Buku Referensi Untuk Kontraktor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU REFERENSI



KONTRAKTOR



PT PP (PERSERO) - GENERAL CONTRACTOR



BUKU REFERENSI UNTUK



KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



BUKU REFERENSI UNTUK



KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



PENERBIT PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA JAKARTA 2003



BUKU REFERENSI UNTUK KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL GM 209 03.007 Penata Letak: Pondok Design Perancmg sampul: Inewatie S u t h j a



Copyright O 2003, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Gedung Gramedia J1. Palrnerah Barat 33-37, Lt. 2-3, Jakarta 10270. Diterbitkan pertarna kali oleh Penerbit PT Grarnedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta 2003.



Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau rnemperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.



Dicetak oleh Percetakan Ikrar Mandiriabadi, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan



DAFTAR IS1



Kata Sambutan Menteri Badan Usaha Milik Negara: Laksamana Sukardi Kata Pengantar Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia: D R Ir. Soenarno, Dipl. HE Kata Sambutan Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (Persero): Daryatno



A. PENDAHULUAN B. KEGIATAN UTAMA USAHA BIDANG KONTRAKTOR B. 1. PEMASARAN B. 1.1. Konsep Dasar Pemasaran B. 1.1.a. Kepuasan Pelanggan B. 1.1.b. Membuat Jaringan Pemasaran B. 1.1.c. Kekuatan (Strength) Perusahaan sebagai Aset Pemasaran B. 1.2. Kegiatan Pemasaran B. 1.2.a. Perencanaan Pemasaran B. 1.2.b. Promosi B.1.2.c. Menjaring Informasi Pasar B. 1.2.d. Mewujudkan Informasi Menjadi Proyek B. 1.2.e. Menciptakan Proyek B. 1.2.f. Tender (Pelelangan) B.1.2.f.l. JenisTender B. 1.2.f.2. Jenis Kontrak dengan Tender Terbatas B. 1.2.f.2.1. Kontrak Rancang Bangun (Design and Build Contract) B. 1.2.f.2.2. Turnkey Contract B. 1.2.f.2.3. Guaranted Maximum Price Contract (GMP) B. 1.2.f.2.4. Kontrak EPC (Engineering Procurement and Construction B. 1.2.f.3. Dokumen Tender B.1.2.f.4. Kegiatan Tender



...



Xlll



xv xvii



1 3 5 5 6 6 7 9 10 10 11 11 12 12 12 14 14 15 16 16 21 22



B. 1.2.f.4.a Prakualifikasi B. 1.2.f.4.b. Undangan Tender B. 1.2.f.4.c. Rapat Penjelasan B. 1-2.f.4.d. Peninjauan Lapangan (Site Visit) B. 1.2.f.4.e. Pemasukan Penawaran B. 1.2.f 4.e. 1. Perhitungan Volume (Quuntip rakng B. 1.2.f.4.e.2. Perencanaan Metode Pelaksanaan B. 1.2.f.4.e.3. Perhitungan Biaya Langsung (Direct Cost) B. 1.2.f.4.e.4. Perhitungan Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) B.1.2.f.4.e.5. Manajemen Risiko (Risk Management) B. 1.2.f.4.e.6. Finalisasi Harga Penawaran (Rencana Anggaran BiaydRAB) B. 1.2.f.4.e.7. Penyiapan Dokumendokumen sebagai Larnpiran Penawaran B. 1.2.f.4.f. Pembukaan Dokumen Penawaran B. 1.2.f.4.g. Evaluasi Tender dan Klarifikasi B.1.2.f.4.h. Penetapan Calon Pemenang (Letter of Intent) B. 1.2.f.4.i. Masa Sanggah B.1.2.f.4.j. Surat Penunjukan Pemenang (Letter ofAward) B. 1.2.f.4.k. Surat Perintah KerjdSPK (Notice to Proceed) B. 1.2.f.4.1. Kontrak (Perjanjian Pemborongan) B. 1-2.f.5. Tim Tender B. 1.2.f.6. Tinjauan Kontrak (Contract Review) B. 1.3. Administrasi Kontrak B.1.3.a. Pengertian Kontrak B. 1.3.a. 1. Syarat Sahnya suatu Kontrak B. 1.3.a.2. Dokumen Kontrak B. 1.3.a.3. Format Standar Kontrak



B. 1.3.b.



B. 1.3.c. B. 1.3.d.



B. 1.3.e.



A. Format Standar Kontrak FIDIC B. Format Standar Kontrak JCTIRIBA Pentingnya Administmi Kontrak B. 1-3.b.1. Membuat Daftar Periksa Ketentuan-ketentuan dalam Syarat-syarat Kontrak B. 1.3.b.2. Melakukan Pencatatan (Recording) Pasal-pasal Penting dalam Kontrak Istilah-istilah yang sering 'Muncul dalam Kontrak B. 13.d. 1. Provisional Sum B.1.3.d.2. Prime Cost B. 1-3.d.3. Nominated Sub Contractor B. 1.3.d.4. Defect Liability Period B. 1-3.d.5. Force Mejeure B. 1.3.d.G. Arbitrase B. 1.3.d.7. Eskalasi Harga B.1.3.d.8. Claim B. 1.3.d.8.1. Masalah yang Dapat Menimbdkan Claim B. 1.3.d.8.2. Mengurangi Dispute dalam Chim B. 1.3.d.8.3. Data yang Diperlukan untuk Pengajuan Claim B. 1.3.d.8.4. Cara Menyusun Claim Urutan Kekuatan Dokumen dalam Kontrak



B.2. PELAKSANAAN PROYEK B.2.1. Organisasi Proyek B.2.1 .a. DefinisiIPengertian Organisasi B.2.1. b. Menyusun Organisasi Proyek B.2.1 .c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Organisasi Proyek B.2.1 .d. Contoh Organisasi Proyek B.2.1 .e. Tugas dan Wewenang Personalia Kunci B.2.2. Perencanaan Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) B.2.2.a. Informasi Dasar yang Diperlukan B.2.2.b. Penyusunan Tim Juklak B.2.2.c. Pembuatan Juklak B.2.2.c. 1. Perencanaan Biaya (Anggaran Proyek) B.2.2.c.2. Perencanaan Mutu B.2.2.c.3. Perencanaan Jadwal Pelaksanaan B.2.2.c.4. Perencanaan Metode Pelaksanaan



45 48 48 50 50



B.2.2.c.5. Perencanaan Keselarnatan dan Kesehatan Kerja (K3) 61 61 B.2.2.d. Contoh Juklak B.2.2.e. Contoh Pembuatan Jadwal Pelaksanaan 69 B.2.2.f. Contoh Pembuatan Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja 73 B.2.2.g. Contoh Pembuatan Jadwal Pengadaan Alat 74 B.2.3. Pembelian dan Prosedur Pengadaan Bahan 75 B.2.3.a. Pembelian 75 80 B.2.3. b. Prosedur Pengadaan Bahan B.2.4. Peralatan 84 B.2.4.1. Umum 84 86 B.2.4.2. Jenis dan Kapasitas Alat 88 B.2.4.3. Occupancy Ratio B.2.4.4. Investasi 89 B.2.4.5. Depresiasi 89 B.2.4.6. Pemeliharaan dan Perbaikan 92 92 B.2.5. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Lapangan B.2.5. a. Kick-OffMeeting 93 ~.2:5.b.Zol Box Meeting 94 B.2.5.c. Rapat Harian 94 95 B.2.5.d. Rapat Mingguan B.2.5.e. Rapat Bulanan 95 B.2.6. Pengendalian 96 B.2.6.a. Pengendalian Mutu 96 B.2.6. b. Pengendalian Biaya 97 97 B.2.6.b. 1. Proses Pengendalian Biaya B.2.6.b.2. Komponen Biaya Proyek 99 1. Pengendalian Biaya Bahan 99 99 2. Pengendalian Biaya Upah 3. Pengendalian Biaya Subkontraktor 100 4. Pengendalian Biaya Alat 100 B.2.6.c. Pengendalian Jadwal Pelaksanaan 100 101 B.2.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek 102 B.2.7.a. Memenuhi Kelengkapan Administrasi K3 B.2.7. b. Penyusunan Safety Plan (Rencana K3) untuk Proyek 103 104 B.2.7.c. Kegiatan K3 di Lapangan 106 B.2.7.d. Pelatihan Program K3 B.2.7.e. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3 107 B.2.7.f. Penataan Lingkungan 111 117 B.3. SERAH TERIMA PROYEK



C. KEGJATAN PENDUKUNG USAHA BIDANG KONTRAKTOR C. 1. Aspek Manajemen SDM C. 1.a. Bidang Teknis C. 1.a. 1. Pendidikan Formal C. 1.a.2. Pelatihan dan Pengembangan C. 1.a.3. Program Spesialiasi C. 1.a.4. Program Jalur Fungsional C. 1.a.5. Kemampuan Berbahasa Inggris C. 1.a.6. Kemampuan Mengoperailcan Komputer C. 1.b. Bidang Kepribadian C. 1.b. 1. Karakteristik Pekerjaan Kontraktor C. 1.b.2. Persyaratan SDM C. 1.b.3. Implementasi Pengelolaan SDM C. 1.b.4. Pengelolaan SDM Mandor dan SDM Subkontraktor C. 1.b.5. Sasaran Akhir C.2. Aspek Manajemen Keuangan C.2.1. Metode Pengakuan Pendapatan Kontraktor C.2.2. Laporan Keuangan Perusahaan C.2.3. Analisis Rasio Laporan Keuangan C.2.3.1. Profitability Assessment C.2.3.1 .a. Profitability C.2.3.1. b. Operating Margin Assessment C.2.3.2. Risk Assessment C.2.4. Siklus Perputaran Modal Perusahaan Kontraktor C.2.5. Cash Flow Proyek C.2.5.1. Proyek Pemerintah C.2.5.2. Proyek Swasta dan BUMN C.2.6. Perpajakan C.2.7. Pengendalian Perusahaan C.3. Aspek Manajemen Mutu ISO-9000 D. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI D. 1. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan D. 1.1. Perencanaan Site Plan D. 1.1.1. Kantor ProyekIDireksi Keet D. 1.1.2. Gudang Material dan Peralatan D. 1.1.3. Base Camp Staf Proyek dan Barak Pekerja D. 1.1.4. Los Kerja Besi dan Kayu D.1.1.5. Pagar Proyek



D. 1.1.6. Jalan Kerja D. 1.1.7. Penempatan Alat Berat, Tower Crane, dan Lift Bahan D. 1.1.8. Pembuatan Komponen Precast D. 1.2. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya D. 1.2.1. Kebutuhan Listrik Kerja D. 1.2.2. Kebutuhan Air Kerja D. 1.3. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja) D. 1.4. Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan D. 1.5. Mobilisasi Peralatan D. 1.6. Pelaksanaan di Lapangan D.2. Metode Pelaksanaan Bangunan Gedung D.2.1. Metode Pelaksanaan Galian Basement D.2.2. Metode Pelaksanaan Dewatering dan Well Point D.2.2.1. Metode Pelaksanaan Temporary Steel Sheet Pile D.2.3. Metode Pelaksanaan Dinding Penahan Tanah dengan Sistem Soldier Pile D.2.4. Metode Pelaksanaan Diaphragm Wall D.2.5. Metode Pelaksanaan Pondasi Dalarn D.2.5.1. Pondasi Tiang Pancang Precast Beton D.2.5.2. Pondasi Bored Pile D.2.5.3. Pondasi Frankie Pile D.2.6. Metode Pelaksanaan Pondasi Batu Kali D.2.7. Metode Pelaksanaan Pondasi Pelat Jalur D.2.8. Metode Pemasangan Bekisting, Poer & Sloof Bataco Putih D.2.9. Metode Pelaksanaan Pemasangan Bekisting Kayu untuk Poer & Shof D.2.10.Metode Pelaksanaan Struktur Atas D.2.10.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom D.2.10.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Dinding D.2.10.3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Balok D.2.10.4. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Lantai D.2.10.5. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tangga D.2.10.6. Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton D.2.11. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Finishing D.2.11.1. Metode Pemasangan Kusen Aluminium D.2.11.2. Metode Pemasangan Kusen Kayu D.2.11.3. Metode Pelaksanaan Plesteran Dinding D.2.11.4. Metode Pengecatan Dinding D.2.11.5. Metode Pemasangan Dinding Keramik D.2.11.6. Metode Pemasangan Dinding MarmerIGranit (Sistem Basah)



D.2.11.7. Metode Pemasangan Dinding MarmerlGranit (Sistem Kering) D.2.11.8. Metode Pemasangan Lantai Keramik D.2.11.9. Metode Pemasangan MarmerIGranit (Sistem Basah) D.2.11.10. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Screed Lantai D.2.11.11. Metode Pelaksanaan FxpantionJoint D.2.11.12. Metode Pemasangan Waterproof Type Bithune D.2.11.13. Metode Pemasangan WaterproojngMembrane D.2.11.14. Metode Pelaksanaan Cor Nad D.2.11.15. Metode Pemasangan Plafond Gypsum D.2.11.16. Metode Pemasangan Plafond Plywood D.2.11.17. Metode Pemasangan LavatoryAKastafel D.2.11.18. Metode Pemasangan Urinoir D.2.11.19. Metode Pemasangan Closet D.2.11.20. Metode Pemasangan Genteng Metal D.2.11.2 1. Metode Pemasangan Railing Tangga Kayu dan Besi D.2.11.22. Metode Pelaksanaan Precast Meja Dapur D.2.11.23. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Topi Jendela D.2.11.24. Metode Pelaksanaan Precast Tali Air D.2.11.25. Metode Pelaksanaan Precast Console D.2.11.26. Metode Pelaksanaan Listplank Precast D.2.11.27. Metode Pelaksanaan Precast Listplank D.2.11.28. Metode Pelaksanaan Precast Dinding Rumah D.2.11.29. Metode Pelaksanaan Precast Panel GRC Sun Sreen D.2.12.METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL D.2.12.1. Metode Pemasangan Fire Alarm D.2.12.2. Metode Pemasangan Instalasi Telepon D.2.12.3. Metode Pemasangan Sound System D.2.12.4. Metode Pemasangan CCTV D.2.12.5. Metode Pemasangan Master Clock D.2.12.6. Metode Pemasangan Radio Komunikasi D.2.12.7. Metode Pemasangan Fire Fighting D.2.12.8. Metode Pemasangan AC Central D.2.12.9. MetodePemasanganACSplit D.2.12.10. Metode Pemasangan Instalasi Air Bersih D.2.12.11. Metode Pemasangan Instalasi Air Kotor D .2.12.12. Metode Pemasangan Sanitay



D.2.12.13. Metode Pemasangan Konduit Outbow D.2.12.14. Metode Pemasangan Konduit Inbow D.2.12.15. Metode Pemasangan Kabel Tray dan Ladder D.2.12.16. Metode Pemasangan Instalasi Listrik D.2.12.17. Metode Pemasangan Kabel D.2.12.18. Metode Pemasangan Panel D.2.12.19. Metode Pemasangan Transformer D.2.12.20. Metode Pemasangan Genset D.2.12.2 1. Metode Pemasangan Bus Duct D.2.12.22. Metode Pemasangan Grounding Panel D.2.12.23. Metode Pemasangan Armature D.2.12.24. Metode Pemasangan Saklar dan Stop Kontak D.2.12.25. Metode Pemasangan Penangkal Petir D.3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelabuhan Laut D.4. Metode Pelaksanaan Perkerasan Kaku D.5. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Jembatan D.6. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bendungan dan Saluran Irigasi D.6.1. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bendungan Irigasi D.6.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Saluran Irigasi D .7. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Terowongan ( Tunneling) E. LAMPIRAN-LAMPIRAN E. 1. Analisis Harga Satuan E.2. Analisis Produktivitas E.2.1. Produktivitas Alat E.2.2. Produktivitas Tenaga Kerja E.3. Arus Kas Keluar E.4. Contoh Format EBPP E.5. Case I1 (Adverse Physical Condition) Existing Crane Rail Beam E.6. Contoh Format Contract Review



F. DAFTAR PUSTAKA G. DAFTAR SINGKATAN



MENTERI BADAN USAHA MlLlK NEGARA



SAM BUTAN Penerbitan Bzik2a R&e~ensi untuk Kontrdktor Bangunan Gedung dun Sipil oleh P I Pernbangunan Perumahan (Persero) yang tepat pada usianya ke-50 ini patut kita sarnbuc dengan gernbira karena buku yang mernuat pengetahuan dan pengalaman PT Pembangunan Perumahan (Persero) selama berkiprah di bidang jasa konstruksi dan kontraktor akan dapat menjadi acuan bagi masyarakat pada khususnya mereka yang bergerak di bidang j asa konstruksi dan kontraktor untuk melaksanakan dan rnengembangkan usahanya. Ketersediaan rcferensi yang cukup untuk setiap kegiatan usaha mexupakan suatu kebutuhan yang sangat mendalam terutama di dalam era persaingan berusaha yang semakin ketat clan bersifat global. Kondisi iingkungan berusaha yang keras dan bersifat global tersebut rnenuntut kita untuk terus meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam pengelolaan perseroan. Kami percaya bahwa direksi beserta jajarannya yang telah cukup berpengalaman dalam kegiatan jasa konstruksi dan kontraktor akan mampu menangani tantangan-tantangan yang dihadapinya dengan baik, sehingga perusahaan akan tetap mampu mernenuhi kontri businya kepada s t d k e h o b . Akhirnya, kepada P T Pembangunan Perumahan (Persero) kami ucapkan Selamat Hari Ulang Tahun yang ke-50, semoga ke depan PT Pembangunan Perumahan dapat lebih be~kemban~ dan sukses, serta marnpu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bag masyarakat dan bangsa. Menteri Badan Usaha Milik Negara,



aksamana Sukardi



MEMTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WllAYAH REPUBLIK INDONESIA



KATA PENGANTAR Pertama-tama saya menyambut baik dengan diterbitkannya Baku Refewmi zkntuk Kontmktor Bangumn Gedung h n Sipil ini yang diterbitkan PT Pembangunan Perumahan (Persero) sebagai sumbangan bagi dunia konstruksi pada umumnya, dan mereka yang bergerak di bidang bangunan gedung dan sipil pada khususnya. Kita menyadari bahwa seiring dengan perkernbangan pembangunan di bidang jasa konstruksi di tanah air, maka telah bexkembang pula teknologi dan metode-metode baru yang merupakan rangkaan atau perpaduan antara pengalaman di lapangan s e m penemuanpenemuan mutakhir. Tentulah semua itu upaya menuju efisiensi dalam pencapaian target pekerjaan jasa konstruksi. Sdama kurun waktu setengah abad (50 tahun), PT Pembangunan Perumahan (Pexsero) telah berhasil menuangkan karya berharga berupa berbagai jenis pembangunan yang saat ini telah dinikmati dan dimanfaatkan oleh rnasyarakat Iuas. Untuk itu, sangatlah tepat apabila pengalaman-pengalaman tersebut dituangkan dalarn bentuk buku yang merupakan sumbangan pikiran dan pengalaman yang diperoleh PT Pembangunan Perumahan (Persero) selarna 50 tahun serta dipadukan dengan metode teknologi terbaru, &an rnenjadi panduan untuk lebih memajukan jasa konstruhi pada umumnya dan bidang usaha kontraktor khususnya. Sernoga terbitnya buku ini, akan memberikan rnanfaat yang sebesax-besarnya untuk kemajuan menuju kebanglutan konstruksi Indonesia dalam menghadapi kompetisi global.



..-



JHkarta, 3 July 2003



GENERAL CONTRACTOR



SMBUTAN DIREKTUR UTAMA PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN (PERSERO}



PT



Pembangunan Perumahan (Persero), sebagai salah satu perusahan kontraktor Nasional yang pada ranggal 26 Agusrus 2003 mencapai usia 50 tahun, mempunyai tanggung jawab moral untuk ikut meningkatkan profesionalisme Jasa Konstrulrsi, dalam rangka ikut serta dalam pembangunan Nasional maupun kompetisi ~ a d Era a Globalisasi. Melalui Buku RL.ferensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung h n S+il ini, PT Pernbangunan Perumahan (Persero) ingin menyumbangkan informasi dan pengetahuan berdasarkan ~ e n ~ a l a r n a n ntentang ~a jasa konstruksi, baik bagi kalangan ~endidikan, perencana, pengawas, ~ernilik ~ r o ~ e kmaupun , siapa saja yang tertarik dengan bidang usaha jasa konstruksi, dengan harapan bahwa buku ini dapat memberikan manfaat dalam memahami dunia jasa konstruksi pada umumnya dan bidang usaha kontraktor pada khususn~a. Ini adalah buku kedua karya PT PP (Persero) setelah buku pertama yang berjudul I S 0 9000 u k u k Kdntraktor, yang diterbitkan p d a tanggal 3 November 1997. Saran-saran dari seluruh pembaca sangat diharapkan sehingga buku ini dapat selalu diperbaiki serta ditingkatkan dan pada akhirnya tujuan penerbitan buku ini dapat tercapai. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih dm ~ e n g h a r ~ a asetinggi-tingginya n kepada Tim Penerbir yang telah bekerja keras sehingga buku ini dapat diterbitkan sesuai rencana.



Jakarta 26 Agustus, 2003 Direktur Utama



Daryatno



A. PENDAHULUAN



B



uku ini disusun dalam rangka memperingati 50 tahun berdirinya PT Pembangunan Perumahan (Persero) atau yang lebih dikenal dengan nama PT PP, sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Dengan pengalaman selama setengah abad sebagai salah satu Kontraktor terbesar di Indonesia, PT PP ingin memberikan sedikit sumbangan pikiran dan pengalaman dengan terbitnya buku ini untuk kemajuan dan perkembangan usaha jasa konstruksi pada umumnya dan khususnya bidang usaha kontraktor di tanah air tercinta ini. Buku ini terutama ditujukan untuk masyarakat konstruksi, dunia pendidikan serta kalangan yang terlibat maupun tertarik kepada bidang usaha jasa kontraktor. Selama kurun waktu tersebut, PT PP memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman berharga dari berbagai proyek yang ditanganinya seperti: Bangunan Gedung dan Permukiman, Bendungan dan Irigasi, Jalan dan Jembatan, Pelabuhan dan Dermaga, Bangunan Pembangkit Tenaga Listrik, serta pekerjaan-pekerjaan sipil lainnya. Buku ini menitikberatkan pembahasan pada masalah-masalah sehubungan dengan Manajemen Proyek dan Metode-metode Pelaksanaannya ditinjau dari segi pelaksanaan konstruksi sebagai tugas utama sebuah perusahaan Kontraktor. Secara keseluruhan buku ini memuat tentang tahapan-tahapan kegiatan utama yang harus dilalui, mulai dari tahap Pemasaran tahap Pelaksanaan hingga tahap Penyerahan Pekerjaan dan Pemeliharaan. Di samping itu juga dijelaskan kegiatan-kegiatan pendukungnya (supporting activities), seperti Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Keuangan, Manajemen Mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta pengendaliannya. Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sepenuhnya dapat memuaskan keinginan para pembaca. Untuk itu, karni sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan buku ini.



Akhirnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para Pemilik Proyek atau Penggbna Jasa yang selama ini telah memberikan kepercayaan kepada PT PP untuk melaksanakan proyek-proyeknya. Penghargaan yang setingi-tingginya kami sampaikan kepada Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, Rekan-rekan Kontraktor baik asing maupun nasional, Subkontraktor, Supplier, dan seluruh mitra kerja yang telah menjalin hubungan yang sangat baik selama ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah bekerja sama membantu dan berpartisipasi dalam penulisan dan penerbitan buku ini.



6. KEGIATAN UTAMA USAHA BIDANG KONTRAKTOR



T



ujuan suatu perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan hidup, melakukan pertumbuhan, serta meningkatkan profitabilitas. Tiga tujuan ekonomis tersebut merupakan pedoman arah strategis semua organisasi bisnis. Perusahaan yang tidak mampu bertahan hidup tidak akan mampu memberi harapan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Apa pun ukuran atas definisi laba yang digunakan, laba dalam kurun waktu panjang yang diperoleh dari akumulasi laba tahunan merupakan indikator paling jelas mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi tuntutan dan keinginan para karyawan dan pemegang saham. Pertumbuhan perusahaan tidak terlepas dari kelangsungan hidup dan profitabilitasnya. Pertumbuhan bisa dicapai apabila ada laba yang memadai yang diperoleh secara berkesinambungan dalam jangka waktu panjang. Pertumbuhan, dalam pengertian yang luas, meliputi pertumbuhan pasar, pertumbuhan ragarn prodddjasa yang ditawarkan, serta pertumbuhan teknologi yang digunakan untuk penyediaan prodddjasa tersebut. Pertumbuhan semacam ini sering kali menghasilkan peningkatan daya saing perusahaan. Selanjutnya, bertambahnya daya saing akan meningkatkan pula kemarnpulabaan (projtabilitas) perusahaan. Setiap perusahaan dapat dipandang sebagai sekumpulan kegiatan (value activities) yang dilakukan untuk merancang, menghasilkan, memasarkan, menyampaikan, dan mendukung produknya. Secara umum, Jasa Konstruksi bermakna sangat luas. Namun, bidangbidang kegiatan Jasa Konstruksi pada umumnya meliputi: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan pekerjaan konstruksi. Undang-undang tentang Jasa Konstruksi No.18 Tahun 1999 dalam Ketentuan Umumnya menyebutkan bahwa Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sedangkan pengertian pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan danlatau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.



Selain itu, Kontraktor Jasa Konstruksi, sebagai Pelaksana Konstruksi, didefinisikan sebagai penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli, profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi, yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya dan terikat kontrak untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi. Untuk pembahasan selanjutnya, dalam buku ini digunakan sebutan Kontraktor bagi Pelaksana Konstruksi, mengingat bahwa sebutan tersebut lebih populer di kalangan masyarakat. Lingkup kerja jasa konstruksi sangat beragam. Secara garis besar lingkupnya meliputi: Gedung (perkantoran, mal, rumah sakit, hotel, apartemen, pabrik), Prasarana dan Transportasi (jalan, jembatan, dermaga, landasan terbang, dan lainnya), Irigasi (saluran dan bendungan), Fasilitas Pengolahan Air, Bangunan Pembangkit Tenaga Listrik, dan berbagai bangunan fisik lainnya. Kategori dasar kegiatan dapat dibagi menjadi dua kelompok umum. Pertama, kegiatan primer atau utama (primary activities) berhubungan dengan pemasaran, pelaksanaan, penyerahan, dan pemeliharaan. Kedua, kegiatan penunjang (supporting activities), yakni kegiatan yang menyediakan infrastruktur atau masukan yang memungkinkan kegiatan-kegiatan utama berlangsung secara terus menerus.' Secara skematis Kegiatan-kegiatan bidang usaha Kontraktor dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar Kegiatan utama (Primary Activities) dan Kegiatan Penunjang (Supporting Activities) Kegiatan Utama (Primary Activities)



m PEMASARAN



PROYEK



Kegiatan Pendukung (Supporting Activities)



'Pearce Robinson, Manajemen Strategik, terjemahan jilid I , Binarupa Aksara, Jakarta, 1991. 4



PROYEK



Proses Kegiatan Utama (Primary Activities)*



Perusahaan kontraktor memiliki kegiatan utama yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Pemasaran, proses kegiatan untuk mendapatkan kontrak pelaksanaan pekerjaan konstruksi (proyek) dari pengguna jasa.



2. Pelaksanaan proyek, proses operasional lapangan sampai menjadi suatu bangunan yang siap untuk digunakan. 3. Penyerahan proyek, proses penyerahan hasil pekerjaan konstruksi yang telah diselesaikan sesuai kontrak kepada pengguna jasa. Sedangkan kegiatan penunjang (supporting activities) meliputi:



1. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) 2. Manajemen keuangan 3. Manajemen Mutu Pada bab-bab selanjutnya akan kita bahas lebih rinci tentang proses kegiatan utama Kontraktor, mulai dari proses pemasaran untuk mendapatkan kontrak jasa pelaksanaan konstruksi (proyek), proses pelaksanaan proyek sampai proses serah terima proyek.



B. 1.1. Konsep Dasar Pemasaran Proses bisnis Kontraktor dimulai dengan kegiatan pemasaran yang dalam hal ini mencari, mengumpulkan, dan menggarap informasi pasar proyek baik itu proyek pemerintah maupun swasta serta mempromosikan perusahaan kepada para calon pelanggan. Ada beberapa faktor yang menjadi konsep dasar pemasaran di bidang usaha kontraktor, antara lain: a) Kepuasan Pelanggan b) Membuat Jaringan Pemasaran (Networking) c) Kekuatan (S~ength)Perusahaansebagai Aset Pemasaran



Tearce Robinson, Manajemen Strategik, terjemahan jilid I , Binarupa Aksara, Jakarta, 1997.



B. 1.1 .a. Kepuasan Pelanggan, dampak positif dari keberhasilan produk merupakan salah satu faktor penting yang menunjang pemasaran karena kepuasan pelanggan atas hasil kerja dari kontraktor yang bermutu dan tepat waktu akan mengangkat citra perusahaan di mata para pemilik proyek dan menjadi rekomendasi untuk memilih pelaksana proyek. Keberhasilan produk dapat berupa: Kemampuan untuk menyelesaikan proyek tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan Kemampuan untuk menyelesaikan proyek dengan biaya yang kompetitif dan dapat diterima pemilik proyek Kemarnpuan dalam menyelesaikan proyek dengan kualitas dan keselamatan kerja (safety) yang baik Kemampuan berkomunikasi dengan baik kepada semua pihak (stakeholders) selama masa pelaksanaan proyek, yaitu: - pemilik proyek (pengguna jasa), - konsultan, - sub kontraktor, supplier, - masyarakat. Kemampuan memberikan pelayanan yang baik setelah proyek diserahkan kepada pemilik (ajer sales service) Memiliki produk unggulan (spesialis di bidang gedung, spesialis di bidang pelabuhan, dsb.), merupakan faktor yang menentukan dalam menetapkan strategi bersaing perusahaan. Sebuah perusahaan yang mempunyai produk unggulan berarti mempunyai "keunggulan bersaing" dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan sekaligus menunjang pemasaran per~sahaan.~



B. 1.1 .b. Membuat Jaringan Pemasaran (NetworkingY Networking adalah membangun suatu jaringan relasi yang luas yang bersedia memberikan informasi tentang adanya proyek yang direncanakan. Dibutuhkan waktu lama untuk membangun suatu jaringan pemasaran karena melibatkan



'Michael E. Porter, Keunggulan Bersaing, terjemahan, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994. 4Waren Friedman, Construction Marketing and Strategic Planning, McGraw-Hill Book Company.



berbagai macam komunitas baik perorangan, instansi pemerintah dan swasta serta kalangan profesional seperti: Konsultan Perencana Investor Bankir Subkontraktor Supplier Eksekutif Bisnis Masyarakat Dl1 Jaringan pemasaran yang luas akan mempermudah upaya menjaring dan mengumpulkan informasi proyek secara lebih dini sehingga mempercepat proses pemasaran.



B. 1.1 .c. Kekuatan Perusahaan (Strength) sebagai Aset Pemasaran5 Keberhasilan perusahaan tidak terlepas dari pemanfaatan kekuatan (strength) yang dimilikinya. Kekuatan ini pada gilirannya dapat ditransfer menjadi aset pemasaran, antara lain:



Kinerja (Peformance) Kinerja perusahaan yang baik, dalam arti berhasil menyelesaikan proyek tepat waktu, memenuhi target biaya, dan memberikan pelayanan yang responsif kepada para pelanggan, merupakan unsur penting dalam menunjang suksesnya pemasaran. Tidak seperti pemasaran di bidang usaha yang lain, kinerja perusahaan kontraktor yang baik, merupakan promosi yang lebih tepat dan efektif dibandingkan promosi iklan melalui media. Informasi tentang kinerja perusahaan ini dapat diketahui masyarakat antara lain melalui Buku Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report), yang disebar luaskan oleh perusahaan yang bersangkutan, atau bagi perusahaan terbuka (go-public), data tersebut tersedia di bursa efek dan media masa. Hubungan baik dengan Pelanggan Hubungan baik dengan pelanggan dan menjaga kelanggengan hubungan



>WarenFriedman, "ConstructionMarketing and Strategic Planningn,MacGaw-Hill Book Company.



baik dengan pelanggan melalui komunikasi yang jujur dan obyektif untuk menghindari perselisihan, keterlambatan, dan biaya ekstra merupakan kunci untuk menjaga kemungkinan memperoleh proyek berikutnya. Komunikasi yang paling sering dilakukan antara kontraktor dan pelanggannya adalah dalam negosiasi, rapat mingguan, rapat bulanan. Dengan demikian, kemampuan negosiasi sangat diperlukan. Cukup banyak literature atau buku bacaan populer yang menulis tentang teori negosiasi, namun perlu diketahui juga bagaimana penerapannya dalam praktek. Berdasarkan pengalaman, keberhasilan negosiasi dapat diperoleh antara lain dengan cara:



1. Memilih saat di mana kita sudah siap dengan materi yang akan dinegosiasikan 2. Menghindari acara negosi%i yang mendadak 3. Memilih saat ketika pelanggan sangat membutuhkan persetujuan atau keputusan 4. Memberi kesempatan pelanggan untuk berbicara, dan sebaliknya kita mendengarkan dengan baik 5. Memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan pelanggan 6. Mengendalikan emosi 7. Menggunakan bahasa yang dipahami pelanggan 8. Membuat catatan penting sehubungan dengan hasil perundingan Menjaga hubungan baik dengan pelanggan dapat dilakukan antara lain dengan: tetap menjalin komunikasi meskipun sudah tidak ada hubungan kerja memberi perhatian pada acara-acara khusus yang sedang dialami pelanggan, misalnya hari ulang tahun perusahaan, dsb. siap memberikan saran jika diperlukan Karyawan yang berpengalaman dan profesional Aset perusahaan-karyawan yang berpengalaman dan profesionalmerupakan unsur penting untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan proyek yang lebih cepat daripada waktu yang disediakan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan di pihak para pelanggan akan ketepatan waktu pelaksanaan. Profesionalisme ini antara lain dapat dinilai oleh pelanggan melalui



forum presentasi, di mana kontraktor dapat menyampaikan usulan-usulan teknik maupun nonteknik berdasarkan pengalaman-pengalaman yang cukup banyak. Presentasi adalah bagian dari komunikasi dengan tujuan untuk meyakinkan, bahkan memberikan kesan atau ingatan, kepada pendengar. Oleh sebab itu, kontraktor perlu memiliki kemampuan melakukan presentasi dengan benar. Selama pelaksanaan proyek, profesionalisme juga dapat ditunjukkan melalui kemampuan berinovasi, menciptakan cara kerja baru yang lebih baik. Ini berdampak pada peningkatan kualitas produk, percepatan waktu pelaksanaan, serta efisiensi biaya. Hubungan baik dengan subkontraktor dan supplier Hubungan kontraktual yang saling menguntungkan antara kontraktor dan subkontraktor, serta supplier akan memberikan "daya beli" yang kuat pada perusahaan. Hal ini berdampak pada penerimaan bahan yang tepat waktu dan segera dengan pelayanan yang lebih baik dan harga yang kompetitif. Ini memungkinkan perusahaan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pemilik proyek berupa waktu pelaksanaan yang lebih cepat, kualitas kerja yang lebih baik dengan harga yang lebih ekonomis. Pengembangan pasar Kemampuan perusahaan untuk mengerjakan berbagai jenis pekerjaanlproyek seperti proyek gedung, proyek irigasi, pelabuhan, jalan dan jembatan, dll., serta kekuatan manajemen untuk melaksanakan proyek berskala regional, nasional, bahkan menembus pasar internasional, memung-kinkan perusahaan untuk merespons perubahan kondisi pasar dengan cepat.



B. 1.2. Kegiatan Pemasaran Beberapa tahapan kegiatan pemasaran: a. Perencanaan pemasaran b. Promosi c. Menjaring informasi d. Mewujudkan informasi menjadi proyek e. Menciptakan proyek f. Tender (pelelangan)



B. 1.2.a. Perencanaan Pemasaran Kegiatan perencanaan pemasaran biasanya dilakukan setiap tahun, menjelang akhir tahun (pada bulan Oktober) untuk membuat Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun berikutnya, meliputi: Membuat daftar nama proyek yang direncanakan akan diperoleh Mengelompokkan daftar proyek tersebut berdasarkan sektor pemilik proyek, misalkan sector pemerintah, BUMN, dan swasta Menetapkan program kerja, yang berisi target waktu dan penanggung jawab untuk masing-masing proyek Menetapkan sistem monitoring Merencanakan biaya pemasaran (biaya promosi, sponsor, biaya tender, dll.)



B. 1.2.b. Promosi Promosi bertujuan untuk memperkenalkan perusahaan kepada masayarakat, t e r u t v a masyarakat yang memerlukan jasa kontraktor, yang dapat dilakukan dengan cara: 1. Menerbitkan Company Projk (Profil Perusahaan) yang ditampilkan dalarn bentuk cetakan berupa buku atau brosur maupun elektronik berupa rekaman video.



2. Company Profile ini berisa data-data tentang: Nama perusahaan Pemilik perusahaan Alamat kantor pusat dan kantor-kantor cabang Organisasi perusahaan Pengalaman Perusahaan



3. Menerbitkan Annual Report (Laporan keuangan perusahaan tahunan), yang antara lain menyajikan Laporan Neraca dan Laba Rugi tahun sebelumnya, untuk dapat memberikan gambaran tentang kemampuan keuangan perusahaan, kinerja yang telah dicapai, pertumbuhan perusahaan selama lima tahun terakhir serta rencana masa depan.



4. Menyampaikan informasi perusahaan melalui Web site.



5. Mengumumkan Statement of Corporate Intent untuk kurun waktu tertentu (misalnya: tiga tahun kedepan).



6. Melakukan presentasi kepada calon pemilik proyek.



7. Mengikuti pameran-pameran tentang konstruksi 8. Menjadi sponsor untuk acara-acara tertentu, misalnya olah raga, seminar, dll.



B. 1.2.c. Menjaring Informasi Pasar Hal-hal yang diperlukan dalarn menjaring informasi pasar antara lain:



1. Kepekaan dalam menangkap informasi yang tersebar. 2. Bukan hanya tugas dan tanggung jawab unit pemasaran saja, melainkan tugas seluruh pimpinan dan karyawan, atau lazim disebut system total foot ball. 3. Seluruh informasi sebaiknya dikumpulkan secara terpusat di unit pemasaran 4. Perlu dilakukan penyaringan untuk menentukan tindak lanjutnya, karena belum tentu setiap informasi layak untuk ditindak lanjuti. 5. Informasi yang bersifat publikasi formal, misalnya majalah dan surat kabar. 6. Untuk proyek-proyek pemerintah, informasi dapat berupa, pengumumanpengumuman yang ditempel di tempat panitia pelelangan. 7. Informasi pasar juga dapat diperoleh melalui proyek-proyek yang sedang dilaksanakan oleh kontraktor yang bersangkutan atau dari hubungan baik dengan konsultan perencana serta pemilik proyek.



B.1.2.d. Mewujudkan Informasi Menjadi Proyek Mewujudkan informasi menjadi realisasi proyek dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: 1. Mengikuti proses prakualifikasi dan proses tender sesuai yang ditetapkan panitia, terutama pada proyek-proyek pemerintah. 2. Pada proyek swasta, sangat dimungkinkan kontraktor bergabung dengan konsultan perencana untuk memberi masukan-masukan yang berkaitan dengan k a u d a h a n pelaksanaan, sehingga perencanaan yang dibuat sudah disesuaikan dengan tahapan pelaksanaan. Dari usaha ini, kemungkinan kontraktor mendapatkan prioritas untuk diundang dalam tahap tender. 3. Apabila data yang dapat dipelajari sudah cukup, maka kontraktor bisa menawarkan kepada pemilik untuk melakukan presentasi teknis maupun skema pembiayaan. Ini sangat membantu pemilik dalam membuat keputusan.



B. 1.2.e. Menciptakan Proyek Ada kalanya kontraktor memiliki kesempatan untuk menciptakan proyek dengan cara melibatkan diri sejak tahap timbulnya ide (project idea) oleh pemilik proyek. Dalam ha1 ini, kontraktor dituntut untuk mampu menerjemahkan ide ke dalam bentuk tampilan desain awal yang dapat dimengerti oleh pemilik, sehingga ide tersebut dapat dilanjutkan menjadi perencanaan proyek secara menyeluruh. Keterlibatan kontraktor pada tahap dini ini dapat meningkatkan bargaining position kontraktor dalam mendapatkan proyek tersebut, misalnya kontraktor dapat ditunjuk langsung tanpa melalui proses tender sebagai kontraktor Design and Build.



B. 1.2.f.Tender (Pelelangan) Tender pelaksanaan suatu bangunan dalam bidang pemborongan jasa konstruksi, atau sering juga disebut Pelelangan, adalah salah satu sistem pengadaan bahan dan jasa. Dalam bidang-jasa konstruksi, tender pelaksanaan dilakukan oleh pemberi tugaslpemilik proyek, dengan mengundang beberapa perus&aan kontraktor untuk mendapatkan satu pemenang yang mampu melaksanakan pekerjaan sesuai persyaratan yang ditentukan dengan harga yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi mutu maupun waktu pelaksanaannya.



B. 1.2.f.1. Jenis TenderIPelelangan Berdasarkan kepemilikan dapat dibedakan atas: a. Tender proyek pemerintah b. Tender proyek-proyek swasta



B. 1.2.f.1.a. Tender proyek pemerintah Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BahanIJasa Instansi Pemerintah, metode pengadaan bahan dan jasa dapat dilakukan melalui: Pelelangan, yaitu serangkaian kegiatan untuk menyediakan kebutuhan bahanl jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat di antara penyedia bahanljasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat asas sehingga terpilih penyedia jasa terbaik." Pemilihan Langsung, yaitu apabila Pelelangan sulit dilaksanakan



Penunjukan Langsung, yaitu pengadaan bahanljasa yang penyedia bahanl jasanya ditentukan oleh pemimpin proyek. Ditinjau dari sumber pendanaannya, tender dapat dilaksanakan melalui:



1. International Competitive Bidding (ICB), atau Pelelangan yang melibatkan kontraktor internasional, biasanya untuk proyek yang didanai dengan pinjaman luar negeri (loan) 2. Local Competitive Bidding (LCB), atau pelelangan proyek-proyek yang didanai dengan loan luar negeri tetapi hanya melibatkan kontraktor lokal. 3. Pelelangan untuk proyek-proyek yang dibiayai dengan dana dari APBN, APBD, maupun instansi-instansi BUMN B. 1.2.f.1.b. Tender proyek-proyek swasta Ketentuan tentang tender proyek milik swasta biasanya diatur sendiri oleh masing-masing pemilik. Meskipun demikian, ketentuan tersebut tetap mengacu pada standar kontrak tertentu, misalnya standar Internasional seperti: o FIDIC (Federation Internationale Des Ingenieurs Conseih) o JCT Voint Contract Tribunal) dari RIBA (Royal Institute of British



Architect) o Article and Conditions of Building Contract, diterbitkan oleh Singapore1 Hongkong Institute of Architect Pada umumnya dilakukan dengan cara tender terbatas, dengan mengundang beberapa kontraktor yang sudah dikenal. Perkembangan saat ini adalah dalam memilih kontraktor yang diundang, pemilik (owner) terlebih dahulu mengundang beberapa calon kontraktor untuk melakukan presentasi tentang kemampuan mereka dalam melaksanakan proyek yang akan ditenderkan. Dari hasil presentasi ini, kemudian owner menilai dan bagi yang lulus akan diundang untuk mengikuti tender.



Berdasarkan cara pembukaan dokumen penawaran, tender dapat dibedakan menjadi:



1. Tender terbuka, yaitu pembukaan dan pembacaan dokumen penawaran dari peserta tender dilakukan di depan seluruh peserta, sehingga masingmasing mengetahui harga penawaran pesaingnya.



2. Tender tertutup, di rnana dokurnen penawaran yang rnasuk tidak dibacakA di depan seluruh peserta tender, bahkan kadang-kadang para peserta tidak saling rnengetahui siapa pesaingnya.



B. 1.2.f.2.Jenis Kontrak dengan Tender Terbatas Di sarnping jenis kontrak pelaksanaan biasa, ada beberapa sistem kontrak proyek lairinya yang ditawarkan kepada kontraktor melalui tender terbatas, antara lain:



1. Kontrak Rancang Bangun (kontrak Design and Build) 2. Kontrak Turnkey atau kontrak Contractor; Full Prejnancing



3. Kontrak Guaranteed Maximum Price (GMP) 4. Kontrak EPC (Engineering Procurement and Construction) B. 1.2.f.2.1. Design and Build contract adalah sistern kontrak di rnana perencanaan dan pelaksanaan diserahkan kepada kontraktor utama. Pernilik proyek hanya rnenentukan persyaratan-persyaratan yang diinginkan (Term of Reference), kernudian akan dikernbangkan dan dirinci oleh kontraktor. Dalarn hal ini kontraktor boleh menunjuk konsultan perencana yang lebih ahli, namun tanggung jawab sepenuhnya tetap pada kontraktor. Biasanya tahap desain dan konstruksi dilakukan secara overkipping, sehingga dapat rnernpercepat waktu pen~elesaianproyek. Dalarn kondisi ini, sering kali kontraktor mengalami kesulitan dalam rnenghitung harga penawaran secara akurat karena keterbatasan dokurnen. Untuk itu perlu diperhitungkan biaya cadangan (contingency cost), yaitu sejurnlah biaya yang disediakan untuk menyelesaikan segala pekerjaan yang belurn terhitung dari dokurnen yang ada karena detail perencanaan belurn dibuat. Kontrak Design and Build ini dapat rnernperkecil risiko kesalahan perhitungan harga karena keterlibatan kontraktor dalarn proses perencanaan cukup kuat Harga penawaran yang diusulkan meliputi: Biaya desainlperencanaan: struktur, arsitektur, rnekanikal & struktur. Biaya konstruksi. Interest During Construction (IDC), bila sistern pembayarannya berupa contractor$fullpr$n~ncing.



Sistem pembayaran kepada kontraktor dapat dilakukan dengan cara: progres tertentu, misalnya setiap 20%. progres bulanan. con~actor$&llpr@nancin~, pemba~arandiakhir, setelah progres mencapai 100%.



1.2.f.2.2. Turnkey atau Contractor's FuL?Pr$nancing Contract, yaitu sistem kontrak di mana kontraktor bertanggung jawab untuk membiayai seluruh biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Pembayaran kepada kontraktor dilakukan setelah bangunan diserahkan dan siap dioperasikan oleh pemilik. Sebagai jaminan pembayaran, kepada kontraktor diberikan surat jaminan Bank senilai biaya pembangunan, yang terdiri dari: Biaya pra-desain Biaya desain Biaya konstruksi Biaya bunga (Interest During ConstructionADC) Surat Jaminan Bank ini bisa dicairkan oleh kontraktor apabila pemilik gagal membayar pada waktu yang telah disepakati dan kewajiban kontraktor sudah dipenuhi semuanya Dalam kontrak Turnky ini, lingkup pekerjaan dapat meliputi perenCanaan dan pelaksanaan (Design and Build) ataupun pelaksanaan saja (Build



on@ Sebagai salah satu contoh kontrak Turnkey, dimana kontraktor bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan (Design and Build), adalah proyek pembangunan kembali Hotel Grand Bali Beach sebagai berikut: Organisasi yang terlibat dalam proyek: Pemilik Konsultan Manajemen Konstruksi Kontraktor Utama, membawahi: - Konsultan Perencana Struktur - Konsultan Perencana Arsitektur - Konsultan Perencana Mekanikal & Elektrikal - Konsultan Perencana Interior - Sub Kontraktor spesialis



Lingkup pekerjaan Kontraktor Utama meliputi: Perencanaan Pelaksanaan pekerjaan struktur, arsitektur, rnekanikakelektrikal, interior, landrcape Pengadaan bahan-bahan perlengkapan hotel (Furniture Furnish and Equipment) seperti: - Furniture - Fixtures di kamar hotel (lukisan, lampu, asbak, dll.) - Peralatan kitchen - Peralatan laundry - Linen - Seragarn karyawan Pembayaran kepada kontraktor utama dilaksanakan setelah proyek diserahkan kepada pemilik dan siap dioperasikan. Belajar dari pengalaman pelaksanaan proyek dapat dicatat bahwa peranan dan kemampuan kontraktor utama dalam memimpin serta mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berlangsung secara overlapping merupakan kunci keberhasilan proyek.



B. 1.2.f.2.3. Guaranteed Maximum Price Contract ( G M P ) Terjemahan bebas Guaranteed Maximum Price Contract adalah kontrak antara pemilik proyek dengan kontraktor, yang diikat oleh suatu harga maksimum tertentu untuk menyelesaikan seluruh lingkup pekerjaan yang dipersyaratkan oleh pemilik proyek. Menurut literatur yang diterbitkan oleh The University of New South Wales, Building Contract Administration, Guaranteed Maximum Price bukan merupakan tipe kontrak khusus melainkan hanya dipergunakan oleh beberapa perusahaan yang ingin menawarkan kondisi kontrak tersebut. Dalam prakteknya, Guaranteed Maximum Price jarang diterapkan.



B. 1.2.f.2.4.Engineering Procurement and Construction Contract (EPC) Kontrak EPC juga sering disebut sebagai kontrak EPCC. Kontrak EPCC adalah sistem kontrak yang mencakup lingkup tanggung jawab Engineering (Perekayasaan), Procurement (Pengadaan), Construction (Konstruksi) dan Commissioning (Uji-coba operasi), sampai menghasilkan sistem yang mampu berproduksi, misalnya pada proyek pembangunan pabrik.



Kontrak EPC atau EPCC mensyaratkan kontraktor untuk menyelesaikan proyek dengan lingkup pekerjaan sebagai berikut: Perekayasaan awal (basic engineering) mencakup perencanaan struktur, arsitektur, proses, listrik, instrumentasi, peralatan statis, peralatan mesin berputar (rotating machines), perpipaan. Perekayasaan rinci (detail engineering) dengan disiplin perekayasaan seperti d I atas. Pengadaan luar negeri (foreign procurement), untuk mesin-mesin yang tidak diproduksi di dalam negeri, misalnya rotating machines, heavy wall vesseh, distributed control system, dll. Pengadaan dalam negeri (local procurement) pada umumnya mencakup pengadaan material yang tersedia atau difabrikasi di dalam negeri, seperti material dam, material untuk pekerjaan struktur dan arsitektur, listrik, peralatan statis, instrumentasi, dan perpipaan. Pekerjaan konstruksi, mulai dari fondasi, struktur bangunan, instalasi listrik dan instrumentasi sampai pemasangan peralatan dan permesinan. Pekerjaan pra-operasi (pre-commissioning) yang mencakup pengujian dan pembersihan peralatan-peralatan pabrik menggunakan utilitas air dan udara. Pekerjaan uji-coba operasi (commissioning)menggunakan bahan baku yang sebenarnya untuk memproduksi produk sesuai persyaratan kontrak. Pekerjaan uji unjuk-kerja (peformanct test), untuk menguji apakah seluruh peralatan dapat dioperasikan dalam memproduksi produk yang disyaratkan dengan menerima bahan baku yang sesuai spesifikasi kontrak. '



Berkaitan dengan organisasi pelaksanaan, pada umumnya kontraktor yang melaksanakan kontrak EPC atau EPCC pada pembangunan pabrik industri, perlu bekerja sama dengan partner pemilik teknologillisensi proses (process licensor). Process licensor memberikan jaminan kinerja proses dan mensyaratkan peralatan-peralatan yang sifatnya spesifik (propriatery items) untuk dipakai dalam pabrik yang akan dibangun. Untuk pembangunan pabrik-pabrik industri di dalam negeri, para kontraktor nasional umumnya bekerja sama dengan kontraktor-kontraktor asing yang membawa process licensor dari luar negeri. Namun saat ini, sudah ada perkembangan yang pesat pada kontraktor EPC nasional. Jenis kerja sama antara kontraktor nasional dan pembawa tekpologi (process licensor) dapat berupa:



a. Subcontracting b. Consortium c. Process licensing Masing-masing umumnya dibedakan berdasarkan pada nilai lingkup kerja dan risiko yang harus ditanggung oleh pihak-pihak yang bekerja sama. Sistem pemilihan kontraktor EPC dapat dilakukan melalui proses tender atau proses pendanaan yang digabung dengan pelaksanaan. Untuk proses tender, pada umumnya pemilik proyek akan menyusun tender dokumen yang mencakup spesifikasi teknis berikut persyaratanpersyaratan komersial yang mencakup draft kontrak, termin pembayaran dan persyaratan-persyaratan waktu. Spesifikasi teknis ada 2 (dua) tipe, yaitu yang sifatnya umum dan rinci. Tipe yang rinci merupakan dokumen teknis tender hasil output pelaksanaan FEED (Front End Engineering Design). Spesifikasi teknis hasil FEED umumnya sudah cukup rinci bagi kontraktor untuk membuat penawaran harga. Pada tipe ini, kemungkinan kontraktor untuk melakukan kegiatan value engineering relatif kecil. Tipe tender-tender seperti ini sering terjadi di proyek-proyek kilang LNG maupun kilang minyak skala besar. Namun tidak semua pemilik proyek mempunyai waktu ataupun dana untuk melaksanakan FEED. Dengan demikian, pemilik proyek hanya menyiapkan spesifikasi tender yang sifatnya umum. Dokumen tender seperti ini memberikan kesempatan kepada kontraktor untuk menawarkan harga yang mempertimbangkan adanya kegiatan value engineering. Harga hasil tender proyek dengan spesifikasi umum biasanya sangat bervariasi. Para kontraktor dengan mengacu pada dokumen tender baik tender yang umum ataupun rinci melakukan penyusunan penawaran harga untuk diberikan ke pemilik proyek. Penawaran harga disusun melalui estimasi dengan menggunakan data historis (database) atau meminta penawaran dari vendorlsupplier atau subkontraktor. Kegiatan penyusunan proposal mirip dengan eksekusi proyek tanpa kegiatan konstruksi. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam harga penawaran meliputi: Biaya jasa Biaya jasa pengelolaan proyek (project management) Biaya jasa Perekayasaan (engineering) Biaya jasa Pengadaan (procurement) termasuk biaya jasa inspeksi Biaya jasa Manajemen konstruksi (construction management) Biaya jasa uji-coba operasi



Biaya peralatan dan material termasuk spare part bila diperlukan oleh pemilik proyek Biaya konstruksi Biaya asuransi, cost of money, pajak-pajak, dll. Pada pelaksanaan proyek EPC, pemilik proyek dapat menunjuk tenaga PMC (Project Management Consultant) yang bertindak dan atas nama pemilik proyek atau menjadi counterpart contractor langsung. Pemilik proyek yang sudah berpengalaman pada umumnya langsung menjadi counterpart contractor. Mereka tidak menyewa jasa pihak ketiga untuk kegiatan PMC. Counterpart contractor inilah yang melaksanakan document review dan approval terhadap semua produk kontraktor, serta memeriksa progress kontraktor sebagai dasar persetujuan pembayaran (termin). Untuk jasa inspeksi peralatan maupun konstruksi, pemilik proyek bisa juga menunjuk .Yd party inspector yang banyak tersedia di dalam negeri. Para inspector ini akan menceck dan memverifikasi peralatan, material serta hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Proyek EPC umumnya dibayar sesuai dengan kemajuan pekerjaan. Sistem yang digunakan adalah sistem Earned value. Sistem ini mengkonversi seluruh p r o p s pekerjaan ke nilai uang ataupun ke nilai jam-kerja (manhour). Sebagai contoh untuk memproduksi gambar-gambar sipil bisa dikonversi ke nilai rupiah pekerjaan atau nilai jam-kerjanya. Demikian pula halnya dengan pabrikasi peralatan ataupun pekerjaan konstruksi. Berdasarkan sitem earned value tersebut, setiap pekerjaan dapat dihitung progress-nya setiap bulan dari hasil yang diperoleh pada bulan yang sedang berjalan. Berdasarkan kesepakatan pada perhitungan progress yang disepakati sejak proyek dimulai, maka kontraktor berhak mengajukan earn value progress setiap bulan untuk mendapatkan persetujuan pemilik proyek. Berdasarkan kesepakatan progress tersebut, maka kontraktor mendapat persentase pembayaran progress setiap bulannya. Proyek EPC umumnya diserahkan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu tahap Mechanical completion (penyelesaian mekanis), tahap Plant completion (penyelesaian pabrik secara keseluruhan) dan tahap Final acceptance (selesainya masa warranty selama umumnya 12 bulan).



1. Tahap mechanical completion Adalah tahap selesainya pabrik dari seluruh kegiatan konstruksi. Mechanical completion bisa dibagi dalam 2 (dua) tahap lagi, yaitu tahap penyelesaian



"dingin7' atau tahap penyelesaian "panas". Tahap dingin digunakan sebagai referensi bila pabrik yang diserahkan tidak harus diuji-coba dulu dengan steam. Untuk tahap panas, pabrik harus diuji-coba dengan steam. Penyelesaian mechanical completion biasanya dilakukan unit per unit. Tahapan penyelesaian ini tidak dilakukan sekaligus, karena untuk memberikan kesempatan transisi dari organisasi konstruksi ke organisasi uji-coba operasi. Pada saat transisi ini sering terjadi kecelakaan dan salah pengoperasian. Setelah tahap mechanical completion, para pemilik proyek biasanya menempatkan operator-operator pabriknya untuk mengoperasikan pabrik yang baru selesai dikonstruksi. Operator-operator tersebut tidak boleh mengambil inisiatif pengoperasian, karena masih di bawah komando dan supervisi kontraktor dan pemilik lisensi teknologi.



2. Tahap Plant Completion Adalah tahap selesainya tes unjuk-kerja (performance test) operasi dari pabrik yang telah dibangun. Pada umumnya para pengoperasi pabrik akan mengikuti instruksi pengoperasian dari pemilik lisensi teknologi proses selarna tes unjuk-kerja. Unjuk kerja ini biasanya dilakukan dalam suatu waktu yang berkesinambungan, misalnya 7 hari berturut-turut atau 15 hari berturut-turut. Selama tentang waktu tersebut, pabrik harus memproduksi sejumlah kuantitas produk berikut kualitas yang sesuai dengan dokumentasi kontrak. Setelah selesainya tes unjuk-kerja, pabrik dapat diserah-terimakan ke pihak pemilik. Pada saat transisi ini, asuransi pabrik berpindah tangan dari kontraktor ke pemilik proyek: Dengan ini, kepemilikan pabrik beserta risiko-risikonya pindah ke pemilik proyek.



3. Tahap Final Acceptance Sejak saat pabrik diserahkan ke pemilik, kontraktor EPC hanya akan menempatkan satu orang atau beberapa orang perwakilan di pabrik yang selesai dibangun. Perwakilan kontraktor tersebut akan mengawasi dan memonitor peralatan-peralatan dan material yang dipasoknya. Bila ada kerusakan yang diakibatkan oleh pemasok, maka kontraktor akan menjembatani perbaikan atau penggantian alatlmaterial tersebut. Kontraktor akan menghubungi pemasok peralatan dan material orisinal untuk melakukan claim selama masa warranty peralatan dan material tersebut. Pada umumnya masa warranty ini berlaku sekitar 12 bulan. Namun ada juga pemilik proyek yang menerapkan sistem "evergreen", yaitu bila ada kerusakan maka warranty-nya diperpanjang lagi selama 12 bulan.



Perlu disampaikan bahwa warranty biasanya tidak mencakup "normal wear & tear", artinya penggantian seal atau gasket, dan lain-lain yang sifatnya mudah aus, tidak bisa diberi garansi. Setelah masa warranty selesai maka owner akan memberikan sertifikat final acceptance dan melepaskan seluruh jaminan. Berdasarkan catatan dari perusahaan yang telah memiliki banyak pengalaman di bidang kontrak EPC, terdapat beberapa kesalahan spesifik yang mungkin dilakukan oleh kontraktor EPC, misalnya: Menggunakan teknologi yang belum terbukti. Tidak menguasai partner pemasok teknologi ataupun partner kontraktor asingnya. Tidak disiplin dalam mengikuti spesifikasi pemilik teknologi. Salah membeli peralatan & material karena berusaha menekan biaya. Salah memilih atau menunjuk subcontractor/supplier dengan menunjuk fabrikator, baik mungkin karena sedang sibuk atau karena menunjuk fabrikator yang jelek. Tidak menguasai eksekusi proyek dengan multi-disiplin yang berjalan secara simultan dan masing-masing cukup dominan.



B. 1.2.f.3. Dokumen Tender Berdasarkan standar nasional dokumen tender meliputi: 1 Undangan lelang 2 Petunjuk kepada peserta lelang 3 Formulir penawaran 4. Syarat-syarat umum dan khusus yang akan diterapkan dalam perjanjian 5. Spesifikasi teknik 6. Garnbar tender 7. Daftar item dan volume pekerjaan 8. Addendum Berdasarkan standar internasional pada umumnya dokumen tender terdiri dari: 1. Instruksi kepada peserta tender (notice to bidders) 2. Persyaratan tender (condition of tendering) 3. Form surat penawaran (form of tender) 4. Kondisi kontrak (general condition of contract)



5. Spesifikasi teknik (technical specification) 6. Gambar tender (tender drawing) 7. Dafiar item dan volume pekerjaan (bill of quantities) 8. Addendum, yaitu segala tambahan dokumen yang bersifat mengubah dan atau melengkapi dokumen tender.



B. 1.2.f.4. Kegiatan Tender Untuk memberi gambaran yang lengkap tentang kegiatan tender, berikut ini akan diuraikan tentang kegiatan tender proyek pemerintah, sesuai Keppres No. 18 Tahun 2000: a. b. c. d. e.



E g. h. i.



j. k.



1.



Prakualifikasi Undangan tender Rapat penjelasan Peninjauan lapangan Pemasukan penawaran kmbukaan penawaran Evaluasi tender & klarifikasi Penetapan calon pemenang Masa sanggah Surat penunjukan pemenang SPK (Surat Perintah Kerja) Kontrak



B. 1.2.f.4.a. Prakualifikasi Kegiatan prakualifikasi ini diadakan untuk menyeleksi peserta pelelangan yang memenuhi persyaratan bagi proyek yang akan ditenderkan. Pengumuman tentang diadakannya prakualifikasi ini biasanya dimuat di media c e t d yang memiliki jangkauan distribusi luas serta oplah penjualan besar. Bagi perusahaan yang mendafiar prakualifikasi akan mendapatkan dokumen untuk diisi. Sebagai salah satu contoh adalah prakualifikasi proyek pemerintah yang didanai pinjaman luar negeri (loan), dan ditenderkan dengan cara Local Competitive Bidding (LCB) dengan persyaratan pengisian data sebagai berikut:



,



Data perusahaan meliputi: - Nama perusahaan - Alamat, telepon, faksimile, e-mail



Pendirian perusahaan - Susunan direksi - Jumlah karyawan tetap (manajer, staf teknik, staf administrasi) -



Kinerja dalam proyek yang sama termasuk referensi terdahulu, mencakup: - Jenis proyek - Pemilik proyek - Nama proyek dan lokasi - Tahun pelaksanaan - Posisi dalam kontrak proyek tersebut (sebagai kontraktor utama atau sub kontraktor) - Nilai kontrak (Rupiah atau equivalent rupiah) D&ar pengalaman proyek pada lima tahun terakhir dilengkapi dengan personil yang menangani. Sumber Daya Manusia yang direncanakan menangani proyek dilengkapi - Struktur organisasi proyek - Nama personil, posisi, umur, pengalaman kerja Kemampuan penyediaan peralatan: - Tipe alat - Jumlah - Kapasitas operasi - Tahun pembuatan alat - Status kepemilikan Kemampuan keuangan: - Balance sheet (neraca) tiga tahun terakhir - Current asset pada enam bulan terakhir - Cert@cate of time deposit selama enam bulan terakhir - Credit line cert$cate - Letter of guarantee (surat jarninan bank yang memberi dukungan khusus untuk proyek yang akan ditenderkan)



Berdasarkan data-data prakualifikasi yang masuk, panitia kemudian melakukan penilaian kriteria-kriteria penilaian tertentu sehingga dapat ditetapkan perusahaan yang lulus maupun yang gagal. Untuk kontraktor besar dan berpengalaman tingkat kegagalan prakualifikasi ini cukup kecil. Sebagai gambaran, jumlah prakualifikasi yang diikuti setiap tahun rata-rata sebanyak 150 buah dengan jumlah kegagalan sekitar 3 sampai 4. Penyebab kegagalan tersebut biasanya adalah: Tidak dimilikinya pengalaman proyek sejenis. Jumlah pengalaman kerja manajer proyek yang diusulkan kurang memenuhi. Kemampuan keuangan yang tidak memenuhi persyaratan.



B. 1.2.f.4.b. Undangan Tender Semua peserta lelang yang telah lulus prakualifikasi menerima undangan untuk mengikuti pelelangan dan berhak mengambil dokumen tender dari Panitia Pelelangan. Peserta lelang yang diundang ini tercatat dalam sebuah Daftar Calon Peserta Lelang yang disahkan oleh Panitia. Jumlah peserta lelang tidak boleh kurang dari 3 (tiga) peserta. Apabila ternyata kurang dari 3 (tiga) maka pelelangan tidak dapat dilanjutkan dan harus mengundang calon peserta lelang lainnya untuk mengikuti pelelangan. Daftar Calon Peserta Lelang harus diulang kembali. Apabila tidak diperoleh 3 (tiga) calon peserta lelang, maka Panitia dapat mengusulkan kepada Pengguna Jasa untuk melakukan proses Pemilihan Langsung dengan negosiasi atau penunjukan langsung apabila hanya terdapat satu calon peserta lelang.



B. 1.2.f.4.c. Rapat Penjelasan (Prebid Meeting) Acara rapat penjelasan ini merupakan kesempatan yang sangat berharga dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh peserta tender, terutama untuk mempertanyakan tentang ketentuan dalam dokumen tender yang kurang jelas, dan yang dirasa memberatkan. Hasil rapat ini akan didokumentasikan menjadi risalah rapat (Minutes of Prebid Meetind yang akan bersifat mengikat serta menjadi satu kesatuan dengan Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak), apabila peserta ditunjuk sebagai pemenang tender.



B. 1.2.f.4.d. Peninjauan Lapangan (Site Visit) Peninjauan untuk menyelidiki kondisi lapangan. Hasil tinjauan akan



dijadikan dasar pembuatan metode pelaksanaan pekerjaan (construction method) untuk menyusun harga penawaran yang benar. Hal-hal yang perlu ditinjau antara lain sebagaimana contoh check list berikut.



Check list untuk Pelaksana Survei Lapangan Narna Proyek : A Tgl survey : 1 Agustus 2002 Dilaksanakan oleh : Budi



No



Uraian



I



Mempersiapkan peralatan dokumentasi seperti kamera, handycam, spesifikasi, catatan



I1



Melaksanakan pengamatan di lapangan: 1. Luas tempat kerja, apakah: - tersebar luas - satu tempat - sempit - luas 2. Jenis tanah: - tanah berbatu - tanah liat - rawa-rawa



I11



Melakukan pengamatan transportasi tenaga kerja: - menggunakan kendaraan darat - menggunakan perahu sungai



IV



Melakukan pengarnatan ketersediaan tenaga kerja setempat: - ada dalam jumlah besar (> 100 orang) - ada dalam jumlah kecil (< 100 orang) - tidak ada Melakukan pengamatan ketersediaan peralatan setempat



V VI



Membuat dokumentasi lapangan



VII



Membuat laporan hasil survei



Keterangan



V



V



dikelilingi bangunan



V



Sedalam +I- 1 m



B. 1.2.f.4.e. Pemasukan Penawaran Untuk membuat penawaran, kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan adalah:



1. Perhitungan volume (quantity taking 08 2. Perencanaan metode pelaksanaan (Construction method) 3. Perhitungan biaya langsung (direct cost) 4. Perhitungan biaya tak langsung (Indirect cost) 5. Manajemen risiko (risk management) 6. Perhitungan harga penawaran (Tender price) 7. Penyiapan dokumen-dokumen sebagai lampiran penawaran



B. 1.2.f.4.e.1. Perhitungan volume (quantity taking ofl Format dafiar volume biasanya telah ditetapkan oleh pemberi tugas berupa Dafiar Jenis dan Volume pekerjaan (Bill of Quantity), yang memuat jenis pekerjaan dan volumenya, at'au dalarn bentuk Daftar Jenis pekerjaan (Bill of Item) yang hanya berisi daftar jenis pekerjaan tanpa volume. Ada dua kondisi kontrak yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perhitungan volume ini, yaitu: a. Kontrak harga pasti (lump sum contract) Ini merupakan kontrak yang paling sederhana, di mana kontraktor bertanggung jawab penuh untuk melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan gambar tender serta tertulis dalam spesifikasi dengan harga yang pasti, volume yang tercantum dalam bill of quantity (bila ada) hanya sebagai acuan yang tidak mengikat. Dalam kondisi kontrak seperti ini, kegiatan perhitungan volume menjadi sangat penting, karena kesalahan perhitungan volume akan merupakan risiko yang harus ditanggung kontraktor. Untuk mengurangi kesalahan perhitungan volume, pada saat ini sudah banyak tersedia program komputer (software), antara lain roll up digitizer yang diintegrasikan dengan program WinEst untuk menyelesaikan sampai perhitungan harga satuan yang secara otomatis masuk ke dalam format bill of quantity. b. Kontrak harga satuan (unit price contract) Dalam kondisi kontrak harga satuan (unit price contract), kontraktor hanya wajib mengisi harga satuan pekerjaan untuk setiap item yang telah disediakan volumenya. Pembayaran kepada kontraktor akan didasarkan pada realisasi volume pekerjaan yang dilaksanakan, tidak ada risiko kesalahan volume yang harus diperhitungkan.



B. 1.2.f.4.e.2. Perencanaan metode pelaksanaan (construction method) Data-data yang diperlukan untuk menyusun metode pelaksanaan antara lain: Gambar tender Hasil survei lapangan Referensi pengalaman pekerjaan sejenis Penyusunan metode pelaksanaan ini perlu melibatkan personil yang berpengalaman dalam pekerjaan sejenis serta sub kontraktor spesialis apabila terdapat pekerjaan-pekerjaan khusus, misalnya mekanikallelektrikal.



B. 1.2.f.4.e.3. Perhitungan biaya langsung (direct cost) Data-data yang diperlukan dalam perhitungan biaya langsung untuk setiap satuan pekerjaan adalah: harga material harga upah harga pekerjaan khusus, yang didapat dari penawaran sub kontraktor biaya operasi peralatan metode pelaksanaan Data tersebut kemudian dimasukkan dalam analisa harga satuan, yang dapat berupa analisis standar atau analisis yang dibuat berdasarkan metode pelaksanaan yang direncanakan. Contoh analisis harga satuan adalah seperti yang tersaji pada Lampiran E. 1.



B. 1.2.f.4.e.4. Perhitungan biaya tak langsung (indirect cost) Biaya tak langsung adalah segala biaya yang diperlukan untuk mendukung penyelesaian pekerjaan, yang terdiri dari komponen-komponen: 1. Biaya pekerjaan persiapan 2. Biaya lapangan (site expenses), terdiri dari: + biaya gaji pegawai * biaya perlengkapan kantor direksi + biaya perlengkapan kantor kontraktor + biaya perlengkapan camp karyawan + biaya perlengkapan rumah tangga + biaya umum kantor lapangan 3. Biaya peralatan umum dan kendaraan 4. Biaya asuransi, yang termasuk dalam tanggung jawab kontraktor biasanya adalah:



- construction all risk (CAR) untuk mencakup risiko bencanal kecelakaan yang menimpa proyek selama periode pelaksanaan. CAR untuk proyek di darat berkisar 0,15 - 0,2 % dari nilai kontrak, sedangkan proyek di laut sebesar 0,2 - 0,3 %. - third party liabilities untuk mencakup risiko bencanalkecelakaan yang menimpa pihak ketiga di luar proyek, dan besarnya pertanggungan biasanya ditentukan oleh pemilik proyek, misalnya seratus juta rupiah setiap satu kali kejadian, sehingga dapat dihitung biaya preminya. - asuransi tenaga kerja (ASTEK) sesuai undang-undang ketenagakerjaan adalah sebagai jaminan apabila terjadi kecelakaan yang menimpa tenaga kerja, dengan biaya sebesar 0,2 persen dari nilai kontrak



5. Biaya provisi bank, yaitu segala biaya yang diperlukan untuk menerbitkan surat jaminan bank, berupa: Jarninan Tender, adalah surat yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lain untuk menjamin apabila peserta tender menarik diri sebelum batas waktu berlakunya penawaran. Biasanya jaminan tender ini sebesar 1% - 3% dari harga penawaran. Jaminan pelaksanaan, yaitu surat yang dikeluarkan oleh Bank atau Lembaga Keuangan lain, untuk menjamin apabila kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan atau tidak memenuhi kewajibannya selama masa pelaksanaan. Besarnya jaminan pelaksanaan pada umumnya adalah 5 persen atau 10 persen dari Nilai Kontrak Jaminan uang muka, sebagai jaminan atas uang muka yang dibayarkan kepada kontraktor. Nilai Jaminan uang muka ini sama dengan nilai uang muka yang dibayarkan Jaminan masa pemeliharaan, sebagai jarninan atas pemeliharaan, setelah serah terima pertama proyek. Besarnya jaminan pemeliharaan pada umumnya 5 persen dari Nilai Kontrak



6. Biaya bunga, dihitung berdasarkan hasil simulasi cashflow sesuai dengan cara pembayaran (term ofpayment), di mana apabila terjadi kondisi cash flow negatif atau cash out lebih besar daripada cash in maka akan timbul biaya bunga. B. 1.2.f.4.e.5. Manajemen risiko (risk management) Risiko dapat didefinisikan sebagai sesuatu atau peluang yang kemungkinan terjadi dan berdampak pada pencapaian sasaran.



Manajemen risiko adalah prosedur atau sistem yang ditujukan untuk mengelola secara efektif suatu potential opportunities dan efeknya. Besarnya risiko dapat dihitung dari hasil perkalian antara dampaklakibat yang terjadi dan tingkat kemungkinan terjadinya. Proses manajemen risiko menurut standart Australia: ASINZS 4360: 1999, terdiri dari tahapan berikut:



1. Penetapan konteks 2. Identifikasi risiko 3. Analisis risiko 4. Evaluasi risiko 5. Pengobatan risiko (risk treatment) Kegunaan manajemen risiko dalam tahap proses tender antara lain: Mengidentifikasi risiko yang mungkin dapat terjadi dengan mengacu kepada pengalaman-pengalaman sebelumnya. Membuat rencana penanggulangan apabila risiko yang diidentifikasi tersebut benar-benar terjadi Menghitung efek biaya yang perlu dimasukkan dalam harga tender Memberikan petunjuk (guidance) kepada tim proyek yang akan melaksanakan tugasnya untuk membuat perencanaan terhadap penanggulangan risiko. Contoh format manajemen risiko dapat dibuat sebagai berikut: Identifikasi risiko



Perlu dikendalikan



Strategi penangulangan



Yaltidak Kesalahan perhitungan Kenaikan harga



Ya



Keterlarnbatan waktu pelaksanaan Keterlambatan cash in



Ya



Penyediaan tenaga kerja dalam jumlah besar



Ya



Ya



Ya



Menghitung faktor risiko Menghitung eskalasi harga Merencancanakan dan mengendalikan lintasan kritis Menghitung biaya bunga Merencanakan dan mengendalikan cash flow Direncanakan jurnlah dan sumber pendatangan



Dihitung d a m harga tender Yaltidak



Biayatfaaor Rp/%



Ya



1% dari real cost



Ya



0.5 % dari jumlah biaya bahan 0



Tidak



Ya



0.4%



Tidak



Ya



Biaya transportasi dan akomodasi



B. 1.2.f.4.e.G. Finalisasi harga penawaran (Rencana Anggaran BiayaIRAB) Besarnya harga penawaran dihitung sebagai berikut: Biaya langsung ..................................................RP Biaya tak langsung a) Biaya persiapan ..................................................R~ b) Biaya lapangan (site expenses) ................................RP C) Biaya peralatan & kendaraan .................................. RP d) Biaya asuransi ..................................................RP e) Biaya provisi bank .................................................. RP Risiko-risiko hasil manajemen risiko ................................RP Jumlah .......................................RP



A Biaya overhead kantor pusat .....%..x A ............................RP Keuntungan ......%.. .x A ............................................RP



..................................................



Sub total ..................................................RP Pajak-pajak (PPh & PPN) ...............................................RP Tota1 B. 1.2.f.4.e.7. Penyiapan dokumen-dokumen sebagai larnpiran penawaran Dokumen penawaran biasanya terdiri dari dua bagian: Bagian I: Proposal biaya (costproposal) 1. Surat Penawaran (form of tender) 2. Perincian harga (priced bill of quantity) 3. Dafiar harga satuan bahan 4. Daftar harga satuan upah 5. Analisa harga satuan (breakdown of unitprice) 6. Jaminan tender (tender bond) Bagian 11: Proposal teknik (technicalproposal) a) Metode pelaksanaan (construction method) b) Jadwal waktu pelaksanaan (time schedule)



C) Jadwal tenaga kerja (manpower schedule) d) Jadwal alat (equipment schedule) e) Jadwal bahan (material schedule) f) Organisasi proyek dan personil (project organization and nominated personnel) g) Daftar nama sub kontraktor yang diusulkan (list ofproposed sub contractors) B. 1.2.f.4.f. Pembukaan dokumen penawaran Pada waktu yang telah ditentukan, panitia dihadapan para peserta tender menyatakan bahwa saat penyampaian dokumen penawaran telah ditutup, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan dan pembacaan penawaran yang masuk, sesuai sistem yang ditetapkan B. 1.2.f.4.g. Evaluasi tender dan klarifikasi Untuk memberikan tambahan penjelasan tentang penawaran yang disampaikan biasailya dilakukan pertemuan dengan beberapa peserta tender secara bergantian untuk menjelaskan hal-hal yang dipertanyakan oleh panitia. Berdasarkan hasil klarifikasi ini, kemudian panitia membuat evaluasi untuk menetapkan pemenang tender. B.1.2.f.4.h. Penetapan calon pemenang (letter of intent) Keputusan mengenai calon pemenang tender diambil oleh panitia dalam suatu rapat. Hasilnya selanjutnya akan diumumkan kepada seluruh peserta tender. B.1.2.f.4.i. Masa sanggah Dalam hal tender proyek pemerintah, setelah diumumkannya calon pemenang tender, peserta tender yang tidak menang berhak mengajukan keberatan sampai dengan batas masa sanggah, misalnya selambat-lambatnya empat hari setelah pengumuman. B. 1.2.f.4.j. Surat penunjukan pemenang (letter of award) Setelah tidak ada keberatan dari peserta tender, biasanya pemilik proyek mengeluarkankan surat keputusan pemenang.



-



B.1.2.f.4.k Surat perintah kerja (SPKINotice to Proceed) Surat perintah kerja diterbitkan oleh pemimpin proyek kepada kontraktor untuk memulai pekerjaan persiapan. Biasanya dalam kurun waktu tertentu



(misalnya tujuh hari) setelah diterbitkannya SPK, kontraktor wajib melakukan kegiatan di lapangan yang dapat berupa persiapan lahan kerja, pemagaran, pembuatan kantor sementara, dan sebagainya. Untuk kontrak dengan standar internasional, Notice to Proceed biasanya diterbitkan setelah perjanjian pemborongan ditandatangani, sedangkan untuk kontrak dengan standar nasional, SPK diterbitkan sebelum perjanjian pemborongan ditandatangani



B. 1.2.f.4.1.Kontrak (perjanjian pemborongan) Pembuatan kontrak biasanya dilakukan melalui proses negosiasi untuk membahas secara detail tentang pasal-pasal kontrak guna menghasilkan kondisi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.



B.1.2.f.5. Tim tender Dalam. pelaksanaan kegiatan tender diperlukan keterlibatan personil yang berasal dari berbagai disiplin yang akan bekerja sesuai batas waktu yang terbatas. Untuk itu diperlukan Tim Tender pada setiap proses tender, dengan susunan ketua dan anggota, dan menetapkan tugas dan tanggung jawab masing-masing



B. 1.2.f.6. Tinjauan kontrak (contract review) Contract Review diperlukan oleh kontraktor untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemberi tugas (customer requirement). Adapun hal-hal yang ditinjau dapat meliputi: Persyaratan administrasi: o Kondisi pemberi tugas o Perkiraan sumber dana o Perkiraan nilai kontrak o Cara pembayaran o Denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan o Denda keterlambatan pembayaran oleh pemberi tugas o Pasal-pasal kontrak yang memberatkan kontraktor o Peserta tender yang menjadi pesaing Persyaratan teknik: o Pengalaman perusahaan terutama untuk pekerjaan sejenis



o o o o o



Spesifikasi material yang harus diadakan Peralatan konscruksi yang dibutuhkan Waktu pelaksanaan konstxuksi Kualifikasi personil sesuai persyaratan Kondisi lingkungan di sekitar l o k i proyek



Dad hasil conpact review ini, kemudian rnanajemen memutuskan apakah akan mengikuti tender atau tidak. Apabila tidak ikut maka kontraktor wajib mengirim surat kepada pemilik proyek. Untuk memberi garnbaran tentang contract review, dapat disampaikan contoh pada bagian Lampiran E.6.



B. 1.2.f.7. Tingkat keberhasilan tender Kebanyakan kontraktor tidak rnarnpu mempredii hasil tender yang diikutinya. Mekipun ~ e l u a n untuk ~ menang selalu ada, namun karena jumlah kontraktor cukup banyak, m& tingkat kompetisinya sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, untuk tahun 2000 dan 2001 rata-rata kemenangan kontraktor besar dengan perolehan pemasaram di atas sacu trilyun rupiah per tahun dapat digambarkan seperti pada tabel berikuc



Tahun



Tender yang diikuti



Menang



Kalah



2000 200 1



226 kali 228 kali



61 kali (27%) 49kali(21%)



165 kali (73%) 179kali(79%)



diikuti



111 Menang Kalah



Sebab-sebab kekalahan tender, berdasarkan pengalaman, antara lain disebabkan oleh: Kesalahan perhitungan volume Kurang teliti dalam melakukan survei lapangan. Tidak tepat mengalokasikan biaya risiko. Belum memperhitungkan peluang-peluang yang dapat mendatangkan keuntungan dalam masa pelaksanaan, misalnya eskalasi harga, klaim terhadap perbedaan kondisi antara dokumen tender dan kenyataan lapangan. Bersaing dengan peserta tender yang ukuran perusahaannya sangat berbeda. Strategi pesaing dalam menawarkan dengan harga yang tidak mungkin diikuti oleh peserta tender yang lain (misalnya memilik alat yang idle, memiliki persediaan bahan-bahan dengan harga yang jauh lebih murah, dsb).



B. 1.3. Administrasi Kontrak Ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dikuasai berkaitan dengan kontrak dalam usaha bidang kontraktor, antara lain: a. Pengertian kontrak b. Pentingnya administrasi kontrak c. Pasal-pasal penting dalam Kontrak d. Istilah-istilah yang sering muncul dalam kontrak e. Urutan kekuatan dokumen dalam kontrak



B. 1.3.a. Pengertian kontrak Kontrak atau perjanjian adalah merupakan bagian dari Hukum Perdata,oleh karena itu ketentuan-ketentuan mengenai Kontrakl Perjanjian diatur dalam Kitab undang-undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek). Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, definisi Perjanjian adalah sebagai berikut:



"Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih". Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perjanjian adalah perikatan antara pihak-pihak yang membuat perjanjian. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Pemborongan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi antara Pemilik Proyek dan Kontraktor, maka Kontraktor terikat untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan sedangkan Pemilik terikat untuk membayar hasil pekerjaan Kontraktor.



B. 1.3.a. 1. Syarat sahnya suatu Kontrak Syarat sahnya Kontrak menurut Pasal 1320 KUH Perdata adalah:



1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. Dua syarat yang pertama (1 dan 2) merupakan Syarat Subyektif, yaitu berhubungan dengan pihak-pihak yang membuat Perjanjianl Kontrak. Apabila kedua syarat itu tidak dipenuhi, maka Perjanjianl Kontrak tersebut menjadi voidable atau dapat diminta pembatalannya oleh salah satu pihak melalui pengadilan. Syarat yang ketiga dan keempat (3 & 4) merupakan Syarat Obyektif, karena mengenai obyek yang harus dilakukan. Apabila syarat-syarat itu tidak dipenuhi, berarti PerjanjianlKontrak tersebut tidak jelas atau tidak ada yang diperjanjikan, dan PerjanjianIKontrak tersebut Null and b i d atau batal demi hukum.



B. 1.3.a.2. Dokumen Kontrak Dalam industri Konstruksi, Kontrak adalah Perjanjian antara Pemberi Kerja di satu Pihak dan Penerima Kerja di lain pihak, atau dengan perkataan lain Perjanjian merupakan perikatan secara hukum antara Pemberi Kerja dan Penerima Kerja, di mana Pemberi Kerja adalah Pemilik Proyek dan Penerima Kerja adalah KontraktorlPemborong atau Pemasokl Penjual (Supplier) BahanIBarang atau Konsultan Perencana atau Konsultan Biaya Atau Konsultan PengawasIManajemen ~onstruksi. Kontrak atau perjanjian antara Pemilik Proyek dan Kontraktorl Pemborong pada umumnya terdiri dari beberapa dokumen yang saling melengkapi dan secara bersama disebut Dokumen Kontrak. Sebagai contoh, Dokumen Kontrak suatu. Proyek dapat terdiri dari dokumen-dokumen seperti tersebut di bawah ini: 1. Dokumen Tender (Spesifikasi, Gambar, dl1 seperti yang tercantum dalarn Bab Pemasaran B. 1.2.f.3) 2. Surat Penunjukan (Letter of Acceptance/Awar~, 3. Surat Perjanjian (Articles/Form ofAgeement), 4. Syarat-syarat Perjanjian (Conditions of Contract), 5. Rincian Pekerjaan dan Harga (Bill of Quantities),



6. Dokumen lain, seperti: Berita Acara Prebid Meeting, Berita Acara Klarifikasi, data penyelidikan tanah, dsb. Dokumen Kontrak yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah dokumen Syarat-syarat Perjanjian (Conditions of Contract). karena dalam dokumen inilah dituangkan semua ketentuan yang merupakan "aturan main" yang disetujui oleh kedua belah pihak yang membuat Perjanjian. Syarat-syarat Perjanjian berisi ketentuanketentuan yang merupakan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak serta pihak ketiga yang terkait dalam Perjanjian, persyaratan, tanggung jawab, larangan dan sanksi-sanksi untuk kedua belah pihak. Karena itu Syarat-syarat Kontrak merupakan inti dari Perjanjianl Kontrak, sedangkan dokumen-dokumen lainnya merupakan penunjang yang melengkapi Perjanjian. Dengan demikian, maka dokumen Suarat-syarat Perjanjian inilah yang terutama perlu dikelola dalam melakukan Administrasi Kontrak.



B 1.3.a.3. Format standar Kontrak Industri Konstruksi di Indonesia belum mempunyai Format atau Bentuk Standar Kontrak yang dapat dipakai sebagai dokumen baku untuk PerjanjianIKontrak antara Pemilik Proyek dan Kontraktor, namun biasanya didalam setiap kontrak selalu berisi dua bagian utama, yaitu: Bagian 1 (Pertama): berisi ketentuan-ketentuan yang dapat berlaku umum untuk semua jenis proyek, disebut Syarat-syarat Umum Perjanjian, (antara lain penjelasan tentang definisi kontrak, pemilik, kontraktor, dll.) %



Bagian 2 (Kedua):



berisi ketentuan-ketentuan yang (khusus) diperlukan untuk proyek yang bersangkutan, disebut Syarat-syarat Khusus Perjanjian (antara lain lingkup pekerjaan, nilai kontrak, waktu pelaksanaan, dll.)



Meskipun industri konstruksi di Indonesia belumltidak mempunyai Format Standar Kontrak, namun demikian sudah banyak digunakan Syarat-syarat Perjanjian yang mengacu kepada Format Standar Kontrak internasional, antara lain:



Format Standar kontrak FIDIC dan Format Standar kontrak JCT A, Format standar FIDIC Format standar FIDIC adalah Dokumen Syarat-syarat Kontrak yang diterbitkan oleh FIDIC (Federation Internationale Des IngenieursConseih) atau International Federation of Consulting Engineers, yaitu federasi internasional dari Engineer Konsultan mancanegara yang berkantor pusat di Lausanne, Swiss. Dokumen tersebut dinamakan



CONDITIONS OF CONTRACT FOR WORKS OF CIVIL ENGINEERING CONSTRUCTION. FIDIC mempunyai lebih dari 50 negara anggota di dunia, termasuk INKINDO di Indonesia. Format standar FIDIC yang pertama (edisi ke-1) diterbitkan pada tahun 1956. Dokumen ini dibuat dengan mengacu pada dokumen standar ICE (Institute of Civil Engineers) Inggris, dengan perubahan di beberapa tempat. Dokumen ini dikenal dengan sebutan "the Red Book" (Buku Merah) karena warna sampulnya yang merah. Format standar FIDIC dibuat untuk kontrak yang sifatnya remeasure (jumlah/volume pekerjaan dihitung kembali). Ada pula yang menyebutnya Unit Price Contract atau Fixed Unit Price Contract karena dari Rincian Pekerjaan dan Harga (Bill of Quantities/BQ) yang mengikat adalah harga satuan pekerjaan, sedangkan jumlahl volume (quantity) pekerjaan tidak mengikat dan akan dihitung kembali sesuai dengan yang dikerjakan sebenarnya. Hal ini disebutkan dalam ketentuan yang ada dalam Pasal 5 1.2. (Instructions for Variations) dan Pasal 56.1. (Works to be Measured). Karena itu untuk PerjanjianIKontrak yang sifatnya lumpsum, yaitu jumlahlvolume pekerjaan dan harga suatu pekerjaan dalam Rincian Pekerjaan dan Harga (BQ) mengikat, ketentuan dalam Pasal 51.2. dan Pasal 56.1. tersebut perlu diubahldisesuaikan. Format standar Kontrak FIDIC ini dimaksudkan untuk pemakaian pada proyek-proyek Bangunan Sipil seperti jalan, jembatan, pelabuhan dan pekerjaan-pekerjaan sipil lainnya. Namun demikian, format Standard Kontrak FIDIC juga mulai banyak dipakai pada proyek bangunan gedung.



B. Format standar JCT Format standar JCT adalah Dokumen Syarat-syarat Kontrak yang dibuat oleh J.C.T. Voint Contracts Tribunal) di Inggris. J.C.T. terdiri dari badan-badan tersebut di bawah ini:



* Royal Institute of British Architects (RIBA) * National Federation of Building Trades Employers * Association of County Councils * Association of Metropolitan Authorities * Association of District Councils * Greater London Councils * Committee of Association of Specialist Engineering Contractors P



* *



Federation of Association of Specialist and Sub-contractors Association of Consulting Engineers Scottish Building Contract Committee



Dokumen Syarat-syarat kontrak tersebut dinamakan STANDARD FORM OF BUILDING CONTRACT dan lebih dikenal sebagai Format standar RIBA (Royal Institute of British Architects) daripada Format standar JCT. Hal ini disebabkan karena dokumen tersebut diterbitkan oleh RIBA Publications Ltd. Melihat dari namanya dan para pembuatnya dapat diketahui bahwa dokumen tersebut dimaksudkan untuk pemakaian pada proyekproyek bangunan gedung.



B. 1.3.b. Pentingnya administrasi kontrak Administrasi Kontrak atau Pengelolaan Kontrak atau Manajemen Kontrak adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau Dokumen Kontrak agar "aturan main" seperti yang tertulis didalam Dokumen tersebut diketahui, diikuti dan dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya. Demikian pula, agar semua hak yang dipunyai dan yang dapat dipunyai bisa diperoleh serta semua kewajiban yang harus dipenuhi dilaksanakan sebagaimana mestinya. Untuk itu isi Dokumen Kontrak harus dilihat dan dibaca dengan teliti, terutama Dokumen Syarat-syarat Perjanjian yang berisi ketentuan-ketentuan yang menyebutkan persyaratan, larangan, tanggung jawab, hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terikat dan pihak-pihak lain yang terkait dalam Perjanjian yang telah disepakati tersebut, agar supaya hal-ha1 tersebut dapat diketahui dan dipahami.



Administrasi kontrak yang baik dilaksanakan dengan melakukan kegiatankegiatan antara lain:



1. Membuat inventarisasi atau daftar periksa (check list) dari ketentuanketentuan yang ada di dalam Syarat-syarat Perjanjian dengan cara memisahkannya ke dalam atau menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan sifat atau jenis dari ketentuan itu (kelompok ketentuan umum yang menyebutkan penjelasan, persyaratan, larangan, tanggung jawab; kelompok ketentuan yang menyebutkan hak masing-masing pihak; kelompok ketentuan yang menyebutkan kewajiban masing-masing pihak). 2. Melakukan pencatatan (recording) atas semua kejadian atau keadaan selama pelaksanaan kontrak (proper documentation).



3. Mempersiapkan data pendukung teknik maupun administrasi untuk dapat diajukan dalam mendapatkan hak-hak yang "langsung" maupun yang "tidak langsung". Ketiga kegiatan tersebut diuraikan lebih lanjut di bawah ini:



B. 1.3.b. 1.Membuat inventarisasi atau daftar periksa dari ketentuanketentuan yang ada dalam syarat-syarat kontrak Inventarisasi atau dafiar periksa (check list) tersebut dibuat dengan cara mengelompokkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Syaratsyarat Perjanjian menjadi 7 (tujuh) kelompok pasal sebagai berikut:



* Kelompok * * *



* * *



pasal yang berisi ketentuan-ketentuan yang bersifat umum (penjelasan, persyaratan, larangan, tanggung jawab dan sejenisnya); Kelompok pasal yang berisi ketentuan-ketentuan yang merupakan hak kontraktor; Kelompok Pasal yang berisi ketentuan-ketentuan yang merupakan kewajiban Kontraktor; Kelompok Pasal yang berisi ketentuan-ketentuan yang merupakan hak Pemilik Proyek; Kelompok Pasal yang berisi ketentuan-ketentuan yeng merupakan kewajiban Pemilik Proyek; Kelompok Pasal yang berisi ketentuan-ketentuan yang merupakan wewenang Direksi Proyek; Kelompok Pasal yang berisi ketentuan-ketentuan yang merupakan tugas dan kewajiban Direksi Proyek.



B. 1.3.b.2. Melakukan pencatatan (recording) Pencatatan atau recording merupakan kegiatan yang sangat penting dalarn administrasi/pengelolaan/menajemenkontrak, karena pencatatan merupakan kegiatan membuat dan menyimpan catatan-catatan (record) yang akan menjadi rekaman dari segala peristiwa yang terjadi sejak pekerjaan berdasarkan kontrak dimulai sampai selesai selama berlangsung atau berlakunya masa kontrak. Dengan demikian catatan-catatan itu merupakan dokumentasi proyek di mana dari dokumentasi tersebut dapat:



* diketahui sejarah (history) pelaksanaan proyek. %



ditelusuri kembali suatu peristiwa yang pernah terjadi, kapan terjadinya, penyebabnya dan akibatnya dan lain-lain (track record), semuanya berupa data faktual yang sangat penting dan diperlukan sebagai bukti untuk menunjang atau mendukung suatu tuntutanl Maim maupun untuk pembelaan diri terhadap suatu tuntutanl Maim. Selain itu, catatan-catatan tersebut juga dapat dipakaildigunakan untuk keperluan pemantauan (monitoring) selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan dan sebagai data umpan balik (feed back data) ataupun masukan (input) untuk proyek lainnya yang sejenis setelah Pekerjaan selesai dilaksanakan. Yang perlu didokumentasikan dengan baik selama pelaksanaan proyek adalah: %



* %



*



Informasildata perencanaan, meliputi: + Gambar-gambar pra-rencana; + Rencana waktu pelaksanaan awal; dan Semua dokumen (termasuk surat-surat, memo, laporanlaporan dari direksi proyek, sub-kontraktor atau kontraktorkontraktor lainnya) yang berhubungan dengan lamanya atau urutan dari aktivitas proyek. Catatan Pembayaran Kemajuan Pekerjaan (Progress Payment Record); Surat-menyurat (Korenpondensi); Laporan-laporan harian yang menerangkan hal-hal sebagai berikut: + Keadaan cuaca di lokasi; + Nama-nama orang yang datang ke lokasi; + Bahan-bahan/barang-barangyang datang;



+ Keluar masuknya peralatan dan penempatannya; + Jumlah pekerja dan pekerjaan yang dilakukan masing-masing; + Uraian mengenai jenis dan jumlah pekerjaan yang telah dilaksanakan.



* Foto-foto danlatau video danlatau film * Daftar gajilupah * Gambar kerja (Shop Drawings) * RisalahINotulen Rapat * Instruksi-instruksi dan persetujuan-persetujuan B. 1.3.c. Pasal-pasal penting dalam kontrak Berdasarkan pengalaman, terdapat pasal-pasal kontrak yang sering menimbulkan kesalahpahaman (dispute) antara pemilik proyek dan kontraktor. Pasal-pasal ini perlu mendapat perhatian pada saat penyusunan kontrak sebelum ditandatangani. Dalam tulisan ini digolongkan sebagai pasal-pasal penting dalam kontrak, sebagai berikut:



1. Lingkup pekerjaan: berisi tentang uraian pekerjaan yang termasuk dalam kontrak



2. Jangka waktu pelaksanaan, menjelaskan tentang : * total durasi pelaksanaan * pentahapan (milestone), bila ada * hak memperoleh perpanjangan waktu * ganti rugi keterlambatan



3. Harga borongan, menjelaskan:



* nilai yang harus * *



dibayarkan oleh pemilik proyek kepada kontraktor untuk melaksanakan seluruh lingkup pekerjaan, sifat kontrak, Lumpsum fixedprice atau unit price biaya-biaya yang termasuk dalam harga borongan



4. Cara pembayaran, berisi ketentuan tentang:



* tahapan pembayaran * cara pengukuran prestasi * jangka waktu pembayaran * jumlah pembayaran yang ditahan pada setiap tahap (retensi) * konsekuensi apabila terjadi keterlambatan pembayaran (misalnya denda)



5. Pekerjaan tarnbah atau kurang, berisi:



* definisi pekerjaan tarnbahlkurang * dasar pelaksanaan pekerjaan tambahlkurang (misal persetujuan yang diperlukan)



* dampak pekerjaan tambahlkurang terhadap harga borongan * dampak pekerjaan tarnbahlkurang terhadap waktu pelaksanaan * cara pembayaran pekerjaan tarnbahlkurang 6. Pengakhiran perjanjian, berisi ketentuan tentang:



* hal-hal yang dapat mengakibatkan pengakhiran perjanjian * hak untuk mengakhiri perjanjian * konsekuensi dari pengakhiran perjanjian B.1.3.d. Istilah-istilah yang sering muncul dalam kontrak Dengan mempelajari sejumlah kontrak yang pernah dilaksanakan oleh kontraktor yang telah berpengalaman, ada beberapa istilah yang sering muncul dalam kontrak, antara lain:



B.1.3.d.1. Provisional sum, adalah sejumlah biaya yang disediakan oleh pemilik proyek dan termasuk dalam nilai kontrak, untuk mencakup pekerjaan-pekerjaan yang sudah tercantum dalam dokumen kontrak namun belum dapat dihitung dengan pasti volumenya. Besarnya pembayaran kepada kontraktor adalah sesuai realisasi volume yang dikerjakan.



B.1.3.d.2. Prime cost, ialah sejumlah biaya yang disediakan oleh pemilik proyek dan termasuk dalam nilai kontrak, untuk mencakup pekerjaanpekerjaan yang sudah ditentukan jenis dan harganya, biasanya dikerjakan oleh kontraktor tertentu.



B.1.3.d.3. Nominated sub contractor (NSC), adalah sub-kontraktor yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, dengan: Spesifikasi dan negosiasi disepakati antara pemilik proyek dan NSC Pembayaran kepada NSC dilakukan melalui kontraktor utama Kontraktor utama mendapatkan fee koordinasi (coordination fee), untuk melaksanakan koordinasi waktu dan pelaksanaannya. Biasanya besarnya coordinationfee adalah berkisar antara 3 - 4 persen Kontraktor utarna tidak bertanggung jawab atas mutu pekerjaan NSC



B.1.3.d.4. Defect liability period, atau masa pemeliharaan adalah suatu kurun waktu terhitung sejak dilakukannya Penyerahan Pertama Pekerjaan, untuk menyelesaikan cacat-cacat yang ditemukan pada saat Penyerahan Pertama serta kerusakan-kerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan. Biasanya masa pemeliharaan ditetapkan selama 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan



B.1.3.d.5. Force majeure, atau keadaan memaksa adalah peristiwa-peristiwa yang berada di luar kemam~uanpemilik proyek maupun kontraktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan pelaksanaan, yaitu: Bencana dam (gempa bumi, tanah longsor, badai, banjir) Perang, revolusi, makar, hum-hara, pemberontakan, kerusuhan, kekacauan Kebakaran Keadaan memaksa yang dinyatakan secara resmi oleh pemerintah



B.1.3.d.6. Arbitrase, adalah suatu badan hukum yang ditunjuk untuk menyelesaikan perselisihan antara pemilik proyek dan kontraktor yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah. Untuk kontrak yang berlaku di Indonesia, telah tersedia Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)



B.1.3.d.7.E s k a h i harga Eskalasi harga adalah perubahan harga bahan, upah, dan alat sesuai dengan kondisi pasar, yang dapat mengakibatkan perubahan harga kontrak. Pada kontrak-kontrak tertentu, kontraktor diperkenankan untuk mendapatkan penyesuaian harga akibat eskalasi, yang diatur dalam pasal Penyesuaian Harga Contoh: Ada tidaknya penyesuaian harga biasanya tercantum dalam pasal Kontrak, antara lain: o apabila terjadi penambahan atau pengurangan harga yang melampaui keadaan normal, dan atau bila ada tindakan kebijakan pemerintah Republik Indonesia dalam bidang moneter yang diumumkan secara resmi, dan hanya diperkenankan untuk komponen harga dalam mata uang rupiah. o Proyek-proyek pemerintah yang berdurasi lebih dari satu tahun (multi years contract) yang mengacu kepada KEPPRES No.16 Tahun 1994.



Penyesuaian harga diberlakukan untuk setiap angsuran pembayaran yang diterima kontraktor Penyesuaian harga diikuti dengan pembuatan Addendum Kontrak Contoh rumus yang digunakan untuk penyesuaian harga kontrak antara lain sebagai berikut:



Hn



: Harga satuan baraniljasa pada saat pekerjaan



Ho



:



a



:



b, c, d



:



Bn, Cn, Dn



:



Bo, Co, Do



:



dilaksanakan Harga satuan barangljasa saat perhitungan harga penawaran (28 hari sebelum pemasukan penawaran) Koefisien tetap = 0.15 Koefisien komponen kontrak, seperti tenaga kerja, bahan, alat, dst. Penjumlahan b+c+d dst. adalah 1 Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan Indeks harga komponen pada saat penyusunan harga penawaran (28 hari sebelum pemasukan penawaran)



Berdasarkan perhitungan tersebut, maka penyesuaian harga boronganl nilai kontrak menggunakan rumus: Pn



=



(Hn, xV,)



+ (Hn, xV,) + (Hn, xV,) + ..........



Pn



: Nilai kontrak setelah dilakukan penyesuaian harga



Hn



: Harga satuan baru setelah dilakukan penyesuaian



satuan barangljasa



v~



harga menggunakan rumus penyesuaian harga tersebut di atas : Volume pekerjaan utarna yang dilaksanakan



B. 1.3.d.8. Ckzim Claim adalah suatu tuntutanltagihan yang muncul karena beberapa hal. Dalam standar kontrak international biasa digunakan sebagai referensi adalah buku: "Condition of Contract (International) for works of Civil Engineering Construction" yang disusun oleh FIDIC.



Di, dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, sering kali kita dihadapkan pada suatu masalah Administrasi Kontrak, terutama untuk proyekproyek yang didapat dari tender internasional (ICB).



B. 1.3.d.8.1. Masalah yang dapat menimbulkan Claim Di dalam kondisi kontrak di atas disebutkan ada beberapa masalah yang dapat menimbulkan claim: a. Variations b. Keadaan lapangan yang tidak sesuai dengan kontraklpenjelasan dalam Prebid Meeting (Adversephysical condition). c. Pelanggaran kontrak (Breach of Contract) d. Penghentianlpenundaan pekerjaan e. Keterlambatan dan pengaruhnya f. Special Risk g. Changest Cost & Legilation a. Variations (Clause 61.1. FIDIC) a. 1. Engineer dapat mengeluarkan suatu Variation Order kepada Kontraktor, karena keadaan lapangan yang tidak sesuai dengan design atau sebab-sebab lain, misalnya: - Kenaikan atau pengurangan volume suatu pekerjaan yang termasuk di dalam Kontrak. - Menghilangkan suatu jenis pekerjaan. - Merubah karakter atau kualitas dari suatu pekerjaan. - Perubahan level, posisi, ukuran, suatu pekerjaan, dan, - Instruksi pekerjaan tambah yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. a.2. Tidak boleh ada Variation Order yang dikerjakan oleh Kontraktor tanpa ada instruksi tertulis dari Engineer1 Pemimpin ProyekIWakil pemilik proyek. Apabila ada instruksi tertulis lisan, Kontraktor harus mengkonfirmasikan secara tertulis kepada Engineer, dalam waktu maksimum 7 hari setelah dikeluarkannya instruksi lisan tersebut. Dan apabila dalam waktu maksimum 14 hari tidak ada jawaban dari Engineer, maka instruksi lisan tersebut dapat dianggap sebagai instruksi tertulis dari Engineer.



Di dalam mengeluarkan V.O. ini (yang biasanya berdampak pada biaya) Engineer selalu mengacu kepada Kontrak untuk menetapkan unit pricelspesifikasi dan lainlain. Apabila VO. ini berakibat kepada penambahan, pengurangan volume lebih besar dari 10 persen, maka dimungkinkan suatu unit price baru berdasarkan negosiasi.



a.3. Variation Order juga bisa berupa duy work (Clause 52.4. FIDIC) Day Work adalah perintah tertulis dari Engineer kepada Kontraktor untuk mengerjakan suatu pekerjaan berdasar kepada day work rate. Pekerjaan tersebut biasanya tidak ada dalam Kontrak, karena sukar dihitung perkiraan biayanya. Rate dari dzy work ini, biasanya sudah disepakati di dalam Kontrak (Man Power, Equipment, Materials).



ad.b. Adverse Physical Condition (Clause 12.2. FIDIC) Suatu keadaanlsituasi yang tidak sesuai dengan Kontrak atau penjelasan awal Kontrak. Kontraktor biasanya sangat familiar dengan Clause ini, karena sebagian besar claim berasal dari Clause ini. Termasuk di dalam pasal ini adalah ketidaksesuaian dalam hal, antara lain: 1. Keadaan lapisan tanah atau kondisi setempat dibanding gambar rencana.



2. Adanya halangan (obstruction) yang tidak kelihatan dari semula (unforeseen).



3. Peraturan-peraturan, baik daerah maupun pusat yang dikeluarkan setelah tender. 4. Pembayaran dari Owner terlambat, tidak sesuai Kontrak. Dengan keadaan seperti ini, Pasal ini mengatur adanya extention of time1 perpanjangan waktu kontrak (Clause 44.1), yang apabila disetujui, maka Kontraktor dapat langsung mengaitkan dengan Clause 12, (suatu hak dari Kontraktor untuk minta biaya tambah akibat keadaan di atas) dengan suatu pemberitahuan secara tertulis.



ad.c. Pelanggaran Kontrak (Breach of Contract) Claim ini timbul dikarenakan hal-hal yang telah disepakati di dalam Kontrak tidak ditepati. Dalam hal ini bisa juga terjadi hal-ha1 khusus, termasuk dalam lingkup ini adalah:



1. Higher Peformance Standard Termasuk di sini adalah permintaan untuk antara lain: a. Percepatan waktu dari schedule yang ditetapkan, yang menghbatkan pertambahan biaya overtime, equipment, material dan overhead. b. Perubahan mutu bahan material. 2. Sequence Change Apabila Engineer memerintahkan untuk mengganti sequence pelaksanaan pekerjaan dari Kontraktor sesuai dengan keinginan Engineer, maka segala risikolpenarnbahan alat dan lain-lain dapat diklaimkan.



3. Peformance Method Change Apabila Engineer memerintahkan untuk mengganti metode pelaksanaan Kontraktor sesuai dengan keinginan Engineer, maka segala risikolpenambahan alat dan lain-lain dapat diklaimkan



ad.d. Suspension of works (Clause 40.1) Apabila dalam pelaksanaan suatu pekerjaan Engineer memerintahkan untuk menunda pekerjaan tersebut, karena suatu hal, maka Kontraktor berhak mengajukan claim dengan cara mengirim pemberitahuan secara tertulis, dalam waktu maksimal 28 hari sejak instruksi Engineer, untuk mohon perpanjangan waktu (Clause 44 FIDIC). Seterusnya dengan Clause 12 FIDIC berhubungan dengan permintaan tambahan biaya.



ad.e. Delay & Impact Apabila Engineer terlambat dalarn suatu keputusan, maka keterlambatan tersebut bisa berakibat kepada perpanjangan waktu pelaksanaan proyek (Clause 44 FIDIC). Biasanya dalam waktu 28 hari Engineer harus sudah memutuskan:



1. Possession of Site (Clause 42.1. FIDIC) Apabila Employer/Engineer sudah memberikan Order to Commence kepada Kontraktor, akan tetapi lapangan belum bisa dikerjakan ' oleh Kontraktor (pembebasan tanah dan lain-lain). 2. Terlambat dalam keputusan shop drawing dan method. 3. Dan lain-lain.



ad.f. Special Risk (Clause 20.2. FIDIC) Termasuk di sini adalah perang, invasi, revolusi, dan lain-lain. Dalam hal ini Kontraktor berhak untuk perpanjangan waktu (Clause 44 FIDIC).



ad.g. Perubahan Cost dan Undang-undang sesuai dengan Clause 70.2. Dimunglunkan adanya perubahan cost karena adanya eskalasi. Eskalasi ditetapkan di dalam Kontrak, meliputi:



1. Rumus Eskalasi 2. Cara pengambilan/sumber-sumber indeks 3. Cara pembayaran Sesuai dengan pasal ini pula, Kontraktor berhak mengajukan claim, apabila dalam pelaksanaan proyek Pemerintah mengeluarkan suatu peraturan atau undang-undang baru yang mempengaruhi cost.



B. 1.3.d.8.2. Mengurangi Dispute dalarn Claim Untuk menghilangkanlmengurangi Dispute dalam claim, seharusnya sebelum penandatanganan Kontrak, atau pada waktu prebid meeting, semua hal telah ditanyakan dan dijawab secara tertulis. Untuk mendukung claim, diperlukan data-data pendukung. Data ini tidak dibuat pada waktu membuat claim, melainkan dibuat sejak awal proyek sampai proyek selesai.



B. 1.3.d.8.3. Data yang diperlukan untuk pengajuan Chim: 1. Schedule a. Master & revised schedule b. Progress schedule realization c. Korespondensi segala macam surat menyurat yang berhubungan dengan masalah di atas, termasuk nomer agenda dan tanda terima suratlexpedisi. d. Lain-lain



2. Memo Memo yang tertulis oleh Engineer/staff untuk kasus di atas, lengkap dengan tanggal memo.



3. Minutes of Meeting Minutes of Meeting yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Minutes of Meeting ini biasanya ditulis setelah meeting selesai (mingguan, bulanan, special meeting). Semua meeting hendaknya dibuat minute-nya, dan apabila OwnerlKonsultan tidak membuat, maka Kontraktor membuat secara tertulis, kemudian menandatangani bersama.



4. Foto Foto &an menjadi data yang baik, apabila disertai keterangan tanggal foto diambil dan nama orang yang mengambil foto.



5. Daily Record ~ a i & ~ e c o ini r d dibuat setiap hari oleh pelaksana lapangan dan ditandatangani oleh inspector lapangan. Daily Record ini memuat: Jenis pekerjaan, jam kerja & jumlah peralatan, jumlah orang & jam kerja, cuaca, material yang datangldigunakan, alat-alat yang rusak, serta kejadian-kejadian khusus. Daily Record ini sangat penting, karena dapat menjadi bukti yang sangat kuat.



6 Pay Record &Pay Request Data ini digunakan untuk menyajikan dokumen pengajuan pembayaran yang sudah dan belum dibayar.



7 . Inspection Report Untuk memulai suatu pekerjaan, biasanya ada request ,firm kepada Engineer/staff untuk memeriksanya terlebih dahulu. Komentar-komentarlperintah-perintah dari Engineer/staff dapat digunakan untuk data pendukung.



8. Data-data pendukung yang lain, misalnya: - Peraturan-peraturan baru -



Data-data gelombang, curah hujan



- Indeks harga BPS, dan lain-lain.



B. 1.3.d.8.4. Cara Menyusun Claim Biasanya Claim dibuat dalam urutan-urutan seperti di bawah ini: 1. Background Claim Memuat pendahuluan dan kesulitan-kesulitan Kontraktor karena masalah tersebut.



2. Kronologis & Korespondensi Cerita singkat mengapa masalah ini terjadi dan diteruskan kronologi surat-menyurat.



3. Contractual Matters/LegalAspect Berisi tentang dasar-dasar hukum, Pasal-pasal Kontrak, Peraturanperaturan yang mendukung claim tersebut.



4. Perhitungan Biaya yang Diajukan: Beberapa cara perhitungan Cost: a. Dengan (Day Work Rate x 50%) untuk standby ditambah overhead yang disepakati (10% atau 20%). b. Bila tidak ada Day Work Rate, perhitungan didasarkan pada harga sewa rata-rata pasar ditambah overhead. c. Jumlah hari standby x rate denda, bila Kontraktor terlambat (Liquidated Damage). 5. Data-data pendukung (Lihat pada item C) Penyusun claim yang baik dengan data-data dasar yang kuat, sering kali membantu EmployerlEngineer untuk memberikan tambahan biaya kepada Kontraktor.



Contoh pengajuan Claim adalah seperti pada lampiran E.5.



B. 1.3.e. Urutan Kekuatan Dokumen dalam Kontrak Dokumen Kontrak adalah kumpulan dokumen yang saling melengkapi menjadi suatu dokumen perjanjian antara Pemberi Tugas dan Penerima Tugas. Dalam pelaksanaan Proyek, kadang kadang kita menemui kesulitan untuk melaksanakan suatu perintah karena perintahnya berbeda dengan isi



dokumen yang ada dalam Kontrak. Kadang kala kita juga mengalami kesulitan untuk menghitung suatu Tender karena antara isi dokumen yang satu dan yang lain dalam suatu proyek ternyata menyebutkan suatu hal dengan kondisi yang berbeda. Lalu bagaimana kita memutuskan hal tersebut? Prinsip dari urutan kekuatan (prioritas untuk diikutildilaksanakan) adalah: "Dokumen yang terbit lebih akhir adalah yang lebih kuatlmengikat untuk dilaksanakan" Apabila tidak ditentukan lain, sesuai dengan prinsip tersebut di atas, maka urutanlprioritas pelaksanaan pekerjaan di Proyek adalah berdasarkan: 1. Instruksi tertulis dari Konsultan MK (jika ada). 2. Addendum Kontrak (jika ada) 3. Surat Perjanjian pemborongan (Article of Agreement) dan syarat syarat Perjanjian (Condition of Contract) 4. Surat Perintah Kerja (Notice to Proceed), Surat Penunjukan (Letter of Acceptance) 5. Berita Acara Negosiasi 6. Berita Acara Klarifikasi 7. Berita Acara Aanwijzing. 8. Syarat syarat Administrasi 9. SpesifikasiISyarat Teknis 10. Gambar Rencana Detail 11. Gambar Rencana 12. Rincian Nilai Kontrak Dokumen No. 3 sld No. 12 pada umumnya menjadi Dokumen Kontrak awal yang telah dijilid lengkap dan menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan di Proyek Dalam lingkup perhitungan tender, pada umumnya bagian dari Dokumen Kontrak yang telah terbit adalah Dokumen No. 5 sld No. 11. Apabila ada perbedaan di antara dokumen tersebut, maka harus dikembalikan kepada prinsip: "Yang terbit lebih akhir adalah yang lebih kuatl mengikat".



B.2. PELAKSANAAN PROYEK Proyek adalah sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan di mana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skilh) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran (goah) proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir. Kontraktor sebagai pelaksana konstruksi mempunyai tugas dan kewajiban melaksanakan dan menyerahkan proyek itu sesuai kontrak kepada Pengguna Jasa. Seluruh kegiatan yang mendukung pelaksanaan proyek memerlukan suatu manajemen yang biasanya disebut Manajemen Proyek. Manajemen Proyek dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengelola dan mengorganisasi beragam sumber daya selama masa proyek, di mana tujuan akhirnya adalah t e m j u d n y a sasaran proyek yang meliputi kualitas, waktu, dan biaya yang telah ditentukan. Tiga elemen utama dalam Manajemen Proyek adalah:



1. Manajer Proyek (Project Manager) Tugas dan tanggung jawab Manajer Proyek antara lain: menetapkan sasaran dan menjelaskan cara mencapai sasaran tersebut, menentukan orang-orang yang tepat sesuai dengan kewenangannya, serta pelatihan (training) yang dibutuhkan. mendemonstrasikan kepemimpinan (leadership) serta memberikan motivasi kepada seluruh staf jajarannya. melakukan evaluasi atas kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang tepat bila terjadi deviasi terhadap sasaran yang telah ditetapkan. bertanggung jawab mengintegrasikan usaha dari sekelompok orang yang berasal dari berbagai fungsi untuk mencapai sasaran proyek yang spesifik.



2. Tim Proyek (Project Team) Tim Proyek adalah sekelompok orang yang berasal dari berbagai fungsi organisasi dan disiplin ilmu dan keahlian, yang dipimpin oleh Manajer Proyek. Tim akan memilih dan menunjuk sumber daya yang akan digunakan, meliputi



sub kontraktor, mandor, dan supplier untuk menyediakan material, alat dan jasa, serta berperan aktif dalam menjalankan proyek, agar dapat memenuhi target mutu, waktu, dan biaya yang telah ditetapkan. Ukuran dan macam komposisi keanggotaan Tim Proyek mungkin berubah-ubah selama periode proyek, dan akan berakhir setelah proyek selesai.



3. Sistem Manajemen Proyek (Project Management System) Sistem Manajemen Proyek terdiri dari struktur organisasi dan sistem inf~rmasi.~ Organisasi ditetapkan oleh manajemen puncak (top management), dan ditetapkan pula hubungan antara anggota Tim Proyek dan Manajer Proyek. Salah satu struktur organisasi yang sering dipakai adalah Struktur Organisasi yang biasanya bersifat fungsional, di mana struktur organisasi dikelompokkan menurut area fungsi spesifik. Sistem Manajemen Proyek juga menyediakan sistem untuk mengintegrasikan perencanaan (planning) dengan pengendalian proyek (kontrol) dan akumulasi informasi berupa pelaporan yang berkaitan dengan hasillkinerja (performance), biaya, sumber daya yang digunakan, jadwal, proyeksi waktu, dan biaya untuk menyelesaikan p r ~ y e k . ~



B.2.1. Organisasi Proyek B.2.1.a. DefinisiIPengertian Pengertian organisasi pada umumnya adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan dalam wadah dan cara tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan proyek juga bisa diartikan bahwa organisasi proyek merupakan sekelompok orang dari berbagai latar belakang ilmu, yang terorganisir dan terkoordinir dalam wadah tertentu yang melaksanakan tugas dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Tugas yang dimaksud di sini adalah mengelola pelaksanaan proyek dengan harapan pekerjaan bisa berlangsung dengan lancar dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan berupa keuntungan bagi perusahaan dan kepuasan pelanggan sebagai pengguna jasa.



'Lee J. Krajewski & Larry P. Riaman, Operational Management, Strategy andAnalysis, 5th Ed., hlm. 796-798 'Lee J. Krajewski & Larry P. Riaman, Operational Management, Strategy and Analysis, 5th Ed., hlm. 796-798



B.2.1.b. Menyusun Organisasi Proyek Penyusunan sebuah organisasi proyek dimulai dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasi fungsi dan kegiatan-kegiatan yang ada dalam sebuah proyek, mengelompokkan kegiatan yang sejenis dalam satu unit tertentu, menyiapkan personalia yang akan menjalankan fungsi dan kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan kelompok kegiatannya serta menyusun mekanisme koordinasi dari masing-masing fungsi dan kegiatan tersebut. Segara garis besar fungsi-fungsi yang ada dalam sebuah organisasi Proyek Konstruksi antara lain meliputi:



B.2.1.b.l. Fungsi Perencanaan teknis dan keuangan; dengan fungsi spesifik meliputi kegiatan: Perencanaan rekayasa teknik (engineering) a.1: pembuatan jadwal pelaksanaan (master schedule), perencanaan sumber daya (bahan, alat dan subkontraktor), perencanaan metode pelaksanaan, perencanaan mutu serta perencanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Perencanaan Administrasi dan Keuangan a.1 meliputi: pembuatan cash $ow, perencanaan terminlpenagihan, sistem akuntansi dan perpajakan proyek serta pengelolaan SDM proyek.



B.2.l.b.2. Fungsi PelaksanaanIOperasional;meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan untuk mewujudkan bentuk fisik bangunan sesuai dengan perencanaan teknis dan keuangan seperti pada butir b l di atas.



B.2.l.b.3. Fungsi Pengendalian; meliputi kegiatan membandingkan realisasi operasional dengan perencanaan dan bila terdapat deviasi terhadap perencanaan maka dilakukan analisis penyebabnya dan diarnbil tindakan solusinya. Secara skematis fungsi utama dan hubungan antar fungsi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk struktur organisasi sbb:



Project Manager



Engineering Perencanaan Pengendalian



Operasional Sipil, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal



Administrasi Umum SDM Keuangan



B.2.l.c. Faktor-factor yang mempengaruhi organisasi proyek Dalam bisnis jasa konstruksi, besar kecilnya organisasi proyek itu sangat berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan proyek itu sendiri. Kendati belum ada penelitian yang riil mengenai sejauh mana pengaruh bentuk organisasi terhadap efektivitas dan efisiensi pelaksanaan di lapangan, namun banyak contoh yang membuktikan adanya pengaruh kuat dan langsung dari bentuk organisasi terhadap tingkat efisiensi pelaksanaan pekerjaan. Bentuk organisasi proyek sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: besar-kecilnya volume dan ruang lingkup pekerjaan, besar kecilnya nilai proyek, tingkat kompleksitas pelaksanaan proyek, waktu pelaksanaan yang tersedia, penggunaan teknologi. lokasi. Semua faktor yang mempengaruhi bentuk dan besar kecilnya sebuah organisasi proyek tersebut di atas bermuara pada efisiensi, yang dalam ha1 ini diukur dari produktivitas serta nilai overhead proyek. Nilai overhead proyek menjadi bagian dari Biaya Produksi Proyek dan merupakan Biaya Tak Langsung. Ketatnya persaingan dibidang usaha jasa konstruksi mengharuskan perusahaan-perusahaan Kontraktor untuk menekan overheadnya sekecil mungkin. Untuk sebuah perusahaan jasa konstruksi berdasarkan pengalaman besarnya overhead proyek itu berkisar antara 4 sd 8 % dari Biaya Produksi Proyek.



2.l.d. Contoh Organisasi Proyek Dalam bagan berikut ini bisa dilihat contoh organisasi proyek yang diterapkan pada PT PP dalam pelaksanaan suatu proyek. Skema ini sederhana, namun sudah memperhitungkan efisiensi dan efektifitas penanganan pekerjaan di lapangan. Contoh ini merupakan satu dari sekian banyak bentuk Organisasi yang bisa dibuat untuk kepentingan pelaksanaan proyek.



Project Manager



Site Engineering Manager (SEW



Site Operation Manager, (SOW



General Superintendent



-



Site Administration Manager (SAM)



Staff SAM



Tim Proyek dipimpin oleh Project Manager dibantu oleh Site Engineering Manager (SEM) atau Manajer Teknik, Site Operation Manager (SOM) atau Manager Operasi dan Site Administration Manager (SAM) atau Manager Administrasi. Masing-masing mempunyai staf yang jumlahnya tergantung kepada faktor yang mempengaruhi bentuk organisasi tersebut.



B.2.1 .e. Tugas dan Wewenang Personalia Kunci Setelah personil yang menjadi Project Manager (PM) ditetapkan, maka Project Manager menyusun personalia tim proyek yang akan menjadi pembantu-pembantunya dalam mengelola proyek dan kemudian bersama tim merencanakan pelaksanaan proyek, termasuk mengadakan sumber daya seperti bahanlmaterial, tenaga kerjalmandor, subkontraktor, dan peralatan konstruksi.



Site Engineering Manager (SEM) atau Manager Teknik, bertugas memimpin unit engineering dan berwenang mengelola urusan yang menyangkut fungsi perencanaan teknik dan pengendalian, antara lain: Perencanaan - Perencanaan metode pelaksanaan (construction method) - Perencanaan gambar kerja (shopdrawing) - Perencanaan jadwal pelaksanaan (master schedule), jadwal bahan (material schedule), jadwal peralatan (equipment schedule) dan jadwal tenaga kerja (labor schedule) - Perencanaan mutu (quality plan) - Perencanaan arus kas (cash flow) - Perencanaan kesehatan dan kesehatan kerja (safetyplan) - Pemilihan subkontraktor Pengendalian adalah proses membandingkan seluruh perencanaan seperti tersebut di atas dengan realisasi yang dicapai dalam pelaksanaannya dengan melakukan analisis terhadap deviasi yang terjadi. Apabila deviasinya adalah negatif, hendaknya dicari cara tertentu untuk menyelesaikannya. Site Operation Manager (SOM) atau Manajer Operasi Lapangan memiliki tugas memimpin unit operasi lapangan, dan benvenang dalam mengelola pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai fungsi operasionalnya yang, meliputi: Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan baik teknis maupun keuangan sebagaimana disiapkan oleh unit Engineering. Mengkoordinasikan para Kepala Pelaksana (General Superintendant) dalam mengendalikan dan mengontrol pekerjaan para mandor dan subkontraktor. Membina dan melatih keterampilan para staf, tukang, dan mandor. Melakukan penilaian kemampuannya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Site Administration Manager (SAM) atau Manajer Administrasi Lapangan, bertugas memimpin unit administrasi proyek dan benvenang mengelola urusan keuangan, akuntansilpembukuan, urusan umum dan SDM proyek, antara lain meliputi: Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada Pemilik Proyek, Melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal (media pembukuan),



Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran. Mengurus masalah perpajakan dan asuransi, dll. B.2.2. Perencanaan Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) Sebelum proyek dilaksanakan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat Perencanaan Petunjuk Pelaksanaan atau biasa disebut dengan istilah Juklak. Juklak adalah suatu kegiatan mempersiapkan bagaimana suatu pekerjaan akan dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Perencanaan merupakan hal yang paling penting dalam manajemen proyek. Bahkan dapat dikatakan bahwa apabila proyek telah membuat perencanaan yang baik pada awal pelaksanaannya, ini berarti 70 persen pekerjaan telah selesai. Oleh karena itu, perencanaan proyek harus dilakukan secara akurat agar hasil yang maksimal dapat tenvujud. B.2.2.a. Informasi Dasar yang Diperlukan Informasi dasar yang diperlukan untuk membuat Juklak, yaitu: 1) Dokumen Kontrak Gambar Spesifikasi 2) Pengalaman sebelumnya 3 ) Personil yang memiliki pengalaman proyek sejenis 4) Kondisi lapangan dan lingkungan 5) Sumber material dan kemampuan pengadaannya 6 ) Sumber tenaga kerja serta kemampuan pengadaannya 7) Sub Kontraktor spesialis yang tersedia 8) Ketersediaan peralatan B.2.2.b. Penyusunan Tim Juklak Penyusunan Juklak biasanya dilakukan oleh sebuah tim yang ditunjuk oieh pimpinan yang berwenang dengan susunan anggota sebagai berikut: 1) Ketua 2) Wakil Ketua 3) Sekretaris 4) Anggota: a. Bidang Metode Pelaksanaan b. Bidang Logistik



c. Bidang Peralatan, dan d. Bidang Keuangan dan Anggaran Biaya B.2.2.c. Pembuatan Juklak Perencanaaan yang disusun oleh tim Juklak meliputi antara lain:



1. Perencanaan Biaya 2. Perencanaan Mutu 3. Perencanaan Waktu 4. Perencanaan Metode Pelaksanaan 5. Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) B.2.2.c.l. Perencanaan Biaya (Anggaran Proyek) Perencanaan biaya proyek dalam Juklak mengacu kepada data yang ada pada waktu tender dan disebut juga sebagai Rencana Anggaran Pelaksanaan Tender (RAPT). Tolok ukur keberhasilan dalam . pengendalian biaya proyek dilihat dari nilai akhir biaya yang dikeluarkan dibandingkan terhadap target yang ditetapkan perusahaan. B.2.2.c.2. Perencanaan Mutu Perencanaan mutu adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Pemilik Proyek, sesuai dengaq Konuak. Kontraktor yang telah memperoleh Sertifikat ISO-9000, perencanaan mutu yang dibuatnya tidak terlepas dari prosedur yang telah ditetapkan dalam ketentuan program ISO-9000. Uraian lebih rinci tentang aplikasi sistem manajemen pengendalian mutu ISO-9000 ini dapat dibaca pada Bab C.3. Manajemen Mutu I S 0 9001-2000. Pembaca yang ingin mengetahui tentang I S 0 9000 ini khusus untuk Aplikasi dalam Bidang Usaha Kontraktor dapat membaca buku ISO-9000 untuk Konuaktor, yang disusun oleh PT PP (Persero), terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, 1997. ,



B.2.2.c.3. Perencanaan Jadwal Pelaksanaan Perencanaan Jadwal Pelaksanaan mengacu kepada batas waktu penyelesaian yang dituangkan dalam kontrak. Berlandaskan pada waktu penyelesaian tersebut, disusunlah Time Schedule yang pada umumnya berupa bar chart yang dilengkapi dengan kurva S, yang dapat berupa



Jadwal Pelaksanaan Induk (Master Schedule) yang mencakup perencanaan waktu seluruh kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Apabila diperlukan, dapat dibuat jadwal yang lebih rinci yang selalu mengacu kepada Master Schedule. Mengacu dari Jadwal Pelaksanaan Induk dibuatlah Jadwal pendukung, antara lain: Jadwal Peralatan (Equipment Schedule), menyangkut penyediaan, pendatangan serta jumlah peralatan yang diperlukan. Jadwal Bahan (Material Schedule), menyangkut pemesanan, pendatangan serta jumlah dan jenis bahan yang diperlukan. Jadwal Tenaga Kerja (Manpower Schedule), menyangkut pendatangan, keahlian serta jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Jadwal arus kas (cashfiw schedule), menyangkut rencana penerimaan (cash in), sesuai dengan cara pembayaran (term of payment) dari pemilik proyek maupun dana talangan (bridging Jinance) apabila diperlukan, rencana pengeluaran (cash out) untuk pembayaran kepada pihak ketiga. Jadwal penyelesaian proyek yang dimasukkan ke dalam Juklak tidak boleh lebih lambat daripada waktu yang ditetapkan dalam kontrak. Contoh-contoh pembuatan jadwal pelaksaan dapat dilihat pada bab B2.b.5 sampai B2.b.7, sedangkan contoh Cash Flow ada pada Lampiran. B.2.2.c.4. Perencanaan Metode Pelaksanaan Perencanaan metode pelaksanaan merupakan salah satu faktor kunci dalarn mencapai keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Proses penyusunan metode pelaksanaan merupakan hasil pembahasan, brainstorming, diskusi, referensi dari berbagi macam sumber, dan dituangkan dalam bentuk gambar-gambar kerja serta urut-urutan pelaksanaan pekerjaan (procedure, work instruction) yang menjadi acuan dalam pelaksanaan setiap pekerjaan. Perbaikan (improvement), inovasi, serta terobosanterobosan dalam pembuatan metode pelaksanaan dapat memberikan nilai tambah bagi tercapainya sasaran, baik mutu, waktu, maupun biaya. Uraian lebih rinci tentang Metode Pelaksanaan ini ada dalam satu bab tersendiri, yaitu Bab D. Metode Pelaksanaan Pekerjaan.



B.2.2.c.5. Perencanaan K3 Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berkaitan dengan penyusunan Safety Plan, Pengamanan Proyek (Security Plan), dan pengelolaan ketertiban serta kebersihan Proyek (House Keeping) dengan target fiero accident' (tidak ada kecelakaan kerja).



Safety Plan Safety Plan dibuat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan maupun arahan yang dikeluarkan oleh Depnaker selaku instansi yang melakukan kontrol terhadap hal ini. Safety Plan mencakup antara lain penyusunan Safety Management, Identifikasi bahaya kerja dan penanggulangannya, Rencana penempatan alat-alat pengaman seperti pagar, jaringlnet pada tangga dan tepi bangunan, railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan alat-alat pemadam kebakaran (tabung pemadam api), gudang bahan peledak, dan lain-lain. Security Plan Secutity Plan mencakup prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaaan tamu, identifikasi daerah rawan di wilayah sekitar proyek, prosedur komunikasi di proyek. Ketertiban dan Kebersihan Proyek (House Keeping) Pengelolaan Kebersihan Proyek adalah meliputi penempatan cerobong dan bak sampah, lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, pengaturan kantor dan jalan sementara, gudang, 10s kerja, barak pekerja, dan lain-lain. Tolok ukur keberhasilan pengelolaan K3 ini ditandai antara lain dengan produktivitas dan efektivitas serta tidak terjadinya kecelakaan kerja. Uraian lebih lengkap tentang K3 ini dijelaskan pada Bab K3 di Proyek.



B.2.2.d. Contoh Juklak Contoh standar isi suatu Juklak Proyek dapat dilihat pada daftar berikut:



STANDAR IS1 JUKLAK PROYEK GEDUNG



1. Project Over View (penjelasan data proyek) 2. Lingkup Pekerjaan P Persiapan P Struktur P Arsitektur m Mekanikal Elektrikal 3. Lay Out Proyek a Gambar denah P Tampak dan ~ o t o n ~ a (semua n sisilarah) w Foto kopi peta lokasi proyek dari buku peta Jakarta 4. Struktur Organisasi dan daftar alamat serta telepon k q personel (dilengkapi dengan Job Description-nyaluraian tugasnya) 5. Metode Pelaksanaan, berupa Flow Chart atau Network (mulai dari pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur sld arsitektur). 6. Time Schedule pelaksanaan, dilengkapi gambar denah dan potongan, perkembangan proyek bulan per bulan (khusus struktur).



7. Site PlanlSite Installation untuk pekerjaan persiapan, terdiri dari: a Batas-batas lokasi proyek (masukkan data dimensi dan jarak-jaraknya) w Kantor Pemilik Proyek (Pemilik Proyek) a Kantor Manajemen Konstruksi (MK) w Kantor Kontraktor (sesuai standar Perusahaan) et Stockyard (gudang bahan terbuka) untuk bahan mentah dan bahan jadi, workshop kayu, dan tempat sampah (masukkan data dimensi dan ukurannya)



QS Lokasi dan dimensi-dimensi tempat penumpukan sementara Scaffolding dan peralatan bekisting lainya PI Gudang tertutup (BBM) QS Genset & Ruang panel utarna PI Tower Crane QI Concrete Pump (pada saat cor) QI Lift bahan Q1 Lift penumpang Qi Saluran drainme, dewatering, dan air kotor lainnya 8) Tempat cuci mobil gS Tempat sampah dan tempat manuver trailer sampah a Pos jaga, pintu gerbang (detail desain) (B Lokasi penempatan material di luar besi beton dan kayu misalnya: pasir, split, bataco, dan lain-lain (B Jalan masuk dan arus lalu lintas keluar masuk kendaraanllogistik QI Barak pekerja, toilet, kantin QI Gambar pagar dan papan nama proyek 8. Gambar detail (denah, tampak, potongan) PI Kantor proyek Bb Gudang tertutup (BBM) PI Toilet, dan lain-lain sesuai Site Plan pada poin no. 7 di atas Catatan: semua bangunan fasilitas proyek agar dibuat sesuai standar yang ada.



m S T N G CONDITIONfKONDiSI SETEMPAT 9. Gambar (denah, potongan) posisi Existing Bangunan yang ada, utilitas di dalam tanah (kabel listrik, sir, telepon, dll.) dan bangunan disekitar lokasi yang berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek dan rencana relokasinya.



10. Denah lokasi bench mark (BM) + detail konstruksi BM.



11. Gambar Denah dan potongan pekerjaan tanah, urutan serta alur pelaksanaannya hendaknya mencakup: s Jenis alat yang digunakan e, Pengaturan lalu lintas di dalam proyek



s Perhitungan produktivitas kerja, jumlah alat (truck, excavator, dll) dan waktu pelaksanaan s Peta jalur dan lokasi buangan m Hasil penyelidikan tanah dan analisisnya. s Volume pekerjaan s Pembagian alur kerja dan zoning-nya.



12. Pekerjaan Retaining Wall, Ground Anchor, Deep Well termasuk Bekisting dan peralatan lainnya.



13. Gambar Denah, potongan pekerjaan pondasi dan urutan pelaksanaannya, hendaknya meiiputi: Skematik metode pelaksanaannya at Jenis alat yang digunakan, penempatan, dan brosurnya s Perhitungan produktivitas kerja dan waktu pelaksanaan s Pembagian zoning dan alur kerjanya s Site plan pekerjaan ini (lihat no. 10 dan 11) dan pengaturan lalu lintasnya s Volume pekerjaan, spesifikasi material danlatau desain betonnya



14. Site PlanlSite Installation saat pekerjaan tanah, pekerjaan fondasi dan struktur penunjang,dilengkapi dengan: s Instalasi distribusi listrik sementara untuk penerangan dan power point lengkap dengan ukuran kabel, panel diagram, dan lokasi penempatannya, lokasi lampu metode penggantungan kabel s Instalasi air kerja, ukuran pipa, pompa air, dan saluran buangan s Jalan aementara (pedetrian) untuk orang/pekerja dan perubahannia sesuai dengan sequence pekerjaan.



UPPER STUCTUREISTRUKTUR ATAS 15. Gambar Denah pekerjaan struktur, Kolom, Balok, Pelat Lantai dan Core Wall serta urutan pelaksanaannya, hendaknya memasukkan:



PI SP



e a



Jenis alat yang digunakan dan lokasi penempatan Perhitungan produktivitas kerja dan waktu pelaksanaan Pembagian kelompok kerja dan blocking-nya Volume pekerjaan



16. Gambar-gambar detail sistem Bekisting Kolom, Kepala Kolom, Balok, Pelat Lantai Tangga semua tipe dan Core Wall termasuk siklus penggunaan bekistingnya.



17. Perhitungan Bekisting dan Metode Pelaksanaannya (skematik urutan pelaksanaannya) 18. Metode cor khusus untuk basement + proteksinya



19. Metode perawatan beton untuk masing-masing elemen struktur s Kolom, balok, dinding, pelat, dll.



20. Site Plan/Site Installation saat pekerjaan struktur dilengkapi dengan:



a Instalasi pagar pengaman sementara dan penutup lubanglshafi (K3) e Instalasi distribusi listrik sementara untuk penerangan dan power point



lengkap dengan ukuran kabel, panel diagram, dan larnpunya di setiap lantai a Instalasi air kerja, ukuran pipa, pompa air, dan saluran pembuangannya (jika diperlukan) s Jalan sementara (pedestrian) untuk oranglpekerja dan perubahannya sesuai dengan urut-urutan pekerjaan struktur



21. Gambar alat angkut (Tower Crane, Lift bahan, Lift penumpang) s Gambar lokasi dan pondasi alat to Perhitungan kapasitas angkut dan jumlah alat yang dibutuhkan SP Jadwal harian pemakaian alat (untuk lift bahan khususnya) a Rencana operasi alat angkut, berupa gambar potongan dan lokasi pemberhentiannya. a Gambar jembatan dari lift ke gudang beserta pagar pengamannya.



22. Data tambahan



a Mix desain (rencana campuran beton) dan spesifikasinya a Perhitungan struktur tambahan (jika perlu) a Perhitungan struktur untuk pekerjaan sementara (jika perlu) Perencanaan pekerjaan Arsitektur a Flow chart pekerjaan arsitektur a Jenis pekerjaan yang perlu perhatian khusus, dominan danlatau menentukan penampilan akhir -a Metode pelaksanaan point di atas a Site Plan saat pekerjaan arsitektur berlangsung, menampilkan lokasi material, tempat pembuatan mortar, jalur air kerja, alur distribusi mortar a Jenis dan jumlah alat bantu yang diperlukan a Identifikasi dan jumlah alat bantu yang diperlukan a Identifikasi daerah yang perlu ditunda karena pekerjaan MIE dll. a Zoning pelaksanaan pekerjaan yang sudah dilaksanakan a Urutan pekerjaan pada item pekerjaan yang bersinggungan dengan MI E, misal: Toilet, R. Panel, R. AHU, dll. -a Rencana penempatan dan desain jembatan bahan



24. Perencanaan pekerjaan MIE a Flow chart pekerjaan MIE a Rencana pembagian pekerjaan sub Kontraktor MIE w Identifikasi ruang sesuai keperluan blok diagram MIE



Format monitoring kemajuan pekerjaan MIE (block Diagram MIE) io Identifikasi pekerjaan MIE yang perlu metode khusus (Chiller, Genset, AHU, dll.) w Metode pelaksanaan untuk poin tersebut di atas. PI



25. Daftar rencana shop drawing (gambar kerja) dan jadwal penggambarannya



26. Jadwal Peralatan (equipment schedule) 66



27. Jadwal Material Utama (Material schedule) dan urutan pengadaannya. 28. Jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disubkontraktorkan (yang pokok dan cenderung bermasalah)



29. Jadwal pekerja (Man Power Schedule) 30. Rencanan rapat-rapat koordinasi a Harian, waktu, harilagenda P, Mingguan, idem a Bulanan, idem ui Format-format yang digunakan untuk rapat-rapat tersebut.



31. Safety Plan QI



a a



r m



Safety Management: Struktur organisasi Safety, rencana Safety Meeting, rencana Safety patrol, Safety Training Procedure. Identifikasi bahaya kerja dan cara penanggulangannya untuk setiap item pekerjaan Rencana penempatan alat-alat pengaman seperti pagar, jaringlnet pada tangga dan tepi bangunan, railing serta rambu-rambu K-3 (Safety Sign board) dan lokasi kotak P3K Rencana jenis dan jumlah alat-alat Safety Daftar telepon, alarnat dan contact person lembaga-lembagalinstansi yang mengelola Safety seperti asuransi, rumah sakit, kepolisian, dan lain-lain.



32. Rencana Inspeksi dan standar inspeksi r Formulir yang digunakan untuk inspeksi masing-masing pekerjaan



33. Security Plan: a prosedur keluar masuk bahan proyek



Prosedur penerimaan tamu s Identifikasi daerah rawan di proyek m Prosedur komunikasi di proyek: frekuensi, pemegang, dan posisi alat komunikasi e,



HOUSE KEEPINGJKEBERSIHAN PROYEK



34. Prosedur pengelolaan kebersihan: s Penempatan cerobong sampah e, Lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja s Penempatan bak sampah dan alur pembuangannya s Standar prosedur kerja, struktur organisasi penangung jawab dan jumlah personil m Desain bucket sampah



35. Prosedur Site O@ce s Check list kebersihan masing-masing di proyek s Operasional dapur dan ruang makan e, Tata cara alas kaki, sepatu proyek, helm, safety belt, dl1 m Tata cara alat kerja, alat tulis, dan mesin fotokopi



36. Rencana (apa dan kapan) dokumentasi proyek, foto dan foto digital



37. Cdsh FlowlArus Kas 38. Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) Kendali



39. Standar Operating Procedure Proyek 68



(flow chart dan format)



a a w a a s s



Persetujuan Material Persetujuan Shop Drawing Progress Report Mingguan Progress Report BJanan Proses VO dan Pekerjaan tambah Persetujuan material on site Persetujuan izin pekerjaan



40. Dafiar Prosedur Umum yang harus ada di proyek



41. Rencana Training



ui Item pekerjaan yang dilatihkan a ~ e n c a n awaktu pelaksanaannya a Rencana pesertanya



42. Administrasi Kontrak a Dafiar pigcalk a Dafiar Peluang Klaim a Format Laporan Mingguan, Bulanan untuk pihak luar PT Estimasi & Besarnya Klaim a Estimasi & Besarnya Eskalasi s Dafiar Perubahan Deiain a Estimasi biaya perubahan B.2.2.e. Contoh Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Proyek Ada beberapa cara untuk membuat jadwal pelaksanaan proyek antara lain menggunakan bar chart (diagram batang) dan Network Planning (NPM,) dll. Pembuatannya dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan software komputer seperti Microsofi Project dan Primavera. Namun pada umumnya penggunaan bar chart masih dominan karena



pembuatannya lebih mudah, lebih sederhana, sehingga mudah dimengerti karena mengakomodasi kebutuhan perencanaan jadwal pelaksanaan proyek secara menyeluruh. Di samping itu, bar chart lebih fleksibel untuk melakukan perubahan maupun penyesuaian. Untuk bisa membuat jadwal ini kita perlukan datalinformasi-informasi sebagai berikut: o o o o o



Item pekerjaan yang akan dikerjakan Nilai dan bobot masing-masing item pekerjaan Durasi dari waktu pelaksanaan masing-masing item pekerjaan Urut-urutan pelaksanaan pekerjaan Total waktu penyelesaian pekerjaan



Semua data tersebut biasanya terdapat pada dokumen kontrak berupa Rencana Anggaran Biaya proyek. Berikut ini adalah contoh pembuatan Jadwal Pelaksanaan Proyek 'ABC' yang menggunakan .bar chart dengan data:



Nilai Proyek Waktu Pelaksanaan Lag&-langkah perhitungan



Rp. 75.000.000.000 8 bulan (32 minggu)



: : :



Menghitung persentase bobot pekerjaan: Nilai (Rp. juta)



B o b o t (%) (dihitung)



No



Item Pekerjaan



1



Pekerjaan Persiapan



2



Pekerjaan Galian Tanah



3



Pekerjaan Struktur Bawah



4



Pekerjaan Struktur Atas



1250



=



(125017500) x 100 = 16.67



5



Pekerjaan Finishinglhsitektur



1500



=



(150017500) x 100 = 30.00



6



Pekerjaan Mekanikal



1500



=



(150017500) x 100 = 20.00



7



Pekerjaan Elektrikal



1500



=



(1500/7500) x 100 = 20.00



200



=



50 750



7500



(20017500) x 100 = 2.67 =



=



(5017500) x 100 = 0.66



(75017500) x 100 = 10.00



Setelah bobot persentase pekerjaan dihitung berdasarkan nilai rupiahnya maka langkah selanjutnya adalah menghitung durasi waktu pelaksanaan masingmasing item pekerjaan. Durasi waktu pelaksanaan dihitung berdasarkan pengalaman pelaksanaan pekerjaan sejenis untuk suatu volume pekerjaan tertentu dan disesuaikan dengan ketersediaan waktu pelaksanaan sesuai kontrak. Durasi waktu ini biasanya dalam satuan minggu.



Menghitung bobot pekerjaan per minggu Langkah berikutnya adalah menghitung persentase bobot pekerjaan per minggu, yaitu dengan membagi rata (teoritis) bobot masing-masing item pekerjaan dengan durasinya, seperti pada tabel berikut:



Durasi (minggu)



Bobot per Minggu (%) (dihitung)



No



Item Pekerjaan



1.



Pekerjaan Persiapan



29



=



2,67 / 29



2.



Pekerjaan Galian Tanah



11



=



0,66 / 11 = 0,06



3.



Pekerjaan Struktur Bawah



15



=



l0,0'0 / 15 = 0,67



4.



Pekerjaan Struktur Atas



16



=



16,67 / 16 = 1,04



5.



Pekerjaan FinishingIArsitektur



15



=



30,OO / 15 = 2,OO



6.



Pekerjaan Mekanikal



12



=



20,OO / 12 = 1,67



7.



Pekerjaan Elektrikal



16



=



20,OO / 16 = 1,25



=



0,09



Catatan : Dalam prakteknya bobot masing-masing pekerjaan per minggu ini tidak rata karena rincian dari item pekerjaan mempunyai nilai bobot yang berbeda. Misalnya pada pekerjaan Struktur Atas, rincian pekerjaannya adalah pekerjaan-pekerjaan pemasangan bekisting, pemasangan besi, dan terakhir pengecoran. Masing-masing pekerjaan tersebut mempunyai bobot yang berbeda, di mana bobot terbesar ada pada pekerjaan pengecoran betonnya. Demikian pula misalnya pada pekerjaan Mekanikal, salah satu bagian



pekerjaannya adalah Pemasangan AC yang rincian pekerjaannya adalah pekerjaan pemasangan ducting dan pemipaan (instalasi), pemasangan Chiller (unit AC) dan pemasangan AHU. Bobot masing-masing pekerjaan berbeda, di mana bobot pekerjaan instalasi lebih kecil daripada bobot pekerjaan pemasangan unitlperalatan AC-nya. Namun untuk memudahkan memahami pembuatan jadwal digunakan perhitungan seperti di atas. Menyusun urut-urutan pelaksanaan masing-masing item pekerjaan dalam bentuk Diagram Batang (Bar Chart) Menghitung bobot pekerjaan per minggu dan akumulasi persentase pekerjaan. Membuat Kurva S



Kurva S adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara waktu dan kemajuan pekerjaan. Kurva S sangat berguna untuk mengetahui kemajuan pekerjaan, apakah lebih cepat atau lebih lambat daripada yang sudah direncanakan.



B.2.2.f. Contoh pembuatan Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja (Manpower Schedule) Berikut ini diuraikan contoh pembuatan manpower schedule untuk pekerjaan Struktur Atas suatu bangunan gedung. DataIInformasi yang diketahui: Volume pekerjaan Pekerjaan Pembesian : 20.000 kg : 1,500 m2 Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Pengecoran Beton : 2 1.000 m3 Produktivitas tenaga kerja 1 orang Tukang besi (+2 pembantu tukang)



Pemotongan & Pembengkokan Pemasangan 1 orang Tukang Bekisting (+2 pbt tukang) Pembuatan 1 orang Tukang Bekisting (+3 pbt tukang) Pemasangan



80 kglorglhari : 125 kg/org/hari :



:



6 m2/org/hari



:



6 m2/org/hari



1 orang Tukang Cor (+ 1 pembantu tukang): Pengecoran Beton Jangka waktu pelaksanaan Durasi waktu untuk sub item pekerjaan Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Pembesian Pekerjaan Pengecoran



:



:



12 m3/org/hari 16 minggu (102 hari)



13 minggu : 15 minggu : 1 hari :



Jumlah tukang yang diperlukan digambarkan dalam bentuk diagram batang berikut ini: Manpower Skejul Pekerjaan Struktur Atas



Dengan cara yang sama dihitung kebutuhan tenaga kerja untuk masingmasing item pekerjaan kemudian dituangkandalam satu jadwal yang mencakup seluruh pekerjaan dengan jadwal sesuai jadwal induk proyek.



B.2.2.g. Contoh Pembuatan Jadwal Pengadaan Alat (Equipment Schedule) Informasi yang diperlukan untuk pembuatan jadwal peralatan ini antara lain adalah: - Jenis dan kapasitas alat yang akan dipakai - Volume pekerjaan yang menggunakan alat tersebut - Durasi waktu pelaksanaan



Equipment Schedule Pekerjaan Struktur Atas



Catatan: Bar Bender-Mesin pembengkok Besi Bar Cutter-Mesin Pemotong Besi Concrete Pump-Pompa Beton Concrete Vibrator-Penggetar Beton untuk pemadatan beton pada waktu pengecoran



B.2.3. Pembelian dan Prosedur Pengadaan Bahan B.2.3.a. Pembelian Pada dasarnya usaha untuk meningkatkan daya saing perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan upaya-upaya penghematan biaya. Mengingat tingginya nilai biaya bahan dalam suatu proyek, yaitu rata-rata mencapai 70 persen dari seluruh biaya pelaksanaan proyek, maka setiap usaha untuk meningkatkan keuntungan perusahaan sangat tergantung pada efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelian bahan. Di samping itu, bahan juga bersifat fluktuatif dan rawan terhadap kenaikan harga, sehingga berada dalam jalur kritis dan mendominasi kebutuhan proyek. Kenaikan harga bahan harus diantisipasi pada saat tender, pemesanan, maupun penyimpanan, terutama untuk bahan strategis seperti semen, besi beton, dan plywood. Oleh karena itu, pengelolaan bahan perlu dilakukan dengan baik.



Berikut concoh fluktuasi h a r p bahan besi beton dan semen dari tahun 2000-2003.



CONTOH GRAFIK PERKEMBANGAN HARGA



GRAFIK PERKEMBANGAN HARGA SEMEN



z 30000 25000 1 20000 15000



10000 5000 0



2001



2000



2002



2003



TAHUN



GRAFIK PERKEMBANGAN HARGA BESl BETON 3500



z



3000 2,509



m



tj 2000 W



1500 1~000 T



-



500



0



2000



. ...



2001



2002



TAHUN



2003



Untuk mempelajari kegiatan utama dari tahap pembelian maka perlu diketahui prinsip dasar dan rumusan aktivitas pembelian, yaitu: Mendapatkan bahan dengan kualitas yang sesuai, kuantitas yang efisien, harga yang wajar, pada waktu yang tepat, dari produsen atau pemasok yang dapat dipercaya, sehingga mampu menjamin kontinuitas persediaan bahan di lapangan. Mengelola persediaan bahan (inventory) yang efisien. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh seorang pembeli sebelum melakukan pembelian adalah:



1) Menetapkan kapan harus mulai membeli. 2) Menentukan jumlah bahan akan dibeli. 3) Menerapkan prinsip hubungan kerja sama dengan mitra kerja (supplier). 4) Menguasai deskripsi spesifikasi mutu. 5) Menguasai rencana pembelian yang taktis. 6 ) Menguasai peraturanlprosedur pembelian yang ditetapkan perusahaan. a. 1. Menetapkan kapan harus mulai membeli Pada tahapan ini pembeli harus memperhatikan Lead Time (Tenggang Waktu) dari masing-masing bahan. Yang dimaksud dengan Lead Time a d a i h tenggang waktu yang diperlukan untuk memperoleh bahan, dimulai pada saat pengajuan permohonan pembelian sampai dengan diterimanya bahan di gudang dan siap untuk dipergunakan atau diserahkan kepada pemakai. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Lead Time suatu bahan, yaitu:



1) Jadwal pemakaian bahan yang merujuk pada jadwal' pelaksanaan proyek (Master Schedule). 2) Waktu yang diperlukan produsen dalam proses produksi. 3) Jarak dan waktu transportasi dari sumber material ke lokasi proyek. 4) Formula pemesanan, apakah akan dilakukan pemesanan bertahap atau keseluruhan atas dasar efisiensi biaya (uang muka, bank garansi, dan lain-lain). 5 ) Ketersediaan dan kapasitas gudang serta fasilitas penyimpanannya.



a.2. Menentukan jumlah bahan yang akan dipesan Menentukan jumlah bahan yang akan dipesan harus didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:



1) Kuantitas persediaan yang paling efisien adalah dengan menjamin kontinuitas produksi di lapangan, karena tidak dapat ditolerir apabila proses produksi terharnbat disebabkan tidak tersedianya bahan di lapangan (non in stock), dan sebaliknya pula, penumpukan bahan yang berlebihan di lapangan (over stock) mengandung risikorisiko: Merugikan cash flow perusahaan Kadaluarsa (obsolescence) Kerusakan (deterioration) Kehilangan (loss) Membutuhkan biaya inventory Penumpukan bahan yang terlalu lama berarti ada dana yang mengendap dan tidak produktif, tidak menghasilkan pendapatan, bahkan bisa menambah biaya proyek karena adanya tambahan biaya inventory (penyimpanan stock bahan), juga biaya untuk mengganti bahan yang sudah kadaluarsa atau mengalami kerusakan maupun hilang. Berdasarkan pengalaman, lamanya perputaran suatu stock bahan yang baik adalah tidak melebihi 14 hari. Yang dimaksud dengan perputaran persediaan bahan (Inventory Turnover, ITO), adalah lamanya bahan sejak datang sampai dengan terpasang dan menjadi prestasi yang diakui sebagai pendapatan.



2) Ketersediaan fasilitas penyimpanan dan handling: Gudang tertutup (untuk PC, keramik, dan lain-lain). Gudang terbuka (untuk besi beton, pasir, batu, dan lain-lain). Gudang khusus (untuk bahan peledak, bahan kimia mudah terbakar, dan lain-lain). Peralatan handling (crane, fork lift, dan lain-lain) .



3) Lokasi Proyek menentukan kebijakan pengadaan bahan Pengadaan bahan dengan kebijakan Just In Time untuk proyek yang berada di remote area (lokasi di pelosok daerahlluar kota) mungkin



tidak cocok karena sulitnya transportasi, misalnya. Sedangkan pengadaan bahan secara keseluruhan akan memberatkan cash flow dan risiko overstock, tetapi aman terhadap risiko kenaikan harga. Untuk kondisi seperti ini maka kebijakan pengadaan bahan akan diputuskan oleh Manajemen Perusahaan. a.3. Menerapkan prinsip hubungan kerja sama dengan mitra kerja (pemasoWsupplier) Membina hubungan kerja yang transparan antara pembeli dan supplier berdasarkan prinsip hubungan kerja sama, sebagai mitra kerja, yang menekankan pada hal-hal sebagai berikut:



a. b. c. d,



Berorientasi pada mutu. Independen dan saling menghargai. Menerapkan prinsip Win-win solution (saling menguntungkan). Tidak berkonfrontasi, tidak hanya memikirkan situasi kini, juga masa depan. e. Partnership, saling membagi keuntungan dan risiko. Sebagai mitra kerja, hilangkan anggapan bahwa pembeli adalah "raja" yang harus selalu menang sendiri, ditakuti, kaku, dingin dan tidak bersahabat. f. Saling memberikan informasi yang jelas, terinci, terbuka, dan dapat dipercaya. g. Bicara dengan bahasa sama untuk spesifikasi, kualitas, jumlah, harga, pengiriman, dan pembayaran. h. Sepakat tentang metode evaluasi yang akan diterapkan. i. Sepakat tentang jalan keluar yang damai apabila terjadi dispute (perselisihan). j. Mengusahakan peningkatan mutu dari mitra kerjanya. k. Saling memiliki kontrol yang cukup dan mudah dimengerti. 1. Berorientasi pada masing-masing pelanggannya. m. Profesional. n. Saling membuka peluang untuk negosiasi. a.4. Menguasai informasi dan deskripsi mutu. Pada dasarnya untuk menguasai informasi dan deskripsi spesifikasi mutu yang dikehendaki dalam pembelian adalah men~angkutbeberapa hal, antara lain:



a. Spesifikasi yang jelas dan terinci yang dikehendaki pemakai. b. Spesifikasi yang dapat dipenuhi oleh produsenlsupplier. c. Standarisasi produk (SNI, JIS, ASTM, dan lain-lain). d. Metode sumei yang akan digunakan. a.5. Menguasai rencana pembelian yang taktis Dalarn pembelian seorang pembeli dituntut untuk menguasai rencana pembelian taktis dengan mempertimbangkan kemungkinankemungkinan berikut: a. Perubahan rencana produksi proyek berupa penundaan, pembatalan atau percepatan operasi proyek. b. Antisipasi terhadap kenaikan dan penurunan harga bahan sehingga memiliki stock bahan yang bisa berfluktuasi menjawab tantangan tersebut. c. Apakah bahan dapat setiap waktu dibeli dengan mudah. d. Spare partlafier sales serviceljaminan mutuljaminan pemeliharaan. e. Mengetahui status persediaanlmenguasai kontrol persediaan. a.6. Menguasai peraturanlprosedur pembelian yang ditetapkan perusahaan Penguasaan peraturan dan prosedur dalam kegiatan pembelian sangat penting mengingat ha1 ini menyangkut pihak internal maupun eksternal. Untuk itu harus memenuhi: a. Mudah untuk diperiksa (auditable). b. Persyaratan administratif. c. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan Instansi terkait. B.2.3. b. Prosedur Pengadaan Bahan Prosedur pengadaan bahan (procurement) secara garis besar dapat dibagi dalam beberapa tahap kegiatan berikut: . 1. Perencanaan 2. Seleksi 3. Pembelian 4. Penerimaan 5. Pembayaran 6. Evaluasi



b. 1. Tahapan Perencanaan Kegiatan ini mencakup beberapa aktivitas penting, yaitu:



1. Menyusun Jadwal pendatangan material proyek merujuk pada Master Schedule proyek. Jadwal ini disusun oleh Manajer Teknik dan disetujui oleh Project Manager (PM). 2. Adanya permintaan pengadaan bahan dari unit yang memerlukan yang dinyatakan dengan Surat Permintaan Pembelian (SPP). Surat Permintaan Pembelian harus berisi data yang menguraikan dengan jelas produk yang dipesan, antara lain: Volume dan waktu pengirimanlpenerimaan bahan. Nama, merek dan spesifikasi bahan. b.2. Tahapan Seleksi Tahapan seleksi terhadap calon produsen atau calon pemasok (kontak agennya) adalah sebagai berikut:



1. Unit Pembelian mencari penawaran harga dari beberapa pemasok (supplier) berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh unit peminta, biasanya tidak kurang dari 3 calon pemasok. 2. Unit Pembelian melakukan klarifikasi dan negosiasi harga atas penawaran dari calon-calon pemasok. Materi klarifikasi dalam kegiatan ini meliputi: a. Spesifikasi bahan baku yang digunakan, b. Spesifikasi bahan hasil produksi, dan c. Kemampuan produksi serta pasokannya d. Harga satuan bahan yang ditawarkan.



3. Proses seleksi ini dilaksanakan untuk memperoleh jaminan bahwa, produsenlsupplier yang dimintakan penawaranldibeli produknya mampu memproduksi dan menyerahkan bahan sesuai kualitas dan kuantitas yang disyaratkan.



b.3 Tahapan Pembelian Tahapan ini dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:



1. Pimpinan Unit Pembelian (Logistik) memutuskan harga final yang dituangkan dalam berita acara negosiasi dan disetujui oleh kedua belah pihak dengan dasar pertimbangan:



a. Kemarnpuan delivery (pengiriman) b. Kualitas bahan c. Harga yang wajar



2. Menyiapkan Surat Pesanan (SP)lPurcbme Order (PO) yang antara lain memuat hal-hal sebagai berikut: a. Kuantitas bahan yang dipesan b. Uraian bahan c. Spesifikasi bahan d. Harga Satuan bahan e. Waktu penyerahan bahan f. Cara Pembayaran g. Syarat-syarat pembayaran h. Harga satuan dan total yang disepakati i. Kewajiban dan sanksi masing-masing pihak j. Penyelesaian bila terjadi "dispute"



3. Memantau pengiriman bahan



b.4. Tahapan Penerimaan Pada tahapan ini kegiatan penerimaan bahan dapat berfungsi antara lain sebagai pengendalian material karena aktivitas penerimaan menyangkut hal-hal seperti: Kedatangan bahan Penerimaan Penyimpanan Pemeliharaan PencatatanIAdministrasi PengirimanIDistribusi ke pemakai Petugas penerimaan barang (PENBAR) di proyek menerima bararigl bahan berdasarkan SPIKontrak yang disepakati kedua belah pihak dan dilakukan pemeriksaan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bahan harus sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang disyaratkan. Petugas Quality Control Proyek (QC) melakukan inspeksi untuk memeriksa apakah bahan sesuai dengan mutu dan spesifikasi sebagaimana dipersyaratkan dalam kontraklsl?



b. Jika memenuhi syarat, bahan disimpan di dalam gudang dan dicatat dalam Bon Penerimaan Gudang (BPG), jika tidak bahan ditolak. c. PENBAR mencatat penerimaan dan pengeluaran bahan pada Kartu Stock. d. Setiap akhir bulan melakukan pemeriksaan berkala untuk menentukan apakah bahan masih layak dipakai. Untuk bahan yang tidak layak pakai, bahan tersebut dipisahkan penyimpanannya dan diproses serta ditindaklanjuti sesuai prosedur Non Conforming Product I S 0 9000. e. Menyerahkan bahan kepada si pemakai di lapangan berdasarkan Bon Permintaan Pengeluaran Bahan (BPPB) dan mencatatnya pada kartu stock (persediaan bahan).



b.5. Tahapan Pembayaran .Tahapan pembayaran kepada supplierlpemasok dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang tercantum dalam SPIPOIKontrak. Cara pembayaran yang berlaku adalah sebagai berikut: 1. Pembayaran diproses. 2. Pembayaran dengan LIC (Letter of Credit).



Yang dimaksud dengan pembayaran diproses adalah semua pembayaran yang dilakukan atas transaksi kepada produsenlsupplier tidak diperkenankan dengan pembayaran tunai melainkan harus diproses sesuai prosedur yang berlaku dan dibayarkan dengan cara TIT (TeegraJ;c Transfer) melalui bank yang disepakati. Sedangkan pembayaran dengan LIC adalah fasilitas dari bank kepada pembelilimportir di mana Bank menjamin dan mengambil alih kewajiban pernbelilimportir dalam melaksanakan pembayaran kepada penjualleksportir. Atau dapat dikatakan bahwa LIC adalah perjanjian bersyarat dari bank. Berdasarkan jenisnya LIC dapat dibagi atas dua macam, yaitu L/C lokal dan LIC impor. Yang dimaksud L/C lokal adalah LIC yang dibuka untuk transaksi di dalam negeri dan harus dalam mata uang rupiah. Sedangkan LIC impor adalah L/C yang dibuka untuk transaksi dengan penjual yang beralamat di luar negara RI, alat pembayarannya bisa dalam bentuk valuta asing.



Pada dasarnya jenis LIC yang umum dipergunakan perusahaan adalah: Sight LIC (Segera Dilunasi) atau Usance LIC yang artinya Pelunasan Berjangka.



b.6. Tahapan Evaluasi Setelah beberapa tahapan aktivitas pembelian dilalui, maka sampailah kini pada tahapan evaluasi. Kegiatan evaluasi terhadap produsen/ supplier dilaksanakan setiap saat atas dasar realisasi pemasokan terhadap rencana kuantitas, kualitas, dan waktu pengiriman yang disyaratkan dalam SPIPOIKontrak. Dengan tujuan untuk menjamin agar bahan yang dipasok sesuai persyaratan yang disepakati



B.2.4. PERALATAN B.2.4.1. Umum Yang dimaksud dengan peralatan dalam hal ini adalah peralatan yang dipergunakan dalam rangka pelaksanaan proyek konstruksi. Berdasarkan kapasitasnya, peralatan dibagi menjadi peralatan berat dan peralatan ringan. Contoh peralatan berat antara lain adalah: Bulldozer, Hydraulic Excavator, Motor Grader, Wheel Loader, Tower Crane, dll. Contoh peralatan ringan antara lain adalah: Waterpars, Theodolite, Jack Hammer, Scafolding, dll. Pengelolaan peralatan selain ditujukan untuk mendapatkan efisiensi juga menunjang produktivitas kemajuan pekerjaan. Hal tersebut dapat dicapai melalui manajemen peralatan yang baik. Unsur-unsur manajemen peralatan adalah: Organisasi Sistem Pengelolaan Organisasi Peralatan disesuaikan dengan bentuk Organisasi Perusahaan yang pada dasarnya terdiri dari: Pengelola (Kantor Pusat atau Cabang) Pemakai (Proyek) Sistem Pengelolaan sangat menentukan keberhasilan tujuan pengelolaan peralatan, antara lain terdiri dari: Tarif dan pembebanan biaya (penyusutan, M & R, sewa) Penempatan dan pemindahan alat



Pemeliharaan dan perbaikan Pelaporan Analisis dan Evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari sistem tersebut. Umumnya analisis dan evaluasi dilakukan sekali dalam periode waktu tertentu (misal periode 1 tahun). Hasil dari evaluasi dapat menghasilkan kebijakan penambahan/penggantian/ pengurangan peralatan maupun pengaturan kembali penempatan peralatan. Sumber peralatan dapat diperoleh dengan caralsistem: a. Milik sendiri b. Sewa dari perusahaan persewaan peralatan c. Diborongkan kepada subkontraktor spesialis Peralatan yang dimiliki oleh perusahaan didapatkan dari kebijakan investasi yang ditetapkan setiap tahun dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. Peralatan bisa juga diperoleh dengan menyewa untuk mengisi kekurangan peralatan yang sifat kebutuhannya sesaat atau merupakan kebijakan perusahaan yang memang tidak akan memiliki jenis alat tersebut, misal alat ringan atau alat-alat yang mudah didapat di pasaran sewa. Kondisi yang umum berlaku pada sistem sewa ini antara lain: Masa sewa minimum satu bulan adalah 200 jam. Operatorlmekanik disediakan oleh Pemilik. Tanggung jawab Pemilik: mobilisasildemobilisasi, gaji operatorlmekanik, suku cadang, dan minyak pelumas. Tanggung jawab Penyewa: BBM, uang makan dan akomodasi untuk mekanik, keamanan, asuransi, dan segala bentuk pajak. Jika alat rusak, Penyewa tidak dikenakan uang sewa dan biaya perbaikan. Kadang-kadang dapat pula terjadi sewa peralatan secara harian dengan tarif yang berbeda dengan standar tarif sewa bulanan. Sistem borongan adalah seluruh pekerjaan termasuk pengadaan peralatan dan seluruh komponennya (operator, mekanik, BBM, pare part, pelumas, dll.) diserahkan pelaksanaannya kepada subkontraktor spesialis. Harga satuan pekerjaan ditetapkan dalam KontrakIPerjanjian atas pekerjaan borongan tersebut.



Contoh: Pekerjaan tanah, yaitu galian timbunan, sub-base, dan course base, misalnya: Galian tanah biasa : Rp. 15.000/m3 Timbunan tanah : Rp. 5.000/m3



B.2.4.2. Jenis dan Kapasitas Alat Berdasarkan fungsinya, jenis peralatan dapat digolongkan menjadi: Peralatan untuk Pekerjaan Gedung (Building Works) Peralatan umum untuk pekerjaan gedung dan sipil Dalam menentukan pemakaian peralatan (jenis dan jumlah) sangat ditentukan oleh kapasitas dan produktivitas dari alat tersebut. Kapasitas alat adalah kemampuan alat secara teoritis dengan asumsi efisiensi alat sempurna (100 persen) yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, contoh Genset kapasitas 100 kVA, Excavator kapasitas 0,8 m3. Produktivitas alat adalah kemarnpuan untuk berproduksi di lapangan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: Kapasitas Efisiensi yang dipengaruhi oleh medan kerja, operator, kondisi dat Satuan dari produktivitas yang biasa dipakai antara lain: m3/jam, tonljam, m2/jam, dll. Contoh Rumus Perhitungan Produktivitas Excavator: Galian Tanah



Q = KB x FB x 3.600 x El Cm; E



=



Ee x En x Eo



dlmana: '



Q KB FB E Ee En Eo Cm



Kapasitas Produksi Alat, = Kapasitas Bucket, = Faktor Bucket, = Faktor efisiensi, = Faktor efisiensi alat, = Faktor efisiensi dam, = Faktor efisiensi operator, = Cycle time, =



satuan: m3/jam satuan: m3 tanpa satuan tanpa satuan tanpa satuan tanpa satuan tanpa satuan satuan: detik



CONTOH TABEL PERALATAN KONSTRUKSI (GEDUNG, SIPIL DAN UMUM) DAN PRODUKTIVITAS



DESKRIPSI



KAPASITAS



PRODUKTMTAS



70 - 600 HP 0,8 - 9,O m3 5 - 70 m3



50 - 600 m3/ jam bewariasi tergantung jarak angkut



0,3 - 5,O m3 8 - 20 ton



20 - 350 m3/ jam 50 - 150 m3/ jam



80 - 200 HP 5000 - 8000 1tr 0,9 - 3,O ton



100 - 500 m2/ jam



Alat Pekerjaan Tanah Bulldozer Wheel Loader Dump Truck Hydraulic Ejccavator Vibro Roller Motor Grader Water Tanker Truck (alat bantu) Small Vibro Roller



40 - 500 m3/ jam



mengikuti alat utama



5 - 20 m3/ jam



Alat Pek. Pemancanean Crawler Crane Piling Rig & Diesel Hammer Travo Las



35 - 45 ton 7,5 - 10 ton 300 - 400 Amp



mengikuti alat utama



20 - 40 ml jam mengikuti alat utama



Alat Pek. Pengaspalan



50 - 150 ton/ jam



Asphalt Mixing Plant Gemet (alat bantu) Wheel Loader (alat bantu) Water Tanker Truck (alat bantu) Tyre Roller Tandem Roller



100 - 300 KVA 1,8 - 2,3 m3 5000 - 8000 1tr 10 - 25 ton 8 - 15 ton



mengikuti alat utama



40 - 80 ton/ jam 40 - 80 ton/ jam 40 - 80 ton/ jam



Asphalt Finisher



175 - 600 cfm



mengikuti alat utama mengikuti alat utama



hphalt Cutter (alat bantu) Dump Truck



mengikuti alat utama



mengikuti alat utama



Asphalt Sprayer (alat bantu) Air Compressor



mengikuti alat utama



15 - 25 ton



bewariasi tergantung jar& angkut



0,5- 2 m3 1,8 - 2,3 m3 100 - 300 KVA 50 - 120 m3/ jam lebar 6 - 11 m, tebal sld 35 cm 3 - 6 m 3



25 - 150 m3/ jam



bewariasi tergantung jar& angkut



0 1,5"- 2,5"



mengikuti alat utama



32 - 38 mm 32 - 38 mm



bewariasi



Alat Pek. Beton Batching Plant Wheel Loader (alat bantu) Genset (alat bantu) Concrete Pump Concrete Paver Truck Mixer Concrete Vibrator (alat bantu) Bar Bender Bar Cutter



mengikuti alat utama mengikuti alat utama



30 - 90 m3/ jam 30 - 60 m3/ jam



bewariasi



KAPASITAS



PRODUnMTAS



Tower Crane



1 , 2 - 3 ton; R = 4 0 - 7 0 m



bervariasi



Passenger Lzji



bervariasi



DESKRIPSI



Alat Service. dll.



Gemet



- 1200 kg 800 - 1000 kg 15 - 200 ton 10 - 175 KVA



Air Compressor



175 - 600 cfm



Fht Bed Tnrck



4 - 8 ton



universal L Z J ~ Truck (Mobile) Crane



800



Theodolit



300 mtr



Waterpass



300 mtr



Jack Hammer



20 kg 80 kg



Tamping Rammer Concrete Mixer (Molen) Welding Machine



-



350 300



-



700 Itr 400 Amp



Scaffolding



70 - 190 cm; 1 - 2 ton



Howy beam



1,8 - 3,2 m



Shoring



bervariasi



15 ton



Catatan:



Dahm perahtan yang bekerja di hpangan secara bersama (fleet) produktivitusnya ditentukan oleh jenis a h t mana yang paling kecil produksinya dalam armada perahtan tersebut. Perencanaan yang ideal apabih setiap jenis allzt dalam a (fleet) &pat mencapai produksi yang optimal.



4 perallztan



Contob Perhitungan Fleet Alat lihat pa& Lampiran E2.1. Analisis . Produktivik Alat



B.2.4.3. Occupancy Ratio (OR) Keberhasilan perusahaan dalam pengelolaan alat milik sendiri diindikasikan dari besarnya nilai Occupancy Ratio, yaitu suatu rasio yang didapatkan dari jumlah waktu operasi alat dibandingkan dengan waktu ideal operasi alat dalam periode tertentu (bulanan atau tahunan). Sebagai contoh untuk



peralatan pekerjaan tanah waktu operasi ideal per bulan adalah 200 jam atau 2400 jam per tahun. Jumlah waktu operasi alat sangat dipengaruhi oleh sistem perencanaan dan pengoperasian, daya tahan operator, kondisi alat, dan kedisiplinan dalam perawatan alat. OR =



Realisasi waktu operasi



x 100%



Ideal waktu operasi Standar O R minimum dapat ditetapkan berdasarkan: Pengalaman pemakaian sebelumnya Dari pengalaman pemakaian jenis alat yang paling banyak dimiliki



B.2.4.4. Investasi Kebijakan investasi alat didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: Keadaan keuangan perusahaan memungkinkan Kontinuitas proyeksi pemakaian Jenis alat yang O R melebihi standar Ada kebutuhan mendesak, dan di pasaran sewa tidak ada Sumber dana investasi: Dari penanaman laba tahun lalu yang tidak dibagikan Dari pinjamanlleming jangka panjang (lebih besar dari pada umur ekonomis alat)



B.2.4.5. Depresiasi Perhitungan depresiasi atau penyusutan alat diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi yang telah dikeluarkan sesuai norma-norma pencatatan pembukuan yang dianut perusahaan. Beberapa metode penyusutan yang biasa dipakai adalah: Straight Line Method Perhitungan penyusutan dengan membagilmemberikan nilai susut yang sama besarnya per periode waktu selama umur penyusutan alat.



Sum of the Ear? Digit Methode Perhitungan penyusutan dengan rnenggunakan jurnlah angka tahun.



Double Declining Bahnce Methode Perhitungan penyusutan dengan melipat gandakan (Double) secara persentase dari rnetode Straight Line. Dalarn hal perusahaan rnelakukan divestasi terhadap alat yang dirniliki. Untuk itu diperlukan perhitungan nilai sisa alat. Nilai sisa alat dapat dihitung dengan cara: Sisa nilai buku Taksiran berdasarkan harga pasar Catatan:



Untuk perhitungan pajak perusahaan, metode penyusutan yang dipergunakan adalah Double Declining Balance Method dengan umur a h t minimum 8 tahun untuk a h t berat dan 4 tahun untuk alat ringan. Sedangkan untuk operasional dapat ddipilih sahh satu h r i ketiga metode tersebut, atau ditetapkan lain berdasarkan kebijaksanaan per kasus. Contoh Perhitungan: Suatu Bulldozer dibeli dengan harga pokok Rp 1.150.000.000. Alat ini akan disusutkan hingga nilai sisa rnenjadi 10% dengan urnur ekonornis 5 tahun. Nilai yang disusutkan



Harga pokok - Nilai sisa RP 1.150.000.000 - RP 115.000.000 Rp 1.035.000.000



= -



Straight Line: Nilai penyusutan per thn.



=



115 x Rp 1.035.000.000 = Rp 207.000.000



Tahun ke



Nilai yang disusutkan



Nilai Sisa



0



0



Rp 1. 150.000.000



1



Rp 207.000.000,-



Rp



943.000.000



2



Rp 207.000.000,-



Rp



736.000.000



3 4



Rp 207.000.000,-



Rp



529.000.000



Rp 207.000.000,-



Rp



322.000.000



5



Rp 207.000.000,-



Rp



115.000.000



.



Dengan menggunakan metode Straight Line, besarnya nilai penyusutan untuk setiap periode waktu adalah sama. Oleh karena itu, Investor dapat langsung menghitung besarnya nilai penyusutan dengan membagi nilai penyusutan per periode waktu. Nilai penyusutan



=



Nilai yang Disusutkan (Rp) Periode Penyusutan (Bulan, Jam)



Sum of the Ear? Digit Jumlah digit angka tahun periode penyusutan: 1



+ 2 + 3 + 4 + 5



=



15



Nilai Sisa



Nilai Penyusutan



Tahun ke



Faktor x Nilai yg Disusutkan



0



0



1



5/15 x Rp 1.035.000.000



Rp 345.000.000



Rp



805.000.000



2



4/15 x Rp 1.035.000.000



Rp 276.000.000



Rp



529.000.000



3



311 5'x Rp 1.035.000.000



Rp 207.000.000



Rp



322.000.000



4



2/15 x Rp 1.035.000.000



Rp 138.000.000



Rp



184.000.000



5



1/15 x Rp 1.035.000.000



Rp 69.000.000



Rp



1 15.000.000



Rp 1. 150.000.000



Double Declining Besarn~anilai yang disusutkan adalah: tahun lalu



Tahun ke



Faktor x Nilai yg Disusutkan



2 x 115



=



40% dari nilai sisa buku



Nilai Sisa



Nilai Penyusutan



0



0



1



40% x Rp 1.150.000.000



Rp 460.000.000



Rp



2



40% x Rp



690.000.000



Rp 276.000.000



Rp 414.000.000



3



40% x Rp



414.000.000



Rp. 165.600.000



Rp



248.400.000



4



40% x Rp



248.400.000



Rp



99.360.000



Rp



149.040.000



5



40% x Rp



149.040.000



Rp



59.616.000



Rp



89.424.000



Rp



34.040.000



Rp



1 1.500.000



5*



Rp 1.150.000.000



690.000.000



Pada metode Double Declining terlihat bahwa nilai sisa pada tahun terakhir tidak sesuai dengan yang diperhitungkan. Tetapi jika dikehendaki nilai sisanya sebesar 10% maka dipakai 5*.



B.2.4.6. Pemeliharaan dan Perbaikan Dalam perencanaan pembiayaan peralatan milik sendiri, perkiraan biaya pemeliharaan dan perbaikan dihitung dengan memperhatikan faktor-faktor berikut: Jenis alat Medan kerja Umur dan kondisi alat Lokasi Perhitungan tersebut dilakukan pada kondisi alat baru dan apabila setelah mencapai umur ekonomis atau setelah alat direkondisi. Pemeliharaan dan perbaikan alat dib'agi dalam 3 kategori, untuk menentukan kebijakan pembiayaan antara pengelola dan pemakai, yakni: Kategori 1 Pemeriksaan dan penggantian suku cadang umur pendek fmt moving part) dalam rangka pemeliharaan alat secara berkala. Kategori 2 Penggantian suku cadang umur panjang, yang dapat menambah umur ekonomis alat dalam rangka perbaikan atas kerusakan atau keausan. Kategori 3 Penggantian suku cadang, perbaikan, peneraan secara keseluruhan, dalam rangka rekondisi alat yang dapat dilakukan secara berkala maupun sesuai kebutuhan.



Catatan: Biaya pemeliharaan dan perbaikan Kategori 1 menjadi beban pemakai. Biaya pemeliharaan dan perbaikan Kategori 2 dan 3 menjadi beban pengelola.



B.2.5. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Lapangan Dengan telah terbentuknya organisasi, juklak, jadwal pelaksanaan proyek, dan rencana pengadaan sumber daya, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan konstruksi di lapangan



Pelaksanaan kegiatanlpekerjaan konstruksi di lapangan, dilakukan di bawah pengelolaan tim proyek dipimpin oleh Manajer Proyek. Agar pelaksanaannya mencapai target yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan, maka diadakan rapat koordinasi sebagai salah satu alat bantu manajemen. Rapat koordinasi dilakukan untuk membahas tentang masalah operasional dan diadakan di proyek, yang terdiri dari: a. Kick off meeting b. Tool Box meeting c. Rapat harian d. Rapat mingguan e. Rapat bulanan



B.2.5.a. Kick off meeting Setelah seluruh rencana disiapkan oleh tim penyusun rencana kerja yang melibatkan Manajer Proyek, Manajer Teknik serta personil inti lain di proyek, ataupun tenaga ahli (bila diperlukan), maka proyek segera dimulai. Mulainya proyek ditandai dengan dikeluarkannya Notice to Proceed (SPK = Surat Perintah Kerja, ataupun Surat Penyerahan Lapangan) Tujuan Rapat adalah untuk: "Team building, membangun tim proyek agar seluruh petugas, sesuai dengan struktur organisasi dan uraian kerja, memahami benar tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Menyarnakan persepsi tentang jadwal, kualitas, dan anggaran proyek. Menyatukan langkah, agar masing-masing unit tidak berjalan sendirisendiri dalam menjalankan tugasnya. Mengikuti SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku.



Agenda Rapat 1. Penjelasan menyeluruh dari Manajer Proyek tentang: Target keuntungan yang hendak dicapai Target waktu penyelesaian proyek Target mutu kerja 2. Pembagian tugas pekerjaan 3. Menyusun Standard Operating Procedure 4. Target jangka pendek (1 - 2 minggu) yang hendak dicapai



Jadwal Rapat Kick off meeting umumnya dilaksanakaan saat kegiatan proyek akan dimulai dan kalau belum bisa dilokasi proyek, dilaksanakan sedekat mungkin dengan lokasi. B.2.5. b. Tool box meeting: Tool box meeting adalah rapat persiapan untuk membahas pelaksanaan suatu bagian pekerjaan tertentu.Misalnya setelah selesai pekerjaan kolom beton, maka untuk memulai pelaksanakan pekerjaan berikutnya, yaitu erection rangka atap baja, dilakukan tool box meeting. Peserta Rapat Manajer Operasi Lapangan, Kepala Pelaksana, Mandor, Subkontraktor Agenda Rapat Membahas: metode kerja yang akan diterapkan, personiltunit kerja masing-masing yang terkait, rute dan lay-out peralatan dan bahan Jadwal Rapat Setiap akan memulai pekerjaan pokok seperti: pekerjaan pemancangan pekerjaan pengecoran, dll. B.2.5.c. Rapat Harian Rapat harian adalah rapat yang diadakan untuk merencanakan apa yang harus dikerjakan besok hari, serta memantau apa yang telah dikerjakan hari ini, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja harian. Peserta Rapat - Rapat harian umumnya diikuti oleh General SuperintendentlKepala Pelaksana, para SuperintendentlPelaksana Lapangan, Subkontraktor, Mandor, dan bila perlu staf terkait. - Rapat harian dipimpin oleh Manajer Operasi. Agenda Rapat Melakukan evaluasi apakah target yang ditetapkan tercapai, dan menetapkan target untuk besok hari.



Jadwal Rapat Umumnya rapat harian dikerjakan pada sianglsore hari, di mana para pekerja sudah running-well mengerjakan program harian. Rapat harian jarang dilaksanakan pada pagi hari, karena saat pagi hari adalah saatnya untuk memutar roda pelaksanaan proyek hari tersebut, namun programnya telah ditetapkan pada hari sebelumnya, dilaksanakan secara singkat (+I jam)



B.2.5.d. Rapat Mingguan Rapat mingguan adalah rapat untuk merencanakan apa yang harus dikerjakan minggu depan, serta memantau apa yang telah dikerjakan minggu ini, untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan rencana kerja mingguan.



Peserta Rapat - Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, staf, dan pihak ketiga bila diperlukan. - Rapat mingguan dipimpin oleh Manajer Proyek atau Manajer Operasi.



Agenda Rapat, antara lain meliputi: - Mengevaluasi progress dan pencapaian pekerjaan yang ditargetkan minggu yang lalu. - Membahas target penyelesaian pekerjaan seminggu yang akan datang.



B.2.5.e. Rapat Bulanan Rapat bulanan proyek umumnya dipimpin langsung oleh Manajer Proyek.



Peserta Rapat Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, staf, dan pihak ketiga bila diperlukan.



Agenda Rapat, antara lain meliputi: 1. Meninjau notulen rapat bulan lalu 2. Pembahasan pencapaian Objecti~eslPro~ram Kerja Proyek, antara lain: a. EBPP (Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek) b. Kinerja c. Quality Tdrget (Mutu Produk, House Keeping, Safety) d. Potensial Problem



e. Customer Complaint f. Masalah SDM g. Cash Flow (termin, dropping, pembayaran hutang, jurnal akuntansi dan keuangan) h. Lain-lain (inovasi, sistem dokumentasi)



B.2.6. Pengendalian Pengendalian pelaksanaan pada dasarnya adalah pemeriksaan, yaitu memeriksa apakah hasil kerjalpelaksanaan telah direalisasikan sesuai dengan perencanaan. Bila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan rencana, segera dibuat langkahlangkah tindak lanjut (counter- measure) agar pelaksanaan sesuai dengan rencana. Pemeriksaan dilaksanakan secara terus menerus secara rutin sesuai check point dan control point. Controlpoint bisa dikatakan sebagai holdpoint yaitu titik di mana pelaksanaan pekerjaan lanjutan tidak boleh dimulai sebelum pekerjaan sebelumnya selesai dilaksanakan B.2.6.a. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu di proyek dilaksanakan berdasarkan inspeksi lapangan oleh petugas yang bertanggung jawab dalam pengendalian mutu. Bagi perusahaan jasa konstruksi yang telah mengikuti dan memperoleh sertifikat ISO-9000, sebagai sistem manajemen mutu,maka pengendalian mutu pekerjaan pembangunan suatu proyek konstruksi mengikuti ketentuan dan prosedur yang ada dalam Sistem Manajemen Mutu standar I S 0 - 9000 tersebut. Penerapan standar ISO-9000 di proyek meliputi: Implementasi Procedure dan Work Instruction untuk setiap pekerjaan Internal dan Eksternal Audit Pengukuran dan Analisis Improvement Implementasi Procedure dan Work Instruction untuk setiap pekerjaan Procedure dan Work Instruction disusun sesuai yang disyaratkan dalam I S 0 9000 dan merupakan panduan bagi Manajemen Proyek untuk penyediaan sumber daya yang diperlukan guna pemenuhan target-target yang telah ditentukan dengan memfokuskannya kepada kepuasan pelanggan.



Internal dan External Audit Guna memonitor pencapaian target selama proses kerja berlangsung, maka perlu dilakukan audit secara periodik. Agar penyimpangan selarna dalam proses kerja dapat segera terdeteksi untuk mengurangi kemungkinan kesalahan atau kerugian yang lebih besar. Adapun tahapan kegiatan Audit dilaksanakan sebagai berikut: Oleh pihak internal berupa InspeksiITes sesuai metode kerja Inspeksi oleh Para Petugas Perusahaan yang bertanggung jawab. Inspeksi oleh pihak Manajemen Management Review secara periodik (mingguan/bulanan/triwulanan/ semesteran) sesuai ruang lingkupnya Questionaire (angket) kepada Pelanggan sebagai ukuran untuk menetapkan kepuasan Pelanggan atas produk yang diterima Oleh pihak External, berupa; 'Audit oleh suatu Badan Sertifikasi Internasional Pengukuran dan Analisis Hasil temuan audit selalu dianalisa untuk menetapkan program perbaikan selanjutnya, sehingga diharapkan pihak perusahaan selalu dapat memenuhi apa yang disyaratkan dan diharapkan oleh para pelanggan. Improvement Setiap perbaikan(1mprovement) yang diusulkan harus diuji nilai lebihnya terhadap operasional dan keuntungan perusahaan, dan apabila hasilnya positif bagi Perusahaan, maka Manajemen akan menetapkannya sebagai target atau ketentuan perusahaan yang harus dipenuhi, dan menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi pemenuhannya.



B.2.6. b. Pengendalian Biaya B.2.6.b. 1. Proses Pengendalian Biaya Proyek Proses pengendalian biaya proyek dimulai pada saat membuat RAPK (Rencana Anggaran Proyek Kendali) dan Contract Review (Kaji Ulang Kontrak) hingga progres fisik proyek mencapai a i r pelaksanaan. Sebagai salah satu alat pengendalian adalah berupa laporan keuangan proyek yang disebut Evaluasi Biaya Pehksanaan Proyek (EBPP). EBPP memuat inf~rrnasilla~oran tentang



anggaran biaya yang direncanakan, realisasi penggunaan anggaran biaya di lapangan sampai kemajuan pekerjaan tertentu dan proyeksi biaya sampai penyelesaian proyek atau disebut juga Projected Final Cost (PFC). Realisasi pemakaian anggaran ini dicek dan dievaluasi secara periodik, dalam hal ini setiap bulannya, dan lalu hasilnya dibandingkan dengan Rencana. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana, penyimpangan itu dibahas dan dipelajari penyebabnya oleh Tim Proyek, kemudian dibuat rencana tindak lanjut untuk memperbaikinya. Contoh format laporan EBPP dapat dilihat pada Lampiran E.4. Pengendalian Proyek dilakukan secara bulanan, sedangkan review secara keseluruhan dilaksanakan pada tahap kemajuan fisik proyek tertentu, misalnya: Pada awal pelaksanaan proyek Pada saat fisik mencapai 50 persen Pada saat fisik mencapai 75 persen Pada saat fisik mencapai 100 persen Hal ini bisa digambarkan dalam bentuk skematis berikut ini:



Locked



Progress 50 %



Progress 75 %



Progress 100 %



Locked



Locked



Final Cost



m Bulanan



Bulanan



Bulanan



B.2.6.b.2. Komponen Biaya Proyek Secara umum komponen biaya proyek yang cukup dominan adalah: 1. Biaya Bahan 2. Biaya Upah 3. Biaya Subkontraktor 4. Biaya Alat Biaya-biaya inilah yang memerlukan perhatian utarna untuk dikendalikan selama pelaksanaan proyek.



Pengendalian Biaya Bahan Pengendalian Biaya Bahan untuk kebutuhan proyek dilakukan untuk menentukan kebutuhan riil bahan atau material proyek guna mendukung pelaksanaan proyek di lapangan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian biaya bahan adalah: 1. Menghitung Volume keseluruhan bahan pokoWutama berdasarkan garnbar. 2. Mencocokkan dengan volume dalam RAP 3: Membuat SPP (Surat Permintaan Pembelian) bahan sebesar max. 80 % dari total volume rencana, kecuali untuk material import, agar dihitung secara tepat dan dipesan 100 %. 4. Untuk material yang perlu mendapatkan persetujuan Pemilik Proyek; a. Mendapatkan contoh material yang harga satuannya lebih murah dari RAP, tetapi masih bisa diterima spesifikasinya. b. Mengajukan contoh, material tersebut untuk disetujui Pemilik Proyek. c. Membuat Persetujuan tertulis. 5. Melakukan harga dengan supplier dan menyiapkan Surat PesananIPO seperti yang dijelaskan pada bab B2.3.b. Tahapan Pembelian terdahulu, 6. Membuat P O (Purchase Order)/ Surat Pesanan bahan dengan volume maksimum sebesar SPP dan harga satuan sesuai negosiasi. 7. Melampirkan dalam P O jadwal pengiriman bahan. . 8. Membuat P O dengan kondisi Lumpsum Fixed Price dan pasal-pasal sesuai kontrak Kontraktor dengan Pemilik Proyek. 9. Melakukan pengendalian periodik dilakukan atas realisasi penerimaan bahan dan dengan memperhitungkan sisa pekerjaan.



2. Pengendalian Biaya Upah Dalarn setiap kegiatan proyek, pengendalian biaya upah menjadi kegiatan penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu proyek. Adapun tahapan dalam pengendalian biaya upah yang biasa dilakukan adalah:



1. Menghitung volume pekerjaan sesuai lingkup pekerjaan dalam kontrak. 2. Mencocokkan dengan volume yang tertera dalam RAP (Rencana Anggaran Pelaksanaan) . 3. Melakukan negosiasi upah dengan pedoman standar upah dari proyek lain yang sejenis sampai mencapai harga yang paling efisien. 4. Membuat SPK,yang semaksimal mungkin mencakup volume 80-90 persen dari total volume pekerjaan. 5. Merinci nilailbiaya dalam SPK dengan jelas,mencakup semua jenis pekerjaan yang mendukung dan masing-masing harganya, misalnya: PembersihanIPerapihan, Alat Bantu, dan Lembur. Pengendalian periodik dilakukan atas realisasi upah dan perhitungan sisa pekerjaan.



3. Pengendalian Biaya SubKontraktor Pengendalian biaya subkontraktor dilakukan dengan cara antara lain: Membuat kontrak yang bersifat lumpsum jked price, artinya biaya untuk pekerjaan yang disubkan telah tetap. Menjaga agar pekerjaan subkontraktor tidak boleh terlambat dari jadwal yang disepakati. Menyesuaikan cara Pembayaran dengan cara pembayaran dari Pemilik Proyek (back to back).



4. Pengendalian Biaya Alat Seperti diuraikan pada bagian terdahulu Bab Peralatan, pengendalian biaya alat baik yang dimiliki sendiri maupun yang disewa dilakukan antara lain dengan prinsip: Mengusahakan agar alat (terutama alat-alat berat) dapat bekerja dengan optimal sehingga O R (Occupancy Ratio) dapat tercapai semaksimal mungkin atau dengan perkataan lain produktivitas alatnya yang tinggi. Kebutuhan alat ringan dipenuhi secara Outsourcing (sewa dari luar) untuk menghindari biaya perawatan dan penyimpanan yang tinggi.



B.2.6.c. Pengendalian Jadwal Pelaksanaan Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan dengan menggunakan alat Bantu Jadwal Pelaksanaan seperti Bar Chart Schedule, kurva S sebagai indikator terlambatltidaknya proyek dan formulir-formulir pengendalian jadwal yang lebih rinci, masing-masing untuk bahan, alat, maupun subkontraktor.



Keterlambatan yang ditemukan kemudian dibahas dalam rapat-rapat proyek untuk dicari penyelesaiannya, baik dalam rapat internal proyek dengan mengundang unsur-unsur proyek yang terlibat termasuk para supplier, subkontraktor dan para mandor maupun dalarn rapat eksternal bersama pemilik proyek atau pihak yang mewakilinya.



B.2.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek Data yang diperoleh dari Annual Report mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2002, yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, menunjukkan bahwa sektor usaha Bangunan menduduki peringkat ke-4 yang mempunyai kasus kecelakaan tertinggi, selengkapnya peringkat untuk 5 sektor usaha adalah: 1. Sektor Pertanian dan Peternakan 2. Industri Tekstil 3. Industri Pakaian dan Bahan Jadi 4. Bangunan 5. Penebangan Kayu



13,60 8,65 5,60 5,67 5,58



persen persen persen persen persen



Data di atas diperoleh dari data kecelakaan dari tahun 1995 s/d 1999 dengan jumlah kecelakaan kerja 412.652 kasus dengan nilai kerugian Rp 340 Milyar dan pembayaran santunan dan ganti rugi sebesar kurang lebih Rp 329 Milyar lebih. Oleh karena itu penerapan prinsip K3 di proyek sangat memerlukan perhatian Kontraktor. Ada beberapa hal yang harus diketahui dan dilakukan Kontraktor dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai dengan ketentuan K3 di lingkungan proyek, antara lain: a. Memenuhi Kelengkapan Administrasi K3 b. Penyusunan Safety Plan (rencana K3) untuk proyek c. Melaksanakan Kegiatan K3 di lapangan d. Pelatihan Program K3 e. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3



f. Penataan Lingkungan Proyek



B.2.7.a. Memenuhi Kelengkapan Administrasi K3 Kegiatan untuk memenuhi kelengkapan administrasi K3 ini antara lain terdiri dari:



1. Pendaftaran Proyek ke Depnaker setempat Sebelum melakukan aktivitas pekerjaan di lapangan, pihak proyek wajib melapor dan mendaftar ke Depnaker setempat, karena Depnaker adalah instansi Pemerintah yang benvenang dan bertanggung jawab menangani masalah K3. Sebagai bukti dari kegiatan ini berupa Surat pendaftaran proyek ke Depnaker setempat dan sudah ada penerimaanlkonfirmasi dari Depnaker.



2. Pendaftaran dan Pembayaran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) Sesuai dengan ketentuan Pemerintah, perusahaan atau proyek yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 10 orang wajib melindungi tenaga kerja meldui ASTEK. Sebagai bukti dari pelaksanaannya: adanya polis dari ASTEK untuk proyek tersebut berikut kuitansi pembayaran preminya.



3. Pendaftaran dan Pembayaran asuransi lainnya, misal CAR, PA, bila disyaratkan dalarn proyek



Apabila disebutkan dalam kontrak, proyek wajib membayar polis asuransi Construction All Risks (CAR) atau Personal Accident (PA). Yang dimaksud dengan CAR adalah untuk bangunanlfisik proyek dan peralatan kerjanya. Sedangkan PA untuk petugaslorang yang melaksanakan (kadang-kadang termasuk petugas dari MK (Manajemen KonstruksilCustomer Representative).



4. Izin dari Kantor Kimpraswil tentang penggunaan jalanljernbatan yang menuju lokasi untuk lalu-lintas alat berat



Untuk beberapa proyek seperti pada proyek-proyek sipil perlu mendatangkan alat-alat berat.Apabila keadaan jalanljembatan relatif kecil, perlu ijin dari Pemerintah setempat, dalam hal ini Departemen terkait setempat. Maksud izin tersebut adalah bahwa instansi terkait setempat telah mengadakan pemeriksaan terhadap kekuatan jalanljernbatan yang akan dilalui alat berat. Apabila perlu Kontraktor diharuskan menambah daya topang khusus pada struktur jalanljembatan tersebut sebelum dipakai.



Sebagai bukti dari kegiatan ini adalah Surat Izin dari Departemen (Catatan: surat izin berarti izin dari Departemen, bukan surat permohonan izin dari Kontraktor).



5. Keterangan laik pakai untuk alat beratlringan memerlukan rekomendasi dari Depnaker atau instansi yang benvenang. Peralatan proyek yang menyangkut keselamatan umum (orang banyak) pads saat pengoperasian umumnya harus dipantau pemakaiannya oleh instansi pemerintah yang benvenang. Alat-alat yang dimaksud adalah seperti: Mobil busltruk, lift (elevator), eskalator, lift tenaga kerja, lift bahan, tower crane, dan sebagainya, Sebagai bukti pelaksanaan adalah: adanya surat keterangan laik pakai dari instansi yang benvenang. Selain itu, adanya label laik pakai yang menempel pada alat yang bersangkutan.



6. Pemberitahuan kepada pemerintahllingkungan setempat Pemerintah setempatlMuspida yang dimaksud terdiri dari unsur Departemen Dalam Negeri (lurah/camat/bupati/walikota),Kepolisian (PolseWPolwill Polda), dan TNI (Babinsa/Koramil/Kodim). Ketiga unsur di atas adalah instansi-instansi aparat negara yang mengendalikan mekanisme pemerintahan dan keamananlketertiban umum. Pemerintahanllingkungan setempat harus diberi laporan tentang keberadaanladanya kegiatan proyek, karena akan menyangkut banyak tenaga kerja yang umumnya para pendatang, banyaknya kendaraan keluar-masuk membawa material, adanya kegiatan-kegiatan di luar kegiatan rutin yang terkadang dapat mengganggu kelancaranlketenangan kegiatan yang sudah ada. Sebagai bukti dari pelaksanaan adalah: adanya surat pemberitahuan ke pemerintahanllingkungan setempat dan sudah ada informasinya.



B.2.7.b. Penyusunan Safety Plan (rencana K3) untuk proyek Tujuan Safety Plan adalah agar proyek dalam pelaksanaannya nanti, aman dari kecelakaan dan penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja tinggi.



Safety Plan berisi antara lain: 1. Pembukaan: a. Gambaran Proyek b. Pokok perhatian untuk kegiatan K3



2. Risiko kecelakaan dan pencegahannya (risiko yang mungkin terjadi di proyek tersebut) 3. Tata cara pengoperasian peralatan 4. Alamat Instansi terkait a. Rumah sakit b. Polisi c. Depnaker d. Pemadan Kebakaran Catatan: Yang disebut kecelakaan K3 BUKAN hanya yang mengakibatkan cederal sakitnya tenaga kerja, TAP1 juga menyangkut rusaklkurangnya produktivitas bahanlperalatan. Jadi penanganan K3 yang tidak baik akan berakibat pada turunnya Produktivitas. Sebagai bukti pelaksanaan: Adanya Safety Plan yang sudah disahkan Manajer Proyek.



B.2.7.c. Kegiatan K3 di Lapangan Kegiatan K3 di lapangan merupakan pelaksanaan Safety Plan yang harus dilaksanakan Kontraktor dalam setiap proyek yang menyangkut beberapa kegiatan antara lain: Kerja sama dengan instansi yang terkait K3 Kerja sama dengan instansi yang terkait dengan K3 sangat penting. Instansi yang dimaksud antara lain adalah: Depnaker, Polisi, dan Rumah Sakit. Hubungan awal yang dimulai dengan pendaftaran proyek ke Depnaker dan pemberitahuan ke instansi pemerintah1Muspida setempat perlu dipertahankan dengan hubungan informal yang lain agar apabila ada masalah K3,masalahnya cepat tertangani dengan baik. Untuk proyek tertentu (misalnya yang cukup terpencil dan rawan terhadap kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja) perlu dijalin hubungan kerja sama dengan rumah sakit terdekat. Sebagai bukti pelaksanaan adalah: adanya dokumen-dokumenlsuratsurat serta hubungan kerja sama yang nyata dengan instansi-instansi terkait tersebut.



2. Pengawasan pelaksanaan K3 Pengawasan pelaksanaan K3 meliputi kegiatan: a) Safety patrol b) Safety supervisor C) Safety meeting dan d) Pelaporan serta penanganan kecelakaan Yang dimaksud Safety Patrol adalah suatu tim K3 yang terdiri 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli selama kira-kira 1 atau 2 jam (tergantung lingkup proyek). Dalam patroli masing-masing anggota safety patrol mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuanlyang memiliki risiko kecelakaan. Ketentuanltolok ukurnya adalah ada dalam: a. Safety Plan b. Panduan pelaksanaan K3 c. Hal-hal yang secara teknis mengandung risiko bahaya Periode patroli bisa 1 kali dalam seminggu. Yang dimaksud dengan Safety Supervisor adalah Petugas yang ditunjuk oleh Manajer Proyek yang secara terus menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3. Safety Supervisor berwenang menegur dan memberikan instruksi langsung kepada Superintendent (kepala pelaksana) bila ada pelaksanaan yang mengandung bahaya terhadap keselamatan kerja. Yang dimaksud dengan Safety Meeting adalah rapatlmeeting dalam proyek yang membahas hasilllaporan dari Safety Patrol maupun hasil laporan dari safety supervisor. Yang paling utama dalam Safety Meeting adalah: a. Perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3 dan b. Perbaikan sistem kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang kembali



3. Pelaporan dan penanganan kecelakaan Pelaporan dari kecelakaan terdiri dari: a. Pelaporan dan penanganan b. Pelaporan dan penanganan c. Pelaporan dan penanganan d. Pelaporan dan penanganan



kecelakaan ringan kecelakaan berat kecalakaan dengan .korban meninggal kecelakaan peralatan berat



Sebagai bukti pelaksanaan dari kegiatan ini adalah: adanya catatan yang mendukung kegiatan-kegiatan tersebut dan adanya penanganan yang nyata atas kegiatan tersebut di lapangan. B.2.7.d. Pelatihan Program IS3 Pelatihan program K3 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:



1. Pelatihan secara 'umum. Materi pelatihan ini bersifat umum yaitu panduan tentang K3 di proyek misalnya: a. Pedoman praktis Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Bangunan Gedung b. Penanganan, Penyimpanan, dan Pemeliharaan Material c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Sipil d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Finishing Luar e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal f. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Finishing Dalam g. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Bekisting h. Keselamatan dan Kesahatan Kerja dalam Pekerjaan Pembesian i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Sementara j. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Rangka Baja k. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Struktur Khusus 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pembetonan m. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pondasi Pile dan



Strutting n. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pembongkaran 0. Dl1



2. Pelatihan Khusus proyek Pelatihan khusus proyek diberikan pada: a. Saat awal proyek b. Saat di tengah periode pelaksanaan proyek (sebagai penyegaran)



Materinya meliputi: Pengetahuan Umum tentang K3 dan Safety Plan proyek yang bersangkutan. Peserta pelatihan khusus ini adalah seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek. PelatihanIPenjelasan suatu kegiatan proyek. Pelatihanlpenjelasan ini adalah khusus untuk kegiatan tertentu saja yang dipertimbangkan memiliki risiko kecelakaan dan langsung dijelaskan kepada pengawasltukang pada saat akan memulai pekerjaan tersebut. Misalnya pada saat pertama kali akan ada pekerjaan blasting, maka diadakan penjelasan kepada para petugasltukang tentang kemungkinan-kemungkinan bahayalrisiko yang akan terjadi. Sebagai bukti dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: adanya catatan yang mendukung kegiatan tersebut. B.2.7.e. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3 Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3 dalam pelaksanaan proyek meliputi beberapa hal antara lain: 1. Promosi program K3 Promosi program K3 terdiri dari:



a. Pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan. Bentuk dan cara pemasangan ketiga atribut itu bisa dilihat pada gambar a dan gb. b di halaman 109. b. Pemasangan Sign Board K3 yang dapat berisi antara lain: Sloganslogan yang mengingatkan akan perlunya bekerja dengan selamat seperti bisa dilihat contoh dalam gambar c dan gambar d di halaman 110. Selain itu bisa berisi gambar-gambarlpamflet tentang bahayal kecelakaan yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan. Slogan maupun pamflet-pamflet dapat dipasang di kantor proyek atau lokasi pekerjaan di lapangan.



2. Sarana peralatan untuk K3 Sarana peralatan untuk K3 terdiri dari: a) Yang melekat pada orang, yaitu: Topi helm, Sepatu lapangan, Sabuk pengaman untuk pekerja di tempat yang tinggi, Sarung tangan untuk pekerja tertentu, Masker pengaman untuk gas beracun untuk pekerja tertentu, Kaca mata las goggle, Obat-obatan untuk P3K Pelampung renang (untuk lokasi tertentu). b) Sarana peralatan lingkungan, yaitu: Tabung pemadaman kebakaran pada ruang-ruang antara lain: Kantor proyek, Gudang bahan bakar, Gudang Materiallperalatan, Ruang genset, Bengkel, Gudang bahan peledak, Mess karyawan, Barak tenaga kerja. Tiap' lantai bangunan proyek (pada saat pekerjaan bekisting dan Jinisihing) .



-



-



Pagar Pengaman yang terdiri dari: Pagarlrailing yang kuat dan tali warna kuning sebagai tanda pembataslperingatan. Pagar ini diperlukan untuk lokasi antara lain: lubang di lantai, lubang di sumur galian tanah, tepi bangunan tinggi. Lokasi kerja alat berat (bila dianggap perlu).



-



Penangkal Petir darurat. Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja Jaring pengaman pada bangunan tinggi. Pagar pengaman lokasi proyek



C) Rambu-rambu peringatan Fungsi rambu-rambut peringatan antara lain untuk: Peringatan bahaya dari atas Peringatan bahaya benturan kepala Peringatan bahaya longsoran Peringatan bahaya apilkebakaran Peringatan tersengat listrik Penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari dua lantai)



-



.:,-



--L-



SPANDUK K-3 UTAMAKAN KESELAMATAN D A N KESEHATAN KERJA I



4W



1W I



153



1



1M



I



1SO



I



I



LCGO PERUSAHAAN



Bendera K-3 ERVSAHAAN



Gambar a



POSlSl PENEMPATAN BENDERA PERUSAHAAN MERAH-PUTIH & K3 Keterangan:



Bendera Merah-Putih di tengah Bendera PERUSAHAAN di sebelah kiri Bendera Merahgutih Bendera K-3 di sebelah kanan Bendera Merah-putih



Garnbar b



L



-



CONTOH-CONTOH SLOGAN KE-3



WAJIB BACA 1. PAKAILAH ALAT PENGAMAN DIRI



SELAMA BEKERJA 2. MULAILAH PEKERJAAN DENGAN 120 CM



SEMANGAT DAN AKHIRILAH DENGAN SELAMAT



3. SELAIN PETUGAS DILARANG MASUK AREA PROYEK



4. HINDARILAH KECELAKAAN, KELUARGA ANDA MENUNGGU DI RUMAH



Gambar c



SLOGAN KE-3



1. MULAILAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN



KERJA DARI LINGKUNGAN TERDEKAT 2. PIKIRKANLAH KESEHATAN DAN



KESELAMATAN SEBELUM ANDA BEKERJA



3. KECEROBOHAN DAN KELALAIAN SEBAB UTAMA KECELAKAAN KERJA



4. HINDARILAH KECELAKAAN KERJA, KELUARGA ANDA MENUNGGU DI RUMAH



5. PASTIKAN PEKERJAAN ANDA BENAR 6. PERIKSALAH ALAT-ALAT SEBELUM Gambar d



Penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara Penunjuk batas ketinggian penumpukan material Larangan memasuki ke area tertentu Larangan membawa bahan-bahan berbahaya Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek) Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja Peringatan ada alatlmesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu) Peringatanllarangan untuk mas& kelokasi gensetlpower listrik (untuk orang-orang tertentu) Dalam hal ini ada beberapa catatan antara lain. Ada pemahaman yang keliru tentang K3, yaitu menganggap bahwa kalau sudah memenuhi sarana peralatan K3 berarti sudah memenuhi persyaratan K3. Padahal sarana peralatan K3 ini adalah baru sebagian dari sistem K3. Bekerja dengan K3 yang benar adalah bila memenuhi 3 (tiga) hal sebagai berikut:



1. Orangnya: Orang (pengawas dan tenaga kerja) punya sikap kerja yang benar yaitu: a. Punya pengetahuan dan keterampilan K3, b. Berperilaku sesuai ketentuan K3, c. Sehat jasmani dan rohani.



2. Mesinlalat kerja serta sarana peralatan K3 sesuai ketentuan.



3. Lingkungan kerja sesuai ketentuan. Yang dimaksud lingkungan kerja meliputi: a. Lay outplanning (perencanaan tata letak), b. House keeping (pemeliharaan alat-alat rumah tangga), c. Penerangan dan ventilasi.



B.2.7.f. Penataan Lingkungan Penataan lingkungan meliputi perencanaan tata letak fasilitas-fasilitas untuk melaksanakan pekerjaan dan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja di proyek (house keeping) antara lain adalah:



1 . Lay out planning (perencanaan tata let&) Perencanaan tata letak harus diatur sedemikian rupa sehingga orang dan alat yang bekerja tidak saling terganggu, tetapi justru saling mendukung, agar pelaksanaan kerja dengan produktivitas tinggi dan aman dapat dicapai. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tata letak adalah: a. b. c. d. e.



Dimensi (ukuran), posisi, elevasi (ketinggian) Gerakan manusia dan alat Suara (kebisingan) Getaran Cahaya dan sirkulasi udara



2. House keeping Kebersihan dan kerapian tempat kerja merupakan syarat K3. Sarana kebersihan dan kerapian untuk program K3 adalah: a. b. c. d. e.



Penyediaan air bersih yang cukup Penyediaan toilet/WC yang bersih Penyediaan Musholla yang bersih dan terawat Penyediaan toilet1WC untuk pekerja proyek Penyediaan bak-bak sampai pada lokasi yang diperlukan f. Pembuatan saluran pembuangan limbah g. Pembersihan sampah-sampah secara teratur h. Kerapian penempatan alat-alat kerja di lapangan setelah dipakai (beatty scaffolding, pipe support, pipa-pipa, jack base, concrete vibrator, lampulampu penerangan, dan lain-lain)



Berikut ini adalah contoh isi Safety Plan yang menyangkut tentang hal-hal: Risiko kecelakaan dan pencegahannya Tata Cara Pengoperasian Alat



RISIKO KECELAKAAN DAN PENCEGAHANNYA Beberapa contoh antara lain: No.



1.



Lokasi & Risiko Kecelakaan



Pencegahanl Penanganan



Pekerim fondasi Franki



I. 1 .



Orang jatuh dari crane



- pakai sabuk pengaman waktu naik



1.2.



Kejatuhan split1 beton



- pakai helm pengaman sewaktu kerja



1.3.



Crane amblas



- ratakan tanah sebelum crane masuk ~ro~ek



- pakai H-beam



untuk dudukan crane



1.4.



Orang terperosokJjatuh. ke lubang franki pile



- urug segera setelah dicor



1.5.



Sling crane putus



- cek kondisi sling sebelum mulai kerja setiap hari kerja



2.



2.1.



Galian Basement Lokasi banjir



- buat side'ditch (galian tepi), arahkan ke sum-pit, lalu pompa airnya keluar lokasi.



2.2.



Bekisting batako ambruk



- pasang batako-dari tinggi rencana



- urug segera bekas galian samping dan bagian atasnya diplester



- tutup segera dengan terpal bila akan hujan



2.3.



Tanah galian longsor



- buat kemiringan pada galian.



- tutup segera dengan terpal bila akan hujan 2.4.



Terjatuh ke dalam galian



- buat pagar pengaman - buat tangga turun ke lokasi galian - pasang rarnbu-rambu peringatan



2.5.



Jalan depan lokasi ~ r o ~ kotor ek



- buat tempat (kolam) cuci ban kendaraan, dan buang tanah yang mengendap secara periodik



- tutup bak kendaraan tanah dengan terpal.



Penanggung Jawab



2.6.



Kecelakaan rnobil waktu akan keluarlrnasuk proyek



- pasang rambu peringatan lalu lintas di jalan raya



- atur lalu lintas bila ada kendaraan keluarlrnasuk



3.



Erection Tower Crane.



3.1.



Crane service arnblas



- perkuat tanah dengan rnatras



3.2.



Crane TC miring



- pasang angkur pondasi sehingga benar-benar "level" (di-waterpass)



- cek pengelasan angkur sehingga yakin kuat



3.3.



Bautl kunci-kunci jatuh.



- taruh di keranjang TC



3.4.



Orang kejatuhan baut.



- cegah selarna erection agar orang tidak berada di bawah langsung - pasang rarnbu "Awas Benda Jatuh!"



- pakai helm selarna bekerja 3.5.



Tower crane arnbruk.



- periksa pondasi agar sesuai ketentuan - pasang sabuvlabrang pada tiap ernpat



lantai



- pasang rambu beban



- dipasang switch otornatis bila overcut. - pasang penangkal petir 4. 4.1.



Universal Lifi Kabin lifi rneluncur rnelewati rel. - cek kondisi lift



- pasang re1 lebih tinggi 6 meter dari pernberhentian lift



- pasang switch otornatis agar lift-pit berhenti rnaksirnum pada posisi lantai teratas



- cek dudukan lift pada pondasi agar "level" (di-waterpass)



- pasang labrang pegangan tiap 2 lantai. 4.2.



Orang jatuh



- aturltempatkan kabin lift sedekat rnungkin dengan pernberhentian



- pasang pagar pengarnan pada daerah pernberhentian. -



-



-



-



TATA CARA PENGOPERASIAN PERALATAN Beberapa contoh adalah sebagai berikut:



No.



1.



Pemeriksaan Elemen



Penanganan Selarna



Alat



Operasi



Alat Pancang a. Periksa semua sling



a. Jalan perlahan-lahan pada besi



H- beam



b. Periksa beam landasan alat



b. Posisi hammer selalu si bawah setelah



pancang



selesai atau istirahat



c. Periksa roda penggerak alat



c. Utamakan keselamatan kerja



pancang d. Periksa selang hidrolik



d. Pakai helm



e. Periksa air pendingin air



e. Pakai sarung tangan



penggerak



.



f. Sepatu kerja



f. Periksa tutup kipas mesin 2.



ficavator



a. Periksa semua sling hidrolik



a. Hindari sewaktu slat memutar



b. Periksa oli hidrolik



b. Memberikan kode (klakson) sewaktu alat memutar



c. Periksa tutup kipas angin



3.



Utamakan keselamatan kerja.



d. Periksa pen-pen exmvator



C.



e. Periksa switch hidrolik



d. Istirahat alat keruk ke posisi bawah



Ewer Crane a. Periksa pen-pen boom1



section b. Periksa oli hidrolik



a. Angkat sesuai dengan kapasitas b. Sewaktu swing sling angkut dalam posisi aman



c. Periksa sling angkat



c. Aba-aba sesuai dengan alat HT.



d. Periksa panel listrik



d. Pengikat bahan-bahan yang mau



e. Periksa switch otomatis



diangkut dalam keadaan kuat



f. Periksa kanvas rem



e. Bucket cor dalam keadaan tidak bocor



g. Periksa seluruh bearing



f. Sewaktu istirahat dalam keadaan



h. Periksa poli sling



terkunci g. Utamakan keselamatan kerja



Keterangan



Bar Cutter



a. Periksa pisau potong



a. Pernotongan sesuai dengan kapasits



b. Periksa switch



b. Memakai sarung tangan



c. Periksa kabel-kabel



c. Memakai helm



d. Periksa baut-baut



d. Memakai sepatu kerja



e. Periksa kekencangan van belt



f. Cek stop limit switch g. Periksa pelurnas



Bar Bender a. Pembengkokan sesuai dengan a. Periksa kabel-kabel. b. Periksa switch-switch c. Periksa stop limit switch d. Periksa van belt



kapasitas b. Memakai sarung tangan c. Memakai sepatu kerja d. Memakai helm.



e. Periksa baut-baut



f. Periksa oli. Generating Set a. Periksa oli mesin



a. Jauhkan tempat bahan bakar



b. Periksa air radiator



b. Memakai tutup telinga



c. Periksa bahan bakar



c. Menyediakan tabung



d. Periksa tutup kipas mesin



d. Tidak boleh ada jemuran dekat



e. Periksa van belt



f. Periksa baut-baut g. Cek warna gas



kipas radiator e. Sewaktu membersihkan alat mesin dalam keadaan mati



f. Periksa



an el listrik



g. Utamakan keselamatan kerja



B.3. SERAH TERIMA PROYEK Dalam industri jasa konstruksi, proses serah terima proyek yang merupakan penyerahan (delivery) produk jasa yang berupa sebuah bangunan atau bentuk fisik lainnya, dilakukan dalam dua tahap: 1. Penyerahan Pertama, dilakukan pada saat pekerjaan telah selesai 100 %, dinyatakan dengan Berita Acara yang ditandatangani oleh wakil dari Pemilik Proyek dengan Manajer Proyek. Berita Acara ini disertai dengan lampiranlampiran yang antara lain berupa hasil pemeriksaan bersama (Check List) tentang hasil pekerjaan dan memuat kondisi akhir dari hasil pekerjaan yang diserahkan serta item-item pekerjaan yang masih memerlukan perbaikan-perbaikan kecil, yang harus diperbaiki dan diselesaikan dengan baik pada saat penyerahan kedua oleh pihak Kontraktor.



2. Penyerahan Kedua, dilakukan setelah berakhirnya masa pemeliharaan (maintenance period) yang berkisar antara 3 bulan s/d 1 tahun (untuk pekerjaan MIE), tergantung kesepakatan yang ada dalam kontrak kerja. Pada saat ini, penyerahan juga dilengkapi dengan Berita Acara dan disertai semua catatan tentang perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan selama masa pemeliharaan, dan telah diterima dengan baik oleh Pemilik ProyeklWakilnya. Pada waktu serah terima pekerjaan, pihak Kontraktor berkewajiban untuk: Menyerahkan dokumen-dokumen berupa: Gambar-gambar Terpasang (A Built Drawings). Buku Manual Pengoperasian dan Perawatan Alat-alat dan Mesin-mesin M/E seperti Genset, Lift, AC, dll. Dokumen-dokumen perijinan dari berbagai macam instansi terkait seperti IMB, IPB yang pengurusannya dilaksanakan oleh Kontraktor. Memberikan pelatihan untuk pengoperasian dan perawatan Alat-alat dan Mesin-mesin kepada petugas yang ditunjuk oleh Pemilik Proyekl Pengguna Jasa. Semua biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan pada masa pemeliharaan ini ditanggung oleh Kontraktor dan merupakan bagian dari kesepakatan dalam kontrak.



C. KEGIATAN PENDUKUNG USAHA BIDANG KONTRAKTOR



K



egiatan-kegiatan penunjang (supporting activities) untuk mendukung kegiatan utama (primary activities) yang perlu dikelola dengan baik adalah:



C.1. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai penunjang dari segi sumber daya manusia dan pengelolaannya C.2. Aspek Manajemen Keuangan sebagai penunjang dari segi sumber daya keuangan dan pengelolaannya C.3. Aspek Manajemen Mutu ISO-9000 menunjang segi pengelolaan dan pengendalian mutu



C. 1. ASPEK W J E M E N SUMBER DAYA MANUSIA Sumber Daya Manusia Kontraktor adalah motor penggerak perusahaan. Oleh karena itu pengelolaan SDM Kontraktor harus menunjang tugas kegiatan utama perusahaan. Skema pengelolaan SDM kontraktor meliputi aspek bidang teknis dan aspek bidang kepribadian (attitude). Bidang teknis biasanya didukung oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan formal, pelatihan yang dilaksanakan, jalur spesialisasi yang ditempuh, kemampuan bahasa asing (khususnya Inggris), kemampuan mengoperasikan komputer, kemampuan menggambar teknis, penguasaan administrasi teknis, dan lain sebagainya. Sedangkan bidang kepribadian antara lain meliputi perilaku kerja yang sesuai dengan karakteristik pekerjaan Kontraktor yang mendukung keberhasilan seseorang dalam melakukan tugasnya. Secara skematis, skema pengelolaan SDM perusahaan kontraktor adalah seperti dalam tabel Skema Pengelolaan SDM Perusahaan Kontraktor pada halaman 119.



SKEMA PENGELOLAAN SDM PERUSAHAAN KONTRAKTOR A- BIDANG TEKNIS SDM kontraktor harus mempunyai penguasaan di bidang teknis operasionil, sesuai dengan sasaran tugas kegiatan utama.



B- BIDANG KEPRlBADlAN Di samping penguasaan teknis maka SDM kontraktor harus mempunyai kepribadian yang ideal dengan skema uraian sebagai berikut:



C. 1.a. BIDANG TEKNIS Pengelolaan bidang teknis lebih menekankan pada pengelolaan kompetensi SDM terhadap tugas pekerjaan sesuai dengan fungsinya dalam struktur organisasi perusahaan. Beberapa hal yang akan dijelaskan secara garis besar dalam pengelolaan bidang teknis antara lain adalah:



C.1 .a.1. Pendidikan formal Pendidikan formal menjadi dasar dalam seleksi calon pegawai Permahaan, karena dalam pendidikan formal tersebut diberikan dasar-dasar untuk persiapan dalam bekerja sesuai dengan jenjang tugas yang diberikan. Dengan demikian faktor kompetensi teknis yang diukur dalam indeks prestasi komulatiflnilai raport hasil ujian universitaslsekolah menjadi tolok ukur dalam seleksi calon pegawai.



C.1 .a.2. Pelatihan dan pengembangan Perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari awal. Isi program pelatihan harus disesuaikan dengan identifikasi kebutuhan pelatihan. Pada dasarnya, target utama program pelatihan adalah pencapaian perubahan, yang meliputi: pengetahuan, keterampilan maupun kepribadian (knowledge, skiill, and attitude). Apa pun program pelatihan yang akan dilakukan, isinya harus memenuhi kebutuhankebutuhan Perusahaan maupun Pegawai peserta pelatihan tersebut.



C.1.a.3. Program Spesialisasi Faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan proyek adalah personil kunci. Manajer Proyek sebagai pimpinan tertinggi dalam proyek konstruksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pengelolaan suatu proyek Oleh karena itu diperlukan Project Manager yang professional dan spesialis di bidangnya. Dengan begitu dalam suatu permahaan kontraktor, spesialisasi menjadi program utama untuk mencapai efisiensi serta mutu produk yang tinggi. Contohnya adalah Manajer Proyek yang spesialis di bidang pekerjaan gedung ataupun pekerjaan pelabuhan, irigasi, dll.



C. 1.a.4. Program jalur fungsional Jalur fungsional dalam suatu perusahaan kontraktor merupakan jalur alternatif selain jalur struktural yang selalu ada dalam perusahaan. Jabatan



fungsional merupakan salah satu jalur karier (career path) setiap personalia perusahaan yang setara dengan jabatan struktur untuk menduduki karier yang lebih tinggi dalam perusahaan. Jalur fungsional Jenjang fungsional mempunyai keuntungan: Perusahaan akan tetap mempunyai ahli yang sangat menguasai bidangnya (praktisi lapangan, ahli kontrak administrasi, ahli bidang hukum, ahli bidang akuntansi, dsb). Sebab pada umumnya pejabat struktural lebih menggeluti hal-hal yang sifatnya manajerial sehingga kemampuan teknisnya semakin lama semakin berkurang atau bahkan hilang. Jenjang struktural jumlahnya sangat terbatas, sehingga jenjang fungsional menjadi alternatif untuk meniti karir bagi personil yang mempunyai potensi keahlian di bidanpya tapi kurang sesuai untuk ditempatkan pada jabatan struktural. Kerugiannya: Tidak mudah untuk menyusun dan membakukan kesetaraan antara jenjang struktural dan jenjang fungsional secara adil agar dapat memacu pegawai untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi. Jenjang ini di bidang usaha kontraktor umumnya masih merupakan hal baru. Kriteria jalur fungsional umumnya adalah berdasarkan kriteria: Pengalaman melaksanakan proyek dengan besaran tertentu dan kerumitan tertentu dengan hasil baik Kemampuan berbahasa Inggris Kemampuan dalam teknologi informasi Kemampuan dalam presentasi negosiasi Kemampuan dalam bidang tertentu (adrninistrasi kontrak, ahli tunnel, ahli pelabuhan, ahli tanah, ahli pemasaran, ahli hukum, akuntansi, dll.)



C .1.a.5. Kemampuan berbahasa Inggris Dalam suasana globalisasi di mana batas-batas antar-negara semakin tipis (borderless). Perusahaan-perusahaan asing dapat mengembangkan usahanya di Indonesia. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan nasional mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi perusahaan multinasional. Oleh karena itu kemampuan berbahasa Inggris, sebagai



bahasa internasional menjadi syarat utama SDM perusahaan saat ini, khususnya pada tingkatan pimpinan suatu perusaaan. Itulah sebabnya dalam melakukan rekrutmen pegawai maupun peningkatan jenjang dalam perusahaan, kemampuan berbahasa Inggris menjadi bagian dari tolok ukur keberhasilan seseorang, khususnya pada posisi di mana seseorang dalam fungsinya harus berkomunikasi langsung dalam bahasa Inggris. Beberapa perusahaan bahkan sudah melakukan investasi jangka panjang dengan mengirim pegawainya untuk mengikuti pendidikan di luar negri. Di luar negeri mereka di samping menimba pengetahuan teknis, mempelajari pola kerja, secara langsung mereka juga meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris karena lingkungannya mendukung untuk itu.



C. 1.a.6. Kemampuan mengoperasikan komputer Di era teknologi informasi saat ini keterlibatan seseorang dalam perusahaan tidak akan bisa lepas dari kemampuan mereka dalam bidang komputer. Bxgi perusahaan kontraktor, penguasaan komputer paling sedikit disyaratkan untuk hal-hal yang menyangkut masalah engineering (pengoperasian autocad, perencaan struktur, scheduling, estimating, dll.), masalah keuangan serta akuntansi dll.



C. 1.b. BIDANG KEPRIBADLAN Bila bidang teknis adalah hal-hal yang menyangkut kemampuan teknis operasionil suatu kegiatan, maka bidang kepribadian bersifat hal-hal yang mendasari ~erilakuSDM dalarn perusahaan. Faktor kepribadian menyangkut sikap (attitude) serta perilaku (behaviour) yang akhirnya bisa membentuk watak (character).



C .1.b. 1. Karakteristik Pekerjaan Kontraktor 1. Keras; karena secara fisik ada di lapangan terbuka seperti jalan, irigasi, pelabuhan, jembatan, terowongan, dan berhubungan dengan para pekerja bangunan, operator alat berat, dan sebagainya.



2. Mobilitas tinggi; karena umumnya mengerjakan proyek yang waktunya relatif pendek. Setelah proyek satu selesai Kontraktor harus berpindah ke proyek lainnya, yang kadang-kadang secara geografis jaraknya jauh.



3. Bekerja di bawah tekanan; karena umumnya jadwal yang ketat, terkait dengan pekerja dari berbagai unsur seperti subkontraktor, mandor, supplier, konsultan pengawas, serta masyarakat sekitar.



4. Penuh negosiasi; karena meskipun mempunyai sasaran yang sama seperti yang dicantumkan dalam kontrak, setiap pihak -yang terlibat dalam pelaksanaan proyek (perencana, pengawas, kontraktor) senantiasa harus menyamakan persepsi dalam menemukan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Negosiasi demi negosiasi dilaksanakan pada setiap tahapan proyek, misalnya pada acara rapat, perhirungan pekerjaan tambah, perhitungan eskalasi, penyamaan dalam menghitung volume pekerjaan, persetujuan pemakaian bahan, pemilihan metode pelaksanaan, dll.



5. Tempo kerja yang tinggi; kerena beberapa elemen bangunan memang harus dikerjakan dengan cepat, misalnya campuran beton harus segera dituang agar tidak mengeras, tanah yang ditimbun harus cepat ditutup (sheet cover) agar bila hujan tidak menjadi basah, memasang gelagar jembatan penyeberangan saat lalu lintas sepi pada malam hari, dan lain sebagainya.



6. Kualitas pelayanan yang tinggi; karena dalam setiap aktivitasnya diperlukan respons yang cepat dalam menanggapi setiap keinginan pelanggan, namun demikian tetap harus memakai cara-cara berkomunikasi yang tidak merusak hubungan baik dengan setiap pihak dan tidak mengorbankan kepentingan perusahaan.



7. Kompetitif; karena harus bersaing dengan kontraktor nasional yang sangat banyak jumlahnya maupun kontraktor asing yang memiliki kemampuan teknis maupun yang mempunyai permodalan yang lebih baik. Misalnya, untuk mendapatkan pekerjaan umumnya kontraktor harus melalui proses tender yang sangat ketat.



8. Tuntutan mutu yang tinggi; karena pekerjaan yang dilakukan kontraktor berkaitan dengan keamanan sebuah struktur banguan maupun segi tercapainya fungsi serta kerapihan hasil kerjanya. (firmitas, utilitas dan venustas)



C. 1 .b.2. PERSYARATAN SDM: 1. Ulet, "tahan banting" serta mampu berkomunikasi. Dalam setiap menanggulangi kesulitan yang mungkin terjadi, setiap personil tidak boleh cepat menyerah. Penggunaan cara pendekatan dengan berbagai pihak melalui kemampuan berkomunikasi dapat menyederhanakan atau bahkan menyelesaikan permasalahan-permasalahan antar-berbagai pihak yang terlibat di suatu proyek (pengguna jasa, pengawas, subkon, mandor, dll.) .



2. Namun demikian, SDM kontraktor harus cekatan dan terampil, ressponsif, sopan santun, serta memiliki kesehatan yang prima. C. 1.b.3. IMPLEMENTASI PENGELOLAAN SDM 1. Cara mencari pegawai (Rekmtmen): Rekrutmen dalam bisnis usaha kontraktor disesuaikan dengan persyaratan Sumber Daya Manusia yang diperlukan. Apabila Rekrutmen tidak sesuai dengan karakter Sumber Daya Manusia yang diperlukan, maka usaha yang dilaksanakan sering menjadi tidak produktif. Untuk itulah saat ini Perusahaan kontraktor perlu menerapkan model rekrutmen antara lain, melalui: Pola rekrutmen umum, yaitu Perusahaan mengevaluasi kebutuhan pegawainya, dan melaksanakan rekrutmen dari sejumlah pelamar yang ada, melalui: lamaran langsung memasang iklan di surat kabar dan lain-lain Yang diseleksi berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan perusahaan. Selanjutnya calon yang terseleksi diberikan Orientasi Kerja dan kemudian diangkat sebagai calon pegawai untuk periode tertentu. Setelah memenuhi tahap-tahap tertentu dan memenuhi syarat, calon pegawai bisa diangkat sebagai pegawai. Pola rekrutmen mahasiswa ikatan dinas. Dalam pola ini rekrutmen dilaksanakan bukan pada calon yang sudah lulus dari bangku sekolah, namun direkrut dari mahasiswa yang tengah menyelesaikan sekolahnya. Pada saat mahasiswa tersebut sedang dalam proses penyelesaian studinya, mahasiswa diberikan beasiswa serta juga diberikan bimbingan orientasi-orientasi kerja dengan melalui media internet serta secara periodik diadakan tatap muka untuk mendapatkan bimbingan langsung atas tugas-tugas yang diberikan. Pola rekrutmen untuk pelaksana lapangan dari Jenjang D 3 atau SLA (STM Pembangunan). Karena karakteristik SDM pelaksana lebih menuntut ketahanan fisik serta sikap tegas dalam mengendalikan para tukanglmandor di lapangan, maka pola rekrutmennya lebih mengutamakan hal hal yang menyangkut kedisiplinan, ketegasan



bersikap, berkomunikasi dengan bahasa yang jelas tetapi sederhana, yaitu antara lain melalui latihan fisik, kesamaptaan, baris berbaris, dll. Semua rekrutmen umumnya melalui tahap psychotest, yaitu untuk mengetahui potensi kepribadian seseorang:



Kegunaan psychotest adalah untuk mengetahui potensi kejiwaan para calon. Dengan teknik-teknik test tertentu, maka gambaran potensi kejiwaan seseorang seperti kepribadian, tingkat intelegensi, dasar-dasar kepemimpinan, daya tahan atas tekanan dan lain sebagainya akan nampak. Menggunakan hasil psychotest. Berdasarkan gambaran hasil psychotest (psychogram), maka manajemen perusahaan dapat memilih calon yang sesuai dengan kriteria (persaratan) atas kebutuhan jabatanlfungsi tugas yang diperlukan. Faktor psychotest yang diperlukan dalam dunia bisnis kontraktor. Faktor-faktor yang diutamakan adalah sesuai dengan karakteristik SDM seperti yang dijelaskan dalam bab-bab terdahulu.



2. Cara membina pegawai Pada dasarnya Pelatihan dan pengembangan di perusahaan dibagi atas empat hal: IMPROVEMENT, yaitu pelatihan dan pengembangan yang tujuannya meningkatkan keterampilan seseorang dalam kerangka memenuhi persyaratan jabatan vob-Requirement). MUTASI, yaitu pelatihan dan pengembangan seseorang sesuai dengan Job-Req untuk posisi yang mungkin berbeda dengan posisi sebelumnya. PROMOSI, yaitu pelatihan dan pengembangan seseorang untuk jabatan yang mempunyai Job-Requirement yang lebih tinggi. AKSELERASI, yaitu pelatihan dan pengembangan yang sifatnya mempercepat kemampuan seseorang yang mempunyai potensi tinggi untuk pengembangan kariernya. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah keberhasilan pelatihan dan pengembangan itu sendiri. Untuk itu faktor evaluasi saat seseorang menerapkan hasil pelatihan dan pengembangan tersebut menjadi perhatian



utama dan harus dipantau secara ketat dan benar oleh "user" yaitu orang yang menjadi pelanggan dari orang yang dilatih (trainee) tersebut.



3. Cara memotivasi, menghargai, dan menghukum (reward andpunishment) Motivasi, penghargaan, dan hukuman menjadi tiga serangkai yang merupakan kebijakan yang harus dilaksanakan oleh sebuah perusahaan. Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, hal pertama yang harus dilaksanakan adalah pola penilaian pegawai (performance appraisal). Penilaian kinerja karyawan merupakan bagian dari sistem pembinaan karyawan. Sistem penilaian kinerja karyawan atau performance appraisal untuk selanjutnya disebut PA, yang didasarkan pada spesifikasi pekerjaan Vob Speczfkation) dan Job Description (uraian tugaslpekerjaan). Yang merupakan penilaian terhadap karyawan terhadap tugas yang disesuaikan dengan jabatan, dikaitkan dengan target yang diberikan. Dalam suatu perusahaan, penghargaan dan hukuman terhadap karyawan harus diterapkan secara adil, artinya selain penghargaan, kekeliruan atau kegagalan suatu target atau performance yang di bawah rencana harus diberikan sanksi. Hukuman tidak selalu harus berupa pemecatan ataupun penurunan jabatan tapi juga dapat dilaksanakan dalam bentuk pembinaan yang sifatnya mendidik, misalnya untuk jangka waktu tertentu seseorang dibebaskan dari segala pekerjaannya untuk meningkatkan kemampuannya pada bidang-bidang yang menjadi sebab kegagalan. Apabila hukuman tidak dilaksanakan secara konsisten, maka sistem manajemen SDM tidak berjalan dengan baik. 4. Cara memberhentikan Pemberhentian pegawai berlaku pada usia purna tugas maupun karena sebab tertentu. Perusahaan diwajibkan mengikuti ketentuan peraturan pemerintah yang berlaku yang diatur dalam Undang-undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003



C. 1 .b.4. Pengelolaan SDM Mandor dan SDM Sub-kontraktor Pengelolaan SDM Kontraktor bukan hanya untuk pegawai perusahaan itu sendiri, melainkan juga mencakup pembinaan SDM yang mempunyai andil terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu proyek, antara lain pegawai mandor maupun subkon. Pengendalian & pembinaan dapat dilaksanakan melalui:



Daftar mandorlsubkon terseleksi (approved labour suppliers & sub contractors list). Daftar tersebut adalah suatu daftar dari para mandorl subkon yeng telah terbukti berpengalaman dan mempunyai kinerja baik. Adanya pelatihan bagi tukanglpegawai mandorlsubkon yang diadakan oleh perusahaan secara terencana.



C .1 .b.5. Sasaran Akhir Dengan adanya pengelolaan SDM yeng terpadu (integrated) seperti dalam uraian di atas maka SDM kontraktor akan menjadi SDM yang profesional, yaitu perpaduan antara kemampuan teknis yang tinggi dan kepribadian yang ideal.



C.2. ASPEK MANAJEMEN KEUANGAN Laporan 'keuangan yang umum digunakan dalam perusahaan adalah Neraca, Rugi Laba, Rasio Keuangan, Cash Flow, dan Laporan Perubahan Modal. Neraca menggambarkan posisi hak (asset) dan kewajiban (liabilities dequities) perusahaan pada suatu waktu tertentu. Biasanya adalah per akhir tahun, per akhir semester atau per akhir bulan. Hak perusahaan digambarkan dalarn aktiva perusahaan, yang terdiri dari: Aktiva Lancar: kas, bank, persediaan, piutang usaha dan lainnya; serta Aktiva Tetap: tanah, bangunan, kendaraan, dan aktiva lainnya. Kewajiban perusahaan digambarkan dalam pasiva yang terdiri dari: 0 Pasiva lancar: hutang bank, utang usaha yg jatuh tempo kurang dari satu tahun. 0 Kewajiban Jangka Panjang dan Modal: kewajiban yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, dan modal. Neraca perusahaan selalu seimbang, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban perusahaan. Keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusahaan akan berakibat pada peningkatan atau penurunan modal pemilik perusahaan, sehingga Neraca perusahaan pada setiap waktu selalu mengalami keseimbangan.



Rugi Laba atau Kinerja, adalah laporan yang menggambarkan perhitungan rugi laba dari perusahaan pada periodelkurun waktu tertentu, Biasanya rugi laba dilaporkan dalam kurun waktu bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. Rasio Keuangan, adalah perbandingan antara satu pos dan pos yang lain dalam Neraca atau antara satu pos dan pos yang lain di rugi laba atau antara satu pos rugi laba dan satu pos neraca. Rasio ini dapat memberikan gambaranlindikasi tertentu tentang perusahaan dibandingkan dengan standar umum di industri sejenis. Laporan Cash Flow atau arus dana, adalah laporan mengenai sumber dan penggunaan dana dalam kurun waktu tertentu di perusahaan. Laporan cash flow disusun dengan menggunakan 2 (dua) metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung disusun berdasarkan aktivitas keuangan perusahaan (penjualan sampai dengan menghasilkan laba) dan metode tidak langsung yang disusun berdasarkan laba yang diperoleh dan perubahan rekeninglaccount Neraca dari akhir periode yang lalu dan akhir periode sekarang. Laporan perubahan Modal, yaitu laporan yang khusus menggambarkan perubahan modal yang dimiliki perusahaan, baik perubahan karena Operasi Pernabam (laba atau rugi sehingga modalnya berubah) dan akibat Revaluasi Asset atau karena adanya penambahanlpengurangan modal oleh pemilik perusahaan sehingga mengubah nilai modal. Berdasarkan pengalaman, penilaian sebuah perusahaan Kontraktor pada umumnya sering hanya dilihat dari segi laba rugi saja, yaitu selisih antara penjualan/pendapatan/produksi dikurangi biaya penjualan/produksi, tanpa melihat sisi-sisi yang lain. Sehingga ada Kontraktor yang memperoleh keuntunganllaba besar tetapi kondisi perusahaannya tidak sehat. Hal ini disebabkan laba besar yang diperoleh tidak diterima dalam bentuk tunai tetapi masih sebatas pengakuan laba, yang masih dalam bentuk piutang. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus dipahami dan diperhatikan dalam mengelola keuangan kontraktor agar perusahaan tidak mengalami kesulitan, yang pada akhirnya mengganggu kelangsungan usaha, antara lain:



1. Metode Pengakuan Pendapatan pada Kontraktor. 2. Laporan Keuangan yang berbentuk Neraca dan Laba-Rugi. 3. Analisis Rasio Laporan Keuangan 4. Siklus Perputaran Modal Kontraktor 5. Cash Flow Proyek 6. Perpajakan 7 Pengendalian Perusahaan



C.2.1. METODE PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAKTOR Penjualan/pendapatan/produksi/turnoveradalah istilah yang sering digunakan kontraktor untuk mengakui pendapatan, yaitu nilai pekerjaan yang telah dikerjakan oleh kontraktor dan diakuildisetujui oleh pemilik proyek. Nilai pendapatan ini dihitung berdasarkan persentase fisik proyek pada suatu saat dikalikan dengan Nilai kontrak (tidak termasuk Pajak Pertarnbahan Nilai). Nilai pendapatan ini yang digunakan sebagai dasar penyusunan laporan Laba Rugi perusahaan. Dalam pembahasan selanjutnya digunakan istilah.pendapatan untuk menggambarkan penjualanlproduksilturnover perusahaan. Perusahaan Kontraktor dapat memilih salah satu dari 2 (dua) metode pengakuan pendapatan, yaitu: a. Percentage Method, yaitu pencatatan pendapatan secara bertahap sesuai dengan persentase penyelesaian pekerjaan. Metode ini yang paling banyak digunakan oleh perusahaan kontraktor. Progress fisik proyek dihitung setiap akhir bulan untuk digunakan sebagai dasar perhitungan nilai pendapatan. Pendapatan bulan ini dihitung dengan cara mencari selisih hasil perkalian progress fisik dengan nilai kontrak-PPN bulan ini, dikurangi dengan hasil perkalian progress fisik dengan nilai kontrakPPN bulan lalu.



b. Completed Method, yaitu pencatatan pengakuan pendapatan pada saat prestasi diakui 100 persen oleh Pemilik Proyek dan pembayaran diterima seluruhnya. Artinya perusahaan tidaklbelum mengakui pendapatan sampai dengan perusahaan menyelesaikan pekerjaan proyek. Metode manapun yang dipilih Manajemen, yang terpenting adalah metode tersebut dilaksanakan secara konstj.tmlberkesinambungan.Artinya tidak boleh jika tahun lalu metode yang digunakan adalah Completed Method, pada tahun ini menggunakan Percentage Method, kemudian pada tahun yang akan datang kembali menggunakan CompletedMethod (prinsip akuntansi konsisten).



Meskipun 2 (dua) metod tersebut dimungkinkan secara teori tetapi di Indonesia yang lazim digunakan adalah yang point a. Hal ini erat kaitannya dengan kewajiban perusahaan untuk melaporkan kewajiban Pajak Penghasilan Badan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setiap tahun. Setiap Perusahaan yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) berkewajiban menyampaikan laporan keuangan yang telah diperiksaldiaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) setiap tahun. Berdasarkan laporan keuangan hasil audit KAP dan bukti setoran pajak penghasilan badan, maka perusahaan dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Tahunan.



C.2.2. LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN Laporan Keuangan yang umum disajikan dalam bentuk Neraca dan Laporan RugiILaba, penyajiannya didasarkan pada kaidah-kaidah akuntansi di Indonesia yang mengacu pada Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Laporan ~ e u a n ~ alazimnya n disajikan 2 tahun berturut-turut sehingga dapat dilakukan analisis jika terjadi peningkatan atau penurunan kinerja (prinsip akuntansi bahwa laporan keuangan harus dapat diperbandingkan). Berdasarkan laporan Neraca dapat dilihat kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan pada waktu tertentu, seperti misalnya tentang kondisi Aset Perusahaan, Utang Perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang dan Modal yang dimiliki perusahaan. Sedangkan berdasarkan Laporan Rugi Laba dapat diketahui kinerja perusahaan untuk suatu periode tertentu. Neraca dan Rugi-Laba disusun berdasarkan infrastruktur sistem akuntansi keuangan Perusahaan, yang terdiri dari: Kode Rekeninglperkiraan Akuntansi dan Desain Laporan Keuangan. Formulir Transaksi Keuangan dan Otorisasi penggunaannya. Software Akuntansi yang mengolah data di Komputer, untuk yang menggunakan Komputer dalam proses akuntansinya. Flow Chart Transaksi Keuangan, sehingga menjadi Neraca & Rugi Laba. Kebijakan Akuntansi yang sesuai dengan PSAK yang berlaku. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tugasnya adalah memeriksa laporan keuangan perusahaan, infrastruktur sistem akuntansi tersebut digunakan untuk menguji kewajaran Laporan Keuangan yang disusun oleh



suatu perusahaan Kontraktor. Pertanyaan yang sering timbul adalah kenapa laporan keuangan harus diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik. Hal ini erat kaitannya dengan kebutuhan informasi keuangan perusahaan oleh Pemerintah dan publik, yang dalarn hal ini diwakili oleh Departemen KeuanganIDirektorat Jendral PajakIKantor Pelayanan Pajak dan Departemen PerdaganganIPerindustrian. Informasi yang diperlukan tersebut harus standar antara perusahaan yang satu dengan lainnya; untuk itu diperlukan jasa Kantor Akuntan Publik yang akan menguji kewajaran laporan keuangan perusahaan dibandingkan dengan PSAK. Di samping Kantor Akuntan Publik, perusahaan biasanya memiliki Internal Auditor, yaitu auditorlakuntan internal perusahaan yang tugasnya lebih banyak untuk pengendalian manajemen perusahaan dan tidak terikat dengan kaidah-kaidah akuntansi. Laporan Keuangan perusahaan harus disusun dengan menggunakan kaidah akuntansi (Pedoman Standard Akuntansi KeuanganIPSAK), yang antara lain mengatur masalah-masalah: a. Penggunaan mata uang yang sama, yaitu menggunakan mata uang Rupiah atau US Dollar atau Yen Jepang dan sebagainya. Sekali menggunakan mata uang Rupiah maka tahun-tahun berikutnya harus menggunakan Rupiah. b. Konsisten, dalam pengertian menggunakan metode yang sama dari waktu ke waktu. Apabila perusahaan mengganti metode pencatatan maka perubahan itu dapat dilaksanakan pada awal tahun dan diberikan catatan dalam laporan keuangan bahwa ada perubahan metode pencatatan. c. Historical Cost, bahwa laporan keuangan yang dibuat dicatat berdasarkan pada nilai uang pada saat kejadiannya. Misalnya pembelian tanah pada tahun 1990 seharga Rp 10 juta maka pada akhir tahun 2002 nilai tanah tersebut tetap dicatat senilai Rp 10 juta; meskipun harga pasaran tanah tersebut pada akhir tahun 2002 telah mencapai Rp 300 Juta. d. Going Concern, adalah asumsi bahwa perusahaan tetap akan beroperasi pada waktu yang akan datang dan tidak akan dibubarkanldilikuidasi. e. Konservatif, adalah prinsip kehati-hatian dalam melakukan pelaporan keuangan; apabila terjadi hal-ha1 yang akan mengganggu kondisi keuangan maka gangguan tersebut harus dinyatakan dalam biaya sehingga mengurangi laba dan atas pengurangan laba ini diberikan catatan. f. DiscZosure/infomzative, artinya laporan keuangan harus memberikan informasi yang benar, termasuk catatan-catatan yang sifatnya kualitatif. g. Matching Cost against Revenue, adalah kesesuaian antara pendapatan



BUKUREFERENSI UNTUK KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



yang dilaporkan dengan biaya yang timbul, yakni biaya yang dapat diakui dalam laporan keuangan adalah biaya yang timbul dalam rangka memperoleh pendapatan dalam periode yang sama. h. Comparable, dalam prinsip bahwa laporan keuangan harus dapat diperbandingkan sehingga diketahui peningkatan dan penurunannya. Untuk tujuan memberikan informasi lebih banyak kepada pembacanya, laporan keuangan disajikan minimal untuk kurun waktu 2 (dua) periode berturut-turut. i. Bzlsiness Entity, adalah prinsip dasar bagi pembaca dan penyusun laporan keuangan. Maksudnya adalah merupakan perusahaan badan hukum mandiri yang hak dan kewajibannya terpisah dengan hak dan kewajiban pemiliknya. Hal ini tergambar jelas dalam Neraca perusahaan yang menyajikan hak pemilik perusahaan sebesar modal perusahaan, sedangkan aktiva pada neraca perusahaan adalah aktiva perusahaan, bukan aktiva pemilik perusahaan. Untuk lebih memahami tentang Neraca Perusahaan kontraktor ini kita pelajari contoh Neraca dan Laporan Rugi Laba perusahaan Kontraktor PT XYZ berikut ini.



Contoh: PT XYZ NERACA PER 31 DESEMBER 2000 & 2001 (dalarn juta Rupiah)



2000



200 1



30.350



35.375



- Tanah



1 1.200



1 1.200



- Alat



44.520



55.185



1.330



2.150



57.050



68.535



87.400



103.910



- Hutang Lancar



15.460



23.930



- Hutang Jangka Panjang



15.600



16.640



3 1.060



42.570



Modal



22.500



22.500



Laba Ditahan



33.840



38.840



87.400



103.910



AKTIVA: Aktiva Lancar Kas dan Bank



Aktiva Tetap:



-



Lain-lain



TOTAL AKTIVA PASIVA:



TOTAL PASIVA & MODAL



BUKUREFERENSI UNTUK KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



PERBANDINGAN LAPORAN R/L YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2000 8r 2001 (hlam juta Rupiah) URAIAN



2000



200 1



Pendapatan



110.380



124.360



Biaya Pokok



74.250



87.052



Laba Kotor



36.130



37.308



17.610



16.708



- Penyusutan



2.500



2.800



Laba Operasi



16.020



17.800



Biaya Bunga



1.700



2.800



14.320



15.000



4.296



4.500



10.024



11.500



BIAYA USAHA - Biaya Adm. & Umum



Laba Sebelum Pajak Pajak (PPh badan 30 %) Laba Bersih



C.2.3. ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN Dengan adanya Neraca maka kinerja suatu perusahaan juga dapat dievaluasi dengan menggunakan analisis indikator-indikator keuangan yang disebut Analisis Rasio Keuangan. Bagaimana membaca laporan keuangan suatu perusahaan kontraktor dari sisi keuangan? Untuk membaca dan memahami laporan keuangan maka harus dilakukan perhitungan rasio keuangan, yang secara teknis dilakukan sebagai berikut ini. Pelaksanaan Analisis Rasio Keuangan biasanya dikelompokkan dalam 2 cara yaitu:



C.2.3.1. PROFITABILITYASSESSMENT a. Projtability b. Operating Margin



PROFITABILITY ASSESSMENT, adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dibandingkanlterhadap pendapatan, yang digunakan Manajemen Perusahaan untuk mengevaluasi Kinerja, biasanya dilakukan dalam 2 cara, yaitu:



C.2.3.1.a. PERSENTASE TERHADAP TOTAL PENDAPATAN (Struktur Biaya) Analisis ini tidak hanya mengungkapkan 'perolehan laba terhadap penjualan, tetapi juga mengidentifikasi terjadinya kenaikan atau penurunan dari biaya untuk memperoleh laba tersebut. Analisis ini adalah untuk memperbandingkan struktur biaya dari waktu ke waktu dengan mengesampingkan ukuran nominal.



Contoh; PT XYZ PERBANDINGAN LAPORAN R/L YANG BERAKI-IIR PADA 31 DESEMBER 2000 & 2001 (&lam juta Rupiah) URAIAN Pendapatan Harga Pokok Laba Kotor



2000



Yo



200 1



Yo



110.380



100,OO



124.360



100,OO



87.052



ZQ&Q



74.250 36.130



32,70



37.308



30,OO



- Biaya Adm & Umum - Penyusutan



17.610



16,OO



16.708



13,40



2.500



2iW



2.800



EW



Laba Operasi



16.020



14,50



17.800



14,30



1.700



1,50



2.800



2,30



14.320



13,OO



15.000



12,OO



4.296



328



4.500



3.61



10.024



9,08



11.500



9,41



BIAYA USAHA



Biaya Bunga Laba Sebelum Pajak Pajak (30 %)



Laba Bersih



ANALISIS RASIO OPERATING MXRGIN Rasio ini mencerminkan kemarnpuan perolehan Laba Usaha (Laba Kotor-Biaya Administrasi & Umum) dibagi Pendapatan.



Contoh:



PT XYZ 2000 Operating Margin



=



200 1



Laba Usaha - 16.020. Pendapatan 110.380



=



14,50 %



17.800. =



124.360



C.2.3.1.b. Operating Margin Assessment Analisis ini diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk melihat kemampuan perolehan laba terhadap Investasi yang telah dilakukan, yang lebih dikenal sebagai: b. 1. Return on Asset (ROA):



b.2. Return on Equity (ROE):



Net Income Total Asset Net Income Total Share Holder Equity



b.3. Return on Investment (ROI):



Gross Profit Total Assets



14,30 %



Contoh:



PT XYZ NERACA PER 31 DESEMBER 2000 & 2001 (dalam juta Rupiah) 2000



200 1



30.350



35.375



- Tanah



1 1.200



1 1.200



- Alat



44.520



55.185



1.330



2.150



57.050



68.535



87.400



103.910



- Utang Lancar



15.460



23.930



- Utang Jangka Panjang



15.600



16.640



3 1.060



42.570



Modal



22.500



22.500



Laba ditahan



33.840



38.840



TOTAL PASSIVA & MODAL



87.400



103.910



Aktiva Lancar Kas dan Bank



Aktiva Tetap:



- Lain-lain



TOTAL AKTIVA



PASSTVA:



RETURN ON ASSETS (ROA) 2000 10.024



Net Income



ROA =



-



TotalAssets



200 1 11.500 =



87.400



11,4796



=



103.910



11,0796



RETURN ON EQUITY (ROE) 2000 10.024



Net Income



ROE=



200 1 11.500 = 17,79 %



-



56.340



Modal



=



18,75 %



61.340



RETURN ON INVESTMENT (ROI) 2000



ROE=



Gross Pro$t



16.020



TotalAssets



87.400



--



200 1 17.800 = 18,32 %



= 17,13 %



103.910



ANALISIS YANG MEMPUNYAI KORELASI ANTARA PENDAPATAN, ASSETS, DAN LABA ATAU YANG LEBIH DIKENAL DENGAN NAMA DUPONT FORMULA Metode Dupont memperlihatkan hubungan Return on Assets dengan Projtability of Sales dan Sales Productivity of Assets, dengan Rumusan sebagai berikut (kita lihat ilustrasi ROA PT XYZ Tahun 2001):



Return on Assets (ROA)



Net Income =



Sales ROA



x



Sales Assets



Dengan Rumusan Dupont dapat kita lihat pula perhitungan Return on Equity (ROE) PT XYZ Tahun 2001: ROE



-



Net Income X



Sales



Sales



X



Assets



Assets Equity



C.2.3.2: RISK ASSESSMENT a. RASIO LIKUIDITAS Rasio ini menggambarkan kemampuan keuangan perusahaan untuk menjamin setiap Rupiah, kewajiban dalam satuan mata uang, yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun (Utang Lancar).



Rasio Likuiditas dibagi menjadi:



Aktiva Lancar UtangJangka Pmdek 2. OUICK RATIO



-



3. CASH RATIO



-



\



Kas Bank + Effek + Piutang UtangJangka Pmdek



Kas Bank + Effect UtangJangka Pmdek



b. LEVERAGE RATIO Rasio ini menggambarkan Struktur Keuangan Perusahaan dan Kemarnpuan Perusahaan untuk menutup seluruh kewajiban atau utang perusahaan bila dilakukan likuidasi.



Leverage Ratio ini biasa disajikan dalam 3 bentuk, yaitu:



Total Utang



1. Debt to Equity



Modal Sendiri Total Modal - Laba Tahun Berjakan



2. Equity to Total Assets



:



3. Debt to Total Assets



:



Total Aktive - Laba Tahun Beljiakan Total Utang Modal Aktiva



Berdasarkan survei, rata-rata pencapaian setiap jenis rasio keuangan perusahaan kontraktor dapat dilihat pada tabel hasil survei yang dilakukan DUN & BRADSREET KEY pada tahun 1978 terhadap lebih dari 40.000 Kontraktor. Hasil yang didapat dengan cara mengelompokkan kontraktor menjadi 2 kelompok, yaitu:



1. General Building Contractor 2. Heavy Construction Except Highway Di mana masing-masing kelompok akan menghasilkan Rasio Keuangan dalam tabel sebagai berikut:



DUN & BRADSREET KEY BUSINESS RATIO (1978) General Bldg Contractor Ratio



1 Current Asset to



Heavy Constr. except Higway



Uper



Median



Lower



Upper



Median



Lower



2,24 x



1,54 x



1,27 x



2,86 x



1,85 x



1,39x



2,80 % 1,56 %



0,56 %



5,32 %



1,83 %



0,41%



18,08 % 9,42 %



3,68 %



19,03 % 11,69 %



1,76%



29,16 % 14,96 %



5,64 %



28,38 % 15,18 %



1,89%



current Debts



2 Net Profits on net sales



3 Net Profits on tangible net worth



4 Net Profits on net working capital



5 Net sales to



12,93x



7,lOx



3,62x



6,50x



3,86x



1,98x



19,46x 10,60x



4,74x



17,80x



7,66x



400x



7 Fixed assets to



9,1%



49,2%



32,0%



51,3%



83,4%



tangible net worth 8 Current debts to tangible net worth



53,6% 116,2% 202,6%



24,5%



65,3%



93,8%



9 Total debts to



105,4% 196,1%



302,8%



743%



93,5%



137,1%



15,896



96,5%



18,9%



53,6%



90,3%



tangible net worth



6 Net sales to net working capital



22,4%



tangible net worth



10 Funded debts to net working capital



36,0%



Selain itu, majalah Fortune terbitan 9 Mei 2002 yang memuat Daftar Peringkat Kontraktor Dunia disusun berdasarkan pencapaian Revenue (pendapatan) dan Profic (iaba) dengan menampilkan juga persentase profit terhadap revenue dan terhadap &set, seperti pada tabel berikut ini:



Penilaian cingkac kesehacan Kontraktor BUMN, terhadap pencapaian kinerjanya adalah berpedoman pada SK. Menteri BUMN NO.Kep- 1001MBU12002 tanggal 4 Juni 2002. Sesuai SK Menteri BUMN di atas, Kontraktor digolongkan dalam BUMN Non Infrastruktur.



Penilaian Kinerja Perusahaan meliputi beberapa aspek, yaitu: a. Aspek Keuangan dengan bobot 70% b. Aspek Operasional dengan bobot 15% c. Aspek Administrasi dengan bobot 15% a. Aspek Keuangan dengan bobot 70% Penilaian aspek keuangan ini meliputi: ROE, ROI, Current Ratio, Cash Ratio, Colletions Period, Inventory Turn Over, Asset Turn Over & Equity to Total Assets. b. Aspek Operasional dengan bobot 15% Penilaian aspek ini adalah pada unsur-unsur yang paling dominan dalam keberhasilan operasi perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Unsur yang dinilai ditetapkan dalam RUPS Pengesahan RKAP untuk tahun yang akan datang sebelum tahun buku berjalan berakhir. c. Aspek Administrasi dengan bobot 15% Dalam aspek administrasi ini penilaian meliputi ketepatan waktu Laporan Tahunan, Rancangan RKAP Laporan Periodik, dan Laporan Keuangan PUKK (Pembinaan Usaha Kecil & Koperasi).



C.2.4. SIKLUS PERPUTARAN MODAL PERUSAHAAN KONTRAKTOR Perputaran modal kerja pada Kontraktor dapat digambarkan dalam bentuk diagram siklus perputaran modal seperti berikut ini:



m Persediaan



Keterangan:



BTL



=



BUYA TAK LANGSUNG, adalah kelompok biaya yang tidak



dapat dikaitkan langsung dengan produknya, di antaranya adalah biaya pegawai, biaya umum, dan biaya pemasaran.



MS



MODAL SENDIRI, yaitu modal yang disetorkan oleh Pemegang Saham kepada perusahaan untuk operasi perusahaan sebagai Modal Kerja awal. =



MODAL PINJAMAN, yaitu Modal Kerja yang diperoleh dari luarlpinjaman dari BankJLembaga KeuanganIPasar Modal untuk digunakan sebagai Modal Kerja. a. Modal Kerja seperti ini lazim diklasifikasikan sebagai pinjaman jangka pendek untuk yang kurang dari 1 tahun dan jangka panjang untuk yang lebih dari 1 tahun. Biasanya wujud Modal Kerja ini adalah dalam bentuk Uang.



b. Modal kerja ini dapat pula berbentuk utang yang diperoleh dari RekananIMitra Usaha/Supplier/Sub Kontraktor.



KUADRAN I:



MODAL KERJA yang ada sesuai kegiatan usaha Kontraktor dalam operasinya, dibelanjakan untuk melaksanakan kontrak yang telah disepakati para pihak baik Nilai Kontrak, Spesifikasi maupun Jangka Waktunya. Bentuk Kontrak, dan cara pembayaran dalam setiap proyek yang dilaksanakan dan disepakati bersama, akan sangat menentukan seberapa besar Modal Kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan.



KUADRAN 11: Pada periode ini (11), dalam dunia usaha umum dikenal dengan penggunaan Modal Kerja untuk pengadaan persediaan. Modal kerja digunakan sejak membeli bahan baku dan bahan bantu sampai dengan diterimanya pembayaran dari pemilik proyek. Perusahaan kontraktor yang efisien dan memiliki perencanaan yang baik, tidak memiliki persediaan yang berlebih tetapi selalu tersedia bahan yang diperlukan untuk dipasang. Pengalaman perusahaan selama ini ratarata bahan yang datang di proyek paling lama 14 (empat belas) hari mengendap di gudang, artinya dalam jangka waktu 14 hari bahan yang datang di proyek sudah terpasang menjadi progress fisik.



KUADRAN 111: Dalam Usaha Kontraktor, progress fisik yang diakui biasanya apabila telah terpasang. Di sampihg bahan baku dan bahan Bantu, untuk menghasilkan progress fisik ada biaya yang mulai dikeluarkan, yaitu biaya upah langsung, biaya sub kontraktor, biaya alat, dan biaya tidak langsung. Pada kuadran I11 ini biaya-biaya tersebut mulai dikeluarkan. Kemajuan tahap penyelesaian ini, oleh Pemilik Proyek atau melalui Konsultan Pengawas (yang dikuasakan), diakui sebagai prestasi kerja



Kontraktor, yang biasanya dibobotkan dalarn persentase (%) terhadap Nilai Pekerjaan keseluruhan sesuai dengan Kontrak, yang pada akhirnya dikonversikan ke dalam satuan nilai uang terhadap nilai kontrak. Pada Kontraktor, Kuadran I11 ini umumnya dicatat sebagai Karya dalarn Pelaksanaan atau Prestasi yang belum difakturkan.



KUADRAN IV: Setelah prestasi Pekerjaan dilakukan dan mendapat persetujuan dari Pemilik Proyek, dan dilakukan penagihan, maka periode ini diklasifikasikan sebagai PIUTANG USAHA. Kapan Piutang Usaha ini dapat diterima sangat tergantung pada apa yang disepakati dalam Kontrak dan Sumber Dana Pemilik Proyek. Berdasarkan pengalaman perusahaan kontraktor, lamanya piutang usaha sejak disetujui pemilik proyek sampai dengan menjadi uang adalah sebagai berikut: Dana DIPIAPBD selama 15 (lima belas) hari. Dana BUMN selarna 25 (dua puluh lima) hari. Loan JBICIOECF selama 21 (dua puluh satu) hari. Loan ADB selama 40 (empat puluh) hari. Loan IDB selama 40 (empat puluh) hari. f. Swasta selama 20 (dua puluh) hari.



a. b. c. d. e.



Agar Kontraktor dapat mengelola Modal Kerja dengan baik, maka adalah merupakan keharusan untuk mengetahui sejak awal Sumber Pendanaan Pemilik Proyek dalam pembiayaan proyek tersebut. Dari siklus perputaran modal kerja tersebut dapat disusun Cash Flow Proyek yang baik dan mendukung operasional perusahaan.



C.2.5. CASH FLOW PROYEK: Cash Flow proyek adalah arus dana proyek yang diterima dan yang dibelanjakan, yang keseimbangannya harus selalu dijaga agar tidak menghasilkan saldo yang negatif. Cash Flow Proyek yang baik adalah Cash Flow yang dapat mendanai pembiayaan proyek secara mandiri. Proyek yang



dikerjakan kontraktor berdasarkan segmen pemilik proyek di Indonesia dapat dibedakan dalam 2 segmen besar, yaitu:



A. Proyek Pemerintah (Pusat dan Daerah) B. Proyek Swasta, BUMN C.2.5.1. PROYEK PEMERINTAH I. Perusahaan kontraktor secara umum dapat membiayai dirinya sendiri (seIf-financing) untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah, kalaupun diperlukan tambahan Modal Kerja dari PerbankanIPasar Modal jumlahnya relatif tidak terlalu besar. Untuk itu diperlukan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Setelah perusahaan mendapat kepastian memenangkan tender proyek pemerintah, biasanya ada Uang Muka sebesar 30 % khusus untuk .kontraktor golongan ekonomi lemah dan 20% untuk golongan menengah dan besar (sesuai dengan Kepress No. 16 Tahun 1994 pasal 22). 2. Apabila dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) proyek tersebut adalah 90 %, maka Uang Muka yang diterima maksimum bisa membiayai pelaksanaan proyek sampai dengan 20190 x 100 % = 22 % progress fisik. 3. Berdasarkan butir no. 2, perusahaan dapat mengusulkan dalam Pasal Pembayaran, maksimum pada fisik 10 % sudah dapat mengajukan tagihan berikutnya.



11. Agar hal-hal tersebut pada butir I di atas dapat tercapai sesuai yang ditargetkan, maka perlu diperhatikan tahapan proses penagihan sebagai berikut:



1. Proses Pengajuan dan Persetujuan Berita Acara Lapangan (BAL) 2. Proses Pengajuan dan persetujuan Berita Acara Pembayaran (BN)



C.2.5.2. PROYEK SWASTA DAN BUMN Khusus untuk proyek swasta, yang perlu ditekankan dan diperhatikan bersama adalah:



1. Prosedur Penagihan 2. Jangka Waktu Pembayaran Hal ini diharapkan sebagai penyeimbang antara hak dan kewajiban pemilik proyek dengan Kontraktor yang sesuai dengan UU No.18 th 1999 tentang Jasa Konstruksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalarn kaitan penagihan termin antara lain: Cara pembayaran yang diatur dalam kontrak (berdasarkan waktul periodik atau berdasarkan pencapaian progress fisik). Prosedur penagihan dan jangka waktu pembayaran sejak tanggal penagihan yang disepakati. Dokumen yang harus dilarnpirkan. Besarnya uang muka dan Retensi yang diberlakukan. Jadwal pemeriksaanlopname pekerjaan. Kualitas yang disyaratkan dalam pengakuan progress fisik dan tata cara pembayaran. Pejabat yang ditunjuk dan berwenang menetapkan pembayaran. Kesepakatan antara kontraktor dan pemilik proyek mengenai bahan yang sudah didatangkan di proyek diakui sebagai progress fisik atau tidak. Bagaimana dan kapan Retensi dapat dibayarkan dan apakah retensi dapat digantikan dengan Surety BondlJaminan Retensi. Fasilitas Perbankan



Seperti yang telah diuraikan terdahulu, agar Kontraktor dapat beroperasi dengan baik, haruslah didukung dengan modal kerja yang cukup besar. Oleh sebab itu, dalam melakukan aktivitasnya diperlukan fasilitas pendukung finansial dari institusi Perbankan. Fasilitas-fasilitas Perbankan yang terkait langsung, adalah fasilitas Kredit Modal Kerja (KMIC), Non-Cash Loan (NCL), dan Bank Credit Line (BCL). Fasilitas Non Cash Loan Perbankan tersebut biasanya dipergunakan untuk penerbitan: Bank GaransiIJaminan Tender (Tender Bond) Bank GaransilJaminan Pelaksanaan (Peformance Bond)



Bank GaransiIJaminan Uang Muka (Advance Payment Bond) Bank GaransiIJaminan PemeliharaanIRetensi (Retention Bond) Bank Credit Line adalah surat keterangan yang diterbitkan Bank, yang biasanya diminta pemilik proyek pada saat pra-qualifikasi atau saat tender proyek (kesanggupan bank untuk memberikan kredit, apabila suatu perusahaan memenangkan tender). Adapun persyaratan yang diminta oleh Perbankan apabila suatu perusahaan ingin mendapatkan Fasilitas Kredit berupa KMK, NCL, dan CL antara lain adalah sbb: Laporan Keuangan berupa Neraca, Laporan Rugi Laba yang telah diaudit 3 tahun berturut-turut. Company Profile yang berisi pengalaman mengerjakan proyek. Daftar Proyek yang sedang dikerjakan. Rencana Perusahaan Jangka Panjang untuk 3 tahun kedepan. Anggaran Dasar Perusahaan. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK). Izin Domisili. Struktur Organisasi Perusahaan dan Penanggung Jawab Perusahaan. Untuk dapat menggunakan fasilitas perbankan berupa fasilitas kredit maka suatu perusahaan terlebih dahulu harus mempunyai perikatan dengan bank yang bersangkutan, yang disebut juga Perjanjian Kredit (PK). Apabila ada perusahaan kontraktor yang mengalami kesulitan cash flow,biasanya terjadi karena: 1. Penyimpangan terhadap piutang yang ditandai dengan rasio perputaran piutang (Collection Period). 2. Penyimpangan terhadap persediaan yang ditandai dengan perputaran persediaan yang lambat (Inventory turnover). Sementara itu, kewajiban kepada pihak ketiga tetap harus dipenuhi.



ACTIVITY RATIO Rasio ini menggambarkan kecepatan proses operasi Perusahaan atau Kemampuan Perusahaan untuk melaksanakan aktivitas diukur dari waktu yang digunakan dan dihitung dengan pendekatan data keuangan.



Activity Ratio dikelompokkan dalam 3 model, yaitu: 1. Perputaran Piutang:



Total Piutang



x



365 hari



Penjualan Perputaran piutang (Collection Period) ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa lama perusahaan mampu mencairkan piutang sejak tanggal diakuinya pendapatan sampai dengan piutang cair menjadi dana di perusahaan. Misalnya didapat angka 50 hari, artinya perusahaan dapat mencairkan piutangnya sejak diakuinya pendapatan selama 50 hari. Pada perusahaan kontraktor di Indonesia, lamanya waktu mencairkan piutang yang normal rata-rata 45 hari.



2. Perputaran Utang:



Total Utang



x



365 hari



Biaya Pokok Penjualan Perputaran utang (Account Payable Turnover) adalah dimaksudkan untuk mengetahui seberapa lama perusahaan membayar utang usahanya. Misalnya didapat angka 50 hari, itu berarti kontraktor yang bersangkutan membayar utang usahanya rata-rata 50 hari. Pada kondisi normal, lamanya perputaran utang perusahaan kontraktor di Indonesia selama 50 - 60 hari. Perputaran persediaan (Inventory Turnover) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa lama perusahaan menyimpan persediaan sejak bahan baku dibeli sampai dengan terpasang. Semakin pendek waktu yang didapatkan berarti semakin baik pengaruhnya terhadap cash flow perusahaan. Pengalaman kontraktor di Indonesia, rata-rata perputaran persediaan 24-25 kali dalam setahun atau 14 hari sejak bahan datang sudah terpasang menjadi progress fisik.



Semua perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus tunduk kepada UndangUndang Pajak yang berlaku. Perusahaan Nasional Jasa Konstruksi wajib melaksanakan semua ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu: UU Pajak No. 1612000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan UU Pajak No. 1712000 tentang Pajak Penghasilan UU Pajak No. 1812000 tentang PPN Sesuai dengan Ketentuan Umum Perpajakan, Kontraktor, seperti juga perusahaan lainnya, sebagai suatu badan usaha, harus mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (T\IPWP). Dalam hal operasi perusahan sudah mencapai suatu omzet tertentu, maka perusahaan tersebut menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Sebagai konsekuensinya, perusahaan yang sudah menjadi PKP dan NPWP berkewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) secara periodik setiap bulan maupun setiap tahunnya, di samping harus menerbitkan faktur pajak setiap kali menjual bahanljasa kena pajak. NPWP maupun PKP tersebut dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Proses untuk mendapatkannya sangatlah sederhana karena prosedur dan tata caranya telah diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan calon wajib pajak untuk memperoleh NPWP maupun PKl? Salah satu prosedurnya adalah melengkapi data-data Badan Usaha yang dibutuhkan KPP untuk menerbitkan NPWP maupun PKP yang diperlukan. Adapun data yang dibutuhkan untuk mendapatkan NPWP maupun PKP tersebut antara lain: 1. Surat Permohonan untuk mendapatkan NPWP dan PKP kepada KPP di mana Perusahan Pemohon berdomisili. 2. Surat Keterangan Domisili Perusahaan dari lingkungan (Kelurahan, Kecamatan). 3. Anggaran Dasar dan Penanggung Jawab Perusahaan. Perusahaan yang telah memiliki NPWP dan PKP, di samping wajib memberikan Surat Pemberitahuan Pajak secara rutin kepada KPR secara internal juga harus menyusun Laporan Pajak secara tertib. Hal ini adalah karena sangat terkait erat dengan Laporan Keuangan Perusahaan.



C.2.7. PENGENDALIAN PERUSAHAAN Pengendalian perusahaan diatur dalam anggaran dasar suatu perusahaan, di mana di dalamnya diatur hal-hal tertentu yang harus ditaati oleh manajemen dan KomisarislPengawas Perusahaan. Pada perusahaan kontraktor yang berbadan hukum perseroan terbatas (PT), anggaran dasar yang dibuat oleh perusahaan harus disesuaikan dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang perseroan terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan lembaran Negara 3587).



I. Hal-hal yang diatur dalam anggaran dasar: 1. Nama dan tempat kedudukan perseroan 2. Jangka waktu berdirinya perseroan 3. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha 4. Modal 5. Saharn 6. Surat Saham 7. Surat Saham pengganti Dafiar pemegang saham dan dafiar khusus Pemindahan hak atas Saham Direksi Tugas dan wewenang Direksi Hak dan kewajiban Direksi Rapat Direksi Benturan kepentingan Komisaris Tugas dan wewenang komisaris Kewajiban Komisaris Rapat Komisaris 19. Pembukuan dan tanggung jawab 20. Rapat umum pemegang saham 21. Rapat umum pemegang saham tahunan 22. Rapat umum pemegang saham luar biasa 23. Tempat dan pemanggilan rapat umum pemegang saham 24. Pimpinan dan berita acara rapat umum pemegang saham 25. Forum, hak suara dan keputusan 26. Pembagian laba 27. Penggunaan dana cadangan



28. 29. 30. 3 1. 32.



Pengubahan anggaran dasar Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan Pembubaran dan likuidasi Tempat tinggal (domisili) Ketentuan-ketentuan penutup.



2. Rencana Perusahaan Dalam rangka menjalankan amanat yang digariskan oleh anggaran dasar perusahaan, Direksi dan Komisaris perusahaan harus menetapkan Rencana yang meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Struktur Organisasi dan job description; yang dimaksudkan untuk mengatur mekanisme kerja, wewenang dan tanggung jawab setiap jabatan dan karyawan yang ada di dalam Organisasi perusahaan. b. Visi perusahaan; dimaksudkan untuk panduan Direksi dan Komisaris diarn mengendalikan arah dan kebijakan perusahaan, yang dapat diukur dari waktu ke waktu. c. Budaya perusahaan; kultur yang ditetapkan dan dijalankan sehingga pelaksanaan program yang dijabarkan dalarn visi perusahaan dapat dicapai bersama-sama oleh anggota organisasi perusahaan.



d. Rencana Jangka panjang; dimaksudkan untuk membuat ukuran perusahaan berdasarkan periode tertentu sehingga arah kebijakan perusahaan dapat dilaksanakan dalam bentuk program jangka panjang. e. Rencana Jangka menengah; dimaksudkan sebagai penjabaran yang lebih detail dari RJl?



f. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP tahunan); program perusahaan setiap tahun yang merupakan tahapan program pencapaian rencana jangka menengah perusahaan. g. Proyeksi bulanan, triwulanan, dan semester; dimaksudkan untuk membuat target jangka pendek agar RKAP perusahaan dapat dicapai.



RAPAT DAN PENGENDALIAN PERIODIK Rapat dan pengendalian periodik ditetapkan oleh Direksi perusahaan yang dalam perusahaan kontraktor dilaksanakan berjenjang dan kurun waktunya



berbeda. Rapat pengendalian (internal perusahaan konstruksi) dapat dibedakan jenjang dan kurun waktunya sebagai berikut: a. Rapat harian di proyek dilaksanakan untuk mensosialisasikan rencana hari berikutnya dan evaluasi pencapaian progress hari sebelumnya. b. Rapat mingguan di proyek dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi apakah pencapaian progress mingguan masih sesuai dengan rencana induk proyek. c. Rapat bulanan di proyek dilaksanakan dalam rangka evaluasi detail atas pencapaian progress, laba, mutu, dan program kerja lainnya dibandingkan dengan RKAP tahun bersangkutan. d. Rapat Triwulanan dan semester, yang dilaksanakan sebagai ganti rapat bulanan di setiap akhir triwulan, dimaksudkan untuk mengevaluasi direksi dan komisaris tentang pencapaian kinerja triwulan/semester dibandingkan dengan program kerjanya. e. Rapat Tahunan perusahaan, dimaksudkan untuk evaluasi tahunan atas pencapaian tahun lalu dan penetapan RKAP untuk tahun yang akan datanglberjalan. Semua rapat yang diagendakan perusahaan secara periodik tersebut diatas, dimaksudkan agar pelaksanaan program jangka pendek masih terkait dan tidak keluar arah dari rencana jangka panjang, visi, dan maksud serta tujuan perusahaan didirikan.



C.3. ASPEK MANAJEMEN MUTU ISO-9000 Salah satu unsur yang membantu untuk meningkatkan kemampuan kompetitif suatu Kontraktor adalah adanya suatu sistem manajemen kualitas yang memadai yang diterapkan pada perusahaan sehingga semua proses dan produk2 yang dihasilkan melalui proses itu mempunyai kualitas yang dapat diandalkan. Salah satunya adalah ISO-9000 PT PP telah menerapkan ISO-9000 sejak tahun 1994, dan merupakan Kontraktor pertama yang menerapkan sistim manajemen ISO-9000. Penerapan pertama di tahun 1994 adalah ISO-9000 versi tahun 1987. Dengan perkembangan sistim manajemen ISO-9000 di mana secara periodik dilaksanakaan revisi, maka perusahaan selalu mengikuti perkembangan tersebut, yaitu dengan adanya Up-grading sistem ISO-9000 versi 1987 ke versi 1994, dan terakhir up grading dari versi 1994 ke versi 2000 di tahun 2002.



Secara umum sistem manajemen ISO-9000 dapat digambarkan sebagai berikut: I S 0 adalah organisasi internasional bidang standarisasi. I S 0 adalah akronim dari International Organisation for Standardization yang berpusat di Geneva. Indonesia adalah anggota Organisasi ini, dan lebih dari 130 negara telah bergabung dengan organisasi ini. Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang berkantor saat ini di Gedung Manggala Wana Bhakti Jakarta, adalah badan Nasional yang terkait dengan ISO. BSN juga menerbitkan bermacam-macam Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam berbagai bidang produk bahan maupun jasa. ISO-9000 adalah Standar Sistem Manajemen Mutu yang diterbitkan oleh organisasi ISO. Standar ini merupakan Standar ISO-9000 Family, yang terdiri dari ISO-9000, ISO-900 1, ISO-9004, ISO- 19011. ISO-9000 merupakan fundamental & vocabulary, ISO-9001 mengenai Quality Management system requirements, ISO-9004 mengenai guidelinesfor peformance improvement, ISO- 19011 mengenai guidelines on auditing quality and environmental management system. I S 0 adalah standar sistem yang berupa standar manajemen. Standar manajemen artinya adalah standar atau acuan untuk manajemen, jadi bukan untuk produk. Kalau untuk produk ada standar produk. ISO-9000 yang merupakan kesepakatan anggota I S 0 diluncurkan pertama kali tahun 1987, lalu direvisi pada tahun 1994, dan terakhir direvisi lagi pada tahun 2000. Sebenarnya secara prinsip, sebagai suatu standar sistem manjemen mutu, ISO-9000 versi 2000 dan edisi sebelumnya hampir sama, namun untuk versi 2000 ada beberapa perubahan, atau peningkatan atas implementasi di tahun-tahun sebelumnya. Improvement tersebut terutama adalah pada



penyederhanaan prosedur. Artinya prosedur yang merupakan kewajiban dikurangi. Pada edisi 1994 semua elemen I S 0 harus ada prosedur tertulis, sedangkan pada I S 0 edisi 2000 hanya wajib untuk beberapa elemen, namun elemen yang tidak ada prosedur bakunya boleh memakai bentuk prosedur lain. Perubahan lain adalah dari berbasis elemen ke basis proses, artinya pengelolaan suatu bisnis bukan dikendalikan antar-elemen manajemennya, tapi lebih bertitik berat pada basis prosesnya. I S 0 versi 2000 ini juga lebih menekankan continual improvement, yaitu perbaikan sistem secara terus menerus melalu mekanisme yang ditetapkan dalam SMM. Ada 3 (tiga) Prinsip utarna untuk menerapkan sistem Manajemen mutu ISO9000, yaitu: "Tulislah apa yang akan dikerjakan (Write what you h.9" lalu "Kerjakan apa yang telah ditulis (Do what you write.qX,selanjutnya "Record1 catat apa yang telah dikerjakan (Record what you did?". Nah, tiga prinsip tersebut memakai sistem pada pagar-pagar yang telah ditetapkan dalam sistim ISO-9000. Secara umum Sistem Mutu adalah: "Struktur organisasi, prosedur-prosedur operasi, proses-proses serta sumber daya yang diperlukan dalam suatu manajemen mutu". Sistem mutu dalam ISO-9000 ini dinyatakan dalam dokumen sistem mutunya yang terdiri dari manual mutu, prosedur, instruksi kerja, dan sebagainya. ManualIPedoman mutu dalam ISO-9000 adalah suatu dokumen yang menyatakan kebijakan mutu serta menguraikanlmenggambarkan secara garis besar sistem mutu suatu Perusahaan. Dari manual mutu bisa dilihat anatomi suatu organisasilperusahaan, namun detail dan prosedur kerjanya, atau instruksi-instruksi kerjanya harus dilihat dalam sistem mutu secara keseluruhannya. Dalam ISO-9000 dikenal istilah Rencana Mutu atau Quality Plan, yaitu dokumen yang menyatakan spesifikasi suatu kualitas, mekanisme suatu pelaksanaan, sumber daya yang dipakai, serta urutan dalarn suatu produk, proyek atau kontrak. Rencana mutu suatu proyek pelaksanaan konstruksi misalnya adalah pada proyek, pelaksanaan suatu bangunan, proyek pelaksanaan suatu jembatan, proyek pelaksanaan irigasi, dll.



Dalam sistem ISO-9000 dikenal adanya Mekanisme Audit Mutu yaitu suatu pengujian yang sistematis dan independen (bebasltidak bergantung) dengan tujuan untuk menguji apakah kegiatan dan hasil kerja sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, serta untuk menguji apakah pelaksanaan efektif untuk mencapai sasaran. Faktor-faktor dalam audit adalah: "Pengujian secara independen, tersistem (bukan mendadak, dsb), menguji kegiatan apakah sesuai ketentuan, menguji kegiatan apakah efektif dalam mencapai sasaran." Dalam ISO-9000 sering dijumpai istilah "Documented procedure"lprosedur terdokumentasi, yang berarti bahwa prosedur: "ditetapkan, artinya ada dan sesuai persyaratan, didokumentasikan, artinya telah disahkan oleh yang benvenang, dan diatur pengendalian dokumennya, diterapkan, artinya dilaksanakan oleh petugas yang terkait dalam dokumen tersebut, dipelihara, artinya dipelihara sistem dokumennya." Dalam ISO-9000 jumlah dan "kedalaman" dari suatu dokumen tidak ditetapkan, namum secara umum perusahaan yang volume kegiatannya besar, serta secara geografis lingkupnya luas mempunyai dokumen yang lebih banyak dibanding dengan perusahaan yang kegiatannya sedikit ataupun secara geografis lingkupnya kecil. Proses yang rumit, serta interaksi yang luaslbanyak, umumnya mempunyai dokumen yang lebih banyak dibanding proses yang sederhana, Kemampuan personil yang tinggi kadang-kadang yang memerlukan dokumen lebih sedikit. Dokumen dapat bebentuk kertas maupun data elektronik dan dokumen juga bisa berupa tulisan maupun gambar. Meskipun dalam ISO-9000 versi 2000 masalah dokumentasi tidak seketat pada versi sebelumnya, namun dengan penerapan sistem ISO-9000 perusahaan akan labih dituntut tertib dalam sistem dokumentasinya. Hal ini disebabkan karena dalam sistem ISO-9000 dokumen harus dikendalikan, bahkan Rekaman mutulrecord catatan hasil kerja juga harus dikendalikan sesuai persyaratan. Khusus dalam ISO-9000 versi 2000, unsur kepuasan pelanggan lebih ditekankan, yaitu dengan adanya prinsip customer foczls maksudnya adalah bahwa pucuk pimpinan harus memastikan bahwa persyaratan pelanggan



ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Untuk itu perusahaan harus memberikan perhatian secara khusus, berkesinambungan sesuai keinginan pelanggan, sehingga kebutuhan, keinginan, dan persyaratan pelanggan yang telah ditetapkan dan diterjemahkan dapat menjadi persyaratan internal perusahaan, yang senantiasa diketahui oleh petugas di lapangan, dilaksanakan secara disiplin dan konsisten serta dipantau.



Setiap Perusahaan yang menerapkan ISO-9000 harus mempunyai seorang Wakil Manajemen (Management Representative), yaitu Pejabat Perusahaan yang ditunjuk bertanggung jawab khusus dalam sistem ISO-9000 di Perusahaan tersebut. Tanggung jawab MR tersebut adalah untuk memastikan apakah sistem manjemen mutu telah ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara. MR harus melaporkan pada pucuk pimpinan mengenai kinerja sistem manajemen mutunya dan kebutuhan apa pun yang diperlukan untuk perbaikannya, serta mempromosikan kesadaran tentang persyaratan pelanggan di seluruh organisasi. CATATAN: Tanggung jawab MR juga sebagai penghubung dengan pihak luar dalam masalah yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu. Dalam sistem ISO-9000 Pucuk Pimpinan harus meninjau sistem manajemen mutu organisasi dalam suatu Rapat Tinjauan ManajemenIRTM atau sering disebut Management Review, pada selang waktu terencana (periodik), untuk memastikan "kesesuaian, kecukupan, dan efektivitasnya yang berlanjut." Tinjauan ini harus mencakup penilaian peluang perbaikan dan kebutuhan akan perubahan pada sistem manajemen mutu, termasuk kebijakan mutu dan tujuan mutu. Rapat Tinjauan manajemen dalam sistim ISO-9000 bukan merupakan rapat pengendalian operasi (operational-meeting), tapi merupakan review yang bersifat strategis atas perfomance sistim manajemen mutunya dan langkah preventif selanjutnya. Sedangkan masukan pada tinjauan manajemen harus mencakup informasi tentang: "hasil audit, umpan balik pelanggan, kinerja proses dan kesesuaian produk, status tindakan pencegahan dan koreksi, tindak lanjut tinjauan manajemen yang lalu, perubahan terencana yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu dan saran-saran untuk perbaikan.



Penerapan sistem manajemen mutu dalam Perusahaan seperti dalam butirbutir diatas senantiasa dipantau oleh badan eksternal yang benvenang menerbitkan sertifikasi, dan dilaksanakan secara periodik dua kali setiap tahun. Dengan pola seperti ini sistem manejemen mutu ISO-9000 senantiasa dipantau secara berkesinambungan.



D. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI



A



spek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metodemetode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga, target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan. Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang dikerjakan. Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun konstruksi jalan dan jembatan. Namun demikian, pelaksanaan semua jenis proyek konstruksi tersebut umumnya dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan persiapan.



D. 1. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan Sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi, pekerjaan yang pertama harus dilakukan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan ini, baik untuk proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat, proyek pembangunan airport, jembatan, jalan, pelabuhan, dermaga maupun proyek lainnya, secara umum tidak banyak berbeda. Besar kecilnya, mudah atau sulitnya tergantung pada masing-masing proyek yang akan dikerjakan. Pekerjaan persiapan harus direncanakan sebelum masa pelaksanaan suatu proyek kontruksi. Bahkan, pekerjaan ini harus telah disiapkan pada saat tender proyek dan dijadikan bagian dari penawaran tender proyek bersangkutan. Perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut.



Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain: Perencanaan Site Plan Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya Pembuatan Shop Drawing Pengadaaan Material untuk Pekerjaan Persiapan Mobilisasi Peralatan ~elaksanaandi Lapangan.



D. 1.1. Perencanaan Site Phn Yang termasuk dalam Perencanaan Site Plan, pada prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau lay out dari fasilitas-fasilitas yang di-perlukan selama pelaksanaan proyek. Fasilitas-fasilitas proyek yang dimaksud antara lain: Kantor ProyeMDireksi Keet Gudang Material dan Peralatan Base Camp Staf Proyek dan Barak Pekerja Los Kerja Besi dan Kayu Pos Jaga dan Pagar Kerja Jalan Kerja Penempatan Alat Berat, Tower Crane dan Lift Bahan Lokasi Pembuatan Komponen Precast Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan desain lay out proyek yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Namun demikian, yang tetap harus dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantinya akan dibongkar setelah pelaksanaaan proyek selesai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain:



Menempatkan semua fasilitas proyek di luar dari bagian denah proyek yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu pelaksanaan proyek. Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya, sehingga memudahkan penyimpanan dan pengambilannya. Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti: semen maupun material jnishing lainnya dalam gudang tertutup. Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane pada posisi yang strategis, agar dapat menjangkau seluruh areal kerja yang diperlukan. Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar agar tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun manuver alat-alat berat. Menempatkan 10s kerja tidak jauh dari penumpukan material. Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi seluruh kegiatan proyek. Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika, namun tetap efisien. Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari lokasi proyek. Sebagai gambaran, berikut adalah contoh perencanaan lay out fasilitas dan sarana untuk pekerjaan persiapan Proyek Bangunan Gedung (Lihat Gambar 1



Site Plan Proyek Gedung) Secara detail, perencanaan konstruksi bangunan fasilitas dan sarana untuk pekerjaan persiapan suatu proyek adalah sebagai berikut:



D. 1.1.1. Kantor ProyeWDireksi Keet Kantor ProyeklDireksi Keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf dari Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapangan, yang dilengkapi dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, mushola, dan toilet. Besar kecilnya kantor proyek ini tergantung pada jenis proyek maupun jumlah staf yang bekerja. Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini adalah sementara. Oleh karena itu, desain Kantor Proyekldireksi Keet tersebut,



juga dibuat tidak permanen. Namun demikian, tetap harus mengutamakan kenyamanan dan persyaratan sebagai tempat kerja. Karena sifatnya tidak permanen, maka desain bangunan kantor ini sebisa mungkin dibangun dengan biaya konstruksi yang semurah mungkin. Salah satu cara, adalah dengan membuat konstruksi bangunan kantor yang bisa digunakan berulang kali (sistem rakitan) untuk berbagai proyek sebagaimana yang dilakukan oleh PT



PP. Desain bangunan Kantor Proyek yang dikembangkan oleh PT PP terdiri dari berbagai tipe, dengan berbagai macam ukuran. Mulai dengan ukuran luas 60 m2 hingga 200 m2, baik bertingkat maupun tidak, sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Konstruksinya yang terdiri dari rangka baja untuk struktur atasnya, dilapisi dinding double triplex atau plywood. Penutup atapnya terbuat dari bahan seng atau asbes, sedangkan plafonnya menggunakan bahan material plywood. Lantai bangunan yang tidak bertingkat menggunakan finishing keramik. Sedangkan yang bertingkat, lantai atasnya menggunakan plywood setebal 20 mm. (Lihat Gambar 2 - 3). Komponen bangunan yang dapat dipakai berulang kali, adalah struktur rangka, panel dinding, penutup atap, dan panel lantai atas. Berdasarkan pengalaman PT PP, komponen-komponen tersebut dapat dipakai hingga dua sampai dengan tiga .kali sedangkan komponen struktur baja, dapat digunakan berkali-kali (tidak terbatas). Dalam penerapan konstruksi bangunan sistem rakitan tersebut, yang perlu direncanakan adalah gudang penyimpanan dan perawatan yang baik, antara lain dengan melakukan pengecatan secara berkala agar komponen-komponen baja tidak cepat berkarat. Dengan mengembangkan sistem bangunan kantor seperti ini, kendati pada tahap awal diperlukan biaya investasi yang cukup besar, terutama untuk komponen rangka baja, namun dengan penggunaan yang dapat dipakai berulang kali dengan sistem rakitan, secara kalkulasi akan menekan biaya konstruksi dan waktu pelaksanaan juga menjadi lebih cepat.



D. 1.1.2. Gudang Material dan Peralatan Bahan-bahan yang harus terlindungi dari material finishing lainnya harus disimpan diperlukan tempat penyimpanan yang penyimpanan material, gudang harus



pengaruh cuaca, seperti semen dan dalam tempat tertutup. Untuk itu, disebut gudang. Sebagai tempat memenuhi berbagai persyaratan.



Kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab. Karena kondisi gudang sangat mempengaruhi kualitas bahan yang disimpan. Penyimpanan material seperti semen, harus diatur sedemikian rupa. Sehingga material yang datang lebih dulu, dapat diambil dan digunakan lebih awal. Sementara itu, gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat ringan, seperti: vibrator untuk pemadatan beton, mesin genset portable, alat-alat pengukuran (theodolit), alat-alat untuk pekerjaan jnishing (mesin potong keramik, mesin bor), serta berbagai komponen peralatan lainnya. Konstruksi gudang penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti bangunan kantor proyek. Yakni, dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali. Hanya saja, untuk bangunan gudang lantainya tidak menggunakan keramik, tetapi hanya dijinishing dengan semen. (Lihat Gambar 4, 5, 6 )



D. 1.1.3. Base Camp Staf Proyek dan Barak Pekerja Untuk proyek-proyek yang berlokasi di luar kota, biasanya Pelaksana Proyek menyediakan base camp sebagai tempat tinggal staf proyek dan barak pekerja untuk tenaga kerja proyek. Base camp dan barak ini, biasanya dibangun tidak jauh dari lokasi proyek. Penempatan base camp staf proyek dibuat terpisah dengan bar& pekerja. Masing-masing dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, toilet, dan dapur. Untuk base camp biasanya dilengkapi dengan fasilitas tambahan, seperti televisi maupun fasilitas olah raga. Fasilitas ini, ditujukan untuk memberikan kesempatan refreshing bagi staf, karena jauh dari pusat kota. Konstruksi bangunan base camp dan barak ini, dapat menggunakan sistem rakitan. Kecuali, untuk daerah basah, seperti kamar mandi dan toilet. Untuk dapur, dindingnya dibuat dengan pasangan bata (tembok). (Lihat Gambar 7a, 7b) D.1.1.4. Los Kerja Besi dan Kayu Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu. Los kerja besi merupakan tempat untuk pemotongan maupun pembekokan besi beton sesuai gambar kerja (shop drawing) yang ada. Sementara itu, 10s kerja kayu, digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini biasanya dibuat lepas tanpa dinding (10s) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat bekerja dengan nyaman. (Lihat Gambar 8, 9).



D. 1.1.5. Pagar Proyek Pembuatan pagar proyek dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu keharusan. Hal tersebut, untuk menjamin keamanan kerja dalam lingkungan proyek. Karena fungsinya sebagai pengaman, maka pagar harus dibuat kokoh agar tidak mudah roboh. Di samping itu, untuk keserasian dengan lingkungan sekitarnya, maka pagar proyek harus rapi, bersih dan estetis. Untuk itu, pagar proyek harus dicat dan diberi dekorasi secukupnya, sehingga terlihat lebih asri. Konstruksi pagar proyek, biasanya dibuat dengan menggunakan dinding seng dan didukung oleh tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada jarak tertentu. Sehingga, konstruksinya kuat sebagai pengaman proyek yang sedang dikerjakan (lihat Gambar 10).



D. 1.1.6. Jalan Kerja Jalan kerja di dalam lingkungan proyek, dibuat untuk jalur lalu lintas kendaraan proyek, baik untuk truk material, truk mixer maupun untuk mobilisasi alatalat berat, seperti: tower crane, lift bahan, dan lainnya. Membuat jalan kerja ini, harus diperhitungkan dengan matang arus keluar masuk kendaraan. Arus kendaraan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan stagnasi dan kemacetan di lingkungan proyek, yang berakibat dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan proyek. Konstruksi jalan kerja ini, kendati sifatnya sementara, namun harus tetap memperhitungkan beban lalu lintas yang akan melewatinya. Oleh karena itu, jalan kerja ini biasanya dibuat dengan perkerasan, baik menggunakan sirtu maupun aspal. Terutama, jika kondisi tanah di lokasi proyek cukup labil dan tidak cukup kuat untuk menahan beban lalu lintas proyek. Untuk proyek-proyek konstruksi sipil seperti proyek irigasi, bendungan, dan lainnya, pembuatan jalan kerja ini memerlukan perhatian yang khusus. Karena pada proyek-proyek tersebut, transportasi material cukup dominan. Apabila pembuatan jalan kerja tidak memadai, hal ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab terlambatnya penyelesaian proyek yang b.isa mengakibatkan kerugian bagi kontraktor.



D. 1.1.7. Penempatan Alat Berat, Tower Crane, dan Lift Bahan Pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat tinggi (high rise building) atau gedung bertingkat rendah dengan denah yang luas, diperlukan alat-alat berat untuk transportasi material, terutama untuk arah vertikal. Untuk sistem



transportasi vertikal ini, tower crane dan lift bahan, merupakan alat transportasi yang paling banyak digunakan. Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal bahan-bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, dan material lainnya. Penempatan tower crane, harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut, juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu diangkatnya. Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah mencapai ketinggian tertentu. Pondasi tower crane berupa pondasi beton plat setempat dan ditinggal setelah pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan. Sedangkan bracing, menggunakan profil baja yang diangkurkan ke struktur bangunan yang sudah jadi. Sementara itu, lift bahan, merupakan alat transportasi vertikal untuk pengangkutan material pekerjaan finishing maupun tenaga kerja proyek. Konstruksi lift bahan ini, dibuat seperti pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift, diperkuat dengan bracing yang diangkur ke struktur bangunan yang sudah jadi.



D. 1.1.8. Pembuatan Komponen Precast Salah satu metode untuk mempercepat pekerjaan proyek konstruksi gedung bertingkat adalah dengan menggunakan metode precast, terutama untuk pekerjaan struktur. Pembuatan panel precast untuk lantai beton, dinding parapet, balok struktur maupun kolom-kolom beton, sudah bisa dikerjakan dengan metode ini. Untuk memproduksi komponen-komponen precast diperlukan areal yang luas. Apabila lokasi proyek cukup luas, pembuatan komponen precast dapat dilakukan di dalarn lokasi proyek. Namun, jika areal lokasi proyek tidak memungkinkan, maka pembuatan komponen precast harus dikerjakan di luar proyek. Hal yang perlu diperhitungkan jika pengerjaan precast dilakukan di luar proyek adalah harus tersedia lokasi untuk penampungan komponen yang sudah jadi dan siap untuk dipasang. D. 1.2. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya



Dalam pekerjaan persiapan pelaksanaan proyek konstruksi perlu dilakukan perhitungan kebutuhan Sumber Daya Proyek. Yang dimaksud dengan Sumber



Daya Proyek adalah men~angkutkebutuhan Listrik Proyek dan Air Kerja. Sementara untuk kebutuhan Sumber Daya Manusianya akan diuraikan dalam bab lain.



D. 1.2.1. Kebutuhan Listrik Kerja Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang diperlukan oleh Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan proyek. Kebutuhan tenaga listrik ini, di luar daya listrik untuk proyek bangunan gedung itu sendiri, merupakan tanggungan pihak kontraktor. Sumber daya listrik, biasanya diperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri, tergantung penggunaannya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek, meliputi: Penerangan Air Condition (AC) Peralatan Kerja, seperti: Tower Crane, Lift Bahan, Mesin Potong Keramik, Bor, Bar Bender, Bar Cutter, Pompa Air, dan lainnya. Peralatan Kantor, seperti: komputer, Plotter, Mesin fotokopi, dan lainlain. Jumlah daya listrik yang diperlukan, harus memenuhi berbagai keperluan tersebut. Sedangkan besar kecilnya daya listrik yang diperlukan tergantung pada besar kecilnya fasilitas kerja yang dibutuhkan untuk bangunan kantor maupun sarana pendukung lainnya. Format untuk perhitungan kebutuhan daya listrik dapat dibuat seperti pada Tabel 1. Electricity Power Planning.



D. 1.2.2. Kebutuhan Air Kerja Kebutuhan Air Kerja untuk ke~erluanproyek bisa diperoleh dari sumur atau PAM (Perusahaan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan sebagai berikut: Toilet di Kantor Proyek Base Camp Staf Barak Pekerja Pencucian Kendaraan Proyek, Dump Truck, Concrete Mixer, dan lainnya. Perawatan Beton (Concrete Curing), termasuk Testing Beton



Tabel 1. Electricity Power Planning



VPe



Power Reql Unlt



KVA



No.



Equipment



I. 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.



Tower crane TIC 1 TIC2 TIC3 TIC 4



II. 2.1. 2.3.



Lift Barang Lm1 UB 2



2.4.



LiB34 LiB



;CONTQH



Ill



3.1



Lift Penumpang UP1



Alimox



1



60 KVA



3.2. 3.3. 3.4.



UP 2 UP 3 UP 4



-



-



-



IV. 4.1. 4.2.



Bar Bender 8 Cutter Bar Bender Car Cutter



-



V. 5.1. 5.2. 5.3. 5.4.



Pompa Air PIA 1 PIA 2 PIA 3 PIA 4



VI. 6.1. 6.2. 6.3. 6.4.



Lampu Penerangan Lampu sorot lapangan Lampu sorot TIC Lampu TIL lapangan Lampu BilBoard



VII. 7.1.



Kantor Proyek Kantor Kontraktor, Gudang, dl1 Lampu penerangan Komputer Dispenser AIC Alat lain Kantor Owner & Pengawas Lampu penerangan Komputer Dispenser AIC Alat lain Power Kerja Sub kontraktor Panel Power



7.1.



VIII. 8.1.



Keterangan:



- No. VI 6.3.



Number



FO 23B FO 238



I



1



-



-



175 KVA 175 KVA



-



Source PLN



175 ... 175 ...



-



-



Genset



-



-



-



-



-



60



-



60



-



-



-



-



-



2 2



3,8 KVA 3,8 KVA



7,6 7,6



-



7,6 7,6



Dup Well Sum Pump



2 4



1,2 KVA 4 KVA



2,4 16



-



2,4 16



HPlT HPlT Balk 1 x 36 Balk 1 x 36



18 10 600 48



400W 400W 36 W 36W



72 4 21,6 1,73



-



72 4 21,6 1,73



Balk 1 x 36 PC



52 9 3 8



36W 150W 300W 1,5 KVA



1,87 1,36 1,051 12 KVA



1,87 1,351 1,05 12



-



6 1 1 2



36W 150W 350 W 1 KVA



2,16 0,15 0,35 2



2,16 0,15 0,351 2



-



42



4 KVA



168



168



-



-



Split



Balk 1 x 36 PC Split



Panel



-



*



Lampu TIL Lapangan = Diperlukan penerangan 200 lux, dengan lampu TL 36 W dibutuhkan untuk setiap 8 m2 luas lapangan 1 bh lampu TL atau 8 mz/bh - No. VII 7.1. Lampu Penerangan ruang kantor = Diperlukan penerangan 350 lux, dengan lampu TL 36 W dibutuhkan untuk setiap 5 m2 luas ruangan 1 bh lampu TL atau 5 m2lbh



+



Batching Plant untuk Pembuatan Mortar (Beton Molen) Pengetesan Peralatan Mekanikal, seperti: Hydrant, Sprinkler, dan lainnya Perawatan Plesteran Dinding Keperluan Lokasi-lokasi Kerja Lainnya Air dari sumber air disimpan pada tangki-tangki penampungan air sesuai dengan kapasitasnya. Volume air yang diperlukan dihitung berdasarkan kebutuhan volume air setiap harinya. Format untuk perhitungan kebutuhan air kerja dapat dilihat seperti pada Tabel 2. Water Source Planning.



D. 1.3. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja) Shop drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja. Gambar kerja, harus sudah disiapkan dalam tahap awal proyek dan mendapatkan pengesahan dari pihak Pengawas atau Konsultan Perencana, sebelum dilaksanakan di lapangan. Shop drawing, disiapkan oleh Bagian Engineering berpedoman pada desain bangunan dari Konsultan. Pembuatan shop drawing, dewasa ini banyak dilakukan dengan komputer menggunakan sofnvare Autocad, sehingga dapat mempercepat waktu pembuatannya.



D. 1.4. Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan Metode pelaksanaan untuk pengadaan material tidak ada yang khusus. Untuk pekerjaan persiapan, belum begitu banyak memerlukan material. Material yang dibutuhkan terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan Kantor Proyek, Kantor Konsultan dan Pengawas, Gudang, Barak Pekerja, Base Camp Staf, Pagar Proyek, dan bangunan-bangunan yang bersifat sementara lainnya.



D. 1.5. Mobilisasi Peralatan Peralatan yang dimobilisasi pada tahap awal, adalah peralatan yang diperlukan untuk membangun fasilitas-fasilitas proyek, seperti: Kantor Proyek, Gudang, Stockyard (Gudang Terbuka), dan bangunan-bangunan sementara lainnya. Pada tahap ini, peralatan yang dibutuhkan masih terbatas pada peralatanperalatan ringan, seperti alat-alat untuk pengukuran.



CONTOH Tabel 2 Water Source Planning



No.



Water Usage



Volumelday



Name of Tank



M3



Tank Capacity



Location of Tank



Source of Water



PAM



M3



M3



I



Toilet in Office



2



Fibreglass



0,s



Site Office



-



v



II



Labor Camp



20



Concrete



16



Basecamp



-



v



Ill



Car wash (Dump Truck, Conc Mixer



3



-



-



-



-



v



Concrete Curing



20



-



-



-



-



v



IV



- For Concrete testing material - For Concrete on Site V



Mortar Batching Plant



-



-



-



-



-



-



VI



Mechanical Equipment Testing



-



-



-



-



-



-



VII



Plaster Cur~ng



20 M



Fiberglass



5



-



-



-



Vlll



For Other Working Area Location 1 Location 2



5 M3



Fiberglass



-



-



-



v



PROYEK



STANDAR FASlLlTAS SEMENTARA PROYEK PNlUK



TAMPAK SAMPING KANAN SKNA1



1M



SUBYEK



I



GUDANG



I



TAMPAK DEPAN



Gambar 4



I



WTATAN



BPanutupAap N* Aap



hbesoslanbnpkl hbes N*



7 P



P~Ib=36rnrndratwam~sbuMuda R W Kay" Bomo 4 6



W



8 Iwt Elehnbl



~*100dm=~.6manpsn~np*.~svum~04is P



W dm R q U W



u dkmrstv-mBu



SCp KontnWS.Xtsrpm** MK m-pl pda P& nndq 1prcduu S m e LsD Honantslm e m w p.ds Rng



Mud.



L



e



W



V



~



~



~



K



0



r



n



UnWSmlUrm, Plpr PYC E m



5 Sbllktur K d m 9 m b e r Llrm



Sbvrtu Rug BsDX SUMuA l q



10 Sumbsr4~r



nm%dLL%m -pst W w t



STANDAR FASlLlTAS SEMENTARA PROYEK



W E K



GUDANG



DENAH GUDANG sKAL41 1W



Gambar 6



I



I



II



PTPP



DENAH BASE CAMP PERSONAL PROYEK ~ 1 : 2 0 0



uuurc@Aem 1m.1



Gambar 7b



I



wKm@Aem



A



01



UTATh'4



PROYW



STANDAR FASILITAS SEMENTARA PROYEK PBU(



PT PP



TAMPAK SAMPING SKALA I : 1M



S U B m



LOS KERJA BESl ATAP SATU ENYmVm



T



mTiYUIU



OLM



m T m T m



5- r



m



TmmTUwr



GumPRYUWWm



mm



OPERlM



Twax T m m T W



w



n



014



aOUliUR



Twax T m T m



lW0



DB01



RRDUWA



T



m T m T m



DEPAN w i : i m



TAMPAK



XIWLGtAWA



S(ALA



1



TAMPM



JUUHOI*BAR



m1



1



./ 4



2



Garnbar 8



I



1W



N O U O R ~



A



02



CATATAN



PROYEI(



STANDAR FASlLlTAS SWENTARA PROYEK RHUK



PT PP WBYEK



LOS KERJA BESl ATAP SATU



POTONGAN A-A sKALA1:1w



YEFMTWUl



T



mulw



0601



--



m T m T W



T



m T m T w



OYI(RU)*UWIX)



sm



W E m



T



m



n



m T m T W



SQI



0 1 -



T



W TIIMTW



YXrO



aBM



RRU(CAW



T



m T W T W



JUXILW



gULA



POTONGAN



POTONGAN B-B JUUHWBAR



SKALA1.100



INPI



., Garnbar 9



1 100



I



NOLW(OILIUR



A



03



Mobilisasi alat-alat berat, seperti alat-alat pancang maupun alat-alat bor untuk pekerjaan pondasi, mulai dilakukan setelah tahapan pekerjaan persiapan selesai dan pengukuran titik-titik pondasi telah ditetapkan.



D. 1.6. Pelaksanaan di Lapangan Pekerjaan persiapan di lapangan dimulai dengan melakukan pengukuran dan membuat patok ukur tetap yang akan menjadi pedoman bagi pengukuranpengukuran selanjutnya. Patok tetap ini, dibuat di luar garis bangunan yang akan dibangun agar tidak hilang selama pelaksanaan. Tahap akhir pekerjaan pengukuran ini, yakni dilakukan pengecekan kembali kebenarannya bersama-sama dengan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. Setelah selesai, maka dilaksanakan pembuatan semua fasilitas proyek yang diperlukan dimulai.



D.2. METODE PELAKSANAAN BANGUNAN GEDUNG Secara garis besar pelaksanaan suatu proyek bangunan gedung dibagi atas: 1. Pekerjaan Pondasi 2. Pekerjaan Struktur 3. Pekerjaan ArsitekturlFinishing 4. Pekerjaan MekanikalIElektrikal 5. Pekerjaan HalamanITaman Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan dengan desain dari konsultan perencana. Pada bab-bab terdahulu telah dijelaskan bahwa perencanaan metode pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal waktu yang disediakan untuk item pekerjaan tersebut. Dari perencanaan metode ini akan diperoleh data kebutuhan alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang akan dibutuhkan, teknis dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta pola pengendalian mutu yang harus diterapkan. Pada Bab-bab selanjutnya akan dipaparkan contoh-contoh metode pelaksanaan untuk proyek bangunan gedung, mulai dari pekerjaan Fondasi hingga pekerjaan finishing (arsitektur)-nya serta untuk pekerjaan sipil lainnya dalam bentuk ilustrasi gambar-gambar yang dilengkapi dengan keterangan.



.



D.2.1. METODE PELAKSANAAN GALIAN BASEMENT 1. PElCERJAAN PERSIAPAN Sebelum proses penggalian dilaksanakan, halha1 yang perlu diperhatikan adalah: KedaIaman galian



CONTOM ARAH DAN MANUVER ALAT BERAT DAN DUMP TRUCK



-



- Cek stabilitas h e n g , apakah dapat



a



I L o k a s ~Direksj Keet



.-



Masuk



P~ntu Keluar



digaIi secara open mt dengan membentuk skope (cek tinggi kritis & kemi ringan slope). - Untulr lahan y a n g sernpit apakah diperlukan dinding penahan railah yang sernentasa .- Zmpurury (sheet pike, rheei piie le Ancho~, all) permanent



(~oldie~ pih, didfinpa wad dll) .



*



Pengaturan a r a l ~manuver alat berat dan dump truck yang Gaik yang dilakukan dcngan memperhatilcan site kns~alkztiunyang ada.



*



Pemilihan, jumlah, $an komposisi alat gali yang digunakan berdasarkan walcru pelaksanaan dan lokasi proyek.



* JaIan kerja yang memenuhi syarat.



Pemeliharaan linglcungan sekitar proyek (debu, lumpur bekas ~naterialgalian, dll)



2. METODE PEKERJAAN GALIAN POSlSl ALAT BERAT & DUMP TRUCT UNTUK MENEHASILKAN PRODUKSI GALIAN YANG OPTIMAL



..T a . :,..



%-'








P?_ ,,T7/



{'A



m-



pengecoran perrnukaan beton ciang mencapai dilanjutkan ketinggian hingga yang diinginkdn. Selama pengecoran herlailgsung ujung bawah pipa trrmie harus terbenarn di dalam beton. Bila pipa twmie tcrlampau panjang maka pipa &wait dengan panjang masing-masing potongan antara 1 - 6 meter t di~otong. harus d i a n ~ k adan



4. Casing lalu dicabut ~erlahan-lahandan pengukuran tcrakhir dilakulran terhadap



beton untuk memeriksa apnkah ketinggian perrnukaan beton berada di atas rencana dasar pocr setinggi k 1 m e t e r unrlik



PROSES PEMASANGAN TREMIE & PEHGECORAN



rnenjamin m u t u hcton yang baik pads elevasi dasarpoer. Apabila perlu, cdring sementara di cor beton sa~npaipenuh sehingga ketinggian permukaan beton yang diinginkan tercapai. Bilamana tidak ada air di dalarn lubang bor, pengecoran beton dilakulcan dcngan pipa tremie pendek (51 m) dan corong saja. Pipa tremie pendek ini berfungsi agar heton yang dituangkan jaruh ditengah-tengah lubang.



PROSES PE'FIGANGKATAN TREMllE PROSES PENGECORAN



PEMGECORAN



D.2.5.3. PONDASI FRANK1 PILE METODE PELAKSANAAN PONDASI TJANG PANCANG FRANK1 LANGWH 1



PEMASUKAN BATu KORAL sEsAGA' SUMBAT



CASING 10 HAMMER 3.2 TON



--



Yh,



SWMBAT



SFLEE-NTWK



CASING 10 -15 M



I. Pipa baja d e n s a n u j u n g bawah terbuka, dileralclcan di atas tanah tepat pada titik (patok) tiang. Ratu koral lalu diinasulrknn lie alarn pipa yang kosong itu dengan menggunakan suacu alar yang d inamakan skip seringgi kurang lebih 0,6 - I ,O meter di dalam pipa. Koral dipadatkan dengan turnbukan p a l u l d ~ ~hammer p di dnlam pipa sehingga rnelekat menjadi suatu sumbat pads u j u n g pipa. PaEu p e n u m b u k (drop hfimmer) berbobot lebih kurang 3,2 ton.



',---. RING R SO CM BESI P i 22 (POLOS)



2. Pemancangan pipa besi dilakilkan dengan cara menumbuk sumhat koral pada ujung pipa sehingga



mencapai kedajaman Tang diingin kan. Kedalaman pemancangan ditentukan rnelalui data yang diycroleh dari penyelidi!mn tanah dan kalmdering p d a setiap titik. Pcmancangan dihentikan apabila penurunan pipa tidak lebih dari 30 m m dalam 10 pukulan, dengan tinggi jatuh palu setinggi 1,2O metcr per pukulan.



3 CASING 10 - 15.M..



LANGKAH 2:



3. Setelah mencapai kcdalamail yang diharaphn,



PENUMBUKAN SUMBAT DENGAN M M M E R



.



HAMMER 3.2 TON



MUKA TANAH



SPEET



P.



SPLEET UMTUK SUMBAT



/ CA3ING.l.-15



,



R l N G E SO CM BES1 E 2 2 (POLOS)



M



pipa ditahan dengan slinR dan sumhat lroral yang t e r d a p t di dalam pipa d i p k u l hingga lepas dan keluar dari pipa. Reron kcring lalu diisikan sedikir demi sedikic ke dalam pipa untulr pembuaran pernbesaran (bulb) atau enlarged base. 4. Volume beton yang digunakan dalam pemhuatan bulb disesuailran dengan kekerasan tanah da11 pads urnumnya adalah antara 0,14 m' (satu skip) hinSga 0,84 rnr (enam skip). Jumlah pukulan p d a satu skip (0,14 mi) beton



teralrhir harus ridak kurang dari 40 kali dcngan tinggi jatuh palu minimum 4,s meter arau hingga energi yang sama tercapai. 5 . Kerailjang besi terdiri dari 6 besi utama diameter 22 m m yang dililit spiral diameter 8 m m jarak 20 cm untulr seIilruh panjang tiang Franki. Keranjang besi tersebut lalu dimasukan ke dalam pipa dan merupakan pembesian dari riang pondasi. Keranjang besi dibuat sepanjang riang sendiri dengan ta~nbahan 0,90 meter stek untuk rnasuk kc dalam POETuntuk pen yambungan, maka or~er-lappingbesi utama adalah 4 90 cm. Pada ujung keranjang hcsi dan pada sarnbungan dilas tirik agar lebih kuat.



6. Tiang Franki Ialu dibuat dengan rnengecor beton sedikit demi sedilut Ire dalam pipa disertai dengan pamadatan sarnbil pipa sedikit d e n i sedikit dicabut. Recon yang digunakan dalam petlgecoran adalah deilgan mutu K-225 clan fakctor air semen tidak lebih dari 0,40 dan slump berlrisa~antara 02,50 crn. Pengecoran becon diakhirj dengan penambahan setinggi lebih kurang 30 cm - 50 cm agar beton pada ketinggian yang diinginkan terjainin haik dail keras. 7. Susunan carnpuran beton yang berdasarkan v o l ~ ~ muntuk e tiang Franki adalah I : 2 '1, : 3 '1, Per mctar kubik heron:



Semen = 345.00 kg Pasir = 0,62 rn' Split 213 = 0,90 mi Air = 134,OO l i t e r Tiang Franki yang selesai dilakscsanalran harus tahan memikul beban kerja sebesar 130 ton



LANGKAH 3 :



PENUMBUKAN SUMBAT SAMPAI TANAH KERAS



m



LANGKAH 3B :



SUMBAT DlPUKUL SAMPAI KELUAR DARl PlPA



SKlP (0.14 M3) TUANGKAN SPL 4 6 SKlP



-



MLlKA TANAH



SPLEET UNTUK SUMBAT



CASING A0 - 15M



ELEVASI TANAH KERAS RINGESO CIM BESIE22 (POLOS)



..



BULB



LANGKAH 4 :



11 h



PEMBUATAN BULB BETON (ENLARGE BASE)



SKlP (0.74 M3) ADWKAN BETOM KERING



MUKA TANAH



d n



HAMMER 3,2 TON -



-



CASING 10 15 M



SPLEET: ELEVASI TAMAH KERAS



I-



+---



BULB



LANGKAH 5 :



PEMASUKAN KERANJANG BESl KERANSANG BESl BESl 6 D 22 (ULIR) SENGKANG D8 15



-



MUKA



ADUKAN BETON KERING ELEVASI TANAH



PENGECORAN BETON



SKIP (0.14 M3) TUANGKAN SPLEET 4-6 SKlP ADUKAN BETON K-225 Y



-4



MUKA PANAH



KERANJANG BESl BESl6 D 22 (ULIR) SENGKANGD8 15



-



ADWKAN BETON KERAS



ELEVASI TANAH K



PEKERJAAN TlANG FRANK! SELESAI



-



CASING 10 15 M



HAMMER 3,2 TON



MU



N TANAH EMENT



ELEVASI TANAH KE



PERALATAN PEMANCANGAN CASING 10 - 15



HAMMER 3,2 TON



RING Q 50 CM



CASING 10 -15 M



7



D 50 CM BESI D 22 (POLOS) 203



0.2.6. METODE PELAKSANAAN PONDASI BATU KALl PERSIAPAN Rencanakan urutan penggalian, urutan pemasangan p o n d x i b a t u kali, ternpat penimbunan tanah hasil galian semenrara, sebelurn diangkut keluar dari site, juga cempat penimbunan sementara batu-batu kali tersebut sebelum dipasang.



PEMBUATAN GALIAN Siapkan alat-alat yang diperlulran. MenggaIi tanah dengan ukuran lebas sama dengan lebar pondasi bagian bawah dengan kedalaman yang disyararkan. MenggaIi sisi-sisi miringnya, sehinSga diperoleh sudut kemiringan yang cepat. Ruang tanah sisa gaIian ke ternpat yang telah ditentukan. Cek posisi, lebar, kddaman, dan l~eerapianya, .



.



u



.



PONDASI BATU KALl



.



URUGAN PASlR Pasir urug diratakan pada dasar galian dan disiram air untuk mendapatkan kelembaban yang optimum untuk pernadatan. Padatkan pasir u r u g tersebut dengan memakai alat stdT?Tp.fr. Jika diperlukan ulangi langkah I dan 2 sehingga didapat tebal pasir urug seperti yang direncanakan



PASANGAN PONDASI *



Pasang patok banru untuk memasang proGI (2 patok untuk tiap profrl). Profil dipasang pada setiap rrjung lajur fondasi. Pasang bilah bantu dacar pada kedua patok, setinggi profil. Pasang profil benar-benar regak lurus dan bidang atas profil datar. Usahakan titik tengah profil tepat pada cengah-tengah galian yang direncanakan dan bidang atas profil sesuai peil fondasi.



I



I



I



1



'---



I



Rencana Galian Pondasi



Bekas Galia



.Tianf.Bauwplank Galian untuk Pondas~



,



Ikat ~ r o f i ltersebut ~ a d abilah datar yang dipasang antara 2 patok dan juga dipaku agar lebih kuat.



Pondasi -..Profil .... --.. - .. ...



Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi dan ikarkan dengan profrl,



sehingga menjadi kuac dan kokoh. Cek ketegakanlposisi profrl dan ukuranukurannya, perbaiki jika ada yang tidak tepar, demikian juga peilnya.



PASANQAM PONDASI



Paku (tanda titik as pasangan)



Papan Bangunan



\



7



J



Cat/meni (tanda titik as pasangan) /------



b



=



I3



=



t



T



h H



lebar pasangan bagian atas lebarpasanganbagianbawah = Tinggi pasangan tegak muka (rollag) = Tinggi pasangan pondasi = Tinggi lantai dari muka tanah = Kedalaman galian tanah



PROFIL UNTUK PONDASI BATU KALl



PASANGAN PONDASI BATU KALI 1. Siapkan semua alac dan bahan yang dibutuhkan. 2. Pasang benang pada sisi luar prof;] untuk seriap beda tinggi 25 cm dari permukaan urugan pasir. 3. Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut. 4. Susun batu-batu di atas lapisan pasir urug tanpa adukan (anlzstumping)dengan tinggi 20 cm dan isikan pasir dalarn celah-celah batu tersebut sehingga tak ada rongga antar-baru kemudian siramIah pasangan hatu kosong tersebut dengan air. 5. Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali dengan adukan, sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar pasangan tersebut sata. 6. Sediakan ternpar untilk lubang-lubang stek kolom clan keperluan-keperIuan lain. 7. Cor srek-srek kolom tersebuc clan rapikan pondasinya. 8. Setelah pasangan mengeras, bagian pinggirlski pondasi diurug kembali.



PONDASI YANG TELAH SELESAl



--



D.2.7. METODE PELAKSANAAN PONDASI PELAT JALUR



METODE PELAKSANAAN PONDASI PELAT JALUR



GAL1 TANAH BERPEDOMAN BOUWPUNKDAN S W D R A W / N G



GAL1 TANAH BEWEDOMAN BOlJWFLANKDAN SHOP DRAWING PADATKAN DASAR GALIAN DENGAN STMPER TEBAR DAN PADATKAN UPISAN PASIR URUG PASANG SCREED PASANG BEKESTING BATAKOIKAYU PASANG PENULAMGAN, BETON DECHNG DAN KAKI AYAM PASANG STEK YANG DIPERLUKAN UNTUK PEECERJAAN LAIN BERSIHKAN DAERAH YANG AKAN DICOR DENGAN COMPRESSOR COR BETON DAN PADATKAN DENGAN VIBRATOR CURINGIPERAWATAN BETON



BUKUREFERENSF UMTUK KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIC



POT. A-A L: 160CM SK4L41: 25



3



POT. B-8 L : 160 CM



,q



Contoh desain pondasi plat



Pemadatan tanah dasar dengan Stamper



Kondisi tanah dasar pondasi setelah dipadatkan



D.2.8. METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN BEKISTING BATACO PUTIH UNTUK POER & SLOOF



1 DENAH



Batas Galian



1



1



1



I



RENCANA POER & SLOOF



1



I



Bataco Putih



I



I 1



I



-



-



I I 1 I 1



11111



Poer I



I



I



I



1



1



1



1



1



I



-



Poer 1



1



1



I



I



I



I



I



1



1



1



1



1



1



DENAH POER & SLOOF METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN BEKISTING POER & SLOOF BATACO PUTIH 1. Pembuatan tanda-tanda yang menyatakan as-as atau level dengan menggunakan cat warna yang jelas dan tahan lama. 2. Pekerjaan galian dilakukan dengan menggunakan Backhoe untuk ruangan yang memungkinkan dan dengan tenaga manusia untuk ruang-ruang yang sempit.



3. Pekerjaan galian dilakukan sesuai gambar rencana dan dilakukan pengukuran dengan menggunakan watelpass sampai pada elevasi yang diinginkan.



4. Setelah pekerjaan galian poer & sloof kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan urugan pasir dan lantai kerja untuk dudukan poer &sloof sesuai dengan elevasi rencana.



5. Buat profil pada tiap sudut atau tempat yang teIah ditentukan. ProfII dibuat dari kayu kaso yang berfungsi sehagai patokan ketegakan pasangan bataco, sehingga profil harus benar-benar tegak.



6. Profil-~rofildiberi tanda setiap ketebalan bataco dan adukan, hiasan~adigunakan pensillspidol untuk menandai psofi1 tersebut.



7. Pasang benang untuk setiap lapis {atau tiap dua lapis) dari profil ke profil untuk mengontrol keIurusan pasangan.



8. Pasang bataco putih sesuai dengan profil yang telah terpasang. 9. Cek kerataan bidang pernasangan dengan jidar serta posisi pasangan bataco apakah sesuai garnbar kerja atau belum.



POTONGAN SLOOF Catatan : Jika tinggi pasangan bataco > 1 meter, malra pasangan bataco tersebut Harus menggunakan sloof dan kolom praktis.



D.2.9. METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN BEKISTING KAYU UNTUK POER & SLOOF



Kaso



\



Poer



1 Sloof



Poer



-3 Kaso



DENAH BEKISTING POER & SLOOF



1 . Pernbuatan tanda-tanda yang menyacakan as-as atau level dengan menggunakan cat warna yang jelas dan tahan lama. 2. Pekerjaan galian dilakukan dengan menggunakan Back Hoe untuk ruangan yang memungkinkan dan dengan tenaga manusia untuk ruang-ruang yang sempit.



3. kkerjaan galian dilakukan sesuai garnbar rencana dan dilakukan pengukuran dengan menggunakan waterpass sampai pada elevasi yang diinginkan.



4. Setelah pekerjaan gaiian pow & skoof kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan urugan pasir dan lantai kerja untuk dudukanpoer &sloof sesuai dengan elevasi rencana.



-Plywood



r:



Kaso



Kaso



Kaso -



POTONGAN A - A



\



Lantai Kerja



--



_ I



Kaso



PANEL BEKISTING



5. Membuat panel bekisting yang disesuaikan dengan ukuranpaer &sloof di lokasi fabrikasi. 6. Oleskan minyak belusting pada permukaan panel hingga rata.



7. Pasang panel bekisting pada lokasi masing-masing, sambungan antar-panel harus rapar. 8. Panel bekisting harus diberi pengaku dari kaso pada sisi luar panel dan pada bagian atas panel diberi kaso juga agar benar benar tegak. 9. Cek kelurusan bekiscing dengan tarikan benang.



D.2.10. METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS D.2.10.1 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOCOM BEKfSTlNG KOLOM .PANEL



RANGKA SABUWWALLER



CORRECT A



INCORRECT B



SALAH



BENAR



PAKAI LIST



SABUK WALLER A= MENTRANSFER GAYA YANG BESAR KARENA BIDA'NG KONTAK KEClL DENGAN SABUK NARROW FACE HAS H I G H C R U S H I N G STRESS



LOWER STRESS ON WIDER F A C E



A



B



B= BIDANG KONTAK BESAR



P A C K E R BEAM



DFBERI HORIZONTAL PACKERS UNTUK MtKA IA



SABUK BESl YANG KEClL



SISTEM KLEM DOUBLE WALERS



CLAMP F I X E D TO FORM



BEAM



PART ELEVATION



ALERS ENABLE QUICK INSTALLATION AND STRIPPING OF BAR-TIES



DOUBLE WALERS MUDAH DIBONGKAR BlDANG KONTAK BESAR



SINGLE WALER. UTK KOLOM KEClL BlDANG KONTAK KECIL



JENIS KLEM



Kayu



Peri



Baja



1e -LYWOOD



KEPALA KOLOM



PHENOL FILM 12 M M



FORM TIE



SABUK KOLOM



PlPA SUPPORT



BUKUREFERENSI UNTUK KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



BEKISTINQ dan KEPALA KOLOM



I



m



A -H (--



1 COR DIBAWAH 8ALOK



I BOPJGKARBADANKOLOM



LANGKAH 1 : BEKlSTlNG KOLOM DAN KEPALA KOLOM DIPASANG BERSAMAPENGECORAN DILAKUKAN SAMPAI ELEVASI BODEMAN TERENDAH



W



..,



HI



LANGKAH 1



UYG,."nz



LANGKAH 2



LANGKAH 2 : BEKlSTllNG KOLOM DIBONGKAR DENGAN KEPALA KOLOM MASIH TERPASANG UNTUK LANGWH BERIKUTNYA



-



-



BEKlSTlNG KEPALAAN KOLOM



8AWT 114"



SlKU



A 50 50 5



GIRDER FT-270 I



GIRDER GT-270



DETAlL SAMBUNGAN BEKISTING KOLOM DAN KEPALAAN KOLOM



BEKlSTlNG KOLOM 800X800



Laoo-'i600



FRONT VIEW



SSRZ 961121



1



BEKISTING KOLOM 400x400



J



Lo-1.60.



FRONT VIEW



............



Top View Column



PLYWOOD CORNER DETAIL Girder menumpu girder lainnya








Air semen keluar dari stop



DETAIL-DETAIL STOP END WEDGES



*DIBERI BAJl PADA STOP END UNTUKMENAHANTEKANAN BETON DIPERKUAT DGN FORMTIE



,



PLAN STOPEND



VIEW SHOWN CUT AWAY FOR C L A R I T Y



ELEVATION



d



I yl



STOPEND--



. 4-




I



I



BAGS OF CONCRETE ARE LOCATED UNDER PROPS



ELEVATION



T rC'I



ADJUSTABLE 'U" HEAD



LEDGER



PROP SYSTEMS Prop Systems



7 CApPLn=E PIN AND CHAIN



FLAT PLATE SCREW JACK



1" 1 ADJU-I-NUT



I



SCAFFOLD TUBE



HANDLE



if u



OUTER








I



I



Y'



-



-. * * ---



+



%



4



I



sedekat mungkin dengan posisi pengecoran



-.



*



-



=l Y



Beton jangan dialirkan menuju posisi pengecoran, tetapi beton dipindahkan.



PEMADATAN BETON F-



-



.



.



%sL..



, ,-.--



y PROCESS: 1.iquefication a



SCESS:



The ~nplusionof enlr;~ p p e dair



IE'



Ito



t:onCrete which



llows it to slu~ n d till the forn to 5 seconrgs



13 5150095



MENGELUARKAN UDARA YANG TERJEBAK Dl DALAM BETON * BETON SEGAR MENGANDUNG 5%-20% UDARA TERJEBAK



PROSES: I.MENGKONSOLIDASIKAN PARTIKEL AGGREGAT SAIMPAI RATA PADA LEVEL ATAS (3-5 DETIK) 2. MENGELWARKAN UDARA TERJEBAK (7-15 DETIK)



Gambar Penempatan Vibratos Pada Gundukan



Cara yang salah



Posisi ke 2



h



d'



Cara yang benar



, -



Posisi ke l



CARAPEMADATAN



NOT.: Mudmum drCnh



D-VaOm2Wnm



.



U r :rmrc.Ion vlbu . ~ ~ ) ~ t a&no~mnwrrtnrotlon t



I c l W % y d d m r D *WO.nm



UU tnvnawton vmrrtorr to ~ ~ c r m the a mnomd r v l m r a t f n g .cnrcr m nnnn



DlCOR LAPIS BERLAPIS. UNTUK KOLOMIDINDING 30 CM PERLAPIS



-



J



a



.



}



Place concrete a little away from t h e domer With Immersion vibrator, move concrete into the corner and up the form face



F i g u r e 8.5. c o m p a c t i o n a t s t o p a n d s a n d in l n c l l n e d f o r m s Void Form



Void form



First layer placed and compected Second an subsequent placement made from one side only. Concrete induced t o flow under the void former by action of Immersion vibrator When concrete reaches the same level on each side of the former, concrete placement and compaction can proceed normally Similar tecnique t o that above, used for encasing steel beems. Concrete placed and compacted from one side until equalised either side of beam



TEKNIK PENGECORAN PADA BAG-IAN SUDUTlPlPAlBAJA



TEKNIK PENGECORAN KOLOMIDINDING



i



1



i CORRECT



CORRECT



CORRECT



CORRECT



When placing from chutes and barrows, discharge concrete into a hopper leading to a light, flxible drop chule.



When placing with crane and bucket, use a flexible drop chule connected to a collector cone which is permanently alached to the bucket frame.



When placing with a concrets pump, sodend the hose to the bottom of the foim and withdraw\\ as the form is filled.



Long uncontrolleddrops cause secregation as the concrete strikes againts the forms and aggregates ricochet of reinforcement. Mortar is lso lelt on the form faces and reinforcement.



Placing techniques for walls and collumns



PERAWATAM BETON (CURING) ulan dari adukan tinggi +I- 5 cm Genangan air



1. Setelah beton agak mengering, pasang adukan pada sekeliling beton lantai yang akan digenangi air dengan tinggi adukan +/- 5 cm. 2. Biarkan adukan sarnpai keringl keras. 3 . Aliril genangi permukaan beton lantai d e n p air kerja menggunakan pompa dan slang air. 4. Lakukan penyirarnan atau penggenangan permukaan lantai beton secara teratur 5 . Kontrol genangan air jangan sampai kering 6. Jika terjadi hujan maka tidak perlu diadakan pekerjaan penyirarnan beton lantai



Contoh : perawatan alto. rengan mema*ai



Contoh : perawatan beton dengan memakal curing corn ounds



" e' aP"9



7



D.2.11. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING D.2.11.1. METODE PEMASANGAN KUSEN ALUMINIUM METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMASANGAN KUSEN PINTU I JENDELA ALUMINIUM A



PERAMTAN YANG DIGUNAKAN



:



1. BAJI KARET l KAYU 2. BOR 3. OBENG



B. BAHAN YANG DIGUNAKAN



:



I . KUSEN ALUMINIUM 2. DAUN PINTU l JENDELA ( SETELAH DIPASANG KACA )



3. FISCHER 4. SKRUP 5. MORTAR I SEMEN / SEALANT 5. VASELINE I ISOLASI KERTAS I PLASTIK C. PELAKSANAAN : I . PASANG KUSEN



PINTU I JENDELA ALUMINIUM PADA



LOKASX YANG D I T E N T U U N ( SESUAI TYPE YANG ADA ),



SESUAIKAN LUBANG KUSEN DENGAN UKURAN KUSEN ( SELISIH LUBANG 1 CM ). 2. MASUKKAN KUSEN YANG SLAP DIPASANG JSARET I KAYU.



E LUBANG TEMBOK D E N W BANTUAN BAJI



3. ATUR KEDUDUKAN KUSEN DENGAN BAJI KARET I KAYU.



4



STEL KELURUSAN I KEDUDUKAN KUSEN TERHADAP TEMBOK I DINDING.



5. LUBANGI TEMBOKIDINDING MELALUI LUBANG KUSEN DENGAN BOR , UNTUK TEMPAT SKRUE



I



6. MASUKKAN FISCHER KE DALAM LUBANG BOR.



8. PASANG DAUN PINTUIJENDELA (SETELAH-DIPASANG KACA ) KE DALAM



KUSEN. Aksesoris STEL PERLENGKAPAN SERTA



(RODAIREL, ENGSEL , KUNCI DLL).



9. FINISH TEMBOK JDlNDING DENGAN MORTAR/SEMEN/SEALANT. (PENGISIAN PADA CELAH ANTARA KUSEN DAN TEMBOK I DINDING ). 10. UNTUK MENGHINDARI CACAT PADA PROFILPROFIL ALUMINIUM YANG TTELAH TERPASANG, MAKA BERI PELINDUNG : SEJENIS VASELINE I ISOLASI KERTASI PLASTXK PADA TEMPAT YANG RAWAN GORESAN.



1



4



PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMASANGAN KUSEN PINTUIJENDELA ALUMINIUM 1. PEMASANGAN JENDELA SLIDING



t



, -.



2. DAUN JENDELA DlBUKA TERLEBIM DAHULU



3. DAUN JENDELA DIBUKA TERLEBI'H DAHULU.



4. K'USEN SlAP DlPASANG & PENGUKURAN LUBANG JENDELA DlSESUAlKAN 'DENGAN UKURAN JENDELA. CONTOH: LEBAR JENDELA = W LEBAR LUBANG TEMBOK = W + 1 C



5. KUSEN YANG SlAP DIPASANG DIMASUKKAN KELUBANG TEMBOK YANG TELAH SESUAI.



6. KUSEN DIPASANG KE TEMBOK, OENGAN MENGGUNAKAN BAJl KARET 1 KAYU ( UNTUK PENG GANJAL ).



-



8. SETELAH LURUS, LUBANGI TEMBOK DENGAN BOR MELALUI LUBANG Dl KUSEN JENOELA YAMG TELAH SlAP DARl PABRIK.



9. MASUKKAN FISCHER KEDALAM LUBANG TERSEBUT.



10. KENCANGKAN FISCHER DENGAN OBENG (SCREW DRIVER).



1



SETELAH DAUN JENDELA DIPASANG KACA , DIPASANG KE KUSEN YANG TELAH TERPASANG Dl TEMBOK.



~ U K UREFERENSI UNTUK



KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



-I



12. UNTUK MEMPERLANCAR JALANNYA DAUN JENDELA Dl KUSEN , MAKA RODA DISTEL f ERLEBlH DAHULU (MELALUI LUBANG



YANG TERSEDIA PADA DAUN JENDELA).



13. KUNCl DISTEL.



14.PARTS DISTEL SUPAYA TlDAK DIBUKA DARI LUAR.



15. FlNISHING DENGAN MENGGUNAKAN MORTARISEMEN I SEALANT. lPENGlSlAN PADA CELAH ANTARA



b



BlSA



D.2.11.2. METODE PEMASANGAN KUSEN KAYU METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMASANGAN KUSEN KAYU A. ALAT YANG DIGUNAKAN : 1. METERAN MINIMAL 2 M 2. LOT 3. WATERPASS 4. PALU B. BAHAN YANG DIGUNAKAN: 1. KUSEN KUSEN TELAH DIBUAT DI WORKSHOP SESUAI UKURAN DALAM GAMBAR KERJA. 2.KAYU 315 CM & 416 CM ( UNTUK SKURJPENYANGGA SEMENTARA ). 3.PAKU 4.PAPAN C. PELAKSANAAN : 1.SEBELUM KUSEN PINTU 1 JENDELA KAYU DIPASANG CEK: A. SUDAH BETULKAH UKURAN TINGGI & LEBAR KUSEN ? B. APAKAH TERDAPAT CACAT ATAU TIDAK ? C. SPONENG: C1. SUDAH SESUAIKAH Balok lantai UKURAN SPONENG DENGAN RENCANA DAUN PINTUI 991 ,4i/. Ambang atas JENDELA ? C' "'r-1



-



E - *-.L, 3mm--/l+2



CV



=L-



mm



i



dL-



T E



E 3 m m S f2 m m



c3



Ketinggian disesuaikan dengan



Neutllocis



5



ketinggian plint



C2. UNTUK KUSEN GENDONG : SUDAH BETULKAH LETAK SPONENG BUKAAN DAUN PINTU DENGAN DAUN JENDELA I KACA MAT1 ?



I Sponeng jendela kaca mati



C3. BAGAIMANA SUDUT SPONENG, APAKAH SUDAH 90 DERAJAT ?



C4



SUDAH ADAKAH SPONENG TALI AIR /TALI KAPUR TIANGNYA ?



Tali air



-, Sudut sponeng 7



Tali kapur tian



D



PERIKSA ANGKUR : * APAKAH MATERIAL YANG DIGUNAKAN SUDAH BENAR ?



* APAKAH POSISI ANGKUR PADA TIANG KUSEN SUDAH BENAR 15 cm Angkur



E



?



+t



0 0 N



dia. 10



Drat Skrup



E 0



V)



r



E. APAKAH KETINGGIAN KUSEN PINTU SUDAH DIPERHITUNGKAN TERHADAP KETINGGIAN NEUT I LOCIS ?



Ketinggian disesuaikan dengan ketinggian plint Neutllocis



2. JIKA SUDAH OKEY SEMUA, UKUR POSISI KUSEN DI LOKASI YANG AKAN



DIPASANG SESUAI GAMBAR KERJA. 3. PASANG KUSEN PINTU / JENDELA KAYU PADA LOKASI SESUAI UKURAN YANG TELAH DITENTUKAN, DENGAN BANTUAN SKUR / PENYANGGA SEMENTARA. ( SKUR / PENYANGGA JANGAN DIMATIKAN TERLEBIH DAHULU ) DAHULU )



4. PASANG KUSEN SESUAI SHOP DRAWING DENGAN DASAR ELEVASI & ABSIS I ORDINAT PINJAMAN.



5. PASANG 2 BUAH LOT UNTUK MENGECEK POSISI I KEVERTIKALAN MASING MASING AMBANG SAMPING, APAKAH BETUL - BETUL TEGAK LURUS? 6. BILA POSISI & ELEVASI SUDAH BETUL, SKUR 1 PE - NYANGGA SEMENTARA DIMATIKAN UNTUK MENG -HINDARI KUSEN BERUBAH POSISI & ELEVASI. 7. PASANG BATU BATA PENJEPIT PADA TEPI KUSEN. 8. PASANG BEKISTING PADA MASING - MASING POSISI ANGKUR, KEMUDIAN COR PADA MASING - MASING ANGKUR KUSEN. 9. PASANG 2 BUAH LOT UNTUK MENGETAHUI POSISI KUSEN APAKAH BETULBETUL TEGAK LURUS. 10. PASANG BATU BATA SEKITAR KUSEN YANG TERSISA. 11.COR BALOK LANTAI DAN NEUT I LOCIS.



Am bang atas



KUSEN DIPASAMG BERDASARKAN ELEVASI 8 ABSlS I ORDINAT PINJAMAN



KUSEN TYPE 2



TAMPAK SAMPIMG KUSEN TYPE I



TAMPAK SAMPING KUSEN TYPE 2



D.2.11.3. METODE PELAKSANAAN PLESTERAN DINDING A. PERALATAN YANG DIGUNAKAN: 1. METERAN 2. JIDAR ALUMINIUM 3. ROSKAM KAYU 4. ROSKAM BESI 5. KERTAS SEMEN 6. BENANG B. BAHAN YANG DIGUNAKAN: 1. TRIPLEK 2. KAWAT AYAM (JIKA PLESTERAN LEBIH DARI 3 C M ) 3. AIR 4. SEMEN



C. PELAKSANAAN: 1. PASANG BATU BATAIBATACO SESUAI SHOP DRAWING. 2. BASAHI PERMUKAAN PASANGAN BATA I BATA DENGAN AIR SAMPAI BASAH SECARA MERATA (CURING). 3. PASANG TARIKAN BENANG VERTIKAL DAN HORIZONTAL UNTUK CAPLAKAN KEPALAAN DAN CEK TARIKAN BENANG. 4. SETELAH KEPALAAN TERPASANG TENTUKAN HOLD POINT KE 1 :



a. INSTALASI M I E SESUAI



SHOP DRAWING b. KETEBALAN KEPALAAN SESUAI SPESIFIKASI c. CEK VERTIKALNYA



SHOP DRAWING



-



ACCEPTANCE CRITERIA KOORDINAT TITIK M 1 E HARUS TEPAT KETEBALAN 1,5 - 3 CM VERTIKAL & HORIZONTAL LURUS DAN RATA ( HARUS LOT )



5. KEMUDIAN TENTUKAN HOLD POINT KE 2 :



A. KERATAAN PERMUKAAN PLESTERAN B. POSISI O U T LET M I E



-



ACCEPTANCE CRITERIA DENGAN JIDAR ALUMUNIUM L = 2 W DEVIASI f 1 MM HARUS SESUAI SHOP DRAWING



HOLD POINT 1



E )SETELAH KEPAlAAN TERPASANG



A



CEK KOORDINAT TlTlK M I E



7 CEK LOT



v HOLD POINT 2



HOLD POINT 2



,



E>



SETELAH MERATAWN PLESTERAN



1



CEK KERATAAN PLESTERAN



PESTER



PLESTER



I



!



! I



I



nii



rh



I



HOLD POINT 2



-3



SETELAH MERATAKAN PLESTERAN



CEK KERATAAN PLESTERAN



FINISH ACIAN



A. FOTO PEMKSANAAN PEKERJAAN PLESTERAN DINDING



1. PASANG BATU BATNBATACO



SESUAI SHOP DRAWING



I2



2. SIRAM PERMUKAAN BATA I BATACO DENGAN AIR SAMPAI BASAH SECARA MERATA ( CURING ). 3. BUAT ADUKAN UNTUK KAMPROTAN DENGAN PERBANDINGAN I PC : 2 PS.



KAMPROTM PADA BIDANG YANG TELAH DICURING DENGAN JARAK LEMPARAN f 50 CM DAM PERMUKAAN YANG DIKAMPROT DENGAN KETEBALAN 15 - 20 MM. 5 . SETELAH BIDANQ YANG DIKAMPROT KIUNG, LAKUKAN PENYIRAMAN (CURING) SELAMA 3 HART ; PAGI, SUNG & SORE.



4. LAKUKAN



6 . SE'lYELAH ITU MULAILAH MEMBUAT CAPLAKAN DENGAN ADUKAN 1 PC : 3 PS. 7. BUAT KEPAJAAN DENGAN KETEBALAN 15 MM. 8. LANJUTKAN DENGAN PENYIRAMAN JIKA K E P A W TELAH MENGERING.



9. PASTIKAN BIDANG YANG AKAN DIPLESTER TELAH DICURING. 10. BUAT ADUKAN I. PC : 3 PS, GUNAKAN PASIR YANG DIAYAK (HALUS). 11. LAKUKAN PLESTERAN PADA BIDANG - BIDANG YANG TELAH ADA KEPALAANNYA SAMPAI SELESAI SELURUH PERMUKAAN PADA 1 ZONE DENGAN CARA DILEMPAR DART J A M K f 50 CM. 12. GUNAKAN JIDAR UNTUK MERATAKAN PERMUKAAN SESUAI DENGAN KEPALAAN.



PLESTERAN SETENGAH KERING , I 13. SAAT GUNAKAN ROSKAM UNTUK



MENGGOSOK PERMUKAAN DINDING SAMPAI HALUS DAN RATA.



1.4. LANJUTKAN DENGAN CURING SELAMA 7 HARI : PAGI, SIANG DAN SORE SAMPAI PERMUKAAN PLESTERAN BENAR BENAR BASAH SELURUHNYA.



-



15. SETELAH CUKUP USIA CURING, KERINGKAN BIDANG TERSEBUT SELAMA 1 HARI.



16. HALUSKAN P E R M U W N DINDING DENGAN AMPLAS HALUS. 17. PLAMIR BIDANG - BTDANG PLESTERAN YANG TELAH KERING DENGAN MENGGUNAKAN PLAMIR BUATAN PABRIK ( BOY0 ). 18. LAKUKAN SEBANYAK 3 LAPIS ( TIGA KALr PELAKSANAAN ) SAMPAI DINDING BENAR - BENAR RATA DAN HALUS.



B. HASIL AKHIR PLESTERAN DINDING YANG BAIK



HASIL AKHIR PLESTERAN YANG EAIK RATA DAN HALUS



D.2.11.4. METODE PENGECATAN DINDING



xVTEPI KUSEN DlBERl LAKBAN



'



i



-



1



DINDIMG YANG DlCAT



A. PERALATAN YANG DIGUNAKA~Y: 1 KERTAS SEMEN I KORAN 2. LAKBAN



3. AMPLAS 4. ROL 5. W A S 6. SKRAP 7. KAIN LAP B. BAHAN YANG DIGUNAKAN 1. PLAMUR . 2. CAT DINDING



:



L:--



E ,M,



f



CAT



C. PELAKSANAAN : 1. BERSIHKAN PERMUKAAN DINDING DARI DEBU, KOTORAN DAN BEKAS PERCIKAN PLESTERAN DENGAN KAIN LAP 2. LINDUNGI BAHAN - BAHAN I PEKERJAAN LAIN YANG BERBATASAN DENGAN DINDING YANG AKAN DICAT DENGAN KERTAS SEMEN I KORAN DAN LAKBAN. 3. GUNAKAN SKRAP UNTUK MEMPERBAIKI BAGLAN -3AGLAN DINDING YANG RETAK 8r. KURANG RATA DENGAN PLAMUR, KEMUDIAN T U N G G U SAMPAI KElUNG. 4. HALUSKAN PLAMUR YANG TELAH KERING DENGAN AMPLAS HINGGA RATA. 5. C E K , APAKAH PERMUKAAN DINDING SUDAH RATA ! 6. JIKA PERMUKAAN SUDAH RATA, MAKA LAKUKAN PENGECATAN DASAR DENGAN ALAT ROL PADA BIDANG YANG LUAS 8t DENGAN KWAS UNTUK BIDANG YANG SEMPIT ( SULIT ). 7. JIKA CAT DASAR TERSEBUT SUDAH KERING, LAKUKAN 1)ENGECATAN FINISH YANG PERTAMA. 8. JIKA CAT FINISH YANG P E R T M SUDAH KERING, LAKUKAN PENGECATAN FINISH YANG KEDUA I TERAKHIR ( JUMLAH PELAPISAN CAT SESUAI +



DENGAN SPESIFIKASI ). 9. C E K , APAKAH PENGECATAN FINISH YANG KEDUA l TERAKHIR ITU SUDAH



RATA ? 10. APABILA SUDAH



RATA, BERSIHKAN CAT - CAT YANG MENGOTORI B A M N BAHAN I PEKERJAAN LAIN YANG S ~ A R U S N Y ATIDAK TERKENA CAT DENGAN KAIN LAP.



HASIL PENGECATAN DINDING YANG BAIK



PERMUKAAN RATA I



D. HASIL AKHIR : HASIL AKHIR PENGECATAN DINDING YANG BAIK ADALAH SEBAGAI BERIKUT: 1. PERMUKAAN RATA. 2. TIDAK MENGENAI BIDANG LAIN. 3. TIDAK MENGELUPAS.



D.2.11.5. METODE PEMASANGAN DINDING KERAMl K A. PLANNING I. SHOP DRAWING : a. MENENTUKAN SISA POTONGAN KERAMIK HARUS L 113 BADAN KERAMIK. b. MENENTUKAN NAD KERAMIK DINDING 8r. LANTAI AGARBERTEMU & NAD KERAMIK SERAGAM. c. MENENTUKAN SUPAYA PEREMPATAN KERAMIK BERTEMU. d. MENENTUKAN POSTS1 DINDING BATA. e. MENENTUKAN TATA LETAK SANITAIR & FIXTURE : HARUS DIPEREMPATAN 1 TENGAH BADAN KERAMIK. f. MENENTUKAN TXTIK AWAL PEMASANGAN KERAh4IK. 11. PERHITUNGAN RESOURCES ( S UMBER DAYA ) : a. BAHARr Y m G D I G U N A W : - KERAMIK. - SEMEN PC. - AIR. - ADDITIVE. b. ALAT YANG D I G U N A W : 1. JTDAR ALUMINIUM. 2. BAK AIR ( EMBER ).



3. TEMPAT DUDUKAN 1 TATAKAN KERAMIK. 4. BENANG ATAU SENAR. 5. PALU WWT. 6. PLASTIC CROSS ATAU TILE SPACER. 7. WATEWASS. 8. BUSA 1 SPON 3. KAIN I LAP BASAH. c. TENAGA KERJA : MENENTUKAN TENAGA KERJA YANG DIBUTUHKAN SESUAI JADWAL DAN VOLUME PEKERJAAN. B. PELAKSANAAN : I . SETELAH PASANGAN BATU BATA, INSTALASI AIR & LISTRIK SELESAI, DIMULAl MARKING UNTUK BATAS PEMASANGAN KERAMIK. 2. PASANGAN BATA DIPLESTER TANPA ACIAN, DENGAN KETEBALAN f 2 CM, DIAMKAN SELAMA 1 x 24 JAM SEHINGGA PLESTERAN MENJADI KUAT. 3. SORTIR KERAMIK AGAR MENGHASILKAN KESERAGAMAN : : - UKURAN I DIMENSI. - PRESISI. Jidar Aluminium - WARNA.



4. RENDAM KERAMIK YANG AKAN DIPASANG K E D W BAK AIR ( EMBER) S E M I JAM.



5. KERAMIK DLANGINKAN DENGAN CARA DILETAKAN PADA TEMPAT DUDUKAN I TATAKAN KERAMIK, SETELAH PROSES PERENDAMAN.



6. BASAHI PASANGAN DINDING YANG AKAN DIPASANG KERAMIK DENGAN AIR.



TEMPAT DUDUKAN ITATAKAN KERAMIK



7. PASANG BENANG / SENAR UNTUK KEPALAAN, DAN BENANG / SENAR TERSEBUT HARUS DICEK SECARA PERIODIK BAIK KEKENCANGAN MAUPUN ELEVASINYA. 8. CEK



LEBAR NAD DAN HINDART LAS - LASAN.



9. PASANG PEREKAT LATTCRETE + SEMEN ( ACIAN I AIR + SEMEN PADA PERMUKAAN DINDING.



..,-..--"-.~



-mw-, 4G '.-,.OlPASANG KERAMIK



,-.." ..s



1O.BERI ACIAN PERMUKAAN KERAMIK.



PADA S E L U R U h SISJ BELAKANG



11.TEMPELKAN POSISINYA.



KERAMIK



PADA



12.SETELAH ITU KETUK KERAMIK YANG DITEMPEL TERSEBUT DENGAN PALU KARET AGAR MERATA.



13.ATUR JARAK NAD DENGAN LEBAR SESUAI GAMBAR KERJA, SUl'AYA UKURAN NAD BlSA S E R A W & RAP1 DIHARUSKAN MENGGUNAKAN PLASTIC CROSS SEBAGAI PENGATUR JARAK NAD TAN DA " + " ) ATAU DENGAN TILE SPACER. 1 4. CEK KERATAAN PASANGAN KERAMIK DENGAN WATER PASS. 15. BERSIHKAN PERMUKAAN KERAMIK YANG TELAH TERPASANG DENGAN KAIN / LAP BASAH.



16. LAKUKAN PENGECEKAN NAD DARI



LATICRETE MENGGUNAKAN MATERIAL GROUTING NAD DENGAN ALAT BUSAISPON. 17.SETELAH KERJNG BERSIHKAN SEKITAR PASANGAN K E W I K DAN PERMUKAAN KERAMIK DENGAN KAIN I LAP BASAH.



BUKUREFERENSI UNTUK KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING KERAMIK



I



1. PASANG KEPALAAN KERAMIK ARAH



HORIZONTAL



m



u



2. PASANG KEPALAAN KERAMIK ARAH



HORIZONTAL DAN VERTIKAL



4. AGAR PERMUKAAN PASANGAN RATA, KERAMIK DIKETUK DENGAN PALU KARET



3. PASANG PEREKAT LATICRETE + SEMEN ( ACIAN I AIR + SEMEN ) PADA PERMUKAAN DINDING



5. HASIL PEMASANGAN DINDING KERAMlK



D.2.11.6.



METODE PEMASAMGAN DIMDING MARMEWGRANIT (SISTEM BASAH)



A. PERALATAN YANG DIGUNAKAN: 1. SENDOK SPESI 2. EMBER 3. CANGKUL 4. SEKOP 5. BENANG 6. SIKU - SIKU 7. WATERPASS 8. ROL METER 3. UNTING - UNTING 10.KAIN LAP



1 5. BATU GERINDA



16. AMPLAS HALUS 17. MESIN POLES MARMEWGRANIT (UNTUK MENGJSILAPKAN PERMUKAAN).



11. PAKU 12. PALU 13. TANG



14. CAPE 15. PAKU BETON 1 6 . W S E T ( W T TEMBOK PAKU BETON j



MARMER I GRANIT DIGELAR Dl LANTAI



B. BAHAN YANG DIGUNAKAN : 1 MARMERIGRANIT 2 . SEMEN PC 3. PASXR 4. AIR 5. BAHAN COR NAD (AFAGROUT, IBAGRUOT AFAFIK DAN LAINLAIN WARNA SESUAI RENCANA). 6. KAWAT ANGKUR KUNlNGAN DLAMETER 0,2 CM. 7. BUBUK PENGKILAPIBATU KUNING (UNTUK MENGKILAPKAN PERMUKAAN). C. PELAKSANAAN: 1. SIAPKAN PERAUTAN DAN



PENANDAAN IN1 MENGGUNAKAN ISOLASI, SETELAH MARMER IGRANlT TERPASANG ISOLASI BARU DILEPAS.



BAHAN-BAHAN YANG AKAN DIGUNAKAN. 2. PAHAMI GAMBAR KERJA, POLA PEMASANGAN DAN LAIN-LAIN. 3. GELAR MARMERIGRANIT SELUAS DINDING SESUAI DENGAN POLA YANG ADA PADA GAMBAR SHOPDM WING.



BUKU REFERENSI UNlUK KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



4. SELEKSJ UKURAN, WARWA, ARAH SERAT, DAN CACAT-CACAT PERMANEN MARMEWGRANIT. 5 . MARKING ATAU TANDAl MARMEFU I GRANIT SESUAI POSISI DAN ARAH SERAT. PEENANDAAN IN1 MENGGUNAKAN ISOLASI, SETELAH MARMERl GRANIT TERPASANG ISOLASI BARU DILEPAS. 6. MARKING DAN TANDAI LETAK ANGKUR DENGAN PAKU PADA PEMASANGAN PAKU DINDING YANG AKAN DIPASANG MARMERIGRANIT. 7. LUBANGI MARMERIG RANIT UNTUK DUDUKAN KAWAT ANG KUR.



PEMBUATAN DUDUKAN ANGKUR



CONTOH BENTUK KAWAT ANGKUR



8. PASANG BENANG ARAH HORISONTAL DAN VERTIKAL PADA DINDING SESUAI



ELEVASI PADA SHOPDM WING. KEDUDUKAN BENANG ANTARA HORISONTAL DAN VERTIKAL HARUS SIKU DAN DATAR, CEK KEDATARAN BENANG DENGAN WATERPASS. BENANG VERTIKAL



BENANG HORlZONTAL



PAKU



PEMASANGAN BENANG ARAH HORIZONTAL & VERTIKAL 9. PASANG KAWAT ANGKUR ARAH MELINTANGIHORISONTAL. PADA DINDING SESUAI MRKTNG DENGAN BANTUAN PAKU.



BENANG VERTIKAL



KAWAT ANGKUR MELINTANG



I



PAKU



1 PEMASANGAN KAWAT ANGKUR MELINTANG



A44RKTNG DENGAN BANTUAN PAKU.



BENANG VERTIKAL



KAWAT BANTU PENAHAN



BENANG



LUBANG ANGKUR



KAWAT ANGKUR MELINTANG



-\ LANDASANKAYU



\



KAWAT ANGKUR MELINTANG



SEMENTARA



3ETAIL A PEMASANGAN KAWAT PENAHAN SEMENTARA



r



I 0. PASANG ALAT BANTU KAWAT PENAHAN SEMENTARA.



BENANG VERTIKAL



KAWAT BANTU PENAH AN SEMENTARA KAWAT ANGKUR



7



-



L



MELlNTANG



L.iNDASAN KAYU SEMENTARA



AWAT ANGKUR MELINTANG



DETAIL B PEMASANGAN KAWAT ANGKUR



1I. PASANG KAWAT ANGKUR SESUAI KEDUDUKAN. 12. PASANG MARMEWGRANIT PADA POSISINYA DENGAN BANT-UAN ANGKUR MAT1 DAN ANGKUR SEMENTARA. ARAH PEMASANGAN DIMULAI OAR1 BAWAH DAN



r



BENANG VERTlKAL



HORIZONTAL



LANDASAN K A Y SEMENTARA



ARAH PEMASANGAN MARMER / GRANIT KEDUDUELW MARMEWGRANIT HARUS SESUAl DENGAN WAKTU PENGGELARAN. I 3 . IS1 SPESl SECARA HAT1 - HATI AGAR KEDUDUKANNYA



TIDAK BERUBAH, DAN SEBELUM SPESI KEMNGIMENG ERAS LEPAS KAWAT BANTU SEMENTARA '



L,



BENAM' "'"'



KAL



~+yr AClAN



HORIZONTAL BENANG



-SEMENTARA LANDASAN KAYU PENGlSlAN SPESI



KAWAT ANGKUR MELINTANG



DILEPAS.



WATERPASS



KAWAT ANGKUR



BENANG HORIZONTAL



-.



. I



LANDASAN KAYU SEMENTARA



KAWAT ANGKUR MELINTANG



PENGECEKAN KEDATARAN DENGAN WATERPASS



14. CEK KERATAAN PERMUKAAN MARMEWGRANIT DEN GAN WATERPASS.



PEMGlSlAM NAD



SELA NAD DENGAN BAHAN PENGISI YANG TELAH DISETUJUI. 16. BERSIHKAN PERMUKAAN MARMEWGRANIT YANG TERPASANG DENGAN KAIN LAP BASAH. 15. IS1



-



LAP BASAH



1



DINDING MARMER



DINDING MARMER R. LOBBY LIFT



L



R. RECEPSIONIST



DlNDlNG PlNTU R. TANGGA KEBAKARAN DlLAPlS DENGAM GRANlT



DlNDlNG PlNTU R. LIFT DlLAPlS DENGAN GRANlT



.



D.2.11.7.



METODE PEMASANGAN DINDING MARMEWGRANIT (SISTEM KERING)



A. PERALATAN YANG DIGUNAKAN: I. SENDOK SPESI 2. EMBER



BENANG SIKU - SIKU WATERPASS ROL METER UNTING - UNTING 8. KAIN LAP 9. PAKU 10. PALU I I.TANG 12. CAPE 13. PAKU BETON 3. 4. 5. 6. 7.



14.MESIN BOWDYNA BOLT



15. BATU GERINDA 16. AMPLAS HALUS 17. MESIN POLES MARMEWGRANIT



(UNTUK MENGKILAPKAN PERMUKAAN). 18.MESIN LAS.



B. BAHAN YANG DIGUNAKAN: 1 MARMEWGRANIT 2. AIR MARMER I GRANIT DIGELAR Dl LANTAI



I



C



PENANDAAN IN1 MENGGUNAKAN ISOLASI, SETELAH MARMER I GRANIT TERPASANG ISOLASI BARU DfLEPAS.



3. BAHAN COR NAD (AFAGROUI; IBAGRU03: AFAFIK DAN LAINW N WARNA SESUAI RENCANA). 4. BUBUK PENGKILAT BATU KUNING 5 . BESI SIKUlBRAKET



C. PELAKSANAAN: 1. SIAPKAN PERALATAN DAN BAHAN-BAHAN YANG AKAN DIGUNAKAN. 2. PAHAMI GAMBAR KERJA, POIA PEMASANGAN DAN LAIN-LAIN. 3. GELAR MARMEWGRANIT SELUAS DINDING SESUAI DENGAN POLA YANG ADA PADA GAMBAR



4. SELEICSI UKURAN, WARNA, ARAH SERAT, DAN CACAT-CACAT PERMANEN MARMEW GRANIT. 5. MARKING ATAU TANDAI MARMEW GRANIT SESUAI POSISI DAN ARAH SERAT. PENANDAAN IN1 MENGGUNAKAN ISOIASI, SETELAH MAEtMEW G W I T T E R P M G ISOLASI BARU DILEPAS. 6. MARKING DAN TANDAI LETAK ANGKUR DENGAN PAKU PADA DINDING YANG AKAN DIPASANG MARMERIGRANIT.



7. PASANG BENANG ARAH HONSONTAL DAN VERTIKAL PADA DINDING SESUAI ELEVASI PADA SHOPDRAWING. KEDUDUKAN BENANG ANTARA HORISONTAL DAN VERTIKAL W U S SIKU DAN DATm CEK KEDATARAN BENANG DENGAN WATERPASS.



HORIZONTAL



+AKu



PEMASANGAN BENANG ARAH HORlZONTAL & VERTI WL



8. PASANG RANGKA TEMPAT DUDUKAN BRACKET PADA DINDING SESUAI MARKING.



100) A fop slab: anchors and supports



1 INTERIOR SILL OR STOOL



D.2.11.8.



METODE PEMASANGAN LANTAI KERAMIK



A. PLANNING



I. SHOPDRAWNG a.



b.



c.



d.



e.



f.



:



MENENTUKAN SISA POTONGAN KERAMIK HARUS 1 112 BADAN KERAMIK. MENENTUKAN NAD KERAMIK DINDING DAN LANTAI AGAR BERTEMU DAN NAD KERAMIK SERAGAM. MENENTUKAN SUPAYA PEREMPATAN KERAMIK BERTEMU MENENTUKAN TATA LETAK SANITAIR DAN FIXTURE : HARUS DIPEREMPATAN 1 TENGAH BADAN KERAMIK. MENENTU.KAN TITIK AWAL PEMASANGAN KERAMIK. MENENTUKAN W A N T I O N JOINT MINIMAL SETIAP LUASAN 12 MZ16 MZ.



11. PERHITUNGAN RESOURCES (SUMBER DAYA): a. BAHARr YANG D I G U N A M : - KERAMIK. - SEMEN PC, - AIR. - ADDITIVE. b. ALAT YAI\IG DIGUNAiUN : 1. JIDAR ALUMINIUM. 2. BAK AIR ( EMBER ). 3. TEMPAT DUDUKAN 1 TATAKAN KE W I K . 4. BENANG ATAU SENAR. 5 . PALU KARET. 6. SENDOK SPESI. 7. WATERPASS. 8. SEKOl? 9. BUSAlSPON 10. KAINILAP BASAH. c. TENAGA JCERIA: MENENTUKAN TENAGA KERJA YANG DIBUTUHKAN SESUAI SKEJUL DAN VOLUME PEKERJAAN.



B. PELAKSANAAN : 1. SIAPKAN PERALATAN DAN B A W - B A H A N YANG AKAN DIGUNAKAN. 2. PAHAMI GAMBAR KERJA, POLA PEMASANGAN, DAN LAIN - LAIN. 3. SORTIR KERAMIK AGAR MENGHASILKAN KESERAGAMAN: - UKURANIDIMENSI.



-



PRESISI.



- WARNA.



Jidar Aluminium



4. RENDAM KERAMIK YANG AKAN DIPASANG KEDALAM BAK' AIR (EMBER) S E M 1. JAM.



CONTOH : BAK AIR



5 . KERAMIK DIANGINKAN DENGAN CARA DILETAKAN PADA TEMPAT DUDUKANITATAKAN KERAMIK, SETELAH PROSES PERENDAMAN.



TEMPAT DUDUKAN I TATAKAM KERAMIK



6. TENTUKAN GARIS DASAR PASANGAN SERTA PEZL DARI LANTAI .PENENTUAN PEIL IN1 UNTUK SELURUH KESATUAN. 7. PASANG BENANG ARAH HORISONTAL DAN VERTlKAL PADA LANTAI SESUAI



ELEVASI PADA SHOPDR4 WING. KEDUDUKAN BENANG DATAR DAN SlKU APABILA DINDING YANG ADA ADALAH DINDING KERAMIK, MAKA KEDUDUKAN NAD LANTAI HARUS DISESUAIKAN DENGAN YANG ADA PADA DINDING. BENANG HORIZONTAL



8. PASANG KERAMIK SEBAGAI PASANGAN KEPALAAN, SEPANJANG GARIS DASAR



YANG TELAH TERPASANG.



BENANG HORIZONTAL



9. CEK KESlKUAN KERAMIK DENGAN BESI SIKU DAN KERATAAN ELEVASI K E W I K DENGAN WATERPASS.



BENANG HORl



BAGIANlDAERAH PERMUKAAN LANTAI YANG W N N Y A DENGAN ADUKANI SPESI. 11. SETELAH ITU PASANG KERAMIK BERIKUTNYA SESUAi POSISINYA SAMPAI SELESAI, USAHAKAN SUPAYA TIDAK ADA LAS - LASAN.



10. IS1



BuKU REFERENSI UNFUK KONTWTOR BANGUNAN GEDUNG DAN SIPIL



12. JIKA KERAMIK SUDAH TEWASANG SEMUA, KETUK PERMUKAAN KERAMIK DENGAN PALU KARET W U K MENDATARKANlMERATAKAN PERMUKAAN KERAMIK SUPAYA TIDAK RUSAWCACAT. 13. SETELAH ITU CEK JdZRATAAN ELEVASI KERAMIK DENGAN WATEWASS. 14. BERSIHKAN PERMUKAAN PASANGAN KERAMIK YANG TELAH TERPASANG DENGAN KAINIMP BASAH SAMPAI BERSIH.



PASANGAN KERAMIK



MENGHINDARI NAlKNYA LANTAI (MENGGELEMBUNGNYA LANTAI) MAKA BUATLAH DELATASI.



15. UNTUK



POTONGAN A - A



/ 7KERAMIK 3 0 x 3 0 CM -DELATASI STYROFOAM (IOMMI



PLAT BETON



IG.KEMUDLAN SIAPKAN ISIANIBA'HAN COR NAD PADA BAKAIR (EMBER) DAN ADUKLAH HINGGA RATA.



17.SETELAH ADUKAN RATA, IS1 SELA-SELA NAD DENGm BAHAN COR NAD DENGAN MENGGUNAKAN SENDOK SPESI ( SEKOP ). PENGISTAN NAD DILAKUKAN APABILA KEDUDUKAN KERAMIK TEMH KUAT ATAU SPESI TELAH KERING. 18.KEMUDLAN RAPIKAN NAD TERSEBUT DENGAN CAPE.



PASANGAN KERAMIK



NAD KERAMIK



19. D W K A N DAN TUNGGU SAMPAI NAD TERSEBUT BENAR -BENAR KERING. 20. SETELAH KERING, BERSIHKAN P E R M U W PASANGAN KERAMIK YANG



SUDAH DIPASANG NAD DAM SISA-SISA BAHAN COR NAD DENGAN MENGGUNAKAN KGINIJAP BASAH SAMPAI BERSIH.



\-- PASANGAN KERAMlK PELAKSANAAN PEKERJAAN LANTAI KERAMIK I.SORTIR KERAMIK PADA KEDUA SISINYA.



2. SORTIR KERAMIK PADA KEDUA SISINYA.



1



4. HAMPARKAN LEM KERAMIK.



6. PASANG KEPALAAN KERAMIK ARAH HORISONTAL.



3. PASANG BENANG ACUAN.



ii



7. KEPALAAN KERAMIK ARAH HORISONTAL TERPASANG.



8. CHECK KERATAAN DENGAN WATERPASS DAN ATUR NAD



I



KERAMIK.



9. PASANG KEPALAAH KERAMIK ARAH



VERTIKAL.



10. CHECK KERATAAN KERAMIK DENGAM WATERPASS.



PT. HUTAMA KARYA (Persero) Off ice: JI. Letjend Haryono MT Kav. 8 Cawang Jakarta 13340, Indonesia Tel. 6221 8 193708 Fax. 6221 8196107 E-mail: [email protected] Website: www-hutarna-karya.com Produk: General Contractor



, ;/',



-



-



k



- > ' ; ' , < A



,



,-



:L. PASANG MARMERIGRANIT SEBAGAI PASANGAN KEPALA, SEPANJANG GARIS DASAR YANG TELAH TERPASANG.



KEPALAAN MARMER I GRANlT 6 . UNTUK MARMEWGRANIT YANG TIDAK SAMA DIMENSINYA, DIPOTONGl DIGERTNDA DENGAN ALAT POTONG GERGAJIIGERINDA MARMEWGRANIT.



7. CEK KEDATARANNYA DENGAN WATERPASS UNTUK SETIAP PEMASANGAN MARMEW GRANIT. 8. GUNAKAN PAW KARET UNTUK MENDATARKANJMERATAKAN AGAR PERMUKAAN MARMEWGRANIT TIDAK RUSAWCACAT



PENGECEKAN KEDATARAN DENGAN WATERPASS 9. LANJUTKAN PEMASANGAN MARME W GRANIT DENGAN PERTOLONGAN BENANG, DAN LAKUKAN PENGECEKAN DENGAN WATERPASS SETIAP MEMASANG SEBUAH MARME WGRANIT. 10.151 SELA-SELA NAD DENGAN BAHAN COR NAD. PENGISTAN NAD DILAKUKAN APAB1L.A KEDUDUKAN MARMERlGRANIT TELAH KUAT ATAU SPESI TELAH KERXNG. 1l.BERSXHKAN PERMUKAAN MARMEWGRANIT DART SISA - SXSA BAHAN COR NAD DENGAN MENGGUNAKAN KAIN LAP SAMPAI BERSIH. 12. POLES PERMUKAAN MARMERlGRANIT DENGAN BUBUK PENGIULAP DENGAN MENGGUNAKAN M ESIN POLES MARMERIGRANIT.



MENGKILAPKAN PERMUKAAN DENGAN MESlN POLES



- PERMUKAAN BEKAS POTONGAN



13. UNTUK MENGKILAPKAN PERMUKAAN MARMER / GRANIT BEKAS POTONGAN ( DAERAH PINGGULAN ): - GOSOK DAERAH BEKAS GERGAJI DENGAN BATU GERINDA SAMPAI HALUS. - SETELAH DIGOSOK DENGAN BATU GERINDA HALUSKAN DENGAN AMPLAS YANG W U S . - UNTUK MENGKIWKAN GOSOK PERMUKAAN DENGAN BATU KUNING. 14. APABILA MARh4ER / GRANIT DIPASANG PADA LANTAI LUAR, MAKA PERLU DIBERI LAPISAN POLYMER COATING.



LANTAI GRANIT R. RESEPSIONIST



POLA LANTAI GRANIT R. LOBBY



LANTAI GRANlT R. TANGGA



POLA LANTAI GRANIT R. LOBBY LIFT



0.2.11 .lo. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SCREED LANTAI A. PERALATAN YANG DIGUNAKAN : 1. SELANG AIR. 2. WATERPASS. 3. SAPU. 4. COMPRESSOR. 5. PAKU. 6. BENANG NYLON I SENAR. 7. METERAN. 8. JIDAR ALUMINIUM. 9. ROSKAM KAYU. 10. MOLEN : UNTUK MENGADUK MORTAR KAPASITAS MINIMUM 150 LITER.



11. LIFT



UNTUK MENAIKAN MORTAR (BANGUNAN BERTINGKAT KAPASITAS 1 TON ). 12. GEROBAK : UNTUK MENGANGKUT MORTAR (DUA RODA). 13. SENDOK TEMBOK 14. DRUM AIR 15. EMBER ADUKAN B. BAHAN YANG DIGUNAKAN : 1. PASIR PASANG 1 EXTRA BETON. 2. SEMEN ( PC ). 3. AIR. :



C. PELAKSANAAN : 1. BUAT MARKING UNTUK ELEVASI SCREED DENGAN SELANG AIR1 WATERPASS. 2. BERSIHKAN PERMUKAAN LANTAI DARI DEBU DAN PUING DENGAN SAPUI COMPRESSOR. 3. SIRAM PERMUKAAN LANTAI DENGAN AIR SAMPAI LEMBAB. 4. PASANG BENANG PADA JALUR KEPALAAN. (ELEVASI SESUAI DENGAN MARKING ) 5. TENTUKAN TEBAL SCREED LANTAI SESUAI DENGAN JENIS FINISHING LANTAI.



TEBAL SCREED



TEBAL FINISHING LANTAI



6. BUAT CAPLAAN PADA JALUR KEPALAAN DENGAN JARAK 1,5 S/D 2 M , ELEVASI SESUAI BENANG. PADA BAGIAN ATAS CAPLAAN DIBERI TRIPLEK 5 X 5 CM.



7 . IS1 A D U U N DENGAN CAMPURAN 1 : 4 DIANTARA CAPLAAN, ELEVASI SESUAI BENANG.



SETERUSNYA UNTUK JALUR KGPALAAN YANG LAIN DENGAN JARAK ANTAR KEPALAAN 1,5 M S/D 2 M SEJAJAR KEPALAAN PERTAMA..



8. DEMIKXAN



KEPALAAN



JlDAR ALUMINIUM



9. IS1 ADUKAN DENGAN CAMPURAN 1 : 4 DIANTARA 2 KEI'ALRAN. DAN RATAWN DENGAN JlDAR ATSJMINIUM, LALU HALUSKAN DENGAN ROSKAM KAYU. 1O.ACI P E R M U W N BIDANG SCREED SETELAH UMUR SCREED 2 - 3 HARI (KHUSUS FINISHlNG LANTAl KERAMIK, PERMUKAAN SCREED TIDAK PERLU DI ACX TETAPI DI KASARKAN j.



D.2.11.11. METODE PELAKSANAAN EXPANSION JOINT



A. DETAIL EXPANSION JOINT DAR1 KOLOM KE KOLOM DIBAGI DUA.



JARAK



KOLOM



2. POTONGAN MEMANJANG FINISHING KERAMIK



r PLAT BETON



I EXPANSION JOINT



r



4. DETAIL B



SILICON SEALANT



5. DETAIL C



STYROFOAM



ONCRETE SLAB



B. EXPANSION JOINT



2. EXPANSION JOINT ARAH HORIZONTAL & VERTIKAL



1. EX~ANSIONJOINT ARAH HORlfONTAL



-



C . MACAM - MACAM EXPANSION JOlNT 1. JOlNT ALIGMENT TO STRUCTURAL MOVEMENT JOlNT BOND BREAKER TAPE 7



BOND BREAKER TAPE SEALANT



METAL ANGLE



METAL ANGLE



- GROUT



GROUT



ADHE



LEVELtNG



BED LEVE



MECHANICAL



BACK UP MATERIAL STRUKTURAL MOVEMENT JOINT



-



e



MECHANICAL N G (as necessary )



BACK UP MATERIAL



STRUKTURAL MOVEMENT JOINT



2. PREFABRICATED JOINT WITH REINFORCEMENT EDGES AND CAPPINGOVER STRUCTURAL MOVEMENT JOINT FLwlBLE INSERT



/-- FLEXIBLE INSERT



7



STRUKTURAL MOVEMENT JOINT



/



\ II



STRUKTURAL MOVEMENT JOINT



3. FLEXIBLE JOINT IN BED, WITH OR WITHOUT SEPARATING LAYER



SEALANT



k



:/1 fql



SEALANT



(I



II II



ADHESIVE



SEPARATING L ( OPTIO



1



-e7



BACK UP MATERIAL



SEPARATING ( OPTIONAL-)



BACK UP MATERIAL



4. FLEXIBLE JOIN WITH REINFORCEMENT EDGES FLEXIBLE INSERT



FLEXIBLE INSERT



METAL ANGLE



METAL ANGLE



BACK UP MATERIAL



/



II



\



BACK UP MATERIAL



5. FLEXIBLE JOINT IN BED, WITH OR WITHOUT SEPARATING LAYER NEOPRENE BONDED TO NON FERROUS METAL OR RIGID P



NEOPRENE BONDED TO NON FERROUS METAL



TO D



PLASTICS STRIPS



PLASTICS STRIPS



6. FLEXIBLE JOINT IN BED, WITH OR WITHOUT SEPARATING LAYER NON COMPRESSIBLE PERFORMANCE



PERFORMANCE STRIP



A D H E S ~ BED



CONCRETE BASE



7. FLOOR JOINT VERTICAL COVE



-



CERAMIC TlLE



8. FLOOR JOINT



-CERAMIC TILE 4



-



FILLER



- SKIRTING



-



-



SKIRTING ( OPTIONAL )



SEALANT



FILLER



D.2.11.12. METODE PEMASANGAN WATERPROOFING. TYPE BITHUTENE



eBELu A. ALAT YANG DIGUNAKAN 1. SIKAT. 2. SAPU. 3. CAPE.



METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN WATERPROOFING MEMBRANE TYPE BITHUTENE



FLOW CHART WATERPROOFING :



PEMBERSIHAN LOWS1 DARI DEBU & KOTORAN LAIN



:



B. BAHAN YANG DIGUNAKAN : 1. WATERPROOFING MEMBRANE. 2. BAHAN PRIMER COATING.



WATERPROOFING



4. 3. ACMN ScREED.HALUS.



CEK KEBERSIHAN



BOCOR



5. KAWAT AYAM.



PERENDAMAN 1 X 24 JAM



LABUR PERMUKMN DENGANPRIMER COATING



TUTUP SEREED LAMAI



& SELESAI



GAMBAR KERJA WATERPROOFING :



BITHUTENE MEMBRANE PRIMER COATING



C. PELAGANAAN : 1. BERSIHKAN LOKASI YANG AKAN DIPASANG DARI KOTORAN DAN DEBU SERTA SISA ADUKAN MENGGUNAKAN SIKAT, SAPU DAN W E . 2. LABUR PERMUKAAN 1 BIDANG YANG AKAN DIPASANG DENGAN PRIMER COATING SECARA MERATA, JUGA BIDANG DINDING NAIK & 20 CM DARI FINISHING LANTAI. 3. CEK LABURAN PRIMER COATING. 4. PASANG WATERPROOFING SECARA MERATA MULAI DARI DINDING TERTAUH DENGAN OVERLAP f 10 CM. 5. CEK PEMASANGAN WATERPROOFING MEMBRANE.



6. TEST PENGGENANGAN SELAMA 1 x 24 JAM ( 1 HARI ). 7 . SCREED PENUTUP WATERPROOFING : a. UNTUK TOILET, LANGSUNG DITUTUP SCREED DENGANTEBAL 2 - 5 CM. b. UNTUK GUTTER, SEBELUM PENUTUPAN SCREED DIPASANG KAWAT AYAM MENGIKUTI ALUR PEMASANGAN, KETEBALAN SCREED 2 - 3 CM DAN DIFINISH ACIAN HALUS.



D.2.11.13. METODE PEMASANGAN WATERPROOFING



MEMBRANE A. ALAT YANG DIGUNAKAN : 1. SAPU. 2. PISAU. 3. METERAN. 4. KUAS. 5. KUAS ROL KECIL. 6. SIPATAN l TALI PEMBERI TANDA.



B. BAHAN YANG DIGUNAKAN



:



1. PRIMER DICAMPUR DENGAN BENSIN (SAMPAI DAPAT DIKUASKAN).



2. MASTING IBITL7MSTI0.



3. LAPISAN WATERPROOFING (BITUTHENE), DENGAN SPLSIFIKASI SEBAGAI BEFUKUT: L = 1,00 M P = 20 M, 25 M ATAU 30 M T = 1,50 MM C. PELAKSANAAN :LANGKAH I : P E M B E , R S I W



SYARAT : BERSIH DAN KOTORAN BEBAS DEBU LOKASI DALAM KEADAAN KERING DAN HALUS



METODE KERJA : 1. Rapihn semua permukaan Lantai dm Dinding yang akan dipasang Waterproofing. 2. Permukaan harus rata, bebas dari lubang dan tonjolan, kemudian bersihkan dari debu, minyak dan kotoran lainnya. 3. Hindarkan sudut siku dengan membuat segitiga pengisi 2 -3 un.



LANGKAH 2 : PELABURAN PRIMER METODE KERJA: 1 . Oleskan Primer dengan Kuas atau Rol tipis - tipis pada bidang yang akan dipasang Waterproofing. 2. Pemakaian 1 liter Primer dapat menghasilkan 4 7 m2 bidang kerja. 3. Primer dibiarkan hingga mengering ( 2 1 jam bila keadaan cuaca cerah ) .



PT. WIJAYA KARYA Head Office: JI. Dl. Panjaitan Kav. 9 Jakarta 13340 Tel, 6221 8192808,850840,85085650 Fax. 6221 8191235,8199713 E-mail: adwijayaa wi ka.co.idWebsite: www.wi ka.co.id Produk: General Contractor



Head Offlce:JI. Dl. Panjaitan Kav. 9 Jakatta 13340 Tel. 6221 8192808, 850840,85085650 Fax. 6221 8191235, 8199713 E-ma]: adwijaya9wika.co.id Website: www.wika.co.id



PT. WASKlTA KARYA Office: JI. Biru Laut X Kav. No. 10 Cawang, Jakarta 13340 Tel. 6221 8508510 Fax. 6221 8508506 Email: waskita Bwaskita.co.id Website: waskita.co.id Produk: General Contractor



aut X Kav. No. ~u



PT. ISTAKA KARYA (Persero) Office: Graha lskandarsyah Lt. 9 JI. lskandarsyah Raya No. 66 Kebayoran Baru, Jakarta 12160 Tel. 6221 725 8686 Fax. 6221 7258787 E-mail: [email protected] Websiie: www.istaka.net Produk: Konstruksi, Re kayasa dan Perdagangan.



PT. ISTAKA KARYA (Persero) KONSTRUKSI, REKAYASA DAN P E ~ O A N Q A N



I



Office: Graha lskandarsyah Lt. 9 JI. lskandarsyah Raya No. 66 Kebayoran Baru, Jakarta 121 Tel. 6221 725 8688 Fax. 6221 E-mail: [email protected] Webslte: ww.istaka.net ,;



PT. ADHl KARYA (persero) Head office: JI. Raya Pasar Minggu Km. 18 Jakarta 12510 Tel. 6221 7975312 Fax. 6221 7975311 E-mail: adhinet Qadhi-karya.com ' Website: www.adhi-karya.com Produk: General Contractor



ADHI KARYA



To be come the partner of choice in the civil constructionand process engineering business ....



I



LANGKAH 3 : PEMASANGAN WATERPROOFING METODE KERJA : 1 . Pasang terlebih dahulu lapis Watwpmq%g pada bagim sudur: ruang untuk rnernudahkan pemasangan bagian datar. 2. Pemasangan dimulai dari titik terendah ( drain ). 3. Lapis Watet;broo$ng diternFd dengan cara melepas lapisan Kerras Silicon. 4. Tempelkan pada bidang yang sudah diprimer. 5 . Pada penyarnbungan Waterproofing berikutnya, diharuskan memberi overhp 10 crn ( tepat garis putih yang terdapt di kanan dan .kiri WatqrooJing Mmhram.



$



10 CM OVERLAP



6 . Untuk mendapatkan h a i l yang merara, Kertas Siliwn dibukasedikic demi sedikit dan ditempelkan sambil ditekan serta digosok dengan Kain Pel atau Handroller, terutama pada bagian sudur dan lekukan - lekukan ssrta sambungan.



7. Pemasangan Bitu Msrric (Mmtic ) pada ternpat yang kritis : Untuk pengamanan sambungan di tempat yang kritis ( titik percemuan, drain dan lain - lain ), maka perlu dilapis dengan bahm sernacam Jkm ( Mastic ) secukupnya.



METODE KERJA : - Sambungan yang digunakan biasanya terputus -putus agar dapat mengikuti bentuk permukaan yang akan dilapis Watmproofing dan dapat menyatu dengan primer yang dikuaskan. - Oleskan M& pada sambungan hingga rata dengan lebar + 3 - 4 cm. Biarkan hingga Mastic dalam keadaan kering ( + 2 jam ).



DRAIN ADUKAN PELINDUNG Minimal 25 MM LAPISAN WATERPROOFING .-



GB. PENGOLESAM MASTIC PADA SAMBUNGAN 8. Serelah selesai sebagian arau seluruh pekerjaan HAL - HAL YANG PERW DIPERHATIKAN pemasangan Wampmojng,diadakan tes rendam o PEMASANGAN WATERPROOFING PADA ( Flood Test ) selama 24 jam / 1 hari dengan W A R MANDI : Air setinggi 5 cm. 1. Pasangan Keramik pada Dinding agar 9. Karena Waterpmoj~gMewzbwne tidak tahan dipasang terlebih dahulu, dimana disisakan terhadap Sinar Ultra Violet ( Panas Matahari), setinggi + 25 crn dari Lantai kemudian maka setelah pemasangan jangan dibiarkan dibagian tersebut diplester tipis. terbuka selama lebih dari 24 jam. 2. Lantai Beton Kamar Mandi dibuat 3 10. Setelah dipastikan pemasangan tidak bocor, cm lebih redah dari Lantai Luar. maka ditutup kembali dengan Plesteran o PEMASANGAN WATERPROOFING PADA pelindung dengan campuran l PC : 3 PS BASEMENT : tebal 1,5 - 2,5 cm. I. Permukaan Air harus dijaga 1 dikontrol 11.Jika dikehendaki untuk Bak Air, Kolam atau dengan cara Dew~m'ng( apabila Muka A r Atap dapat di pasang dengan Keramik. Tanah lebih tinggi dari Lantai. Basement ). 2. Pekerjaan Dewatering harus mulai dari saat Galian, Lantai Kerja sampai selesai pekerjaan Warerproojng pada Dinding. 3. Pekerjaan pelindungnya mernakai pasangan Bata atau Plesteran.



D.2.11.14. METODE PELAKSANAAN COR NAD



A. ALAT YANG DIGUNAKAN : 1. BUSAI SPON BASAH ATAU KAIN I LAP BASAI-I. 2. BUSA I SPON KERAS ATAU KARET HITAM TEBAL 1.5 CM.



r



\n



r Kavu atau



-



Plat Seng



3. SIKAT KAWAT. 4. KAWAT YANG DXTEKUK MEMBENTUK SETENGAH LING U R A N BERDIAMETER 2 X LEBAR NAD ATAU DENGAN MEMAKAI KEPALA PAKU YANG SESUAI UKURANNYA. 5 . SKRAl? Kawat dia 2 6. SAPU. 7. EMBER DAN GAMING.



B PELAKSANAAN : I. TENTUKAN LAHAN KERAMIK YANG SUDAH BERUMUR 3 SID 4 HARI & TENTUKAN LAHAN YANG AKAN DIJERJAKAN, SESUAIKAN DENGAN KAPASITAS TUKANG PER HARI. 2. KOREK LUBANG ALUR NAD KERAMIK DENGAN SIKAT KAWAT SAMPAI S E D W KETEBALAN K E W I K ATAU 5 SID 10 MM. 3. SAPU / BERSIHKAN ALUR LUBANG NAD & P E R M U M KERAMIK DART KOTORAN DAN SPESI. 4. SIRAM ALUR LUBANG NAD KERAMIK DENGAN AIR DAN BIARKAN DALAM BEBERAPA MENIT 5. TUANG ADONAN SEMEN ACIAN PADA ALUR LUBANG NAD KESELURUH PERMUKAAN LANTAI KERAMIK YANG LUASANNYA TELAH DITENTUKAN DENGAN TAHAPAN PER 3 X 3 METER. 6 . ARAHKAN ATAU ALIRKAN ADONAN TERSEBUT TEPAT KE MASING MASING ALUR NAD.



7. TEKAN ADONAN ACIAN YANG SUDAH SETENGAH KERING PADA POSISI DI ATAS MASING - MASING ALUR NAD, SUPAYA MERESAP KE C E M NAD DAN PADAT. 8. BERSIHKAN SISASlSA ADONAN SEMEN PADA PERMUKAAN KERAMIK TERSEBUT DENGAN BUSA l SPON BASAH ATAU K N N / U P BASAH. 9. RATAKAN ALUR NAD DENGAN PERMUKAAN KERAMIK, DE NGAN CARA MENEKAN MEMAKAI ALAT BUSA / SPON KERAS ATAU JL4RET HITAM TEBAL 1.5 CM. 10. CEKUNGKAN ALUR NAD TERSEBUT DENGAN ALAT KAWAT YANG SUDAH DITEKUK MEMBENTUK SETENGAH LINGKARAN BERDLAMETER 2 X LEBAR NAD ATAU DENGAN MEMAKAI KEPALA PAKU YANG SESUAI UKURANNYA. 11. RAPIHKAN PINGGIR KERAMIK DENGAN MEMAKAl SKRAP, JANGAN SAMPAI TERTUTUP DENGAN ISIAN NAD.



r 2. SETELAH ITU SAPU l BERSIHKAN SELURUH PERMUKAAN KERAMIK YANG TELAH DIISI NAD.



kawat



spesi



Detail A



r



Kawat dia 2mm



FOTO COR NAD KERAMIK GAMBAR ALAT PEMBENTUKAN NAD



D.2.11.15. METODE PEMASANGAN PLAFOND GYPSUM A. PERAEATAN YANG DIGUNAKAN :



- HANGER - CWP A D f l S T R



ROL METER BENANG SCREW DRIVRIt CEILING NEl' 1 LAKKAN WAlE1U)ASS 6. AMPLAS 7. HAND SANDER 8. GRIT PAPER 1501 120 9. KUAS 1O.ROL CAT 1. 2. 3. 4. 5.



ex, BORAT. W E 223)



4. STEEL HOLLOW 5 . WALL ENGLF PROFTI, 1, 20 x 20 MM J MOULDINGPROFJL W 6. TOP CROSS RAIL ATAU RANGKA UTAMA( ex. BOWL TYPE 201 ) 7. FURING CHANEL ATAU RANGKh PEMBAGI ( ex. BOJ.iAL TYPE 204 ) 8. LOCMNG CLIP ( cx. BORAL TYPE



210



B. BAHAN YRNG DIGUNAKAN



1



9. SKRUP CEJLJNG 10. IflJJEl? TAPE 1 I. COMPO UNIT 12. CAT 13. PLAMUR



:



1. PANEL U P S U M 2. PAKU KAIT / PENGGANTUNG 3 . ROD ( PENGGANTUNG RANGKA PLAFOND ) :



C. PELAKSANAAN :



FLOW CHART PEMASANGAN PLAFOND GYPSUM



1