8 0 12 MB
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
PENGEMBANGAN PANAS BUMI INDONESIA
Oleh: Direktorat Panas Bumi Juli 2020
I. Kebijakan Pengembangan EBT
▪ Bauran Energi Primer Berdasarkan KEN………………………………….4 ▪ Skenario Pengembangan EBT sesuai RUEN & KEN………………………….. 6
2
PERAN PANAS BUMI DALAM PENCAPAIAN TARGET RUEN 2050
2025 MTOE
Energi Baru dan Terbarukan Minyak Bumi Gas Bumi
Batubara
23%
22% 194 MTOE
31%
25%
25%
20%
2017
2025
2050
Total Pembangkit Listrik
60,3 GW
135 GW
444 GW
Pembangkit EBT
9,6 GW (15%)
45 GW (34%)
169 GW (38%)
99
24,6%
Minyak bumi
204
19,8%
Gas bumi
90
22,1%
Gas bumi
246
23,8%
123
30,3%
Batubara
260
25,3%
EBT
93
23,1%
EBT
321
31,1%
Total
405
100%
Total
Pembangkit EBT
45
GW
Pembangkit Fosil
90
GW
Panas Bumi Air & Mikrohidro Bioenergi Surya Angin EBT Lainnya Total
2016 1.653,5 5.119 1.886 229 57 1.860 10.804
2017 1.908,5 5.236 2.093 429 107 1.860 11.728
2018 2.133,5 5.491 2.359 679 207 1.860 12.939
2019 2.493,5 7.008 2.674 979 307 1.861 15.807
2020 3.109,5 7.889 3.024 1.379 507 1.863 18.475
1.031
100%
Pembangkit 444 GW
Pembangkit 135 GW
Peran Pabum:
16,08% 2015 1.438,5 5.024 1.740 79 7 372 8.660
%
Minyak bumi
Batubara
1.031 MTOE
412 MTOE
30%
24%
MTOE
%
2025 7.241,5 20.960 5.532 6.379 1.807 3.128 45.044
Pembangkit EBT
169
GW
Pembangkit Fosil
275
Peran GW Pabum:
2030 9.300 25.844 9.651 14.103 7.167 3.779 69.843
Satuan: MW
2040 13.423 35.611 17.887 29.551 17.887 5.081 119.440
10,38%
2050 17.546 45.379 26.123 45.000 28.607 6.383 169.038
3
TARGET RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL 30%
23%
9%
25%
31%
37% 34% Target 2025
2019
20% EBT Minyak bumi Gas Batubara
1. Pembangkit : 69,1 GW 2. Konsumsi Energi : 0,8 TOE/kapita 3. Konsumsi Listrik : 1.084Kwh/kap
22%
Target 2050
25% Energi Baru dan Terbarukan
20%
24% Energi Baru dan Terbarukan
Minyak Bumi
Minyak Bumi
Gas Bumi
Gas Bumi
Batubara
Batubara
1. Pembangkit : 115 GW 2. Konsumsi Energi : 1,4 TOE/kap 3. Konsumsi Listrik : 2500 Kwh/kap
1. Pembangkit : 430 GW 2. Konsumsi Energi : 3,2 TOE/kap 3. Konsumsi Listrik : 7000 Kwh/kap
4
PERTUMBUHAN PORSI EBT DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL
2019
9.15 8.55
9% 6.47 5.41 4.37
2008
4.35
2009
4.96 3.77
2010
2011
37%
5.33
34%
4.38
3.92
2012
6.34
20% 2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
EBT
MINYAK
GAS
BATUBARA
5
OPTIMALISASI BAURAN ENERGI PRIMER PEMBANGKIT LISTRIK TAHUN 2019 Bauran Energi Primer pembangkit listrik
Pangsa BBM dalam bauran energi primer pembangkit semakin menurun
11,81%
7%
8,58%
31%
4,03% 4,03% Target
2,91% Realisasi
6,00% 6,04%
Target
6,96%
2019
47%
Batuba ra EBT
15%
6
ROADMAP PENGEMBANGAN EBT (MTOE)
7
ROADMAP PENGEMBANGAN EBT (MW) (Status: Mei 2020) 35,000.00 29,315.1
30,000.00 24,502.2
25,000.00
25,646.5
30,448.2
31,587.5
26,760.8
19,084.3
20,000.00
14,321.8
15,000.00 10,300.3
10,984.6
2019
2020
16,204.5
12,057.4
10,000.00 5,000.00
0.00 2021
PLTP
2022
PLTA/M/MH
2023
PLT Bio
2024
PLTS
2025
2026
PLT Bayu
2027
2028
EBT Lain
Total
2029
2030
Catatan: 1. Rincian PLTP menggunakan data Roadmap; 2. Rincian PLTBio menggunakan data Roadmap; dan 3. Belum mempertimbangkan status Pembangkit berikut
8
ROADMAP PENGEMBANGAN EBT (MW) (Status: Mei 2020)
Rencana Pengembangan (MW) Tahun 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
PLTA/M/ MH 2.130,70 5.976,00 2.270,70 6.141,20 2.285,70 6.581,50 2.335,70 7.500,10 2.655,70 7.745,80 2.870,70 9.682,30 3.352,70 12.756,30 4.262,70 12.905,30 4.797,70 13.391,30 5.742,70 14.868,30 6.872,70 14.868,30 8.007,70 14.868,30 PLTP
PLT Bio
PLTS
1.889,90 2.028,90 2.088,90 2.445,90 2.495,90 2.598,90 2.617,90 2.622,90 2.637,90 2.672,90 2.672,90 2.672,90
149,4 227,40 446,40 575,40 735,40 739,40 989,40 989,40 991,40 993,40 993,40 993,40
PLT Bayu 154,30 154,30 184,30 544,30 804,30 854,30 1.004,30 1.004,30 1.004,30 1.009,30 1.009,30 1.009,30
Penciptaan Pasar EBT Lain 0,00 0,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00
Total 10.300,30 10.822,50 11.593,80 13.408,40 14.444,10 16.752,60 20.727,60 21.791,60 22.829,60 25.293,60 26.423,60 27.558,60
PLTA/M/M PLT Bio H 0 0 0,00 27,54 0,00 163,14 37,30 247,64 188,60 506,30 203,50 674,65 903,50 732,60 903,50 812,90 903,50 889,20 903,50 979,50 903,50 982,60 903,50 986,90
PLTS 0 134,60 300,50 628,50 956,50 1.284,50 1.784,50 1.784,50 1.784,50 1.784,50 1.784,50 1.784,50
PLT Bayu 0 0,00 0,00 0,00 109,00 169,00 354,00 354,00 354,00 354,00 354,00 354,00
EBT Lain 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Road Map + Pasar 0 10.300,30 162 10.984,64 464 12.057,44 913 14.321,84 1.760 16.204,50 2.332 19.084,25 3.775 24.502,20 3.855 25.646,50 3.931 26.760,80 4.022 29.315,10 4.025 30.448,20 4.029 31.587,50
Total
Catatan: 1. Rincian PLTP menggunakan data Roadmap; 2. Rincian PLTBio menggunakan data Roadmap; dan 3. Belum mempertimbangkan status Pembangkit berikut
9
ROADMAP PENGEMBANGAN EBT (MW) (Status: Mei 2020) Rencana Pengembangan (MW) Tahun 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
PLTA/M/ PLTP PLT Bio MH 140 15 50 320 215 482 910 535 945 1.130 1.135 5.877
165 440 919 246 1.937 3.074 149 486 1.477 0 0 8.892
139 60 357 50 103 19 5 15 35 0 0 783
PLTS
PLT Bayu
78 219 129 160 4 250 0 2 2 0 0 844
0 30 360 260 50 150 0 0 5 0 0 855
Penciptaan Pasar
EBT Lain
Total 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
522 771 1.815 1.036 2.309 3.975 1.064 1.038 2.464 1.130 1.135 17.258
PLTA/M/ PLT Bio MH 0 0 37 151 15 700 0 0 0 0 0 904
28 136 85 259 168 58 80 76 90 3 4 987
PLTS 135 166 328 328 328 500 0 0 0 0 0 1.785
PLT Bayu EBT Lain 0 0 0 109 60 185 0 0 0 0 0 354
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 243 258 493 698 553 1.685 0 0 0 0 0 3.929
Road Map + Pasar 765 1.029 2.308 1.733 2.861 5.660 1.064 1.038 2.464 1.130 1.135 21.187
Catatan: 1. Rincian PLTP menggunakan data Roadmap; 2. Rincian PLTBio menggunakan data Roadmap; dan 3. Belum mempertimbangkan status Pembangkit berikut
10
RASIO ELEKTRIFIKASI TAHUN 2019 Dalam 5 tahun terakhir rasio elektrifikasi meningkat 14,54%, dari tahun 2014 sebesar 84,35% menjadi 98,89% tahun 2019
Realisasi 2019
99%
99%
98,89%
99% 99%
99%
98%
97%
99%
99%
99% 99%
97%
Target 2020
100%
99% 94%
99%
99% 99%
98%
99%
99%
94% 99% 99%
94%
98% 99% 99%
99%
99%
98% 100%
92%
Keterangan : : >95% : 90-95% : 80-90% : 10 MW. Minimal USD 5.000.000 untuk pengembangan PLTP < 10 MW. c) Dalam jangka waktu 5 tahun tidak melakukan pengeboran 1 (satu) sumur Eksplorasi maka 5% dari Komitmen Eksplorasi menjadi milik negara.
57
TAHAPAN PELELANGAN WKP Pendaftaran
Pelelangan Tahap Kesatu
Pelelangan Tahap Kedua
▪ Menentukan Badan Usaha yang memenuhi kualifikasi pengusahaan Panas Bumi ▪ Dokumen Lelang Tahap Kesatu: a. Persyaratan administratif b. Kualifikasi aspek teknis c. Kualifikasi aspek keuangan Persyaratan administrati f Tidak
▪ Memilih Peserta lelang yang akan diberikan IPB berdasarkan Dokumen Penawaran yang terdiri dari 2 sampul: a. Sampul 1 (satu): Proposal pengembangan proyek b. Sampul 2 (dua): Penawaran Komitmen Eksplorasi
Sistem Gugur Sampul 1 Proposal Pengembangan Proyek
Ya Kualifikasi aspek keuangan
Ya
Sampul 2 Penawaran Komitmen Eksplorasi
Ya
Ya
Tidak Tidak Tidak Lolos Tidak
Kualifikasi aspek teknis
Pelelangan Tahap Kedua
Tidak Lolos
Penetapan Peringkat
Pemenang Lelang
58
PROSEDUR PELELANGAN (1/2) Pengambilan Dokumen Lelang Tahap I
Pengumuman Pelelangan
2 HK Rapat Penjelasan Dokumen Lelang Tahap I Pendaftaran Peserta
20 HK Pemasukan Dokumen Penawaran Tahap I
10 HK
1 HK Penetapan Peserta
0 HK
Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap I
Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I hanya 1 peserta
hanya 1 peserta yang lolos
5 HK
≥ 2 peserta/ 1 peserta apabila lelang ulang
Penetapan hasil evaluasi Tahap I
Pesert a Lolos Tahap I
2 HK Pengumuman Hasil Evaluasi Tahap I
Pelelangan diulang
59
PROSEDUR PELELANGAN (2/2) Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II Sampul 1
40 HK
10 HK
Peyampaian Dokumen Penawaran Tahap II
Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap II Sampul 1 Penetapan hasil evaluasi sampul 1
3 HK
5 HK
5 HK Rapat Penjelasan Dokumen Lelang Tahap II
5 HK
5 HK
1 HK
SANGGAHAN
5 HK ADA
TIDAK ADA
PROSES SANGGAHAN sanggahan benar`
Peserta Lolos Tahap I
Pelelangan diulang
15 HK sanggahan tidak benar
Penerbitan Izin Panas Bumi
Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap II Sampul 2 Penentuan Peringkat Calon Pemenang Lelang
4 BULAN Penyampaian Hasil Lelang kepada Menteri Penetapan Pemenang oleh Menteri
Pengumuman Pemenang Lelang
10 HK Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul 2
5 HK
Durasi Penunjukkan Langsung serupa dg lelang umum
5 HK
Pengambilan Dokumen Lelang Tahap II
>2 peserta
1 peserta telah lelang ulang
Pengumuman hasil evaluasi sampul 1
Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II Sampul 2
Evaluasi dan klarifikasi Dokumen Penawaran Sampul 2
Pengambilan Dokumen Penunjukkan Langsung
Penetapan hasil evaluasi Dokumen Penawaran Sampul 1
Penetapan Calon Pemenang Lelang
Rapat Penjelasan Dokumen Penunjukkan Langsung
Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul 1
Penyampaian hasil pelelangan kepada Menteri
Pemasukan Dokumen Penawaran
Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul 1
Penetapan Pemenang Lelang oleh Menteri
sanggahan tidak benar/tidak ada
Pemenang memenuhi kewajiban sebagai Pemenang Lelang
Pengumuman Pemenang
60
ALUR PENUGASAN WKP KEPADA BLU/BUMN Evaluasi Permohonan oleh KESDM
Permohonan Penugasan
Diterima
Penyampaian Data dan Informasi Kepada Pemohon
Penyampaian Program Kerja dan Pernyataan Komitmen Eksplorasi oleh Pemohon
Ditolak
Kriteria Penugasan dalam Permen No. 37/2018 tentang Penawaran WKP, Pemberian IPB & Penugasan Pengusahaan Panas Bumi : 1. Telah dilakukan Eksplorasi oleh BUMN atau Pemerintah; 2. Telah dioperasikan oleh BUMN atau Pemerintah; 3. Wilayah Kerja yang dikembalikan oleh Badan Usaha; 4. Untuk percepatan penyediaan dan pemanfaatan energi dari Panas Bumi 5. Untuk peningkatan rasio elektrifikasi di sekitar Wilayah Keija; dan/atau 6. Telah dilakukan Pelelangan namun tidak menghasilkan Pemenang Lelang.
Evaluasi Program Kerja dan Komitmen Eksplorasi oleh KESDM
Diterima
SK PENUGASAN
Ditolak
•
•
Penugasan kepada BUMN berlaku sebagai IPB BUMN dalam melakukan Eksplorasi, Eksploitasi dan/atau pemanfaatan pada Wilayah Kerja dapat bekerja sama dengan BLU
* Bagi BUMN yang belum pernah melakukan Eksplorasi Panas Bumi diharuskan menempatkan komitmen Eksplorasi
61
PENGATURAN PEMANFAATAN PANAS BUMI PADA KAWASAN HUTAN UU 21/2014 tentang Panas Bumi • Pasal 5: “Penyelenggaraan Panas Bumi oleh Pemerintah dilakukan terhadap Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung yang berada di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Hutan Konservasi dan wilayah laut.
UU 41/1999 tentang Kehutanan • Pasal 24: “Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional”
PP 105/2015 jo. PP 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan • Pasal 4:
”Penggunaan Kawasan Kehutanan untuk kepentingan pembangunan meliputi kegiatan instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik serta teknologi energi baru terbarukan”
PP 108/2015 jo. PP 28/2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam • Pasal 35, pasal 36, pasal 37: “Taman nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penyimpanan dan/atau penyerapan energi panas bumi”
Permen LHK P.50/2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan Permen LHK P.4/2019 tentang PJLPB pada kawasan Taman Nasional, Tahura, dan TWA 62
SKEMA PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN Cagar Alam Hutan Suaka Alam
KAWASAN HUTAN
Suaka Margasatwa
Taman Nasional Hutan Pelestarian Alam
Taman Hutan Raya
Taman Buru
Taman Wisata Alam
IPJLPB (jasa lingkungan pada zona/blok pemanfaatan)
Hutan Lindung IPPKH
Hutan Produksi
(kerja sama)
(Tetap, Terbatas, Konversi)
63
PARADIGMA KESELAMATAN KERJA PANAS BUMI INSTALASI PANAS BUMI YANG AMAN, ANDAL DAN AKRAB LINGKUNGAN (PRINSIP 3A)
VISI
PENGATURAN DAN PENGAWASAN KETEKNIKAN DALAM KEGIATAN USAHA PANAS BUMI
REGULASI
SNI WAJIB, SKKNI DAN SNI &
STANDAR
WUJUD
PERLINDUNGAN PENCEGAHAN
PERSYARATAN
• • • • • • • • • • •
KESELAMATAN PEKERJA
KESELAMATAN UMUM
KESELAMATAN LINGKUNGAN
KESELAMATAN INSTALASI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEKERJA
KESELAMATAN MASYARAKAT UMUM
LINGKUNGAN SEKITAR INSTALASI
INSTALASI PANAS BUMI
KECELAKAAN KERJA
KECELAKAAN MASY.UMUM
PENCEMARAN
KERUSAKAN INSTALASI
STANDARDISASI KOMPETENSI TEMPAT KERJA LINGKUNGAN KERJA PROSEDUR KERJA (SOP) NILAI AMBANG BATAS (NAB) ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TANDA PERINGATAN/LARANGAN PEMERIKSAAN KESELAMATAN KERJA SERTIFIKAT PERALATAN BERBAHAYA TANDA KESELAMATAN PRODUK SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
• • • • •
PENYULUHAN BAHAYA PANAS TANDA PERINGATAN/ LARANGAN SERTIFIKAT KELAIKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI TANDA KESELAMATAN PRODUK
• BAHAN DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN PANAS BUMI • DESAIN PERALATAN • TEKNOLOGI (OPERASI, PENGELOLAAN LINGKUNGAN) • MATERIAL YANG DIGUNAKAN • PERALATAN, BAHAN DAN BAHAN KIMIA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN • BAKU MUTU LINGKUNGAN • SDM • SISTEM TANGGAP DARURAT • SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
• • • • • • •
PROSEDUR OPERASI DAN PERAWATAN SERTIFIKAT KELAIKAN PERALATAN DAN INSTALASI SERTIFIKAT KOMPETENSI TANDA KESESUAIAN SNI KESIAPAN ALAT PEMADAM LATIHAN PEMADAMAN TANDA KESELAMATAN PRODUK
64
KERANGKA KETEKNIKAN PANAS BUMI KETEKNIKAN PANAS BUMI
Aspek
Alat
Sasaran
▪ Produk ▪ Bahan ▪ ▪ ▪ ▪
Spesifikasi Standardisasi Sertifikasi Akreditasi
Kualitas
▪ Instalasi ▪ Peralatan ▪ Instrumentasi
Teknologi
Tenaga Teknik
▪ Pemeriksaan Teknis ▪ Uji Fungsi
▪ Seleksi ▪ Audit
▪ standardisasi ▪ Sertifikasi ▪ Akreditasi
Handal
Efisien
Kompeten
Kaidah Keteknikan yang Baik
65
PENINGKATAN KESELAMATAN PANAS BUMI KLUSTER SUMBER DAYA
PENYEDIAAN HULU
PEMANFAATAN HILIR
Pemanfaatan di Sektor Komersial
PROSES/ TAHAPAN Sumber Energi
Pencarian (Eskplorasi)
Pemroduksian (Eksploitasi)
Handal, Aman, Akurat, Efisien, Effektif dan Akrab Lingkungan
Pengolahan Pembangkitan
Penyaluran
Penyimpanan
Pendistribusian
Pemanfaatan di Sektor Rumah Tangga
ZERO ACCIDENT
Pemanfaatan di Sektor Transportasi Pemanfaatan di Sektor Industri
Penerapan Kaidah Keteknikan dan Keselamatan Panas Bumi
Penerapan Sanksi Yang Tegas dan Penghargaan Monitoring dan Pelaporan
66
V. Pengembangan Panas Bumi ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪
Kondisi Saat Ini…………………………………………. Statistik Capaian ……………………..………………... Rencana Pengembangan Panas Bumi………………. Peta Lokasi Pengembangan 64 WKP dan 13 WPSPE…………………….. Rencana Pengembangan Panas Bumi …………...… Flores Geothermal Island……….…………….............
60 61 63 66 69 73
67
KONDISI PENGEMBANGAN PANAS BUMI SAAT INI Sumber Daya Panas Bumi
Kapasitas Terpasang
2.130,7 MW
23.965,5 MW
• 16 PLTP pada 14 WKP • Pemanfaatan 89% dari total sumber daya • Target 2020: 2.270,7 MW
Badan Geologi, Desember 2019
Wilayah Pengembangan Panas Bumi
64 WKP & 14 WPSPE Investasi
Produksi Listrik
3.916 GWh (Q1 2020)
• 19 WKP Eksisting • 45 WKP Baru • 14 WPSPE
USD 0,163 Miliar (Q1 2020)
• 24,46% dari target 2020 (16.005 GWh)
Produksi Uap
28,2 Juta Ton (Q1 2020)
• 15,52% dari target 2020 (USD 1,05 M)
• 25,06 % dari target 2020 (112,53 juta Ton)
Regulasi
• UU 21/2014 → Panas Bumi • PP 7 Tahun 2017 → Pemanfaatan Tidak Langsung • Permen ESDM No. 21/2017 → Limbah Lumpur dan Sumur Bor • Permen ESDM No. 23/2017 → Bonus Produksi • Permen ESDM No. 36/2017 → PSP dan PSPE • Permen ESDM No. 37/2017 → WKP • Permen ESDM No. 33/2018 → Data & Informasi • Permen ESDM No. 37/2018 → Penawaran WKP dan Pemberian IPB
PNBP
Rp 0,261 Triliun (Q1 2020) • 17,66% dari target 2020 (Rp 1,478 Triliun)
68
STATISTIK CAPAIAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI KAPASITAS TERPASANG (MW)
PRODUKSI LISTRIK (GWh) 2270,7 12,464 14,011 13,962 16,005 9,332
2013
BONUS PRODUKSI (JUTA RUPIAH)
58,701
0
2013
62,364
2016
2015
2016
2017
2018
2019
2020
93,860 74,000 92,645
5.5
2015
2014
10,632
SETARA PRODUKSI MINYAK (JUTA SBM)
525
2014
9,651 9,964
2017
2018
2019
REALISASI PNBP (MILYAR RUPIAH)
2013
5.49
2014
5.68
2015
5.86
6.42
2016
2017
8.61
2018
9.55
2019
10.95
2020
REALISASI INVESTASI (JUTA USD) 2280
867
756
883
932
933
1927
1478 877
1133
1152
1214 828
594
1050
349
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020 69
RENCANA PENGEMBANGAN PANAS BUMI 2020–2030 PERLU DIDUKUNG DENGAN CREATING DEMAND SD: 3.068 MW RP: 330 MW RUPTL: 75 MW
SD: 1.156 MW RP: 197 MW RUPTL: 47 MW
SD: 182 MW RP: RUPTL: -
SD: 9.679 MW RP: 3.080 MW RUPTL: 1.960 MW SD: 8.442 MW RP: 2.005 MW RUPTL: 2.345 MW
SD: 1.363,5 MW RP: 265 MW RUPTL: 125 MW
Total Sumber Daya (SD): 23.965,5 MW Total Rencana Pengembangan (RP): 5.877 MW Total Rencana dalam RUPTL : 4.607 MW
SD: 75 MW RP: RUPTL: Perlu penciptaan demand di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku untuk Mencapai Target RUEN 70
ROAD MAP PENGEMBANGAN PANAS BUMI INDONESIA 10000
Kapasitas Terpasang (MW)
2500
Pencapaian Pengembangan 10 GW bergeser setelah Tahun 2030
10,002 8,587
7,772
8000
7,046
6,511
6,310
4000
2,133 2,131 2000
2,273 2,271
2,353 2,286
2,485 2,336
2,785 2,656 320
182.1
140 15
3,150 2,871
5,743
3,353
910
8,008
6,873
6000
4,263
2000
4,798
1130
1500
1135
945
1000
535 500
215
Pengembangan per Tahun (MW)
12000
482
50
0
0
2019
2020
2021
2022
Road Map Sebelumnya
Pengembangan
Road Map Belum PPA Proyek MW Proyek MW
2020 s.d. 2025
46
1.222
14
2026 s.d. 2030
131
4.655
102
Total
177
5.877 117
2023
2024
2025
2026
Road Map 2020-2030 (MW)
2027
2028
2029
2030
Pengembangan per Tahun (MW)
Keterangan
Dari 14 proyek yang belum mempunyai PPA: 285 a. 12 Proyek (210 MW) merupakan pengembangan ekspansi b. Hanya 2 proyek (75 MW) yang merupakan pengembangan baru; Dari 102 proyek yang belum mempunyai PPA: 3.210 a. 25 Proyek )900 MW) yang merupakan pengembangan ekspansi b. 77 Proyek (2.310 MW) yang merupakan pengembangan baru
60% Rencana Pengembangan PLTP s.d. 2030 Belum memiliki PPA
3.570
Ket: 21 Proyek PLTP yang dikembangkan oleh PT PLN (Persero) dengan kapasitas 442 MW diasuumsikan telah memiliki PPA 71
PERBANDINGAN TARGET PENGEMBANGAN PANAS BUMI 2019-2025 8000
2500 7241.5
7000 6310.5
6242.5
2000
5067.5
5000
1500
4417.5
4000
3000
3551.5
3559.5
2493.5 2138.5
3352.6
3191.5
3109.5
2891.5
2870.6
2289.5 2270.6
1000
2655…
2436.5 2335.6
2285.6
2130.6
2000
Pengembangan per Tahun (MW)
Kapasitas Terpasang (MW)
6000
500
320
1000
182.1
215
140 15
482
50
0
0
2019 RUEN
www.ebtke.esdm.go.id
2020
2021
RUPTL 2019-2028
Lintas EBTKE
2022
2023
Road Map 2020-2030 (MW)
@djebtke
2024
2025
Road Map Pengembangan per Tahun
@djebtke
72
PERBANDINGAN TARGET PENGEMBANGAN PANAS BUMI 2019-2030 10000
2500 9300 8888.3
9000
8476.6 8064.9
8000
8007.6
2000
7653.2
Kapasitas Terpasang (MW)
7000
6355.5
6242.5
6500.5
5742.6 5067.5
5000
1130
3109.5 2289.5 2270.6
2130.6
3191.5
2436.5
1000
3352.6
2870.6
2655.6
535
2335.6
500 320
1000
945
910
3551.5
2891.5
2285.6
1135
4262.6
3559.5 2493.5 2138.5
1500
4797.6
4417.5
4000
2000
6872.6
6310.5
6000
3000
6555.5
Pengembangan per Tahun (MW)
7241.5
182.1
215
140 15
482
50
0
0
2019
2020 RUEN
2021
2022
RUPTL 2019-2028
2023
2024
2025
2026
Road Map 2020-2030 (MW)
2027
2028
2029
2030
Road Map Pengembangan per Tahun
*data RUEN Tahun 2026-2029 merupakan interpolasi karena belum ada rencana detil www.ebtke.esdm.go.id
Lintas EBTKE
@djebtke
@djebtke
73
PENGEMBANGAN PANAS BUMI INDONESIA PLTP COD PERIODE TAHUN 2014 - 2019 1. Tahun 2014 = Total 60 MW a. PLTP Patuha Unit 1 (55 MW) oleh PT Geo Dipa Energi b. PLTP Ulumbu Unit 3 dan 4 (2x2.5 MW) oleh PT PLN (Persero) 2. Tahun 2015 = Total 35 MW PLTP Kamojang Unit 5 (35 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energy 3. Tahun 2016 = Total 205 MW a. PLTP Sarulla Unit 1 (110 MW) oleh Sarulla Operation Limited b. PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 (2x20 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energy c. PLTP Ulubelu Unit 3 (55 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energi 4. Tahun 2017 = Total 165 MW a. PLTP Ulubelu Unit 4 (55 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energy b. PLTP Sarulla Unit 2 (110 MW) oleh Sarulla Operation Limited 5. Tahun 2018 = Total 140 MW a. PLTP Sarulla Unit 3 (110 MW) oleh Sarulla Operation Limited b. PLTP Karaha Unit 1 (30 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energi 6. Tahun 2019 = Total 182,4 MW a. PLTP Lumut Balai Unit 1 (55 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energi b. PLTP Sorik Marapi Unit 1 (42,4 MW) oleh PT Sorik Marapi Geothermal c. PLTP Muara Laboh Unit 1 (85 MW) oleh PT Supreme Energy Muara Laboh 74
RENCANA PENGEMBANGAN PANAS BUMI S.D. TAHUN 2025 BERDASARKAN RUEN (PERPRES NO.22/2017) Road map pengembangan panas bumi s.d. Tahun 2025 dapat diuraikan dalam tabel berikut: Rencana Pengembangan Tambahan Kapasitas (MW) Investasi (Juta USD) Serapan Tenaga Kerja (Orang) Setara Produksi Minyak (BOE/YEAR) CO2 Reduction
Status 2018
Rencana Pengembangan (MW) 2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Total
1.948,5
35
205
165
140
185
145
118
380
310
385
3,771
7,242
7.794
140
820
660
560
740
580
470
1,520
1,240
1,540
15,084
28,968
5.846
105
615
495
420
555
435
353
1,140
930
1,155
11,313
21,726
8.605.208
160,060
937,495
754,569
640,241
846,032
663,106
537,345 1,737,796 1,417,676 1,760,662 17,245,342 32,813,169
891,286 1,177,771
923,118
748,044 2,419,205 1,973,562 2,451,037 24,007,430 45,679,573
11.979.405
222,822 1,305,098 1,050,444
Keterangan: 1 MW = USD 4 Juta 1 MW = 3 Orang Tenaga Kerja 1 SBM = 1,628.2 KWh Penurunan Emisi CO2 = Produksi Listrik (MWh) x Faktor Emisi Jaringan
Sistem Kelistrikan Sistem Interkoneksi Jawa - Madura Bali Sistem Interkoneksi Sumatera Sistem Interkoneksi Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo Maluku, Nusa Tenggara dan Papua
Faktor Emisi (tonCO2/MWh) 2010 2011 2012 2013 0,730 0,749
0,778 0,724
0,823 0,687
0,855 0,668
0,332 0,800
0,480
0,600
0,737 0,717
Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
75
WILAYAH PENGEMBANGAN PANAS BUMI (64 WKP & 14 WPSPE) ACEH 2 WKP dan 1 WPSPE ▪ Jaboi ▪ Seulawah Agam ▪ Gn. Geureudong SUMUT 4 WKP dan 1 WPSPE ▪ Sibayak – Sinabung ▪ Sibual – Buali ▪ Sipaholon Ria-ria ▪ Sorik Marapi ▪ Simbolon Samosir
JATIM 7 WKP ▪ Blawan – Ijen ▪ Gn. Iyang Argopuro ▪ Telaga Ngebel ▪ Arjuno Welirang ▪ Gunung Pandan ▪ Gunung Wilis ▪ Songgoriti
JAMBI 1 WKP dan 1 WPSPE ▪ Sungai Penuh ▪ Graho Nyabu
SUMBAR 3 WKP dan 3 WPSPE ▪ Gn Talang-Bukit Kili ▪ Liki Pinangawan Muaralaboh ▪ Bonjol ▪ Sumani ▪ Cubadak ▪ Tandikat Singgalang
www.ebtke.esdm.go.id
MALUT 3 WKP dan 1 WPSPE ▪ Jailolo ▪ Songa Wayaua ▪ Gn.Hamiding ▪ Telaga Ranu
GORONTALO 1 WKP dan 1 WPSPE ▪ Suwawa ▪ Pentadio
SUMSEL 2 WKP ▪ Rantau Lumut Balai ▪ Rantau Dedap
SULAWESI TENGGARA 1 WKP ▪ Lainea BANTEN 2 WKP ▪ Kaldera Danau Banten ▪ Gn. Endut
BENGKULU 2 WKP dan 2 WPSPE ▪ Hululais ▪ Kepahiang ▪ Tanjung Sakti ▪ Lawang Malintang LAMPUNG 4 WKP dan 1 WPSPE ▪ Gn. Rajabasa ▪ Sekincau ▪ Way Panas ▪ Danau Ranau ▪ Way Ratai
SULUT 2 WKP dan 1 WPSPE ▪ Kotamobagu ▪ Lahendong-Tompaso ▪ Klabat Wineru
JABAR 11 WKP ▪ Cibeureum-Parabakti ▪ Cibuni ▪ Cisolok Cisukarame ▪ Gn. Tampomas ▪ Gn. Tgkuban Perahu ▪ Kamojang-Darajat ▪ Karaha Cakrabuana ▪ Pangalengan ▪ Gn. Ciremai ▪ Gn. Gede Pangrango ▪ Gn. Galunggung
JATENG 6 WKP ▪ Baturaden ▪ Dataran Tinggi Dieng ▪ Guci ▪ Gn. Ungaran ▪ Candi Umbul Telomoyo ▪ Gunung Lawu
Lintas EBTKE
SULTENG 2 WKP ▪ Marana ▪ Bora Pulu
BALI 1 WKP ▪ Tabanan
MALUKU 2 WKP dan 1 WPSPE ▪ Tulehu ▪ Wapsalit NTB 1 WKP dan 1 WPSPE ▪ Sembalun ▪ Hu’u Daha
@djebtke
NTT 8 WKP ▪ Atadei ▪ Sokoria ▪ Ulumbu ▪ Mataloko ▪ Oka Ile Ange ▪ Gunung Sirung ▪ Waesano ▪ Nage
Keterangan: WKP Eksisting Sebelum UU 27/2003 WKP Setelah UU 27/2003 WPSPE
@djebtke
76
DAFTAR WILAYAH KERJA PANAS BUMI DI INDONESIA No
Wilayah Kerja Panas Bumi
1 2 3 4 5 6 7 8
Tulehu Cibuni Sibayak - SinabungN Cibeureum - Parabakti Pangalengan Kamojang - Darajat Dataran Tinggi Dieng Lahendong - Tompaso
Maluku Jawa Barat Sumatera Utara Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Tengah Sulawesi Utara
1997 2008 2012 2012 2012 2012 2012 2012
Sumber Daya (MWe) 31 140 38 706 464 691 352 300
9
Sibual-buali
Sumatera Utara
2012
610
10
Ulubelu
2012
554
2012 2012 2012 2012 2012 2016
174 618 195 295 276 86
Provinsi
Tahun Ditetapkan
11
Lumut Balai
12 13 14 15 16 17
Karaha - Cakrabuana Hululais Sungai Penuh Iyang Argopuro Tabanan Ulumbu
Lampung Sumatera Selatan Jawa Barat Bengkulu Jambi Jawa Timur Bali NTT
18
Cisolok Cisukarame
Jawa Barat
2007
45
19 20
Gn. Tampomas Gn. Ungaran
Jawa Barat Jawa Tengah
2007 2007
100 150
21
Jailolo
Maluku Utara
2007
75
22 23 24 25 26 27 28
Telaga Ngebel Seulawah Agam Jaboi Blawan - Ijen Atadei Songa Wayaua Marana Liki Pinangawan Muaralaboh Gn. Rajabasa Kaldera Danau Banten Suwawa Rantau Dedap Baturaden
Jawa Timur Aceh NAD Jawa Timur NTT Maluku Utara Sulawesi Tengah
2007 2007 2008 2008 2008 2008 2008
120 345 132 209 40 42 70
Sumatera Barat
2009
310
Lampung Banten Gorontalo Sumatera Selatan Jawa Tengah
2009 2009 2009 2010 2010
283 270 70 411 258
29 30 31 32 33 34
2012
353
Ket.
WKP Existing (Sebelum Terbit UU No.27 Tahun 2003)
WKP Setelah UU No. 27 Tahun 2003
No.
Wilayah Kerja Panas Bumi
Provinsi
35
Guci
36
Danau Ranau
37 38 39 40
Mataloko Gn. Endut Sokoria Way ratai
Jawa Tengah Lampung dan Sumatera Selatan NTT Banten NTT Lampung
41
Umbul telomoyo
42
Bora – pulu
43
Gn.Lawu
44 45 46 47
Tahun Sumber Ditetapkan Daya (MWe)
2010
100
2011
210
2011 2011 2012 2012
52,5 180 80 330
Jawa Tengah
2012
92
2012
123
2012
332
Sembalun Oka ile ange Kepahiang Gn. Arjuno-Welirang
Sulawesi Tengah Jawa Tengah-Jawa Timur NTB NTT Bengkulu Jawa Timur
2012 2012 2012 2014
100 50 254 302
48
Gn. Pandan
Jawa Timur
2014
60
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Gn. Gede Pangrango Telaga Ranu Songgoriti Gn.Talang-Bukit Kili Gunung Wilis Gunung Galunggung Gn. Ciremai Laenia Gunung Sirung Sumani Waesano
Jawa Barat Maluku Utara Jawa Timur Sumatera Barat Jawa Timur Jawa Barat Jawa Barat Sulawesi Tenggara NTT Sumatera Barat NTT
160 72 58 90 50 289 60 66 152 100 151
60
Sipaholon Ria-Ria
Sumatera Utara
61
Sorik MarapiRoburan-Sampuraga
Sumatera Utara
62
Tangkuban Perahu
Jawa Barat
2014 2014 2014 2014 2014 2014 2016 2016 2016 2017 2017 2018 (perubahan 2008) 2019 (perubahan 2008) 2019 (perubahan 2007)
63 64
Kotamobagu Nage
2019 2019
185 39 13.340,5
Sulawesi Utara NTT Total
Ket.
WKP Setelah UU No. 27 Tahun 2003
60
301
375
77
DAFTAR WPSPE No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Rencana/Usulan WKP
Cubadak Gunung Geureudong Huú Daha Pentadio Tanjung Sakti Hamiding Sekincau Simbolon Samosir Graho Nyabu Klabat Wineru Bonjol Tandikat Singgalang Lawang Malintang Wapsalit
Provinsi
Tahun Ditetapkan
Sumber Daya (MWe)
Sumatera Barat Aceh NTB Gorontalo Bengkulu Maluku Utara Lampung Sumatera Utara Jambi Sulawesi Utara Sumatera Barat Sumatera barat Bengkulu – Sumatera Selatan Maluku
2017 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2019 2019 2019
66 260 69 25 80 175 403 150 425 20 188 49* 78* 26
TOTAL
2.004
* P-50 hasil PSP
78
Rencana Pengembangan 14 WKP
20 WKP
8.007,7 MW (2030)
Beroperasi 2.130,7 MW Rencana ekspansi 1.725 MW Sibayak Ulubelu Cibeureum-Parabakti Pangalengan Kamojang-Darajat Dieng Lahendong-Tompaso Ulumbu Mataloko Sibual-Buali Karaha Cakarabuana Lumut Balai Sorik Marapi Muaralaboh
(12 MW) / (20 MW) (220 MW) / (100 MW) (376,8 MW) / (70 MW) (282 MW) / (170 MW) (505 MW) / (75 MW) (60 MW) / (245 MW) (120 MW) / (95 MW) (10 MW) / (40 MW) (2,5 MW) / (40 MW) (330 MW) / (260 MW) (30 MW) / (55 MW ) / (230 MW) (42,3 MS) / (245 MW)
7 WKP
Eksploitasi dengan Rencana Pengembangan 632 MW Sungai Penuh Hululais Cibuni Tabanan Tulehu Rantau Dedap Sokoria
www.ebtke.esdm.go.id
(55 MW) (10 MW) (220 MW) (110 MW) (55 MW) (40 MW) (55 MW) (220 MW) (5 MW) (20 MW) (60 MW) (55 MW)
Lintas EBTKE
Jaboi Kaldera Danau Banten Kepahiang Oka-Ile Ange Seulawah Agam Songa Wayaua Telaga Ngebel Way Ratai
17 Area prospek lainnya
(65 MW) (110 MW) (165 MW) (10 MW) (110 MW) (10 MW) (55 MW) (55 MW)
14 WPSPE
Area prospek lain: Wilayah Terbuka 290 MW
@djebtke
WKP
Persiapan Penawaran WKP dan Government Drilling dengan Rencana Pengembangan 825 MW
Rencana Pengembangan 920 MW
(85 MW) / (135 MW)
Eksplorasi dengan Rencana Pengembangan 1.485 MW Arjuno Welirang Atadei Baturaden Blawan Ijen Candi Umbul Telomoyo Danau Ranau Gn. Lawu Gn. Rajabasa Gn. Sirung Gn. Talang- Bukit Kili Gn. Tangkuban Perahu Gn. Ungaran
(115 MW) (185 MW) (10 MW) (65 MW) (7 MW) (220 MW) (30 MW)
22
Gn. Hamiding Graho Nyabu Sekincau Selatan Simbolon Samosir Tanjung Sakti Huú Daha Geureudong Cubadak Pentadio Klabat Wineru Bonjol Tandikat Singgalang Lawang Malintang Wapsalit
@djebtke
(120 MW) (110 MW) (220 MW) (110 MW) (40 MW) (20 MW) (170 MW) (20 MW) (10 MW) (10 MW) (40 MW) (20 MW) (20 MW) (10 MW)
79
KARATERISTIK PROYEK-PROYEK PANAS BUMI RENCANA PENGEMBANGAN 2020-2030 Kelayakan proyek dan tarif bergantung pada KARAKTERISTIK SUMBER DAYA, LOKASI dan KAPASITAS RENCANA PENGEMBANGAN, baik pada PENGEMBANGAN PROYEK BARU maupun pada PENGEMBANGAN PROYEK EKSISTING
Berdasarkan karakteristik Sumber Daya a. Temperatur Tinggi > 225˚C b. Temperatur sedang 125˚C - 225˚C
: 131 Proyek→ 4.995 MW : 46 Proyek→ 882 MW
Berdasarkan Lokaso dan Kondisi Geografi a.Indonesia bagian barat(Sumatera, Jawa, Bali) b.Indonesia bagian timur (Sulawesi, Nusra, Maluku)
: 116 Proyek → 5.085 MW : 61 Proyek → 792 MW
Berdasarkan Rencana Pengembangan (Kapasitas Terpasang) a. b. c. d.
Kapasitas ≤ 10 MW Kapasitas 10 - 50 MW Kapasitas 50 - 100 MW Kapasitas ≥ 100 MW
: 63 Proyek→ 532 MW : 53 Proyek → 1.515 MW : 56 Proyek → 3.260 MW : 5 Proyek → 570 MW
Berdasarkan Karakteristik Proyek a. Pengembangan proyek eksisting : 104 Proyek → 3.492 MW b. Pengembangan proyek baru : 79 Proyek → 2.385 MW
www.ebtke.esdm.go.id
Lintas EBTKE
@djebtke
@djebtke
80
PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PANAS BUMI • Fast Track Program (FTP) II (51 proyek) Jangka Waktu s.d. 2025 • Pengembangan Lapangan Eksisting yang Sudah Berproduksi : 405 MW • Pengembangan Lapangan Eksisting yang Belum Berproduksi : 1.520 MW • Pengembangan WKP Baru : 2.900 MW Total Pengembangan Panas Bumi 4.825 MW
• Program 35 GW (11 proyek) Jangka Waktu: 2020-2025 • Perencanaan • Kontrak Belum Konstruksi • Konstruksi Total Pengembangan Panas Bumi
: 55 MW : 195 MW : 131 MW 381 MW
• 7 GW Program (11 projects) Jangka Waktu: 2015 - 2019 • Konstruksi • Commercial Operation Date Total Development
: 110 MW : 530 MW 640 MW
81
DAFTAR PROYEK PLTP YANG MASUK DALAM CRASH PROGRAM 10.000 MW TAHAP II NO.
NAMA PROYEK PEMBANGKIT
PROVINSI
1 PLTP Sungai Penuh 2 PLTP Hululais
Jambi Bengkulu
3 PLTP Kotamobagu
Sulawesi Utara
ESTIMASI KAPASITAS (MW) 2x55 2x55 80 (Total)
RENCANA TARGET KAPASITAS COD TERPASANG 110 2025 110 2022
20 20 110
2029, 2030, 2031, 2032 2032 2021, 2022 2024, 2025
1x30
30
2015
2x55
110
2023, 2024
4 PLTP Sembalun 5 PLTP Tulehu 6 PLTP Tangkuban Perahu I
Nusa Tenggara Barat Maluku Jawa Barat
2x10 2x10 2x55
7 PLTP Kamojang 5
Jawa Barat
8 PLTP Ijen
Jawa Timur
80
9 PLTP Iyang Argopuro
Jawa Timur
1x55
55
2025
10 PLTP Wilis/ Ngebel
Jawa Timur
3x55
165
2022, 2025
11 PLTP Gunung Endut
Banten
40 (Total)
40
2025
12 PLTP Rawa Dano
Banten
1x110
110
2022
13 PLTP Cibuni 14 PLTP Cisolok-Cisukarame
Jawa Barat Jawa Barat
1x10 1x50
10 50
2022 2025
15 PLTP Karaha Bodas 16 PLTP Patuha
Jawa Barat Jawa Barat
1x30 2x55 3x55
140 165
17 PLTP Tampomas
Jawa Barat
1x45
45
2016, 2025 2014, 2022, 2024 2025
18 PLTP Tangkuban Perahu II
Jawa Barat
2x30
60
2025
19 PLTP Wayang Windu Unit 3 dan 4 Jawa Barat
2x110
220
2024
20 PLTP Gunung Ciremai
Jawa Barat
2x55
110
2025
21 PLTP Baturaden 22 PLTP Dieng 23 PLTP Guci
Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah
2x110 1x55 1x60 1x55
220 115 55
2022, 2025 2022, 2024 2025
24 PLTP Ungaran
Jawa Tengah
1x55
55
2025
25 PLTP Seulawah Agam
Aceh
110
110
2023, 2025
26 PLTP Jaboi
Aceh
2x5
10
2020, 2022
27 PLTP Sarulla 1
Sumatera Utara
3x110
330
2016, 2017, 2018
NO. NAMA PROYEK PEMBANGKIT
PROVINSI
ESTIMASI RENCANA TARGET KAPASITAS KAPASITAS COD (MW) TERPASANG 2x55 110 2024, 2025
28 PLTP Sarulla 2
Sumatera Utara
29 PLTP Umbul Telumoyo
Jawa Tengah
1x55
55
2025
30 PLTP Simbolon Samosir
Sumatera Utara
2x55
110
2024, 2029
31 PLTP Sipoholon Ria-Ria
Sumatera Utara
20 (Total)
20
2030
32 PLTP Sorik Marapi
Sumatera Utara
240 (Total)
240
2019, 2020, 2021, 2022, 2023
33 PLTP Muaralaboh 34 PLTP Bonjol
Sumatera Barat Sumatera Barat
2x110 60 (Total)
220 60
2019, 2024 2025
35 PLTP Lumut Balai
Sumatera Selatan
4x55
220
36 PLTP Rantau Dadap
Sumatera Selatan
2x110
220
2019, 2021, 2023, 2027 2020, 2025
37 PLTP Rajabasa
Lampung
2x110
220
2025
38 PLTP Ulubelu 3 dan 4
Lampung
2x55
110
2016, 2017
39 PLTP Suoh Sekincau
Lampung
4x55
220
40 PLTP Wai Ratai
Lampung
1x55
55
2025, 2026, 2029 2023
41 PLTP Danau Ranau
Lampung
2x55
110
2026
42 PLTP Lahendong 5 dan 6
Sulawesi Utara
2x20
40
2016, 2017
43 PLTP Bora Pulu
Sulawesi Tengah
40 (Total)
40
2030
44 PLTP Marana/ Masaingi
Sulawesi Tengah
2x10
20
2029
45 PLTP Hu'u
Nusa Tenggara Barat
2x10
20
2030
46 PLTP Atadei
Nusa Tenggara Timur
2x2,5
5
2026, 2028
47 PLTP Sokoria
Nusa Tenggara Timur
30 (Total)
30
48 PLTP Mataloko
Nusa Tenggara Timur
20 (Total)
20
2019, 2020, 2022, 2023 2024, 2025
49 PLTP Oka Ile Ange 50 PLTP jailolo
Nusa Tenggara Timur Maluku Utara
10 10
10 10
2026, 2028 2027
51 PLTP Songa Wayaua
Maluku Utara
1x5
5
2023
TOTAL RENCANA KAPASITAS TERPASANG
4825
82
EVALUASI PENGEMBANGAN PROYEK PLTP YANG TERMASUK PROGRAM 35 GW NO PROVINSI
PENGEMBANG
NAMA PROYEK
RENC. PENG. TARGET FASE PROYEK RUPTL COD (REALISASI) (MW)
1
Sumsel
PT Supreme Energy Rantau Dedap Rantau Dedap #1
2
Sumut
PT Sorik Marapi Geothermal Power
Sorik Marapi #2
45
2020
3
Aceh
PT Sabang Geothermal Energy
Jaboi #1
5
2020
4
Jabar
PT Geo Dipa Energi
Patuha #2
55
2022
5
Bengkulu
Hululais
55
2022
Dieng #2
55
2022
86
2020
PGE (Hulu) PLN (Pembangkit)
6
Jateng
PT Geo Dipa Energi
RINGKASAN AKTIVITAS/MILESTONE TERAKHIR
Konstruksi (1. Steam Turbine Generator-1 : Install rebar, welding tie-rod, install template for table top 2. Steam Turbine Generator-2 : Install rebar Konstruksi CC1 stage-3 and install formwork F17 wall 3) -Progres overall 81,68% -FC tercapai tgl 9 September 2019 Konstruksi -Proses konstruksi Fase 2 (15 & 25 MW) Pengembang telah menyelesaikan pemboran 3 sumur eksplorasi. - EPC kontraktor menunggu FC. Pengembang sedang pembahasan Kontrak Belum amandemen untuk Efective Date PPA. Konstruksi - Perijinan AMDAL sedang dalam proses. - FS dalam proses persetujuan oleh MESDM - Diperkirakan COD mundur ke tahun 2023 - Kegiatan di lapangan seperti kontruksi sipil, lelang pekerjaan, dan Kontrak Belum proses perizinan IPPKH terkendala oleh Pandemi COVID-19 Konstruksi - Diperkirakan COD mundur ke tahun 2023 - Penyediaan uap di kepala sumur oleh PT PGE telah mencukupi untuk pengembangan 2x55 MW Perencanaan -Pengadaan EPC Pembangkit : finalisasi PQ dan Bid Doc Pembangkit dan (Pembangkit) Transmisi - Loan assessment JICA untuk EPC pembangkit. Kegiatan di lapangan seperti kontruksi sipil, lelang pekerjaan, dan Kontrak Belum penyusunan AMDAL terkendala oleh Pandemi COVID-19 Konstruksi - Diperkirakan COD mundur ke tahun 2023
83
EVALUASI PENGEMBANGAN PROYEK PLTP YANG TERMASUK PROGRAM 35 GW NO PROVINSI
PENGEMBANG
NAMA PROYEK
RENC. PENG. TARGET FASE PROYEK RUPTL COD (REALISASI) (MW)
7
Aceh
PT Sabang Geothermal Energy
Jaboi #2
5
2023
8
NTT
PT PLN
Ulumbu #5
20
2024
9
Jabar
PT Geo Dipa Energi
Patuha #3
55
2025
TOTAL PENGEMBANGAN (MW)
RINGKASAN AKTIVITAS/MILESTONE TERAKHIR
Pengembang telah menyelesaikan pemboran 3 sumur eksplorasi. -EPC kontraktor menunggu FC. Pengembang sedang pembahasan Kontrak Belum amandemen untuk Efective Date PPA. Konstruksi -Perijinan AMDAL sedang dalam proses. -FS dalam proses persetujuan oleh MESDM - Kegiatan lapangan terkendala pandemic COVID-19 Kontrak Belum - Progres: proses studi UKL-UPL, re-design infrastruktur akses jalan, dan Konstruksi pengadaan kegiatan pengeboran & pembangkit - Diperkirakan COD mundur ke tahun 2025 Kontrak Belum - Kegiatan survei geosains sedang dilakukan untuk menambah data dan Konstruksi konfirmasi sumber daya panas bumi
381
Update DJ EBTKE dari data Monev DJK
84
FLORES GEOTHERMAL ISLAND Penetapan Pulau Flores sebagai Pulau Panas Bumi berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 2268 K/30/MEM/2017
18 Lokasi dengan Sumber Daya : 735,5 MWe
1. Ulumbu: 86 MWe 2. Wai Pesi: 54 MWe 3. Wae Sano: 151 Mwe
8. Nage : 30 MWe
4. Mapos: 50 MWe 5. Rana Masak: 20 MWe 6. Rana Kulan: 7 MWe 7. Ulugalung: 5 MWe
9. Gou-inelika: 37 MWe 10. Mataloko: 52.5 Mwe 11. Mangeruda: 5 Mwe
17. Oka Ile Ange: 50 MWe 18. Oyang Barang: 37 MWe
12. Komandaru: 11 MWe 13. Ndetusoko: 10 MWe 14. Sokoria: 80 MWe 15. Jopu: 5 MWe 16. Lesugolo: 45 Mwe
85
PENUGASAN WKP TAHUN 2015-2018 No
Wilayah Kerja / Provinsi
BUMN Pengembang
Sumber Daya (MWe)
Rencana Pengembangan
Rencana Investasi (USD Juta)
Progress
1
Mataloko - NTT
PLN
52,5
Unit 2: 10 MW (2022) Unit 3: 10 MW (2023)
92
▪ Dalam pembahasan Loan-Agreement dengan KFW ▪ Finalisasi studi AMDAL untuk Studi Kelayakan
2
Ulumbu - NTT
PLN
86
Unit 5: 20 MW (2021) Unit 6: 20 MW (2026)
186
3
Songa Wayaua – Maluku Utara
PLN
42
Unit 1: 5 MW (2023) Unit 2: 5 MW (2023)
50
▪ Pengeboran 10 sumur pengembangan akan dimulai 2019 ▪ Persiapan skema kemitraan ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan ▪ Persiapan skema kemitraan
4
Gn. Tangkuban Perahu – Jawa Barat
PLN
375
287
▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan ▪ Persiapan skema kemitraan
5
Atadei - NTT
PLN
40
Unit 1: 20 MW (2023) Unit 2: 20 MW (2024) Unit 3: 20 MW (2024) Unit 1: 5 MW (2025) Unit 2: 5 MW (2027)
58
▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan ▪ Persiapan skema kemitraan
6
Gn. Ungaran – Jawa Tengah
PLN
150
55 MW (2025)
184
▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan ▪ Persiapan skema kemitraan
7
Kepahiang - Bengkulu
PLN
254
55 MW (2024)
440
▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan ▪ Persiapan skema kemitraan
8
Oka Ile Ange, NTT
PLN
50
10 MW (2025)
50
▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan ▪ Persiapan skema kemitraan
9
Gn. Sirung, NTT
PLN
152
5 MW (2025)
50
▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan ▪ Persiapan skema kemitraan
10
Danau Ranau, Lampung
PLN
210
40 MW (2025)
186
▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan ▪ Persiapan skema kemitraan
11
Gn. Arjuno Welirang
Geo Dipa Energi
302
927
▪ Persiapan pelaksanaan survei untuk kegiatan eksplorasi
12
Candi Umbul Telomoyo
Geo Dipa Energi
92
Binary: 5 (2023) Unit 1: 55 (2025) Unit 2: 60 (2030) Unit 3: 60 (2034) Binary: 5 (2021) Unit 1: 40 (2023) Unit 2: 45 (2026)
481
▪ Persiapan pelaksanaan survei untuk kegiatan eksplorasi
595 MW
2.991
TOTAL
1.805,5
86
VI. Kegiatan Pengusahaan Panas Bumi ▪ ▪ ▪ ▪ ▪
Overview Pengusahaan Panas Bumi…………………………………... 67 Pola Pengusahaan Panas Bumi………………………………………. 68 Proses Pengusahaan Panas Bumi……………………………………... 69 Penerapan Teknologi Panas Bumi di Indonesia…………………………... 78 Perizinan dan Non-Perizinan Panas Bumi……………………………….. 79
87
OVERVIEW PENGUSAHAAN PANAS BUMI ▪
Pengusahaan panas bumi dapat berupa pemanfaatan langsung dan pemanfaatan tidak langsung;
▪
Kegiatan usaha panas bumi meliputi Survei Pendahuluan, Penetapan dan Pelelangan Wilayah Kerja, Eksplorasi, Studi Kelayakan, Eksploitasi, dan Pemanfaatan;
▪
Pemerintah dapat memberikan Penugasan Survei Pendahuluan (PSP) kepada BLU, Perguruan Tinggi, dan/atau Lembaga Penelitian dan memberikan Penugasan Survei Pendahuluan & Eksplorasi (PSPE) kepada Badan Usaha;
▪
Pengusulan Wilayah Survei Pendahuluan dapat dilakukan oleh Menteri, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota;
▪
Menteri melakukan penawaran WK secara lelang;
▪
Pemerintah dapat memberikan penugasan langsung kepada BUMN sebagai IPB dan BLU dalam rangka penambahan data untuk pengembangan panas bumi;
▪
IPB diterbitkan oleh Menteri.
88
POLA PENGUSAHAAN PANAS BUMI No.
Uraian
WKP Sebelum UU No.27/2003
WKP Setelah UU No.27 Tahun 2003
WKP Setelah UU No.21 Tahun 2014
1
Struktur Pengusahaan
JOC dan ESC
Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi (IUP) Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Umum (IUKU)
Izin Panas Bumi (IPB)
2
Pola Pengusahaan
Total project dan Partial project
Total project
Total project
3
Bagian Pemerintah
34% dari Net Operating Income (NOI) termasuk semua pajak-pajak kecuali pajak perseorangan
Bagian Pemerintah berupa pajak dan PNBP
Bagian Pemerintah berupa pajak dan PNBP
4
Manajemen Proyek
Pertamina (JOC) PLN (ESC)
Pemegang IUP
Pemegang IPB
89
PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI BERDASARKAN PP 59/2007 jo 75/2014: PSP Swasta Eksplorasi: 3+1+1 Tahun Dan 2 Tahun FS
+ 10 bulan
30 Tahun
Penetapan WKP Pelelangan WKP (Lelang Harga)
SP Pemerintah / Pemda
SP = Survey Pendahuluan
Penerbitan IPB
Penerbitan Penugasan IUPTL kepada PLN utk membeli
PJBL
Pemanfaatan
FS
Tidak dilanjutkan karena harga PJBL tidak ekonomis PSP = Penugasan Survey Pendahuluan
IPB = Izin Panas Bumi
IUPTL = Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
PJBL = Perjanjian Jual Beli Listrik
FS = Feasibility Study
BERDASARKAN PP 7 TAHUN 2017 PSP: Lembaga/Institusi Penelitian PSPE: Swasta
Penetapan WKP
Pelelangan WKP: • Pelelangan Terbatas (Survei oleh Swasta) • Pelelangan Terbuka (Survei oleh Pemerintah)
Penugasan Kepada BUMN
SP & SPE Pemerintah
Penugasan Kepada BLU
Eksplorasi: 5+1+1 Tahun
Penerbitan IPB
30 Tahun
FS
Penerbitan Penugasan IUPTL kepada PLN utk membeli
PJBL
Pemanfaatan
Tidak dilanjutkan krn tidak ekonomis
90
PROSES PELELANGAN DAN PJBL Penentuan Harga • 85% BPP setempat (Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, pulau Lombok) • 100% BPP setempat diluar sistem tersebut di atas
Penyiapan PJBL
Penetapan BPP
Pelelangan WKP
Tahap I
Tahap II
Model PJBL, PTA dan Harga yang disetujui Menteri
IPB
Eksplorasi
FS disetujui Menteri
Tarif disetujui Menteri
Penandatanganan PJBL
EPCC & COD
PTA PLN akan membeli sesuai dengan keekonomian wajar
Penugasan pembelian tenaga listrik ke PLN
Saat ini Kebijakan Harga EBT termasuk Panas Bumi mengacu Permen ESDM 50/2017 dengan ketentuan: a. Menggunakan BPP sisitem setempat dan rata-rata BPP Nasional yang ditetapkan oleh Menteri berdasarkan usulan PLN b. 85% BPP sistem setempat (Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, pulau Lombok) c. 100% BPP sistem setempat diluar sistem di atas,
91
ALUR PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
Kementerian ESDM
(S-0)
Peta Potensi
STADIUM PENGUSAHAAN (S-X) (S-X) STADIUM PENGUSAHAAN Survei Pendahuluan / SP
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi / SPE
(S-1)
(S-2)
Biaya APBN
Lap.
Biaya APBN
(Bageol/ Ditjen EBTKE/ Ditjen Gatrik)
Biaya APBD
Lembaga/ Institusi Penelitian
Biaya Pihak Lain
PLN (off taker)
Penawaran WKP
(S-3)
(S-4)
Evaluasi Laporan Hasil SP atau SPE
WKP
Pemda Prov./ Kab./Kota
Badan Usaha
Penetapan WKP
Biaya Pihak Lain
Penerbitan IPB (S-5)
Penugasan WKP
Eksplorasi - FS
(S-6)
PPA (S-7)
Eksploitasi dan Pemanfaatan
Keterangan
(S-8) Penugasan pembelian dan pengaturan harga listrik oleh Ditjen Gatrik
Persetujuan FS
Pelelangan WKP
IPB
Eksploitasi dan Pemanfaatan
Instansi
Potensi Panas Bumi
Eksplorasi - FS
Potensi/ Stadium
PPA
- PLN: 85% BPP (Permen 53/2018 100% BPP) - Amandemen PPA mensyaratkan 85% BPP (lebih rendah dari harga PPA sebelumnya sehingga negosiasi alot) - Penetapan Harga oleh Menteri
92
PROSES PENGEMBANGAN LAPANGAN PANAS BUMI
Sumber : Asosiasi Panas Bumi Indonesia
93
TIME TABLE PENGEMBANGAN PANAS BUMI (2X55 MW)
Year 1
Year 2
Year 3
Year 4
Year 5
Year 6
Year 7
0. Sosialisasi dan Perizinan 1. Survei, UKL/UPL, Jln & Cluster 2. Bor E/P/R + Uji produksi 3. FS, Amdal & Lahan 4. HoA/PPA
5. EPC (PLTP + PH, Fasprod) 6. Uji Coba & Commisioning 7. Produksi
55
110
94
PENAWARAN PSP DAN PSPE Penetapan Wilayah Penugasan Survei Pendahuluuan (WPSP) atau Wilayah
Gubernur Bupati/Walikota Pihak Lain
Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (WPSPE) dilakukan dengan
Menteri mengusulkan
Penetapan Wilayah Penugasan
ketentuan: a. apabila suatu
wilayah
diperkirakan
terdapat sumber daya Panas Bumi untuk pemanfaatan tidak langsung; dan b. setelah berkoordinasi dengan Badan
Penetapan WPSP
Penetapan WPSPE
Penawaran WPSP
Penawaran WPSPE
Penugasan Survei Pendahuluan
Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi
Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
Badan Usaha
Geologi.
95
MEKANISME PSP ▪
Penugasan Survei Pendahuluan yang selanjutnya disingkat PSP adalah penugasan yang diberikan oleh Menteri untuk melaksanakan kegiatan Survei Pendahuluan.
▪
Kegiatan PSP meliputi:
a.
survei geologi;
b.
survei geokimia;
c.
survei geofisika; dan
d.
evaluasi terpadu.
Dalam hal diperlukan, terhadap kegiatan PSP dapat dilakukan survei landaian suhu. ▪ 1 (satu) WPSP dapat dilakukan PSP oleh lebih dari 1 (satu) perguruan tinggi atau lembaga peneitian. ▪ PSP dilaksanakan atas biaya perguruan tinggi atau lembaga penelitian dan tidak diberikan penggantian.
WILAYAH TERBUKA
Penyiapan Wilayah Kerja
Menteri
▪ Survei Pendahuluan; dan ▪ Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
Menugasi
Pihak Lain Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian (Berbadan Hukum Indonesia)
Penugasan Survei Pendahuluan
96
MEKANISME PSP Perguruan Tinggi Lembaga Penelitian
Permohonan PSP dilengkapi Dokumen Persyaratan
Dokumen Persyaratan Perguruan tinggi atau lembaga penelitian mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dengan dilengkapi:
Menteri melalui Direktur Jenderal
Tidak
Evaluasi terhadap Permohonan PSP
3 hari kerja
Lengkap
1. Persyaratan administratif terdiri atas: a. identitas pemohon; b. profil pemohon; dan c. struktur organisasi. 2. Persyaratan teknis terdiri atas: a. program kerja untuk pelaksanaan PSP; dan b. mempunyai tenaga ahli di bidang geologi, geokimia, dan geofisika. 4. Persyaratan keuangan terdiri atas: a. surat pernyataan kepemilikan dana untuk kegiatan PSP; dan b. surat dukungan pendanaan untuk kegiatan PSP.
Penetapan Pelaksana PSP 7 hari kerja
• Selain berdasarkan penawaran Wilayah Penugasan, perguruan tinggi atau lembaga penelitian dapat mengajukan permohonan PSP untuk wilayah yang merupakan Wilayah Terbuka Panas Bumi dan belum ditetapkan sebagai WPSP. • PSP diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan.
97
MEKANISME PSPE ▪
Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi yang selanjutnya disingkat PSPE adalah penugasan yang diberikan oleh Menteri untuk melaksanakan kegiatan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
▪
Kegiatan PSPE meliputi: a.
survei geologi, geokimia, geofisika, dan evaluasi terpadu;
b.
pengeboran Sumur Eksplorasi; dan
c.
perhitungan cadangan Panas Bumi.
Dalam hal diperlukan, terhadap kegiatan PSPE dapat dilakukan survei landaian suhu.
▪
1 (satu WPSPE) hanya dilakukan PSPE oleh 1 (satu) Badan Usaha.
▪
PSPE dilaksanakan atas biaya Badan Usaha dan tidak diberikan penggantian.
WILAYAH TERBUKA
Penyiapan Wilayah Kerja
Menteri
▪ Survei Pendahuluan; dan ▪ Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
Menugasi Pihak Lain (Badan Usaha)
Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi Mekanisme Kontes
98
MEKANISME PSPE Menteri
Usulan Peringkat Calon Pelaksana PSPE
Panitia Pemilihan
Penetapan Calon Pelaksana PSPE
Pengumuman Penawaran WPSPE
Badan Usaha
Penandatanganan Perjanjian Rekening Bersama (Escrow Account Agreement)
Pengambilan Dokumen Pemilihan
Oleh MESDM 12 hari
Penandatanganan perjanjian atas Standby Letter Of Credit
Permohonan Pembukaan Rekening bersama ke Kementerian Keuangan
1 bulan Penjelasan Dokumen Pemilihan
Lolos Penempatan Dana Komitmen Eksplorasi
Dokumen Permohonan Penugasan
88 hari
Dalam hal hanya terdapat dari 1 (satu) pemohon
Verifikasi kelengkapan Dokumen Permohonan Evaluasi Dokumen Permohonan Penugasan
Perbaikan untuk pemenuhan persyaratan 7 hari kerja
3 hari kerja Penetapan Pelaksana PSPE
Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) pemohon
Oleh BKPM a.n. Menteri ESDM 7 hari
Tidak lolos
PSPE dilaksanakan paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali masing-masing selama 1 (satu) tahun. 99
DOKUMEN PERSYARATAN PSPE Dokumen Persyaratan Badan Usaha mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dengan dilengkapi: 1. Persyaratan administratif, paling sedikit meliputi: a. akta pendirian Badan Usaha dan/atau akta perubahan Badan Usaha terakhir; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan c. profil Perusahaan. 2. Persyaratan teknis, paling sedikit meliputi: a. program Kerja untuk pelaksanaan PSPE paling sedikit meliputi: 1) tata waktu pelaksanaan PSPE; 2) rencana pembiayaan pelaksanaan PSPE; 3) rencana desain Sumur Eksplorasi; 4) rencana jumlah pengeboran Sumur Eksplorasi; 5) rencana uji sumur; dan 6) rencana penerapan kaidah keteknikan yang baik dan benar, keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. b. kemampuan teknis operasional dengan menunjukkan pengalaman di bidang Panas Bumi. c. mempunyai tenaga ahli di bidang Panas Bumi. 3. Persyaratan keuangan, paling sedikit meliputi: a. laporan keuangan tahunan untuk 3 (tiga) tahun terakhir dari Badan Usaha, atau induk perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik dengan opini minimum wajar; dan b. surat pernyataan kesanggupan menyediakan pendanaan untuk melaksanakan PSPE paling sedikit sebesar US$10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat) sebagai Komitmen Eksplorasi. Sebagian Komitmen Eksplorasi sebesar 5% (lima persen) dari Komitmen Eksplorasi dalam bentuk rekening bersama (escrow account) atau standby letter of credit pada bank yang berstatus badan usaha milik negara yang berkedudukan di Jakarta.
100
Dry Steam Cycle
Single-flash Steam Cycle
Double-flash Steam Cycle
• Siklus pengembangan yang paling sederhana & cepat dibangun; • Uap langsung masuk ke turbin tanpa dipisahkan; • Hanya bisa digunakan pada lapangan dengan dryness 99,995%; • Contoh: a. PLTP Sibayak b.PLTP Ulumbu c. PLTP Mataloko
• Uap dipisahkan terlebih dahulu sebelum masuk turbin; • Siklus pengembangan yang paling banyak digunakan di Indonesia; • Membutuhkan uap dengan temperatur tinggi (> 150oC)
• Uap dipisahkan terlebih dahulu sebanyak 2 kali atau lebih sebelum masuk turbin; • Efisiensi cukup tinggi (5-15%) (Zarrouk & Moon,2012); • Membutuhkan uap dengan temperatur sangat tinggi (> 180oC) (DiPippo,2015); • Contoh: a. PLTP Kyushu (JP) b.PLTP Mindanao (PHP) c. PLTP Nga Awa Purua (NZ)
(DiPippo,2015)
• Contoh: a. PLTP Kamojang-Darajat b.PLTP Wayang Windu, c. PLTP Salak, dll
101
Binary Cycle • Teknologi PLTP ini dapat diaplikasikan untuk jenis lapangan dengan suhu/entalpi rendahmenengah; • Bekerja dengan menggunakan Fluida Sekunder (Butana / Pentana); • Zero-emission, siklus tertutup, seluruh fluida diinjeksikan kembali ke dalam bumi
Combined Cycle • Teknologi PLTP yang baru yang mulai banyak digunakan; • Gabungan dari teknologi Dry-steam dan Binary;
• Teknologi ini diaplikasikan pada PLTP Sarulla (3 x 110 MW); • Efisiensi sangat tinggi 7-25%* (Zarrouk & Moon,2012); 102
Hybrid Power Plant • Merupakan gabungan pemanfaatan energi panas bumi dengan energi lain (Hidro, Surya, Angin, dll); • Sumber energi sekunder digunakan untuk meningkatkan efisiensi PLTP, memenuhi parasitic-load (own-use), dan menjaga stabilitas output listrik PLTP; • Contoh aplikasi teknologi ini: a. Cove-Fort (Geothermal-Hidro: 23 MW, USA, by ENEL); b. Tungsten (Geothermal-Surya: 24 MW, USA, by Ormat);
Enhanced Geothermal System (EGS) •
Merupakan teknologi pengembangan dari lapangan panas bumi hidrotermal. Fluida geothermal direkayasa dengan menggunakan air permukaan;
•
Dapat diaplikasikan dimanapun tetapi membutuhkan pengeboran yang relatif lebih dalam dan proses stimulasi sumur;
•
Masih bersifat pilot-project di seluruh dunia;
•
Menggunakan PLTP binary sehingga Zero-emission; 103
ALUR PROSES PERIZINAN INVESTASI SEKTOR PANAS BUMI MELALUI PELELANGAN WILAYAH KERJA PANAS BUMI (WKP)
ESDM
INVESTOR (KONSOR SIUM)
LELANG WKP
PTSP BKPM
Izin Prinsip Penanaman Modal (3 HK)
KEMKUMHAM
PT PLN
Pengesahan Pendirian Badan Usaha (3 HK)
Izin Panas Bumi (IPB)
PEMDA
BPN
Pertimbangan Teknis SPKT (3 HK)
KLHK
KEMENDAG
1. IPPKH* Hutan 1. Izin Lokasi Lindung/ (14 HK) Produksi 2. Izin Lingkungan (33 HK) (UKL/UPL) 3. Izin Gangguan 2. IPJLPB* Hutan Konservasi (HO) (24 HK). 4. Izin Pendirian 3. Izin Bangunan Lingkungan (IMB) 5. SIPA / SIPPAT
1. Angka Pengenal Impor (API)* (5 HK) 2. IP Besi Baja* (7 HK)
KEMENKEU
1. Persetetujua n Pembebasan Bea Masuk (14 HK) 2. Nomor Induk Kepabeanan 3. PDRI (14 HK) 4. Persetujuan Tax Allowance
KEMENKO PEREKONOMIAN
Persetujuan Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN)*
PROSES BISNIS LELANG TERBUKA WK PANAS BUMI (Setelah UU 21/2014) Keterangan: Harus dipenuhi Dapat Paralel *)
Bila diperlukan
Singkatan: IUPTL : Izin Usaha Penyediaan Listrik PJBL : Perjanjian Jual Beli Listrik
Studi Kelayakan
Financial Close
IUPTL Sementara (7 HK)
SJKU
IPPKH : Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
PJBL/ PPA
IPJLPB : Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi PDRI : Pajak Dalam Rangka Impor 1. 2. 2. 3.
IUPTL (7 HK)
Izin Lokasi AMDAL HO IMB
1. IPPKH 2. IPJLPB
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan SJKU : Surat Jaminan Kelayakan Usaha
SLO
SLO : Sertifikat Laik Operasi
KONSTRUKSI
COD
EKSPLOITASI
EKSPLORASI (5 + 1 + 1 Tahun)
UU 21/2014 PJBL dilaksanakan setelah eksplorasi
104
ALUR PROSES PERIZINAN INVESTASI SEKTOR PANAS BUMI MELALUI PENUGASAN SURVEI PENDAHULUAN DAN EKSPLORASI (PSPE)
ESDM
INVESTOR
PTSP BKPM
Izin Prinsip (3 hari)
KEMKUMHAM
PT PLN
BPN
Pengesahan Badan Usaha (3 HK)
PENAWARAN PSPE
SK PSPE
Pertimbangan Teknis SPKT (3 HK)
Penetapan WKP
PEMDA
KLHK
1. IPPKH* Hutan 1. Izin Lokasi Lindung/ (14 HK) Produksi 2. Izin Lingkungan (33 HK) (UKL/UPL) 3. Izin Gangguan 2. IPJLPB* Hutan Konservasi (HO) (24 HK). 4. Izin Pendirian 3. Izin Bangunan Lingkungan (IMB) 5. SIPA / SIPPAT
KEMENDAG
1. Angka Pengenal Impor (API)* (5 HK) 2. IP Besi Baja* (7 HK)
KEMENKEU
1. Persetetujuan Pembebasan Bea Masuk (14 HK) 2. Nomor Induk Kepabeanan 3. PDRI (14 HK) 4. Persetujuan Tax Allowance
KEMENKO PEREKONOMIAN
Persetujuan Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN)*
PROSES BISNIS PSPE PANAS BUMI (Setelah UU 21/2014) Keterangan: Harus dipenuhi Dapat Paralel *)
Bila diperlukan
Singkatan: IUPTL : Izin Usaha Penyediaan Listrik PJBL : Perjanjian Jual Beli Listrik
IPB
IPPKH : Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
LELANG TERBATAS
IPJLPB : Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi
Studi Kelayakan IUPTL Sementara
SJKU PJBL/ PPA
Financial Close
1. 2. 2. 3.
IUPTL (7 HK)
SLO
KONSTRUKSI
COD
Izin Lokasi AMDAL HO IMB
PDRI : Pajak Dalam Rangka Impor AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1. IPPKH 2. IPJLPB
SJKU : Surat Jaminan Kelayakan Usaha SLO : Sertifikat Laik Operasi
EKSPLOITASI
SP & EKSPLORASI (5 + 1 + 1 Tahun)
UU 21/2014 PJBL dilaksanakan setelah eksplorasi
105
✓ PT PLN (Persero) wajib membuat ✓ HPT (10-55 MW = Harga Perkiraan 85% BPP; > 55 MW Sendiri (HPS). ✓ = 80% BPP). ✓ HPT tersebut belum ✓ Dalam pelaksanaannya PT memenuhi aspek PLN (Persero) keekonomian untuk kesulitan menghitung✓ pengembangan HPS untuk PLTP panas bumi di Pulau sebelum Sumatera dan Jawa. dilakukannya ✓ 3 Proyek: Jailolo eksplorasi dan studi MALUT 10 MW; kelayakan. ✓ Sokoria NTT 30 MW;
Jaboi SABANG 10 MW.
✓ Feed-in Tariff (FiT) ✓ per wilayah (10-17 ✓ HPT ditetapkan per sen US$/kWh) wilayah dan tahun HPT: 9,7 sen ✓ FiT tidak sesuai COD (11,8-29,6 US$/kWh (Permen dengan mekanisme sen US$/kWh). ESDM 32/2009 & pelelangan WKP 2/2011) yang berdasarkan ✓ 3 Proyek: Way Ratai LAMPUNG harga terendah Harga hasil lelang 55 MW; Talang-Kili ✓ bersifat final dan tanpa sesuai PP 59/2007. SUMBAR 20 MW; negosiasi dan menjadi Gn. Lawu, acuan PJBL (Permen JATENG 110 MW ESDM 2/2011) HPT belum memenuhi keekonomian untuk wilayah Indonesia bagian timur atau pengembangan skala kecil.
Harga listrik PLTP: 100% BPP setempat (BPP setempat ≥ rata-rata BPP nasional) dan B to B (BPP setempat ≤ rata-rata BPP nasional). PT PLN (Persero) menyatakan kemampuan belinya hanya 85% BPP setempat. ✓ Harga listrik ini tidak menarik bagi investor karena belum memenuhi keekonomian proyek PLTP 106
1. Permen ESDM 14/2008 dan 269-12/26/600.3/2008: Harga Patokan Tertinggi (HPT) penjualan tenaga listrik dari PLTP pada pelelangan WKP berdasarkan BPP Tegangan Transmisi pada sistem kelistrikan setempat (10-55 MW = 85% BPP; > 55 MW = 80% BPP). Namun, HPT tersebut belum memenuhi keekonomian untuk pengembangan panas bumi di Pulau Sumatera dan Jawa.
2. Permen ESDM 05/2009: PT PLN (Persero) wajib membuat Harga Perkiraan Sendiri (HPS) sebagai acuan yang dihitung berdasarkan jenis pembangkit, lokasi pembangkit, besaran kapasitas, faktor kapasitas dan khusus untuk PLTP ditambahkan acuan biaya eksplorasi dan pengembangan). Namun, dalam pelaksanaannya PT PLN (Persero) kesulitan dalam menghitung HPS untuk PLTP sebelum dilakukannya eksplorasi dan studi kelayakan. 3. Permen ESDM 32/2009: HPT ditetapkan sebesar 9,7 sen US$/kWh. Namun, tidak ada klausul bahwa harga listrik panas bumi dari hasil lelang WKP menjadi harga dasar dalam penjualan listrik kepada PT PLN (Persero) sebagai pembeli. 4. Permen ESDM 02/2011: HPT ditetapkan sebesar 9,7 sen US$/kWh dan harga pembelian tenaga listrik hasil lelang bersifat final dan tanpa negosiasi yang menjadi acuan dalam Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dengan PT PLN (Persero). Namun, HPT tersebut belum memenuhi keekonomian untuk wilayah Indonesia bagian timur atau pengembangan skala kecil. ➢ Hasil pelelangan WKP yang mengacu Permen ESDM 32/2009 dan 2/2011, yaitu 14 Proyek 1.970 MW (Gn. Ungaran 55 MW, Baturaden 220 MW, Guci 55 MW, Sorik Marapi 240 MW, Liki Pinangawan-Muaralaboh 220 MW, Rantau Dedap 220 MW, Gn. Rajabasa 220 MW, Kaldera Danau Banten 110 MW, Blawan Ijen 110 MW, Telaga Ngebel 165 MW, Atadei 5 MW, Hu’u Daha 20 MW, Suoh Sekincau 220 MW, Seulawah Agam 110 MW) 107
5. Permen ESDM 22/2012: Feed-in Tariff (FiT) per wilayah (Sumatera 10 sen US$/kWh; Jawa 11; Sulawesi Bag. Selatan 12; Sulawesi Bag. Utara 13; NTT-NTB 15; Maluku-Papua 17). Namun, Permen ini tidak sesuai dengan mekanisme pelelangan WKP yang berdasarkan harga terendah sesuai PP 59/2007.
6. Permen ESDM 17/2014: HPT ditetapkan per wilayah dan tahun COD berkisar antara 11,8-29,6 sen US$/kWh dan untuk proyek PLTP yang sudah PPA sebelum Permen ini terbit dapat melakukan renegosiasi harga listrik setelah menyelesaikan FS. 7. Surat KPK terkait pengaturan harga listrik dari pembangkit listrik EBT untuk tidak menggunakan FiT.
8. Permen ESDM 50/2017: harga tenaga listrik ditetapkan 100% BPP setempat (BPP setempat ≥ rata-rata BPP nasional) dan B to B (BPP setempat ≤ rata-rata BPP nasional). Sementara, PT PLN (Persero) menyatakan kemampuan belinya hanya 85% BPP setempat. Harga tenaga listrik ini tidak menarik bagi investor karena belum memenuhi keekonomian proyek PLTP.
108
No 1.
Isu Strategis Harga jual tenaga listrik untuk PLTP yang mengacu Permen ESDM 50/2017 tentang tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik berdasarkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan belum menarik bagi investor karena belum mencerminkan harga keekonomian.
Usulan Solusi Diusulkan regulasi baru dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) terkait Pembelian Tenaga Listrik dan Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (Persero) yang mempertimbangkan harga keekonomian PLTP. Hal ini sesuai dengan a. Pasal 22, UU 21/2014 tentang Panas Bumi, menyebutkan Harga energi Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung ditetapkan oleh Pemerintah dengan mempertimbangkan harga keekonomian. b.
c.
d.
Pasal 106, ayat (1), PP 7/2017 tentang Pemanfaatan Panas Bumi Tidak Langsung, menyebutkan bahwa harga energi panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung ditetapkan oleh Menteri ESDM dengan mempertimbangkan harga keekonomian panas bumi dan manfaat bagi kepentingan nasional.
Pasal 106, ayat (3), Menteri ESDM dalam menetapkan harga energi panas bumi berkoordinasi dengan Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di Bidang Keuangan. Pasal 106, ayat (4), Harga Keekonomian Panas Bumi paling sedikit mempertimbangkan biaya produksi uap dan/atau listrik dan daya tarik investasi
Keterangan - Sampai saat ini belum ada PPA yang mengacu kepada Permen ESDM 50/2017 - Beberapa PPA yang direviu ulang oleh PT PLN mengikuti aturan Permen ESDM 50/2017
- Surat PT PLN yang menyatakan kemampuan daya belinya hanya 85% BPP khususnya untuk Jawa, Bali, Sumatera. Pada kenyataanya, sumber daya Panas Bumi banyak terdapat di wilayah Jawa dan Sumatera - Perbaikan regulasi ini akan memberikan dampak penambahan kapasitas terpasang menjadi 6,3 GW pada tahun 2025 - Peluang PNBP dan Bonus Produksi sebesar Rp 3,05 Triliun
109
REKAPITULASI PELAKSANAAN BERUSAHA DI SEKTOR PANAS BUMI EBTKE
DJK
BKPM
PEMDA
KLHK
POLRI KEMENKEU KEMENDAG KEMENAKER JUMLAH
Izin
2
0
4
7
6
6
0
0
2
27
Dispensasi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Rekomendasi
1
0
0
1
0
0
0
0
0
2
Setifikasi
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
Persetujuan
2
0
0
0
1
0
1
3
0
7
Lainnya
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
JUMLAH
7
1
4
8
7
6
1
3
2
39
110
PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SUB SEKTOR PANAS BUMI NO 1
INSTANSI Ditjen EBTKE
JUMLAH PERIZINAN/ NON PERIZINAN 7
KETERANGAN Perizinan 1. Izin Penggunaan Gudang Bahan Peledak Panas Bumi 2. Penugasan Survei Pendahuluan Non-Perizinan : 1. Penandasahan Rencana Impor Barang (Masterlist) Panas Bumi 2. Rekomendasi Pemusnahan Bahan Peledak 3. Persetujuan Studi Kelayakan (FS) 4. Verifikasi BKP/JKP (Badan Kena Pajak/Jasa Kena Pajak) 5. Persetujuan Perpanjangan Jangka Waktu Eksplorasi
2
Ditjen Ketenagalistrikan
1
Non-Perizinan : 1. Sertifikat Layak Operasi (SLO) Pembangkit Listrik
3
BKPM
4
Perizinan : 1. Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi Panas Bumi 2. Izin Panas Bumi 3. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) 4. Izin Prinsip Penanaman Modal
111
PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SUB SEKTOR PANAS BUMI NO
INSTANSI
JUMLAH PERIZINAN/ NON PERIZINAN
KETERANGAN
4
Pemda
8
Perizinan : 1. Izin Lokasi 2. Izin Pemanfaatan Ruang 3. Izin Masuk Wilayah Hutan 4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 5. Izin Pengambilan Air dan Penggunaan Daerah Aliran Sungai (DAS) 6. UKL-UPL atau Izin Lingkungan (untuk kawasan hutan di luar hutan konservasi dan untuk kegiatan eksplorasi) 7. Izin AMDAL dan Izin Lingkungan (untuk kawasan hutan di luar hutan konservasi dan untuk kegiatan eksplorasi) Non-Perizinan : 1. Rekomendasi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
5
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
7
Perizinan : 1. SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) untuk kegiatan survei 2. UKL-UPL dan Izin Lingkungan (untuk kawasan hutan konservasi dan taman nasional) untuk kegiatan eksplorasi 3. Izin AMDAL dan Izin Lingkungan (untuk kawasan hutan konservasi dan taman nasional) untuk kegiatan eksploitasi 4. Izin Pengelolaan Limbah B3 5. Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 6. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)/ Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi (IPJLB) untuk Hutan Konservasi Non-Perizinan : 1. Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan
112
PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SUB SEKTOR PANAS BUMI NO
INSTANSI
JUMLAH PERIZINAN/ NON PERIZINAN
KETERANGAN
6
Mabes POLRI
6
Perizinan : 1. Izin Pembelian dan penggunaan Bahan Peledak (P2) 2. Izin Pemilikan, Penguasaan dan Penyimpanan Bahan Peledak (P3) 3. Izin Penggunaan Sisa Bahan Peledak (P1) 4. Izin Transportasi Bahan Peledak 5. Izin Alih Guna Bahan Peledak 6. Izin Pemusnahan Bahan Peledak
7
Kemenkeu
1
Non-Perizinan : 1. Persetujuan Pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam Rangka Impor
8
Kemendag
3
Non-Perizinan : 1. Persetujuan Angka Pengenal Importir Produsen 2. Persetujuan Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) 3. Persetujuan IP-Baja
9
Kemenaker
2
Perizinan : 1. Izin Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) 2. Izin Mempergunakan Tenaga Asing (IMTA)
JUMLAH
39
113
VII. Peluang Investasi dan Penerimaan Negara ▪ ▪ ▪ ▪ ▪
Overview Peluang Investasi Panas Bumi………………………………... 86
Rencana Penawaran WKP 2019……………………………………….. 88 Rencana Penawaran WPSPE 2019……………………………………… 89 Insentif dalam Pengusahaan Panas Bumi………………………………... 90 Mekanisme Perhitungan Bagian Pemerintah dari Pengusahaan Panas Bumi……... 91 sesuai KEPPRES 49/1991 dan PP No. 9/2012 sesuai UU 21/2014 ▪ Pengenaan dan Perhitungan Bonus Produksi……………………………... 93
114
OVERVIEW PELUANG INVESTASI PANAS BUMI 1.
Pemerintah memberikan insentif fiskal bagi pengembangan panas bumi berupa fasilitas pajak penghasilan (tax allowance) dan fasilitas bea masuk dan pajak dalam rangka impor (bea masuk, PPN dan PPNBm, PPh atas impor).
2.
Menerbitkan Per men ESDM No. 50 Tahun 2017 dengan spirit penyediaan listrik yang efisien sehingga subsidi listrik tidak membebani APBN dan masyarakat mendapatkan tarif listrik yang lebih baik termasuk pengusahaan Panas Bumi harus lebih efisien agar harga listrik Panas Bumi dapat bersaing.
3.
Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan dukungan internasional dalam konteks pembiayaan, teknologi, sumber daya manusia dan bantuan teknis;
4.
Kepemilikan saham asing dalam bisnis panas bumi di perbolehkan hingga 95% pada tahap eksplorasi;
5.
Kesempatan pengusahaan lain dalam bidang panas bumi: • Pemanfaatan langsung panas bumi; • Sumber daya panas bumi entalphi rendah; • Pembangkit listrik kapasitas kecil; • Services company untuk mendukung usaha inti panas bumi.
6.
Akses pengusahaan panas bumi dapat melalui tahapan: • Penugasan Survei Pendahuluan panas bumi dan PSP + Eksplorasi; • Partisipasi melalui proses lelang WKP Panas Bumi.
115
115
ESTIMASI BIAYA INVESTASI PANAS BUMI Pengembangan Unit PLTP 55MW Asumsi Biaya Pengeboran 6 juta USD/Sumur Biaya Investasi (juta USD)
Persentase
1. Kegiatan Eksplorasi
52
19,77 %
2. Pengembangan Lapangan
102
38,78 %
Item
3. Konstruksi Pembangkit 4. IDC (Interest during construction)
Total Biaya Investasi per MW Sumber: JICA, 2016
95
36,12 %
14
5,32%
263 4,78 (juta USD/MW)
ESTIMASI BIAYA EKSPLORASI (3 SUMUR) ESTIMASI BIAYA (US$) juta
NO
JENIS KEGIATAN
1.
Survey Geologi, Geofisika, Geokimia (meneNtukan tapak bor)
2.
AMDAL, SIPPA, IPPKH
3.
Pembebasan lahan
1
4.
Well Pad + Jalan Masuk (Asumsi 6 km)
5
5.
Sumur
21 TOTAL
7 0,1
34,1
Sumber: diolah dari PT Pertamina Geothermal Energy 2013
116
INSENTIF PENGUSAHAAN PANAS BUMI TAX ALLOWANCE 1. Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2019 2. PMK No. 35 Tahun 2018 Fasilitas: 1. Pengurangan PPh Neto 30% dari nilai investasi selama 6 tahun (investment tax credit) 2. Penyusutan dan amortisasi dipercepat 3. Pengenaan PPh Dividen 10% 4. Kompensasi Kerugian 5-10 tahun Panas Bumi: KBLI 06202 Min. Investasi: Rp 100 Milyar
FASILITAS BEA MASUK PMK No. 218 Tahun 2019 tentang Pembebasan Bea Masuk dan/atau Tidak Dipungut Pajak Dalam Rangka Impor Atas Impor Barang untuk Kegiatan Penyelenggaraan Panas Bumi. Pembebasan bea masuk untuk kegiatan penyelenggaraan panas bumi dapat berikan kepada: a. KKOB; atau b. Badan Usaha (pemegang kuasa pengusahaan sumber daya panas bumi; pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi; pemegang Izin Panas Bumi; atau pelaku PSPE)
PEMBEBASAN PBB PMK No 172 Tahun 2016 Pengurangan PBB atas tubuh bumi sampai 100% untuk tahap Eksplorasi
Fasilitas dapat diperoleh untuk pemegang IPB selama 5 tahun dan perpanjangan 2 tahun Dimulai tahun 2017
TAX HOLIDAY 1. PMK No 150 Tahun 2018 2. Perka BKPM No 1 Tahun 2019
117
MEKANISME PERHITUNGAN BAGIAN PEMERINTAH DARI PENGUSAHAAN PANAS BUMI (KEPPRES 49/1991) SESUAI UU NO. 21/2014
WKP EKSISTING:
PENERIMAAN BIAYA OPERASIONAL PENERIMAAN BERSIH
Bonus Produksi
66% PENGEMBANG
34% PEMERINTAH PBB
Penerimaan Bersih Pengembang
(+)
Catatan : Pehitungan Bonus Produksi Uap : 1% * Gross Revenue Listrik : 0,5% * Gross Revenue
Reimbursement PPN Pengembalian Bonus Produksi
(-)
PNBP
118
PROPORSI PENERIMAAN NEGARA DARI PENGUSAHAAN PANAS BUMI (UU NO. 21/2014)
WKP IPB:
119
PENGENAAN DAN PERHITUNGAN BONUS PRODUKSI No 1.
DESKRIPSI Awal mulai perhitungan
EKSISTING
IPB
• Telah Berproduksi (sebelum UU No. 21 Tahun 2014 mulai berlaku): mulai tanggal 1 Januari 2015
sejak unit pertama berproduksi secara komersial
• Belum Berproduksi (pada saat UU No.21 Tahun 2014 mulai berlaku) sejak unit pertama berproduksi secara komersial 2.
3.
❑ ❑ ❑
Besaran Bonus Produksi
Periode Perhitungan Bonus Produksi
Penjualan Uap: 1% dari Pendapatan Kotor
Penjualan Uap: 1% dari Pendapatan Kotor
Penjualan Listrik: 0,5% dari Pendapatan Kotor
Penjualan Listrik: 0,5% dari Pendapatan Kotor
Dilakukan secara triwulan menyesuaikan dengan periode Setoran Bagian Pemerintah (SBP)
Dilakukan secara tahunan dan dihitung sejak 1 Januari s.d. 31 Desember
Eksisting adalah pemegang kuasa pengusahaan sumber daya panas bumi, Kontrak Operasi Bersama pengusahaan sumber daya panas bumi, dan pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi. Pendapatan kotor dari penjualan uap panas bumi dihitung jumlah uap panas bumi setara listrik yang terjual (kilo Watt hour) dikalikan dengan harga jual uap panas bumi. Pendapatan kotor dari penjualan tenaga listrik dihitung jumlah produksi tenaga listrik yang terjual (kilo Watt hour) dikalikan dengan harga jual tenaga listrik. 120
120
Total Bonus Produksi Panas Bumi 2014 – 2019 sebesar Rp 382 Milyar * telah ditetapkan dan wajib disetorkan Pengembang Panas Bumi kepada Pemerintah Daerah Penghasil
Besaran Bonus Produksi 2014 - 2019 Dieng 2% Sibayak 0% Sarulla 5% Lahendong 7% Patuha 4% Karaha 0% Ulubelu 9% Ulumbu 0% Mataloko 0%
Wayang Windu 14%
Pengembang berkewajiban menyetor Bonus Produksi Panas Bumi Wilayah Kerja/Area yang merupakan proyek PLTP ke-7 pengembang tersebut
Salak 27%
Kabupaten/Kota sebagai Daerah Penghasil yang telah menerima Bonus Produksi Kabupaten Bandung penerima terbesar yaitu Rp 125 Milyar
Kamojang 18% Darajat 15%
Salak
Darajat
Kamojang
Wayang Windu
Ulubelu
Lahendong
Dieng
Patuha
Sibayak
Sarulla
Ulumbu
Mataloko
Karaha
Masyarakat sekitar Wilayah Kerja/Area PLTP yang diprioritaskan menerima Bonus Produksi
*) Pada tahun 2014, Kewajiban menyetorkan bonus produksi hanya dari PT Geodipa Energi untuk PLTP Patuha sesuai PP 28/2016
121
MANFAAT BONUS PRODUKSI PANAS BUMI 1. Manfaat Bonus Produksi:
a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebagai manfaat langsung yang dirasakan oleh Pemda dan Masyarakat; b. Mendorong terbentuknya program-program peningkatan kesejahteraan di daerah penghasil; c. Mendorong tumbuhnya rasa memiliki masyarakat terhadap proyek panas bumi. d. Menciptakan sinergi yang kondusif antara Pemerintah, masyarakat dan pengembang panas bumi. 2. Kewajiban penyetoran bonus produksi terhadap 7 pengembang panas bumi pada 12
area/WKP dan disetorkan kepada 27 Pemerintah Kabupaten/Kota Penghasil; 3. Saat ini Pemerintah Daerah yang mendapatkan Bonus produksi terbesar adalah Kabupaten Bandung dengan nilai Rp 58,3 Milyar.
122
REALISASI BONUS PRODUKSI PANAS BUMI No
1.
Pengembang Panas Bumi
PT PGE
2.
PT PGE
3.
PT PGE
4.
PT PGE
5.
SOL
6.
PT GDE
7. 8. 9.
PT GDE PT PLN PT PLN
10. SEGS 11. SEGD II 12. SEGWWL
13. PT PGE
Kabupaten/ Kota Tomohon Minahasa Minahasa Utara Lahendong Minahasa Selatan Minahasa Tenggara Manado Garut Kamojang Bandung Ulubelu Tanggamus Tanah Karo Langkat Sibayak Deli Serdang Simalungun Tapanuli Utara Sarulla Tapanuli Selatan Banjarnegara Wonosobo Temanggung Dieng Batang Pekalongan Kendal Patuha Bandung Ulumbu Manggarai Mataloko Ngada Bogor Salak Sukabumi Bandung Darajat Garut Wayang Bandung Windu Area/WKP
Karaha
TOTAL
Garut Tasikmalaya Ciamis Majalengka Sumedang
2014 0 0 0 0
2015 2.957.984.428 1.658.332.430 154.744.622 18.318.678
Besaran Bonus Produksi (Rp) 2016 2017 2.004.794.523 4.000.721.536 1.150.680.880 2.104.602.676 105.775.648 204.658.425 12.251.728 24.227.477
0
4.280.705
3.295.192
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26.513.876 1.388.366.875 10.317.930.551 5.407.345.025 47.666 2.346 4.021 36 0 0
18.123.553 1.322.523.303 10.401.974.065 5.485.207.106 0 0 0 0 0 0
35.066.086 1.346.433.218 10.740.040.918 8.508.351.094
0 0 0 0 0 0 525.362.079 0 0 0 0 0 0 0
611.528.546 218.504.605 3.732.084 18.660.418 28.612.640 7.553.026 2.023.523.129 0 0 10.370.555.152 8.834.176.611 559.076.695 9.514.377.263 4.577.222.817
477.122.229 170.574.144 2.912.241 14.561.207 22.327.185 5.893.822 2.215.893.198 184.979.455 0 9.508.543.647 8.408.440.802 556.621.322 9.436.580.151 10.854.958.405
1.052.198.698 376.167.534 6.422.372 32.111.862 49.238.189 12.997.659 2.160.579.139 293.153.908
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
525.362.079
58.701.394.245
62.364.033.806
6.375.651
0 0 0 0
3.563.205.317 348.536.167
0
8.654.632.002 8.206.135.585 612.877.464 9.550.927.923 12.110.575.598
2018
11.515.583.882 7.689.361.367 643.774.459 75.940.060
Keterangan
2019
2.529.928.225 Bonprod Tahun 2017 = 4.271.473.425 Telah Bayar 227.991.848 2015 & 2016 = Belum Bayar
26,989.690
19.515.279 110.304.036 1.514.226.322 12.189.179.318 7.667.283.961 0 0 0 0 20.593.796.353
7.102.551 39.064.023 12,394,047,869 1,467,989,789 9,797,142,307 0 0 0 0 10,739,067,448 Telah Bayar
2.014.389.346 1.112.419.210 398.007.299 6.791.340 33.956.703 52.066.945 13.744.380 2.315.659.688 0 0 9.817.350.839 9.149.710.288 614.858.381 9.615.730.316
1,050,445,614 1,094,137,717 Telah Bayar 407,969,928 6,753,936 33,769,683 51,780,179 13,668,681 2,322,022,880 387,554,900 Belum Bayar 0 10,944,495,608 Telah Bayar 10,843,910,077 734,369,874 10,308,786,142
0 0 0 0 0
12.518.377.503 497.684.858 520.875.595 19.762.916 22.559.324 12.243.142
12,587,667,440 415,580,425 386,138,311 9,179,986 9,680,924 6,446,077
74.000.236.498
92.352.663.513
93.861.882.779
123
VIII. Tantangan dan Upaya Terobosan ▪ Tantangan Pengembangan Panas Bumi ▪ Upaya Terobosan Pengembangan Panas Bumi
97 98
124
TANTANGAN UTAMA PENGEMBANGAN PANAS BUMI
Area Prospek pada Kawasan Hutan Konsevasi dan Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS)
Isu Sosial & Perizinan
Kelayakan Proyek Panas Bumi untuk Tarif Listrik kepada Masyarakat
Akses Pendanaan sebelum FS
Cadangan Panas Bumi tidak sesuai Perencanaan dan Keterbatasan Demand Kelistrikan Setempat
125
KENDALA PENCAPAIAN TARGET 1. Pertumbuhan ekonomi, perkembangan kebutuhan listrik, serta progres pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan lebih rendah dari perkiraan RUPTL PT PLN (Persero) 2. Ketidakpastian waktu dalam proses birokrasi dan negosiasi harga listrik dengan PT PLN (Persero) 3. Penugasan pengembangan WKP kepada PT. PLN (Persero) yang tertunda karena proses pencarian mitra 4. Penyelesaian isu pengembangan proyek PLTP di kawasan Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS) yang baru mencapai kesepahaman internal pemerintah pada Februari 2020 5. Penataan zonasi pada kawasan hutan konservasi memelukan kajian detil dan waktu yang cukup panjang pada internal Kementerian LHK senhingga menggeser target COD beberapa proyek PLTP di lokasi Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. 6. Ketidaksesuaian antara cadangan panas bumi dengan perencanaan pengembangan yang disertai dengan keterbatasan demand kelistrikan di wilayah setempat.
126
UPAYA TEROBOSAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI Pengembangan Panas Bumi di Wilayah Timur
Penugasan Kepada BUMN Penyederhanaan Perizinan Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi
Geothermal Fund Eksplorasi Panas Bumi oleh Pemerintah 127
GEOTHERMAL FUND Fasilitas pembiayaan untuk penyediaan data dan informasi Panas Bumi melalui kegiatan eksplorasi panas bumi untuk memitigasi risiko hulu, ada 2 konsep :
Geothermal Energy Upstream Development Project (GEUDP)
Geothermal Resource Risk Mitigation (GREM)
Dilakukan oleh Pemerintah (Penugasan kepada PT SMI)
Ditawarkan kepada BUMN dan Swasta
Sumber Dana APBN (PISP, 49.5 jt USD) dan hibah World Bank (49 jt USD)
Sumber Dana terdaftar dalam bluebook (pinjaman World Bank, 150 jt USD tahap 1)
Hasil Government Drilling ditawarkan kepada pengembang dgn mengganti kompensasi
Disediakan loan forgiveness contigent guarantee (utk penggantian biaya eksplorasi, bila gagal) 128
MEKANISME PELAKSANAAN GOVERNMENT DRILLING OLEH PT SMI 1
PMK Nomor 62/PMK.08/2017 tentang Pengelolaan Dana Pembiayaan Infrastruktur Sektor Panas Bumi Pada Perusahaan Perseroan (Persero) PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI)
Mengusulkan lokasi Govt Drilling
Meneruskan Usulan untuk di evaluasi
2
Nota Kesepahaman ESDM-KEU (MoU-7/MK.08/2017 dan 17Pj/05/MEM/2017) tentang Kerjasama Penyelenggaraan Fasilitasi Penyediaan Data dan Informasi Panas Bumi Untuk Mendukung Percepatan Pemanfaatan Panas Bumi Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur Ketenagalistrikan
advice NO
Tenaga Ahli Independen
Lolos ? YES
Pembahasan dan keputusan di komite
Pengawasan
Mengembalikan ke ESDM
Komite Bersama
PISP + GCF
Mengevaluasi (due diligence) usulan
Laporan
Dasar Hukum:
DJPRKN + DJEBTKE + BAGEOL Penerbitan Penugasan oleh Kemenkeu
Pelaksanaan oleh PT SMI
Pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Data dan Informasi Hasil
Pelelangan oleh ESDM
Penentuan harga data oleh Komite Bersama
DATA 129
Geothermal Resources Risk Exploration Mitigation
SUMBER DANA (JUTA USD)
GREM
PEMBIAYAAN PROYEK Maks 50% + biaya pinjaman** dibayar dari PISP
WB (IBRD)
PISP
100%
150
325
GAGAL
Eksplorasi BUMN 100% + biaya pinjaman** dibayar oleh BU
GREM LOAN
SUKSES
Min 50% + biaya pinjaman** dibayar oleh BU
372.5
Min 50% + biaya pinjaman** dibayar oleh BU
Instrument
122.5
100% + biaya pinjaman dibayar oleh BU ***
Total
655* 40
32.5
SUKSES
90
7.5
50%
CTF
LOAN INSTRUMEN
GCF
GAGAL
50%
Note:
Eksplorasi SWASTA
Maks 50% Diampuni
*) Termasuk PISP (sbg dana penjamin) dan dana hibah TA sebesar 10 **) Biaya pinjaman LIBOR+ ***)Termasuk Success Fee dari komponen instrumen
HAMBATAN PENGGUNAAN DANA PISP DAN GREM UNTUK KEGIATAN GOVERNMENT DRILLING (OLEH BADAN GEOLOGI)
PISP: ❑
Dana PISP sudah menjadi Penyertaan Modal Negara pada PT SMI (menjadi modal usaha yang memerlukan pengembalian untuk kelangsungan usaha PT SMI).
❑
Dalam PMK Nomor 62/PMK.08/2017 juga disebutkan bahwa dalam kegiatan penyediaan data dan informasi panas bumi atau pada pembiayaan eksplorasi oleh BUMN, terdapat skema bahwa PT SMI akan mendapatkan biaya pengganti dari APBN dalam hal eksplorasi tidak mendapatkan sumber daya panas bumi.
❑
Untuk saat ini PISP kemungkinan hanya dapat digunakan untuk mendanai sementara kegiatan government drilling oleh Badan Geologi agar tidak memerlukan penganggaran multi years (apabila menggunakan APBN), untuk selanjutnya setelah selesai total biaya dibayarkan kembali dari APBN.
GREM: ❑
GREM pada dasarnya adalah pinjaman, meskipun di dalamnya terdapat instrumen derisking (loan covertible hibah bila terjadi kegagalan)
❑
Sesuai loan agreement, GREM diperuntukkan bagi pendanaan eksplorasi oleh BUMN dan badan usaha swasta, sehingga apabila diperluas untuk government drilling maka terlebih dahulu diperlukan re-negosiasi loan dengan World Bank. 131
LOKASI KEGIATAN GOVERNMENT DRILLING
2
3 1
No. 1. 2. 3. 4.
Area Prospek
Lokasi
Wae Sano Jailolo Bituang Nage
Nusa Tenggara Timur Maluku Utara Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Timur
Total
4
Sumber Daya (MW) 151 75 54 30 310
Status Wilayah WKP WKP Wilayah Terbuka Wilayah Terbuka
132
132
PENAMBAHAN DATA GEOSAINS DAN EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH • Potensi cukup besar (23,9 GW), tetapi pemanfaatan baru 8,9% (2.130,7 MW). • Pengembangan panas bumi pada tahap eksplorasi memiliki profil risiko yang tinggi: 1. Risiko pengembangan panas bumi masih sangat tinggi karena keterbatasan data geosains dan eksplorasi panas bumi. Saat ini risiko eksplorasi ditanggung oleh Badan Usaha yang menyebabkan harga keekonomiannya tinggi atau wilayah panas bumi yang ditawarkan belum menarik investasi. 2. Menurut kajian World Bank (2012), pengeboran eksplorasi, uji produksi, dan pemutakhiran model konseptual sistem panas bumi dapat menurunkan risiko pengembangan dari 90% hingga 50%. Hal ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya drilling success ratio dari 4050% menjadi 70-80% (Sudarman, 2009).
• Peningkatan kualitas data geosains dapat dilaksanakan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM melalui penambahan dan pemutakhiran data subsurface hingga pengeboran eksplorasi. • Dalam rangka mendukung pencapaian target Road Map Panas Bumi dan target Bauran Energi (KEN), Menteri ESDM mengarahkan agar Kementerian ESDM melaksanakan kegiatan eksplorasi Panas Bumi untuk meningkatkan competitiveness harga listrik Panas Bumi.
133
PRIORITAS WILAYAH UNTUK PROGRAM EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH No.
Area Prospek
Lokasi
1
Cisolok Cisukarame
Jawa Barat
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jailolo Nage Bittuang Ciremai Bora Polu Gunung Endut Tampomas Sembalun Guci Sipoholon Ria-Ria Marana Lokop Limbong Maritaing Gunung Batur-Kintamani Gunung Galunggung Papandayan Banda Baru Sajau
Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Jawa Barat Sulawesi Tengah Banten Jawa Barat Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara Sulawesi Tengah Aceh Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Timur Bali Jawa Barat Jawa Barat Maluku Kalimantan Utara Total
Status Wilayah
Sumber Daya (MW)
Rencana Pengembangan (MW)
WKP
45
20
WKP WKP Wilayah Terbuka WKP WKP WKP WKP WKP WKP WKP WKP Wilayah Terbuka Wilayah Terbuka Wilayah Terbuka Wilayah Terbuka WKP Wilayah Terbuka Wilayah Terbuka Wilayah Terbuka
75 39 28 60 123 180 100 100 100 60 70 41 20 190 58 289 195 54 17 1.844
30 20 20 55 40 40 45 20 55 20 20 20 5 30 40 110 40 40 13 683 134
MILESTONES PELAKSANAAN PROGRAM EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH 2020 Kegiatan: ✓ Perencanaan ✓ Penyiapan regulasi dan SOP pelaksanaan program ✓ Pemilihan lokasi prospek ✓ Sosialisasi dan koordinasi ✓ Perizinan (Izin Lingkungan, UKLUPL, SIPA, Izin Lokasi, dll)
2021 Kegiatan: ✓ Akuisisi data geosains pada 8 prospek ✓ Penyiapan infrastruktur (land acquisition, road, well pad, water pond, WPS) di 3 prospek untuk persiapan pengeboran ✓ Pengeboran eksplorasi masingmasing 2 slim hole pada 3 prospek (total 6 slim hole) ✓ Pengujian sumur (PTS) ✓ Well test & completion ✓ Monitoring dan evaluasi
2022 Kegiatan: ✓ Penyiapan infrastruktur (land acquisition, road, well pad, water pond, WPS) di 7 prospek untuk persiapan pengeboran
✓ Pengeboran eksplorasi: ▪ 2 slim hole pada 4 prospek (total 8 slim hole) ▪ 7 standard hole pada 7 prospek ✓ Pengujian sumur (PTS) ✓ Well test & completion ✓ Akuisisi data geosains pada 8 prospek ✓ Penyiapan infrastruktur (land acquisition, road, well pad, water pond, WPS) di 8 prospek untuk persiapan pengeboran ✓ Monitoring dan evaluasi
135
MILESTONES PELAKSANAAN PROGRAM EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH 2023
2024
Kegiatan:
Kegiatan:
✓ Pengeboran eksplorasi masingmasing 2 slim hole dan 1 standard hole pada 8 prospek (total 16 slim hole dan 8 standard hole)
✓ Pengeboran eksplorasi masingmasing 2 slim hole dan 1 standard hole pada 4 prospek (total 8 slim hole dan 4 standard hole)
✓ Pengujian sumur (PTS)
✓ Pengujian sumur (PTS)
✓ Well test & completion
✓ Well test & completion
✓ Akuisisi data geosains pada 4 prospek
✓ Evaluasi hasil pelaksanaan Program Eksplorasi Panas Bumi oleh Pemerintah
✓ Penyiapan infrastruktur (land acquisition, road, well pad, water pond, WPS) di 4 prospek untuk persiapan pengeboran ✓ Monitoring dan evaluasi
136
TAHAPAN DAN METODE KEGIATAN PENAMBAHAN DATA GEOSAINS DAN EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH Akuisisi Data Geosains Panas Bumi Survei penginderaan jauh (remote sensing) dengan metode survei LiDAR (Badan Geologi – Pihak Ketiga)
Survei Geologi (Badan Geologi – Swakelola)
Integrasi Data Akuisisi Geosains
Evaluasi well targeting dan peer review
(Badan Geologi – Swakelola)
(Badan Geologi – Pihak Ketiga)
Perencanaan dan Evaluasi Hasil Akuisisi Data Geosains
Analisis Konseptual Model dan Simulasi Numerik (Badan Litbang – Pihak Ketiga)
(Ditjen EBTKE – Swakelola)
Survei Geokimia (Badan Geologi – Swakelola)
Survei Geofisika (Gravity + MTTDEM) (Badan Geologi – Swakelola)
Pembangunan Infrastruktur (Badan Geologi – Pihak Ketiga)
Pengeboran Eksplorasi (Badan Geologi – Pihak Ketiga)
Survei Landaian Suhu (Badan Geologi – Swakelola)
Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan
Komplesi Sumur dan Uji Produksi
(Badan Geologi – Swakelola)
(Badan Geologi – Pihak Ketiga) 137
137
MANFAAT PENGEBORAN EKSPLORASI OLEH PEMERINTAH (1/3) A. Perekonomian Lokal dan/atau Nasional No. Potensi Manfaat 1
Perekonomian skala lokal
2
Perekonomian skala nasional
3
Internasional
Deskripsi
- Penyerapan penggunaan tenaga kerja lokal pada pelaksanaan kegiatan survei geosains dan pengeboran eksplorasi oleh Pemerintah sampai dengan eksploitasi/pemanfaatan. - Pembangunan infrastuktur (jalan, jembatan) menuju wellpad - Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kegiatan CSR - Pendapatan daerah dalam bentuk Bonus Produksi setelah proyek panas bumi beroperasi - Meningkatkan rasio elektrifikasi wilayah setempat - Meningkatkan investasi Badan Usaha Dalam Negeri - Menurunkan harga listrik panas bumi - Penggunaan material konstruksi dalam negeri - Penggunaan Tenaga Kerja Indonesia - Pendapatan Pemerintah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) - Meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Panas Bumi - Tercapainya kebutuhan listrik nasional sesuai dengan target bauran energi - Meningkatkan investasi Badan Usaha Asing - Penggunaan tenaga kerja asing untuk penempatan posisi tertentu - Penggunaan material proyek dari luar negeri (material dan alat-alat pengeboran) 138
MANFAAT PENGEBORAN EKSPLORASI OLEH PEMERINTAH (2/3) B. Lapangan Pekerjaan Total kebutuhan tenaga kerja untuk pelaksanaan kegiatan akuisisi data geosains dan pengeboran eksplorasi panas bumi adalah 483 orang per wilayah atau 9.660 orang untuk 20 wilayah
Outsourcing, 150
Tenaga Ahli, 3 Swakelola, 91
Tenaga Lokal, 239
C. Pendapatan Negara
PNBP
Bonus Produksi
Iuran tetap eksplorasi (2 USD/Ha/thn)
Jangka waktu eksplorasi (7 tahun)
USD 11,9 juta (Rp 172,7 miliar)
Iuran tetap eksploitasi (4 USD/Ha/Thn)
Jangka waktu eksploitasi (30 tahun)
USD 102,8 juta (Rp 1,5 triliun)
Iuran produksi (2,5% dari revenue) selama eksploitasi dan pemanfaatan
Jangka waktu eksploitasi dan pemanfaatan (30 tahun)
USD 331,6 juta (Rp 4,7 triliun)
Bonus produksi (0,5% dari revenue) selama eksploitasi dan pemanfaatan
Jangka waktu eksploitasi dan pemanfaatan (30 tahun)
USD 66,3 juta (Rp 955,1 miliar)
Proyeksi estimasi PNBP yang dihasilkan dari pengusahaan panas bumi setelah diselesaikannya kegiatan eksplorasi oleh Pemerintah adalah sebesar USD 446,4 juta (Rp. 6,4 triliun) dan Bonus Produksi sebesar USD 66,3 juta (Rp 0,9 triliun)
139
D. Penghematan Harga Jual Listrik (2/3)
MANFAAT PSN EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH Diharapkan dengan masuk PSN, pemanfaatan panas bumi meningkat 683 MW untuk mendukung pencapaian target EBT sekaligus berkontribusi dalam penurunan emisi GRK yang telah menjadi komitmen Indonesia secara global.
Penghematan harga listrik
Kapasitas PLTP
Penghematan tarif listrik
Wilayah
s.d 10 MW
2,53 sen USD/kWh
1 wilayah
>10-50 MW
1,98 sen USD/kWh
16 wilayah
>50-100 MW
0,73 sen USD/kWh
2 wilayah
>100 MW
0,42 sen USD/kWh
1 wilayah
Penghematan selama jangka eksploitasi dan pemanfaatan
USD 2.473,9 juta (Rp 35,6 triliun)
Hasil pemodelan keekonomian proyek menunjukkan bahwa terdapat penghematan harga listrik panas bumi yang diperoleh setelah dilakukannya kegiatan eksplorasi panas bumi oleh Pemerintah dengan kisaran sebesar 0,42-2,53 sen USD/kWh
Estimasi manfaat yang diperoleh selama jangka waktu Perjanjian Jual Beli Listrik sepanjang 30 tahun adalah sebesar USD 2.473,9 juta (Rp 35,6 triliun) 140
Terima Kasih
Go Green Indonesia ! energi hijau, energi masa depan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI Jalan Pegangsaan Timur No. 1 Jakarta 10320; Telp/Faks : 021-39830077/ 021-31901087
www.ebtke.esdm.go.id
www.energiterbarukan.net
www.konservasienergi.net
141
STRATEGI PERCEPATAN 1.
Penyiapan skema insentif atau pengaturan fixed tarif yang mempertimbangkan keekonomian proyek PLTP.
2.
Melakukan eksplorasi panas bumi hingga pengeboran dalam rangka peningkatan kualitas data wilayah panas bumi yang akan ditawarkan kepada badan usaha.
3.
Sinergi BUMN dalam pengembangan panas bumi.
4.
Optimalisasi sumber daya panas bumi pada WKP yang telah berproduksi dengan pengembangan ekspansi dan pengembangan pembangkit skala kecil yang menerapkan teknologi organic rankine cycle (ORC) atau binary bottoming unit dan well head power plant.
5.
Mengembangkan sumber daya panas bumi di wilayah Indonesia bagian timur.
6.
Penciptaan demand pada daerah yang memiliki sumber daya panas bumi tinggi namun demand nya rendah melalui: pengembangan cluster ekonomi, pembangunan smelter, peningkatan daya saing industri perikanan, pariwisata, dll.
7.
Sinergi dengan masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk mengelola isu sosial/resistensi dalam pengembangan panas bumi .
8.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan proyek panas bumi secara Nasional yang melibatkan KESDM (Badan Geologi, DJ EBTKE, DJ Ketenagalistrikan), KLHK, Kemenkeu, Bappenas, Kemen Perindustrian, BKPM, Pemda, dll.
9.
Join study dan knowledge sharing antar stakeholders dalam pengembangan panas bumi. 142
ISU STRATEGIS PANAS BUMI INDONESIA ❑ Potensi cukup besar (25,3 GW), tetapi pemanfaatan baru 7% (1.948 MW); ❑ Pemanfaatan panas bumi pada saat ini setara dengan pemakaian BBM domestik sebesar 32.000* BOE per hari (= 92.000 BOE per hari minyak mentah) atau sekitar 81.200 BOE* per hari BBM domestik pada tahun 2025 jika target RUPTL sebesar 6.310 MW tercapai; ❑ Pemanfaatan panas bumi tidak tergantung kepada bahan bakar tidak seperti Pembangkit Energi Fosil yang kecenderungannya harga tidak stabil dan mengikuti perkembangan harga minyak dunia; ❑ Panas bumi bersifat ramah lingkungan (menurut data IEA, emisi CO2 panas bumi hanya sekitar 75 gram/kWh; emisi CO2 BBM sekitar 772 gram/kWh; emisi CO2 PLT batubara 955 gram/kWh). ❑ Pembangkit panas bumi dapat dioperasikan sampai 95% dari kapasitas terpasang dengan waktu operasi yang dapat mencapai lebih dari 30 tahun; ❑ Pengembangan panas bumi berperan penting dan berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur daerah dan perekonomian di wilayah sekitar; ❑ WK Panas Bumi akan selalu menjaga konservasi hutan-hutan di sekitar potensi panas bumi, agar siklus air terjaga keberlangsungannya; ❑ Tetapi, Pengembangan panas bumi memerlukan insentif dan perbaikan tata kelola pengusahaan panas bumi. Asumsi: 1 MWh PLTP = 0.613 SBM (HESSI, KESDM, 2018)143
Direktorat Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral