Ca Endometrium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang CA Endometrium adalah kanker ginekologi yang paling sering ditemukan



di Amerika Serikat. Kanker ini merupakan 46 % dari semua kanker ginekologi dan 11% dari semua kanker pada wanita. Kanker endometrium memiliki gambaran ASR yang khas yaitu meningkat dengan tajam dalam usia promenopause dengan puncaknya pada usia 65-75 tahun yang jumlahnya kurang lebih 110 kasus per 100.000 penduduk wanita per tahun. CA



Endometrium



utamanya



merupakan



penyakit



wanita-wanita



kaya/makmur, kegemukan, dan pascamenopause dengan paritas rendah. Meskipun dapat diderita oleh wanita berusia lebih muda yang ditemukan hanya 1,2-8,4%. Jepang dan negara-negara berkembang mempunyai insiden 4-5 kali lebih rendah dari negara-negara industri barat. Diperkirakan bahwa 46.470 wanita Amerika akan didiagnosis dengan penyakit ini pada tahun 2011, terhitung 6% dari kanker baru cases. Dengan kata lain, seorang wanita yang lahir di Amerika Serikat pada tahun 2011 memiliki risiko seumur hidup dari 1 dalam 39 mengembangkan endometrium cancer. seluruh dunia, diperkirakan bahwa lebih dari 287.000 perempuan akan didiagnosis dengan penyakit pada 2011. Jika dilihat secara epidemiologi deskriftif, di Indonesia belum ada data jumlah kasus kanker endometrium. Di RSCM Jakarta, ditemukan 72 kasus baru sepanjang tahun 1993-2004 dengan kecendrungan penderita lebih muda. Dan dijumpai 63,9% penderita yang berusia >50 tahun. Tahun 2005, kanker endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka kejadian di Imdonesia, sebagian karena penderita hidup lebih dan pelaporan lebih akurat. sekitar 32.000 kasus diperkirakan akan terjadi setiap tahunnya dengan 5900 kematian. sepertiga wanita dengan perdarahan pascamenopause mempunyai kanker uterus. usia rata-rata adalah 61, dan kebanyakan pasien setidaknya berusia 55 tahun.



2



Di Indonesia sendiri, kanker endometrium masih belum akrab di masyarakat. Jenis kanker yang popular di kalangan wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, atau kanker rahim. Meskipun kemungkinan mortalitas atau angka kematian dari penderita lebih kecil dibandingkan kanker yang lain, bukan berarti kanker endometrium tidak berbahaya. 1.2



Rumusan Masalah



1.2.1



Bagaimana definisi dari CA Endometrium ?



1.2.2



Bagaimana etiologi dari CA Endometrium ?



1.2.3



Bagaimana klasifikasi dari CA Endometrium ?



1.2.4



Bagaimana patofisiologi dari CA Endometrium ?



1.2.5



Bagaimana manifestasi klinis dari CA Endometrium ?



1.2.6



Bagaimana komplikasi dari CA Endometrium ?



1.2.7



Bagaimana pemeriksaan penunjang dari CA Endometrium ?



1.2.8



Bagaimana penatalaksanaan medis CA Endometrium ?



1.3



Tujuan



.3.1



Tujuan Umum Untuk mengetahui teori dari CA Endometrium dan bagaimana cara penaganannya dalam tindakan asuhan keperawatan.



1.3.2



Tujuan Khusus Untuk mengetahui penanganan dalam tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien, mahasiswa harus mengetahui bagaimana konsep dari penyakit terlebih dahulu agar pada asuhan diterapkan.



keperawatan dapat



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Konsep Penyakit



2.1.1



Definisi Ca endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di



luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Ca endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Ca ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. (hanifa.2005) Ca endometrium adalah yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Ca endometrium kadangkadang disebut Ca rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi Ca seperti otot atau sel miometrium. Ca endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009) Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organendometrium atau pada dinding rahim. (Rayburn, F. William.2001) 2.1.3



Etiologi Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab Ca endometrium,



tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan Ca endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya Ca endometrium : 1.



Obesitas atau kegemukan. Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan



4



sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada Ca endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat. 2.



Haid pertama (menarche). Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena Ca endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.



3.



Tidak pernah melahirkan. Memiliki resiko terkena Ca endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau



belum



dibanding



wanita



yang



pernah



melahirkan.



Penelitian



menunjukkan bahwa 25% penderita Ca endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah melahirkan (paritas). 4.



Penggunaan estrogen. Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan



hormon



ini



diikuti



dengan



meningkatnya



resiko



Ca



endometrium. 5.



Hiperplasia endometrium Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi Ca endometrium sebesar 23%.



5



6.



Diabetes mellitus (DM). Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-64%.



7.



Hipertensi. 50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.



8.



Faktor lingkungan dan diet. Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan endometrium lenih tinggi daripada di ngara-negara yang sedang berkembang



9.



Riwayat keluarga Ada kemungkinan terkena Ca endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang terkena Ca ini, meskipun prosentasenya sangat kecil



10. Tumor memproduksi estrogen. Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian Ca endometrium. 2.1.4 Klasifikasi Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi : a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri).Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu: a. Nyeri saat haid. b. Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang. b.



Endometriosis Tuba.



Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah: a. Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.



6



b.



Resiko terjadinya kehamilan ektopik.



c.



Hematosalping



c.



Edometriosis Ovarium



Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi. d.



Endometriosis Retroservikalis.



Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah: a. Nyeri pada saat haid. b. Nyeri pada saat senggama. c. Endometriosis Ekstragenital. Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis. ( Baziad,Ali dkk.1993) 2.1.5



Patofisiologi (Pathway) Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu



atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan



dalam



tubuh



wanita



tersebut.Gangguan



menstruasi



seperti



hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh. Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.



7



Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic. Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan



nyeri



saat



menstruasi



(dysmenorea).



Setelah



perdarahan,



penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis. 2.1.6



Manifestasi Klinis



Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa: 1.



Perdarahan rahim yang abnormal



8



2.



Siklus menstruasi yang abnormal



3.



Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi)



4.



Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause .



5.



Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia



6.



diatas 40 tahun)



7.



Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul



8.



Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)



9.



Nyeri atau kesulitan dalam berkemih



10. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (Isdaryanto: 2010) 2.1.7



Komplikasi



1.



Anemia disebabkan oleh sifat fagosit sel tumor atau adanya perdarahan.



2.



Obstruksi khusus disebabkan pembesaran sel-sel tumor yang dapat menekan usus.



3.



Depresi sum-sum tulang disebabkan faktor penghasil sel darah merah dari sum-sum tulang sebagai sistem imun. Sel darah merah berusaha untuk menghancurkan sel-sel tumor sehingga kerja sel-sel tumor optimal.



4.



Perdarahan disebabkan pembesaran tumor pada ovarium yang dapat menyebabkan ruptur



2.1.8



1.



Pemeriksaan Penunjang Pap Smear adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias Papanikolaou, untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus. Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA). Cara untuk mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy) menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang digunakan adalah novak, serrated novak, kovorkian, explora (mylex), pipelly (uniman), probet (Hidayat: 2009).



2.



Dilatasi dan Kuretase (D&C) Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalu di cek di lab Patologi. Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina.



9



Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di cek di lab Patologi (Hidayat: 2009).



3.



Biopsi



endometrium



Endometrial



biopsi, teknik



pengambilan



dan



pemeriksaan sampel sel jaringan rahim yang bertujuan menemukan kanker endometrial dan hanya dilakukan pada pasien yang beresiko tinggi (Hidayat: 2009).



4.



Pelvic exam, dokter memeriksa daerah sepanjang kandungan apakah terdapat lesi, benjolan, atau mengetahui daerah mana yang terasa sakit jika diraba. Untuk daerah kandungan bagian atas dokter menggunakan alat speculum. Teknik pemeriksaan ini sebenarnya harus rutin dilakukan oleh wanita untuk mengetahui kondisi vaginanya (Hidayat: 2009).



2.1.9



Penatalaksanaan



1. Medis 2. Pengobatan Hormonal Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun



jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari



timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum. Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis. (Wiknjosastro, hanifa.2007.) 3. Pembedahan adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat



menentukan



apakah



ovarium



dipertahankan



atau



tidak.



Pada



andometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas



10



pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007) 4. Radiasi pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)



2.2



Manajemen Asuhan Keperawatan



Pengkajian 1.      DATA SUBYEKTIF a.      Identitas   Nama Ibu              :                                               Umur                     : Wanita yang menopause        Suku /bangsa         :                                               Agama                   :                                               Pendidikan        



:



Alamat                  :                                               No Telp                 :                                               b.      Keluhan Utama Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan utama.



11



c.       Status Kesehatan 1.      Riwayat Menstruasi          a.       Menarche              : Usia menarch dini (>  Pain



asuhan NIC



berhubungan dengan keperawatan selama … x …jam management nekrosis



jaringan diharapkan nyeri berkurang atau         Lakukan



akibat endometrium.



kanker terkontrol, dengan kriteria hasil:



pengkajian



komprehensif



yan



terhadap



NOC Label  >> Discomfort level



meliputi



Klien tidak mengeluh nyeri          



onset/durasi, frekuensi, kualitas



Klien tidak merintih kesakitan



intensitas nyeri, serta faktor



Klien tidak gelisah



faktor yang dapat memicu nyeri



                          



Wajah klien tampak relaks



        



        



NOC Label >> Pain level



lokasi,



nyer



Observasi



verbal



karasteristik



tanda-tanda



atau



no



isyarat



dar



Klien tidak melaporkan adanya ketidaknyamanan.



        



nyeri Klien



        



        



tidak



merintih



Gunakan strategi komunikas



ataupun terapeutik



menangis



dalam



pengalaman



nyeri



Klien tidak menunjukkan ekspresi menyampaikan



da



penerimaa



        



wajah terhadap nyeri



mengka



terhadap respon klien terhada



RR dalam batas normal (16-20 nyeri.



        



kali/menit)



        



Kaji tanda-tanda vital klien. 



Nadi dalam batas normal (60-100         Kaji



        



pengetahuan



da



kali/menit)



pengalaman klien terhadap nyer



NOC Label >> Pain control



klien.



Klien dapat mengenali onset nyeri



        



Klien



        



dapat



        



Diskusikan



mendeskripsikan mengenai



faktor-faktor penyebab nyeri



bersama faktor-faktor



klie



yan



dapat memperburuk nyeri klien.



Klien dapat mengontrol nyerinya         Evaluasi bersama klien dan tim



        



dengan



menggunakan



teknik medis



manajemen nyeri non farmakologis Klien



        



menggunakan



sesuai rekomendasi.



mengenai



riwaya



keefektifan intervensi nyeri yan



analgesik pernah diberikan pada klien.         



Kontrol faktor lingkungan yan



17



Klien melaporkan nyeri terkontrol.



        



dapat



menyebabka



ketidaknyamanan, seperti suh ruangan,



pencahayaan



kebisingan). Ajarkan



prinsip-prinsi



manajemen



nyeri



        



no



farmakologi, (mis: teknik terap musik,



distraksi,



guide



imagery, masase dll).         



2



Kolaborasi dalam pemberia



Nausea berhubungan Setelah diberikan asuhan



analgetik sesuai indikasi. NIC Label >> nause



dengan



management



iritasi keperawatn selama …x24 jam



gastrointestinal



diharapkan nausea pasien teratasi,



akibat kemoterapi



dengan criteria hasil: NOC



Label



>>



        



Berikan



pasien



memonitor Nausea



and



Vomiting Control



untu



pengalama



nauseanya         



Ajarkan pasien strategi untu



Klien menyadari onset dari nausea mengatur rasa mualnya



        



secara teratur



        



Lakukan pengkajian lengka



Klien dapat menghindari faktor rasa mual termasuk frekuens



        



penyebab nausea dengan baik Klien



        



melakukan



durasi, tingkat mual, dan fakto



tindakan yang menyebabkan pasien mual



pencegahan nausea dengan teratur



        



Kurangi faktor personal yan



Klien dapat melaporkan mual, menyebabkan



ata



        



muntah,



dan



dapat



dapat meningkatkan



mual



(cemas



mengontrol muntahnya dengan baik takut, kelelahan, dan kuran NOC Label >> hidrasi Status hidrasi: hidrasi kulit



        



membran mukosa baik, tidak ada rasa haus yang abnormal, urin output normal



informasi)         



Berikan istirahat dan tidur yan



adekuat untuk mengurangi mual         



Berikan terapi farmakologi pad



mual



yang



ditoleransi



tidak



dapa



18



        



Anjurkan



jumlah



klien



mengurang



makanan



yang



bis



menimbulkan mual. NIC



Label 



>>



Flui



Management         



Pencatatan intake output secar



akurat         



Monitor status nutrisi



        



Monitor



status



hidras



(Kelembaban membran mukosa vital sign adekuat)         



Batasi minum 1 jam sebelum,



jam sesudah dan selama makan 3



Gangguan tubuh dengan



citra Setelah



diberikan



asuhan



berhubungan keperawatan 3x24 jam diharapkan: perubahan NOC >> Adaptation to Physical



penampilan



akibat Disability



proses penyakit.



Mengungkapkan secara verbal



        



untuk mengatur ketidakmampuan (skala 5) Mampu beradaptasi dari



        



ketebatasan fungsi tubuh (skala 5) Mampu menggunakan strategi



        



untuk mengurangi stress yang berhubungan dengan ketidakmampuan (skala 5) Mampu menggunakan sumber



        



komunitas yang ada (skala 5) NOC label >> Body Image Mampu menjelaskan gambaran



        



internal diri (skala 5) Sikap mampu menyentuh bagian



        



19



tubuh yang berpengaruh pada citra tubuh (skala 5) Sikap mampu menggunakan



        



strategi untuk pengingkatan fungsi (skala 5) Peningkatan hak perubahan tubuh



        



untuk aging (skala 5) NOC label >> Coping Mampu mengidentifikasi pola



        



koping yang efektif (skala 5) Mampu mengidentifikasi pola



        



koping yang tidak efektif (skala 5) Melaporkan penurunan stress



        



(skala 5) Melaporkan penurunan perasaan



        



negative (skala 5) Melaporkan peningkatan



        



kenyamanan psikologi (skala 5)



20



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN Berdasarkan hasil pengkajian yang telah di ruangan Gardenia pada tanggal 28 Oktober 2019, pada pukul 10.00 WIB didapatkan hasil pengkajian : 3.1



PENGKAJIAN



3.1.1



IDENTITAS KLIEN



a.



Identitas Pasien : Nama : Ny. K Umur : 56 Tahun Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Status pernikahan : janda dengan 2 orang anak Alamat : kledokan Tanggal Masuk RS : 16 juni 2011 Jam masuk : 07.00 Diagnosa Medis : Ca endometrium



b.



Penanggung Jawab Nama : Tn. A Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wirausaha Status Pernikahan : Menikah Alamat : kledokan Hubungan dengan klien : Anak Pasien



c. Keluhan Utama : perdarahan pervaginam sejak 1 bulan yang lalu d. Riwayat Penyakit : - Riwayat Penyakit Sekarang



21



Sebelum dibawa ke RS klien mengeluh pendarahan pervaginam berupa flek-flek yang terasa nyeri - Riwayat Penyakit Dahulu : 1. Penyakit yang pernah dialami : klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya 2. Alergi : Tidak ada alergi terhadap obat obatan, makanan. 3. Imunisasi : 4. Kebiasaan merokok : tidak Merokok 5. Obat-obatan : pemakaian analgetik untuk mengurangi nyeri klien - Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada e. Pemeriksaan Fisik - Tingkat kesadaran : CM (compos metis) - Pemeriksaan tanda – tanda vital Tekanan Darah : 140/100 mmHg Nadi : 110 x/menit Suhu : 37,20C Respiratori Rate ( RR ) : 26 x/menit. HR : 110 x/mnit f. Pola Aktifitas dan Latihan 1. Tidur dan istirahat a. Lama tidur : 8 jam/hari Tidur siang: Ya, 2 jam b. Kesulitan tidur di RS : Ya c. Alasan : klien merasa gelisah dan lingkungannya tidak tenang 2. Kenyamanan dan nyeri : pasien mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk dengan skala 7 saat malam hari selama 15 menit g. Pola Nutrisi 1) Frekuensi makan : 2x/hari 2) Berat Badan / Tinggi Badan : 49/142 3) IMT : 24,74 (Normal) 4) Makanan pantang : Tidak ada pantangan



22



5) Nafsu makan : klien hanya mengahabiskan setengah dari porsi yang diberikan 6) Masalah pencernaan : sulit BAB 7) Riwayat operasi / trauma gastrointestinal: Tidak pernah h. Eliminasi fekal/bowel 1) Frekuensi : 1x/hari Penggunaan pencahar: Tidak Ada 2) Waktu : Pagi 3) Warna : Kuning kecoklatan 4) Ggn. Eliminasi bowel : gangguan saat BAB (konstipasi) i. Eliminasi urin 1) Frekuensi : 2x/hari 2) Warna : kecoklatan Darah: tidak ada 3) Ggn. Eliminasi : Dysuria (rasa sakit dan kesulitan BAK ) 4) Riwayat dahulu : Tidak Ada 5) Penggunaan kateter : tidak



23



3.2



TABEL ANALISA DATA DATA SUBYEKTIF DAN



KEMUNGKINAN



MASALAH



DATA OBYEKTIF



PENYEBAB Nyeri



Nyeri akut



Kecemasan



Kecemasan



Gangguan pola tidur



Gangguan pola



DO: - terlihat benjolan di perut klien - maupun gangguan BAK (dysuria) atau BAB (konstipasi) - Klien terlihat menahan nyeri TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit DS: - pasien mengeluhkan perdarahan pervaginam berupa flek-flek sejak 1 bulan yang lalu dan terasa nyeri, nyeri yg dirasakan klien seperti retusuk-tusuk pada malam hati selama 15 menit degnan skala 7 Agen injuri biologi nyeri DO: - Pasien terlihat pucat ketika akan direncanakan untuk dilakukan laparotomi TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit DS: - terhadap konsep diri Pasien mengatakan cemas ketika akan direncanakan laparotomy - Ancaman cemas DO: - klien terlihat pucat TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C



tidur



24



HR:110x/mnit DS: - klien mengatakan tidak bisa tidur memikirkan penyakitnya cemas



25



PRIORITAS MASALAH 1. Nyeri b.d agen injuri biologi ditandai dengan terlihat benjolan di perut klien maupun gangguan BAK (dysuria) atau BAB (konstipasi), klien terlihat menahan nyeri TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x.mnit pasien mengeluhkan perdarahan pervagina berupa flek-flek sejak 1 bulan yang lalu dan terasa nyeri, nyeri yg dirasakan klien seperti retusuk-tusuk pada malam hati selama 15 menit degnan skala 7 2. Cemas b.d ancaman terhadap konsep diri ditandai dengan Pasien terlihat pucat ketika akan direncanakan untuk dilakukan laparotomi TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit, Pasien mengatakan cemas ketika akan direncanakan laparotomi 3. Gangguan pola tidur b.d cemas ditandai dengan klien terlihat pucat klien mengatakan tidak bisa tidur memikirkan penyakitnya TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnt



21



RENCANA KEPERAWATAN Nama Pasien : Ny. R Ruang Rawat : KIA/KB Diagnosa Keperawatan



Tujuan (Kriteria hasil)



1. Nyeri b.d agen Setelah dilakukan tindakan injuri biologi keperawatan selama 1x30 menit diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil: 1. Nyeri yang dirasakan klien berkurang dari 7 menjadi 4 2. TTV dalam batas normal TD:120/90 mmHg nadi:90x/mnit RR:24x/mnit suhu:37,20C HR:90x/mnit 3. Wajah klien terlihat rileks 2. Cemas b.d Setelah dilakukan tindakan ancaman terhadap keperawatan selama 1x30 menit konsep diri diharapkan klien tidak cemas dengan kriteria hasil: - Klien tidak telihat pucat - Klien merasa rileks



Intervensi



Rasional



1. Kaji nyeri klien secara komprehensif 2. Kaji TTV 3. Atur posisi kenyamanan klien (semi fowler) 4. Kolaborasi dengan kesehatan lain untuk pemberian asam mefenamat 500mg per oral 5. Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi (kompres hangat) sebelum nyeri meningkat 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien 2. Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang perjalanan penyakit tersebut. 3. Ajarkan klien menggunakan tehnik relaksasi (meningkatkan keamanan dan mengurangi takut) 4. Berikan respon positif pada klien saat klien mengungkapkan cemasnya 5. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya



1. Untuk mengutahuai lokasi, skala, tingkat nyeri yang dirasakan klien 2. Mengidentifikasi TTV 3. Untuk menemukan posisi kenyamanan klien 4. Mengurangi nyeri klien 5. Mengurangi nyeri yang dirasakan oleh klien



1. Mengurangi kecemasan klien 2. Untuk menentukan tingkat kecemasan klien 3. Mengalihkan fokus klien terhadap cemas 4. Agar klien merasa lebih nyaman dengan leluasa mengungkapkan rasa cemasnya. 5. Mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi cemas



22



3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan tidur b.d cemas keperawatan selama 1x30 menit diharapkan klien dapat tidur dengan tenang dengan kriteria hasil: - Klien tidak terlihat pucat - Klien terlihat rileks



1. Kaji TTV klien 2. Berikan lingkungan tenang, damai, dan minimalkan gangguan 3. Bantu klien mengidentifikasi faktor yang mungkin menyebabkan kurang tidur 4. Pantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor (misal: ketakutan )yang dapat mengganggu pola tidur klien 5. Ajarkan klien tehnik relaksasi (masase)



1. 2. 3. 4. 5.



Mengidentifikasi TTV klien Agar klien merasa tenang dan nyaman Mengetahui faktor yang menyebabkan gangguan pola tidur Untuk memantau pola tidur klien dan lama tidur klien 5. Untuk meringankan gangguan pola tidur yang dirasakan klien



23



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama Pasien : Ny. R Ruang Rawat : KIA/KB Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Jam Senin, 20 Maret 2020 Diagnosa 1 S: klien mengatakan nyeri seperti 1. Mengkaji nyeri klien secara komprehensif tertusuk-tusuk pada malam hari selama 5 10.15 wib 2. Mengkaji TTV mnit, skala dari 7 menjadi 4 3. Mengatur posisi kenyamanan klien (semi O: fowler) - klien terlihat rileks 4. Berkolaborasi dengan kesehatan lain untuk - klien bersedia diperiksa pemberian asam mefenamat 500mg per - TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: oral 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:100x/mnit 5. Mengajarkan penggunaan tehnik - klien merasa belum nyaman nonfarmakologi (kompres hangat) sebelum - klien mencari posisi kenyamanan nyeri meningkat - pemberian asam mefenamat 500mg per oral - klien mau mangikuti apa yang peawat ajarkan - klien mengatakan nyeri berkurang pada malam hari menjadi selama 5 menitdengan skala dari 7 menjadi 4 A: Masalah belum teratasi P: Intervensi no 1,2,3,4 dan 5



Tanda Tangan dan Nama Perawat



Igo Gunawan



24



Senin, 20 Maret 2020 10.15 wib



Senin, 20 Maret 2020 10.15 wib



1. Mengaji tingkat kecemasan yang dialami klien 2. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang perjalanan penyakit tersebut. 3. Mengajarkan klien menggunakan tehnik relaksasi (meningkatkan keamanan dan mengurangi takut) 4. Memberikan respon positif pada klien saat klien mengungkapkan cemasnya 5. Membantu klien untuk mengungkapkan perasaannya



S: klien mengatakan cemas O: - klien masih terlihat pucat - klien mengerti dengan penyakitnya - klien merasa rileksklien terlihat Igo Gunawan rileks TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:100x/mnit - klien mengungkapkan perasaan - klien mengungkapkan perasaanya pada perawat - klien mengatakan cemas berkurang A: Masalah belum teratasi P: Intervensi no 1,2,3,4



1. Kaji TTV klien 2. Berikan lingkungan tenang, damai, dan minimalkan gangguan 3. Bantu klien mengidentifikasi faktor yang mungkin menyebabkan kurang tidur 4. Pantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor (misal: ketakutan )yang dapat mengganggu pola tidur klien 5. Ajarkan klien tehnik relaksasi (masase)



S : klien mengatakan sulit tidur O: - TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C Igo Gunawan HR:100x/mnit - klien mengatakan tenang - klien mengungkapkan apa yang menyebabkan kurang tidur - klien mengikuti apa yang perawat ajarkan - klien terlihat rileks - klien mengatakan sudah bisa tidur A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi no 1,2,3,4 dan 5



25



BAB 4 PEMBAHASAN Pada stadium I Ca endometrium tidak memerlukan radiasi karena pada stadium I belum bermetastasis ke jaringan disekitarnya. Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, deseksi kelenjar getah bening pelvis, bilasan peritoneum, biopsi omenteum (omentektomi partialis),biopsi peritoneum. Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi. Di berikan pada pasien dengan kanker endometrium residif. Pengangkatan tumor merupakan terapi yang utama, walaupun telah bermetastasis ke abdomen. Pada kasus di atas klien menderita Ca endometrium sudah lama. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologi sebagai prioritas diagnosa karena klien merasakan nyeri seperti tertusuk-tusuk pada malam hari selama 15 menit dengan skala nyeri klien 7. Selain itu nyeri terjadi karena perdarahan pervaginam berupa flek-flek sejak 1 bulan yang lalu. Intervensi yang direncanakan untuk mengatasi nyeri yang diderita klien belum tercapai karena hal ini butuh waktu dan proses, tetapi dengan pemberian asam mefenamat 500mg per oral sudah dapat membuat klien merasa rileks dan nyeri yang klien rasakan sudah berkurang. Selain itu sebagai perawat kita juga melakukan tindakan mandiri, yaitu mengajarkan tehnik non farmakologi (kompres hangat) sebelum nyeri meningkat dan membantu menemukan posisi kenyamanan klien (semi fowler). Kemudian diagnose kedua adalah cemas. Alasan kami mengangkat diagnose ini karena dengan cemas maka akan terjadi pula gangguan pola tidur. Hal yang perlu dilakukan adalah memberikan lingkungan yang nyaman, tenang dan memberikan respon positif pada klien untuk mengungkapkan cemasnya. Dengan memberikan lingkungan yang nyaman, tenang dan memberikan respon positif pada klien untuk mengungkapkan cemasnya maka klien akan merasa lebih rileks mengungkapkan perasaannya,nyaman dan klien akan lebih tenang. Diagnose yang ketiga adalah gangguan pola tidur, keadaan di mana klien mengalami kesulitan untuk tidur karena cemas yang dialami klien. Dengan pemberian lingkungan yang tenang dan meminimalkan gangguan pada klien maka klien akan merasa lebih tenang dan waktu istirahat klien akan lebih lama. Intervensi yang telah kita rencanakan dan telah kita lakukan pada klien masih



26



belum tercapai, tetapi intervensi-intervensi yang sekiranya masih diperlukan klien akan terus diberikan untuk memulihkan kondisi klien. Sebagai perawat professional, dalam membuat perencanaan atau intervensi tidak semuanya harus diterapkan, karena dalam menerapkan intervensi harus melihat bagaiaman kondisi klien saat ini dan tetap dibutuhkan perubahanperubahan dalam membuat intervensi. Hal ini bisa terjadi sesuai dengan keadaan klien dan kebutuhan klien.



27



BAB 5 PENUTUP 5.1



Kesimpulan Kanker Endometrium terjadi pada organ endometrium atau pada dinding



rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Dapat terjadi ketika sel-sel dinding rahim mengalami perubahan dan mulai tumbuh tidak terkontrol dimana sel-sel tersebut tumbuh dan bertambah banyak, kemudian membentuk benjolan yang disebut tumor. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini 5.2



Saran Diharapkan dari teori ini pembaca maupun penulis dapat mengerti dan



memahami isi dari teori ini,penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Karena didalam teori ini jauh dari kata sempurna, sekian penulis ucapkan terima kasih.



28



DAFTAR PUSTAKA Brunner and Suddarth.(2002). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta. EGC Santosa, Budi.(2006).Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta. EGC Whoellan.(2009).kanker



endometrium.http://dokter-herbal.com/kanker-



endometrium.html. yogyakarta 18 maret 2020. 18.00 WIB Wilkinson, Judith M.(2006).Diagnosa Keperawatam NIC-NOC.Jakarta. EGC