Cara Bikin Peta Tsunami Dengan Arcgis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I.PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara dengan tektonik aktif terhadap bencana gempa dan tsunami. terletak di antara



yang rawan



Hal ini terjadi karena Indonesia



pertemuan daerah lempeng Eurasia, lempeng indo



Australia, lempeng pasifik dan lempeng filifina. Pergeseran patahan lempeng tersebut dapat menyebabkan gempa bumi yang berkuatan besar di dasar laut memindahkan massa air laut. Bahkan dengan adanya gempa bumi yang begerak secara kontinue maka akan berpotensi terjadinya gelombang tsunami (Diposapotono dan budiman,2006). Gempa bumi dan tsunami saling berkaitan. Dimana gempa bumi merupakan factor pengerak gelombang tsunami. Gempa bumi merupakan gejala fisik yang ditandai dengan bergetarnya bumi dengan berbagai intensitas. Getaran-getaran



tersebut



terjadi



karena terlepasnya



energi



secara tiba-tiba. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh bergeraknya kerak bumi. Ketika lempeng tektonik saling membentur dan didorong ke arah selubung, maka tekanan besar terjadi dalam kerak. Jika tekanan dalam batuan terlalu besar, batuan akan retak membentuk patahan (Maynard, 1984). Wawan dan Atriyon (2008) menjelaskan bahwa tsunami adalah suatu gelombang laut yang terjadi akibat gempa bumi (tektonik, vulkanik atau jatuhnya benda benda angkasa) di dasar laut yang menyebabkan patahan secara horizontal dan vertical. Tsunami terjadi apabila kekuatan gempa lebih besar dari 60 skala richter, kedalaman pusat gempa lebih dari 60 km dan sesaran yang naik dan turun. Kecepatan tsunami ke daratan berkurang sekitar 25-100 km/ jam dan ketinggian tsunami yang pernah tercatat di Indonesia adalah 36 meter yang terjadi pada tahun 1883 akibat letusan gunung apai Krakatau. Dengan adanya praktikum ini diharapkan dapat menentukan potensi kerentanan tsunami dan gempa bumi di Kabupaten Nias. Metodelogi yang



digunakan dengan memanfaatkan keunggulan GIS (Geographic Informatic System)



mengoverlay



dan



menganalisis



secara



spasial



kemudian



mengindentifikasi wilayah-wilayah mana saja yang berada pada kelas sangat rentan. 1.2 TUJUAN 1. Membuat peta kerentanan potensi tsunami 2. Menganalisis dan mengidentifikasi wilayah- wilayah berdasarkan kelas kerentanan 1.3 WAKTU DAN TEMPAT Hari/tanggal : Jumat 17 Mei 2013 Jam



: 16.20 WIB



Tempat



: Ruang E206, Kampus Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro,



II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN MITIGASI



Menurut UU 24 tahun 2007



mitigasi adalah Serangkaian upaya untuk



mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana . Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.(UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1) sedangkan mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam PP No 21 Tahun 2008 Pasal 20 ayat (1) Pasal 15 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. 2.2



PENGERTIAN TSUNAMI DAN PROSES TERJADINYA Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang; tsu berarti teluk atau pelabuhan, sedangkan nami berarti gelombang. Tsunami berarti gelombang pelabuhan karena sering menyerang pelabuhan di pesisir pantai Jepang. Tsunami adalah gelombang transien yang disebabkan oleh gempa tektonik di dasar laut. Tsunami mempunyai periode berkisar antara 10 menit hingga satu jam. Tsunami diakibatkan oleh adanya gempa bumi tektonik dasar laut, letusan gunung api di laut, longsoran bukit/palung laut, atau oleh hantaman meteor pada perairan laut. Tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik dipengaruhi oleh kedalaman sumber gempa serta panjang, kedalaman, dan arah patahan tektonik. Pada umumnya, tsunami baru mungkin terjadi apabila kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km di bawah permukaan laut. Proses terjadinya tsunami dapat dijelaskan sebagai berikut:    



Gempa bawah laut merenggutkan massa besar air laut dalam satu hentakan kuat. Gelombang balik air menerjang dengan kecepatan hingga 800 Km/jam Mendekati pantai, gelombang melambat namun mendesak ke atas. Gelombang menghempas ke daratan dan menghancurkan apapun di belakang pantai.



Gambar 1. Skema pembentukan gelombang tsunami Segera setelah dibangkitkan, tsunami merambat ke segala arah. Selama perambatan, tinggi gelombang semakin besar akibat pengaruh pendangkalan dasar laut. Ketika mencapai pantai, massa air akan merambat naik menuju ke daratan. Tinggi gelombang tsunami ketika mencapai pantai sangat dipengaruhi oleh kontur dasar laut di sekitar pantai tersebut, sedangkan jauhnya limpasan tsunami ke arah darat sangat dipengaruhi oleh topografi dan penggunaan lahan di wilayah pantai yang bersangkutan. Sistem peringatan dini (SPD) tsunami adalah sebuah sistem yang dirancang untuk mendeteksi tsunami dan kemudian memberikan peringatan untuk mencegah jatuhnya korban. Sistem ini umumnya terdiri dari dua bagian penting, yaitu jaringan sensor untuk mendeteksi tsunami serta infrastruktur jaringan komunikasi untuk memberikan peringatan dini adanya bahaya tsunami kepada wilayah yang terancam agar proses evakuasi dapat dilakukan secepat mungkin. Terdapat dua jenis SPD tsunami, yaitu SPD tsunami internasional dan SPD tsunami regional. Gelombang tsunami memiliki kecepatan antara 500 hingga 1.000 km/jam (sekitar 0,14 - 0,28 kilometer per detik) di perairan terbuka,



sedangkan gempa bumi dapat dideteksi dengan segera karena getaran gempa memiliki kecepatan sekitar 4 kilometer per detik (14.400 km/jam). 2.3 KERAWANAN/ KERENTANAN BAHAYA TSUNAMI Menurut Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana (P2MB), Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindaktanggap terhadap dampak bahaya. Kerentanan tsunami dapat dikaji dari berbagai faktor antara lain kerentanan fisik (misalnya jenis bahan dan kekuatan struktur bangunan), kerentanan lingkungan (ketinggian dan morfologi), kerentanan infrastruktur (sarana dan prasarana penting), kerentanan sosial kependudukan (jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, struktur penduduk lanjut usia dan balita), kerentanan



sosial



ekonomi



(jumlah/proporsi



penduduk



miskin



dan



pengangguran), dan kerentanan kelembagaan (Diposaptono dan Budiman, 2006). 2.4 LOKASI UMUM DAN SEJARAH BENCANA DAERAH PENELITIAN Kabupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terpisah dari daratan Pulau Sumatera, berada dalam satu pulau



yang disebut Pulau Nias. Sebelum adanya pembentukan



kabupaten-kabupaten



baru,



Kabupaten



Nias



adalah



satu-satunya



kabupaten di Pulau Nias dengan ibukota Gunungsitoli. Pada 25 Februari 2003 wilayah Kabupaten Nias dimekarkan dengan dibentuknya Kabupaten Nias Selatan. Kemudian pada 29 Oktober 2008 Kabupaten Nias mengalami pemekaran lagi dengan dibentuknya dua kabupaten baru yakni Kabupaten Nias Barat dan Nias Utara. Gunungsitoli yang semula adalah ibukota Kabupaten Nias juga dimekarkan menjadi Kota Gunungsitoli sehingga ibukota Kabupaten Nias berpindah ke Idanoi.



Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,40 Km² atau 4,88% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara dan merupakan daerah gugusan pulau yang jumlahnya mencapai 132 pulau. Menurut letak geografis, Kabupaten Nias terletak pada garis 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT (Bujur Timur) dekat dengan garis khatulistiwa dengan batas-batas wilayah : a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Pulau-pulau Banyak Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara; c. Sebelah Timur



: berbatasan dengan Pulau Mursala, Kabupaten



Tapanuli Tengah; d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia Sejarah gempa dan tsunami yang terjadi di Nias diantaranya 1. Gempa Nias 2005 Kekuatan : 8,7 SKR Epicenter : Barat daya sibolga/ pulau Bangkaru Potensi Tsunami : ya 2. Gempa Sumatera Utara 2010 Kekuatan : 7,8 SKR Epicenter : selatan pulau Nias Tsunami : Tidak Gempa ini menyebabkan kebakaran, kerusakan, komunikasi putus di seluruh sumatera utara.



III.MATERI DAN METODE 3.1 MATERI 3.1.1 PETA RBI Peta



Rupabumi



Indonesia



(RBI)



adalah



peta



topografi



yang



menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI. 3.1.2 PETA CITRA Peta citra yang digunakan adalah SRTM Indonesia 3.1.3 DATA SEKUNDER OSEANOGRAFI



Data sekunder oseanografi sebagai data pendukung kerentanan tsunami adalah data jarak garis pantai, data kelerengan, vegetasi, ketinggian dan sungai. 3.1.4 DATA STATISTIK Menurut Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Perwakilan Nias, dari data statistic bencana telah menyebabkan 13.000 rumah rusak total, 24.000 rumah rusak berat, dan sekitar 34.000 rumah rusak ringan. Sebanyak 12 pelabuhan dan dermaga hancur, 403 jembatan rusak dan 800 km jalan kabupaten dan 266 km jalan provinsi hancur. Sebanyak 723 sekolah dan 1.938 tempat ibadah rusak. 3.2 METODE 3.2.1 Ketinggian 1. Buka ArcGis Map lalu input data raster SRTM_56_12 .acs kemudian untuk input raster of feature mask pilih indonesia_kab. 2. Klik kanan pada Indonesia_Kab kemudian open attribute table hapus



semua atribut kecuali kabupaten Nias. Kemudian buka ArcToolbox pilih Extraction- Extract by Mask.



3.



Setelah



hasil



muncul



output lakukan



klasifikasi data dengan cara memasukan data yang telah di dapat dengan cara pana menu arctoolbox-reclass-reclassify



3.2.2 Kelerengan 1. Pilih ArcToolbox→ Spasial Analysis Tools →Surface→Slope



3.2.3 Garis pantai 1. Membuat Shapefile garis pantai kemudian lakukan digitasi menggunakan polyline



2. Pada



Arctoolbox→Spasial



Distance. Untuk



Analisis



Tools→Distance→Includian



Environment Settings pilih Prossesing Extent →



same as layer Indonesia_kab lalu pada Raster Analisis→ Mask →Indonesia_kab lakukan Reclassify.



3.2.4 Sungai 1. Buat Shapefile jarak sungai kemudian lakukan digitasi menggunakan polyline 2. Kemudian lakukan hal yang sama seperti langkah pada garis pantai pilih Arctoolbox→Spasial Analisis Tools→Distance→Includian Distance. 3. Environment Settings pilih Prossesing Extent → same as layer Indonesia_kab lalu pada Raster Analisis→ Mask →Indonesia_kab lakukan Reclassify.



3.2.5 Vegetasi 1. Buat Shp vegetasi kemudian lakukan digitasi menggunakan polyline 2. Kemudian lakukan hal yang sama seperti langkah pada garis pantai pilih Arctoolbox→Spasial Analisis Tools→Distance→Includian Distance. 3. Environment Settings pilih Prossesing Extent → same as



layer



Indonesia_kab lalu pada Raster Analisis→ Mask →Indonesia_kab lakukan Reclassify.



3.2.6



Kerentanan Tsunami Untuk mengetahui kerentanan tsunami di Kabupaten Nias maka klik Map Algebra→Raster Calculator. Kemudian masukkan rumus ("kelas_tinggi" * 0.4) + ("kelerengan" * 0.3) + ("garispantai" * 0.2)



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 HASIL



4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 FAKTOR / PENYEBAB 4.2.2 DAMPAK YANG DITIMBULKAN 4.2.3 MITIGASI BENCANA



LAMPIRAN - PETA LOKASI - PETA KETINGGIAN, KELERENGAN, JARAK DARI PANTAI, VEGETASI, OVERLAY SEMUA PARAMETER - CITRA PENGINDERAAN JAUH - PETA RBI - DATA STATISTIK KABUPATEN/KOTA