Buku Penuntun Praktikum Biokimia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA BERBASIS KOMPETENSI



Disusun oleh : Dr. Endang Kusdiyantini, DEA Dra. Nurhayati, M.Si



LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI - DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2018



KATA PENGANTAR Buku penuntun praktikum biokimia ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum guna menunjang mata kuliah bikimia Jurususan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro. Buku penuntun praktikum ini memuat cara kerja dengan tujuan agar mahasiswa mempunyai gambaran sebelum melaksanakan praktikum, sehingga praktikum berjalan dengan lancar. Penyusun menyadari bahwa acara praktikum yang dikerjakan jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan bantuan kepada semua pihak baik dalam pengadaan buku-buku maupun saran-saran terhadap acara-acara praktikum, sehingga bisa digunakan untuk perbaikan dari tahun ke tahun. Akhir kata, semoga buku penuntun praktikum biokimia ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.



Semarang, Maret 2018



Tim Penyusun



2



DAFTAR ISI



Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI TATA TERTIB STANDART KOMPETENSI ACARA I : ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT A. B. C.



Identifikasi umum Identifikasi untuk karbohidrat pereduksi Identifikasi khusus untuk fruktosa



2 3 4 7 8 9 10 10



ACARA II : ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT



12



ACARA III : ANALISA KUALITATIF LIPID ACARA IV : ANALISA KUALITATIF PROTEIN



15 19



ACARA V : KARAKTERISASI PROTEIN ACARA VI : VITAMIN ACARA VII : URINE PUSTAKA



22 26 30 35



3



TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Setiap mahasiswa diharuskan ada di laboratorium pada waktu yang sudah ditentukan. Jika berhalangan hadir karena sakit atau dengan alasan lain, mahassiswa harus memberitahu secepat mungkin kepada pimpinan praktikum. 2. Meja-meja tempat bekerja harus selalu beres dan bersih. Alat-alat dari gelas yang tidak terpakai harus dimasukkan ke dalam laci atau almari. Botol-botol berisi zat pengenal atau reagensia, segera sesudah dipakai harus diletakkan kembali pada tempatnya semula. Jangan mengotori meja atau lantai dengan reagensia. 3. Alat-alat yang dipakai harus dibersihkan oleh mahasiswa sendiri. Tidak boleh menyuruh teknisi. 4. Berhematlah dengan bahan kimia dan air. Matikan lampu pembakar jika tidak dipakai. 5. Jangan meletakkan benda-benda panas diatas meja tempat bekerja, tetap diletakkan diatas kaki tiga dengan kawat kasa atau diatas suatu benda penyekat panas. 6. Kayu api yang sudah terbakar, kertas saring yang telah dipakai dan benda padat lainnya jangan dibuang di atas lantai atau bak pencuci/saluran, tetapi masukkan kedalam tempat yang sudah disediakan. 7. Mendidihkan dan menguapkan larutan asam keras, amonia dan zat-zat yang lain yang mengeluarkan uap/asap yang menganggu harus dilakukan dalam ruangan (alamari) asam. Hal ini berlaku juga jika bekerja dengan H2S atau gas-gas lain yang berbahaya. 8. Jika bekerja dengan zat yang mudah menguap atau mudah terbakar, misalnya: eter, maka nyala api yang didekatnya (berdekatan) harus dipadamkan. Padamkanlah permulaan kebakaran dengan pasir yang ada dalam ember atau pakailah pemadam api cepat. 9. Pada waktu memanaskan tabung reaksi yang berisi zat cair, janganlah mulut tabung dihadapkan pada temannya atau diri sendiri. 10. Mahasiswa diharuskan memakai JAS PRAKTIKUM. Juga diharuskan atau menyediakan DUA POTONG KAIN/SERBET penyeka untuk membersihkan meja, mengeringkan alat, dsb. 11. Mahasiswa yang tidak menurut aturan yang telah ditentukan dalam petunjuk praktikum ini, maka asisten berhak untuk mengeluarkan dari laboratorium. 12. Untuk praktikum selanjutnya, mahasiswa diharuskan menyerahkan laporan yang telah dilakukan, lengkap dengan prosedur dan reaksi kimianya. 13. Para mahasiswa diharuskan menunjukkan hasil percobaannya kepada asisten. Percobaan yang gagal harus diulang kembali sampai berhasil, atau kalau tidak berhasil harap dibahas dalam laporannya. 14. Buatlah laporan resmi sebaik dan sebetul mungkin, kalau perlu konsultasikan kepada asisten sebelum ditulis dengan rapi berikut reaksi kimianya. Laporan resmi praktikum ini akan dinilai. 15. Sebelum praktikum akan ditest terlebih dahulu mengenai materi yang akan dicoba dalam praktikum. Setelah semua materi praktikum selesai maka akan dilakukan test akhir (responsi), yang bahannya meliputi keseluruhan praktikum. 16. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum lebih dari 3 kali berturut-turut tidak diperbolehkan melanjutkan praktikum. 17. TIDAK diadakan praktikum ulangan (susulan). 18. Tata tertib yang belum dicantumkan diatas diberikan pada waktu praktikum dilaksanakan.



4



STANDART KOMPETENSI Setelah mengikuti praktikum biokimia ini mahasiswa akan mampu mengidentifikasi dan menganalisa senyawa biomolekul (karbohidrat, protein, lipid), termasuk pencernaan dan hasil samping dari metabolisme senyawa tersebut.



5



ACARA I ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT A. Kompetensi Dasar : Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi karbohidrat baik secara umum maupun untuk karbohidrat yang memiliki gugus pereduksi dengan reaksi warna. B. Dasar teori : Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa. Karbohidrat digolongkan menjadi 3, yaitu: monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida umumnya tidak berwarna, merupakan kristal padat yang bebas larut didalam air, tetapi tidak larut didalam pelarut non polar. Kebanyakan mempunyai rasa manis. Monosakarida terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu: aldosa dan ketosa, tergantung pada sifat gugus fungsional: aldehida atau keton. Aldosa merupakan gula pereduksi, yang berarti bahwa fungsi aldehida bebas dari bentuk rantai terbuka mampu untuk dioksidasi menjadi gugud asam karboksilat. Oksidasi secara kimia dari aldosa pada umumnya menghasilkan asam aldonat. Ketosa tidak mudah teroksidasikan pada persyaratan lunak yang kalau aldosa teroksidasi. Oligosakarida yang paling umum adalah disakarida, tersusun dari 2 monosakarida (identik atau berbeda) yang digabungkan oleh ikatan glikosida yang dapat dihidrolisasikan. Disakarida paling sederhana adalah maltosa, yang pada hidrolisa menghasilkan larutan Dglukosa murni. Selobiosa merupakan disakarida yang dapat dianggap suatu pengulangan dasar dalam selulosa. Sukrosa (gula tebu) dapat dihidrolisis secara enzimatik menghasilkan glukosa dan fruktosa. Laktosa (gula susu) merupakan disakarida yang hanya terdapat dalam susu. Hidrolisis laktosa menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa. Polisakarida merupakan polimer monosakarida, biasanya tidak larut dalam air, dalam larutan biasa membentuk koloid dan biasanya tidak mempunyai rasa manis. Homopolisakarida merupakan polisakarida yang apabila dihidrolisis menghasilkan satu jenis monosakarida, sedang heteropolisakarida menghasilkan larutan yang mengandung dua atau lebih jenis monosakarida. C. Praktikum I. Identifikasi Umum Uji Molisch Bahan : sukrosa, reagen Molisch, asam sulfat pekat. Alat : tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung. Cara kerja : Sediakan dua tabung reaksi, tabung pertama diisi 5 cc sukrosa, ditambah 2 tetes 15% α-naphtol dalam 95% etil alkohol (reagen Molisch). Siapkan tabung reaksi kedua yang diisi 5 cc asam sulfat pekat, miringkan tabung pada sudut 45. Masukkan larutan pada tabung pertama kedalam tabung kedua sampai larutan gula tabung pertama berada diatas asam tanpa pencampuran. II. Identifikasi untuk karbohidrat pereduksi 1. Uji Benedict Bahan : glukosa, reagen Benedict 6



Alat : tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung Cara kerja : 0,5 cc larutan glukosa 20% (8 tetes) ditambah 5 cc reagen Benedict. Campuran larutan dipanaskan diatas api selama 1 menit. Perhatikan perubahan warna yang terjadi!. 2. Uji Fehling Bahan : glukosa, maltosa, laktosa, reagen Fehling A dan B. Alat : tabung reaksi, alat pemanas, penjepit. Cara kerja : Larutan glukosa, maltosa dan laktosa 0,5 cc (8 tetes) masing-masing dimasukkan dalam tabung berbeda ditambah 2 cc reagen Fehling A dan 2 cc Fehling B. Panaskan tabung sampai reaksi warna spesifik terjadi! 3. Pembentukan osazon (Reaksi Fenilhidrazin) Bahan : larutan gula (glukosa, fruktosa, arabinosa), asam asetat glasial, fenilhidrazin, Na-asetat padat. Alat : tabung reaksi, alat pemanas. Cara kerja : Tabung reaksi diisi dengan 5 ml larutan gula, kemudian ditambah 10 tetes asam asetat glasial dan 0,5 g fenilhidrazin, serta 0,1 g Na-asetat padat. Kemudian tabung reaksi berisi larutan tersebut dimasukkan kedalam penangas (water bath) selama 30 menit. Tabung dibiarkan mendingin, amati endapan yang terbentuk, kristal diamati menggunakan mikroskop. III. Identifikasi khusus untuk fruktosa Bahan : larutan fruktosa 20%, reagen Selliwanof (0,5% resorsinol dalam 5 N HCl). Alat : tabung reaksi, rak tabung,alat pemanas, penjepit. Cara kerja : 5 cc reagen Selliwanof ditambahkan 1 cc larutan sampel, dipanaskan diatas pemanas (perpanjangan pemanasan larutan harus dihindari). Didihkan dalam 30 detik. Reaksi positif terbentuk dengan warna merah.



7



LAPORAN SEMENTARA ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT



Nama NIM Gol/Kel Asisten Acara



NO



: : : : :



PERCOBAAN



HASIL



8



Semarang, Asisten,



(...................................................)



9



ACARA II ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT A. Kompetensi Dasar : Mahasiswa akan mampu menganalisis karbohidrat secara kuantitatif pada sampel. B. Dasar Teori Analisa kuantitatif karbohidrat umumnya digunakan untuk menghitung kadar/konsentrasi karbohidrat bergugus pereduksi dalam sampel (produk atau substrat). Pengukuran kadar karbohidrat tersebut menggunakan metode spektrofotometri, yang merupakan metode analisis menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu, umumnya menggunakan panjang gelombang 540 nm. Aplikasi metode ini sering digunakan untuk pengukuran gula pereduksi dalam sampel misalnya untuk menghitung aktivitas enzim. Penentuan kadar gula atau aktivitas enzim yang menggunakan metode ini berdasarkan kurva standar. C. Praktikum Analisa kuantitatif gula pereduksi Bahan : Sampel, glukosa, reagen DNS (Dinitrosalysic Acid) Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, spektrofotometer. Cara kerja : a. Pembuatan larutan glukosa Larutan glukosa dibuat dengan konsentrasi (b/v): 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mg/ml dengan perbandingan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Konsentrasi larutan standar glukosa dan/atau fruktosa (b/v). Tabung Larutan Akuadest Glukosa Cuvet glukosa steril (ml) (mg/ml) 1 0,0 1,0 0,0 2 0,2 0,8 0,2 3 0,4 0,6 0,4 4 0,6 0,4 0,6 5 0,8 0,2 0,8 6 1,0 0,0 1,0 Larutan glukosa ini kemudian diukur absorbansinya pada spektrofotometer. Hasil pengukuran ini selanjutnya digunakan untuk membuat kurva standar. b. Pembuatan kurva standar Hasil pengukuran larutan glukosa tertera pada tabel 2. Konsentrasi glukosa (mg/ml) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2



Absorbansi λ540nm (contoh) 0,46 0,37 0,28 0,18 0,11 10



Data absorbansi tersebut kemudian kurva seperti pada Gambar 1.



Gambar 1. Kurva standart glukosa Berdasarkan persamaan linear : Y = aX + b, maka nilai yang diperoleh adalah : Y = 0,4543X + 0,0062 Keterangan : sumbu X = konsentrasi gula reduksi Sumbu Y = absorbansi Langkah selanjutnya, masukkan data absorbansi dari sampel yang diukur (telah disediakan pada praktikum) pada persamaan linear, maka akan diketahui konsentrasi gula reduksi dari sampel.



11



LAPORAN SEMENTARA ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT



Nama NIM Gol/Kel Asisten Acara



: : : : :



PERCOBAAN :



HASIL



PEMBAHASAN (RINGKAS)



Semarang, Asisten,



(...................................................)



12



ACARA III ANALISA KUALITATIF LIPID A. Kompetensi Dasar : Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi lemak berdasarkan sifat fisik dan kimianya. B. Dasar Teori : Lipida merupakan suatu zat/senyawa yang dapat diekstraksi dari materi hidup menggunakan pelarut hidrokarbon, seperti benzena, etil eter atau kloroform. Jenis lipid yang paling banyak adalah triasilgliserol. Lipid tersusun dari unit penyusunnya, yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang. Ekor hidrokarbon yang panjang mungkin jenuh sepenuhnya, yaitu hanya mengandung ikatan tunggal (disebut asam lemak jenuh) atau bersifat tidak jenuh dengan satu atau lebih ikatan rangkap (disebut asam lemak tidak jenuh). Dengan adanya ikatan rangkap, akan didapatkan isomer geometrik yaitu adanya bentuk trans dan cis isomer. Panjang pendeknya rantai C dan derajad ketidakjenuhan menentukan titik didih asam lemak. Semakin panjang rantai C dan makin jenuh, maka makin tinggi titik didihnya. Sifat kelarutan asam lemk juga menunjukkan bahwa semakin panjang rantai atom C, maka makin rendah kelarutannya dan adanya hidroksi menaikkan kelarutannya. Asam lemak yang umum dijumpai bersifat tidak larut dalam air, tetapi dapat terdispersi membentuk misel dan didalam NaOH atau KOH encer berubah menjadi sabun. Asam lemak tidak jenuh cenderung mengalami autooksidasi jika terkena udara, yang mengakibatkan perubahan kimiawi, lemak akan berbau tidak enak (tengik) dan rasanya berubah. Asam lemak tidak jenuh dapat dijenuhkan menjadi asam lemak jenuh, sehingga menjadi lebih keras. Hal ini biasa dilakukan untuk menjenuhkan asam lemak tumbuh-tumbuhan dalam pembuatan mentega dengan katalisator Pt atau Ni. Proses ini disebut: hidrogenasi. Alkohol dalam lipid adalah gliserol, kolesterol dan alkohol BM tinggi, misalny: etil alkohol. Lemak pada suhu tinggi akan pecah menjadi asam lemak dan gliserol. Diantara alkohol yang tidak jenuh yang terdapat pada lemak sebagai zat warna, misalnya: fitol, terdapat pada klorofil dan lekofil. C. Praktikum 1. Kelarutan dan terjadinya emulsi Bahan : kloroform, eter, air, larutan 1% Na karbonat, larutan empedu encer. Alat : tabung reaksi Cara kerja : Ambil 5 tabung reaksi dan isilah masing-masing tabung dengan 2 cc : Tabung 1 : kloroform Tabung 2 : eter Tabung 3 : air Tabung 4 : larutan 1% Na karbonat Masing-masing tabung ditambah setetes minyak kelapa, kemudian tutuplah mulut tabung dengan ibu jari. Gojoklah dan biarkan selama 5 menit. Perhatikan apa yang terjadi pada masing-masing tabung? Terangkan pengaruh empedu pada pencernaan lemak.



13



2. Sifat tidak jenuh Bahan : kloroform, Hubl reagen, minyak kelapa, minyak kacang, minyak wijen, lemak binatang. Alat : tabung reaksi Cara kerja : Pada 10 cckloroform tambahkan 10 tetes Hubl reagen (larutan jod dalam alkohol yang mengandung sedikit HgCl2). Kloroform menjadi berwarna merah muda yang disebabkan adanya jod bebas. Bagilah larutan berwarna ini kedalam 4 tabung. Tambahkan masing-masing tabung dengan: Tabung 1 : minyak kelapa Tabung 2 : minyak kacang Tabung 3 : minyak wijen Tabung 4 : lemak binatang Penambahan tersebut dilakukan setetes demi setetes. Amati hasilnya dan terangkan bagaimana urut-urutan ketidakjenuhannya. 3. Great spot test Bahan : zat padat (sampel), eter Alat : tabung reaksi, cawan porselin. Cara kerja : SEMUA API DIPADAMKAN KARENA MUDAH TERBAKAR!!! Zat padat atau cair yang akan diselidiki digojok dengan 4 cc eter dalam tabung reaksi dan biarkan agar lapisan eter keluar. Lapisan eter dipindahkan dalam cawan porselin kering. Biarkan eter menguap (dapat dibantu dengan kipas). Sesudah eter habis usaplah cawan porselin dengan kertas biasa (bukan kertas saring). Perhatikan apa yang terjadi? Jelaskan dasar dan gunanya percobaan ini!



14



LAPORAN SEMENTARA ANALISA KUALITATIF LIPID



Nama NIM Gol/Kel Asisten Acara



NO



: : : : :



PERCOBAAN



HASIL



Semarang, Asisten,



(...................................................) 15



ACARA IV ANALISA KUALITATIF PROTEIN A. Kompetensi Dasar : Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi protein berdasarkan reaksi warna. B. Dasar Teori: Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul 5000 sampai 1.000.000 lebih. Protein merupakan polimer yang terdiri dari satuan asam amino yang terikat secara kovalen. Reaksi-reaksi gugus amino adalah penting dalam analisa kuantitatif dari asam amino. Asam amino dan amina lain dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidan lunak ninhidrin yang menghasilkan suatu hasil berwarna biru, kecuali prolin dan hidroksiprolin yang menghasilkan warna berbeda yaitu: kuning. Dua pereaksi lain untuk gugus-gugus amino adalah pereaksi Sanger (1-fluoro 2,4-dinitrobenzen, FDNB) dan dansyl klorida (1-dimetilamino naftalen 5-sulfonil klorida). Penggunaan FDNB sebagai pereaksi gugus amino akan menghasilkan suatu hasil yang berwarna kuning merah, sedangkan dengan dansyl klorida akan memberikan turunan asam amino yang kuat berfluoresensi. Protein juga dapat ditentukan dengan reaksi biuret. Tembaga sulfat alkalis dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida membentuk senyawa kompleks berwarna violet. Disebut uji biuret, karena pertama kali diketahui memberikan reaksi positif terhadap senyawa biuret. Reaksi ksantoprotein juga digunakan untuk menentukan asam amino dengan reaksi warna. Reaksi positif jika terbentuk warna kuning setelah penambahan HNO3 dan dipanaskan. Pereaksi lain juga digunakan untuk menentukan gugus amino dari protein, misalnya: reagen Millon, bila tirosin ditambah reagen ini akan menghasilkan senyawa warna merah. Reaksi Hopkins-Cole positif untuk asam amino jika terbentuk cincin ungu pada bidang batas. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung triptofan. Reaksi reduksi sulfur digunakan untuk penentuan protein yang mengandung asam amino dengan atom S, misalnya: sistein. Reaksi positif dengan terjadinya warna hitam dari PbS setelah protein ditambah alkali garam Pb dan dipanaskan. Alkali dimaksudkan untuk melepas S organik menjadi anorganik. C.Praktikum Identifikasi Protein Secara umum protein dapat diidentifikasi dengan penentuan warna dengan : 1. Ninhidrin Test Bahan : larutan protein, larutan ninhidrin,glisin. Alat : tabung reaksi, alat pemanas. Cara Kerja : Masukkan 0,5 ml larutan ninhidrin 0,1% kedalam 3 ml larutan protein. Panaskan hingga mendidih. Perhatikan warna yang terjadi! Ulangi percobaan dengan menggunakan glisin. 2. Biuret Test Bahan Alat



: larutan protein, 40% larutan NaOH; 0,5% larutan CuSO4. : tabung reaksi, alat pemanas. 16



Cara Kerja : Masukkan 3 cc larutan protein ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 cc 40% NaOH, kemudian tambah 1 tetes 0,5% CuSO4 sehingga terjadi warna merah muda/ungu. Ikatan peptida panjang akan berwarna ungu, dan jika pendek warna merah muda.



17



LAPORAN SEMENTARA ANALISA KUALITATIF PROTEIN



Nama NIM Gol/Kel Asisten Acara



NO



: : : : :



PERCOBAAN



HASIL



Semarang, Asisten, (...................................................) 18



ACARA V KARAKTERISASI PROTEIN A. Kompetensi Dasar: Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi protein berdasarkan sifat-sifat umumnya yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan penggumpalan dan denaturasi protein, serta hidrolisis protein dengan enzim. B. Dasar Teori: Sifat umum protein antara lain memberikan reaksi pengendapan dengan adanya ammonium sulfat dan alkohol pekat, ion positif logam berat, ion negatif dari reagen alkaloid, asam mineral pekat dan pelarut organik serta terjadi penggumpalan oleh pemanasan. Protein juga dapat mengalami denaturasi karena terbukanya lipatan alamiah struktur protein oleh panas atau pH yang ekstrim, beberapa pelarut organik seperti: alkohol ata aseton, zat terlarut tertentu seperti: urea, detergen atau hanya pengguncangan intensif dan bersinggungan dengan udara, sehingga menimbulkan busa. Jika denaturasi ini belum berlanjut, maka polimer ini bisa melipat lagi dan kembali pada struktur alamiahnya. Namun, apabila denaturasi ini sudah berlanjut, maka gugus-gugus yang semula membentuk lipatan pada pelipatan protein alamiah akan membentuk ikatan antar molekul dan berakibat proteinnya akan menggumpal. Sebagian besar protein dicernakan menjadi asam amino, selebihnya menjadi tripeptida dan dipeptida. Protein dapat dihidrolisis dengan enzim yang akan memecah ikatan peptida. C. Praktikum A. Pengendapan Protein 1. Pengendapan oleh garam Bahan : larutan protein, ammonium sulfat (10, 20, 30, 40 dan 50 %). Alat : tabung reaksi Cara Kerja : Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan ini dilakukan sebagai berikut: pertama tambahkan sedikit ammonium sulfat, aduk hingga melarut. Tambahkan lagi ammonium sulfat hingga sedikit garam tertinggal tidak larut (endapan). Endapan ini jika diencerkan akan larut. 2. Pengendapan oleh logam berat Bahan : larutan protein, ZnSO4 Alat : tabung reaksi Cara Kerja : Masukkan 2 cc larutan protein encer kedalam tabung reaksi. Tambahkan 1 tetes larutan seng sulfat encer, perhatikan akan terjadi endapan putih. Endapan tersebut dibagi menjadi 2 tabung dan pada salah satu tabung ditambah ZnSO4 berlebihan, maka endapan akan larut.



3. Pengendapan oleh alkohol pekat Bahan : larutan protein, alkohol pekat. Alat : tabung reaksi Cara Kerja :



19



Masukkan 2 cc alkohol pekat pada tabung reaksi. Tambahkan 1 atau 2 tetes larutan protein pekat. Perhatikan apa yang terjadi. B. Penggumpalan Protein Bahan : larutan protein, indikator klorfenol merah, 2% asam cuka. Alat : tabung reaksi, alat pemanas. Cara Kerja : Masukkan 2 cc serum encer kedalam tabung reaksi, tambahkan 1 tetes indikator klorfenol merah. Larutan merah muda ini ditambah 2% asam cuka dengan hati-hati sampai warna merah muda hilang. Buktikan gumpalan ini tidak larut dalam asam encer atau alkali encer. C. Pencernaan Protein Bahan : pepsin, karmyn fibrin; 0,45% HCl Alat : tabung reaksi, alat pemanas. Cara Kerja : Ambil 3 tabung reaksi dan beri nomor: Tabung 1 : masukkan 1 cc pepsin, 1 cc 0,45% HCl dan 2 potong karmyn fibrin (fibrin yang diberi warna karmyn). Tabung 2 : masukkan 2 cc pepsin, 1 cc air dan 2 potong karmyn fibrin. Tabung 3 : masukkan 1cc pepsin. Masak selama 1 menit dan dinginkan dengan air. Tambah 1 cc 0,45% asam klorida dan potong karmyn fibrin. Ke-3 tabung tersebut dimasukkan dalam penangas air (water bath) pada suhu 37ᵒC. Pencernaan fibrin terlihat dengan hilangnya atau mengecilnya potongan fibrin dan dengan begitu warnanya masuk dalam larutan. Perhatikan : fibrin membengkak jika kena asam, tetapi tidak dicernakan, kecuali jika ada pepsin. Perhatikan tabung no 2! Fibrinnya dicerna atau tidak? Catatan : karmyn fibrin dapat diganti dengan gumpalan putih telur.



20



LAPORAN SEMENTARA KARAKTERISASI PROTEIN



Nama NIM Gol/Kel Asisten Acara



NO



: : : : :



PERCOBAAN



HASIL



21



Semarang, Asisten,



(...................................................)



22



ACARA VI : VITAMIN A. Kompetensi Dasar : Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi vitamin berdasarkan reaksi warna dan analisis kuantitatif vitamin. B. Dasar Teori : Vitamin adalah senyawa organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dibentuk oleh tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari makanan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Vitamin dibedakan dalam 2 kelompok: 1). Vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) dan 2). Vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C). Vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Vitamin D adalah nama generik dari dua molekul, yaitu ergokalsiferol (vitamin D2) dan kolekalsiferol (vitamin D3). Vitamin E (tokoferol) adalah vitamin yang tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan vitamin E sintetik yang dijual secara komersial biasanya berwarna kuning. Karakteristik kimianya adalah berfungsi sebagai antioksidan. Vitamin K di alam ditemukan dalam 2 bentuk, keduanya terdiri atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping pada posisi tiga. Vitamin K1 (filokinon) mempunyai rantai samping fitil dan hanya terdapat didalam tumbuh-tumbuhan berwarna hijau. Vitamin K2 (menakinon) merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri atas beberapa satuan isopren (berjumlah 1-14 unit). Menakinon disintesis oleh bakteri didalam saluran cerna. Vitamin K3 (menadion) adalah bentuk vitamin K sintetik, terdiri atas cincin naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut dalam air. Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C ini cukup stabil dalam keadaan kering, tetapi dalam keadaan larut mudah rusak karena bersentuhan dengan udara terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan adanya tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Susunan kimia vitamin C (asam askorbat) adalah suatu turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang berkaitan erat dengan monosakarida. Di alam vitamin terdapat dalam 2 bentuk, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Kedua vitamin C ini aktif secara biologik, tetapi bentuk tereduksi adalah yang paling aktif. Oksidasi lebih lanjut dari L-asam dehidro askorbat menghasilkan asam diketo Lgulonat dan oksalat yang tidak dapat direduksi kembali (berarti kehilangan sifat antiskorbutnya). Vitamin B terdiri dari beberapa kelompok, seperti vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin, piridoksal dan piridoksamin) dan B12 (kobalamin). Tiamin merupakan zat yang mengandung sulfur (tio) dan nitrogen (amine), molekulnya terdiri atas cincin pirimidin yang terikat dengan cincin tiasol. Tiamin merupakan kristal putih kekuningan yang larut dalam air. Di dalam keadaan larut vitamin B1 hanya tahan panas jika berada dalam keadaan asam. Vitamin B2 diketemukan sebagai pigmen kuning kehijauan yang bersifat fluoresen dalam susu. Struktur molekulnya terdiri atas cincin isoaloksazin dengan rantai samping ribitil. Dalam bentuk murni merupakan kristal kuning, larut dalam air, tahan panas, oksidasi dan asam, tetapi tidak tahan alkali dan cahaya terutama sinar ultra violet. Vitamin B6 dialam terdapat dalam tiga bentuk, yaitu: piridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Piridoksin merupakan kristal putih, tidak berbau, larut dalam air dan alkohol, tahan panas dalam keadaan asam, tidak begitu stabil dalam larutan alkali dan tidak tahan cahaya. Vitamin B12 terdiri atas cincin mirip forfirin, seperti hem yang mengandung kobalt serta terkait pada



23



ribosa dan asam fosfat. Vitamin B12 adalah kristal merah yang larut dalam air, secara perlahan rusak oleh asam encer, alkali dan bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi. C. Praktikum Identifikasi Vitamin 1. Vitamin A Bahan : minyak ikan, kloroform, asam cuka anhidrida, TCA Alat : tabung reaksi Cara Kerja : Minyak ikan ditambah dengan kloroform dan 2 tetes asam cuka anhidrida (untuk menghilangkan air), kemudian ditambah 20 tetes TCA dalam kloroform yang baru dan jenuh. Perhatikan warna biru yang terjadi.



2. Vitamin B Bahan : vitamin B2, NaOH 30%, kalium ferricyanida 0,6%, isobutanol. Alat : tabung reaksi Cara Kerja : Masukkan 2 cc larutan vitamin B2 ke dalam tabung reaksi. Dengan cepat tambahkan berturut-turut beberapa tetes NaOH 30% dan beberapa kalium ferricyanida 0,6%. Kocoklah larutan tersebut dalam larutan isobutanol, maka akan terbentuk fluoresensi berwarna biru dalam sinar ultra violet.



24



LAPORAN SEMENTARA VITAMIN



Nama NIM Gol/Kel Asisten Acara



NO



: : : : :



PERCOBAAN



HASIL



Semarang, Asisten,



(...................................................) 25



ACARA VII : URINE A. Kompetensi Dasar : Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi urine dan menganalisa zat-zat normal maupun tidak normal dalam urine. B. Dasar Teori : Urine dihasilkan oleh ginjal dengan jalan : 1. Filtrasi plasma darah oleh glomeruli 2. Reabsorpsi selektif oleh tubuli dari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mempertahankan miliu interna 3. Sekresi oleh sel tubuli bahan-bahan lain dari darah ke lumen tubuli dan ditambahkan ke dalam kending 4. Pertukaran ion hidrogen dan pembentukan ammoniak untuk pengawetan basa. Zat-zat normal dalam urine antara lain: a. Urea: merupakan hasil akhir dari metabolisme protein dalam tubuh mamalia. b. Ammonia, sangat sedikit jumlahnya dalam urine, dibentuk dan dikeluarkan langsung oleh sel tubuli ginjal. c. Kreatinin dan kreatin: kreatinin adalah hasil pemecahan kreatin. d. Asam urat: merupakan hasil akhir oksidasi purin dalam tubuh, mempunyai kelarutan kecil dalam air, tetapi larut dalam alkali. e. Asam-asam amino. f. Allantoin: hasil oksidasi asam urat. g. Khlorida: dikeluarkan dalam bentuk NaCl, hampir seluruhnya berasal dari NaCL makanan. h. Sulfat: berasal dari metabolisme protein yang mengandung asam amino dengan atom S, yaitu: sistein dan metionin. i. Fosfat: akan bergabung dengan Na dan K, sebagian juga dengan Mg dan Ca yang mana Mg dan Ca fosfat akan mengendap pada urine yang alkalis. j. Oksalat: sangat sedikit dalam urine. k. Mineral: berupa Na, K, Ca, Mg yang merupakan kation-kation penting dalam tubuh. l. Vitamin, hormon dan enzim: dikeluarkan dalam jumlah sedikit, penting untuk diagnosa penyakit tertentu. Zat-zat abnormal dalam urine: a. Protein: setiap hari tidak lebih dari 30-200 mg yang diekskresi. b. Glukosa: normal tidak lebih 1 gram sehari. c. Lain-lain gula: fruktosa, galaktosa, laktosa dan pentosa. d. Benda-benda keton (asam asetoasetat, betahidroksibutirat, aseton): normal hanya 3-15 mg setiap hari. e. Bilirubin dan garam-garam kholat: terdapat pada sumbatan saluran empedu, sehingga empedu banyak masuk kedalam darah dan diekskresikan lewat urine. f. Darah: terdapat pada penyakit-penyakit tertentu, misalnya penyakit ginjal. g. Porfirin: koproporfirin yang diekskresi pada orang dewasa ± 60-280 mikrogram/hari. Bila ekskresi naik disebut: porfiria. h. Indikan: adalah K indoksil sulfat, terdapat pada urine orang-orang dengan obstipasi, atau absese, sehingga triptofan dalam protein akan dirubah menjadi indol, yang akan diserap oleh darah dan dibentuklah indikan yang diekskresi bersama urine.



26



C. Praktikum 1. Pemecahan urea oleh enzim urease Bahan : urine, aquades, fenol merah, 2% cuka, tepung kedelai. Alat : tabung reaksi, pipet tetes. Cara Kerja : Ambil 2 buah tabung reaksi: - Tabung 1 diisi 2 cc urine - Tabung 2 diisi 2 cc aquades Masing-masing tabung diberi 1 tetes fenol merah, kemudian tambahkan 2 % cuka sampai warna kuning. Panaskan 60ᵒC (sampai tangan masih mampu memegang tabung). Masing-masing diberi sedikit tepung kedelai, dikocok, diamkan beberapa lama. Amati apa yang terjadi dan terangkan! Lakukan juga untuk urine yang sudah diperlakukan. 2. Reaksi Folin untuk asam urat Bahan : urine, reagen folin, 20% Na2CO3. Alat : tabung reaksi, pipet tetes. Cara Kerja : Ambil 3 cc urine, tambahkan 2 cc reagen Folin (asam fosfotungsat) dan 2 cc 20% Na2CO3, akan terjadi warna biru. Lakukan juga untuk urine yang sudah diperlakukan. 3. Reaksi Jaffe untuk kreatinin Bahan : urine, larutan asam pikrat jenuh, aquades, 10% NaOH. Alat : tabung reaksi, pipet. Cara Kerja : Pada 1 cc larutan asam pikrat jenuh ditambahkan 0,5 cc 10% NaOH. Bagilah kedalam 2 tabung. Tabung 1 tambahkan 3 cc urine. Tabung 2 tambahkan 3 cc aquades. Tabung yang berisi urine akan berubah menjadi merah jingga karena terjadi kreatinin pikrat. Lakukan juga untuk urine yang sudah diperlakukan. 4. Terjadinya gas NH2 Bahan : urine, indikator PP, 2% Na2CO3. Alat : tabung reaksi, pipet, batang pengaduk. Cara Kerja : Tabung reaksi yang berisi 2 cc urine ditambah 1 tetes indikator PP dan 2% Na2CO3 hingga warna merah muda, masaklah. Batang pengaduk yang telah dicelupkan kedalam larutan PP dimasukkan dalam mulut tabung. Lapisan PP pada batang pengaduk akan menjadi merahb muda, karena keluarnya ammoniak dari penguraian garam-garam ammonium urine. Bagaimana reaksinya? Lakukan juga untuk urine yang sudah diperlakukan. 5. Reaksi Benedict untuk glukosa dalam urine Bahan : aquades, urine (normal dan abnormal), reagen Benedict. Alat : tabung reaksi, pipet. Cara Kerja : Ambil 3 tabung reaksi: Tabung 1: diisi 5 cc aquades Tabung 2: diisi 5 cc urine normal Tabung 3: diisi 5 cc urine abnormal 27



Tambahkan 1 cc reagen Benedict, panaskan hingga terjadi perubahan warna. Amati perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna menjadi merah bata menunjukkan reaksi Benedict positif. 6. Membuktikan adanya klorida Bahan : urine, HNO3 pekat, AgNO3, NH4OH. Alat : tabung reaksi, pipet. Cara Kerja : Urine diasamkan dengan beberapa tetes HNO3 pekat, kemudian ditambah beberapa tetes larutan AgNO3. Larutan akan menjadi merah atau terjadi endapan yang jika ditambah NH4OH berlebihan akan hilang.



28



LAPORAN SEMENTARA URINE



Nama NIM Gol/Kel Asisten Acara



NO



: : : : :



PERCOBAAN



HASIL



29



Semarang, Asisten,



(...................................................)



30



PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I.



Halaman Judul (Cover), meliputi : 1. Judul acara praktikum 2. Logo UNDIP 3. Nama praktikan 4. NIM 5. Gol/Kelompok 6. Nama asisten



Contoh Cover



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS KUANTITATIF KARBOHIDRAT



Nama : NIM : Kelompok : Asisten :



LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014



31



II.



Halaman Isi A. Tujuan : menjelaskan tujuan acara praktikum yang telah dikerjakan. B. Dasar Teori : berisi kajian teori yang relevan dengan acara praktikum yang dikerjakan. Dasar teori harus disertakan acuan (pustaka). C. Metode : 1. Alat 2. Bahan 3. Cara kerja D. Hasil dan Pembahasan Hasil bisa berupa pengamatan, reaksi, tabel, gambar. Pembahasan merupakan uraian dan diskusi dari hasil praktikum yang telah dilakukan. E. Kesimpulan Merupakan uraian dari simpulan hasil dan pembahasan. Kesimpulan harus sesuai dengan tujuan. F. Daftar Pustaka Berupa pustaka yang digunakan dalam menyusun laporan praktikum.



32



PUSTAKA 1. Adam R., and R.J. John. 1984. Elementary laboratory experiments in organic chemistry. The MacMillan Company, New York. Pp. 420. 2. Lehninger A.L. 1982. Principles of biochemistry. Terjemahan Maggy Thenawidjaja: Dasar-dasar bikimia jilid 1,2 dan 3. Penerbit Erlangga. 3. Mathews C.K., K.E. van Holde and K.G. Ahern. 2000. Biochemistry, third edition, Addison-Wesley Publishing Company, New York. 4. Page D.S. 1985. Principles of biological chemistry. Terjemahan R. Soendoro: Prinsipprinsip biokimia, Penerbit Erlangga, edisi ke 2, 465 hal. 5. Pratiwi S., Y.A. Purwestri, T.R. Nuringtyas, dan S. Moeljopawiro. 2005. Petunjuk praktikum biokimia. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. 6. Styrere L. 1988. Biochemistry. W.H. Freeman & Co New York.



33