Campinha Bacote [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

Campinha Bacote [PDF]

Fletcher (1997) menyatakan agar mampu memahami budaya, perawat harus terlebih dahulu menjadi sadar dan peka terhadap bud

6 0 74 KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE


File loading please wait...
Citation preview

Fletcher (1997) menyatakan agar mampu memahami budaya, perawat harus terlebih dahulu menjadi sadar dan peka terhadap budaya. Perawat menyadari kebutuhan penting untuk lebih berpengetahuan dan kompeten akan budaya untuk bekerja dengan individu-individu dari beragam budaya (Compinha-Bacote, 1997). Dalam model ini, kompetensi budaya dipandang sebagai suatu proses, dan bukan titik akhir, dimana terus menerus berupaya untuk mencapai kemampuan bekerja secara efektif dalam konteks individu, keluarga, atau masyarakat dari latar belakang budaya-etnis (CampinhaBacote,1997). Cultural Competence(kompetensi budaya) sebagai proses di mana para profesional kesehatan senantiasa berupaya untuk mencapai kemampuan dan ketersediaan untuk bekerjasecara efektif dalam konteks budaya klien (keluarga, individu atau masyarakat). Ini adalah proses menjadi budaya yang kompeten, tidak menjadi satu budaya yang kompeten.Proses Cultural competent, tersusun dari 5 aspek yang membangun “culturalcompetent” yaitu     



Cultural awareness (Kesadaran budaya) Cultural knowledge(Pengetahuan budaya) Cultural skill (Keterampilan budaya ) Cultural encounters(pertemuan budaya) Cultural desire (Hasrat budaya).



Perawat dituntut untuk mampu mengkaji diri sendiri (self examination) dengan menggunakan 5 aspek tersebut apakah diri mereka kompeten atau tidak,dan menimbulkan suatu pertanyaan “Apakah saya sudah merasa culturalcompetent?” dalam menjawab pertanyaan tersebut camphina bacote mengembangkan “assesing level of cultural competence” yang terdiri dari 5 aspek(ASKED) yang sebagai mana di jelaskan di atas yaitu  awareness (A)  skill (S)  knowledge(K)  encounters(E)  desire(D) a. Kesadaran budaya (cultural awereness) Perawat menjadi sensitif terhadap nilai-nilai, keyakinan, gaya hidup dan praktik klien, mengeksplorasi nilai-nilai sendiri, dan jauh dari prasangka. Pemaksaan budaya adalah kecenderungan untuk memaksakan nilai-nilai budaya sendiri, keyakinan dan pola perilaku yang diharapkan seseorang pada orang lain dari budaya yang berbeda untuk diri seseorang. Selama fase kesadaran budaya, perawat menjadi sadar posisi etnosentris sendiri dan stereotip yang mereka pegang. Secara bertahap, mereka harus menjadi lebih



sensitif terhadap keragaman budaya dan memodifikasi sikap dan keyakinan mereka sebagai proses melakukan pemeriksaan diri dari bias sendiri terhadap budaya lain serta eksplorasi mendalam tentang latar belakang budaya dan profesional seseorang. b. Pengetahuan budaya (cultural knowledge) proses dimana perawat tahu lebih banyak tentang budaya dan pandangan yang berbeda yang dimiliki oleh orang lain. Pemahaman tentang nilai-nilai, keyakinan, praktik dan strategi pemecahan masalah dari kelompok budaya/etnis yang beragam memungkinkan perawat untuk mendapatkan kepercayaan dari dalam dirinya. Pengetahuan budaya mencakup aspek demografi, epidemiologi, sosial-ekonomi dan faktor-faktor politik, dan praktek gizi dan preferensi, yang berarti dalam memahami variasi antar kelompok budaya/etnis. c. Keterampilan budaya (cultural skill) adalah kemampuan melakukan penilaian budaya untuk mengumpulkan data yang relevan mengenai masalah, serta akurat melakukan penilaian fisik yang berbasis budaya. d. Pertemuan budaya (cultural encaunters) adalah proses yang mendorong profesionakesehatan untuk langsung terlibat secara langsung untuk berinteraksi dengan budaya lain dari pertemuan dengan klien dari latar belakang budaya yang beragam dalam rangka untuk mengubah keyakinan yang ada tentang kelompok budaya dan untuk mencegah kemungkinan adanya stereotip. e. Keinginan budaya (culture desire) adalah motivasi dari profesional kesehatan untuk ingin terlibat dalam proses menjadi sadar budaya, berpengetahuan budaya, keterampilan budaya dan pertemuan budaya. Keinginan budaya adalah membangun spiritual dan penting dari kompetensi budaya yang memberikan energi sumber dan landasan untuk perjalanan satu terhadap kompetensi budaya. Oleh karena itu, kompetensi budaya dapat digambarkan sebagai gunung berapi, yang secara simbolis mewakili bahwa itu adalah keinginan budaya yang merangsang proses kompetensi budaya (Campinha-Bacote, 2002).



Penggunaan Model ASKED dalam praktik keperawatan , Ada beberapa penelitian yang tersedia pada Cultural Competence di kalangan professional kesehatan dengan menggunakan “Proses Cultural Competence” Pada tahun 2008,Capell, Dean, dan Veestra meneliti korelasi antara Cultural Competent danetnosentrisme antara 27 terapis fisik, terapis okupasi 18, dan 26 perawat. Dilakukan di British Columbia. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: ada korelasi cukup kuat antara Cultural Competent dan etnosentrisme (Capell et al, 2008.). Ketika merancang lokakarya model Campinha-Bacote tentang Cultural Competent dapat digunakan bersama dengan praktik berbasis bukti (evident basepractice )dan



terbaik di antara populasi dilayani oleh rumah sakit tertentu. Tabel dibawah menunjukkan tugas sampel lokakarya disetujui di Rumah Sakit visioner,Anytown, USA, yang menerapkan model Campinha-Bacote ini serta penelitian saatini tentang Korea Amerika. 



   



Cultural encounter - Saya sadar beberapa sikap stereotip, praduga dan perasaan yang saya miliki terhadap anggota lainnya etnis / budaya kelompok - Saya memiliki pengetahuan tentang pandangan umum, keyakinan, praktek dan / atau cara hidup setidaknya dua kelompok budaya Cultural desire - Saya memiliki semangat untuk merawat klien dari budaya / etnis beragam kelompok. - Saya selalu ingin berbaur dengan kebudayan lain Saya memiliki komitmen pribadi untuk merawat klien dari kelompok etnis / budaya. Teori perawatan budaya yang dikembangkan oleh Leininger sejak tahun 1950-an (Leininger, 2002) Keragaman budaya dalam kesehatan dan penyakit, yang dikembangkan oleh spector sejak tahun, 1977(Spector, 2000) Keperawatan transcultural: penilaian dan intervensi, yang dikembangkan oleh giger dan davidhizar sejak tahun 1991( Giger&Davidhizar, 2004). Model kompetensi budaya perawatan, yang dikembangkan oleh Capinha Bacote sejak tahun 1991(Bacote, 2003).