transmisi .. ...
4 4 4
Referensi
5
BAB 2.r
I I
Umum
2.
5
PENGHANTAR I'NTUK SALURAN TRANSMISI UDARA
Kelasifikasi Kawat Penghantar 2.1.1 Ktasifikasi Kawat menurut Konstruksinya 2.1.2 Klasifikasi Kawat menurut Bahannya 2.1.3 Sifat-Sifat Kawat Logam
7
..
.
E
l0 l3 l3
Karakteristik Penghantar
2.2.1 Karakteristik Listrik 2.2.2 Karakteristik Mekanis 2.2.3 Kapasitas Penyaluran Arus dari Penghantar. 2.3
t4 15
Andongan (Sag) Penghantar
2.3.1 2.3.2
Penghantar Ditunjang oleh Tiang yang sama Tingginya' Penghantar Ditunjang oleh Tiang yang tidak sama Tingginya ' '
PerlengkapanPenghantar
l8 l8 l9 20 20
...
2.4.1 Sambungan Penghantar (Joints) 2.4.2 Perentang(Spacer) 2.4.3 Batang-Batang Pelindung (Armor Rods) .... 2.4.4 Peredam(Danpers)
7
2l .
2t 2t 2L
Referensi
BAB
3.
ISOLTTOR PORSELIN
3.1
Jenis Isolator Porselin
23
3.2
Karaktcristik Isolator 3.2.1 Karakteristik Listrik
24
u
(10)
Daftar Isi
3.2.2 Karakteristik Mekanis 3.2.3 Pengujian Isolator
3.3
25 28
Pasangan Isolator 3.3.1 Pasangan Isolator
28
3.3.2 Tanduk Api dan Cincin Perisai 3.3.3 Jepitan
29
Pengotoran Isolator
29
3.4.1 Karakteristik Lompatan Api dari Isolator Kotor 3.4.2 Kelasiflkasi Daerah-Daerah Pengotoran 3.4.3 Cara-Cara Penanggulangan Pengotoran Garam dan Debu
30
3.5
Pemburukan Isolator
32
3.6
Referensi
32
3.4
BAB
4.1
4.
28 28
3l 3l
KONSTRUKSI PENOPANG SALURAN TRANSIUISI
Jenis Penopang
33
4.1.1 Menara Baja dan Tiang Baja 4.1.2 Tiang Beton Bertulang 4.1.3 Tiang Kayu 4.2 Beban pada Konstruksi Penopang .. . 4.2.1 Tekanan Angin 4.2.2 Kuat-Tarik Penghantar 4.2.3 Tegangan pada Bagian-Bagian Baja 4.3
4.4 4.5 4.6 4.7
34 35
37 37
40
4t
Menara Baja Transmisi 4.3.1 Rencana Menara Baja Transmisi 4.3.2 Pondasi Menara Tiang Transmisi Baja 4.4.1 Perencanaan Tiang 4.4.2 Pondasi Tiang. Tiang Beton Bertulang 4.5.1 Perencanaan Tiang
42 42 44 45 45 47 47 47
Tiang Kayu
48
4.6.1 Perhitungan Tegangan 4.6.2 Pondasi dan Kawat Penguat
48
Referensi
5l
BAB
5.1
33
5.
50
KARAI(TERISTIK LISTRIK DARI SALURAN TRANSMISI
Konstanta Saluran
53
Tahanan lnduktansi 5.1 .3 Kapasitansi 5.2 Gejala Korona 5.1.1 5.1.2
5.2.1 Tegangan Kritis untuk Gejala Korona 5.2.2 Hilang-Korona .. . 5.2.3 Berisik Korona
53 53
55
56 56
.. r .,.
.. ...
.
.
57 57
Daftar Isi
5.3
Karakteristik Penyaluran Daya
.
5.3.1 Saluran Transmisi Jarak-Pendek 5.3.2 Saluran Transmisi Jarak-Menengah 5.3.3 Saluran Transmisi Jarak-Jauh 5.3.4 Diagram Lingkaran Daya 5.3.5 Hilang-Daya (Rugi) Transmisi 5.4
5.5
5.6
5.7
Stabilitas Sistim Transmisi 5.4.1 Stabilitas Keadaan-Tetap .. . 5.4.2 Stabilitas Peralihan Kapasitas Saluran Transmisi 5.5.i '"Cara Pembebanan Impedansi Surja 5.5.2 Cara Koeffisien Kapasitas . . .. Pembumian (Pentanahan) Titik Netral 5.6.1 Macam Sistim Pembumian 5.6.2 Perbandingan Sistim Pentanahan Titik Netral Referensi
BAB
6.1 6.2 6.3
(ll) 58
58 59 59
6t 62 62 63
64 65
6s 66
66 66 67 67
6. GANGGUAN PADA SALURAN TRANSIVIISI DAN INTERFERENSI PADA SALURAN KOMUNIKASI KARENA INDUKSI MAGNETIS
Transmisi .. Cara Menghitung Hubung-Singkat 6.3.1 Satuan Perhitungan Sebab-Sebab Gangguan pada Saluran
69
Jenis Gangguan
69
7l 7l
6.3.2 Perhitungan Hubung-Singkat Tak-Seimbang dengan Cara Komponen
Simetris
6.4
7l
6.3.3 Cara Menghitung Tegangan dan Arus pada Titik Gangguan 6.3.4 Cara Menghitung Arus Hubung-Singkat 3-Fasa 6.3.5 Cara Menghitung Arus Tanah Interferensi Elektro-Magnetis terhadap Saluran Komunikasi 6.4.1 Tegangan Induksi Elektro-Magnetis karena Arus Urutan Nol .. 6.4.2 Cara Melindungi terhadap Induksi Elektro-Magnetis..
6.4 Referensi
75 76 76 77
7.
PENERAPAN RELE PENGAMAN
Umum
79
.l
Pertimbangan mengenai Kemampuan Pengamanan 7.1.2 Pertimbangan mengenai Kondisi Sistim Tenaga 7.1 Contoh Penerapan Sistim Pengamanan Pengamanan menurut Jenis Rangkaian Saluran Transrnisi.
19
7.2.1 '7.2.2 7,2.3 7.2.4 7.2.5
Saluran Radial
87
Saluran Tertutup Saluran Ganda Sejajar dengan Dua Terminal . . . .
E8
Saluran Banyak-Terminal
88
Saluran Kabel.
E9
7.1
.3
7.2
73
77
BAB 7.1
72
80 80 87
8E
(12) 7.3
f,hftar Isi
7.2.6 Saluran dengan Kapasitor Seri
89
Pengamanan menurut Sistim Pembumian
89
1,i:L
:llll:ffii"'ffi'ff ";;;;;;;; ::::::::::::::::::::
:::::
7.3.3 Sistim Pembumian dengan Gulungan Petersen 7.3.4 Sistim Pembumian Langsung (Effektip) 7.4
Penutupan
:
Kembali
Rele Pelepas
92
Sistim
93
E.l
8.2
8.3
8.4
94 94
8.
94
PERENCANAAN DAN KONSTRUKSI SALURAN UDARA
Perencanaan Listrik 8.1.1 Tegangan Transmisi dan Jumlah Saluran 8.1.2 Perencanaan Isolasi Saluran Transmisi 8.1.3 Perencanaan Tahan Petir . Perencanaan Mekanis
95 95
95 100
t02
8.2.1 Tekanan Angin 8.2.2 Penghantar
102
Pemilihan Konstruksi Penopang
105
8.3.1 Jenis Konstruksi.... 8.3.2 Macam Beban Konstruksi
r05 r06 r06
102
Pembangunan Saluran Udara
8.4.1 Survey 8.4.2 Pondasi Menara dan Tiang Baja 8.4.3 Pendirian Tiang dan Menara Baja .. 8.4.4 Pendirian Tiang Kayu dan Tiang Beton 8.4.5 Pemasangan Kawat
.
8.5 Referensi
BAB
9.
...... 106 .. .. .. 107 .. .. 108 . .. .. 109 .. .. .. 109 .... lll
PEMELIHAR.AAN SALI.JRAN TRANSNflSI
9.1
Tujuan Pemeliharaan.....
9.3
Pekerjaan Patroli dan Inspeksi 9.3.1 Pekerjaan Patroli 9.3.2 Pekerjaan Inspeksi
l13 l13
....
9.4 PekerjaanPemeliharaan
9.4-1 TujuandanJenisPeket'aan 9.4.2 PekerjaanpadaKonstruksiPenopang .... 9.4.3 Pekerjaanpadalsolator ....
L,-r
94
Referensi BAB
90 90 91
7.5.1 Sistim Pelepas Hubung-Singkat Tetap 7.5.2 Sistim Pelepas Keadaan Tak-Serempak . . . . 7.5.3 Sistim Pelepas Frekwensi Tak-Normal 7.6
89
9l
7.4.1 BeberapaDefinisi ......:..,....... 7.4.2 Jenis Sistim Penutupan Kembali 7.5
89
::
lt4 l14
ll5
.. 116 ...... 116 .... 116 .... 116
DAFTAR GAMBAR I 2 3
4
Pengaruh Ketakmurnian terhadap Konduktivitas Listrik untuk Tembaga .. Pengaruh Ketakmurnian terhadap Konduktivitas Listrik untuk Aluminum. . Karakteristik Mekanis dan Listrik dari Kawat Tembaga Hard-Drawn Hubungan antara Diameter dan Karakteristik Mekanis serta Listrik untuk Kawat Tembaga
Hard-Drawn
l4 t4
l5 15
Hubungan antara Jumlah Jam Pendinginan dengan Konduktivitas Kawat Tembaga
Hard-Drawn
16
Hubungan antara Suhu Pendinginan dan Karakteristik Mekanis Kawat Tembaga
Hard-Drawn 7
8.
9
t2
l3 t4 l5 l6 t7 l8 l9 20
2t 22 23 24
... Kawat-Berkas
Sambungan Kompressi untuk A.C.S.R. Perentang Per Jenis Ball & Socket untuk
l0 Batang Pelindung
ll
16
(a) Tiang Penunjang sama Tingginya .. (b) Tiang Penunjang tidak sama Tingginya
Stockbridge Isolator Gantung 250 mm Isolator Jenis Pasak Isolator Batang Panjang. Isolator Pos Saluran Peredanr
Distribusi Tegangan pada Gandengan lsolator (Tanpa Tanduk Busur Api) Distribusi Tegangan Pada Gandengan Isolator (Dengan Tanduk Busur Api) Diagram Distribusi Kekuatan Mekanis pada Isolator Gantung 250 mm Karakteristik Lompatan Api Isolator Gantung 250 mm Gandengan Isolator Gantung Tunggal Gandengan Isolator Tarik Tunggal .. .. Gandengan Isolator Tarik Ganda Karakteristik yang Direkomendasikan untuk Perencanaan Tegangan Ketahanan Isolator Gantung 250 mm Karakteristik yang Direkomendasikan untuk (Perencanaan) Tegangan Ketahanan Isolator Batang-Panjang (Long-Rod) ..
25 26 27
Jenis-Jenis Menara Baja Jenis-Jenis Tiang-Baja Kelasifikasi Tiang Baja Bertulang dan Tiang Kayu menurut.Cara
28
Menghimpunnya . Koeffisien Tahanan untuk Menara Persegi
29
32 33 34
19
20
20
2l 2l 23 23 23
23
24 24 25 2E
29 30 30
3l 3l 34 34 34 39
40 40
30
3l
18
Pondasi Menara Baja Pondasi Tiang Baja Penampang Tiang Beton Bertulang Susunan Kawat untuk Saluran Ganda
45 47 ,t8 54
Dafatr Gambar
(18)
35 36 37 38 39
N 4l
Rangkaian dengan Saluran Kembali lewat
Penghantar Faktor Koreksi Berisik Korona
Tanah
45
K
47 48 49 50
5l
55 58
Rangkaian Ekivalen untuk Saluran Transmisi Jarak-Pendek .. . . Rangkaian Ekivalen untuk Saluran Transmisi Jarak-Menengah. . . Diagram Lingkaran Daya . Diagram Lingkaran Hilang-Daya
42 RangkaianKonstantaKutub'Empat... 43 Diagram Lingkaran Daya untuk Tegangan Pengiriman dan Penerimaan
U
54
Susunan
58 59
.......
62
....... Konstan.
I-engkung Daya Sebagai Fungsi Perbedaan Sudut Fasa Hubungan antara Daya dan Sudut Fasa dalam Cara Sama-Lu?s .. Hubungan antara Daya dan Sudut Fasa bila Terjadi Hubung-Singkat yang Kemudian Ditiadakan Koeffisien Pembebanan Impedansi Surja Sistim Pembumian ....... Data Gangguan di Jepang menurutSebabnya(1955- 1964) . Data Gangguan di Jepang menurut Jenisnya (1955 - 1964) Data Cangguan di Jepang menurut Akibat (Kerusakannya) terhadap Peralatan
(ress
-
6l
r964)
62
.
63
63 64 64 65
66 70 70 70
52
Lengkung Arus Hubung Singkat Tiga-Fasa
75
53
Nilai K.
75
Posisi Saluran Transmisi Tenaga terhadap Saluran Komunikasi Pengamanan Saluran dengan Rele Arus Lcbih . Pengamanan Saluran dengan Rele Jarak (a) Sistim Rele Pilot-Kawat dengan Prinsip Tegangan Berlawanan (b) Sistim Rele Pilot-Kawat dengan Prinsip Arus Bersirkulasi . Prinsip Perbandingan Arah pada Sistim Rele Carrier Prinsip Perbandingan Fasa pada Sistim Rele Carrier (a) Prinsip Transferred Tripping pada Sistim Rele Carrier untuk Pengamanan
77
v 55 56 57 58 59
60
83 83 85 85 85 86 87
Saluran
(b) Prinsip Transferred Tripping pada Sistim Rele Carrier dalam hal HubungSingkat pada Transformator
6l
87
(a) Diagram Urutan Waktu Penutupan Kembali Pemutus Beban (b) Contoh Waktu Tanpa-Tegangan Minimum...
62 Contoh Diagram Jarak-Bebas 63 Besarnya Arus Petir yang Diukur pada Menara Baja 64 Effisiensi Perisaian Sebuah Karvat Tanah 65 Perisaian 100/. dari Kawat Tanah Ganda 66 Diagram Toleransi Menara 67 Pondasi Beton dengan Penggalian Biasa 68 Penggalian Tabung Pondasi 69 CaraMendirikanTiangdenganMenegakkannya.. 70 Dua Cara Mcndirikan Tiang dengan Menggantungkannya
7l CaraPemasanganKawat.... 72 Pasangan Drum dan Penegang Kawat 73 CaraMenegangkanKawat ....
92 92 98
. l0l .. .. .. l0l . . . . .. l0l .. . . .. 107 ...... 107 ...... 108 .... 109 .. 109 .... ll0 '. ll0 .. 110 .
(1e)
Ehftar Gambar
74 7
5
76 77 78 79 80
8l
82 83
Contoh Bagan Organisasi Dinas Pemeliharaan Alat Pencuci Isolator untuk Saluran Bertegangan (Hot Linc) Prinsip Kerja Penemu Gangguan Jenis B Prinsip Kerja Penemu Gangguan Jenis C Prinsip Kerja Penemu Gangguan Jenis F Peralatan Pengait untuk Komunikasi Pembawa (PLC) Peralatan Pengait (Coupling Equipment) dalam Gardu
.. ll4 . I 17 .. . . . . 120 .. . . .. 120 .. .. .. l2l .. .... 127 .. .. .. 128 .. 129 ...... l2g .. 132 .....
Sistim Rangkaian Transmisi dengan Pembawa (PLC) Contoh Konstanta Attenuasi Saluran Transmisi Contoh Peralatan Radio (a) Peralatan Radio 60/150 MH Band VHF untuk Stasion Tetap dan Stasion
Pangkalan
......
132
(b) Peralatan Radio 150 MH Band VHF untuk Stasion Mobil ....., 132 ... 132 (c) Peralatan Radio 150 MH Band VHF untuk Stasion Jinjingan. (d) Peralatan Radio 7000 MH Band All Solid State Microwave Repeater ., 132 F4 85 86 8'7
88
Contoh Antena Contoh Sistim Komunikasi Radio Mobil untuk Pemeliharaan Saluran Lintasan Gelombang Mikro yang Dipantulkan oleh Reflektor Pasif Reflektor Pasif (A) dan Antena Parabolis (B) Gelombang Mikro Contoh Konfigurasi Sistim Bawah-Tanah . . ..
..
..
133
i34 136
. ..
...
136 138
l
I
Daftar Isi
(t 3)
9.4.4 9.4.5 9.5 9.6
Pekerjaan pada Kawat Penghantar Pekerjaan pada Saluran Bertegangan Biaya Pekerjaan Pemeliharaan Penemu Gangguan
9.6.1 Tujuan dan Sifat 9.6.2 PenemuGangguanJenisB 9.6.3 Penemu Gangguan Jenis C . ! .. . t 9.6.4 Penemu Gangguan Jenis F
9.7 Referensi
Il6 tt7
ll8 ll8 .. ll8 ...... ll9 ...... l2l .. .... l2l ....121
BAB 10. TELEKOMI.JNIKASI UNTUK INDUSTRI TENAGA LISTRIK
I0.l
Kelasifikasi .. 10.1.1 Komunikasi untuk Pembagian Beban 10.1.2 Komunikasi untuk Pemeliharaan .. . 10.1.3 Komunikasi untuk Keperluan Administratip
Fasilitas Kawat Telekomunikasi Transmisi Tenaga Pengait Transmisi PLC Radio. VHF Mikro 10.5 Referensi . ... 10.1.4 Jenis 10,2 Komunikasi dengan 10.2.1 Saluran 10.2.2 Sistim 10.3 Komunikasi dengan Pembawa Saluran 10.3.1 Peralatan 10.3.2 Rangkaian 10.3.3 Peralatan 10.4 Komunikasi 10.4.1 Komunikasi 10.4.2 Komunikasi Gelombang
BAB
1I.
...... 123 .. 123 . .. 123 .. 123 ...... 123 . . .. . . 125 .. 125 ..,. l1s .. .... 125 .. l2S . . .. 128 .... 129 ....... 129 .. 133 .. 134 . . .. .. 136
SALURAN TRANSMISI BAWAH-TANAH
l.l
Sistim Transmisi Il.l.l Sistim Listrik I 1.1.2 Konfigurasi Sistim ll.2 Kelasifikasi Kabel'fenaga ll.3 Sistim Menaruh Kabel . I 1.4 Kapasitas Transmisi ll.5 Pemeliharaan . I 1.5.1 Patroli dan Inspeksi .... 11.5.2 Pengukuran Isolasi .... 11.5.3 Pengukuran Lokasi Gangguan I 1.6 Referensi I
DAFTAR
ISTILAH
137 137 137
r38 r39
l4l t43 t43 143
r44 t44
.. ".
I45
DAFTAR TABEL I 2 3 4 5 6 7 8 9 l0 I
I
Sifat-Sifat Fisik Kawat Tanpa Isolasi (Bare) Kawat Tembaga Tanpa Isolasi (Bare) Kabel Tembaga Berlilit Tanpa Isolasi (Bare, Stranded) . Kabel Tembaga Berlilit Hard-Drawn untuk Saluran Udara
Kelasifi.kasi Daerah Perbandingan Sifat dan Kekuatan Tiang Kayu Amerika dan
19
Tekanan Angin dan Koeffisien Tahanan (pada 40 Tekanan Angin Ekivalen pada Menara Bqja
20
2l
l0
Kawat Aluminum Hard-Drawn Kabel ACSR (Aluminum Cable Steel Reinforced) Kawat Aluminum Campuran Hard-Drawn Kabel Aluminum Campuran Berlilit Hard-Drawn Kabel Baja Galvanisasi Berlilit untuk Saluran Udara Telangan-Tarik dan Pemanjangan untuk Kawat Aluminum Hard-Drawn dan Kawat Baja Galvanisasi Kapasitas Penyaluran Arus untuk Berbagai Penghantar Saluran Udara Karakteristik Lompatan Api Isolator Gantung 250 mm Karakteristik Isolator Jenis Pasak (Pin Type) Karakteristik Isolator Jenis Batang-Panjang (Long Rod) Karakteristik Isolator Jenis Pos Saluran (Line Post)
12 13 14 15 16 17
l8
8 9
Pengotoran
Nilai-Nilai K, Gawang
Ko,
Kp
Standar
K2
....
..
m/s)
Indonesia
.
32 33 34 35 36 37 38
12
12 13 13
l5 16
26 27 27 27
3l 36 38
39
.......
22 Lebar Kaki (Stance) Menara Baja 23 Kombinasi Beban pada Menara Baja 24 Kondisi-Kondisi untuk Perhitungan Pondasi 25 Kombinasi Beban pada Tiang Baja .. 26 Nilai I pada Kawat Lilit.. 27 Faktor Permukaan Kawat 28 Konstanta Kutub-Empat untuk Berbagai Rangkaian 29 Perbandingan Berbagai Sistim Pembumian (Pentanahan) .... 30 Rumus-Rumus untuk Perhitungan Tegangan dan Arus Hubung-Singkat
3l
ll ll
Reaktansi Mesin Serempak(%) Reaktansi Transformator (%) Sistim Pengamanan Saluran Transmisi Kelasifikasi Rele Jarak Jumlah Isolator Saluran Yang Diperlukan Guna Pengamanan terhadap Surja Hubung (Tanpa Tanduk Api) . Jumlah Isolator Yang Diperlukan dan Lebar Sela Tanduk Guna Pengamanan terhadap Surja Hubung ..... Jarak Isolasi Standar dan Jarak Isolasi Minimum Jarak-Bcbas Tegak terhadap Tanah
42 42 43 43
4 45 54 56
60 68 73
74 74
8l 82 96 97 97 99
(16) 39
0 4l
42
Dafrsr Teble
Jrrrnllh Isolator Gantung Standar dalam suatu Gandcngan untuk Kcadaan
...... Udara C,cmar Nilai Tahanan Spcsifik bsrbagai Jqnis Tanah .... Tekanan Angin untuk Perencanaan (Keccpatan Angin 40 m/s) ...... Batas Harga Tegangan Harian (EDS) schingga Tidak Terjadi Pemutusan Kawat ...... karena Lctih
43 ContohMasalnspcksi
U
45
6
Biaya Pemeliharaan(I-angsung) Saluran Transmisi di Penemu Jenis Fasilitas Telekomunikasi untuk Industri Tenaga
Gangguan
Jepang Listrik
47 Karakteristik dan Struktur Kabel Tclekomunikasi 48 Contoh Spesifikasi Peralatan Pembawa Saluran Tenaga (LPC) 49 Contoh Spesifikasi Pcralatan 50 Kelasifikasi Kabel dan Tegangannya .. ..
5l
52 53
Ciri Bebcrapa Sistim Menaruh (Lay) Kabel Contoh Arus yang Diperbolehkan untuk Kabel Contoh Frekwensi Inspcksi Saluran Bawah Tanah
t00 102 103 105
.... ll5 ...... ll8 .. ll9 ...... 124 .... 126 .. .... 130 .... l3l .. .. .. 139 .. .. 140 ...... 142 .... 144
KARAKTERISTIK UMUM SALURAN TRANSMISI 1.1
Umum Pusat-pusat listrik, biasa juga disebut sentral-sentral listrik (electric power stations), terutama yang menggunakan tenaga air, biasanya jauh letaknya dari tempat-tempat
dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui kawat-kawat (saluran-saluran) transmisi. Saluran-saluran ini membawa tenaga listrik dari Pusat-Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) atau Pusat-Pusat Listrik Tenaga Termis (PLTT) ke pusat-pusat beban (load centers), baik langsung maupun melalui saluran-saluran penghubung, gardu-gardu induk (substations) dan gardu-gardu rele (relay substations) Saluran transmisi biasanya dibedakan dari saluran distribusi karena tegangannya. Di Jepang, saluran transmisi mempunyai tegangan 7 kV ke atas, sedang saluran distribusi 7 kV ke bawah. Di Amerika Serikat, dikenal tiga jenis saluran, yakni, saluran distribusi dengan tegangan primer 4 sampai 23 kV, saluran subtransmisi dengan tegangan 13 sampai l38kV, dan saluran transmisi dengan tegangan 34,5kV ke atas.r) Saluran transmisi yang hrtegangan 230 kV sampai 765 kV dinamakan saluran Extra High Voltage (EHV),2' yang bertegangan di atas 765 kV dinamakan saluran Ultra High Voltage
(uHv;.,, Ada dua kategori saluran transmisi:'saluran udara (overhead line) dan saluran bawah-tanah (underground). Yang pertama menyalurkan tenaga listrik melalui kawatkawat yang digantung pada tiang-tiang transmisi dengan perantaraan isolator-isolator, sedang saluran kategori kedua menyalurkan listrik melalui kabel-kabel bawah-tanah. Kedua cara penyaluran mempunyai untung-ruginya sendiri-sendiri. Dibandingkan dengan saluran udara, saluran bawah-tanah tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, taufan, hujan angin, bahaya petir, dan sebagainya. Lagi pula, saluran bawah-tanah lebih estetis (indah), karena tidak tampak. Karena alasan terakhir ini, saluran-saluran bawah-tanah lebih disukai di Indonesia, terutama untuk kota-kota besar. Namun; biaya pembangunannya jauh lebih mahal daripada saluran udara, dan perbaikannya lebih sukar bila terjadi gangguan hubung-singkat dan kesukaran-kesukaran.
1.2
Sistim Tenaga Listrik Menurut jenis arusnya dikenal sistim arus bolak-balik (A.C. atau alternating current) dan sistim arus searah (D.C. atau direct current). Di dalam sistim A.C, penaikan dan penurunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan transformator. Itulah sebabnya maka dewasa ini saluran transmisi di dunia sebagian besar adalah saluran A.C. Di dalam sistim A.C. ada sistim satu-fasa dan sistim tiga-fasa. Sistim tigafasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistim satu-fasa karena (a) daya yang
Eab
l.
Karaktcristik Umum Saluran Transmisi
disalurkan lebih bcsar, (b) nilai sesaatnya (instantaneous value) konstan, dan (c) medan magnit putarnya mudah diadakan. Berhubung dengan keuntungan-keuntungannya hampir scluruh pcnyaluran tenaga listrik di dunia dewasa ini dilakukan dengan
arus bolak-balik. Namun, sejak bebcrapa tahun terakhir ini penyaluran arus searah mulai dikembangkan di beberapa bagian dunia ini. Penyaluran D.C. mempunyai keuntungan karcna, misalnya, isolasinya yang lebih sederhana, daya-guna (efficiency) yang tinggi (karena faktor dayanya l) serta tidak adanya masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan pcnyaluran jarak jauh. Namun persoalan ekonominya masih haruq dipcrhitungkan. Penyaluran tenaga listrik dengan sistim D.C. baru dianggap ekonomis bilajarak saluran udara lebihjauh dari 640 km atau saluran bawah-tanah lebih panjang dari 50 km.2r Ini disebabkan karena biaya peralatan pengubah dari A.C. ke D.C. dan sebaliknya (converter dan inverter equipment) mahal.
1.3
Tegangan Transmisi Untuk daya yang sama, maka daya-guna penyaluran naik oleh karena hilang-daya ransmisi turun, apabila tegangan transmisi ditinggikan. Namun, peninggian tegangan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan dan gardu induk. Oleh karena itu, pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability), biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-tegangan yang sekarang ada dan yang direncanakan. Kecuali itu, penentuan tegangan harus juga dilihat dari segi standarisasi peralatan yang ada. Penentuan tegangan merupakan bagian dari perancangan sistim secara keseluruhan. Di Jepang, tegangan kawat antara dua fasa (line-to-line) pada saluran transmisi distandarisasikan sebagai berikut :') Tegangan Nominal -22 - 33 - (66, 7'7) - | l0 - (154, 187)
(kV):
ll
(22A, Tegangan Kerja Maksimum
Di
-
275)
-
500
(kV): ll,5 - 23 - 34,5-69230 -287,5 - 525
80,5
-
l15
-
161- 195,5-
sesuatu daerah tertentu, hanya dipakai salah satu dari dua tegangan dalam tanda
kurung.
Di
negara-negara lain juga dipakai tegangan-tegangan nominal 132
kV,
330 kV,
kV, 440 kV dan 700 kV. Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan transmisi, di Indonesia, Pemerintah telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai berikut:5' (30) - 66 - l r0 - (r50) - 220 - 380- s00 Tegangan Nominal Sistim (kV): Tegangan Tertinggi untuk Perlengkapan : (36) - 72,5 - 123 - ( I 70) - 245 - 420 - 525 Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk daerah asuhan dimana tegangan distribusi primer 20 kV tidak dipergunakan. Tegangan nominal I50 kY tidak dianjurkan 380
dan hanya diperkenankan berdasarkan hasil studi khusus. Penentuan deretan tegangan di atas disesuaikan dengan rekomendasi International Electrotechnical Commission.6)
1.4
Jatuh Tegangan Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada pangkal pengiriman (scnding end) dan tegangan pada ujung penerimaan (recciving end) tenaga
1.5
Hilang-Daya dan Gaya-Guna Transmisi
listrik. Pada saluran bolak-balik besarnya tergantung dari impedansi dan admitansi saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh tegangan relatip dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation), dan dinyatakan oleh rumus:
,* dimana
x $o%
V,: Y,:
(t)
legangan pada pangkal pengiriman tegangan pada ujung penerimaan
Untuk jarak dekat regulasi tegangan tidak berarti (hanya beberapa /o saja), tetapi untuk jarak sedang dan jauh dapat mencapai 5-15|l. Bila beban pada saluran EHV tidak berat, sistim tenaga dioperasikan pada regulasi yang konstan, karena pengaruh arus pemuat (charging current) besar. Untuk memungkinkan regulasi yang kecil, saluran transmisi dioperasikan pada tegangan yang konstan pada ujung penerimaan dan pangkal pengiriman tanpa dipengaruhi oleh beban. Bila tegangan pada titik penerimaan turun karena naiknya beban, maka dipakai pcngatur tegangan dengan beban (onJoad voltage-regulator), guna memungkinkan tegangan sekunder yang konstan, meskipun tegangan primernya berubah.
1.5
Hilang-Daya dan Daya-Guna Transmisi Hilang-daya (rugi-daya) utama pada saluran transmisi adalah hilang-daya tahanan pada penghantar. Disamping itu ada hilang-daya korona dan hilang-daya karena kebocoran isolator, terutama pada saluran tegangan tinggi. Pada saluran bawah-tanah ada hilang-daya dielektrik dan hilang-daya pada sarung kabel (sheath).
1.5.1. Hilang-Daya Tahenan Hilang-daya tahanan untuk saluran tiga-fasa tiga-kawat untuk saluran transmisi yang pendek dinyatakan oleh persamaan:
Pt: 3I2Rl
(2)
sedang untuk saluran panjang dimana arus pemuat diperhitungkan Pt
:
: R: /: cos 9r : .f : /" :
dimana
Pr
3Rt(Iz
-
I.I"sin 9, +
{r31
(3)
hilang-daya tahanan (W) tahanan kawat per fasa (O/kn) panjang saluran (km) faktor-daYa beban orus bcban (A) arus pemuat pada titik pengiriman (A)
Dalath persamaan di atas jatuh-tegangan diabaikan, sehingga distribusi arus pemuat adalah linier. Untuk menghitung hilang-daya pada saluran jarak jauh sccara tepat harus digunakan rumus-rumus tersebut dalam 5.3.5. Hilang-daya sepcrti dinyatakan di atas dihitung atas dasar I (arus) pada waktu tertcntu. Dari segi ekonomis, hilang-tenaga tahunan atau hilang-tenaga tahunan ratarata pcrlu dipertimbangkan juga.-Faktor hilang-tahunan (annual loss factor) adalah
Bab
l.
Karaktcristik Umum Saluran Transmisi
perbandingan antara hilang tenaga tahunan rata-rata dan hilang-daya pada beban maksimum, atau
faktor hilang-tahunan
:
(4)
Dalam hubungannya dengan faktor beban (load factor), sering digunakan persamaan pendekatan (approximate)7)
far:0,3fn *
: fn :
dimana ,frr
0,7Uo),
(s)
faktor hilang-tahunan
faklor beban-tahunan UT
: : 8760 :
dimana Ur P".
P"- x
(6)
8760
tenaga (yang diterima oleh beban) setahun, daya maksimum pada beban (kW) jumlah jam dalam setahun
kwh
Faktor beban dapat didefinisikan secara umum sebagai perbandingan antara beban rata-rata selama suatu perioda tertentu dan beban puncak yang terjadi dalam perioda tersebut.t)
Faktor hilang-tahunan terutama dipakai untuk memungkinkan studi mengenai evaluasi hilang tenaga; namun, ia dapat juga digunakan untuk menetapkan jam ekivalen, yaitu jumlah jam rata-rata dalam sehari dimana beban puncak harus dipertahankan sehingga dihasilkan jumlah hilang-tenaga yang sama dengan beban yang berubah (variable load).e) Dengan demikian maka jam ekivalen tahunan adalah tahunan (kWh) ,, _ hilang-tenaga ,._@ r7 -,'. -:-j:16*'?::"-:'
(7)
1.5.2. Hileng Korona Bila garis-tengah (diameter) kawat kecil dibandingkan dengan tegangan transmisi, maka terjadilah gejala tegangan tinggi yang disebut korona. Korona menyebabkan hilang-korona yang akan dibahas lebih lanjut dalam 5.2.2. Biasanya gejala korona baru terjadi bilategangannyamencapaiTTkY atau lebih. Di luar negeri hilang-korona baru dipertimbangkan pada ketinggian tertentu dari muka laut dan bila tegangannya melebihi EHY (periksa Jilid III, Buku ini).
1.5.3. Hilang Kebocoren
pede Isolrtor
Isolator mempunyai hilang-daya dielektrik dan hilang-daya karena kebocoran (leakage) pada permukaannya. Yang terakhir ini kecil, kecuali bila udaranya kotor (polluted).
1.5.4. Hilang-Hihng Lein Kecuali hilang-hilang daya pada saluran transmisi yang telah disebutkan, terdapat hilang-hilang daya pada peralatan-peralatan dalam gardu dan pusat-pusat listrik (misalnya transforurator, periksa Jilid III, Buku ini).
1.6
Referrnsi
1S.5. Drye-Grnr Trensulcl Daya-guna (efEciency) saluran transmisi adalah perbandingan antara daya yang diterima dan daya yang disalurkan
q:*xfio/":ffxtoo%
(8)
dimana P, : daya yang dircrima (kW)
: P, : P,
daya yang dikirimkan (kW)
hilang-daya (kW)
Daya-guna transmisi rata-rata tahunan dinyatakan oleh
ftol
,,:*x
(e)
-wG U,r
: dimana
U,r: U,r: Uxt :
tenaga tahunan yang diterima
(kwh)
tenaga tahunan yang dikirimkan (kWh)
hilang-tenaga tahunan (kwh)
Referensi
Di dalam Bab I ini digunakan referensi terhadap sumber-sumber yang berasal dari luar, yang ditandai oleh angka-angka yang dinaikkan (superscript), sebagai berikut: l) D.N. Reps, "Subtransmission and Distribution Substations", Distribution Systems, Westinghouse, East Pittsburgh, Pa., USA 1959, Tabel 13, hal. 87. 2) L. O. Barthold, E. M. Hunter, "The Electrical Design of Future EHV Systems: An Over-All View", Proceedings, American Power Conference, vol. XXIV, t962.
3) J. G. Anderson, et al, "Ultrahigh-Voltage Power Transmission", Proceedings, IEEE, vol. 59, No. ll, November 1971, hal. 1548-1556. 4) Japanese Electrotechnical Committee, Standard Voltage, JEC-158, Denki Shoin, 5)
t970. Keputusan Direktur Jendral Tenaga dan Listrik No. 39iK/1971, 16 Mei
6)
tentang Tegangan Tinggi. Publications 38,International Electrotechnical Commission, Fourth Edition, 1967,
7)
F. H. Buller, C. A. Woodrow, "Load Factor: Equivalent Hour Values Com-
hal.5,
ll,
13.
pared", Electrical World, vol. 92, No. 2, July 14 1928, hal. 59-60. Terms, Group 35, Generation, Transmission and Distribution, ASA C.42-35-1957. L. W. Manning, *Load Characteristics", Distribution Systems. Westinghouse, East Pittsburgh, Pa., USA" 1959, hal. 28.
8) American Standard Definitions of Electical 9)
1970,
BAB
2,1
2.
PENGHANTAR UNTUK SALURAN TRANSMISI UDARA
Klasifikasi Kawat Penghantar Penghantar untuk saluran transmisi lewat udara (atas tanah) adalah kawat-kawat tanpa isolasi (bare, telanjang) yang padat (solid), berlilit (stranded) atau berrongga (hollow) dan terbuat dari logam biasa, logam campuran (alloy) atau togam paduan (composite). Untuk tiap-tiap fasa penghantarnya dapat berbentuk tunggal maupun sebagai kawat berkas (bundled conductors). Menurut jumlahnya ada berkas yang terdiri daridua, tiga atau empat kawat. Kawat berkas dianggap ekonomis untuk tegangan EHV dan UHV.I)
2.1.1. Klasifikasi Kawat
menurut Konstruksinya
Yang dinamakan kawat padat (solid, wire) adalah kawat tunggal yang padat (tidak
berrongga) dan berpenampang bulat; jenis
ini
hanya dipakai untuk penampang-
penampang yang kecil, karena penghantar-penghantar yang berpenampang besar sukar ditangani (handle) serta kurang luwes (flexible). Apabila diperlukan penampang yang besar, maka digunakan 7 sampai 6l kawat padat yang dililit menjadi satu, biasanya secara berlapis dan konsentris. Tiaptiap kawat padat merupakan kawat komponen dari kawat berlilit tadi. Apabila kawatkawat komponen (component wire) itu sama garis-tengahnya maka persamaan-persamaan berikut berlaku:
N:3n(l*n)*l D: d(l * 2n\ A: an W: wN(t * k,) .R: (l I kr)r[N dimana Y: jumlah kawat komponen 7 : jumlah lapisan kawat komponen 2 : garis-tengah luar dari kawat berlilit al: garis-tengah kawat komponen ,{ : luas penampang kawat berlilit ll/ : berut kawat berlilit rv : trerat kawat komponen per satuan panjang &r : perbandingan berat terhadap lapisan R : tahanan kawat berlilit r : tahanan kawat komponen per satuan panjang k, : perbandingan tahanan terhadap lapisan
(10)
(t
l)
(12) (13)
(t4)
Kawat rongga (hollow Conductor) adalah kawat berrongga yang dibuat untuk mendapatkan garis-tengah luaryang besar. Ada duajenis kawat rongga: (a) yang rong-
2.
B8b
Fcnghantar untuk Saluran Transmisi Udara
ganys dibuat oleh kawat lilit yang ditunjang oleh sebuah batang "I" ([-beam), dan (b) yang rongganya dibuat oleh kawat-kawat komponen yang membentuk segmen-segmen scbuah silinder. I(awat berkas terdiri dari dua kawat atau lebih pada satu fasa, yang masingmasing terpisah dengan jarak tertentu. Kawat berkas mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat padat karena mengurangi gejala korona, mempunyai kapasitansi yang lebih besar dan reaktansi yang lebih kecil. Pada umumnya kawat berkas digunakan pada tegangan EHV dan UHV atau pada tegangan transmisi yang lebih rendah bila dibutuhkan kapasitas saluran yang lebih tinggi.
2.1.2. Khsifikrsi Keret
menurut Brbennye
Kawat logan biasa dibuat dari logam-logam biasa seperti tembaga, aluminum, besi, dsb.
Kawat logam campuran (alloy) adalah penghantar dari tembaga atau aluminum yang dibcri campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain guna menaikkan kekuatan mekanisnya. Yang sering digunakan adalah "copper alloy", tetapi "aluminum alloy" juga lazim dipakai. Tebel
l.
Sifet-Sifet Fisik Kewet Tenpa Isolasi (Bare)
lesi3tivitrs prds
Sifrt Fisik
Icnir
Krvrtt
Tc8aBerat rgan-Tarik (Tcnsilc fahanar Jcnir Strcss) padr ,lrEm(1.3/mmt)
iicn
Yil,as
,itas l3i AO cm)
Batas
Kocffisicn
Tirik
Kocffisicn
Pa nar
Elastis k8/mm!)
El.stisitas
Lcbur
Pcmuaian
Spc-
(kB/mm.)
("c)
Linicr (/dcr)
sifik
25-29,5
1,2-tt,2
5.mG12.000
Suhu
Resisti-
vitrr (%)
Kcffi-
20'c
Kondukri.
Massa
20'c
(O mr)
Intcmstioill
lm
1,724t
0, I 5!2t
0,(n393
t,69
l0l-97 I,7070
0,15176
0,m397
E,19
t,7774
0, l 5802
0,003Et
8,89
1,7593
0, I 56,1 I o, I 5967
0.m3E5 0,00377
8,E9
34-/18
7,5-3 I,5
9.000-12.r@
0,18033 0,10656
0,m334
8,t9 t,89
50-65
2812
50-70
28{5
0.000-l 3.000 0.000-r 1.000
Strndard Anacalcd Coppcr Annalcd Coppcr
r.083
0,00@17
0,094
Hard-Drrvn Coppcr
9t-96
r,7958 Cedmium Coppcr
85
2.,OzE,.
Sili.on Eronzc
50
3,4t2 l,t3l3
't5
Herd-Drawn
0,1'l(Xz
0,00197 0,@177
0,00001 7
0,0@017
Coppcr Silvcr Altoy Coppcr Niclrel Silicon Alloy
96 45 ll()
0, I 5967 0,34062
0,@l8r
t,E9 E,E'
7,5-3t ,5 ,t0-56
9.m0-12.500
0,m177
3+-50 70-90
0,00001 7
l
1.000- I 3.000
0,000017
4,3 103
0,tEl20
0,oolr7
Aluminum Hard-Drrwn Aluminum Alloy Thcrmtl Rcristrnt Aluminum Alloy
5t
2,t265
o,7ffi2
0,0040
2,70
l5-17
k.l.9,t
k.l.6.300
52
3,3
15
0,t95 l9
0,0035
2,70
k.1.20
k.t.7.0q)
,t
2,9726
0.toat
0.0039
2,10
k.t.9,8
k.1.6.5m
Bcai (lrotr)
l6
I0,3-r
min
13,262
Galvenizcd Iron Grlvenizcd Stccl
ll I
t,795t
I,rl
r
l
5
t0,3.157
2-t
0,005 0,005
Alumioum Clrd
Stcl
.
{,197 I
0,1$55
t0
,.t523
0,'17?7t
m
t,a93r
0.r5970
0,m3t 0.q)r6
t
35-.a5
7,80
7,t0 7,m
tlo
min.
rr-tt
0,006t
G.lvrniz.d StcGl for A.C.S.R. Coppcr Chd Stccl
ll.5
t,20
I
t7,5-r9,5
l5-.a5 55-100
17,5-45,0
25- r a{l
7(F95
t
too-l
6,59
t00-r,o
[email protected](
k.l. 2l
80-t l0
t,l5
5.5q
100
658,7
0,000021 0,000021 0,000021
z
*, I.400
0,0000
r.3@
o,m@u5
I
0,00001 2
k.l.16.900
o,oml]
k.l. 15.t00
0,0qnt3
30
Istilah sengaja tidak diterjenuhkan karena salinaruya belum serogam
o,2t2
0,u3
2.1 E 8-
R-
.i
Err
Q Q a O - d a I t n € F € 6 g - N 6 !t n €F o a Q tli =
-'
"i
| :t n g h
9Q
q Q
E5
2It
EB
3- e. q q 3. ? A q A { t A q i i to' t-oi.dt- trs 8-d t-$ 8.ri qri 8.j E+ t Rd e- Eai tci 8.ci 8. 8--: e E 8- t 3-i i -: dd d d d dd i d d d d d d dd d d
TC -E
r8 iE
9
Klasifikasi Kawat Fcnghantar
i!$r
dio€doo€idao-lGadFd6 -€i-6o9ha6-oo6-FF6€6 j J Jaff dd----
=
s. q d d
N !! ! n 9EO
a o€o-o€F€6? h l+litaa6oa O OdOdOOOOOO
-CtoCtOOOO
!.{
3E ar E€
q
dE
FE c,
i
e
&e
t E.:'t
iE .E
!
*
-o .=
F.E
:
al
qqqqqqq
o- c- o- o- o- o- o-
q
o- o-
o. o- q o- q q q q
o- oj of o.
Lg
E,qt
e tA !l tr cE
I
E at
F I D
I
I
c 'rI
is$t
qqqqqqq
o- o_ o-
q
h66h€€9€6€96O6tsFFFFF NNNNNNdddNdNNdddNddN
o- o- o- o- o- o- o-
q
q
o- q
o- o- o-
qqq
- OrO@€OOE N NdddddNN
C
li
ooooooooooooo6600000 FFFFFFFFFFF FFFNFF6€9 o66600q6606666666660
r;
Ee c o
ri$s sttttttttStStSsttttS
v
o-q
€ ! 6 A J
i i$s
r-
3,
E9
t! E.{}
E
.o-
?d
-? !.i
3i
qq
qqqqq
o.
q q q qo. q
o.
q
6-F
Fado--6-i€ €daFh6-aFh 6ddEF--
"s3B ] R3l3*3;; 0 000000000c € 66464OO600 €€i99999!O9\9 6
iR
ss
a
- ; - -
Is* EEAEEsE:;:rFRi::3Bii
N
xa
-N
oocrcrcrooFF-F€-ahh-oid i!FoN6lF-FA;h6iOl-6F ?o? 1q nq -6 E€hloa{d Odd-r--
EJ
v
'3e x) )c
h 6
a-N6lo6-€dFd9aN96-69 O o-dOlah99F ni d t{ cd d d d J -'.I.i di ?i ii j j i vi vi d vi .d d d 6 d d d 6 d 6 6o666il!!!!!!lailiii ! lal!?!!!!!
!i
E6 ED
qqqqqqqqq q q
h h6600eaeQQeoohh6na6
Ess
E
iE
o-
hhhhcooooooodociooyih6
tE
q q q o- o-o-o-o-o-q qq'l.lFlFlo.o.q
qqqq
o. q
d j ja
e h o ! j
I 88t88ttte8eetrttr3t t t
dat96FF-O F€60-66€60!FO-66tsts6 hNFh96dao--l-6-Filvr-F - d d a I h I F 6 - { € d 9. q d- 9-
a
FaNF6A6!_
i6OO-S496 d6-6O66hF{dd!O66F?6 h-F!l-OdFOF6!-il@FFO -dd6!hgF6OaF-9d-!FhN OOOOOOOOOq!-Ndath9€-
+ N
n99;8eBRN-6arr!666 i"j j j iei..iFjoiod dvi.d j;
^ rr} Yl !. o: sl q 9. @- 6- d- q 9dddo'ddddd ji.i.i.idiiviF.cdO- j : N Fif S --S ip ; ! $
Nl;a66FoOa@-6aNh6F{ rE,dNalh.-=:
66d6{6a6-
N I 6 - O a N € ? F h I F d C\ 6 I o I j@F6FidFFi bohENn--!--o COQI!Oh-Fl-€Fhi6NN-C6hi6NddE:E
a6doo---O 6 e i ! 6 Y) -iq!--. @. qvI r.nq.l--o €hraNNd---OOOOOOOOO
- s33F83!s:!3:ESSREFE
a S
t1
O
g
oO
-
-.i
Ic
E.*a ,EC
,E! 'ib c o^ OEE
EEc
*!o
6EE
3
-dh6qen-a 3 !N6a6N6-^ F - xsF33FF38ESt8B3f,35B q. E r.G"qaqqR.e.3.q8.Et8.t3.B.8.5. -.qc.5.s.=.\F-3.aqG.r.8.a:.:.{5.3. 6@oo€6@r!ohdaoo9hl6daiii ooooooooooooooooooo o o -ts6666dd---
66066
+t
+#+++
t
q
?.
q
g.
+l
a?
++++#
+r
+++++
i i -q i
R.
4
=q
8,
i
?
+1
8. 8.
6
0
3 388S88855655E5tt8t8 to to o ooooooooooooooooooo + + + + + +r +i + + + tl # + + + + + + + + + +
8ttt8tttt88383383388 oooooooooooooooooooo
e.
+1
e 8. t
? i. q
^8.
Ii
1 !.
i I i i I I :. : :. i
:
l0
Eab
2.
Pcnghantar untuk Saluran Transmisi Udara
Kawat logam paduan (composite) adalah penghantar yang terbuat dari dua jenis logam atau lebih yang dipadukan dengan cara kompressi, peleburan (smelting) atau pengelasan (welding). Dengan cara demikian maka dikenal kawat baja berlapis tembaga atau aluminum.
Kawat lilit cantpuraz adalah kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis logam atau lebih. Yang paling terkenal adalah kawat ACSR (aluminum cable steel reinforced) dan "aluminum alloy cable steel reinforced". Beberapa sifat fisik dari kawat tanpa isolasi (bare) untuk berbagai macam bahan tertera pada Tabel l.
2,1.1. Sifet-sifet Kawat Logam Kawat tembaga tarikan (hard-drawn) banyak dipakai pada saluran transmisi karena konduktivitasnya tinggi, meskipun kuat-tariknya (tensile strength) tidak cukup tinggi untuk instalasi tertentu (periksa Tabel 2, 3 dan 4). Dibandingkan dengan kawat tembaga tarikan (hard-drawn), konduktivitas kabel Aluminum Cable Steel Reinforced (ACSR) lebih rendah, meskipun kekuatan mekanisnya lebih tinggi dan lebih ringan, sehingga banyak dipakai sebagai saluran transmisi. Karena garis-tengah luarnya lebih besar dibandingkan dengan kawat tembaga-tarikan untuk tahanan yang sama, ACSR sangat cocok untuk penggunaan pada tegangan tinggi
dilihat dari segi korona. Data-data untuk kabel ACSR dan aluminun dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6. Kawat tembaga campuran (alloy) konduktivitasnya lebih rendah dari kawat tembaga tarikan, tetapi kuat-tariknya lebih tinggi, sehingga cocok untuk penggunaan pada gawang (span) yang lebih besar. Tebel
Jumhh dan
3.
Kabel Tembaga Berlilit Tanpa Isolasi (Bare, Stranded) Tahanan Listrik pada 20'C (O/km)
Kemt
Luas Pcnempang Terhitun3
(mmr)
Gnm)
(mmt)
l.0q)
t27lx,2
850 725' 600 500
12712,9
83t,t
9t13,2
731,8
9.315 7,651 6.655
9t12.,9
60t,l
5.16
l!,2
4m
5l12,9
490,6 102,9
37s 250
6117,6
323,t
1,11E 3.654 2,937
6t12,3
253,5
2,298
7& tr0
3712,6 3712,3
196,,1
t25 t00
to
t912,3
7t,95
60
t9l2,o
59,70
907,5 7I O,J 537,0
3t
712,6 712,1
!7,t6
3}t,{
7,t
29,09 21,99
261,7
6,9
r97,9 t26,7
6,0
Ukurrn Nominrl
30
Diemetcr
6t
t.02t
Berat
(kr/km)
31,7
35,2 31,9
28,t 26,1
Hard-Drawn Coppcr
Strrndcd Crblc
Strlnded Crble
0,0173 0,02r I 0,02.1t 0,0293 0,0159 0,0436
0,0179
0,o2t7 0,02/t8 0,0303 0,0370 0.oa50 0,0560 0,0715 0,0920
Kuat-Trrik Minimum (Hard-Drewr Coppcr Strrndcd
qbk) (kr) 40.1@ 33.m0 28.7@ 23.7@
t9.!m t5.9S t2.900
157,7
L776 t.390
0,1
t9lt,g
tzs,5
t.129
t4,5
0,! 39
0,
l/t3
4.960
t9l2,o
rm,9
3,0 I t,5
0,171
0,1?8
o,22t
0,22t
{.020 !. r60
t0,0
0,292 0,'t70 0,@0
0,301
2.11O
I
71t,6 71r,2
,,5
7lt,o
,,a91
71,19 a9,16
3,5
1lo,t
3,5
l9
3r,55
2,0
710,6 710,5 710,1
1,979
17,80 12,37 7,9t
0.9
11,6
Anncalcd Coppcr
23,1 20,7 18,2 r6, t
112,O
1,1
Luer
(nm)
xl l.l
Diamctcr
l,l,0t 7,917
r,375 0,87E'
t
4.t 3,6 3,0 2,1 1,8
l
t,5 t,2
0,05/13
0,0694 0.0893
t4
0,793 1,21 2,20
0,r
tt
10.2@
7.t30 6.100
0,{8tt
t.ato
0,61t
t.t70
0,ilr
8tt
t,z9
574
2,30
3,t7
,,31
t26 xt1
1,96
5,17
Irflt
t,E2
9,t8
tt,2
82 s7
m,7
l6
12,7 20,0
2.1
Klasifikasi Kawat
Penghantar
lt
Kawat aluminum carnpuran (alloy) ini mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tinggi dari kawat aluminum murni, sehingga sebagai "aluminum alloy cable steel reinforced" ia dipakai untuk gawang (span) yang lebih besar dan untuk kawat tanah (overhead ground wire). Bila diperlukan kapasitas penyaluran arus yang lebih besar dapat dipakai kawat "heat-proof aluminum alloy" yang mempunyai daya tahan yang lebih besar terhadap panas. Datadata mengenai kawat aluminum campuran dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Karena kawat baja mempunyai kuat-tarik yang lebih tinggi, maka ia banyak dipakai untuk gawang yang besar atau untuk kawat tanah, meskipun konduktivitasnya rendah. Untuk menghindarkan dari karat, kawat baja biasanya digalvanisasikan (perilsa Tabel 9). Kawat baja berlapis tembaga (copper clad steel, Tabel l) mempunyai kekuatan mekanis yang besar, dan biasanya dipakai untuk gawang yang besar atau sebagai kawat tanah. Kawat baia berlapis aluminum (aluminum clad steel, Tabel l) mempunyai kekuatan mekanis yang besar, tetapi konduktivitasnya lebih kecil dibandingkan dengan yang berlapis tembaga meskipun ia lebih ringan. Kawat campuran aluminum ini dipakai untuk gawan9yang besar, untuk kawat-tanah dan sebagai inti kawat "greased aluminum cable steel reinforced".
4.
Tabel Ukuran Nominal (mm2)
Kabet Temhga Berlilit Hard-Drawn untuk Sduran Udan
Jumlah dar Luas PenamTahanan pang TerDiameter Listrik Kawat pada 20'C hitung (mm) (mmz; (o/km)
Kuat Tarik (kg)
Diamcter Luar
Bcrat
(ke/km)
(mm)
240 200
1914,O
238,8
0,07531
9.1E0
20,0
2.148
1913,1
20/,3
7.9t0
180 150 125 100
1913,5
182,E
0,08804 0,09838
1.838 1.645
1913,2
r
75
713,7
55
713,2
7.120
18,5 I 7,5
52,8 125,5
o,ll77
5.990
16,0
t.375
600 700 800 1.000
0,1433
4.9@
t.tD
l.m0
0l,6
0,t170 0,2390 0,3195
112,6
75,25 56,29 46,24 37,16
3.880 2.910 2.21O 1.830
14,5 12,9
712,3
29,@
712,0
2t,99
t9l2,e 114,t
45 38 30 22
t
712,9
Tabel
)irmctcr (mm)
1,5 1,2 /a,O 3,t 3,7 3,5 3,2 2,9 2,6 2,3 2,o
Tolcransi Diameter (mm)
Tcgan3an Tarik
(kg/mmt)
Minimum Rata-rata
0,3E90
t.480
0,4840 0,6185 0,8178
5.
l.170 890
PemrnjaLuas lgan Mini. Penamprni mum
(%,
16,E7
r0,(X
t6,17 t6,17
16,87
u,0 I,O
.6,t7
t,9
r5,90 t3,85 t2,57
+0,o{ *0,O{
16,17
1,9
I l,3a
I,E
10,75
to,(x
t6,52 t6,52 r5,87 17,2' t?,93
6,87 7,23 7,58
+0,0.1
to'03 *0,03 +o'03 +o'03
18,63
7,5t 7,93 8,28 8,98 19,59
l,l
'600
677,0
700
t.m0
E,7
506,4 416,0
7,8 6,9 6,0
334,4 261,7 197,9
9,6
t,7 t,7
9,621
Kuat-Tr.ik
Bcrat
1.000 1.000 1.200
t.2N
31,$ 33,9r1
30,62 29,03 25,98
257 224 203
Konduk.
tivitr3
26t
t,7t
5t,0
211
2,(x 2.2t
6t,0 6t,0 5r,0
Minimum R.t -rati 12,93
Trhrnrn
LLtrik
(kc)
(kg/km)
(mmt)
t6,1 7
16,52
l
914,5
Karat Aluminum flatd-Drewa
+qO4 t0,O4
Panjeng Standar (m)
2t2
183 178
t9t
t59
t69 l,l I
r85
(o/tn)
2,19 2,63 2,91
o
d=
Ei,
Id
l-6 a
$a
${, F:
;to t-
1t c2 lo &
l2
t 2 3 1 5 6 7 E 9 l0ll'12 13lll5l6l7lE Uiuor
Turt
Nomor
Unit
hsur
APD.
3 1 5 6 7 I 9 l0 ll 12 13tl 15 t6 Nomor Unit Uiung
Uiung 19
Uiung Selurm
pada Gan(TanPa Tanduk Isolator dengan
Gbr. 16 Distribrsi Tepngan
12 Tenrh
Gbr.
Selurrn
17 Distribusi legangan Gandengan Isolator Tanduk Busur Api).
pada (Dengan
3.2
Karakteristik Isolator
25
dasar dari karakteristik isolator. Tegangan lompatan api basah adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila tegangan diterapkan di antara kedua elektroda isolator yang basah karena hujan, atau dibasahi untuk menirukan keadaan hujan. Di Jepang, tahanan jenis (specific resistance, resistivity) air yang dipakai adalah 10000 Ocm dan jumlah penyiramannya 3 mm/menit. t Tegangan lompatan api impuls adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila tegangan impuls dengan gelombang standar diterapkan. Di Jepang gelombang ini adalah 1,5 x 40 ps;2) menurut International Electrotechnical Commission gelombangnya adalah 1,2 x 50 ps.3) Karakteristik impuls terbagi atas polaritas positip dan negatip. Biasanya, tegangan dengan polaritas positip (yang memberikan nilai lompatan api yang lebih rendah) yang dipakai. Untuk polaritas positip tegangan lompatan api basah dan kering sama. Tegangan tembus (puncture) frekwensi rendah menunjukkan kekuatan dielektrik dari isolator, dan terjadi bila tegangan frekwensi rendah diterapkan antara kedua elektroda isolator yang dicelup dalam minyak sampai isolator tembus. Untuk isolator dalam keadaan baik tegangan tembus ini lebih tinggi dari tegangan lompatan api frekwensi rendah, dan nilainya kira-kira 140 kV untuk isolator gantung 250 mm. )
3.2.2. Karakteristik Mekanis Kecuali harus memenuhi persyaratan listrik tersebut di atas, isolator harus memiliki kekuatan mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang diisolasikannya. Porselin, sebagai bagian utama sebuah isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan kuat-tekan (compressive strength) yang besar dan kuat-tarik (tensile strength) yang lebih kecil. Kuat-tariknya biasanya 40G-900 kgfcm2, sedang kuat-tekannya l0 kali lebih besar.r) Porselin harus bebas dari lubang-lubang (blowholes), goresan-goresan, keretakankeretakan, dsb., serta mempunyai ketahanan terhadap perubahan suhu yang mendadak dan tumbukan-tumbukan dari luar. Gaya-tarik terhadap isolator yang telah dipasang relatip besar, sehingga kekuatan porselin dan bagian-bagian yang disemenkan padanya harus dibuat lebih besar dari kekuatan bagian-bagian logamnya, periksa Gbr. 18.
KurGParah tron)
bnjtung B
c
Gbr.
Brsirn i Pek B.sa I Tutup Bcsi TcmPrnl Poerin I lrolator
18
Contoh
lslator Clcvis{yts 25omm H.ny. Turupnya U.ii
d.n8.n
P.gl
Khus6 dan Tutup ysng Kurt
Diagram Disnibusi Kekuatan Mekanis pada Isolatoi Gantung 250 mm.
Bab
26
3.
Isolator Porselin
Kekuatan mekanis dari isolator gantung dan isolator batang-panjang (long-rod) harus diuji untuk mengetahui kemampuan mekanis dan keseragamannya. Kekuatan jenis pin-type dan line-post ditentukan oleh kekuatan pasaknya (pin) terhadap momen tekukan (bending mcment) oleh penghantar. Pengujian kekuatannya karena itu dilakukan dengan memberikan beban kawat secara lateral terhadap pasak. Karakteristik listrik dan mekanis dari isolator gantung, isolator jenis pin, jenis long-rod dan jenis line-post menurut standar Jepang tertera dalam Tabel 12, 13, 14, dan l5.a-7) Dalam perencanaan isolasi saluran transmisi udara, tegangan lebih merupakan faktor penting. Di tempat-tempat dimana pengotoran udara tidak mengkhawatirkan, surja-hubung (switching-surge) merupakan faktor penting dalam penentuan jumlah isolator dan jarak isolasi. Karakteristik lompatan-api dari surja-hubung lain dari karakteristik frekwensi rendah dan impuls. Contoh karakteristik lompatan-api untuk isolator gantung 250 mm terlihat pada Gbr. 19.
Trbet
12.
Karakteristik fompatan Api Isolator Gantung 450 mm5' Tegangan Lompatan
Jumlah Piringan
Kering
,
Api
Frekwensi Rendah (kV) Basah
Tegangan Lompatan Api
Impuls 50% (kV) Positip
155
90
255
130 170
355
4
215 270
5
325
2t5
525
6
3E0
255 295
610 69s 780
3
8
9 10
ll
t2
l3
435 485 540 590 640
690 735
945 r025
l0l
490
r 105
I 105
525 565
I 185
I 190 1275 I 360 1440 1530
l6
E75
t1
920
670
l8
965
705
t9
l0l0
140
r665
20
1055 I 100 I r45 I 190
775 810 845
l23s
915
1745 l 825 1905 l 985 2065
1280
950
2145
23 24 25
760
600 635
880
Catatan: Clevis Type (JIS C 3810): Kekuatan Elektro-Mekanis: (JIS C SEID: 16.5N ke
845 930
860
l5
22
255 345 415 495 585 670
335 375 415 455
1265 I 345 1425 I 505 l 585
2r
Negatip
40
785 830
t4
6)
12.000 kS; Bail
t
5
6l5
1700 I 785 1870 1955
2040
zt2s
xilo & Socket
Type
3.2 Tabel Jumlah
Tcgangan
13.
Tcgangan Lompatan
Diamctcr
(Sbcd)
(mm)
Porslin
A,pi Frekwcnsi Rendah
Tinggi Minimum
Maksimufi
(mm)
(mm)
t0
il
2
200
r20
2t0
20 30 40 50 60
22
3
240
:
3
300 350 400
245 310 375
255 330 400
4t5 490
3
4 4
6
4t0
14.
Tabel
Tegangan
Model
Jumlah
Di.mctcr Kupingan (mm)
PanjanS
Kupingan
(kv)
(mm)
(Shed)
7m
t35
95
200
7(x)
65
160 185
lt5
2$
2r0
2t0 3m
2r,o
515
135 155
850 850
l.(m
38,5
Diametcf Badrn (mm)
5
l/45
485
7
l.t5
LC{510
66 1)
5E5 385 /tE5
l0
145 160
7
t60
55 65 80 80
585 725
l0 l3
160 160
875
t7
160
I,025
2t
l@
80 80
t,t
24
160
EO
LC-E02,1
ll0
u0
5
75
EO
t0
Tcgangan TcSirrurn LompataE Api Frekwemi Rcndgh Lompetsn Impuls B$rh 50% Flarh. Kcring
over (kU
Modcl
LP.IO
It
LP.2O
z2
LP.30
3l
LP{O
I,l{o LP.M
6
n
1 6
t
t0
t2 t4
I t,5 I 7,0
(kv)
(kv)
il5
55 95 125 65 95
2Xt
t25
2q)
t60
380 170 560 650
t50 t85
ll5 r50 t85 235 285
200
335 3E5
280
170
230 170
230
2$
15. Ihrektcrlsdk
Isoletor Jents Pos Sduran (Lhc Tcgangrn Lomprtrn Api Frckwcnri Xhnd$
Diunaar
Di.mtcr
Kupirurn (DE)
Brdrn (em)
Tinssi (mm)
Kcrins (LV)
ta5
6t
tt0
2$
?0
,25
t60 t6lt
x) t5
lm
to t0t t3t
tm 125
190
lot
70
170
240
tf,,
t90
r0t
6t0
2N
2r0
ilt
Belah (kY)
Bcrat (L3)
(tr)
7,sm ,,500 7,vx)
7
9
t0
t\mo
t0
t2
12,m0 t2,000
l{ t8
t2,m0 12,(m
x2 26
t\mo
t,
t2,mo
keduo ujungnya. Ada jenis yang dengan clevis pada satu ujung dan mata pada uiung yarrg lain.
Icglnai.!. ,urLh Nominrl f,upmSJl (Lv) (s,hd)
3,4 6,1
Ku.tPrt h
Catatan: Isotator di atas mempunyai clevis(cantolan)pada
Trbcl
BG3i
(kB)
700
33
LC-8021
r.n8
120
65
ic-80t7
dG-
njan Be-
t60
385
LC-801 3
tilcvcr) (ks)
Bcilt
55 75
85
lr0
22
66 77 77
Basah
Kurt-Psn. crng (Crn-
Kerakteristik Isolator Jenis Batarry-Penjang (Iong-Rod)?'
Nominal
33
Kcring
Tegan3rn Lompatan Api Impuls 50%
(kY)
LC-5505 LC-6507 LC-8005 LC-8007 LC-8010
27
Karakteristik Isolator Jenis PasakT) (Pin Tne)
llodcl Nominal Kupingan vlaksimum
(kv)
Karakteristik Isolator
lain(LE)
fcgt'
TcirnSrn Lomortrn tnpul3
n%$9
!t(,
lm
7t
t6lt
xn ns 3t5
4
Kurt. Pracrnf
D.fri
(t!)
(ts) 7tD
5,7
tu
?m
nn ?u TN
7,7 t
t.5
t5.l 27,6
3t.t
28
Bab
3.
Isolator Porsclin
3.2.3. Penguiirn Isolrtor A-Tc FiarLatuI+h E-Tq nl.rr Loortrr ScF Hfur(Nrrrb. lrreD C - Tturulo+iuFtrolR-drf G.t h)
Pengujian (rcsting) pada isolator
terdiri dari:
(l)
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pengujian konstruksi. Pengujian semu (appearance). Pengujian listrik. Pcngujian mekanis. Pengujian elektromekanis. Pengujian termis. Pengujian keporian (porosity). Pengujian galvanisasi.
Dalam pembelian isolator, Perlu dilakukan pengujian jenis dan pengu' jian penerimaan (acceptance) sesuai
tg $o
A t2so
Y
a
a ?tm o E
s
!a
Ia
75(r
%
I
t
/
dengan cara-cara yang berlaku.
3.3
/ ,2
Pasangan Isolator Dalam kategori pasangan isolator (fittings) termasuk pasangan-pasangan logam dan perlengkapan'perlengkapan lainnya guna menghubungkan penghantar, isolator dan tiang transmisi.
33.1.
05t01520 Jumhh
Gbr.
19
Pirinjm
Karakteristik Lompeten Api Isolator Gantung 250 rnm.
Prsengen Isolator
Pasangan isolator terbuat dari besi atau baja tempaan (malleable) yang ukurannya
disesuaikan dengan tegangan, jenis dan ukuran penghantar, kekuatan mekanisnya, serta konstruksi penopangnya (supporting structure). Dengan demikian maka dikenal baut-U, klevis (clevis), link, mata (eye), ball and socket (bola-dan-lekuk), dsb., yang mudah dihubung-hubungkan, dan mudah dipertukarkan; periksa Gbr. 20. Permukaan pasangan logam ini biasanya digalvanisasikan'
3.3.2. Tanduk Api
dan Cincin Perisri
Bila terjadi lompatan api (flashover) pada gandengan isolator, maka isolatornya akan rusak karena busur apinya. Untuk menghindarkan kerusakan ini, maka pada gandengan isolator gantung dan isolator long-rod dipasang tanduk-tanduk api (arcing horns). Tanduk api dipasang pada ujung kawat dan ujung tanah dari isolator, serta dibentuk sedemikian sehingga busur api tidak akan mengenai isolator waktu lompatan api terjadi. Jarak antara tanduk atas dan bawah biasanya 7185% dari panjang gan' dengan (periksa Gbr. 20). Tegangan lompatan api untuk gandengan isolator dengan tanduk api ditentukan oleh jarak tanduk ini; periksa Bab 8. Tanduk api biasanya dipakai untuk saluran transmisi dengan tegangan di atas ll0kV,ataudiatas66kV di daerah-daerah dengan tingkat isokeronik yang tinggi. Cincin perisai (shield ring) dipasang pada ujung kawat dari isolator untuk mencegah tcrjadinya korona pada ujung tcrscbut. Effck pencegah koronajuga dimiliki oleh tanduk api.
3.4
Pcngotoranlsolator
29
htr-U U-Cl'th
--Pc64rTroddt
Trrdrk Api
lr tt
Grdengrl
!l
Pclugu Tudrk nlrpit G6h![
Gbr.
333.
20
Gendengan Isoletm Gentrmg Turggel.
Jcpltrn
Untuk penghantar dipakai pengapit gantungan (suspension clamps) dan pengapit tarikan (tension elamps) sedang untuk kawat tanah dipakai pengapit sederhana. Ada dua jenis,pengapit gantung, yang satu dengan, dan yang lain tanpa batang pelindung (armor rods). Pengapit-pengapit dipilih dengan memperhatikan macam dan ukuran kawat, kuat tarik maksimumnya, serta dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan kelelahan karena getaran (vibration) dan sudut andongan dari kawat. Gandengan isolator gantung tunggal terlihat pada Gbr. 20, gandengan isolator tarik tunggal pada Gbr. 21, dan gandengan isolator tarik ganda pada Gbr. 22, masingmasing lengkap dengan pasangan isolatornya.
3.4
Pcngotorenlsolator Tahanan isolasi dari permukaan isolator yang bersih besar sekali. Nilainya menjadi sangat berkurang menjadi beberapa mega ohm saja, bila permukaannya menjadi kotor (polluted) karena isolator tersebut terpasang di daerah-daerah industri atau di tepi laut. Bila tegangan tinggi diterapkan pada isolator ini, lapisan permukaannya yang lembab
menguap dan menimbulkan busur api setempat, yang kemudian bertambah besar schingga menimbulkan lompatan api. Mekanisme dari gejala ini sukar diterangkan.
Karakteristik lompatan api yang digunakan sebagai standar perencanaan (design) didapat dari pengalaman operasi dan pemeliharaan pada saluran transmisi, serta dari
Bab
30
3.
Isolator Porsclin
data-data pengujian lompatan api pada isolator yang sengaja (artificially) dikotori atau yang dikotori secara alamiah.
3.4.1. Krnlderistih Lomptm Apt drri Isoletor Kotor Untuk isolator gantung 250 mm yang dikotori (polluted) berlaku mmus tegangan lompatan api sbb:r)
":ffi
dimana
Y: : K: ff:
W
(3e)
lq$anEan lompatan api minimum untuk gandengan isolator gantung dengan rY piringan (kY) kegadatan adhesi garam (mg/cm') kepadatan adhesi serbuk poles (polished) (ngFr jrrml4fu piringan isolator
Pada umumnya garam merupakan pengotoran terhadap isolator. Namun, untuk memperhitungkan pengaruh bahan-bahan yang tidak dapat dilarutkan, pengujiannya dilakukan dengan garam dan serbuk poles (polishing powder). Kepadatan serbuk /( dianggap bcrnilai 0,1 mg/cm2.
Grdarrn Irclrtq
Tuirt
ADi
I
l--**", *,,, I
I
Tr.Lt
ADi
Ocvir
Lld. Patrpit Jcoit
fosri
Gtr.21
GenAcogrn
Ishtor Tarlk Tuggd.
Ghr.
/2
Gendeogrn Isolator Tsrik Gerd8.
3,4
Ecngotoran Isolator
31
Guna menampung perbedaan antara pcrcobaan dcngan keadaan scbenarnya, dipakai faktor koreksi fr, yakni L
_ tegangan ketahanan
,.g
untuk perencanaan
(4o)
Pada umumnya dipakai harga k: 1,25, meskipun untuk saluran-saluran transmisi penting atau tempat-tempat khusus, nilai /r diatur menurut kepcrluannya antara 1,0
dan
1,25.
Dalam Gbr. 23 diberikan contoh karakteristik tcgangan ketahanan (withstand voltage) untuk isolator gantung 250 mm, sedang Gbr. 24 menunjukkan karakteristik yang sama untuk isolator long-rod. t9 IE
l7
?t6 a
.l
'rs
4
tt1 g ali a
4,,
i,, a A
7to
It
Ee E
7
0,0t Gbr.
0,t 0,2 0,3 0s fcpr&r.r Adhai Gro (rr/c!)
Zi
0,02 o,03 4,05
0,07
X.O.d.tu Adt6i Grm (rr/cr!)
Kerelteristikyeng"Dfuekomco" drsiten untuk Percncemen Tegangsn Ketehanen Isoletor
Gbr.
2|
Ifunktcrlsdf yrrgDlrekom' drsltrn untuk (Pcrmnren) Tegrryrn Kctrhanen Isolrtor
Gentung 230 mm.
Betery-Pen[ng (Irog-R.od).
3.4.2. Klasifikesi Drerrhdrereh
Pengotoran
Berdasarkan pengalaman mengenai kerusakan terhadap saluran transmisi, maka
daerah-daerah pengotoran (contamination) dikelasifikasikan menurut Tabcl 16. Pembagian ini dipengaruhi oleh kondisi geografis, misalnya, daerah yang banyak mengalami banyak taufan (typhoon), daerah pegunungan, daerah dataran, dsb.
3.4.3. Crn-crre Penrngguhngrn Pengotorrn Genm
den l)cbu
Untuk menanggulangi pengotoran yang menyebabkan penurunan tcgangan ketaTrbel Kelasifikasi
A
Kcpadatan Adhcsi Garam
di bawah 0,01
16.
Kdesffittesl
Dsr[
PcoSpaoru
B
c
D
E
0,014,03
0,0H,06
0,064,12
o,l?4,?s
F di
etg
0*,
(mg,/cm2)
B. E,F .
Catatan: A,
..Pcngotoral Ritgaa ..PengolorutBcrat
C,D.
..Pcttgotorusa-rt
32
BEb
3. IcoLtor Ponclin
hanan pada Isolator, (periksa Gbr. 23 dan Gbr. 24) ditempuh cara.cara boikut: (l) Menambah isolasi (misalnya dengan menambah jumlah piringan dalsm gandengan).
(2)
Mencuci isolator, yaitu dengan menyemprotnya dengan air, birsanya dalam keadaan bertegangan (hot-line washing). (3) Memberi lapisan campuran silikon pada isolator untuk mcnangkal air (walcr rcpcllcnt). (4) Menurunkan tegangan sistim atau memutuskan arus saluran transniri bila dipcrkirakan akan terjadi gangguan. Data-data tentanB pengotoran di Indonesia tidak ada, sehingga urgensi penerapan cara-cara di atas belum diketahui.
3.5
Pemhuuken Isolator Karena dipakai selama bertahun-tahun, isolator berkurang daya isolasinya, misalnya, karena mengatarni keretakan pada porselinnya. Proses ini dinamakan pemburukan (deterioration) isolator. Sebab-sebab utama dari pemburukan isola.tor adalah pcngembangan kimiawi dan pengembangan pembekuan dari semen, perbedaan dari pcngembangan karena panas di berbagai bagian isolator, pengembangan panas karena arus bocor dan berkaratnya pasangan-pasangan logam. Untuk mencegah proses pemburukan dilakukan hal-hal sebagai berikut: (l) Meninggikan kuat-mekanis dari bagian porselin. (2) Membatasi pengembangan kimiawi dari bagian-bagian semen (3) Mengecat (buffer paint) bagian-bagian semen (4) Tidak menggunakan semen di dalam lapisan porsclin. Isolatorjenis pasak (pin-type) paling banyak mengalami proses pemburukan sehingga sering menyebabkan gang.guan pada saluran transmisi. Isolator gantung, isolator long-rod dan isolator line-post jarang menyebabkan gangguan karena pemburukan. Dengan kemajuan tcknologi, maka isolator yang dibuat akhir-akhir ini sedikit sekali mengalami pemburukan.
3.6
Referensi Rcfcrensi yang digunakan dalam Bab 3 adalah sebagai berikut:
l) Testing Methods of Innlators, Japanese Standards Association, JIS-C-3801, 1966. 2) Impulse Yoltage Testing, Japanese Electrotechnical Committee, JEC-!06, 1944.. 3) Rccommcndation on High-Yolta9e Test Techniques, International Elcctrotcchnical Commission, Publication 60, 1938 (Rcviscd l%2). mm Clevis-Type Suspension Insulators, Japanese Standards Association, JIS-G
4\
250
5)
250 mm Ball-and-Socket-Type Suspension Insulators, Japanese Standards Associa-
3810, 1966.
6) 7) E)
tion, JIS-C-3817, 1971. Iang-Rod Insilators, Japanese Standards Association, JIS-C-3816, 1962. Lin*Post Insulatorn, Japanesc Standards Association, JIS-C-3E12, 1968. Spccial Study Committee, 'Coun&erplan for Salt Pollution of Transmission Linc-, Results of lYorkshop on Transmission lfues, Electrical Coopcrativc Re*arch Associatron of Japan, vol. 20, No. 2, April 1964, hal. l0l.
BAB
4.1
4.
KONSTRUKSI PENOPANG SALURAN TRANSMISI
Jenis Penopang
4.1.1. Menrn Beie den Tieng Brir Jenis-jenis bangunan penopang saluran transmisi yang dikenal adalah menaramenara baja, tiang-tiang baja, tiang-tiang bcton bertulang dan tiang-tiang kayu. Menara baja adalah bangunan tinggi terbuat dari baja yang bagian-bagian kakinya mempunyai pondasi sendiri-sendiri, sedang tiang baja mempunyai satu pondasi untuk semua bagian kakinya. Menara baja untuk saluran transmisi dibagi menurut bentuk dan sifat konstruksinya menjadi menara persegi, menara persegi panjang, menara jenis korset, menara gantry, menara rotasi, menara M.c. dan menara bertali (guyed tower), periksa Gbr. 25. Tiang baja terbagi menjadi tiang persegi, tiang segitiga, tiang pipa baja dan tiang Panzer, periksa Gbr. 26. Menara-menara persegi dan tiang-tiang persegi sama bentuk dan kekuatannya dan paling banyak disukai" Jenis-jenis ini banyak dipakai untuk saluran transmisi ganda (double). Menara persegi panjang sama bagian atas dan bawahnya, serta banyak dipakai untuk saluran tunggal dan saluran banyak (multicircuit). Menara jenis korset sempit di bagian tengahnya, dan biasanya dipakai untuk saluran tegangan tinggi rangkaian tunggal (single circuit), serta untuk gawang (span) yang lebar. Menara gantry digunakan bila saluran menyeberangi jalan kereta api, jalan raya s€rta kanal-kanal air. Menara rotasi adalah menara yang bagian atasnya diputar45o di atas bagian bawahnya. Menara M.C. terbuat dari pipa-pipa baja yang diisi beton. Menara bertali mempunyai konstruksi berengsel yang menunjang beban mekanisnya dengan kawat-kawat penahan (stay wires). Tiang-tiang baja segitiga adalah konstruksi yang terdiri dari tiga kaki yang mempunyai bagian-bagian segitiga samasisi (equilateral) dan diagonal-diagonal seperti pada tiang-tiang persegi. Tiang-tiang jenis ini dipakai pada kawat-kawat transrnisi yang bebannya ringan. Tiang pipa baja dibuat dari pipa baja dengan penampang bulat. Tiang Panzer terbuat dari plat-plat baja tipis yang dipasang di tempat dengan penopang tiang. Menara-menara transmisi terbagi menurut karakteristiknya menjadi menara baja kaku (rigid), lentur (flexible) dan setengahJentur (semi-flexible). Menara kaku direncanakan untuk rhenahan beban yang diperkirakan oleh menara itu sendiri, sedang menara lentur dan setengah-lentur direncanakan tanpa atau scdikit sckali bcban pada arah kawat. Menara transmisi baja dibagi menurut objek atau tujuan penggunaannya sebagai bagan berikut:
34
Bab
4.
Kmstnrlsi Pcoopang Saluran Transmisi menara singgung (tangent tower; diterapkan bila sudut mendatar kurang dari 3')
Menara-mcnara baja untuk gawang standar kadang-kadang disebut juga menara standar.
4.1.2. fieng Beton Bertutug .:
Tiang beton bertulang (steel reinforced concrete poles) dapat dikelasifikasikan
menurut cara pembuatannya dan menurut cara menghimpunnya (assembling). Kelasi-
tr.
gBHffi tl ,r--r tr Fcryi
GmtrY
Fcrt{iDraiuf l(orrt
Gbr, 25
ffififfi t]
O
Rotari GDt
Zt
Bcrtali (GuYcd)
Tuacgal
C,V.n
M. C. Jcol&Jcnls
T A o o
Persegi
Mcnrn
B$'
Jcnis
Scgitiga Pipo Baja Panzer
Jcrds-Jcds Ttrry-EolL
H
Jcois
A
Jenis Gcrbang'
KehslEkasl Ttsrg Bots B€rtulrng drn Thg IfuYu mcnunat
Cera MeoghlnFnnys.
4.1
Jcnis Pcnopang
35
fikasi menurut objek sama dengan menara baja. Tiang beton bertulang dikelasifikasikan menurut cara pembuatannya dalam pembuatan dipabrik atau pembuatan setempat (on-site). Tiangbeton bertulang dikelasifikasikan menurutcaramenghimpunnya sebagai tiang tunggal, jenis H, jenis A, atau jenis gerbang-kuil (shrine'gate), seperti terlihat pada Gbr.2'1.
4.1..3. Tiang Kayu Oleh karena penanganannya (handling) yang sederhana dan harganya yangjauh lebih murah dibandingkan dengan tiang atau menara baja, maka penggunaannya sangat direkomendasikan untuk Indonesia. Harga yang lebih murah ini disebabkan karena perencanaan untuk penopang baja biasanya lebih konservatip dibandingkan dengan perencanaan tiang kayu. Pada umumnya, konstruksi baja direncanakan untuk dapat menampung secara aman putusnya satu atau dua kawat, sedang konstruksi kayu tidak. Oleh karena itu, masuk akal bahwa alasan untuk memilih konstruksi baja yang lebih mahal harus dikaitkan dengan kebutuhan akan perencanaan yang konservatip,
dan bahwa kondisi yang dapat membenarkan pemakaian konstruksi kayu yang lebih ri-rurah dan berumur lebih pendek dikaitkan dengan bahaya gangguan yang sifatnya lebih teoritis. Keuntungan yang lain adalah bahwa kayu merupakan isolasi yang baik terhadap petir. Tiang kayu yang terhubung seri dengan isolator porselin memberikan perlindungan terhadap petir yang sama dengan isolator keramik yang ditanahkan apabila jumlah isolator dalam gandengan terakhir ini lebih banyak. Rencana konstruksi penopang tergantung dari karakteristik penopang tersebut, artinya apakah ia kaku (rigid) atau ada kelenturannya (flexible) menurut arah saluran. Tiang kayu dan beberapa jenis konstruksi penopang baja (periksa 4.1.1) termasuk dalam kategori terakhir, dan dalam perencanaannya biasanya hanya dihitung tekanan angin melintang (transverse) terhadap saluran dan konstruksi penopangnya. Tarikan longitudinal oleh kawat biasanya diseimbangkan pada kedua belah pihak konstruksi. Tetapi bila satu atau dua kawat putus pada satu pihak, maka terjadilah beban yang tidak seimbang yang mungkin jauh lebih besar dari tekanan angin melintang tadi. Konstruksi penopang yang lentur (flexible) dapat menyerap dengan cepat ketidakseimbangan ini. Konstruksi pada kedua pihak gawang (span) melentur ke arah gawanggawang yang berdekatan, dan pergerakan dari puncak tiang memungkinkan pengendoran tegangan kawat pada gawang-gawang tadi karena andongannya (sag) bertambah. Defleksi dari tiang yang kedua dan ketiga sesudah gawang yang lepas (putus) juga keiihatan, meskipun defleksinya makin lama makin kecil lbiasanya tidak tampak lagi pada tiang kelima). Makin besar kelenturan konstruksi penopang, makin kecil beban tambahan yang harus dipikul oleh tiang manapun. Meskipun demikian, diadakan juga sekedar kekakuan longitudinal dengan memasang menara-menara penahan (anchoring towers) yang kaku denganjarak antara 2 km, dengan maksud untuk menahan putusnya satu (di antara tiga) kawat pada satu pihak atau beban melintang. Cara menghimpun tiang kayu sama seperti tiang beton, periksa Gbr. 27. Di Amerika Serikatjenis H telah dipakai untuk saluran dengan kelas tegangan I l0 kV, 132 kV, 154 kV dan 230 kV sejak 42 tahun yang lalu. Berdasarkan atas pengalaman ini, maka jenis H atau jenis gerbang-kuil telah dipakai untuk saluran dengan tegangan 345 kV sejak l0 tahun y4ng lalu. Penggunaan tiang kayu (biasanya tunggal) untuk saluran 66 kY adalah
Bab
36
4.
Konstrutsi Pcnopang Saluran Transmisi
hal yang biasa di Amerika Serikat; karena itu penggunaan tiang baja hanya dibenarkan bila salurannya berat sekali. Bentuk A atau H dipakai bila dikehendaki kekuatan melin' tang yang lebih besar (1-5 kali) dibandingkan dengan tiang tunggal. Kira-kira 40 tahun yang lalu di Inggris telah dikembangkan tiang ganda (double-pole structures) yang lebih efrsien, misalnya tiang Rutter," yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap keruntuhan karena kekuatannya enam kali lebih besar dari tiang tunggal. Ada tiga jenis kayu yang dipakai sebagai konstruksi p€nopang di Amerika Scrikat, yaitu Douglas Fir (pohon den), Southern Yellow Pine (sejenis cemara) dan Westcrn Rcd C.edar (pohon aras), yang semuanya diawetkan. Penggunaan kayu yang tidak diawetkan dianggap tidak ekonomis lagi, sesudah persediaan kayu keras (Chestnut dan Northern Cedar) habis. Pengawetan (preservative treatment) diperlukan karena kayu mcnjadi rusak oleh sejenis cendawan (fungus). Cendawan memerlukan udara, kelembabaa dan makanan untuk hidupnya; makanan ini diambilnya dari kayu. Bahan pcngawct mengandung racun yang mematikan cendawan tadi. Ada dua kelas pengawet, yaitu yang larut air (water borne) dan yang larut minyak (oil borne). Pengawet larut air, misalnya CCA (Copper-Chrome-Arsenate), lebih bersih daripada pengawet larut minyak, seperti Creosote dan Pentachlorophenol (PCP). Kecuali itu, CCA mempunyai daya lekat yang kuat sehingga praktis tidak berkurang konsentrasinya setelah 20 tahun dan tidak memerlukan pemeliharaan. Namun, karena pengalaman lain yang memberikan hasil positip di Amerika Serikat ada kecenderungan untuk menggunakan pengawet larut minyak, terutama PCP. Di Indonesia terdapat berjuta-juta hektar hutan kayu dengan k.l. 90 jenis kayu bangunan dan k.l. l0 jenis kayu yang dapat digunakan sebagai tiang transmisi. Menurut survey yang dilakukan oleh Lembaga Masalah Ketenagaan dalam tahun 1961, jenis kayu yang banyak dipakai oleh Perusahaan Listrik Negara terutama untuk distribusi adalah kayu Ulin (Eusidiroxylon Zwageri), Jati (Tectona Grandis), Rasamala (Altanghia Exelsa Noronha, sejak tahun 1938), Nani (Metrosideros Petiolata/Vera), Giam Tsbel
17.
Perbanding$ Sifat dgn Kekuaten Tiang Kayu Amerlka dan Indonesie Kuat
Jenis
Tegangan Serat
Moduius
/o
Elastisitas
Kelembaban
Gm/cm3)
(kg/cm2)
(kg/cmz)
Tindast ) (ks/cmz)
DOUGLAS FTR
t2
0,41
548
137.000
SOUTHERN YELLOW PINE
t2
0,51
548
127.m0
t2
0,33
422
79.(m
353
r5,1
0,45
281
54.000
295
14,1
0.80
575
92.000
598
I 5,5
1,04
l1t3
184.000
73,4
Berat Jcnis Kayu
d
l.
a)
E
a
T e
)1
WESTERN RED
CEDAR DAMAR (Agathis
c 0
6
.E,
g
xal
v
I-aronthyfolia,
498
RASAMALA (Altinehia Exelsa Noronha)
ULIN
(Eusidi-
roxylon Zwagcri).
rr
522,
Crushtng StrcBth; Tckanan Scialo dengan Scrat (Grain).
,tli
r',@!.hr:-trl
..rl. .
I
12
Eebro
g.dt Konctrutsi
Fcoopang
37
(Cotylebolium mula Utxylon Pcrc) dan Bakau (Shorea Elliptica). Kecuali kayu Ulin yang keras, kayu-kayu lainnya diawetkan dengan berbagai cara. Perbandingan sifat antara kayu Indoncsia dan Amerika tertera pada Tabcl 17. Dari Tabcl ini dapat dilihat bahwe kayu Rasamala mempunyai sifat-sifat yang menyerupai Douglas Fir dan Southern Ycllow Pine. Menurut pengalaman PLN umur tiang kayu Rasamala yang diawctkan berkisar antzra lt-20 tahun. Karena kckcrasan dan kckuatannya, kayu Ulin dapat digunakan tanpa diawetkan. Kayu Ulin yang tidak diawetkan rclah dipasang di kota Jepara (Iawa Tengah) lebih dari 30 tahun yang lalu dan masih dalam keadaan baik. Menurut pengalaman di Swedia, Amerika Serikat, Australia, dll. penggunaan tiang kayu ternyata menghasilkan penghematan biaya investasi yang tidak kecil. Di Amerika Serikat, penghematan tiang kayu terhadap tiang baja mencapai l0/. dari biaya konstruksi (k.1. bcberapa ribu dollar per km).2) Dalam pcnghematan ini rcrmasuk pula penghematan dalam biaya pembebasan tanah untuk jalur transmisi. Penghematau juga terjadi karena pemeliharaan hampir dapat diabaikan. Sebaliknya, menara-menara baja memerlukan pemeliharaan yang tidak kecil. Sesudah 20-125 tahun menara-menara baja harus dicat kembali seluruhnya. Pengecatan itu perlu diulangi tiap-tiap 7-8 tahun sesudah itu. Menurut pengalaman,2) biaya pengecatan setahun untuk menara 69 kV sepanjang 350 mil bcrjumlah $70.000. Berdasarkan atas kenyataan di luar negeri ini, dan pengalaman dengan tiang distribusi di dalam negeri, maka dewasa ini usaha memperluas penggunaan tiang kayu terus dikembangkan.
4,2
Beban pada Konstruksi Penopang Dalam merencanakan konstruksi-konstruksi penopang (supporting structure) diandaikan sesuatu beban tertentu. Beban ini biasanya ditetapkan dalam standarstandar. Oleh karena standar di lndonesia tidak ada, atau kurang sesuai, dalam buku ini akan digunakan standar Jepang.
4.2,1. Telonrn Angin Kecepalan angin untuk perencaruors) di Jepang adalah 40 m/sekon untuk masa April sampai Nopember, diukur pada ketinggian 15mdi atastanah. Nilai ini didapat dari penyelidikan di seluruh negara dengan mengukur keccpatan angin maksimum rata-rata selama l0 mcnit. Untuk musim suhu-rendah Desember sampai Maret kecepatan perencanaan
adalah 27 m/sekon. Apabila kecepatan maksimumnya besar, misalnya pada penyeberangan sungai atau untuk ketinggian yang lebih besar, kecepatan perencanaannya disesuaikan dengan hasil pengukuran. Kecepatan naiknya kecepatan angin tergantung dari kondisi permukaan tanah dan skala kecepatan angin. Naiknya kecepatan angin di udara dapat ditulis dengan pe6amaan yang dihasilkan dari data-data di beberapa negara sebagai berikut:
dimana
Yr: Yo(hlh)'i' Vt: kecepatan angin perencanaan pada ketinggian i % - kecepatan angin perencanaan standar (m/s) io : ketinggian standar (15 m) i : tinggi dari permukaan tanah (m)
(41)
meter (m/s)
Tabet
lE.
Tekanan
(,
A4in dsn Koefrstcn Talrmn (pedll{l n/s)
6
Tckanan Kelasifikasi
Angin (ks/m2)
Kocffisicn Tahanan
80
0,8
80
0,E
Penampang Segitiga atau Jajaran Genjang
190
1,9
Penampang Persegi terdiri dari Pipa-pipa Baja
t50
1,5
Bila Penguat (Bracing) dipasang pada Arah yang sama di kedua Muka, Depan dan Belakang, ke arah Tekanan Angin
220
2,2
Jcnis
LainJain
2&
2,4
Penopang
Penampang Bulat
80
0,8
Tiang Kayu Penampang Bulat
Tiang Baja Lainlain
Tiang Beton Bertulang
Menara Baja
Crtatan
E' D
LainJain
120
t,2
Terdiri Pipa-pipa Baja
170
t,7
I-ain-lain
290
2,9
Palang Tunggal
160
1,5
[.ain-lain
220
2,2
Penghantar Tunggal
100
1,0
C
Tiang Kisi-kisi Terdiri dan Baja Siku
i x o E' 6
3 F b n o
t, o
rc D
E' GI
(n D
c T E
Palang (Travers) pada
Tiang Kayu, Tiang Baja atau Tiang Beton Bertulang
Kawat Berkas
Gandengan Isolator
#i-
....-;.'-
-;;.,-"
c tr a
Jenis Kawat yang
Direntang
Fl
E.
o
90
0,9
Sctiap Dua Kawat Bcrkas Dipasang Mendatar dcngan Jarak Kurang dari Dua puluh kali Diamcter Pcnghantar
1,{()
1,4
Hanya untuk Saluran Tegangan Tinggi Khusus
4.2
Beban pada Konstruksi Penopang
39
Beban yang disebabkan karena tekanan angin terhadap konstruksi penopang, kawat-kawat dan gandengan isolator dinyatakan oleh persamaan:
P
:
(42\
Cl(l1z)pY'zls
P: beban karena tekanan angin (kg) C: koeffisien tahanan yang berubah menurut bentuk barang Z : kecepatan angin (m/s) / : kepadatan udara (kgs/ma) 5 : permukaan yang kena angin (m2)
dimana
Oleh karena harga C berubah dengan barang yang kena angin, maka pengujianpengujian di terowongan angin perlu diadakan untuk menentukan koeffisien tahanan apabila menara baru dibangun. Koeffisien ini sukar ditentukan, apalagi untuk bendabenda tiga dimensi seperti menara atau tiang baja, karena ia tergantung bukan saja kepada bentuk seksional dari bagian0'7 bagiannya, tetapi juga kepada faktor substansialitas, yaitu perbandingan Ar antara luas bagian-bagian pada suatu o,1 Ar: Ilt Pmmprn3 yrn3 panel terhadap luas seluruh panel, dan \ Torkm Angiu faktor magnifikasi, yaitu perbandingan ) p A: Ianr ParmD.r3 SclFruhnye(Dimmi I{r, antara jarak bagian depan dan bela- E "t \
'_I--r--
kang terhadap lebar bagian. Contoh dari ketergantungan koeffisien tahanan
dari substansialitas ini terlihat pada Gbr. 28. Koeffisien tahanan untuk
\ tor .lcn![ Ar)
\r
E
o',
E
I
o,t
benda-benda yang penampangnya bulat
seperti tiang kayu, pipa-pipa baja dan
kawat-kawattergantungdarikecepatan
0
I,5
2,0
angin (40 m/s) dan diameter luarnya.
2,5
3,O
Xefiria Trhrnrn
Koeffisien tahanan untuk berbagai jenis konstruksi tertera pada Tabel 18. Untuk kecepatan 2G-40 m/s koeffisien
Gbr.2t
3,5
1,0
C
Koeffsien Tahanan untuk Menara Persegi.
tahanan dapat dianggap konstan. Dalam perhitungan tekanan angin untuk menara dan tiang baja daerah proyeksi dari satu permukaan konstruksi adalah daerah yang terkena angin, dengan mengaTabel
19.
Tekanan Angin Ekivalen pada Menara Baja Menara Pipa
Menara Sudut
Tinggi Menara Biasa
Untuk EHV
Biasa
Untuk EHV
(kg/m2)
(ke/m2)
(ke/m2)
(ke/m2)
40
290
3t0
170
180
50
310
330
180
190
60
330
350
lm
200
(m) kurang
dari
'to
370
2t0
80
390
220
40
Bab
4.
Konstrutsi Penopang Saluran Transmisi
baikan kemiringan (inclination) bagian-bagian komponennya. Daerah proyeksi (projected area) untuk tiang kayu, tiang beton bertulang dan gandengan isolator adalah daerah konstruksi yang terkena angin.
Untuk perencanaan konstruksi penopang digunakan tekanan angin standar, yang contohnya tertera dalam Tabel 18. Dalam praktek perencanaan menara-menara tegangan tinggi EHY, menara-menara banyak-rangkaian dan menara-menara penyeberang sungai atau lembah, tekanan angin untuk menara-menara baja dinaikkan untuk menampung kenaikan kecepatan karena ketinggian tempat serta kenaikan koeffisien tahanan
karena substansialitas menurun. OIeh karena itu untuk menara-menara baja yang tingginya lebih dari 40 meter digunakan harga-harga seperti pada Tabel 19.
4.L2.
Kuat-TerilPenghenter
Kuat-tarik kerja maksimum untuk kawat yang direntang diandaikan sbb: 2 kali kuat-tarik maksimumnya (ultimate tensile strength), kUrang dad
(l)
{,
untuk penghantar tembaga "hard-drawn"'
(2)r,rangoua},5kalikuat-tarikmaksimumnya'untukpenghantarlilit. goya terdapal komponen Bila ada ,udr, .ina"tar pada saluran transmisi, maka rumus (periksa Gbr' oleh ini dinyatakan mendatar karena tarikan kawat. Komponen 29\: dalam hal biasa: H. : 2P sin 01, dalam hal khusus: H,: Pr sin01 * P, sin0, II. : komponen gaya mendatar (kg) dimana P : tarikan kawat yang diandaikan (kg) Q' 0 P 0z: sudut-sudut mendatar
(43) (44)
Bebantegakterhadaptitiktopangadalahjumlahberatkawatdangandenganisola. penghantar' Beban tegak pada tor ditambah dengan to,,pon"n regat Oari iarikan titik B (Gbr. 30) dinyatakan oleh persamaan: t w,: )1$,t
dimana 7, rl,
w,XS,
* sr) * P(tao * tan d') t w'
(4'
'r
:iumlahbcbantcgak(kg)
:
bcrat $atuan Penghantar (kg/m)
,,: u"'li *t*"'u"'a"-u"oo"J"ii : wr : P:
pada penghantar' misalnya es dan
salju (kg/m) o untuk Indonesia (kg) berat gandengan isolator (kg) tegangBn kawat mcndatar
h
rdr
Gbr.29
Gh.30
t.2
: 6p 6r:
Bcber pada Konctnrtli
Falopang
4l
lebar gawang scbclah menyebclah (m) sudut tegak terhadap tiang-tiang scbelah menyebclah
Sr, Sz
Kecuali beban-beban di atas, beban-beban lain scperti beban eksentrik tegak drn beban-beban tak-seimbang perlu diperhitungkan bila ada.
4.2.3.
Tegrngen pade Begian.Bagian Brie
Tegangan (slress) yang diperbolehkan terhadap bagian-bagian mcnara transmisi ditetapkan dalam standar-standar. Di Jepang, misalnya digunakan standar-standar sebagai Ssriftul'r,rt
tegangan-tarik (tensile stress) yang diperbolehkan (asal kurang
*, q#)
6. 1,5
(46)
tegangan-tekan (compression stress) yang diperbolehkan
_[5 -Oy
(17)
tegangan-lentur (bending stress) yang diperbolehkan
_ -Oy
(48)
:#
(4e)
: l,loy
(50)
i;5
tegangan-geser (shearing stress) yang diperbolehkan O,1oa
r
\
(asal kuran8 duri
t,sJT I
tegangan-pikul (bearing stress) yang diperbolehkan tegangan-lekuk (buckling stress) yang diperbolehkan dinyatakan oleh persamaan-persamaan berikut:
bila0! E
6
E€r O
iE!
ac
lq 3a i! c!
'i€
is cF-
i6iiii
LO
A
ta
o .! a!
!
o\ t\
F
J. E= 'I 'D
I t a
t
.;
8: L! 9'; , .:a
A
11
6'
iE; '5,! r
E
a
!
iEi .:E!
J a
I
!
xc?E E=
E
E!
ii
li
t
6
fo
,;
a
!i it
o 00
.E
Ic
g,
rf E'
q)
E
IEAE! EE H :E E E: !5
(, e)
I -
a-
0a o.x c e zt!
cl
il
E
.-i
! ir Ei E E li€ >EZ 9E EEi; !:f -= i:: o{ EisgEi r.l Ei 9 c
E
i:i i :I oo ,s-Ed 3= Ec
6l
I
: E.F.E 3!!c ? EX:
.tI E
to E
a
*:
a
sI
e a I
t
,!
x!
ii
.2 E
a
E
B
BAB
6. GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN INTERF'ERENSI PADA SALURAN KOMUNIKASI KARENA INDUKSI MAGNETIS
6.1
Sebab.Sebab Gangguan pada Saluran Transmisi Oleh karena Ietaknya yang tersebar di berbagai daerah, maka saluran transmisi mengalami gangguan-gangguan baik yang disebabkan oleh alam; maupun oleh sebabsebab lain. Dalam Gbr 49 ditunjukkan secara statistis gangguan-gangguan yang terjadi pada saluran transmisi di Jepang selama l0 tahun antara tahun 1955 dan tahun 1964. Gambar ini menunjukkan bahwa pada saluran transmisi di atas l87kV jumlah gangguannya adalah l,l per 100 km per tahun; pada llo 154 kv adalah 2,4, pada 44 -.7j kv adalah 5,8, sedang pada saluran 33kv ke bawah gangguannya adalah 1,0 per 100 km per tahun. Data gangguan di Indonesia dewasa ini sedang dalam tarafpengumpulan. Hampir semua gangguan pada saluran 187 kV ke atas disebabkan oleh petir, dan lebih dari 70/" dari semua gangguan pada saluran ll0- l54kV disebabkan karena gejala-gejala alamiah (petir, salju, es, angin, banjir, gempa, dsb.) Gejala-gejala alamiah lain yang terjadi pada saluran 60 kv adalah gangguan oleh binatang (burung, dsb.). Karena letaknya di daerah tropis, gangguan karena es dan salju tidak diharapkan terjadi di Indonesia (kecuali di pegunungan-pegunungan tinggi di lrian Barat). Gbr. 50 menunjukkan jenis-jenis gangguan yang terjadi, sedang Gbr. 5l menunjukkan macam kerusakan yang terjadi sebagai akibat gangguan tadi. Dari jenis-jenis gangguan yang terjadi, yang paling besar jumlahnya adalah hubung-singkat satu fasa dengan tanah. Alat yang paling banyak menderita kerusakan adalah isolator.
6.2
Jenis Gangguan Jenis gangguan dibagi menjadi dua kategori:
(a) (b)
Hubung-singkat. Putusnya kawat. Dalam kategori pertama termasuk hubung-singkat satu atau dua fasa dengan tanah, hubung-singkat antara dua fasa, dan hubung-sirtgkat tiga fasa satu sama tain, atau hubung-singkat tiga-fasa dengan tanah. Seperti terlihat pada Gbr. 50 hubung-singkat satu fasa dengan tanah paling sering terjadi. Dalam kategori kedua termasuk putusnya satu atau dua kawat. Kadang-kadang hubung-singkat dan putusnya kawat terjadi bersamaan. Kadangkala terjadi juga hubung-singkat di beberapa tempat sekaligus.
Bab
70
6.
Gangguan pada Saluran Transmisi
P.d.ot .. (7J
fr10 Huiu, Arrin, dra GcmprBuui Es rhn Seliu
Pctir
Gmm,
Debu drn Ges
Pcmburuhen
lPhtor
Xekuru3en-kekurengen peda Perrlelen
Discbrbkan oleh Pcrelaten lein
Eutug
den Bineteng Lain
6 nvt
dibr*rh33kV 1+77kV
r------r ll0-150 kV a--"'-r dirtrs lt7 kV
Kslahen Menosie Xeslehen Pekeria Seluren
Keselahen Lein
Gbr.49 Data Gangguan di Jepang
menurut
Sebabnya (f955-1964).
Persentase ( %)
Persent.se ( 7o)
o lo 20 30 4t)
o301050 HubunB Singkat Satu Kawat ke Tanah Hubung Singkai
Antara Fasa
Konstruksi Penopang
l.olatn,
F I
Penshantar
Hubung-Singkar L__ klrene Pembumian
Kawat Putus
,
c:= dibeweh 77 kV r-- ll0-l54kV -: diatas lt7 kV
t' Fr
Lain-lain
50 Data
Gangguan di JePang menurut Jenisnya ( 1955-1964)
tr--
L_-l]?:,
=.S
g drbawah 77 kV .-j I l0-ts4 kv --l dirrrr l8l l(V
Isoletor dan Peoghanlar Laio-lein
Gbr. Gbr.
5{)
5l Data
Gangguan di
JePang menurut Akibat (Kerusakannya)
terhadap Peralatan (1955-r964).
6.3
6.3 Cerr Menghitung
Cara Mcnghituag Hubung6int$t
7t
Hubung-Singf,at
6.3.1. Srturn Pcrhitrmgrn Oleh karena saluran dan sistim transmisi berbeda karakteristiknya pada berbagai tempat, maka digunakan satuan m.k.s yang sama pada tempat-tempat terscbut. Oleh karena kebesarannya yang ribuan kali satuan-satuan yang biasa dipakai, maka dalam perhitungan hubung-singkat digunakan kebesaran yang sesuai, misalnya I.000.000 kVA. Kebesaran yang dihitung merupakan persentase dari kebesaran referensi itu (caranya disebut cara persentase) atau merupakan kelipatan dari kebcsaran itu (caranya disebut cara per-unit). Nilai 100 f atau I per-unit (disingkat p.u.) dipilih untuk dua satuan listrik, misalnya untuk daya dan tegangan antar-fasa (line voltage), kemudian dicari nilai persentase atau per-unit dari satuan-satuan lainnya, misalnya arus kawat. Dengan demikian
didapat:
: Y Qwn :
w Qoon
v Q00%) x I (tw%) x JT I 0oo%) x z (tmfl) x JT
(l4s) (146)
Bila hubungan di atas sudah ditetapkan, maka impedansinya dalam persen atau perunit dapat dihitung dari persamaan-persamaan berikut:
z(%):'ffixloo Z(pu)-w Z(Q): z@\
(147) (148)
(l4e)
ya
:
(r s0)
Apabila MVA dasar atau tegangan dasar dirubah, maka impedansinya disesuaikan pula: Impedansi (MVA dasar baru)
:
Impedansi
(MvA
dasar lama)
, ffi*Hi@r,",r"
(r 5r)
Impedansi (tegangan dasar baru)
: 6.3.2,
Impedansi (tegangan dasar lama)
. l$ffifitffi]'
(152)
Perhitungen Hubmg-Singket Trt-Selmbrng dengen Crre Komponen
Slmetris Perhitungan tegangan dan arus pada titik-titik hubung-singkat dapat dilakukan bila sistimnya sederhana dan seimbang. Namun untuk sistim tiga-fasa yang tidak seimbang penghitungannya menjadi rumit. Oleh karena itu sistim tegangan dan arus tiga fasa yang tidak seimbang itu perlu dirubah lebih dahulu men;adi komponen-komponen simetris yang seimbang. Penghitungan kemudian dilakukan pada siscim-sistitl yang seimbang tadi, lalu hasilnya digabungkan kembali untuk mendapatkan nilai yang dicari pada sistim yang semula (yang tidak seimbang). Suatu kebesaran tiga-fasa yang tidak seimbang dapat dinyatakan oleh jumlah tiga komponen yang seimbang.
Bab
72
6.
GanSSuan pada Saluran Transmisi
Ketiga komponen ini merupakan bagian dari dua sistim tiga-fasa yang perputaran fasanya berlainan serta sebuah sistim satu fasa. Komponen-komponen urutan positip (positive-sequence) dinyatakan dengan subskrip ,1, komponen urutan negatip (negative-sequence) dengan subskrip 2 dan komponen nol (zero-sequence) dengan subskrip 0. Hubungan antara komponen' komponen ini dengan komponen-komponen tiga-fasa yang asli (dinyatakan dengan subskrip-subskrip a, b dan c) dinyatakan oleh persamaan-Persamaan berikut;r)
E,: Ir E. + dEb+ drE.)l E,: {r E"+A2Eb+di")l .t Eo: t. E,+ Eb+ E,) 3-t
(ls3)
|
i,: *,,(i" +aib+,az i,: Ir,(i, t;zi i -d;1
(154)
l-(i,*t- ir+ i"1:l io: !{i, l3 Olmana a: -Z: Z l l3 a_:_T_Zl
(r5s) (156)
Sebaliknya dari komponen-komponen simetris dapat pula dihitung tegangan dan arus setiap fasa sebagai berikut:
E,: Er+ E, + E, Eo:
E,:
i,:ioai,+i, io: i":
I (157)
-r d,E, -r af rl Eo -+- dE1 + d'Er) Eo
io io
t
,l
-r 'dirf di, - d'ir)
(l
a2i,
58)
Dengan menggunakan substitusi di atas, maka keadaan tak-seimbang pada titik hubung-singkat untuk sebuah sistim transmisi yang rumit dapat direpresentasikan oleh sebuah rangkaian ekivalen yang mensimulasikan keadaan hubung-singkat itu. Hal ini mempermudah penyelesaian persoalan dengan rangkaian-rangkaian analop seperti, misalnya, dengan penganalisa jaringan bolak-balik (A.C Network Analyzer),
6.3.3. Cara Menghitung Tegangan dan Arus
pada
Titik
Gangguan
Bila terjadi hubung-singkat atau kawat putus pada saluran transmisi, maka tega' ngan dan arus pada waktu gangguan terjadi dihitung dengan rangkaian impedans komponen simetris sebelum terjadi gangguan tersebut' Bila impedansi komponen' komponen adalah Zr, Z, dan Zo, arus gangguan adalah Irt, Irr dan Is1, tegangan gang' guan adalah E11, Ezrdan Es1, serta tegangan fasa sebelum gangguan adalah Eor,makt tegangan dan arus komponen simetris dinyatakan oleh rumus-rumus seperti terteru dalam Tabel 30.2)
6.3 Tabel
30.
Cara Menghitung Hubung-Singkat
Rumus-Rumus untuk Perhitungan Tegangan dan Arus Hubung-Singkat
Hubung-Singkat Tiga-Fasa
;;L"r lF:Z ttr:
2r2oE,, Err: - izrz2: Z;Z;+Z,Z;TZZ 22208,, Eor : - iorzo:
4
Hubung-Singkat Satu-Fasa ke Tanah T
irr : izr: ior -' : Zt*Zz*Zo ir: ir, * i* I ior:3iop
Err:
Eo,
n;+Z,Z;TTil
(e)
E"tZ'
Zt*Zz*Zo
Kawat Fasa a purus
i,,
E,r(Z, +- Zo) : 2'2,lZ;Zo + Z;4
- 20E., t ZrZ, + Z2Zo 2zEot ior: ErZr* -2rZo * 2r2o Er, - Err: Eot - irrZ,
- irr2r: E.r=z+*2:=Zt-lZz-fZo
E.,:-i.,2,:'
.n--
-
Eor: -iorzo: ' -=1".--= ZtrZr-+70
ZtZz
2r2oE,,
2rZz* 2rZo * 2r2o
Hubung-Singkat Dua-Fasa
Er,-Err:-irrZ,
:mz;z;w
i,,: -i"": Zt*Zz -E"JiF: J5 ilP Er, : Eo, - irr7r:
"
rrF:-
Zt'L Z2Zol(22 + Zo) E"r(Z, 2'o) --ZrZz - Ztzo- i- ZzZo
_
-f L6 2.2 =--l--E-
zr2oE", :27;27;z7o
='''2+, Zt*Zz
E,t
i-2oi '- tzF
2r2oE,,
Eo,-Eor:-ior2o
Hubung-Singkat Dua-Fasa ke Tanah
;
73
(f)
Kawat
D
i : rzF : ror :-ttF -i -i
, ,i -?:!,,a: ZzZo ,_
'2"' -=-j-=-ltp Zz -f Lo
+
4" G1 - Zr+Zz*Zo
2-o)
Er,-Err:-irr2,
. ZrF', : - Zr*Zz-rZo
lor:
+{ - Z.I1-. ZtZzlZtZo*ZzZo
Eor-
ZJZ;-* h
ir: i"-3i0, Er, - Err: Eo, - irr2,
t tP
ZtZz + ZtZo
dan c putus
Eo,-Eor:-iorZo
Ert:E,r- irr2,
zo,E., :-, ZriZz*Zo
,
, 24,.L, : ZrZz*ZtZo*ZzZo
6.3.4. Cere Menghitung Arus Hubung-Singkat 3-Fasa Maksud menghitung arus hubung-singkat 3-fasa adalah untuk mengetahui kapasitas pemutus-beban dan pengaturan rele pengaman. Impedansi saluran transmisi dapat dilihat pada 5.1. Untuk impedansi mesin-mesin serempak dipakai reaktansi subtransien Xo" dengan mengabaikan tahanannya. Untuk mesin "salient-pole" tanpa gulungan peredam (damper winding) dipakai O,85Xd" sebagai reaktansi subtransiennya. Untuk impedansi trafo digunakan reaktansinya
B8b
74
6.
Gangguan pada Saluran Transmisi
dengan mengabaikan tahanan. Beberapa harga reaktansi mesin serempak dan trafo tertera dalam Tabel 3l dan Tabel 32. Arus komponen simetris do untuk hubung-singkat 3-fasa dinyatakan oleh persamaan (periksa Tabel 30):
r,o:#T:ffixr, dimana V: /, : Xr %X,
(lse)
teBangan sistim maksimum (kV)
arus yang bersangkutan dengan jumlah seluruh sumber daya sistim kapasitas sistim (kVA)
_ -*---T-v:
:
rcaktansi urutan positip dari sistim dilihat dari titik gangguan (O) reaktansi diatas dalam persen atas dasar Y dan I Tabel
31.
Reaktansi Mesin Serempak (%')
Xd,
Jenis Mesin
Xd,,
Generator Turbin Generator Salient-Pole dan Motor dengan
23
-35
l8
-
30
Gulungan Peredam Generator Salient-Pole tanpa Gulungan Peredam
20-s0
13
-
35
20-45 30-60
(:
xd')
Pengubah Fasa Serempak
32.
Tabet
l8-38
Reaktansi Transformator (7") Reaktansi (%)
ll
4,5 5,0
33
5,5 7,5 7,5
,,1
65 77
ll0
10
t54
ll
187
12
220
l3 t4
275
Apabila dalam keadaan peralihan (transient) komponen searah dan atenuasi arus dimasukkan (periksa Gbr 52), maka nilai efektif { dari arus hubung-singkat 3-fasa dinyatakan oleh persamaan
:
3)
r,: AoJffi-(/fff
x
r,o
(160)
dengan harga puncak (crest)
1,.: dimana lo : K, : Ka
:
^rfTAo(("
-r
Kd)
x
I,o
(
161)
koeffisien yang menyatakan pengaruh beban pada arus hubung-
singkat, dianggap : 1,05 koeffisien yang menyatakan atenuasi komponen bolak-balik, periksa
Gbr.
53
koeffisien yang menyatakan atenuasi komponen searah
6.3 Crn
Mcnshitung
HuburU€iqtrt
75
Untuk atcnuasi arus hubung-singkat dalam waktu sctengah pcrioda (cyclc) berlaku hubungan:.'
JWF:t,S
f,.*Iir:l,t schingga didapat
K.
:
I
dan
(r:OrE
6.3.5. Crre Meqhtturg AnB Tsrsh Guna menghitung interferensi
karena induksi
clektromagrretis
perlu dihitung arus hubung-singkat satu-fasa (periksa Tabcl 30):
I,:#z
Gbr.52 LeCklrltg Anr H+ hng€lttgtnt TlfeFese.
(162)
dimana E r : tegangan fasa maksimum (kV)
2r,2r,20
:
impedansi komponen simetris (O)
Dalam pcrhitungan ini diandaikan hal-hal berikut: (l) Tahanan pcmbumian di tcmpat hubung-singkat diabaikan. (2) Tahanan penghantar dan tanah diabaikan (kecuali bile impedansi pembumian titik netral dari transformator kecil).
(3)
Reaktansi hilang-daya dan eksitasi dari transfonnator diabaikan; hanya
rcaktansi bocor yang dipcrhitungkan. (4) Tahanan gefterator dan mesin serempak pcngubah fasa diabaikan; hanya reaktansi X) yang diperhitungkan; tetapi untuk sistim yang ditanahkan penuh .fan bila hubung-singkatnya dapat ditiadakan dalam waktu singkat dengan pemutus-beban kecepatan tinggi, maka reaktansi yang dipakai adalah Xj'. Reaktansi urutan negatip dianggap sama dengan X) atau X)' . (5) Impcdansi beban dianggap tak terhingga besarnya. , Bila titik netral dari transformator ditanahkan di bebcrapa tempat, maka pcrhitungan arus hubung-singkat dibuat di beberapa titik hubung-singkat yang dipilih secara bebas, dan perhitungan arus hubung-singkat rnenuju titik hubung-singkat itu dipclajari. Ternyata bahwa arus herbung-singkat ini bcrbanding tcrbalik dengan impedansi urutan nol dari rangkaian pada ke dua bclah pihak dilihat dari titik hubung-singkat. terscbut. t,0 0,9 0,e
\
It-
0,7
l'
wtr IlI
o,o 0,5
Iv
0,4
0)
s 6.7 I'olL
r0 tI Gb.
Nrd
I
l/2 gerL& qLrtcat
TN
0rr ac.r
lv
12
s,
GctTrtL-r M- S.llr..a.ir Grhrr Hr
r.
ift- S.h.r.?oh rrn G.ha.. lrrrtr I
ll ilt
6.3 Crn
Mqrshitung
Hubung€injker
75
Untuk atcnuasi arus hubung-singkat dalam waktu sctengah perioda (cyclc) berlaku hubungan:.,
Jffi|
F:
f. + .K.: l,t
schingga
didapat
t,s
r(, : I dan
Kr:
0,E
6.3.5. Care Meqhtturg Arus Tsrsh Guna menghitung interferensi
karena induksi elektromagnetis perlu dihitung arus hubung-singkat satu-fasa (periksa Tabel 30):
Gbr.52 Lqfkrry Atu Hohry-Slng}ai TlrrFere"
dimana
t, :
tegangan fasa maksimum (kV)
2 r, 2r,20
:
impedansi komponcn simetris
(fl)
Dalam pcrhitungan ini diandaikan hal-hal berikut: Tahanan pembumian di tcmpat hubung-singkat diabaikan. (2) Tahanan penghantar dan tanah diabaikan (kecuali bile impcdansi pembumian titik netral dari transformator kccil).
(l)
(3) (4)
Reaktansi hilangdaya dan eksitasi dari transfonnator diabaikan; hanya reaktansi bocor yang diperhitungkan.
Tahanan generator dan mesin serempak pengubah fasa diabaikan; hanya reaktansi X! yang dipcrhitungkan; tetapi untuk sistim yang ditanahkan penuh dan bila hubung-singkatnya dapat ditiadakan dalam waktu singkat dengan pemutus-beban kecepatan tinggi, maka reaktansi yang dipakai adalah Xj'. Reaktansi urutan negatip dianggap sama dengan X) atxu X)'. (5) Impcdansi bcban dianggap tak terhingga besarnya. Bila titik netral dari transformator ditanahkan di beberapa tempat, maka perhitungan arus hubung-singkat dibuat di beberapa titik hubung-singkat yang dipitih sccara bebas, dan perhitungan arus hubung-singkat nrcnuju titik hubung-singkat itu dipelajari. Tcrnyata bahwa arus hubung-singkat ini berbanding tcrbalik dengan impedansi urutan nol dari rangkaian pada ke dua belah pihak dilihat dari titik hubung-singkat. terscbut.
Wrtn tn gerL-
qL&.r oJlr&ir 5 6.7 I,olI.
e 9 ,0 il
t2
Gtr.53 Nfel f.
G-rr?rlbrhr M.th S.Irf-iC. ll-S.k aa-!r trf Grhfr Grhfr ?rn-r frnr-r T
Itl IY
t rl tIt
Bab
76
6.4
5.
Gangguan pada Saluran Transmisi
Interferensi Elektro-Magnetis terhadap Saluran Komunikasi 6.4.1,
Tegengan Iuduksi Elektro-Magnetis kerena Arus Unrten Nol
Tegangan induksi elektromagnetis karena arus urutan nol dinyatakan oleh
: dimana : M: Y ar
: : I
Io
jaMlol
(Y)
(163)
frekwensi sudut induktansi bersama (mutual) antara saluran tenaga dan saluran komunikasi (H/km) sfus urutan nol (A) panjang saluran yang sejajar
Induktansi bersama melalui rangkaian kembali ke tanah dinyatakan oleh persamaan Carson-Pollaczeks
:
5'5)
u : l(zn ylKl"/b'l(hr-hr), ) *, -
nr(r'r-+ /,,))) ro-{
i(*
(H/km)
(164)
atau
":{#"ercHE
t4t} x ro-.
(H/km)
(165)
Persamaan (164) digunakan bila
lKwFr4F,Tij < * sedang persamaan (165) dipakai bila/KD/besar. Dalam persamaan-persamaan tadi
17: 6tztt*@@ (cm-,)
| : 1,781I (konstanta Bessel) l, : tinggi saluran tenaga di atas tanah (cm) hz: tinggi saluran komunikasi di atas tanah (cm) 6 : jarak mendatar antara kedua saluran (cm) a : konduktivitas tanah (emu)
(166)
a
berubah rnenurut keadaan tanah sepanjang saluran transmisi; di Jepang nilainya kira-kira (0,25-200).tg-tr emu dan tahanan jenisnya 5-4000Om. Bila tidak ada harga o yang diketahui dapat digunakan rumus?,
o dimana ,f
:1,5 x l0-r,-/i/ (emu) : frekwensi sistim tenaga
(167)
Bila tidak ada harga o yangterukur, maka untuk tegangan induksi elektromagnetis dapat dipakai rumus praktis:
Y: Kfrozl tv dimana tr1:
:
(r68)
- 4)'t0-' untuk daerah datar (flat) - 8).tg-r untuk daerah pegunungan
(2,5 (5
Chusus untuk contoh Gbr. 54 berlaku hubunganr)
''+-#r1;p*
tfu
(l6e)
6.4
77
Referensi
dimana suku pertama adalah
untuk jarak 100-5000m antara kawat tenaga dan saluran komunikasi, sedang suku kedua adalah untukjarak kurang dari 100 m. Pengaruhinduksi untuk jarak lebih dari 5000 m diabaikan.
6.4.L Cen
Melindungi terherlap
Sdunn
Xonuikui
Gbr.54 Pcisi Saluran Transmisl Te. nag! terhsdrp Sduran Komunik8sl.
Irdulsi
Eleh&omagnetis
Perlindungan terhadap induksi elektromagnetis dapat dilakukan pada saluran tenaga maupun pada saluran komunikasi. Pada saluran tenaga perlindungannya dilakukan dengan: Membangun saluran tenaga sejauh mungkin dari saluran komunikasi, meskipun segi-scgi tekno-ekonomisnva pcrlu diperhatikan dalam pemilihan lintasan
(a)
(b)
(route) bagi saluran-saluran tersebut. Memasang kawar tanah pada saluran tenaga sehingga tegangan induksi
berkurang. Perlindungan pada saluran komunikasi dilakukan dengan cara:
(a) (b) (c) (d)
6.4
Memasang arrester.
Menggunakan transformator yang mengisolasikan (insulating transformers) interferensi. Memasang kawat-kawat pelindung (shield wires) dan gulungan-gulungan pelindung (shielding coils). Menggunakan kabel yang bertameng (shielded cables) sebagai pengganti kawat-kawat telanjang.
Referensi
l) 2) 3) 4) 5)
6) 7)
Di dalam Bab ini digunakan referensi terhadap karya-karya berikut ini: C. F. Wagner, R. D. Evans, Symmetrical Components, McGraw-Hill Book Company, New York, 1933, hal. lGl7. J. E. Hobson, D. L. Whitehead, "Symmetrical Components", Electrical Transmission and Distribution Reference Book, Westinghouse Electric Corp., East Pittsburgh, USA, 1950, hal. 25. Special Study Committee, 'Method of Calculation of Short-Circuit Currents in Transmission Systems", Journal, Institute of Electrical Engineers of Japan, No. 67, 1947, hal. 215.
"How to Calculate Short-Circuit Currents in Transmission Systems", Journal, Electrical Cooperative Research Association (Japan), vol. 20, No. 6, 1964, hal. 10. J. R. Carson, "Wave Propagation in Overhead Wires with Ground Return", Bell System Technical Journal, vol. 5, Oct. 1926, hal. 539-555. F. Pollaczek,- "ueber das Feld einer Unendlich langen durchflossenen Einfachleitung", Elektrische Nachrichten-Technik, vbl.3,-Scpf. 1926, hal. 339.- " 'Transmission", Handbook of Electrical Engineering,Institute of Electrical Engineers of Japan, 1967, hal. ll7l.
BAB
7.1
7.
PENERAPAN RELE PENGAMAN
Unn Relc pcagaman untuk caluran transmisi mclindu"g oduran dan pcrabtan tcrhadsp kcnrcatan dcngan cara mcnghilangkan gangguan yang tcrjadi 8oc.ra ccpat dan tcpat. IGcuali itu ia berugaha membatasi dscrah yang tcrkcna gaogguan scminimum munglin rchingge mutu dan kcaadalan pcnyaluran tcrjamin. Banyak sckali macam sistim pcngaman yang diketahui; banyak juga &rajat [gmampuan pcnpmanannys. Untuk esluran transmisi yqng penting scring dipatai jcnir 'pilot rrlsy', mcskipua sistim selc arus lcbih (ovcrcurrcnt) juga dapat dipakd. Oleh karcna itu pcmilihan jcnic rclc pcrlu dilakukan dengan saksama, dengan mcnperhatikxn frckwcnsi gangguan, pcntingnya saluran yang hcndak dilindungi, faktor-faktor tckno-ckonomisnya, kckurangan dan kelcbihanjcnis yang satu tcrhadap yang lain, drb.
7.1.1. Pcrfublau nagcart f,cumporn Pcogurnrn Ddam pcmilihan rclc dari scgi kcmampuannya urtuk menpmankan sduran tranrmiri bcberapa pcrtimbangan perlu dipcrhatikan: (a) Koordinasi antara kcmampuan kcmbali kc kcadaan normal dan Lcmampuan mcngctahui adanya gangguan; pcnting sckali bagi sistim rclc pcngilnan untuk mcngctahui adanya gangguan dan mcngamankannya dcngan mcmpcrhatikan kcmampuan untuk lcmbali kc kcadaan normal socara otomatis. Misalnya, bila sistim Ecnutup kcmbali rangkaian l-fasa (singlc-phasc rcclocing) dipakai, maka sistimnya harus dapat mengctrihui fasa mana yang tcrgsnggu.
(b)
(c) (d)
Kemampuan rlcktip; gsngguan harus dihilanglan dcngan intcmrpsi tcrbatag pada dacrah scminidum mungkin, scsudah gangguan itu dikctahui dengan tcpat. Bila digunakan sistim 'zone-stcp tripping" maka dapat dipakai sistim rtle arus lcbih atau rple arus lcbih yang mengarah (dircctional). Untuk saluran transmisi rangkaian ganda dapat digunakan sistim pengaman yang mcmakai input sckundcr (scpcrti dengan trafo ukur), misalnya dengan sistim pcngaman arus-rimbang (currcnt-balancc) kalau 'rries tripping" diizinkan. Bila diinginkan pcnjatuhan (tripping) kcccpatan tinggi, dalam hal'scrics tripping" tidak dipcrbolehkan, maka sistim'pilot rclay' harus digunakan. Kcpckaan operasi; rele harus bckerja dcngan kcpckaan (scnsitivity) yang tinggi, artinya mclalui tegangan dan arus yang dicatat ia harus dapat mengctahui gengguan yang sulit sckalipun dan dengan kcccpaten kerja tertcntu. Waktu bckcrja; dalam hal tcrtcntu rclc harus bckcrja dalam waktu singkat, dalam hal yang lain ia harus bekcrja dengan waktu yEng tcrtunda (timc
dclay); scmuanya ini tcrgantung kcpada batas stabilitas dari sistim dan kcccpaten bckerjanya,alat-alat pada sistim tsb.
Bab
80
7.
PeneraPan Rcle Pengaman
(e)Pengarnanancadangan(back-up);dalarlrhalreleutamatidakbekerja,harus gangguan tetap (back-up relay system) sehingga ada pengamun"n "ioungan dapatdihilangkan.Sistimpengamananrelecadanganinibertugasmenga. mankandaerahnyasendiri'danmengamankandaerah'daerahyangbertejaerah-daerah tetangga tersebut tidak tangga dengannya, bila rele dalam bekeda.
7.1.L
Sistim Tenaga Pertimbrngen mengenri Kondisi
Beberapakondisipadasistimtenagaperludiperhatikandalampenerapanrele: berubah' dengan berubahnya (a) Daya terbalik; tegangan dan arus garlgguan perubahan arah power). oleh t"r.nl iti1a" atau tidaknya arah daya (back
dayaperludiperhatikanbilasistim..pilotrelay''dipakaipadaterminalbeban atau terminal yang berubah dayanya' pengabercabang di tengah; sistim (b) Rangkaian ;;;;"r""' sejajal dan yang ganda vang tidak sesuai untuk saluran manan ,.iri;;;1;"toi..-piot"ction) Pada tersebut' saluran pada ditrubungkan scjajar atau bilf sesuatu cabang saluran.banyak(multi.circuit)yangsejajarperubahanimpedansiurutan.nol rangkaian tetangga' dan adanya arus harus dicatat dalam hal pembumian urutan.nolharusdicatatdalamhalberbagaisaluranterpasangpadamenara dihubungkan dengan cabang saluran yang sama' Bila suatu sumber tenaga (distance relay) untuk mengukur di tengah, maka kemampuan rele larak itu arus gangguan dalam daerah jarak ke ,"nrgut" berubah pula; disamping dari daerah tersebut, sehingga rele arah yang oilinauTgi mengalir ke tuar akan terpengaruh' idirectional relay) dengan
(e)
Sistim
p""l-*i""
dan
titik pembumian;
arus dan tegangan berubah
bcrubahnyasistimpembumian(effektipatautidak),sehinggahaliniberpengaruhpulapadasistimpenga*"n"nnyu.Untuksistimyangditanahkan effektipsistimrele.jarakseringdipakaidalampengamananterhadaphubungsistim relenya yang tidak dibumikan secara effektip singkat' U;;;k 'i'ti'n
dipilih'"at'nifi"ttrupasehinggareletidakbekerjaterhadaparuspemuat hubung-singkatnya
itp"a"tti
urutan-nol'yang semu' karena"arus
"'u"' juga penting dalam pemilihan ",", kecif. Titif pcmbumiannya
sistim pengamanan
tersebut.
1.13.
Contoh Penerrpn Sistim Pengemerrn
Tabcl33mcnunjukkancontohpenerapanrelepengamandanTabel34memberikan akan diuraikan lebih sistim
berbagai jenis t
"
"'",',',
s
isti
rclc;;*;"r"rup"i
U"rU"gai
Pcngamanan
m rele arus'lebih.; sc perti it n :o-i:.::'^T., :::'" bila waktu bckerjanya
:i":*-,ffi il::;'; rele-arus-lebih dipasang
dngk{t d;; oleh rcle-arah; -berdekatan lebihlamamakindckattcmpatnyadsrisumbertcnaga,makahanyarele Dengan a"ng"r, ritik ganggul,r"ng bekerja' arur-teuiivang dcmikiarrhanyarangkaianyangrcrkenagangguansajayangdibuka(selected Eipprng)n"fi"--ftUnbefcrjrpaO"*"ttud"o"*lcbihtertentu'Gbr'55 ujung; untuk yang sumber tcnsganya ada di dua monuniukkar lebuah shtim ujung saja' tcnsganya hrnya ada di satu eistim radial, yritu yang rum*I
7.1 Unun c EI a
s
tlq
d !!
tr
c
u, I a
E,
d
U
di
J I ai
a!t
$
il
JI 6
xai
Jql
ql
&
d
d
E
o
&
o o
o
,
CI
o t)
$ $
a
3 ET
3
$
B
o
o
o
4 & c
H
o
o o
o
s
al
&
F
s
o
$
.9 0)
o
Il D
D
E
CI
t
a $ $
3a
F
.o
J,, EE
EI
ga
E
f
$
at
t
e.A
.BE F'l od
a)
a)
c
d
o
.9 o
.g o
4
d
o
56 ilt
J' c
al
J'd E c
tc
J d L
c
o
il
EI
,3
6
E
g
I.q)
F
t
a) o, o o I il ila) c
Iaa
cd
Ja
a
D
-c)
tt
c
Ic
!
5o
s
a
d J
a
! D
It
a)
ta
8l
*
a)
6,
E
s d 6 e Iral to E
6
xcl
o0
t
(A
D
o
o
o
t: d
?
c ilo
a,
d
tu
a)
o
c,
t o
a,
a)
o
o
c c
&
,
a
d k
c
t) o
a)
-o a) Fl
,3
&dl
o
c
d
a)
o
e)
a) a)
o
*
il I
&
d
a)
a)
c
il
o
o
q
E o E
ql
lr E
c !
xt) xsqt c
a
E
(h
E
qt
& q
A
c d
a0 a)
d
d d
a
A
A E
0
a (.) (r)
3c lr
o0
E
a
D
tr
oa
0c
q,
qt
a)
o
\ E
tr
il
&
o
o
A
E
{ d
tr o 9r E (A
.. E
V)
6
c a D a
,38
fra)
,ig co
38
EE
Jcl
pi
G,
rQ
c
Eu AE ^a
{tr aE trO d 0
a)
4
d
o
o
A
A
tr
c E.E 'au
d^
5A EO
Ea
trq
$s
d
tr*,1. Ec $E
^08
CI
E& {o HO
$!
()
o
I
6!
Iql
o
c
d
E
o
a)
o
TT
*
I
b
g
o
&
&
a)
TE
;iE EO
{o
xd
EH
o
(,
ir
7 ()
tr
a
aE
BU ta,
AE
t
|
9
ah
EP (JF s-.;
d
e
xo
tr
t\
Eg v)i
dl
3E
v)a
E 6
l)
c
6t
c
iB E o
tr
!l E a
c
I
(nn=.
d
E
la
E t
I
,c q,
()
o
E
ao
d
6l
o € '
JI
ts
o
(A
(, (h
o Q
E
E .Aa
tr E
c.f
cl
$
a lq
E
E Et ,!,
€ t
() 7 o o N
tr
E
(J
al
E
ao
q!
(l
U
A
fi,
)
B
an
o 6
E
oo
(n
ct
q.
N
o =. cc d d
JI o-
o o r\ n trtr I E
d
ah
I
E
U (rl
ra* th
! E
ea)
o U cf d ,a + ! \o o N 6l a
N
u.
Q r( t)
d
o a
Ja
J(
(n
o
E
U
*
o
lJr
t€ U
tl t!
N
N
E l)
x
cl)
€
x o
tr
oE ad
a cl v?
N
JI
t
N
&
J' t N
o o +
I
d
6 6l
a
o q,
a rt
a
.d
E
ta €
! F N
s,
a
!t
s,
B
o N
o
v)
IL
A
c t
E a)
A D c & GI 0
ot o o
g
N
o
c c6l
E
o
N
a
o
N
xq)
G
J(
EB
nt
a6
a cl
u)
x o o o
N
N I
+
st N
s cax
o
.la l
E
E
trl
cd
\o
Gl
2 o d
U
o
uS
=O od
7 oo o t B= ql
$EE
(h
FN
l&
U
tO tto6 tr ol ctl
.l
!
.d Fq
'6 .E
t_
td Ili l.E
tE
U'
o q
3 o
a.
F
i-
C.
a o q
qt
d o
G,
IL
E
E
('
lr .E
c
d
t.E
o t)
cd
o6'
€E =r!
,o
o
o o
t a
tr ql
I
d cn
a
z
7
(6
to
cl
tlr
6l
!
,
d l.
o0
.E
act
A
a
E d
tr
cn
{.u :* ,3!
,it cl
Ji
EA
6fl
a
e
o CI o
io
=.d 0a
tr
x
o
l
tr
tr
I
,E
cqt F G,
J(
o0
>
r.l
i
d
ll
{)
c E
6l
60
E
d to 6l
F
F
.d
co
c c!
3 &d
E
.E
t-
d
JI J k
v1
o
I
! e!
(, GI
d
U
e
a
r3l
10.4 Komrmikasi Radio
E EI d
E N
A
6l
o
F.
EI
3Ei
o
I
E F
t
o 5(l
ql
a
3E
trl E
g
o\
€ E
ao
^E -=o al El
i;A !(,
tr N
A d
o
It
l
EE Bg tt l)v,E
I
,.
\o
.c
x o
a
A
o
U
cl)
a
O
E
Gt
€t ot
B'I atA
IL
.E
c)
de eE
d 6 qi
,cl
o d
o
'
I
t.l
€IEc
dt ex 5 oS
6
ql 6
-9 EEEe 8= 'ql
v)
a (, d
U
n
(a
E o
rh (,
E
ao
-9
IL
qt
o
Xe
€o la
oi
tr
qi
€.)r o7 f '6 6
(.)
! o
B
EB,
Bi
dE.IB ;B tsF
Ei
o
la
i58{
E,
o
trd 9tr
a
5'aE odE
I
nl{
o\
o E.d qtr
tr E 6
aE -E t)dE e,!(
I
\o
, d
tlr
sl
B
o9
a a
o
3
() a
g
(l
H
t4
E8 da
x o
o o d d
a F.
a o o
E
o
o
>r
U
E
o
d d tli
a
U
o
\o
E
.ct €h a6
s,
o
d d
I
U
n
t
o d
4
a
c o
U)
A(
'E
;I
6
E
d cl
o d
IA
(, (h
a)
xo A
2.e !.n